DISTRIBUSI Fe, Zn, DAN Cu DALAM GAMBUT BERDASARKAN … · BERDASARKAN JARAK DARI BATANG POHON...

36
DISTRIBUSI Fe, Zn, DAN Cu DALAM GAMBUT BERDASARKAN JARAK DARI BATANG POHON KELAPA SAWIT, UMUR TANAMAN, DAN TUTUPAN LAHAN PADA MUSIM KEMARAU SITI HAJAR DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of DISTRIBUSI Fe, Zn, DAN Cu DALAM GAMBUT BERDASARKAN … · BERDASARKAN JARAK DARI BATANG POHON...

DISTRIBUSI Fe, Zn, DAN Cu DALAM GAMBUT

BERDASARKAN JARAK DARI BATANG POHON KELAPA

SAWIT, UMUR TANAMAN, DAN TUTUPAN LAHAN PADA

MUSIM KEMARAU

SITI HAJAR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Distribusi Fe, Zn, dan

Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari Batang Pohon Kelapa Sawit, Umur

Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim Kemarau adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

Siti Hajar

NIM A14120058

ABSTRAK

SITI HAJAR. Distribusi Fe, Zn, dan Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari

Batang Pohon Kelapa Sawit, Umur Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim

Kemarau. Dibimbing oleh SUPIANDI SABIHAM dan HERU BAGUS

PULUNGGONO.

Miskinnya unsur hara pada lahan gambut menjadi sebuah kendala dalam

pemanfaatan pengembangan pertanian, khususnya untuk perkebunan kelapa sawit.

Pemupukan dilakukan untuk menambah konsentrasi unsur hara pada lahan

gambut, diantaranya unsur mikro yang ketersediaannya rendah. Penelitian ini

bertujuan untuk mempelajari distribusi unsur hara Fe, Zn, dan Cu pada profil

gambut baik secara vertikal maupun horizontal pada musim kemarau. Variabel

yang diamati yaitu jarak dari batang pohon kelapa sawit, kedalaman gambut,

ketebalan gambut, umur tanaman kelapa sawit, dan perbedaan tutupan lahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Fe, Zn, dan Cu semakin tinggi

dengan bertambahnya jarak dari batang pohon. Kedalaman 25-50 cm mempunyai

konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan kedalaman 0-25 cm. Berdasarkan

ketebalan gambut, konsentrasi Fe, Zn, dan Cu di gambut >3 m lebih tinggi

dibandingkan gambut <3 m. Berdasarkan umur kelapa sawit, konsentrasi tertinggi

ada pada pertanaman 6-15 tahun. Konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada musim

kemarau lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan. Konsentrasi Fe, Zn, dan

Cu pada musim kemarau berturut-turut sebesar 1361,88 mg/kg, 25,81 mg/kg, dan

11,58 mg/kg.

Kata kunci: distribusi, hara, kedalaman, ketebalan, umur

ABSTRACT

SITI HAJAR. Distribution of Fe, Zn, and Cu in Peat based on Distance from Oil

Palm Tree Trunk, Plant Age, and Land Cover on Dry Season. Supervised by

SUPIANDI SABIHAM and HERU BAGUS PULUNGGONO.

The lack of nutrients in the peat become an obstacle for the development of

agriculture, especially for utilization of oil palm plantations. Fertilization was

done to increase the concentration of nutrients in the peat such as the micro

nutrients that have low availability. This research aimed to study of the

distribution of nutrients Fe, Zn, and Cu in peat profiles either vertically or

horizontally on the dry season. The variables measured the distance from the tree

trunk, peat depth, peat thicknees, age of oil palm, and differences in land cover.

The results showed that the concentration of Fe, Zn, and Cu have higher by

increasing distance from the tree trunk. The depth of 25-50 cm has higher

concentration of Fe, Zn, and Cu than the depth of 0-25 cm. Based on the thickness

of the peat, the concentration of Fe, Zn, and Cu in peat are higher in >3 m of peat

thickness than that in <3 m of peat thickness. Based on the age of the plant, the

highest concentration of Fe, Zn, and Cu in plant age 6-15 years. The concentration

of the nutrients Fe, Zn, and Cu in the dry season is higher than in the rainy season.

Concentration Fe, Zn, and Cu in the dry season is 1361,88 mg/kg, 25,81 mg/kg,

and 11,58 mg/kg respectively.

Keywords: distribution, nutrients, depth, thickness, age

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DISTRIBUSI Fe, Zn, DAN Cu DALAM GAMBUT

BERDASARKAN JARAK DARI BATANG POHON KELAPA

SAWIT, UMUR TANAMAN, DAN TUTUPAN LAHAN PADA

MUSIM KEMARAU

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Distribusi Fe, Zn,

dan Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari Batang Pohon Kelapa Sawit,

Umur Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim Kemarau” ini berhasil

diselesaikan. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada ayah, ibu,

adik, dan keluarga yang selalu memberikan do’a dan dukungannya selama

ini. Terimakasih juga kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (Beasiswa

Bidikmisi) atas bantuan biaya pendidikan yang diberikan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof Dr Ir Supiandi Sabiham, MAgr selaku dosen pembimbing I

yang senantiasa memberikan ilmu, motivasi, dan arahan selama

penelitian hingga penulisan skripsi.

2. Ir Heru Bagus Pulunggono, MAgr selaku dosen pembimbing II

yang telah membimbing dan memberikan saran dalam

penyempurnaan penulisan skripsi.

3. Dr Ir Syaiful Anwar, MSc selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran untuk penulisan skripsi yang lebih baik.

4. PT. Kimia Tirta Utama atas bantuan dan kerjasamanya.

5. Mimien Harianti, Fuadi Irsan, Begum Shahiba, dan Santun David

Siagian atas dukungan dan bantuannya selama penelitian.

6. Seluruh staf laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

7. Affan Chahyahusna sebagai teman penelitian.

8. Syafitri Indriaswari, Inez Havirza, dan Violeta Ekanjani sebagai

tim penelitian gambut.

9. Teman-teman yang telah membantu selama penelitian dan

penulisan skripsi khususnya Nandia Berlita Laturiuw, Sufiah Siti

Nurjannah, Rani Juniarti, Fairus Nur Affifah, Sumira, Puji Lestari

Ningsih, Chaterina Theresia Hasibuan, Muhamad Wahyudi, Nur

Fajria, Ajiz Saidul Hamzah, Tedhi Dana Pamuji, dan Ika Mustika.

10. Teman-teman Ilmu Tanah angkatan 49 atas kebersamaan dan

dukungannya selama perkuliahan dan penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2016

Siti Hajar

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanah Gambut 2

Pembentukan Gambut 2

Karakteristik Gambut 3

Unsur Hara Mikro 3

Kelapa Sawit 4

METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Alat dan Bahan 5

Metode 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan jarak dari batang 6

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh 7

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan ketebalan gambut 8

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan umur tanaman kelapa sawit 9

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan tutupan lahan 10

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan musim 10

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 22

DAFTAR TABEL

1 Lokasi yang mewakili tutupan lahan kelapa sawit dan ketebalan

gambut

6

DAFTAR GAMBAR

1 Pengambilan contoh tanah gambut berdasarkan jarak dari

batang dan kedalaman contoh

6

2 Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan jarak

dari batang

7

3 Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan

kedalaman contoh

8

4 Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan

ketebalan gambut

9

5 Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan umur

tanaman kelapa sawit

9

6 Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan tutupan

lahan

10

7 Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan musim 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Kebun PT. Kimia Tirta Utama 17

2 Data pemupukan unsur mikro berdasarkan jenis pupuk dan

kandungan hara yang hanya diberikan mulai tahun 2011 sampai

dengan 2012

18

3 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan jarak dari batang 19

4 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh 19

5 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan ketebalan gambut 19

6 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan umur tanaman

kelapa sawit

19

7 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan tutupan lahan 19

8 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim kemarau 20

9 Unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim hujan 21

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem spesifik yang selalu tergenang

air. Fungsi lahan gambut antara lain berupa fungsi ekonomi, pengatur hidrologi,

lingkungan, budaya, dan keragaman hayati. Lahan gambut disusun oleh sisa-sisa

vegetasi yang terakumulasi dalam waktu yang cukup lama. Indonesia merupakan

negara yang memiliki areal gambut terluas di zona tropis, yakni mencapai 70%

(Wahyunto dan Subiksa 2011). Luas lahan gambut Indonesia yaitu sekitar 14,9

juta hektar yang merupakan terbesar ke empat di dunia setelah Kanada, Rusia, dan

Amerika Serikat (BBSDLP 2011).

Lahan mineral yang semakin terbatas dan kenaikan penduduk yang semakin

tinggi menyebabkan pemanfaatan lahan gambut semakin pesat. Salah satu

pemanfaatan di lahan gambut yang sedang berkembang pesat yaitu pemanfaatan

untuk perkebunan berupa kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu

tanaman perkebunan yang banyak ditanam di lahan gambut, baik dalam bentuk

perkebunan rakyat (small holder) maupun perkebunan besar (negara dan swasta).

Tanaman kelapa sawit membutuhkan air, suhu hangat, dan sinar matahari yang

cukup untuk memaksimalkan hasil produksi. Indonesia merupakan negara yang

memiliki suhu tropis yang sangat cocok untuk mengembangkan perkebunan

kelapa sawit. Lahan gambut merupakan lahan yang tergolong marginal baik untuk

tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan. Menurut Dariah et al

(2014), karakteristik gambut sangat ditentukan oleh ketebalan gambut, substratum

(lapisan tanah mineral di bawah gambut), kematangan, dan tingkat pengayaan,

baik dari luapan sungai di sekitarnya maupun pengaruh dari laut khususnya untuk

gambut pantai (keberadaan endapan marin).

Pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut tidak terlepas dari

pemupukan karena unsur hara yang rendah pada lahan gambut. Pemupukan

dilakukan untuk meningkatkan produksi dengan keuntungan ekonomi yang

maksimal. Tingkat ketersediaan hara dalam tanah mencerminkan tingkat

kesuburan tanah dan berkolerasi positif dengan hasil tanaman. Oleh karena itu,

analisis unsur hara sangat diperlukan untuk mengetahui kebutuhan unsur hara

yang akan diberikan melalui pemupukan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi unsur hara Fe, Zn, dan

Cu pada profil gambut baik secara vertikal maupun horizontal pada musim

kemarau.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Gambut

Lahan gambut merupakan lahan yang memiliki lapisan tanah yang kaya

dengan bahan organik. Dalam soil taxonomy, tanah gambut dikelompokkan ke

dalam ordo Histosol yang artinya jaringan. Berbeda dengan tanah mineral, tanah

gambut mempunyai kandungan C-organik >18% yang terdapat pada kedalaman

50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa

tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan

miskin hara. Oleh karena itu, lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa

(swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk. Timbunan terus

bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob yang

menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan

tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang

disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi, berbeda dengan proses

pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik

(Sufardi et al 2013).

Pembentukan Gambut

Pembentukan gambut diduga terjadi pada periode Holosen antara 10.000–

5.000 tahun silam. Pada periode Pleistosen (periode sebelum Holosen),

permukaan laut berada kira-kira 60 meter di bawah permukaan laut sekarang.

Peningkatan suhu global yang terjadi sekitar 10.000 tahun silam mengakibatkan

lapisan es di daerah kutub mencair sehingga secara pelan-pelan terjadi

peningkatan muka air laut (Dheeradilok 1987 dalam Noor 2001). Pembentukan

gambut di Indonesia terjadi antara 6.800–4.200 tahun yang silam dimana

pencairan es menyebabkan peningkatan muka air laut dan Paparan Sunda

tergenang oleh air membentuk rawa-rawa. Vegetasi yang ada menjadi terbenam

dan mati, kemudian mengalami proses dekomposisi secara lambat sehingga bahan

organik terakumulasi. Transportasi bahan-bahan tanah dari pegunungan atau

daerah bagian hulu menuju ke arah laut mengakibatkan terbentuknya dataran

pantai (regresi) dan garis pantai mengalami pergeseran (transgesi) menjorok lebih

ke laut. Dataran pantai yang terbentuk umumnya berupa cekungan sehingga sisa-

sisa tumbuhan yang umumnya adaptif seperti tanaman air, pakis, dan bakau

tertimbun secara berlapis-lapis dan hampir tidak mengalami perombakan. Secara

bertahap dalam kurun waktu yang panjang, timbunan sisa tumbuhan-tumbuhan ini

menjadi lantai hutan gambut. Semakin tinggi wilayah permukaan laut, semakin

tua umur hasil timbunan gambutnya.

Menurut Chimner dan Ewel dalam Fahmi dan Radjagukguk (2013), laju

penimbunan gambut di daerah tropika relatif lebih cepat daripada daerah beriklim

sedang. Gambut di daerah tropika tersusun dari bahan berkayu yang kaya lignin

sehingga pembaharuannya berjalan lambat. Apabila terjadi degradasi, kerusakan

yang terjadi hampir tidak dapat terpulihkan.

3

Karakteristik Gambut

Gambut di Indonesia berasal dari kayu-kayuan sehingga kaya akan

kandungan lignin dan selulosa. Tingkat kematangan gambut terdiri dari fibrik,

hemik, dan saprik. Fibrik adalah gambut yang bahan organiknya masih belum

terlalu terdekomposisi dan dicirikan dengan masih terlihatnya sifat-sifat dari

jaringan tanaman penyusunnya. Saprik adalah gambut yang bahan organiknya

telah terdekomposisi lanjut. Hemik adalah gambut yang tingkat dekomposisi

bahan organiknya antara fibrik dan saprik. Berdasarkan kadar air, Ratmini (2012)

menyatakan bahwa kadar air tanah gambut berkisar 100-1.300% dari berat

keringnya (13 kali bobotnya). Hal ini menunjukkan bahwa kadar air gambut jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan tanah mineral yang kemampuan menyerap

airnya hanya berkisar 20-35% bobot keringnya. Sifat lain dari gambut yaitu

porositas yang tinggi dan bobot isi (BI) yang rendah. Total volume porositas

berkisar 88-90%, sedangkan BI gambut di lapisan permukaan berkisar 0,14-0,17

g/cc (Andriesse 1994 dalam Wahyunto et al 2013). Dariah et al (2012)

menunjukkan besarnya pengaruh tingkat kematangan gambut terhadap besarnya

BI gambut yaitu semakin matang gambut, rata-rata BI gambut menjadi lebih

tinggi.

Sifat kimia tanah gambut bisa dilihat dari kemasaman tanah (pH),

kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), dan ketersediaan unsur hara

makro dan mikro. Kemasaman tanah gambut tropis umumnya tinggi (pH 3-5).

Asam organik memberikan kontribusi nyata terhadap rendahnya pH tanah

gambut. KTK pada tanah gambut cukup tinggi berkisar 115-270 cmol+/kg,

sedangkan kejenuhan basa (KB) tanah gambut umumnya rendah pada kisaran 5,4-

13% dengan rasio C/N tinggi yaitu 24-33,4 (Suhardjo dan Adhi 1976 dalam

Nurhayati et al 2014). Kandungan basa-basa yang rendah disertai dengan nilai

kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi menyebabkan ketersediaan basa-basa

menjadi rendah (Hartatik et al 2011).

Unsur Hara Mikro

Pertumbuhan tanaman yang baik tergantung dari gabungan faktor

lingkungan yang seimbang dan menguntungkan. Faktor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari cahaya, tunjangan mekanik,

suhu, udara, air, dan unsur hara. Apabila salah satu faktor tidak seimbang dengan

faktor lainnya, maka faktor itu dapat menekan atau menghentikan pertumbuhan

tanaman. Kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan

persoalan utama dalam produksi tanaman. Unsur hara tanaman terdiri dari unsur

hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit.

Tanah gambut mengandung unsur hara mikro yang sangat rendah dan

diikat cukup kuat (khelat) oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi

tanaman. Selain itu, adanya kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur hara

mikro direduksi ke bentuk yang tidak dapat diserap tanaman (Hartatik et al 2011).

Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman antara lain Fe, Zn, Cu, Mn, B, Mo,

dan Cl. Unsur hara mikro bukan berarti kurang penting dibandingkan unsur hara

makro, tetapi hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Tiga keadaan tanah yang

4

menyebabkan unsur hara mikro menjadi penghambat yaitu tanah berpasir, tanah

organik, dan tanah sangat alkalin. Unsur hara mikro mempunyai fungsi antara lain

Fe dan Zn berperan dalam pembentukan klorofil. Unsur Cu merupakan penyusun

dari berbagai enzim. Apabila kekurangan unsur Fe dan Zn akan menyebabkan

tanaman menjadi khlorosis, sedangkan kekurangan unsur Cu menyebabkan

terganggunya sintesis protein.

Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejak

dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia, luas areal perkebunan

kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tanaman kelapa sawit

merupakan tanaman tahunan yang hidup di daerah tropis dan mampu tumbuh baik

pada suhu optimum antara 29-30o C. Menurut Darmosarkoro et al (2001), apabila

ditinjau dari kebutuhan airnya, kelapa sawit dapat tumbuh baik pada lahan dengan

curah hujan yang cukup (1.750-3.000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang

merata sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan <60 mm).

Curah hujan optimum yang dikehendaki tanaman ini adalah antara 2.000-2.500

mm pertahun dengan distribusi hujan merata sepanjang tahun tanpa ada bulan

kering yang berkepanjangan. Kondisi lahan ideal untuk kelapa sawit adalah tanah

yang subur dan gembur, pH antara 5,0-5,5, kedalaman efektif yang dalam tanpa

ada lapisan padas, serta kelerengan antara 0-15% (Setyamidjaja 1993). Ketinggian

tempat yang dikehendaki tanaman kelapa sawit adalah antara 0-400 m di atas

permukaan laut (Sugiyono et al 2003). Pada ketinggian 600 m di atas permukaan

laut, kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan laju pertumbuhan yang lambat dan

produksi yang lebih rendah.

Keberhasilan pengusahaan kelapa sawit berkaitan erat dengan tingkat

produksi yang dapat dicapai. Tingkat produksi yang dapat dicapai ditentukan oleh

potensi genetik bahan tanaman, potensi lahan, dan tingkat pengelolaan

pertanaman. Tanaman kelapa sawit banyak terdapat di tanah-tanah yang memiliki

tingkat kesuburan fisik dan kimia yang rendah. Pemupukan dapat mendukung

produktivitas tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit

tergolong tanaman yang konsumtif terhadap unsur hara. Pemupukan pada kelapa

sawit harus mempertimbangkan banyak faktor, diantaranya jumlah hara yang

diserap tanaman, hara yang dikembalikan, hara yang hilang dari zona perakaran,

hara yang terangkut panen, serta kemampuan tanah menyediakan hara (Arsyad et

al 2012). Pemupukan di dalam piringan kelapa sawit merupakan praktek yang

sangat umum dijumpai di perkebunan rakyat maupun perusahaan. Pupuk dan

amelioran disebar di sekitar batang (piringan) sejak bibit mulai ditanam hingga

umur produksi. Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur tersedia bagi

perakaran tanaman (Marwanto et al 2012).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan (2015), luas areal

perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 10.754.801 ha dan 2.290.736 ha

berada di Provinsi Riau. Total produksi kelapa sawit Indonesia sebesar 5.855.638

ton. Sejak tahun 2006, Indonesia tercatat sebagai negara produsen sawit terbesar

di dunia. Total produksi sawit Indonesia menyumbang sekitar 45% dari produksi

sawit dunia (Badrun 2010 dalam Wahyunto et al 2013). Meningkatnya

permintaan minyak sawit dunia mendorong peningkatan produksi terutama dalam

5

bentuk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil). Pengembangan perkebunan

kelapa sawit di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,

meningkatkan penerimaan dan devisa negara, menyediakan lapangan kerja,

meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku

dalam negeri, mendorong pengembangan wilayah, serta mengoptimalkan

pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2015 sampai dengan

Februari 2016. Data musim hujan digunakan sebagai data perbandingan musim

yang diperoleh dari data Siagian (2016). Pengambilan contoh tanah gambut

musim hujan dilakukan pada akhir bulan Januari sampai dengan awal Februari

2015, sedangkan musim kemarau pada akhir bulan Juli sampai dengan awal

Agustus 2015. Tempat pengambilan contoh tanah gambut adalah di perkebunan

kelapa sawit PT. Kimia Tirta Utama, Siak, Riau. Contoh tanah gambut diambil

oleh Mimien Harianti (Mahasiswa S3 IPB). Peta kebun PT. Kimia Tirta Utama

secara lengkap disajikan pada Lampiran 1.

Alat dan Bahan

Analisis tanah gambut dilakukan di laboratorium yang terdiri dari analisis

Fe total, Zn total, dan Cu total. Metode yang digunakan yaitu metode pengabuan

basah. Analisis menggunakan bahan HClO4 dan HNO3. Alat yang digunakan yaitu

alat destruksi dan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Pupuk yang

diberikan terdiri dari FeSO4, ZnSO4, dan CuSO4. Data pemupukan unsur mikro

diperoleh dari kantor manajemen PT. Kimia Tirta Utama yang disajikan pada

Lampiran 2. Adapun analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dalam

bentuk grafik dan dipaparkan pada bagian hasil dan pembahasan.

Metode

Pengambilan contoh tanah gambut dilakukan pada beberapa blok di lahan

gambut. Contoh tanah gambut diambil dari sekitar perakaran (rhizosfer) kelapa

sawit. Adapun variabel yang diamati yaitu berdasarkan jarak dari batang pohon

kelapa sawit, kedalaman gambut, ketebalan gambut, umur tanaman, dan tutupan

lahan. Jarak dari batang pohon terdiri dari jarak 1 m, 2 m, dan 3 m. Kedalaman

gambut terdiri dari 0-25 cm dan 25-50 cm. Ketebalan gambut terdiri dari <3 m

dan >3 m. Umur tanaman kelapa sawit terdiri dari umur <6 tahun, 6-15 tahun, dan

>15 tahun. Tutupan lahan terdiri dari kelapa sawit, hutan, dan semak.

6

Lokasi pengambilan contoh tanah gambut disajikan pada Tabel 1,

sedangkan titik pengambilan contoh tanah gambut yang terpilih masing-masing

disajikan pada Gambar 1.

Tabel 1. Lokasi yang mewakili tutupan lahan kelapa sawit dan ketebalan gambut

No Tutupan Lahan Tebal Gambut (m) Lokasi Transek

1 Kelapa sawit <6 tahun <3 L7

2 Kelapa sawit <6 tahun >3 L7

3 Kelapa sawit 6-15 tahun <3 OK 19

4 Kelapa sawit 6-15 tahun >3 OK 25

5 Kelapa sawit >15 tahun <3 OK 24

6 Kelapa sawit >15 tahun >3 K 23

Gambar 1. Pengambilan contoh tanah gambut berdasarkan jarak dari batang dan

kedalaman contoh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan jarak dari batang

Konsentrasi rataan Fe, Zn, dan Cu total pada musim kemarau paling tinggi

berada pada jarak 3 m dari batang pohon kelapa sawit. Gambar 2 dan Lampiran 3

menunjukkan bahwa pada jarak tersebut, konsentrasi Fe sebesar 1592,41 mg/kg,

Zn sebesar 29,94 mg/kg, dan Cu sebesar 13,67 mg/kg. Secara keseluruhan,

distribusi unsur hara Fe, Zn, dan Cu meningkat dengan semakin bertambahnya

jarak dari batang pohon. Berbeda dengan musim kemarau, konsentrasi Fe, Zn, dan

Cu total pada musim hujan cenderung lebih tinggi pada jarak 2 m (Siagian 2016).

Modifikasi oleh Heru Bagus Pulunggono

7

Hal ini disebabkan karena pengaruh dari pemberian pupuk secara manual yang

biasanya dilakukan di jarak 2 m.

Gambar 2. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan jarak dari

batang

Unsur Fe, Zn, dan Cu total lebih tinggi pada jarak 3 m ini sesuai dengan

sebaran akar pada kelapa sawit. Akar sangat vital sebagai organ penyerap unsur

hara secara selektif pada tanaman. Semakin jauh jarak dari batang maka akar

semakin sedikit, sehingga unsur hara yang diserap oleh tanaman pun sedikit. Hal

ini menyebabkan unsur hara yang ada pada tanah gambut menjadi lebih tinggi.

Pada kebun kelapa sawit di tanah mineral, akar tumbuh ke arah horisontal hingga

>4,5 m dan terkonsentrasi pada kedalaman 30 cm (Harahap 1999). Berdasarkan

hasil penelitian Marwanto et al (2013), kerapatan akar di dekat batang kelapa

sawit memiliki nilai tertinggi dan kemudian menurun secara gradual dengan

bertambahnya jarak dari batang.

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh

Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan kedalaman contoh

menunjukkan bahwa konsentrasi tertinggi pada musim kemarau berada pada

kedalaman 25-50 cm. Berbeda halnya dengan musim kemarau, pada musim hujan

cenderung lebih tinggi pada kedalaman 0-25 cm. Berdasarkan Gambar 3 dan

Lampiran 4, konsentrasi Fe, Zn, dan Cu musim kemarau pada kedalaman 0-25 cm

berturut–turut sebesar 1195,29 mg/kg, 22,42 mg/kg, dan 10,45 mg/kg, sedangkan

pada kedalaman 25-50 cm berturut-turut sebesar 1528,46 mg/kg, 29,19 mg/kg,

dan 12,72 mg/kg.

0

400

800

1200

1600

1 m 2 m 3 m

mg/k

g

(a)

Kemarau Hujan

0

5

10

15

20

25

30

1 m 2 m 3 m

mg/

kg

(b)

Kemarau Hujan

0

5

10

15

20

25

30

1 m 2 m 3 m

mg/k

g

(c)

Kemarau Hujan

8

Gambar 3. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan kedalaman

contoh

Konsentrasi hara yang lebih tinggi pada lapisan atas disebabkan karena

pemberian pupuk di dalam piringan dilakukan dengan cara ditebar di permukaan

tanah sehingga menyebabkan perbedaan tingkat konsentrasi di kedua lapisan.

Sementara itu, konsentrasi hara yang lebih tinggi pada lapisan bawah diduga

karena serapan unsur hara oleh tanaman yang lebih tinggi pada lapisan atas. Hal

ini disebabkan karena akar yang berfungsi menyerap hara di lapisan atas

berjumlah lebih banyak dibandingkan di lapisan bawah. Selain itu, pencucian

(leaching) ke arah vertikal menyebabkan unsur hara terdistribusi ke bawah lapisan

gambut.

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan ketebalan gambut

Secara umum, konsentrasi unsur hara mikro pada musim kemarau dan hujan

di gambut dengan ketebalan <3 m lebih rendah dibandingkan gambut dengan

ketebalan >3 m. Gambar 4 dan Lampiran 5 menunjukkan bahwa konsentrasi rata-

rata Fe pada musim kemarau di gambut <3 m sebesar 706,96 mg/kg, Zn sebesar

24,50 mg/kg, dan Cu sebesar 11,61 mg/kg. Sementara itu, konsentrasi Fe pada

gambut >3 m sebesar 2016,79 mg/kg, Zn sebesar 27,12 mg/kg, dan Cu sebesar

11,55 mg/kg.

Menurut Ratmini (2012), konsentrasi hara semakin rendah dengan

semakin meningkatnya ketebalan gambut. Hal ini sesuai dengan konsentrasi unsur

Cu musim kemarau yang menunjukkan bahwa konsentrasinya lebih tinggi pada

gambut <3 m dibandingkan dengan gambut >3 m. Konsentrasi hara semakin

rendah dengan semakin meningkatnya ketebalan gambut berkaitan dengan

kemampuan akar tanaman untuk mencapai tanah mineral dibawahnya. Akar akan

menyerap hara dan meredistribusikannya melalui daun yang gugur ke permukaan

tanah. Konsentrasi unsur hara yang lebih besar pada gambut >3 m diduga

diakibatkan karena lebih rendahnya serapan hara oleh tanaman. Selain itu, adanya

akumulasi residu yang lebih banyak pada gambut >3 m menyebabkan konsentrasi

hara lebih banyak di gambut >3 m dibandingkan dengan gambut <3 m.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

0-25 cm 25-50 cm

mg/k

g

(a)

Kemarau Hujan

0

5

10

15

20

25

30

35

0-25 cm 25-50 cm

mg/k

g

(b)

Kemarau Hujan

0

2

4

6

8

10

12

14

0-25 cm 25-50 cm

mg/k

g

(c)

Kemarau Hujan

Umur

tanaman (thn)

9

Gambar 4. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan ketebalan

gambut

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan umur tanaman kelapa sawit

Konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada gambut di pertanaman kelapa sawit

umur 6-15 tahun cenderung lebih besar dibandingkan dengan di pertanaman

kelapa sawit umur <6 tahun dan >15 tahun. Rendahnya konsentrasi unsur hara Fe,

Zn, dan Cu di pertanaman kelapa sawit yang berumur <6 tahun disebabkan karena

tidak diberikan pupuk FeSO4, ZnSO4, dan CuSO4. Rendahnya konsentrasi unsur-

unsur tersebut di pertanaman kelapa sawit yang berumur >15 tahun, diduga karena

serapan hara yang tinggi. Konsentrasi di lahan pertanaman masing-masing umur

kelapa sawit disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 6.

Gambar 5. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan umur tanaman

kelapa sawit

Tingginya konsentrasi hara pada pertanaman umur 6-15 tahun disebabkan

karena pada umur tersebut, kelapa sawit sedang dalam masa produktif dan

0

500

1000

1500

2000

2500

<3 m >3 m

mg/k

g

(a)

Kemarau Hujan

0

5

10

15

20

25

30

<3 m >3 mm

g/k

g

(b)

Kemarau Hujan

0

5

10

15

20

25

30

<3 m >3 m

mg/k

g

(c)

Kemarau Hujan

0

400

800

1200

1600

2000

<6 tahun 6-15 tahun >15 tahun

mg/k

g

(a)

Kemarau Hujan

0

5

10

15

20

25

30

35

<6 tahun 6-15 tahun >15 tahun

mg/k

g

(b)

Kemarau Hujan

0

5

10

15

20

25

30

35

<6 tahun 6-15 tahun >15 tahun

mg/k

g

(c)

Kemarau Hujan

10

membutuhkan unsur hara lebih banyak. Oleh karena itu, untuk menghasilkan hasil

yang optimum maka hara yang diberikan melalui pemupukan pun tinggi.

Berdasarkan data pemupukan tahun 2011, dosis pupuk FeSO4, ZnSO4, dan CuSO4

yang diberikan pada pertanaman kelapa sawit umur 6-15 tahun sama dengan umur

>15 tahun, yaitu sebesar 0,10 kg/pokok. Sementara itu, data pemupukan tahun

2012, dosis pupuk FeSO4 di pertanaman kelapa sawit umur 6-15 tahun sebesar

0,20 kg/pokok dan 0,18 kg/pokok di pertanaman kelapa sawit umur >15 tahun.

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan tutupan lahan

Berdasarkan tutupan lahan, konsentrasi Fe dan Cu gambut di kelapa sawit

lebih tinggi dibandingkan dengan hutan dan semak yaitu sebesar 1424,62 mg/kg

dan 12,36 mg/kg. Beda halnya dengan Fe dan Cu, konsentrasi Zn paling tinggi

ada pada semak yaitu sebesar 68,04 mg/kg. Konsentrasi hara Fe dan Cu lebih

tinggi pada kelapa sawit disebabkan karena adanya pengaruh pemupukan.

Konsentrasi Zn yang lebih rendah di kelapa sawit diduga berkaitan dengan

kebutuhan Zn kelapa sawit. Sementara itu, sejarah penggunaan semak tidak

diketahui. Konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada masing-masing tutupan lahan

disajikan pada Gambar 6 dan Lampiran 7.

Gambar 6. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan tutupan lahan

Distribusi Fe, Zn, dan Cu total berdasarkan musim

Berdasarkan variabel yang diamati yaitu jarak dari batang, kedalaman

gambut, ketebalan gambut, dan umur tanaman kelapa sawit, menunjukkan bahwa

konsentrasi unsur hara Fe, Zn, dan Cu total saat musim kemarau lebih tinggi

dibandingkan musim hujan. Perbedaan curah hujan antara musim hujan dan

musim kemarau menyebabkan tingginya pencucian (leaching) saat musim hujan.

Hal ini menyebabkan rendahnya unsur hara Fe, Zn, dan Cu pada musim hujan.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

kelapa

sawit

Hutan Semak

mg/k

g

(a)

0

10

20

30

40

50

60

70

kelapa

sawit

Hutan Semak

mg/k

g

(b)

0

5

10

15

20

25

kelapa

sawit

Hutan Semak

mg/k

g

(c)

11

Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa konsentrasi unsur Fe, Zn, dan Cu pada

musim hujan dan musim kemarau sangat berbeda. Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu

pada musim hujan berturut-turut sebesar 179,73 mg/kg, 6,13 mg/kg, dan 1,85

mg/kg, sedangkan pada musim kemarau sebesar 1361,88 mg/kg, 25,81 mg/kg,

dan 11,58 mg/kg. Data hasil analisis untuk musim kemarau dan musim hujan

disajikan pada Lampiran 8 dan 9.

Gambar 7. Konsentrasi Fe (a), Zn (b), dan Cu (c) total berdasarkan musim

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konsentrasi unsur hara Fe, Zn, dan Cu total pada musim kemarau paling

tinggi berada pada jarak 3 m dari batang pohon kelapa sawit. Kedalaman 25-50

cm mempunyai konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total lebih tinggi dibandingkan

kedalaman 0-25 cm. Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total lebih tinggi pada gambut

dengan ketebalan >3 m dibandingkan pada gambut dengan ketebalan <3 m.

Konsentrasi Fe, Zn, dan Cu total paling tinggi berdasarkan umur kelapa sawit

terdapat pada gambut di pertanaman berumur 6-15 tahun. Berdasarkan musim,

musim kemarau mempunyai konsentrasi Fe, Zn, dan Cu lebih tinggi dibandingkan

musim hujan.

Saran

Perlu dilakukannya analisis serapan hara Fe, Zn, dan Cu oleh akar tanaman

kelapa sawit melalui analisis daun.

0

300

600

900

1200

1500

Kemarau Hujan

mg/k

g

(a)

0

5

10

15

20

25

30

Kemarau Hujan

mg/k

g

(b)

0

5

10

15

20

25

30

Kemarau Hujanm

g/k

g

(c)

12

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad R, H Junedi, dan Y Farni. 2012. Pemupukan kelapa sawit berdasarkan

potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada

lahan marginal Kumpeh. Jurnal Penelitian Universitas Jambi. Vol 14(1):

29-36.

BBSDLP[Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian]. 2011. Peta Lahan

Gambut Indonesia Skala 1:250.000. Bogor.

Dariah A, E Maftuah, dan Maswar. 2014. Karakteristik lahan gambut. Panduan

Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi. Hlm: 16-29.

Dariah A, E Susanti, A Mulyani, dan F Agus. 2012. Faktor penduga karbon

tersimpan di lahan gambut. Dalam: Prosiding Seminar Nasional

Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. BBSDLP. Badan Litbang

Pertanian. Bogor, 4 Mei 2012.

Darmosarkoro W, I Y Harahap, dan E Syamsuddin. 2001. Pengaruh kekeringan

pada tanaman kelapa sawit dan upaya penanggulangannya. Warta PPKS.

Vol 9(3): 83-96.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas

Kelapa Sawit 2013-2015. Jakarta.

Fahmi A dan R Bostang. 2013. Peran gambut terhadap nitrogen total tanah di

lahan rawa. Jurnal Berita Biologi. Vol 12(2): 223-230.

Harahap E M. 1999. Perkembangan akar tanaman kelapa sawit pada tanah

terdegradasi di Sosa, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara [disertasi]. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Hartatik W, I G M Subiksa, dan A Dariah. 2011. Sifat kimia dan fisik tanah

gambut. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Lahan Gambut

Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hal: 45-56.

Marwanto S, S Sabiham, U Sudadi, dan F Agus. 2012. Distribusi unsur hara dan

perakaran pada pola pemupukan kelapa sawit di dalam piringan di

Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Dalam: Prosiding Seminar

Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi.

Bogor, 29-30 Juni 2012.

Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Yogyakarta:

Kanisius.

Nurhayati, Razali, dan Zuraida. 2014. Peranan berbagai jenis bahan pembenah

tanah terhadap status hara P dan perkembangan akar kedelai pada tanah

gambut asal Ajamu Sumatera Utara. Jurnal Floratek. Vol 9: 29-38.

Ratmini S. 2012. Karakteristik dan pengelolaan lahan gambut untuk

pengembangan pertanian. Jurnal Lahan Suboptimal. Vol 1(2): 197-206.

Setyamidjaja D. 1993. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius.

Siagian S D. 2016. Distribusi Fe, Cu, dan Zn pada lahan gambut perkebunan

kelapa sawit berdasarkan jarak dari batang dan ketebalan gambut pada

musim hujan [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sufardi, S A Ali, Khairullah, dan Sugianto. 2013. Disain teknis rehabilitasi lahan.

Project implementation unit-studi ekosistem rawa Tripa. Aceh: Universitas

Syiah Kuala.

13

Sugiyono et al. 2003. Penilaian Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian

Kelapa Sawit Medan.

Wahyunto, A Dariah, D Pitono, dan M Sarwani. 2013. Prospek pemanfaatan lahan

gambut untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jurnal Perspektif. Vol

12(1):11-22.

Wahyunto dan I G M Subiksa. 2011. Genesis Lahan Gambut Indonesia. Balai

Penelitian Tanah. Bogor. 3-14 hal.

14

LAMPIRAN

17

Lam

pir

an

1. P

eta

Keb

un

PT

. K

imia

Tir

ta U

tam

a

17

OK

19

OK

25

OK

24

K 2

3

L 7

18

Lam

pir

an

2.

Dat

a pem

upukan

unsu

r m

ikro

ber

das

arkan

jen

is p

upuk d

an k

andungan

har

a yan

g h

anya

dib

erik

an m

ula

i ta

hun 2

011 s

ampai

den

gan

2012

Tah

un

Ket

ebal

an

Gam

but

Um

ur

Tan

aman

Jenis

Pupuk (

kg/p

okok)

K

andun

gan

har

a (k

g/p

ok

ok)

FeS

O4

Zn

SO4

Cu

SO4

F

e Z

n

Cu

2011

<3

m

<6

tah

un

- -

-

- -

-

6-1

5 t

ahun

0,1

0

0,1

0

0,1

0

0.0

4

0,0

4

0,0

4

>1

5 t

ahun

0,1

0

0,1

0

0,1

0

0.0

4

0,0

4

0,0

4

>

3 m

<

6 t

ahun

- -

-

- -

-

6-1

5 t

ahun

0,1

0

0,1

0

0,1

0

0.0

4

0,0

4

0,0

4

>1

5 t

ahun

0,1

0

0,1

0

0,1

0

0.0

4

0,0

4

0,0

4

2012

<3

m

<6

tah

un

- -

-

- -

-

6-1

5 t

ahun

0,2

0

- -

0,0

7

- -

>1

5 t

ahun

0,1

8

- -

0,0

7

- -

>

3 m

<

6 t

ahun

- -

-

- -

-

6-1

5 t

ahun

0,2

0

- -

0,0

7

- -

>1

5 t

ahun

0,1

8

- -

0,0

7

- -

1

18

19

Lampiran 3. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan jarak dari batang

Musim Jarak dari batang (m) Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg)

Kemarau

1

2

3

1045,50 20,32 8,67

1447,72 27,17 12,42

1592,41 29,94 13,67

Hujan

1

2

3

163,94 7,17 2,11

203,49 5,68 2,26

171,77 5,54 1,18

Lampiran 4. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan kedalaman contoh

Musim Kedalaman (cm) Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg)

Kemarau 0-25 1195,29 22,42 10,45

25-50 1528,46 29,19 12,72

Hujan 0-25 188,21 6,27 1,48

25-50 171,25 5,99 2,22

Lampiran 5. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan ketebalan gambut

Musim Ketebalan (m) Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg)

Kemarau <3 706,96 24,50 11,61

>3 2016,79 27,12 11,55

Hujan <3 173,06 6,49 1,58

>3 186,40 5,77 2,12

Lampiran 6. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan umur tanaman kelapa sawit

Musim Umur tanaman Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg)

Kemarau <6 tahun 851,94 27,15 6,17

6-15 tahun 1900,02 31,72 9,78

>15 tahun 1333,67 18,56 18,80

Hujan <6 tahun 201,06 4,86 1,09

6-15 tahun 192,14 5,95 2,82

>15 tahun 146,00 7,58 1,65

Lampiran 7. Unsur hara Fe, Zn, dan Cu berdasarkan tutupan lahan

Tutupan lahan Fe (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg)

Hutan 649,45 52,18 0,75

Semak 500,89 68,04 2,94

Kelapa sawit 1361,88 25,81 11,58

1

8

19

1

Lam

pir

an

8. U

nsu

r har

a F

e, Z

n, d

an C

u to

tal

pad

a m

usi

m k

emar

au

T

utu

pan

Lahan

Um

ur

(tah

un)

Jara

k d

ari

bat

ang (

m)

Ked

alam

an

(cm

)

<

3 m

>3

m

50 m

100

m

5

0 m

100

m

Fe

Zn

C

u

F

e Z

n

Cu

Fe

Zn

C

u

F

e Z

n

Cu

(mg/k

g)

(m

g/k

g)

(mg/k

g)

(

mg

/kg)

Saw

it

< 6

1

0

-25

40

7,3

3

17

,32

2

,37

48

8,7

5

20

,78

2,8

4

70

2,7

4

16

,46

5

,88

4

84

,63

11

,35

4

,06

2

0-2

5

6

76

,31

2

8,7

5

3

,93

71

1,8

8

30

,26

4,1

4

71

3,3

1

16

,71

5

,97

6

33

,31

14

,84

5

,30

3

0-2

5

6

77

,18

2

8,7

9

3

,94

73

1,4

2

31

,09

4,2

5

1

05

3,0

7

24

,67

8

,81

6

80

,74

15

,95

5

,70

1

25

-50

6

92

,26

2

9,4

3

4

,03

1

07

0,4

1

45

,50

6,2

3

1

28

6,8

5

30

,15

10

,77

7

95

,35

18

,63

6

,66

2

25

-50

8

36

,30

3

5,5

5

4

,86

83

7,6

9

35

,61

4,8

7

1

40

2,5

1

32

,85

11

,74

10

98

,34

25

,73

9

,19

3

25

-50

9

50

,20

4

0,3

9

5

,53

96

6,9

7

41

,11

5,6

2

1

43

1,4

5

33

,53

11

,98

11

17

,55

26

,18

9

,35

Saw

it

6-1

5

1

0-2

5

4

85

,21

2

1,7

5

3

,33

30

8,0

7

13

,81

2,1

2

1

72

8,8

0

19

,95

8

,35

23

50

,41

27

,12

11

,36

2

0-2

5

5

97

,37

2

6,7

8

4

,10

53

1,6

0

23

,83

3,6

5

3

78

8,7

0

43

,71

18

,31

29

06

,21

33

,53

14

,04

3

0-2

5

6

74

,72

3

0,2

4

4

,63

67

2,7

7

30

,16

4,6

2

2

94

7,1

9

34

,00

14

,24

36

30

,88

41

,89

17

,55

1

25

-50

5

45

,21

2

4,4

4

3

,74

44

4,5

1

19

,92

3,0

5

1

86

7,9

6

21

,55

9

,03

30

26

,51

34

,92

14

,63

2

25

-50

6

74

,19

3

0,2

2

4

,63

68

2,1

1

30

,57

4,6

8

3

80

9,2

8

43

,95

18

,41

36

48

,15

42

,09

17

,63

3

25

-50

7

40

,36

3

3,1

9

5

,08

70

6,1

2

31

,65

4,8

5

3

68

7,4

6

42

,54

17

,82

51

46

,61

59

,38

24

,87

Saw

it

>1

5

1

0-2

5

6

14

,49

1

1,8

9

20

,85

48

3,9

5

9

,37

16

,42

77

9,5

6

9

,10

4

,62

13

06

,45

15

,25

7

,74

2

0-2

5

7

42

,28

1

4,3

7

25

,18

88

9,8

3

17

,22

3

0,1

9

1

56

2,9

2

18

,24

9

,26

21

28

,30

24

,84

12

,61

3

0-2

5

8

00

,46

1

5,4

9

27

,16

1

00

2,3

6

19

,40

3

4,0

1

1

85

2,5

6

21

,62

10

,98

22

84

,61

26

,66

13

,54

1

25

-50

3

17

,94

6,1

5

10

,79

71

8,5

2

13

,91

2

4,3

8

2

18

8,5

2

25

,54

12

,97

19

97

,53

23

,31

11

,84

2

25

-50

8

40

,90

1

6,2

7

28

,53

96

1,5

7

18

,61

3

2,6

3

1

82

3,6

4

21

,28

10

,81

22

48

,53

26

,24

13

,33

3

25

-50

10

17

,67

1

9,6

9

34

,53

95

1,6

1

18

,42

3

2,2

9

1

81

6,5

3

21

,20

10

,77

26

77

,32

31

,25

15

,87

20

2

Lam

pir

an

9. U

nsu

r har

a F

e, Z

n, d

an C

u t

ota

l pad

a m

usi

m h

uja

n (

Sia

gia

n 2

016)

Tutu

pan

Lahan

Um

ur

(tah

un)

Jara

k d

ari

bat

ang (

m)

Ked

alam

an

(cm

)

<3

m

>

3 m

50

m

1

00

m

5

0 m

10

0 m

Fe

Zn

C

u

F

e Z

n

Cu

Fe

Zn

C

u

F

e Z

n

Cu

(

mg/k

g)

(

mg/k

g)

(

mg

/kg)

(mg/k

g)

Saw

it

<6

1

0

-25

1

44

,40

2,3

5

0,8

2

1

67

,25

4

,30

0,5

2

1

65

,86

4

,03

1

,00

8

3,9

1

6

,08

1,2

1

2

0

-25

2

01

,94

5,2

9

1,1

5

1

08

,31

3

,67

0,6

7

1

08

,68

0

,45

0

,91

24

2,5

1

6

,18

1,4

8

3

0

-25

1

45

,72

3,6

4

1,1

2

5

76

,75

7

,95

0,3

1

5

29

,70

5

,30

0

,52

7

4,2

1

1

,72

0,6

7

1

2

5-5

0

9

1,9

2

3

,15

1,4

2

46

,36

4

,56

0,6

7

1

30

,51

5

,85

1

,09

6

7,5

3

3

,26

0,7

0

2

2

5-5

0

12

6,7

6

2

,77

1,9

3

2

07

,53

5

,28

0,4

9

5

24

,55

6

,00

0

,40

14

9,7

6

11

,95

2,0

5

3

2

5-5

0

20

4,9

0

4

,95

2,4

4

1

52

,19

4

,97

0,2

5

4

08

,45

10

,12

3

,31

16

5,7

1

2

,89

1,0

9

Saw

it

6-1

5

1

0-2

5

1

5,0

0

7

,33

2,3

5

1

68

,50

15

,28

3

,55

1

90

,92

1

,92

1

,33

3

3,7

9

6

,03

2,2

9

2

0-2

5

27

6,1

5

17

,40

2,5

0

2

57

,80

11

,02

2

,59

5

86

,30

9

,20

0

,31

6

2,4

5

6

,40

1,7

8

3

0-2

5

47

0,9

0

2

,40

1,2

1

27

,18

3

,13

0,4

0

2

42

,35

1

,40

1

,03

1

1,8

9

4

,32

1,0

0

1

25

-50

16

1,1

5

3

,13

1,6

3

1

13

,75

3

,28

7,4

3

1

39

,69

8

,05

2

,38

38

5,6

7

7

,63

3,7

0

2

25

-50

7

6,1

2

0

,92

0,7

3

71

,42

5

,19

2,9

5

6

31

,15

3

,14

22

,80

24

7,5

0

8

,53

0,4

0

3

25

-50

20

2,9

7

5

,20

0,3

4

38

,28

6

,36

2,3

2

1

79

,95

2

,18

1

,51

2

0,4

2

3

,41

1,2

1

Saw

it

>1

5

1

0-2

5

14

8,3

0

20

,06

1,5

4

4

16

,55

7

,57

2,8

0

32

,91

2

,88

1

,90

23

5,6

0

7

,47

3,7

0

2

0-2

5

18

9,4

5

7

,50

1,4

8

3

25

,40

4

,35

2,4

4

43

,93

5

,96

1

,30

4

8,3

4

2

,75

1,1

2

3

0-2

5

18

7,6

1

11

,55

1,3

6

71

,86

5

,75

1,4

8

83

,99

4

,67

1

,39

9

9,2

0

8

,42

2,1

7

1

25

-50

22

4,2

8

5

,47

0,8

5

1

88

,27

2

,77

1,1

8

28

,50

2

,48

2

,98

55

3,9

5

37

,23

3,6

7

2

25

-50

17

3,3

0

3

,52

1,6

0

53

,64

2

,39

0,8

8

0

,50

2

,40

1

,09

17

0,2

7

4

,19

1,3

0

3

25

-50

11

8,0

9

22

,59

1,1

2

80

,31

6

,69

0,4

9

7

,26

2

,35

1

,03

2

2,6

2

1

,06

0,7

3

21

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 16 April 1994. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Lili Sahli dan Dede

Waskanah. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN Sukasirna (2001-

2006), kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Pagerageung (2006-2009)

dan SMAN 1 Ciawi (2009-2012).

Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan mayor Manajemen Sumberdaya

Lahan dan mengambil minat di Divisi Kimia dan Kesuburan Tanah. Selama

menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT)

sebagai anggota Divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) HMIT

2014. Penulis juga pernah ikut serta dalam kepanitiaan yaitu panitia Pekan

Olahraga Tanah (PORTAN), Cross Country, Pertemuan Nasional Ilmu Tanah,

Seminar Nasional Ilmu Tanah, dan Soilidarity. Penulis pernah mengikuti kegiatan

KKNP dan UPSUS Pajale di Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Selain itu,

penulis pernah menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Pengantar Kimia

Tanah program Sarjana dan Ilmu Tanah program Diploma.

Penulis menyelesaikan studi dengan melakukan penelitian dan skripsi

yang berjudul “Distribusi Fe, Zn, dan Cu dalam Gambut berdasarkan Jarak dari

Batang Pohon Kelapa Sawit, Umur Tanaman, dan Tutupan Lahan pada Musim

Kemarau” dibimbing oleh Prof Dr Ir Supiandi Sabiham, MAgr dan Ir Heru Bagus

Pulunggono, MAgr.