Distribusi Tegangan Di Sekitar Lubang Bukaan

22
1 Distribusi Tegangan di Sekitar Lubang Bukaan Ridho K. Wattimena Departemen Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Massa batuan pada lokasi yang dalam akan mengalami tegangan in situ yang dihasilkan oleh: berat tanah/batuan yang ada di atasnya (gravitational stress), tegangan akibat peristiwa tektonik (tectonic stress), tegangan sisa (residual stress).

description

modul tambang bawah nah

Transcript of Distribusi Tegangan Di Sekitar Lubang Bukaan

  • 1Distribusi Tegangan di SekitarLubang Bukaan

    Ridho K. Wattimena

    Departemen Teknik PertambanganInstitut Teknologi Bandung

    Pendahuluan

    Massa batuan pada lokasi yang dalam akanmengalami tegangan in situ yang dihasilkanoleh: berat tanah/batuan yang ada di atasnya

    (gravitational stress), tegangan akibat peristiwa tektonik (tectonic

    stress), tegangan sisa (residual stress).

  • 2Pendahuluan

    Jika sebuah lubang bukaan bawah tanahdibuat pada massa batuan ini: kondisi tegangan secara lokal akan berubah, kondisi tegangan baru akan dialami oleh massa

    batuan di sekitar lubang bukaan tersebut.

    Pendahuluan

    Pemahaman mengenai besar dan arahtegangan in situ dan tegangan terinduksi inimerupakan bagian penting dalamperancangan lubang bukaan bawah tanah.Dalam banyak kasus, tegangan terinduksi iniakan melampaui kekuatan massa batuan danmenyebabkan ketidakmantapan lubangbukaan bawah tanah.

  • 3Tegangan In Situ Vertikal

    Perhatikan sebuah elemen batuan padakedalaman 1000 m di bawah permukaan.Berat dari kolom vertikal batuan yang membebani elemen ini merupakan hasilperkalian antara: kedalaman, dan berat satuan massa batuan di atasnya (umumnya

    diasumsikan sekitar 2.7 t/m3 ~ 0.027MN/m3).Jadi, tegangan in situ vertikal yang dialamioleh elemen adalah 2700 t/m2 atau 27 MPa.

    Tegangan In Situ VertikalTegangan ini dapat diperkirakan darihubungan sederhana:v = . z ~ 0.027 z v = tegangan in situ vertikal = berat satuan massa batuan di atas elemen z = kedalam dari permukaan

    Pengukuran tegangan in situ vertikal disejumlah tambang dan konstruksi sipilmenunjukkan bahwa hubungan ini cukupvalid, meskipun terdapat penyebaran data yang cukup besar.

  • 4Tegangan In Situ Vertikal

    Tegangan In Situ Horisontal

    Tegangan in situ horisontal jauh lebih sulituntuk diperkirakan dibandingkan dengantegangan in situ vertikal.Biasanya, rasio tegangan in situ horisontalterhadap tegangan in situ vertikal dinyatakandengan k, sehingga:

    h = k.v

  • 5Tegangan In Situ Horisontal

    Terzaghi and Richart (1952) mengusulkanbahwa:

    = Poissons ratioHubungan ini sempat dipakai secara luas, tetapi telah dibuktikan tidak akurat, sehinggajarang dipakai lagi sekarang.

    =

    1k

    Tegangan In Situ Horisontal

    Pengukuran tegangan in situ horisontal padabeberapa tambang dan proyek sipil di seluruhdunia (Brown and Hoek, 1978; Herget, 1988) menunjukkan bahwa:

    k cenderung tinggi pada kedalaman dangkal,dan menurun dengan bertambahnya

    kedalaman.

  • 6Tegangan In Situ Horisontal

    Sheorey (1994) mengusulkan persamaan:

    Eh = Modulus deformasi bagian atas dari kulitbumi yang diukur pada arah horisontal dalam GPa

    z= kedalaman dalam m

    )z1

    (0.001E 70.25k h ++=

    Tegangan In Situ Horisontal

  • 7Peta Tegangan

    Peta TeganganAnak panah tebal berarah ke dalammenunjukkan orientasi hmax pada daerahthrust faulting (hmax>hmin> v).Anak panah tebal berarah ke luarmenunjukkan orientasi hmin pada daerahnormal faulting (v>hmax> hmin).Anak panah tebal berarah ke dalammenunjukkan hmax bersama dengan anaktipis berarah ke luar menunjukkan hmin, terletak pada lokasi strike-slip faulting (hmax>v> hmin).

  • 8Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganKeadaan Paling Sederhana

    Geometri terowongan Penampang lingkaran, jari-jari R. Terowongan horisontal. Kedalaman, H > 20R.

    Massa batuan Kontinu. Homogen. Isotrop.

    Tegangan awal hidrostatik: v = h = 0

    Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganKeadaan Paling Sederhana

    R 0

    0

    = 2

    2

    0rr rR

    1

    += 2

    2

    0 rR

    1

  • 9Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganKeadaan Paling Sederhana

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    0 2 4 6 8 10

    Jarak dari batas terowongan, r/R

    Teg

    anga

    n In

    duks

    i/T

    egan

    gan

    Aw

    alTegangan radial

    Tegangan tangensial

    Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganKeadaan Umum (Kirsch, 1898)

    R

  • 10

    Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganKeadaan Umum (Kirsch, 1898)

    ( ) ( )

    +

    += 2 cos

    rR

    3rR

    41K1rR

    1K12p

    44

    2

    2

    2

    2

    rr

    ( ) ( )

    ++

    ++= 2 cos r

    R31K1

    rR

    1K12p

    44

    2

    2

    ( )

    += 2 sin r

    R3

    rR

    21K12p

    44

    2

    2

    r

    Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganKeadaan Umum, k = 2

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    0 2 4 6 8 10

    Jarak dari dinding, r/R

    Teg

    anga

    n In

    duks

    i/T

    egan

    gan

    Aw

    al

    Tegangan radial

    Tegangan tangensial

  • 11

    Daerah Plastis di Sekitar Terowongan

    ( ) 11c

    c0

    1

    12

    RR'

    ++=

    += sin 1 sin 1

    Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganPenampang Tapal Kuda

    h = v A = 2.2 v B = 1.3 vh = 0.5 v A = 0.6 v B = 1.8 vh = 0.33 v A = 0.1 v B = 1.9 v

    A

    B B

    v

    h

  • 12

    Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganPenampang Bujursangkar

    h = v A = 1.1 v B = 1.1 vh = 0.5 v A = 0.1 v B = 1.6 vh = 0.33 v A = -0.3 v B = 1.8 v

    A

    B B

    v

    h

    Distribusi Tegangan di Sekitar TerowonganPenampang Elips

    ( )

    HW

    q

    q2K

    1Kp

    2qK1p

    B

    A

    =

    +=+=

  • 13

    Metodologi Perancangan Lubang Bukaanpada Batuan Masif Elastik

    Kembangkan rancanganuntuk memenuhi

    duty requirements

    Hitung tegangan padabatas galian

    Hitung tegangan padabatas galian

    < c atau > - T

    > c atau < -T

    Metodologi Perancangan Lubang Bukaanpada Batuan Masif Elastik (Lanjutan)

    Periksa perananbid. diskontinu

    mayor

    Terimarancangan

    Tidak ada slip

    Tidak ada separation

    Slip dan/atauseparation

    Terima rancangan dantentukan penyangga

    ATAUModifikasi rancangan dan

    analisis ulang

  • 14

    Metodologi Perancangan Lubang Bukaanpada Batuan Masif Elastik (Lanjutan)

    Modifikasi rancangan untuk membatasifailure pada batas galian

    Tentukan tegangan padatitik-titik interior

    Tentukan perluasan daerah failure potensialdan nilai kepentingan pertambangan

    Daerah failure dapat diterima

    Daerah failure takdapat diterima

    Rancangsistem penyangga

    Modifikasi rancanganuntuk mereduksi daerah failure

    Daerah Pengaruh Lubang Bukaan

  • 15

    Daerah Pengaruh Lubang Bukaan(Lanjutan)

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 1

  • 16

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 1 (Lanjutan)

    Dengan menggunakan Persamaan Kirsch untuk =0 diperoleh bahwa r=0 untuksemua r, jadi rr dan adalah teganganprincipal.Tegangan geser pada bidang lemah adalahnol dan tidak ada kecenderungan terjadinyaslip.Bidang lemah tidak mempengaruhi distribusitegangan elastik

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 2

  • 17

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 2 (Lanjutan)

    Persamaan Kirsch dengan =90 tidakterjadi tegangan geser pada bidang lemah. Kemungkinan pemisahan pada bidang lemahterjadi jika tegangan tarik terdapat pada atap(K < 1/3) de-stress zone di atap (dandinding) dengan tinggi, :

    =2K

    3K1Rh

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 3

  • 18

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 3 (Lanjutan)

    Tegangan normal dan tegangan geser padabidang lemah:

    Kondisi batas terjadinya pergeseran: =

    cos sin cos

    2n

    ==

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 4

  • 19

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 4 (Lanjutan)

    v = p, h = 0.5p

    /n maksimum terjadi pada r/R = 0.357, yang sesuai dengan = 19.60

    +==

    +==

    4

    4

    2

    2

    r

    2

    2

    n

    r3R

    r2R

    1 0.52p

    rR

    1 1.52p

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 5

  • 20

    Pengaruh Bidang Lemah pada DistribusiTegangan Elastis: Kasus 5 (Lanjutan)

    v = p, h = p

    Pergeseran terjadi jika < 240

    =

    =

    2sinrR

    p

    2 cos rR

    1 p

    2

    2

    2

    2

    n

    Distribusi Tegangandi Sekitar Stope

  • 21

    Distribusi Tegangandi Sekitar Stope

    Distribusi Tegangan diProduction Level

  • 22

    Distribusi Tegangan diProduction Level