DISFAGIA

27
BAB 1 PENDAHULUAN Disfagia berasal dari bahasa yunani yang berarti gangguan makanan. Disfagia biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat menjadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi, malnustrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan nafas. Beberapa faktor penyebab telah ditunjuk terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis dan non neurologis. Gangguan menelan dapat terjadi pada ketidaknormalan setiap organ yang berperan dalam proses menelan. 1 Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Sekitar 76,4% pasien palsi serebral mengalami gangguan makan dengan penyebab terbanyak disfungsi oromotor. Sebanyak 34,7% pasien stroke mengalami disfagia. Selain itu dapat juga terjadi pada pasien dengan tumor kepala leher dan keganasan yang telah menjalani operasi, komplikasi radioterapi pada keganasan nasofaring yang mempengaruhi fungsi menelan. 2 Kesulitan menelan (disfagia) dapat disertai dengan keluhan lainnya, seperti odinofagia (rasa nyeri waktu menelan), rasa panas di dada, rasa mual, muntah, regurgitasi, hematemesis, melena, 1

description

cerna

Transcript of DISFAGIA

Page 1: DISFAGIA

BAB 1

PENDAHULUAN

Disfagia berasal dari bahasa yunani yang berarti gangguan makanan. Disfagia biasanya

merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat

menjadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia

aspirasi, malnustrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan nafas. Beberapa

faktor penyebab telah ditunjuk terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis dan

non neurologis. Gangguan menelan dapat terjadi pada ketidaknormalan setiap organ yang

berperan dalam proses menelan.1

Keluhan sulit menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di

orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot

menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung. Sekitar 76,4%

pasien palsi serebral mengalami gangguan makan dengan penyebab terbanyak disfungsi

oromotor. Sebanyak 34,7% pasien stroke mengalami disfagia. Selain itu dapat juga terjadi pada

pasien dengan tumor kepala leher dan keganasan yang telah menjalani operasi, komplikasi

radioterapi pada keganasan nasofaring yang mempengaruhi fungsi menelan.2

Kesulitan menelan (disfagia) dapat disertai dengan keluhan lainnya, seperti odinofagia (rasa

nyeri waktu menelan), rasa panas di dada, rasa mual, muntah, regurgitasi, hematemesis, melena,

anoreksia, hipersalivasi, batuk, dan berat badan yang cepat berkurang. Manifestasi klinik yang

sering ditemukan ialah sensasi makanan yang tersangkut di daerah leher atau dada ketika

menelan.3

Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas disfagia mekanik, disfagia motorik,

disfagia oleh gangguan emosi. Para ilmuwan sedang melakukan penelitian yang akan

meningkatkan kemampuan dokter dan patolog untuk mengevaluasi dan mengobati gangguan

menelan. Semua aspek dari proses menelan sedang diteliti pada orang-orang dari segala usia,

termasuk mereka yang memiliki dan tidak memiliki disfagia.2 Berdasarkan latar belakang

tersebut maka pada referat ini akan menjelaskan mengenai kesulitan menelan ( disfagia ).

 

1

Page 2: DISFAGIA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI FARING DAN ESOPAGUS

1. Anatomi orofaring

Batas-batas orofaring adalah ujung bawah dari palatum mole dan superior tulang

hyoid inferior. Batas anterior dibentuk oleh inlet orofaringeal dan pangkal lidah, dan

perbatasan posterior dibentuk oleh otot-otot konstriktor superior dan media dan mukosa

faring. 4

Orofaring berhubungan dengan rongga mulut melalui saluran masuk

orofaringeal, yang menerima bolus makanan. Inlet orofaringeal terbuat dari lipatan

palatoglosus lateral, tepat dianterior tonsil palatina. Lipatan itu sendiri terbuat otot

palatoglosus yang berasal dari palatum mole itu sendiri dan mukosa diatasnya.4

Di inferior, terdapat sepertiga posterior lidah atau pangkal lidah, meneruskan

perbatasan anterior orofaring. Valekula yang merupakan ruang antara pangkal lidah dan

epiglotis, membentuk perbatasan inferior dari orofaring. Ini biasanya setera dengan

tulang hyoid.   Ini biasanya setara dengan tulang hyoid.4

Pada dinding-dinding lateral orofaring terdapat sepasang tonsil palatina difosa

anterior yang dipisahkan oleh lipatan palatoglossal dan posterior oleh lipatan

2

Page 3: DISFAGIA

palatopharingeal. Tonsil adalah masa jaringan limfaoid yang terlibat dalam respon imun

lokal untuk pathogen oral. 4

Otot-otot yang membentuk dinding posterior orofaring adalah otot konstriktor

faring superior dan menengah dan membrane mukosa diatasnya yang saling tumpang

tindih. Saraf glossofaringela dan otot faring. Stylopharingeal memasuki faring pada

perbatasan antra konstriktor superior dan tengah.4

2. Anatomi hipofaring

Perbatasan hipofaring adalah di bagian superior terdapat tulang hyoid

dansfingter esofagus atas (Upper Esophagus Sphincter/UES), dan otot krikofaringeusdi

bagian inferior. Batas laringo faring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas

anterior ialah laring, batas inferior adalah esophagus, serta batas posterior adalah veterbra

servikalis.3

Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring

tidak langsung struktur yang pertama tanpak dalah valekula. Bagian ini merupakan dua

buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.

Valekula disebut juga katong pil sebab pada beberapa orang, bila makan pil akan

tersangkut ditempat ini. 3

Dibawah valekula adalah permukaan laryngeal dari epiglottis.5 Epiglottis pada

bayi epiglottis ini berbentuk omega dan perkembangannya akan lebih melebar, meskipun

kadang-kadang bentuknya infatil ini tetap sampai dewasa. Epiglotis berfungsi juga untuk

melindungi glotis ketika menelan minum atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut

menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari

lamina krikoid dan dibawahnya terdapat muara esophagus.3

3. Anatomi esopahus

EsofagusEsofagus adalah tabung muskular yang menghubungkan faring

denganlambung. Esophagus berukuran panjang sekitar 8 inci dan dilapisi oleh

jaringanmerah muda yang lembab disebut mukosa. Esophagus berjalan di belakang

trakeadan jantung, dan di depan tulang belakang. Tepat sebelum memasuki

lambung,esofagus melewati diafragma.6

3

Page 4: DISFAGIA

Sfingter esophagus bagian atas (UES) adalah sekumpulan muskulus di bagian atas

esophagus. Otot-otot UES berada di bawah kendali sadar ( involunter ), digunakan ketika

bernapas, makan, bersendawa, dan muntah. Singter esophagus bagian bawah ( LES )

adalah sekumpulan otot pada akhir bawah dari esophagus, yang mana berbatasan

langsung dengan gaster. Ketika LES ditutup, dapat mencegah asam dan isi gaster naik

kembali ke esofagus. Otot-otot LES tidak berada di bawah kontrol volunter.6

VASKULARISASI FARING DAN ESOPAGUS

1. Vaskularisasi faring

Pasokan arteri ke faring berasal dari 4 cabang dari arteri karotis

eksternal.Kontribusi utama adalah dari arteri faring asenden, yang berasal dari arteri

karotiseksternal yang tepat berada diatas bifurkasio (percabangan) karotis dan

melewati posterior selubung karotis, memberikan cabang ke faring dan tonsil.4

Cabang ateri palatine superior yakni cabang ateri maksila interna memasuki

faring tepat diatas dari muskulus konstriktor faring superior. Ateri fasialis juga bercabang

menjadi arteri palatine asenden dan arteri tonsilaris, yang membantu pasokan untuk

muskulus konstriktor faring superior dan palatum. Arteri maksilaris bercabang

menjadi arteri palatina mayor dan cabang pterygoideus, dan arteri lingualis

dorsalis berasal dari arteri lingual memberi sedikit kontribusi.3,4

Darah mengalir dari faring melalui pleksus submukosa interna dan pleksus

faring eksterna yang terkandung dalam fasia buccopharyngeal terluar.

Pleksusmengalir ke vena jugularis interna dan, sesekali, vena fasialis anterior.

Hubunganyang luas terjadi antara vena yang terdapat di tenggorokan dan vena-

vena padalidah, esofagus, dan laring.4

2. Vaskularisasi esophagus

Esopahus mendapakan perdarahan dari ateri secara segmental. Cabang-cabang

dari ateri tiroid inferior memberikan pasokan darah ke sfingter esofagusatas dan

esofagus servikal. Kedua arteri aorta esofagus atau cabang-cabang terminal

dari arteri bronkial memperdarahi esofagus bagian toraks. Arteri gaster sinistra dan

cabang dari arteri frenikus sinistra memperdarahi sfingter esophagus bagian bawah dan

4

Page 5: DISFAGIA

segmen yang paling distal dari esophagus. Ateri yang memperdarahi akhir esofagus

dalam jaringan sangat luas dan padat di submukosatersebut. Suplai darah berlebihan dan

jaringan pembuluh darah yang berpotensimembentuk anastomosis dapat menjelaskan

kelangkaan dari infark esophagus.6

Vaskularisasi vena juga mengalir secara segmental. Dari pleksus vena

submukosa yang padat dan mengalir ke vena cava superior. Vena esophagus proksimal

dan distal mengalir ke dalam sistem azygos. Kolateral dari vena gaster sinistra, cabang

dari vena porlat, menerima dranase vena dari mid-esophagus.6

PERSARAFAN FARING DAN ESOPAGUS

1. Persarafan faring

Peleksus saraf faring member pasokan saraf eferen dan aferen faring dan dibentuk oleh

cabang dari nerves golosopharingeal ( saraf cranial IX ). Nerves vagus ( saraf cranial X )

dan serat simpatis dari rantai servikal. Selain muskulus stylopharyngeus, yang

dipersarafi oleh saraf glossopharingeus, semua otot-otot faring dipersarafi oleh

nervus vagus. 3,4

2. Persarafan esophagus

Persarafan motor esophagus didominasi melalui nervus vagus. Esophagus menerima

persarafan parasimpatis dari nucleus ambiguus dan inti motorik dorsal nervus vagus dan

memnberikan persarafan motor ke mantel motor esophagus dan persarafan secretomotor

ke kelenjar. Persarafan simpatis berasal dari servikal dan rantai simpatis torakalis yang

mengatur penyempitan pembuluh darah, kontraksi sfingter esofagus, relaksasi dinding

otot, dan meningkatkan aktivitas kelenjar dan peristaltik.6

FISIOLOGI MENELAN

Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut, pembentukan bolus makanan

dengan ukuran dan konsistensi yang baik, upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini

dalam fase-fase menelan, mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring saat respirasi,

mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring, kerjasama yang

baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke lambung, usaha untuk

membersihkan kembali esofagus. Sekitar 50 pasang otot dan saraf yang bekerja untuk memindahkan

5

Page 6: DISFAGIA

makanan dari mulut ke perut. Proses menelan dimulut, faring, laring, dan esofagus secara keseluruhan

akan terlibat secara berkesinambungan. Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase: fase oral, fase

faringal, dan fase esofagal.3

1. Fase Oral

Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur liur akan

membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak dari rongga mulut melalui dorsum

lidah, terletak di tengah lidah akibat kontraksi otot intrinsic lidah. Kontraksi m.

levator veli palatine mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas,

palatum mole terangkat, dan bagian dinding posterior faring ( Passavant’s Ridge ) akan

terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior  karena lidah terangkat ke atas. Bersamaan

dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat kontraksi m.palatoglosus yang

meneybabkan ismus fasiumtertutup, diikuti kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus

maknana tidak akan berbalik ke rongga mulut. Pada gambar1 sampai gambar 3 dapat

dilihat fisiologimenelan sampai ujung epiglottis terdorong ke belakang dan bawah 3.:

6

Page 7: DISFAGIA

2. Fase Faringeal

Fase faringal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan bolus

makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi

m.stilofaring, m.salfingofaring, m.tirohioid, dan m. palatofaring. Aditus laring

tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika,

plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksim. ariepiglotika dan

m.aritenoid obliges. Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara ke

laring karena refleks yang menghambat pernapasan,sehingga bolus makanan tidak

akan masuk ke saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur kea rah

esofagus, karena valekula dan sinus piriformissudah dalam keadaan lurus. Pada

gambar disajikan fisiolog imenelan sampai menutupnya vestibulum laring akibat

kontraksi plika ariepiglotik dan plika ventrikularis : 3

7

Page 8: DISFAGIA

3. Fase esophagus

Fase esofagal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus

kelambung. Dalam keadaan istirahat, introitus esofagus selalu tertutup. Dengan

adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringal, terjadi relaksasi

m.krikofaring, introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk ke dalam

esofagus.3

Setelah bolus makanan lewat, sfingter akan berkontraksi lebih kuat,melebihi

tonus introitus esofagus pada waktu istirahat, sehingga makanan tidak akan kembali

ke faring. Dengan demikian refluks dapat dihindari.3

Gerak bolus makanan di esofagus bagian atas masih dipengaruhi

olehkontraksi m. konstriktor faring inferior pada akhir fase faringal. Selanjutnya

bolusmakanan akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltic esofagus.

Dalam keadaan istirahat sfingter esofagus bagian bawah selalu

tertutupdengan tekanan rata-rata 8 milimeter Hg lebih dari tekanan di dalam

lambung,sehingga tidak terjadi regurgitasi isi lambung.3

Pada akhir fase esofagal sfingter ini akan terbuka secara refleks

ketikadimulainya peristaltic esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan

kedistal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, sfingter ini akan menutup kembali.

Gambar menunjukkan fisiologi menelan mulai dari proses bolus makanan di valekuela

hingga gelombang peristaltic mendorong bolus makanan keesophagus :3

8

Page 9: DISFAGIA

DISFAGIA ( KESULITAN MENELAN )

1. Definisi disfagia

Keluhan sulit menelan ( disfagia ) merupakan salah satu gejala kelainan atau

penyakit orofaring dan esophagus. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan

gerakan otot-otot menelan dan gangguan transportasi makanan rongga mulut ke

lambung.3

2. Klasifikasi disfagia

Berdasarkan penyebabnya disfagia dibagi atas :

a. Disfagia mekanik

Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esophagus. Penyebab utama

disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esophagus oleh masa tumor dan benda

asing. Penyebab lain adalah akibat peradangan mukosa esophagus, esophagus, striktur

lumen esophagus, striktur lumen esophagus, serta akibat penekanan lumen esophagus

dari luar, misalnya pembesaran kelenjar timus, kelenjar  tiroid, kelenjar getah

bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta. Letak a.

subklavia sektra yang abnormal dapat menyebabkan disfagia yang disebut disfagia

lusoria. 3

b. Disfagia motorik

Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang berperan

dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n. V,

n. VII, n. IX, n. X, dan n. XII. Kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan

peristaltic esophagus dapat menyebabkan disfagia. Penyebab utama dari disfagia

motorik adalah akalasia, spasme difus esophagus, kelumpuhan otot faring dan

scleroderma esophagus. 3

c. Disfagia gangguan emosi.

Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi atau tekanan jiwa

yang berat. Kelainan ini dikenal sebagai globus histerikus. 3

9

Page 10: DISFAGIA

Berdasarkan lokasinya dibagi menjadi :

a. Disfagia orofaringeal

Disfagia orofaring timbul dari kelainan di rongga mulut, faring, dan esofagus,

dapat disebabkan oleh stroke, penyakit Parkinson, kelainan neurologis,

oculopharyngeal muscular dystrophy, menurunnya aliran air liur, xerostomia, masalah

gigi, kelainan mukosa oral, obstruksi mekanik (keganasan, osteofi, meningkatnya

tonus sfingter esophagus bagian atas, radioterapi, infeksi, dan obat-obatan (sedatif,

antikejang, antihistamin) Gejala disfagia orofaring yaitu kesulitan menelan, termasuk

ketidakmampuan untuk mengenali makanan, kesukaran meletakkan makanan di

dalam mulut, ketidakmampuan untuk mengontrol makanan dan air liur di dalam

mulut, kesukaran untuk mulai menelan, batuk dan tersedak saat menelan, penurunan

berat badan yang tidak jelas penyebabnya, perubahan kebiasaan makan, pneumonia

berulang, perubahan suara (suara basah), regurgitasi nasal. Setelah pemeriksaan,

dapat dilakukan pengobatan dengan teknik postural, swallowing maneuvers,

modifikasi diet, modifikasi lingkungan,oral sensory awareness technique, vitalstim

therapy, dan pembedahan.7

Gangguan menelan dapat terjadi pada ketidak normalan setiap organ

yang berperan dalam proses menelan. Dampak yang timbul akibat ketidak

normalan fase oral antara lain3:

1. Keluar air liur ( drooling = sialorrhea ) ang disebabkan gangguan sensori dan

motorik pada lidah, bibir, dan wajah

2. Ketidaksangupan membersihkan residu makanan di mulut dapat disebabkan oleh

difisiensi sensori pada rongga mulut dan/atau gangguan motorik lidah.

3. Karies gigi yang mengakibatkan gangguan distribusi saliva dan meningkatkan

sensitivitas gigi terhadap panas, dingin dan rasa manis.

4. Hilangnya rasa pengecapan dan penciuman akibat keterlibatan langsung dari

saraf cranial.

5. Gangguan proses mengunyah dan ketidaksangupan manipulasi bolus.

6. Gangguan mendorong bolus ke faring

10

Page 11: DISFAGIA

7. Aspirasi cairan sebelum proses menelan dimulai yang terjadi karena gangguan

motorik dari fungsi lidah sehingga cairan akan masuk ke faring sebelum reflex

menelan muncul.

8. Rasa tersedak oleh batuk pada saat fase faring. Sedangkan dampaknya

ketidaknormalan pada fase faringeal adalah chocking, coughing, dan aspirasi

b. Disfagia esophagus

Disfagia esofagus timbul dari kelainan di korpus esofagus, sfingter esofagus

bagian bawah, ataukardia gaster. Biasanya disebabkan oleh striktur esofagus,

keganasan esofagus, esophageal ringsand webs, akhalasia, skleroderma, kelainan

motilitas spastik termasuk spasme esofagus difus dan kelainan motilitas esofagus non

spesifik. Makanan biasanya tertahan beberapa saat setelah ditelan, dan akan berada

setinggi suprasternal notch atau di belakang sternum sebagai lokasi obstruksi,

regurgitasi oral atau faringeal, perubahan kebiasaanmakan, dan pneumonia berulang.

Bila terdapat disfagia makanan padat dan cair, kemungkinan besar merupakan suatu

masalah motilitas.3,7

Disfagia motilitas sementara dapat disebabkan spasme esofagus difus atau

kelainan motilitas esofagus nonspesifik. Disfagia motilitas progresif dapat disebabkan

skleroderma atau akhalasia dengan rasa panas didaerah ulu hati yang kronis,

regurgitasi, masalah respirasi, atau penurunan berat badan. Disfagia mekanik

sementara dapat disebabkan esophageal ring. Dan disfagia mekanik progresif dapat

disebabkan oleh striktur esofagus atau keganasan esofagus. Bila sudah dapat

disimpulkan bahwa kelainannya adalah disfagia esofagus, maka langkah selanjutnya

adalah dilakukan pemeriksaan barium atau endoskopi bagian atas.3,7

3. Pathogenesis disfagia

Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan dalam

proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Keberhasilan

mekanisme menelan ini tergantung beberapa faktor yaitu 3:

a. Ukuran bolus makanan

b. Diameter lumen esophagus yang dilewati bolus

11

Page 12: DISFAGIA

c. Kontraksi peristaltik esophagus

d. Fungsi sfingter esophagus bagian atas dan bagian bawah dan,

e. Kerja otot-otot rongga mulut dan lidah

Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem neuro-muskular mulai

dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan uvula,

persarafan ekstrinsik esophagus serta persarafan intrinsik otot-otot esophagus bekerja

dengan baik, sehingga aktivitas motorik berjalan lancer. Kerusakan pada pusat menelan

dapat menyebabkan kegagalan aktivitas komponen orofaring, otot lurik esophagus, dan

singter esophagus bagian atas juga mendapatkan persarafan dari ini motor dari n. vagus,

maka akivitas peristaltik esophagus masih tampak pada kelainan otak. Relaksasi spingter

esophagus bagian bawah terjadi akibat peregangan langsung dinding esophagus. 3

4. Diagnosa disfagia

a. Anamnesa

Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis yang cermat

untuk menentukan diagnosis kelainan atau penyakit yang menyebabkan timbulnya

disfagia. Jenis makanan yang menyebabkan disfagia dapat memberikan

informasikelainan yang terjadi. Pada disfagia mekanik mula-mula kesulitan menelan

hanyaterjadi waktu menelan makanan padat. Bolus makanan tersebut kadang-kadang perlu

didorong dengan air dan pada sumbatan yang lebih lanjut, cairan pun akansulit

ditelan. Bila sumbatan ini terjadi secara progresif dalam beberapa bulan,harus

dicurigai kemungkinan proses keganasan di esofagus. Sebaliknya pada disfagia

motorik, yaitu pada pasien akalasia, dan spasme difus esofagus, keluhan sulit menelan

makanan padat dan cairan terjadi dalam waktu yang bersamaan.3

Waktu dan perjalanan keluhan disfagia dapat memberikan gambaran yanglebih

jelas untuk diagnostik. Disfagia yang hilang dalam beberap hari dapatdisebabkan oleh

peradangan. Disfagia yang terjadi dalam beberapa bulan dengan penurunan berat

badan yang cepat dicurigai adanya keganasan di esofagus. Biladisfagia ini

berlangsung bertahun-tahun untuk makanan padat perlu dipikirkanadanya kelainan

yang bersifat jinak atau di esofagus bagian distal ( lower esophageal muscular ring ).

12

Page 13: DISFAGIA

Lokasi rasa sumbatan di daerah dada dapat menunjukkan kelainan

esofagus bagian torakal, tetapi bila sumbatan berada di leher, kalainannya terletak di

faring,atau esofagus bagian servikal. Gejala lain yang menyertai disfagia, seperti

masuknya cairan ke dalamhidung waktu minum menandakan adanya kelumpuhan otot-otot

faring. Pembagian gejala dapat menjadi dua macam yaitu disfagia orofaring dan

disfagia esophagus. Gejala disfagia orofaringeal adalah sebagai berikut:

kesulitanmencoba menelan, tersedak atau menghirup air liur ke dalam paru-paru saat

menelan, batuk saat menelan, muntah cairan melalui hidung, bernapas saatmenelan

makanan, suara lemah, berat badan menurun.Sedangkan gejala disfagia esofagus

adalah sebagai berikut: sensasi tekanan dalam dada tengah, sensasimakanan yang

menempel di tenggorokan atau dada, nyeri dada, nyeri menelan,rasa terbakar di dada yang

berlangsung kronis, belching, sakit tenggorokan.3

b. Pemeriksaan fisik

Pemeri ksaan daerah leher dilakukan untuk melihat dan meraba adanyamassa tumor

atau pembesaran kelenjar limfa yang dapat menekan esofagus.Daerah rongga mulut

perlu diteliti, apakah ada tanda-tanda peradangan orofaringdan tonsil selain adanya

massa tumor yang dapat mengganggu proses menelan.Selain itu diteliti adanya

kelumpuhan otot-otot lidah dan arkus faring yangdisebabkan gangguan di pusat

menelan dan saraf otak n.V, n.VII, n.IX, dan n.XII. Pembesaran jantung sebelah kiri,

elongasi aorta, tumor bronkus kiri, dan pembesaran kelenjar limfa mediastinum, juga

dapat menyebabkan keluhan disfagia.3

c. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan penunjang, foto polos esofagus dan yang memakai zatkontras, dapat

membantu menegakkan diagnosis kelainan esofagus. Pemeriksaanini tidak invasive.

Dengan pemeriksaan fluoroskopi, dapat dilihat kelenturandinding esofagus, adanya

gangguan peristaltik, penekanan lumen esofagus dariluar, isi lumen esofagus dan

kadang-kadang kelainan mukosa esofagus.Pemeriksaan kontras ganda dapat memerlihatkan

karsinoma stadium dini. Akhir-akhir ini pemeriksaan radiologik esofagus untuk

memperlihatkan gangguanmotilitas esofagus dibuat cine-film atau video tapenya.

Tomogram dan CT scandapat mengevaluasi bentuk esofagus dan jaringan di

13

Page 14: DISFAGIA

sekitarnya. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) dapat membantu melihat kelainan

di otak yang menyebabkandisfagia motorik.3

d. Esofagoskopi

Tujuan tindakan esofagoskopi adalah untuk melihat langsung isi lumenesofagus dan

keadaan mukosanya. Diperlukan alat esofagoskop yang kaku (rigid oesophagoscope)

atau yang lentur ( flexible bibreoptic oesophagoscope). Karena pemeriksaan ini

bersifat invasif, perlu dilakukan persiapan yang baik. Dapa tdilakukan dengan

analgesia (lokal atau umum). Untuk menghindari komplikasi yang mungkin timbul,

perlu diperhatikan indikasi dan kontraindikasi tindakan.Persiapan pasien, operator,

peralatan, dan ruang pemeriksaan perlu dilakukan.Risiko dari tindakan seperti

perdarahan dan perforasi pasca biopsi harus diperhatikan.3

e. Pemeriksaan manometrik

Pemeriksaan manometrik bertujuan untuk menilai fungsi motorik esofagus. Dengan

mengukur tekanan dalam lumen esofagus dan tekanan sfingter esofagus dapat dinilai

gerakan peristaltik secara kualitatif dan kuantitatif.3

f. Untuk pemeriksaan penunjang pada disfagia orofaring untuk mendiagnosa kelainan

disfagia fase oral atau disfagia fase faring yaitu videofluroskopi swallow assessment

( VFSS) adalah pemeriksaan yang sering dilakukan dalam mengevaluasi disfagia dan

aspirasi. Pemeriksaan ini mengambarkan struktur dan fisiologi menelan pada rongga

mulut, faring, laring dan esophagus bagian atas. Juga dapat dilakukan pemeriksaan

flexible endoscope evaluation of swallowing ( FEES ) adalah pemeriksaan evaluasi

fungsi menelan dengan menggunakan nasofaringoskop serat optik lentur.3

5. Penangana Disfagia

14

Page 15: DISFAGIA

BAB 3

KESIMPULAN

Keluhan sulit menelan (disfagia), merupakan salah satu gejala kelainan atau penyakit di

orofaring dan esophagus. Manifestasi klinik yang sering ditemukan ialah sensasi makanan yang

tersangkut di daerah leher atau dada ketika menelan. Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi

atas disfagia mekanik, disfagia motorik, disfagia oleh gangguan emosi. Keberhasilan mekanisme

menelan ini tergantung dari beberapa faktor yaitu ukuran bolus makanan, diameter

lumenesofagus yang dilalui bolus, kontraksi peristaltik esofagus, fungsi sfingter esofagus bagian

atas dan bagian bawah dan kerja otot-otot rongga mulut dan lidah.

Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem neuromuskular mulai dari

susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faringdan uvula, persarafan

ekstrinsik esofagus serta persarafan intrinsik otot-otot esofagus bekerja dengan baik. Proses

menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan dalam proses menelan

harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Integrasi fungsional yang sempurna

akan terjadi bila system neuromuscular mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan

sensorik dinding faring dan uvula, persarafan ekstrinsik esofagus serta persarafan intrinsik otot-

ototesofagus bekerja dengan baik. Proses menelan di mulut, faring, laring, dan esofagus secara

keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan. Proses menelan dapat dibagi dalam 3 fase:

fase oral, fase faringal, dan fase esofagal.

Untuk diagnosis, dari anamnesis, ditanya jenis makanan Pada disfagia mekanik mula-

mula kesulitan menelan hanya makanan padat. Sebaliknya pada disfagia motorik, keluhan sulit

menelan makanan padat dan cairan terjadi dalam waktu yang bersamaan; waktu; lokasi rasa

sumbatan; gejala penyerta lain.

Dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan daerah leher, rongga, kelumpuhan otot lidah dan

arkus nasofaring, pembesaran jantung sebelah kiri, elongasi aorta, tumor bronkus kiri, dan

pembesaran kelenjar limfa mediastinum.

Pada pemeriksaan radiologi, digunakan foto polos esofagus dengan zat kontras, untuk

kelainan esophagus, fluoroskopi, pemeriksaan kontras ganda, tomogram, CT scan, MRI.

Sedangkan tindakan invasif, dapat dilakukan esofagoskopi rigid atau lentur, serta pemeriksaan

motorik esophagus dengan manometrik. Untuk pemeriksaan penunjang pada disfagia orofaring

15

Page 16: DISFAGIA

untuk mendiagnosa kelainan disfagia fase oral atau disfagia fase faring yaitu videofluroskopi

swallow assessment ( VFSS) dan pemeriksaan flexible endoscope evaluation of swallowing

( FEES ).

16

Page 17: DISFAGIA

DAFTAR PUSTAKA

1. Braunwald, E; Fauci, AS; Kasper, DL; Hauser, SL; Longo, DL; Jameson, JL. 2002.

Dysphagia. Dalam Harrison’s Manual of Medicine 15th Edition India: McGraw-Hill

International. Hal 367-69.

2. Subagio, Anwar. Incidence of Dysphagia. In: The Assesment and Management of

Dysphagia. First ed. Jakarta: Medical Rehabilitation Department RSUPCM Faculty of

Medicine University of Indonesia. 2009, p.5-6.

3. Arsyad, Efiaty Soepardi dkk. Disfagia. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,

Restuti RD, ( Editor ). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala &

Leher. Edisi keenam. Cetakan Ke dua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.2008, hal : 276-280.

4. Tjoa Tjoson. Throat Anatomy. Dalam : artikel kedokteran. 2011. Hal : 1-2

5. Liston Stephan L. Faring : Anatomi Dan Fisiologi Rongga Mulut, Faring, Esopahgus, dan

leher. Dalam : Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.

Cetakan Ketiga. Jakarta: EGC; 1997. Hal 265, 268.

6. Goyal R, Sivarao D. Functional anatomy and physiology of swallowing and esophageal

motility. In: Catell OD, Richter JE, eds. The Esophagus, 3rd ed. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins, 1999:24–26.

7. Soepardi A Efianty. Penatalaksanaan disfagia secara komprehensif. Dalam : Majalah

Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2003 ; hal. 62-68

17