Distrans Paper
-
Upload
kisahprabawati -
Category
Documents
-
view
91 -
download
3
description
Transcript of Distrans Paper
SISTEM
DISTRIBUSI Tugas Mata Kuliah Distribusi &
Transmisi Tenaga Listrik
Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Depok
2015
Pengajar : Dr. Ir. Ridwan Gunawan M.T.
Makalah gabungan, oleh : Mahasiswa kelas Distribusi & Transmisi
Tenaga Listrik 2015
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
2 | P a g e F.S.
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I - TRANSFORMATOR .............................................................................. 3
BAB II - PEMUTUS TENAGA & LOAD BREAK SWITCH .......................... 25
BAB III - ARRESTER .......................................................................................... 43
BAB IV - KABEL PENGHANTAR ..................................................................... 63
BAB V - REL & PENTANAHAN ........................................................................ 80
BAB VI - CT, PT, TEG. SENTUH & LANGKAH ............................................. 91
DAFTAR REFERENSI ......................................................................................... 103
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
3 | P a g e F.S.
BAB I
TRANSFORMATOR
Oleh :
1-4 REG
Gema Handaru
Masyhuri
David Apriando Mangatur
Arinal Haq Benbadri
26-29 REG
Achyar Maulana Pratama
Ahmad Dzul Faiq Murtadlo
Benni Mustafa
Ginas Alvianingsih
1-4 PAR
Dara Azka
Faizal Harits Hasibuan
Andreas Zubizareta
Muhammad Abdul Aziz
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
4 | P a g e F.S.
TRANSFORMATOR
A. Latar belakang
Sistem tenaga listrik terdiri dari tiga komponen penting yaitu Pembangkitan,
Transmisi, dan Distribusi yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga dapat menyalurkan daya listrik dari sisi pembangkit ke konsumen. Pada sisi
pembangkit, energi yang dihasilkan di-step-up menjadi tengangan yang sangat tinggi
agar memperkecil nilai arus, sehingga kerugian daya di sepanjang transmisi dapat
diperkecil. Daya bertegangan tinggi ini dikirim melalui saluran transmisi ke sub-station
(Gardu Induk) dan ke gardu distribusi. Dari gardu distribusi ini akan disalurkan lagi ke
beban-beban yang terpasang di gardu ini melalui saluran transmisi. Namun karena
tegangan yang dibutuhkan di sisi beban atau konsumen itu tidak cocok dengan
tegangan tinggi yang dikirim dari sisi pembangkit, maka akan diturunkan kembali level
tegangannya. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang dapat mengubah level
tegangan yaitu transformator
B. Definisi Transformator
Transformator adalah mesin statis yang digunakan untuk mengubah daya listrik
bolak balik dari suatu level tegangan ke level tegangan lain dengan memanfaatkan
medan magnet. Maksud dari pengubahan level tegangan tersebut adalah seperti
menurunkan tegangan AC dari 220 VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan tegangan dari
110 VAC ke 220 VAC. Transformator atau trafo bekerja berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).
Transformator digunakan untuk menaikan tegangan pada sisi pembangkitan dan
digunakan untuk menurunkan tegangan pada gardu induk dan gardu distribusi.
Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga
ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, kemudian transformator lainnya menurunkan
tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun
perkantoran yang pada umumnya menggunakan tegangan AC 220 Volt.
Transformator pertama kali dibuat pada tahun 1882 dari kesalahan desain
“secondary generator” dengan inti besi terbuka (open iron core) oleh Lucien Gaulard
dan John Dixon Gibbs. Transformator ini terdiri dari bagian dasar terbuat dari kayu
mahoni dengan 4 batang baja diatasnya dan tumpukan piringan tembaga yang dipisahi
oleh waxed paper. Dua tahun kemudian Abraham Ganz membuat transformator dengan
kumparan inti yang tertutup di pabrik miliknya untuk menurunkan tegangan guna
menyesuaikan tegangan lampu
bohlam incandescent.
Gambar 1. Transformator
pertama
Pada tahun 1886
Zipernowsky, Deri, Blathy, dan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
5 | P a g e F.S.
William Stanley mendesain transformator kedua yang lebih praktis untuk dibuat dari
mesin, dengan kumparan berbentuk persegi dan inti besi berbentus lembaran huruf E.
Pada transformator generasi kedua ini dikontruksikan baik model step-up dan step-
down.
Gambar 2. Transformator generasi kedua
C. Jenis Transformator
Transformator dibagi berbagai jenis dilihat dari tujuan, kegunaan, konstruksi,
fasanya, kumparannya.
Transformator berdasarkan tujuan :
a. Step-up
(kumparan primer menerima tegangan rendah dan mengubahnya menjadi
tegangan yang lebih tinggi di sisi sekunder)
b. Step-down
(kumparan primer menerima tegangan tinggi dan mengubahnya menjadi
tegangan yang lebih rendah di sisi sekundernya)
Transformator berdasarkan kegunaan :
a. Transformator daya
(transformator yang digunakan di jaringan transmisi. 500kV/150kV dan
150kV/20kV)
b. Transformator distribusi
(transformator yang digunakan di jaringan distribusi dengan rating yang lebih
rendah daripada transformator daya yaitu 20kV/220V)
c. Transformator instrument
(transformator yang digunakan sebagai pendeteksi untuk system proteksi
bekerja. Ada 2 macam yaitu current transformator dan voltage transformator)
Transformator berdasarkan fasa:
a. Single Phase
b. Three phase
Transformator berdasarkan kumparan :
a. Transformator dengan dua kumparan
(kumparan primer dan kumparan sekunder yang terisolasi satu sama lain oleh
kertas dan terhubung secara medan magnet oleh inti besi)
b. Autotransformator
(kumparan primer dan sekunder yang tergabung menjadi satu baik secara
elektrik dan megnetik. Kumparan utama ini di-tap sehingga dapat enjadi step up
ataupun step down)
Transformator berdasarkan konstruksinya :
a. Transformator Outdoor
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
6 | P a g e F.S.
(didesain untuk penempatan di luar ruangan seperti gardu portal)
b. Transformator indoor
(didesain untuk pemakaian di dalam ruangan seperti gardu beton)
D. Komponen Transformator
Gambar 3. Komponen transformator
1. Inti Besi
Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalannya fluks magnetic yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan.Inti besi dibuat dari lempengan-
lempengan besi tipis yang disusun bertumpuk dengan sela-sela udara antara tiap
lempengan yang berfungsi sebagai isolasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi panas
yang ditimbulkan oleh rugi
Gambar 4. Inti besi Transformator
2. Kumparan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
7 | P a g e F.S.
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang
membentuk suatu kumparan atau gulungan. Diantara setiap gulungan kawat dilapisi
oleh kertas karton atau pertinak yang berfungsi sebagai isolasi padat. Kumparan ini
terdiri dari 2 jenis yaitu kumparan sisi primer dan kumparan sisi sekunder. Kumparan
sisi primer yang dihubungkan dengan sumber listrik sedangkan kumparan sekunder
yang dihubungkan dengan beban.
Jenis material kawat yang banyak digunakan untuk membuat kumparan adalah
kawat tembaga. Kawat tembaga memiliki konduktivitas listrik yang bagus, tetapi
memiliki berat yang besar. Untuk mengurangi berat transformator, sering juga
digunakan jenis kawat aluminium. Kawat
dengan bahan dasar aluminium memiliki
berat jenis yang kecil, tetapi kawat ini tidak
tahan terhadap panas dan konduktivitasnya
masih lebih kecil dibandingkan dengan
tembaga.
Gambar 5. Kumparan Transformator
3. Minyak Transformator
Minyak transformator mempunyai 3 fungsi utama yaitu sebagai
isolator,pendingin, dan Pelindung. Minyak transformator mengisolasi kumparan agar
tidak terjadi loncatan bunga api listrik (arcing) akibaat hubungan pendek atau tegangan
tinggi. Selain itu minyak transformator dapat menyerap panas yang ditimbulkan
sewaktu-waktu transformator berbeban lalu melepaskannya (switching pada beban).
Terakhir, minyak transformator dapat melindungi komponen dalam transformator
terhadap korosi dan oksidasi.
4. Bodi Transformator atau Tangki
Bodi transformator ini berfungsi untuk pelindung komponen komponen utama
diatas. Inti besi, kumparan ada di dalam bodi transformator ini yang kemudian diisi
oleh minyak transformator kemudian ditutupdan dikondisikan hampa udara di bagian
dalam bodi transformator ini. Di bagian transformator ini juga berbentuk seperti sirip-
sirip yang berfungsi untuk mengurangi
panas yang ada di dalam transformator
5. Bushing
Bushing merupakan penghubung
antara kumparan transformator ke jaringan
luar. Bushing adalah sebuah konduktor
yang diselubungi oleh isolator yang
sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor tersebut dengan tangki
transformator. Bushing terdiri dari 2 jenis
yaitu elstimold dan porcelen. Jenis ini hanya
dibedakan dari bentuknya dan materialnya.
Gambar 6. Bushing Transformator
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
8 | P a g e F.S.
Distribusi
6. Tap Changer
Tap Changer adalah pengubah perbandingan transformator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder sesuai yang diinginkan
dari tegangan jaringan atau primer yang berubah-
ubah. Tap Changer ini dapat dioperasikan baik
dalam keadaan berbeban (On-Load) dan dalam
keadaan tidak berbeban (Off-Load). Hal ini
tergantung dari jenis tap changer yang terpasang
pada transformator.
Gambar 7. Tap Changer pada
Transformator Distribusi
7. Breather
Pengaruh variasi beban yang terpasang pada transformatoryang selalu naik dan
turun dan juga suhu ambient atau lingkungan maka suhu minyak berubah-ubah
mengikuti keadaan tersebut.Apabila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai
danmendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya jika
suhu minyak transformator turun dan olumenya menyusut maka udara luar akan masuk
ke dalam tangki.
Proses masuk keluarnya udara lingkungan ke
dalam transformator disebut pernapasan transformator.
Hal tersebut menyebabkan permukaan minyak
transformator selalu bersinggungan dengan udara luar
yang menurunkan nilai tegangan tembus minyak
transformator. Untuk mencegah hal tersebut maka pada
ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung
khusus yang berisi Kristal yang bersifat hygroskopis.
Namun sayangnya transformator distribusi di area
bulungan yang saya temui tidak ada komponen ini, karena
kebanyakan transformator yang digunakan sudah berumur
tua sedangkan komponen ini termasuk innovasi baru
Gambar 8. Breather Transformator
8. Indikator Transformator
Indikator yang terdapat pada transformator ada empat jenis yaitu indicator suhu
minyak, indicator permukaan minyak, indikator sitem pendingin dan indicator
kedudukan tap. Indicator ini berfungsi untuk melihat keadaan komponen komponen
tersebut seperti keadaan minyak, sudah seberapa tinggi minyak di dalam tangki, dan
keadaan lainnya.
9. Peralatan pengaman
Setiap unit transformator selalu dilengkapi peralatan pengaman yang berfungsi
untuk mengamankan khususnya fisik, elektrik maupun kimiawi sehingga tidak
menimbulkan bahaya pada transformator itu sendiri. Beberapa peralatan pengaman
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
9 | P a g e F.S.
umum antara lain Bucholz relay,Over pressure relay, Differential relay, Thermal relay,
OCR ( Over Current Relay), Relay tangki tanah, dan Restricted Earth Fault rele
A. Cara Kerja Transformator
Transformator bekerja berdasarkan hukum Ampere dan Hukum Faraday, yaitu
arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya ketika ada medan magnet
yang diinduksikan akan menghasikan tegangan dan menimbulkan arus listrik.
Transformator terdiri dari dua buah kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder yang keduanya bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris
namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak balik
maka fluks bolak balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan
tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya
fluks di kuparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi sendiri (self-
inductance) dan terjadi pula induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan
timbulnya fuks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika
rangkaian sekunder dibebani, sehinggaenergilistrik dapat ditransfer secara keseluruhan
(secara magnetisasi). Hal ini dapat dimengerti dengan gambar dibawah berikut dengan
persamaan matematik yang merepresentasikan kerja transformator ini.
Gambar 9. Prinsip Kerja Transformator
…………………………………………………………(1)
………………………………………………………..(2)
dimana
e = Gaya gerak listrik
N = Jumlah lilitan
= perubahan fluks magnet
(weber/sec)
V1 = tegangan primer
V2 = tegangan sekunder
I1 = arus primer
I2 = arus sekunder
N1 = lilitan primer
N2 = lilitan sekunder
B. Hubungan Primer – Sekunder
Trafo dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Turun atau
naiknya tegangan pada sisi sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan
kumparan. Bila jumlah lilitan kumparan pada sekunder = ns, pada primer = np,tegangan
pada kumparan primer = Up maka pada sisi sekunder timbul ggl
Dengan rumus persamaan Us : Up. = ns : np.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
10 | P a g e
L1 L2
Gambar 10. Perbandingan Primer – Sekunder pada Konstruksi Trafo
Perbandingan antara ns dan np disebut dengan perbandingan transformasi = Aa,
“A” lebih besar dari 1, berarti fungsi trafo untuk menaikkan tegangan (step up) dan
jika “A“ lebih kecil dari1, berarti fungsi trafo untuk menurunkan tegangan (step
down). Perbandingan transformasi teoritis dan praktis dianggap sama, tetapi sebenarnya
ada perbedaan, karena tidak semua flux primer melewati kumparan sekunder, dan itu
disebut flux bocor.
Gambar 11. Ilustrasi Flux pada konstruksi Trafo
L1 = flux bocor pada kumparan primer.
L2 = flux bocor pada kumparan sekunder.
L1 menimbulkan x1 dan L2 menimbulkan x2, kumparan primer mempunyai
tahanan r1 dan kumparan sekunder mempunyai tahanan r2. Sehingga rangkaiannya.
Gambar 12. Rangkaian Konstruksi Trafo
Untuk mengurangi flux bocor tersebut, maka dibuatlah kedua kumparan pada inti yang
sama.
Namun demikian adanya rugi – rugi pada trafo tak dapat dihindari yaitu
dikarenakan adanya sirkit magnetic pada inti tidak dapat semuanya dapat menimbulkan
induksi, karena sebagian hilang pada inti trafo itu sendiri yang disebut dengan rugi
histerisis dan sebagian lain tidak bermanfaat untuk menginduksi, tetapi berpusar-pusar
pada sebagian inti yang disebut dengan rugi eddy currnet.
Ep Up
R1 X1
Us Es
X2 R2
Up Ep np ns Es Us
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
11 | P a g e
Io
U1 E2
I ex
o
I he
e
C. Trafo Tanpa Beban
Trafo tanpa beban menyerap arus listrik untuk kumparan primer disebut dengan
Iio yang terdiri dari arus penguatan (Iex) dan arus histeristis + eddy current (I he),
Gambar 13. Kurva Trafo tanpa beban
Iex 90 ketinggalan dari E1, sedangkan I he sefasa dengan E1, jumlah vektor antara Iex
dan Ihe merupakan Io.
Io = Iex + Ihe
Adanya Ihe menimbulkan rugi – rugi inti = Pc
Pc = E1. Io. Cos. ° atau
Pc = E1. Ihe ……….disebut juga rugi – rugi besi
Besarnya rugi – rugi besi disebabkan oleh arus fou cault dan arus hysterisis,
besarnya tidak tergantung pada beban sehingga bisa disebut dengan rugi – rugi trafo
tanpa beban. Rugi – rugi ini tidak bisa diturunkan kecuali dalam pembuatannya inti
dibuat berlapis – lapis dan dari bahan yang kurva histerisisnya kurus.
D. Trafo Berbeban
Pada keadaan berbeban, rugi trafo selain oleh rugi – rugi besi, kerugian juga
ditimbulkan pada kumparan – kumparannya.Bila kumparan primer dengan tahanan R1
dan arus yang mengalir I1, kumparan sekunder dengan tahanan R2 dan arus yang
mengalir I2, maka akan timbul rugi – rugi yang disebut dengan rugi – rugi tembaga
yang besarnya adalah :
Gambar 14. Rangkaian Konstruksi Trafo
Pcu = I1². R1 + I2 ². R2
Jadi trafo berbeban rugi – rugi yang timbul
Ep Up
R1 X1
Us Es
X2 R2
I1 I2
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
12 | P a g e
P total = Pc + Pcu.
EFISIENSI TRANSFORMATOR
Rugi-rugi total yang terdiri dari rugi besi dan tembaga pada suhu 75c, faktor
daya 1,0 dan beban 100 %, nilai maksimumnya terhadap daya pengenal ditetapkan
sebagai berikut :
Tabel 1.. Rugi Total pada Trafo
Diagram efisiensi trafo
Contoh :
Trafo dengan pcu = 0,2
% dan pc = 0,7 %
Efisiensi trafo pada
beban penuh (1/1 )
adalah pada titik x =
99,1 %.
A. Pengertian Distribusi dan Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi tenaga listrik adalah proses penyaluran energi listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik (power plant) hingga saluran distribusi listrik (substation
distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik melalui
suatu bahan konduktor. Sistem transmisi dapat menyalurkan tenaga listrik dari gardu
induk pembangkitan ke gardu induk tegangan tinggi dan dari gardu induk tegangan
tinggi ke gardu induk distribusi. Transmisi terdiri dari konduktor yang direntangkan
antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
Bayak Fasa
Fasa Tungga
l F a s a - T i g a
Daya
pengenal 25 50 50 100 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600
Rugi total
maksimum 2,21 1,75 2,58 2,07 1,76 1,71 1,56 1,48 1,37 1,32 1,24 1,52 1,44 1,42 1,33
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
13 | P a g e
Gambar 16. Alur Sistem Tenaga Listrik
Sedangkan distribusi tenaga listrik merupakan subsistem penyaluran tenaga
listrik yang terdiri dari Pusat Pengatur (Distribution Control Center, DCC), saluran
penghantar yang merupakan saluran udara atau kabel tanah, gardu distribusi tegangan
menengah yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan menengah dan trafo sampai
dengan panel-panel tegangan rendah (380V, 220V) yang menghasilkan tegangan
kerja/tegangan jala-jala untuk industri dan konsumen listrik lainnya.
1. Jaringan Distribusi Primer
Digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-
pusat beban. Sistem ini menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel
tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi
lingkungan.
2. Jaringan Distribusi Sekunder
Digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban
yang ada di konsumen. Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang
langsung dihubungkan kepada konsumen/pengguna tenaga listrik.
Jadi dapat diketahui bahwa fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian
atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub
sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya
pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
14 | P a g e
B. Klasifikasi saluran distribusi listrik berdasarkan level tegangan dan
penerapannya di Indonesia
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang distribusi dan transmisi ditinjau dari
klasifikasi tegangannya:
Tabel 2. Klasifikasi Tegangan Untuk Power Industri dan Komersial
Di Indonesia, saluran transmisi yang ada menggunakan Tegangan Ultra Tinggi
(TUT), Tegangan Ekstra Tinggi (TET), dan Tegangan Tinggi (TT). Sedangkan untuk
saluran distribusi menggunakan tegangan menengah (TM) sebesar 6 kV dan 20 kV,
yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer dan tegangan rendah (TR).
Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan
150 KV. Namun transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia secara berangsur-
angsur mulai ditiadakan (tidak digunakan). Sedangkan transmisi 275 KV
dikembangkan di Sumatera dan transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa. Di Indonesia,
konstruksi transmisi menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah,
tegangan menengah dan tegangan tinggi. Sedangkan untuk tegangan tinggi dan
tegangan ekstra tinggi menggunakan kabel udara
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
15 | P a g e
TRANSFORMATOR DALAM SISTEM DISTRIBUSI DAN TRANSIMISI
TENAGA LISTRIK
A. Transformator Pada Distribusi dan Transmisi Tenaga Listrik
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan
tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan (step-up) menjadi 70 kV ,154kV, 220 kV atau 500 kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh,
selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up.
Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa
konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-
perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan
pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi
ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila
ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat
bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
Adapun alasan penggunaan tegangan tinggi antara lain :
1. Agar rugi-rugi daya lebih sedikit.
Hal ini dikarenakan pada transformator daya, nilai daya pada kumparan primer dan
sekunder tetap, sehingga dengan menaikkan nilai tegangannya maka nilai arus akan
turun. Sesuai dengan persamaan :
S=3 x V x I
Keterangan :
S = daya transformator (Kva)
V = Tegangan sisi primer transfomator (V)
I = Arus jala-jala (A)
Nilai arus yang kecil ini mengakibatkan rugi-rugi daya yang seiring berjalannya
waktu berubah menjadi energi panas yang lebih sedikit, dibuktikan dengan rumus:
W= I2
x R x t
Keterangan :
W = Energi panas (Joule)
R = Resistansi saluran penghantar (ohm)
I = Arus jala-jala (A)
t = waktu (s)
2. Dimensi kabel yang dibutuhkan lebih kecil.
Hal ini dikarenakan arus yang dikirimkan kecil, sehingga tidak dibutuhkan dimensi
kabel yang besar.Dengan dimensi kabel yang lebih kecil,biaya instalasi dan
pembelian kabel menjadi lebih murah.
3. Voltage Drop (∆V) menjadi lebih kecil. Dimana besarnya ∆V juga dipengaruhi
oleh besar arus yang mengalir pada saluran distribusi- transmisi, semakin besar
arus maka voltage drop juga semakin besar begitu juga sebaliknya, semakin kecil
arus yang mengalir maka nilai voltage drop juga akan semakin kecil. Sesuai
dengan persamaan :
∆V= I .Z
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
16 | P a g e
Keterangan :
∆V= Voltage Drop (volt)
I = Arus pada penghantar (ampere)
Z = Impedansi saluran transmisi/distribusi (ohm / km)
B. Aplikasi Transformator dalam Sistem Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik
Gambar 17. Skema Sistem Tenaga Listrik
Keterangan Gambar :
TR = Tegangan Rendah
TM = Tegangan Menengah
TT = Tegangan Tinggi
TET = Tegangan Ekstra Tinggi
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
1. Transformator Daya
Transformator yang digunakan untuk melengkapi sistem transmisi pada gardu
induk baik pada stasiun pembangkitan atau pada gardu-gardu pembagi beban transmisi
adalah transformator daya, yang berfungsi untuk mengalirkan daya. Transformator daya
adalah terminologi umum yang digunakan untuk menunjuk pada transformator yang
melengkapi sistem transmisi pada gardu induk baik pada stasiun pembangkitan atau
pada gardu-gardu pembagi beban transmisi. Di Gardu Induk Pembangkit, trafo
digunakan untuk menaikkan tegangan ke tegangan transmisi/tinggi (150/500kV).
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
17 | P a g e
Sedangkan di GI Distribusi, trafo digunakan untuk menurunkan tegangan transmisi ke
tegangan primer/menengah (11,6/20kV).
Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan menjadi tranformator
500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut Interbus Transformator (IBT). Transformator
150/20 kV dan 70/20 kV disebut juga trafo distribusi. Titik netral transformator
ditanahkan sesuai dengan kebutuhan unutk system pengamanan / proteksi, sebagai
contoh transformator 150/70 kV ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV dan
transformator 70/20 kV ditanahkan dengan thanan rendah atau tahanan tinggi atau
langsung disisi netral 20 kV nya.
Gambar 18. Transformator Daya
2. Transformator Distribusi
Gambar 19. Transformator Distribusi
Transformator distribusi merupakan salah satu alat yang memegang peranan
penting /menyalurkan arus atau energi listrik dengan tegangan distribusi supaya jumlah
energi yang tercecer dan hilang sia-sia diperjalanan tidak terlalu banyak.Transformator
distribusi umumnya digunakan adalah transformator Step Down 20KV/400V.
Tegangan phasa ke phasa sistem jaringan rendah adalah 380 V. Karena terjadi drop
tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat menjadi 400V agar tegangan pada
ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Transformator distribusi dapat berfasa
tunggal atau phasa tiga dan ukurannya berkisar dari kira-kira 5 kVA. Impedansi
transformator distribusi ini pada umumnya sangat rendah, berkkisar dari 2% untuk unit-
unit yang kurang dari dari 50kVA sampai dengan 4% untuk unit-unit yang lebih besar
dari 100 KVA. Transformator distribusi yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan
menjadi :
Conventional transformers
Conventional transformers tidak memiliki peralatan proteksi terintegrasi
terhadap petir,gangguan dan beban lebih sebagai bagian dari trafo. Oleh karena itu
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
18 | P a g e
dibutuhkan fuse cutout untuk menghubungkan conventional transformers dengan
jaringan distribusi primer. Lightning arrester juga perlu ditambahkan untuk trafo jenis
ini.
Completely self-protecting ( CSP ) transformers
Completely self-protecting transformers memiliki peralatan proteksi terintegrasi
terhadap petir, baban lebih, dan hubung singkat.Lightning arrester terpasang langsung
pada tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir.Untuk proteksi terhadap beban lebih,
digunakan fuse yang dipasang di dalam tangki. Fuse ini disebut weak link. Proteksi
trafo terhadap gangguan internal menggunakan hubungan proteksi internal yang
dipasang antara beliran primer dengan bushing primer.
Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB ) transformers
Completely self-protecting for secondary banking transformers mirip dengan
CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini terdapat sebuah circuitbreaker pada sisi
sekunder, circuit breaker ini akan membuka sebelum weak linkmelebur.
3. Analisa kualitas kinerja transformator distribusi
a. Perhitungan Arus Beban Penuh Transformator Distribusi
Telah diketahui bahwa daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi
tegangan tinggi ( sisi primer) maka dapat dirumuskan seperti pada persamaan
(1).
Dengan demikian, untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat
menggunakan rumus :
Dengan :
IFL = arus beban penuh transformator (A)
Sin = Daya transformator saat beban (kVA)
VLL = Tegangan sisi primer transformator / Tegangan jala-jala (V)
b. Perhitungan Resistansi Dan Induktansi Keseluruhan Dari Saluran Primer Yang
Menuju Transformator
Tahanan Total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi
primer transformator
Dengan :
R = Resistansi penghantar (Ω)
VLL = Tegangan sisi primer/ tegangan jala-jala(V)
I = Arus pada penghantar (A)
Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi
primer transformator
Dengan :
X = Reaktansi penghantar (Ω)
V = Tegangan sisi primer/ tegangan jala-jala (V)
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
19 | P a g e
MAINTANANCE TRANSFORMATOR
A. Sistem Pendingin
Pengoperasian transformator daya tidak terlepas dari adanya daya-daya yang
hilang. Daya-daya hilang ini terkonversi dalam bentuk panas. Panas timbul pada bagian
inti, belitan, minyak isolator dan tangki transformator. Panas yang timbul ini biasanya
akan dibuang ke atmosfer/lingkungan sekitar melalui tangki transformator dan sistem
pendingin. Sistem pendingin pada transformator digunakan untuk mengurangi panas
dan menjaga kenaikan temperatur agar tetap berada di bawah batasan tertentu.
Temperatur maksimum bahan isolator pada belitan dan minyak sangat tergantung dari
pembebanan, jenis sistem pendingin, serta temperatur lingkungan sekitar (ambient
temperature).
Bahan isolator yang digunakan pada transformator dapat merupakan bahan
isolator cair ataupun isolator padat. Bahan isolator cair yang digunakan biasanya
merupakan minyak yang dikenal sebagai minyak trafo. Minyak ini akan mengisi ruang-
ruang di antara lilitan-lilitan (coil) pada belitan-belitan (winding) inti dan ruang-ruang
lain di dalam tangki transformator. Transformator tidak mempunyai bagian yang
berputar, oleh karena itu proses transfer panas dilakukan dengan cara menyirkulasikan
minyak trafo. Transformator yang inti besinya dicelupkan/ terendam minyak disebut
dengan Oil Immersed Type Transformer.
Diketahui beberapa jenis sistem pendingin yang dapat digunakan.
Transformator kecil cukup meradiasikan semua panas yang timbul pada tangki atau
pelindung luar. Seiring dengan meningkatnya ukuran dan rating daya transformator,
pertambahan panas juga meningkat dengan kecepatan yang tidak bisa diimbangi oleh
kemampuan tangki untuk menghilangkan panas, maka perlu ditambahkan peralatan lain
seperti tabung/radiator pada tangki. Transformator dengan rating daya yang lebih tinggi
lagi, sangatlah tidak ekonomis jika hanya mengandalkan konveksi secara alami,
sehingga perlu dilakukan proses konveksi panas dengan cara “dipaksakan” (forced).
Proses ini dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti pompa minyak, pompa air,
dan kipas angin.Pemilihan ataupun penggabungan dari sistem pendingin dipengaruhi
oleh rating daya, ukuran transformator dan kondisi lingkungan sekitar.
Simbol dan penamaan jenis sistem pendingin pada transformator daya
ditentukan oleh media penghantar panas dan cara metode konveksi panas yang
digunakan. Standarisasi penamaan ini diatur dalam IEEE C57.12.00 – 2000, dengan
ketentuan penamaan sebagai berikut:
Huruf Pertama, media pendingin yang bersentuhan dengan belitan (winding)
O : Cairan isolasi (minyak mineral atau sintetis) dengan titik api < 300°C
K : Cairan isolasi dengan titik api > 300°C
L : Cairan isolasi dengan titik api yang tidak terukur
Huruf Kedua, mekanisme sirkulasi media pendingin internal
N : Proses aliran konveksi terjadi secara alami (natural). Cairan isolasi bersirkulasi
secara alami melalui peralatan pendingin dan belitan pada
transformator.
F : Sirkulasi cairan isolasi dilakukan secara “dipaksakan” (forced) dengan
menggunakan pompa cairan, namun proses aliran konveksi pada belitan
terjadi secara alami.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
20 | P a g e
D : Sirkulasi cairan isolasi dilakukan secara “dipaksakan” dengan menggunakan pompa
cairan. Cairan isolasi diarahkan (directed) melalui saluran tertentu paling tidak menuju
ke belitan utama.
Huruf Ketiga, media pendingin eksternal (di luar transformator)
A : Udara (air)
W : Air (water)
Huruf Keempat, mekanisme sirkulasi media pendingin eksternal
N : Konveksi alami (natural)
F : Sirkulasi “dipaksakan” (forced), menggunakan kipas atau pompa.
Gambar 20. Contoh Konfigurasi Sistem Pendingin O.N.A.N (kiri) dan O.N.A.F
(kanan)
Gambar 21. Contoh Konfigurasi Sistem Pendingin O.F.A.F (kiri) dan O.F.A.F dengan
Pendingin Terpisah.
Sistem pendingin ini ada beberapa macam yaitu ONAN, ONAF, OFAF, OFWF,
ODAF, ODWF. Berikut penjelasan dari masing masing jenis system pendingin
tersebut.
1. ONAN (Oil Natural Oil Natural)
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam sistem pendinginan
transformator. ONAN merupakan singkatan dari "Oil Natural Air Natural". Prinsipnya
ialah bagian minyak yang memiliki temperatur lebih panas akan mengalir kebagian atas
transformator dan pada bagian kosong lainya akan terisi oleh bagian minyak yang lebih
dingin.Minya yang lebih panas ini yang mana telah terdapat pada bagian atas
transformator akan mendisipasikan panasnya dengan cara konduksi, konveksi dan
radiasi secara alami dengan suhu atmosfer sekitar sehingga temperatur transformator
secara keseluruhan akan lembali normal. dengan cara seperti inilah minyak
transformator akan terus bersirkulasi ketika transformator dibebani. tingkat disipasi
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
21 | P a g e
panas bergantung pada permukaan dari tangki transformator maka ini merupakan hal
yang penting untuk membuat area permukaan secara efektif dalam suatu transformator.
Gambar 22. Sistem pendingin ONAF
2. ONAF (Oil Natural Air Forced)
Metode ini merupakan pengembangan dari ONAN. Disipasi panas akan terus
meningkat ketika permukaan untuk disipasi meningkat. namun hal tersebut dapat
dilakukang dengan cepat dengan cara menempatkan aliran udara yang diarahkan secara
khusus pada permukaaan disipasi tersebut. Di dalam hal ini maka akan digunakan kipas
untuk diarahkan pada permukaan disipasi. Udara yang diarahkan tersebut akan
membawa panas yang ada pada permuakaan dan jelas ini merupakan hal yang lebih
baik jika dibandingkan dengan ONAN karena proses pendinginan yang lebih cepat.
3. OFAF (Oil Forced Air Forced)
Pada sistem pendingin oil force air natural dari transformator, panas yang terbuang
bertambah semakin cepat dengan menggunakan udara yang ditekan dari permukaan
yang terdisipasi. Tetapi, sirkulasi dari minyak panas dalam tangki transformator
merupakan aliran natural yang konvensional.
Gambar 23. Sistem pendingin OFAF
Tingkat pembuangan panas masih dapat bertambah lagi jika sirkulasi minyak ini
dipercepat dengan menerapkan beberapa gaya. Dalam sistem pendingin OFAF minyak
dipaksa untuk mengedarkan dalam lingkaran tertutup tangki transformator dengan cara
pompa minyak. Keuntungan utama dari sistem ini adalah bahwa hal itu sistem kompak
dan untuk kapasitas pendinginan yang sama OFAF menempati ruang jauh lebih sedikit
daripada dua sistem pendinginan farmer transformator. Sebenarnya dalam sistem
pendinginan yang diaalami minyak, panas keluar dari melakukan bagian dari
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
22 | P a g e
transformator dipindahkan dari posisinya, ditingkat yang lebih lambat karena aliran
convectional minyak tetapi dalam sistem minyak pendingin paksa panas dipindahkan
dari asalnya secepat itu datang keluar dalam minyak, maka laju pendinginan menjadi
lebih cepat.
4. OFWF (Oil Forced Water Forced)
Kita tahu bahwa suhu air jauh lebih rendah dibandingkan udara atmosfer dalam kondisi
cuaca yang sama. Sehingga air dapat digunakan sebagai media penukar panas yang
lebih baik daripada udara. Dalam sistem pendinginan OFWF transformator, minyak
panas dikirim ke minyak sebagai penukar panas cair dengan cara memompa minyak
dan ada minyak didinginkan dengan menerapkan penabur air dingin pada pipa minyak
penukar panas ini.
5. ODAF (Oil Directed Air Forced)
Sistem pendinginan ini merupakan pengembangan dari OFAF. Dimana sirkulasi dari
minyak pendingin dipaksa untuk mengalir pada daerah yang sudah ditentukan pada
winding transformator. Minyak pendingin memasuki tanki transformator dari pendingin
atau radiator, masuk melewati winding di mana sudah gap atau pemisah untuk aliran
minyak transformator antara konduktor yang diisolasi, untuk mempercepat penyaluran
panas (heat transfer). ODAF biasanyadigunakan untuk transformator dengan rating
yang tinggi.
Gambar 12. Sistem pendingin ODWF
6. ODFW (Oil Directed Water Forced)
Sistem pendingin ini pada dasarnya serupa dengan ODAF, yang membedakan adalah
minyak yang panas dapat dinginkan secara paksa dengan menggunakan air.
B. Minyak Sebagai Bahan Isolator Cair pada Transformator
Isolator merupakan suatu sifat bahan yang mampu untuk memisahkan dua buah
penghantar atau lebih yang berdekatan untuk mencegah adanya kebocoran arus/hubung
singkat, maupun sebagai pelindung mekanis dari kerusakan yang diakibatkan oleh
korosif atau stressing. Minyak isolator yang dipergunakan dalam transformator daya
mempunyai beberapa tugas utama, yaitu:
1. Media isolator
2. Media pendingin
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
23 | P a g e
3. Media / alat untuk memadamkan busur api.
4. Perlindungan terhadap krorosi dan oksidasi.
Minyak isolator transformator dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu minyak
mineral dan minyak sintetik. Pemilihan jenis minyak didasarkan pada keadaan
lingkungan dimana transformator digunakan, misal askarel adalah jenis minyak sintetik
yang tidak dapat terbakar, sehingga pemakaian askarel memungkinkan transformator
distribusi dapat digunakan pada lokasi dimana bahaya api sangat besar (misal pada
industri kimia), tetapi dari segi kesehatan minyak ini dinilai sangat membahayakan.
Oleh karena itu di beberapa negara ada larangan mempergunakan askarel.
Minyak trafo jenis minyak mineral biasanya merupakan sebuah campuran
kompleks dari molekul-molekul hidrokarbon, baik dalam bentuk linear (paraffinic) atau
siklis (cycloaliphatic atau aromatic), mengandung kelompok molekul CH3, CH2 dan
CH yang terikat. Formula umum dari minyak trafo adalah CnH2n+2 dengan n bernilai
antara 20 s.d 40.
C. Karakteristik yang Harus Diperhatikan pada Minyak Trafo
Minyak isolator harus memiliki beberapa karakteristik tertentu agar dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Karakteristik ini harus terus dipantau dan
diperhatikan secara terus-menerus. Karakteristik tersebut antara lain:
1. Kejernihan Penampilan (Appearance)
Warna minyak yang baik adalah warna yang jernih dan bersih, seperti air
murni. Selama transformator dioperasikan, minyak isolator akan melarutkan
suspensi/endapan (sludge). Semakin banyak endapan yang terlarut, maka warna minyak
akan semakin gelap.
2. Viskositas Kinematik (Kinematic Viscosity)
Viskositas kinematik merupakan tahanan dari cairan untuk mengalir kontinu
dan merata tanpa adanya gesekan dan gaya-gaya lain. Sebagai media pendingin, nilai
viskositas memegang peranan penting dalam pendinginan, sebagai faktor penting dalam
aliran konveksi untuk memindahkan panas. Makin rendah viskositas, semakin bagus
pula konduktivitas termalnya sehingga makin bagus kualitas dari minyak trafo tersebut.
3. Massa Jenis (Density)
Massa jenis merupakan perbandingan massa suatu volume cairan pada
temperatur 15.56°C dengan massa air pada volume dan temperatur yang sama. Massa
jenis minyak trafo harus lebih rendah daripada air.
4. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala menunjukkan bahwa minyak trafo dapat dipanaskan sampai
temperatur tertentu sebelum uap yang timbul menjadi api yang berbahaya. Makin tinggi
titik nyala semakin baik.
5. Titik Tuang (Pour Point)
Titik tuang merupakan temperatur terendah saat minyak masih akan terus
mengalir saat didinginkan pada temperatur dibawah temperatur normal. Minyak
isolator diharapkan memiliki titik tuang yang serendah mungkin.
6. Angka Kenetralan (Neutralization Number)
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
24 | P a g e
Angka kenetralan merupakan angka yang menunjukkan penyusun asam
minyak isolator dan dapat mendeteksi kontaminasi minyak, menunjukkan
kecenderungan perubahan kimia, cacat atau indikasi perubahan kimia dalam bahan
tambahan (additive). Angka kenetralan merupakan petunjuk umum untuk menentukan
apakah minyak sudah harus diganti atau harus diolah.
7. Stabilitas/Kemantapan Oksidasi (Oxydation Stability)
Proses oksidasi menyebabkan bertambahnya kecenderungan minyak untuk
membentuk asam dan kotoran zat padat yang nantinya akan membentuk endapan
(sludge). Asam menyebabkan korosi pada logam dalam peralatan transformator
sedangkan kotoran zat padat menyebabkan transfer panas menjadi terganggu. Minyak
isolator diharapkan memiliki stabilitas oksidasi yang tinggi dan kemampuan pelarutan
yang rendah sehingga meminimalisir persentase terjadinya oksidasi.
8. Kandungan Air (Water Content)
Adanya air dalam minyak isolator akan menurunkan tegangan tembus dan
tahanan jenis minyak isolator, serta memacu munculnya hot spot sehingga nantinya
akan mempercepat kerusakan isolator kertas (kertas dan kayu). Sebagai tambahan,
pemanasan yang berlebihan pada transformator akan menyebabkan isolasi kertas pada
belitan akan membusuk dan menurunkan umur isolator. Membusuknya isolasi kertas
juga akan menambah jumlah kandungan air. Pemecahan molekul serat kertas akan
melepaskan sejumlah atom hydrogen dan oksigen bebas yang nantinya akan
membentuk air (H20). Naiknya temperatur lebih lanjut akan menuebabkan air bergerak
dari isolasi kertas menuju minyak dan menurunkan tegangan tembus minyak. Minyak
isolator diharapkan memiliki kandungan air serendah mungkin.
9. Tegangan Tembus (Breakdown Voltage)
Tegangan tembus menunjukkan kemampuan untuk menahan electric stress
(volt). Kandungan air bebas dan partikel-partikel konduktif dapat menaikkantingkat
electric stress dan menurunkan nilai tegangan tembus. Minyakisolator diharapkan
memiliki nilai tegangan tembus yang tinggi.
10. Faktor Kebocoran Dielektrik (Dielectric Dissipation Factor)
DDF merupakan ukuran dari dielectric losses minyak. Tingginya nilai DDF
menunjukkan adanya kontaminasi atau hasil kerusakan misalnya air, hasil oksidasi,
logam alkali, koloid bermuatan, dan sebagainya. DDF berhubungan langsung dengan
tahanan jenis, sehingga tingginya nilai DDF secara langsung menunjukkan rendahnya
tahanan jenis minyak.
11. Tahanan Jenis (Resistivity)
Tahanan jenis yang rendah menunjukkan adanya pengotor yang bersifat
konduktif. Suatu cairan dapat digolongkan sebagai isolator cair bila tahanan jenisnya
lebih besar dari 109 W-m.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
25 | P a g e
BAB II
PEMUTUS TENAGA & LOAD BREAK SWITCH
Oleh :
5-8 REG
Luthfi Auliaurrahman
Thariq Adha Gumilang
Ridwan Haris Kurniadi
Mujahid Satrio Negoro
30-33 REG
Faya Safirra
Widi Destrianda
Naufalarizqa Ramadha Meisa Putra
V. Tri Frebrina Harisetyawan
5-8 PAR
Erasmus Nugraha Kristi
Felixman Tefaoli Ndruru
Erdi Nindito Rumono
Chaizar Ali Fachrudien
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
26 | P a g e
I. Definisi
Pemutus Tenaga (PMT), atau sering juga disebut Circuit Breaker (CB) adalah
sebuah alat yang ada di sistem tenaga listrik, memiliki fungsi untuk memutuskan
hubungan antara sisi sumber dan sisi beban di sistem tenaga listrik. Berdasarkan IEV
(International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit
Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar / switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi
normal serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti kondisi short
circuit / hubung singkat.
PMT dapat bekerja secara otomatis membuka dan menutup rangkaian listrik
pada semua kondisi, sebagai contoh ketika terjadi gangguan, bisa juga secara manual
ketika dilakukan maintenance atau perawatan pada peralatan di sistem.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah PMT untuk bisa
melakukan hal-hal tersebut, diantaranya adalah :
1. Mampu menyalurkan arus maksimum dari sistem secara kontinyu
2. Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi supaya arus
hubung singkat itu tidak sampai merusak peralatan yang berada di sistem tenaga
listrik, karena jika tidak, akan menyebabkan ketidakstabilan sistem dan bisa
merusak PMT itu sendiri
3. Mampu memutus dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun tidak
berbeban
Ketika kontak PMT disconnect atau
dipisahkan, ada beda potensial di antara kontak
tersebut, yang dapat menimbulkan medan listrik di
antara kontak. Medan listrik ini akan menimbulkan
ionisasi yang menyebabkan terjadinya perpindahan
elektron bebas dari sisi sumber ke sisi beban
sehingga muatan akan terus berpindah ke sisi beban
dan arus tetap mengalir. Karena hal ini
menimbulkan emisi thermis atau panas yang cukup
besar, maka timbul busur api (arc) di antara kontak
PMT tersebut. Agar tidak mengganggu kestabilan
sistem, maka arc tersebut harus segera dipadamkan.
Berdasarkan metode dalam pemadaman arc tersebut, PMT dibagi menjadi beberapa
jenis yang akan dijelaskan di bagian tipe-tipe circuit breaker.
Keterangan gambar 2:
1. Mekanisme penggerak ( operating
mechanism ).
2. Pemutus ( interrupter ).
3. Isolator penyangga dari porselen rongga (
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
27 | P a g e
hollow support insulator porcelen ).
4. Batang penggerak.
5. Penyambung diantara no.4 dan no. 12 ( linkages ).
6. Terminal-terminal.
7. Saringan ( filter ).
8. Silinder bergerak ( movable cylinder ).
9. Torak tetap ( fixed piston )
10. Kotak tetap ( fixed contact )
Load Break Switch (LBS) atau switch
pemutus beban, adalah saklar atau pemutus
arus tiga fasa untuk penempatan di luar ruas
pada tiang pancang, yang dikendalikan secara
elektronis, suatu alat untuk memisahkan
tegangan pada peralatan instalasi tegangan
tinggi. Fungsi utama LBS adalah sebagai
pemutus beban (Load Break Switch) pada
sistem tegangan menengah atau tinggi. Ada
juga yang menyebut DS (Disconnecting Switch) atau IS (Isolating switch) atau PMS
(Pemisah) istilah nasionalnya. Switch dengan penempatan di atas tiang pancang ini
dioptimalkan melalui control jarak jauh dan skema otomatisasi. LBS juga merupakan
sebuah sistem penginterupsi hampa yang terisolasi oleh gas SF6 dalam sebuah tangki
baja anti karat dan disegel. Sistem kabelnya yang full-insulated dan sistem pemasangan
pada tiang pancang yang sederhana yang membuat proses instalasi lebih cepat dengan
biaya yang rendah. Sistem pengendalian elektroniknya ditempatkan pada sebuah kotak
pengendali yang terbuat dari baja anti karat sehingga dapat digunakan dalam berbagai
kondisi lingkungan. Panel pengendali dibuat user-friendly dan tahan segala kondisi
cuaca. Sistem monitoring dan pengendalian jarak jauh juga dapat ditambahkan tanpa
perlu menambahkan Remote Terminal Unit (RTU).
LBS mempunyai konstruksi dan operasi serta
sectionaliser yang diuraikan sebagai berikut. Load
Break Switch menggunakan puffer interrupter
di dalam sebuah tangki baja anti karat yang dilas
penuh yang diisi dengan gas SF6. Interrupter tersebut
diletakkan secara berkelompok dan digerakkan oleh
mekanisme pegas, dioperasikan baik secara manual
maupun dengan sebuah motor DC dalam
kompartemen motor di bawah tangki. Listrik motor
berasal dari batere-batere 24V dalam ruang
kontrol. Transformer-transformer arus dipasang di dalam tangki dan dihubungkan
ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan indikasi gangguan dan
line measurement. Terdapat bushing-bushing epoksi dengan transformer tegangan
kapasitif, ini terhubung ke elemen-elemen elektronik untuk memberikan line sensing
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
28 | P a g e
dan pengukuran. Elemen-elemen elektronik kontrol terletak dalam ruang kontrol
memiliki standar yang sama yang digunakan untuk mengoperasikan swicthgear
intelijen, yang dihubungkan ke swicthgear dengan kabel kontrol yang dimasukkan ke
Swicth Cable Entry Module (SCEM) yang terletak di dalam kompartemen motor.
Gambar 1. Ilustrasi konstruksi kontak Load Break
Switch dengan peredam vakum
1. Enclosure.
Enclosure merupakan bagian penutup ( casing )
terbuat dari bahan isolasi kedap seperti resin sintetis.
Penutup tidak harus berpori dan harus
mempertahankan kondisi hampa (vakum).
2. End Flanges : non-magnetic metal (bahan
metal tidak bersifat magnetik).
Merupakan penutup dari enclosure. Biasanya terbuat dari metal yang tidak memiliki
sifat magnetik.
3. Contacts (kontak).
Merupakan bagian yang terbuat dari batang besar dengan permukaan besar
berbentuk pipih. Bagian ini berfungsi untuk menyambungkan dan melepas aliran arus
yang mengalir pada Load Break Switch. Kontak bergerak dengan sangat cepat untuk
mengurangi busur api dan biasanya terbuat dari tembaga.
4. Vapour condensing shield (perisai kondensasi uap).
Pelindung logam yang berguna untuk isolasi yang menutup bagian kontak. Uap
logam yang dilepaskan dari permukaan kontak selama ada 3 busur api dan
dikondensasikan pada perisai serta mencegah dari kondensasi pada penutup (casing)
isolator pada Load Break Switch.
5. Metallic bellow (Logam Bellow).
Bellow merupakan logam yang disusun dan salah satu ujung bellow dilas ke logam-
flange (penutup casing). Ujung yang lain dilas ke kontak bergerak. Bellow umumnya
digunakan dalam Load Break Switch dengan peredam vakum.
6. Seal (segel).
Segel yang digunakan ini biasanya adalah seperti logam-kaca, atau segel logam-
keramik.
7. Fixed contact steam.
Merupakan bagian kontak yang tidak bergerak.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
29 | P a g e
8. Moving-contact steam.
Merupakan bagian kontak yang bergerak. Biasanya digerakan dengan bantuan pegas.
PERBEDAAN CB DAN LBS
Fungsi utama LBS adalah sebagai pemutus beban (Load Break Switch) pada
sistem tegangan menengah atau tinggi. Ada juga yang menyebut DS (Disconnecting
Switch) atau IS (Isolating switch) atau PMS (Pemisah) istilah nasionalnya, sedangkan
CB (Circuit Breaker/pemutus rangkaian) disebut juga PMT (pemutus tenaga).
Perbedaan LBS dan CB terletak pada sistem operasi dan ada/tidaknya media
pemadam busur api. LBS hanya dioperasikan secara manual (CLOSE/OPEN) layaknya
switch biasa namun pada kondisi tanpa beban, sedangkan CB (VCB, SF6 CB, OCB dll)
bisa dioperasikan manual (kondisi berbeban maupun tidak). Juga secara otomatis CB
akan OPEN atau TRIP jika feeder/saluran yang diproteksi mengalami gangguan
misalnya karena overload, ground fault atau short circuit.
Perbedaan lainnya adalah LBS tidak dilengkapi media pemadam busur api,
sedangkan CB dilengkapi dengan media tersebut seperti Vacuum (pada VCB) atau gas
SF6 (pada SF6 CB). Oleh karena itu tidak diijinkan switching LBS ketika saluran
berbeban (apalagi beban besar), karena akan timbul busur api yang beresiko merusak
LBS itu sendiri. Jadi dalam hal ini LBS tidak boleh dipasang sendiri, karena main
protective device-nya justru VCB. Pemasangan LBS dan VCB secara bersamaan lebih
cenderung untuk memenuhi syarat-syarat safety.
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI PMT (CB)
Berdasarkan besar / kelas tegangan
PMT dapat dibedakan menjadi :
PMT tegangan rendah (Low Voltage),Dengan range tegangan 0.1 s/d 1
kV ( SPLN 1.1995 - 3.3 )
PMT tegangan menengah (Medium Voltage), Dengan range tegangan 1
s/d 35 kV ( SPLN 1.1995 – 3.4 )
PMT tegangan tinggi (High Voltage), Dengan range tegangan 35 s/d 245
kV ( SPLN 1.1995 – 3.5 )
PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage), Dengan range
tegangan lebih besar dari 245 kVAC ( SPLN 1.1995 – 3.6 )
Berdasarkan jumlah mekanik penggerak / tripping coil
PMT dapat dibedakan menjadi :
PMT Single Pole
PMT type ini mempunyai mekanik penggerak pada masing-
masing pole, umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay penghantar
agar PMT bisa reclose satu fasa.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
30 | P a g e
PMT Single Pole
PMT Three Pole
PMT jenis ini mempunyai satu mekanik penggerak untuk tiga
fasa, guna menghubungkan fasa satu dengan fasa lainnya di lengkapi
dengan kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di pasang pada bay
trafo dan bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.
Gambar PMT Three Pole
Berdasarkan media isolasi
Jenis PMT dapat dibedakan menjadi :
PMT Gas SF6
PMT Minyak
PMT Udara Hembus (Air Blast)
2
4
1
3
5
6a
8
7
6b
Keterangan .
1. Pondasi
2. Kerangka (Struckture)
3. Mekanik penggerak
4. Isolator suport.
5. Ruang pemutus
6a. Terminal Utama atas
6b. Terminal Utama bawah
7. Lemari control lokal
8. Pentanahan/Grounding
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
31 | P a g e
PMT Hampa Udara (Vacuum)
Berdasarkan proses pemadaman busur api listrik diruang pemutus
PMT SF6 dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu :
PMT Jenis Tekanan Tunggal (single pressure type)
PMT Jenis Tekanan Ganda (double pressure type)
PMT Jenis Tekanan Tunggal
PMT terisi gas SF6 dengan tekanan kira-kira 5 Kg / cm2, selama
terjadi proses pemisahan kontak – kontak, gas SF6 ditekan (fenomena
thermal overpressure) ke dalam suatu tabung/cylinder yang menempel pada
kontak bergerak selanjutnya saat terjadi pemutusan, gas SF6 ditekan melalui
nozzle yang menimbulkan tenaga hembus/tiupan dan tiupan ini yang
memadamkan busur api.
Gambar Interupting chamber PMT SF6 saat proses pemutusan arus llistrik
1. Fixed contacts rod (Rod Kontak diam)
2. Valve ( katup )
3. Main contacts (Kontak Utama)
4. Insulating Nozle
5. The Moving Contact suport
Vt. Themal Pressure, Vp.The Compression of the Volume
PMT Jenis Tekanan Ganda
PMT terisi gas SF6 dengan sistim tekanan tinggi kira-kira 12 Kg /
cm2 dan sistim tekanan rendah kira-kira 2 Kg / cm2, pada waktu pemutusan
busur api gas SF6 dari sistim tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke
sistim tekanan rendah. Gas pada sistim tekanan rendah kemudian
dipompakan kembali ke sistim tekanan tinggi, saat ini PMT SF6 tipe ini
sudah tidak diproduksi lagi.
KLASIFIKASI PMS (LBS)
Jenis LB
3.6kV / 7.2kV hingga 600 Amps 3-pole, 3.6kV / 7.2kV 200 dan 400
Amps 3-pole dengan sekering daya, Ukuran lebih kecil sehingga dapat
diinstal dalam bilik kompak. Sebuah peningkatan kinerja menyela dan
keselamatan operasi yang lebih besar, dicapai melalui kontak busur berputar
dan desain ulang arc chute.
1 2
3
4 5 V
p V
t
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
32 | P a g e
Jenis LBS
3,6 / 7.2kV, 200 Amps 3-pole, LBS merupakan air load break switch
dengan terpasang sekering listrik. Striker dimasukkan ke dalam unit ini, fitur
yang tidak ditemukan di Load Break Switch konvensional. Striker adalah
mekanisme trip yang beroperasi saat sekering bekerja. Ketika ini terjadi striker
menyebabkan semua 3-pole untuk membuka pada waktu yang sama. Jika air
LBS tidak memiliki fitur striker ini adalah mungkin untuk beberapa tahapan
untuk tetap hidup setelah sekering telah ditiup, sehingga mengakibatkan situasi
berbahaya.
Jenis RF
12/24 / 36KV hingga 1200 Amps 3-pole, jenis LBS RF terdiri dari pisau utama,
pisau tambahan dan parasut busur. Pisau tambahan terletak di saluran busur dan
terhubung dengan pisau utama. Ini akan membuat kontak pada saat yang sama sebagai
pisau utama. Pisau tambahan akan sejenak terkena kontak dengan busur pada saat pisau
utama terbuka. Setelah pisau utama telah mencapai batas trip pisau tambahan akan
cepat kembali ke posisinya terhadap pisau utama di bawah pengaruh energi yang
tersimpan di pegas. Proses trip yang cepat ini bahkan efektif bila dioperasikan secara
manual.
II. Tipe-tipe Pemutus Tenaga/Circuit Breaker
1. Air Circuit Breaker
Pemutus sirkuit yang beroperasi di udara pada tekanan atmosfer. Prinsip kerja
dari breaker ini agak berbeda dengan yang ada di setiap jenis pemutus sirkuit. Tujuan
utama dari semua jenis pemutus sirkuit adalah untuk mencegah pembentukan kembali
arcing setelah arus nol dengan menciptakan situasi di mana celah kontak akan menahan
tegangan system recovery. Air circuit breaker melakukan hal yang sama tetapi dengan
cara yang berbeda. Untuk memotong arc ini diciptakan tegangan arc lebih dari tegangan
suplai. Tegangan Arc didefinisikan sebagai tegangan minimum yang diperlukan
mempertahankan arc. Circuit breaker ini meningkatkan tegangan arc dengan tiga cara
yang berbeda:
Circuit breaker ini dapat meningkatkan tegangan arc dengan mendinginkan
plasma arc. Dimana suhu arc plasma menurun, mobilitas partikel dalam plasma
arc berkurang, maka lebih banyak gradien tegangan diperlukan untuk menjaga
arc.
Circuit breaker ini dapat meningkatkan
tegangan arc dengan memperpanjang jalur
arc. Dimana panjang jalur arc meningkat,
resistansi jalur meningkat, sehingga untuk
mempertahankan busur tegangan ,arus yang
sama lebih diperlukan untuk diterapkan di
jalur arc. Itu berarti tegangan arc
meningkat.
Memisahkan arc ke sejumlah seri arc juga
meningkatkan tegangan arc.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
33 | P a g e
Terdapat 2 tipe ACB ,yaitu:.
1. Plain air circuit breaker
2. Air-blast circuit breaker
Plain air circuit breaker
Plain air circuit breaker
memadamkan arc dengan hanya
meregangkannya sampai
kekuatan dielektrik celah lebih
besar dari tegangan di celah. Arc
yang lebih panjang memiliki
permukaan pendinginan yang
lebih besar dan ketahanan yang
lebih tinggi,dimana mengurangi
aliran arus dan jumlah panas yang
diciptakan. Untuk meregangkan
arc, horn gap yang berbentuk kontak yang
digunakan. Karena konveksi alami, arc bergerak ke
atas. Untuk lebih meningkatkan panjangnya, arc
direntangkan dengan memaksanya menjadi sebuah
arc chute yang terbuat dari hambatan logam atau
bahan isolasi. Hambatan logam memotong arc ke
banyak arc kecil. Digunakan dari 120 V sampai
dengan 15 kV.
Air-blast circuit breaker
Dalam Air-blast circuit
breaker, arc tidak meregang. Untuk
memadamkan arc, semburan udara
bertekanan diarahkan ke jalur arc
untuk mendinginkan gas terionisasi
dan menghapusnya dari celah antara
kontak. Kontak ini ditutup oleh pegas. Sebuah ledakan dari udara memotong paksa para
kontak untuk membuka. Kontak akan menutup secepat aliran udara berhenti. Tekanan
udara dapat ditiup ke arc tegak lurus terhadap ledakan cross, atau sepanjang ledakan
axial. Semua pemutus modern menggunakan ledakan axial. Air-blast circuit breaker
dibangun dengan tegangan yang tertinggi (765 kV) dengan menghubungkannya secara
seri.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
34 | P a g e
2. Oil Circuit Breakers
Oil circuit breaker dirancang untuk 11KV-765kv. Terdiri dari dua jenis yaitu,
BOCB (Bulk oil Circuit Breaker) dan MOCB (Minimum oil Circuit Breaker). Kontak
direndam di dalam minyak. Minyak memberikan pendinginan melalui hidrogen yang
diciptakan oleh arc. Minyak ini bertindak sebagai media dielektrik yang baik dan
memadamkan arc.
Keuntungan dan Kerugian
Di Oil Circuit Breaker terdapat pula keuntungan dan kerugiannya ,yaitu:
Keuntungan
Minyak memiliki kekuatan dielektrik yang baik
Biaya Rendah
Minyak mudah ditemukan
Kerugian
operasi lambat, membutuhkan waktu sekitar 20 siklus untuk pendinginan Arc.
Sangat mudah terbakar, risiko sangat tinggi dari api.
biaya pemeliharaan tinggi.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
35 | P a g e
III. Tahapan Pemilihan Circuit Breaker
Pemilihan circuit breaker ditentukan berdasarkan hal-hal yang disebutkan
sebagai berikut :
Karakteristik elektrik suatu instalasi dimana CB ingin dipasang
Kondisi lingkungan: suhu lingkungan, iklim, cuaca, dll.
Kebutuhan Short circuit current breaking dan making
Spesifikasi operasional
Regulasi instalasi
Karakteristik beban
Berikut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih CB dalam
system distribusi :
Pemilihan rated current dalam suhu
lingkungannya
Rated current suatu CB yang dimaksud adalah
dalam kondisi operasi pada suhu lingkungan.
30°C untuk domestic-type CBs dan 40°C untuk
industrial-type CBs.
Fig. H40: Ambient temperature
Pemilihan instantaneous, or short-time-delay, tripping threshold
Type Tripping
unit Applications
Low setting
type B
Sources producing low short-circuit- current levels
(standby generators)
Long lengths of line or cable
Standard
setting
type C
Protection of circuits: general case
High setting
type D or K
Protection of circuits having high initial transient
current levels (e.g. motors, transformers, resistive
loads)
12 In
type MA
Protection of motors in association with discontactors
(contactors with overload protection)
Fig. H43: Different tripping units, instantaneous or short-time-delayed
Pemilihan CB berdasarkan short-circuit breaking capacity requirement
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
36 | P a g e
CB yang dipasang harus memiliki short-circuit breaking capacity yang sama
atau melebihi arus short-circuit pada titik instalasinya. Jika hal tersebut tidak
terpenuhi, maka CB harus dihubungkan device lain yang terletak pada upstream
yang memiliki short-circuit breaking capacity yang diinginkan. Dalam kasus ini,
karakteristik dari 2 alat tersebut harus dikoordinasikan sehingga energy yang
diizinkan untuk melewati upstream device tidak boleh melebihi apa yang
menjadi downstream device dan kabel-kabel yang berhubungan mampu
menahan. Teknik ini bagus digunakan pada : Associations of fuses and circuit-
breakers, associations of current-limiting circuit-breakers, dan standard circuit-
breakers. Teknik ini disebut cascading.
Load Break Switch
Switch ini biasa dioperasikan manual, digunakan untuk menutup dan membuka
circuit berbeban dalam kondisi normal tanpa fault. Switch ini tidak memberikan
proteksi terhadap circuit yang dikendalikannya tidak seperti CB.
IEC standard 60947-3 defines:
The frequency of switch operation (600 close/open cycles per hour maximum)
Mechanical and electrical endurance (generally less than that of a contactor)
Current making and breaking ratings for normal and infrequent situations
Ketika menutup switch untuk menyalurkan tenaga pada rangkaian, ada
kemungkinan short-circuit yang tidak terduga terjadi. Untuk itu, load break
switch diberikan fault-current making rating, agar penutupan switch ketika
short-circuit terjadi dapat dipastikan berhasil. Switch seperti itu dinamakan
fault-make load-break switch.
Fig. H6: Symbol for a load-break switch
Utilization category
Typical
applications Cos ϕ
Making
current x
In
Breaking
current x
In
Frequent operations
Infrequent
operations
AC-20A AC-20B
Connecting
and
disconnecting
under no-load
conditions
- - -
AC-21A AC-21B
Switching of
resistive loads
including
moderate
overloads
0.95 1.5 1.5
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
37 | P a g e
AC-22A AC-22B
Switching of
mixed resistive
and inductive
loads,
including
moderate
overloads
0.65 3 3
AC-23A AC-23B
Switching of
motor loads or
other highly
inductive loads
0.45 for I
≤ 100 A
0.35 for I
> 100 A
10 8
Fig. H7: Utilization categories of LV AC switches according to IEC 60947-3
Pemilihan Rating
Dalam pemilihan pemutus tenaga yang tepat, terdapat dua nilai (rating) dari
pemutus tenaga yang membutuhkan perhitungan akan arus hubung singkat simetris
untuk menentukannya, yaitu rated momentary current dan rated interrupting current.
Rated momentary current yang merupakan nilai arus maksimum dimana pemutus
tenaga harus masih mampu bertahan, dihitung dengan mengalikan arus hubung singkat
simetris maksimum (maximum momentary short circuit current) dengan faktor 1.6.
Faktor ini bertujuan untuk memperhitungkan adanya komponen arus DC off-set pada
arus hubung singkat di praktiknya. Sedangkan arus hubung singkat simetris maksimum,
dihitung sendiri dengan menggunakan reaktansi subtransient pada mesin sinkron.
Arus hubung singkat yang akan diinterupsi ( dimana PMT akan bekerja ) atau
interrupting current dihitung dengan menggunakan reaktansi subtransient untuk
generator sinkron dan reaktansi transient untuk motor sinkron. Besar interrupting
current ini dihitung dengan mengalikan arus hubung singkat simetris dengan faktor
yang nilainya berbeda – beda berdasarkan kecepatan kerja dari pemutus tenaga. Faktor
tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Kecepatan Pemutus Tenaga Faktor Pengali
8 cycles atau yang lebih lambat 1.0
5 cycles 1.1
3 cycles 1.2
2 cycles 1.4
Tabel 1. Faktor pengali untuk menghitung interrupting current
Selain itu, untuk lebih memudahkan, biasanya rating PMT dinyatakan dalam bentuk
yang disebut SC (Short Circuit) MVA. Dimana rating SC MVA yang dapat diinterupsi
oleh PMT dinyatakan dengan:
Rated interrupting MVA capacity
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
38 | P a g e
*dengan V (line) dalam kV dan I (line) dalam kA.
Oleh sebab itu, daripada menghitung arus hubung singkat yang akan diinterupsi,
lebih mudah untuk menghitung SC MVA yang akan diinterupsi ( nilai maksimum SC
MVA yang mungkin terjadi ), dimana
SC MVA (3 fasa)
Dan jika tegangan dan arus dinyatakan dalam per unit maka
SC MVA (3 fasa)
Sudah jelas bahwa, nilai rated interrupting MVA capacity dari PMT adalah lebih
besar atau setidaknya sama dengan nilai SC MVA yang akan diinterupsi.
Contoh perhitungan 1:
Sebuah generator 25 MVA 11 kV dengan reaktansi subtransisent ( 20%
dihubungkan, melalui sebuah trafo kemudian saluran transmisi kemudian sebuah trafo
lagi, ke sebuah bus untuk menyuplai 3 buah motor sejenis (perhatikan gambar di
bawah).
Gambar 5
Setiap motor memiliki nilai = 25% dan reaktansi transient
= 30% pada basis 5
MVA, 6.6 kV. Trafo diantara generator dan saluran adalah trafo step-up 25 MVA 11/66
kV dengan reaktansi 10% dan trafo sebelum beban adalah trafo step-down 25 MVA
66/6.6 kV dengan reaktansi 10%. Reaktansi saluran transmisi = 15% pada basis 25
MVA 66 kV. Tegangan bus pada motor adalah 6.6kV ketika sebuah gangguan hubung
singkat 3 fasa terjadi di titik F. Hitunglah:
a. Arus subtransient hubung singkat
b. Arus subtransient pada PMT B
c. Momentary current pada PMT B
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
39 | P a g e
d. Interrupting current atau arus hubung singkat yang diinterupsi oleh PMT B
dalam 5 cycles.
Asumsikan bahwa sistem sedang beroperasi pada kondisi tanpa beban ketika
gangguan hubung singkat terjadi.
Jawaban contoh 1.
Basis sistem untuk perhitungan ditentukan 25 MVA.Untuk basis tegangan generator
adalah 11 kV, basis tegangan saluran adalah 66 kV, dan basis tegangan motor adalah
6.6 kV.
Untuk setiap motor,
pu.
Sedangkan reaktansi generator, trafo, dan saluran sudah dalam nilai yang tepat
mengingat basisnya ditentukan adalah 25 MVA.
Gambar 6
Pemodelan rangkaian sistem untuk perhitungan ditunjukkan pada gambar 6a. Sistem
dalam kondisi awal tanpa beban, tegangan induksi generator dan motor adalah sama.
Oleh karena itu pemodelan dapat disederhanakan menjadi seperti pada gambar 6b dan
lalu gambar 6c.
a. Maka,
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
40 | P a g e
pu
Basis arus dalam rangkaian 6.6kV
A. Sehingga,
A
b. Dari gambar 5, arus yang melalui pemutus tenaga B adalah
A
c. Momentary current pada PMT B A
d. Untuk menghitung interrupting current PMT B, reaktansi motor subtransient
perlu diganti dengan nilai reaktansi transient motor = 30%. Sehingga,
pu.
Oleh karena itu pemodelan rangkaian berubah menjadi seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2d, dan nilai interrupting current sebelum mempertimbangkan
komponen arus DC off-set adalah
pu.
Nilai interrupting current yang sebenarnya haruslah mempertimbangkan arus
DC off-set sehingga perlu dikalikan dengan faktor 1.1 (karena PMT B kecepatan
5 cycles). Sehingga,
Interrupting current PMT B A
PENELITIAN KEKINIAN TERHADAP CB DAN LBS
Circuit Breaker (CB) - HYBRID CIRCUIT BREAKER BERDASAR
VACUUM INTERRUPTER AND SF6 INTERRUPTER TERKONEKSI
SERI
Sebuah hybrid CB, terdiri dari vacuum interrupter dan SF6 interrupter yang
dikoneksikan secara seri, yang diproyeksikan untuk menggantikan CB SF6. CB SF6
adalah jenis CB (Tegangan tinggi dan kapasitas daya besar). Percobaan dimodelkan
dengan hybrid CB fiber-controlled dengan sebuah vacuum CB dan SF6 CB yang
dikoneksikan secara seri, dan percobaan pemutusan arus gangguan dikonduksikan
pada dua CB dengan berbagai kolaborasi aksi yang berbeda. Distribusi tegangan
antara vacuum CB dan SF6 dianalisa, karakteristik dan interaksi antara busur api
vacuum dan busur api SF6 dipelajari selama proses pemutusan.
Vacuum CB pada tegangan tinggi mempunyai dua arah pengembangan yaitu
single break dan multi break. Single break mempunyai insulasi yang buruk pada
saat celah hubung bertambah, sehingga menghambat pengembangan untuk
tegangan yang lebih tinggi. Begitu juga pada multi break, pengembangan pada
tegangan yang lebih tinggi juga terhambat karena kekompleksan teknologi untuk
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
41 | P a g e
sinkronisasi dan distribusi tegangan pada area pemutusan, selain itu juga tingginya
biaya manufakturnya. Dengan demikian, SF6 CB mendominasi pasar yang ada
walaupun penggunaan gas SF6 juga dibatasi karena pengaruhnya terhadap
lingkungan. Melihat kondisi ini, pengembangan dari CB dengan kapasitas besar
sangat diperlukan. Hybrid CB yang tersusuan atas koneksi seri dari vacuum
interrupter dan SF6 interrupter dapat memutus arus hubung singkat lebih besar
tanpa menambah penggunaan dari gas SF6.
Adapun gambar dari hybrid CB pada penelitian ini sebagai berikut:
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Karakteristik kecepatan recovery dari kekuatan dielektrik vacuum CB
mempengaruhi recovery kekuatan dielektrik SF6. Resistansi busur api SF6 lebih
besar daripada resistansi busur api vacuum, hal ini menggambarkan bahwa
tegangan SF6 interrupter akan cepat melampaui tegangan dari vacuum
interrupter setelah SF6 interrupter mulai menahan tegangan recovery transient,
dan SF6 interrupter akan menahan kebanyakan dari tegangan recovery.
2. Kegagalan pemutusan biasanya terjadi pertama kali pada vacuum interrupter
yang menahan tegangan recovery lebih dahulu. Pada kondisi ini, hybrid CB
akan tetap bekerja selama puncak recovery tegangan dan rata-rata kenaikannya
masih lebih rendah dari batas kekuatan dielektrik SF6 interrupter.
3. Penelitian membuktikan bahwa vacuum CB pertama kali memutuskan arus dan
menahan tegangan transien recovery awal. Hal ini membuat vacuum CB
menanggung sebagian beban pemutusan arus hubung singkat, yang maa sangat
membantu pada recovery kekuatan dielektrik dari SF6 CB. Kapasitas
pemutusan dari hybrid CB akan meningkat tanpa penambahan penggunaan gas
SF6.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
42 | P a g e
Load Break Switch (LBS) – PEMUTUSAN ARUS DI UDARA PADA
LOAD BREAK SWITCH TEGANGAN MENENGAH
Kapabilitas pemutusan arus pada sebuah LBS tergantung pada beberapa
parameter, seperti geometris dari nozzle dan kontak, pergerakan kontak dan
aliran gas. Dengan demikian, penelitian dilakukan untuk mendapatkan performa
yang terbaik dari sebuah LBS dan sejauh mana parameter-parameter tersebut
mempengaruhi performa dari LBS. Penelitian dilakukan pada 24 kV/630A
dengan LBS yang memenuhi standar dari IEC.
Rangkaian percobaan sebagai berikut:
Fig. 2. Kontak asimetris dan geometris nozzle pada kondisi terhubung (gambar atas)
dan kondisi terbuka (gambar bawah). L dan D adalah gambar diameter dalam dari
nozzle. Posisi kontak adalah x. dimensi pada ukuran millimeter.
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Tantangan utama yaitu untuk menghindari reignition thermal secara mendadak
pada saat CZ (Current Zero). Sedangkan reignition dielektrik bisa sedikti
diabaikan.
2. Pada geometri kontak dan nozzle yang telah diinvestigasi, sebuah tekanan udara
upstream minimal 0.3 bar adalah titik penting dalam penentuan kapabilitas
pemutusan yang baik.
3. Performa interupsi tidak terlalu terpengaruh terhadap panjang dan diameter
dalam nozzle pada desain penelitian ini.
Panjang dari nozzle dan kecepatan pin kontak harus sedemikian sehingga CZ kedua
setelah pemisahan kontak selalu terjadi ketika pin kontak berada diluar nozzle.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
43 | P a g e
BAB III
ARRESTER
Oleh :
9-11 REG
Fariz Hazmi Ahdiyat
Maulidya Falah
Erwin Avianto
34-36 REG
Aldino Jazmi Purnomo
Dwiky Febian
Panji Fakhruzzaman
9-11 REG
Bagus Setiawan
Muhammad Darhan Mauludi
Julianto Putra Kanggeyan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
44 | P a g e
ARRESTER
Transmission Line Arrester
Transmission Line Arrester adalah line arrester yang
diterapkan pada saluran transmisi.
Gambar1: Dua tipe dari Line Arresters -
Transmission Line dan Distribution Line Arresters
Backflash Sebuah backflash adalah flashover yang berasal
dari tiang atau menara tanah di isolator ke konduktor fase
seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Hal ini
dapat terjadi selama
sambaran petir untuk kawat shield atas.
Gambar 2: Sebuah Backflash
dan di mana impedansi tanah yang tinggi. Hal ini disebut
sebagai flashover kembali karena dalam arah yang
berlawanan dari flashovers diproduksi di tes
laboratorium. Backflash biasanya diikuti dengan flashover standar isolator dengan
arus frekuensi daya yang memerlukan operasi pemutus untuk mengakhiri aliran arus
tersebut.
. Ground Lead Disconnector (GLD)
Sebuah perangkat yang melekat pada akhir tanah dari arester untuk
melepaskannya dari tanah dalam hal suatu arester terjadi kesalahan. Kadang-kadang
perangkat ini melekat ke ujung line arrester namun masih disebut sebagai GLD.
Tujuan Instalasi Transmission Line Arrester
Ada dua alasan dasar untuk menginstal transmisi arrester garis pada sistem.
Tujuan yang paling umum adalah untuk mengurangi atau menghilangkan induksi
petir karena flashover isolator. Tujuan kedua dan kurang umum dari jenis arester
adalah untuk menghilangkan insulator flashover karena switching surge. Dalam
kedua kasus, tujuannya adalah untuk mengurangi atau menghilangkan flashover
isolator system. Dalam kedua kasus, sebuah studi dari sistem umumnya dilakukan
untuk menentukan lokasi terbaik untuk arrester untuk memenuhi hasil yang
diinginkan.
Untuk pengaturan switching surge, arrester hanya perlu berada di mana
switching surge mencapai amplitudo yang melebihi isolator string yang swutching
surge dapat menahan sampai tingkat tertentu. Ini bisa menjadi hanya beberapa lokasi di
sepanjang saluran transmisi.
Transmission Line
Arrester
Line
Arrester on Distribution
System
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
45 | P a g e
Untuk pengaturan lonjakan petir , zona perlindungan jarang lebih dari satu rentang dari
arester karena arrester harus berada di hampir setiap menara dan kadang-kadang pada
setiap fase.
Teori Operasi
Saluran transmisi arester diterapkan yang diterapkan shielded line beroperasi
berbeda dari aplikasi penangkal lainnya. Lonjakan arus dilakukan ke konduktor fase
bukannya jauh dari itu seperti dalam semua kasus lain dari proteksi petir.
Jika tidak ada arrester dalam pelayanan, dan shielding mengalami serangan
langsung, arus gelombang perjalanan menuruni garis shielding dan turun terdekat
konduktor tiang bawah. Jika tegangan di sepanjang bawah konduktor ini meningkat ke
tingkat yang melebihi menahan tingkat isolator line (sekitar 85% dari CFO), isolator
dapat backflash. Segera setelah backflash adalah flash maju frekuensi daya dibuat
sepanjang terionisasi lonjakan jalur busur saat ini seperti yang ditunjukkan pada
Gambar. 3 ini busur frekuensi daya adalah acara yang tidak diinginkan karena hanya
dapat diakhiri dengan perangkat arus lebih yang menyebabkan berkedip pada sistem.
Gambar 3: Daya Frekuensi Teruskan Arc Flash
Dengan arester dipasang pada fase ini, arus lonjakan
arus uneventfully ditransfer ke konduktor fase seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4. Tidak ada pengion
busur dihasilkan sehingga tidak ada kesalahan
frekuensi daya dan tidak ada
Gambar 4: TLA Konduksi jalur pada sistem terlindung
berkedip atau pemadaman sesaat. Dalam semua kasus, aplikasi saluran transmisi
arester menghambat flashovers insulator yang pada gilirannya menghilangkan sistem
pemadaman sesaat.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
46 | P a g e
Syarat-syarat Arrester
Arrester yang dipasang harus memenuhi syarat-syarat seperti:
a. Tegangan percik dan tegangan pelepasan, yaitu tegangan pada terminal pada waktu
pelepasan harus cukup rendah sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan.
Tegangan percik ini biasa juga disebut dengan gagal sela (gap breakdown) dan
tegangan pelepasan disebut dengan tegangan sisa (residual voltage).
b. Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa merusak arrester itu
sendiri.
c. Arrester harus mampu memutuskan arus susulan, dan dapat bekerja kembali seperti
semula.
d. Arrester harus memiliki harga tahanan pentanahan di bawah 5 ohm.
Pemilihan Arrester
Dalam pemilihan jenis arrester yang sesuai untuk suatu perlindungan tertentu,
beberapa faktor harus diperhatikan :
1. Kebutuhan perlindungan
Kebutuhan perlindungan berhubungan dengan kekuatan isolasi peralatan yang
harus dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.
2. Tegangan sistem Tegangan sistem adalah tegangan pada terminal arrester.
3. Arus hubung singkat Arus hubung singkat sistem ini hanya diperlukan pada
arrester jenis ekspulsi.
4. Faktor kondisi luar Faktor kindisi luar apakah normal atau tidak normal (200
meter atau lebih di atas permukaan laut), temperatur atau kelembapan yang
tinggi serta pengotoran.
5. Faktor ekonomi Faktor ini adalah perbandingan antara biaya pemeliharaan dan
kerusakan bila tidak ada arrester atau dipasang arrester yang lebih rendah
mutunya.
Karakteristik Arrester
Basic impuls insulation Level (BIL) adalah suatu referensi level yang dinyatakan dalam
impuls crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standar suatu gelombang 1,2 x
50 us. Sehingga isolasi dari peralatanperalatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau tinggi dari BIL tersebut.
Pengenal Arester
Pada umumnya pengenal atau “rating” arester hanya pengenal tegangan. Pada beberapa
jenis arester perlu juga disebut pengenal arusnya yang menentukan kapasitas termal
arester tersebut. Supaya pemakaian arester lebih efektif dan ekonomis, perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu : 1. Perkiraan Besarnya Tegangan Nominal/
Pengenal Arrester (UC) (Nominal Voltage Arrester)
Rating dari arrester biasanya dinyatakan dalam dalam frekuensi dan nilai tegangan
dalam kV. Dimana tegangannya adalah tegangan nominal atau tegangan pengenal
(UC) yang juga merupakan tegangan disaat penangkap petir masih apat bekerja
sesuai dengan karakteristiknya. Penangkap petir tidak dapat bekerja pada tegangan
maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih mampu memutuskan arus ikutan
dari system secara efektif. Tegangan pengenal dari suatu penangkap petir (rating
arester) adalah :
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
47 | P a g e
UC = Tegangan rms phasa ke phasa tertinggi ´koefisien pentanahan
= Tegangan rms phasa ´ 1,10 ´ koefisien Pentanahan
Dimana : - Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga
tegangan
nominal sistem.
- Koefisien pentanahan merupakan perbandingan antara tegangan rms
phasa ke
tanah dalam keadaan gangguan pada tempat
dimana penangkap petir
dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa tertinggi dari sistem
dalam keadaan tidak ada gangguan.
Pengaruh koefisien pentanahan terhadap tegangan maksimum yang mungkin timbul
pada kawat dalam gangguan kawat ke tanah adalah sebagai berikut :
• Sistem yang tidak diketanahkan atau system terisolasi
Pada sistem ini, tegangan yang mungkin timbul pada arester dapat lebih besar
dari tegangan jalajala. Arester dengan tegangan ini dinamakan arester 100%.
• Sistem yang diketanahkan dengan impedansi.
Pada sistem ini terbagi lagi atas 2 kelas yaitu diketanahkan efektif dan tidak
efektif. Pengenal arester yang dipakai tergantung dari harga-harga R0/X1 dan
X0/X1 di tempat arester.
Umumnya arester dibagi dalam 3
macam angka pengenal tegangan: 100%, 80%, dan 75%. Untuk tegangan
arester yang lebih rendah dari 75% harus ditambahkan 7,5% sebagai faktor
keselamatan.
Gambar 3 lekung-lekung tegangan maksimum tanah untuk sistem yang
diketanahkan dengan impedansi
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
48 | P a g e
2. Penentuan Arus Pelepasan Nominal (Nominal Discharge Current)
Arus pelepasan nominal adalah arus dengan harga puncak dan bentuk gelombang
tertentu yang digunakan untuk menentukan kelas dari arester sesuai dengan
kemampuan arus dan karakteristik pelindungnya.
Berikut merupakan spesifikasi dari Nominal Discharge Current: -Menurut standar
Inggris/Eropa (IEC) 8μdet/20μdet.
-Menurut standar Amerika 10μs/20μs dengan kelas PP 10 kA; 2.5 kA dan 1.5 kA.
a. Kelas arus 10 kA, untuk perlindungan gardu induk yang besar dengan frekuensi
sambaran petir yang cukup tinggi dengan tegangan sistem diatas 70kV.
b. Kelas arus 5 kA, untuk tegangan system dibawah 70kV.
c. Kelas arus 2.5 kA, untuk gardu-gardu kecil dengan tegangan sistem dibawah
22 kV, dimana pemakaian kelas 5 kA tidak lagi ekonomis.
d. Kelas arus 1.5 kA, untuk melindungi trafotrafo kecil.
Untuk arus pelepasan dalam peristiwa gelombang berjalan dapat ditunjukkan dengan
persamaan sebagai berikut:
Dimana: Ia = Arus Pelepasan Arrester [kA] Ud = Tegangan gelombang datang
[kV]
UA = Tegangan kerja / Tegangan
Sisa [kV]
Z = Impedansi surja [Ω]
3. Tegangan Pelepasan/Tegangan Kerja (UA) dari Lightning Arrester
Tegangan kerja atau tegangan pelepasan merupakan salah satu faktor yang
menentukan tingkat perlindungan dari penangkap petir. Jika tegangan kerja
penangkap petir ada di bawah BIL dari peralatan yang dilindungi, maka faktor
keamanan yang cukup untuk perlindungan peralatan yang optimum dapat diperoleh.
Tegangan kerja tergantung pada :
-Arus pelepasan dari
arrester
-Kecuraman gelombang arus (di/dt)
4. Faktor Perlindungan (Protection Margin)
Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara BIL dari peralatan
yang dilindungi dengan tegangan kerja dari arester. Pada waktu menentukan tingkat
perlindungan peralatan yang dilindungi oleh arester umumnya diambil harga 10%
diatas tegangan kerja dari arester, tujuannya untuk mengatasi kenaikan tegangan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
49 | P a g e
pada kawat penghubung dan toleransi pabrik. Besar faktor perlindungan ini
umumnya 20% dari BIL peralatan untuk arester yang dipasang dekat peralatan yang
dilindungi.
FP = BIL peralatan – Tingkat perlindungan
arrester
Dimana : Tingkat perlindungan arester = UA + 10% ( panjang kawat + toleransi pabrik)
Perlengkapan arrester
1. Miliammeter Miliammeter digunakan untuk memantau arus bocor yang dipasang
antara arrester dan konduktor pentanahan. Jika arus bocor melewati batas yang
diijinkan (2 mA), maka isolator arrester harus dibersihkan. Pada saat arrester
bekerja (discharge), sela percikan (spark gap) akan menyala tanpa maka dengan
cepat percikan api padam sehingga miliammeter siap untuk operasi kembali.
Rumah terbuat dari campuran alumunium yang tahan korosi, bagian depannya
ditutup dengan pelat baja tahan karat dan dihubungkan ke tanah. Terminal
berisolator dihubungkan dengan terminal bawah arrester. 2. Discharge counter
Discharge counter berfungsi untuk memantau jumlah kerja arrester yang terpasang
antara arrester dan terminal pentanahan.
3. Pemasangan perlengkapan arrester Pemasangan miliammeter dan discharge
counter dihubung seri dengan arrester dan diletakkan
antara arrester dan pentanahan
Menentukan Arrester Transmission Line
Ada banyak faktor yang terlibat dalam pemilihan arester saluran transmisi.
Faktor-faktor ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan arester tersebut. Switching mitigasi, mitigasi petir, atau keduanya.
2. Tegangan sistem nominal dan potensi tegangan sementara
3. Sistem shielding. Untuk sistem unshielded, di mana fase atas digunakan sebagai
perisai, arester atas mungkin berbeda dari yang lain.
4. Petir density flash dan atau sejarah tingkat flashover isolator.
5. Kualitas tanah menara.
6. Diinginkan tingkat flashover.
7. Tersedia saat kesalahan pada sistem.
Komponen TLA
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
50 | P a g e
Penting untuk dicatat bahwa ada beberapa komponen dasar dari TLA yang umum
untuk semua unit, tapi hampir setiap konfigurasi TLA berbeda dan harus dirancang
untuk aplikasi tertentu. Bahkan dalam satu proyek mungkin ada beberapa konfigurasi
yang diperlukan untuk mencocokkan berbagai menara atau tiang konfigurasi.
Menghubungkan perangkat keras dan orientasi arester harus dirancang untuk setiap
instalasi.
Saddle Clamp: Komponen ini sering kali
komponen yang sama yang digunakan untuk
menghubungkan konduktor ke isolator. Flex
Joint: Flex joint adalah penting untuk umur
panjang arester tersebut. Joint ini
menghilangkan stres mekanik pada arester
karena gerakan konduktor. Shunt:
Komponen ini menghilangkan kebutuhan
sendi fleksibel untuk juga menjadi komponen
pembawa arus.
Arrester Body: Komponen ini sangat mirip
dari konfigurasi untuk konfigurasi. Hal ini
secara elektrik ditentukan untuk melakukan
baik untuk petir saja atau untuk petir dan
beralih lonjakan.
Disconnector: Pemisah yang memisahkan hanya dalam hal kegagalan arester. Harus
arester yang menjadi sirkuit pendek ke sistem, pemisah beroperasi dan mengisolasi
arester dari bumi. Ground Lead: Ground Lead menghubungkan arester ke tanah
menara. Manajemen Lead adalah penting di sini untuk memastikan bahwa kabel
ground tidak pernah membuat kontak dengan fase lainnya
Lokasi Arrester
Menentukan lokasi optimal untuk arrester saluran transmisi untuk mencapai tingkat
pemadaman yang diinginkan Anda bukanlah tugas yang mudah. Jika tidak ada
arrester diinstal pada garis, itu adalah fakta yang diketahui bahwa dengan pemogokan
langsung ke konduktor fase, ada kemungkinan 100% dari flashover isolator. Hal ini
juga fakta bahwa jika arrester diinstal pada setiap fase setiap tower, serangan
langsung ke shield atau fase konduktor akan menghasilkan probabilitas 0% dari
flashover isolator.
Setiap lokasi arester selain kedua di atas akan menghasilkan menurunkan
kemungkinan flashover, tapi tanpa studi mitigasi petir probabilitas akan diketahui.
Kebanyakan produsen transmisi arrester garis dapat menghitung probabilitas
flashover jika beberapa karakteristik sistem yang diberikan kepada mereka.
Figure 5 : Typical Suspension Arrester
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
51 | P a g e
Studi mitigasi petir juga bisa berlari dengan menggunakan EMTP / ATP jenis
perangkat lunak. Banyak konsultan dapat menyediakan layanan data. Perlindungan
tegangan lebih umum adalah sebanyak keputusan ekonomi sebagai keputusan teknis.
Tabel berikut menunjukkan hasil khas dari studi mitigasi petir untuk berbagai lokasi
arester.
Probabilitas Flashover untuk Struktur
Konfigurasi 230kV Vertikal dan tanah 50 ohm
saat disambar petir
Lokasi Arrester
Probability
terjadinya
Flashover
No Shield and No Arresters 100%
Arrester on top phase only on
every other structure 88%
Arresters on all phases on
every other structure 87%
No Arresters, only a Shield
wire 21%
Arresters on top phase of
every structure 18%
Arresters on all phases of
every structure 0.00%
gambar 6: Contoh Probabilitas Flashover
Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi. Tetapi untuk
memperoleh kawasan perlindungan yang lebih baik, maka ada kalanya arrester
ditempatkan dengan jarak tertentu dengan perlatan yang dilindungi. Jarak arrester
dengan peralatan yang dilindungi berpengaruh terhadap besarnya tegangan yang tiba di
peralatan. Jika jarak arrester terlalu jauh, maka tegangan yang tiba pada peralatan dapat
melebihi tegangan yang dapat dipikulnya. Peralatan masih dapat dilindungi dengan baik
apabila jarak arrester dengan peralatan masih dalam batas yang diijinkan.
1. Jarak Maksimum Arrester Dan Transformator yang Dihubungkan dengan Saluran
Udara
Perlindungan yang baik diperoleh jika arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan
transformator. Tetapi, dalam kenyataannya, arrester harus ditempatkan dengan jarak
tertentu, agar perlindungan dapat berlangsung dengan baik.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
52 | P a g e
Jika arrester dihubungkan dengan menggunakan saluran udara terhadap alat yang
diindungi, maka untuk menetukan jarak yang baik antara arrester dengan trafo,
dinyatakan dengan persamaan
Ep = Tingkat Isolasi Dasar trafo (kV)
Ea = tegangan pelepasan arrester (kV)
A = kecuraman gelombang (kV/μs)
S = jarak antara arrester dengan transformator (m)
v = kecepatan merambat gelombang (m/μs)
2. Perhitungan Jarak Maksimum Arrester Dengan Peralatan Yang
Dilindungi
Arrester dipasang pada ujung saluran guna melindungi peralatan, khususnya pada bus
bar / line. Selain itu, arrester dipasang sebelum trafo tenaga (apabila dilihat dari ujung
saluran), sebagai pengaman khusus trafo
Secara umum arrester melindungi peralatan-peralatan pada gardu induk Srondol
terhadap sambaran-sambaran petir. Arrester ini memiliki jarak maksimum untuk
melindungi peralatan. Letak dari arrester tersebut tidak boleh lebih dari perhitungan
jarak yang ada, dengan kata lain arrester memiliki cakupan daerah yang terbatas. Jadi
jarak cakupan arrester yang terdapat pada gardu induk dapat dihitung.
Ep= 650 kV = SPLN7 : 1978
Bagian 4
Ea = 460 kV = SPLN7 : 1978
Bagian 4 A = 1000 kV/μs = Rekomendasi
IEC (1958)
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
53 | P a g e
(Recommendation for Lightning Arrester, 99)
v = 300 m/μs = Kecepatan cahaya
Pertimbangan grounding
Ketika garis shield pada awalnya dipasang, banyak upaya dilakukan
untuk memastikan bahwa impedansi tower tanah adalah serendah mungkin. Alasan
impedansi tinggi dapat menyebabkan tingkat tegangan yang signifikan untuk tampil
bersama menara bawah konduktor selama acara petir. Aturan umum praktis di sini
adalah "Semakin tinggi impedansi tanah, semakin tinggi risiko backflash pada
isolator".
Ketika transmisi arrester garis yang diinstal pada sebuah menara, pentingnya
tanah berkurang dan dapat hampir dieliminasi. Jika arrester dipasang pada semua tiga
fase, nilai tanah menjadi tidak signifikan. Dengan impedansi tanah yang lebih tinggi
lebih lonjakan arus dialihkan ke konduktor fase yang mungkin tampak seperti masalah,
tetapi tidak memiliki dampak negatif pada kinerja konduktor fase.
Konfigurasi Tanpa Shield
Konfigurasi lain yang populer TLA adalah ketika arester
terhubung ke fase puncak sistem unshielded. Ini adalah populer
untuk aplikasi online kompak pendek. Dalam konfigurasi ini dua
fase yang lebih rendah dapat
backflash jika arrester tidak diinstal. Juga dalam konfigurasi ini
arester atas mungkin memerlukan Peringkat energi yang lebih
tinggi atau kemampuan membawa arus sejak 100 persen dari
saat stroke yang melakukan melalui arrester sebelum tertanam
ke bawah tanah
Gambar 7: Konfiguras Unshielded
Externally Gapped Line Arrester (EGLA)
EGLA adalah arester saluran transmisi yang semakin populer di sebagian besar
dunia kecuali Amerika Utara. Saat arester ini dipasang untuk mitigasi petir garis
terlindung. Teori operasi adalah sama sebagai penangkal ungapped,
namunThe EGLA adalah arester saluran transmisi yang
semakin populer di sebagian besar
dunia kecuali Amerika Utara. Saat arester ini dipasang
untuk mitigasi petir garis terlindung. Teori operasi adalah
sama sebagai penangkal ungapped, namun membutuhkan
sparkover sebelum arester akan mulai melakukan gelora.
Jika kesenjangan diatur cukup tinggi, arester tidak akan
melakukan selama lonjakan switching. Tidak ada alasan
teknis sebenarnya mengapa desain arester ini tidak dapat
digunakan untuk beralih mitigasi lonjakan, namun aplikasi
yang belum dimanfaatkan belum.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
54 | P a g e
Standarisasi
Saat ini tidak ada standar khusus ditulis untuk arrester saluran transmisi. Hanya ada
beberapa referensi untuk baris aplikasi penangkal di panduan yang ada.
Standar bahwa jenis arester harus sesuai dengan pada saat ini adalah
1. C62.11 IEEE MOV Arrester Test Standard
2. C62.22 IEEE MOV Arrester Application Guide
3. IEEE 1243. Guide on Lightning
Improvement of Transmission Lines
4. IEC 60099-4 Gapless MOV Test Standard
5. IEC 60099-5 Gapless MOV
Application guide.
6. IEC 60099-8 EGLA (In draft state)
Masa Depan
Menggunakan transmisi arrester jalur on line kompak dan tegangan upgrade proyek
tahan peluang besar bagi industri. Namun kedua aplikasi ini mengharuskan para
insinyur untuk menentukan batas clearance lebih rendah dari yang digunakan untuk
100 tahun terakhir. Karena sifat konservatif industri ini dua aplikasi ini tetap kurang
dimanfaatkan.
Surge Arrester SURJA HUBUNG DAN ARRESTER SURJA
A. SURJA HUBUNG
Gangguan tegangan lebih pada transmisi sistem tenaga listrik biasanya disebabkan
oleh dua macam tegangan surja yaitu surja petir dan surja hubung yang mempunyai
amplitudo lebih besar dari nilai puncak tegangan nominalnya. Salah satu sumber
tegangan lebih surja hubung adalah peristiwa pembukaan dan penutupan pemutus
tenaga. Surja Hubung adalah gejala transien yang disebabkan oleh pemasukan
energi(energization), pemutusan energi(de-energization) dan pemutusan disertai
pemasukan kembali energi (re-energization) dari suatu rangkaian listrik. Proses
pensaklaran dilakukan oleh saklar atau circuit breaker berupa operasi penutupan
(closing), pembukaan (opening), dan penutupan kembali (reclosing). Operasi-operasi
tersebut dikenal dengan istilah operasi switching. Kenaikan tegangan yang terjadi
karena surja hubung harus diperhatikan jangan sampai menyebabkan kerusakan
koordinasi isolasi peralatan pada sistem. Besarnya surja hubung dinyatakan oleh suatu
faktor tegangan lebih yang sesuai persamaan [1]:
(1)
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
55 | P a g e
Keterangan:
Kft = factor tegangan lebih fasa ke tanah
maks = tegangan maksimum setelah switching = tegangan sistem fasa ke fasa
sebelum operasi switching
B. Fenomena Gelombang Berjalan
Gejala transien yang terjadi karena adanya surja tegangan dan surja arus akibat
adanya sambaran petir pada saluran transmisi dan switching pada peralatan di gardu
induk mempunyai selang waktu yang pendek. Besarnya tegangan gelombang berjalan
juga tergantung pada media tempat gelombang tersebut menjalar.
Dalam mempelajari transien pada saluran transmisi tiga fasa yang berkaitan dengan
masalah gelombang berjalan, saluran dapat digambarkan sebagai sebuah rangkaian
induktansi dan kapasitansi. Parameter L dan C adalah induktansi dan kapasitansi
saluran per satuan panjang. Bila jarak masing-masing penghantar pada suatu saluran
transmisi 3 fasa tidak sama, maka GMD (Geometric Mean Distance) dapat diperoleh
dengan persamaan sebagai berikut [2]
(2)
Dengan 12, 23, 31 adalah jarak antar fasa. Harga GMD untuk penghantar berkas
(bundle conductor) berbeda-beda sesuai dengan jumlah sub konduktor yang terpasang
di dalam penghantar berkas.
(3)
= GMD dari penghantar berkas
= GMD penghantar yang membentuk berkas
(diperoleh dari tabel)
= jarak antar penghantar dalam satu berkas
penghantar
Arrester Surja
Arrester merupakan alat pelindung berfungsi melindungi peralatan tenaga listrik
terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran petir (flash over) dan
karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan dengan cara membatasi surja
tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah.
Bila surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu induk.
Sebuah arester harus mampu bertindak sebagai insulator, mengalirkan beberapa
miliampere arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor
yang sangat baik yaitu mengalirkan ribuan ampere arus surja ke tanah, memiliki
tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi
tegangan lebih, dan menghilangkan arus susulan yang mengalir dari sistem melalui
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
56 | P a g e
arester (power follow current) setelah surja petir atau surja hubung berhasil
didisipasikan. Pada kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul
surja arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang
tinggi ke tanah. Setelah arus hilang, arrester harus dengan cepat kembali menjadi
isolator. Dalam menentukan rating lightning arester, yang perlu diketahui antara lain
adalah tegangan tertinggi sistem dan koefisien pentanahan. Tegangan tertinggi sistem
umumnya diambil 110 % dari harga tegangan nominal sistem. Tegangan pengenal
lightning arester diperoleh dari tegangan rms fasa ke fasa x 1,10 x koefisien
pentanahan. Pada sistem yang diketanahkan langsung, koefisien pentanahannya = 0,8.
Sedangkan sistem yang tidak diketanahkan langsung, koefisien pentanahannya = 1,0.
Pada keadaan normal arrester bertindak sebgai isolator dari peralatan listrik, namun
ketika timbul tegangan surja alat ini akan bersifat sebagai kondultor yang memiliki
tahanan yang relatif rendah, sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah.
Suatu arrester harus dapat berperan kembali sebagai isolator setelah terjadinya surja,
dimana sesuai fungsinya untuk melindungi peralatan listrik. Pada umumnya arester
dipasang pada setiap ujung yang akan memasuki gardu induk.
Pada suatu saluran transmisi udara sangat rawan terhadap adanya sambaran petir
yang dapat menyebabkan terjadinya gelombang berjalan (tegangan surja) yang dapat
masuk ke peralatan listrik, maka dalam suatu saluran transmisi perlu dipasang lightning
arrester yang memiliki fungsi menangkap gelombang berjalan yang disebabkan oleh
adanya surja atau dapat juga disebabkan oleh adanya pembukaan dan penutupan
pemutus tegangan yang akan masuk ke dalam instalasi peralatan listrik. Pada saluran
tegangan ekstra tinggi, surja tegangan biasanya disebabkan karena switching daripada
surja petir. Selain pemasangan lightning arrester pada saluran transmisi juga terpasang
pada setiap transformator.
Pemasangan pada transformator juga perlu diperhatikan karena petir merupakan
gelombang berjalan yang menuju transformator, dimana transformator dianggap
sebagai ujung yang terbuka (karena memiliki isolasi terhadap tanah), sehingga
gelombang pantulannya akan memperkuat gelombang yang datang. Hal ini dapat
dikatakan transformator akan mengalami tegangan surja dua kali lebih besar dari
tegangan gelombang surja yang datang. Lightning arrester beroperasi pada tegangan
tertentu diatas tegangan operasi untuk membuang muatan listrik dari surja petir dan
berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi. Perbandingan
antara dua tegangan tersebut dinamakan rasio proteksi arrester.
Seperti di
pembahasan yang
sebelumnya
lightning arrester
merupakan
peralatan pada
sistem tenaga
listrik yang
berfungsi sebagai
pengaman
terhadap tegangan
surja. Tegangan
surja ini akan
Gambar
2
Ka
r
k ateristik
Arrester
Jenis
Ekspulsi
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
57 | P a g e
mengakibatkan kenaikan tegangan sesaat yang cukup besar pada jaringan, sehingga
perlu adanya pengaman agar tidak terjadi kerusakan pada isolasi peralatan. Arrester
yang pada umumnya digunakan ada dua jenis yaitu:
1. Jenis Ekspulsi
Arrester pada jenis ini mempunyai dua jenis sela,
yakni sela luar dan sela dalam. Sela dalam
diletakkan dibagian dalam tabung serat. Kedua
sela ini akan terpercik ketika adanya surja petir.
Pada tabung akan mengeluarkan gas karena adanya
arus susulan yang memanaskan permukaan bagian
dalam tabung serat. Arus susulan ini berbentuk
gelombang sinusoidal, sehingga ada suatu saat
akan mencapai siklus bernilai nol. Pada saat siklus
dengan nilai nol inilah gas pada tabung akan
menjadi isolasi yang akan memadamkan arus
tersebut. Arrester jenis ini mampu melindungi
transformator distribusi yang memiliki rating tegangan 3-15kV dan dapat juga
dipasang pada saluran transmisi udara untuk mengurangi gangguan yang ditimbulkan
oleh surja petir yang masuk ke gardu induk.
Gambar 2 Arrester Jenis Ekspulsi
Lightning Arrester type expultion ini merupakan tabung yang terdiri dari :
• Dinding tabung yang terbuat dari bahan yang mudah menghasilkan gas jika
dilalui arus.
• Sela batang (external series gap) yang bisaanya diletakkan pada isolator
porselin, untuk mencegah arus mengalir dan membakar fiber pada tegangan jala-
jala setelah gangguan diatasi.
• Sela pemutus bunga api diletakan didalam tabung, salah satu elektroda
dihubungkan ke tanah Pada waktu tegangan surja melalui sela batang dan sela
bunga api maka impedansi tabung akan menjadi rendah sehingga arus surja dan
arus sistem dapat mengalir ketanah. Tegangan diatara terminal hantaran dengan
tanah turun setelah tembus terjadi, karena tabung melakukan arus maka terdapat
tegangan bunga api pada tabung yang sedikit menghalangi mengalirnya arus.
Bagaimanapun arus yang mengalir akan menbakar fiber dan menghasilkan gas
yang bergerak cepat kearah lubang pembuangan di bagian bawah Arrester,
tekanan gas ini akan mematikan bunga api pada saat arus melalui titik nol
pertamanya. Waktu pemadaman busur api ini hanya ½ atau satu putaran
sehingga R.R.V (Rate of Recoreving Voltage) lebih lambat dari rate of rise
kekuatan dielektrik dari isolasi.
Bila beda waktu ini sangat pendek untuk dapat dibaca oleh relay pelindung sehingga
CB tetap tidak bekerja (tertutup) dan pelayanan daya tidak terganggu. Segera setelah
gas ditekan keluar dan api menjadi padam sistem dapat bekerja kembali dengan
normal.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
58 | P a g e
Pemakaian Arrester type expultion adalah sebagai berikut :
1. Umumnya tabung pelindung dipakai untuk melindungi isolator transmisi. V-T
karateristik dari arrester ini lebih datar dari pada isolator, sehingga dengan
mudah dapat dikoordinasikan untuk melindunggi isolator dari tembus
permukaan.
2. Dipakai pada tiang transmisi sebelum memasuki gardu untuk
memotong besar arus surja yang datang, sehingga dapat berfungsi mengurangi
kerja dari arrester di gardu
3. Pada Transformator-Transformator kecil dipedesaan, dimana
pemotongan petir jenis katup (valve type arrester) sangat mahal apabila dipakai
sebagai pelindungnya.
4. Pada tiang transmisi tertentu yang sangat tinggi (misalnya penyeberangan
sungai) dimana kemungkinan disambar petir sangat tinggi.
Disamping keuntungan dari arester type ini juga mempunyai kekurangan sebagai
berikut :
1. Terbatas pada sistem yang mempunyai besar arus sistem kurang dari 1/3 dari
besarnya arus surja. Karena arus yang sangat besar akan menyebabkan fiber habis
terbakar dan arus terlalu kecil tidak mampu menghasilkan cukup gas pada tabung
untuk mematikan busur api.
2. Karena setiap arrester bekerja, permukaan tabung akan rusak karena terbakar maka
arester ini mempunyai batasan pada jumlah operasinya dimana arrester ini masing
dapat berfungsi dengan baik.
3. Walaupun termasuk pemotong surja yang sudah karena kemampunanya memotong
arus ikutan, namun tidak cocok untuk perlindungan peralatanperalatan gardu yang
mahal, karena V-T karateristiknya yang buruk.
Karateristik dari Lightning Arrester Type Expultion dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tegangan
dasar
Sparkover muka
gelombang impuls
Sparkover
impuls
Lightning
Arrester
(KV)
Rate
of
Rise
***
KV/u
sec
KV*** Kritis
ratarata (gel
1,5x40 us)
kV*** Min Agv Max
3 25 34 33 45 29
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
59 | P a g e
6 50 32 50 70 41
9 75 48 71 97 53
12 100 63 84 94 61
15 125 77 101 114 70
Tabel 3.3.
Karateristik Lightning Arrester distribusi type
Expultion
2. Jenis Katup
Sedangkan Arrester type Valve mempunyai tahanan yang tinggi pada tegangan
normal, tetapi mempunyai tahanan yang kecil bila arus yang melewati besar. Besar
tahanan tergantung dari besar kecilnya arus yang melaluinya, sedangkan teganganya
menjadi tidak linear terhadap arus, tetapi elemen valve mempunyai voltage limiting
charateristic. Arrester ini dinamakan valve arrester, sebab impedansinya dapat
mengatur sendiri untuk aliran arus dan tegangan terbatas. Perbedaan utama kedua type
expiltion dan valve yaitu untuk valve, besarnya arus dibatasi oleh arrester itu sendiri
dan tidak tergantung pada kapasitas sistem. Sedangkan tipe expultion ditentukan oleh
karateristik sistem, dari sini terlihat bahwa arrester type valve mempunyai tingkat
pengaman yang lebih tinggi dari semua alat pengaman. Dasar-dasar dan karateristik
dari lightning Arrester type Valve
Prinsip kerjanya pada pokoknya arrester ini terdiri dari dua unsur sela api (spark gap)
dan tahanan tak linear atau tahanan kran (valve resistor); keduannya dihubungkan
secara seri lihat gambar 3.6. batas atas dan bawah dari tegangan percik ditentukan oleh
tegangan sistem maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi.
Seringkali persoalan ini dapat dipecahkan hanya dengan mengetrapkan cara-cara
khusus pengaturan tegangan (voltage control) oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri
dari tiga unsur : sela api, tahanan kran atau tahanan katup dan sistem pengaturan atau
pembagian tegangan (granding sistem); sebagai diutarakan dimuka, bila persoalannya
hanya melindungi isolasi terhadap bahanya kerusakan karena gangguan dengan tidak
memperdulikan akibat terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela batang yang
memungkin terjadinya percikan pada waktu teganganya mencapai keadaan bahaya.
Dalam hal ini, tegangan sistem bolak-balik akan tetap mempertahankan busur api
sampai pemutusbebanya dibuka dengan menyambung sela api ini dengan sebuah
tahanan, maka mungkin apinya dapat dipandamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai
sebuah harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar.Pada arrester jenis ini
berupa sela percik yang dihubungkan secara seri dengan resistor tak linear, dimana
resistor tak linear ini akan memiliki tahanan rendah ketika dialiri arus yang memiliki
nilai yang besar dan akan memiliki nilai tahanan yang besar bila arus yang mengalir
kecil. Resistor yang umum digunakan dibuat dengan material silikon karbid. Arrester
jenis ini tidak dipengaruhi oleh udara karena sela percik dan resistor tak linear dipasang
pada tabung isolasi.
Metode pengamanan pada arrester jenis ini adalah, saat terjadi surja petir dan sela
arrester akan terpercik, maka arus yang cukup besar akan masuk pada arrester. Nilai
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
60 | P a g e
tahanan awal pada arrester akan mengecil akibat adanya arus yang membesar. Hal ini
akan membatasi tegangan maksimal pada tegangan terminal arrester, namun pada saat
arus mengalami penurunan nilai tahanan akan mengalami kenaikan, sehingga arus
susulan dapat dihambat karena adanya nilai tahanan yang mengalami kenaikan ini.
Biasanya arus yang dapat dikendalikan hingga mencapai arus nominal yang dikenal
sebagai arus kendari yakni sebesar 50A.
Pada saat tegangan sesaat pada sistem bernilai nol percikan akan padam dan arus
kendali menjadi nol serta arus susulan tidak berlanjut lagi. Secara umm arrester jenis
katub ini dibagi menjadi empat jenis yakni:
a. Jenis Gardu
b. Jenis Saluran (15-39kV)
c. Jenis Gardu untuk Mesin (2,4-15kV)
d. Jenis Distribusi untuk Mesin (120-750V)
Gambar 3 Arrester Jenis Katub
VI. PEMELIHARAAN ARRESTER
Pemeliharaan yang dilakukan pada arrester sangat penting untuk dilakukan dan
diperhatikan secara khusus agar terlindung dari korosi dan handal terhadap kerusakan
yang diakibatkan oleh petir. Program pemeliharaan yang dilakukan harus mencangkup
kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan untuk konduktor dan komponen dari proteksi petir.
2. Melakukan pemeriksaan atau pengujian pada surge suppressor (arrester) untuk
mengetahui efektifitasnya dan membandingkan dengan arrester baru.
3. Melakukan pemeriksaan seluruh sambungan dan bonding pada arrester.
4. Melakukan pengukuran tahanan tananh pada terminal elektroda pentanahan.
5. Menguji kekuatan dan ketebalan seluruh komponen dan konduktor yang
dibutuhkan.
VII. MINIMUM LIGHTNING PROTECTION
ANTARA INSULATOR STRING DAN LINE SURGE ARRESTER SECARA
PARALEL
Saluran surge arrester secara effektif dapat melakukan proteksi petir dengan
mengeleminasi flashover pada saluran transmisi. Namun bila jarak saluran arrester
terlalu dekat dengan insulator string, lightning discharging dapat terjadi diantara
discharging ring saluran arrester bagian atas dengan grading ring insulator string pada
bagian bawah. Hal ini terjadi saluran arrester yang diletakan secara paralel dengan
insulator string pada saluran transmisi. Fenomena ini disebut juga sebagai transverse
discharge.
Jarak antara saluran arrester dan insulator string sangat dekat. Lightning discharging
akan terjadi pada celah antara discharging ring A pada arrester dan grading ring B pada
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
61 | P a g e
insulator, sehingga tidak ada discharging pada celah seri arrester. Inilah yang disebut
fenomena transverse dicharge.
Kedua, akibat efek kedekatan cincin discharging arrester ini, tegangan inpuls
flashover petir pada insulator menurun dan dalam kondisi lembab akan sangat rendah.
Ketika terjadi sambaran petir pada menara, transverse discharge berlangsung pada
celah. Tegangan sisa pada unit arrester tinggi menyebabkan potensial tinggi pada ring B
yang sama dengan tegangan sisa di unit arrester. Flashover akan berlangsung melalui
string insulator, rute discharge menjadi A ke B ke C. Ketika petir menyambar
konduktor fasa, sheilding gagal. Flashover akan berlangsung melalui string insulator.
Rute discharge akan terjadi dari B ke A dan B ke C. Proteksi arrester menjadi tidak
efektif.
Ketiga, ketika jarak antara arrester dan insulator sangat dekat, maka lightning
discharge akan berlangsung pada celah AB dan celah AC. Ketika petir menyambar
menara, rute discharge menjadi C ke A ke B. Ketika petir menyambar konduktor, rute
discharge menjadi dari B ke A ke C.
PEMELIHARAAN ARRESTER
Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting, karena pemeliharaan terbaik
akan memperpanjang umur peralatan dan akan menjamin berfungsinya peralatan
dengan baik. Pemeliharaan yang telah dilaksanakan tidak ada bekasnya namun dapat di
rasakan pengaruhnya.
a) Untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi.
b) Untuk memperpanjang umur peralatan sesuai dengan usia teknisnya.
c) Untuk mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
d) Untuk meningkatkan keamanan peralatan.
e) Untuk mengurangi lama waktu pemadaman akibat sering terjadinya gangguan.
1. Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan harian Seperti halnya semua peralatan
dilaksanakan dalam memerlukan pemeliharaan tidak kondisi operasi.
terkecuali peralatan listrik tegangan tinggi pada gardu induk tegangan tinggi
atau ekstra tinggi, hal ini harus dilakukan pemeliharaan karena peralatan
tersebut merupakan sarana penyaluran tenaga listrik yang paling penting untuk
keperluan umum. Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tegangan tinggi dan menjamin
keandalan antara lain:
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
62 | P a g e
2. Pemeliharaan Arrester Untuk mendapatkan operasi yang optimal
diperlukan pemeliharaan yang baik terhadap peralatan. Untuk
pemeliharaan arrester terdiri dari:
a) Pemeliharaan harian
b) Pemeliharaan Tahunan Pemeliharaan tahunan dilaksanakan dalam
keadaan tidak operasi, dan sebaiknya dilakukan menjelang musim
hujan.
c) Pemeliharaan 10 Tahunan
Pemeliharaan ini dilaksanakan dengan mengirim arrester ke
laboratorium untuk ditest kembali.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
63 | P a g e
BAB IV
KABEL PENGHANTAR
Oleh :
12-16 REG
Muhammad Yusri Setiawan
Maryam Muthi'ah Karimah
Ken Satrio Utomo
Ghusaebi
Fikri Khoirur Rizal Abdul Qohar
37-39 REG
Maula Darda Natanegara
Nindya Ariyanti
Martino Adisuwono
12-15 PAR
Josan Putra
Muhammad Zaky Ramadhan
Findal Darmaja
Jodi Malikan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
64 | P a g e
Kawat Kabel
Banyak Konduktor Konduktor tunggal Dua atau lebih
Solid Wire Twisted pair cable
Stranded Wires Coaxial cable
Multi conductor cable
Fiber optic cable
Cocok untuk frekuensi tinggi (Solid Wire) Kekuatan dan durabilitas tinggi
Cocok untuk kondisi yang ekstrim (heavy duty)
Terisolasi
Lebih flexibel
Menahan beban mekanik, penghantar
listrik, penghantar sinyal telekomunikasi,
pemanas, pin, lampu pijar
Transmisi daya, penghantar listrik, serta penghantar
sinyal telekomunikasi
Resistansi lebih tinggi pada kondisi metal
fatigue (Stranded Wires)
Kegunaan
Tipe dasar
Keuntungan
Pengertian Kabel Penghantar
Kabel biasa kita temukan disekitar kita, menghubungkan antara sumber dengan
perangkat kita, maupun menghubungkan antar perangkat yang sedang digunakan.
Menurut kamus Merriam Webster, kabel adalah “a group of wires, glass fibers, etc.,
Covered in plastic or rubber and used to carry electricity or electrical signals.” Jadi,
kabel pada dasarnya terdiri dari sekumpulan kawat yang memiliki isolator pada bagian
luarnya, dan dapat berfungsi sebagai penyalur informasi (pada dunia telekomunikasi)
maupun penghantar daya (pada dunia
ketenagalistrikan).
Selain kabel, ada penghantar
lain yang umum dikenal, yaitu kawat.
Meskipun bentuknya hampir mirip
namun keduanya ini berbeda. Sangat
penting untuk dapat membedakan
antara kedua jenis penghantar ini,
karena keduanya memiliki
karakteristik fisik dan kegunaan yang
berbeda dalam pemakaiannya. Berikut
perbedaan antara kabel dan kawat :
Gambar 1.1 Perbedaan kawat (A) dan kabel (B)
Tabel 1.1 Perbedaan kawat dengan kabel
Penghantar atau kabel yang sering digunakan untuk instalasi listrik
penerangan umumnya terbuat dari tembaga. Penghantar tembaga setengah keras
(BCC ½ H = Bare Copper Conductor Half Hard) memiliki nilai tahanan jenis
0,0185 ohm mm²/m dengan tegangan tarik putus kurang dari 41 kg/mm².
sedangkan penghantar tambaga keras (BCCH =Bare Copper Conductor Hard),
kekuatan tegangan tariknya 41 kg/mm². Pemakaian tembaga sebagai penghantar
adalah dengan pertimbangan bahwa tembaga merupakan suatu bahan yang
mempunyai daya hantar yang baik setelah perak. Penghantar yang dibuat oleh
pabrik yang dibuat oleh pabrik terdapat beraneka ragamnya. Berdasarkan
konstruksinya, penghantar diklasifikasikan sebagai berikut:
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
65 | P a g e
a) Penghantar pejal (solid); yaitu penghantar yang berbentuk kawat pejal
yang berukuran sampai 10 mm². Tidak dibuat lebih besar lagi dengan maksud untuk
memudahkan penggulungan maupun pemasangannya.
Penghantar berlilit (stranded); penghantarnya terdiri dari beberapa urat kawat yang
berlilit dengan ukuran 1 mm² – 500 mm².
b) Penghantar serabut (fleksibel); banyak digunakan untuk tempat-tempat
yang sulit dan sempit, alat-alat portabel, alat-alat ukur listrik dan pada kendaraan
bermotor.
Ukuran kabel ini antara 0,5 mm² - 400 mm².
c) Penghantar persegi (busbar); penampang penghantar ini berbentuk persegi
empat yang biasanya digunakan pada PHB (Papan Hubung Bagi) sebagai rel-rel
pembagi atau rel penghubung. Penghantar ini tidak berisolasi.
Adapun bila ditinjau dari jumlah penghantar dalam satu kabel, penghantar
dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Penghantar simplex ; ialah kabel yang dapat berfungsi untuk satu macam
penghantar saja (misal: untuk fasa atau netral saja). Contoh penghantar simplex ini
antara lain: NYA 1,5 mm²; NYAF 2,5 mm² dan sebagainya.
b) Penghantar duplex ; ialah kabel yang dapat menghantarkan dua aliran (dua
fasa yang berbeda atau fasa dengan netral). Setiap penghantarnya diisolasi
kemudian diikat menjadi satu menggunakan selubung. Penghantar jenis ini
contohnya NYM 2x2,5 mm², NYY 2x2,5mm².
c) Penghantar triplex ; yaitu kabel dengan tiga pengantar yang dapat
menghantarkan aliran 3 fasa (R, S dan T) atau fasa, netral dan arde. Contoh kabel
jenis ini: NYM 3x2,5 mm², NYY 3x2,5 mm² dan sebagainya.
d) Penghantar quadruplex ; kabel dengan empat penghantar untuk
mengalirkan arus 3 fasa dan netral atau 3 fasa dan pentanahan. Susunan hantarannya
ada yang pejal, berlilit ataupun serabut. Contoh penghantar quadruplex misalnya
NYM 4x2,5 mm², NYMHY 4x2,5mm² dan sebagainya.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
66 | P a g e
I. Bagian Dasar Kabel
Kabel pada dasarnya punya 2 bagian penting yaitu konduktor dan
isolatornya :
1. Konduktor
Pada umumnya ada 2 jenis material yang umum digunakan sebagai
konduktor pada kabel yaitu tembaga, dan aluminium.
Tembaga
Tembanga memiliki resisitivitas sebesar 1.7 - 1.8
Ωmm2 / m. Tembaga ini memiliki sifat yang lumayan padat
dan keras jika dibandingkan dengan aluminium, sehingga
memiliki ketahanan terhadap hubung singkat dan gaya
mekanis yang lebih disbanding dengan aluminium. Biasanya
tembaga ini digunakan pada industri, pembangkitan, dan
tempat-tempat lainnya yang memiliki area luas.
Aluminium
Aluminium memiliki resistivitas sebesar 2.8 \times 10 ^-6
Ωmm2 / m. Meski aluminimum 60% lebih tidak konduktif
dibandingkan dengan tembaga, aluminium memiliki
keunggulan, yaitu aluminium itu lebih ringan dan lebih
flexibel jika dibandingkan dengan tembaga. Selain itu
aluminium juga tahan terhadap korosi. Biasanya aluminium
digunakan pada saluran udara, dan tempat-tempat lainnya
yang tidak memiliki area yang luas.
Berikut ada tabel mengenai perbandingan antar konduktor :
2. Isolator
Thermoplastic material yang menjadi lembek ketika
dipanasi, namun menjadi keras ketika kondisinya dingin :
a. PVC (Polyvinyl Chloride): Paling umum digunakan
karena murah, awet, dan mudah didapat. Namun
chlorine di PVC dapat memproduksi racun ketika
terbakar. Temperatur maximumnya adalah 160 C.
b. PE (Polyethylene): Bagian dari kelas polymer
polyolefins. Material ini punya losses dielectric yang
lebih kecil dibandingkan dengan PVC dan sensitive
terhadap kelembapan saat berada di low voltage,
sehingga PE cocok untuk isolator tegangan tinggi.
Thermosetting polymer resins yang irreversibly cured
untuk membentuk sebuah plastik atau karet.
a. XLPE (Cross-Linked Polyethylene): Punya ikatan
polyethylene yang saling terhubung, yang akan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
67 | P a g e
membantu mencegah pelumeran polymer ketika
temperature naik. Sehingga XLPE cocok untuk
pemakaian pada temperature tinggi. XLPE punya
dielectric losses yang lebih tinggi dibanding PE,
namun punya karakteristik ageing yang lebih baik.
Bisa bertahan hingga suhu 250C.
b. EPR (Ethylene Propylene Rubber): Sebuah
copolymer ethylene dan propylene, dan biasa disebut
dengan sebutan elastomer. material ini lebih fleksibel
bila dibandingkan dengan PE dan XLPE, tapi
memiliki dielectric loss yang paling besar. Bisa
bertahan hingga suhu 250C
Paper Based terbuat dari bahan baku kertas
Merupakan tipe paling tua dari sebua sistem insulasi
sebuah kabel daya dan masih digunakan untuk kabel-kabel
tegangan tinggi. Namun, kertas ini perlu direndam pada
cairan dielectric seperti resin maupun synthetic fluid.
Berikut ada tabel mengenai perbandingan antar isolator
II. Standar-Standar Kabel
Berikut table mengenai singkatan-singkatan yang umum dijumpai pada
kabel:
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
68 | P a g e
HURUF KETERANGAN
N Kabel standard dengan penghantar/inti tembaga.
NA Kabel dengan aluminium sebagai penghantar.
Y Isolasi PVC
G Isolasi Karet
A Kawat Berisolasi
Y Selubung PVC (polyvinyl chloride) untuk kabel luar
M Selubung PVC untuk kabel luar
R Kawat baja bulat (perisai)
Gb Kawat pipa baja (perisai )
B Pipa baja
I Untuk isolasi tetap diluar jangkauan tangan
re Penghantar padat bulat
rm Penghantar bulat berkawat banyak
Se Penghantar bentuk pejal (padat)
Sm Penghantar dipilin bentuk sektor
f Penghantar halus dipintal bulat
ff Penghantar sangat fleksibel
Z Penghantar z
D Penghantar 3 jalur yang di tengah sebagai pelindung.
H Kabel untuk alat bergerak
Rd Inti dipilih bentuk bulat
Fe Inti pipih
-1 Kabel dengan system pengenal warna urat dengan hijau – kuning
-0 Kabel dengan system pengenal warna urat tanpa hijau –kuning.
Contoh :
• Kabel NYA 4 re 1000 V
Menyatakan suatu kawat berisolasi untuk tegangan nominal 1000V, berisolasi
PVC dan mempunyai penghantar tembaga padat bulat dengan luas penampang
nominal 4 mm ².
• Kabel NYM – 0 4 x 2,5 rm 500 V
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
69 | P a g e
Menyatakan suatu kabel berinti banyak untuk tegangan nominal 500 V,
berisolasi dan berselubung PVC dan mempunyai penghantar tembaga bulat
berkawat banyak dengan luas penampang nominal 2,5 mm ², dengan sistim
pengenal warna urat tanpa hijau- kuning.
Identifikasi Kabel Dengan Warna
Peraturan warna selubung penghantar dan warna isolasi inti penghantar harus
diperhatikan pada saat pemasangan. Hal tersebut di atas diperlukan untuk mendapatkan
kesatuan pengertian mengenai penggunaan sesuatu warna atau warna loreng yang
digunakan untuk mengenal penghantare guna keseragaman dan mempertingi keamanan.
• Penggunaan warna loreng Hijau – kuning
Warna hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai penghantar
pembumian, pengaman dan penghantar yang menghubungkan ikatan penyama
tegangan ke bumi.
• Pengunaan warna biru
Warna biru digunakan untuk menandai penghantar netral atau kawat tengah,
pada instalasi listrik dengan penghantar netral. Untuk menghindarkan kesalahan,
warna biru tersebut tidak boleh digunakan untuk menandai penghantar lainnya.
Warna biru hanya dapat digunakan untuk maksud lain, jika pada instalasi
tersebut tidak terdapat penghantar netral atau kawat tengah. Warna biru tidak
untuk kabel pentanahan.
• Penggunaan warna kabel berinti tunggal
Untuk pengawatan di dalam perlengkapan listrik disarankan hanya mengunakan
kabel dengan satu warna., khususnya warna hitam. Jika diperlukan warna lain
untuk penandaan disarankan mengunakan warna cokelat.
• Pengenal untuk inti atau rel
Untuk kabel dengan isolasi dari bahan polyethylene disingkat dengan PE,
polyvinyl chloride disingkat dengan PVC, cross linked polyethylene disingkat
dengan XLPE.
• Warna untuk kabel berselubung berinti tunggal
Kabel berselubung berinti tunggal boleh digunakan untuk fase, netral, kawat
tengah atau penghantar pembumian asalkan isolasi kedua ujung kabel yang
terlihat ( bagian yang dikupas selubungnya ) dibalut isolasi khusus yang
berwarna
Untuk instalasi listrik
- Fasa R merah
- Fasa S kuning
- Fasa T hitam
- netral biru
Untuk pelengkapan listrik
- U / X merah
- V / Y kuning
- W / Z hitam
- Arde loreng hijau – kuning
• Warna selubung kabel
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
70 | P a g e
Warna selubung kabel ditentukan sebagai berikut :
- Kabel berisolasi tegangan pengenal (500 V) putih
- Kabel udara berisolasi PE, PVC, XPLPE (600 – 1000 V) hitam
- Kabel tanah berselubung PE dan PVC (600 – 1000 V) hitam
- Kabel tanah berselubung PE, PVC > 1000 V merah
Pemilihan Luas Penampang Penghantar
Pemilihan luas penampang penghantar harus mempertimbangkan hal-hal
berikut ini:
1. Kemampuan Hantar Arus (KHA)
Menurut PUIL 2000 pasal 5.5.3.1 bahwa “penghantar sirkit akhir
yang menyuplai motor tunggal tidak boleh mempunyai KHA kurang dari
125% arus pengenal beban penuh.”
- Untuk Arus Searah : In = P/V (A)
- Untuk Arus Bolak-balik Satu Fasa: In = P/(V.Cos ) (A)
- Untuk Arus Bolak-balik tiga Fasa: In = P/( .V.Cos ) (A)
KHA = 125% X In
Dimana: I = Arus Nominal Beban Penuh (A)
P = Daya Aktif (W)tember 13, 200
V = Tegangan (V)
Cos = Faktor Daya
2. Drop Voltage
Drop voltage atau disebut dengan susut tegangan merupakan perbedaan
antara tegangan sumber dengan tegangan di beban, karena tegangan di beban
tidak sama dengan tegangan sumber yaitu tegangan di beban lebih kecil dari
tegangan sumber, dapat disebabkan oleh faktor arus dan impedansi saluran.
3. Sifat Lingkungan
Sifat lingkungan merupakan kondisi dimana penghantar itu dipasang.
Faktor-faktor berikut harus diperhatikan:
- Penghantar dapat dipasang atau ditanam dalam tanah dengan
memperhatikan kondisi tanah yang basah, kering atau lembab. Ini akan
berhubungan dengan pertimbangan bahan isolasi penghantar yang
digunakan.
- Suhu lingkungan seperti suhu kamar dan suhu tinggi, penghantar yang
digunakan akan berbeda.
- Kekuatan mekanis, misalnya: pemasangan penghantar di jalan raya berbeda
dengan di dalam ruangan atau tempat tinggal. Penghantar yang terkena
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
71 | P a g e
beban mekanis, harus dipasang di dalam pipa baja atau pipa beton sebagai
pelindungnya.
4. Kemungkinan Lainnya
Kemungkinan lainnnya merupakan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Seperti penambahan beban yang akan
mengacu pada kenaikan arus beban sehingga perhitungan KHA penghantar
untuk memilih luas penampang penghantar akan berbeda. Drop tegangan
maksimum yang diizinkan adalah dua persen untuk penerangan dan lima
persen untuk instalasi daya.
Tabel 2. Warna selubung luar kabel PVC
Tabel 3. Kemampuan hantar arus kabel instalasi berisolasi dan berselubung PVC
III. Tipe Umum Kabel
Penggunaan kabel pada sebuah rangkaian listrik tidak boleh
dilakukan secara sembarangan, tipe / jenis kabel yang digunakan haruslah
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
72 | P a g e
sesuai dengan sistem tempat akan dipasangnya kabel tersebut. Bisa
dibayangkan betapa berbahayanya ketika jenis kabel telepon (twisted pair)
digunakan untuk melakukan transmisisi SUTT, maupun betapa tidak
efektifnya ketika kabel jenis NYY digunakan untuk melakukan panggilan
telepon. Sehingga pada dasarnya tipe kabel dibagi menjadi dua jenis yaitu
kabel untuk arus kuat (untuk menghantarkan daya besar) dan untuk arus
lemah (untuk data dan sinyal informasi).
Pemilihan jenis kabel tidak hanya berdasarkan pertimbangan besar
arusnya. namun juga : Power Loss yang diijinkan, drop voltage yang
diijinkan, dan juga batasan kuat arus. Contoh kabel untuk arus lemah antara
lain kabel telepon, kabel USB, SATA cable, dan lain lain. Pada makalah ini
akan lebih difokuskan pada sistem transmisi maupun distribusi sehingga
kabel untuk arus kuat yang akan dibahas lebih dalam. Ada 3 bagian pokok
dari sebuah kabel yang juga menjadi pertimbangan pengelompokan jenis-
jenis kabel:
Konduktor / penghantar: sebagai penghantar arus listrik
Isolator: untuk mengisolasi kawat antar kawat dan juga
kawat dengan lingkungan.
Pelindung luar: untuk memberikan perlindungan terhadap
kerusakan mekanis, pengaruh elektromagnetik luar, bahan-
bahan kimia, dan pengaruh luar lainnya yang merugikan.
Sehingga dengan meninjau perbedaan ketiga komponen utama ini, kabel
untuk arus kuat (penyaluran daya) dapat dikelompokan menjadi beberapa
jenis, antara la
a) Kabel NYA
Gambar 3.1 Kabel NYA
Kabel jenis ini cocok digunakan untuk instalasi permanen /
pengkabelan terbukan pada lokasi yang kering. Biasa digunakan
pada instalasi listrik rumah. Konstruksinya terdiri dari bagian
konduktor dan bagian isolator. Bagian konduktornya dapat berupa
kawat tembaga tunggal maupun yang kawat tembaga berkas yang
dikepang menurut aturan SPLN 41-2. Sementara bagian isolatornya
adalah PVC. Warna identifikasinya adalah kuning dengan strip
hijau, biru muda, hitam, dan merah. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis
sehingga mudah cacat, tidak tahan air (NYA adalah tipe kabel
udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman jika menggunakan kabel
tipe ini lebih baik kabel dipasang di dalam pipa atau saluran
penutup, karena selain tidak bisa diganggu oleh hewan pengerat dan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
73 | P a g e
tidak terkenah air, juga apabila ada isolasi yang terkelupas (terbuka)
tidak bisa tersentuh langsung oleh manusia.
b) Kabel NYM
Pada dasarnya memiliki fungsi yang sama dengan kabel
NYA, yang membedakan adalah kabel ini memiliki inti lebih dari 1.
dan punya 3 lapis isolasi yang semuanya berbahan PVC, dan
konduktornya adalah kawat tembaga.
Gambar 3.2 Kabel NYM
Memiliki kode warna isolasi konduktor warna biru muda atau hitam
(SPLN) atau coklat (SNI). Kode warna isolasi filler adalah hitam,
dan kode warna isolasi luar adalah putih.
c) Kabel NYY
Gambar 3.3 Kabel NYY
Fungsi dari kabel jenis NYY adalah untuk instalasi indoor
maupun outdoor yang diletakan ditanah, tapi tidak didesign untuk
menahan gangguan mekanis. terdiri dari 3 bagian yaitu konduktor
(berupa kawat tembaga tunggal maupun yang dikepang), isolator
(PVC, dengan warna indikasi biru muda) lalu ada pembungkus
luarnya berbahan PVC dengan campuran anti hama dan anti api.
d) Kabel NYAF
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
74 | P a g e
Gambar 3.4 Kabel NYAF
Kabel jenis NYAF cocok digunakan untuk instalasi indoor
maupun outdoor yang permanen, switchgear, controlgear, panel,
serta pada tempat-tempat yang banyak memiliki belokan-belokan
tajam. digunakan pada lingkungan yang kering dan tidak lembab /
terkena pengaruh cuaca secara langsung. kabel ini terdiri dari dua
bagian (konduktor, kawat tembaga berkas) dan isolator (PVC).
memiliki kode warna kunging dengan srip hijau, briu muda, hitam,
kuning, dan merah.
e) Kabel NYFGby / NYRGbY / NYBY
Gambar 3.5 Konstruksi kabel NYFGbY / NYRGbY / NYBY
Kabel jenis ini berfungsi sebagai kabel general purpose pada
sistem distribusi tenaga listrik bawah tanah. Terbagi menjadi 4
bagian besar yaitu konduktor (berupa kawat tembaga berkas), isolasi
konduktor (PVC), armor (galvanized flat steel), dan pelindung luar
(PVC).
f) Kabel NYCY
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
75 | P a g e
Gambar 3.6 Konstruksi kabel NYCY
Kabel ini dirancang untuk jaringan listrik dengan penghantar
konsentris dalam tanah, dalam ruangan, saluran kabel dan alam
terbuka. Kabel protodur dengan dua lapis pelindung pita CU Kabel.
Instalasi ini bisa di tempatkan di luar atau di dalam bangunan, baik
pada kondisi lembab maupun kering.
g) Kabel AAAC
Gambar 3.7 Kabel AAAC
Kabel ini terbuat dari aluminium-magnesium-silicon
campuran logam. Keterhantaran elektris tinggi yang berisi
magnesium silicide, untuk memberi sifat yang lebih baik. Kabel ini
biasanya dibuat dari paduan aluminium 6201. AAAC mempunyai
suatu anti karat dan kekuatan yang baik, sehingga daya hantarnya
lebih baik.
h) Kabel ACSR
Gambar 3.8 Kabel ACSR
Kabel ACSR merupakan kawat penghantar yang terdiri dari
aluminium berinti kawat baja. Kabel ini digunakan untuk saluran-
saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
76 | P a g e
berjauhan, mencapai ratusan meter, maka dibutuhkan kuat tarik
yang lebih tinggi, untuk itu digunakan kawat penghantar ACSR.
IV. Kabel Pada Saluran Bawah Tanah
Ketika menggunakan kabel untuk saluran bawah tanah, muncul
masalah-masalah baru. antara lain : ancaman kerusakan mekanis (karena
kabel ditimbun tanah) dan juga permasalahan suhu kabel. Sehingga, untuk
kabel biasa saja tidak akan bisa menahan lingkungan bwah tanah, maka dari
itu, pada saluran bawah tanah diperlukan hal-hal pendukung ekstra berikut:
1). Sarung kabel (serving)
2). Perisai (armour)
3). Bantalan (bedding)
4). Bahan pengisi (filler)
Jenis Kabel Bawah Tanah dapat digolongkan berdasarkan hal-hal berikut:
Menurut jumlah dan susunan hantarannya, kabel bawah tanah meliputi :
- Kabel hantaran tunggal (single – core cable)
- Kabel tiga hantaran (three – core cable)
- Kabel sektoral (sector cable)
- Kabel dengan netral konsentris
Jenis kabel yang sering di gunakan pada sistem saluran distribusi yaitu pada
tegangan kerja 6 kV sampai 30 kV dan saluran sub transmisi pada tegangan
kerja 30 kV sampai 220 kV adalah :
1. Kabel ikat (balted cable)
Kabel ikat adalah kabel yang
mempunyai lapisan kertas pengikat
(paper belt). Konstruksi dari kabel
ini dapat dilihat pada gambar
dibawah.
2. Kabel H (Hoclstadter, sercened cable)
Di dalam jenis kabel H, kertas isolasi ikat (paper insulation belt) tidak ada,
pada setiap isolasi inti dipasang suatu lapisan yang disebut screen (tabir)
yang di buat dari bahan kertas logam (metalized paper) yang berlubang –
lubang atas konduktor. Keuntungan penggunaan kabel H ini, adalah adanya
peningkatan penyebaran panas yang terjadi pada penghantar, akibatnya
akan menaikkan kemampuan membawa arus. Kabel jenis H, biasanya
digunakan pada tegangan kerja dari 10 kv sampai 60 kv.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
77 | P a g e
Kabel isolasi sintetis
Kabel isolasi sintetis (isolasi padat) adalah seperti kabel XLPE (Cross
linked poly ethylene) dan kabel EPR (Ethylene proplene rubber). Didalam
kabel isolasi sintentis (padat) ini, setiap lapisan diberi lapisan semi
konduktor, kemudian di beri isolasi lalu dipasang semi konduktor dan
setelah itu di pasang selubung pelindung (Sheath), yang kadang –kadang
Sheath ini terbuat dari tembaga (wire copper) Pada kabel inti tunggal,
sheath berfungsi sebagai kawat netral, hal ini dapat dilihat pada gambar
dibawah.
Sedangkan untuk kabel berinti tiga, dimana tiga buah intinya yang di beri
pelindung (pita tembaga) di pasang bersama, lalu di beri bahan pengisi yang
biasanya terdiri dari bahan sintetis, sering juga di pasang perisai (armour),
jika diperlukan.
3. Kabel isolasi minyak (oil filled cable)
Kabel isolasi minyak (oil filled cable) adalah suatu kabel yang isolasinya
menggunakan minyak. Kabel isolasi minyak ini mempunyai beberapa
macam bentuk antara lain adalah :
1). Kabel minyak berbentuk bulat : dimana letak saluran minyak terdapat
pada pusat konduktor
2). Kabel minyak datar (flat oil filled cable) dimana tiga kabel dengan
selubung timbul di letakkan dengan membuat susunan dan ruang di antara
intinya dipergunakan sebagai saluran minyak
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
78 | P a g e
3). Kabel minyak dengan tahanan di dalam pipa : dimana tiga buah inti
kabel yang telah di beri lapisan tabir (screen), di letakkan di dalam pipa
berisi minyak.
Cara bekerjanya minyak sebagai isolasi adalah jika pada penghantar /
konduktor, temperaturnya naik maka minyak akan mencair, ini akan
mengalir kedalam lubang minyak dan bila temperaturnya turun minyak
kembali akan membeku di dalam kabel dengan demikian tidak terjadi
gelembung udara, sehingga dapat mencegah timbulnya kerusakan kabel.
4. Kabel SL (Separated Lead) dan SA (Separated Aluminium)
Kabel jenis S.L. dan S.A pada setiap intinya di isolasi dengan kertas,
kemudian di pasang selubung timbal untuk kabel S.L. dan selubung
aluminium untuk kabel S.A. Kabel jenis ini terdiri dari 3 buah inti kabel,
yang mana ketiga inti ini terdiri dari tiga buah inti kabel inti tunggal, lalu
inti tersebut di pasang bersama – sama di lengkapi dengan bahan pengisi
(piller), bantalan (bedding).
5. Kabel H.S.L
Kabel H.S.L. adalah merupakan gabungan antara kabel H dan S.L dimana
setiap penghantar (konduktor di isolasi dengan kertas, lalu di lapisi dengan
kertas logam atau semi konduktor kemudian di beri selubung timbal lalu
ketiga intinya di pasang bersama – sama dan di lengkapi dengan
perlengkapan kabel.
V. Kabel Pada Saluran Bawah Laut
Transmisi melewati laut bertujuan untuk transmisi jarak jauh,
misalnya untuk antar pulau. Pada prinsipnya sama seperti kabel bawah
tanah, keduanya memiliki tujuan agar tidak perlu repot-repot membangung
tiang listrik, hanya saja alasanya bila di darat adalah tiang listrik merusak
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
79 | P a g e
estetika sementara pada laut, membangun tiang listrik antar pulau akan
sangatlah susah dan memakan banyak biaya. Namun dengan
membentangkan kabel transmisi dari pulau satu ke pulau yang lain, kabel ini
mengalami masalah-masalah serius seperti tekanan air, kadar garam yang
tinggi pada laut, parasit, dan juga ancaman tertimpa jangkar kapal. Maka
dari itu sekali lagi, tipe-tipe kabel umum yang sudah dijelaskan tidak akan
bisa bekerja dengan optimal pada bawah laut, perlu ada penambahan
proteksi-proteksi terhadap kabel bawah laut.
Dari gambar diatas dapat dilihat konstruksi dalam dari sebuah
kabel bawah laut. Pada dasarnya terbagi menjadi 5 bagian, yaitu konduktor,
isolator, armor, serving (bungkus luar) dan juga fiber optic (opsional).
konduktor bermanfaat sebagai penghantar arusnya, sementara isolator
menjaga agar semua bagian yang berarus dan bertegangan tetap terpisah
agar tidak terjadi hubung singkat. Armor berfungsi sebagai proteksi
konduktor dan isolator bilamana ada gangguan mekanis dari luar. Serving
bermanfaat untuk membungkus keseluruhan kabel, membantu kabel tetap
kedap air. Terakhir ada fiber optic, berfungsi sebagai pengiriman sinyal
komunikasi.
VI. Kabel Pada Saluran Udara
Lain halnya dengan saluran bawah tanah maupun laut, pada
saluran udara tantangan mekanisnya tidak seekstrim pada bawah laut dan
bawah tanah, sehingga jarang sekali digunakan kabel-kabel kusus. Bahkan
pada transmisi jarak jauh sering kali hanya digunakan kawat berkas
telanjang biasa. Kawat dibikin berkas agar mengurangi efek dari skin effect,
sehingga dengan demikian jumlah arus yang bisa dihantarkan bisa lebih
banyak.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
80 | P a g e
BAB V
REL & PENTANAHAN
Oleh :
17-20 REG
Duli Asih Siregar
Nagib Muhammad
Dhani Teja Kusuma
M. Aulia Akbar M
40-43 REG
Rachmat Romario Akbara
Yohan Binsar H.G.
Fajar Tri Wardana
Aiman Setiawan
16-19 PAR
Octa Puara Aryani
Charles
Dani Irezza Febrianto
Desca Fazrani
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
81 | P a g e
REL(BUS BAR)
Dalam distribusi tenaga listrik, busbar (juga dieja ‘bus bar’, atau kadang-kadang
‘bus bar’ atau ‘busbar’, dengan bus adalah istilah dari omnibus Latin, "untuk semua")
adalah strip logam atau bar (biasanya tembaga, kuningan atau aluminium) yang
menghantarkan listrik dalam switchboard, papan distribusi, gardu, bank baterai, atau
peralatan listrik lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk menghantarkan arus listrik
besar, dan tidak berfungsi sebagai anggota struktural. Busbar/rel merupakan titik
pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT, Saluran
Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga
listrik/daya listrik. Komposisi bahan dan ukuran penampang busbar menentukan jumlah
maksimum arus yang dapat dihantarkan dengan aman. Busbar dapat memiliki luas
penampang paling sedikit 10 mm2, tapi gardu listrik dapat juga menggunakan tabung
logam berdiameter 50 mm (luas penampangnya 20 cm2) atau lebih sebagai busbar.
Smelter aluminium akan memiliki busbar sangat besar digunakan untuk membawa
puluhan ribu ampere ke sel elektrokimia yang menghasilkan aluminium dari garam
cair.
Desain dan Penempatan
Busbar biasanya berbentuk strip datar atau tabung hampa, karena bentuk-bentuk
ini memungkinkan panas dapat dibuang dengan lebih efisien karena rasio luas
permukaan yang tinggi dibandingkan luas penampang. Skin effect membuat arus 50-60
Hz AC busbar yang ketebalannya lebih dari sekitar 8 mm (5/16 inchi) menjadi tidak
efisien, sehingga bentuk berongga atau bentuk flat lazim digunakan saat ini. Bagian
berongga juga memiliki kekakuan yang lebih tinggi dari batang padat untuk kapasitas
pembawa arus yang sama, yang memungkinkan rentang yang lebih besar antara busbar
di switchyards luar ruangan.
Sebuah busbar harus cukup kaku untuk menopang beratnya sendiri, dan
kekuatan yang dialami akibat getaran mekanis dan mungkin gempa bumi, serta
akumulasi berat dari air hujan untuk busbar yang terdapat di luar ruangan. Selain itu,
pengaruh termal dari perubahan suhu yang disebabkan oleh pemanasan ohmik dan
variasi suhu ambien (siang dan malam), dan gaya magnet yang disebabkan oleh arus
besar harus dipertimbangkan.
Busbar biasanya mengandung switchgear, papan panel, atau busway enclosures.
Papan distribusi membagi pasokan listrik ke sirkuit terpisah di satu lokasi. Busway,
atau saluran bus, adalah busbar panjang dengan dilengkapi selubung pelindung.
Daripada bercabang dari pasokan utama di satu lokasi, hal ini memungkinkan jaringan
baru bercabang di mana saja sepanjang rute busway.
Sebuah busbar yang baik dapat didukung pada isolator, atau isolasi yang lain
mungkin benar-benar mengelilinginya. Busbar dilindungi dari kontak tidak disengaja
baik dengan logam yang dibumikan enclosure atau dengan elevasi di luar jangkauan
normal. Daya listrik busbar netral juga dapat terisolasi. Pembumian (grounding safety)
busbar biasanya telanjang dan dihubingkan langsung ke setiap chassis metal dari case
mereka. Busbar dapat tertutup dalam case dari logam, dalam bentuk saluran bus atau
busway, bus-bus terpisah menurut fasenya.
Busbar dapat terhubung satu sama lain dan untuk peralatan listrik dengan dilas
atau dijepit. Seringkali, sendi antara bagian bus arus tinggi permukaannya dilapisi perak
untuk mengurangi resistansi kontak. Pada tegangan ekstra tinggi (lebih dari 300 kV)
pada bus di luar ruangan, corona discharge sekitar koneksi akan menjadi sumber
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
82 | P a g e
gangguan frekuensi radio dan kehilangan daya, sehingga alat kelengkapan koneksi yang
istimewa dirancang untuk digunakan pada tegangan
Sistem rel terdiri dari beberapa skema yang berbeda, namun pemilihan rel
didasarkan pada kebutuhan sistem yang ingin dihubungkan pada rel misalnya dari
sistem tegangan, posisi substasi pada sistem tenaga listrik, fleksibilitas dan biaya yang
harus dikeluarkan (cost). Beberapa kriteria utama yang dibutuhkan dalam pemilihan
sistem rel antara lain:
1. Sistem sederhana
2. Kemudahan perawatan dan pemeliharaan bus yang dihubungkan untuk peralatan
listrik yang berbeda-beda.
3. Meminimalkan terjadinya pemutusan aliran tenaga listrik (outage) pada saat
perawatan.
4. Sistem fleksibel dan dapat ditambah apabila terdapat penambahan koneksi di masa
yang akan datang
5. Mengoptimasi pemilihan skema rel yang sesuai dengan sistem dari segi efisiensi
dan keuntungan yang diperoleh
Konfigurasi sistem rel (busbar)
Beberapa skema sistem rel yang umum digunakan pada sistem tenaga listrik
beserta dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem, antara lain:
a. Sistem rel tunggal
Skema sistem rel tunggal ialah dimana hubungan penyulang dan transformator
atau peralatan listrik lainnya dihubungkan ke satu rel. Sistem ini merupakan sistem rel
yang paling sederhana, murah dan mudah dipoperasikan. Namun sistem ini memiliki
beberapa kelemahan dimana kurang fleksibel apabila terjadi kerusakan pada rel
sehingga memungkinkan terjadinya pemadaman pada substasi yang terhubung. Rel
tunggal cocok digunakan hanya pada sistem pemabngkit yang tidak begitu penting
peranannya dalam sistem. Sistem ini umumnya digunakan pada switchboard 11kV.
Keuntungan :
a. Ekonomis (biaya murah).
b. Sederhana (sistem ini tidak rumit).
Kekurangan :
a. Keandalan kurang, karena hanya terdapat satu jalurutama untuk menyuplai gardu
distribusi, sehinggaapabila jalur mengalami gangguan, maka seluruh garduakan ikut
padam.
b. Sulit untuk melakukan maintenance.
c. Jika ingin memodifikasi busbar, gardu induk secarakeseluruhan harus padam.
d. Hanya dapat digunakan di tempat dimana beban dapatdiputus.
e. Mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujungkurang baik, hal ini
dikarenakan jatuh teganganterbesar ada pada ujung saluran.
Gambar 1. Skema sistem rel tunggal
b. Sisem rel tunggal dengan Sectionalizer
Fleksibilitas rel tunggal dapat
ditingkatkan dengan menambahkan
sectionalizer pada rel seperti Pemutus (breaker)
untuk meminimalkan terjadinya pemadaman.
Apabila terdapat lebih dari sumber yang datang
dan penyulang terdistribusi secara merata, maka
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
83 | P a g e
dampak terjadinya interupsi pada sistem dapat dikurangi. Apabila salah satu bagian rel
mengalami kerusakan, maka tidak akan mempengaruhi operasi sisi atau bagian rel yang
lain.
Gambar 2. Skema sistem rel tunggal dengan
PMT
Sama halnya dengan sistem rel tunggal
tanpa breaker, perawatan pemelihaaran pada
sistem ini tidak mungkin dilakukan tanpa
menyebabkan terjadinya pemutusan dengan
sistem penyulang (feeder) atau transformator
yang terhubung. Selain itu, pemasangan
isolator sebagai sectionalizer akan
menyebabkan terjadinya gangguan pada rel. Untuk itu, agar kerja bus optimal jenis
sectionalizer yang tepat ialah bus-coupler, namun membutuhkan biaya yang lebih
untuk pemasangannya.
c. Sistem rel ganda
Sistem rel ganda merupakan sistem rel dimana dua rel identik yang
dikonfigurasikan sedemikian rupa sehingga memudahkan pelepasan atau pemasangan
penyulang. Setiap peyulang dihubungkan ke rel secara paralel melalui isolator. Setiap
feeder dapat disuplai oleh kedua bus, sementara itu kedua bus dipisahkan oleh bus
coupler yang harus dijaga pada kondisi tertutup (close) pada saat pemindahan
penyulang dari salah satu bus.
Keuntungan :
a. Setiap jaringan disokong oleh 2 CB (Circuit Breaker).
b. Fleksibel untuk menentukan sambungan antara feederdengan busbar.
c. Mudah untuk melakukan maintenance CB.
d. Memiliki keandalan yang tinggi.
Kekurangan :
a. Biaya tinggi.
b. Ketika terjadi kerusakan CB, maka jaringan akankekurangan daya setengah dari
seharusnya.
Gambar 3. Skema sistem rel ganda
d. Sistem rel ganda dengan Pemutus
Sistem ini menggunakan dua rel
identik dimana keduanya dihubungkan
ke feeder secara paralel melalui
pemutus (breaker). Kedua rel
menyuplai daya listrik ke feeder, dan
feeder dapat dipindahkan dari salah
satu rel ke rel lain setiap waktunya.
Siste ini tidak membutuhkan bus
coupler karena pengoperasiannya
dikendalikan oleh breaker.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
84 | P a g e
Gambar 4. Skema sistem rel ganda dengan PMT
e. Sistem rel satu setengah dengan PMT
Sistem ini bertujuan untuk meinimalkan jumlah breaker yang digunakan pada sistem
rel ganda. Feeder dihubungkan dengan rel menggunakan sebuah breaker sementara dua
feeder dihubungkan dengan sebuah spare breaker seperti yang terlihat pada gambar.
Proteksi sistem ini cukup rumit dan apabila terdapat kerusakan pada salah satu rel, arus
gangguan tidak akan mempengaruhi feeder pada sistem karena semua feeder akan
disuplai oleh rel yang tidak bermasalah. Kekurangan sistem ini ialah lebih mahal karena
membutuhkan breaker untuk menghubungkan dua buah feeder. Sistem ini banyak
digunakan pada gardu induk pembangkit yan besar karena lebih efektif dalam
pengoperasiannya.
Gambar 5. Skema sistem rel satu setengah
Keuntungan :
a. Operasi paling fleksibel.
b. Memiliki keandalan yang tinggi.
c. Mudah untuk melakukan maintenance busbar.
d. Kegagalan pada bus tidak mengakibatkan putusnyajaringan, karena masih ada suplai
dari busbar yangsatunya.
Kekurangan :
a. Setiap jaringan disokong 3 sampai 2 busbar.
b. CB yang berada ditengah menyokong 2 buah jaringan.
f. Main and transfer bus system
Pada sistem ini, setiap feeder dihubungkan dengan rel utama melalui breaker
dan dengan rel cadangan menggunakan isolator bypass. Sementara itu kedua rel
dihubungkan menggunakan bus coupler. Sistem ini mencegah terjaidnya pemadaman
apabila terdapat gangguan pada rel utama, maka feeder akan disuplai daya oleh rel
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
85 | P a g e
cadangan. Perawatan breaker pada kedua bus juga dapat dilakukan tanpa menyebabkan
gangguan pada sistem.
Gambar 6. Skema sistem rel utama dan Transfer
g. Sistem rel cincin
Pada sistem ini, semua rel yang ada tersambung satu sama lain membentuk
konfigurasi cincin atau loop. Sistem rel ini menyediakan dua suplai secara langsung ke
setiap rangkaian feeder dengan cara membuka salah satu breaker. Namun, konfigurasi
ini memiliki beberapa kelemahan yaitu sulit untuk diperluas apabila ingin
menambahkan feeder. Selain itu, kendahalan sistem menjadi sangat buruk apabila salah
satu circuit breaker pada loop sistem dalam keadaan terbuka pada saat perawatan atau
disebabkan alasan lain.
Gambar 7. Skema sistem rel cincin
SISTEM PENTANAHAN
Sistem pentanahan (grounding system) merupakan sistem rangkaian atau
jaringan dari kutub pentanahan atau atau elektroda yang berfungsi untuk enyalurkan
arus lebih ke bumi agar perangkat atau peralatan yang terhubung ke sumber listrik
terhindar dari pengaruh akibat surja petir atau gangguan lain dalam rangkaian listrik.
Menurut IEEE Std 142TM
– 2007 , tujuan sistem pentanahan antara lain:
1. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan
yang diperbolehkan.
2. Menyediakan jalur bagian aliran arus yang dapat memberikan deterksi
terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara konduktor sistem dan
bumi. Deteksi tersebut akan mengakibatkan beroperasinya peralatan
otomatis yang berfungsi untuk mmutus suplai tegangan ke beban.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
86 | P a g e
Karakteristik tanah sangat berkatian erat dengan perencanaan sistem pentanahan
yang akan digunakan. Sistem pentanahan yang baik membutuhkan tahanan pentanahan
yang kecil dan elektroda pentanahan yang sesuai. Tahanan jenis tanah adalah tahanan
listrik dari tahanan pentanahan yang berbentu kubus dengan volume 1 m3. Tahanan
jenis tanah juga dinyatakan dalam ohm/m sebagai representasi tahanan diantara dua
permukaan berlawanan dari suatu volume 1 m3.
Pentahanan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada jenis peralatan yang
ingin ditanahkan. Berikut beberapa jenis pentanahan pada sistem tenaga listrik:
a. Pentahanan Generator
Ketika gangguan tanah terjadi di dalam generator, sistem proteksi harus mampu
mendeteksi dan mematika generator. Untuk gangguan tanah internal generator-
generator harus dimatikan sesegera mungkin. Namun untuk agngguan tanah eksternal
seperti gangguan pada feeder, penundaa waktu shut down baidanya dilakukan untuk
memungkinkan isolasi yang selektif terhadap rangkaian listrik yang rusak. Seiring
dengan penundaan waktu shut down, alarm akan memberikan perinatan dini bagi
operatir untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk meminimalkan kerusakan
generator akibat aliran arus gangguan yang berkepanjangan.
Metoed pentanahan terdiri dari beberapa jenis yang umum digunakan dalam
sistem tenaga listrik. Pentanahan generator dapat dilakukan den gan menggunakan
metode-metode seperti, antara lain:
Low Resistance Grounding ( LRG)
Konduktor netral generator dihubungkan ke tanah melalui resistor yang
berfungsi untuk membatasi arus gangguan tanah yang besarnya mencapai 200 –
600 A. Arus gangguan ini relatif sangat besar dan dapat merusak stator
generator, tetapi pada saat yang sama memiliki kemungkinan untuk
menghasilkan arus yang sensitive dan selektif untuk mengoperasikan sistem
proteksi.
Metode ini jarang digunakan pada generator berkapasitas besar karena
berisiko menyebabkan kerusakan pada stator. Metode ini juga tidak digunakan
pada generator paralel. Namun, secara umum banyak digunakan pada sistem
berkapasitas rendah dan menengah.
High Resistance Grounding
Pada metode ini, hambatan yang besar dihubungkan antara titik netral
generator dan tanah. Terkadang resistor kecil dihubungkan pada lilitan sekunder
dari trafo satu fasa (trafo distribusi atau trafo netral pentanahan). Metode ini
berfungi untuk membatasi arus gangguan sebesar 5 -10 A, sehingga tidak akan
membahayakan atau menyebabkan kerusaka pada generator.
Metodeperlindungangangguantanah generator meliputi:
a. Rele Diferensial (Device 87 )
b. Rele Diferensial Pentanahan (Device 87GN)
c. Rele Ground time-overcurrent (Device 51G)
d. Rele Instantaneous ground overcurrent (Device 50G)
e. Trafo Wye – broken – delta, Rele ground overvoltage(Device 59G)
f. Rele Tegangan lebih urutan nol (Device 59GN)
Penerapan fungsi proteksi ini membutuhkan penilaian subjektif. Generator
berkapasitas besar umumnya dilengkapi dengan semua rele proteksi, sementara
beberapa rele kemungkinan tidak terdapat pada generator dengan kapasitas yang lebih
rendah sebagai akibat dari tingginya cost yang dikeluarakan.
b. Sistem Pentanahan Saluran Transmisi
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
87 | P a g e
Sistem proteksi dan pentanahan saluran transmisi memiliki cirri-ciri sebagai
berikut:
Menggunakan kawat tanah (overhead groundwire) sebagai proteksi saluran
transmisi.
Prinsip pemakaian kawat tanah ini ialah bahwa kawat tanah menjadi sasaran
sambaran petir sehingga melindungi kawat fasa dengan daerah atau zona
tertentu
Overhead groundwire yang digunakan untuk melindungi saluran transmisi
diletakkan pada ujung teratas sauran dan terbentang sejajar dengan kawat
fasa.
Groundwire dapat ditanahkan secara langsung atau secara tidak langsung
dengan menggunakan sela yang pendek.
Kawat petir (groundwire) merupakan konduktor telanjang yang ditempatkan
pada bagian paling tinggi menara transmisi (overhead) atau di atas kawat fasa yang
mengalirkan energi listrik. Fungsi utama dari kawat petir berfungsi untuk mencegah
sambaran petir mengenai kawat fasa di bawahnya. Daerah yang dilindungi oleh sebuah
kawat petir (groundwire) dijelaskan melalui gambar berikut:
Gambar 8. Daerah proteksi sebuah groundwire pada sebuah menara overhad
Apabila groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah, maka titik b dapat
ditentukan sebesar 2/3 h, sedangkan zona proteksi groundwire terletak pada daerah
yang diarsir. Berdasarkan gambar tersebut maka lebar bx dapat ditentukan berdasarkan
2 kondisi:
- Untuk hx>2/3h, maka
- Untuk hx<2/3h, maka
Saat pada overhead digunakan dua buah groundwire pada ketinggian h dan jarak s,
maka akan dihasilkan daerah proteksi sebagai berikut:
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
88 | P a g e
Gambar 9. Daerah proteksi oleh dua buah groundwire pada menara overhead
Apabila ho menyatakan tinggi titik dari tanah terhadap titik tengah antara kedua kawat,
maka nilai ho dapat ditentukan melalui persamaan:
Pada akhirnya
penggunaan groundwire pada overhead hanya memperkecil kemungkinan sambaran
petir pada saluran transmisi. Saat terjadi sambaran petir pada overhead, maka sebagian
besar arus akan dialirkan melalui kawat pentanahan pada menara tersebut, sementara
sebagian kecil akan mengalir melalui groundwire dan akhirnya menuju tanah melalui
pentanahan pada menara transmisi berikutnya.
Selain kawat petir, proteksi lain yang digunakan pada saluran transmisi yaitu
lightning arrester yang juga berfungsi sebagai isolator untuk mencegah terjadinya
gangguan antara fasa. Lightning arrester merupakan isolator yang berfungsi untuk
mengalirkan gelombang transien bertegangan tinggi seperti petir atau arus lebih
switching langsung ke tanah melalui kawat pentanahan.
Gambar10. Lightning arrester
Sama halnya dengan sistem pentanahan pada gedung atau rumah, sistem
pentanahan pada menara transmisi terdiri dari kawat pentanahan yang dihubungkan
pada elektroda pentanahan yang ditanam pada dasar menara transmisi. Pentanahan yang
baik diukur dari kecepatannya dalam menghantarkan arus gangguan berlebih ke tanah.
Untuk dapat mengalirkan arus gangguan dengan cepat, maka sistem pentanahan harus
memiliki resistansi yang sangat kecil. Resistansi pentanahan itu sendiri akan ditentukan
dari resistansi konduktor atau tahanan pentanahan, kedalaman tahanan dan kondisi
tanah.
Tahanan pentanahan merupakan elektroda yang dihubungkan dengan kawat
pentanahan dan ditanam di dalam tanah. Berdasarkan bentuknya, tahanan pentanahan
dibedakan menjadi beberapa tipe: bulat, batang, pita dan pelat. Penggunaan elektroda
tersebut disesuaikan dengan struktur tanah, misalnya tipe batang digunakan pada tanah
yang cenderung keras dan kering. Bentuk daripada elektroda juga akan mempengaruhi
resistansi daripada tahanan tersebut. Untuk memperkecil resistansi daripada sistem
pentanahan, maka dapat digunakan beberapa elektroda yang diparalelkan satu sama
lain, atau dapat dilakukan dengan memperdalam posisi elektroda yang ditanaa.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
89 | P a g e
Terjadinya korosi pada elektroda sebaliknya akan menyebabkan bertambahnya
resistansi.
Gambar 11. Pentanahan groundwire
Gambar12. Elektroda bentuk pita dan batang pada sistem pentanahan
Kondisi tanah juga menentukan besar resistansi sistem pentahanan. Faktor-
faktor tersebut antara lain: jenis tanah, lapisan tanah, kelembaban dan temperatur.
Umumnya tanah yang lebih basa memiliki resistansi yang lebih besar dibanding dengan
tanah yang kering dan berbatu. Terdapatnya ion-ion yang bersifat asam di dalam tanah
juga memperkecil resistansi tanah karena fungsinya sebagai penghantar (konduktor).
c. Sistem Pentanahan pada Transformator
Salah satu metode pentanahan trafo daya ialah dengan menggunakanNGR.
NGR merupakan sebuah tahanan yang dipasang seri denganneutral sekunder pada
transformator sebelum dihubungkan ke ground/tanah. Tujuan pemasangan NGR ialah
untuk menontrol besarnya arus gangguan yang mengalir dari sisi neutral ke tanah. Hal
ini terkait dengan pola pengamanan trafo daya di sisi sekunder (sistem distribusi).
Neutral Groudning Resistance atau resistansi penanahan trafo merupakan tahanan
yang dipasang pada titik netral trafo yang dihubungkan melalui konfigurasi Y
(wye/star). NGR biasanya dipasang pada titik netral trafo 70kV atau 20kV, sedangkan
pada titik neutral trafo 150kV dan 500kV ditanahkan langsung (solid).
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
90 | P a g e
NILAI NGR
Tegangan 70kV: 40 Ohm
Tegangan 20 kV: 12 Ohm,40 Ohm, 200Ohm, dan 500 Ohm
Terdapat dua jenis NGR yang umum digunakan, yaitu tipe liquid dan solid. Tipe
liquid merupakan tahanan pentahanan menggunakan larutan air murni yang
ditampung dalam bejana dan ditambahkan garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai
resistansi yang diinginkan. Sementara itu tipe solid umumnya terbuat dari Stainless
Steel, FeCrAl, Cast Iron, Copper Nickel atau Nichrome yang jumlahya disesuaikan
dengan nilai tahanan yang diinginkan.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
91 | P a g e
BAB VI
CT, PT, TEGANGAN LANGKAH & SENTUH
Oleh :
21-25 REG
Muhammad Rizki Putranda
Barry Muhammad Nadim
Faudyarsa Fitra Wiratama
Pradana Damara Armanda
Sang Putu Sanat Kumara
44-48 REG
Qashtalani Haramaini
Rahmat Sigalingging
Naufal Auliya
Mila Bardini
Eryawan Yudha Taruna
49-51 REG
Adi Januardi
Kenny Prasetyo
Wina Meiresta
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
92 | P a g e
Trafo Arus (CT)
Trafo arus merupakan trafo yang dipergunakan untuk mentransformasikan arus atau
menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah
untuk keperluan pengukuran dan pengamanan.. Kumparan primernya dihubungkan
secara seri dengan beban yang akan diukur atau dikendalikan. Beban inilah yang
menentukan besarnya arus yang mengalir ke trafo tersebut. Kumparan sekundernya
dibebani impedansi konstan dengan syarat tertentu. Fluks inti dan arus yang mengalir
pada rangkaian sekunder akan tergantung pada arus primer. Trafo ini disebut juga
dengan trafo seri. Secara umum trafo arus terdapat 2 jenis yaitu :
1. Tipe wound primary
Biasa digunakan untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang besar,
atau pengukuran yang membutuhkan ketelitian tinggi. Belitan primer
tergantung pada arus primer yang akan diukur, biasanya tidak lebih dari 5
belitan. Penambahan belitan primer akan mengurangi faktor thermal dan
dinamis arus hubung singkat.
2. Tipe bar primary
Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup tinggi
sehingga memiliki faktor thermis dan dinamis arus hubung singkat yang
tinggi. Keburukannya, ukuran inti yang paling ekonomis diperoleh pada arus
pengenal yang cukup tinggi yaitu 1000A
Perbedaan kedua jenis tipe ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Prinsip kerja sebuah trafo arus dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Prinsip Kerja Trafo Arus
Trafo arus tegangan menengah bekerja berdasarkan prinsip kopling medan
magnetik. Pada saat arus bolak-balik mengalir di dalam batang penghantar
primer (primary bus bar), maka akan dibangkitkan medan magnetik disekitar
batang penghantar primer tersebut.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
93 | P a g e
Medan magnetik tersebut akan memotong inti/core. Medan magnetik yang
menembus luasan tertentu dari inti/core akan membangkitkan fluk magnetik
yang mengalir diseluruh inti/core.
Fluk magnetik yang menembus kumparan sekunder akan membangkitkan
tegangan atau beda potensial dikedua ujung kumparan. Apabila pada sisi
kumparan sekunder diberi beban sehingga tercipta rangkaian tertutup/ close
loop, maka akan mengalir arus sekunder pada kumparan sekunder.
Jika rugi-rugi yang muncul pada kumparan sekunder dan kumparan primer
dianggap tidak ada, maka perbandingan antara arus primer terhadap arus sekunder akan
sama dengan perbandingan antara jumlah kumparan sekunder dibagi dengan jumlah
kumparan primer. Sehingga rumus ketika trafo arus di hubung singkat adalah :
Dimana:
Ip : Arus Primer
Is : Arus Sekunder.
Ns : jumlah kumparan Sekunder
Np : jumlah kumparan primer.
Perbandingan dari Arus Primer terhadap arus sekunder disebut juga Rated ratio.
Dari persamaan diatas, maka besarnya arus sekunder Is yang akan mengalir
disisi sekunder adalah jumlah kumparan Primer Np dibagi jumlah kumparan sekunder
Ns dikalikan dengan arus yang mengalir disisi primer Ip atau dalam bentuk formulasi
menjadi:
Pada kenyataannya, tidak semua arus primer akan terduplikasi disisi kumparan
sekunder. Akan dibutuhkan suatu arus eksitasi Ie agar proses reproduksi arus sekunder
dapat terjadi. Dengan demikian, apabila arus eksitasi kita masukan dalam formulasi,
besarnya arus sekunder menjadi:
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
94 | P a g e
Karena Arus eksitasi tidak dapat diabaikan, maka proses reproduksi arus
sekunder akan mengalami kesalahan dan biasa disebut sebagai kesalahan transformasi (
transformation error). Selain daripada itu, akan terjadi juga pergeseran fasa. Kesalahan
pada fasa biasa disebut sebagai pergeseran fasa.
Ketika dibawa dalam parameter tegangan maka persamaan dari rangkaian
trafo menjadi :
Pada saat Trafo arus tanpa beban :
Dimana,
Sehingga dapat digambarkan rangkaian ekivalen trafo sperti gambar berikut :
Gambar 6. Rangkaian Equivalen Trafo arus
Dimana
B : kerapatan fluksi (tesla)
A : luas penampang (m²)
f : frekuensi (Hz)
N1 : jumlah lilitan primer
N2 : jumlah lilitan sekunder
I1 : arus primer
I2 : arus sekunder
E1 : tegangan sisi primer
E2 : tegangan sisi sekunder
a : rasio trafo
Zb : impedansi/tahanan beban trafo arus
Zkawat: impedansi/tahanan kawat dari terminasi CT ke instrument
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
95 | P a g e
Zinst : impedansi/tahanan internal instrumen, misalnya relai proteksi atau peralatan
meter.
Disisi lain perlu diingan bahwa transformator mempunyai sisi sekunder yang menjadi
parameter untuk dianalisis sehingga sisi tegangan Induksi pada sisi sekunder adalah
dan Tegangan jepit rangkaian sekunder adalah
Sehingga ketika dapat digambarkan diagram fasor pada transformator arus yaitu :
Gambar 7. Diagram fasor Transformator arus
Trafo Tegangan (PT)
Trafo tegangan dalam sistem tiga fasa mengukur tegangan antara dua
konduktor atau tegangan antara satu konduktor dengan tanah. Menurut standar, trafo
tegangan mensuplai tegangan 100 V, atau juga 100 V/ 3 pada sisi sekunder dalam
kondisi operasi teraan (rating operation). Rasio transformasi teraan KN = U1N / U2N
diberikan dalam bentuk fraksi (misalnya 200000 V / 100 V), seperti pada trafo arus.
Trafo tegangan didesain untuk pemakaian pada beban resistansi tinggi karena itu tidak
pernah dihubung singkat pada sisi sekundernya. Tidak seperti pada trafo arus, sisi
sekunder trafo tegangan dapat diproteksi dengan fuse.
Trafo tegangan terdiri dari dua type berdasarkan konstruksinya yaitu
magnetik dan kapasitor yang masing-masingnya punya karakteristik yang berbeda.
Magnetik PT dibedakan dari trafo daya dalam pendinginan dan ukuran konduktor,
outputnya ditetapkan dengan ketepatan peralatan yang lebih baik dari pada dengan limit
pengoperasian temprature. Sejak isolasi peralatan disamakan untuk power trafo harga
magnetik PT untuk circuit 100 KV menjadi dilarang. Sekarang dalam prakteknya untuk
menurunkan VL , tegangan kapasitansi dibagi sebelum digunakan untuk trafo tegangan
. Rating tegangan bagan primer PT bisa demikian setelah diturunkan menjadi 110 VL .
Kapasitor PT biasanya dipilih untuk stasiun indoor untuk menghindari bahaya api.
Berikut gambar rangkaian magnetik dan kapasitor PT:
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
96 | P a g e
Berdasarkan Pemasanganya dibagi menjadi dua yaitu:
a. Trafo Pemasangan dalam (indoor) yaitu trafo yang pemasanganya di dalam ruangan.
b. Trafo Pemasangan luar (outdoor) yaitu trafo yang pemasanganya di luar ruangan.
Fungsi VT
• Mentransformasikan tegangan tinggi ke rendah yang sesuai kebutuhan relai.
• Mengisolasi peralatan proteksi dari system tegangan tinggi.
• Menetukan rating tegangan untuk relai.
Prinsip Kerja
Transformator tegangan digunakan untuk merubah besar tegangan primer
menjadi tegangan sekunder yang lebih kecil sesuai dengan perbandingan lilitannya.
Dengan mengetahui N1 dan N2, membaca tegangan V2 serta menganggap
transformator ini ideal maka tegangan V1 adalah :
V1 = N1 X V2
N2
Deviasi tegangan sekunder trafo dari nilai settingnya (set value) dalam persen
disebut kesalahan tegangan (voltage errors) FU. %100. FU = U2.KN-U1X 100%
U1
U 1 = tegangan primer dalam V
U 2 = tegangan sekunder dalam V
KN = rasio transformasi teraan trafo tegangan
Rangkaian Ekuivalen
Rugi-rugi pada Transformator
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
97 | P a g e
Tegangan Pada Transformator ideal Pp = Ps Vp x Ip = Vs x Is Vp : Vs = Is :
Ip Is : Ip = Np : Ns Dimana: Pp = daya primer (Watt) Ps = daya sekunder (Watt) Ip =
arus primer (Ampere) Is = arus sekunder (Ampere) Np = jumlah lilitan primer Ns =
jumlah lilitan sekunder Namun pada kenyataannya tidak ada transformator yang ideal.
Hal ini karena pada transformator selalu ada rugi-rugi yang antara lain sebagai berikut:
1. Rugi-rugi tembaga yaitu rugi-rugi yang disebabkan oleh pemanasan yang timbul
akibat arus mengalir pada hambatan kawat penghantar yang terdapat pada kumparan
primer dan sekunder dari transformator. Rugi-rugi tembaga sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir pada kumparan.
2. Rugi-rugi arus eddy current yaitu rugirugi yang disebabkan oleh pemanasan akibat
timbulnya arus eddy (pusar) yang terdapat pada inti besi transformator. Rugi-rugi ini
terjadi karena inti besi terlalu tebal sehingga terjadi perbedaan tegangan antara
sisinya maka mengalir arus yang berputar-putar di sisi tersebut.
3. Rugi-rugi hysteresis yaitu rugi-rugi yang berkaitan dengan penyusunan kembali
medan magnetik di dalam inti besi pada setiap setengah siklus, sehingga timbul fluks
bolakbalik pada inti besi.
4. Fluks Bocor yang disebabkan adanya beberapa fluks yang tidak menembus inti besi
dan hanya melewati salah satu kumparan transformator saja. Fluks yang bocor ini
akan menghasilkan induktansi diri pada lilitan primer dan sekunder sehingga akan
berpengaruh terhadap nilai tegangan yang disuplai dari sisi primer ke sisi sekunder
transformator
Tegangan Sentuh
Tegangan sentuh dapat didefinisikan sebagai batas tegangan yang tidak
berbahaya bagi manusia. Seperti diketahui, semua orang yang memiliki kontak dengan
jaringan bertegangan pasti mengalami beda potensial. Orang tersebut BERESIKO
kesetrum (masih BERESIKO, bukan PASTI kesetrum). Ada 2 tipe kontak dengan
jaringan bertegangan diilustrasikan dibawah iniKontak
langsung (direct contact)
1. Kontak Tidak langsung(indirect contact)
Pada gambar diatas, phase 1 mengalami insualton
fault. Beda potensial yang dialami oleh orang
tersebut adalah ; dimana tahanan tubuh manusia
jauh lebih tinggi daripada rp. UT :Tegangan
sentuh, If : faultcurrent, rp: resistansi electrode
tanah.
Berlawanan dengan kebanyakan pandangan
umum, resiko seseorang tekena setrum TIDAK
HANYA karena pengaruh beda potensial yang dialami
oleh orang tersebut, tetapi juga terpengaruh oleh
kemungkinan (likely)
arus listrik melalui orang tersebut dan lamanya
kontak dengan jaringan yang terganggu. Jika If= U/R
dan R adalah resistansi tubuh, maka arus bisa mengalir
jika variasi impedansi tubuh manusia dan jaur (path)
untuk arus mengalir didalam tubuh.
IEC 497 memberikan gambaran mengenai
resistansi tubuh manusia dan tegangan sentuh. Pada publikasi IEC tesebut memberikan
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
98 | P a g e
grafik pengaruh durasi aplikasi arus listrik pada tubuh manusia.
Pada area 1, tidak ada pengaruh yang dirasakan ketika arus listrik mengalir.
Pada area 2 arus listik mulai terasa, tanpa gangguan berarti. Di area 3, terasa efek
kejang tetapi masih bisa dinormalkan kembali. Di area 4, kejang yang terjadi tidak bisa
kembali normal dan resiko yang tinggi pada kematian kurva C1 merupakan batas atas
yang tidak boleh dilewati saat terjadi electric shock
Pada Tabel dibawah ini, dipaparkan batas tegangan sentuh dan durasi
maximum untuk melakukan pemutusan gangguan.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
99 | P a g e
Secara skematik
tegangan sentuh dapat
digambarkan sebagai
berikut:
Dari skematik
diatas, kita bisa lihat
bahwa tegangan sentuh
ditentukan oleh
besarnya Zn. Pada system neutralunearthed, Zn akan berniali sangat besar dan If akan
kecil sehingga UT juga rendah. Pada system neutral unearthed kita tidak perlu untuk
memutus power supply pada gangguan pertama. Hal ini berbeda ketika system
grounding adalah solidly grounding. Arus yang besar dan tegangan sentuh yang terjadi
bisa tinggi, sehingga power supply harus diputus pada gangguan pertama.
Tegangan Langkah
Pada dasarnya, Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul di antara dua kaki
orang yang sedang berdiri di atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ke
tanah. Hal ini sangat erat hubungannya dengan sistem pertanahan.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
100 | P a g e
Sistem Pertanahan
Pentanahan (grounding) adalah suatu mekanisme dimana daya listrik
dihubungkan langsung dengan tanah (bumi). Sistem ini sengaja dibuat untuk
menghubungkan bagian peralatan yang diamankan dengan penghantar netral yang
ditanahkan atau hantaran nol. Sistem pentanahan biasanya terdapat komponen elektroda
pertanaahn untuk mencapai lapisan tanah yang besar tahanannya sekecil mungkin.
Tujuan sistem tenaga listrik ditanahkan adalah untuk mengurangi bahaya shock
pada manusia dan hewan serta memberikan suatu jalan ke tanah untuk arus gangguan,
seperti misalnya arus-arus yang diinduksikan pada sistem oleh sambaran petir. Dengan
demikian, sangatlah penting mengetahui bahwa hubungan ke tananh mempunyai
resistansi yang rendah.
Dengan adanya pembumian di sebuah gedung diharapkan bagian instalasi yang
ditanahkan aman apabila disentuh. Tidak semua pentanahan yang rendah aman bagi
manusia. Jika terjadi gangguan tanah, seperti yang sudah dijelaskan maka akan terjadi
gradien tegangan di daerah sekitaran gedung atau dalam gedung. Dengan upaya
melapisi permukaan tanah dengan batu pecah atau kerikil dapat dihindarkan terjadinya
bahaya kejut listrik.
Karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak diketahui karena
mempunyai kaitan erat dengan perencanaan dan sistem pembumian yang akan
digunakan. Sesuai dengan tujuan pembumian bahwa arus gangguan harus secepatnya
terdistribusi secara merata ke dalam tanah. Pada kenyataannya, resistivitas tanah
harganya bermacam-macam, tergantung pada komposisi tanahnya dan faktor-faktor
lain.
Kaitan Sistem pentanahan dan Bahaya tegangan Langkah
Sistempentanahanpadagedungdidesainuntukmempertahankannilaimaksimumteg
anganlangkah yang diizinkanuntukmanusia.
Besarnyateganganlangkahbergantungkepada:
Tahanan kaki
Tahanan tubuh manusia
Arus yang melewati tubuh manusia
Arus gangguan
Metode yang digunakan untuk mempermudah perhitungan tahanan kaki yaitu
dengan mengekivalenkan kaki ke dalam bentuk piringan logam dengan jari-jari b.
Tahanan elektroda pembumian piringan logam dirumuskan dengan:
bR
8
Rumus ini berlaku untuk piringan logam yang berada di dalam tanah. Namun,
karena kaki berada di permukaan tanah, maka rumus tahanan elektroda pembumian
piringan logam yang digunakan menjadi dua kali tahanan piringan logam yang berada
di dalam tanah tersebut, yaitu:
bR
4
.
Dari rumus tersebut, maka tahanan kaki di atas lapisan spesifik tertentu dengan
resistivitas s menjadi:
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
101 | P a g e
bR s
f4
Di antara kedua kaki juga terdapat tahanan mutual kaki yang ditunjukkan
dengan rumus:
)2(foot
Mfoot
dR s
dimana:
Rfoot = tahanan kaki terhadap bumi [Ω]
RMfoot = tahanan mutual antara kaki [Ω]
b = jari-jari ekivalen kaki [m]
dfoot = jarak langkah kaki [m]
Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ω sampai 3000 Ω yang
tergantung oleh tegangan, keadaan kulit pada tempat kontak, dan jalannya arus dalam
tubuh. Kulit yang terdiri dari lapisan tanduk mempunyai tahanan yang tinggi. Namun,
terhadap tegangan tinggi tersebut, kulit yang menyentuh konduktor akan langsung
terbakar. Jadi, tahanan kulit ini tidak berarti apa-apa, melainkan tahanan tubuh tersebut
yang dapat membatasi arus.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, nilai tahanan tubuh manusia berbeda-
beda. Sedangkan untuk arus kejut pada tubuh manusia, Besar arus dan lamanya waktu
kejut supaya semua orang yang beratnya lebih kurang 50 kg atau 70 kg dapat bertahan
ditentukan dengan rumus berikut:
BsB StI 2
dimana:
IB = arus tubuh manusia yang diizinkan [A]
ts = lamanya kejut listrik [s]
SB = konstanta empiris, sehubungan dengan adanya dayakejut yang
dapatditahanoleh X % darisekelompokmanusia.
Sirkuit ekivalen Gangguan Tegangan Langkah
Beberapa notasi sirkuit ekivalen pada saat gangguan sebagai berikut:
IA = arus sirkuit saat gangguan [A]
RA = total tahanan efektif pada saat gangguan [Ω]
IB = arus tubuh yang diizinkan untuk manusia [Ω]
dimana: IA< IB
Untuk menentukan tahanan sirkuit gangguan RA diperlukan tahanan tubuh RB dan
tahanan kaki serta tahanan mutual kaki.
Tahanan pembumian antara dua kaki dalam keadaan seri dan dalam keadaan paralel
berturut-turut dirumuskan dengan: Mfootfootfs RRR 22
Mfootfootfp RRR 2
12
Gambar di bawah menunjukkan sirkuit ekivalen dari satu kaki ke kaki yang lain.
Tegangan Es yang melewati tubuh ini merupakan beda potensial maksimum antara dua
titik permukaan tanah yang terpisah dengan jarak (df) 1 langkah. Berdasarkan IEEE
Standar 80-1986, jarak 1 langkah ini dianggap sebesar 1 meter untuk semua orang.
Tahanan sirkuit ekivalen untuk sirkuit tegangan langkah diberikan pada rumus: MfootfootBA RRRR 2
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
102 | P a g e
Sirkuit Tegangan langkah
Perlu diingat kembali bahwa, Tegangan langkah adalah beda potensial di antara
dua titik, yaitu antara kedua kaki orang yang sedang melangkah pada permukaan tanah
di gardu induk yang sedang mengalami gangguan ke tanah.
Dengan menggunakan rangkaian pengganti dapat ditentukan tegangan langkah
sebagai berikut :
BfsBstep IRRE 2
dimana:
Estep = tegangan langkah [V]
RB = tahanan tubuh manusia [Ω]
R2fs = tahanan kaki seri [Ω]
IB = arus tubuh manusia yang diizinkan [A]
Berdasarkan sirkuit ekivalen di atas, arus sirkuit gangguan pada saat terjadi
tegangan langkah dapat ditentukan dengan rumus:
A
sA R
EI .
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
103 | P a g e
Daftar Referensi
http://scadaku.com/elektro/syarat-pemasangan-peralatan-listrik-dalam-puil/
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/14390
http://www.topcable.com/en/types-of-cables/
http://dien-elcom.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-kabel-dan-penggunaannya.html
http://www.differencebetween.info/difference-between-cable-and-wire
http://electrical.about.com/od/wiringcircuitry/qt/wireandcabletypes.htm
http://www.nexans.com/Germany/2013/SubmPowCables_FINAL_10jun13_engl.pdf
kabelindo.co.id
http://en.wikipedia.org/wiki/Overhead_power_line#Bundled_conductors
http://www.openelectrical.org/wiki/index.php?title=Cable_Conductor_Materials
http://www.openelectrical.org/wiki/index.php?title=Cable_Insulation_Materials
http://electrical-engineering-portal.com/characteristics-of-xlpe-insulated-cables-with-
reference-to-the-uk-standards
Joto,R.(2014).”Analisis Efisiensi Penyaluran Kabel Laut”.Jurnal ELTEK.28,(01),13-
26
Suswanto, D.2009.Jaringan distribusi bawah tanah. Padang: Universitas Negri padang
http://www.electrical-installation.org/enwiki/Elementary_switching_devices#Load-
breaking_switch
http://www.electrical-installation.org/enwiki/Selection_of_a_circuit-breaker
http://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/12/load-break-switch-lbs.html
http://electrical-engineering-portal.com/what-is-a-load-break-switch
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/circuit-breaker-sakelar-pemutus.html
http://electric-mechanic.blogspot.com/2010/10/breaker_02.html
http://electronics.howstuffworks.com/circuit-breaker.htm
sigma slp : “Software for the transmission and distribution line lightning performance
computation“, Sadovic Consultant, France, www.sadovic.com
S. Sadovic, R. Joulie, S. Tartier, “Transmission Lines Lightning Performance
Improvement by the Installation of Line Surge Arresters ”, Ninth International
Symposium on High Voltage Engineering, Graz Austria 1995, paper 6731
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
104 | P a g e
S. Sadovic, R. Joulie, S. Tartier, E. Brocard “Use of Line Surge Arresters for the
Improvement of the Lightning Performance of 63 kV and 90 kV Shielded and
Unshielded Transmission Lines, IEEE Transactions on Power Delivery, vol. 12, no. 3,
July 1997, pp. 1232 - 1240
http://www.abb.com/
Manual Book ABB MasterView 850
Manual Book Siemens Surge Arrester
http://www.siemens.com/Arresterdownload/
Tobing Bonggas. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Harto, J., Syakur, A. 2015. Pemeliharaan Arrester GI dan GIS 150kV PT. PLN
(PERSERO) UPT Semarang.
www.elektro.undip.ac.id (diakses 19 Mei 2015 pukul 19.00)
USAF Cambridge Res. Lab., Cambridge, MA Rep. ARCRL-66-234 (II), 1994, vol. 2.
Arismunandar A, “Teknik Tenaga Listrik, jilid III Gardu Induk”, Jakarta, Pradnya
Paramita, 1979.
Hutauruk, T.S., “Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja”, Jakarta, Erlangga, 1989.
[10] Hutauruk, T.S., “Transmisi Daya Listrik”, Erlangga, Jakarta, 1985.
IEEE Publication Lightning Arrester Part 1: Non-Linear Type Arrester for AC system,
1978. Kadir, Abdul, “Transmisi Tenaga Listrik”, UI-Press, Jakarta, 1998.
L. Tobing, Bonggas., “Peralatan Tegangan Tinggi”,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2003.
Mahmudsyah, S., ”Diktat Kuliah Teknik Tegangan Tinggi : Petir dan
Permasalahannya” ,Surabaya, ITS, 2005.
Marsudi, Djiteng., “Pembangkitan Energi Listrik”, Jakarta, Erlangga, 2005.
PT. PLN (P3B) Persero Region Jawa Timur dan Bali.
Seyedi,H., Sanaye-Pasand M., dan Dadashzadeh, M. R.
"Application of Transmission Line Surge Arresters to Reduce
Switching Overvoltages," IPST, Montreal, Canada,2005.
SPLN 121 , “Konstruksi Saluran Udara 20 kV, 150 kV dan 500 kV dengan Tiang
Beton/Baja”, PT. PLN (PERSERO), 1996.
Yanto Husodo, Budi., “Diktat Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik I
:Parameter Saluran Transmisi”, Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB,Jakarta.E. E.
Reber, R. L.
Michell, and C. J. Carter, “Oxygen absorption in the Earth’s atmosphere,” Aerospace
Corp., Los Angeles, CA, Tech. Rep. TR-0200 (420-46)-3, Nov. 1988.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
105 | P a g e
(Handbook style) Transmission Systems for Communications, 3rd ed., Western Electric
Co., Winston-Salem, NC, 1985, pp. 44–60.
Motorola Semiconductor Data Manual, Motorola Semiconductor Products
Inc., Phoenix, AZ, 1989.
(Basic Book/Monograph Online Sources) J. K. Author. (year, month, day). Title
(edition) [Type of medium]. Volume (issue). Available: http://www.(URL)
J. Jones. (1991, May 10). Networks (2nd ed.) [Online]. Available:
http://www.atm.com
(Journal Online Sources style) K. Author. (year, month). Title. Journal [Type of
medium]. Volume(issue), paging if given. Available: http://www.(URL)
R. J. Vidmar. (1992, August). On the use of atmospheric plasmas as electromagnetic
reflectors. IEEE Trans. Plasma Sci. [Online]. 21(3). pp. 876–880.
Available: http://www.halcyon.com/pub/journals/21ps03-vidmar
Krause, Cristoph. Power Transformer Insulation – History, Technology, and Design.
2012. IEEE Transaction on Dielectrics and Electrical Insulation Vol 19 No 6 pp 1941-
1947
C57.12.80-2010 - IEEE Standard Terminology for Power and Distribution
Transformers
Chapman, Stephen. 2002. Electric Machinery and Power System Fundamentals.
America : Mc Graw-Hill
http://www.electrical4u.com/electrical-power-transformer-definition-and-types-of-
transformer/ , diakses pada hari Minggu, 15 Mei 2015 pukul 10.20 WIB
http://komponenelektronika.biz/, diakses pada hari Minggu, 17 Mei 2015 pukul 11.12
WIB
http://teknikelektronika.com/, diakses pada hari Minggu, 17 Mei 2015 pukul 11.24
WIB
http://elektronika-dasar.web.id/, diakses pada hari Minggu, 17 Mei 2015 pukul 11.32
WIB
http://nhunhea.blogspot.com/2013/05/transformator-trafo_3505.html, diakses pada hari
Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.10 WIB
https://electricdot.wordpress.com/2011/04/04/power-tranformator-trafo-daya/, diakses
pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.21 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28720/3/Chapter%20II.pdf, diakses
pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.26 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37423/3/Chapter%20II.pdf, diakses
pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.37 WIB
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27856/3/Chapter%20II.pdf, diakses
pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.40 WIB
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
106 | P a g e
http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=451, diakses pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul
09.13 WIB
http://hutapealodien.blogspot.com/p/gardu-induk.html, diakses pada hari Rabu, 20 Mei
2015 pukul 09.34 WIB
http://www.slideshare.net/azis14/82192446-gardudistribusi, diakses pada hari Rabu, 20
Mei 2015 pukul 09.51 WIB
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/11/klasifikasi-saluran-transmisi.html, diakses
pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 22.36
http://alvianelektro.blogspot.com/2015/01/pengertian-sistem-tenaga-listrik.html,
diakses pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 22.45
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/chairul.hudaya/material/papertransmissionofelectr
icalenergy.pdf , diakses pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 22.55
http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2012/03/sistem-tenaga-listrik-pusat-
pembangkit.html, diakses pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 23.01
http://insyaansori.blogspot.com/2013/12/pengertian-distribusi-tenaga-listrik.html,
diakses pada hari Rabu, 20 Mei 2015 pukul 23.02
Cheng Xian, Liao Minfu, Duan Xiongying, Zou Ji-yan “RESEARCH ON BREAKING
CAPACITY OF HYBRID CIRCUIT BREAKER BASED ON VACUUM
INTERRUPTER AND SF6 INTERRUPTER IN SERIES”, published in IEEE.
Erik Jonsson, Nina Sasaki Aanensen, Magne Runde “Current Interruption in Air for a
Medium-VoltageLoad Break Switch”, 2014. published in IEEE.
Buku Petunjuk Pemutus Tenaga PLN Cawang
Buku Petunjuk Pemisah PLN Cawang
http://www.socomec.com/load-break-switches-energy-distribution_en.html, diakses
pada hari rabu 20 Mei 2015 pukul 14.00 WIB
http://www.socomec.com/load-break-switches-photovoltaic-applications_en.html,
diakses pada hari rabu 20 Mei 2015 pukul 14.10 WIB
http://www.mikeholt.com/mojonewsarchive/EESHTML/HTML/ElectricalCircuitBreak
ers~20030621.htm, diakses pada hari rabu 20 Mei 2015 pukul 14.25 WIB
http://www.fujielectric.com/products/hv_distribution/hv_air_load_break_sw_lb.html,
diakses pada hari rabu 20 Mei 2015 pukul 14.45 WIB
Nagrath, I.J., Kothari, D.P. 1980. Modern Power System Analysis. New Delhi:
McGraw-Hill.
IEEE Std 1015TM-2006, IEEE Recommended Practice for Applying Low Voltage
Circuit Breakers Used in Industrial and Commercial Power Systems.
Tugas Mata Kuliah Distribusi & Transmisi Tenaga Listrik
107 | P a g e
Efisiyanto, Donny. Fisca Pengoperasian Dan Pemeliharaan Load Break Switch ENTEC
Pada SUTM 20KV. Universitas Diponegoro. 2014.
Putra, Adhitya Indrajaya. Pemeliharaan Pemutus Tenaga Dengan Media Gas SF6
Gardu Induk 150 KV Srondol. Universitas Diponegoro. 2014.