Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

30
TUGAS FARMASI FLUOR ALBUS oleh : Dewi Susanti G0005080 KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

Transcript of Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

Page 1: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

TUGAS FARMASI

FLUOR ALBUS

oleh :

Dewi Susanti

G0005080

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2011

Page 2: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

BAB I

PENDAHULUAN

Keputihan atau secara medis disebut fluor albus atau leukorrhea adalah keluarnya sekret dari vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna dan bau.

Fluor albus (keputihan) terbagi menjadi dua yaitu keputihan yang fisiologis dan keputihan yang patologis. Keputihan yang fisiologis pasti terjadi pada setiap wanita karena hal ini adalah normal sedangkan keputihan yang patologis sangat dipengaruhi oleh infeksi daerah genital.

Gejala fluor albus yang fisiologis adalah cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal dan jumlah cairan bisa sedikit dan bisa cukup banyak.Gejala fluor albus yang patologis adalah cairan dari vagina keruh dan kental, warna tergantung dari kuman yang menginfeksi, berbau busuk, terasa gatal dan jumlah cairan banyak

Page 3: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Keputihan atau secara medis disebut fluor albus atau leukorrhea.

Leukorea atau Fluor albus ataupun yang sering disebut orang pada umumnya

sebagai keputihan adalah keluarnya cairan/sekret dari vagina yang abnormal dan

tidak berupa darah. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna,

bau.

Fluor albus (keputihan) terbagi menjadi dua yaitu keputihan yang

fisiologis dan keputihan yang patologis. Keputihan yang fisiologis pasti terjadi

pada setiap wanita karena hal ini adalah normal sedangkan keputihan yang

patologis sangat dipengaruhi oleh infeksi daerah genital. Untuk membedakan

sekret vagina yang normal dan abnormal dapat dilihat bentuk fisik dan material

dari cairan itu sendiri. Untuk cairan vagina yang normal terdiri atas cairan yang

berupa mukus yang mengandung selaput lendir vagina (epitel) tanpa atau

dengan sedikit sel leukosit dan bentuk fisiknya berwarna jernih, bebing, licin,

jumlah tidak terlalu banyak dan tidak berbau. Sedangkan untuk cairan vagina

yang abnormal materialnya lebih banyak mengandung leukosit. Bentuk fisik

cairan vagina yang abnormal (fluor albus) kental, berwarna kuning pucat hingga

kehijauan, berbau, jumlah lebih banyak, dapat disertai dengan nyeri, panas, dan

gatal pada vagina.

ETIOLOGI

Etiologi dari fluor albus diantaranya adalah :

1. Wanita dengan gangguan sistem imun/imunodefisiensi

2. Akibat pengaruh hormonal misalkan pada wanita hamil dan menjelang

menstruasi

3. Infeksi pada organon reproduksi baik interna maupun eksterna.

4. Benda asing misalkan pada pemakaian IUD

Penyebab paling penting dari lukorea adalah infeksi genital. Di sini cairan

mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai

Page 4: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

hijau, dan seringkali lebih kental dan berbau. Kuman penyebabnya dapat berupa

jamur (Candida albicans), protozoa (Trichomonas vaginalis).

CANDIDIASIS VAGINA

Pendahuluan

Candidiasis disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans. Jamur ini

merupakan flora normal yang dapat ditemukan di daerah sekitar mulut, vagina

dan perianal. Jamur ini dapat tumbuh dengan cepat dan menyebabkan vaginitis

pada wanita hamil, menggunakan kontrasepsi hormonal, diberi antibiotik

spektrum luas, diabetes, higienisitas buruk, dan yang mengalami imunodeisiensi.

Kelainan ini berupa bercak putih di atas mukosa yang eritematoerosif

mulai dari serviks sampai introitus vagina. Didapatkan fluor albus yang putih

kekuningan yang disertai dengan semacam butiran tepung, kadang-kadang

seperti susu pecah. Keluhan biasa nya berupa rasa gatal serta dispareuni karena

erosif. Bila meluas ke vulva dapat terjadi vulvovaginitis yang sangat gatal, timbul

peradangan dan erosi, dan sering menjadi bertambah buruk oleh garukan dan

infeksi sekunder.

Patogenesis

Infeksi candida dapat terjadi apabila ada factor predisposisi endogen

maupun eksogen.

Faktor endogen:

1. Perubahan fisiologik:

Kehamilan, karena adanya perubahan pH dalam vagina

Kegemukan, karena banyak keringat

Debilitas

Iatrogenik

Endokrinopati, adanya gangguan gula darah

Penyakit kronik, misalnya: TB, SLE dengan keadaan umum yang buruk.

2. Umur:

Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status

imunologinya yang tidak sempurna.

Page 5: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

3. Imunologik: Adanya penyakit-penyakit genetik.

Faktor eksogen:

1. Iklim panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.

2. Kebersihan kulit.

3. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan

maserasi dan memudahkan masuknya jamur.

4. Kontak dengan penderita.

Gejala klinis

Biasanya sering terjadi pada pasien dengan Diabetes mellitus karena

kadar gula darah dan urin yang tinggi, dan pada wanita hamil karena

penimbunan glikogen dalam epitel vagina. Kelihan utama pada umumnya adalah

gatal di daerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah

miksi, dan dyspareunia. Pada pemeriksaan yang ringan tampak hyperemia di

labia minora, introitus vagina, dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering

pula terdapat kelainan yang khas yaitu bercak-bercak putih kekuningan. Pada

kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia minora dan ulkus-ulkus

yang dangkal pada labia minora dan sekitar introitus vagina. Fluor albus

berwarna kekuningan. Tanda yang khas adalah disertai gumpalan-gumpalan

sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan. Gumpalan tesebut berasal dari

massa yang terkelupas dari dinding vulva atau vagina terdiri atas bahan nekrotik,

sel-sel epitel, dan jamur.

Diagnosis

Pemeriksaan langsung:

Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan

KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora,

atau hifa semu (pseudohifa).

Pemeriksaan biakan:

Ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Saboraud, dapat pula agar

dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mecegah pertumbuhan bakteri.

Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau 37oC, koloni tumbuh setelah

Page 6: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

24-48 jam berupa yeast like colony. Identifikasi candida albicans

dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut dalam commeal agar.

Pengobatan

Menghindari atau menghilangkan factor predisposisi.

Terapi pada penyakit candidiasi vaginal ini diantaranya adalah :

1. Terapi topikal, yakni :

Butoconazole 2 % cream 5 gram selama 3 hari

Clotrimazole 1% cream 5 gram selama 7-14 hari

Clotrimazole 100 mg vaginal tablet 1x100mg selama 7 hari atau 2x100mg

selama 3 hari

Clotrimazole 500 mg vaginal tablet single dose

Miconazole 2% cream 5 gram selama 7 hari

Miconazole 200mg supposituria 1x sehari selama 7 hari

Miconazole 1200mg single dose

Tiokonazole 300 mg, salep A single dose

Terconazole 0,4 % cream 5 gram selama 7 hari

Terconazole 0,8 % cream 5 gram selama 3 hari

Terconazole 80 mg vaginal supposituria 1x/hr selama 3 hari

Nystatin vaginal tablet 500.000 iu

2. Terapi oral

Flukonazole (Diflucan) 150 mg single dose

Ketokonazol 2x200mg selama 5 hari atau

itrakonazol 2x200mg dosis tunggal

TRIKOMONIASIS

Pendahuluan

Trikomoniasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit

Trichomonas. Ada 3 genus Trichomonas yang merupakan parasite pada

manusia, yaitu: Trichomonas hominis, Trichomonas tenax, dan Trichomonas

vaginalis. Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogen yang umumnya

ditemukan pada saluran genitourinaria manusia dan dapat menular secara

seksual.

Page 7: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

Gambaran yang karakteristik untuk vaginitis trichomonal pada wanita

yaitu adanya secret seropurulen, putih kekuningan atau kehijauan, berbuih, dan

bau tidak enak. Selain itu juga didapatkan pruritus, vulva yang kemerahan dan

membengkak, petechiae pungtata pada serviks (strawberry cervix). Terkadang

penderita juga mengeluhkan disparenia, disuria dan pada waktu pemasangan

spekulum terasa sakit serta edema vestibulum dan labia minor.

Sedangkan pada laki-laki infeksi sering berjalan laten dan tidak timbul

gejala. Bila bergejala kebanyakan berupa duh tubuh uretra yang seperti susu dan

sakit bila buang air kecil sehingga memberikan gejala sebagai uretritis non

gonore. Diagnosis dibuat dengan menemukan organisme ini pada duh tubuh

uretra dengan hapusan atau kultur atau keduanya.

Diagnosis trikomoniasis masih merupakan suatu masalah, sebab

gambaran klinis trikomoniasis tidak dapat dipercaya se-bagai petunjuk diagnosis,

karena kurang sensitif dan spesifik. Diagnosis pasti trikomoniasis tergantung

pada identifikasi organismenya dengan menemukan Trichomonas vaginalis dari

pemeriksaan secret vagina, uretra dan prostat, serta urin.

Epidemiologi

Prevalensi Trichomonas vaginalis sebesar 5-10% pada populasi umum

wanita, 50-60% pada wanita penghuni penjara dan pekerja seks komersial. Pada

wanita yang mempunyai keluhan pada vagina, prevalensi Trichomonas vaginalis

antara 18-50%; dan pada 30-50% wanita dengan gonore juga ditemukan infeksi

Trichomonas vaginalis. Prevalensi infeksi Trichomonas vaginalis pada pria yang

mengunjungi klinik penyakit menular seksual sebanyak 6%. Infeksi Trichomonas

vaginalis pada pria selalu dihubungkan dengan uretritis non gonore, dengan

prevalensi antara 1-68%. Pada skrining serologis yang dilakukan pada orang-

orang yang terlihat sehat di rumah sakit, diperkirakan sebanyak 1/3 dari seluruh

wanita mengidap agen ini selama masa aktif seksualnya. Trichomonas vaginalis

ditemukan pada lebih dari 30% saluran urogenital pria yang pasangan wanitanya

terinfeksi Trichomonas vaginalis. Di Eropa Timur infeksi Trichomonas vaginalis

sekurang-kurangnya 25% ditemukan pada kasus uretritis non gonore. Di

Zimbabwe 5,5% infeksi Trichomonas vaginalis terjadi pada pria dan 10-50%

infeksi Trichomonas vaginalis pada wanita bersifat asimtomatik. Di Lods,

Polandia, pada pemeriksaan urin penderita pria dengan usia 18-60 tahun

Page 8: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

ditemukan 1,74% terinfeksi Trichomonas vaginalis sedangkan pada wanita usia

18-60 tahun ditemukan 10,67%. Di Inggris Barat, 5,3% wanita yang datang ke

klinik ginekologi terinfeksi Trichomonas vaginalis dan 21,3% penderita yang

datang ke bagian penyakit menular seksual mengandung organisme ini. Di

Amerika, pada 465 pekerja asuransi didapatkan 6,3% wanita yang menikah dari

1,4% wanita tidak menikah mengidap Trichomonas vaginalis. Sebagian besar

pekerja seks komersial atau peng-guna obat (70%) mempunyai Trichomonas

vaginalis. Pada wanita kulit hitam diperkirakan 2-8 kali lebih banyak ditemukan

Trichomonas vaginalis dibandingkan wanita kulit putih. Infeksi paling sering

terjadi pada dekade II dan III, tetapi dapat terjadi pada setiap umur dan pernah

dilaporkan hampir 17% bayi usia 1 hari 11 bulan telah terinfeksi Trichomonas

vaginalis.

Etiologi

Trikomonas adalah suatu organisme eukaryotik yang termasuk kelompok

mastigophora, mempunyai flagel, dengan ordo trichomonadida. Terdapat lebih

dari 100 spesies, sebagian besar trichomonas merupakan organisme komensal

pada usus mamalia dan burung. Terdapat 3 spesies yang sering ditemukan pada

manusia yaitu Trichomonas vaginalis yang merupakan parasit pada saluran

genitourianaria, Trichomonas tenax dan Pentatrichomonas hominis merupakan

trichomonas non patogen yang ditemukan di rongga mulut untuk Trichomonas

tenax dan usus besar untuk Pentatrichomonas hominis. Nama Trichomonas

vaginalis sebenarnya salah, karena juga ditemukan di uretra wanita dan tidak

jarang ditemukan di uretra pria. Organisme ini berbentuk oval atau fusiformi, atau

seperti buah pir, dengan panjang rata-rata 15 mm dengan tanda khas selalu

berpindah tempat. Intinya terletak anterior, antara inti dan permukaan ujung yang

lebih luas terdapat 1 atau lebih struktur yang membulat yang disebut

blepharoplasts dan dari tempat inilah keluar keempat flagel. Flagel kelima

berbentuk membran bergelombang yang berasal dari kompleks kinetosomal dan

terbentang sepanjang setengah dari organisme ini. Pergerakannya dengan

kedutan yang didorong oleh keempat flagel anterior, kecepatan dan aktivitas

hentakannya yang khas menyebabkan organisme ini mudah diidentifikasi pada

sediaan segar. Trichomonas vaginalis tumbuh di ling-kungan yang basah dengan

suhu 35-37º C dengan pH antara 4,9-7,5. Trichomonas vaginalis tidak

Page 9: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

menyerang jaringan di sebelah bawah dinding vagina, ia hanya ada di rongga

vagina; sangat jarang ditemui di tempat lain. Ling-kungan vagina sangat disukai

oleh organisme ini. Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan reaksi radang

pada rongga vagina yang didominasi oleh sel lekosit polymorphonuclear (PMN).

Trichomonas vaginalis dan ekstraknya dapat merangsang kemotaktik sel lekosit

PMN, yang mungkin mempengaruhi perkembangan gejalanya. Mekanisme

lengkap penghancuran sel epitel vagina yang diserang oleh Trichomonas

vaginalis belum diketahui dengan pasti. Terdapat 3 kemungkinan untuk timbulnya

spektrum klinis yang luas pada penyakit ini: 1. Terdapat variasi virulensi intrinsik

di antara strain tricho-monas yang berbeda. 2. Perbedaan kerentanan epitel

vagina di antara penderita dan juga pada penderita yang sama pada waktu yang

lama. 3. Terdapat perbedaan lingkungan mikro vagina yang mem-pengaruhi

gejala klinisnya. Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian besar

asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasa-nya tidak ditemukan. Hal

ini berhubungan dengan epitel kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat

menginfeksi epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja. Cara

menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran urogenital pria belum

diketahui pasti, tetapi mungkin organis-me hilang secara mekanik pada waktu

buang air kecil dan adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan

cepat membunuh trichomonas.

Penularan

Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan seksual meskipun

masih diperdebatkan. Trichomonas vaginalis dapat hidup pada obyek yang

basah selama 45 menit pada kloset duduk, kain lap pencuci badan, baju, air

mandi(1)dan cairan tubuh. Penularan perinatal terjadi kira-kira 5% dari ibu yang

terinfeksi tetapi biasanya sembuh sendiri dengan metabolisme yang progresif

dari hormon ibu. Infeksi Trichomonas vaginalis mempunyai masa inkubasi

selama 4-21 hari.

Gejala Klinis

Page 10: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

Pada wanita, Vaginitis Adanya duh tubuh vagina yang encer berwarna

kuning kehijauan dan purulen merupakan gambaran yang karakteristik untuk

vaginitis trichomonal. Bau vagina yang abnormal, pruritus, vulva yang kemerahan

dan membengkak, petechiae pungtata pada serviks (strawberry cervix). Lebih

dari setengah wanita yang terinfeksi mempunyai gejala klinis, difus, ekskoriasi

pada bagian dalam paha. Penderita mungkin juga mengeluh disparenia dan

pada waktu pemasangan spekulum terasa sakit serta edema vestibulum dan

labia minor mungkin ditemukan. Uretritis Kira-kira setengah kasus vaginitis

trikomonalis juga me-ngenai uretra. Keadaan ini mungkin asimtomatik atau

menyebabkan disuria. Skenitis dan bartolinitis Skenitis dan bartolinitis dengan

pembentukan abses mungkin berhubungan dengan trikomoniasis dan kadang-

kadang Trichomonas vaginalis dapat diisolasi dari sekreti organ ini, infeksi kedua

kelenjar ini sangat jarang terjadi.

Pada pria Penemuan secara langsung Trichomonas vaginalis dengan

menggunakan mikroskop sukar pada genitalia pria atau sampel urin. Sebagian

besar pria yang terinfeksi tidak mempunyai gejala. Bila bergejala kebanyakan

berupa duh tubuh uretra yang seperti susu dan sakit bila buang air kecil sehingga

memberikan gejala sebagai uretritis non gonore. Diagnosis dibuat dengan

menemukan organisme ini pada duh tubuh uretra dengan hapusan atau kultur

atau keduanya.

Laboratorium

Pemeriksaan mikroskop secara langsung Dengan sediaan basah dapat

ditemukan protozoa dengan 4-5 flagel dan ukuran 10-20 µm yang motil. Pada

wanita metode ini mempunyai sensitifitas 50-70% dan spesimen harus diambil

dari vagina karena agen penyebab hanya menyerang epitel skuamosa. Pada pria

cara penemuan Trichomonas vaginalis tidak selalu berhasil dan Trichomonas

vaginalis dapat dideteksi dengan menggunakan sedimen urin. Cara lain

menggunakan pewarnaan Gram, Giemsa, Papa-nicolaou, Periodic acid schiff,

Acridine orange, Fluorescein, Neutral red dan Imunoperoxidase. Kultur Teknik

kultur menggunakan berbagai cairan dan media semi solid yang merupakan baku

emas untuk diagnosis. Biasanya dengan menggunakan medium Feinberg-

Whittington memberikan hasil yang dapat dipercaya. Teknik kultur ini mempunyai

sensitifitas kira-kira 97%. Metode serologi Beberapa studi mengatakan bahwa uji

serologis kurang sensitif daripada kultur atau pemeriksaan sediaan basah. Pada

Page 11: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

metode serologi ini dapat digunakan teknik ELISA, tes latex agglutination yang

menggunakan antibodi poliklonal. Antigen detection immunoassay yang

menggunakan antibodi monoklonal dan nucleic acid base test.

Diagnosis

Diagnosis trikomoniasis masih merupakan suatu masalah, sebab

gambaran klinis trikomoniasis tidak dapat dipercaya se-bagai petunjuk diagnosis,

karena kurang sensitif dan spesifik. Diagnosis efektif trikomoniasis tergantung

pada identifikasi organismenya. Spesimen dari uretra jarang digunakan bila

dibandingkan yang berasal dari vagina.

Pengobatan

Prinsip penatalaksanaan trikomonas yaitu pengobatan juga diberikan

kepada pasangan seksualnya dengan rejimen yang sama untuk menghindari

“fenomena ping-pong”. Jika pasangan seksual-nya diobati bersama-sama maka

angka kesembuhan melebihi 95%. Drug of choice untuk trikomoniasis adalah

metronidazole.

Metronidazol bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA pada

Trichomonas vaginalis dan menyebabkan degra-dasi DNA yang berakibat

putusnya untaian DNA dan tidak stabil-nya helix, dengan cara mereduksi

ferredixin-depleted extract pada Trichomonas vaginalis melalui pyrovat ferredoxin

oxidoreductase dan diduga hasil reduksi ini yang bertanggung jawab pada

kematian sel.

Rejimen Metronidazol yang dianjurkan 2 g dosis tunggal, peroral.

Pengobatan juga diberikan kepada pasangan seksualnya dengan rejimen yang

sama. Rejimen alternatif, dianjurkan untuk penderita yang tidak sembuh dengan

pengobatan dosis tunggal, yaitu dengan Metronidazol 500 mg, 2 kali sehari

selama 7 hari. Untuk penderita yang gagal dengan pengobatan ulangan,

digunakan Metronidazol 2 g dosis tunggal selama 3-5 hari. Rejimen metronidazol

multidosis selama 7 hari sangat efektif untuk penderita pria.

Metronidazol hampir sempurna diserap melalui usus, berpenetrasi

dengan baik kedalam jaringan dan cairan tubuh (vagina, semen, saliva dan ASI)

serta diekskresi sebagian besar melalui urin.

BAKTERIAL VAGINOSISBAKTERIAL VAGINOSIS

Page 12: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

A. DefinisiA. Definisi

Gardnerella vaginalis : Gardnerella vaginalis :

bakteri yang dapat menyebabkan gejala vaginitis pada wanitabakteri yang dapat menyebabkan gejala vaginitis pada wanita

berhubungan dengan “Bakterial vaginosis” dianggap sebagai penggantiberhubungan dengan “Bakterial vaginosis” dianggap sebagai pengganti

flora normal pada vaginaflora normal pada vagina

Bukan merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (STD) Bukan merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual (STD)

B. Gejala dan TandaB. Gejala dan Tanda

1.1. Discharge vagina tipis, kental, keabu-abuan, sering memberikan rasaDischarge vagina tipis, kental, keabu-abuan, sering memberikan rasa

tidak nyamantidak nyaman

2.2. Berbau amisBerbau amis

3.3. Iritasi vulva, jarang gatalIritasi vulva, jarang gatal

C. Komplikasi

Penyakit inflamasi pelvis

Komplikasi tertentu pada kehamilan

D. Pemeriksaan

Vaginal smear

E. Pengobatan

Antibiotik Tinidazol atau Metronidazol (seperti pengobatan pada

trikomoniasis)

Aei-gel

- Membuat pH balance

- Efektif dalam pencegahan kekambuhan

F. Pencegahan

Menjaga keasaman normal pH vagina

Menghindari penggunaan produk higienis wanita

Penggunaan Aei-gel jika didapatkan bau vagina yang abnormal

BAB III

Page 13: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

ILUSTRASI KASUS

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. M

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Petoran Rt 03/V , Jebres, Surakarta

Tanggal pemeriksaan : 7 Mei 2012

No. RM : 97 69 85

B. Keluhan utama : keputihan

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak ± 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh keluar cairan berwarna putih

kuning kadang-kadang kehijauan. Cairan keluar sewaktu-waktu, kadang

berbau, jumlah banyak sehingga pasien harus berganti pakaian dalam 4-5

kali sehari. Pasien mengeluhkan terasa lembab dan gatal, rasa terbakar

(+), sakit pada saat kencing (-). Selain itu pasien mengeluhkan terasa nyeri

pada saat berhubungan intim dengan suami. Saat memeriksakan diri

pasien tidak sedang menstruasi. Demam (-).

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 6 bulan yang lalu yang

hilang sendiri. Pasien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sejak

kelahiran anak ketiga. Pasien bekerja sebagai baby sitter. Sedangkan

suami bekerja di sebuah café di Bali dan pulang 6 bulan sekali. Terakhir

kali berhubungan 1 minggu yang lalu dengan suami.

D. Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat alergi obat : disangkal

Page 14: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

Riwayat penyakit serupa : (+) 6 bulan yang lalu

E. Riwayat Keluarga:

Riwayat berkeluarga : Menikah 1 kali;

Riwayat penyakit serupa : Disangkal

F. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi :

(+) KB suntik 3 bulan sekali ( setelah kelahiran anak ketiga)

G. Riwayat Obstetri Ginekologi :

G3P3A0 dengan kelahiran normal.

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

1. Keadaan umum : Baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Berat badan : 45 kg

Tinggi badan : 147 cm

A. Tanda vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Laju Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,8 0C

B. Kulit : warna sawo matang, lembab, ujud kelainan

kulit (-)

C. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

D. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

E. Mulut : bibir pucat (+), sianosis (-), mukosa basah (+)

F. Telinga : sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)

G. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-),

tonsil T1 – T1

H. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar

Page 15: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

I. Thorax

Bentuk : normochest

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

Kiri bawah :SIC V linea medioclavicularis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

Pulmo

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)

Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

Batas paru hepar : SIC VI dextra

Batas paru lambung:spatium intercosta VII Sinistra

Redup relatif : batas paru hepar

Redup absolut : hepar

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan RBK (-/-),

RBH (-/-), wheezing (-/-)

J. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tidak teraba, turgor

kulit baik

K. Ekstremitas :

Akral dingin Oedema

- - - -

Page 16: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

- - - -

Sianosis ujung jari Capilary refill time< 2 detik

- -

- -

Status dermatologi venerelogis

Regio genitalia eksterna : tampak labia mayor eritema

Pada pemeriksaan in speculo : tampak porsio eritema dengan discharge

warna putih susu bergumpal-gumpal. Tidak berbau.

Gambar 2. Genitalia eksterna tampak luar. Tampak eritem pada labia

Page 17: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

Gambar 3. Pemeriksaan in speculo. Cairan putih susu dan menggumpal

pada porsio yang eritem.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah

Hb : 12,1 g/dL

AE : 4,80 x 106 uL

Hct : 35,6 %

AL : 14,3 x 103 uL

AT : 30 x 103 uL

Golongan darah : B

GDS : 88 mg/dl

PH vagina : 3,7

MIKROSKOPIK

1. Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10% : didapatkan blastospora dan pseudohifa

2. Pemeriksaan gram : didapatkan blastospora dan pseudohifa

DIAGNOSIS BANDING

1. Kandidiasis vulvovaginal

2. Infeksi Trichomonas vaginalis

3. Bakterial vaginosis

DIAGNOSIS

Fluor albus et causa Candidiasis vaginal

TERAPI

1. Non Medikamentosa

Edukasi pasien :

a. untuk menjaga kebersihan alat genital agar tidak lembab

b. menggunakan pakaian yang tidak ketat

c. menunda sanggama selama pengobatan

d. saran : pemeriksaan terhadap suami jika diperlukan

Page 18: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

2. Medikamentosa

a. Nystatin ovula 500.000 iu /hari selama 14 hari

b. Ketokonazol tab mg 200 2 x sehari selama 5 hari

VIII. PROGNOSIS

Ad vitam : baik

Ad sanam : baik

Ad fungsionam : baik

Ad cosmeticum : baik

PENULISAN RESEP

R/ Nystatin ovula No XIV

S 1 dd ovula 1 omni noct per vaginam

R/ Ketokonazol tab mg 200 No X

S 2 dd tab 1

Pro : Ny M(25 tahun)

Pembahasan obat

1. Ketokonazol

Merupakan keluarga azol yang bermanfaat dalam pengobatan mikosis

sistemik. Selain aktivitas anti jamurnya, ketokonazol juga menghambat

sintesis steroid gonadal dan adrenal manusia dengan menghambat liase

C17-20, 11/3-hidroksilase dan pecahnya rantai samping kolesterol, sehingga

dapat menekan sintesis testosterone dan kortisol.

Mekanisme kerja: ketokonazol berinteraksi dengan C-14 demetilase (enzim P-

450 sitokrom) untuk menghambat lanosterol menjadi ergosterol yang

Page 19: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

merupakan sterol penting untuk membran jamur. Ketokonazol bersifat

fungistatika atau fungisida tergantung dosis.

Farmakokinetik: Ketokonazol hanya diberikan per oral. Obat ini larut dalam

asam lambung dan diabsorpsi melalui mukosa lambung. Makanan, antasida,

simetidin dan rifampisin mengganggu absorbsinya. Coca-cola yang bersifat

asam meningkatkan absorbs obat ini. Metabolism yang ekstensif terjadi di

hati. Ekskresinya terutama melalui empedu. Kadar obat induk dalam urin

sangat rendah sehingga tidak efektif terhadap infeksi mikotik saluran kemih.

Efek samping: gangguan saluran cerna merupakan efek samping yang palin

sering. Efek endokrin berupa ginekomastia, penurunan libido, impotensi, dan

ketidak teraturan menstruasi bias terjadi oleh karena penghambatan sintesis

steroid dan adrenal. Gangguan fungsi hati walaupun insidennya rendah, tetapi

merupakan manifestasi toksik yang cukup serius.

2. Nistatin

Nistatin adalah suatu antibiotika polien, dihasilkan oleh Streptomyces nursei,

sedikit larut dalam air, tetapi cepat terurai dalam air atau plasma. Instating

juga stabil dalam bentuk kering.

Aktivitas antijamur: Nistatin tidak memberikan efek terhadap bakteri atau

protozoa, tetapi secara invitro menghambat banyak jamur termasuk candida,

dermatofit, dan organisme yang dihasilkan oleh mikosis dalam badan

manusia. Secara invivo, kerjanya terbatas pada permukaan dengan obat yang

tidak diserap dan dapat kontak langsung dengan ragi atau jamur. Secara

invivo tidak ditemukan resistensi terhadap nistatin, tetapi dapat ditemukan

galur kandida yang resisten terhadap nistatin.

Mekanisme kerja: dengan jalan berikatan dengan sterol membrane sel jamur,

terutama ergosterol. Oleh karena itu terjadi gangguan pada permeabilitas sel

jamur dan mekanisme transpornya. Akibatnya sel jamur kehilangan banyak

kation dan makromolekul. Resistensi adapt timbul karena menurunnya jumlah

sterol pada membrane sel jamur atau terjadi perubahan sifat struktur atau sifat

ikatannya.

Farmakokinetik: Nistatin hamper tidak diabsorbsi melalui kulit, membrane

mukosa, atau saluran cerna. Semua nistatin yang masuk ke saluran cerna

akan dikeluarkan kembali melalui tinja, dan tidak ditemukan adanya nistatin

dalam darah atau jaringan.

Page 20: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

Efek samping: jarang terjadi efek samping pada pemberian oral ataupun

topikal. Pemberian oral mungkin adapt menimbulkan mual, muntah, atau

diare. Pemberian dosis tinggi tidak akan menimbulkan superinfeksi karena

obat ini tidak mempengaruhi bakteri, protozoa, atau virus.

Page 21: Diskusi Kasus Fluor Albus - Dewi

DAFTAR PUSTAKA

Aghe, dr. Leukorrhea ( Keputihan)

http://asramamedicafkunhas.blogspot.com/2009/05/leukorrhea-keputihan.html

Djuanda Adi, Prof, dkk. 1987. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke tiga

cetakan pertama. Jakarta: FKUI, Hal. 103-106, 358-364.

Munaf Sjamsuri. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi Kedua. Jakarta:

Penerbit buku Kedokteran EGC, Hal. 228-229.

Robbins L., M.D. 1995. Buku Ajar Patologi II edisi keempat cetakan pertama.

Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC, Hal. 327-377.

Sarwono Prawirohardjo, Prof, dr, Sp.OG, dkk. 2005. Ilmu Kandungan YBP-SP

Edisi kedua. Jakarta: FKUI, Hal 271-277.