Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember...

121

Transcript of Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember...

Page 1: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Page 2: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabIr. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Prof. Dr. Theresia K. BrahimDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.Etiwati, S.Pd., M.M.

Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968http://www.bpkpenabur.or.id

E-mail : [email protected]

Page 3: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

iJurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2015

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 25/Tahun ke-14/Desember 2015

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction untuk Meningkatkan Pembelajaran yang Variatif danMenyenangkan, Abd. Basith, 1-12

Penerapan Metode Whole Brain Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada AnakUsia Dini, Indriane Atmadja, 13-33

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik pada Anak Usia 5 - 6 Tahun,Felucia Hendriette, 34-46

Penggunaan Media Surat Kabar dalam Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini,Sakila, 47-56

Kemampuan Menulis Permulaan pada Anak Usia 4-8 Tahun, Hilda Karli, 57-69

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk dalam Proses Pendidikan di Indonesia,Nikodemus Thomas Martoredjo, 70-81

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri, Paulus Eko Kristianto, 82-97

Isu Mutakhir: Teknologi dan Anak Usia Dini, Mudarwan, 98-102

Resensi buku: Pendidikan Kristiani Multikultural, Ishak Boty Buifena, 103-107

Profil BPK PENABUR Sukabumi, Yocky Firdaus, 108-113

Page 4: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pengantar Redaksi

erkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sertaperubahan jenis dan mutu kemampuan yang diperlukandi lapangan kerja, menjadi tantangan bagi penyelenggarapendidikan dalam menghasilkan sumber daya manusia

yang relevan dengan tuntutan zaman. Tuntutan itu semakin terasaberat, khususnya dalam era globalisasi ketika persaingan semakinketat antarnegara termasuk dalam menghasilkan sumber daya manusiayang bermutu. Dalam keadaan yang demikian, masyarakat padaumumnya sangat berharap pada lembaga pendidikan walaupun padahakikatnya kontribusi lembaga pendidikan terhadap kemampuanyang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup lulusannyahanya berkisar 20%. Oleh karena itu, di samping memberikanpengetahuan dan keterampilan serta membentuk dan mengembangkansikap/kepribadian, lembaga pendidikan berupaya memberikan sertamengembangkan keterampilan belajar peserta didiknya. Dengandemikian, lulusannya dapat meningkatkan dan mengembangkankemampuan secara mandiri sepanjang hayat sesuai dengankebutuhannya.

Untuk meningkatkan mutu dan relevansi kemampuan lulusan,lembaga pendidikan mengembangkan dan menyesuaikan kurikulumpendidikan pada kurun waktu tertentu. Pengembangan kurikulumdapat berkaitan dengan isi kurikulum, pendekatan/strategi/metodepembelajaran serta sumber belajar-membelajarkan. Isi kurikulumdisesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, danseni; pendekatan/strategi/metode pembelajaran disesuaikan dengankemajuan psikologi, pedagogi, andragogi, teknologi pendidikan dansosiologi; dan sumber belajar dikembangkan sesuai dengan kemajuanteknologi pembelajaran. Dengan demikian, peralihan Kurikulum 2006ke Kurikulum 2013 terkait dengan perubahan isi, pendekatan/strategi/metode pembelajaran, serta sumber belajar merupakanpenyesuaian yang lumrah dilakukan di dunia pendidikan.

Salah satu perubahan yang ditekankan dalam Kurikulum 2013adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan pendekatanilmiah (scientific approach). Pendekatan ini mempengaruhi metode danteknik pembelajaran dengan menggunakan 5 (lima) kegiatan pokok:mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating),mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking).Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah ini telahdisosialisasikan kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas,khususnya di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Akan tetapi,dalam prakteknya guru masih menghadapi berbagai masalahkhususnya karena 5 kegiatan itu dianggap sebagai urutan kegiatanpembelajaran yang harus diikuti secara ketat. Keketatan menerapkanprosedur pembelajaran mengacu pada 5 kegiatan itu mengakibatkansejumlah guru mengalami kesulitan untuk pembelajaran Kompetensi

P

Page 5: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agamadan Budi Pekerti serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan.

Dikaitkan dengan keterampilan belajar, pembiasaan belajardengan menggunakan pendekatan ilmiah membantu pemelajar (learner)berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Pendekatan ini jugamenggugah dan memicu rasa ingin tahu siswa serta mencari alternatifpemecahan masalah secara divergen. Pemelajar akan peka terhadapsituasi yang sedang dihadapinya, mengidentifikasi, serta merumuskanmasalah secara tepat, mengembangkan dan memilih alternatifpemecahan masalah, serta memecahkan masalah secara efektif danefisien. Jeli dan cekatan mengidentifikasi serta memecahkan masalahberarti mampu mengenali berbagai kebutuhan pribadi danlingkungannya serta memenuhinya secara benar. Dalam konteks belajarbermakna, terampil belajar berarti tahu apa yang harus dipelajari(kebutuhan akan belajar), bagaimana mempelajari (metode/teknikbelajar), sumber belajar yang sesuai, tempat dan waktu mempelajarinya,bagaimana mengukur keberhasilan belajarnya serta bagaimanamenggunakan hasil belajar tersebut. Sejumlah pengetahuan yangdisebutkan itu sering juga disebut dengan kemampuan belajar yangdiperlukan untuk belajar sepanjang hayat.

Melimpahnya informasi melalui teknologi informasi dankomunikasi, memungkinkan setiap orang dapat belajar berbagaipengetahuan dan keterampilan. Sumber belajar tidak terbatas atauhanya guru dan buku pelajaran saja, tetapi internet menyediakan sangatbanyak informasi. Dalam memanfaatkan internet sebagai sumberinformasi untuk belajar, penggunanya harus melek teknologi informasidalam arti terampil mencari, memilah, memilih, dan memanfaatkaninformasi itu untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.Kemudahan akses ke internet melalui gadget membuat siswa dan gurudapat memperoleh berbagai jenis informasi yang dapat memberikanpengaruh negatif atau positif untuk pendidikan. Oleh karena itumenarik diteliti bagaimana komputer dimanfaatkan membantu prosespembelajaran. Salah satu tulisan dalam Jurnal Pendidikan Penabur, ialahpemanfaatan Computer Based Learning untuk meningkatkanpembelajaran yang variatif dan menyenangkan di SMAK BPKPENABUR Sukabumi.

Sungguhpun dewasa ini akses ke internet semakin meluas danmudah, tidak berarti media sederhana sepenuhnya diabaikan dalamproses pembelajaran. Untuk berbagai pokok bahasan mencapaiindikator kompetensi tertentu, lebih praktis dan berhasil menggunakanlingkungan atau alam sekitar, seperti pasar, sungai, dan pepohonan.Dapat juga menggunakan majalah dan surat kabar yang tidak hanyamudah diperoleh dan murah tetapi juga efektif. Tulisan berjudulPenggunaan Media Surat Kabar dalam Pembelajaran MembedakanFakta dan Opini merupakan contoh penggunaan media sederhanadalam pembelajaran. Dengan demikian, keberhasilan strategi, metode,dan teknik pembelajaran banyak tergantung pada kreativitas gurudalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran bukantergantung pada kecanggihan media yang dipergunakan. Sungguhpun

Page 6: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

tidak dapat disanggah bahwa media yang canggih dapat memudahkan,membantu dan memotivasi pemelajar belajar, kalau dirancang dandipergunakan secara benar.

Keterampilan belajar perlu diberikan sedini mungkin kepada anakserta terus menerus dikembangkan dalam upaya pembentukankegemaran dan kebiasaan belajar sehingga belajar itu secara lambatlaun menjadi kegiatan menyenangkan serta kebutuhan hidup. Akantetapi cara memberikan keterampilan belajar disesuaikan karakteristikdan perkembangan fisik dan mental anak. Sebagai contoh, kebiasaanbelajar mengenali situasi, mengidentifikasi serta mengatasi masalahdapat ditanamkan kepada anak usia dini melalui kegiatan permainanyang menyenangkan yang merupakan pengalaman belajar yangmenyenangkan dalam usia emas (golden age) anak. Tanpa disadari anak,ia melakukan kegiatan belajar dan menyenanginya karena dalambentuk permainan.

Keinginan banyak orang tua atau lembaga PAUD memberikanberbagai kemampuan kepada anak sedini mungkin agar kelak menjadiorang terampil dan cerdas. Kuatnya keinginan itu tidak jarangdiwujudkan dalam proses pembelajaran yang dipaksakan sertamengabaikan karakteristik anak yang masih senang bermain. Prosespembelajaran yang melampaui kemampuan berpikir dan fisik anakdapat membuat anak tidak memenyukai dan menghindari kegiatanbelajar yang selanjutnya memberikan pengaruh negatif terhadap sikapanak terhadap belajar.

Belakangan ini berkembang pesat lembaga pendidikan anak usiadini seperti Taman Penitipan Anak (TPA), Taman Bermain Anak (TBA),dan Taman Kanak-kanak (TK). Bertambahnya jumlah lembaga PAUDjuga merupakan indikasi semakin sadarnya orang tua akan pentingnyamemberikan pendidikan kepada anak sedini mungkin. Namunkesadaran itu sering diikuti harapan berlebihan atas kemampuan anaksetelah mengikuti PAUD. Di sisi lain pengelola PAUD juga berusahamemenuhi harapan orang tua agar tidak kalah bersaing denganlembaga PAUD lainnya dan karakteristik serta kepentingan anak punterabaikan.

Agar tujuan PAUD tercapai sesuai dengan harkat anak sehinggabenar-benar mengalami usia keemasan yang akan membawakeberhasilan hidupnya di kemudian hari, perlu dilakukan berbagaipenelitan tentang hakikat anak usia dini serta pendekatan, strategi,metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakateristikmental dan fisik anak. Dalam edisi Desember 2015 ini, Jurnal PendidikanPenabur memuat hasil penelitian tentang (a) penerapan metode wholebrain teaching untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anakusia dini, (b) pengukuran keterampilan psikomotorik anak usia 5 - 6tahun, dan (c) kemampuan menulis permulaan untuk anak 4-8 tahun.Ketiga masalah yang diteliti itu cukup penting diketahui karena dalampenyelenggaraan PAUD , kemampuan berpikir dan psikomotorik anakkurang diperhatikan. Di samping itu, anak TK sering dipaksakanmemiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yangseharusnya masih baru pada taraf pengenalan huruf dan angka.

Page 7: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

vJurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Masih dalam kaitannya dengan anak usia dini, dewasa ini banyakorang tua sudah memperkenalkan berbagai produk teknologi informasidan komunikasi kepada anak sejak masih bayi untuk memantau,menjaga, dan menemaninya. Selanjutnya, anak diberikan berbagaibentuk permainan yang menyibukkan dan menyenangkan anak. Tanpadisadari, anak dibiasakan sibuk dalam kesendirian yang ternyatamenjadi pengalaman yang kurang menguntungkan kepadaperkembangan fisik dan psikologi anak. Merebaknya penggunaangadget untuk anak usia dini, menjadi bahasan dalam isu mutakhirdengan topik teknologi dan anak usia dini dalam edisi ini.

Manusia sebagai individu memiliki ciri masing-masing yangmembedakannya satu sama lain, bukan hanya secara fisik , tetapi jugainteligensi yang dimilikinya. Howard Gardener misalnya,mengemukakan bahwa manusia memiliki intelegensia jamak (multipleintelligence) yang dapat dibedakan menjadi 9 jenis. Setiap orang memilikijenis intelegensia yang unggul dan berbeda dengan orang lain.Misalnya, ada yang memiliki kelebihan dalam bahasa, matematika,atau musik. Guru perlu memperhatikan keaneka ragaman intelegensiaitu untuk mengidentifikasi gaya belajar anak serta bakat yangdimilikinya. Pentingnya intelegensia jamak ini menjadikan topik inimenjadi salah satu bahasan dalam penyelenggaraan pembelajaranpada khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Ternyata berbagai fenomena sosial yang dialami bangsa Indonesiadalam satu dekade belakangan ini menunjukkan masih perlunyapendidikan multikultural perlu dilaksanakan secara lebih baik lagibaik dari aspek pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.Keberanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan dimiliki olehbangsa Indonesia dan merupakan kekayaan budaya dan nilai-nilaibangsa. Untuk mempertahankan dan mengembangkan keberaneka-ragaman itu, semangat dan sikap toleransi atas perbedaan perluditanamkan melalui jalur pendidikan. Tulisan berjudul PendidikanKristiani dalam Perenungan Identitas Diri: Gerakan Oikumene danPercakapan Antar Iman, menawarkan model pendidikan yang dapatdipergunakan untuk penanaman nilai-nilai toleransi atas perbedaan.Dalam kaitannya dengan keberanekaragaman itu, dikaji juga bukudengan judul Pendidikan Kristiani Multikultural. Melengkapi Edisi ini,dimuat profil BPK PENABUR Sukabumi yang berada di tengah-tengahmasyarakat yang juga berciri multikultural.

Terbitnya Jurnal Pendidikan Penabur ini pada akhir tahun 2015,dalam kesempatan ini Redaksi menyampaikan ‘Selamat merayakanNatal 2015 dan Tahun Baru 2016’. Semoga tahun 2016 lebih baik bagikita semua dan semoga Tuhan memberkati semua usaha kita dalammencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui jalur pendidikan.Amin.

.

Redaksi

Page 8: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction untukMeningkatkan Pembelajaran yang

Variatif dan Menyenangkan

Abd. BasithEmail: [email protected]

SMAK BPK PENABUR Sukabumi

Penelitian

KAbstrak

emajuan teknologi informasi dan komunikasi banyak dimanfaatkan dalam pendidikanuntuk mengembangkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan. Penelitian inibertujuan mendiskripsikan pembelajaran berbantuan komputer untuk meningkatkanpembelajaran yang variatif dan menyenangkan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Penelitian yang dilakukan dalam Juni 2015 ini juga ingin mengetahui tanggapan siswa dan guruatas pembelajaran berbantuan komputer tersebut. Data dikumpulkan menggunakan observasi,wawancara, dan angket. Hasil penelitian ini menunjukkan SMAK BPK PENABUR Sukabumimenggunakan Quipper School dan dimanfaatkan sebagai tugas mandiri untuk memperdalam materidi rumah. Siswa dan guru berpendapat bahwa pelaksanaan pembelajaran berbantuan komputerdi SMAK BPK PENABUR Sukabumi membuat pembelajaran lebih variatif sehingga menyenangkankarena tidak membosankan. Mereka menginginkan CAI terus diterapkan dengan penyempurnaanprogram. Selanjutnya, penyempurnaan program itu tidak hanya mengandalkan pengelolapembelajaran berbantuan komputer online (baca: Quipper School) tetapi bisa dilakukan oleh gurudengan menulis materi dan soal yang sesuai serta menarik lalu dimasukkan dalam programpembelajaran berbantuan komputer

Kata-kata kunci: pembelajaran berbantuan komputer, Quipper School, pembelajaran bervariasi,pembelajaran menyenangkan

Use of Computer Assisted Instruction to Improve the Variety of Joyful InstructionsAbstract

The advancement of Information and communication technology has been utilized in education to developdiverse and joyful instructions. This research aimed at describing computer assisted instruction (CAI) toimprove deverse and joyful instruction at SMAK BPK PENABUR in Sukabumi. The research conducted June2015 also wanted to know the students’ and teachers’ opinion on CAI. The data were collected using observationand interview techniques and questionair. The findings show SMAK BPK PENABUR Sukabumi uses QuipperSchool in CAI for individual assignment and enrichment at home. The students and teachers are of the opinionthat CAI at SMAK PENABUR Sukabumi has made variety of joyful instruction. Furher, they expect CAI tobe developed not only Qupper School program but to enable the teachers to write suitable and interestingteaching and evaluation materials in CAI program.

Key words: computer Assisted Instruction, Quipper School, variety of instruction, joyful instruction

Page 9: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

Pendahuluan

Pembelajaran adalah kegiatan yang palingutama di suatu satuan pendidikan atau sekolah.Pembelajaran ini, khususnya di SMAK BPKPENABUR Sukabumi, berlangsung setiap hariefektif kurang lebih delapan sampai sembilanjam pelajaran dari pagi hingga sore selama limahari dalam seminggu. Oleh karena itudibutuhkan desain pembelajaran yang kreatif,variatif, dan menyenangkan agar selamakegiatan belajar mengajar tidak membosankanatau menjenuhkan.

Pembelajaran yang kreatif, variatif, danmenyenangkan dapat dilakukan dengan caramemaksimalkan potensi guru dan sekolah sertaluar sekolah. Guru dapat melakukan pembel-ajaran dengan menggunakan beberapa metodepembelajaran yang variatif sehingga tidakmembosankan. Misalnya, guru tidak hanyaberdiri di depan kelas tetapi mendekati siswasehingga bahan pelajaran dapat dibahas dalamjarak dekat dengan siswa dan siswa merasasantai dalam pembelajaran karena merasabelajar bersama guru, bukan diajari atau digurui.Guru pun dapat juga menggunakan permainansebagai selingan dalam pembelajaran, sepertibisik berantai, sambung suku kata, cerdascermat, operasi hitungan dengan kartu, mono-poli pembelajaran, dan lain sebagainya. Permai-nan itu tentunya disesuaikan dengan pokokbahasan mata pelajaran yang diampu oleh guru.

Selain memaksimalkan potensi guru, siswapun dapat diajak belajar dengan memanfaatkanfasilitas sekolah seperti laboratorium, lapangan,aula, atau taman/kebun. Sesekali pembelajarandapat dilakukan di peternakan, restoran, pasar,bahkan mall yang berada di luar sekolah. Potensisekolah dan luar sekolah yang juga dapatdimanfaatkan dalam pembelajaran yang kreatif,variatif, dan menyenangkan adalah teknologikomunikasi (internet). Di samping mengguna-kan fasilitas sekolah, banyak siswa bisamendapatkan hubungan ke jaringan internetmelalui telepon selulernya.

Pembelajaran yang variatif adalahpembelajaran yang menggunakan model,metode, bahan, dan alat/media belajar yang

beraneka ragam. Keberanekaragamanpembelajaran ini akan menciptakan suasanayang tidak membosankan dalam belajarsehingga mencapai hasil maksimal.Pembelajaran bervariasi ini harus berprinsip,siswa adalah makhluk yang aktif. Knight (2007:150) berpendapat, anak bukan makhluk pasifyang sekadar menanti guru mengisi akalpikirannya dengan banyak informasi. Merekaadalah mahkluk dinamis yang secara alamiahberkeinginan untuk belajar dan akan belajar jikamereka tidak dibuat frustasi dalam belajar olehorang dewasa yang memaksakan kemauannya.

Selanjutnya, pembelajaran menyenangkandiharapkan tercipta karena adanya pembel-ajaran variatif yang tidak membosankan.Pembelajaran menyenangkan adalah mencip-takan sedemikian rupa situasi dan kondisipembelajaran yang nyaman atau ‘enak’. Hal inisesuai pendapat Muniasari (2008: 15), situasikondisi yang ‘enak’ dapat membuat belajarmenyenangkan.

Pembelajaran yang variatif danmenyenangkan juga merupakan salah satulangkah ‘memanusiakan’ siswa. Metode, model,atau media/alat pembelajaran yang beranekaragam akan mengakomodasi berbagai karaktersiswa. Pembelajaran yang variatif danmenyenangkan sangat diperlukan sekolah diIndonesia, termasuk SMAK BPK PENABURSukabumi, yang mempunyai siswa dari berbagaisuku, golongan, agama, budaya, dan lainsebagainya dengan karakter dan keunikanberagam. Para siswa juga memiliki kemampuanakademik yang berbeda-beda.

Pembelajaran yang bervariatif dan menye-nangkan dapat diwujudkan dengan menggu-nakan berbagai kemudahan yang dimilikikomputer, sehingga dewasa ini banyak diman-faatkan untuk keperluan pendidikan. Dilihatdari fungsi komputer dalam pendidikan padaumumnya dan dalam pembelajaran padakhususnya, terdapat beberapa istilah yangdipergunakan, seperti Computer AssistedInstruction (CAI), Computer Based Instruction, (CBI),Computer Based Learning (CBL), Computer BasedEducation(CBE) , dan Computer Assisted LearningCAL).

Page 10: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

Kalau dikaji lebih lanjut perbedaan antaradan antaristilah itu dilihat dari penggunaankomputer adalah pada kata ‘based’ dan ‘assisted’.Untuk CAI, dan CAL komputer dipergunakansebagai alat bantu dalam belajar, pembelajaran,atau pendidikan. Dengan keadaan yangdemikian belajar, pembelajaran atau pendidikantetap dapat dilaksanakan tanpa adanyakomputer dan perangkatnya. Sedangkan untukCBI, CBL, dan CBE, komputer dipergunakansebagai alat utama dalam belajar, pembelajaran,dan pendidikan dalam arti kegiatan belajar,pembelajaran, dan pendidikan tidak dapatdilakukan tanpa adanya komputer sertaperangkatnya. Dalam setiap istilah itu komputerdipergunakan sebagai alat bantu atau alatutama.

Fokus penelitian ini ialah pembelajaranberbantuan computer (CAI), sesuai dengankenyataan di SMAK BPK PENABUR Sukabumibahwa komputer dipergunakan sebagai alatbantu bukan sebagai alat utama dalam prosespembelajaran. Dalam proses pembelajaran diSMAK masih dipergunakan media atau sumberbelajar lain atau model-model pembelajaran lainsesuai dengan tujuan serta bahan pembelajaran.Guru menggunakan komputer sebagipendamping dalam proses pembelajaran. Siswaberhadapan dan berinteraksi dengan komputeruntuk menguatkan materi dengan latihan soaldan membaca materi, melakukan ulangan/ujian, melaksanakan remedial, dan pengayaanmateri. Interaksi antara siswa dan komputerterjadi secara individual. Siswa belajar secaramandiri di sekolah maupun di luar sekolahdengan ketentuan yang telah disepakati antaraguru dan siswa. Apabila dilakukan di sekolah,guru dapat mendampingi siswa mengopera-sikan CAI.

Seiring perkembangan zaman danteknologi, program CAI tidak hanya bersifatoffline tetapi juga bersifat online. Program CAIonline antara lain Edmodo, Moodle, dan QuipperSchool. Rizal (2014) dalam http://id.techinasia.com/quipper-school-platform-belajar-online-smp-sma-indonesia menjelaskan,Quipper School yang merupakan startuppendidikan yang menyediakan dua layananutama. Pertama, Quipper School Learn yang

merupakan portal khusus siswa. Portal inimenyediakan layanan yang membuat siswa bisamengakses atau membaca materi pelajaran,menjawab soal, mengirimkan pesan ke guru, danmelihat performa belajar teman sekelasnya.Kedua, Quipper School Link, yang berupa portalkhusus untuk guru, dapat dipergunakan gurumenyiapkan tugas, melihat perkembangansiswa, mengirim pesan ke siswa, mengelolakelas, dan membuat kelas online.

Quipper School Indonesia (www.quipperschool.com) beroperasi secara resmipada Februari 2014. Secara teknis, melaluiQuipper School Indonesia guru dapatmemberikan tugas kepada siswa secara onlinedan siswa dapat mengerjakannya (sekaligusmempelajari topik mata pelajaran yang berkaitandengan tugas tersebut), baik di dalam maupundi luar kelas melalui perangkat mereka masing-masing yang terkoneksi dengan internet. Setelahsiswa mengerjakan serta mengumpulkantugasnya, sistem penilaian yang tersedia padaplatform Quipper School Indonesia akanmelakukan analisis data secara sederhananamun canggih yang akan membantu gurumendapatkan gambaran yang jelas tentangpencapaian siswa. Tentu saja sistem penilaianhanya bersifat membantu setelah guru secaramanual memasukkan data soal dan jawabannya.Sistem penilaian bertugas mencocokkan antarajawaban siswa dengan kunci jawaban versiguru.

Guru akan mendapatkan laporan mengenaipencapaian siswa dalam menguasai matapelajaran tertentu, mengetahui kemajuan belajarsetiap siswa, mengetahui keunggulan ataupotensi setiap siswa, nilai tertinggi, dan lainnya.Melalui gambaran tentang pencapaian ini, siswapada saat itu juga akan memeroleh umpan balikmengenai hal-hal yang perlu diperbaiki terkaitpenguasaan terhadap suatu topik materipelajaran tertentu.

Quipper School Indonesia masihmenggratiskan layanan dan konten yangdisediakannya tidak hanya berupa platformyang menunjang proses kegiatan belajarmengajar, tetapi juga menyediakan materipembelajaran yang umumnya diajarkan disekolah negeri dan swasta dengan pilihan topik

Page 11: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

beserta soalnya. Topik mata pelajaran dan soalyang tersedia di Quipper School Indonesiadibuat oleh puluhan guru yang bekerja secaraparuh waktu dan diklaim sesuai dengankurikulum nasional yang berlaku.

Program CAI online seperti yang diuraikantersebut adalah program CAI yang diketahuiwarga SMAK BPK PENABUR Sukabumi,khususnya guru. Pengetahuan tentang CAIonline ini kemudian dimanfaatkan sekaligusdiaplikasikan dalam pembelajaran. Pengapli-kasian CAI online diharapkan membuatpembelajaran lebih variatif sehingga lebihmenyenangkan.

Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan,siswa yang berbeda karakter dankarakteristiknya memerlukan pembelajaranyang variatif agar dapat mewadahi berbagaiperbedaan tersebut. Pembelajaran yang variatiftidak akan menimbulkan kebosanan sehinggatercipta suasana menyenangkan dalamKegiatan Belajar Mengajar (KBM). Kondisi atausuasana yang menyenangkan ketika belajardapat menghasilkan hasil belajar yangmaksimal. Salah satu media yang bisa diguna-kan dalam pembelajaran adalah teknologiinformasi dan komunikasi yang sebaiknyaterhubung dengan internet. Teknologi inidigunakan dalam pembelajaran karena digemaridan sudah menjadi bagian hidup siswa.

Kegiatan manusia pada era sekarang initidak bisa ‘dilepaskan’ dari berbagai bentukteknologi informasi dan komunikasi sepertikomputer dan berbagai gadget. Para siswa dalamkehidupan sehari-hari juga sangat ‘akrab’dengan berbagai jenis teknologi tersebut. Merekabahkan merasa senang sehingga ‘betah’berlama-lama bermain dengan game yangmemanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi.

Rasa senang dan betah kadang-kadangkurang dirasakan siswa ketika melakukanpembelajaran di sekolah. Rasa senang dan betahlebih dirasakan siswa ketika melakukanaktivitas dengan gadget mereka. Oleh karena ituperlu dilakukan upaya meningkatkanpembelajaran yang variatif dan menyenangkandengan memanfaakan teknologi informasi dan

komunikasi, khususnya di SMAK BPKPENABUR Sukabumi. Salah satu pemanfaatanTeknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)dalam pembelajaran dikenal dengan istilahpembelajaran berbantuan komputer atauComputer Assisted Instruction (CAI).

Penelitian tentang penggunaan TIK dalampembelajaran di dunia pendidikan sudah adasejak tahun 1980-an yaitu sejak TIK mulaidigunakan sebagai media dan alat pembel-ajaran. Pada Jurnal Pendidikan PENABUR yangtelah diterbitkan juga banyak ditemukanpenelitian tentang penggunaan TIK dalampembejaran. Penelitian yang berkaitan denganpenelitian ini, antara lain (1) penelitian YuliKwartolo (Jurnal Pendidikan Penabur, 2010: 15)tentang TIK dalam Proses Pembelajaran, yangmembandingkan pemanfatan TIK dalam prosespembelajaran di SMAK 1 dan SMAK 7 BPKPENABUR Jakarta dan (2) penelitian AnggiatHisar (Jurnal Pendidikan Penabur, 2011: 11)tentang Evaluasi Pemanfaatan PembelajaranMiKids yang menjelaskan pemanfaatan program(TIK) MiKids dalam pembelajaran BahasaInggris di TKK BPK PENABUR Jakarta.

Kedua penelitian yang disebutkan menun-jukkan, komputer telah dipergunakan di sekolahuntuk keperluan pembelajaran. Komputer jugatelah diperkenalkan kepada siswa di TK denganmemanfaatkan program permainan di computer.Dengan demikian penggunaan komputerbukanlah hal yang baru bagi siswa di sekolah-sekolah BPK PENABUR. Dengan memperhati-kan hasilpenelitian yang sudah ada, penulismenganggap perlu meneliti dan menggambar-kan bagaimana sesungguhnya komputer diper-gunakan di SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Perumusan MasalahMasalah penelitian ini dirumuskan sebagaiberikut.1. Bagaimana penerapan Computer Assisted

Instruction (CAI) di SMAK BPK PENABURSukabumi?

2. Bagaimana tanggapan siswa dan guruterhadap penerapan Computer AssistedInstruction (CAI) di SMAK BPK PENABURSukabumi?

Page 12: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

Tujuan dan ManfaatPenelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahuipenerapan Computer Assisted Instruction (CAI)dan (b) tanggapan siswa dan guru terhadappenerapan Computer Assisted Instruction (CAI)di SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Hasilpenelitian diharapkan dapat bermanfaat bagisiswa dalam memanfaatkan komputer untukkeperluan pembelajaran dengan atau tanpabimbingan guru. Sedangkan bagi guru, hasilpenelitian dapat memotivasi guru meren-canakan dan menyelenggarakan berbagai modelpembelajaran dengan berbantuan komputersehingga lebih menarik dan menyenangkan bagisiswa. Apabila memahami peranan dan manfaatkomputer dalam pembelajaran, siswa dan gurudapat bekerja sama lebih baik dalammewujudkan proses dan hasil pembelajaranyang lebih bermutu. Hasil penelitian inidiharapkan dapat bermanfaat sebagai informasibagi Pengurus Yayasan BPK PENABUR dalammerumuskan kebijakan pendidikan, terutamayang berkaitan dengan pemanfaatan teknologiinformasi dan komunikasi yang menggunakanperangkat computer..

Metode PenelitianPenelitian ini dilakukan di SMAK BPKPENABUR Sukabumi pada bulan Juni 2015.Metode penelitian yang digunakan adalahdeskriptif kualitatif. Sesuai dengan tujuanpenelitian, pengumpulan data diperoleh melalui(a) observasi dan atau wawancara tentangpenggunaan CAI di SMAK BPK PENABURSukabumi, (b) menyebar angket kepada guruyang menggunakan CAI di SMAK BPKPENABUR Sukabumi, dan (c) menyebar angketkepada siswa yang diindikasikan pernahmenggunakan CAI di SMAK BPK PENABURSukabumi.

Populasi penelitian ini adalah siswa danguru SMAK BPK PENABUR Sukabumi, denganjumlah 209 siswa yang terdiri atas 41 siswa kelasX, 36 siswa kelas XI, dan 32 siswa kelas XII.Sementara guru berjumlah 24 orang. Sebagairesponden penelitian dipilih sampel secara acak.Sumber data utama adalah siswa. Sementaraguru dan hasil observasi dipergunakan sebagaisumber data pendukung.

Data yang sudah terkumpul (a) diperiksakelengkapannya, (b) ditabulasikan, dan (c)dianalisis. Analisis data yang dipergunakanadalah teknik deskriptif dengan persentase.Hasil analisis tersebut dideskripsikan dalamuraian sesuai tujuan penelitian.

Data dan Pembahasan

Peraturan siswa SMAK BPK PENABURSukabumi tahun 2014/2015 menyatakan, siswa-siswi SMAK BPK PENABUR Sukabumi tidakdiperbolehkan menggunakan gadget selamapembelajaran berlangsung kecuali diperke-nankan guru mata pelajaran dan sebagai alatpembelajaran. Oleh karena itu, siswa tidak selaludapat menggunakan gadget dalam pembel-ajaran. Bahkan ketika jam istirahat pun merekatidak diperbolehkan mengoperasikan gadgetseperti laptop dan atau handphone. Namun,beberapa siswa mencoba menggunakan dengandiam-diam dengan alasan untuk ‘mengusir’kejenuhan. Hal ini menunjukkan, penggunaanberbagai gadget dapat menimbulkan kesenang-an sehingga ‘mencairkan’ kebosanan.

Berdasarkan pengamatan dan laporanorang tua atau wali serta pengakuan beberapasiswa dalam diskusi formal maupun informal,penggunaan gadget di rumah oleh siswa padaumumnya sangat intens. Oleh karena itu,beberapa guru mata pelajaran di SMAK BPKPENABUR Sukabumi mulai memanfaatkangadget yang terutama tersambung denganinternet untuk pembelajaran. Penggunaangadget ini dalam pembelajaran bertujuan untukmenciptakan suasana pembelajaran yangvariatif dan menyenangkan.

1. Penerapan Komputer Based Learning (CBL)di SMAK BPK PENABUR Sukabumi

Berdasarkan hasil wawancara dan hasil angketguru serta angket siswa diperoleh data, CAI diSMAK BPK PENABUR Sukabumi dilaksanakanpada tiga bulan terakhir semester genap tahunpelajaran 2014/2015 atau sekitar bulan April,Mei, dan Juni tahun 2015. Pembelajaran dalam4 (20%) dari 20 mata pelajaran di SMAK BPKPENABUR Sukabumi menggunakan CAI. Mata

Page 13: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

pelajaran yang menggunakan CAI tersebutadalah Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,Matematika, Kimia, dan TIK.

Persentase mata pelajaran yangmenggunakan CAI dalam pembelajarantergolong kecil. Hal ini dikarenakan CAI adalahhal baru di SMAK BPK PENABUR Sukabumiserta belum disosialisasikan secara sistematikdan intens (baru disosialisasikan secarasederhana) sehingga guru belum tahu benar caramenggunakannya serta manfatnya. Persentaseini akan meningkat apabila pada masa akandatang di SMAK BPK PENABUR Sukabumidiadakan pelatihan secara sitematik dan intenstentang teknik penggunaan CAI dalampembelajaran dan manfaatnya.

Dalam menerapkan CAI, guru menggu-nakan Quipper School Indonesia untuk tugasmandiri, ujian/ulangan/tes, dan belajarmandiri. Berdasarkan angket siswa sesuai Tabel1, pemanfaatan CAI dengan Quipper Schooladalah sebagai berikut: tugas mandiri 67%, tugasmandiri dan ujian/ulangan/tes 10%, tugasmandiri dan belajar mandiri 12%, serta tugasmandiri, ujian/ulangan/tes, dan belajar mandiri12%. Terlihat bahwa CAI dengan Quipper Schooldalam pembelajaran lebih banyak dimanfaatkanpada tugas mandiri untuk memperdalam materidi rumah.

Pemaanfaatan CAI untuk tugas mandiri danbelajar mandiri diungkapkan juga oleh guru. 75%

Tabel 1 : Pemanfaatan CAI denganQuipper School dalam Pembelajaran

No Jenis Tugas %

1 Tugas mandiri 67%

2 Tugas mandiri danujian/ulangan/tes 10%

3 Tugas mandiri dan belajarmandiri

12%

4 Tugas mandiri, ujian/ulangan/tes, dan belajar mandiri 12%

guru mengungkapkan bahwa CAI digunakanuntuk tugas mandiri dan belajar mandiri serta25% lainnya menyatakan bahwa CAI hanyadigunakan untuk tugas mandiri.

CAI dengan Quipper School mayoritasdigunakan untuk tugas mandiri dan belajarmandiri yang sangat membantu guru SMAK BPKPENABUR Sukabumi mengajarkan suatu materidan mengukur kemampuan siswa. Hal tersebutdikarenakan tugas mandiri dalam CAI denganQuipper School memungkinkan siswamenjawab soal sekaligus membaca materi suatupelajaran. Guru pun dapat mengukurkemampuan siswa lewat laporan nilai dananalisis kompetensi yang otomatis dilakukanoleh Quipper School. Tugas mandiri ini biasanyadapat dikerjakan di rumah dengan metode yangtidak membosankan dan tidak biasa (membacabuku serta mengerjakan tugas di buku tulis).

Sedangkan ulangan/tes belum banyakmenggunakan Quipper School disebabkansarana dan prasarana TIK di SMAK BPKPENABUR Sukabumi yang belum maksimalmendukung CAI. Jaringan internet yang belumstabil dan perangkat komputer yang hanyatersedia untuk satu kelas menjadi kendala.Pelaksanaan CAI di sekolah harus bergantiandengan pelajaran TIK dan mata pelajaran lain.Oleh karena itu SMAK BPK PENABUR Sukabumiharus menambah perangkat komputer berupaPC/Laptop/”Tablet” agar pelaksanaan CAIbisa maksimal.

2. Tanggapan Siswa dan Guru terhadapPenerapan Computer Assisted Instruction(CAI)

Pelaksanaan Computer Based Learning (CAI) yangtelah dilakukan kurang lebih tiga bulan di SMAKBPK PENABUR Sukabumi mendapatkantanggapan dari para siswa. Sesuai angket, lihatTabel 2 yang disebarkan kepada siswaterungkap bahwa siswa sebanyak 48%menyatakan senang dan merasa pembelajaranlebih variatif dengan pemanfaatan CAI, 24%berpendapat pembelajaran lebih variatif ketikamenggunakan CAI, 17% beropini biasa saja atau

Page 14: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

sama pada pembelajaran dengan CAI atau tanpaCAI, dan 12% siswa senang dengan pembel-ajaran yang memfaatkan CAI.

Pendapat guru tentang CAI di SMAK BPKPENABUR Sukabumi tidak berbeda denganpendapat siswa. 75% guru menyatakan bahwaCAI membuat pembelajaran menyenangkan danvariatif serta 25% dari mereka menyatakanbahwa CAI membuat pembelajaran lebih variatifsaja.

Sesuai data yang diperoleh, siswa dan gurumenyatakan bahwa CAI adalah pembelajaranyang variatif dan menyenangkan. Pembelajarantersebut variatif karena berbeda denganpembelajaran biasa yang bersifat tradisional.Pembelajaran yang bervariatif menciptakanpembelajaran yang menyenangkan sebab tidakmembosankan. Siswa dapat mengerjakan tugasdi komputer atau gadget yang terhubung denganinternet. Komputer dan gadget sangat digemarianak usia sekolah. Gadget yang terhubunginternet adalah bagian hidup dan atau gayahidup anak remaja. Pendapat tersebut sesuaipernyataan Hernández (2004: 34) yangmengatakan bahwa internet telah menjadisemacam bagian penting dari kehidupan anakmuda. Selain itu, penggunaan TIK dalampembelajaran adalah bagian dari pembelajaranitu sendiri yaitu pendidikan karakter dalampnggunaan TIK secara bijak.

Terkait dengan materi pembelajaran, paraguru masih menggunakan materi yangdisediakan program tertentu seperti QuipperSchool. Para guru belum ada yang mencobamembuat ringkasan materi atau soal sendirimeskipun hal tersebut memungkinkandilakukan dalam program CAI seperti QuipperSchool. Namun, mereka menyatakan bahwa

Tabel 2: Pendapat Siswa Tentang CAI

No Tanggapan %1 Menyenangkan 12%2 Pembelajaran lebih variatif 24%3 Menyenangkan dan

pembelajaran lebih variatif48%

4 Biasa saja 17%

Tabel 3: Pendapat Siswa tentangKesesuaian Materi Pembelajaran dalamProgram CAI dengan Materi Pelajaran

No Pendapat siswa %1 Sangat sesuai pembelajaran 17%2 Sesuai pembelajaran 55%3 Cukup sesuai pembelajaran 26%4 Kadang-kadang sesuai

pembelajaran 2%

materi-materi dalam CAI yang sudah disediakancukup sesuai dengan kurikulum atau pembel-ajaran (100%).

Pendapat siswa tentang kesesuaian materiCAI dengan pembelajaran sesuai Tabel 3 adalah:55% siswa menyatakan bahwa materi sesuai,17% siswa mengatakan bahwa materi sangatsesuai, 26% siswa mengungkapkan bahwamateri cukup sesuai pembelajaran, dan 2%kadang-kadang sesuai pembelajaran.

Sampai pada tahun 2015, sekolah-sekolahdi Indonesia menerapkan Kurikulum KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan adajuga yang sudah melaksanakan kurikulum 2013.Quipper School menyediakan topik-topik materisekolah sesuai kurikulum yang berlaku dandigunakan di Indonesia. Quipper Schoolmenyediakan materi Kurikulum KTSP danKurikulum 2013. SMAK BPK PENABURSukabumi masih menggunakan KTSP padatahun 2015 ini. Oleh karena itu materi yangdiajarakan di SMAK BPK PENABUR Sukabumisesuai dan tersedia di CAI dengan QuipperSchool. Namun, materi-materi tersebut bisa lebihsesuai apabila guru mau membuat materi atausoal sendiri yang dimasukkan dalam programCAI seperti Quipper School.

Selanjutnya, setiap kegiatan tentu mempu-nyai kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itudalam angket yang dibagikan kepada siswamemuat pertanyaan yang dapat mengung-kapkan kelebihan dan kelemahan pembelajarandengan CAI. Sesuai hal tersebut terungkapbahwa jawaban siswa sangat bervariasi lihatTabel 4. Siswa menyukai pembelajaran berbasiskomputer karena: 1) program menarik dan

Page 15: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

menyenangkan seperti bermain game (10%), 2)pembelajaran lebih variatif sehingga tidakmembosankan (38%), 3) membantu belajarmandiri di rumah (7%), 4) program menarik danmenyenangkan seperti bermain game danmembantu belajar mandiri di rumah (10%), 5)program menarik dan menyenangkan sepertibermain game dan pembelajaran lebih variatif

Tabel 4: Hal yang Disukai Siswadalam CAI

No Tanggapan %1. Program menarik dan menye-

nangkan seperti bermain game10%

2. Pembelajaran lebih variatifsehingga tidak membosankan 38%

3. Membantu belajar mandiri dirumah

7%

4. Program menarik danmenyenangkan seperti bermaingame dan membantu belajarmandiri di rumah

10%

5. Program menarik dan menye-nangkan seperti bermain gamedan pembelajaran lebih variatifsehingga tidak membosankan

12%

6. Program menarik danmenyenangkan seperti bermaingame, pembelajaran lebihvariatif sehingga tidakmembosankan, dan membantubelajar mandiri di rumah.

2%

7. Tidak ada 10%8. Program menarik dan menye-

nangkan seperti bermain game,pembelajaran lebih variatifsehingga tidak membosankan,membantu belajar mandiri dirumah, dan penuh tantangandalam mengerjakan

8%

9. Pembelajaran lebih variatifsehingga tidak membosankandan membantu belajar mandiridi rumah

2%

10. Program menarik dan menye-nangkan seperti bermain game,pembelajaran lebih variatifsehingga tidak membosankan,dan penuh tantangan dalammengerjakan

2%

11. Biasa saja 2%

sehingga tidak membosankan (12%), 6)programmenarik dan menyenangkan seperti bermaingame, pembelajaran lebih variatif sehingga tidakmembosankan, dan membantu belajar mandiridi rumah, 7) tidak ada (2%), 8) program menarikdan menyenangkan seperti bermain game,pembelajaran lebih variatif sehingga tidakmembosankan, membantu belajar mandiri dirumah, dan penuh tantangan dalammengerjakan (5%), 9) pembelajaran lebih variatifsehingga tidak membosankan dan membantubelajar mandiri di rumah (2%), 10) programmenarik dan menyenangkan seperti bermaingame, pembelajaran lebih variatif sehingga tidakmembosankan, dan penuh tantangan dalammengerjakan (2%), serta 11) biasa saja (2%).

Hal yang disukai dari CAI juga terlihat dariangket guru sesuai Tabel 5, yang menyatakanbahwa: 1) program menarik dan menyenangkanseperti bermain game serta membantu belajarmandiri di rumah (25%), 2) program menarikdan menyenangkan seperti bermain game,membantu belajar mandiri di rumah, danmeringankan pengoreksian tugas (25%), 3)program menarik dan menyenangkan sepertibermain game, membantu belajar mandiri dirumah, program menarik dan menyenangkan

Tabel 5: Hal yang Disukai Guru dalam CAI

No Tanggapan %

1. Program menarik danmenyenangkan seperti bermaingame dan membantu belajarmandiri di rumah.

25%

2. Program menarik dan menye-nangkan seperti bermain game,membantu belajar mandiri dirumah, dan meringankanpengoreksian tugas.

25%

3. Program menarik dan menyenang-kan seperti bermain game,mem-bantu belajar mandiri dirumah, program menarik danmenye-nangkan seperti bermaingame, dan pembelajaran lebihvariatif sehingga tidakmembosankan.

25%

4. Membantu belajar mandiri di ru-mah dan program menarik dan me-nyenangkan seperti bermain game.

25%

Page 16: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

seperti bermain game, dan pembelajaran lebihvariatif sehingga tidak membosankan (25%),serta 4) membantu belajar mandiri di rumah sertaprogram menarik dan menyenangkan sepertibermain game (25%).

Data yang diperoleh menunjukkan, siswamenyukai CAI karena pembelajaran lebih variatifsehingga tidak membosankan. Merekamenganggap pembelajaran menyenangkanadalah pembelajaran yang variatif. Oleh karenaitu guru harus bisa melakukan pembelajaranyang variatif dengan berbagai metode yangberbasis TIK maupun non-TIK. Tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baikkarena metode pembelajaran yang paling baikadalah metode pembelajaran yang variatif.

Sementara itu, siswa juga mengungkapkanhal yang tidak disukai dalam pembelajarandengan CAI. Hal yang tidak disukai inimerupakan kelemahan dari pembelajaranberbasis komputer. Beberapa hal diungkapkandalam angket siswa tentang hal yang tidakdisukai ketika pembelajaran dengan CAI sepertitertera dalamTabel 6 adalah: 1) membutuhkanjaringan internet yang lancar/kuat (17%), 2)materi sulit dipahami (5%), 3) soal-soal yangdiberikan sulit (5%), 4) membuat lelah matakarena belajar/membaca di komputer (43%), 5)tidak ada (12%), 6) membutuhkan jaringaninternet yang lancar/kuat dan membuat lelahmata karena belajar/membaca di komputer (5%),7) membutuhkan jaringan internet yang lancar/kuat dan soal-soal yang diberikan sulit (2%), 8)materi sulit dipahami dan membuat lelah matakarena belajar/membaca di komputer (2%), 9)membutuhkan jaringan internet yang lancar/kuat, materi sulit dipahami, dan soal-soal yangdiberikan sulit (9%), 10) materi sulit dipahamidan soal-soal yang diberikan sulit (2%).

Kelemahan CAI yang terungkap dari angketguru sesuai Tabel 7 adalah: 1) membutuhkanjaringan internet yang lancar/kuat (25%), 2)kesalahan teknis/human error (25%), 3)membutuhkan jaringan internet yang lancar/kuat dan membuat lelah mata karena belajar/membaca di komputer (50%).

Kelemahan CAI yang terlihat pada dataadalah kelemahan secara umum metode

Tabel 6: Hal yang Tidak DisukaiSiswa dalam CAI

No Tanggapan %

1. Membutuhkan jaringaninternet yang lancar/kuat.

17%

2. Materi sulit dipahami. 5%

3. Soal-soal yang diberikan sulit. 5%4. Soal-soal yang diberikan sulit. 43%5. Membuat lelah mata karena

belajar/membaca di komputer.12%

6. Tidak ada 5%7. Membutuhkan jaringan internet

yang lancar/kuat dan membuatlelah mata karena belajar/membaca di komputer.

2%

8. Membutuhkan jaringaninternet yang lancar/kuat dansoal-soal yang diberikan sulit.

2%

9. Materi sulit dipahami danmembuat lelah mata karenabelajar/membaca di komputer.

7%

10. Membutuhkan jaringan inter-net yang lancar/kuat, materisulit dipahami, dan soal-soalyang diberikan sulit.

2%

Tabel 7: Hal yang Tidak DisukaiGuru dalam CAI

No Tanggapan %

1 Membutuhkan jaringaninternet yang lancar/kuat

25%

2 Kesalahan teknis/human error 25%

3 Membutuhkan jaringan internetyang lancar/kuat dan membuatlelah mata karena belajar/membaca di komputer.

50%

pembelajaran berbasis komputer. Teknologikomputer di Indonesia sampai saat ini mayoritasmasih tidak “ramah mata” sehingga penggunakomputer tidak bisa berlama-lama menatap layarmonitor. Hal ini menyebabkan CAI tidak bisadilakukan dalam jangka waktu yang lama demikesehatan mata. Selain itu, jaringan internetyang tidak stabil juga dapat mengganggupenggunaan CAI karena CAI yang dilakukan di

Page 17: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

SMAK BPK PENABUR Sukabumi memakaiprogram Quipper School yang dilakukan online.

Pada angket yang dibagikan kepada siswajuga memuat pertanyaan tentang hal yangdiharapkan dalam pembelajaran dengan CAIdan tempat yang baik untuk melaksanakanpembelajaran tersebut, lihat Tabel 8. Berdasarkanhasil angket diperoleh data bahwa CAI diharap-kan: 1) diterapkan di semua pembelajaran (14%),2) diterapkan dengan penyempurnaan program(5%), 3) diterapkan dengan penyempurnaanmateri (19%), 4) diterapkan dengan penyempur-naan program dan materi (52%), 5) diterapkandi semua pembelajaran dan diterapkan denganpenyempurnaan program dan materi (2%), 6)diterapkan di semua pembelajaran danditerapkan dengan penyempurnaan materi (5%),dan 7) diterapkan di semua pembelajaran,diterapkan dengan penyempurnaan program,dan diterapkan dengan penyempurnaan materi(2%).

Hal yang diharapkan siswa dari CAItersebut tidak berbeda dengan harapan guruterhadap CAI. 25% para guru berharap CAIditerapkan dengan penyempurnaan program,50% guru mengharapkan CAI diterapkan

Tabel 8: Hal yang Diharapkan Siswa dalam CAI

No Tanggapan %1 Diterapkan di semua

pembelajaran.14%

2 Diterapkan denganpenyempurnaan program

5%

3 Diterapkan dengan penyem-purnaan materi

19%

4 Diterapkan dengan penyem-purnaan program dan materi.

52%

5 Diterapkan di semua pembel-ajaran dan diterapkan denganpenyempurnaan program danmateri.

2%

6 Diterapkan di semua pembel-ajaran dan diterapkan denganpenyempurnaan materi.

5%

7 Diterapkan di semua pembel-ajaran, diterapkan denganpenyempurnaan program,dan diterapkan denganpenyempurnaan materi.

2%

dengan penyempurnaan program dan materi,serta 25% sisanya mempunyai harapan agar CAIditerapkan di semua pembelajaran danditerapkan dengan penyempurnaan program.Data pada Tabel 8 dan 9, siswa dan gurumengharapkan CAI terus diterapkan denganpenyempurnaan program karena merekamenyukai CAI yang memuat pembelajaranvariatif sehingga menyenangkan. Penyem-purnan program ini tidak hanya bisa dilakukanoleh pengelola CAI tetapi juga bisa oleh guru.CAI dengan Quipper School memungkinkanguru menulis materi dan merancang soal yangsesuai dan lebih menarik.

Tanggapan terakhir yang diungkapkansiswa lewat angket adalah tentang tempatkegiatan pembelajaran dengan CAI. Sebanyak29% siswa menjawab sebaiknya pembelajaranberbasis komputer hanya dilakukan di sekolah.7% siswa menjawab sebaiknya pembelajaranberbasis komputer cukup dilakukan di rumah.45% siswa menginginkan pembelajaran denganCAI dilakukan di sekolah dan di rumah.Sisanya, 19% siswa menyarankan sebaiknyapembel-ajaran berbasis komputer dapatdilakukan di berbagai tempat yang pentingsempat (dapat diakses internet).

Tanggapan siswa tersebut sedikit berbedadengan tanggapan guru tentang tempat CAIdilakukan. 75% guru-guru berpendapat bahwaCAI sebaiknya dilakukan di berbagai tempatyang penting siswa dapat mengakses CAItersebut. Sementara 25% guru hanyamenyarankan CAI dilakukan di sekolah dan dirumah.

Perbedaan pendapat antara siswa dan gurutentang tempat pelaksanaan CAI dikarenakan

Tabel 9: Hal yang DiharapkanGuru dalam CAI

No Tanggapan %1 Diterapkan dengan

penyempurnaan program25%

2 Diterapkan dengan penyem-purnaan program dan materi

25%

3 Diterapkan di semua pembel-ajaran dan diterapkan denganpenyempurnaan program.

50%

Page 18: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

adanya perbedaan pola pikir tentangpembelajaran. Siswa beranggapan bahwa belajarcukup dilakukan di sekolah dan di rumah.Sementara guru mempunyai persepsi bahwapembelajaran dapat dilakukan berbagai tempat,tidak hanya di rumah atau sekolah.

Sesuai hasil penelitian yang telah diuraikanterungkap bahwa pembelajaran yang variatifsehingga menyenangkan karena tidakmembosankan sangat disukai siswa maupunguru. Hal tersebut menjadi tantangan bagi gurudalam melaksanakan tugas pokoknya agar lebihkreatif dan inovatif. Guru dituntut melakukanvariasi dalam melaksanakan tugas pokoknya(terutama) yang langsung bersinggungandengan siswa seperti penyampaian materi,tugas, ulangan/ujian, remedial, ataupengayaan. Oleh karena itu guru harusmelengkapi dirinya dengan: (a) pengetahuanperkembangan siswa terkini, (b) keterampilanmelakukan berbagai metode pembelajaran, (c)keterampilan mengoperasikan TIK, dan (d)menguasai kompetensi keilmuan terkiniterutama kompetensi keilmuan yang sesuai matapelajaran yang diampu.

Selanjutnya, penelitian ini hanyamendeskripsikan penerapan serta pendapatsiswa dan guru terhadap proses CAI. Olehkerena itu diperlukan penelitian lanjutan agardiketahui efek CAI yang utuh padapembelajaran. Secara umum, keutuhanpembelajaran meliputi: perencanaan pembel-ajaran, proses pembelajaran, dan hasilpembelajaran. Penelitian lanjutan yangdiperlukan adalah pengaruh CAI terhadap hasil

Tabel 10: Tempat Kegiatan CAIMenurut Siswa

No Tanggapan %1 Di sekolah 29%

2 Di rumah 7%

Di sekolah dan di rumah 45%

3 Di berbagai tempat yangpenting sempat (dapatdiakses internet)

19%

belajar siswa. Penelitian ini perlu dilakukankarena ukuran salah satu keberhasilan suatupembelajaran dilihat nilai. Sementara dari segiproses pembelajaran, pemanfaatan CAI di SMAKBPK PENABUR Sukabumi untuk meningkatkanpembelajaran yang variatif dan menyenangkandapat dikatakan berhasil.

Di samping itu, perlu juga melakukanpenelitian tentang manfaat CAI di luar SMAKBPK PENABUR Sukabumi. Penelitian ini perludilakukan karena pembelajaran dan warga disetiap daerah atau sekolah berbeda-beda sertamemiliki karakter/ karakteristik yang khas.Walaupun demikian, penerapan CAI yangdibahas dalam karya tulis i lmiah ini dapatdigunakan sebagai acuan pemanfaatan CAI,khususnya Quipper School, di sekolah lain.

Simpulan

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dibahassebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.Pertama, penerapan CAI di SMAK BPKPENABUR Sukabumi menggunakan QuipperSchool dengan alamat jaringan www.quipperschool.com berlangsung di akhir semester genaptahun pelajaran 2014/2015 selama kurang lebih3 bulan. CAI lebih banyak dimanfaatkan sebagaitugas mandiri untuk memperdalam materi sertadikerjakan di rumah. Hal ini dikarenakan CAIdi sekolah ini baru tahap pengenalan. Olehkarena itu diperlukan sosialisasi yang sistematikdan intens tentang teknik dan manfaat CAI agarCAI dapat dilaksanakan dengan maksimal.Kedua , penggunaan CAI di SMAK BPKPENABUR Sukabumi membuat pembelajaranlebih variatif sehingga menyenangkan karenatidak membosankan.

SaranMengacu pada hasil penelitian ini, disarankan,pertama, agar CAI terus diterapkan denganpenyempurnaan program dan tidak hanyamengandalkan pengelola CAI online (baca:Quipper School) tetapi bisa dilakukan oleh gurudengan menulis materi/soal yang sesuai danmenarik lalu dimasukkan dalam program CAI.

Page 19: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Computer Assisted Instruction

Kedua, Program CAI perlu disosialisasikankepada semua pihak yang terkait seperti kepalaSekolah, pengurus Yayasan, dan orang tuasiswa. Ketiga dalam proses pembelajaran guruhendaknya juga menggunakan pembelajaranyang tidak berbasis CAI tetapi lebih efektif danefisien untuk pencapaian tujuan pembelajaran.Keempat, perlu dilakukan penelitian lanjutantentang pengaruh CAI terhadap hasil belajarsiswa serta penelitian CAI di sekolah diluarSMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Daftar Pustaka

Depdiknas. (2006). Peraturan menteri pendidikannasional Republik Indonesia Nomor 22Tahun 2006 tentang Standar Isi untukSatuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Depdiknas

Dewi, Rahma Dintia Kartika. (2012). Apa itucomputer assisted instruction (CAI)?. http://rahmadkd.blogspot.com/2012/04/apa-itu-computer-based-learning-CAI_17.html 23/6/2015 12:06

Hernández, Roger E. (2007). Remaja dan media(Terjemahan). Bandung: Pakar Raya

Hisar, Anggiat. Evaluasi pemanfaatan programmultimedia pembelajaran MiKids. http://

bpkpe nabur . or . id /wp-c on t ent /uploads/2015/10/jurnal-No17-Thn10-Desember2011.pdf. Diunduh, 2 Juni 2015

Knight, George R.. (2007). Filsafat pendidikan(Terjemahan). Yogyakarta: Gama Media

Kwartolo, Yuli. (2010). Teknologi informasi dankomunikasi dalam proses pembelajaran.http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No14-Thn9-Juni2010.pdf. Diunduh, 2 Juni 2015

Muniasari. 2008. Kiat jitu belajar bermutu. Jakarta:PT Perca

Pemprov Jabar. Peraturan gubernur Jawa Barat No.69 tahun 2013 tentang Pembelajaran muatanlokal bahasa dan sastra daerah pada jenjangsatuan pendidikan dasar dan Menengah.Bandung: Pemprov Jabar

Rizal, Herry Fahrur. (2014). Quipper SchoolIndonesia: Startup yang menunjang prosesKBM untuk pendidikan menengah. http://id.techinasia.com/quipper-school-platform-belajar-online-smp-sma-indonesia/ 23/06/2015 13:44

SMAK BPK PENABUR Sukabumi. 2014. TataTertib Sekolah Tahun Pelajaran 2014/2015.Sukabumi: SMAK BPK PENABURSukabumi

Sukidin,dkk. (2010). Manajemen penelitiantindakan kelas. Jakarta: Insan Cendekia

Page 20: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Penerapan Metode Whole Brain Teachinguntuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak

pada Anak Usia Dini

Indriane AtmadjaE-mail: [email protected]

TKK BPK PENABUR 246 Bandung

Penelitian

KAbstrak

emampuan menyimak anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung masih rendah.Hal ini terlihat dari masih banyak anak yang tidak memperhatikan guru ketika sedangberbicara, tidak memperhatikan media yang digunakan dan tidak dapat duduk dengantertib sehingga anak tidak dapat melakukan perintah dan menjawab pertanyaan guru.

Tujuan penelitian ini ialah untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga kemampuanmenyimak anak meningkat. Kemampuan menyimak perlu ditingkatkan karena merupakanketerampilan dasar sebelum anak menguasai keterampilan berbicara, membaca, menulis danmerupakan langkah awal penguasaan informasi keilmuan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan18 September sampai 15 Oktober 2015, dengan desain penelitian Kemmis & Taggart dan denganpola kolaboratif. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancaradan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan tehnikthematic analysis. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat peningkatan kemampuan menyimakanak setelah diterapkan metode Whole Brain Teaching.

Kata-kata kunci: kemampuan menyimak anak usia dini, proses pembelajaran, metode Whole BrainTeaching

Application of Whole Brain Teaching toImprove The Listening Skills of Early Age Children

Abstract

The students’ listening skills of class A5 TKK BPK PENABUR 246 Bandung were still weak. Based on thepre-observation data there were many children who couldn’t pay attention to their teacher when the teacherwas speaking. They couldn’t concentrate on the learning resources that were being used and couldn’t sitproperly so the children couldn’t follow the teacher’s instructions and couldn’t answer the teacher’s questions.Based on these points, the researcher did the research in the class with the aim of correcting the learningprocess so that the children’s listening skills improved. Children’s listening skills should be improved becauseit is the basic skill for speaking, reading and writing skills and as the first step to access a lot of information.The research employed the classroom action research by Kemmis & Taggart by collaboration pattern. Datacollection technique applied were observation, interview and documentation. The data were analyzed byqualitative analysis and thematic analysis. The results of the research are the children’s listening skillsimproved through implementation of the Whole Brain Teaching method.

Key words: children’s listening skills, instructional process, Whole Brain Teaching method

Page 21: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Pendahuluan

Keterampilan menyimak merupakanketerampilan dasar yang harus dimiliki seoranganak dan merupakan aspek dominan di dalamkegiatan sehari-hari. Banyak orang beranggapanmenyimak sama dengan mendengar. Menyimak(listening) bersifat aktif sedangkan mendengar(hearing) bersifat pasif, spontan dan tidak selektif.Menyimak tidak hanya merupakan aktivitasmendengarkan tetapi merupakan sebuah prosesmemilih dari sekian banyak rangsangan disekitar kita, memproses informasi danmenginterpretasikan informasi yang diterima.Menyimak harus dipelajari dan dilatih karenamerupakan salah satu bagian penting dalamproses komunikasi. Dengan menyimak anakdapat memahami tuturan atau pernyataansingkat atau sederhana(Iskandarwassid,2008:.283). Menyimak tidak semudah yangdipikirkan orang. Kegagalan dalam menerimadan memahami pesan dapat berakibat gagalnyasebuah proses komunikasi. Kita dituntut untukmendengarkan dan memperhatikan pesan-pesan verbal, non verbal pembicara, memahamiisi, maksud dan berbagai aspek lain yang bersifatkompleks seperti suasana hati, kebiasaan, nilai,kepercayaan, motif, sikap, dorongan, kebutuhandan pendapat pembicara (Hermawan, 2012:30)

Pendidik berasumsi bahwa menyimakmerupakan kemampuan alamiah saja, padahalmenyimak merupakan langkah awalpenguasaan informasi keilmuan. Begitu banyakilmu yang dapat diserap dari hasil menyimak.Peneliti berpendapat bahwa keterampilanmenyimak sangat perlu diberikan pada anakusia dini, sayangnya dalam pencapaian harapantersebut, banyak hambatan atau kendala baikdari pengirim pesan maupun penerima pesan.Penelitian yang dilakukan oleh Beery (Tarigan,2013:13) melaporkan, ada korelasi antaraintelegensi, daya, dan kecepatan yang dimilikianak dengan kemampuan menyimak.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas,seorang pendidik dituntut untuk dapat memilihstrategi pembelajaran yang tepat untukmencapai tujuan pembelajaran. Terdapatberbagai metode pembelajaran yang dapatditerapkan di lembaga Pendidikan Anak Usia

Dini (PAUD) seperti yang disampaikan olehMoeslichatoen (2004: 24-28) yaitu metodebermain, karyawisata, bercakap- cakap,bercerita, demonstrasi, proyek, pemberian tugas,bermain peran, tanya jawab dan bernyanyi.Setiap metode memiliki keunggulan dankelemahan, karena itu pendidik diharapkandapat menggunakan metode yang sesuai dengankarakteristik anak sehingga proses pembelajaranmenjadi lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil observasi awal terhadapproses kegiatan pembelajaran di kelompok A5TKK BPK PENABUR 246 Bandung yangberjumlah 17 anak, peneliti sering menemukansebagian anak kelompok A5 TKK BPKPENABUR 246 Bandung kurang menyimakperkataan dan perintah guru. Hal ini terlihatketika guru sedang bercerita dan bercakap-cakap. Ada anak yang asyik bicara dengantemannya dan tidak memperhatikan gurunya.Ada anak yang terlihat melamun, tatapanmatanya tidak memandang pada guru. Ketikaguru bertanya kepada anak untuk mengetahuipemahaman mereka tentang materi yangdisampaikan, sebagian besar anak diam, tidakberani menjawab pertanyaan guru, atau adayang berani menjawab namun jawabannyakurang tepat. Bahkan ketika anak harusmengerjakan tugas, sebagian anak tersebutterlihat bingung dan tidak mengerti dengan apayang harus mereka kerjakan, sehingga guruharus terus mendampingi anak tersebut danmenjelaskan kembali apa yang harus merekakerjakan. Anak masih sulit duduk danmemperhatikan sesuatu untuk jangka waktuyang lama karena pada usia ini mereka memilikidaya perhatian yang pendek. Guru harus pandaimemilih metode yang tepat yang sesuai dengankarakteristik anak.

Peneliti merasa penting meningkatkankemampuan menyimak anak karena kemam-puan menyimak merupakan dasar keterampilanyang harus dikuasai anak sebelum anakmenguasai keterampilan berbicara, keteram-pilan membaca dan keterampilan menulis.Peneliti mencari solusi dengan melakukanPenelitian Tindakan Kelas di kelompok A5 diTKK BPK PENABUR, untuk memperbaiki prosespembelajaran agar kemampuan menyimak anak

Page 22: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

di kelas tersebut meningkat. Metode yang akanditerapkan adalah metode Whole Brain Teachingkarena selama ini belum ada penelitian tentangmeningkatkan kemampuan menyimak anakusia dini melalui penerapan metode Whole BrainTeaching. Metode ini diciptakan oleh Chris Biffledan kawan–kawan dengan tujuan membantuproses pembelajaran yang melibatkan seluruhfungsi otak. Whole Brain Teaching adalahsebuah metode pembelajaran yang menekankanpada kegiatan anak untuk aktif terlibat dalamkegiatan pembelajaran sehingga dapatmembantu anak dalam menyimak. Kegiatanyang menjadi karakteristik utama dalampelaksanaan metode Whole Brain Teachingadalah:a. Mendapatkan perhatian: untuk mendapat-

kan perhatian anak, guru harus melibatkananak dengan memberi instruksi seperti class-yes setiap kali guru melihat anak mulai tidakmemperhatikan.

b. Pengaturan kelas: membuat peraturankelas/ tata tertib kelas bersama dengananak-anak dan harus diucap ulang setiaphari agar kelas menjadi tertib.

c. Penggerak seluruh bagian otak: gurumemberi kesempatan pada anak untukmengajarkan kembali pemahaman konseppada temannya.

d. Pemberi motivasi: guru memberi penghar-gaan kepada anak yang sudah dapatmenyimak dengan baik.

e. Memusatkan perhatian: untuk mendapat-kan perhatian yang lebih dari anak, gurudapat melibatkan anak dengan mengatakanseperti hands and eyes/ attention please

f. Pemersatu kelas: guru meminta anak untukmeniru yang diucapkan dan digerakan olehguru. Hal ini membantu anak dalammenyimak dan mengingat.

g. Melibatkan anak: guru meminta anak untukdapat bergantian ketika mengajar.Menurut Biffle (2014) guru harus

menjelaskan sebuah konsep dengan kalimatyang singkat dan bertahap, dengan intonasisuara, volume suara dan lagu bicara yangberagam, gerakan tangan yang melambangkansuatu kata yang membantu anak mengingat kata

dan media gambar sebagai alat bantu dalammengenalkan sebuah konsep.

Untuk itu rumusan masalah penelitiantindakan kelas ini adalah (a) bagaimana profilkemampuan menyimak anak kelompok A5 TKKBPK PENABUR 246 sebelum diterapkan metodeWhole Brain Teaching, (b) bagaimana prosespenerapan metode Whole Brain Teaching untukmeningkatkan kemampuan menyimak padaanak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR246 Bandung, dan (c) bagaimana kemampuanmenyimak anak-anak kelompok A5 TKK BPKPENABUR 246 Bandung setelah diterapkanmetode Whole Brain Teaching?

Berdasarkan permasalahan tersebut makatujuan penelitian tindakan kelas ini adalahuntuk menganalisis (a) profil kemampuanmenyimak anak-anak kelompok A5 TKK BPKPENABUR 246 sebelum diterapkan metodeWhole Brain Teaching, (b) proses penerapanmetode Whole Brain Teaching untukmengingkatkan kemampuan menyimak padaanak-anak kelompok A5 TKK BPK PENABUR246 Bandung, dan (c) kemampuan menyimakanak di kelompok A5 TKK BPK PENABUR 246setelah diterapkan metode Whole BrainTeaching.

Mengacu pada tujuan tersebut makapenelitian tindakan kelas ini diharapkan dapatbermanfaat bagi berbagai pihak. Pertama, untukanak usia dini dapat meningkatkan kemampuanmenyimak, kedua, bagi guru TK hasil penelitianini diharapkan dapat menjadi masukan danumpan balik untuk memperbaiki prosespembelajaran dalam rangka meningkatkankemampuan menyimak anak, ketiga, bagipeneliti diharapkan penelitian ini menjadi acuandalam melakukan penelitian tentangkemampuan menyimak anak melalui metodeWhole Brain Teaching.

Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalahpenelitian tindakan model Kemmis dan McTaggart. Menurut Stephen Kemmis (Hopkins,2011: 87) penelitian tindakan merupakan salahsatu bentuk penyelidikan refleksi diri yangdilaksanakan oleh para partisipan dalam situasisosial (termasuk pendidikan) untuk mengem-

Page 23: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

bangkan kurikulum berbasis sekolah danpengembangan professional.

Penelitian tindakan kelas bertujuan untukmendapatkan gambaran mengenai penerapanmetode Whole Brain Teaching untukmeningkatkan kemampuan menyimak anakusia dini yang dilakukan melalui empat tahapyaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,pengamatan dan refleksi.

Partisipan penelitian tindakan kelas inimeliputi peneliti, guru kelas dan anak-anakkelompok A5 di TKK BPK PENABUR 246 sebagaisubjek penelitian yang berjumlah 17 anak dengankomposisi 8 anak laki-laki dan 9 anakperempuan. Tempat penelitian adalah TamanKanak-Kanak BPK PENABUR 246 Bandungberalamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 246Bandung. TK ini memiliki program pengenalanbahasa Inggris sederhana seperti pengenalansalam dan instruksi sederhana. Alasan memilihsubjek penelitian anak-anak kelompok A di TKBPK PENABUR 246 karena berdasarkan hasilobservasi awal kemampuan menyimak anaktidak optimal. Sebagian anak belum dapatmenjawab pertanyaan guru, padahal kemam-

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan(didasarkan pada Model Stephen Kemmis

& Mc Taggart, 1988)

puan menyimak sangat penting dimiliki olehanak sebagai kemampuan dasar dalamberbahasa seperti berbicara, membaca danmenulis. Juga melalui menyimak, anak dapatdengan mudah berkomunikasi, memahamiberbagai pengetahuan yang disampaikan secaralisan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18September sampai tanggal 15 Oktober 2015.

Data dikumpulkan menggunakan tehnikobservasi, wawancara dan studi dokumentasi.Instrumen dalam penelitian ini adalah penelitisendiri sebagai instrumen kunci (Cresswell,2014: 261) dengan mengumpulkan data melaluicatatan lapangan, panduan wawancara, danstudi dokumentasi.

Data dianalisis menggunakan pendekatananalisis kualitatif dengan tehnik analisis tematik.Menurut Boyatzis, (1998) analisis tematik adalah“… a method for identifying, analyzing and reportingpatterns (themes) within data. And further than this,and interprets various aspects of the research topic.”Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa tematikanalisis adalah sebuah metode untukmengidentifikasi, menganalisis dan melaporkanpola (tema) yang terdapat pada data, dan lebihjauh lagi dapat menginterpretasikan aspekberagam dari topik penelitian. Sedangkanmenurut Daly, Kellehear dan Gliksman (Fereday& Cochane, 2006) analisis tematik adalah sebuahpencarian tema yang muncul dan menjadipenting untuk sebuah gambaran dari fenomena.Pada penelitian ini peneliti menggunakanpendekatan tematik analisis deduktif/teoretikal(Boyatzis, 1998 & Hayes, 1997) atau data yang“top down” yang artinya sebelum melakukanpenelitian peneliti sudah menentukan terlebihdahulu teori atau analisis minat di lapangan.Format tematik analisis ini untuk memberikansedikit gambaran dari data keseluruhan dananalisis data yang lebih detail. (Boyatzis, 1998)

Peneliti melakukan deduksi, induksi danverifikasi atas data kualitatif (Alwasilah, 2011).Peneliti menggunakan sejumlah teori sebagairujukan untuk memaknai data kualitatif, yangdalam hal ini peneliti sedang berpikir deduktif.Sebaliknya ketika peneliti melakukan katego-risasi terhadap data, yaitu untuk menemukankategori maka peneliti sedang berpikir secarainduktif. Berpikir induktif dan berpikir deduktif

Page 24: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

terus dilakukan secara bergantian saatmelakukan penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, tematik analisisdalam penelitian ini mengacu pada pertanyaanpenelitian terkait penerapan metode Whole BrainTeaching dalam meningkatkan kemampuanmenyimak pada anak usia dini, yang meliputikemampuan menyimak anak kelompok A5 sebe-lum diterapkannya metode Whole Brain Tea-ching, penerapan metode Whole Brain Teachinguntuk meningkatkan kemampuan menyimakdan kemampuan menyimak anak setelah dite-rapkan metode Whole Brain Teaching.

Tabel 1: Contoh Proses Coding/ Pengodean DataSelasa, 22 September 2015

Data Kode

Untuk memusatkan perhatian anak setelah mengikuti movingclass guru memanggil anak-anak dengan " Children" dan secaraserentak anak akan menjawab, "Yes Miss" (SR) Lalu guruberkata "Everybody sit down, please!", anakpun duduk dilantai.(P)(DT) Guru bertanyajawab tentang nama-nama haridalam 1 minggu. Guru menanyakan hari/ tanggal pada hariini. Anakpun menjawab pertanyaan guru (J). Guru menugaskan 1anak untuk maju ke depan menempel hari dan tanggal padahari ini. Guru mulai mengulang tema minggu ini yaitu tentangguru dan teman sekelas. Guru menjelaskan tentang tugas gurudan peran guru kemudian guru mencoba mengajarkankepada anak beberapa karakteristik metode Whole BrainTeaching. Guru mengajarkan anak-anak dengan istilah "Class-Yes"(SR). Untuk pertama kali anak masih belum tanggapdengan yang diajarkan guru, ada 2 anak ( Ez dan St ) yangmasih main-main dengan temannya dan tidakmemperhatikan sama sekali perintah guru.(TA)

(DT) Dapat duduk dengantertib

(P) Melakukan 2 perintahsederhana

(SR) Meniru dan meres-pon stimulus guru sepertikelas-ya, ajarkan-ok, danperhatikan.

(TA) Menaati peraturan

(J) Menjawab pertanyaanyang diberikan guru

Dipaparkan langkah-langkah dalammenganalisa hasil penelitian menurut Saldana(2009: 12), seperti pada Gambar 2.1. Melakukan pengodean data/coding

Menurut Charmaz (2006: 43), “Coding meansnaming segments of data with a label thatsimultaneously categorizes, summarizes, andaccounts for each piece of data.” Artinya kodingberarti cara penamaan segmen data denganlabel secara bersamaan, mengkategorikan,merangkum, dan account untuk setiappotongan data.

Teori>Tema/konsep

Kategorisasi

Kode

Kode

Kode

Kategorisasi

Kode

Kode

Kode

>

Gambar 2: Bagan dari Kode ke Teori untuk Kualitatif Inkuiri(Saldana, 2009: 12)

Page 25: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

2. KategorisasiDari kode yang didapat, peneliti mengelom-pokkan ke dalam kategorisasi untukmemudahkan peneliti melakukan perban-dingan temuan dalam 1 kategori. Perban-dingan temuan ini untuk membangunkonsep teoritis. Menurut Richards & Morse(Saldana, 2009: 11), kategorisasi adalahbagaimana kita keluar dari data yangberagam dan membentuk data, menyortinghal-hal yang mewakili, maksudnyamengelompokkan topik-topik yang salingberhubungan satu sama lain.

3. Dari kode dan kategorisasi ke tema danteoriDari kategorisasi peneliti dapat, menunjuk-kan bagaimana tema-tema dan konsep-konsep secara sistematis berkaitan denganperkembangan teori. (Corbin& Strauss,Saldana, 2009: 11).

Hasil dan Pembahasan

1. Profil Kemampuan Menyimak AnakSebelum Diterapkan Metode Whole BrainTeaching.

Profil kemampuan menyimak anak-anakkelompok A 5, TKK BPK PENABUR 246 Bandungsebelum diterapkan metode Whole BrainTeaching masih rendah. Hal ini terlihat darihasil observasi awal dan wawancara denganguru kelas bahwa sebagian besar anak masihsuka mengobrol ketika guru berbicara, pandang-an mata anak-anak tidak tertuju pada guru,anak-anak tidak dapat duduk dengan tertibmasih ada yang bermain-main ketika guru men-jelaskan sehingga anak-tidak dapat menjawabpertanyaan guru dengan benar, dan bahkan ti-dak mengerti instruksi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pengamatan peneliti, anakkurang dapat menyimak dan berperilaku sepertidi atas ketika guru sedang berbicara karenabanyak faktor di antaranya karena karakteristikanak usia 4 tahun menurut Moeslichatoen(2004:10) anak- memiliki rasa ingin tahu yangkuat, senang bereksperimen dan menguji, senangberimajinasi dan berbicara sehingga anak sulit

untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untukjangka waktu yang lama.

Menurut peneliti, faktor lain yang mempeng-aruhi proses menyimak sehingga kemampuanmenyimak anak kelompok A5 masih rendahadalah faktor psikologis anak. Anak memasukimasa transisi dari lingkungan rumah yangnyaman, tempat mereka sudah akrab denganorang-orang yang ada di sekitar mereka untukkemudian masuk lingkungan sekolah yangasing dan baru dapat membuat anak berhentiberbicara dan tidak menyimak dengan baik.(Beaty, 2013: 314) Di kelompok A5 ada 6 anakyang belum pernah bersekolah di kelas kelompokbermain ataupun toddler sehingga ketika merekabersekolah di kelompok A, hal tersebutmerupakan pengalaman pertama mereka. Anaktersebut perlu beradaptasi dalam kegiatanbelajar, perlu latihan dan pembiasaan dalamkegiatan menyimak. Anak-anak harus merasanyaman berada di lingkungan yang baru. Padaumumnya anak tersebut kurang rasa percaya diriatau mungkin memang pemalu atau berasal darikeluarga yang sedikit menggunakan komunikasilisan.

Selain keenam anak yang belum berpeng-alaman bersekolah, faktor lain yang menyebab-kan anak sulit menyimak adalah faktor usia.Berdasarkan pengamatan peneliti dan studidokumentasi data siswa, ternyata anak yangkurang menyimak di kelas tersebut disebabkanusia anak yang masih muda dibandingkan anakyang lain, walaupun hanya beda beberapa bulanternyata mempengaruhi kemampuan anakdalam menyimak. Hal ini diperkuat denganpendapat Tarigan (2013: 44-47) bahwa faktoryang mempengaruhi proses menyimak adalahsalah satunya faktor pengalaman. Kurang atautidak adanya minat dalam menyimak dikarena-kan anak tersebut miskin pengalaman dalammendengarkan dan memperhatikan orang lainberbicara. Selain itu kosa kata yang dimiliki anakmempengaruhi kemampuan anak dalammenyimak dan memahami pesan yangdisampaikan guru.

Guru harus pandai memilih metode, mediayang tepat yang sesuai dengan karakteristikanak. Jika anak pemalu atau tidak komunikatif,guru dapat membantunya dengan menciptakan

Page 26: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

suasana kelas yang nyaman untuk anak. Gurudapat memotivasi anak dengan memberikanreward agar anak dapat lebih percaya diri.(Beaty,2013: 317) Jika anak tidak menyimak karenaterlalu aktif dan sulit konsentrasi maka guruharus dapat sering mengalihkan perhatian anaksehingga anak tersebut dapat terusmemperhatikan dan menyimak gurunya.

2. Penerapan Metode Whole Brain TeachingPenelitian tindakan kelas ini berlangsungsebanyak 3 siklus dengan 2 tindakan setiapsiklusnya.

Siklus I1. Perencanaan Siklus ISiklus pertama dilaksanakan pada tanggal 22dan 25 September 2015 dengan tema “God BlessMe with Wonderful People” dan subtema “Teacherand Friends”. Guru kelas dan penelitiberkolaborasi menyiapkan perencanaan sikluspertama. Di bawah ini dipaparkan rancangankegiatan siklus pertama tindakan pertama:

Tabel 2: Rancangan Kegiatan Siklus I(Tindakan 1)

Selasa, 22 September 2015

No Kegiatan/ Aktivitas Pembelajaran

1 Morning Assembly

2abc

Moving ClassRenangPerpustakaanMandarin

3a

b

PembukaanPengenalan tentang karakteristikmetode Whole Brain TeachingBercakap-cakap tentang sub temaGuru dan Teman

4a

b

Kegiatan IntiPenjelasan tentang peraturan kelasno 1-3Mengerjakan Maze

5a

PenutupMenyanyi lagu 'Ibu Guru Kami'

Media yang digunakan berupa gambarkarakteristik Whole Brain Teaching seperti class-yes, teach-ok, switch, class rule, mirror, gambarmaze, gambar guru, dan buku cerita.

Media yang digunakan pada tindakankedua adalah gambar teman, gambar bendadengan huruf depan a,i,u,e,o, gambar peraturankelas, dan simpai.

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus 1Pelaksanaan metode Whole Brain Teachingpada siklus pertama tindakan pertama iniberdasarkan rancangan pembelajaran yangtelah disusun sebelumnya bersama guru.Adapun pelaksanaan dan pengamatan kegiatanpembelajaran yang mendukung kegiatanmenyimak dan penerapan metode Whole BrainTeaching dapat terlihat dalam uraian berikut ini:a. Anak-anak mendengarkan penjelasan guru

tentang karakteristik Whole Brain Teachingseperti class-yes, teach-ok, switch, class ruledan mirror. Anak menunjukkan responpositif terhadap karakteristik yang barudiajarkan tersebut. Cuplikannya antara lainsebagai berikut.“Kemudian guru mengucapkan kata ‘class’dengan berbagai variasi intonasi dan lagu,

Tabel 3: Rancangan Kegiatan Siklus I(Tindakan 2)

Jumat, 25 September 2015

No Kegiatan/ Aktivitas Pembelajaran

1 Morning Assembly

2a

b

PembukaanMengucap ulang peraturan kelasno 1-3Bercakap-cakap tentang sub temaGuru dan Teman

3abc

Kegiatan IntiPengenalan huruf vocal a,i,u,e,oMerobek gambarMelompat dengan simpai

4a

PenutupMenyanyi lagu "Kau Temanku"

Page 27: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

anak-anakpun terlihat semangat danantusias dengan tehnik baru ini. Anak-anakmerespon yang disampaikan guru dengankata”yes” secara bervariasi sesuai denganyang dikatakan guru.” (CatatanLapangan:22 September 2015)

b. Anak-anak dan guru bercakap-cakap ten-tang subtema minggu ini yaitu tentang guru.

c. Anak-anak mendengarkan penjelasan gurutentang peraturan di kelas no 1-3. Gurumulai mengajarkan peraturan kelas satupersatu. Guru memberi contoh gerakanuntuk memudahkan anak-anak menghafalperaturan kelas tersebut. Guru mengajarkanperaturan no 1, guru perlu mengulangibeberapa kali/ mirror sampai anak hafal dandapat mengikutinya. Setelah itu, guru kelasmengajarkan karakteristik ‘teach-ok’. Padakesempatan kali ini guru menghubungkandengan sub tema minggu ini yaitu tentangguru dan teman. Anak-anak diajak bermainperan menjadi guru, di mana tugas guruadalah mengajar dan tugas muridmendengar perkataan guru atau belajarmenyimak. Guru memberi contoh tepuktangan dan mengucapkan kata ‘teach’ danmemberi contoh respon yang harusdilakukan anak yaitu menepuk tangan danmeng-atakan ‘ok’. Untuk mengajarkankarakteristik inipun perlu waktu yangcukup lama agar anak mengerti. Setelah ituguru melanjutkan dengan istilah ‘switch’.Guru menjelaskan pengertian switch/bergantian. Setelah diberi contoh anak mulaimemahaminya. Namun, untuk beberapaanak yang tidak menyimak dan pendiammereka tidak dapat melakukan apapun,hanya diam saja.Berikut ini akan dipaparkan kegiatan

pelaksanaan tindakan kedua siklus pertamaa. Anak mengucap ulang peraturan kelas no

1-3. Hanya 6 anak saja yang masih ingatdan dapat mengucap ulang peraturan kelasno 1-3.

b. Anak dan guru bercakap-cakap tentangteman, guna teman dan bagaimanamenyayangi teman.

c. Anak-anak mendengarkan penjelasan gurutentang pengenalan huruf vocal a, i, u, e, o.Anak-anak terlihat antusias dengan kotak

yang dibawa guru. Guru mengajarkan hurufsatu persatu, dibantu dengan gambar dangerakan tangan. Anak-anak menyimak danmengulangi yang diajarkan guru/ mirror.Setelah anak mengerti dan hafal tentanghuruf awal tersebut guru meminta anakuntuk saling mengajar. Kali ini seperti saranpeneliti sebelumnya bahwa guru kelasharus menentukan pasangan siapa yangjadi guru dan murid. Pada awalnya hanya3 pasang anak saja yang dapat melaku-kannya, kemudian guru terus mencobasampai huruf o dan setelah diulang 5 kalisudah ada sedikit penambahan anak yangdapat mengajarkan konsep pada temannyayaitu sekitar 11 anak.

3. Refleksi siklus IPada siklus pertama ini ada 1 anak yang tidakmasuk sekolah karena sakit, yang seharusnyaada 17 anak menjadi 16 anak. Kemampuanmenyimak anak seperti mengatur arahpandangan ketika guru berbicara dan padamedia yang digunakan guru sudah mulai terlihatada peningkatan jumlah anak yang melaku-kannya dibandingkan pada kegiatan belajarmengajar sebelum diterapkannya metode WBT.Hal ini dikarenakan guru menggunakankarakteristik focuser dan attention getter setiap kalimeminta perhatian anak seperti children- yes Missatau class- yes atau attention, please!- yes, Miss. Anaksudah dapat secara otomatis duduk dengantangan dilipat, pandangan mata tertuju padaguru dan kaki dilipat. Pada siklus pertama gurubelum mengenalkan instruksi hands and eyeskarena karakteristik Whole Brain Teachingcukup banyak jadi dikenalkan sedikit-sedikitagar anak-anak tidak bingung. Kendala yangdihadapi guru saat mengenalkan danmenerapkan karakteristik metode Whole BrainTeaching adalah perlu waktu yang cukup lamaagar anak terbiasa.

Pada tahap awal, menurut peneliti sebaik-nya ketika anak melakukan aktivitas mengajar,guru yang harus menentukan siapa yangmenjadi guru dan murid karena anak-anak TKA masih terlihat bingung. Selain ada gerakantangan yang mewakili kata-kata, penggunaanmedia sangat membantu anak dalam menyimak.

Page 28: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Guru sebelumnya sudah membuat aturandi kelas yang sedikit berbeda dengan aturanyang ada di metode WBT namun tidak masalahkarena dalam penerapan metode WBT yangpenting adalah harus adanya peraturan kelasagar anak-anak tertib, isi peraturan itu sendiridapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisianak. Untuk memotivasi anak menyimakdengan baik maka pada siklus kedua guru perlumenerapkan karakteristik scoreboard, yaitumenyiapkan reward bagi anak yang sudah dapatmelakukan kegiatan menyimak seperti mengajardengan baik. Tabel 4 memaparkan kemampuanmenyimak anak setelah siklus I.

b. Siklus II1. Perencanaan Siklus IISiklus kedua dilaksanakan pada tanggal 28September dan 1 Oktober 2015 dengan tema ‘GodBless Various Occupation’ dan sub tema ‘Doctorand Nurse’. Tabel 5 berisi rancangan kegiatansiklus kedua tindakan pertama:

Tabel 5: Rancangan Kegiatan Siklus II(Tindakan 1)

No Kegiatan/ Aktivitas Pembelajaran

1 Morning Assembly

2ab

Moving ClassMusic and MovementMandarin

3a

bc

PembukaanMengucap ulang peraturan kelasno 1-3Pengenalan peraturan kelas no 4-6Bercakap-cakap tentang sub temaDokter dan Perawat

4ab

Kegiatan IntiPengenalan huruf a,iMenulis angka 2

5 Penutup

Tabel 4: Kemampuan Menyimak Anak Setelah Siklus I

Kode Indikator Kemampuanawal Siklus 1

LG Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guruberbicara

5 anak 7 anak

LM Anak dapat mengatur arah pandangan pada mediayang digunakan guru

5 anak 7 anak

DT Anak dapat duduk dengan tertib 7 anak 9 anak

P Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana 7 anak 8 anak

TA Anak dapat menaati peraturan 7 anak 10 anak

J Anak dapat menjawab pertanyaan guru 4 anak 5 anak

SR Anak dapat meniru dan merespon stimulus guruseperti Class- Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes,Mirror, Switch

4 anak 6 anak

U Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yangdicontohkan guru

- 5anak

TO Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya - 6 anak

Page 29: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Media yang digunakan pada tindakanpertama adalah gambar peraturan kelas, gambardokter dan perawat, gambar benda-benda darihuruf a,i, gambar angka 2 dan buku cerita.

Media yang digunakan pada tindakankedua adalah gambar peraturan kelas, gambarbenda dari huruf u,e,o, gambar segitiga,hasilhasta karya rontgen.

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus IISiklus kedua tindakan pertama dilakukan padahari Senin, 28 September 2015. Pelaksanaankegiatan menyimak melalui metode Whole BrainTeaching ini disesuaikan dengan rancanganyang telah disusun sebelumnya bersama denganguru dan mempertimbangkan hasil refleksi padasiklus pertama. Perbaikan yang dilakukanadalah guru perlu mengulang- karakteristikmetode Whole Brain Teaching seperti class-yes,children-yes,Ms., attention, please! – yes, Ms., teach-ok, mirror, agar anak-anak terbiasa, guru perlukembali mengulang peraturan kelas nomer 1-3,sebelum dilanjut dengan peraturan nomer 4-6,dalam pelaksanaan karakteristik teach-ok guruharus menentukan pasangan anak-anak siapayang terlebih dahulu menjadi guru dan muridagar anak-anak tidak bingung. Karakteristik

Tabel 6: Rancangan Kegiatan Siklus II(Tindakan 2)

No Kegiatan/ Aktivitas Pembelajaran

1 Morning Assembly

2 Senam bersamaBahasa Inggris

3a

PembukaanMengucap ulang peraturan kelas

4ab

cde

Kegiatan IntiPengenalan huruf u,e,o. (mirror)Penjelasan tentang konsepsegitiga (mirror)Melipat bentuk segitigaMembuat bentuk segitiga di bukuMembuat hasta karya rontgen

5 Penutup

kegiatan Whole Brain Teaching yangditambahkan pada siklus kedua ini adalahpenggunaan score board dalam pembelajaran.Adapun pelaksanaan dan pengamatanpembelajaran siklus kedua tindakan pertamayang menunjukkan kegiatan menyimak danpenerapan metode Whole Brain Teaching dapattergambar pada penjelasan seperti berikut ini:a. Anak mengucap ulang peraturan kelas no

1-3. Guru menugaskan salah satu anakuntuk memimpin pengucapan ulangperaturan kelas. Peneliti melihat ada 3 anakyang masih diam saja tidak mengikutiaktivitas tersebut. Hal ini terlihat dalamcuplikan berikut ini:“Setelah mendengar instruksi dari leaderanak-anak secara serempak menyampaikanaturan-aturan yang sudah dipahami yaituaturan no 1,2,dan 3. Hanya 3 anak yangpasif tidak ikut-ikut mengucapkanperaturan di kelas.” (Catatan Lapangan:28September 2015)

b. Guru menjelaskan peraturan kelas no 4-6.Kemudian guru mengajarkan peraturankelas no 4-5. Guru mengajarkannya satupersatu dengan gerakan tangan. Ketika gurumemberi contoh dengan gerakan tangandan semua pandangan anak tertuju padaguru, ketika harus mengulangi kalimat dangerakan, ada 3 anak masih diam. Gurumemotivasi ketiga anak tersebut untukmelakukannya, tahap berikutnya anakditugaskan untuk saling mengajarperaturan kelas yang sudah mereka hafalnamun tetap ada 2 anak yang tidak ikutmengajar temannya.

c. Anak dan guru bercakap-cakap tentangpekerjaan dokter dan perawat. Untukmemusatkan perhatian anak, gurumenggunakan kalimat attention, please!,karena sudah sering diucapkan guru, makaperintah ini cukup ampuh dalam membuatanak menyimak, apalagi ketika gurumembawa media pembelajaran seperti bukucerita, mata anak langsung tertuju padamedia tersebut. Anak-anak dapat menyimakcerita dengan waktu yang cukup lama dandapat menjawab pertanyaan guru tentangcerita yang ada di buku tersebut dan bahkan

Page 30: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

dapat bercerita tentang pengalaman merekaketika ke dokter

d. Anak mendengarkan penjelasan gurutentang huruf a dan i. Setelah itu gurumengulang pengenalan huruf a, i, u denganmedia pembelajaran yang baru dan carayang berbeda dengan minggu lalu. Ternyatacara mengajar dengan lagu, gerakan tangandan media lebih membantu anak dalammenyimak dan menghafal konsep. Gurusudah menyiapkan media gambar sejumlahkelompok anak, jadi ketika anak ditugaskanuntuk saling mengajar mereka bertindakseperti guru karena membawa kertas yangdapat mereka tunjukkan pada temannyadan menggerakkan tangannya untukmemberi contoh membentuk huruf a, i danu di udara. Melalui cara baru ini sebagiananak-anak terlihat cukup antusias dandapat melakukannya dengan baik namun 3anak tadi masih diam saja

e. Anak menulis angka 2. Guru menjelaskantentang konsep angka 2 dengan benda-benda dan mengajarkan cara menulis angka2 di papan dan di udara. Semua anakmenyimak penjelasan guru, kemudian gurumenugaskan anak untuk mengulangimembuat angka 2 di udara. Setelah semuapaham guru menugaskan anak mengerjakantugas membuat angka 2 di buku.Tindakan kedua dilaksanakan pada hari

Kamis, 1 Oktober 2015. Pada tindakan kedua inipeneliti memaparkan perkembangan kemam-puan menyimak anak dengan pemberian reward.Adapun pelaksanaan dan pengamatan sikluskedua tindakan kedua seperti di bawah ini:a. Anak mengucap ulang peraturan kelas. Di

awal pembelajaran setelah anak masukkelas sebagian besar anak sudah dapatduduk dengan tertib dan menungguinstruksi guru namun masih ada 3 anakyang asyik mengobrol. Guru mencobamengalihkan perhatian 3 anak tersebutdengan mengatakan ‘class’ tapi 3 anak inimasih mengobrol juga sampai gurumengatakan attention, ‘please’ baru semuaanak termasuk ketiga anak tersebut melipattangan dan memandang gurunya. Ketika

guru meminta anak mengucap ulangperaturan di kelas ternyata ada 5 anak yangdiam saja mungkin karena belum hafaldengan peraturan kelas tersebut dan ada 2anak yang main-main.

b. Anak-anak menyimak tentang pengenalanhuruf u, e, o. Guru mengajarkan hurufdengan cara menyanyikan lagu tersebut danmenunjukkan alat peraga, anak-anakdiminta untuk mengulanginya, padaakhirnya semua anak-anak dapat salingmengajar temannya konsep huruf u,e,o.Salah satu faktor yang memacu anak untukmenyimak dan aktif dalam pembelajarankarena reward yang diberikan guru.

c. Anak menyimak penjelasan guru tentangkonsep segitiga. Guru mengajarkan konsepsegitiga, dengan memberi contoh bentuksegitiga di udara dan meminta anak-anakuntuk mengulanginya dan mengajarkankonsep tersebut pada temannya. Anak-anakpun dapat melakukannya dengan baik.

d. Anak melipat bentuk segitiga. Gurumendemontrasikan cara membuat segitigadengan kertas lipat dan setelah anakmenyimak cara membuat segitiga mereka-pun mempraktekkannya

3. Refleksi Siklus IIPada siklus kedua ini semua anak-anak hadirsehingga ada 17 anak. Berdasarkan hasil diskusidan wawancara dengan guru kelas, penelitidapat merefleksikan kegiatan selama sikluskedua yaitu bahwa penggunaan mediapembelajaran berupa gambar, buku cerita, lagudan gerakan tangan dapat membantu anakdalam menyimak. Hal ini dapat terlihat padawawancara guru berikut.

“Luar biasa Ms, anak-anak jadi lebih fokusdan dapat menyimak dengan baik. Anak-anakjuga cukup antusias dengan pengenalan huruflewat lagu dan media. Saya belum membericontoh saja mereka sudah menyanyi duluan”.(Wawancara Guru:1Oktober 2015)

Pemberian reward pada papan score boarddapat membantu anak dalam menyimak namunguru kesulitan dalam memberi reward karena

Page 31: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

guru harus mengamati seluruh anak secarabersamaan. Pada siklus berikutnya guru akanmeminta anak yang menilai temannya.

Beberapa poin yang dapat ditingkatkanuntuk siklus berikutnya di antaranya adalahguru dapat lebih tegas dengan caramengingatkan anak yang masih main-main dikelas, anak yang mengobrol dan memotivasianak yang masih diam untuk lebih fokus agarmau aktif terlibat dalam setiap instruksi yangdisampaikan guru. Selain itu pada siklus ketigaguru akan mencoba menerapkan karakteristikfocuser dengan instruksi hands and eyes agarsesuai dengan karakteristik yang ada di WholeBrain Teaching.

c. Siklus III1. Perencanaan Siklus IIISiklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 8Oktober 2015 dengan tema “God Bless VariousOccupation” dan subtema “Architect” dan tanggal15 Oktober 2015 dengan tema “God Bless VariousOccupation” dan sub tema “Fireman”. Guru kelasdan peneliti berkolaborasi menyiapkan

Tabel 7: Kemampuan Anak dalam Menyimak Setelah Siklus II

Kode Indikator Kemampuanawal Siklus 1 Siklus 2

LG Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guruberbicara

5 anak 7 anak 13 anak

LM Anak dapat mengatur arah pandangan pada mediayang digunakan guru

5 anak 7 anak 13 anak

DT Anak dapat duduk dengan tertib 7 anak 9 anak 9 anak

P Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana 7 anak 8 anak 13 anak

TA Anak dapat menaati peraturan 7 anak 10 anak 11 anak

J Anak dapat menjawab pertanyaan guru 4 anak 5 anak 12 anak

SR Anak dapat meniru dan merespon stimulus guruseperti Class- Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes,Mirror, Switch

4 anak 6 anak 10 anak

U Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yangdicontohkan guru

- 5 anak 9 anak

TO Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya - 6 anak 9 anak

perencanaan siklus ketiga. Di bawah inidipaparkan rancangan kegiatan siklus ketigatindakan pertama.

Tabel 8: Rancangan Kegiatan Siklus III(Tindakan 1)

No Kegiatan/ Aktivitas Pembelajaran

1 Morning Assembly

2 Kegiatan agilityBahasa Inggris

3a

b

PembukaanMengucap ulang peraturan kelasno 1-6Bercakap-cakap tentang sub temaArsitek

3abc

Kegiatan IntiPengenalan huruf bPengenalan konsep segiempatMewarnai bentuk segiempat

4 Penutup

Page 32: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Media yang akan digunakan guru adalah gambarperaturan kelas, boneka Bob The Builder, gambarbangunan hasil rancangan arsitek, gambarberawal huruf b, kertas segi empat. Sub temauntuk tindakan kedua adalah tentang PetugasPemadam Kebakaran/ Fireman adapunrancangan kegiatan pada siklus ketiga tindakankedua adalah sebagai berikut:

Media yang digunakan adalah gambarperaturan kelas, gambar benda dengan hurufawal c dan d, baju pemadam, alat yang biasadigunakan oleh petugas pemadam kebakaran,kertas worksheet.

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Siklus KetigaPada siklus ketiga tindakan pertama dilakukanpada hari Kamis, 8 Oktober 2015. Pelaksanaansiklus ketiga ini disesuaikan dengan rancanganyang telah disusun sebelumnya bersama denganguru dan mempertimbangkan hasil refleksi padasiklus kedua.Perbaikan yang dilakukan adalahsikap dan ketegasan guru untuk menegur anak-anak yang terlihat tidak menyimak, penggunaankarakteristik hands and eyes dan tehnik pemberianreward. Pada siklus ketiga ini peneliti inginmelihat penilaian anak terhadap temannya

Tabel 9: Rancangan Kegiatan Siklus III(Tindakan 2)

No Kegiatan/ Aktivitas Pembelajaran

1 Morning Assembly

2 Senam bersamaBahasa Inggris

3a

PembukaanMengucap ulang peraturan kelasno 1-6

4ab

c

Kegiatan IntiPengenalan huruf c dan dBercakap-cakap tentang petugaspemadam kebakaranMewarnai gambar yangberhubungan dengan pemadamkebakaran

5 Penutup

ketika temannya menjadi guru dan murid, yangdiharapkan adalah anak dapat menyimak ketikamereka menjadi murid dan dapat menjelaskankonsep ketika mereka menjadi guru.a. Anak mengucap ulang peraturan kelas no

1-6. Guru meminta 1 orang anak untukmemimpin di depan kelas dan anak-anakmengikutinya, tapi ada 1 anak yang tidakikut mengucap ulang. Guru mengajarkankarakteristik focuser yaitu hands and eyes.

b. Bercakap-cakap tentang pekerjaan arsitek.Guru membawa boneka Bob The Builder,semua mata anak tertuju pada bonekatersebut. Guru bercerita tentang Bobpekerjaan Bob, memperlihatkan gambar-gambar design bangunan yang digambaroleh arsitek dan peralatan yang biasadigunakan oleh arsitek kemudian gurumenjelaskan tentang pengertian arsitek danmeminta anak untuk mengulanginya.Ketika guru menjelaskan mata anak tertujupada guru dan pada media yang digunakanoleh guru.

c. Anak-anak menyimak penjelasan gurutentang huruf b. Guru memperlihatkangambar benda yang berawalan huruf b,namun sebelum guru memberi contoh, anak-anak sudah menyanyi terlebih dahulu. Halini menunjukkan bahwa anak-anak sangatantusias dengan media dan metode yangdibawakan oleh guru. Kemudian gurumenugaskan anak-anak untuk salingmengajar tapi sebelumnya guru memilihanak-anak untuk duduk berpasangan danmemberikan magnet absen untuk penilaianterhadap temannya ketika menjadi guru danmurid.

d. Anak-anak mendengarkan penjelasan gurutentang konsep segiempat. Guru mengulangpelajaran minggu lalu yaitu bentukgeometri segitiga dan bentuk yang baru yaitusegiempat. Guru menggunakan mediakertas lipat dan mengajak anak untukmenghitung sisi dari tiap bentuk geometrisegi tiga dan segi empat. Setelah paham gurumeminta anak mengulangi konsep segitigadan segiempat kemudian meminta anak-anak untuk saling mengajar. Anak-anak punkembali ditugaskan untuk menilai sikap

Page 33: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

temannya ketika mereka menjadi guru danmurid, pada konsep segitiga ada 1 anakyang berada di posisi muka sedih, Gurumemotivasi anak tersebut untuk lebih baiklagi dalam mengajar dan menyimak. Padakonsep segiempat semua anak dapatmenjadi guru dan murid yang baik danakhirnya semua anak berada di posisi mukasenyum. Guru memuji keberhasilan anak-anak dalam melakukan aktivitas teach-ok.Tindakan kedua pada siklus ketiga ini

dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Oktober 2015,dengan sub tema ‘Fireman”. Pada siklus ketiga,tindakan kedua ini peneliti ingin melihatpeningkatan kemampuan menyimak anakmelalui pemberian reward dan anak-anak belajarmembuat definisi dari pekerjaan petugaspemadam kebakaran. Adapun kegiatan yangteramati pada tindakan kedua ini sesuai denganrencana pembelajaran.a. Anak-anak mengucap ulang peraturan

kelas no 1-6. Guru meminta 1 anak untukmemimpin pengucapan ulang peraturankelas, semua anak dapat melakukannya

dengan baik, meskipun masih dengan suarayang pelan.

b. Anak menyimak penjelasan guru tentangpengenalan huruf c dan d. Guru denganmudah mengajarkan konsep huruf c dan dkarena anak-anak sudah terpola danterbiasa dengan karakteristik metode WholeBrain Teaching yaitu di mana anak-anakdiajak untuk mendengar, menyimak,mengulangi beberapa kali dan akhirnyaanak-anak dapat mengajarkan padatemannya. Untuk memotivasi anak, gurupun memberikan reward pada anak. Padapengenalan konsep huruf c ada 8 anak yangmendapat reward dan pada pengenalanhuruf d terjadi peningkatan menjadi 13 anakyang mendapat reward.

c. Anak bercakap-cakap tentang petugaspemadam kebakaran. Guru meminta 1 anakuntuk mengenakan pakaian pemadamkebakaran, dan meminta anak-anakmenebak jenis pakaian tersebut, apa sajapekerjaannya dan alat apa saja yangdipakai. Dengan bertanya jawab seperti itu

Tabel 10: Kemampuan Anak dalam Menyimak Setelah Siklus III

Kode Indikator Kemampuanawal

SiklusI

SiklusII

SiklusIII

LG Anak dapat mengatur arah pandanganketika guru berbicara

5 anak 7 anak 13 anak 16 anak

LM Anak dapat mengatur arah pandanganpada media yang digunakan guru

5 anak 7 anak 13 anak 16 anak

DT Anak dapat duduk dengan tertib 7 anak 9 anak 9 anak 14 anak

P Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana 7 anak 8 anak 13 anak 15 anak

TA Anak dapat menaati peraturan 7 anak 10 anak 11 anak 14 anak

J Anak dapat menjawab pertanyaan guru 4 anak 5 anak 12 anak 14 anak

SR Anak dapat meniru dan meresponstimulus guru seperti Class- Yes, Children-Yes, Ms., Hands and Eyes, Mirror, Switch

4 anak 6 anak 10 anak 14 anak

U Anak dapat mengulangi kalimat dangerakan yang dicontohkan guru

- 5 anak 9 anak 14 anak

TO Anak dapat mengajarkan konsep kepadatemannya

- 6 anak 9 anak 13 anak

Page 34: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

guru menuntun anak untuk dapatmenyebutkan pekerjaan petugas pemadamkebakaran, kemudian konsep tersebutdisepakati bersama. Setelah itu gurumeminta anak untuk mengulanginyakonsep, setelah paham guru meminta anak-anak untuk saling mengajar. Kemudian gurumemberikan reward pada anak yang dapatmelakukannya dengan baik. Kali ini hanya1 anak yang berada di posisi muka sedih.

d. Refleksi Siklus IIIPada siklus ketiga ini, sebagian besar anakmenunjukkan peningkatan kemampuanmenyimak. Anak sudah dapat mengatur arahpandangan ketika guru berbicara, anak sudahdapat mengatur arah pandangan pada mediayang digunakan guru, anak dapat duduk dengantertib, anak dapat melakukan 2 perintahsederhana, anak meniru dan merespon stimulusguru seperti kelas-ya, ajarkan-ok, dan perhatikan,anak dapat menaati peraturan, anak dapatmengulang kalimat yang didengarnya, anak

Tabel 11: Kode dan Artinya

Kode Indikator

LG Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guru berbicara

LM Anak dapat mengatur arah pandangan pada media yang digunakan guru

DT Anak dapat duduk dengan tertib

P Anak dapat melakukan 2 perintah sederhana

TA Anak dapat menaati peraturan

J Anak dapat menjawab pertanyaan guru

SR Anak dapat meniru dan merespon stimulus guru seperti Class- Yes,Children- Yes, Ms., Hands and Eyes, Mirror, Switch

U Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yang dicontohkan guru

TO Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya

dapat menjawab pertanyaan guru, dan anakdapat mengajarkan kepada teman tentangpemahaman konsep.

3. Kemampuan Menyimak Pada Anak SetelahDiterapkan Metode Whole Brain TeachingSetelah diterapkan metode Whole Brain Teachingternyata kemampuan menyimak anakmeningkat dengan pesat. Hal ini terbukti darihasil penelitian berupa catatan lapangan danhasil wawancara guru, menunjukkan terjadinyaperubahan perilaku anak dalam menyimak.Peneliti melakukan langkah-langkah penelitianmulai dari memberi kode pada setiap catatanlapangan dan hasil wawancara yang berkaitandengan kemampuan menyimak dan penerapanmetode Whole Brain Teaching. Ternyata dalamkegiatan memberi kode/ koding ini penelitidapat menemukan 9 kode yang berkaitan dengankemampuan menyimak dan kegiatan penerapanmetode Whole Brain Teaching. Tabel 11dipaparkan koding yang ditemukan penelitidalam catatan lapangan dan hasil wawancara.

Page 35: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Tabel 12: Kategorisasi Kode

Kode yang Muncul Kategori

LG = Anak dapat mengatur arah pandangan ketika guru berbicaraLM = Anak dapat mengatur arah pandangan pada media yang digunakan guruDT = Anak dapat duduk dengan tertib

Sikap anak dalammenyimak/ mendengarkandengan penuh perhatian

P = Anak dapat melakukan 2 perintah sederhanaTA = Anak dapat menaati peraturanJ = Anak dapat menjawab pertanyaan guru

Kemampuan anak dalammenyimak

SR = Anak dapat meniru dan merespon stimulus guru seperti Class- Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes, Mirror, SwitchU = Anak dapat mengulangi kalimat dan gerakan yang dicontohkan guruTO= Anak dapat mengajarkan konsep kepada temannya

Karakteristik Whole BrainTeaching

Tabel 13: Kategorisasi ke Teori

Kode yang Muncul Kategori Tema Teori

LG = Anak dapat mengatur arahpandangan ketika guru berbicaraLM = Anak dapat mengatur arahpandangan pada media yangdigunakan guruDT = Anak dapat duduk dengan tertib

Sikap anakdalammenyimak/mendengarkandengan penuhperhatian

Kemampuanmenyimak anakusia dini

Metode Whole BrainTeaching dapatmeningkatkankemampuanmenyimak anak usiadini.

P = Anak dapat melakukan 2 perintahsederhanaTA = Anak dapat menaati peraturanJ = Anak dapat menjawab pertanyaanguru

Kemampuananak dalammenyimak

SR = Anak dapat meniru danmerespon stimulus guru seperti Class-Yes, Children- Yes, Ms., Hands and Eyes,Mirror, SwitchU = Anak dapat mengulangi kalimatdan gerakan yang dicontohkan guruTO= Anak dapat mengajarkan konsepkepada temannya

KarakteristikWhole BrainTeaching

Karakteristik WholeBrain Teaching

Peneliti kemudian membuat kategorisasidari koding tersebut sesuai Tabel 12.

Kemudian peneliti menentukan tema darikategorisasi tersebut. Tema yang dimaksudadalah kemampuan anak dalam menyimak dankemampuan anak dalam menerapkankarakteristik metode Whole Brain Teaching.

Selama siklus satu hingga siklus ketiga, penelitimenganalisa telah terjadi pengulangan dan

peningkatan frekuensi kegiatan yangmenunjukkan kemampuan anak dalammenyimak menyimak dan kemampuan anakdalam menerapkan metode Whole BrainTeaching. Pada siklus pertama terlihat ada 9

Page 36: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

(Sembilan) anak yang sulit memandang guruyang sedang berbicara dan memperhatikanmedia yang dibawa guru dan ada 7 (tujuh) anakyang sulit sekali duduk dengan tertib. Namunsetelah melakukan PTK dengan menerapkanmetode Whole Brain Teaching sampai siklusketiga kemampuan anak dalam menyimakmenjadi lebih meningkat hanya 1 (satu) anaksaja masih harus diingatkan untukmemperhatikan ketika guru berbicara ataupunmemperhatikan media yang digunakan gurudan masih ada 3 (tiga) anak yang masih belumdapat duduk dengan tertib. Berdasarkan hasildiskusi peneliti dengan guru kelas dan gurubimbingan dan konseling satu anak tersebutmemang sulit sekali untuk menyimak karenaanak termasuk tergolong anak yang hiperaktif.

Setelah anak memiliki sikap menyimakyang baik, anak mampu melaksanakan perintahsederhana dengan lebih baik. Berdasarkananalisis peneliti pada siklus pertama ada 8(delapan) anak yang belum dapat melakukanperintah dengan baik, di mana anak-anak terse-but baru mengerti dan melakukan perintah jikaguru sudah mengulangi instruksi tersebutberkali-kali baik secara umum ataupun pribadi.Setelah diterapkan metode Whole Brain Teachingkemampuan anak dalam melaksanakan perin-tah menjadi meningkat, hal ini terbukti pada siklusketiga ada 2 anak yang masih harus memerlukanpengulangan perintah secara personal.

Begitu pula dengan kemampuan anakdalam menaati peraturan kelas. Pada sikluspertama ada 6 (enam) anak yang kurang taatpada aturan kelas namun semenjak diterapkan-nya metode Whole Brain Teaching di mana salahsatu karakteristiknya adalah anak-anak wajibmengucap ulang peraturan kelas setiap hariternyata berdampak terdampak baik terhadapketertiban, kedisiplinan anak di kelas. Anakmenjadi lebih taat pada aturan. Pada akhirsiklus ketiga masih ada 3 anak yang harus seringdiingatkan guru untuk taat pada aturan kelas.Dengan memiliki kelas yang tertib akanmenciptakan suasana kelas yang nyaman dankondusif untuk belajar, sehingga anak-anakdapat belajar dengan baik.

Setelah diterapkan metode Whole BrainTeaching kemampuan anak dalam menjawab

pertanyaan guru menjadi lebih baik. Anak yangpada awalnya malu-malu untuk bicara menjadilebih berani untuk bicara karena anak-anaksudah terbiasa melakukan karakteristik WholeBrain Teaching. Sebaliknya untuk anak yangtergolong banyak bicara, senang mengobrolterkadang anak-anak tersebut asal menjawabpertanyaan guru tanpa pikir panjang karenasebenarnya mereka tidak memahami pertanyaandan tidak menyimak penjelasan guru. Sejakditerapkan metode Whole Brain Teachingmereka menjadi lebih dapat menyimakpenjelasan guru sehingga anak-anak dapatmenjawab pertanyaan guru dengan tepat.

Dengan diterapkannya metode Whole BrainTeaching anak-anak terbiasa merespon stimulusguru seperti class-yes, children-yes, ms., hands andeyes- hands and eyes, attention, please!- yes, ms,mirror- mirror, dan switch-switch. Pada sikluspertama hanya 6 (enam) anak saja yang dapatdengan cepat merespon stimulus tersebut, anakyang lain masih diam karena masih baru, perlupengulangan. Sejak diterapkan metode WholeBrain Teaching sampai siklus ketiga ada 14(empat belas) anak yang aktif merespon stimulusguru, sisanya 3 (tiga) anak kadang-kadangmasih melakukannya.

Salah satu strategi agar anak dapatmenyimak dengan baik adalah dengan caramengulang kalimat yang disampaikan guru danmeniru gerakan yang dicontohkan guru. Dalamkarakteristik metode Whole Brain Teachingkegiatan ini disebut dengan mirror. Padaawalnya hanya lima anak yang cepat pahamdan tanggap mengulang dan meniru gerakanguru, namun setelah melewati siklus ketigaterjadi perubahan perilaku anak dalammenyimak menjadi 14 (empat belas) anak yangdapat mengulangi konsep yang diajarkan guru.Dengan mengobservasi anak saat kegiatanmengulang/ mirror ini guru dapat menilailangsung kemampuan anak dalam menghafaldan memahami konsep yang diajarkan.

Setelah anak dapat mengulang/ melakukanaktivitas mirror, maka gurupun dapat menilaikemampuan anak dalam mengajarkan konsepkepada temannya. Kemampuan anak untuksaling mengajarkan konsep adalah kemampuanyang kompleks karena anak harus melewati

Page 37: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

karaktersitik lainnya. Selain itu kegiatanmengajar adalah kegiatan yang paling banyakmelibatkan banyak fungsi dan bagian otak. Padasiklus pertama hanya 6 (enam) anak saja yangdapat mengajarkan konsep pada temannya. Halini disebabkan anak belum terbiasa berbicaradan belum terbiasa dengan karakteristik WholeBrain Teaching. Pada siklus pertama tindakankedua guru kelas dan peneliti mencobamengubah tehnik dalam kegiatan teach-ok, dimana yang pada awalnya anak-anak bebasmemilih pasangannya namun setelah dievalua-si, anak-anak kelompok A5 terlihat bingung gurumenentukan pasangan anak dan menentukanperan anak, siapa yang mau menjadi guru atausebagai murid. Setelah melewati ketiga siklusterjadi peningkatan kemampuan anak dalammenyimak seperti kemampuan mengajarkankonsep pemahaman anak terhadap temannya.

Setelah menentukan kode, membuatkategorisasi dan menentukan tema penelitian,maka peneliti dapat menyimpulkan teori tentangmenyimak dan penerapan Whole BrainTeaching. Menurut peneliti kemampuanmenyimak pada anak usia dini adalahkemampuan anak untuk mendengar danmemahami kalimat/ konsep yang diberikanguru. Agar anak dapat menyimak dengan baikperlu adanya pengulangan kalimat, kalimatharus singkat dan jelas disertai gerakan tangan,dan dibantu media pembelajaran.

Peningkatan kemampuan menyimak inidikarenakan karakteristik yang terdapat dalammetode Whole Brain Teaching digunakan gurusesuai dengan keadaan dan kebutuhan anakseperti untuk memusatkan perhatian anak gurumenggunakan kata children/ class / attention,please!/ hands and eyes, untuk membantu anakmemahami konsep, guru mengajarkan dengankalimat sederhana disertai gerakan tangan, dananak-anak mengulang konsep tersebut berkali-kali sampai hafal, untuk mengetahui pemahamananak tentang konsep guru menggunakan perintahteach –ok dan anak-anak selalu diberi reward agarmemotivasi mereka untuk selalu konsentrasi/fokus dalam menyimak. Grafik 1 memaparkanpeningkatan kemampuan menyimak selamasiklus kesatu sampai siklus ketiga.

Pada awal pelaksanaan siklus pertama gurukelas menemukan beberapa kendala, seperti ada8 anak yang sangat sulit sekali fokus, konsentrasidalam menyimak, mereka cenderung melamun,main-main, mengobrol dengan temannya. Guruberusaha memusatkan perhatian anak tersebutdengan memanggil nama anak tersebut untukkembali fokus dan menyimak atau menegur anaktersebut dan secara klasikal guru akanmengucapkan kata class dan anak-anak akanmengucapkan ok. Guru terus mengucapkan kataclass sampai semua anak fokus dan siap untukmenyimak. Setelah dicoba berkali-kali akhirnyakedelapan anak tersebut dapat menyimak. Selain

7 7

98

10

56

56

13 13

9

13

1112

109 9

16 16

1415

14 14 14 1413

LG LM DT P TA J SR U TO

SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3

Grafik 1: Kemampuan Menyimak Siklus 1, 2 dan 3

Page 38: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

kata class, gurupun sudah terbiasa dengan kataChildren dan attention, please! untuk memusatkanperhatian anak-anak. Secara spontan anak-anakduduk dengan tertib, melipat tangan dan kakimereka dan mata mereka tertuju pada guru. Padapelaksanaan siklus ketiga guru baru mengajar-kan karakteristik Hands and eyes karena sebelum-nya guru sudah terbiasa dengan instruksiattention, please!. Menurut peneliti kata/ instruksiseperti ini sangat berdampak dan sangatmembantu dalam meningkatkan kemampuanmenyimak anak.

Pada awal penerapan aktivitas teach-ok dimana anak akan saling mengajar konsep padatemannya, anak-anak terlihat bingung denganapa yang harus mereka lakukan, sehingga guruyang menentukan pasangan anak-anak danmenentukan siapa yang terlebih dahulu jadi gurudan murid. Hal tersebut tidak terpikirkansebelumnya oleh peneliti dan guru kelas, namundalam prakteknya ternyata anak-anak masihperlu dibantu dalam menentukan siapa yangjadi guru dan murid. Melalui kegiatan teach-okini guru kelas dan peneliti dapat melihatkemampuan menyimak anak secara langsungkarena guru dapat secara langsung memberiumpan balik saat anak menjelaskan konsep. Halini berkaitan dengan metode Direct Instructiondi mana guru mengarahkan anak-anakmengguna-kan instruksi secara berurutan danmateri yang tersusun . Kousar (Biffle, 2013: 179).Dalam penerapan metode Whole Brain Teaching,guru mengajarkan konsep dengan kalimat yangsingkat, jelas dan sederhana, dan penjelasanguru tidak boleh lebih dari 1 menit. Konseptersebut disertai dengan gerakan tangan ataubadan yang menyimbolkan kata yang dimaksud.Anak-anak memperhatikan/ menyimak yangdisampaikan guru, kemudian mereka harusmengulanginya sampai paham dan hafal. Dalamhal ini disebut dengan karakteristik mirror.Melalui metode Direct Instruction/ instruksilangsung ini, guru dapat dengan langsungmenilai kemampuan anak ketika mengulang,mengajar konsep dan berdiskusi. Dengan dapatmenilai langsung guru dapat mengetahui

keadaan anak yang sudah paham dan yangbelum sehingga guru dapat langsung mengu-lang kembali untuk anak yang belum mengerti.

Dalam penerapan metode Whole BrainTeaching juga, peneliti dapat menganalisiskegiatan yang termasuk pembelajarankooperatif, seperti keaktifan dan keterlibatananak-anak dalam proses pembelajaran (Biffle,2013: 179). Dalam cooperative learning ini anak-anak belajar untuk bekerjasama secara positif,berinteraksi, bertanggung jawab dan melatihketerampilan interpersonal. Dalam pelaksanaanmetode Whole Brain Teaching, anak-anak belajardalam tiga dimensi yaitu sebagai anggota kelas,anggota kelompok kecil/ berpasangan dan seba-gai seorang individu. Dengan pembelajarankooperatif ini keterampilan sosial anak menjadiberkembang, anak menjadi lebih berani danpercaya diri berbicara, bercerita di depan kelas.

Berkenaan dengan keterampilan sosial,penerapan metode Whole Brain Teaching inijuga berdasarkan teori pembelajaran sosialVygotsky (Biffle, 2013: 180) yang merupakanaspek yang mendasar dalam konstuktivisme.Menurut Vygotsky interaksi sosial merupakanaspek penting dalam belajar dan berkembang.Melalui aktivitas teach-ok ini anak-anakmenerapkan aktivitas Zone of ProximalDevelopmen (ZPD). Anak yang terlebih dahulumengajar temannya dapat dikatakan sebagaiseseorang yang memberi ‘pijakan’ padatemannya. Anak yang ‘lebih’ akan membantuanak yang ‘kurang’.

Score board dalam penerapan metode WholeBrain Teaching adalah sebagai motivator bagianak-anak untuk selalu menyimak penjelasanguru dan menyimak setiap orang yang berbicara.Hal ini sesuai dengan teori behaviorisme dimanakemampuan menyimak anak menjadi mening-kat karena adanya aktivitas stimulus respon.

Penerapan metode Whole Brain Teachingjuga menerapkan metode Total Physic Response/Respon Fisik Total untuk membantu anakmenyimak guru selalu melakukan gerakantangan/ badan untuk melambangkan kata agarmudah dimengerti dan diingat oleh anak.

Page 39: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Simpulan

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telahdiuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan : (1)Kemampuan menyimak anak kelompok A5 TKKBPK PENABUR 246 Bandung sebelumditerapkan metode Whole Brain Teaching masihrendah. Hal ini disebabkan karena ada beberapaanak yang baru bersekolah sehingga belummemiliki pengalaman yang banyak dalam halmenyimak, ada anak yang pemalu sehinggatidak berani bicara atau menjawab pertanyaan,ada anak yang terlalu aktif sehingga sulitkonsentrasi dan sulit duduk dengan tertib. Selainitu kurangnya pengetahuan dan pengalamanguru kelas dalam mengelola kelas yang sesuaidengan karaktestik anak tersebut. (2). P r o s e spenerapan metode Whole Brain Teaching dalammeningkatkan kemampuan menyimakdilakukan dengan Penelitian Tindakan Kelasdilakukan sebagai upaya untuk memperbaikiproses pembelajaran di kelompok A5 TKK BPKPENABUR 246. Dalam pelaksanaan tindakankelas ini peneliti berkolaborasi dengan gurukelas dalam kegiatan perencanaan,pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Untukmendapatkan hasil yang maksimal peneliti danguru kelas selalu melakukan refleksi di akhirkegiatan agar dapat diperbaiki pada tindakanberikutnya. Peneliti dan guru kelas melakukan3 siklus dengan 2 kali tindakan dalam setiapsiklusnya. (3)Kemampuan menyimak anak-anakkelompok A5 TKK BPK PENABUR 246 setelahditerapkan metode Whole Brain Teaching,meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhikemampuan anak dalam menyimak adalahkarena guru menerapkan karakteristik WholeBrain Teaching seperti pengkondisian kelas yangbaik agar anak-anak dapat menyimak denganadanya instruksi yang harus direspon anak,adanya peraturan kelas, adanya pengulangansetiap konsep yang diajarkan guru, di manakonsep tersebut harus singkat dan jelas disertaigerakan tangan yang mewakili kata, adanyakesempatan anak untuk saling mengajar, danadanya reward/ penghargaan pada anak.

Saran1. Bagi Guru

Guru diharapkan dapat secara konsistenmenerapkan karakteristik metode WholeBrain Teaching. Guru harus memilikiketegasan seperti menegur anak-anak yangtidak menyimak. Selain itu guru dapatmemotivasi anak-anak untuk menyimakdengan membuat papan score board.

2. Bagi Sekolah TK/ PAUD lainnyaSekolah hendaknya dapat menggunakanmetode Whole Brain Teaching ini di semuakelas dan menjadi ciri khas sekolah, di manaakan menghasilkan profil anak yangmampu menyimak dengan baik, anak yangtertib dan disiplin, memiliki kemampuanberkomunikasi, kemampuan berpikir dankemampuan sosial yang baik.

3. Bagi Peneliti SelanjutnyaPeneliti selanjutnya diharapkan dapatmelakukan penelitian secara lebihmendalam lagi terhadap penerapan metodeWhole Brain Teaching dan dapat dikaitkandengan peningkatan kemampuan anaklainnya seperti kemampuan sosial,kemampuan pre-reading dan pre-writing.Selain itu peneliti selanjutnya dapat menelitikemampuan menyimak denganmenerapkan metode lain misalnya denganbercerita/ bernyanyi dengan metodepenelitian lainnya misalnya kuasieksperimen.

Daftar Pustaka

Alwasilah, A.C.(2011). Pokoknya action research.Bandung: PT Kiblat Buku Utama

Alwasilah, A.C.(2012). Pokoknya kualitatif.Bandung: PT Dunia Pustaka Jaya

Beaty, J. (2013). Observasi perkembangan anak usiadini. Jakarta: Kencana

Biffle, C. (2014). Whole brain teaching for challengingkids. Unites States of America: Lexington,KY

Charmaz, K. (2006). Constructing grounded theory.London: Sage Publications

Page 40: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Penerapan Metode Whole Brain Teaching

Cresswell, J.W. (2014). Research design pendekatankualitatif, kuantitatif, dan mixed .Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fereday, J. dan E. Cochane. (2006).Demonstrating Rigor Using ThematicAnalysis: A Hybrid Approach ofInductive and Deductive Coding andTheme Development. International Journalof Qualitative Methods.5(i), hlm 80-92.Diakses dari http://www.valberta.ca/i s q m / b a c k i s s u e s / 5 _ 1 / P D F /FEREDAY.PDF

Hermawan, H. (2011). Menyimak keterampilanberkomunikasi yang terabaikan .Yogyakarta: Graha Ilmu

Hopkins, D. (2011). A teacher’s guide to classroomresearch. New York: McGraw Hill

Iskandarwassid & Sunendar, D. (2008). Strategipembelajaran bahasa. Bandung: PT RemajaRosdakarya

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010)Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia nomor 58 tahun 2009tentang standar pendidikan anak usia dini (PAUD). Jakarta

Moeslichatoen. (2004). Metode pengajaran diTaman Kanak-Kanak. Jakarta : PT RinekaCipta

Saldana,J. (2009). The coding manual for qualitativeresearchers. California: Thousand Oaks:Sage

Tarigan, H.G. (2013). Menyimak sebagai suatuketerampilan berbahasa . Bandung :Angkasa

Page 41: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorikpada Anak Usia 5 - 6 Tahun

Felucia Hendriette E.P.E-mail: [email protected]

Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Penelitian

PAbstrak

enelitian ini bertujuan menganalisis keterampilan motorik kasar dan halus anak usia 5 - 6tahun dengan rubrik dan peran rubrik sebagai alat pengukuran dalam membantu gurumendapatkan hasil perhitungan yang valid. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di

TKK PENABUR Jakarta, Maret 2012 dengan menggunakan 7 indikator untuk mengamatiperkembangan motorik anak. Uji validitas menggunakan Uji Z dan reliabilitas menggunakanCronbach’s Alpha dengan kehandalan alat ukur diuji secara interrater reliability . Hasil penelitian inimenunjukkan, data diperoleh menggunakan rubrik dapat dianalisis dan peran rubrik sebagai alatpengukuran sangat membantu guru dalam mendiskripsikan standar pengukuran untuk ketrampilanmotorik halus dan kasar.

Kata-kata kunci: alat pengukuran, rubrik, keterampilan motorik halus, ketrampilan motorikkasar

Rubric for Measuring Psychomotoric Skill of 5 – 6 Year Aged Children

AbstractThe purpose of this study is to analyze both gross motor skills and fine motor skills of 5 – 6 year aged childrenusing rubric and to describe the rubric role as a measurement tool to help teachers obtain a valid calculationresults. The experimen was conducted TKK PENABUR Jakarta in March 2012, applying seven indicators toobserve the motoric skill development of the children . Instrument validity was tested using Z Test, andreliability was measered applying Cronbach’s Alpha with the reliability of measuring devices used interraterreliability. The findings of this study indicate the data obtained by using rubric can be analyzed and themeasurement rubric strongly assists the teachers in describing the measurement standard for gross and finemotor skills.

Keywords: measurement tool, rubric, fine motor skills, gross motor skills, rubric

Page 42: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Pendahuluan

Dalam upaya pembangunan manusia yangberkualitas, sejak manusia masih berada dalamkandungan sudah dipantau pertumbuhan danperkembangannya sehingga apabila ada suatukelainan bisa segara diketahui dan dicarikanupaya untuk mengatasinya. Oleh karena itudapat diciptakan anak yang berkualitas tinggidan mempunyai pertumbuhan dan perkem-bangan yang optimal.

Dalam perkembangan anak terdapat masakritis, ketika diperlukan rangsangan ataustimulus yang berguna agar potensiberkembangnya dapat optimal sehingga perluuntuk mendapatkan perhatian. Periode pentingdalam tumbuh kembang anak adalah masa anakdi bawah lima tahun (balita), karena pada masaini merupakan pertumbuhan dasar yang akanmempengaruhi dan menentukan perkembangananak selanjutnya. Pada masa balita iniperkembangan kemampuan berbahasa,kreatifitas, kesadaran sosial, emosional danintelegensia berjalan sangat cepat danmerupakan landasan perkembangan berikut-nya.

Untuk lebih mengenal lebih jauh tentangpertumbuhan dan perkembangan anak, perludimengerti dahulu tahapan perkembangan anak.Perkembangan anak menurut Santrock (2007: 19-20) merupakan segala perubahan yang terjadipada anak, yaitu pada masa sebagai berikut.a. Masa Bayi (infancy toddlerhood) usia 18 – 24

bulan, merupakan waktu ketergantunganyang ekstrem terhadap orang dewasa.Banyak aktifitas psikologis baru dimulai;kemampuan berbicara, mengatur indera-indera dan tindakan fisik, berfikir dengansimbol, meniru dan belajar dari orang lain.

b. Masa kanak-kanak awal (early childhood)usia 2 – 6 tahun, selama masa tersebut, anakbelajar menjadi mandiri dan merawat dirisendiri, mereka mengembangkan keteram-pilan kesiapan sekolah (mengikuti perintah,mengenali huruf), dan bermain denganteman sebaya.

c. Masa kanak-kanak tengah dan akhir (middlechildhood) usia 6 – 11 tahun, anak menguasai

keterampilan dasar membaca, menulis,aritmatika, dan mereka secara formaldihadapkan pada dunia yang lebih besardan budayanya.

d. Masa Remaja (adolescence) usia 18 – 22 tahun.Masa remaja dimulai dengan perubahanfisik yang cepat.Pada masa pertumbuhan, terjadi beberapa

perubahan dalam diri anak yang meliputi aspekseperti perkembangan fisik (motorik), perkem-bangan emosi, perkembangan kognitif danperkembangan psikososial. Dilihat daribeberapa aspek perkembangan anak, pertum-buhan anak sangatlah penting dipengaruhi olehperkembangan fisik. Perkembangan fisikmerupakan proses tumbuh kembang kemam-puan gerak seorang anak. Setiap gerakan yangdilakukan anak merupakan hasil pola interaksiyang kompleks dari berbagai bagian dan sistemdalam tubuh yang dikontrol oleh otak.Perkembangan fisik meliputi perkembanganmotorik kasar dan motorik halus. Perkembanganmotorik kasar merupakan kemampuan anakuntuk duduk, berlari dan melompat. Perkem-bangan motorik kasar dipengaruhi oleh proseskematangan anak karena proses kematangansetiap anak berbeda, maka laju perkembanganseorang anak juga berbeda satu sama lain.Sedangkan perkembangan motorik halusmerupakan perkembangan gerakan anak yangmenggunakan otot-otot kecil atau sebagiananggota tubuh tertentu. Perkembangan anakpada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatananak untuk belajar dan berlatih. Kemampuanmenulis, menggunting dan menyusun baloktermasuk contoh gerakan motorik halus.

Sylvia Rimm (2003), menyatakan bahwasemua anak perlu diperkenalkan dengankebiasaan berolahraga sejak dini. Tamanbermain memberi kesempatan pada anak untukbermain ayunan, memanjat dan latihankeseimbangan. Belajar senam, jungkir balik,olahraga sederhana dan menari perlu dilakukanmeskipun koordinasi anak tidak terlalu bagus.Anak yang semula terlihat kaku namun tetapmelakukan aktivitas olahraga sejak dini seringmenunjukkan perubahan yang baik dalam halkoordinasi. Praktek akan membuat gerakanmereka membaik dan pada tahun-tahun awal

Page 43: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

anak biasanya lebih sensitif menangkap apayang dipelajarinya dalam bidang fisik, sepertijuga dalam hal intelektual.

Menurut May Lwin, Adam Khoo, KennethLyen, dan Caroline Sim (2003), psikomotormerujuk pada kemampuan untuk mengkoor-dinasikan bagian tubuh seseorang dengan otaksupaya berfungsi secara sinkron untukmencapai tujuan fisik.

Ditekankan pula bahwa ranah psikomotorikmencakup kemampuan yang menyangkutketrampilan fisik dan mengerjakan ataumenyelesaikan sesuatu seperti ketrampilandalam bidang olahraga, penguasaan dalammenjalankan mesin, dan sebagainya. Ranah inijuga terbagi dalam sejumlah aspek, meliputipersepsi terhadap panca indra, kesiapan untukmelakukan suatu gerakan fisik, respon terpimpindan gerakan yang dilakukan berdasarkan trialand error ataupun berdasarkan pengetahuanyang telah dimilikinya, mekanisme ataukecakapan melakukan sesuatu, respon motorikyang tampak atau terlihat, penyesuaian atauadaptasi, serta aspek penciptaan gerakan barusebagai hasil dari ketrampilannya.

Psikomotorik itu penting karena berhubung-an dengan kecerdasan kinestetik. Hal inibermanfaat untuk meningkatkan kemampuangerak, meningkatkan kemampuan sosial dansportifitas, membangun percaya diri danmeningkatkan kesehatan. Menurut Gardner(1993), psikomotorik berkaitan dengan bodilykinesthetic intelligence (body smart) yang memuatkemampuan seseorang untuk secara aktifmenggunakan bagian atau seluruh tubuh-nyauntuk berkomunikasi dan memecahkanberbagai masalah

Dalam mengukur tingkat pencapaianperkembangan psikomotorik anak diperlukanalat ukur yang dapat menetapkan standarpengukuran yang tepat sehingga hasil yangdicapai lebih akurat. Dalam menentukan standarpenilaian ini sering kali guru tidak mempunyaistandar yang sama sehingga penilaian lebihpada subjektif.

Dengan menggunakan rubrik, guru dapatmenganalisis secara tepat keunggulan dankelemahan seorang peserta didik. Rubrik meru-

pakan alat penilaian yang menampilkan ekspek-tasi yang spesifik dari sebuah tugas. Rubrikmembagi sebuah tugas menjadi bagian-bagiankomponen dan memberikan deskripsi yang detilakan apa yang dianggap sebagai tingkatan yangdapat diterima dan tidak dapat diterima untuksetiap bagian tersebut (Steven dan Levi, 2005).

Dengan demikian dari uraian permasa-lahan dan latar belakang yang telah disampai-kan sebelumnya, maka penulis melakukanpenelitian yang bertujuan hanya untukmenganalisis ketrampilan psikomotorik anakterutama keterampilan motorik kasar danmotorik halus anak usia 5 – 6 tahun mengguna-kan rubrik sebagai alat pengukurannya, sertaperan rubrik dalam mendapatkan hasilperhitungan yang valid dengan menggunakantujuh indikator yaitu menggunting, melipat,menulis, lompat tali, keseimbangan, melempardan menangkap bola. Pengambilan data dilaku-kan selama bulan Maret 2012, pada 30 siswa TKB di salah satu TKK PENABUR Jakarta.

Perkembangan Fisik Anak Usia 4-5 TahunMenurut Papalia, dan Feldman (2008), padamasa kanak-kanak awal, anak-anak menjadilebih kurus dan lebih tinggi. Mereka membu-tuhkan waktu tidur yang lebih sedikitdibandingkan sebelumnya dan cenderungmempunyai masalah tidur. Mereka mengalamipeningkatan dalam berlari, melompat, meloncat,dan melempar bola. Mereka juga bertambahpiawai dalam mengikat tali sepatu, menggambardengan krayon, serta menuangkan sereal, danmereka mulai menunjukkan kecenderunganterhadap tangan kanan atau kiri.

Pada usia 3-6 tahun, seorang anak tumbuhcepat, namun tidak secepat masa sebelumnya.Pada usia sekitar 3 tahun, seorang anak mulaikehilangan bentuk kebayiannya dan mulaimengambil bentuk masa kanak-kanak yangramping dan atletis. Seiring dengan mengeras-nya otot perut, kegendutan khas bayi mulaimenghilang. Tubuh, tangan, dan kaki tumbuhsemakin panjang. Kepala masih relatif besar,akan tetapi bagian tubuh lainnya terus berusahamenyusul seiring dengan semakin miripnyabagian anggota tubuh dengan tubuh orangdewasa.

Page 44: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Perkembangan otot dan tulang membuatanak semakin kuat. Tulang muda (cartilage)menjadi tulang lebih cepat dari masasebelumnya, dan tulang menjadi semakin kerasdan kuat, memberikan bentuk yang lebihramping kepada anak serta melindungi organdalam. Berbagai perubahan ini, yangdikoordinasi oleh kematangan otak dan sistemsaraf, menghasilkan perkembangan berbagaiketrampilan motor. Peningkatan kapasitassistem pernapasan dan peredaran darahmembangun stamina fisik, dan bersama denganpengembangan sistem kekebalan, menjaga anakuntuk lebih sehat.

Keterampilan Motorik Halus (Fine Motor Skill)Menurut Magill (1993) keterampilan gerak halusadalah keterampilan yang memerlukan kemam-puan untuk mengontrol otot kecil/halus untukmencapai pelaksanaan keterampilan yangsukses. Magil juga menyatakan bahwaketerampilan ini melibatkan koordinasineuromuscular yang memerlukan ketepatanderajat tinggi untuk berhasilnya keterampilanini. Keterampilan jenis ini disebut juga sebagaiketerampilan yang memerlukan koordinasimata-tangan. Menulis, menggambar, danbermain piano adalah contoh dari keterampilanmotorik halus.

Keterampilan fisik yang melibatkan ototkecil dan koordinasi mata-tangan, sepertimengancing baju, dan melukis gambar. Denganmendapatkan keterampilan ini akanmemungkinkan seorang anak kecil untukmengambil tanggung jawab yang lebih besarterhadap perawatan dirinya sendiri. (Papalia,dan Feldman, 2008)

Keterampilan Motorik Kasar (Gross Motor Skill)Menurut Magill (1993) keterampilan gerak kasaradalah keterampilan yang bercirikan gerak yangmelibatkan kelompok otot besar sebagai dasarutama gerakannya. Dikatakan demikian karenaseluruh tubuh biasanya berada dalam gerakanyang besar dan menyeluruh, penuh, dan nyata(Singer, 1980). Perkembangan fisik motorik anakberkembang pada tahun pertama dan kedua danterus berlanjut sampai perkembangan fisikmotorik yang lebih rumit. Permainan yang sesuaidengan usia anak dapat mendukung perkem-

bangan fisik dan motorik berlangsung secaraoptimal. Misalnya, kalau pada usia 2-3 tahunseorang anak sudah dapat berlari, pada usia 3-4tahun anak dapat diarahkan untuk bermaindengan berlari menghindari rintangan. Padausia 4-5 tahun anak sudah dapat naik turuntangga. Begitu pula dalam kemampuan motorikhalus, pada usia 5 tahun anak dapatmenggunting kertas. Sambil bermain denganperan serta orangtua dan guru, anak dapatmengoptimalisasikan perkembangan fisikmotorik meliputi belajar mengontrol danmengenal tubuh, serta menolong diri sendiri.

Keterampilan fisik yang melibatkanpenguat otot besar, seperti berlari, melompat, dansebagainya juga bertambah. Perkembangandaerah sensoris dan motor pada korteksmemungkinkan kordinasi yang lebih baik antaraapa yang diinginkan oleh anak dan apa yangdapat dilakukannya. Tulang dan otot merekayang semakin kuat, dan kapasitas paru merekasemakin besar, memungkinkan mereka untukberlari, melompat dan memanjat lebih cepat,lebih jauh dan lebih baik.

Anak bervariasi dalam kemampuanberadaptasi, tergantung kepada dukungangenerik dan peluang mereka untuk belajar danmempraktekkan keterampilan motoris. Merekayang berusia di bawah 6 tahun jarang siapmengambil bagian dalam olahraga apa punyang terstruktur. Hanya 20 persen dari anakberusia 4 tahun dapat melempar bola denganbenar, dan hanya 30 persen dapat menangkapbola dengan benar. Perkembangan fisik mekardengan sempurna dalam permainan yang aktif,bebas dan tidak terstruktur (Papalia, danFeldman, 2008).

Pengertian RubrikMengacu pada pengertian rubric yangdirumuskan oleh Glassgow dan Hicks (2003:67),Steven dan Levi (2005), serta Southworth (2006)dapat disimpulkan, rubrik adalah alat penilaianyang berisi serangkaian kriteria tentangketerampilan dan pengetahuan yang harusdicapai peserta didik pada saat mengerjakansuatu tugas.

Manfaat pemakaian rubrik adalahmenjelaskan deskripsi tugas, memberikaninformasi bobot penilaian, siswa memperoleh

Page 45: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

umpan balik yang cepat dan akurat, sertapenilaian lebih objektif dan konsisten. Di dalamsebuah rubrik yang sangat sederhana terdapatdeskripsi tugas, skala pencapaian atau nilai,penjabaran tugas (keterampilan dan pengetahu-an yang tercakup di dalam tugas) dan gambaranatau deskripsi yang spesifik dari apa yangmerepresentasikan setiap tingkat kemampuan.Semuanya itu dijabarkan dalam bentuk tabel.Dengan demikian, penggunaan rubrik dapatmenghemat waktu dan memberikan umpanbalik yang berarti bagi peserta didik. Selain itujuga bisa dijadikan bagian proses belajarmengajar yang efektif. Stevens & Levi (2005)mengatakan bahwa rubrik merupakan prosespenilaian yang lebih mudah bagi guru danmemberikan umpan balik yang cepat, rinci danmudah dibaca oleh peserta didik. Denganmenggunakan rubrik, guru dapat menganalisissecara tepat keunggulan dan kelemahan seorangpeserta didik, demikian pula peserta didikmengetahui dengan jelas keunggulan dankelemahannya sehingga peserta didik dapatmemperbaiki kesalahannya di masa mendatang.

Steven dan Levi (2005) menjelaskan pulabahwa rubrik dapat mengajak peserta didikuntuk berpikir secara kritis tentang pembel-ajaran mereka sendiri. Peserta didik dapat meni-lai dan meningkatkan kemampuan merekasendiri dengan melihat hasil belajar merekayang tertera dengan jelas di dalam sebuah rubrik.Rubrik juga dapat memfasilitasi komunikasidengan guru atau pendidik lainnya. Denganmembaca rubrik seorang peserta didik, guru ataupendidik lain dapat mengetahui kemampuanpeserta didik terhadap suatu tugas.

Penggunaan rubrik untuk menilai hasilpekerjaan peserta didik membantu guru danpeserta didik mengenali kualitas kerja mereka.Selain itu juga dapat menghemat waktu danmembuat tugas menjadi lebih mudah. Setiapnilai di rubrik menggambarkan persyaratanyang harus dipenuhi untuk mendapatkan nilaiyang diinginkan. Dengan demikian, akan sangatmembantu guru untuk menyampaikan kekuatandan kelemahan peserta didik dalammengerjakan tugas tertentu kepada orang tuadan peserta didik itu sendiri.

Palloff dan Pratt (2009) mengatakan rubrikadalah alat yang berguna dalam menilai

pekerjaan peserta didik, karena rubrikmenjelaskan ekspektasi performa peserta didikdan membantu dalam mengubah penilaian hasilkerja peserta didik yang subjektif menjadi lebihobjektif. Dengan demikian, penggunaan rubrikdianggap penting karena dapat membantu guruuntuk lebih objektif dalam menilai hasilpekerjaan peserta didik. Selain itu juga pesertadidik dapat mengevaluasi kualitas hasilpekerjaannya pada saat sebelum dan sesudahpekerjaan itu dinilai oleh guru.

Cara Membuat RubrikRubrik biasanya mempunyai 2 bagian yaitudaftar kriteria tugas dan gradasi/tingkatpencapaian kriteria. Setiap kriteria di dalamrubrik merupakan acuan kinerja sehinggadijadikan dasar untuk menilai respons siswa.Rubrik memiliki skala pemeringkatan. Berbedadengan skala penilaian yang pemeringkatannyahanya berupa peringkat sangat kurang, sangatbaik, cukup, sempurna; rubrik memilikikelebihan yaitu pemeringkatan kriteria dalambentuk deskripsi yang rinci.

Dalam Palloff & Pratt (2009), Stevens danLevi menjelaskan empat tahap berikut dalammengembangkan rubrik.1. Refleksi. Ambil waktu untuk memikirkan

ekspektasi yang diharapkan akan dicapaidari sebuah tugas. Apa saja ekspektasinyadan bagaimana ekspektasi tersebutdikomunikasikan dengan peserta didik?

2. Membuat daftar. Begitu ekspektasi telahditetapkan, mulailah mengembangkantujuan pembelajaran. Apa saja detil dantujuan pembelajaran dari tugas tersebut?

3. Membuat grup dan label. Selanjutnya,kelompokkan ekspektasi dan keterampilan-keterampilan yang serupa, lalu namakanmereka berdasarkan tingkatan performa-nya. Apa saja kategori ekspektasinya danbagaimana tingkatan performa ditentukan?Apa yang merepresentasikan performadasar, dan contohnya? Apa yang merepre-sentasikan kemahiran? Seperti apa performayang luar biasa itu?

4. Aplikasi. Masukkan keterampilan dannama-nama dari tahap 3 di atas ke dalamformat tabel rubrik.

Page 46: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Menurut Southworth (2006), untukmembuat sebuah rubrik, tentukan terlebihdahulu bagaimana kualitas yang baik yangharus dimiliki oleh sebuah hasil tugas, lalutentukan juga berapa tingkatan yang diinginkanoleh guru, seperti bagus sekali, bagus, cukupbagus dan tidak bagus. Setelah itu jabarkansetiap kategori tersebut sehingga peserta didikmengetahui apa arti dari setiap kategori.Sebaiknya rubrik ini disampaikan kepada peser-ta didik di awal sesi pembelajaran, sehinggatidak akan terjadi kesalahpahaman apa yangharus dicapai peserta didik di akhir sesipembelajaran tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkanbahwa buntuk membuat sebuah rubrik yangrepresentatif, guru dapat memulainya denganmenentukan tujuan pembelajaran yang ingindicapai. Kemudian guru menentukan tingkatanyang dapat dicapai oleh peserta didik, misalnyabagus, cukup bagus dan tidak bagus. Lalu, gurumenjabarkan ketrampilan dan pengetahuanyang akan dicapai peserta didik untuk setiaptingkatan.

Langkah-langkah dalam menyusun rubrikadalah sebagai berikut.1. Menentukan kompetensi yang akan disusun

rubriknya2. Menentukan kriteria yang digunakan

sebagai acuan untuk mengetahui keterca-paian kompetensi

3. Untuk setiap kriteria, disusun deskripsitentang pencapaian kriteria dari yang palingtinggi ke yang paling rendah kualitasnya

4. Masukkan kriteria dan deskripsinyakedalam matriks

5. Pemberian skor dari deskripsi tingkatankriteria tinggi sampai rendahSelain berperan dalam penilaian juga

berperan dalam pembelajaran dan membantuguru dan siswa dalam proses pembelajaran,karena rubrik mengandung kriteria atauindikator keberhasilan pencapaian hasil belajar.

Validitas dan ReliabilitasValiditas adalah tingkat keandalan dankesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen

dikatakan valid menunjukkan alat ukur yangdipergunakan untuk mendapatkan data itudapat mengukur apa yang seharusnya di ukur(Sugiyono: 2007). Dengan demikian, instrumenyang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendakdi ukur.

Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlakdilakukan, karena jika instrumen yang diguna-kan sudah tidak valid dan reliable maka dipasti-kan hasil penelitiannya pun tidak akan validdan reliable. Sugiyono (2007) menjelaskanperbedaan antara penelitian yang valid danreliable dengan instrumen yang valid danreliable yaitu penelitian yang valid artinya bilaterdapat kesamaan antara data yang terkumpuldengan data yang sesungguhnya terjadi padaobjek yang diteliti. Artinya, jika objek berwarnamerah, sedangkan data yang terkumpul berwar-na putih maka hasil penelitian tidak valid.Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapatkesamaan data dalam waktu yang berbeda kalaudalam objek kemarin berwarna merah, makasekarang dan besok tetap berwarna merah.

Berdasarkan Fraenkel dan Wallen (2008),validitas didefinisikan sebagai suatu bentukkelayakan, kebenaran, dan memiliki suatu arti,serta kegunaan dari suatu kesimpulan spesifikyang dibuat oleh para peneliti berdasarkan datayang mereka kumpulkan. Sedangkan validasidedefinisikan sebagai proses mengumpulkandan menganalisis bukti untuk mendukungkesimpulan tersebut.

Dalam penelitian ini, uji validitas dilaku-kan dengan mengukur korelasi antara variabelmenggunakan Uji Z. Kategori validitas mengacupada pengklasifikasian validitas yangdikemukakan oleh Guilford (1956, dalamFraenkel dan Wallen h.145), yaitu:0.80 < r d” 1.00 validitas sangat tinggi (sangat

baik)0.60 < r d” 0.80 validitas tinggi (baik)0.40 < r d” 0.60 validitas sedang (cukup)0.20 < r d” 0.40 validitas rendah (kurang)0.00 < r d” 0.20 validitas sangat rendah (jelek)

r d” 0.00 tidak valid

Page 47: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Berbeda dengan validitas, reliabilitasmengacu pada konsistensi nilai-nilai yangdiperoleh – seberapa konsisten nilai-nilaitersebut untuk setiap individu dari satuinstrumen ke instrumen yang lainnya maupundari satu set item ke item yang lainnya. (Fraenkel& Wallen, 2008:154)

Setiap alat ukur seharusnya memilikikonsistensi yang relatif tinggi dari waktu kewaktu terhadap hasil pengukurannya. Dalampenelitian ini, metode yang digunakan untukmelihat reliabilitas data adalah Cronbach’s Alpha(á). Koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha bernilaiantara 0 dan 1. Semakin nilai á mendekati 1maka reliabilitas semakin tinggi (George andMallery, 2003).

Berikut adalah rumus yang digunakanuntuk menghitung reliabilitas:

dengan:r11 : koefisien reliabilitasn : banyaknya butir soalSi

2 : varians skor soal ke-iSt

2 : varians skor total

Kategori dari reliabilitas akan mengacupada pengklasifikasian reliabilitas yangdikemukakan oleh Guilford, yaitu:0.80 < r11 d” 1.00 reliabilitas sangat tinggi0.60 < r11 d” 0.80 reliabilitas tinggi0.40 < r11 d” 0.60 reliabilitas sedang0.20 < r11 d” 0.40 reliabilitas rendah-1.00 d” r11 d” 0.20 reliabilitas sangatrendah (tidak reliabel).

Rancangan Pengukuran

Penelitian ini menggunakan metode eksperimendengan sampel data dari 30 orang siswa. Tempatpengambilan sampel di kelas TK B, salah satuTKK PENABUR Jakarta.

Keterampilan psikomotorik merupakanketerampilan gerak yang bersifat produktif.Untuk mengetahui apakah ketrampilanpsikomotorik ini dapat dilakukan peserta didik,maka diperlukan komponen yang berisiindikator yang akan menjadi tolak ukurpencapaian. Dalam keterampilan psikomotorik,ada dua macam ketrampilan yang akan diukuryaitu keterampilan motorik halus dan motorikkasar. Adapun komponen motorik halus terdiridari 3 indikator yaitu: menggunting, melipat danmenulis. Sedangkan komponen motorik kasarterdiri dari 4 indikator yaitu : lompat tali, berjalandi atas balok titian, menangkap bola dan melem-par bola. Secara detail indikator tersebut mem-punyai parameter pengukuran sebagai berikut.Menggunting: Menggunakan ketiga jari (jaritelunjuk, tengah dan ibu jari) yang digerakkanmengikuti pola bentuk gambar dengan tidakkeluar garis.Melipat: Menggunakan jari tangannya untukmembuat lipatan (pada penelitian ini membuatlipatan roket) sesuai dengan instruksi yangdiberikan.Menulis: Menggunakan pensil untuk memben-tuk kata dengan abjad yang benar dan tidak keluar garis.Lompat tali: Melompat dengan kedua kaki padaposisi lutut yang ditekuk dan seirama denganputaran tali.Berjalan di atas balok titian: Menggunakankedua kaki dengan berjalan di sepanjang balokpada posisi yang seimbang (tidak jatuh).Menangkap bola: Menggunakan kedua tanganuntuk menangkap bola dengan posisi telapaktangan terbuka.Melempar bola: Menggunakan kedua tanganuntuk melempar bola dengan posisi telapaktangan memegang bola dan menghadap kedepan.

Rubrik yang digunakan dalam penelitianini terdiri atas 7 pernyataan yang diisiberdasarkan hasil observasi guru, dengan skala1, 2 dan 3. Adapun rubrik dan kriteria pengukur-an tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 48: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Keterangan:Rubrik no. 1 : MengguntingRubrik no. 2 : MelipatRubrik no. 3 : MenulisRubrik no. 4 : Lompat taliRubrik no. 5 : Berjalan di atas titianRubrik no. 6 : Menangkap bolaRubrik no. 7 : Melempar bola

-

Tabel 1: Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik

Keteram--pilan

Motorik

3 2 1

1. Meng-gunting

Dapat menggunakan ketigajari yang digerakkan mengi-kuti pola bentuk gambardengan tidak keluar garis.

Dapat menggunakan ketigajari yang digerakkan sesuaidengan pola bentukgambar dan keluar garis .

Dapat menggunakan ke-tiga jari yang digerakkantetapi tidak sesuai denganpola gambar dan keluar garis

2. Melipat Menggunakan jari tanganuntuk membuat lipatan roketsesuai dengan instruksi yangdiberikan secara sempurna.

Menggunakan jari tanganuntuk membuat lipatanroket sesuai denganinstruksi yang diberikansecara sederhana.

Menggunakann jari tanganuntuk membuat lipatanroket tetapi tidak sesuaidengan instruksi yangdiberikan.

3. Menulis Menggunakan pensil untukmembentuk kata denganabjad yang benar dan tidakkeluar garis

Menggunakan pensiluntuk membentuk katadengan abjad yang benardan keluar garis

Tidak dapat menggunakanpensil untuk membentukkata dengan abjad yangbenar dan tidak keluargaris.

4. Lompat tali

Dapat melompat dengankedua kaki pada posisi lututyang ditekuk dan seiramadengan putaran tali.

Dapat melompat dengankedua kaki pada posisilutut tidak ditekuk tetapiseirama dengan putaran tali.

Dapat melompat tetapidengan tidak seimbangdan tidak seirama denganputaran tali.

5. Berjalan di atas balok titian

Menggunakan kedua tum-puan kaki berjalan disepan-jang balok pada posisi yangseimbang dan tidak jatuh.

Menggunakan keduatumpuan kaki berjalantetapi tidak focus padapijakan balok.

Menggunakan keduatumpuan kaki berjalantetapi tidak sesuai padapijakan balok.

6.Menang- kap bola

Menggunakan kedua tanganuntuk menangkap boladengan posisi telapak tanganterbuka.

Menggunakan keduatangan untuk menangkapbola dengan posisi tangandiatas.

Menggunakan keduatangan untuk menangkapbola dengan posisi

7.Melem- par bola

Menggunakan kedua tanganuntuk melempar boladengan posisi telapak tanganmemegang bola danmenghadap ke depan.

Menggunakan keduatangan untuk melemparbola dengan posisi telapaktangan memegang bola danmenghadap ke atas.

Menggunakan kedua tang-an untuk melempar boladengan posisi tela-paktangan memegang boladan menghadap ke bawah.

Skala pengukuran yang dipakai untuk simbol yang digunakan adalah sebagai berikut.

= 3 Baik = 2 Cukup = 1 Perlu pengembangan

Hasil Penelitian

Untuk menguji alat ukur psikomotorik anak usia5-6 tahun, maka alat ukur diberikan kesetiapanak untuk diobservasi dan diamati oleh tigaorang guru. Hasil pengukuran oleh 3 orang gurutertera pada Tabel 2.

Page 49: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Kurva 1: Uji Z antara Guru 1 dengan Guru 2

Tabel 2: Hasil Pengukuran oleh Tiga Orang Guru

NoInisialNamaSiswa

Guru 1Indikator

Guru 2Indikator

Guru 3Indikator

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1 Aw 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2

2 Ay 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

3 Aa 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

4 Ca 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3

5 En 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3

6 Jh 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

7 Je 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

8 Jn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9 Ja 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3

10 Jn 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2

11 Ka 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

12 Ee 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

13 Kr 2 2 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3

14 Ll 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2

15 Sa 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

16 Mw 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2

17 Mn 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

18 Ml 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2

19 Nh 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2

20 Ns 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

21 Nn 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3

22 On 1 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 3 2

23 Ra 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2

24 Ro 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2

25 Rn 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3

26 Ry 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2

27 Sn 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

28 Oa 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 Ty 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3

30 Sl 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Page 50: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Nilai setiap indikator adalah jumlah nilaiketujuh perlakuan dari indikator yangdisesuaikan.Kemudian dilakukan uji interraterreliability untuk melihat apakah penilaian ke tigaguru atas anak yang sama dapat dikatakankonsisten.

Nilai R hitung antara ke-tiga guru untuksetiap indikator diperlihatkan pada Tabel 3.Terlihat bahwa secara keseluruhan, seluruhindikator konsisten atas ketiga guru tersebut.Secara total, kekonsistenan penilaian ketiga guruadalah sangat baik (lebih besar dari 0,6). Darikedua hasil uji interrater reliability ini dapatdikatakan bahwa alat ukur ini reliabel.

Nilai yang diperoleh dengan uji Z untukguru 1 dengan guru 2 dengan tingkat keyakinan95%: (-1.96<-1.86<1.96), artinya tidak terdapatperbedaan penilaian antara guru 1 dan guru 2dengan tingkat keyakinan 95% (Kurva 1).

Nilai yang diperoleh dengan uji Z untukguru 2 dengan guru 3 dengan tingkat keyakinan95%: (-1.96<1.2<1.96), artinya tidak terdapatperbedaan penilaian antara guru 1 dan guru 3dengan tingkat keyakinan 95% (Kurva 2).

Nilai yang diperoleh dengan uji Z untukguru 1 dengan guru 3 dengan tingkat keyakinan95%: (-1.96<-0.74<1.96), artinya tidak terdapat

Tabel 3: Hasil Uji Interrater Reliability

1 2 3 4 5 6 7

G1-G2 0,7092 0,8120 0,2070 0,3413 0,8643 0,3852 0,6325 0,8139

G1-G3 0,8846 0,8846 0,8292 0,8578 0,8086 0,9211 1,0000 0,9410

G2-G3 0,7092 -0,049 0,2942 0,5571 0,6659 0,4287 0,6325 0,7057

Kurva 1: Uji Z antara Guru 1 dengan Guru 2

perbedaan penilaian antara guru 2 dan guru 3dengan tingkat keyakinan 95% (Kurva 3).

Nilai Z hitung (distribusi populasi normal)antara ke tiga guru untuk setiap indikatordiperlihatkan pada Tabel 4 yang menunjukkan,

secara keseluruhan, seluruh indikator konsistenatas ketiga guru dan dapat diterima karena hasilZ hitungnya lebih besar dari Z tabel. Maka secaratotal kekonsistenan penilaian ketiga guruadalah berkorelasi baik, sehingga dapatdikatakan alat ukur ini valid (Tabel 5) karenamempunyai nilai korelasi lebih dari 0,3 yaitu 1.

Langkah berikutnya adalah menentukannilai internal reliabilitas alat ukur ini. Denganasumsi bahwa setiap penilaian guru mewakilinilai setiap individu maka untuk nilai CronbachAlpha untuk suatu indikator yang terdiri dari

Kurva 2: Uji Z Antara Guru 2 dengan Guru 3

Kurva 3: Uji Z Antara Guru 1 dengan Guru 3

Page 51: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Tabel 4: Nilai Z Hitung Antar ke tiga Guru

Total Zhitung Z tabel Putusan

G1-G2 -1.86 -1.96 Terima

G1-G3 -0.74 -1.96 Terima

G2-G3 1.2 1.96 Terima

motorik halus 3 indikator dan motorik halus 4indikator dengan 30 anak responden hasilnyadapat dilihat pada Tabel 6.

Dari hasil analisis diperoleh semakin tingginilai reliabilitas menunjukkan kesalahan variansemakin kecil (Sukardi, 2010). Dalam hal iniberarti, untuk komponen yang mempunyai nilaireliabilitas yang semakin tinggi menunjukkankesalahan dalam variabel indikator semakinkecil. Dalam Tabel 6 dapat dilihat, nilaireliabilitas Cronbach’s Alpha yang tinggidijumpai pada Keterampilan Motorik Halussebesar 0.84. Sedangkan untuk total keseluruh-an antara Keterampilan Motorik Kasar danMotorik Halus mempunyai nilai reliabilitas 0,64yang berarti sedang.

Tabel 5: Tabel Korelasi antar 7Keterampilan Motorik

No KeterampilanMotorik

CorrectedItem TotalCorrelation

Keterangan

1 Menulis 1 Valid

2 Menggunting 1 Valid

3 Melipat 1 Valid

4 Lompat Tali 1 Valid

5 Berjalan diatasbalok 1 Valid

6 Melempar bola 1 Valid

7 Menangkapbola 1 Valid

Tabel 6: Nilai Reliabilitas Cronbach Alpha Untuk Motorik Halus dan Kasar

No KeterampilanMotorik

NilaiCronbach's

Alpha

Keterang--an

1 KeterampilanMotorikKasar

0.60 Sedang

2 KeterampilanMotorikHalus

0.84 Tinggi

3 KeterampilanMotorikKasar danHalus

0.64 Sedang

Pembahasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk meng-analisis keterampilan fisik (motorik) kasar danhalus anak usia 5 - 6 tahun dengan rubrik danperan rubrik sebagai alat pengukuran. Hasilpenelitian ini menunjukkan, rubrik dapatmembantu guru mendapatkan hasil perhi-tungan yang valid dengan menggunakan tujuhindikator untuk mengamati perkembangan fisikyaitu menggunting, melipat, menulis, lompattali, keseimbangan, melempar dan menangkapyaitu sebagai berikut.

Dilihat dari rubrik penilaian keterampilanmotorik pada Tabel 1, ketiga guru dapat menilaidengan mudah dan mempunyai standar yangsama dalam mengukur tingkat pencapaian nilaidari peserta didik. Hal ini sesuai dengan apayang dinyatakan oleh Palloff dan Pratt (2009)yaitu bahwa rubrik adalah alat yang bergunadalam menilai pekerjaan peserta didik, karenarubrik menjelaskan ekspektasi performa pesertadidik dan membantu dalam mengubahpenilaian hasil kerja peserta didik yang subyektifmenjadi lebih objektif. Dengan demikian,penggunaan rubrik dianggap penting karenadapat membantu guru untuk lebih objektif dalammenilai hasil pekerjaan peserta didik.

Page 52: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

Di samping itu, rubrik memiliki skalapemeringkatan yaitu kriteria dalam bentukdeskripsi yang rinci. Seperti yang dikatakan olehSouthworth (2006) bahwa untuk membuatsebuah rubrik, harus ditentukan terlebih dahulubagaimana kualitas yang baik yang harusdimiliki oleh sebuah hasil tugas, lalu tentukanjuga berapa tingkatan yang diinginkan oleh guru,seperti bagus sekali, bagus, cukup bagus dantidak bagus. Dengan demikian, guru denganmudah mempunyai standar pengukuran dalammenilai kinerja pekerjaan siswa seperti yangterlihat dari Tabel 3 hasil pengukuran oleh 3orang guru. Penelitian ini menggunakan skala 1sampai 3 pemeringkatan yang dilambangkandengan bintang satu sampai bintang tiga.Bintang 3 adalah baik, bintang 2 adalah cukupdan bintang 1 adalah perlu pengembangan.Ketiga tingkatan yang akan dicapai oleh anakini, dapat membantu guru menilai secara objektif.Terlihat dari hasil perhitungan Interreter Relia-bility, bahwa nilai R hitung antara ketiga guruuntuk setiap indikator diperlihatkan pada Tabel3, yaitu bahwa secara keseluruhan, seluruh indi-kator konsisten atas ketiga guru tersebut. Secaratotal, kekonsistenan penilaian ketiga guru adalahsangat baik (lebih besar dari 0,6). Dari hasil ujiInterrater Reliability ini dapat dikatakan bahwaalat ukur ini reliabel. Dapat dikatakan pulabahwa secara total kekonsistenan penilaianketiga guru adalah berkorelasi baik. Sehinggadapat dikatakan alat ukur ini valid karenamempunyai nilai korelasi 1 (Tabel 5).

Selain itu juga, rubrik dapat berperanmembantu guru dan siswa dalam prosespembelajaran, karena rubrik mengandungkriteria atau indikator keberhasilan pencapaianbelajar. Berdasarkan hasil penelitian yangdiperoleh untuk Keterampilan Motorik Halusyang terdiri dari 3 indikator yaitu menulis,menggunting dan melipat pada anak usia 5-6tahun, terlihat bahwa penggunaan indikator inisudah baik dan dapat mewakili keterampilanfisik halus anak terbukti dari hasilnya yangtinggi (0.84). Anak mampu menggunakan pensiluntuk menulis dalam membentuk abjad yangbenar dan tidak keluar garis, mampumenggunakan ketiga jari (jari telunjuk, tengahdan ibu jari) yang digerakkan mengikuti pola

bentuk gambar dengan tidak keluar garis untukmenggunting dan mampu melipat denganmenggunakan jari tangannya untuk membuatlipatan (pada penelitian ini membuat lipatanroket) sesuai dengan instruksi yang diberikan.

Sedangkan untuk Keterampilan MotorikKasar yang terdiri dari 4 indikator yaitu lompattali, berjalan di atas balok titian, menangkap danmelempar bola, menunjukkan hasil sedang(0.60). Hal ini berarti bahwa indikator yangdigunakan cukup mewakili keterampilan fisikkasar pada anak. Anak dapat melompat talidengan melompat menggunakan kedua kakipada posisi lutut yang ditekuk dan seiramadengan putaran tali, bisa berjalan di atas baloktitian dengan menggunakan kedua kaki berjalandisepanjang balok pada posisi yang seimbang(tidak jatuh), anak dapat menggunakan keduatangan untuk menangkap bola dengan posisitelapak tangan terbuka, dan anak dapatmenggunakan kedua tangan untuk melemparbola dengan posisi telapak tangan memegangbola dan menghadap ke depan.

Simpulan

KesimpulanKesimpulan yang dapat disajikan berdasarkanhasil analisis dan pembahasan adalah sebagaiberikut. Pertama. rubrik pengukuran sangatmembantu guru dalam mempermudah membuatstandar penilaian dari keterampilan psikomo-torik siswa (motorik kasar dan halus). Kedua,rubrik berperan dalam membantu guru dansiswa dalam proses pembelajaran, karena rubrikmengandung kriteria atau indikator keberhasilanpencapaian belajar. Ketiga, melalui pengolahandata yang dilakukan secara keseluruhan untukketerampilan motorik halus dan kasar, seluruhindikatornya konsisten atas ketiga guru dandapat diterima. Demikian juga dengankekonsistenan penilaian ketiga guru adalahberkorelasi baik. Dengan demikian dapatdikatakan alat ukur ini valid. Keempat, untuk ujireliabilitas dengan menggunakan rumusCronbach’sAlpha nilainya sebesar 0.64 yangberarti sedang sehingga dapat digunakan untukmengukur kemampuan keterampilan motorik

Page 53: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Rubrik Pengukuran Keterampilan Psikomotorik

kasar (menulis, menggunting, melipat) danmotorik halus (lompat tali, berjalan di atas papantitian, menangkap dan melempar bola) padaanak usia 5-6 tahun.

Di samping kesimpulan yang telahdisebutkan, penelitian ini hanya untukmengukur keabsahan dan kekonsistenan alatukur rubrik yang dicobakan untuk keterampilanmotorik halus dan keterampilan motorik kasaranak usia 5-6 tahun, tidak untuk mengetahuikemampuan motorik kasar dan halusnya,sehingga tidak bisa digeneralisasi untuk semuakasus Psikomotorik pada anak. Untuk teknikpenilaian individu anak secara aktif, penelitibelum dapat membuat indikator atau instrumenyang dapat mengukur penilaian perasaan anaksecara pasti. Keterbatasan waktu yang dimilikipeneliti sehingga tidak bisa meneliti lebih dalamlagi untuk mengukur kemampuan awal anakdibanding dengan kemampuan akhir anakdengan metode penelitian yang lebih detail lagi.

SaranMengacu pada pengalaman dalam melakukanpenelitian ini serta kesimpulan yang diperoleh,disarankan sebagai berikut. Pertama, penelitianyang menggunakan rubrik pengukuran bisadilakukan untuk aspek lain selain psikomotorikanak seperti aspek bahasa, kognitif, seni yangdalam pemeringkatannya dapat menggunakanskala 1-4. Kedua, bagi guru yang akan melalukanpenelitian keterampilan psikomotorik lebihlanjut dapat dilakukan pengujian awal dan akhirsehingga hasil kemampuan anak yangdidapatkan akan lebih valid. Ketiga, dalammenggunakan alat-alat untuk menelitiketerampilan motorik kasar sebaiknya gurumenggunakan alat-alat yang aman bagi anakusia dini untuk menghindari seminimalmungkin kecelakaan yang akan dialami anakapabila jatuh.

Daftar Pustaka

Feldman, Papalia & Old. (2008). Humandevelopment (Perkembangan manusia).Jakarta: Salemba Humanika

Fraenkel, Jack R. & Norman E. Wallen. (2008).How to design and evaluate research ineducation Seventh Edition. New York:McGraw Hill Companies

George & Mallery, 2003, Polyglot Jurnal IlmiahFakultas Ilmu Pendidikan Universitas PelitaHarapan, Vol.5 No.1 January 2011, hal.6-7

Glasgow, Neal & Hicks, Cathy. (2003). Whatsuccessful teachers do, research-basedclassroom strategies for new and veteranteachers. California: Corwin Press, Inc

Gardner, Howard. (1993). Multiple intelligences:The theory in practice a reader. USA: BasicBooks

Magill, Richard A (1993) Motor learning: Conceptsand application (4th Ed), LA: WMC Brown,Dubuque

May Lwin, Adam Kho, Kenneth Lyen, CarolineSim. (2008). How to multiply your child’sintelligence. Jakarta: PT.Indeks

Palloff, Rena & Keith Pratt. (2009). Assessing theonline learner, resources and strategies forfaculty. San Fransisco: John Wiley & Sons,Inc

Rimm, Sylvia. (2003). Mendidik dan menerapkandisiplin pada anak prasekolah . PT.Gramedia Pustaka Utama

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak.Jakarta: Erlangga

Singer, Robert N. (1980). Motor learning and humanperformance: An application to motor skill andmovement behavior. New York: Mc.MillanPub

Southworth, Howie, Kemal Cakici, YiannaVovides & Susan Zvacek, eds. (2006).Blackboard® For Dummies®. Indianapolis,Indiana: Wiley Publishing

Sugiono.(2007). Metode penelitian administrasi.Bandung: Alfabeta

Stevens, Dannelle & Levi, Antonia. (2005).Introduction to rubrics: An assessment tool tosave grading time, convey effective feedbackand promote student learning. Virginia:Stylus Publishing

Page 54: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Penggunaan Media Surat Kabardalam Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini

SakilaE-mail: [email protected]

SMP Negeri 2, Singkawang, Kalimantan Barat

Opini

TAbstrak

ujuan tulisan ini adalah memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan penggunaanmedia surat kabar dalam pembelajaran membedakan fakta dan opini pada siswa SMPkelas IX pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Media pembelajaran pada hakikatnyadipergunakan untuk memudahkan siswa belajar sehingga meningkatkan hasil belajar

siswa. Secara khusus tulisan ini membahas bagaimana surat kabar dapat dipergunakan padamata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada materi pokok membedakan fakta dan opinidalam sebuah iklan. Dengan menggunakan surat kabar sebagai sumber pembelajaran, siswa dapatdiikutsertakan secara aktif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.Agar penggunaan media surat kabar dapat berfungsi secara efektif dan efisien dalam mencapaitujuan pembelajaran, guru disarankan memilih informasi yang sungguh-sungguh sesuai sebagaibahan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran serta sesuai dengan karakteristik siswa.

Kata-kata kunci : media, surat kabar, fakta, opini, sumber belajar

Use of Newspaper Media in Learning the Differences Between Fact and OpinionAbstract

The purpose of this article is to share ideas of using newspaper as a learning resourse, particularly indistinguishing fact from opinion, as one topic in the subject of Indonesia Language, Grade IX, Junior SecondarySchool. In general, educational media is used to facilitate learning and improve student’s learning achievement.The discussion in this article is focused on using appropriate advertisement in newspaper to enable the studentto understand the differences between fact and opinion as a topic in the subject of Indonesia Language at JuniorSecondary School. Beside facilitating learning, using newspaper also allows the student to prticipate activelyin the learning preparation, impleentation, and evaluation. To succeed the use of newspaper media as alearning resource, the teacher is suggested to select the most appropriate information from the newspaper onthe basis of learningmaterials and learning objectives as well as the student’s characteristics.

Key words: media, newspapers, fact, opinion, learning resource

Page 55: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Pendahuluan

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikannasional yakni mencerdasakan kehidupanbangsa dan mengembangkan manusia seutuh-nya, sangat dibutuhkan peran serta pendidikyang profesional (Kemendikbud, 2015:3).Kebutuhan ini menuntut guru mampu melak-sanakan proses pembelajaran yang menyenang-kan, kreatif, inovatif dengan menggunakanmedia pembelajaran. Media pembelajaran sangatdiperlukan ketika proses pembelajaran di kelasmenuntut keaktifan siswa terutama untuk matapelajaran bahasa pada umumnya dan matapelajaran Bahasa Indonesia pada khususnya.

Informasi awal dan pengamatan guru matapelajaran Bahasa Indonesian menunjukkan,sebagian besar siswa di salah satu kelas IX diSMP Negeri 2 Singkawang mengalami kesulitanketika mempelajari materi membedakan faktadan opini dalam iklan, dengan rata-rata tingkatketuntasan belajar hanya berkisar antara 60%sampai 65% saja. Memang banyak faktor yangmempengaruhi hasil belajar siswa, sepertisekolah, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri.Akan tetapi, paling tidak dengan menerapkanmetode pembelajaran yang tepat diharapkankualitas proses dan hasil belajar siswa dapatditingkatkan.

Dalam upaya meningkatkan hasil belajarsiswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,sebagian besar siswa Kelas IX di SMP Negeri 2Singkawang menghadapi beberapa kendalayang antara lain dalam memahami konsep.Siswa cenderung berfikir dari konkret ke abstrak,karena guru lebih dominan memberikan materipokok dengan cara ceramah. Kendala lain ialahkurang antusiasnya siswa dalam pembelajaranserta sulitnya melibatkan siswa secara aktifdalam proses pembelajaran. Kedua kendala yangdicontohkan terjadi karena keterbatasan alatperaga dan waktu yang dipergunakan dalamproses pembelajaran yang ternyata berdampaknegatif terhadap hasil belajar siswa.

Membaca merupakan salah satu kegiatanyang tidak dapat dipisahkan dalam duniapendidikan sehingga dicantumkan dalamKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Hal ini menunjukkan keterampilan membacatelah diajarkan sejak jenjang sekolah dasarhingga perguruan tinggi. Menurut Depdiknas(2006: 6), dalam KTSP tahun 2006, membacadipandang sebagai bahan pelajaran untukmeningkatkan pemahaman siswa, yangmeliputi pengembangan kemampuan menyerapgagasan, pendapat, pengalaman, pesan,perasaaan, dan sebagainya dari pihak yang lainyang disampaikan melalui tulisan.

Selanjutnya dengan membaca, siswa dapatmenemukan sendiri pengetahuan danketerampilan dari berbagai sumber bacaan. Halini sejalan dengan pemberlakuan Kurikulum2013 yang dirancang untuk menyongsong modelpembelajaran abad 21 dan di dalamnya terdapatpergeseran dari siswa diberi tahu menjadi siswamencari tahu dari berbagai sumber belajarmelampaui batas pendidik dan satuanpendidikan, sehingga peran bahasa menjadisangat sentral. Kurikulum 2013 menempatkanbahasa Indonesia sebagai penghela matapelajaran lain. Apabila siswa tidak menguasaimata pelajaran tertentu, harus dipastikan bahwayang tidak dikuasainya adalah substansi matapelajaran tersebut, bukan karena kelemahanpenguasaan bahasa pengantar yangdipergunakannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 68Tahun 2013, Kurikulum 2013 bertujuanmempersiapkan manusia Indonesia agarmemiliki kemampuan hidup sebagai pribadi danwarga negara yang beriman, produktif, kreatif,inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusipada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,serta bernegara dan pada peradaban dunia. Dilain pihak, Permendikbud Nomor 81 a Tahun2013 Tentang Implementasi Kurikulumdisebutkan, tahap pertama dalam pembelajaranmenurut standar proses yaitu perencanaanpembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatanpenyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP). RPP adalah rencana pembelajaran yangdikembangkan secara rinci dari suatu materipokok atau tema tertentu yang mengacu padasilabus. Selanjutnya mengembangkan budayamembaca dan menulis adalah salah satu prinsipdalam mengembangkan RPP.

Page 56: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Membaca pemahaman pada hakikatnyaadalah kegiatan membaca yang dimaksudkanuntuk memahami makna yang terkandungdalam suatu teks (Depdiknas, 2015 :3).Pemahaman suatu teks sangat bergantung padaberbagai hal. Salah satu yang perlu mendapatperhatian dalam membaca adalah keterampilanyang dimiliki oleh seorang pembaca dalammemahami teks yang dibaca. Tinggi rendahnyaketerampilan yang dimiliki pembaca akan sangatberpengaruh pada tingkat pemahaman padateks yang dibaca.

Sebagai salah satu upaya dalam meningkat-kan efektivitas interaksi dalam proses pembel-ajaran adalah menggunakan media yang tepatguna mempertinggi kualitas proses pembelajaranyang pada akhirnya dapat meningkatkan hasilbelajar siswa (Iskandar, 2011:43). Dengandemikian, dapat disebutkan bahwa mediapembelajaran merupakan alat bantu yang dapatdimanfaatkan untuk menghubungkan pesandari guru kepada siswa dengan tujuanmeningkatkan proses pembelajaran.

Pada hakikatnya seorang pendidik adalahseorang fasilitator, baik dalam aspek kognitif,afektif, psikomotorik, maupun konatif. Olehkarena itu, dia harus mampu membangunsuasana belajar yang kondusif untuk meng-giring siswanya belajar mandiri. Ia juga hendak-nya mampu menjadikan proses pembelajaransebagai kegiatan eksplorasi diri (Ginting, 2011 :14). Dengan demikian, diperlukan suasanabelajar yang memungkinkan siswa tertarik danterlibat secara aktif dalam proses belajar. Guruharus dapat menentukan strategi belajar yang tepat.

Untuk mengembangkan iklim belajar, guruperlu memberikan kesempatan kepada siswauntuk meningkatkan dan mengembangkankemampuannya. Tugas guru bukan hanyamemberikan pengetahuan saja, melainkanmenyiapkan situasi yang menggiring siswabertanya, mengamati, mengadakan eksperimen,dan menemukan fakta serta konsep diri.Berdasarkan kenyataan inilah, makapenggunaan media dalam pembelajaranmerupakan pendekatan yang sesuai dalampembelajaran Bahasa Indonesia.

Penggunaan media surat kabar merupakansalah satu metode yang dapat digunakan guru

dalam menyampaikan materi yang berhubungandengan penulisan, dan strategi ini dapatdigunakan guru menjembatani caramembedakan fakta dan opini dalam sebuahiklan. Hal tersebut sejalan dengan pendapatIskandar (2011:46) bahwa “dalam proses belajarmengajar, media pembelajaran yang digunakanguru diharapkan dapat mempertinggi hasilproses belajar-mengajar.”

Kesenjangan antara tujuan pembelajarandengan kenyataan pembelajaran bahasaIndonesia mendorong penulis untuk mencobamenerapkan metode yang tepat pada prosespembelajaran, sebab fungsi metode dalamkeseluruhan sistem pembelajaran adalah untukmencapai tujuan pembelajaran. Metode yangyang dimaksud ialah penggunaan mediapembelajaran dalam pembelajaran bahasaIndonesia, khususnya pada kompetensi dasarmembedakan fakta dan opini.

Berdasarkan latar belakang masalah yangtelah disebutkan di atas, maka masalah dalampembahasan ini adalah bagaimana langkah-langkah penerapan media surat kabar dalampembelajaran membedakan fakta dan opini ?Masalah ini difokuskan di salah satu Kelas IXSMP Negeri 2 di Singkawang.

Sungguhpun ruang lingkup pembahasandalam tulisan ini mengacu pada salah satusekolah, diharapkan gagasan yang disampaikandapat bermanfaat kepada guru dalammeningkatkan kualitas pembelajarannya yangsangat berpusat pada siswa. Penerapan metodepembelajaran yang disarankan juga akanmemudahkan siswa memahami perbedaanantara fakta dan opini melalui pembelajaranyang menyenangkan. Dengan demikian, sekolahsebagai satuan pendidikan dapat mewujudkanlingkungan belajar yang tidak hanyamemberikan pengetahuan dan keterampilantetapi juga memotivasi siswa mencintai bahasanasionalnya sendiri.

Penggunaan media pembelajaran yangtepat akan memudahkan siswa memahamibahan pembelajaran sehingga mempercepatpencapaian kompetensi yang dikehendaki(Depdiknas, 2005 dan Zifajriah, 2013). Gurudapat menggunakan media yang ia rancang danbuat sendiri sesuai dengan kebutuhan pembel-

Page 57: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

ajaran atau guru juga dapat memilih danmenggunakan media yang sebenarnya tidakkhusus dibuat untuk keperluan pembelajarantetapi dapat dan sesuai dipergunakan untukpembelajaran yang mengacu pada kompetensitertentu. Surat kabar merupakan salah satumedia yang dapat dipergunakan untukkeperluan pembelajaran (Zifajriah, 2013).

Surat kabar merupakan salah satu mediainformasi yang efektif dan efisien serta mudahdiperoleh. Bahasa yang dipergunkan dalam

surat kabar sangat komunikatif dan mudahdipahami oleh masyarakat umum. Jenis informa-si yang disampaikan melalui surat kabar berane-ka raga, termasuk di antaranya iklan berbagaiproduk. Iklan adalah berita pesanan untukmendorong, membujuk khalayak ramai agartertarik pada barang dan jasa yang ditawarkanmelalui media massa (Tsalitsa, 2015 danDarmawati, 2010:6) . Iklan bertujuan menarikperhatian, mendorong, serta membujuk pihaklain agar memiliki atau memenuhi permintaan

Tabel 1: Perbedaan Antara Fakta dan Opini

Pembeda Fakta Opini

Pengertian Keadaan atau peristiwa yang merupakankenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atauterjadi

Pikiran, anggapan, buahpemikiran, atauperkiraan

Bentuk Gambar, foto, data statistik, tabel peristiwa, dangrafik

Berupa saran, kritik,harapan, nasihat

Sifat Menunjukkan Mengharapkan

yang terdapat dalam iklan tersebut. Berdasarkanjenisnya iklan dibedakan atas iklan layananmasyarakat, iklan niaga, dan iklan keluarga.

Iklan dapat dipahami dengan membacaintensif yang merupakan kegiatan membacauntuk mengetahui semua hal yang disajikandalam bacaan. Oleh karena itu, membaca intensifdapat dilakukan dengan cara (1) membaca deng-an cermat setiap kalimat dari awal hingga akhirteks dan (2) mencatat hal-hal yang ingin diketahui.

Kalimat dalam iklan mengandung fakta danopini. Fakta adalah peristiwa atau keadaan yangmerupakan kenyataan atau sesuatu yang benarada atau terjadi. Opini merupakan pendapat,pemikiran, atau sikap terhadap fakta.(Darmawati, 2010:6). Perbedaan antara fakta danopini dalam iklan sesuai Tabel 1 (Darmawati,2010:81).

Tabel 2 adalah perbedaan antara fakta danopini, khususnya jika terdapat dalam sebuahiklan.(Tsalitsa, 2015).

Tabel 2: Perbedaan Fakta dan Opini dalam Iklan

Fakta Opini

- Berupa identitas produk yangditawarkan dalam iklan tersebut

- Berupa kalimat/bahasa yang membujuk agarorang mau membeli produk yang diiklankan

- Komposisi kegunaan produk dalam iklan - Menuturkan kelebihan produk tersebut

- Sarana penggunaan secara lengkap - Kalimat/bahasa bersifat subjektif (berdasar-kan pendapat seseorang)

- Kalimat/bahasa dapat dipertang-gungjawabkan (bukan rekayasa)

Page 58: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Pembahasan

Paradigma baru pembelajaran mengharuskanpendidik mampu melaksanakan pembelajaranyang aktif, inovatif, kreatif, efektif, danmenyenangkan (Mi’raj, 2014:95). Oleh karenaitu, guru sekurang-kurangnya dapatmenggunakan alat/media meskipun sederhanadan bersahaja, tetapi merupakan upayamencapai tujuan pembelajaran yangdiharapkan. Berikut ini disajikan bahasantentang gagasan/ide dalam upaya memecahkanmasalah yang berkaitan dengan pembelajarandengan topik membedakan fakta dan opinidalam sebuah iklan di surat kabar.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diKelas IX, terdapat materi membedakan fakta danopini dalam teks iklan. Setelah mempelajari materipembelajaran ini, siswa diharapkan dapat (1)mengidentifikasi fakta dan opini dalam teks iklan disurat kabar dan (2) membedakan antara fakta dan opinidalam teks iklan di surat kabar.

Hampir semua surat kabar atau majalahmenyediakan ruang untuk memuat iklan dansetiap hari ada saja orang, lembaga, atau perusa-haan yang memasang iklan untuk berbagaikeperluan. Dengan demikian, setiap hari kitadapat menemukan informasi baru berupapenawaran produk, jasa, lowongan kerja atauinformasi yang lain dalam kolom iklan. Hal inisebagai indikator bahwa komunikasi antarapemasang iklan dengan pelanggan atau denganpembaca dapat dijalin melalui media iklan. Olehsebab itulah, dalam pembelajaran siswa diajakmencermati fakta dan opini yang terdapat dalamiklan.

Pengamatan pendahuluan kegiatan belajarmengajar di salah satu Kelas IX tempat penulisbertugas sebagai guru Bahasa Indonesia,menggambarkan suasana kelas tidakmenggairahkan dan kurang menyenangkankarena dicekam oleh tugas yang dirasamembebani siswa. Sebagian besar siswa tampaksulit menuangkan gagasannya ke dalam bentuktulisan. Hal tersebut berdampak pada nilaisiswa yang mencapai rata-rata tingkatketuntasan belajar hanya berkisar antara 60%sampai 65% saja. Dalam proses pembelajaransiswa kurang memperhatikan penjelasan guru,

membaca buku yang tidak relevan dengan materiyang sedang diajarkan, enggan membaca bukupelajaran, melamun, keluar masuk kelas, salingmengganggu antarteman dan mengantuk.

Banyak faktor yang menyebabkan hal initerjadi, antara lain guru kurang menggunakanmedia pembelajaran dalam proses pembelajaran,yang pada akhirnya berdampak padakurangnya motivasi siswa mengikuti prosespembelajaran di kelas. Hal ini diperparah lagidengan metode ceramah yang dipergunakanguru membosankan sehingga tidak terjadiinteraksi yang menarik antara guru dan siswa.

Suasana kelas mata pelajaran BahasaIndonesia seperti yang digambarkan juga terjadiketika pokok bahasan adalah membedakan faktadan opini. Siswa tidak tertarik apabila disuruhmembedakan fakta dan opini dengan menggu-nakan bahan dari buku pegangan siswa.Mengatasi masalah tersebut, penulismenggunakan media surat kabar yang lebihmenarik. Surat kabar adalah sumber informasiyang biasa bagi siswa dan mudah diperoleh dilingkungan mereka. Surat kabar juga mudah sertasesuai dipergunakan sebagai media pembel-ajaran karena mendukung isi dan tujuanpelajaran. Isi informasi dalam surat kabar bersifatmutakhir, bermakna, dan mudah dipahami olehsiswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapatIskandar (2011: 45) bahwa guru dalam pemilih-an media pembelajaran diharapkan tidak asal-asalan, tapi harus dapat menentukan pilihannyasesuai dengan kebutuhan pembelajaran..

Oleh karena fokus pelajaran adalahmembedakan fakta dan opini, iklan yangdipililih ialah yang mengandung kedua unsuritu Ketepatan memilih media yang sesuai dalamproses pembelajaran akan sangat menentukankeberhasilan mencapai tujuan pembelajaran.Dapat dikatakan bahwa jika peran guru dalamproses pembelajaran dan penggunaan mediapembelajarannya menarik, maka siswa tidakakan merasa bosan dan tertekan dalam prosespembelajaran itu karena penyampaian materipelajaran akan lebih mudah diserap oleh siswaapabila disertai dengan penggunaan mediapendidikan yang sesuai (Juliono, 2015:59)

Sebagai contoh, disajikan sebuah iklanberikut.

Page 59: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Dalam teks iklan di atas terdapat informasiyang berupa fakta dan berupa opini. Dikatakansebagai fakta apabila informasi itu berupasesuatu yang benar-benar ada, benar-benarterjadi atau memang kenyataannya seperti itu.Selain itu kebenaran informasi yang berupa faktatidak diragukan lagi. Fakta merupakan sesuatuyang sudah terjadi (Herjanto, 2015). Sebaliknya,sesuatu dikatakan pendapat/opini jikainformasi dalam iklan itu merupakan ide,gagasan, pendapat, pemikiran atau penawaranuntuk mempengaruhi pembaca (Tsalitsa, 2015).

Informasi yang berupa fakta pada iklanyang dikutip ialah sebagai berikut.1.     Produk Quick-Up2.     Telah hadir di Kalimantan Barat3.     Untuk pemesanan hubungi Budi Mulfiandi, SP

Informasi yang berupa opini adalah:1. Solusi tepat untuk sukses berbudidaya

tanaman gaharu (ide pemasang iklan untukmempengaruhi pembeli).

2. Perangsang tumbuh bibit tanaman gaharu3. Pilihan handal untuk gaharu

Informasi iklan di atas dapat dipergunakansebagai contoh fakta dan opini dan denganmengajak siswa mengamati isi iklan itu. Siswaikut aktif mengamati, menemukan, dan mengo-munikasikan temuannya. Dengan demikian,surat kabar dapat dijadikan salah satu mediasederhana yang efektif dan efisien.

Guru yang baik adalah guru yang mampumelihat situasi dan menerapkan strategi yangtepat dalam pembelajaran. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran meliputiperencanaan, pelaksanaan dan evaluasipembelajaran yang akan dibahas di bawah ini.

Perencanaan PembelajaranHal pertama yang harus dilakukan oleh seorangguru dalam memanfaatkan media surat kabardalam proses belajar mengajar adalah merenca-nakan tema dan topik yang akan digunakandalam menggunakan media, mencatat beberapahal yang membangkitkan minat serta motivasisiswa untuk belajar, mengarahkan secarakhusus terhadap gagasan yang sulit bagi siswa.Selain itu, guru perlu memeriksa peralatan yangakan digunakan dalam kegiatan belajarmengajar.

Pelaksanaan PembelajaranPelaksanaan pembelajaran dilakukan denganmelaksanakan semua rencana yang telahdirumuskan dan ditetapkan dengan kelengkap-annya seperti alat yang diperlukan, pelaksana,tempat, waktu dan cara melakukannya. Mediasurat kabar dipergunakan pada beberapa tahapkegiatan, antara lain sebagai berikut.

Sumber : Pontianak Post, Senin 27 April 2015

Gambar 1: Contoh Iklan

Page 60: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

a. Kegiatan AwalKegiatan ini dimulai dengan apersepsi, yaitusiswa mendengarkan penjelasan guru tentangtujuan pembelajaran. Selanjutnya, siswa diajakmelihat surat kabar dan mencermati iklan yangmemuat fakta dan opini. Kemudian, gurumemotivasi siswa dengan tanya jawab tentangberbagai isi teks iklan yang memuat fakta danopini. Guru dapat memberikan sebuah contohteks iklan dari guntingan surat kabar seperti dibawah ini :

b. Kegiatan Inti1. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru memfasi-litasi siswa dapat membedakan antara faktadan opini. Siswa mencari informasi yangberkaitan dengan materi pembelajaran.Guru menggunakan beragam pendekatanpembelajaran, media pembelajaran, dansumber belajar lain. Siswa menjalin interaksiantara siswa dengan guru, lingkungan, dansumber belajar lainnya. Siswa terlibat secaraaktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

2 ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, gurumemfasilitasi siswa melalui pemberiantugas, diskusi, dan lain-lain untukmemunculkan gagasan baru baik secaralisan maupun tertulis. Secara kelompoksiswa mendiskusikan fakta dan opini yangada dalam teks iklan. Siswa diajakmembahas dan mengelompokkan mana

yang berupa fakta dan opini. Siswa menyim-pulkan dan membedakan fakta dan opinidalam teks iklan. Guru memfasilitasi siswamembuat laporan eksplorasi secara lisanatau tertulis, individual atau kelompok.Guru memfasilitasi siswa untuk menyajikanhasil kerja individual dan kelompok.

3 KonfirmasiDalam kegiatan konfirmasi, gurumemberikan umpan balik positif dan

penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,isyarat, maupun hadiah atas keberhasilansiswa. Guru memberikan konfirmasiterhadap hasil eksplorasi dan elaborasisiswa melalui berbagai sumber. Siswamelakukan refleksi untuk memperolehpengalaman belajar yang telah dilakukan.Guru memfasilitasi siswa memperolehpengalaman yang bermakna dalammencapai kompetensi dasar, dengan cara:a) berfungsi sebagai narasumber dan

fasilitator dalam menjawab pertanyaansiswa yang menghadapi kesulitan,

b) membantu menyelesaikan masalah,c) memberi acuan agar siswa dapat mela-

kukan pengecekan hasil eksplorasi,d) memberi informasi untuk bereksplorasi

lebih jauh, dane) memberikan motivasi kepada siswa

yang kurang atau belum berpartisipasiaktif.

Sumber : Pontianak Post, Senin 19 Januari 2015

Gambar 2: Contoh Iklan dari Surat Khabar

Page 61: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Guru mendiskusikan hal-hal yang belumdiketahui siswa dan apabila terdapatkesalahpahaman siswa, guru meluruskannya.Dalam diskusi itu guru juga memberikanpenguatan dan membuat kesimpulan.

Evaluasi Pembelajaran / Kegiatan akhirDalam kegiatan penutup, guru sendiri ataubersama-sama dengan siswa membuatrangkuman pelajaran. Guru dapat jugamenyuruh siswa membuat rangkuman dankemudian memberikan tanggapan. Selanjutnya,guru menilai kegiatan pembelajaran secarakeseluruhan dan setelah melakukan refleksi diriguru memberikan umpan balik terhadap prosesdan hasil pembelajaran. Berdasarkanpengalaman dan hasil pembelajaran yangdiperoleh, guru merencanakan kegiatan tindaklanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,program pengayaan, layanan konseling ataumemberikan tugas individual atau kelompok.Penilaian proses dilaksanakan selamapembelajaran berlangsung menggunakanindikator berikut.

Tabel 4: Pedoman Penskoran

No Deskriptor Skor

1. Siswa mampu menemukan faktadan opini dalam tiga iklan 3

2. Siswa mampu menemukan faktadan opini dalam dua iklan 2

3. Siswa mampu menemukan faktadan opini dalam satu iklan 1

4. Siswa tidak mampu menemukanfakta dan opini dalam iklan 0

Skor maksimum 3

Tabel 3 : Indikator Penilaian

Indikator PencapaianKompetensi

Penilaian

TeknikPenilaian

BentukPenilaian Instrumen

-

-

-

Mampu mendatafakta yang ada dalamteksMampu mendataopini yang ada dalamteksMampu membedakanfakta dan opini

Penugasanindividual/kelompok

Pekerjaanrumah (PR)

-

-

-

Tulislah pernyataan yangberupa fakta dalam teks!

Tulislah pernyataan yangberupa opini dalam teks!

Bedakan antara fakta danopini dalam suatu teks

Selanjutnya rubrik penilaian adalah sebagaiberikut.Cermati iklan-iklan berikut ! Sajikan iklanyang dikehendaki sebanyak tiga buah.A. Temukan fakta dan opini dalam iklan 1, 2,

dan 3 !

Page 62: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

Tabel 5: Pedoman Penskoran

No Deskriptor Skor

1 Siswa mampu membedakanfakta dan opini dalam iklan 2

2Siswa tidak mampumembedakan fakta danopini dalam iklan

0

Skor maksimum 2

B. Bedakan antara fakta dan opini dalam iklan-iklan tersebut !

Jumlah skor maksimum aspek membaca =3 + 2 = 5

Analisis Hasil Belajar1. KKM = 702. Nilai rata-rata hasil analisis =…3. Siswa yang mencapai KKM=…orang, tuntas =… orang.4. Siswa yang tidak mencapai KKM =… orang, tidak tuntas=… orang

Tindak Lanjut1. Tuntas > 80 %,materi pembelajaran dapat

dilanjutkan.2. Tuntas < 80 %,mengulang materi

pembelajaran dengan:a. Siswa yang tuntas diberikan pengayaan

atau pendalaman materi.b. Siswa yang belum tuntas dilakukan

remedial.Demikian langkah-langkah yang dilakukan

oleh guru dalam pembelajaran membedakanfakta dan opini dalam sebuah iklan, denganmenggunakan media surat kabar.

Nilai akhir aspek membaca =perolehan skor

Skor maksimum (5)x skor ideal (100) =....

Simpulan

KesimpulanPenggunaan media pembelajaran sebagai salahsatu upaya dalam meningkatkan efektivitasinteraksi dan mempertinggi kualitas prosesbelajar mengajar, yang pada akhirnya dapatmeningkatkan hasil belajar siswa. Media suratkabar dapat dipergunakan pada pembelajaranbahasa Indonesia, khususnya pada materi pokokmembedakan fakta dan opini dalam sebuahiklan. Surat kabar adalah media yang murah danmudah didapat serta mampu meningkatkanaktivitas dan kreatifitas siswa.

Dengan mencermati iklan di surat kabarsecara teliti, siswa dapat menemukan perbedaanantara opini dan iklan secara tepat dan cepat.Dengan cara yang demikian, siswa terlibat aktifdalam proses pembelajaran, mulai darimengamati, memikirkan, membedakan,menyimpulkan, dan mengomunikasikanpendapat mereka kepada orang lain. Surat kabarsebagai media pembelajaran dapatdipergunakan untuk kegiatan di dalam dan diluar sekolah.

Kemajuan teknologi informasi dankomunikasi membuat banyak orang, termasukguru, cenderung memanfaatkan teknologi digitaluntuk mendapatkan informasi dan penggunaansurat kabar semakin berkurang. Namun, suratkabar tetap dapat diandalkan menjadi sumberbelajar yang efektif dan efisien, bahkan untukmencapai indikator kompetensi tertentu, suratkabar dapat lebih berhasil dan andal.

SaranAgar penggunaan surat kabar sebagai mediapembelajaran benar-benar efektif, perludiperhatikan hal-hal berikut. Pertama, guruhendaknya memastikan bahwa surat kabarmengandung informasi yang sesuai untukmelengkapi bahan pembelajaran serta mencapaitujuan pembelajaran. Kedua, dari berbagai jenissurat kabar, guru hendaknya memilih rubrik

Page 63: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pemanfaatan Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

yang sesuai sebagai bahan pembelajaran dilihatdari karakteristik siswa. Ketiga, untukmengikutsertakan siswa mulai dari prosesmerencanakan pembelajaran, guru dapatmenugaskan siswa mencari surat kabar yangmemuat informasi yang sesuai dengankeperluan. Keempat, dalam membuat evaluasiguru hendaknya tetap mengacu pada tujuanpembelajaran yang hendak dicapai.

Daftar Pustaka

Arsyad, A. (2007). Media pembelajaran. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Darmawati, Uti, dkk.(2010). Bahasa Indonesiauntuk SMP/MTs. Klaten: Intan Pariwara

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat satuanpendidikan (KTSP). Kabupaten Buleleng.

Depdiknas. (2005). Bahasa dan sastra Indonesia.Pengembangan Keterampilan MembacaPemahaman, Buku 2, Ditjen PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta: DirektoratPendidikan Lanjutan Pertama

Depdiknas. (2005). Bahasa dan sastra Indonesia,Pengembangan Bahan dan MediaPembelajaran Bahasa dan SastraIndonesia, Buku 3, Ditjen PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta: DirektoratPendidikan Lanjutan Pertama

Edison, Ginting. (2011). Diklat Regional, FokusIntegrasi Pendidikan Budaya, Karakterbangsa dan kewirausahaan dalampembelajaran, dalam Majalah Swara, EdisiIX, Nopember 2011, Cimahi: PusatPengembangan dan PemberdayaanPendidik dan Tenaga KependidikanBidang Mesin dan Teknik Industri

Herjanto, Ely. (2015). Fakta dan opini dalam teksiklan. https://maselly2000.wordpress.com/bhs-indonesia-ix/pelajaran-1/fakta-dan-opini-dalam-teks-ikla/didownload pada tanggal 6 September2015 pukul 09.02 WIB

Iskandar, Alex.(2011). Manfaat mediapembelajaran, dalam Majalah Swara, Edisi

IX, Nopember 201. Cimahi: PusatPengembangan dan PemberdayaanPendidik dan Tenaga KependidikanBidang Mesin dan Teknik Industri

Juliono, Andrias (2015). Efektivitas penggunaanmedia video dalam meningkatkanketerampilan menulis teks berita pada SiswaKelas VIII A SMP Negeri 2 Singkawang,Skripsi Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia STKIPSingkawang

Kemendikbud, (2013). Peraturan MenteriPendidikan Dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 81a Tahun 2013 TentangImplementasi Kurikulum. Jakarta

Kemendikbud. (2015). Panduan rakor persiapan ujikompetensi guru. Cimahi: PusatPengembangan dan PemberdayaanPendidik dan Tenaga KependidikanBidang Mesin dan Teknik Industri

Mi’raj, Hamidi, (2014), Meningkatkan perolehankemampuan membaca Al-Quran denganmenggunakan media CD pembelajaran,dalam Jurnal Pendidikan Agama IslamMaju BersamaVolume 2 Edisi Juni 2014,Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah SyarifAbdurrahman,Singkawang

Peraturan Menteri Pendidikan Dan KebudayaanNomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangkadasar dan struktur kurikulum SekolahMenengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

Sudjana, Nana, dan Rivai Ahmad.(2007). Mediapengajaran, Sinar Baru Algensindo,Bandung

Tsalitsa, Aufiya. (2013). Membedakan fakta danopini dalam teks. http://cabaijo20.blogspot.co.id/2013/12/membedakan-fakta-dan-opini-dalam-teks.htmldiakses pada tanggal 6september 2015 pukul 09.02 WIB

Zifajriah. (2013). Media surat kabar. https://zifajriah.wordpress.com/2013/02/07/media-surat-kabar/diakses padatanggal 6 september 2015 pukul 09.06WIB

Page 64: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

Kemampuan Menulis Permulaan pada Anak Usia 4-8 Tahun

Hilda KarliEmail: [email protected]

Universitas Terbuka UPBJJ Bandung

Opini

KAbstrak

eterampilan menulis diperlukan anak dalam belajar sehingga perlu dipelajarinya sedinimungkin. Tulisan ini membahas bagaimana kemampuan menulis anak usia dini.Dikemukakan, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Anakbelajar menulis permulaan melalui banyak latihan dan praktek yang teratur. Membelajarkan

menulis permulaan pada anak usia 4-8 tahun perlu memperhatikan perkembangan kognitif danpsikomotoriknya Oleh karena itu, anak perlu dirangsang dengan berbagai stimulasi agar terampilmenulis tanpa paksaaan. Menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai denganperkembangan anak dan menyenangkan, anak akan termotivasi belajar menulis sendiri. Hal inidilakukan agar mengurangi sedapat mungkin kesulitan yang muncul saat anak belajarmenulis.Namun, jika anak mendapat kesulitan belajar menulis hendaknya orang tua atau gurumelakukan penanganan yang tepat melalui berbagai metode pembelajaran yang tepat.

Kata-kata kunci: menulis permulaan, kemampuan menulis, perkembangan anak usia 4 -8 tahun

Initial Writing Skill for 4 – 8 Years Old ChildrenAbstract

Writing skill is required in learning and the children should know how to write as early as possible. Thisarticle discusses how to develop the children’s writing skill properly. The children of 4 – 8 years have specificcharacter such as their cognitive and psycomotoric aspects to be noted in developing their skills. This articleis of the opinion that writing needs regular practices and the children should be motivated to do it without anycompulsary. The teachers and the parents are expected to provide the children with appropriate guidance todevelop the children’s writing skills. Early-aged children should be introduced to be familiar with the alpabethsand figures but not to have real writing skill. One of the learning principles in the early-age children educationis playing or learning through playing. Basic writing skill is to be developed at primary school..Key words : early writing, writing skill, writing skill, development of 4 – 8 old children

Page 65: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini merupakan dasaruntuk pembentukan kepribadian denganmemegang peranan penting dan akan menen-tukan perkembangan anak pada masa yangakan datang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1Pasal 1 Butir 14 menyatakan bahwa PendidikanAnak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upayapembinaan yang ditujukan kepada anak sejaklahir sampai dengan usia 6 tahun yangdilakukan melalui pemberian rangsanganpendidikan untuk membantu pertumbuhan danperkembangan jasmani dan rohani agar anakmemiliki kesiapan dalam memasuki pendidikanlebih lanjut. Pendidikan anak usia dinimerupakan jenjang pendidikan sebelum jenjangpendidikan dasar serta sekaligus merupakansalah satu bentuk penyelenggaraan pendidikanyang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisikyakni koordinasi motorik dan kecerdasan yangmeliputi daya pikir, daya cipta, kecerdasanemosi, kecerdasan spiritual, kondisi sosioemosional (sikap dan perilaku serta agama)serta bahasa dan komunikasi, sesuai perkem-bangannya yang ada pada usia keemasan goldenage.

Bahasa adalah suatu bentuk komunikasilisan, tertulis atau isyarat yang digunakan secarakombinasi oleh masyarakat. Menurut Tarigan(1985 : 3) bahasa meliputi 4 aspek keterampil-an yaitu aspek keterampilan berbicara, menulis,menyimak, dan membaca. Bayi mulai belajarbahasa ketika ia menangis minta susu padaibunya. Ketika itu bayi berbicara melalui bahasaisyarat. Selanjutnya, anak usia 2-3 tahun mulaibelajar berbicara dari kosa kata yang seringdidengarnya. Pada usia 4-6 tahun anak mulaibelajar baca dan tulis dengan konsep yangsangat sederhana sebagai pengenalan anakpada baca dan tulis. Ia melatih gerakan motorikhalus seperti menulis huruf. Pada usia 7-8 tahunanak lebih matang untuk gerakan motorik halusseperti menulis dan mewarnai sehinggapengenalan baca dan tulis lebih kompleks. Padausia 9 sampai 12 tahun anak sudah paham akanbacaan yang dibaca dan anak dapat mengung-

kapkan ekspresi dirinya melalui tulisan sepertipuisi, sajak atau karangan.

Menulis merupakan suatu keterampilanberbahasa yang dipergunakan untuk berkomu-nikasi secara tidak langsung, tidak secara tatapmuka dengan orang lain. Menulis merupakansuatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.Dalam kegiatan menulis sang penulis haruslahterampil memanfaatkan tata bahasa, kosa katadan struktur kalimat. Keterampilan menulis initidak dapat datang dengan sendirinya tetapiperlu latihan dan praktek yang banyak danteratur (Tarigan, 1985: 4). Pengasuh , orang tuadan guru sebaiknya memperhatikan kesiapananak untuk belajar menulis permulaan. Denganbegitu, orangtua dapat memberikan stimulusyang tepat, sesuai dengan kemampuan anak.

Salah satu cara menstimulus anak untukbelajar menulis adalah melatih kegiatan fisikmotorik bagi anak khususnya motorik halus.Sejalan dengan hal tersebut, Cole (2001: 292)menegaskan bahwa kunci dari pertumbuhandan perkembangan anak terdapat pada katastimulasi dan perangsangan. Dari stimulasi danperangsangan, anak dapat menumbuhkan danmengembangkan setiap potensi yang ada dalamdirinya. Hal ini harus dibentuk oleh pengasuh,guru dan keluarga yang selama ini bergaulbersama anak. Belajar menulis untuk anak perludiajarkan sejak dini. Walaupun keterampilanmenulis bukanlah aspek yang ditekankan diusia prasekolah, bukan berarti anak berusia 4-5tahun tidak boleh diajarkan untuk menulis. Halterpenting adalah porsinya tidak melebihikemampuan praakademiknya. Anak juga harusmerasa senang dan tidak terpaksa ketikadiajarkan untuk menulis. Pendapat laindikemukakan oleh Abdur-rahman (2012: 178-179), sebagian besar anak lebih menyukaimembaca daripada menulis karena menulismenurut mereka merupakan kegiatan yangmembutuhkan banyak latihan dan lebih sulit.Selain itu, menulis juga memerlukan rentangwaktu yang panjang. Menulis adalah suatuketerampilan yang dapat dipelajari setelah aspekkemampuan lainnya dikuasai. Salah satunyaadalah aspek koordinasi motorik halus danadanya kemampuan persepsi visual.Keterampilan motorik halus adalah penggunaan

Page 66: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

bagian tubuh atau otot-otot kecil seperti tangan.Meskipun demikian, kemampuan menulissangatlah diperlukan baik dalam kehidupan disekolah maupun di masyarakat, baik itu untukmenyalin, mencatat atau menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Pengenalan baca-tulis pada anak selalumenjadi bahasan sentral PAUD di Indone-sia.Perseteruan antara pembelajaran formal daninformal untuk baca tulis anak usia dini masihterjadi. Fakta di lapangan menunjukkan,pembelajaran baca-tulis secara formal masihterus dilakukan walaupun secara resmi telahdilarang. Pengajaran yang dilakukan gurumenghasilkan ketimpangan outcome antarapembelajaran dan pemerolehan bahasa tulisanak. Salah satu hasilnya adalah bentukterbalik-balik dan tidak sempurna. Polapengajaran yang salah serta mendrill anak untuksegera bisa menulis serta tidak memperhatikankemampuan motorik anak merupakan penyebabanak takut dan frustasi untuk belajr menulispermulaan.

Perumusan masalah1. Bagaimana strategi pembelajaran untuk

membelajarkan menulis permulaan padaanak usia 4-8 tahun?

2. Kesulitan apa saja yang muncul saatmembelajarkan menulis permulaan padaanak usia 4-8 tahun?

3. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yangmuncul dalam pembelajaran menulispermulaan anak pada usia 4-8 tahun?

Kajian Pustaka

Menulis bagi anak usia 4-6 tahun diartikansebagai suatu kegiatan membuat pola ataumenuliskan kata, huruf atau pun simbol-simbolpada suatu permukaan dengan memotong,mengukur atau menandai dengan pena. Sepertiyang tercantum dalam Permendikbud 137/2014bahwa anak usia dini memiliki perkembangandan kematangan sesuai usianya. Perkembanganmotorik kasar, halus, ungkapan bahasa,keaksaraan, dan berpikir simbolik pada usia 3hingga 6 tahun sangat berkaitan dengan

keterampilan menulis permulaan bagi anak usia4-6 tahun.

Kegunaan menulis bagi mereka adalahuntuk menyalin, mencatat, dan mengerjakansebagian tugas sekolah. Tanpa memilikikemampuan menulis, anak akan mengalamibanyak kesulitan dalam melaksanakan tugastersebut. Oleh karena, itu menulis harusdiperkenalkan pada anak sejak usia PAUDuntuk mempersiapkan ke jenjang SD. MenurutMusfiroh (2008: 170), pada usia 12-14 bulananak akan membuat coretan jika diberikan kertasdan alat tulis sedangkan pada usia 18 bulananak akan membuat coretan atas inisiatif sendiri.Kegiatan tersebut terus berlangsung dansemakin jelas perbedaannya antara menulisdengan menggambar. Apabila dibimbingdengan baik, maka pada usia 30 bulan (2,5tahun) anak sudah dapat menulis namanyasendiri.

Pendapat lain juga dikemukakan olehKurniasari (2010: 64), kebiasaan menulis yangdilihat dari ayah, ibu dan orang dewasa lainnyaakan memberikan inspirasi menulis bagi anak.Usia 3 (tiga) tahun anak sudah dapat menirukancara orang dewasa memegang pensil walaupunbelum sempurna. Ketika berusia 4 (empat) tahun,anak mulai dapat memegang dengan sempurnaseperti orang dewasa sehingga dapat melakukanaktivitas seperti meng-gambar atau menulisdengan baik. Sedangkan menurut Cole (2001:392) ada 5 Tahapan kemampuan menulispermulaan yaitu: (1) tahap mencoret (usia 2,5-3tahun), anak mulai belajar tentang bahasatulisan dan bagaimana mengajarkan tulisan ini;(2) tahap pengulangan secara linier (usia 4tahun), anak berpikir bahwa suatu kata merujukpada sesuatu yang besar dan mempunyai taliyang panjang; (3) tahap menulis secara acak(usia 4-5 tahun), anak sudah dapat mengubahtulisan menjadi kata yang mengandung pesan;(4) tahap menulis tulisan nama (usia 5,5 tahun),Pada fase ini berbagai kata yang mengandungakhiran yang sama mulia dihadirkan dengankata dan tulisan; dan (5) tahap menulis kalimatpendek (usia di atas 5 tahun). Menulis kalimatyang ditulis anak perkembangan menulistersebut dapat berkembang secara baik apabilakegiatan menulis

Page 67: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

dapat dilakukan dengan anak atas keinginansendiri.

Dari 4 aspek bahasa seperti menyimak,berbicara , membaca dan menulis maka aspekmenulis adalah keterampilan yang dapatdipelajari setelah aspek kemampuan lainnyadikuasai. Salah satunya adalah aspekkoordinasi motorik halus seperti koordinasimemegang pensil dan posisi duduk sertakemampuan persepsi visual. Sejalan dengan haltersebut Supriyatno (1997:65) menyebutkan 2 halpenting yang harus diperhatikan sebelum anakdiajarkan menulis, yaitu: (1) Kematangan dankesiapan fungsi motorik: apabila kemampuanmemegang benda di antara ibu jari dan jari-jaritangan lain sudah meningkat, maka anak dapatdiajarkan menulis huruf A-B-C; dan (2)Pemahaman atau penguasaan anak terhadapkonsep bahasa atau simbol-simbol: anak siapdilatih untuk menulis apabila sudah bisamembedakan misalnya manakah huruf B dan P.

Kurikulum di PAUD menekankan padalatihan persiapan untuk membaca (pramembaca) dan menulis (pra menulis) artinyakegiatan apa saja agar anak usia 4-6 tahun secaramenyenangkan tanpa paksaan mulai menyukaikegiatan membaca dan menulis melalui kegiatanbermain. Fungsi pengembangan BahasaIndonesia di PAUD menurut Permendiknas137/2014 sebagai berikut.1. Memahami bahasa reseptif, mencakup

kemampuan memahami cerita, perintah,aturan, menyenangi dan menghargaibacaan.

2. Mengekspresikan bahasa, mencakupkemampuan bertanya, menjawab pertanya-an, berkomunikasi secara lisan, mencerita-kan kembali yang diketahui, belajar bahasapragmatik, mengekspresikan perasaan, ide,dan keinginan dalam bentuk coretan.

3. Keaksaraan, mencakup pemahamanterhadap hubungan bentuk dan bunyihuruf, meniru bentuk huruf, sertamemahami kata dalam cerita.

4. Menyiapkan anak untuk memasukipendidikan dasar.Menurut Cooper (1997: 34) tujuan pengem-

bangan bahasa aspek menulis permulaan untukusia awal dijabarkan sebagai berikut.

1. Mengetahui bahwa cetakan itu memiliki articontoh dan membaca dari kiri ke kanan dariatas ke bawah.

2. Menunjukkan pemahaman dari unsur-unsur buku seperti karakternya urutankajian dan pembahasan.

3. Mencoba menulis untuk berbagai pilihan.4. Menulis nama sendiri dan benda-benda lain

seperti sebagai label dan kata-kata di bawahgambar dan mulai dari bentuk kalimatsederhana, kadang-kadang menggunakantanda baca.

5. Menggunakan pengetahuan huruf untukmenulis kata-kata sederhana dan mencobadengan kata-kata yang lebih kompleks.

6. Memegang pinsil dan menggunakan secaralebih efektif untuk membentuk huruf yangdapat dikenal. Namun banyak sekolah PAUD di Indone-

sia sudah menekankan kegiatan baca tulis danhitung dan diharapkan anak saat masuk SDsudah siap.

Ditambah lagi, kini semakin banyak sekolahdasar yang mensyaratkan calon siswanyapunya kemampuan calistung, kendati hal itusebenarnya dilarang. Karena khawatir anaknyatidak bisa masuk ke SD favorit, para orangtuapun berlomba mengajari anaknya calistung,antara lain dengan memilih playgroup atau TKyang menjamin balita mahir calistung sebagaipersiapan masuk SD. Direktur JenderalPendidikan Anak Usia Dini Nonformal danInformal, Kemdikbud, Lydia Freyani Hawadi,seperti dikutip Kompas (12/1/12) pernahmengingatkan bahwa jenjang PAUD seharusnyatidak membebani anak dengan kemampuancalistung. Siswa baru boleh diajar calistung diSD.

Membelajarkan baca tulis hitung pada anakPAUD sebagai tahap permulaan untukpengenalan saja untuk anak usia 4-6 tahunseperti yang tercantum pada Permendikbud 137tahun 2014 untuk usia anak 4-5 tahun tingkatpencapaian keaksaraannya adalah: (1) mengenalsimbol (2) mengenal suara hewan/benda yangada di sekitarnya (3) membuat coretan yangbermakna (4) meniru (menuliskan danmengucapkan) huruf A-Z. Sedangkan padausia 5-6 tahun adalah (1) menyebutkan simbol

Page 68: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

huruf yang dikenal (2) mengenal suara hurufawal dari nama benda yang ada di sekitarnya(3) menyebutkan kelompok gambar yangmemiliki bunyi/huruf awal yang sama (4)memahami hubungan antara bunyi dan bentukhuruf membaca nama sendiri (5) menuliskannama sendiri dan (6) memahami arti kata dalamcerita. Keterampilan menulis berkaitan dengansimbol yang sifatnya abstrak. Padahal usia 5-6tahun menurut Piaget masih ada pada tahappraoperasional kongkrit di mana anak masihberpikir kongkrit. Oleh karena itu Permendiknud137/2014 menyebutkan tingkat pencapaianberpikir simbolik usia 4-5 tahun adalah (1)membilang banyak benda satu sampai sepuluh(2) mengenal konsep bilangan (3) mengenallambang bilangan (4) mengenal lambang huruf.Sedangkan untuk usia 5-6 tahun adalah1.menyebutkan lambang bilangan 1-10; (2)menggunakan lambang bilangan untukmenghitung (3) mencocokkan bilangan denganlambang bilangan (4) mengenal berbagai macamlambang huruf vokal dan konsonan dan (5)merepresentasikan berbagai macam bendadalam bentuk gambar atau tulisan (ada bendapensil yang diikuti tulisan dan gambar pensil).

Dari uraian Permendikbud 137/2014 dapatdisimpulkan bahwa membelajarkan pre menulispada usia 4-6 tahun dimulai dari posisi dudukyang benar, melatih jari terutama ibu jari, telunjukdan jari tengah untuk siap menulis denganberbagai kegiatan seperti meronce, bermain pasir,memindahkan barang ke tempat yang ukurankecil, menggunting, menempel, menghitungkancing/uang/kacang atau merasakanpermukaan benda yang kasar atau halus.Kompetensi Inti Bahasa Indonesia untuk kelasawal 1 dan 2 SD untuk menyajikan pengetahuanfaktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalamkarya yang estetis, dalam gerakan yangmencerminkan anak sehat, dan dalam tindakanyang mencerminkan perilaku anak beriman danberakhlak mulia (Draft revisi Depdiknas, 2015:2).

Tujuan pengembangan keterampilanmenulis bagi anak SD kelas awal 1 dan 2 sebagaiberikut:1. Mengenal pratulis (cara duduk, cara

memegang pensil, cara meletakkan buku,

jarak antara mata dan buku, pemilihantempat dengan cahaya yang terang).

2. Mempraktikkan kegiatan pratulis (caraduduk, cara memegang pensil, carameletakkan buku, jarak antara mata danbuku,gerakan tangan atas-bawah, kiri-kanan, latihan pelenturan gerakan tangandengan gerakan menulis di udara/pasir/meja, melemaskan jari dengan mewarnai,menjiplak, menggambar, membuat garistegak, miring, lurus, dan lengkung,menjiplak berbagai bentuk gambar,lingkaran, dan bentuk huruf di tempatbercahaya terang).

3. Mengenal penggunaan huruf kapital untukawal kalimat, nama bulan dan hari, dannama diri serta penggunaan tanda tanyapada akhir kalimat tanya huruf tegakbersambung, huruf kapital dan tanda titikdalam bahasa tulis.

4. Mengenal kosakata nama diri dan kalimatsederhana yang didiktekan guru dari ceritadongeng dan melengkapi kalimat dongengyang belum selesai berdasarkan gambar.

5. Mengenal kata-kata dan kalimat sederhanayang didiktekan guru dengan memperhati-kan penggunaan tanda titik di akhirkalimat, huruf kapital untuk nama orang,nama Tuhan nama agama, dan melengkapikalimat dongeng yang belum selesaiberdasarkan gambar.

6. Menerapkan penggunaan huruf kapitaluntuk awal kalimat, nama bulan dan hari,dan nama diri serta penggunaan tandatanya pada akhir kalimat tanya, huruf tegakbersambung, huruf kapital dan tanda titikdalam bahasa tulis.

7. Menulis kata dan kalimat sederhana yangdidiktekan guru dengan memper-hatikanpenggunaan tanda titik di akhir kalimat,huruf kapital untuk nama orang, namaTuhan, nama agama, dan melengkapikalimat dongeng yang belum selesaiberdasarkan gambar.Menulis di udara, menulis di punggung

teman, menulis di pasir dst. Setelah anak siapdengan kondisi jari jemarinya maka anak diajakuntuk mencoret secara acak di mana anak bebas

Page 69: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

mengekspresikan yang ada di dalam pikirannyadalam bentuk gambar tanpa harus menyerupaibenda yang dipikirkan namum anak bisamenjelaskan coretan tersebut. Dilanjutkandengan mengajak anak untuk mencorat yangsudah terarah misalnya meniru bentuk garislurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang;garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, ataulingkaran menyebar tidak beraturan dipermukaan kertas. Tahap berikutnya menulisgaris tiruan yang sudah dicontohkan secaraberaturan dari atas ke bawah atau dari kiri kekanan permukaan kertas, dilakuakm secaraberulang-ulang seperti menulis bentuk garis,gambar, atau geometri. Selanjutnya tahapmenulis huruf nama secara acak artinya anakmenuliskan nama terkadang huruf benar ataukadang hanya simbol yang ada didalampikirannya. Kadang menulis huruf kapital atauhuruf kecil namum umumnya mereka menulishuruf lepas karena buku atau media cetakbanyak menggunakan huruf lepas sehingga anaksering melihat huruf lepas disbanding hurufsambung. Tahap berikutnya menuliskan namasendiri dalam gambar atau tulisan di kertasdengan berbagai media seperti krayon, pinsilwarna atau pensil.

Media yang digunakan untuk usia 4-6 tahunlebih baik yang ukurannya besar karenakelemasan jari jemari masih kurang baiksehingga mempermudah anak untuk memegang.Anak sudah mengenal banyak huruf oleh karenadengan mudah meniru huruf apa yang merekalihat. Misalnya di iklan atau papan reklame dijalan raya. Walau anak kadang menulis masihterbalik atau salah tapi anak sudah antusiasuntuk menulis. Tahap berikutnya anak sudahdapat menulis sendiri karena sudah mengenalejaan. Hal ini akan tercapai jika anak menyukaimenulis karena ada motivasi dalam dirinyauntuk belajar menulis. Jika anak tertekan danfrustasi mungkin tahapan terakhir belumtercapai. Oleh karena itu guru SD tidak bisamenyamaratakan kemampuan semua anak SDyang masuk kelas 1 kemampuan menulisnyasama.

Jika kita cermati dalam Kurikulum 2013(revisis revisi Juli 2015), keterampilan menulisuntuk anak kelas 1 SD yaitu (1) mengenal

pratulis (cara duduk, cara memegang pensil,cara meletakkan buku, jarak antara mata danbuku, pemilihan tempat dengan cahaya yangterang) dan (2) mempraktikkan kegiatan pratulis(cara duduk, cara memegang pensil, carameletakkan buku, jarak antara mata danbuku,gerakan tangan atas-bawah, kiri-kanan,latihan pelenturan gerakan tangan dengangerakan menulis di udara/pasir/ meja,melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak,menggambar, membuat garis tegak, miring,lurus, dan lengkung, menjiplak berbagai bentukgambar, lingkaran, dan bentuk huruf di tempatbercahaya terang). Dari uraian K-13 bahwa anakkelas 1 SD kegiatannya mengulang kembalikegiatan pra menulis saat di PAUD untukmenyamakan kemampuan anak dalampremenulis. Secara psikologis dari PAUD ke SDanak mengalami masa transisi dari dari gayabelajar, mereka perlu waktu untuk adaptasi.

Waktu libur yang cukup panjang dariPAUD menuju SD membuat motorik halus (jarijemari) anak perlu dilatih lagi oleh guru kelas 1SD seperti memegang pensil dan duduk yangbenar, menjiplak, menarik garis, menebalkan,mencontoh, mewarnai, menempel, menggunting,pengenalan huruf dan angka. Perlu waktusekitar 3 bulan untuk mengulang kembalikegiatan pra menulis di PAUD. Selanjutnya jikaanak sudah siap secara fisik dan mental untukmenulis maka anak bisa diajak belajar menuliske tahap yang lebih kompleks seperti: menyalinhuruf lalu kata lalu kalimat dengan huruf lepas,menulis huruf lalu kata dan kalimat denganhuruf sambung, menulis kata lalu kalimat yangdidiktekan guru, dan menulis kalimat dan ceritamenggunakan huruf sambung dengan garis 5atau huruf lepas dan diperkenalkan tanda bacaseperti huruf besar, tanda titik, tanda tanya.Selain, itu anak bisa melengkapi kata ataukalimat yang rumpang dari sebuah bacaan ataucerita sederhana.

Orang tua, pengasuh dan guru saatmembelajarkan anak menulis perlu strategi yangcocok dengan perkembangan anak agar merekatermotivasi untuk belajar menulis sendiri tanpadipaksa. Ada beberapa strategi dalampelaksanaan kegiatan premenulis adalahsebagai berikut.

Page 70: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

Pertama, perhatian Intens: menaruhperhatian khusus terhadap anak  sejak usia dini dapat membantu mengembangkan kemampuanberkomunikasi dan berbahasa, serta kemampuanawal membaca dan menulis dengan carabermain dan bersenang-senang anak juga mulaidapat mengembangkan kemampuan dasarberhitung, hal-hal konseptual dan kognitif sertakonsep-konsep dasar ilmu alam danpengetahuan teknis lainnya. Beberapa halpenting dapat mereka peroleh pada saat bermainseperti kemampuan memahami budaya dan seni,kemampuan mema-hami mahkluk hidup danlingkungan sekitar, bangkitnya kesadaranterhadap kesehatan lingkungan, olahraga danrekreasi.

Kedua, beri do-rongan: stimulasiharus dilakukandalam suasana yangm e n y e n a n g k a n ,yaitu pola asuh yangotoritatif (demokra-tik). Artinya: peng-asuh harus pekaterhadap isyarat-isyarat anak, mem-perhatikan minat, keinginan atau pendapa anak,tidak memaksakan kehendak pengasuh, penuhkasih sayang, dankegembiraan, menciptakanrasa aman dan nyaman, memberi contohtanpamemaksa, mendorong keberanian untukmencoba berkreasi, memberikan penghargaanatau pujian atas keberhasilan atau perilaku yangbaik,memberikan koreksi bukan ancaman atauhukuman bila anak tidak dapatmelakukansesuatu atau ketika melakukan kesalahan.

Ketiga, berikan Umpan Balik Khusus: guruatau orang tua tidak berhenti  mengevaluasikemampuan premenulis anak untuk ditindaklanjuti dengan melaksanakan umpan balikterhadap anak setelah selesai mengadakankegiatan pembelajaran. Contoh: Menulis adalahkegiatan yang membutuhkan keterampilanmotorik halus bagian tangan. Keterampilanmotorik halus bagian tangan akan melibatkanbanyak otot kecil: jari jemari, telapak tangan danpergelangan tangan. Lingkungan dapat mem-pengaruhi kematangan anak untuk mempelajarisesuatu aktivitas. Anak yang berada di ling-

kungan yang kurang dapat perhatian dari orangtuanya akan lebih cepat matang dan menguasaiketerampilan lebih cepat daripada anak yangberada di lingkungan baik. Selayaknya anak usia6 atau 7 tahun semua keterampilan dasar dapatdikuasai. Dunia anak adalah bermain, padamasa ini permainan menjadi dunianya. Waktumereka dihabiskan dengan bermain. Sebuahkonsep baru dapat diperoleh anak melaluibermain. Pada masa ini bermain menjadi sebuahkegiatan yang serius. Pada masa awal kanak-kanak, mainan diberikan sifat-sifat manusia,binatang atau benda tetapi menjelang masaakhir kanak-kanak mainan ini akan dimani-pulatif untuk permainan seolah-olah merekasudah menjadi dewasa. Bermain adalah

kegiatan yang dila-kukan berulang-ulang demi kese-nangan tanpa adatujuan atau sasaranyang hendak dica-pai. Bermain seba-gai suatu kegiatanyang muncul atasmotivasi dan kehen-daknya sendiri dantak perlu diajarkan.

Belumlah pantas anak balita mengikuti lombayang menekankan pada kesempurnaan hasilartinya merampas hak anak.

Ketika usia si kecil menginjak tahun kedua,sirkuit otak yang mengendalikan danmenkoordinasikan gerakan tangannya masihberkembang pesat seperti di tahun pertamausianya. Di samping itu, bagian otak lain yangbernama serebelum juga mulai berkembang.Serebelum bertugas mengatur waktu dankoordinasi untuk hampir semua tugasmotorik.Latihan penting sekali untuk mening-katkan keterampilan motorik halus anak.Menurut Santrock (2012:56), sebagian besarpertumbuhan otak terjadi pada usia dini.Menjelang umur lima tahun, ukuran otak anakmencapai 90% dari ukuran otak dewasa.Kematangan otak yang dikombinasikan denganpengalaman berinteraksi dengan lingkungansangat berpengaruh terhadap perkembangankognitif anak. Latihan ibarat umpan balik  bagiotak mereka. Makin sering si kecil berlatih, makin

Orang tua, pengasuh dan guru saatmembelajarkan anak menulis perlu

strategi yang cocok denganperkembangan anak agar merekatermotivasi untuk belajar menulis

sendiri tanpa dipaksa

Page 71: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

pesatlah perkembangan sirkuit otaknya, danmakin baguslah kemampuan si kecil mengontroldan mengkoordinasikan motorik halusnya.

Keempat, pemodelan: guru atau orang tuaadalah pemodelan utama bagi anak karenasetiap hari anak bertemu dan bergaul makadengan mudah ditiru langsung anak tanpaberpikir. Misalnya mengajarkan rasa tanggung-jawab, meminta anak untuk menulis bersih danrapih, sebaiknya guru atau orang tua membericontoh menulis pada anak rapih dan bersih juga.Ki Hadjar Dewantara menyebutkan bahwa    “ingngarsa sung tulada” berarti guru sebagaipemimpin (pendidik) berdiri di depan dan harusmampu memberi teladan kepada anak didiknya.Guru harus bisa menjaga tingkah lakunyasupaya bisa menjadi teladan. “ing madya mangunkarsa” yang berarti bahwa seorang pemimpin(pendidik) ketika berada di tengah harus mampum e m b a n g k i t k a nsemangat, berswa-karsa dan berkreasipada anak didik. “tutwuri handayani”yang berarti bahwaseorang pemimpin(pendidik) berada dibelakang, mengikutidan mengarahkananak didik agar bera-ni berjalan di depan dan sanggup bertanggungjawab.

Strategi pembelajaran yang perludiperhatikan untuk membelajarkan premenulisadalah metode pembelajaran bahasa yang sesuaiperkembangan anak usia 4-8 tahun. Teori prinsipbelajar anak dan hakikat belajar anak, yaknibelajar melalui bermain dan kontekstual.Formula yang bernuansa bermain, dikemasdalam situasi informal atau formal, merangsangberbagai indera, dan menguatkan motorik halusanak. Pendekatan Whole Language adalah satupendekatan pengajaran bahasa yang menyajikanpengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah -pisah (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman,1986; Weaver, 1992 dalam Tary 2013 ). Para ahliWhole Language berkeyakinan bahwa bahasamerupakan satu kesatuan (whole) yang tidakdapat dipisah-pisahkan (Rigg, 1991). Olehkarena itu dalam membelajarkan bahasa

permulaan pada anak usia dini 4 keterampilanberbahasa seperti baca, tulis, simak, dan dengarserta komponen lainnya seperti kebermaknaan,dalam situasi nyata atau otentik , dan situasibelajar menyenangkan sesuai perkembangananak. Di bawah ini akan diuraikan berbagaimacam metode yang dapat diterapkan padaanak usia 4-8 tahun.

Permainan Formula Motorik Multiinderawi,kegiatannya seperti: (1) Menyentuh punggunganak, membuat garis, bentuk geometri, dansimbol pada punggung anak dan anakmerasakan sentuhan tersebut, menginden-tifikasi, dan meneruskan identifikasi tersebut kedalam kertas. Stimulasi ini didesain dalambentuk permainan yang disebut “Punggungberantai atau tulis punggung secara berantai”.Permainan ini dimulai dari rangsang menulisdi punggung anak. Mula-mula guru membuat

garis di punggunganak dengan jaritangan dan anakmerasakan rang-sang tersebut, menaf-sirkan bentuk yangdirasakan, lalum e n u l i s k a n n y apada kertas. Bentukyang dibuat semakinsempurna (2) Meme-

gang tangan anak dan membimbingnyamemegang pensil, membuat garis, bentuk-bentukgeometri, huruf-huruf, dan kata-kata dengantepat. Stimulasi dilakukan dengan halus tetapikuat. Anak diberi kesempatan menerapkansendiri. Pendidik dapat mengulangi bila perlu.Stimulasi ini dilakukan kepada anak-anak yangrelatif kurang baik dalam motorik halus danmengalami masalah deiksis. Metode ini disebutmetode “Petang” atau “pegang tangan”. (3)Membantu anak melakukan gerakan di mejatulis dengan benar. Duduk tegap (sehingga tidakmenyebabkan kerusakan pada tulang belakang),posisi tubuh tidak condong dan mengurangigerakan tangan kiri sehingga geseran kertasdapat dihentikan seketika. Stimulasi ini dibuatdalam bentuk permainan yang disebut “GerakRobotik”. Permainan robotik dilakukan di dalamruangan. Dimulai dengan instruksi bagaimanasikap duduk dan sikap menulis yang benar.

Strategi pembelajaran yang perludiperhatikan untuk membelajarkan

premenulis adalah metodepembelajaran bahasa yang sesuai

perkembangan anak usia 4-8 tahun.

Page 72: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

Anak dilatih beberapa menit untuk memilikisikap sempurna tersebut. Apabila anak beralihperhatian, guru menekan bagian tubuh anak danmengumpamakannya sebagai tombol robot.Robot yang ditekan tombolnya akan memperba-iki sikap. Anak akan kembali duduk sepertirobot, atau duduk tegap sambil menulis dengansikap yang benar.

Permainan DPW-THT DPW-THT adalahsingkatan dari Dengar-Pilih-Warnai (sebagaiawal kegiatan) dan Telusuri-Hubungkan-Tirukan (sebagai inti kegiatan). Permainan inidapat dimainkan selama 30-60 menit. KegiatanDPW dimulai dari kegiatan mendengarkancerita dengan media buku atau kartu bergambar.Setelah itu, anak memilih sendiri kata yangingin diwarnai (dari buku atau kartu).

Permainan AROMA adalah singkatan dariAmati-Rabai-Olesi-Mainkan, dan Arsiri.Permainan ini dirancang untuk anak yangmengalami kesulitan mengidentifikasi huruf,cara menulis, dan belum cukup matang dalammotorik halus. Permainan ini berusahamendudukkan kembali hakikat stimulasi untukanak agar tidak lepas konteks dan memilikikebermaknaan bagi anak. Permainan ini relatifbagus diberikan kepada anak usia 4 tahun atauusia 5 tahun yang belum pernah memperolehpengalaman literasi sebelumnya.

Permainan SMA (Simak cerita, Mainkan)mengelaborasi simbol dalam bentuk lepasmaupun dalam bentuk kartu kata), dan Arsiri(mengarsir huruf atau kata dengan berbagaigaris atau bulatan). Permainan ini relatif mudahdimainkan.

Permainan Kopi-Tindas merupakanpermainan mengopi simbol dengan caramenindas simbol tersebut sehingga memilikibentuk dan ukuran yang sama. Permainan inimirip permainan kopi-koin, tetapi dengan objekberupa simbol. Bagi anak kegiatan kopi-tindassangat menantang, terutama apabila materi yangdikopi-tindas berupa label yang disukai dandipilihnya sendiri.

Permainan dengan media kartu memilikibeberapa variasi. Guru dapat memanfaatkanmedia kartu untuk mengintegrasikan kegiatanpermainan membaca dengan permainanmenulis. Permainan acak-kartu, Permainan Kata

Aku Kata KamuPermainan ini diberikan untukanak PAUD yang telah mencapai tahap LepasLandas. Permainan ini mengoptimalkaninteraksi sosial dan tutor sebaya, merangsangpenyusunan struktur, interpretasi, penguatanbentuk-bunyi kata, koordinasi visuo-spasial danmotorik halus.

Permainan Menulis di Udara dilakukan diluar ruang. Anak-anak berdiri memperhatikanguru menulis sesuatu di udara. Tulisan gururelatif besar sehingga dapat dilihat dan diterkaanak bentuk dibuat. Perhatian anak sangatmenentukan keberhasilannya mengidentifikasidan menginterpretasi bentuk yang dibuat guru.Permainan ini membutuhkan daya imajinasidan memori visual anak.

Kenyataan di lapangan banyak anak yangfrustasi dan takut akan belajar menulis danterbawa hingga kelas 5 SD. Misalnya, anakmenulis huruf m menjadi n atau w menjadi u,halini karena bentuknya mirip. Bentuk mirip hurufdisebabkan antara lain: (1) anak belum dapatmembedakan huruf; (2) anak belum hafal nama-nama huruf; (3) anak sudah hafal huruf tapi tetaptidak bisa membuat huruf dengan baik; (4)menyalin sangat pelan dan selalu melihatcontoh; (5) anak menulis dengan ragu-ragu,terlihat gemetar; (6) anak menulis tergesa-gesa,kurang memperhatikan contoh; dan (7) anaklebih fokus ke maksud, belum memperhatikanbentuk.

Kasus lain anak menulis huruf b menjadi datau q menjadi p. Bentuk Terbalik Cermin terjadiantara lain: (1) anak terlihat bingung menulishuruf dengan lengkung menghadap ke kanan;(2) anak masih bingung kanan dan kiri; (3) anaksudah tahu kanan dan kiri tapi masih tertukarhuruf yang berlawanan arah; (4) anak dapatmenulis tapi kadang terbalik cara menyusunhuruf (kanan-kiri); dan (5) hafal sebagian besarhuruf, tahu kanan-kiri, tapi masih sering tertukarsaat menulis dan membaca.

Ada anak menulis huruf k tetapi kuranglengkap misalnya garis topi atas tidak ada ataumenulis dan t menjadi l karena kurang lengkapgaris lurus. Bentuk tidak lengkap disebabkanantaralain: (1) anak belum dapat membedakanhuruf (2) anak belum hafal nama-nama huruf(3) anak sudah hafal huruf tapi tetap tidak bisa

Page 73: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

membuat huruf dengan baik dan (4) menyalinsangat pelan dan selalu melihat contoh.

Hasil penelitian menunjukkan beberapaanak mengalami ketidakmampuan belajarkarena perkembangan kognitif dan psikomotorikbelum mengalami kematangan secara psikologis.Hal ini terlihat dari kemampuan anak yangmasih sangat terbatas untuk menerima prosespembelajaran dari guru di sekolah (Raharjo,2012: 78). Orang tua ketika menyekolahkananaknya ke PAUD menginginkan segera adaperubahan dari segi keterampilan anak sepertimenulis dengan harapan ketika masuk SD kelas1 sudah siap mengikuti pelajaran. Namun adahal yang terlupakan yaitu masa perkembangananak yang belum matang untuk siap menulisdengan baik. Sementara itu, guru di sekolahmendrill anak menulis agar cepat dapat menulis.Akibatnya anak menjadi takut, frustasi dan tidaktermotivasi untuk belajar menulis karena unsurpaksaan.

Ada pendapat lain mengatakan kesulitanmenulis muncul karena guru atau orang tuakurang memperhatikan persiapan untuk anakmenulis seperti: cara memegang pensil yangsalah atau posisi duduk yang salah sehinggaanak tidak nyaman untuk menulis. Koordinasimata dan tangan serta pelemasan jari tangandiabaikan oleh orang tua dan guru menganggapanak tersebut kemampuannya seperti orangdewasa.

MenurutAbdurrahman (2012: 42), layananyang dapat diberikan terhadap anak kesulitanmenulis permulaan atau menulis dengan tanganadalah (1)melakukan assessment terhadapkemampuan menulis: terdiri dari asesmenformal dengan basic school skills inventory-diagnostik untuk anak usia 4-7,5 tahun daninformal dengan observasi serta melakukananalisis pola-pola tulisan anak (bentuk huruf,ukuran, proporsional, dan kesejajaran, kualitasgaris, jarak huruf, kemiringan huruf, dankecepatan menulis); dan (2) perbaikan terhadapkesalahan anak dalam menulis dilakukanmelalui pelajaran remidi yang sesuai dengantipe kesalahan.

Ada 15 macam aktivitas menurut Lernerdalam Abdurrahman (2012: 192) yang dapatdigunakan untuk membantu anak berkesulitan

belajar menulis permulaan atau menulis dengantangan ini, yaitu: (1) Aktivitas MenggunakanPapan Tulis: dilakukan sebelum pelajaranmenulis yang sesungguhnya. Kegunaanaktivitas ini adalah untuk mematangkan motorikkasar, motorik halus, dan koordinasimatatangan yang merupakan keterampilanprasyarat dalam belajar menulis. (2) Bahan-Bahan Lain untuk Latihan Gerakan Menulis:kertas yang ditempel pada papan atau denganmenggunakan bak pasir sehingga anak dapatberlatih membuat angka, huruf, atau bentuk-bentuk geometri. (3) Posisi: sediakan kursi yangnyaman dan meja yang cukup berat agar tidakmudah goyangtangan yang satu untuk menulisdan tangan yang lain untuk memegang kertasbagian atas. (4) Kertas: posisi kertas untukmenulis cetak sejajar dengan posisi meja, untukmenulis tulisan sambung 60 derajat ke kiri bagianak yang menggunakan tangan kanan dansebaliknya bagi anak yang menggunakan tangankiri atau kidal. Agar kertas tidak bergerak, dapatdirekat dengan selotip. (5) Memegang pensil: ibujari dan telunjuk di atas pensil, sedangkan jaritengah berada di bawah pensil, dan pensildipegang agak sedikit di atas bagian yang diraut.(6) Kertas Stensil dan Karbon: Letakkan kertaspolos di atas meja, letakkan karbon di atasnya,dan kemudian letakkan kertas stensilbergambar di atas karbon tersebut, diklip danselanjutnya anak diminta untuk mengikutigambar dengan pensil. (7) Menjiplak: buatbentuk atau tulisan dengan warna hitam tebaldi atas kertas yang agak tebal, letakkan diatasnya selembar kertas tipis dan suruh anakmenjiplak bentuk atau tulisan tersebut. (8)Menggambar di Antara Dua Garis: anakdiberikan selembar kertas bergaris dan dimintamembuat “jalan” yang mengikuti ataumemotong garis-garis tersebut. Selanjutnya,anak diminta menulis berbagai angka danhuruf di antara garis-garis secara tepat. Keduatangan anak diletakkan di atas meja, (9). Titik-titik: guru membuat dua jenis huruf, hurufyang utuh dan huruf yang terbuat dari itik-titik.Selanjutnya, anak diminta untuk menghu-bungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yangutuh. (10) Menjiplak Dengan Semakin Dikurangi:pada mulanya guru menulis huruf utuh dananak menjiplak huruf tersebut. Lama kelamaan

Page 74: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

guru yang menulis sebagian besar hinggasebagian kecil huruf tersebut dan anak dimintauntuk meneruskan penulisan. (11) Buku BergarisTiga: disebut juga buku tipis-tebal. Anak dapatberlatih membuat dan meletakkan huruf-hurufsecara benar. Garis dapat diberi warna yangmencolok untuk meningkatkan perhatian anak.(12) Kertas dengan Garis Pembatas: kesulitanuntuk berhenti menulis pada tempat yang telahditentukan dibantu dengan menggunakanpembatas berupa karton yang diberi jendela ataudibatasi dengan selotip. (13) MemperhatikanTingkat Kesulitan Penulisan Huruf: diajarkanmenulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah,meningkat ke lebih sulit, dan baru kemudiangabungan dari keduanya. (14) Bantuan Verbal:mengucapkan petunjuk seperti naik, turun,belok, stop. (15) Kata dan Kalimat: setelah anakmampu menulis huruf-huruf, latihan diting-katkan dengan menulis kata-kata dan selanjut-nya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dankemiringan juga diperhatikan.Dari 15 macamaktivitas yang diungkapkan oleh Lerner tersebut,dapat disimpulkan bahwa kegiatan yangdigunakan untuk membantu anak kesulitanbelajar menulis permulaan tidak terlalu sulit dansangat mudah untuk dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak memerlukan biaya yangtinggi. Kegiatan tersebut juga berfungsi untukmematangkan kemampuan motorik halus dankoordinasi antara mata dan tangan anak.

Simpulan

KesimpulanMenulis merupakan suatu kegiatan yangproduktif dan ekspresif. Anak belajar menulispermulaan tidak dapat datang dengan sendiri-nya tetapi perlu latihan dan praktek yangbanyak dan teratur. Perlu diperhatikan perkem-bangan kognitif dan psikomotorik sudah matangsecara psikologis. Oleh karena itu perludirangsang dengan berbagai stimulasi agar anakterampil menulis tanpa paksaaan. Berbagaistrategi/metode pembelajaran yang sesuai per-kembangan anak dan menyenangkan perasaananak dapat memotivasi anak untuk belajarmenulis sendiri. Kegiatan permainan FormulaMotorik Multiinderawi, kmenyentuh punggung

anak, membuat garis, bentuk geometri, dansimbol pada punggung anak dan anakmerasakan sentuhan tersebut, mengindenti-fikasi, dan meneruskan identifikasi tersebut kedalam kertas. Permainan AROMA dirancanguntuk anak-anak yang mengalami kesulitanmengidentifikasi huruf, cara menulis, dan belumcukup matang dalam motorik halus. PermainanSMA mengelaborasi simbol dalam bentuk lepasmaupun dalam bentuk kartu kata), dan Arsiri(mengarsir huruf atau kata dengan berbagaigaris atau bulatan). Permainan Kopi-Tindasmerupakan permainan mengopi simbol dengancara menindas simbol tersebut sehinggamemiliki bentuk dan ukuran yang sama.Permainan ini mirip permainan kopi-koin, tetapidengan objek berupa simbol. Permainan denganmedia kartu memiliki beberapa variasi. Gurudapat memanfaatkan media kartu untukmengintegrasikan kegiatan permainan memba-ca dengan permainan menulis, interpretasi,penguatan bentuk-bunyi kata, koordinasi visuo-spasial dan motorik halus. Permainan Menulisdi Udara dilakukan di luar ruang.

Penanganan yang kurang tepat untukmembelajarkan menulis permulaan pada anakusia 4-8 tahun dapat menyebabkan anak menjaditakut, depresi, frustasi dan salah dalam menulishuruf/kata atau kalimat. Kesulitan yang munculseperti: anak belum dapat membedakan huruf,anak belum hafal nama huruf, anak sudah hafalhuruf tapi tetap tidak bisa membuat hurufdengan baik, menyalin sangat pelan dan selalumelihat contoh, anak menulis dengan ragu-ragu,terlihat gemetar, anak menulis tergesa-gesa,kurang memperhatikan contoh, anak lebih fokuske maksud, belum memperhatikan bentuk. Kasuslain anak menulis huruf b menjadi d atau qmenjadi p. Anak menulis huruf k tetapi kuranglengkap misalnya garis topi atas tidak ada.

SaranHendaknya guru atau orang tua dalammembelajarkan menulis permulaan bukanproduk yang difokuskan tetapi proses Penilaianautentik dapat dilakukan secara terus meneruspada proses belajar menulis oleh guru atau orangtua dengan memperhatikan masa perkem-bangan dan kematangan anak. Jika menemukananak yang mendapat kesulitan dalam menulis

Page 75: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

permulaan segera tangani jangan dibiarkan, halini akan dapat mengakibatkan kesulitan bacatulis hingga kelas 5 SD.

Staregi yang tepat untuk membelajarkanmenulis permulaan pada anak usia 4-8 tahundengan berbagai cara. Guru, pengasuh atauorang tua sebaiknya mencari banyak informasimengenai strategi tersebut melalui mediamassa, seminar dan lain-lain.

Cara yang dapat dilakukan oleh orang tuadan guru untuk menumbuhkan keinginanmenulis permulaan terhadap anak usia 4-8tahun yaitu: (1) jangan berusaha mengendalikanperasaan anak; (2) mendengarkan anak ketikaia berbicara; (3) ajari anak untuk dapatmenghargai pendapat orang lain; (4) ajaklahanak untuk terlibat dalam sebuah permainanyang imajinatif; (5) berikan dorongan terhadapapapun hasil dari bentuk tulisan anak; (6)sediakanlah lebih banyak kertas kosong bagianak; (7) sediakan lebih banyak peralatan untukmenulis; (8) mintalah anak untuk menceritakanapa yang ia tulis; (9) letakkan tulisan awal anakpada tempat yang mudah ia lihat; dan (10)berikan mereka kaset lagu serta bacakanlahcerita dan puisi; (11) menggunakan alat peraga(gambar, benda nyata); (12) menggunakanpendekatan whole language lebih menarik anakdaripada menggunakan metode ejaan yangmembuat anak bosan; (13) jangan terlalu fokuspada hasil penulisan anak (produk) sehinggasaat proses anak menulis terabaikan karena gurusibuk memberi nilai produk; (14) melatihkansikap duduk dan cara pegang pensil yangbenar; dan (15) mempergunakan pensil ukurandiameter besar untuk PAUD dan diameter keciluntuk SD kelas 1-2.

Kemampuan menulis permulaan telahdiajarkan sejak awal masuk kelas 1 SD, karenakemampuan ini merupakan prasyarat bagiupaya belajar berbagai mata pelajaran yang akandipelajari. Kesulitan yang muncul saatmembelajarkan anak menulis permulaan padaanak usia 4-8 tahun terlihat dari perilaku dansikap anak ketika sedang menulis. Perlu diper-hatikan secara seksama oleh pengasuh, guru,atau orang tua dan tidak dianggap remeh, halini akan berdampak hingga kelas 5 SD.

Konsultasikan pada guru yang ahli ataupsikologi bagian terapi anak mengenaipermasalahan yang muncul dan dipantau terusperkembangannya selama terapi anak. Orangtua hendaknya sering berkonsultasi denganguru atau pengaush untuk mengetahuiperkembangan menulis anaknya secaraberkelanjutan.

Daftar Pustaka

Abdurahman, Mulyono. (1996). Pendidikan bagianak berkesulitan belajar. Jakarta: Proyekpendidikan Tenaga Guru, DirektoratJendral Pendidikan Tinggi, DepartemenPendidikan Nasional

Buncil. (2010). Tahap-tahap perkembangan anakdalam menulis, (Online), http://childrengarden.wordpress.com/2010/04/02/tahap-tahap perkem-bangan-anak-dalam-menulis/, diakses tanggal 15Oktober 2015)

Bunda, Ali. (2009). Membentuk lilin plastisin,bermain pasir, dan menggunting ternyata adahubungannya dengan kemampuan menulis,(Online), (http://bundaali.multiply.com/j o u r n a l / i t e m / 4 6 /YUK_BELAJAR_MENULIS,diaksestanggal 15 Oktober 2015)

Cole, M. & Cole, S.R. (2001). The development ofchildren. New York : Worth Publishers

Cooper, J.D., (1997). Literacy : Helping childrenconstruct meaning. Boston : HoughtonMifflin Company

Hurlock. (2010). Psikologi perkembangan suatupendekatan sepanjang. Rentang kehidupan.Jakarta: Erlangga

Musfiroh, Tadkiroatun. (2008). Cerdas melaluibermain: Stimulasi multiple intelligences padaanak usia dini. Jakarta: Grasindo

Kurniasari, Diyah, (2010). Pendekatanpembelajaran beyond center and circle time(BCCT) di sentra persiapan dalam upayapersiapan menulis dasar, (Online), (http://e t d . e p r i n t s . u m s . a c . i d / 9 8 3 0 / 1 /A520085029.pdf, diakses tanggal 15 April2011)

Page 76: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Kemampuan Menulis Permulaan untuk anak 4-8 tahun

Nuryantoro, Burhan. (2001). Pengajaranketerampilan bahasa. Bandung:Rineka Cipta

Supriyatno. (1997). Keterampilan berbahasa.Jakarta:Bumi Aksara.

Santrock, John (2012). Life Span Development.Texas:Mc Graw Hill Higher

Tarigan, H.G. (1985). Proses belajar mengajar.Bandung:Angkasa

Tary, Dinda (2013) Pendekatan Whole Languge,(On line), (http://dtary.blogspot.co.id/2013/03/pendekatan-whole-language-dalam.html di akses 21 Nopember 2015)

Yusuf, Munawir, Sunardi, MulyonoAbdurahman. (2003). Pendidikan bagi anakdengan problema belajar. Solo: PT. TigaSerangkai Pustaka Mandiri.

http://www.sinarharapan.co/news/read/150121015/kemendikbud-harus-awasi-paud diunduh 21 Nopember 2015

---------. Activities to improve fine-Motor skills. http://kirkwoodschools.org. diunduh tanggal1 Oktober 2015

---------. Activities for fine motor skills. http://www.shirleys-preschool-activities.comdiunduh tanggal 5 Oktober 2015

---------. Draft revisi kurtilas Juli 2015, Standarkompetensi bahasa Indonesia untuk kelas 1dan 2 SD

--------. Permendikbud 137 tahun 2014 StandarIsi PAUD

Page 77: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemukdalam Proses Pendidikan di Indonesia

Nikodemus Thomas MartoredjoE-mail: [email protected]

CBDC Universitas Bina Nusantara

Opini

PAbstrak

erkembangan peradaban yang semakin maju mendorong perlunya optimalisasi segalakemampuan yang dimiliki manusia. Dunia pendidikan yang berkepentingan di dalamnyatidak lagi perlu hanya berfokus pada pengembangan aspek intelektual saja namun perlu

memperhatikan dan memperkembangkan jenis-jenis kecerdasan lainnya. Tulisan ini membahaspenerapan konsep Kecerdasan Majemuk, yang dikembangkan oleh Howard Gardner, dalam duniapendidikan khususnya di sekolah. Setelah membahas secara mendalam, tulisan ini berkesimpulan,konsep Kecerdasan Majemuk dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam melakukanproses pendidikan. Untuk memperoleh hasil optimal, perlu diperhatikan beberapa hal sepertikurikulum, metodologi dan sistem penilaian. Selain itu, agar pendidikan berbasis KecerdasanMajemuk ini dapat berkembang dengan baik, sangat diperlukan kerja sama yang erat antara pihaksekolah, pendidik, sera peserta didik dengan orang tua, masyarakat, dan pemerintah. KonsepKecerdasan Majemuk ini menjadi sangat relevan dalam menghadapi kemajuan dan tantanganjaman.

Kata-kata kunci: kecerdasan majemuk, kurikulum, metodologi, penilaian

Implementation of Multiple Intelligence Concept in Indonesian Education

AbstractThe increasing development of civilization needs to be balanced with the optimization capabilities of humans.The world of education no longer needs to focus on the development of intellectual aspect only, but needs to payattention and develop other types of intelligence. This article discusses the application of Multiple Intelligences(introduced by Howard Gardner) in education, especially in schools. After a thorough discussion, this articleconcludes Multiple Intelligences can be used as one of the approaches in education. To obtain the optimalresults, several things, such as curriculum, method and assessment system need to be well considered.Besides, in developing education based on Multiple Intelligences, maintaining good communication betweenschools, teachers as well as learners and parents, community, as well as the government is essential. TheMultiple Intelligence concept is very relevant to face the future challenges.

Key words: multiple Intelligences, curriculum, methode, assessment

Page 78: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiberjalan makin pesat pada masa kini. Hampirsetiap kali bermunculan berita tentang hal baruberkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi tersebut. Kemajuan yang satumendukung kemajuan yang lain. Penemuanyang satu memberi dukungan pada penemuanyang lainnya. Pada masa sebelumnyaperkembangan tersebut tidak secepat seperti saatini. Tentunya hal ini merupakan sesuatu yangsangat baik dan perlu ditanggapi secara positifterutama dalam memajukan peradabanmanusia. Namun perlu juga disadari bahwakemajuan ini dapat menjadi tantangan tersendiribagi individu, masyarakat dan bangsa agar tidakhanya berada pada posisi sebagai pengguna ataupenikmat dan pengikut saja dari kemajuantersebut tetapi justru dapat ikut serta terlibat aktifdan partisipatif dalam derasnya arus kemajuanyang sedang berlangsung (Soedarsono, 2002:19).

Oleh karena itu, sangat perlu terutamagenerasi muda mempersiapkan diri sedinimungkin untuk dapat menghadapi tantanganyang semakin besar pada masa mendatang.Salah satu cara mempersiapkan diri dengan baikadalah mengembangkan setiap potensi dirisemaksimal mungkin. Setiap individu telahdiberi anugerah bakat dan kemampuannyamasing-masing. Dengan modal bakat dankemampuan itulah mereka menghadapi danmenjalani kehidupannya. Namun, merekasangat membutuhkan bantuan pihak lain agardapat mengembangkan dirinya dan mencapaitingkat kematangan tertentu. Selain keluarga,institusi pendidikan memegang perananpenting dan paling kompeten dalammemberikan kontribusi bagi perkembangan diriseseorang. Institusi pendidikan yang baik danbermutu akan memberikan kualitas yang baikbagi perkembangan diri seorang individu yangterlibat di dalamnya (Sadulloh, 2011:56 ).

Menghadapi tantangan masa depan,institusi pendidikan selayaknya menyadaribahwa dirinya juga merupakan bagian yangsangat penting dalam berperan memberikontribusi di dalam perkembangan generasi

penerus. Oleh karena itu, untuk mendapatkanhasil yang optimal, dia harus memiliki kepekaanuntuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaankemajuan yang sedang berlangsung. Ia jugaharus mampu mengantisipasi berbagaikemungkinan yang akan terjadi pada masadepan sebagai langkah mempersiapkan dirilebih awal (Santrock, 2011:142). Saat ini tidakkalah pentingnya memperhatikan danmengembangkan kecerdasan emosional disamping kecerdasan intelektual. Dalamkenyataannya, ukuran kesuksesan tidak lagisemata-mata ditinjau dari tingkat kecerdasanintelektual seseorang melainkan juga dari jeniskecerdasan lainnya seperti kecerdasanemosional (Goleman, 2005:53). Bahkan denganpenelitian terbaru juga ditemukan jeniskecerdasan lainnya untuk semakin melengkapikecerdasan yang dimiliki oleh seorang individu.

Konsep Kecerdasan Majemuk atau lebihdikenal dengan Multiple Intelligence yangdiperkenalkan oleh Howard Gardner dapatmenjadi salah satu acuan yang baik untukdiperhatikan dalam mengembangkan institusipendidikan menjadi lebih dinamis dan adaptifterhadap situasi yang berkembang pada masakini. Seperti yang dikatakan oleh Yalmancidalam pembahasannya mengenai KecerdasanMajemuk bahwa setidaknya ada dua hal positifdari konsep kecerdasan ini yaitu bahwa dengankonsep ini dapat dibuat rencana programpendidikan yang lebih mendukung siswa danjuga kondisi belajar menjadi lebih mendukungdalam mengembangkan kemampuan siswayang lebih luas (Yalmanci & Gozum, 2013).Konsep kecerdasan majemuk ini memang sangatmenarik karena memberi perspektif yang barudalam melihat tentang makna kecerdasan.Namun perlu dikaji lebih mendalam lagimengenai apa yang dimaksud denganKecerdasan Majemuk. Bagaimana konsep inidapat diimplementasikan dalam duniapendidikan khususnya di sekolah formal? Apakira-kira tantangan yang akan muncul dalampenerapannya secara kongkret dan bagaimanacara mengatasinya? Bagaimanapun mengha-dapi perubahan bukanlah sesuatu yang mudah,namun mengingkari perubahan dapat menjadihambatan dalam perkembangan.

Page 79: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

Pembahasan

Konsep Kecerdasan MajemukPada awal tahun 1900-an seorang ahli psikologidari Perancis bernama Alfred Binet berhasilmenemukan suatu alat tes untuk memprediksimasa depan seseorang. Alat tersebut pada waktuitu dapat dianggap sebagai alat yang palingakurat untuk mengukur apakah seseorang akanberhasil atau sebaliknya, akan mengalamikegagalan dalam hidupnya. Alat tersebutdikenal dengan nama tes kecerdasan danukurannya adalah Intelligence Quotients (IQ). Alattersebut menjadi sangat terkenal karena dipakaisecara luas sampai ke Amerika dan bahkan keseluruh dunia. Sejak saat itu tes IQ menjadi alatberbasis ilmiah yang paling bermanfaat untukmengukur kecerdasan seseorang dan dianggapsangat berpengaruh kepada keadaan masadepan orang yang bersangkutan.

Lambat laun keakuratan prediksi dari teskecerdasan intelektual ini mulai mengalamipergeseran. Penelitian mengenai prediksi darihasil tes kecerdasan intelektual ini membuktikanhal tersebut. Diakui bahwa tes kecerdasan inisecara konsisten meramalkan dengan baikkesuksesan siswa di sekolah. Permasalahannyaadalah bahwa tes ini tidak dapat memprediksisecara akurat apakah seorang siswa dapatberhasil atau tidak dalam kehidupan nyatasetelah ia menyelesaikan masa pendidikannya.Hasil tes kecerdasan tidak dapat secara akuratmenentukan kesuksesan seseorang pada masadepan. Sebuah hasil studi yang dilakukanterhadap para profesional yang sangat suksesmenunjukkan bahwa sepertiga dari jumlahmereka justru memiliki nilai tes kecerdasan yangrendah (Armstrong, 2002:2). Dalam kenyataankita juga dapat melihat bahwa banyak siswayang dulu hasil tes kecerdasannya adalah rata-rata saja kemudian menjadi orang yang amatsukses dan menduduki posisi yang terhormatdalam masyarakat dan kelompok profesional.Sementara siswa yang dulunya superiormalahan menghadapi situasi sebaliknya.Memang mereka tidak dianggap gagal namunpencapaian posisi mereka dapat dianggap biasa-biasa saja jika dibandingan dengan rekan-rekanyang lainnya.

Menurut Howard Gardner hal ini dapatdijelaskan dan diuraikan berkaitan denganpengertian tentang kecerdasan. Kecerdasan darisudut pandang ini dianggap sebagai kemam-puan umum yang ditemukan dalam berbagaitingkat dalam setiap individu. Ini merupakankunci untuk dapat menyelesaikan masalah yangdihadapi. Kemampuan ini dapat diukur secaramenyakinkan dengan menggunakan saranapensil dan kertas standar (Gardner, 2003: 32).Siswa dengan kecerdasan yang lebih besar akanmempunyai kemampuan menyelesaikanmasalah, untuk menemukan jawaban yang lebihtepat dan mempelajari materi baru dengan cepatdan efisien. Keterampilan ini tentu saja akansangat mendukung dalam keberhasilan studi disekolah. Dalam pandangan ini kecerdasandianggap sebagai kecerdasan tunggal yangdipergunakan dalam situasi menyelesaikanmasalah. Dengan demikian tes IQ sebenarnyadapat memprediksi kinerja di sekolah denganketepatan yang cukup tinggi. Akan tetapi, tes initidak cukup akurat untuk memperkirakan suatuprofesi dan kesuksesan pada masa depan setelahakhir masa bersekolah.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatanbaru yaitu lewat teori kecerdasan majemuk.Dalam hal ini kompetensi kognitif (belajar,memahami) lebih diarahkan kepada arti tentangkumpulan kemampuan, bakat atau keterampilanmental yang disebut dengan kecerdasan.Menurut Gardner semua individu normalmemiliki masing-masing keterampilan inisampai kadar tertentu. Namun setiap individuakan memiliki perbedaan dalam derajatketerampilan tersebut dan dalam sifatkombinasinya (Gardner, 2003: 33). Hal inidianggap lebih manusiawi dan dapat lebihdipertimbangkan karena mencerminkan secaramemadai mengenai tingkah laku kecerdasanmanusia.

Berkaitan dengan definisi optimal darikecerdasan yang dimaksud, pada tingkat inipengertian dari Kecerdasan Majemuk terpisahdari pokok-pokok pandangan tradisional.Dalam pandangan tradisional, kecerdasanditetapkan secara operasional sebagaikemampuan untuk menjawab berbagai jenis teskecerdasan. Kesimpulan dari hasil tes pada

Page 80: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

beberapa kemampuan didukung oleh teknikstatistik yang membandingkan subyek padatingkat usia berbeda. Korelasi yang ada antarahasil tes lintas umur dan lintas tes yang berbedamendukung pengertian bahwa bakat umum darikecerdasan tidak banyak berubah denganbertambahnya umur ataupun dari pelatihan ataupengalaman. Hal ini merupakan bawaan darilahir atau dikenal dengan bakat individual.

Sementara itu, pengertian dari kecerdasandalam Kecerdasan Majemuk adalah sebaliknya.Kecerdasan dalam konteks ini menyangkutkemampuan untuk menyelesaikan masalah ataumerekayasa produk yang menjadi konsekuensidari suasana budaya dan masyarakat tertentu.Keterampilan memecahkan masalah membuatseseorang mendekati situasi yang sasarannyaharus dicapai dan menemukan rute yang tepatuntuk mencapai sasaran tersebut (Gardner &Hatch, 1989). Konsep mengenai KecerdasanMajemuk ini dibingkai dalam asal usul biologisdari setiap keterampilan menyelesaikanmasalah. Hanya keterampilan yang bersifatuniversal yang ditonjolkan. Sekalipun demikian,kecenderungan biologis untuk berpartisipasidalam bentuk penyelesaian masalah tertentuharus juga digabungkan dengan budaya yangmemelihara bidang tersebut. Misalnya mengenaibahasa, yang mungkin terwujud dengan sendiri-nya terutama sebagai tulisan dalam suatubudaya, sebagai ahli orasi pada budaya lain dansebagai bahasa sandi pada budaya lainnya.

Secara khusus Gardner sendiri menetapkansyarat berkaitan dengan kriteria untukmengkategorikan setiap kecerdasan (Armstrong,2002: 6). Ada empat kriteria berkaitan denganKecerdasan Majemuk yaitu:1. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan.

Kemampuan melambangkan sebuah idedan pengalaman melalui gambar, angkadan kata merupakan ciri dari kecerdasanmanusia. Karena itu, setiap kecerdasandapat dilambangkan dengan berbagai carayang sesuai. Ada huruf, angka, notasi,mimik dan lain sebagainya yang dipergu-nakan sebagai ekspresi yang kelihatan danmengandung makna.

2. Setiap kecerdasan memiliki riwayatperkembangan.

Kecerdasan itu bukanlah ciri mutlak yangsudah menetap saat lahir dan tidak berubahsepanjang masa. Setiap kecerdasan munculpada titik tertentu di suatu masa,mempunyai periode potensi untukberkembang selama waktu tertentu danberisikan pola-pola unik yang secaraperlahan atau cepat semakin merosotseiring dengan perkembangan usia.

3. Setiap kecerdasan rawan terhadap cacatakibat kerusakan atau cedera pada otak.Kecerdasan itu dapat terisolasi olehkerusakan otak. Seseorang yang mengalamikerusakan otak pada bagian tertentu akankehilangan kemampuan dari salah satujenis kecerdasan yang berkaitan denganbagian tersebut. Meskipun otak memilikistruktur yang rumit dan sulit untukdipetakan namun setiap kecerdasan sangatberkaitan dengan bagian otak tersebut.

4. Setiap kecerdasan mempunyai dasar padanilai budaya.Perilaku cerdas sebenarnya dapat ditinjaudari melihat prestasi tertinggi dalamperadaban. Kita dapat mempelajari maknamenjadi cerdas dengan mempelajari contohkarya budaya yang paling sukses berkaitandengan kecerdasan tersebut.Di samping beberapa kriteria untuk

menentukan jenis Kecerdasan Majemuk ini,setiap kecerdasan yang terdapat dalamKecerdasan Majemuk harus memilikioperasional inti atau kumpulan operasi yangdapat dikenali secara langsung. Sebagai sistemperhitungan berdasarkan pada syaraf, setiapkecerdasan diaktifkan atau dipicu oleh jenisinformasi tertentu secara internal atau eksternal.Sebagai contoh, salah satu inti kecerdasan musikadalah kepekaan yang berhubungan dengansuara nada. Suatu kecerdasan harus juga sensitifpada penyandian di dalam sistem simbol, suatusistem yang dirancang secara budaya yangmenangkap dan menyampaikan bentukinformasi yang penting. Bahasa, gambar danmatematika merupakan sistem simbol yangbersifat universal.

Adapun jenis kecerdasan yang termasukdalam Kecerdasan Majemuk adalah tertera padaTabel 1. Semua jenis kecerdasan yang disebutkan

Page 81: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

Tabel 1: Jenis Kecerdasan yang Termasuk dalam Kecerdasan Majemuk

Jenis kecerdasan Komponen inti Contoh hasil

Logis - matematis Memiliki kepekaan dan kemampuan yang tinggidalam bentuk-bentuk angka atau logika;kemampuan untuk menangani masalahargumentasi yang panjang

IlmuwanAhli matematikaAhli statistika

Lingustik Peka terhadap intonasi, ritme, makna dari suatukata, peka dalam fungsi-fungsi bahasa

SastrawanJurnalis

Musikal Kemampuan untuk menghasilkan danmengapresiasi irama, warna nada dan pola nadaserta memahami bentuk-bentuk ekspresi musik

KomposerPianist

Spasial Kemampuan untuk menangkap dengan tepatspasial-visual dari gambaran yang ada dan mampumentransformasikan ke pihak lain

NavigatorPematung

Kinestetik Kecakapan untuk mengontrol gerakan badan secaraakurat dan kemampuan untuk menangani obyekdengan cekatan

PenariAtlet

Interpersonal Kemampuan untuk mengontrol dan meresponsuasana hati, temperamen dan motivasi dengantepat serta tertarik dengan pihak lain

Public RelationMarketing

Intrapersonal Kemampuan untuk mengakses perasaan sendiridan mengaturnya sedemikian rupa sehingga dapatmengontrol perilakunya; kemampuan kesadaranyang tinggi akan diri sendiri

KonselorTherapist

Eksistensialis Kemampuan dalam memahami dan menjawabpertanyaan fundamental berkaitan denganeksistensi manusia

FilsufRohaniwan

Naturalis Kecakapan mengenali dan mengkategorikan dengantepat tumbuh-tumbuhan, hewan dan obyek alamlainnya

Ahli BotanicalPencinta Alam

di atas sebenarnya dimiliki oleh setiap orangmenurut kadarnya masing-masing. Karena itudisebut kecerdasan yang bersifat banyak ataumajemuk. Setiap individu mempunyaikesempatan untuk mengembangkan setiapkecerdasan tersebut hingga tingkat kemahirantertentu. Adalah kurang tepat apabila seseoranghanya berfokus pada salah satu jenis kecerdasansaja dan mengabaikan jenis kecerdasan yanglain. Semua jenis kecerdasan itu sebenarnyasaling berkaitan dengan sistem yang sangatkompleks. Seorang pematung memanfaatkankemampuan kinestetik dan intrapersonalnya

serta kemampuan yang lain untuk menghasilkanmahakaryanya. Atau seorang perancang grafisakan memanfaatkan kemampuan visual,lingustik dan matematikanya dan untukmenciptakan periklanan yang menarik. Bisadikatakan hampir tidak ada kegiatan di duniaini yang berdiri sendiri hanya denganmengandalkan satu kecerdasan saja.

Selain itu, setiap masa juga akanberpengaruh kepada kecerdasan yang menonjol.Masyarakat yang mengalami perubahan,membutuhkan kecakapan dan keterampilantertentu untuk beradaptasi dengan situasi dan

Page 82: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

kondisi yang dihadapinya. Tren kecerdasan itumengalami perubahan silih berganti satu samalainnya seiring dengan berjalannya kehidupanperadaban manusia. Misalnya saja, pada jamandahulu kecerdasan kinestetik sangat menonjolnamun kemudian orang sangat tertarik denganseni. Di jaman sekarang kecerdasan logismatematis sangat berkembang seiring denganditemukannya komputer sebagai teknologi yangsangat membantu manusia menyelesaikanpekerjaannya. Namun semua hal tersebut salingmendukung dan melengkapi menciptakankehidupan manusia yang lebih dinamis danmenarik.

Implementasi Kecerdasan MajemukKemajuan dan perkembangan peradabanmanusia yang tampak jelas dalam globalisasiyang sedang berja-lan saat ini merupa-kan suatu hal yangpositif dan sangatmembantu dalamkehidupan manu-sia. Hal yangdahulu tak terpikir-kan, sekarang deng-an mudah dilaku-kan. Batas antarawilayah semakin memudar. Pembangunanmakin cepat dan perekonomian menjadi lebihproduktif, efektif, dan efisien. Salah satu pihakyang sangat berkepentingan dengan hal iniadalah dunia pendidikan. Tentunya tugas duniapendidikan harus merespon dengan tepat dantanggap terhadap perubahan yang ada. Caratradisional yang tidak sesuai lagi denganmasanya perlu diperbarui seiring dengan gerakjaman. Paling tidak kesadaran akan perubahanmuncul dalam sikap bijak berorintasi ke depandemi membimbing setiap generasimempersiapkan diri dengan baik mengarungimasa depannya.

Institusi pendidikan sebagai tempat yangsangat ideal untuk mengembangkan kecerdasanmasyarakat sangat berkepentingan dalammasalah ini. Sebagai institusi yang bertujuanmempersiapkan generasi masa depan menjadilebih baik, mereka harus peka terhadap arahperubahan yang ada. Perubahan yang makin

cepat yang didorong oleh kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi harus diimbangidengan pengembangan kompetensi dankapabilitas diri. Kesadaran bahwa individumerupakan makhluk yang unik harusdikedepankan sehingga tidak lagi melihat danmenyamaratakan secara keseluruhan. Duniapendidikan harus merasa antusias dalammenghadapi kenyataan bahwa setiap individuallain dari yang lainnya. Kemudian daripada itu,memberikan sarana dan prasarana yangmendukung setiap individu mengembangkandirinya dengan baik. Perlu untuk dikedepankanbahwa kecenderungan, minat dan sasaranindividu dapat terakomodasi dengan baik. Tentusaja dalam hal ini sangat diperlukanperencanaan dan kreativitas yang tinggi.

Konsep Kecerdasan Majemuk memberipeluang untukmelihat kembalibagaimana pan-dangan danpengembangantentang kecer-dasan dari siswadi sekolah. Setiapindividu memilikiK e c e r d a s a nMajemuk dalam

levelnya masing-masing. Itu berarti setiapindividu seharusnya diberi kesempatan sebebas-bebasnya untuk mengembangkan dirinya tanpadibatasi hanya di suatu bidang tertentu. Pikiranmanusa memiliki multi segi, instrumen multikomponen yang tidak dapat ditangkap hanyamelalui instrumen kertas dan pensil. KonsepKecerdasan Majemuk memang tidak mendiktearah belajar atau karier individu tetapi konsepini cukup kuat dan masuk akal untuk memberimasukan dan memilih cabang atau bidangpengetahuan yang hendak dipelajari.

Hal menarik dari Kecerdasan Majemukadalah bahwa konsep ini sangat menghargaikeunikan seorang individu. Selain itu konsep inisangat membuka peluang bagi setiap individuuntuk mencapai prestasi terbaik dari dan bagidirinya sendiri. Konsep kecerdasan ini tidak lagihanya menekankan pada satu aspek saja yaitukecerdasan intelektual seperti yang terjadiselama ini, melainkan terbuka pada kemung-

Itu berarti setiap individuseharusnya diberi kesempatan

sebebas-bebasnya untukmengembangkan dirinya tanpadibatasi hanya di suatu bidang

tertentu.

Page 83: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

kinan yang lebih banyak. Dengan demikiansetiap individu dapat menemukan dirinyasendiri dan akan berusaha menjadi yang terbaikdalam bidangnya masing-masing.

Gardner melihat bahwa sekolah menjaditempat yang ideal untuk siswa merasa bahwakeunikan dalam kecerdasannya diakui dantempat mereka dapat mengembangkankecerdasan yang mereka miliki tersebut secaramaksimal. Namun Gardner tidak mendesakkansuatu cara tertentu untuk mempraktekkanKecerdasan Majemuk tersebut dalam sekolahatau tempat lain. Ia menyadari bahwa pihaksekolah sendiri jauh lebih tahu mengenai apayang terjadi di dalam lembaganya. Iaberpendapat bahwa kecerdasan tidak bolehdigunakan sebagai label baru untuk membatasikesempatan siswa atau gagasan tentang pilihansiswa sendiri. Peran pendidik sangat pentinguntuk melihat dan mempertimbangkan apa yangmasuk akal dan dapat diterapkan secara opera-sional di tempat mereka (Gardner 2003; 299).

Namun untuk dapat mencapai hasil yangmaksimal, ada beberapa hal yang khusus perludiperhatikan dalam mengembangkan Kecer-dasan Majemuk dalam konteks institusipendidikan. Hal tersebut adalah kurikulum,metodologi dan sistem penilaian (Jasmine2007:118). Melalui kurikulum ada dua caradalam mengembangkan Kecerdasan Majemukini yaitu secara langung dan tidak langsung.Secara langsung adalah dengan cara meng-ajarkan konsep kecerdasan ini apa adanya,sementara yang tidak langsung adalah denganmenyisipkan dalam kurikulum yang reguler.Biasanya para pendidik tidak terlalu senangmenambahkan muatan pada kurikulum yangsudah ada karena memang biasanya sudahsangat padat. Karena itu pilihan mengajarkanlangsung lebih diterima. Keuntungan dari carasecara langsung ini adalah dapat juga sebagaipintu pembuka bagi kurikulum yang sudah ada.Dengan cara ini peserta didik akan terlibatlangsung dengan kecerdasan yang mereka milikibersama dengan aktivitas yang akanmemperkaya pengalaman mereka.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalampenerapan kecerdasan majemuk adalahberkaitan dengan metodologi. Metodologi

merupakan semua teknik dan strategi yangdigunakan oleh pendidik selama periodetertentu. Apapun yang diusahakan untukmengembangkan individu dalam institusipendidikan, para pendidik harus berusahamemberikan sebanyak mungkin pendekatanpembelajaran. Di antara berbagai pendekatanitu ada yang disebut dengan pendekatankooperatif. Pendekatan ini memakai cara belajarbersama, tematik, pendekatan proyek, indivi-dualisasi, konteks emosional dan pemakaianteknologi. Metode ini sangat mendukungpengembangan Kecerdasan Majemuk dalampembelajaran. Meski memang dari pihakpendidik hal ini merupakan hal yang sangatmenantang karena perlu persiapan danpengorganisasian yang matang. Jika diprogramdengan baik dalam satu tim maka masalah iniakan mudah diatasi. Bahkan menjadi hal yangmenarik karena mampu memberi hasil yangoptimal.

Berkaitan dengan penilaian, perludipersiapkan instrumen yang memadai.Penilaian yang diberikan harus dibuat denganjujur dan adil terhadap kecerdasan yang dimilikioleh setiap siswa. Penilaian tersebut harus dibuatsedemikian rupa sehingga suatu jeniskecerdasan dapat dinilai dan dipertimbangkanlangsung tanpa melewati medium kecerdasanlainnya. Dalam hal ini dapat disebutkanbeberapa instrumen seperti pengamatan denganmenggunakan check list, atau bisa juga dengancatatan singkat, membuat portofolio denganrubriknya dan melalui refleksi.

Pengamatan di kelas tampak lebih mudahuntuk dilakukan. Pembimbing yang sudahberpengalaman dan memiliki empati dapatlangsung melihat apa yang sedang berlangsungdi kelas. Namun untuk mendapatkan hasil yangakurat pengamatan tersebut harus distrukturi-sasi dan didokumentasikan sehingga dapatdilakukan secara tetap dan berkala. Karena itudibutuhkan daftar periksa (check list) yang mudahdipakai sesuai dengan tujuan yang ingindicapai. Daftar periksa tersebut perlu untukselalu diperbaharui agar mendapatkan hasilyang lebih mendekati kenyataan. Cara lain untukmendokumentasikan pengamatan adalahdengan memanfaatkan catatan singkat. Catatan

Page 84: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

tersebut berisi komentar positif mengenaipertumbuhan dan perkembangan siswa.

Selain pengamatan, juga dapat digunakanportofolio. Portofolio digunakan untukmenyimpan semua catatan yang dihasilkan olehmetode penilaian. Namun perlu diingat bahwadokumentasi yang disimpan tidak hanyaberkaitan dengan teks atau angka sajamelainkan semua yang melibatkan KecerdasanMajemuk tersebut. Instrumen lain adalah dengancara siswa sendiri melakukan refleksi. Pendidikhanya perlu merancang format khusus yangnantinya mendorong siswa berpikir kritistentang dirinya sendiri dan mengungkapkandengan berbagai variasi cara. Dengan refleksiini pula memungkinkan siswa pada jenjang usiayang berbeda mulai mengambil kendali padaproses pembelajarannya sendiri.

Gardner ber-sama dengan kole-ganya mencobamencari dan mem-buat model yangsecara seriusmemperhatikanprofil kecerdasanindividual ini danberusaha memak-simalkan hasildari proses pendidikan siswa pada setiapjenjangnya. Mereka mencoba mengimple-mentasikan konsep Kecerdasan Majemuk dalampraktek di sekolah. Di tingkat pra sekolah konsepKecerdasan Majemuk ini dikembangkan denganpendekatan yang diberi nama projek Spektrum;dalam lingkungan sekolah dasar digunakanpendekatan Proyek; sementara pengembangankecerdasan praktis untuk siswa sekolahmenengah dilakukan melalui perkenalan projekSeni Propel.

Pendekatan projek Spektrum merupakansuatu usaha inovatif untuk mengukur profilkecerdasan dan gaya bekerja pada anak-anakusia muda. Pada pendekatan ini dibuat beberapatopik yang menggugah minat anak-anak, jugadisediakan perangkat peralatan untuk aktivitasyang dapat digunakan di sekolah ataupun dirumah untuk merangsang aneka kecerdasansetiap anak. Setiap hari di kelas anak-anak

dikelilingi oleh material yang menarik untukmembangkitkan penggunaan sejumlahkecerdasan. Anak-anak bebas mengeksplorkemampuan yang mereka miliki dengan saranayang ada tanpa harus banyak dibatasi. Selainitu baik di lingkungan sekolah maupun di rumahanak-anak bebas melakukan penyelidikan dandidorong untuk bertanya dan mengungkapkanpendapatnya. Guru, asisten, dan pihak yangterlibat diberi kesempatan untuk mencatat apasaja yang dapat mereka amati. Selama periodetertentu guru dan pengamat membuat catatanmengenai aktivitas yang disukai dan kemajuanyang dialami siswa. Di akhir tahun orang tuamenerima laporan mengenai perkembangananak-anak mereka berdasarkan proyekspektrum tersebut.

Dalam projek Spektrum, diharapkan dapatdikenali dan men-jadi petunjuk awaldari kecerdasanyang dimiliki olehanak-anak yangterlibat di dalam-nya. Hal inid i m u n g k i n k a nkarena anak-anaksendiri aktifterlibat dalam

permainan dan aneka ragam aktivitas yangbermakna dan memiliki konteks tertentu.Penilaiannya pun menjadi sangat dinamisbergantung dari pengalaman masing-masinganak. Jadi hasil belajar tidak hanya diukur darisudut pandang kemampuan bahasa atau angkamatematika saja melainkan memperhitungkankemampuan lain yang dominan dimiliki olehanak.

Model yang hampir sama dilakukan ditingkat sekolah dasar. Di tingkat ini setiap harikecerdasan majemuk siswa dirangsang untuksemakin dipertajam. Setiap siswa berpartisipasisecara teratur dalam aktivitas menghitung,musik, gerak badan, di samping mengikutikurikulum reguler. Agar lebih maksimal setiapsiswa dapat melakukan suatu proyek yangmereka sukai namun tetap berkaitan dengantema yang telah ditentukan oleh pendamping.Dalam satu tahun ajaran setiap siswa dapat

Dalam projek Spektrum,diharapkan dapat dikenali dan

menjadi petunjuk awal darikecerdasan yang dimiliki oleh

anak-anak yang terlibat didalamnya.

Page 85: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

melakukan satu sampai tiga proyek. Padaperiode tertentu hasilnya dapat dipamerkansehingga dapat dievaluasi dan sekaligusdiapresiasi oleh orang lain. Guru dan orangtuamengamati bagaimana siswa melaksanakantugas proyek tersebut dan membuat catatandalam sebuah file siswa masing-masing. Ketikasiswa duduk di kelas tertentu file tersebut dapatdiambil dan dievaluasi bersama. Padakesempatan yang sama siswa dapat belajar daripara ahli di bidang masing-masing. Masyarakatyang merasa diri ahli di bidangnya mendekatipara siswa. Para volunter yang kompeten dibidangnya tersebut menawarkan keahliankhusus kepada siswa yang menyatakan minatuntuk mempelajari bidang keahlian yangdimiliki para volunter. Di samping itu tentuharus tetap ada waktu untuk bermain danberkreativitas selayaknya anak-anak belia. Halpenting di sini adalah bahwa siswa dapat benar-benar menjajaki minat dan kemampuan dimanakesempatan ini tidak selalu dapat diperolehmelalui kurikulum sekolah pada umumnya.

Pada tingkat lanjut digunakan pendekatandan penilaian secara khusus dalam bidang senimelalui sebuah projek seni. Berkeseniandianggap dapat menjadi sarana untukmengembangkan kreativitas. Projek merupakansuatu pendekatan terhadap seni artistik denganmenekankan tiga kompetensi yaitu produktifitas,persepsi dan refleksi, yang disingkat menjadiPropel. Untuk penilaian kompetensi produksikegiatan yang dapat dilakukan misalnyamemainkan aneka alat musik, melukis,menggambar, membuat tulisan-tulisan kreatif,menari, drama, teater dan lain sebagainya.Sementara untuk kompetensi persepsi, siswadilatih untuk berpikir secara artistik dalamberbagai bentuk seni. Mereka dapat melakukanstudi perbandingan, menelaah ataupunmengkonfigurasi ulang suatu karya seni.Selanjutnya, dengan kemampuannya masing-masing mereka melakukan refleksi diri yaitumemikirkan kembali tentang konsep yang telahmereka pelajari dan laksanakan untuk membukacakrawala baru dan menemukan ide yang lebihkreatif. Projek bidang seni yang dikembangkanini menyediakan serangkaian latihan untukmembantu siswa memfokuskan diri pada aspektertentu dari suatu bentuk seni. Bentuknya bisa

beraneka ragam seperti komposisi seni visual,penulisan naskah, pertunjukan musik, dramadan sebagainya. Siswa bekerja menyelesaikanproyek, menyimpan naskahnya atau hasilkerjanya, merevisi dan melakukan pengamatandalam sebuah portofolio. Dokumentasimengenai kreativitas siswa berfungsi sebagaikatalis bahan refleksi bagi mereka yang barubelajar seni artistik. Dari kegiatan tersebutproduktivitas, persepsi dan refleksi dari parasiswa dapat terukur dengan baik.

Tantangan Implementasi KecerdasanMajemukMeski tampak konsep Kecerdasan Majemuktelah lengkap namun beberapa hal perludiperhatikan lebih mendalam. Hal tersebutsangat diperlukan agar dapat menjadikankonsep ini dapat diimplementasi dan mencapaihasil yang maksimal di sekolah. Beberapamasukan dari para kritikus perlu diakomodasiagar dapat melengkapi konsep ini. Masalah yangcukup krusial adalah yang berkaitan dengankonsep kecerdasan itu sendiri (Klein, 1997). Adabeberapa kritikus yang menyebut bahwa istilahkecerdasan yang dipakai oleh Gardnersebenarnya merupakan sebutan untuk bakatatau talenta. Hal ini ditanggapi oleh Gardnerbahwa sebenarnya dengan istilah kecerdasanitu ia memikirkannya sebagai potensibiopsikologi. Artinya bahwa semua anggota darisuatu jenis makhluk mempunyai potensi untukmenggunakan sekumpulan bakat kecerdasanyang dimiliki oleh makhluk itu. Kalau menyebutmengenai kecerdasan linguistik atau kecerdasanantarpribadi misalnya, itu sebenarnya maudikatakan bahwa individu tersebut telahmengembangkan potensi dirinya untukmenghadapi situasi spesifik dari lingkungannyaseperti tanda lingustik yang dia dengar atauhasilkan dari interaksi dengan orang lain.Individu yang dianggap memiliki kecerdasandalam level yang tinggi hanya membutuhkanwaktu yang relatif singkat untuk mempelajarisesuatu.

Kecerdasan yang bersifat majemuk sampaipada tingkat tertentu tidak saling tergantung.Seperti misalnya berdasarkan riset, seorangdewasa yang mengalami kerusakan otakmenunjukkan bahwa bakat tertentu dapat hilang

Page 86: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

sedang yang lainnya masih tetap ada.Independensi dari kecerdasan ini mengung-kapkan bahwa kecerdasan lain dapat hilangnamun bentuk kecerdasan yang lain tetap masihada. Dalam hampir setiap peran budaya darimasa ke masa betapa pun diperlukan kombinasikecerdasan. Hampir setiap peran budayamemerlukan beberapa kecerdasan yang salingterkait, maka penting untuk menganggapindividu sebagai kumpulan bakat, bukansebagai makhluk yang memiliki bakatmenyelesaikan masalah tunggal yang hanyadapat diukur langsung dengan tes di atas kertas.

Aspek lain yang perlu mendapat perhatianpengembangan konsep Kecerdasan Majemukadalah bagaimana penerapan konsep ini secarapraktis di dalam dunia pendidikan. Hal tersebutdapat berkaitan dengan kurikulum, metodeaplikasinya dan juga berkaitan dengan bagaima-na cara penilaian yang akurat dan layak untukmengukur Kecerdasan Majemuk tersebut.

Tantangan yang cukup besar dalampengembangan Kecerdasan Majemuk padasekolah-sekolah formal adalah terletak padapola pelaksanaan kurikulum. Ada kesan bahwaganti menteri berarti ganti kurikulum. Selain itu,sifat kurikulum yang top-down dapat menjaditantangan tersendiri untuk pelaksanaan pembel-ajaran berbasiskan Kecerdasan Majemuk. Olehkarena itu, di satu sisi orientasi pendidikansecara umum perlu dikaji secara lebih mendalamlagi dengan mempertimbangkan aspek kecerdas-an secara baru dan lebih meluas tanpa mengabai-kan inti dasar dari pendidikan itu sendiri.Tujuan pendidikan benar-benar dibuat dengansangat terencana dan matang untuk jangkapanjang dan menjawab kebutuhan tantanganjaman. Di sisi lain institusi pendidikan jugaperlu membangun keberanian untuk mengambilsikap terbuka, kreatif dan inovatif dalammengembangkan aneka kecerdasan siswanya ditengah-tengah menjalani muatan kurikulumyang sudah padat.

Kondisi ini menuntut perlunya dikem-bangkan metode tertentu untuk dapat mendu-kung penerapan konsep Kecerdasan Majemuktersebut. Hal ini dapat disesuaikan dengansituasi dan kondisi yang ada. Di sini peranpendidik menjadi sangat penting. Aplikasi

konsep Kecerdasan Majemuk membutuhkankualitas pendidik yang kompeten dan penuhdedikasi untuk kemajuan pendidikan. Merekatidak lagi hanya mengandalkan ilmu yangdimiliki melainkan sekaligus menjadi motivatordan inspirator bagi anak didiknya di tengahpelaksanaan dan ketatnya tuntutan kurikulum.Dalam hal ini diperlukan proses adaptasi yangbaik. Para pendidik perlu senantiasa ikutmengembangkan diri secara berkesinambungandan terbuka terhadap dinamika yang terjadi didalam proses pendidikan tersebut. Mereka jugaperlu secara cermat mengamati dan memberikanpenilaian obyektif bukan pertama-tama padahasil akhir melainkan pada proses yang terjadiselama pembelajaran.

Selama ini kita telah mengenal sistempenilaian yang lebih banyak berbasis padaangka dan bahasa. Bahkan tes untuk pencapaianprestasi biasanya menggunakan bahasa baiklisan maupun tertulis. Seiring denganperkembangan jaman makin disadari bahwadaya imajinatif, kreativitas dan inovasimerupakan sesuatu yang sangat penting. Karenaitu perlu instrumen yang akan menilaikreativitas tersebut. Dalam projek Spektrum,Gardner menekankan penilaian yang jujur danadil terhadap kecerdasan yang dimiliki oleh parapeserta didik. Penilaian atas kecerdasan ituharus sedemikian rupa sehingga suatu jeniskecerdasan dapat dinilai dan dipertimbangkanlangsung tanpa melewati medium kecerdasanlainnya. Ia menyarankan agar pendidik memberisecara kreatif objek konkret untuk dapatdimanipulasi bagi semua ranah kecerdasan(Gardner, 2013:253).

Aspek penting dalam penilaian KecerdasanMajemuk adalah berkaitan dengan penyertaankemampuan individual untuk menyelesaikanmasalah atau menciptakan suatu produk denganmenggunakan material dari mediakecerdasannya. Juga terdapat suatu pilihanterhadap kecerdasan mana yang lebih disukai.Salah satu teknik untuk menilai kecenderunganini adalah dengan menghadapkan individupada situasi yang cukup kompleks agar dapatmerangsang munculnya beberapa kecerdasan.Atau dengan menyediakan seperangkat materialyang berasal dari kecerdasan berbeda dan

Page 87: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

menetapkan kecenderungan individu danseberapa dalam ia memanfaatkannya.Keuntungan dari penilaian ini dibandingkandengan cara konvensional adalah bahwapenilaian ini tidak terpaku pada penilaian diatas kertas melainkan dari hasil kreativitas dalammemecahkan masalah. Selain itu, penilaian inidapat menjadi tolok ukur bagi profilkecenderungan kecerdasan individual.

Semua manusia normal sebenarnya memi-liki potensi Kecerdasan Majemuk, namun karenapengaruh genetik dan lingkungan, individutersebut menjadi jauh dari profil kecerdasanmereka sendiri. Kenyataan menunjukkan bahwaaspek budaya menjadi bagian penting dari halini. Oleh karena adanya perbedaan dalamketerampilan dan kecenderungan yang makinlama tampak makin jelas, maka pendekatandalam dunia pendidikan memang harus turutmengalami perubahan. Perhatian yang berpusatpada individu memiliki arti yang penting bagiindividu itu sendiri. Hal ini didasarkan bahwasecara faktual setiap individu memiliki pikiranyang cukup berbeda dari individu yang lainnya.Selain itu, bahwa sebenarnya individu tidakdapat menampung semua pengetahuan yangdicurahkan kepada-nya selain yang benar-benardiminatinya. Konsep mengenai KecerdasanMajemuk ini tidak bermaksud mendiktekan arahbelajar atau karier seseorang tetapi dapatmemberikan saran untuk memilih pengetahuandan bidang mana yang ingin dipelajari dandikembangkan.

Untuk mewujudkan impian ini memangbukan sesuatu yang mudah. Peran sekolah,murid, orangtua dan juga masyarakat danpemerintah menjadi sentral serta saling terkait.Mereka harus benar-benar memperhatikanbeberapa aspek penting seperti kurikulum,metodologi yang dipakai, serta penilaian yangtepat untuk diterapkan berkaitan denganpengembangan konsep Kecerdasan Majemuktersebut. Akan tetapi hal ini juga bukan sesuatuyang mustahil untuk diwujudkan jika adakemauan yang kuat. Tantangan dan kebutuhanpada masa depan dan jangka panjang akanmembuat konsep ini menjadi menarik dan perludaripada hanyut dalam kejayaan masa lampauyang sudah usang dimakan jaman.

Simpulan

KesimpulanKemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yangsemakin deras melanda segala sendi kehidupanmodern pada saat ini sepatutnya menjadi halyang dapat disambut dengan positif. Sebagaibangsa yang besar, bangsa Indonesia harusmampu memanfaatkan kesempatan ini denganberpartisapasi aktif di dalamnya. Hal ini hanyamungkin terjadi jika ada kesiapan mental untukmenghadapi situasi tersebut. Karena sifatnyayang tidak dapat ditolak maka satu-satunyajalan yang dapat ditempuh adalah dengan lebihmempersiapkan generasi penerus dengan bekalmodal pendidikan dan pengetahuan yangmemadai sehingga dapat beradaptasi danmenjadi manusia unggul.

Dunia pendidikan sebagai tempat yangdianggap dapat memberikan kontribusi yangpositif pada pengembangan diri seorangindividu selayaknya dapat memberikan hasilyang optimal. Salah satunya adalah denganpenyelenggaraan pendidikan yang berkualitasdan terpadu. Dengan demikian, duniapendidikan dapat menjadi wadah yang tepatuntuk mempersiapkan generasi yang handal.

Konsep Kecerdasan Majemuk yang sejaktahun 1983 dikembangkan oleh HowardGardner dan peneliti lainnya di seluruh belahandunia (misalnya Xie & Lin, 2009, Widiastuti,2012, dan lain-lain), dapat menjadi pencerahanbagi perkembangan dunia pendidik-an jauh kedepan. Konsep ini memberikan acuan padapengembangan diri yang bersifat indivi-dual.Artinya bahwa individu diberi kesempatanuntuk mencapai kemampuan dirinya yang unikberdasarkan potensi dominan yang dimilikinya.Jadi pencapaian individu tidak ditinjau dari satuukuran saja melainkan dengan variasi penilaianyang terukur.

Beberapa aspek seperti kurikulum, metodedan penilaian perlu mendapat perhatian dalampengembangan konsep Kecerdasan Majemuk ini.Aspek-aspek tersebut membutuhkan penyesuai-an dan dibuat model-model yang sesuai untukmendukung pelaksanaan konsep tersebut. Halini memang tidak segampang membalikkan

Page 88: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk

telapak tangan namun dengan tekad dansemangat yang kuat demi kemajuan pendidikantidak mustahil hal tersebut dapat diwujudkan.

SaranUsaha untuk menerapkan hal ini patut diakuibukan merupakan sesuatu yang mudah untukdilaksanakan. Banyak hal yang harusmendapatkan perhatian dengan serius. Bahkanbisa terjadi perubahan yang sangat besar. Karenaitu kerja sama dan dukungan antara sekolah,siswa, orang tua serta masyarakat danpemerintah perlu semakin ditingkatkan.Pemerintah perlu menyusun rencana jangkapanjang dan berkesinambungan sertamempunyai orientasi yang jelas atas pendidikannasional. Di sisi lain peran sekolah dalammenyediakan prasarana pendidikan dan parapendidik yang kompeten dan berkualitasmenjadi titik kunci keberhasilan pengembanganini. Dengan melihat perkembangan yang ada dantantangan jauh ke depan, konsep ini menjadisangat relevan. Bentuk pendidikan yangmempertimbangkan konsep KecerdasanMajemuk perlu diwujudkan dalam rangkamembawa generasi penerus pada gerakjamannya yang makin berkembang pesat.

Daftar Pustaka

Armstrong, Thomas. (2002). Seven kinds of smart:Menemukan dan meningkatkan kecerdasananda berdasarkan teori multiple intelligence.Jakarta: Gramedia

Gardner, Howard. (2003) Kecerdasan majemuk:teori dalam praktek. Batam: Interaksara.

Gardner, Howard & Hatch, Thomas. (1989).Multiple intelligence go to school,educational implication of the theory ofmultiple intelligences. Educationalresearcher. 18 (8) : 4-10 diakses 10 Juli 2015dari http://www.sfu.ca/~jcnesbit/E D U C 2 2 0 / T h i n k P a p e r /Gardner1989.pdf

Goleman, Daniel. (2005)Kecerdasan emosi untukmencapai puncak prestasi . Jakarta:Gramedia

Jasmine, Julia. (2007) Panduan praktis mengajarberbasis multiple intelligence. Bandung :Nuansa

Klein, Perry D. (1997). Multiplying the problemsof intelligence by eight: a critique ofgardner’s theory. Canadian Journal OfEducation 22 (4) : 377-394 diakses 10 Juli2015 dari http://ocw.metu.edu.tr/pluginfile.php/9273/mod_resource/content/1/1585790.pdf

Sadulloh, Uyoh. (2011) Pengantar filsafatpendidikan. Bandung: Alfabeta

Santrork, John W. (2011) Psikologi pendidikan.Jakarta: Salemba Humanika

Soedarsono, Soemarno. (2002). Character building:Membentuk watak, mengubah pemikiran danperilaku untuk membentuk pribadi efektifguna mencapai sukses sejati. Jakarta: ElexMedia Komputindo

Widiastuti, Siwi. (2012). Pembelajaran proyekberbasis budaya lokal untukmenstimulasi kecerdasan majemuk anakusia dini. Jurnal Pendidikan Anak. 1 (1), 59-71 diakses 12 Juli 2015 darihttp://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/2907

Yalmanci, Sibel & Gozum, Ali Ibramin Can.(2013). The effect of multiple intelligencetheory based teaching on student’achievement and retention of knoeledge.International Journal On The Trends InEducation And Their Implications. 4 (3): 27-36 diakses 12 Juli 2015 dari http://www.ijonte.org/FileUpload/ks63207/File/04.yalmanci.pdf

Xie, Jingchen & Lin, Ruilin (2009) Research onMultiple Intelligences TeachingandAssessment.Asian Journal ofManagement and Humanity Sciences. 4 (2-3), 106-124 diakses 12 Juli 2015 dari http://210.60.31.132/ajmhs/vol_4_2and3/3.pdf

Page 89: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Paulus Eko KristiantoEmail: [email protected]

Kerohanian dan Karakter BPK PENABUR Jakarta

Opini

KAbstrak

emajemukan merupakan sebuah keniscayaan yang kalau tidak diolah dengan baik dapatmembuat konflik karena tidak adanya keterbukaan dalam memahami identitas diri dankeberadaan Sang Lain. Masalahnya ialah bagaimana mewujudkan keterbukaan demikian.

Pendidikan Kristiani merupakan suatu percakapan untuk kehidupan dan suatu pencarianmenggunakan sumber iman dan tradisi budaya untuk bergerak ke arah masa depan yang terbukaterhadap keadilan dan pengharapan. Tulisan ini mencoba membahas serta mengembangkanpendidikan Kristiani melalui kajian bingkai pendidikan Kristiani dengan pendekatan hospitalitas.Hospitalitas diharapkan mampu melahirkan budaya terbuka dalam berjumpa dengan Sang Laindalam kehidupan sehari-hari, khususnya gerakan oikumene dan percakapan antariman. Pemikirantersebut dilandasi oleh pemikiran teologi agama komprehensif terlebih dahulu melalui Paul F.Knitter dalam konteks pluralistik di Indonesia dengan pertimbangan yang akuntabel. Dengandemikian, pendidikan Kristiani dapat menjadi sarana mempromosikan perenungan identitas diridan Sang Lain bagi keterbukaan menghapus konflik.

Kata-kata kunci: pendidikan Kristiani, teologi agama, identitas diri, Sang Lain, dialog

Christian Education in Self-Identity Reflection

AbstractPluralism is a phenomenon that could create a social conflict if it is not managed properly and due to absenceof the transparancy to understand self identity and The Other. The problem is how present the transparancy.Christian education is the conversation for life and the search using the resources of faith and culturaltraditions to move to the future open for justice and hope. This article discusses and develops Christianeducation through a study under the frame of hospitality approach. Hospitality is expected to be able to createopen culture to face The Other in the daily life, particularly ecumenical movement and inter-faith dialog. Thisidea is based on the idea of comprehensive theology of religions in advance by Paul F. Knitter in a pluralisticcontext in Indonesia with accountable consideration. Thus , Christian education can function as a means topromote self-identity reflection and The Other for the transparency to remove the conflict.

Keywords: Christian education, theology of religions , identity, the other, dialogue

Page 90: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Pendahuluan

Mengapa manusia begitu tega membantaisesamanya demi ideologi dan ajaran tertentu?Di manakah rasa kemanusiaannya? Apasebetulnya yang dilihat para algojo dalam diripara korbannya? Ancaman? Musuh? Sesuatuyang harus disingkirkan dan dibasmi?Tidakkah, mereka sadar bahwa orang-orangyang mereka bantai merupakan manusia yangjuga sama seperti mereka? Pertanyaan reflektifdemikian memang tidak mudah dijawab. Sebabdalam kenyataannya, para korban konflikcenderung dilihat sebagai pihak yang lain (other)dari para pelakunya, sebagai yang bukanmanusia, atau lebih rendah dari pada manusia,misalnya sebagai kecoa dalam genosida Rwandadan babi dalam peristiwa Holocaust. EmmanuelLevinas mencoba mendekati refleksi tersebutdengan kacamata fenomenologi denganmenempatkan dirinya sebagai orang pertama(Aku atau the I) yang berhadapan dengan segalafenomena dan pengada yang ada disekelilingnya yang bersifat lain (the other). Secarasadar, Levinas menyatakan bahwa berbagaifenomena di luar dirinya tidak bisa diperlakukansecara sama. Perlakuan ditentu-kan oleh carapandang kita terhadap mereka dan apa yang kitaperlukan. Perbedaan cara pandang menggerak-kan kita melihat wajah (the face atau le visage).Bagi Levinas, wajah tidak berbicara banalitaspersoalan harian (fisik) melainkan keseluruhankeberadaan orang lain dalam menampakkan(identitas) diri yang jelas berbeda dan unik.Sayangnya, pertemuan wajah ini tidak selalumembuahkan kondisi damai, salah satunyadalam konteks keberagaman agama (iman).

Keberagaman agama merupakan salahsatu konteks Indonesia yang tidak bisa terelak-kan. Kenyataan ini tak jarang menimbulkanberbagai konflik antaragama. Konflik yangmenguras energi seluruh pemeluk agama diIndonesia. Pada tahun 1996, ada banyakperusakan dan pembakaran gedung gereja diIndonesia, baik dalam skala kecil hingga besaryang dimulai dari Situbondo Jawa Timur hinggamerembet ke Jawa Barat dan tempat lain diIndonesia. Bom juga menyelimuti fenomena

tersebut khususnya saat natal pada tahun 2000.Kerusuhan demi kerusuhan juga terus terjadiyang berujung pada konflik. Konflik PosoSulawesi Tengah terjadi sepanjang tahun 1998-2000 dengan tiga jangka waktu yaitu kerusuhanpertama sepanjang 25-29 Desember 1998,kerusuhan ke dua sepanjang 17-21 April 2000,dan kerusuhan ke tiga sepanjang 16 Mei-15 Juni2000. Konflik tersebut kemudian disusul olehKonflik Ambon dan Maluku terjadi mulai awaltahun 1999 dan percikan-percikannya masihterasa hingga saat ini. Pada awal tahun 2011,konflik internal dalam agama Islam juga ber-munculan. Pelarangan Ahmadiyah dankekerasan fisik terhadap beberapa pengikutAhmadiyah di Cikeusik Jawa Barat. Kemudian,perusakan terhadap tiga gedung gereja diTemanggung tanggal 8 Februari 2011 juga ikutmewarnai hiruk pikuk hubungan antar agama.

Mengapa bisa terjadi demikian? Berpijakpada kasus di atas, penulis merumuskanmasalah yakni bagaimana model pendidikanKristiani yang relevan bagi perenungan identitasdiri dan sang lain? Melalui penelitian denganpenulisan pola deskripsi analitis mengenaipengajian model demikian, langkah inidiharapkan bisa memberikan sumbangsih bagiperwujudan keterbukaan, khususnya bagimenghindari konflik, bagi perenungan identitasdiri dan sang lain. Sebagai langkah awal, penulismencoba mendasari pemikiran pada ScottAppleby yang mengatakan bahwa agama dapatmenjadi sumber konflik dan sumber perdamaian(Appleby, 2000: 45). Gagasan tersebut dilandasidengan adanya kajian empiris terhadap beragamkonflik antaragama di dunia. Appleby melihatbahwa salah satu penyebab dari adanya konfliktersebut melalui pemimpin agama dan tipependidikan agama yang memberikan masukannegatif dalam konflik antaragama apabilanuansa yang disajikan terkesan eksklusif.Gagasan ini tidak cukup dan ada satukomponen lain yang mendukung munculnyakonflik antaragama yaitu model teologi agamayang kurang tepat. Kita perlu memilih modelteologi agama yang dapat meminimalisasiterjadinya konflik serta membangunkeseimbangan antara komitmen danketerbukaan.

Page 91: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Kalau sudah demikian, bagaimana kitameresponnya? Respon tersebut dapat dilakukanmelalui bingkai pendidikan Kristiani.Pendidikan Kristiani kerap dihayati sebagaipusat pengajaran (pendidikan) moral, agama,dan nilai. Masalahnya apakah hal yangdiajarkan tadi bersifat tertutup (eksklusif) atausudah terbuka (inklusif, bahkan pluralis)? Dalamkonteks demikian, pendidikan Kristianitradisional sering dilakukan di gereja dansekolah melalui pola pendekatan instruksionalsecara kaku dan terarah. Artinya, pemimpincenderung menyajikannya dalam bentukkhotbah, renungan, atau ceramah denganbingkai Alkitab menuju relevansi. Maka, perikopitu dijelaskan dengan menunjukkan apa artinyapada zaman penulisannya lalu diikuti denganapa relevansinya bagi masa kini. Kalaudemikian, jelas saja bila muatan yang disajikancenderung eksklusif, tetapi tidak menutupkemungkinan inklusif dan pluralis walaukadarnya sangat minim. Masalahnya, apakahhal ini dibiarkan begitu saja? Tidak. Jack Seymourmenghayati pendidikan Kristiani sebagai suatupercakapan untuk kehidupan, suatu pencarianuntuk menggunakan sumber-sumber iman dantradisi budaya, untuk bergerak ke arah masadepan yang terbuka terhadap keadilan danpengharapan (Seymour 1997: 18). Dengandemikian, tidak ada alasan lagi pendidikanKristiani memuat konten eksklusif. Sejalandengan itu, dapat dikembangkan melalui bingkaipendidikan Kristiani dengan pendekatanhospitalitas. Hospitalitas diharapkan mampumelahirkan budaya terbuka dalam berjumpadengan sang Lain dalam kehidupan harian,khususnya gerakan oikumene dan percakapanantar iman. Walaupun, keterbatasan polahospitalitas terletak pada pertanyaan siapa hostdan siapa tamu (guest atau the other)? apabiladiletakkan dalam kondisi diskriminasi. Olehkarena itu, Septemmy Lakawa menuangkannyadengan istilah “risk hospitality”.

Pendidikan Moral, PengajaranAgama, dan Klarifikasi Nilai

Salah satu kajian pendidikan Kristiani sebagaibagian dari teologi yakni pendidikan moral,

pengajaran agama, dan klarifikasi nilai. A.Sudiarja mengatakan bahwa persoalan moral,agama, dan nilai merupakan persoalan rumittetapi turut menjadi bagian yang tidakterpisahkan. Walau demikian, Sudiarja mencobamendeskripsikannya dalam arahan bingkaipendidikan moral diselenggarakan di lingkupkeluarga, pengajaran agama dalam jenjangsekolah menengah, dan klarifikasi nilai dalamperguruan tinggi. Pendidikan moral diberikandi keluarga melalui pengalaman, penglihatanlangsung, dan peniruan tingkah laku.Walaupun dalam perkembangannya,Pendidikan moral mulai diperluas praktiknyahingga jenjang Sekolah Dasar dan Menengah.Perbedaan konteks demikian turut memilikitugas pendidikan moral yang berbeda. Keluargamengantarkan pendidikan moral sebagaiindividu, sedangkan sekolah lebih berorientasipada pemenuhan moral peserta didik dalammasyarakat di mana ia dilatih dengan bertemuanak-anak lain berlatar belakang berbeda.Dalam praktiknya, pendidikan moral memilikitantangan tersendiri di mana kesatuan dankeutuhan dalam rumah tangga modern kurangdirasakan karena kegiatan orang tua yang sibukbekerja. Maka, pembentukan moral menjadisedikit kurang kuat dibanding keluargatradisional. Selain itu, hal ini dimungkinkanpeserta didik memperoleh pemahaman eksklusifdan sempit dalam memandang sesuatu darirealitas atau pengada di luar dirinya.

Berbicara tentang pengajaran agama, agamacenderung disajikan dalam bentuk bank (PauloFreire: banking concept of education). Peserta didikdiajak masuk dalam kemapanan dan tidakmembebaskan manusia menjadi pelaku penciptakehidupan baru dan terbuka. Padahal,pengajaran agama seyogyanya dilakukanmelalui proses pembentukan pandangan hidupdengan menyusun dan mengorganisasi datayang diperoleh peserta didik dari berbagaisumber. Dengan kata lain, pengajaran agamamenghasilkan generasi yang bukan saja sebagaipenerus kebiasaan lama melainkan perintispembaruan sosial. Namun, hal ini tidak akanberhasil apabila guru tidak memilikipengetahuan dan berwawasan luas.

Apabila pengajaran agama sudahdilakukan dengan keterbukaan (Freire:

Page 92: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Pendidikan Hadap Masalah), kita tidak perluragu lagi atas manfaat dan kepentinganpengajaran yang diberikan. Walaupun,kelemahan bisa terjadi apabila muatan yangdiberikan bersifat eksklusif. Oleh karena itu,dapat dilihat sebagai korelatif antarapengetahuan tentang agama tetap memilikidampak yang tidak sedikit dalam pembentukanmoral religius peserta didik pendidikanKristiani. Hal ini ditempuh dengan pemberianpendidikan moral agama yang berlandaskanpluralitas dan membangun hubungan denganTuhan secara terbuka. Agama tidak sekedardisosialisasikan dengan langkah pemberianinformatif terkait kesimpulan-kesimpulan yangdianut oleh sesuatu agama, siapa pendiri agama,kapan agama dirintis, apakah ajaran wahyunya,manakah kewajiban-kewajibannya, dans e b a g a i n y a .Melainkan, agamaharus ditransferdengan prosess o s i a l i s a s i ,pergulatan ajarandengan kasustertentu, berbagaitantangan yangharus dihadapisepanjang sejarahhingga dewasa ini, termasuk sekularisme danateisme. Dengan kata lain, pengajaran agamabukan diselenggarakan dalam dimensi dogmatisdan doktriner melainkan historis dan sosialyang membuahkan keterbukaan (pluralis)pemahaman. Kemudian berkenaan denganklarifikasi nilai, pembahasan ini muncul dalamrangka menindaklanjuti berbagai perbedaan-perbedaan pemahaman mengenai nilaisehingga setiap nilai dapat mengemukakannilai-nilai secara rasional tanpa disertai emosi.Perbedaan pemahaman dimungkinkan terjadisebagai akibat dari keberagaman peserta didikdalam latar belakang keluarga dan polaasuhnya. Dalam praktiknya, klarifikasi nilaitidak bisa saling terlepas dari rasio dan emosi(afeksi). Sebab, klarifikasi nilai yang sangatmementingkan segi kognitif memang memberikesan lebih akademis dalam memecahkanpersoalan, tetapi pemecahan akademis yangtidak menyentuh kehidupan sosial konkrit di

mana manusia saling bergaul seutuhnya denganperasaan dan pengetahuannya menjadi nampakkurang ada artinya. Maka, klarifikasi nilai yanghanya sekedar konsep bisa menjadi jauh dengankebijakan praktis atau strategi pendidikan danlebih merupakan konsep yang kering tanpamenyangkut sifat dan hakikat PendidikanKristiani.

Setelah kita melihat ketiga komponen diatas, persoalan cara penanaman moral, agama,dan nilai-nilai yang dilakukan secara bertahapdari pendidikan dalam keluarga, pengajaran disekolah, dan wacana nilai di perguruan tinggiuntuk memperoleh klarifikasi harus dijalankansesuai perannya masing-masing secara sinergistanpa sifat eksklusif. Namun, ide dasar ini tidakselamanya bisa berjalan mulus. Sebab, selamaini banyak konflik terjadi karena ada banyak

kesalahpahamanantarumat ber-agama. Agamayang satu merasadiri sebagai agamasuperior sedang-kan agama yanglain dianggap tidakberhak untukdiperhitungkan.Ada agama yang

merasa dirinya sebagai agama yang palingbenar, penuh dengan kebenaran, sedangkanagama yang lain jauh dari itu semua. Dengandemikian, agama yang merasa superior merasabahwa kebenaran hanya milik agamanya saja,sedangkan di luar agamanya semuanya salahdan perlu ditobatkan.

Di antara agama-agama yang ada sekarang,masih ada perasaan saling curiga satu denganyang lain, ingin untuk saling menguasai antarasatu dengan yang lain. Akibatnya, banyakbenturan-benturan yang terjadi antar agamayang berakhir dengan konflik dan kekerasan.Tindakan yang dianggap paling dapatmenolong untuk mengurangi bahkanmenghilangkan konflik antar agama adalahdengan membangun dialog antar umatberagama. Namun, harus diakui bahwa itubukanlah suatu hal yang mudah. Karena,terkadang dalam dialog yang terjadi adalahmasing-masing agama mencari kebenarannya

Di antara agama-agama yangada sekarang, masih ada perasaan

saling curiga satu dengan yang lain,ingin untuk saling menguasaiantara satu dengan yang lain.

Page 93: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

sendiri. Dialog bukan dijadikan sebagai saranauntuk memperbaiki hubunga, tetapi sebaliknyamembuat masing-masing agama saling melihatkekurangan yang ada dalam agama yang lain.

Dialog bukan sekedar usaha untukmenyelesaikan konflik yang ada, melainkanusaha untuk membangun suatu masyarakatyang saling bergaul, suatu masyarakat penuhkasih dan bernalar melintasi berbagai kalanganras, etnis dan agama; umat belajar memahamiperbedaan-perbedaan yang ada bukan sebagaiancaman, melainkan sebagi sesuatu yang wajardan normal. Dengan demikian, dialog adalahsuatu usaha untuk membantu umat dalammemahami dan menerima yang lain dalamkeberlainan mereka. Dialog diharapkanmembuat orang-orang merasa nyaman beradadi rumah dengan kemajemukan, membangunrasa saling menghargai dalam keanekaragaman,dan mengusahakan agar berbagai hubungan itudapat mempersatukan mereka saat seluruh umatterancam oleh kekuatan-kekuatan yangmemisahkan dan anarkis (Ariarajah, 2008: 14).Dialog yang hakiki bukan semata-mata suatupekerjaan akademis, melainkan meliputiseluruh manusia, termasuk spiritualitas ataukehidupan rohaninya. Dialog membawa kepadasuatu perjumpaan di mana pihak yang lain tidakdapat dipandang sebagai objek penelitian saja,tetapi sebagai subjek yang berbicara dan hidupdari pusat imannya sendiri. Melalui dialog,terdapat kesadaran bahwa tidak layak berbicaramengenai mereka, tetapi harus berbicara denganmereka. Dialog antar umat yang berbeda agamaini, harus juga disadari sebagi sebuh bentukpertolongan untuk membangun dialog dalamagama itu sendiri, dalam hal ini dialog yangdibangun antar agama Kristen yang memilikibanyak aliran atau denominasi (Schumann,2008: 352-352). Masalahnya dialog belum tentuberjalan mulus karena adanya banyak keraguanantar personal atau kelompok.

S. Wesley Ariarajah memetakan lima halyang dapat dijadikan sebagai alasan mengapaorang Kristen segan atau memiliki keraguanberbakti atau berdoa bersama tradisi iman yanglain (Ariarajah, 2008: 29-33). Kelima alasankeraguan itu berkenaan dengan alasan teologis,

alkitabiah, liturgis, kultural dan psikologis.Berikut deskripsi singkatnya;1. Alasan Teologis. Orang Kristen Protestan

segan berbakti dengan orang yangberagama lain disebabkan karena adanyapenilaian negatif terhadap berbagai tradisiagama lain sebagai usaha manusiamenemukan Allah. Tradisi lainnya tidakdidasarkan atas penyataan diri Allah, dankarena itu dianggap sebagai ungkapan dosamanusia dan berpusat pada diri sendiri.menurut kalangan Kristen tertentu,kehidupan peribadatan agama-agama initidak valid, tidak tertuju pada Allah yangsejati, takhayul; dan doa-doa mereka tidaksesuai dengan kita sebagai orang KristenProtestan karena tidak disampaikanmelalui Yesus Kristus. Penilaian negatifterhadap iman-iman yang lain semacam inimengakibatkan banyak masalah dalampemahaman kita tentang Allah, hakikatAllah dan anugerah Allah, dan bagi imankita terhadap Roh Kudus sebagai pemberikehidupan. Ketika orang Kristenmemberikan penilaian negatif terhadapiman lain, sebenarnya kita telahmengungkapkan keraguan kita secaralangsung terhadap salah satu pendapatAlkitab yang mengungkapkan secara jelastentang persekutuan universal antara Allahdan seluruh ciptaan. Ada beberapa orangKristen, yang walaupun setuju denganmonoteisme, hidup dengan politeismefungsional karena menganggap bahwaHindu dan Islam berbakti kepada ilah-ilahlain. Walaupun doa-doa dari Hindu danIslam tulus, tetapi diperlukan satupemahaman tentang Allah yang benar agardoa itu bisa efektif, yang tentu saja tidakdapat mereka temukan dalam tradisi-tradisiagama yang lain. Yang lebih ekstrem lagi,mereka mengatakan bahwa semua doa yangtidak disampaikan melalui Kristus adalahsalah arah dan berasal iblis. Berdoa bersamayang lain merupakan kompromi teologisyang merusak semua rasional iman Kristen,

Page 94: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

pemberitaannya, dan misinya. Dalamhubungannya dengan agama Buddha, yangsulit menemukan sebuah doktrin tentangAllah, maka berdoa bersama dianggapsebagai bentuk pengingkaran iman.

2. Alasan Alkitabiah. Alasan Alkitabiahadalah alasan yang paling menonjol,dengan didasarkan pada perintah yangterdapat dalam Kitab Keluaran 20:4,dst“jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”ditulis sebagai perintah pertama, denganperingatan “jangan sujud menyembah atauberibadah kepadanya, …” dalam hubungan-nya dengan agama Hindu dan Buddha,perintah ini diperkuat dengan ayat lainyang melarang penyembahan berhaladisertai perintah untuk menghancurkan-nya, seperti yang tertulis dalam KitabBilangan 33:52. Ada orang Kristen yangbekerja keras (karena alasan teologis) untukmendalami arti dan signifikansi berbagaipatung dalam agama Hindu dan Budha.Namun, mereka lupa dan tidak menaruhperhatian pada pemakaian berbagai patungyang ada dalam tradisi Katolik Roma danikon dalam gereja-gereja Ortodoks yangmenggambar-kan jendela kepada Allah.Bagi mereka, kehadiran patung berartiberpaling dari Tuhan Allah ke anak lembuemas. Pemahaman ini diperkuat olehpernyataan Paulus yang terdapat dalam 2Korintus 6:14-15. Alasan Alkitabiah ini jugamenyangkut beberapa konsep yang lebihmendalam seperti perjanjian, pemilihan,umat Allah, penyataan, mediator tunggal,tidak ada nama lain. Mandat untukmenjalankan misidilihat sebagai petunjukutama dari kesenjangan antara umat Kristendan umat-umat lainnya dalam masalahsemacam ini. Ada berbagai konsepAlkitabiah yang dapat dipakai untukmenolak beribadah bersama umat daritradisi iman yang lain.

3. Alasan Liturgis. Alasan liturgis mungkinmenjadi alasan yang paling dapat langsungdialami oleh seseorang yang maumengambil bagian dalam peribadahanlintas agama. Kata liturgisdi sini dipakaidengan pengertian khusus yang menunjukpada sistem, simbol, ritus, ritual, berbagai

gerakan dan struktur, model dan bentukperibadatan yang telah dikembangkan olehsetiap komunitas agama dalam usahamenerjemahkan imannya ke dalamkehidupan ibadah yang tetap terpelihara,khususnya antar umat. Bentuk ibadahdalam berbagai agama memang sangatberbeda dan tidak mudah untuk dipahamiatau diikuti oleh orang luar. Bahkan, konsepibadah itu sendiri dan berbagai elemen atauunsur-unsur yang terdapat di dalamnyajuga sangat berbeda antara agama yang satudengan agama yang lain.

4. Alasan Kultural. Alasan kultural ini sangatmirip dengan alasan liturgis. Dimensikultural satu agama berfungsi sebagaikultur di dalam kultur.

5. Alasan Psikologis. Bagi kebanyakan umatKristen di dunia ketiga, ada juga halanganpsikologis ketika hendak beribadah bersamaumat agama lain. Pertama, bahwa kebanya-kan tradisi agama ini sudah ditinggalkanoleh mereka atau nenek moyang merekauntuk menerima iman yang benar yangdiberitakan oleh para misionaris Kristen.Seandainya mereka percaya bahwa Allahmendengar doa umat Hindu, merekamungkin tidak akan menjadi Kristen.Kedua , salah satu ketakutan yangdipaksakan kepada umat Kristen, khusus-nya dalam konteks bahwa iman lain lebihmenonjol adalah ketakutan berkompromi,sinkretisme, dan penipisan iman Kristen.Ketiga, masalah identitas. Walaupun umatHindu, Islam, dan Kristen berpenampilansama dan hidup dengan gaya yang samasetiap hari dalam masyarakat, tempatibadah dan kehidupan ibadah merekamemberikan mereka identitas khusussebagai individu dan komunitas. Adasesuatu yang begitu khusus tentang caramenjalankan ibadah dari tiap agama dimana mereka menganggap ibadah sebagaisumber utama pembentukan identitas,sesuatu yang selalu ingin mereka miliki danpertahankan.

Beracuan dari diskursus tersebut, adaurgensi meretas pemilihan model teologi agamayang tepat dalam konteks pluralistik diIndonesia dengan pertimbangan yang akun-

Page 95: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

tabel. Namun, bukan berarti pilihan model inidapat dipegang secara absolut sebagaimananasihat Knitter. Kita harus tetap melakukanreinterpretasi atas model pilihan kita jika kitamerasa bahwa model ini tidak lagi relevan dalammenjawab konteks yang ada. Langkah tersebuttidak mudah. Kita seperti diperhadapkan sepertisituasi mencari jarum dalam tumpukan jerami.Bahkan, Paul F. Knitter yang sudah mengajukanberbagai model teologi agama-agama gunamenyikapi realita kemajemukan agama melaluimodel penggantian (hanya satu agama yangbenar), pemenuhan (yang satu menyempur-nakan yang banyak), mutualitas (banyak agamaterpanggil untuk berdialog), dan penerimaan(banyak agama yang benar) juga mengalamikesulitan dalammenentukan modelyang tepat. Knittermelihat bahwasetiap model salingmengisi kekosong-an yang ada, salingberdialog, salingmenantang danm e n a m b a h k a nsehingga suasanadiskursus panasantara model yangsatu dengan model yang lain dapat terjadi.Namun, kenyataan tersebut tidak bisa dijadikanalasan untuk tidak memilih apapun dari modelyang ada. Kita dituntut tetap memilih modeltersebut. Knitter mengatakan bahwa walaupunAnda mau menyebut model itu terbaik bagi sayamaka Anda tidak harus menganggapnyasebagai model absolut sebagaimana model satu-satunya yang Anda gunakan (Knitter, 2008: 286).Nasihat ini tidak berhenti di situ. Knitter jugamengingatkan model pilihan kita sebaiknyadapat memberikan cara terbaik guna menyeim-bangkan melalui dialog dengan dan belajar dariumat Kristiani yang menggunakan cara lainserta kerja sama antar agama harus senantiasadikembangkan pula.

Teologi Agama

Paul F. Knitter sudah menyajikan berbagai modelteologi agama. Kini, giliran kita diminta memilih

model yang tepat beracuan dengan diskursuskonteks pluralistik Indonesia. DanangKristiawan memang menunjukkan pemikirankritis terhadapnya. Ia melihat bahwa tidaksemua pemikiran teologis yang digumulkanKnitter sama dengan apa yang digumulkan diIndonesia. Ia mendasari pemikiran tersebutmelalui dua pertimbangan yaitu: [1] Kenyataanpluralitas agama diyakini sebagai fenomenayang baru di dunia barat sehingga terjadi kejutanpluralitas (plural shock) sedangkan kenyataanpluralitas agama bukan menjadi fenomena yangbaru di Indonesia. Danang melihat kebutuhanteologi agama-agama jelas berbeda. [2] Dalamkonteks Knitter, masalah klaim kebenaranmenjadi persoalan yang sulit dan membutuhkan

interpretasi seriusuntuk menempat-kan di antara klaimkebenaran yanglain. Penulis sepen-dapat dengan per-t i m b a n g a nDanang. Namun,penulis melihatbahwa bukan ber-arti karena berbedapergumulan lantaskita menolaknya

mentah-mentah pemikiran mutakhir dari Knitter.Kita dapat menggunakannya sebagai masukandalam membangun keseimbangan antarakomitmen dan keterbukaan dalam kontekspluralistik Indonesia. Maka, penulis barulahsetuju dengan gagasan Danang bahwa dalamperbedaan yang terjadi justru dapat menjadicermin yang menggugah kesadaran kontekstual.Hal ini menunjuk pemikiran kemapanankontekstual dapat diusik dan mungkin dibaha-rui dengan pemikiran yang berbeda. Siapa tahupemikiran Knitter dapat menyumbang hal-halyang belum terpikirkan di Indonesia.

Model yang tepat guna menyeimbangkanantara komitmen dan keterbukaan dalam kuruntindakan terhadap partikularis danuniversalitas, diversitas dan kesatuan,spiritualitas pribadi dan kegiatan sosial adalahmodel penerimaan . Model yang penuhinspiratif dalam mengingatkan ajaran pentingyang ada dalam kekristenan yaitu kasih di mana

Model yang tepat gunamenyeimbangkan antara komitmen

dan keterbukaan dalam kuruntindakan terhadap partikularis dan

universalitas, diversitas dankesatuan, spiritualitas pribadi dan

kegiatan sosial adalah modelpenerimaan.

Page 96: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

diterapkan bahwa kita tidak bisa benar-benarmengasihi sesama kecuali jika menerima ke-liyan-annya (Knitter, 2008: 285). Menerima ke-liyan-annya berarti juga menerima diversitas.Allah menyukainya. Gagasan tersebut bisadisanggah dengan pernyataan Ia menyukaipersekutuan. Namun, Ia tidak menghancurkandiversitas. Penghargaan pada diversitas harussenantiasa kita pegang. Kita memang bisaberpegang pada pemikiran keunikan YesusKristus memang tidak bisa disangkal tetapiYesus bukanlah final dan satu-satunyapernyataan Allah. Sebab, setiap pernyataanAllah adalah unik. Hal tersebut sebagaimanajuga terdapat dalam mitos Trikaya dari BuddhaMahayana yang mempercayai bahwa BuddhaGautama didewakan dan dikatakan mempu-nyai tubuh kemuliaan (Sambhoga-kaya) yanghadir bagi mereka yang percaya kepadanya. Kitabisa saja melihat Yesus Kristus sebagai sentralsekaligus merupakan pernyataan yang unik dariAllah bagi umat-Nya tetapi hal ini bukan satu-satunya pernyataan Allah dan bukanlah final.

Knitter menunjukkan berbagai model teologiagama yang telah dibahas rupanya telah begitumenekankan pada partikularitas satu agamasehingga validitas agama lainnya hancur(Knitter, 2008: 205). Kondisi tersebut menunjukpada model penggantian dan pemenuhan. Disisi lain, Knitter juga melihat penekanan validitasuniversal dari semua agama sehingga menutupiperbedaan partikularitas juga terasa kurangbaik. Kondisi tersebut menunjuk pada modelmutualitas (Knitter, 2008: 205). Beracuan padadua pertimbangan tersebut, model teologi agamayang relevan dalam konteks pluralistik yaitumodel penerimaan. Hal ini mengingatpertimbangan model ini telah memberikansumbangsih yang baik dalam penyeimbangan.Hal tersebut ditandai dengan tidak menjunjungtinggi superioritas dalam semua agama dantidak juga dengan mencari sesuatu yang samadengan mengatakan semua valid melainkan adasikap penerimaan diversitas yang nyata dalamsemua agama. Sebab, segala hal yang berbedamemang bisa dihubungkan, digabung, dandisatukan dalam hubungan persekutuan tetapibagaimanapun diversitas itu tidak bisa hilang(Knitter, 2008: 207). Deskripsi inilah yangmendorong penulis dengan tangkas dan tepat

memilih model ini sebagai pegangan dan pilihandalam membangun kehidupan kebersamaandengan menyeimbangkan komitmen danketerbukaan.

Selain itu, Yesus sendiri sudah memberikanteladan dalam menyikapi pluralistik sebagailandasan berteologi agama melalui sikap-Nyapada perempuan Samaria (Yoh. 4: 1-42).Bahkan,Yesus menunjuk perumpamaan orang Samariayang baik hati sebagai dasar menjelaskansiapakah sesamaku. Sikap inilah yang kemudianditeladani Petrus dan Paulus dalam menyikapidiversitas. Petrus telah membuka diri dan tolerankepada orang kafir atau bangsa Yahudi yangsebelumnya tidak terbayangkan untukdijangkau (Kis. 10) (Siburian, 2004: 119). Paulusmenjadi alat Tuhan dalam pengambilankeputusan revolusioner tentang orang non-Yahudi (atau menerima orang yang tidakbersunat). Ia juga berperan sebagai pembicarautama dalam menjelaskan konflik ini.Keteladanan dalam Alkitab dapat dipegangsebagai landasan dalam mengembangkanmodel ini di mana ada sikap penerimaanterhadap mereka yang berbeda tanpa menguni-versalkan segala sesuatu. Model penerimaansebagaimana yang sudah dipilih harusdiimplikasikan dalam kehidupan pluralistiksehingga tidak hanya berhenti dalam tatarandiskursus semata melainkan dihidupi dalamberelasi. Hal ini bisa digambarkan dalam tigatahapan yakni: (1) keluar dari tembok, (2) menye-lami semua agama guna mencari nilai dan mak-na terdalam, (3) kembali ke keyakinan semula.

Keluar dari tembok dapat dilakukandengan dasar pemahaman keuniversalan Allahdan anugerah penyingkapan diri dalam segalarealitas yang tidak hanya tercakup dalam satuagama saja. keseluruhan realita dapat dilihatsebagai penciptaan Allah, rekonsiliasi, dankarya Allah dalam berbagai kondisi yangmerambah berbagai proses natural (alam) danseluruh aktifitas manusia (D’Costa, 1990: 38).Pemahaman tersebut dapat dilanjutkan denganberbagai sikap yang mendorong kita melihatpewahyuan Allah dalam agama yang berbedasembari mencari nilai dan makna terdalam. Nilaidan makna yang mendorong pemeluk agamamenjalani hidup ini dengan teguh dalamberbagai tantangan yang kian menghadang.

Page 97: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Tindakan penyelaman tersebut diharapkantidak semakin membuat orang tersebut goyahdalam menjalani identitas religiusnya mula-mula. Mereka diajak kembali lagi ke keyakinansemula. Dengan demikian, mereka dapat menjadisemakin kaya dalam memaknai iman merekayang tidak terkotak pada ajarannya yang dapatmelanggengkan sifat eksklusif tanpa mencobamelihat diversitas dalam agama lain.

Selain itu, sikap penerimaan pada diversitasdapat dikemas pada sikap hospitalitas. Sikapini memang jarang diterapkan. Orang cenderungterlalu memegang kokoh identitas religiusnya.Identitas religius merupakan produk sosialmelalui imajinasi atau memori pengalamankomunal, praktik dan doktrin komunal, danstruktur dan insti-tusi (Sumartana,2002: 12). Hospita-litas tercermin keti-ka orang yang ber-agama lain datangbersama dalampercakapan mejamakan dan dindingeksklusif dapatdihancurkan danpemahaman ritual diperluas dengan menjang-kau banyak orang, dan terlebih sarana publikdapat menampung transformasi mutual (Young,2008: 134). Transformasi mutual diharapkanmengarah pada sikap penerimaan diversitasbukan malah mencari siapa yang paling benardi antara agama-agama yang ada. Transformasimutual melalui hospitalitas dapat menghantarkomunikasi dengan menjembatani jurangketidaktahuan dan kesalahpahaman timbalbalik antara budaya dunia yang berbeda,membiarkan mereka berbicara dan mengung-kapkan pandangan mereka dalam bahasa mere-ka sendiri (Panikkar, 1994: 33). Gagasan ini mun-cul karena adanya pemahaman bahwa perbe-daan muncul akibat setiap agama mempunyaikonteks sendiri-sendiri sehingga kesadaran iniseharusnya ada dalam tiap individu.

Komunikasi dapat terjalin jika ada prosesdialog. Penerimaan dapat terlihat dalam prosesdialog yang dimaknai sebuah usaha mencariruang pijak bersama atau anggapan bahwaagama yang satu dengan yang lainnya bersifat

saling melengkapi artinya melalui dialog denganperspektif evangelisasi sangat mengandaikanbahwa umat Kristen dapat memberi kontribusipositif kepada pihak lain dan budaya merekadalam hal ini selain umat Kristen, tanpa harusmengkristenkan mereka (Wijayatsih, 2010: 448).Namun, hal ini bukan berarti menyuburkanpandangan bahwa semua agama sama lalumuncul sikap universalitas melainkan sikappartikularitas tetap muncul sehinggapenghargaan pada diversitas tetap ada.

Apakah mungkin jemaat yang hidup dalammasyarakat Indonesia yang pluralis mampumembangun wacana dialog serta keterbukaanyang penuh semangat toleransi ketika klaimkebenaran dari suatu kalangan keagamaan

tertentu masih domi-nan dan klaim kebe-naran tersebut kemu-dian digulirkan dalambentuk kekerasanyang memvonis pihaklain yang dipandang-nya salah ataubahkan sesat? Jawa-bannya tidak mung-kin, sebab banyak

orang yang memiliki identitas yang tertutupartinya ia tidak menerima bahkan mencobamelihat kebenaran yang lain yang bisa sajamuncul dalam konteks Indonesia yang pluralisini. Sebab dalam situasi saat ini, identitas yangdibutuhkan adalah keterbukaan. Hal inibermakna bukan berarti kehilangan identitasdalam dirinya melainkan sadar akanketerbatasan diri lalu bergerak dan berkem-banglalu masuk dalam proses yang selalu memperba-harui diri sembari memeriksa diri se-hinggadalam perkembangan inilah seseorang tetappada identitas yang sama (Gema, 1994: 7). TomDriver mengingatkan kebutuhan kesiapandalam terbuka bagi pembaharuan (transformasi)pemahaman setelah berjumpa dengankenyataan lain. Kesiapan akan keterbukaantersebut juga sampai pada pemahaman barutentang kebenaran yang mungkin saja bisabertentangan dengan pemahaman yang adasebelumnya (Gema, 2003: 105).

Sikap penerimaan harus senantiasa adadalam setiap sikap kita dalam membangun

Transformasi mutual diharapkanmengarah pada sikap penerimaandiversitas bukan malah mencari

siapa yang paling benar di antaraagama-agama yang ada.

Page 98: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

kehidupan kebersamaan. Hal itu memang tidakmudah. Keinginan akan keterbukaan senantiasaharus melekat dalam sanubari. Keterbukaanyang tidak menggiring kita pada sikappenghakiman atas agama lain melainkanpenghargaan segala yang berbeda biarlahberbeda karena mereka berangkat dalam konteksyang berbeda dan tidak perlu dipaksakan harussama. Sebab, sebagaimana yang dikatakan olehPanikkar bahwa dialog bukanlah hubunganasimilasi (hubungan yang mencari penyelarasanuniversal) atau hubungan substitusi (hubunganyang bersifat mengganti) atau disebut puladengan nama keliru hubungan konversi(hubungan yang mempertobatkan), melainkanyang benar adalah hubungan salingmenyuburkan dan menghantar pada pendala-man pengalaman iman masing-masing(Riyanto, 2010: 300).

Teologi agama sudah memberikan warnadalam membangun hubungan dengan SangLain. Berikutnya, perlu dilengkai dengan hakikatfilosofis sebagai fondasi penguatnya melaluipertanyaan, “Bagaimana cara kita bertemudengan Sang Lain?”, “Apakah pertemuantersebut hanya berlangsung dengan baik melaluidialog semata tanpa mengetahui hakikatpertemuan dengan Sang Lain tersebut?” Levinasmengingatkan bahwa dialog sebenarnyamerupakan wahana bertemu dengan wajahSang Lain dan sebenarnya yang tak berhinggaitu adalah orang lain (bahasa Perancis: autrui,l’Autre). Dalam hal ini, totalitas yang kita susundengan seksama menjadi langsung pecah dalamperjumpaan dengan orang lain.

Dalam menjelaskan argumentasinya,Levinas menggunakan kata wajah. Dalam halini, Levinas menunjukkan bahwa ketikaberjumpa dengan yang Tak Berhingga karenapenampakan wajah Sang Lain (l’epiphanie duvisage). Penampakan wajah tersebut telahmerobohkan egoisme. Levinas tidak bermaksudmenganggap wajah sebagai suatu hal fisis atauempiris seperti keseluruhan yang terdiri daribibir, hidung, dagu, dan seterusnya melainkanwajah dianggap sebagai totalitas orang lainsebagai Sang Lain, orang lain dengan berbagaikeberlainannya (Bertens, 2014: 280). Dengan katalain, orang lain merupakan feno-mena unik yangtidak dapat diasalkan dari atau kepada sesuatu

yang lain. Dalam hal ini, orang lain tidakmerupakan bagian dari suatu totalitas, ia tidakdapat dimasukkan dalam suatu keselu-ruhanmelainkan tinggal sendiri, selalu memper-tahankan otonomi dan kepadatan yang tidakterselami. Wajah menyapa saya dan saya tidakboleh tinggal acuh saja. Ia mewajibkan saya dansaya harus membuka hati dan pintu rumah sayasembari mempraktikkan keadilan dan kebaikan(Bertens, 2014: 281). Berkenaan dengan haltersebut, Levinas mengungkapkannya berikut.

Berada dalam relasi langsung dengan oranglain berarti tidak menjadikannya sebagaisebuah tema dan memperlakukannyadengan cara yang sama seperti obyek yangkita kenal, ataupun menyampaikanpengetahuan kepadanya. Nyatanya, faktakeberadaan merupakan hal yang palingpribadi di mana eksistensi merupakan salahsatunya hal yang tidak dapat aku komuni-kasikan. Aku dapat bercerita mengenaieksistensi, tetapi aku tidak dapat membagi-kan eksistensiku. Hal sosial itu telahmelampaui ontology (Levinas, 1982:57-58).Ungkapan Levinas tersebut mengingatkan

akan pentingnya saling berhadapan dalampertemuan konkrit dengan orang lain. BagiLevinas, etika tidaklah terkandung dalampemikira abstrak mengenai diri dan orang lainsecara keseluruhan dan hukum relasi yangharus dibangun melainkan dalam peristiwaberhadapan langsung dengan orang lain. Sebabmelalui peristiwa demikian, kita dapatmengalami relasi etis dengan orang lain.Keputusan etis tentunya akan lebih mudahdiambil kalau berada sendiri dan jauh dari orangyang akan mengalami konsekuensi keputusantersebut. Justru dalam keadaan seperti itu, nilaietis keputusan itu menjadi terancam karena kitadapat dengan mudah menutup mata terhadapmereka yang akan menjadi korban konflik. Ketikakita harus berhadapan muka dengan mereka, kitatidak dapat menghindar lagi atau menutup matakita dengan perasaan cemas melainkan belajarmempertanyakan seluruh eksistensi identitaskita dan belajar maju dengan keberadaan oranglain yang ada di hadapan kita atau wajah SangLain. Dalam hal ini, Levinas memberikanimperatifnya dengan ungkapan, “Wajahmenatapku dan memanggilku. Ia menuntut aku.

Page 99: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Apa yang ia minta? Jangan tinggalkan iasendirian” ( Tjaya, 2012: 85). Bercermin padanarasi demikian, pendidikan Kristiani denganpendekatan hospitalitas menjadi urgensi dalammempraktikkan ini.

Bingkai Pendidikan Kristiani MenjalinRelasi antara Identitas Diri dan Sang Lain

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)menugasi Biro Litkom-PGI melakukan penelitiankhusus mengenai potret dan tantangan gerakanoikumene di Indonesia selama tahun 2013dengan menggunakan sampel penelitian sesuaiTabel 1 (PGI, 2015: 32-33). Berdasarkan sampeltersebut, penelitian menunjukkan bahwahubungan dan kerja sama dengan agama ataukepercayaan lain dinyatakan dalam Tabel 2(PGI, 2015: 61).

Berdasarkan penelitian tersebut, kita dapatmelihat bahwa sikap positif mulai muncul dariberbagai gereja dalam membangun hubungandengan agama lain. Hal ini dinyatakan melaluikesadaran gereja untuk ikut memperkuat

hubungan sosial dalam masyarakat yangberaneka ragam. PGI melihat kesadaran inimuncul disebabkan oleh adanya kepentingandemi kebaikan bersama atau/ dan kepentinganmencari aman diri sendiri. Sebab, respon gerejamulai dipertanyakan kala gereja harusberhadapan dengan konteks penolakan,penutupan, dan bahkan perusakan gereja yangmarak terjadi di berbagai tempat akhir-akhir ini(PGI, 2015: 61). Di balik motivasi kepentinganyang ada, kita harus tetap memberikan apresiasiterhadap data yang ada mengenai 41% upayakerja sama rutin dengan agama lain yangdilakukan dalam tingkat jemaat setempat (91%),sinode (86%), maupun klasis/ resort/ mupel/distrik (64%). Walaupun, kita tetap memahamibahwa praktik tersebut bersifat insidental (59%).Hubungan gereja dengan agama lain tidakhanya dinyatakan dalam sikap positif sajamelainkan kesadaran teologis turut hadir. Halini dinyatakan dalam 57% sinode yangmengubah, memperbarui, atau sebaliknyamenambahkan dokumen-dokumen gerejawimulai dari katekisasi, tata gereja, sampai liturgi

Tabel 1: Penelitian Mengenai Potret dan TantanganGerakan Oikomene di Indonesia Selama Tahun 2013

Wilayah Sinode Jumlah N Keterangan

Sumatera

ONKP, GBKP,GKPM, GMI, GKSBS,BNKP, HKBP

7 5 BNKP tidak jadi dimasukkan,sementara peneliti di sinode HKBPtidak memasukkan laporan

Jawa GKJ, GKI, GBI, GPIB,GKJW, GKJTU, GIA,GPPS, GKII, GKO,GKP

11 9 Peneliti di sinode GKP tidakmemasukkan laporan, sementaraGKO diusulkan tidak jadidimasukkan sampel

Bali dan NusaTenggara

GKPB, GKS, GMIT 3 3

Kalimantan GKE, GKPI 2 2

Sulawesi GT, GTM, KGPM,GEPSULTRA, GMIM,GKST

6 4 Peneliti di sinode GMIM dan GKSTgagal menemui pihak sinodesehingga membatalkannya.

Maluku GPM, GMIH 2 2

Papua GKI di Tanah Papua 1 1

Jumlah 32 26

Page 100: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

maupun pandangan tentang misi gereja dalammengembangkan dunia pluralisme. Walaudemikian, kecenderungan sebagaimana yangdigambarkan di atas dapat dilihat adanyakesadaran mendorong dan mengembangkanteologi yang pluralitas sehingga kerja samaantaragama dapat semakin ditingkatkan lebihlagi, jadi tidak hanya muncul melalui sikappositif dan kesadaran teologis.

Melalui penelitian di atas, pendidikanKristiani setidaknya sudah mulai dilakukandengan keterbukaan dengan Sang Lain walau-pun praktiknya harus tetap dikembangkan lebihlagi. Sebab, orientasi utama pendidikan Kristianimenunjuk pada terselenggaranya Kerajaan Allahyang luas bagi kehidupan kekinian dan masadepan dalam diri Yesus Kristus. Dalam konteksPendidikan Kristiani, Thomas Groome

Tabel 2: Hubungan dan Kerja Samadengan Agama atau Kepercayaan Lain

Indikator %

Kerja sama dnegan agama ataukepercayaan lain 85

Bila kerja sama, frekuensikegiatannya:RutinInsidental

4151

Kegiatan dilakukan di tingkat:SinodeKlasis/ Mupel/ Distrik, dllGereja/ jemaat setempatLainnya (Banjar, Masyarakat, TingkatSimpul)

86649119

Mengubah materi dokumen gerejadalam pejumpaan dengan agama ataukepercayaan lain

57

Menerima pernikahan pasanganKristen dan Non Kristen? (termasukKatolik)

75*

Memberkati pernikahan pasanganbeda agama

39**

Catatan:* 2 sinode tidak menjawab**1 sinode tidak menjawab

menyodorkan makna Kerajaan Allah dalam duabelas butir (Groome, 2010: 69-72). Seluruh butirtersebut dimaknai Kerajaan Allah memang tidakpernah bisa dijelaskan secara lengkap (tensivesymbol) sehingga harus senantiasa diingat danmaknanya unik bagi setiap orang yangditegaskan dan diafirmasi. Dalam praktiknya,Kerajaan Allah dilakukan dengan mempertim-bangkan implikasi dalam kehidupan pribadi,gereja, dan masyarakat. Kerajaan Allah dalamkehidupan pribadi dimaknai dengan merasuk-nya Kerajaan Allah yang harus selalu mulai dihati para anggotanya yang membuahkanpertobatan. Pertobatan harus nampak dalamrealitas sosial dengan berbaliknya manusiasecara konstan ke arah Allah dan sesamamanusia secara positif sebagaimana yang YesusKristus sudah lakukan sebagai teladan yang baikdan benar. Sedangkan kehidupan gerejadinyatakan Thomas Groome melalui pemaha-man bahwa gereja menjadi komunitas orangyang mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan danJuru Selamat yang mengesahkan iman itumelalui baptisan dan mewujudkan KerajaanAllah sebagaimana yang diberitakan oleh YesusKristus dengan memberitakan dalam perkataan,merayakan dalam sakramen, dan menghidup-kan dalam perbuatan Kerajaan yang telah adadan Kerajaan yang dijanjikan (Groome, 2010: 65).Pernyataan ini lebih merupakan sebuahdeskripsi mengenai menjadi apa gerejaseharusnya daripada apa yang ada pada saatini. Ketika gereja sedang berusaha keras dengansetia terhadap Kerajaan maka gereja sudahmemiliki tiga misi yang dilakukan terkaitkerugma, koinonia, dan diakonia. Kerugmamerupakan misi memberitakan dalam perkataandan merayakan dalam sakramen berita danperingatan mengenai Kristus yang dibangkitkan,yang di dalam-Nya keselamatan berada.Sedangkan Koinonia merupakan tugas menjadikomunitas persekutuan yang otentik, komunitasiman, pengharapan, dan kasih. Kemudian,diakonia merupakan upaya memanggil gerejapada misi pelayanan. Gereja harus menjadikomunitas yang membuat Kerajaan hadirsekarang dan mempersiapkan bahan bagikesempurnaannya yang terakhir denganmelayani seluruh manusia dengan penuh kasih.Bercermin pada narasi demikian, pPendidikan

Page 101: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

Kristiani dengan pendekatan hospitalitasmenjadi urgensi dalam mempraktikkan ini.

Amos Yong mengindikasikan hospitalitassebagai kepelbagaian bahasa dan praktik dariRoh Allah merupakan cara Allah melaluihospitalitas ilahi diperluas melalui gerejakepada dunia, termasuk dunia kepelbagaianagama, dan melalui interaksi hospitalitastersebut gereja juga mengalami karyapembebasan Allah yang menandakan KerajaanAllah yang akan dating (Yong, 2008: 100).Hospitalitas demikian kita berikan pada sesamatanpa mengandung sikap saling berbalas,merasa kasihan pada kekurangan yang dimilikiorang lain, melainkan berdasarkan hospitalitasAllah yang terbuka bagi umat tanpa pandangbulu dan latar belakang. Hal ini menjadi pentingapabila dilakukan dalam rangka konflik danpasca konflik. Dalam praktiknya, umat Kristianitidak selalu menjadi tuan rumah (host) melainkandimungkinkan menjadi tamu. Dengan demikian,tindakan hospitalitas akan membawa transfor-masi pada kedua belah pihak dengan identitasmasing-masing. Sebab, Yong mengatakan bahwahospitalitas bisa berhubungan dengan praktikpercakapan iman melalui tiga stasi yaknibagaimana menunjukkan misi Kristen yangholistis, berupaya mewujudkan perdamaiandan keadilan dalam kerangka Kerajaan Allah,bagaimana ikutr serta di dalam dialog antaragama dalam dunia pluralitas (Yong, 2008: 129).

Pendidikan Kristiani melihat inilah bagianterpenting di kala kita berdialog teologis denganintra-Kristiani dan antaragama. Konseppendidikan Kristiani hospitalitas apa yang dapatmeningkatkan keterbukaan tanpa membahaya-kan komitmen? Pertanyaan dasar ini mencegahadanya sikap di mana ketika berdialog makakomitmen kita juga akan luntur. Dalam hal ini,perlu dilihat paradigma etika global dariAmalodoss yang mengingatkan kita bahwaumat beragama yang melakukan dialog etis-praktis harus bersedia mengalami tanganmereka kotor (Knitter, 2008: 166). Ungkapan inibermakna dialog antaragama harus diturunkandari tingkat para ahli ke tingkat orangkebanyakan dalam arti orang miskin yangsedang bergumul untuk memperolehpembebasan dan pemenuhan kebutuhan hidup.Dialog ini lebih bersifat simbol, sikap, dan

perbuatan. Dialog ini membutuhkan bukanhanya sebuah analisis suatu masalah ataubentuk penderitaan yang sedang dihadapi tetapijuga menentukan apa yang dapat diajarkan ataudiberikan agama sehingga masalah yangdihadapi dapat menjadi jelas atau diselesaikan(Knitter, 2008: 166).

Etika tersebut menggiring pada substitusipola pemahaman agamaku merupakan penyem-purnaan agamamu di mana pandangan tentangyang Ilahi-ku lebih hebat dari pada yang kamumiliki bahwa Juru S’lamat-ku lebih besar darimilikmu. Bahkan, solusiku terhadap masalahyang ada lebih efektif ketimbang solusiagamamu. Pola tersebut diganti menjadi polapemahaman bagaimana masyarakat dapatdibantu, diberi makan, diberi pendidikan, dandiberi obat-obatan di mana kekerasan danperang dapat dihindari dan lingkungan dapatdiselamatkan dan dilindungi. Dengan demikian,konsep yang muncul adalah kebenaran atauAllah atau Juru S’lamat apapun atau siapapunbisa menyelesaikan semua masalah ini, biarlahkita bersama mendengarkan dan belajarterhadapnya.

Amaladoss menggugah kita bahwa justrudi dalam saling berbagi pengalaman iman diantara mereka yang telah berjuang bersamamenegakkan keadilan dan kesejahteraan, merekaakan menemukan bahwa mereka kini memilikitelinga baru untuk mendengarkan apa katateman agama lain. Ada semacam ikatan pribadidalam keterhubungan (baca: ikatan mistik) yangterbentuk karena tindakan etis bersama menjadisaluran yang memungkinkan adanya salingberbagi keyakinan agama dua arah bisa lebihlancar dan efektif. Bentuk konkrit dalam sikapini yakni terbentuknya komunitas dasarmanusia di mana mereka belajar mendengarkanFirman Tuhan melalui telinga orang miskinsehingga mereka mampu mendengar sesuatuyang sebelumnya sama sekali belum pernahmereka dengar dan kemudian memahami dirimereka sendiri secara baru sebagai komunitasagama (Knitter, 2008: 169). Komunitas barudiharapkan dapat terjadi saling berbagikepeduliaan dan kerja sama manusiawi dantaman di mana pemahaman agama danpembelajaran agama yang lebih mendalam bisabertumbuh. Sebenarnya bukan menjadi hal yang

Page 102: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

sulit bagi umat Kristiani. Jika memahami intiberita Yesus, yaitu Kerajaan Allah. Kerajaan yangmemanggil dan memberdayakan manusia untuksaling peduli dan memelihara ciptaan. Melaluiini, seharusnya semua merasa berkewajibanuntuk bekerja sama dengan siapa saja yangkomitmen dalam kepedulian terhadapkomunitas manusia bumi dalam memerangisegala macam penderitaan dan ketidakadilan.Namun yang kenyataannya, banyak umatKristiani yang tidak memahami hal tersebut.Berdasarkan penelitian terhadap teologi agama-agama yang dilakukan di gereja, seringkali lebihbanyak gereja yang tidak mau terbuka terhadapkebenaran yang ada di agama lain. Orang yangterbuka terhadap agama lain malah dianggaporang yang beriman secara buta.

Patut diapresiasi Keuskupan Semarangyang membuat ada-nya kurikulum pen-didikan religiositas.Kurikulum inisangat baik untukmenamkan sikappluralis sejak dini,melalui pendidikanini seseorang dapat saling memahami agamalain sehingga mampu menciptakan dialog yangbertanggung jawab, dimana bersama denganumat beragama lain dapat bertindak dan bekerjabersama-sama untuk menyelamatkan bumi inidari penderitaannya. Namun jarang sekalisekolah yang menggunakan kurikulum ini.Kurikulum ini ditolak banyak sekolah karenadianggap menyimpang dari Kehendak Yesusyang memberitakan Firman Allah di dunia ini.Hal ini berarti masih banyak jemaat yangmemiliki teologi yang tertutup dan keliru dalammemahami inti berita Yesus. Lalu bagaimanabangsa ini mau damai? Seperti yang dikatakanoleh Knitter bahwa “Tidak ada damai di antarabangsa-bangsa kecuali ada damai dan kerjasama di antara agama-agama!”

Poin berikutnya yang juga tidak kalahpenting bahwa saat berdialog dengan orang ataukelompok yang berkeyakinan lain dengan kitamaka kita harus setia pada keyakinan iman kitasehingga kita dapat saling memberi tantangandan kesaksian iman. Hal tersebut dapat pula

dipahami umat beriman apapun yang tetapberakar pada keyakinannya masing-masing,dapat bersama-sama memperjuangkan danmembela nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualbersama. Hal ini dapat begitu nampak dalamperkataan umat Muslim astafirullah alazimyang artinya ampunilah kesalahan mereka yangdekat dengan salah satu kata dalam doa BapaKami mengenai pengampunan. Denganberpegang akan pengampunan tersebut yangdilakukan dalam kehidupan maka nilaikemanusiaan dan spiritual bersama dapatterjalin sebab menurut saya masalah atau konflikyang terjadi bisa berakar dari sulitnyamengampuni orang lain walaupun ada alasanlain misal egoisme.

Hal yang paling mendasar dalam berdialogadalah seseorang yang hendak berdialog

dengan keyakinanyang lain makahendaknya ia tidakboleh ragu dengankeyakinan yangdipegangnya sebabjika terjadi keragu-an dalam keyaki-

nan maka ia dapat dikatakan terombang-ambingatas berbagai ajaran terkait dengan banyaknyakeyakinan yang ada di Indonesia. Selain ituPanikkar juga berpendapat bahwa dialogbukanlah hubungan asimilasi (hubungan yangmencari penyelarasan universal) atau hubungansubstitusi (hubungan yang bersifat mengganti)atau disebut pula dengan nama keliru hubungankonversi (hubungan yang mempertobatkan),melainkan yang benar ialah hubungan salingmenyuburkan atau saling menghantar padapendalaman pengalaman iman masing-masing.Sebagai penutup mungkin ungkapan yangmenggambarkan dengan paparan di atas adalahto be religious today is to be interreligious.

Metode Pendidikan Kristiani Menjalin Relasiantara Identitas Diri dan Sang LainPendidikan Kristiani dapat menggajarkanpeserta didik dalam menjalin relasi antaraidentitas diri dan Sang Lain melalui keluarga,sekolah, dan masyarakat. Peranan keluarga(orang tua) tidak hanya sebatas melahirkan,

“Tidak ada damai di antara bangsa-bangsa kecuali ada damai dan kerja

sama di antara agama-agama!”

Page 103: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

memenuhi kebutuhan sandang, pangan danpapan, tetapi juga memberikan pendidikan yangbaik bagi anak-anak. Hal ini merupakan perananyang sangat penting yang tidak dapatdiwakilkan kepada pihak lain, sebab orang tuaadalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya yang terjalin dengan keistimewaanhubungan cinta kasih yang terjalin. Tugas orangtua sebagai pendidik berakar dari panggilansebagai suami istri untuk berpartisipasi dalamtugas penciptaan Tuhan. Karena itu sangatpenting bagi orang tua untuk menciptakanlingkungan keluarga yang dipenuhi olehsukacita dan kasih sayang terhadap sesama danTuhan Allah sehingga menunjang perkembang-an pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Kristenyang terbuka.

Keluarga Kristen tentu harus memberikanPendidikan Kristiani kepada anggota keluarga,yakni pendidikan yang bercorak, berdasar danberorientasi pada nilai-nilai kristiani sebagaiusaha yang ditopang secara rohani danmanusiawi untuk meneruskan pengetahuan,sikap, ketrampilan dan tingkah laku yangbersesuaian dengan iman Kristen. Nilai kristianiyang menonjol adalah kasih, keadilan, kesetara-an, pengampunan, penebusan, penyelamatanoleh Allah, pertobatan, mengasihi Tuhan dengansegenap hati, serta mengasihi sesama sepertimengasihi diri sendiri. Selain itu juga mengupa-yakan perubahan, pembaharuan anggotakeluarga secara pribadi, maupun bersama olehkuasa Roh Kudus sehingga keluar-ga hidupsesuai dengan kehendak Allah sebagaimanayang dinyatakan oleh Alkitab, terutama dalamTuhan Yesus. Pendidikan Kristiani memanggilsetiap anggota keluarga untuk meneladaniYesus sebagai Guru Agung yang menjadi teladanbagi pengikutNya, agar memiliki pemahamanserta relasi yang benar, mendalam dan pribadidengan Tuhan Yesus Kristus.

Dalam konteks persekolahan, anakmemperoleh pendidikan formal. Artinyaterprogram dan terjabarkan dengan tetap yangberupa pengetahuan, nilai-nilai, ketrampilan,maupun sikap terhadap mata pelajaran. Anakberinteraksi dengan lingkungan yang lebih luasbersama teman sebayanya. Aspek-aspek pentingyang mempengaruhi perkembangan anak disekolah dapat berupa bahan-bahan pengajaran,

teman dan sahabat peserta didik, guru serta parapegawai. Sekolah adalah sebuah lembaga yangdirancang untuk pengajaran peserta didik dibawah pengawasan guru. Secara etimologi, katasekolah berasal dari bahasa Latin skhole, scola,scolae atau skhola yang berarti waktu luang atauwaktu senggang, di mana pada masa lampausekolah adalah kegiatan di waktu luang bagianak-anak di tengah-tengah kegiatan utamamereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktuuntuk menikmati masa anak-anak dan remaja.Kegiatan dalam waktu luang itu adalahmempelajari cara berhitung, cara membaca hurufdan mengenal tentang moral atau budi pekertidan estetika atau seni. Untuk mendampingidalam kegiatan scola anak-anak didampingi olehorang yang ahli dan mengerti tentang psikologianak, sehingga memberikan kesempatan yangsebesar-besarnya kepada anak untuk mencipta-kan sendiri dunianya melalui berbagaipelajaran. Saat ini, sekolah mengalami pergeser-an makna menjadi bangunan atau lembagauntuk belajar dan mengajar serta tempatmenerima dan memberi pelajaran.

Sekolah berfungsi untuk mengembangkankemampuan dan membentuk watak sertaperadaban anak bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Sekolah juga bertujuan untuk mengembangkanpotensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman secara terbuka. Pendidikan Kristiani disekolah menuntut pemikiran atau pengelolaanyang bersungguh-sungguh dari parapengelolahnya. Pendidikan Kristiani harusdilaksanakan secara efektif, baik untuk parapendidik maupun peserta didiknya, agar dapatmemberi kontribusi bagi peningkatan kualitasmanusia Indonesia. Landasan maupun carakerjanya tentu harus berakar pada nilai-nilaiiman Kristen terbuka relasional, sesuai denganajaran Alkitab dan tradisi gereja. Oleh karenaitu, baik para guru maupun murid di dalamkehidupannya harus tetap berakar dan berpusatpada pribadi Tuhan Yesus, yang digerakkan olehdinamika Roh Kudus. Tuhan Yesus di dalamPendidikan Kristiani dikenal sebagai Tuhan,Juruselamat dan Guru yang Agung. SebagaiGuru yang Agung, Kristus tidak hanyamemperkenalkan siapa Allah yangsesungguhnya, tetapi juga memberikan teladan

Page 104: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Pendidikan Kristiani dalam Perenungan Identitas Diri

kehidupan bagi para murid-murid-Nya,termasuk kita pada saat ini.

Penutup

Konflik memang tidak bisa diniscayakan apabilaberhadapan dengan perenungan identitas dirisendiri dan Sang Lain. Pendidikan Kristianimerupakan suatu percakapan untuk kehidupan,suatu pencarian untuk menggunakan sumber-sumber iman dan tradisi-tradisi budaya, untukbergerak ke arah masa depan yang terbukaterhadap keadilan dan pengharapan. Dengandemikian, tidak ada alasan lagi pendidikanKristiani memuat konten eksklusif. Berdasarkandiskursus di atas, penulis melihat bahwa modelyang relevan guna perenungan identitas diri danSang Lain yakni melalui bingkai pendidikanKristiani dengan pendekatan hospitalitas.Hospitalitas diharapkan mampu melahirkanbudaya terbuka dalam berjumpa dengan sangLain dalam kehidupan harian, khususnyagerakan oikumene dan percakapan antar iman.Namun, pendidikan Kristiani harus menentukanmetode yang tepat dalam membangun relasiantara identitas diri dengan Sang Lain. Metodedi sini tidak dimaksudkan sebagai langkahpraktis melainkan berbicara tentang metodepraksis dalam berhadapan dengan konteksIndonesia.

Daftar Pustaka

Ariarajah, S. Wesley. (2008). Tak mungkin tanpasesamaku. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Armada Riyanto, E. (2010). Dialog interreligius:Historisitas, tesis, pergumulan,wajah.Yogyakarta: Kanisius

Bertens, K. (2014). Sejarah filsafat kontemporer:Perancis Jakarta: Gramedia

D’Costa, Gavin. (1990). Christian uniquenessreconsidered: The myth of a pluralistictheology of religions, Maryknoll: OrbisBooks

F. Knitter, Paul. (1996). Jesus and the Other Names:Christian mission and global responsibility,Maryknoll: Orbis Books

Groome, Thomas. Christian religious education terj.Daniel Stefanus Jakarta: BPK GunungMulia, 2010.

Hidya Tjaya, Thomas. (2012). Enigma wajah oranglain: Menggali pemikiran EmmanuelLevinas Jakarta: KPG

Kristiawan, Danang. Meretas tanggung jawabglobal agama-agama: Kajian mengenaidialog antar agama dan theologia religionumKristen menurut pemikiran Paul F. Knitter(skripsi)

Levinas, Emmanuel. (1982). Ethics and infinity:Conversations with Philippe Nemo, terj.Richard A. Cohen. Pittsburgh: DuquesneUniversity Press

Panikkar, Raimundo. (1994). Dialog intrareligius,Yogyakarta: Kanisius

Permata, Alviani (ed.). (2011). Memulihkan,merawat, dan mengembangkan rohperdamaian: Peringatan 25 tahun pusat studidan pengembangan perdamaian UniversitasKristen Duta Wacana. Yogyakarta, PusatStudi dan Pengembangan Perdamaian,

PGI. (2015). Potret dan tantangan gerakan oikoumene:Laporan penelitian survei oikumene PGI2013 Jakarta: PGI/ BPK Gunung Mulia

Scott Appleby, R. (2000). The ambivalence of thesacred: Religion, violence, and reconciliation.New York: Rowman & Littlefield

Siburian, Togardo. (2004). Kerangka teologireligionum misioner: Pendekatan Injilitentang hubungan kekristenan denganagama-agama lain. Bandung: STTBandung

Sumartana, Th. Elga Sarapung, Samuel A. Bless,Zuly Qodir (eds.). (2002). Commitment offaiths: Identity, plurality, and gender.Yogyakarta: Pustaka Pelajar/ InstituteDIAN/ Interfide

Yong, Amos. (2008). Hospitality and the other:Pentacost, christian practices, and theneighbor. Maryknoll: Orbis Books

Wijayatsih, Hendri, Gunawan Adi Prabowo,Purwaningtyas Rimukti (eds.). (2010).Memahami Kebenaran yang lain: Sebagaiupaya pembaharuan hidup bersama ,Yogyakarta: Mission 21/UKDW/TPK

______. (1985). No other name? A critical survey ofchristian attitudes toward the worldreligions. New York, Orbis Books

______. (2008). Pengantar Teologi Agama-agama.Yogyakarta: Kanisius

Page 105: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Isu Mutakhir: Teknologi dan Anak Usia Dini

Pendahuluanaat ini, kita hidup dijaman modern ketikamasyarakatmenggunakan

berbagai produk teknologidalam kehidupannya.Penggunaan teknologitersebut dimaksudkan untukmempermudah kegiatan yangdilakukan manusia. Dahuluorang mesti menempuhperjalanan jauh untukbertemu atau bertatap mukadengan rekan kerja, namunberkat kemajuan teknologidigital, pertemuan tersebutdapat difasilitasimenggunakan perangkatteknologi teleconference.Dahulu untuk mengirimkansurat dari satu kota ke kotalainnya, menggunakan modatransportasi darat, lautataupun udara, membutuh-kan waktu satu sampaibeberapa hari untuk tiba ditempat tujuan. Dewasa ini e-mail atau surat elektronik ataudokumen digital lainnyadapat dikirimkan hanyadalam hitungan detik sudahsampai di tanganpenerimanya. Oleh karenaitu, untuk keperluankomunikasi hampir setiaphari kita menikmati semua

MudarwanE-mail: [email protected]

Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Teknologi dan Anak Usia Dini

Isu Mutakhir

kemajuan dan kecanggihanteknologi dengan memanfaat-kan media sosial sepertiWhatsApp, Twitter, Facebook,blog, Skype, dan Hang out.

Sejak usia dini, anak-anak sudah dihadapkan padaberbagai produk teknologi,mulai dari televisi (TV),telepon genggam, ponselcerdas, komputer personal,komputer jinjing, komputertablet, perangkat bukuelektronik (e-books), dsb. Adasatu kesamaan dari semuaproduk teknologi yangdigunakan itu. Keberadaan‘layar’ atau Liquid CristalDisplay (LCD) pada perangkatteknologi tersebut. Layarmenjadi fokus utama yangsenantiasa diperhatikan olehpenggunanya. Layar yangpaling sering dijumpai disetiap rumah tangga adalahTV. Menurut Priyatna (2012:6), di negara Amerika serikat99% dari seluruh rumahtangga dengan anaknyamemiliki TV dan setengahdari jumlah anak tersebutmemiliki TV sendiri di kamartidur mereka. MenurutCampaign for a Commercial-FreeChildhood, Alliance forChildhood, and TeachersResisting Unhealthy Children’s

Entertainment (2012: 6), datapenelitian menunjukkanvariasi pada waktu yangdigunakan di depan ‘layar’(screen time) untuk anakprasekolah. Temuan palingkonservatif menunjukkan,anak antara usia 2 sampai 5tahun rata-rata menggunakanwaktu berada di depan layar2,2 jam per hari. Penelitianlain menunjukkan, anakprasekolah menghabiskansebanyak 4,1 sampai 4,6 jamper hari menggunakan medialayar. Kecenderunganmenunjukkan, semakinbertambah usia anak, semakinbertambah waktu yangdigunakan oleh anak beradadi depan layar dan anakcenderung menggunakanlebih dari satu media di waktuyang bersamaan. Anak jugacenderung melakukan lebihdari satu kegiatan secarasimultan, seperti sambilmendengarkan musik,mengakses internet di webdan mengobrol di telepon.Anak usia 8 sampai 18 tahunmenghabiskan rata-rata 7 jamdan 11 menit pada medialayar per hari.

Berdasarkan penelitianyang telah dilakukan,penggunaan media,

S

Page 106: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Isu Mutakhir: Teknologi dan Anak Usia Dini

khususnya TV dan video,sejak dini kurang bermanfaatbaik bagi bayi maupun balita.Untuk anak yang berusia 3tahun atau lebih, studimenunjukkan bahwa paparankonten media tertentu dapatmempromosikan perilaku pro-sosial dan berkontribusiuntuk belajar, terutama ketikaorang dewasa terlibat secaraaktif mendampingi. Namunpada sisi lain, beberapakonten media justruberbahaya bagi anak.Permainan (games) dankegiatan digital lainnya, yangmembatasi anak untukmenanggapi pada gadget-nyatelah terbukti mengurangidaya kreativitas. Paparankekerasan di media terkait eratdengan sifat agresif dankurangnya sifat empati padaanak. Paparan kekerasan dimedia juga turut berperan danberhubungan erat denganmenurunnya prestasi siswa disekolah (Campaign for aCommercial-Free Childhood,Alliance for Childhood, & Tea-chers Resisting Unhealthy Chil-dren’s Entertainment, 2012: 5).

Lebih lanjut, sumberyang sama (2012: 6)menunjukkan, beberapa buktiyang menyatakan bahwapada usia anak prasekolah,mereka yang memiliki aksesterbatas pada perangkatkomputer di rumah,menggunakannya untukkeperluan belajar, namuntidak demikian untuk akses kevideo game. Para peneliti tidakmelacak apa yang anaklakukan pada komputer.Peneliti juga menemukanbahwa menggunakan kompu-ter hanya sekali seminggu

lebih bermanfaat daripadamenggunakannya setiap hari.Hal itu menunjukkan terlalubanyak waktu yang diguna-kan di depan layar justruberpengaruh negatif padawaktu dan pola belajar anak,khususnya anak usia dini(AUD).

Umumnya, AUD belajarmenjelajahi dengan seluruhtubuh mereka, termasukmenggunakan semua pancaindera. Kegiatan tersebutdilakukan dengan melihat,mendengar, meraba, merasa(mengecap), dan menghidu.Sejak dini semua panca inderaharus digunakan untukproses belajar gunamerangsang pertumbuhandan perkembangan anak.Untuk pertumbuhan anakyang optimal, selainmakanan, kegiatan yangdilakukan, dan keamanan,merekapun membutuhkankasih sayang orang disekitarnya. Merekamembutuhkan banyak tatapmuka dan interaksi positifdengan orang dewasa. Anakitu dapat berkembang denganbaik, jika mereka banyakdilatih untuk berbicara,bermain, dan membaca.Untuk anak usia dini, krayon,pensil warna, buku gambardan teman-teman bermainmerupakan hal-hal yang lebihbaik dibandingkan denganmenggunakan gadget danteknologi. karena padaprinsipnya AUD sangatmembutuhkan waktu untukmengerjakan kegiatan kreatifdengan tangan, bermain aktifsecara fisik, dan berinteraksidengan orang dewasa dananak lainnya.

Dampak Layar padaPerkembangan Anak

Bayi mulai hidup dengan otakyang terdiri atas sejumlahbesar sel saraf atau neuron.Beberapa di antaranya salingterhubung satu sama lain danbanyak yang tidak. Sebagaianak yang tumbuh danberkembang, segala sesuatuyang mereka alamimempengaruhi neuron di otakmereka yang saling terhubungke neuron lainnya. Kegiatanyang dilakukan secaraberulang kali atau kita sebutpengalaman akanmemperkuat hubungantersebut dan lama kelamaanakan membentuk perilakuanak, kebiasaan, nilai-nilai,dan tanggapan terhadappengalaman di masa yangakan datang. Pengalamananak itu juga berpengaruhterhadap perkembanganotaknya. Neuron yang tidakdigunakan atau tidakterhubung secara sinaptikakan terpangkas, sedangkankoneksi yang tersisadiperkuat. Ini berarti,bagaimana anakmenghabiskan waktunyaberperan penting sertaberkonsekuensi seumurhidup. Pengulangan perilakuseperti menonton televisi,bermain video game, danbermain dengan aplikasiperangkat lunak teleponpintar, dapat menjadikegiatan rutin atau kebiasananak. Bahkan, penelitian padaperilaku menunjukkan, anakyang lebih banyakmenghabiskan waktunya didepan layar, cenderung akan

Page 107: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Isu Mutakhir: Teknologi dan Anak Usia Dini

semakin lama menontonnya,dan akan lebih kesulitanuntuk mematikan layartersebut.

Campaign for aCommercial-Free Childhood,Alliance for Childhood, &Teachers Resisting UnhealthyChildren’s Entertainment (2012:7) melaporkan penelitiantentang kecanduan layar yangberfokus pada TV. Merekamulai mendokumentasikanpotensi adiksi (kecanduan)terhadap komputer dan jugavideo game. Denganmenggunakan teknik baru,yaitu neuro-imaging yangmemberikan bukti biologisdari sifat adiktif penggunamedia layar seperti komputerdan video games. Dopamin,sebuah neurotransmitter yangterkait dengan kesenangan,penghargaan, dan kewaspa-daan, akan dilepaskan di otaksaat anak bermain video gameyang pergerakan danpergantian layarnya sangatcepat. Hal itu mirip dengankondisi pencandu Narkotikadan Zat Adiktif lainnya(NAPZA) beberapa saatsetelah mereka mengonsum-sinya. Satu dari empat respon-den mengatakan bahwamereka merasa kecanduanterhadap video game. Surveitersebut dilakukan pada anakusia 8 sampai 18 tahun.

Hasil studi menunjukkan,semakin banyak waktu yangdigunakan oleh bayi, balita,dan anak prasekolah di depanlayar, semakin sedikit waktuyang mereka habiskan untukterlibat dalam kegiatanpenting guna perkembangananak yang sehat dan jugauntuk belajar. Kegiatan

menghabiskan waktu didepan layar, akan mengu-rangi waktu anak untukkegiatan kreatif yangdilakukan dengan tangan danmengambil waktu aktitivaspengembangan diri dan yangdikendalikan oleh anak itusendiri sesuai dengankemampuan dan minatnya.

Kegiatan di depan layarjuga mengurangi waktu daninteraksi anak dengan orangdewasa. Ketika orang tuamenyaksikan TV atau videodengan anak, mereka menjadikurang aktif terlibat berinte-raksi dengan anak lainnyadalam berbagai kegiatanlainnya. Dinsinyalir,teknologi baru yang terusberkembang pesat dewasa inidan aktif digunakan olehanak, juga turut berperandalam mengganggu ataumengurangi intensitaspercakapan orangtua-anak.Teknologi yang digunakanpada buku elektronik denganrespon sentuh yang dapatmemberikan efek suara ataubunyi kata/kalimat ataugerakan sederhana didugacenderung mengurangiinteraksi anak dengan orangdewasa dibandingkan denganmenggunakan buku konven-sional yang dapat mempromo-sikan nilai-nilai literasi dankeaksaraan. Hasil risetmengungkapkan bahwa padaAUD, suara yang ditambah-kan dan gerakan digital yangterdapat pada buku elektroniktersebut erat kaitannyadengan tingkat pemahamanseperti tema cerita, plot, dansekuensi yang lebih rendahdan bahkan dapat mengha-langi aspek literasi yang

diharapkan muncul. MenurutCarr (2010), baru sedikit risetyang dilakukan tentangliterasi pada anak terkaitdengan penggunaan web padainternet. Tetapi hal pentingyang perlu dicatat bahwapenelitian pada orang dewasamenunjukkan, sejumlahkomponen internet, sepertihyperlink dan informasi-informasi baru yang diaksessecara cepat dapat menggang-gu pemahaman bacaan danpemikiran yang mendalam.Pada anak berusia di bawah 3tahun, penelitian menunjuk-kan bahwa media layarmembatasi anak belajarbahasa dan penguasaan kosakata baru serta sangat terkaitdengan tertundanya pengua-saan bahasa pada anak.Selain itu, juga berpengaruhpada rendahnya skor IQ dankecenderungan tidak sukabermain dengan mainan jikasaat itu TV masih hidup.Sebaliknya, kegiatan bermainsosial yang dramatis terbuktisangat signifikan terhadapperkembangan berbahasa danpemahaman yang lebihmendalam pada AUD.

Tips untuk Orang Tuadan Guru

Menurut Pennsylvania Chapterof the American Academy ofPediatrics (2014: 34), terdapatbeberapa panduan dasar bagiorang tua dan guru yangterkait dengan alokasi waktulayar, seperti pengunaan TV,DVD dan juga komputer,yaitu: (a) untuk bayi atauanak berusia kurang dari 2tahun, media layar tidakdiperkenankan; (b) untuk

Page 108: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Isu Mutakhir: Teknologi dan Anak Usia Dini

bayi atau balita di atas duatahun media layar dapatdigunakan, namun alokasiwaktunya tidak lebih dari 30menit satu kali seminggu danhanya untuk kegiatan yangbersifat mendidik ataukegiatan fisik; (c) pada waktutayang layar, tidak diperke-nankan disambi dengankegiatan makan; dan (d)terkait dengan penggunaankomputer, alokasinya tidaklebih dari 15 menit pada suatuwaktu tertentu, terkecualiuntuk anak usia sekolah yangmenggunakannya untukmenyelesaikan pekerjaanrumah sekolah dan untukanak berkebutuhan khususyang secara konsistenmembutuhkan dan menggu-nakan teknologi komputersebagai alat bantu, dan (e)terkait dengan isi atau kontenmedia layar, konten tersebutharus terbebas dari kekerasan,konten seksualitas yangeksplisit, konten yangmenonjolkan stereotip(termasuk di dalamnya filmkartun), dan iklan.

Oleh karena itu, perlumemahami pemanfaatanmedia layar untuk anak,khususnya AUD. DampakAUD dibiasakan berada didepan layar dan mengunakanmedia layar sampaiberlebihan mungkin tidakterlihat dalam jangka pendek,Namun, yang dikuatirkanadalah dampak jangkapanjangnya, karena dapatmenyebabkan anak menjadihiperaktif, mempunyaimasalah emosional, dankesulitan dalam kegiatansosial. Selain itu, anak akanlebih mudah menjadi obesitas,

karena saat menonton TVmereka biasa mengkonsumsikudapan, makanan cepat sajiatau makanan rendah giziatau nirnutrisi. Bahkanmenurut Garrison, Liekweg &Christakis (2011) dan Dworak,Schierl, Bruns & Strüder(2007) menonton TV danbermain video games berlebih-an disinyalir berdampak padapola tidur yang tidak teraturbayi dan balita serta ganggu-an tidur pada anak terutamaanak prasekolah dan anakusia sekolah 6 sampai 12tahun. Hal lainnya yang jugaperlu mendapatkan perhatianadalah terkait dengankomersialisasi TV. Di dalamtayangan acara TV pastiterdapat berbagai iklankomersial yang mempromosi-kan aneka produk ataupunlayanan. Tayangan iklantersebut dapat berpengaruhpada perilaku anak apalagijika terpapar kepada AUD.Perilaku konsumtif anakdapat terpicu akibat tayanganiklan yang terus meneruspada acara TV.

Perlunya Pendam-pingan Orang Tua

Sebagai orang tua atau guru,yang menyadari pengaruhbesar media layar, perlumendampingi anak saatmereka menonton TV ataupunmelakukan permainan videogames atau media layarlainnya. Apa bila tidakdilakukan, kejadian sepertidilaporkan liputan6.comberikut dapat terjadi.

Seorang bocah berusia 5tahun bernama Valentinoterjun bebas dari lantai 19 di

Apartemen Laguna, Pluit,Jakarta Utara. Valentinomasih hidup meski terluka.Banyak saksi melihat,Valentino mengeluarkanbanyak darah akibat luka dibagian kepala dan dagu.Bocah itu mendapatkanperawatan di RS Pluit, JakartaUtara. Berdasarkanpenuturan seorang petugaskeamanan ApartemenLaguna, Yuliono - menurutcerita keluarga, Valentinomelompat karena terinspirasisosok Spiderman. Hal itudilakukan karena Valentinomerasa sudah tidak disayanglagi oleh kedua orang tuanya,sebab 3 bulan yang lalu, adikValentino lahir. “Ceritanyadia merasa kurang disayang,soalnya kan punya adik.Mamanya jawab tetap sayangkok. Terus Valentino bilang,saya nanti mau lompat biarseperti Spiderman,” tuturYuliono, Kamis (1/5/2014).

Berita di atasmenyadarkan kita, seoranganak sangat dipengaruhi olehapa yang ditontonnya itu,baik ataupun buruk kontenyang disaksikannya itu.Menurut (Gredler 2009: 355),pengaruh media termasuk TVsangat besar, apalagi anakmenonton tanpapendampingan orang dewasa.Dalam berita di atasdikatakan, “Valentinomelompat karena terinspirasisosok Spiderman … saya nantimau lompat biar sepertiSpiderman…”. NyatanyaValentino menjadikan sosokspiderman sebagai modelyang ditirunya, walaupun iasendiri tidak mengerti

Page 109: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015

Isu Mutakhir: Teknologi dan Anak Usia Dini

konsekuensi hasil meniru itu.Oleh karena itu, tidak bisadipungkiri lagi perlunyapendampingan orang dewasaterutama orang tua saat anakberada di depan layar TV.Beberapa hal lainnya yangperlu dilakukan orang tuaadalah (a) menaruh TV dankomputer dengan aksesinternet di ruang terbukauntuk mengurangipenyembunyian pesan atauinformasi oleh anak tanpasepengetahuan orang tua; (b)selalu menjaga komunikasidengan anak untukmenjelaskan kepada anak hal-hal buruk dari program TVdan permainan digital,karena keduanya sepertipedang bermata dua, di satusisi dapat menjadi saranahiburan dan edukasi, namunsekaligus di sisi lainnya dapatmenimbulkan keburukan; dan(c) memiliki kontrol untuk TVdan komputer denganmenetapkan aturan tentangapa yang boleh ditonton/dilihat/diikuti, kapan bolehmenonton atau mengaksesnyadan berapa banyak waktuyang boleh dihabiskan untukmedia tersebut.

Penutup

Penelitian yang intensiftentang pengaruh negatifmedia elektronik seperti TVdan video games terhadappertumbuhan danperkembangan AUD harusterus dilakukan. Dewasa ini,dengan kehadiran TV di

hampir setiap rumah tangga,bahkan di kamar tidur anak,orang tua perlu aktifberkomunikasi danmelakukan pendampingankhususnya saat anak beradadi depan layar. Dalamsuasana kondusif dan secarapersuasif menjelaskanpengaruh buruk dari sebagiankonten TV dan video gamesserta membuat aturan dasarbagi anak apa, kapan danberapa banyak waktu yangboleh digunakan untukberada di depan layar.Dengan pemahaman yangbenar dan pendampingantentang konten TV dan medialayar lainnya itu, makadiharapkan anak dapatmemilah dan memilihtontonan layar yang sesuaibaginya.

Daftar Pustaka

Campaign for a Commercial-FreeChildhood, Alliance forChildhood, & TeachersResisting UnhealthyChildren’sEntertainment. (2012).Facing the ScreenDilemma: Youngchildren, technology andearly education. Boston,MA: Campaign for aCommercial-FreeChildhood; New York,NY: Alliance forChildhood

Carr, Nicholas. (2010). Theshallows: What theinternet is doing to ourbrains. New York, NY:W. W. Norton &Company

Dworak, M., Schierl, T., Bruns,T., & Strüder, H. K.(2007). Impact ofsingular excessivecomputer game andtelevision exposure onsleep patterns andmemory performance ofschool-aged children.Pediatrics, 120(5): 78-85

Garrison, M. M., Liekweg, K.,& Christakis, D. A.(2011). Media use andchild sleep: The impact ofcontent, timing, andenvironment. Pediatrics,128(1): 29-35

Gredler, Margaret E. (2009).Learning and instruction:Theoryinto practice sixthedition. Upper SaddleRiver, New Jersey:Merrill Pearson

http://news.liputan6.com/read/2044285/tiru-spiderman-bocah-lompat-dari-lantai-19-apartemen-lagunadiakses pada 3Desember 2015

Priyatna, Andri. (2012).Parenting di duniadigital. Jakarta, PenerbitPT Elex MediaKomputindo: xii + 240hlm

Pennsylvania Chapter of theAmerican Academy ofPediatrics. AronsonS.S, ed. (2014). Modelchild care health Policies.Pennsylvania:American Academy ofPediatrics

Page 110: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

103Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2015

Resensi buku: Pendidikan Kristiani MultikulturalResensi buku

ndonesia dengan ciri masyarakatmajemuk secara etnis, rasial, kulturaldan religius, membuat Indonesia

sebagai suatu negara yang unik. Keragamanbudaya merupakan sumber kekayaan bangsayang sangat membangga-kan. Namun, di balikkeragaman kultur, domo-grafis, dan sosiologistersimpan potensi terjadi-nya konflik, karena masya-rakat terbagi ke dalamk e l o m p o k - k e l o m p o kberdasarkan identitasbudaya mereka. Setiap suku(Jawa, Sunda, Madura, Bali,Lombok, Dayak, Minahasa,Timor, Papua dan yanglain) memiliki bahasa, adat-istiadat dan tradisi sendiriyang berbeda dengan sukuyang lain. Setiap sukudilahirkan, dididik, dan dibesarkan dalamsuasana primordial mereka. Akibatnya, masing-masing anggota berada dalam lingkuppergaulan yang eksklusif. Perbedaan antara“siapa saya” dengan “siapa anda” atau “siapa

kami” dengan “siapa mereka” terlihat dengansangat jelas. Dalam situasi yang demikian,terbuka kemungkinan stereotip, prasangka sertakesalahpahaman budaya dan agama tumbuh

dan berkembang dengansubur.

Pada awal buku ini,diuraikan ketimpanganekonomi, sosial, politik danketidakmampuan masya-rakat dalam memahamikeberagaman suku, ras,budaya dan agama meng-akibatkan terjadinya perti-kaian antarkelompok diIndonesia. Berbagai konflikantaretnis dan antaragamapernah terjadi sepertikerusuhan yang bernu-ansa agama terjadi diSitubondo, Tasikmalaya,Rengasdengklok, Ambon,

Poso dan kerusuhan yang bernuansa etnisterjadi di Sambas, Sampit ataupun berbagaiperistiwa kerusuhan sosial yang melibatkanwarga etnis Tionghoa. Hal ini menjadi tandabahwa masyarakat Indonesia masih memahami

Judul Buku :Pendidikan Kristiani Multikultural

Pengarang :Mariam Kurniawati D. Min

Penerbit : Bamboo Bridge Press

TangerangTahun Terbit:

2014Cetakan : Pertama

Jumlah Halaman :V, 125 halaman

ISBN:978-602-79370-0-0

Resensi oleh :Ishak Boty Buifena

E-mail: [email protected] Kerohanian BPK PENABUR Bandung

I

Page 111: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2015

Resensi buku: Pendidikan Kristiani Multikultural

identitas kultural secara sempit dalam wujudkebanggaan etnis atau fanatisme agama olehkelompok. Kita tidak dapat menutup mata,akibat dari konflik yang pernah terjadi, sekarang,dan kemudian adalah lebih banyak orang yangmati karena konflik agama dan suku daripadakelaparan atau penyakit.

Selanjutnya, dalam buku ini dikemukakan,penyelenggaraan pendidikan agama membu-tuhkan analisis, teori, dan pendekatan yangberbeda dan disesuaikan dengan konteksIndonesia. Artinya, kemajemukan budaya,bahasa, dan agama di Indonesia sertadampaknya terhadap kehidupan orangIndonesia tidak dapat diabaikan ketikamenyelenggarakan pendidikan agama Kristen.Buku Pendidikan Kristiani Multikultural, karyaMaryam Kurniawati D.Min, sangat menolongdan memperkaya para pendidik dan parafasilitator dalam menyelenggarakan pendidikanreligius Kristiani.

Menurut bukuini, perlu mencipta-kan gereja danmasyarakat multi-kultural, yangm e m u n g k i n k a nsetiap orang denganberbagai latar bela-kang berkumpul danmembentuk ikatanp e r s e k u t u a n .Pendidikan merupakan sarana yang tepat untukmembentuk masyarakat yang mampu meng-hargai perbedaan suku, ras, agama dan kelassosial. Menghargai perbedaan bukan hanyauntuk mengurangi konflik, tetapi juga untukmenciptakan masyarakat yang adil dan damaisejahtera serta mewujudkan kerajaan Allah ditengah dunia.

Lebih lanjut, buku ini menyarankan,pendidikan religius Kristiani multikulturaldengan pendekatan Shared Christian Praxisdilakukan dalam konteks kemajemukanIndonesia (makro) dan konteks kemajemukangereja-gereja yang menjadi anggota persekutuanGereja-gereja di Indonesia (PGI). Pendidikandengan pendekatan yang demikian bertujuanmemberikan panduan kepada pembaca untukberpikir kritis, reflektif, dan kreatif atas kenya-

taan hidup yang bersifat multikultural danmultietnis, dengan tujuan memperolehpemahaman diri yang lebih luas dengan melihatdirinya dari sudut pandang budaya, etnis, ras,agama dan kelas sosial pihak lain.

Dengan merujuk pada pendapat beberapaahli pendidikan seperti H.A.R. Tilaar dan PauloFreire, disebutkan proses pendidikan yang benaradalah yang membebaskan seseorang ataukelompok dari berbagai kungkungan/ketertindasan, atau penyadaran akankemampuan atau identitas seseorang/kelompok. Pendidikan ternyata merupakansumber transformasi sosial dalam masyarakatmodern, karena proses pendidikan tidak hanyamemperhatikan manusia sebagai human beingtetapi juga memperlakukan manusia untukmenjadi manusia seutuhnya yang mengem-bangkan kebudayaan dan hak asasimanusianya.

Pend id ikanreligius Kristianidalam konteksmasyarakat maje-muk mengangkatsebuah problema-tika dalam masya-rakat. Problema-tika tersebut mem-punyai dua sisi,yaitu sisi pendidi-kan dan sisi

teologis. Dari sisi pendidikan, warga gerejabelajar tidak hanya memahami dan menghargaikemajemukan masyarakat, tetapi juga belajarmenghormati hak hidup setiap agama danbudaya. Belajar memahami orang lain danmotivasi religius merupakan bagian daripendidikan. Kemajemukan budaya, bahasa,suku bangsa dan agama di dalam perkembanganperadaban ini, sudah tidak dapat diabaikan lagi.Ini berarti tidak mungkin lagi bagi agamamengisolasi dirinya di belakang dinding tradisimereka sendiri, dan melihat dirinya sebagaisatu-satunya agama yang memiliki kebenaran.Oleh karena itu, gereja dan orang Kristenditantang untuk mengakui kehadiran ‘yang lain’dalam perbedaan mereka, dan mengembangkansuatu iklim spiritual dan pendekatan teologisyang memberikan kontribusi kepada terciptanya

Dari sisi pendidikan, warga gerejabelajar tidak hanya memahami dan

menghargai kemajemukanmasyarakat, tetapi juga belajarmenghormati hak hidup setiap

agama dan budaya.

Page 112: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

105Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2015

Resensi buku: Pendidikan Kristiani Multikultural

relasi kreatif dan positif di antara berbagaitradisi agama dunia (Hindu, Budha, Islam, danKhonghucu) dan Aliran Kepercayaan untukmenjadikan dunia ini sebagai tempat yang lebihbaik bagi semua orang demi transformasi duniaini.

Kedua aspek (baik pendidikan maupunaspek teologis) dalam pendidikan religiusKristiani ini mengingatkan pada pemahamangereja-gereja reformasi: Gereja senantiasa perludiperbarui, karena pembaharuan dapatdilakukan baik dari segi pendidikan maupundari segi agama. Oleh sebab itu, lebih lanjutdalam buku ini disebutkan dibutuhkan sudutpandang atau perspektif agama lain. Melaluiperjumpaan dengan agama lain, kita dapatmengenal lebih baik mengenai siapakah kita.Mempelajari iman agama lain merupakan suatuproses belajar untuk berdialog melintasi batasetnis, suku, agama, budaya, atau adat istiadatyang memisahkan manusia. Dengan semangatini, kita tidak akan melihat ‘orang lain’ sebagaimusuh abadi kita, orang yang tidakdiselamatkan dari malapetakan neraka, atausebagai orang yang menyembah berhala ataukafir, yang harus kita hindari. Kita akanmenempatkan mereka sebagai saudara kita yangjuga Allah kasihi, dan dari mereka juga kitabelajar menemukan gambar Allah.

Buku ini berpendapat, pendidikan Kristianiyang hanya mempertajam pemahaman agamayang eksklusif tidak lagi relevan dalam kontekskemajemukan bangsa Indonesia. Dari sisiagama, pendidikan religius Kristiani harusnyamemfokuskan kegiatannya pada masalahsosial-kultural-kontekstual (life issues) dibantuoleh ilmu sosial (antara lain sosiologi danpsikologi), dengan dasar Alkitab dan teologiyang tepat. Oleh sebab itu, pendidikan berawaldan dimulai dari gereja (koinonia). Pelayanan(diakonia) merupakan misi pelayanan gerejauntuk melayani Allah, orang lain dan alamsemesta demi terwujudnya keadilan, kedamaian,kebebasan serta keutuhan ciptaan. Pelayanandisini mencakup kehidupan sehari-hari dalampekerjaan, keluarga, hubungan dengan orangyang dijumpai, dan pelayanan gereja. Gerejajuga harus mempergunakan pelayanannya danseluruh keberadaannya di dunia untukmembantu menciptakan struktur sosial, politik,

dan ekonomi yang mampu mempromosikannilai-nilai kerajaan Allah. Teologi praktis yangkita kembangkan mengenai kemanusiaan tidaklagi dengan gaya indoktrinasi dogma atausekadar memelihara warisan tradisi dan ritual‘kulit luar’ yang kaku. Sikap teologi prkatisadalah soal di mana konsep berpikir danberdialog diarahkan kepada konteks konkret,yang dalam hal ini adalah nilai keagamaan yangmenjawab persoalan kemanusiaan dankemajemukan dan segala kebutuhannya.

Dengan demikian, menurut buku ini dalammenyelenggarakan pendidikan religiusKristiani para pendidik dan fasilitator (pendeta,majelis, guru agama, kepala sekolah, dll) perlumengembangkan sikap terbuka, toleran dankritis terhadap ‘apapun yang benar, indah danbaik’ di dalam tradisi agama lain, sebagai kawanseperjalanan dalam mencari misteri kehidupan.Ini menegaskan harapan dan kebutuhan untuksaling menghargai, saling mengormati, dansaling memahami kehidupan, satu sama lain.

Dalam melakukan pendidikan kristen yangmultikultural, buku ini menawarkan SharedChristian Praxis sebagai metode pembelajaranyang diperkenalkan oleh Thomas H. Groome.Shared Christian Praxis merupakan salah satumodel pendekatan dalam pendidikan kristiani.Metode ini bukan sekadar sejumlah cara atauteknik mengajar, melainkan sebuah pendekatandan paradigma dalam mendidik. SharedChristian Praxis mengandung keyakinan bahwapengalaman konkret manusia sangan berharga.Pengalaman orang pada masa kini dapatberdialog dengan pengalaman atau ceritaAlkitab di masa lalu. Melalui dialog tersebut, kitamemahami makna pengalaman konkret hidupmanusia melalui sudut pandang Alkitab. Padasaat yang sama, kitapun semakin memahamimakna pesan Alkitab dalam terang pengalamanhidup masa kini.

Shared Christian Praxis merupakan sebuahilmu pendidikan yang partisipatif dan dialogis.Partisipatif berarti melibatkan setiap orang yangada di dalamnya, baik pengalaman, pemikiran,maupun refleksi kritis orang tersebut. Dialogisberarti terjadi dialog di dalam kegiatan tersebutbaik antar peserta dengan dirinya sendiri,dengan peserta lain, dengan Tuhan maupunantara pengalaman masa kini dan cerita Alkitab.

Page 113: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2015

Resensi buku: Pendidikan Kristiani Multikultural

Setiap orang (fasilitator dan peserta) aktif dalamberdialog dan sebagai mitra yang sejajar.Fasilitator tidak lebih tinggi dari peserta, tidaklebih berkuasa, dan tidak lebih menentukandalam proses yang sedang dijalani. Dengandemikian, dialog akan tercipta sesuai denganyang diharapkan. Hasil dialog tersebut,kemudian menjadi praksis baru bagi imanKristen dalam mewujudkan kerajaan Allah.

Dalam menggunakan Shared ChristianPraxis sebagai metode pendidikan Kristiani, adabeberapa gerakan yang harus dilakukan. Untukmelakukan gerakan tersebut peserta harus tetapberada di dalam fokus yang telah ditentukan.Peserta diajak memfokuskan diri pada suatutema yang relevan dan dialami oleh peserta baikdi masa lalu maupun pada masa kini, sehinggaterjadi praksis masa kini dan dapat melibatkanpeserta secara aktif. Diuraikan pula beberapagerakan dalam Shared Christian Praxis dalambuku ini yaitu, (a)Gerakan 1 Praksismasa kini, (b)Gerakan 2 RefleksiKritis terhadapPraksis Masa Kini, (c)Gerakan 3 MenggaliCerita dan VisiKristen, (d) Gerakan 4Dialog Cerita Alkitab dengan Pengalaman MasaKini, dan (e) Gerakan 5 Komitmen untuk HidupSesuai Iman Kristen.

Secara umum penyajian isi buku ini dari babke bab cukup baik serta pembahasannyadisampaikan dengan jelas. Kelebihan lain daribuku ini adalah menggunakan banyak referensisehingga memperkaya isinya. Isi buku diuraikansecara aktual dikaitkan dengan masalah sosialdi Indonesia (kemajemukan) yang cukup pelikdan berdampak pada konfilik yang membutuh-kan sebuah solusi untuk mengatasinya yaitupendidikan Kristiani Multikultural denganpendekatan Shared Christian Praxi.

Shared Christian Praxis merupakan suatuupaya untuk mengubah paradigma pembel-ajaran di sekolah/di gereja dari yang sifatnyatradisional, yang hanya menekankan otoritasdan dominasi seorang pengajar, ke model yanglebih memberi ruang bagi kebebasan berpikir danberdialog bagi para nara didik. Mengutip

pendapat Harris (1989), mengajar tidak hanyadipahami sebagai sebuah proses inisiasi danupaya untuk meneruskan tradisi ke generasiberikutnya; mengajar juga bukan hanya sebuahupaya untuk mengaplikasikan teks Alkitab;mengajar adalah sebuah upaya reinterpretasi,mempertanyakan, menganalisis dan bahkanmenolak apa yang tidak sesuai.

Buku ini juga akan sangat menolong parapendidik dan naradidik untuk lebih pekaterhadap situasi sosial di sekelilingnya dansecara aktif membuat respons kritis terhadapsituasi yang dihadapi. Singkatnya, denganpendekatan ini akan mengasilkan peserta didikyang berpikir kritis dan mengutamakan dialog.

Terlepas bahwa isi buku ini menarik tetapitidak ada metode pendidikan yang sempurna,yang dapat diterapkan di dalam berbagaikonteks. Semua metode pasti memiliki kekuatandan kelemahan, begitupun dengan Share

Christian Praxis.Metode ini membukaruang yang luas bagipeserta untuk berpar-tisipasi serta kegiatantidak didominasioleh fasilitator saja,melainkan setiaporang dapat dapat

berbagi pengalaman dan pemahaman.Akan tetapi, dalam pelaksanaannya agak

sulit memunculkan partisipasi seseorang dalamkegiatan, apabila budaya jemaat/peserta didikterbiasa pasif. Banyak orang terbiasa datanghanya untuk beribadah/bersekolah, mendengarFirman Tuhan/pelajaran, lalu pulang. Jadi, agaksulit membuat peserta aktif, karena pesertakurang pengetahuan dan pengalaman ataukarena tidak terbiasa berbicara di depan umum.Di sinilah pentingnya peran seorang fasilitatoruntuk membuat suasana kelas menjadi lebihhidup dan menjadikan proses pembelajaranmenjadi menyenangkan.

Untuk melengkapi buku ini sehinggamenjadi signifikan dalam konteks di BPKPENABUR, perlu juga membaca karangkaberpikir yang disampaikan oleh James A. Banks.Banks (2002: 14 – 17)) mengidentifikasi limadimensi pendidikan multikultural (berbasis disekolah). Pertama, content integration (integrasi isi/

Mengajar adalah sebuah upayareinterpretasi, mempertanyakan,

menganalisa, dan bahkan menolakapa yang tidak sesuai.

Page 114: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

107Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2015

Resensi buku: Pendidikan Kristiani Multikultural

materi) – Dimensi ini merujuk pada upayaseorang fasilitator / pendidik untuk meng-gunakan contoh-contoh, data, dan ragaminformasi dari berbagai budaya dan kelompokyang berbeda untuk menjelaskan teori, konsep,dan prinsip dari pelajaran yang diajarkan. Jadidalam memberi contoh tidak hanyamenggunakan budayanya sendiri, atau budayadominan yang berlaku. Kedua, knowledgeconstruction (konstruksi pengetahuan) – Dimensiini menunjukkan begaimana pengetahuan itumembentuk dan bagaimana ras, etnis, jender,dan kelas sosial dari individu maupunkelompok memberi pengaruh kepadanya.Dimensi ini memberi kesempatan kepadafasilitator dan naradidik untuk mengevaluasipemahaman-pemahaman mereka yang keliruterhadap suku, budaya, atau agama tertentu.Ketiga, prejudice reduction (mereduksi prasangka)– Dimensi ini menolong pendidik dan naradidikuntuk mengurangi prasangka terhadap merekayang berbeda termasuk pula mengembangkanperilaku positif terhadap ragam perbedaan yangada. Peran fasilitator sangat penting disini agarmenciptakan ruang untuk terjadinya dialog yangsehat sehingga kesalahpahaman bisadiluruskan. Keempat, equitable pedagogy(pedagogi kesetaraan) – Dimensi ini menolongpara pendidik menyesuaikan model pembel-

ajaran dengan cara belajar dalam rangka memfa-silitasi kemampuan akademik naradidik. Lebihlanjut, dimensi ini mengundang pendidik untukmenggunakan ragam teknik dan metode pembel-ajaran yang memungkinkan semua siswa terlibatsecara aktif, tidak didominasi oleh kelompoktertentu saja. Kelima, empowering school culture andsocial structure (penguatan budaya sekolah danstruktur sekolah) – Dimensi ini mengkritisibudaya dan struktur organisasi yang berlaku disekolah selama ini apakah benar-benar memberi-kan peluang bagi para siswa dari berbagai latarbelakang agama, suku dan ras mereka diperlaku-kan setara. Pertanyaan besar yang kemudianmucul adalah apakah terbuka ruang bagi parasiswa / guru yang bukan Kristen, jika memangberpotensi untuk tanggung jawab tertentu, untukmendapatkan posisi tertentu atau posisi tersebuthanya dijabat oleh yang beragama Kristen saja.

Terlepas dari beberapa kekurangan isinya,buku ini bermanfaat bagi para pengajar, kepalasekolah, pendeta, motivator atau siapapun yangmengharapkan pendidikan yang transformatif.Buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pendidikbagaimana mengembangkan penyelenggaraanpendidikan berbasis multikultural sehinggadapat meningkatkan toleransi terhadap berbagaikeanekaragaman.

Page 115: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2016

Profil BPK PENABUR Sukabumi

Profil BPK PENABUR Sukabumi

Yocky FirdausE-mail : [email protected]

BPK PENABUR Sukabumi

PK PENABUR SUKABUMI melayanipendidikan dasar dan menengah (TKK,SDK, SMPK, SMAK dan SMK), saat initengah mengembangkan diri untuk

mewujudkan pelayanan berkualitas dalambidang pendidikan untuk mendukungpencapaian tujuan Pendidikan Nasional. ProfilBPK PENABUR SUKABUMI sudah beberapakali ditampilkan dalam beberapa buku yangditerbitkan BPK PENABUR,yaitu tahun 2000dalam 50 TAHUN BPK PENABUR, tahun 2007Jurnal Pendidikan Penabur,dan tahun 2010dalam 60 TAHUN BPK PENABUR.

Sejak tahun 2009 PH BPK PENABURkhususnya Bidang Pendidikan mendampingidan memotori penataan kembali / pengelolaansekolah di Sukabumi menjadi lebih terarah untukmewujudkan visi, misi, dan program BPKPENABUR pada umumnya dan BPK PENABURSukabumi pada khususnya. Visi, misi danprogram kerja BPK PENABUR Sukabumi adalahsebagai berikut.

VISI BPK PENABUR Sukabumi:Menjadi Lembaga Pendidikan yang menolongPeserta Didik menemukan talentanya, sehinggamampu berprestasi, mengasihi Tuhan dansesama.

Misi BPK PENABUR Sukabumi:1. Menanamkan Pendidikan Karakter Berbasis

Nilai-nilai Kristiani melalui Pelajaran diKelas dan teladan kehidupan dari paratenaga pendidik serta tenaga kependidikan

2. Menyajikan pola pembelajaran yangmenyenangkan sehingga peserta didik

Sejarah Singkat

Bmampu menyerap dengan maksimal proseskegiatan belajar mengajar

3. Menyiapkan fasilitas pembelajaran yangmemadai agar peserta didik memilikikemauan belajar seumur hidup (life longlearning) dan menjadi seorang pembelajaryang mandiri

4. Mengenali, mengarahkan dan membinatalenta peserta didik agar tercapai prestasiyang maksimal

Program Kerja 2012 - 2015

Salah satu program kerja utama BPK PENABURSukabumi ialah mengembangkan kurikulumSekolah Standar Nasional Plus. Standar yangmenggunakan Kurikulum Nasional yangdiperkaya dengan Academic, English, Entrepre-neurship, Character And Life Skills (A-EEC).Adapun program A- EEC adalah sebagai berikut.A. Academic

1. Penambahan jam pelajaran untukbeberapa mata pelajaran : BahasaInggris, Matematika, dan mata pelajarankhas jurusan IPA dan IPS.

2. Kelas bimbingan olimpiade sains.3. Kelas persiapan SBMPTN bagi peserta

didik kelas XII pasca UN.B. English

1. Bilingual : (a) bahasa pengantar dalamkegiatan belajar mengajar mengguna-kan bahasa Inggris,terutama untuk matapelajaran MIPA dan ekonomi; (b)pembiasaan siswa terhadap terminalogi(istilah) keilmuan; (c) pembiasaan tes

Page 116: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

109Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2016

Profil BPK PENABUR Sukabumi

tulis berbahasa Inggris, dan (d)penggunaan buku teks bilingual.

2. English DaySetiap Selasa dan Kamis, semua unsursekolah berkomunikasi dengan bahasaInggris.

C. Entreprepreneurship1. Pembentukan karakter yang inovatif

dan kreatif2. Integrated learning: Mengintegrasikan

kompetensi dari beberapa matapelajaran dalam suatu kegiatanintrepreneurship.

D. Character and Life Skills1. Psikotest2. Morning Devotion : Setiap hari yang

dipimpin oleh peserta didik.3. Chapel time : Setiap hari Rabu, peserta

didik memimpin ibadah siswa.4. Pelayanan pujian ke gereja – gereja.5. Retreat bagi kelas XII6. Character Camp bagi peserta didik kelas

X, XI sebagai sarana pembentukankarakter yang seterusnya akandirealisasikan melalui pembiasaanselama kegiatan belajar – mengajarkan,ekstra dan intra kurikuler.

7. Social day8. Ibadah Natal & Paskah9. Fieldtrip1) Ajang pembentukan dan apresiasi

kreasi dan kreativitas siswa :a. Charity eventsb. Lantern Festival

2) Ekstra kurikuler (Ekskul)Ketentuan:a. Siswa wajib mengikuti 1 kegiatan

ektra kurikuler.b. Siswa diperkenankan mengikuti

maksimal 2 jenis kegiatan.Jenis kegiatan :a. Ekskul olahraga: Bola basket,

Aikido, Futsalb. Ekskul Seni dan Budaya: Modern

Dancec. Ekskul Pengetahuan : Science clubb. Ekskul Keterampilan: English

club, Tata boga

3) Mengikuti perlombaan akademik dannonakademik.

Pengembangan kurikulum diprioritaskanpada jenjang Pendidikan Dasar (SMP) danPendidikan Menengah (SMA). Berikutnya BPKPENABUR Sukabumi merencanakanmengembangkan jenjang Pendidikan Dasarlainnya (TK dan SD). Pengembangan kurikulumini diharapkan dapat memenuhi kebutuhansiswa serta kebutuhan lingkungan serta sekaligus menjadi nilai tambah bagi BPK PENABURSukabumi.

Secara umum gambaran jumlah siswaSekolah BPK PENABUR Sukabumi tahunpelajaran 2012/2013 – 2015/2016) sepertitertera pada Tabel 1. Data menunjukkan naikturun jumlah siswa. Secara keseluruhan terdapatkenaikan jumlah siswa pada tahun 2015/2016dibandingkan dengan tahun 2012/2013.Penurunan jumlah siswa terjadi pada jenjangtetapi terdapat penurunan siswa SMK setiaptahunnya.

Pada Tahun 2015 / 2016 terdapat pening-katan jumlah siswa TK, SD dan SMA. Namunterjadi penurunan jumlah siswa pada jenjangSMP, dan SMK mengalami penurunan setiaptahun.

Tabel 1 juga menunjukkan perkembanganjumlah siswa TK, SD, SMP, SMA, dan SMK BPKPENABUR Sukabumi. tahun 2012-2016

Tabel 1 : Jumlah Siswa Tahun 2012-2016

Jenjang 2012/-2013

2013/-2014

2014/-2015

2015/-2016

TKK 82 81 83 86

SDK 310 333 350 350

SMPK 100 99 103 99

SMAK 83 97 109 115

SMK 175 160 148 134

Jumlah 750 770 793 784

Page 117: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2016

Profil BPK PENABUR Sukabumi

TKK BPK PENABUR SukabumiDewasa ini TKK PENABUR Sukabumi dikenalmasyarakat kota Sukabumi sebagai TKK yangmemberikan pelayanan pendidikan berkualitasbaik kepada siswa.

TKK BPK PENABUR Sukabumi berupayasecara terus menerus meningkatkan mutupelayanan pendidikan yang hasilnya terlihatdari berbagai prestasi yang dicapai oleh siswa-siswanya, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.

Guru TKK BPK PENABUR Sukabumi jugatengah mengusahakan memenuhi kualifikasistandar keahlian dan kompetensi yangdisyaratkan Pemerintah untuk layak mendidik/mengajar di ranah PAUD/TK melaluipengembangan-peningkatan kelayakannya dipendidikan sarjana strata 1 PAUD/TK. Disamping itu setiap guru juga meningkatkanprestasi di bidang pelayanannya.

Saat ini TKK PENABUR Sukabumi tengahmenjalankan program peningkatan pendidikankarakter, keterampilan, dan bahasa melaluipembiasaan dari guru kepada para siswanya.

SDK BPK PENABUR SukabumiSejak tahun 2013/2014 SDK BPK PENABURSukabumi ditunjuk oleh Kemendibud melaksa-nakan Kurikulum 2013 dan mulai tahun 2015/2016, kelas 1 sampai dengan kelas 6 sudah

menerapkan Kurikulum 2013. Agar dapatmelaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik,sekolah melengkapi dirinya untuk melaksana-kan kurikulum tersebut dengan menyiapkanpara guru yang telah menerima pembekalanuntuk menyalurkan materi ajar dan saranabelajar mengajarnya. Guru diikutsertakan dalamberbagai pelatihan yang diadakan Kemendibudmaupun yang diadakan BPK PENABUR. Disamping itu mempersiapkan beberapa faktor

pendukung seperti buku pengayaan dan saranaalat bantu mengajar lainnya.

Selain itu, SDK PENABUR Sukabumimemberikan program pengembangan pembel-ajaran pada bidang karakter, bahasa Inggris,dan kreativitas. Pengembangan pembelajaranmerupakan sebuah jawaban atas penambahanjumlah siswa baru yang naik setiap tahunsebagaimana terlihat pada Tabel 1.

Sepanjang perjalanan pengabdiannya daritahun 2012 – 2015 SDK BPK PENABUR Sukabu-mi telah membubuhkan prestasi dalam berbagailomba seperti terlihat pada Tabel 3.

Sejalan dengan Program Wajib BelajarEnam Tahun dari Kemendikbud, SDK BPKPENABUR Sukabumi berhasil mengantarkansiswanya lulus 100% dalam setiap Ujian AkhirSekolah .

Tabel 2: Daftar Prestasi TKNo Jenis Prestasi Tingkat Prestasi Tahun

1 Lomba Kreativitas guru dananak dari bahan daur ulang

Kota Juara 1 2013/2014

2 lomba menyanyi Solo Kota Juara 1dan 2

2013/2014

3 a. Lomba rampak sekarb. Fashion show

IGTKI Kec.Cikole Sukabumi

Juara 2Harapan 1

2013/2014

4 Lomba Sekolah Sehat Kecamatan Juara 2 2013/2014

5 Lomba Sekolah SehatTingkat Kota Sukabumi

Kota Juara 1 2013/2014

6 a. Lomba menyanyi ( Guru )b. Lomba Menari ( Guru )

Rayon LukasBPK PENABUR

Juara 2Juara 2

2014/2015

7 Bercerita Kota Harapan 1 2014/2015

Page 118: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

111Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2016

Profil BPK PENABUR Sukabumi

SMPK BPK PENABUR SukabumiMenggunakan Kurikulum Nasional yangdiperkaya dengan Academic, English,Entrepreneurship, Character And Life Skills (A-EEC). SMPK BPK PENABUR Sukabumi menjadiSekolah yang unggul dan Berprestasi.

Dengan tenaga pendidik yang berkualitas,berpengalaman, dan berprestasi, disertai denganlingkungan belajar dan fasilitas yang memadai.SMPK BPK PENABUR Sukabumi berhasilselama tiga tahun berturut – turut mencapaiperingkat pertama terbaik Ujian Nasional.Selain prestasi di bidang akademik, siswa SMPKBPK PENABUR Sukabumi juga berhasilmemperoleh prestasi di bidang olahraga untuktingkat Provinsi. Penggunaan bahasa Inggrisdalam kegiatan pembelajaran di kelas maupundalam keseharian siswa di lingkungan sekolahmerupakan pembiasaan untuk mendorongsiswa aktif dalam berbahasa Inggris.

Program Unggulan SMPK BPK PENABURSukabumi1. Entrepreneurship Event ( School Yard Sale, Food

Bazar, Charity Event ). Kegiatan yangdigunakan untuk mengasah bakat siswadalam berwirausaha sekaligusmengimplementasikan kepedulian terhadapsesama.

2. Character Camp , pendidikan danpembentukan karakter bagi siswa agarsesuai dengan nilai nilai iman Kristiani .

Tabel 3: Daftar Prestasi SDJenis Prestasi Tingkat Prestasi Tahun

1. O2SN Catur Putri Kecamatan Juara IV 2011/2012

2. Renang Putri Kota Juara 1 2012/2013

3. Renang Putri Kota Juara 1 2012/2013

4. Renang Putri Kota Juara 2 2012/2013

5. OSN Tingkat Kecamatan Juara 1 2012/2013

6. OSN Tingkat Kota Juara 3 2012/2013

7. Lomba Menyanyi Kecamatan Juara 1 2012/2013

8. Lomba Menyanyi Kota Juara 1 2012/2013

9. Lomba Renang O2SN Provinsi Peringkat 7 2013/2014

3. Be Tough, Excellent Worldwide, Share withsociety, Trust in God (BEST Character)

SMAK BPK PENABUR SukabumiSMAK BPK PENABUR Sukabumi bertujuanuntuk menghasilkan siswa yang unggul danberprestasi. Menggunakan sistem pembelajaranAcademic, English, Entrepreneur-ship,Character And Life Skills (A-EEC), mampumembuat siswa memiliki prestasi di bidangakademik, fasih berkomunikasi dalam bahasaInggris, pandai dalam menciptakan peluangusaha dan memiliki karakter sesuai dengan nilainilai iman Kristiani.

Tenaga pendidik yang berkualitas,berpengalaman, dan berprestasi, membuat siswamendapatkan pengajaran ilmu dan ketrampilanterbaik. Fasilitas yang lengkap dan memadai,memungkinkan siswa mendapatkan pendidikandalam lingkungan belajar yang menyenangkan.Minat dan bakat siswa dituangkan dalamberbagai program sekolah antara lain melaluiMusik, Seni, bahasa ( Inggris, Mandarin danJepang ), Olahraga. Siswa juga dibekali denganpengetahuan dan praktek kewirausahaansehingga setiap siswa akan memahamikeragaman tuntutan pasar.

SMK BPK PENABUR SukabumiSMKK BPK PENABUR Sukabumi merupakansalah satu wadah untuk melebarkan sayap

Page 119: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2016

Profil BPK PENABUR Sukabumi

dalam dunia pendidkan. Melalui SMKK BPKPENABUR Sukabumi, siswa dibekali ilmu danketerampilan. Program keahlian SMKK BPKPENABUR Sukabumi adalah AdministrasiPerkantoran. Siswa dapat memahamiadministrasi perkantoran, konsep dasarmanajemen dan akuntansi, keterampilankomunikasi dan pengetahuan informasi(Komputer ). Siswa juga dididik untukmenciptakan peluang usaha dan dilatih untukcakap berbahasa Inggris, dan Mandarin. Siswajuga dididik oleh tenaga pengajar yangberkualitas, berpeng-alaman, dan berprestasi.Fasilitas pembelajaran yang mendukungmembuat siswa mendapatkan pendidikandalam lingkungan yang menyenangkan. Parasiswa SMK BPK PENABUR Sukabumi jugadipersiapkan untuk masuk ke dunia kerja danusaha. Melalui kerjasama antara SMK BPKPENABUR Sukabumi dengan beberapaperusahaan, para alumnus disalurkan untukmengisi kebutuhan perusahaan akan tenagakerja yang kompeten dan terampil.

BPK PENABUR Sukabumi mendukungpengembangan sekolah melalui pengadaan

sarana dan prasaran pendidikan antara lain labkomputer, ruang UKS dan UKGS, kolam renang,perpustakaan,satu ruang kesenian/audiovisual, ruang guru, ruang administrasi – kepalasekolah, ruang dapur, berbagi untuk kamar kecil,ruang gudang, dan halaman dengan alat-alatbermain. Sementara itu Tabel 5, memaparkannama Kepala Sekolah yang saat ini menjabat diBPK PENABUR, dan tahun mulai bekerja di BPKPENABUR.

Tabel 4: Daftar Prestasi SMPK, SMAK dan SMKNo Jenis Prestasi Tingkat Prestasi Tahun

SMPK

1. O2SN Basket Provinsi Juara 2 2013/2014

SMAK

1. Olimpiade Fisika Nasional Juara 2 2011/2012

2. Lomba Poster Provinsi Juara 1 2012/2013

3. Lomba NEON Provinsi Juara 2 2012/2013

4. Lomba OSN Komputer Kota Juara 1 2013/2014

5. Lomba NEON UNPAR Provinsi Juara 2 2013/2014

6. OSN (Lomba Komputer) Nasional 9 besar 2014/2015

SMK

1. Lomba LKS Matematika Kota Harapan 2 2013/2014

2. Lomba Basket Putra Kota Juara 1 2013/2014

Tabel 5: Kepala TKK-SDK-SMPKSMAK-SMK

No N a m a Jabatan Mulaibekerja

1 Dra. Agustina W Kepala TKK 1981

2 MulyadiDanusasmita Kepala SDK 1995

3 R. EzraTheodores, S.T.

KepalaSMPK-SMAK 2006

4 Wahyudiyono Kepala SMK 1987

Page 120: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

113Jurnal Pendidikan Penabur - No. 25/Tahun ke-14/Desember 2016

Profil BPK PENABUR Sukabumi

Tabel 6: Program Sekolah

Jenjang Program

TKK

- Bernyanyi dan Bermain Angklung

- Perayaan Keagamaan

- English Day

- Sundanese

- Bahasa Mandarin

- Pemeriksaan Kesehatan

- Bina Pribadi Anak

- Calistung

- Pendidikan Keselamatan Berlalulintas

SDK

- Ekstrakurikuler : Melukis, PaduanSuara, Tari Modern. Bahasa Inggris,Renang, Basket, Ansambel, Futsal

- Perayaan Keagamaan : Natal, Paskah,Imlek

- Kegiatan Khusus : Bhakti Sosial

SMPK

- English Day

- Entrepreneurship

- Lantern Festival

- Character Camp

SMAK

- AECC

- English Day

- Character Camp

- Lantern Festival

- Entrepreneurship

SMK

- Perayaan Keagamaan: Natal, Paskah

- Ekstrakurikuler : Pramuka, Basket,Futsal

- Praktek Kerja Lapangan

- Uji Kompetensi

BPK PENABUR Sukabumi jugamenyusun program untuk kegiatanekstra-kurikuler dalam berbagaibentuk kegiatan seperti terlihat padaTabel 6.

BPK PENABUR Sukabumimendukung pengembangan sekolahmelalui pengadaan sarana danprasarana pendidikan antaralaindalam bentuk ruang kelas untukKelompok Bermain, Kelompok A, danB, ruang komputer, ruang UKS danUKGS, kolam renang (TKK), ruangperpustakaan, ruang kesenian/audio visual, ruang guru, ruangadministrasi – kepala sekolah, ruangdapur, ruang berbagi untuk kamarkecil, gudang, dan halaman denganalat-alat bermain

Aneka ragam kegiatan pendidik-an yang telah diberikan diharapkanmembantu siswa memperolehcapaian pembelajaran yang tidakhanya unggul dalam ilmupengetahuan dan keterampilantetapi juga memiliki kepribadianyang andal dengan bercirikan nilai-nilai Kristiani.

Page 121: Diterbitkan oleh - Yayasan BPK PENABUR · Jurnal Pendidikan Penabur - No.25/Tahun ke-14/Desember 2015 iii Dasar (KD) tertentu misalnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi

Acuan Penulisan Ilmiah

A. Persyaratan1. Belum diterbitkan/ Belum Pernah dikirim ke Media Cetak Lain.

2. Karya Asli: Dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

B. Ragam Naskah

1. Kajian Pustaka

2. Kajian Empiris3. Kajian/ Studi Kasus4. Evaluasi5. Kajian Kebijakan6. Kajian Pengembangan7. Analisis Deskriptif/Opini8. Resensi Buku

C. Struktur Naskah

1. Judul

a. Menggambarkan Isi Naska, Singkat dan Padat

b. Tidak Spesifik/Sempit, Tidak Terlalu Umum

c. Paling panjang 14 Kata

2. Identitas Penulis

a.Nama Lengkap, Tanpa Gelar

b. Alamat e-mail Pribadi

c. Nama Institusi/Lembaga

3. Abstrak

a. Isi

i. Sifat: Informatif

ii. Latar Belakang Masalah & Masalah

iii. Tujuan

iv. Metode, Tempat & Waktu

v. Hasil & Saran

b. Panjang150 -200 kata

Dalam 1 paragraf

c. Kata-Kata KunciMinimal 3 kata

Merupakan istilah/konsep penting

d. Bahasai. Bahasa Indonesia

ii. Bahasa Inggris

4. Pendahuluan

a. Isi

i. Latar Belakang Masalah

ii. Rumusan Masalah

iii. Manfaat Penelitian

iv. Kajian Pustaka/Teori

b. Bentuki. Deskriptif

ii. Informatif

5. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

b. Tempat dan Waktu Penelitian

c. Prosedur Penelitian: sumber, teknik pengumpulan & analisis data

6. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil/Datai. Kualitatif

ii. Kuantitatif

b. Pembahasani. Interpretasi

ii. Analisis: induktif, deduktif, komparatif

c. Implikasii. Makro/Umum

ii. Mikro/Khusus

7. Penutupa. Kesimpulan

b. Saran

8. Daftar Pustaka

a. Gaya/Style: APA

b. Jumlah referensi minimal 5

c. Dirujuk langsung dlm tulisan

d. Terbitan minimal 5 thn terakhir

D. Fisik Naskah

1. Format: A42. Huruf: Book Antique- 10 point,3. Panjang naskah: 4.000 - 10.000 kata dengan1,5 spasi4. Wujud: Soft copy dan printout