Diskusi Kelompok Miringotomi

22
BAB I PENDAHULUAN Miringotomi merupakan suatu tindakan pembedahan kecil dengan melakukan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainase sekret dari liang telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi biasanya dilakukan pada otitis media akut stadium supurasi. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Miringotomi juga dilakukan sebagai terapi komplikasi otitis media seperti mastoiditis atau paralisis saraf fasialis yang terjadi dalam perjalanan penyakit otitis media. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur pada membran timpani, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali. Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak). Pasien dengan otitis media akut seringkali datang dengan stadium supurasi yang terapinya selain dengan 1

description

Diskusi Kelompok Miringotomi

Transcript of Diskusi Kelompok Miringotomi

BAB I

PENDAHULUAN

Miringotomi merupakan suatu tindakan pembedahan kecil dengan melakukan

insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainase sekret dari liang telinga

tengah ke liang telinga luar.

Miringotomi biasanya dilakukan pada otitis media akut stadium supurasi.

Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat

dihindari. Miringotomi juga dilakukan sebagai terapi komplikasi otitis media seperti

mastoiditis atau paralisis saraf fasialis yang terjadi dalam perjalanan penyakit otitis

media. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali,

sedangkan apabila terjadi ruptur pada membran timpani, maka lubang tempat ruptur

(perforasi) tidak mudah menutup kembali.

Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah perdarahan akibat trauma

pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum,

trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak).

Pasien dengan otitis media akut seringkali datang dengan stadium supurasi

yang terapinya selain dengan pemberian antibiotik idealnya juga harus disertai

dengan miringotomi. Oleh karena itulah penulis tertarik mendiskusikan mengenai

miringotomi, indikasi miringotomi, serta keuntungan dan kekurangan dari

miringotomi dengan harapan tulisan ini dapat memperluas wawasan bagi penulis dan

pembaca.

1

BAB II

PERMASALAHAN

1. Apa yang dimaksud miringotomi?

2. Apa indikasi miringotomi?

3. Apa keuntungan dan kerugian dilakukan miringotomi?

2.1. Anatomi Telinga

2.1.1. Telinga Luar

Gambar 1. Anatomi Telinga

Telinga luar (auris externa) terdiri dari daun telinga (auricula), liang telinga

(meatus acusticus externus), dan dipisahkan oleh gendang telinga atau membran

timpani. Auricula merupakan tulang rawan elastin yang melekat erat dengan kulit,

tanpa disertai lapisan subkutis. Aurikula berbentuk seperti cekungan dengan bagian

terdalam disebut concha dan pinggiran bebasnya disebut helix. Pada concha ada

lubang masuk liang telinga (meatus acusticus externus).

2

Liang telinga berbentuk melengkung ke depan sehingga untuk dapat

mengamati gendang telinga, daun telinga perlu ditarik ke belakang (untuk

meluruskan liang ini). Liang telinga (panjangnya sekitar 2-3 cm) mempunyai lapisan

epitel dengan bulu halus disertai kelenjar keringat dan lemak (sebum) yang

memproduksi serumen (wax). Sepertiga bagian luar telinga terdiri dari tulang rawan,

sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.

Gambar 2. Membran Timpani

Membran Timpani

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang

telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Secara anatomis, membran

timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu pars flaksida dan pars tensa. Bagian atas disebut

pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran

propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit

liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa

saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang

3

terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian

luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut

sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah

yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani

kanan. Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh

membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan

radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa

kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya

mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba Eustachius.

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,

sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-

belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.

Bila melakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi di bagian bawah

belakang membran timpani, sesuai dengan arah serabut membran timpani. Di daerah

ini tidak terdapat tulang pendengaran. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang

pendengaran yang tersusun dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.

2.1.2. Telinga Tengah

Gambar 3. Telinga Tengah

4

Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang

temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang

martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling

berhubungan melalui persendian. Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam

membran timpani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus.

Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran

pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis

(tingkap lonjong/fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar

atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran timpani

sekunder.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina

propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga

tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai

fungsi konduksi suara.

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran Eustachius

(tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua

sisi membran timpani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau

ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut

merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran timpani. Karena

ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba

auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara

permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani.

5

2.1.3. Telinga Dalam

Gambar 4. Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari labirin osea dan labirin membranasea. Labirin osea

adalah serangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum berisi cairan

perilimfe. Sedangkan labirin membranasea memiliki bentuk yang sama dengan

labirin osea, tetapi terletak di bagian yang lebih dalam dan dilapisi sel epitel serta

berisi cairan endolimfe.

Labirin osea terdiri dari tiga bagian yaitu kanalis semisirkularis (saluran

setengah lingkaran), vestibula, dan koklea. Kanalis semisirkularis dan vestibula

mengandung reseptor keseimbangan tubuh , sedangkan koklea mengandung reseptor

pendengaran. Vestibula terdiri dari dua bagian yaitu utrikulus dan sakulus. Di depan

vestibula terdapat koklea (rumah siput). Koklea terdiri dari tiga bagian yaitu bagian

atas disebut skala vestibule, bagian bawah disebut skala timpani dan bagian yang

menghubungkan keduanya pada ujung atas koklea. Bagian dasar dari skala vestibule

berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui suatu jendela berselaput yang disebut

dengan tingkap oval. Sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah

melalui tingkap bulat. Diantara skala vestibule dan skala timpani terdapat skala media

yang berisi cairan endolimfe.

6

2.2. Definisi Miringotomi

Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar

terjadi drenase sekret dari liang telinga tengah ke liang telinga luar. Istilah

miringotomi sering dikacaukan dengan parasentesis. Timpanosenteis sebetulnya

berarti pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan

mikrobiologik (dengan semprit dan jarum khusus).

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan

syarat tindakan ini harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang

dan dapat dikuasai,(sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik).

Lokasi miringotomi ialah di kuadran antero-posterior atau posterior-inferior.

Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai sinar yang

cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan

pisau khusus (miringotom) yang berukuran kecil dan steril.

2.3. Indikasi Miringotomi.

Miringotomi biasanya dilakukan pada otitis media akut stadium supurasi.

Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat

dihindari. Miringotomi juga dilakukan sebagai terapi komplikasi otitis media seperti

mastoiditis atau paralisis saraf fasialis yang terjadi dalam perjalanan penyakit otitis

media. Indikasi miringotomi pada otitis media akut adalah (1) nyeri yang menetap

setelah 48 jam terapi antibiotik; (2) kemungkinan komplikasi seperti mastoiditis akut

atau paralisis saraf fasialis; (3) perkembangan otitis media akut sementara dalam

pengobatan antibiotik; (4) perkembangan otitis media pada pasien imunosupresi.

Akhir-akhir ini, salah satu indikasi tersering untuk miringotomi adalah otitis

media serosa kronik yang menetap dan gagal dengan penanganan medis. Pada kasus

demikian, pemasangan tuba ventilasi sering kali dilakukan pada miringotomi. Tuba

ini mencegah penutupan lokasi miringotomi, karena tuba dapat tetap pada tempatnya

hingga 6 bulan. Insisi miringotomi tanpa pemasangan tuba sering kali sembuh dalam

7

48 jam. Indikasi mutakhir untuk pemasangan tuba pada saat miringotomi adalah

sebagai berikut:

1. Serangan otitis media akut rekurens meskipun telah diberikan antibiotik

profilaksis.

2. Otitis media serosa menetap yang tidak berespons dengan penanganan

konservatif (biasanya selama tiga bulan setelah suatu serangan otitis media

purulen akut).

3. Tekanan negatif telinga tengah yang menetap dan sebagai akibatnya terjadi

atelektasis membran timpani, terutama retraksi kuadran posterosuperior.

4. Perkembangan tekanan negatif dalam telinga tengah pada pasien yang

mendapat terapi oksigen hiperbarik.

5. Bersama-sama dengan prosedur rekonstruktif telinga tengah di mana disfungsi

tuba Eustachius dianggap marginal.

(a) (b)

Gambar 5. (a) Otitis Media Akut Stadium Supurasi, (b) Miringotomi dan Pemasangan Tuba

Ventilasi.

8

Gambar 6. Pemasangan tuba ventilasi.

2.4. Prosedur dan Teknik Miringotomi

Tindakan Pra Pembedahan

Tes darah

Tes pendengaran

Timpanogram

Pemeriksaan telinga dengan otoskop

Prosedur Pembedahan

Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan

syarat tindakan ini harus dilakukan secara avue (dilihat langsung), penderita harus

tenang (jika penderita merupakan seorang anak, anak harus dapat dikuasai) sehingga

membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran

anterior-inferior atau posterior-inferior, sesuai dengan arah serabut membran timpani.

Di daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran. Untuk tindakan ini haruslah

memakai lampu kepala yang mempunyai sinar yang cukup terang, memakai corong

telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang

digunakan berukuran kecil dan steril.

9

Gambar 7. Miringotom

Awalnya, serumen dibersihkan dari liang telinga untuk lapangan pandang

yang lebih baik sekaligus dapat memberikan gambaran respon dari penderita. Liang

telinga kemudian disterilkan dengan menggunakan alkohol 70% selama 1 menit,

setelah itu liang telinga dikeringkan dengan menggunakan penghisap (suction).

Setelah itu, dengan menggunakan miringotom, dilakukan insisi lurus melengkung

sekitar 2 mm pada pars tensa membran timpani. Insisi dibuat pada kuadran

anteroposterior atau posteriorinferior untuk menghindari trauma pada rangkaian

osikula. Secara teknis lebih mudah membuat insisi pada kuadran posteroinferior, dan

daerah ini juga kurang peka. Pisau tidak boleh dimasukkan lebih dari 2 mm guna

mencegah terkenanya dinding medial telinga tengah, yang dapat menimbulkan nyeri

dan perdarahan. Lebih jauh, dapat pula terbentuk celah atau tonjolan vena jugularis

ke dalam basis telinga tengah. Kerusakan fenestra rotundum dihindari dengan insisi

hanya melalui membran timpani dan membatasi kedalaman insisi.

Setelah berhasil dilakukan insisi, hisap sekret yang keluar dari telinga tengah

sampai tidak ada yang tersisa. Hal ini dilanjutkan dengan pemberian antibiotik topikal

pada liang telinga.

10

Gambar 8. Miringotomi.

Gambar 9. Insisi Membran Timpani dilanjutkan dengan Pemasangan Tuba Ventilasi

Pasca Pembedahan

Jika kapas diletakkan di liang telinga untuk drainase pasca pembedahan, ganti

kapas secara teratur 2-3 hari sekali.

Obat tetes telinga

Lakukan aktivitas sehari-hari secara normal

11

Gunakan alat sumbat ketika mandi, hindari kegiatan berenang/menyelam

2.5.Komplikasi Miringotomi

Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi ialah perdarahan akibat trauma

pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum,

trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada anomali letak).

Mengingat kemungkinan komplikasi itu, maka dianjurkan untuk melakukan

miringotomi dalam narkose dan memakai mikroskop. Tindakan miringotomi dengan

memakai mikroskop, selain aman, dapat juga menghisap sekret dari telinga tengah

sebanyak-banyaknya. Hanya saja dengan cara ini biayanya lebih mahal.

Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, sebetulnya miringotomi tidak perlu

dilakukan, kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah. Dewasa ini

sebagian ahli berpendapat bahwa miringotomi tidak perlu dilakukan, apabila terapi

yang adekuat sudah dapat diberikan (antibiotika yang tepat dan dosis yang cukup).

12

BAB III

PEMBAHASAN PERTANYAAN

1. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar

terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar, ventilasi

telinga tengah, atau untuk mengambil biakan. Dengan melakukan

miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi

ruptur pada membran timpani, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak

mudah menutup kembali.

2. Indikasi Miringotomi

Miringotomi biasanya dilakukan pada otitis media akut stadium supurasi.

Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat

dihindari. Miringotomi juga dilakukan sebagai terapi komplikasi otitis media

seperti mastoiditis atau paralisis saraf fasialis yang terjadi dalam perjalanan

penyakit otitis media. Indikasi miringotomi pada otitis media akut adalah (1)

nyeri yang menetap setelah 48 jam terapi antibiotik; (2) kemungkinan

komplikasi seperti mastoiditis akut atau paralisis saraf fasialis; (3)

perkembangan otitis media akut sementara dalam pengobatan antibiotik; (4)

perkembangan otitis media pada pasien imunosupresi.

Akhir-akhir ini, salah satu indikasi tersering untuk miringotomi adalah

otitis media serosa kronik yang menetap dan gagal dengan penanganan medis.

Pada kasus demikian, pemasangan tuba ventilasi sering kali dilakukan pada

miringotomi. Tuba ini mencegah penutupan lokasi miringotomi, karena tuba

dapat tetap pada tempatnya hingga 6 bulan. Insisi miringotomi tanpa

pemasangan tuba sering kali sembuh dalam 48 jam. Indikasi mutakhir untuk

pemasangan tuba pada saat miringotomi adalah sebagai berikut:

13

1. Serangan otitis media akut rekurens meskipun telah diberikan

antibiotik profilaksis.

2. Otitis media serosa menetap yang tidak berespons dengan penanganan

konservatif (biasanya selama tiga bulan setelah suatu serangan otitis

media purulen akut).

3. Tekanan negatif telinga tengah yang menetap dan sebagai akibatnya

terjadi atelektasis membran timpani, terutama retraksi kuadran

posterosuperior.

4. Perkembangan tekanan negatif dalam telinga tengah pada pasien yang

mendapat terapi oksigen hiperbarik.

5. Bersama-sama dengan prosedur rekonstruktif telinga tengah di mana

disfungsi tuba Eustachius dianggap marginal.

3. Keuntungan dan Kekurangan dari Miringotomi

Keuntungan dari miringotomi adalah dengan melakukan miringotomi

luka insisi dapat menutup kembali dengan mudah sedangkan tidak dilakukan

miringotomi dan terjadi ruptur dari membran timpani luka perforasi sulit

untuk menutup kembali. Sedangkan kekurangan dari miringotomi adalah

dapat timbulnya komplikasi dari tindakan miringotomi berupa trauma pada

liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra

rotundum, trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugulare (bila ada

anomali letak).

14