Disfagia

25
Disfagia (kesulitan Menelan) PENDAHULUAN Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas. Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis dan non neurologis. Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi fase oral, faringeal, atau esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang seksama adalah penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia. Pemeriksaan fisik di tempat tidur harus menyertakan pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring. Pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan. Beberapa pemeriksaan menelan juga telah diajukan, namun pemeriksaan menelan dengan videofluoroscopic diterima sebagai pemeriksaan standart untuk mendeteksi dan menilai kelainan menelan. Metode ini bukan saja mampu memperkirakan resiko aspirasi dan komplikasi respirasi namun juga membantu dalam menentukan strategi diet dan komplikasi. Pemeriksaan endoskopi serat optik mungkin diperlukan. Gangguan menelan oral dan faringeal biasanya mampu untuk rehabilitasi, termasuk modifikasi diet dan pelatihan tehnik dan manuver menelan. Pembedahan jarang diindikasikan untuk pasien dengan gangguan menelan. Pada pasien dengan gangguan yang parah, memintas rongga mulut dan faring didalam keseluruhannya dan memberikan nutrisi enteral mungkin diperlukan. Pilihan yang tersedia antara lain percutaneous endoscopic gastrostomy dan kateterisasi oroesophageal intermiten. EPIDEMIOLOGI Disfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan, dan dapat digolongkan sebagai neurologis dan non neurologis. meskipun

description

idk

Transcript of Disfagia

Page 1: Disfagia

Disfagia (kesulitan Menelan)PENDAHULUAN

Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia biasanya merujuk kepada gangguan dalam makan sebagai gangguan dari proses menelan. Disfagia dapat mejadi ancaman yang serius terhadap kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, dan sumbatan jalan napas. Beberapa penyebab telah di telah ditujukan terhadap disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis dan non neurologis.

Gangguan yang menyebabkan disfagia dapat mempengaruhi fase oral, faringeal, atau esofageal dari fase menelan. Anamnesa yang lengkap dan pemeriksaan fisik yang seksama adalah penting dalam diagnosis dan pengobatan dari disfagia. Pemeriksaan fisik di tempat tidur harus menyertakan pemeriksaan leher, mulut, orofaring, dan laring. Pemeriksaan neurologis juga harus dilakukan. Beberapa pemeriksaan menelan juga telah diajukan, namun pemeriksaan menelan dengan videofluoroscopic diterima sebagai pemeriksaan standart untuk mendeteksi dan menilai kelainan menelan. Metode ini bukan saja mampu memperkirakan resiko aspirasi dan komplikasi respirasi namun juga membantu dalam menentukan strategi diet dan komplikasi.

Pemeriksaan endoskopi serat optik mungkin diperlukan. Gangguan menelan oral dan faringeal biasanya mampu untuk rehabilitasi, termasuk modifikasi diet dan pelatihan tehnik dan manuver menelan. Pembedahan jarang diindikasikan untuk pasien dengan gangguan menelan. Pada pasien dengan gangguan yang parah, memintas rongga mulut dan faring didalam keseluruhannya dan memberikan nutrisi enteral mungkin diperlukan. Pilihan yang tersedia antara lain percutaneous endoscopic gastrostomy dan kateterisasi oroesophageal intermiten.

EPIDEMIOLOGI

Disfagia telah dilaporkan dalam beberapa jenis gangguan, dan dapat digolongkan sebagai neurologis dan non neurologis. meskipun disfagia mencakup banyak variabel, juga sangat berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

Gangguan menelan neurologis ditemui lebih sering pada unit rehabilitasi medis daripada spesialisasi kedokteran lainnya. Stroke adalah penyebab utama dari disfagia neurologis. Sekitar 51-73% pasien dengan stroke mengalami disfagia, yang merupakan faktor resiko bermakna

Page 2: Disfagia

berkembangnya pneumonia, hal ini dapat juga menunda pemulihan fungsional pasien.

Pneumonia terjadi pada sekitar 34% dari seluruh kematian terkait stroke dan merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada bulan pertama setelah mengalami stroke, meskipun tidak seluruh kasus pneumonia berkaitan dengan aspirasi makanan. Oleh karenanya, deteksi dini dan pengobatan disfagia pada pasien yang telah mengalami stroke adalah sangat penting.

FISIOLOGI MENELAN

Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara teratur dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses menelan dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral menuju kebawah. Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus tractus solitarius dan nucleus ambigus dengan formatio retikularis berhubungan dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator pusat.

Tiga Fase Menelan

Deglutition adalah tindakan menelan, dimana bolus makanan atau cairan dialirkan dari mulut menuju faring dan esofagus ke dalam lambung. Deglutition normal adalah suatu proses halus terkoordinasi yang melibatkan suatu rangkaian rumit kontraksi neuromuskuler valunter dan involunter dan dan dibagi menjadi bagian yang berbeda: (1) oral, (2) faringeal, dan (3) esophageal. Masing-masing fase memiliki fungsi yang spesifik, dan, jika tahapan ini terganggu oleh kondisi patologis, gejala spesifik dapat terjadi.

Fase Oral

Fase persiapan oral merujuk kepada pemrosesan bolus sehingga dimungkinkan untuk ditelan, dan fase propulsif oral berarti pendorongan makanan dari rongga mulut ke dalam orofaring. Prosesnya dimulai dengan kontraksi lidah dan otot-otot rangka mastikasi. Otot bekerja dengan cara yang berkoordinasi untuk mencampur bolus makanan dengan saliva dan dan mendorong bolus makanan dari rongga mulut di bagian anterior ke dalam orofaring, dimana reflek menelan involunter dimulai.

Cerebellum mengendalikan output untuk nuklei motoris nervus kranialis V (trigeminal), VII (facial), dan XII (hypoglossal).

Dengan menelan suatu cairan, keseluruhan urutannya akan selesai dalam 1 detik. Untuk menelan makanan padat, suatu penundaaan selama 5-10 detik mungkin terjadi ketika bolus berkumpul di orofaring.

Page 3: Disfagia

Fase Faringeal

Fase faringeal adalah sangat penting karena, tanpa mekanisme perlindungan faringeal yang utuh, aspirasi paling sering terjadi pada fase ini. Fase ini melibatkan rentetan yang cepat dari beberapa kejadian yang saling tumpang tindih. Palatum mole terangkat. Tulang hyoid dan laring bergerak keatas dan kedepan. Pita suara bergerak ke tengah, dan epiglottis melipat ke belakang untuk menutupi jalan napas. Lidah mendorong kebelakang dan kebawah menuju faring untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah.

Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan dan dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter akan menutup setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke posisi awal.

Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan kesemuanya adalah reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang terjadi sampai reflek menelan dipicu. Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan motoris dari nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X (vagus).

Fase Esophageal

Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik. Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini terjadi sampai bolus makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal bagian atas, sphincter bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot ekstrinsik.

Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun menelan volunter mungkin dimulai oleh korteks serebri.

Suatu interval selama 8-20 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam menodorong bolus ke dalam lambung.

PATOFISIOLOGI

Gangguan pada proses menelan dapat digolongkan tergantung dari fase menelan yang dipengaruhinya.

Fase Oral

Gagguan pada fase Oral mempengaruhi persiapan dalam mulut dan fase pendorongan oral biasanya disebabkan oleh gangguan pengendalian lidah. Pasien mungkin memiliki kesulitan dalam mengunyah makanan padat dan permulaan menelan. Ketika meminum cairan, psien mungki kesulitan

Page 4: Disfagia

dalam menampung cairan dalam rongga mulut sebelum menelan. Sebagai akibatnya, cairan tumpah terlalu cepat kadalam faring yang belum siap, seringkali menyebabkan aspirasi.

Logemann's Manual for the Videofluorographic Study of Swallowing mencantumkan tanda dan gejala gangguan menelan fase oral sebagai berikut:

·  Tidak mampu menampung makanan di bagian depan mulut karena tidak rapatnya pengatupan bibir.

· Tidak dapat mengumpulkan bolus atau residu di bagian dasar mulut karena berkurangnya pergerakan atau koordinasi lidah.

·  Tidak dapat menampung bolus karena berkurangnya pembentukan oleh lidah dan koordinasinya.

·  Tidak mampu mengatupkan gigi untukmengurangi pergerakan madibula.

·  Bahan makanan jatuh ke sulcus anterior atau terkumpul pada sulcus anterior karena berkurangnya tonus otot bibir.

· Posisi penampungan abnormal atau material jatuh ke dasar mulut karena dorongan lidah atau pengurangan pengendalian lidah.

· Penundaan onset oral untuk menelan oleh karena apraxia menelan atau berkurangnya sensibilitas mulut.

·  Pencarian gerakan atau ketidakmampuan unutk mengatur gerakan lidah karena apraxia untuk menelan.

·  Lidah bergerak kedepan untuk mulai menelan karena lidah kaku.

·  Sisa-sisa makanan pada lidah karena berkurangnya gerakan dan kekuatan lidah.

·  Gangguan kontraksi (peristalsis) lidah karena diskoordinasi lidah.

·  Kontak lidah-palatum yang tidaksempurna karena berkurangnya pengangkatan lidah.

·  Tidak mampu meremas material karena berkurangnya pergerakan lidah keatas.

·  Melekatnya makanan pada palatum durum karena berkurangnya elevasi dan kekuatan lidah

·  Bergulirnya lidah berulang pada Parkinson disease.

Page 5: Disfagia

erapi Terkini Pada Gangguan Menelan Paska Stroke

Stroke, penyakit ini sangat menghantui dan ditakuti. Betapa tidak, mereka yang dinyatakan kondisi fisiknya sehat

oleh dokter, secara mendadak dapat terserang stroke tanpa pandang bulu, baik pria maupun wanita, tua atau

muda. Serangan stroke dapat terjadi jika pembuluh darah yang membawa darah ke otak pecah atau tersumbat

atau karena terjadinya gangguan sirkulasi pembuluh darah yang menyediakan darah ke otak.

Serangan stroke dapat menyerang siapa saja terutama penderita penyakit-penyakit kronis. Akan tetapi, pada

umumnya stroke rentan terjadi pada penderita tekanan darah tinggi. Untuk itu penderita penyakit kronis haruslah

mewaspadai dan mengantisipasi terjadinya serangan stroke. Gejala stroke tidak selalu muncul pada kondisi

yang berat. Serangan stroke ringan dapat diatasi dan kondisi pasien dapat pulih kembali sepenuhnya, bahkan

dapat beraktivitas dan produktif seperti semula apabila serangan stroke ditangani dengan cepat dan tepat.

Sedangkan penanganan yang terlambat akan mengantarkan pada kondisi yang parah seperti kelumpuhan total,

atau bahkan mengantar penderita pada kematian.

Salah satu gangguan yang diakibatkan oleh stroke adalah gangguan menelan atau yang biasa disebut dengan

disfagia. Dr. Djamal Tahitoe, Sp.RM, dokter full time RS Telogorejo Semarang spesialis Rehabilitasi Medik,

menerangkan bahwa disfagia adalah gangguan menelan yang menyebabkan kesulitan dalam menelan dari

mulut ke kerongkongan yang mengarah ke perut. “Hal ini disebabkan karena kritik dan penyempitan

kerongkongan yang membuat sulit menelan. Ini menjadi masalah yang menyakitkan terutama jika penderita

mencoba untuk menelan daging atau produk makanan lainnya. Penderita dapat merasakan makanan yang

menempel di kerongkongan di tengah dada, yang bisa sangat tidak menyenangkan. Disfagia bisa begitu parah

sehingga menelan cairan bisa menjadi sulit,”terangnya.

Menurut dr. Djamal, berdasarkan penyebabnya disfagia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu disfagia mekanik yaitu

Page 6: Disfagia

sumbatan rongga esophagus oleh massa, peradangan, penyempitan, atau penekanan dari luar. Yang kedua

adalah disfagia motorik yaitu adanya kelainan pada sistem syaraf yang berperan dalam proses menalan dan

yang terakhir adalah disfagia karena gangguan emosi. 

Sedangkan tanda-tanda umum ataupun gejala untuk mengenali gangguan pada menelan misalnya saja

biasanya tidak mampu menampung makanan dibagian depan mulut ditandai dengan bibir tidak terkatup rapat. “

Gejala-gejala lainnya salah satunya adalah bahan makanan jatuh didasar mulut akibat pengendalian lidah

kurang. Makanan yang sudah diolah dimulut tidak dapat diletakkan pada sisi lidah belakang. Lidah menjulur

kedepan pada saat menelan dikarenakan lidah kaku dan penundaan onset menelan akibat sensibilitas mulut

berkurang,”terangnya.

Namun, kini para penderita gangguan menelan paska stroke dapat berharap untuk bisa menikmati kembali

makanan melalui tenggorokannya lagi. Saat ini RS Telogorejo telah memiliki alat Vital Stim yang merupakan

salah satu alat hasil inovasi teknologi terkini dalam pelayanan Speech Therapy (terapi wicara) yang sudah

berstandat FDA (Food and Drug Administration) yang menggunakan arus AC yaitu berupa gelombang berbentuk

rectangular symetrical biphasic dengan frekwensi 80 Hz.  

“ Alat terapi yang dikenal dengan Vital Stim ini menggunakan stimulasi elektrik yang akan membantu otot-otot

tenggorokan untuk bisa berkontraksi dan relaksasi secara normal lagi. Keberhasilan alat tersebut benar-benar

membantu penderita stroke yang tidak bisa menelan. Rasanya tidak sakit sama sekali, hanya seperti ada yang

menggelitik saja di tenggorokan,”terangnya.

Selain gangguan menelan paska stroke, tanda dan gejala yang juga memerlukan penggunaan alat Vital Spim

adalah kelemahan otot pharingeal akibat kemoterapi, sering tersedak saat makan atau minum, adanya rasa nyeri

saat menelan dan memiliki riwayat operasi daerah leher. Bagi anda penderita gangguan menelan yang ingin

melakukan terapi Vital Stim ada dapat datang ke Graha Rawat Jalan Lantai 4 Rehabilitasi Medik RS Telogorejo,

Jalan KH. Achmad Dahlan Semarang, telp. (024) 8448448 ext. 6421 / 6426.

Dengan motto “Special Care for Special People” tentunya Rehabilitasi Medik RS Telogorejo dapat memberikan

pelayanan yang berbeda bagi setiap pasien meskipun memiliki keluhan yang sama. Untuk informasi lebih lanjut

Anda dapat menghubungi Hotline Service 24 Jam RS Telogorejo 081 6666 340. (Dela)

GANGGUAN MENELAN” (Disphalgia) Apakah Gangguan Menelan Itu ?Gangguan menelan adalah gejala terjadinya gangguan/kegagalan untuk mentransfer makanan dari rongga mulut ke arah lambung. Gejalanya bisa ringan sehingga tidak begitu disadari oleh penderita, sampai gejala berat, sehingga makanan sama sekali tidak dapat masuk ke lambung.Oleh karena itu gangguan tersebut diatas, “intake” makanan akan berkurang sehinbgga penderita makin kurus. Tidak jarang gangguan menelan dapat menimbulkan gejala tersedak, karena makanan masuk ke dalam jalan nafas (aspirasi paru). Lebih lanjut akan menimbulkan infeksi paru (pneumonia aspirasi) yang dapat berakibat fatal. Gangguan menelan dapat terjadi pada anak-anak, orang dewasa atau usia lanjut.Apa Penyebab Gangguan Menelan ?Penyebab gangguan menelan dapat bermacam-macam, yaitu adanya gangguan pada susunan syaraf pusat (stroke, tumor otak, dll).Gangguan sistem neuromuskuler yang berperan dalam proses menelan (akibat kencing manis, penyakit syaraf, dll), adanya gangguan sumbatan mekanik di rongga mulut, faring, laryng dan esophagus (pada anak amandel yang besar, radang atau tumor pada lidah, tenggorokan atau jalan makanan).Bagaimana Pengobatannya ?Penderita gangguan menelan ini sering melibatkan beberapa disiplin ahli, yaitu : ahli THT, Saraf, Gizi, dan Gigi Mulut.Saat ini RS Khusus THT-Bedah Proklamasi sudah mengembangkan “Klinik Gangguan Menelan” dengan metode mutakhir terpadu.Diagnosis ditegakkan dengan menggunakan alat modern endoscopic fiber optic nasofaringoscope, melakukan pemeriksaan FEES.

Page 7: Disfagia

FEES (Flexible Endoscopy Evaluation of Swallowing). Pemeriksaan FEES adalah prosedir pemeriksaan yang bertujuan menilai proses gangguan menelan, dilanjutkan dengan tindakan atau maneuver (mengatur posisi), terapi untuk mengatur pola makan berdasarkan hasil pemeriksaan awal.Pemeriksaan FEES ini dilakukan dengan makan makanan berbagai konsistensi.Didampingi oleh dokter Rehabilitasi Medik dan ahli Gizi sehingga dapat dilakukan pengobatan dan dilatih maneuver (posisi) yang diperlukan supaya penderita menelan dengan aman, sehingga resiko aspirasi ke paru dapat dihindari.Siapa yang perlu dilakukan FEES ?1. Penderita stroke, atau pasca stroke dan kelainan saraf lain yang menimbulkan gangguan menelan.2. Penderita usia lanjut dengan gangguan menelan.3. Penderita kanker kepala leher sesudah menjalani operasi, radiasi atau kemoterapi dengan gangguan menelan.4. Penderita tumor di daerah kepala leher sehingga terjadi gangguan menelan.5. Penderita yang sering mengalami tersedak makanan sehingga mengalami radang paru (Pneumonia Aspiration)Penyebab Gangguan Menelan

Penyebab Gangguan Menelan

PERNAHKAH Anda merasakan tiba-tiba sulit menelan? Gangguan sulit menelan ini dalam istilah medis disebut disfagia. Terkadang orang sulit mengingat apa penyebabnya. American Academy of Family Physicians lewat Healthday News menguraikan beberapa penyebab yang mungkin menimbulkan disfagia. 

• Sering menelan makanan terlalu cepat, atau akibat sering makan dengan porsi suap yang terlalu besar.• Kurang minum air saat makan.• Sering makan sembari berbaring.• Mengalami gangguan atau cidera yang memengaruhi otot atau syaraf, seperti pernah mengalami stroke atau penyakit Parkinson.• Bisa jadi ada kerusakan pada esofagus alias kerongkongan, seperti jaringan yang terluka akibat asam dari lambung.• Mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan tekanan pada kerongkongan, seperti pembengkakan hati dan tiroid.

Disfagia adalah gangguan Menelan yang menyebabkan Kesulitan dalam menelan dari mulut ke

kerongkongan yang mengarah ke perut. Hal ini disebabkan karena striktur dan penyempitan pada

kerongkongan yang membuat sulit menelan. Ini menjadi masalah yang menyakitkan terutama jika

Anda mencoba untuk menelan daging atau produk makanan lainnya. Anda dapat merasakan

makanan yang menempel di kerongkongan di tengah dada, yang bisa sangat tidak menyenangkan.

Disfagia bisa mendapatkan begitu parah sehingga menelan cairan dapat menjadi repot. Makan

menjadi tugas dengan kondisi ini.

Tanda-tanda umum dan gejala Disfagia yang

- Kesulitan dalam menelan makanan

- Serangan batuk selama atau setelah makan

- Berulang serangan pneumonia

Page 8: Disfagia

- Kehilangan Berat badan tanpa alasan apapun

- Perubahan kualitas suara setelah makan

Disfagia bisa menghilangkan tubuh makanan yang tepat pada akhirnya mengarah pada penurunan

berat badan dan kelemahan. Sulit bagi pasien disfagia untuk menghapus makanan, terjebak di

tenggorokan, oleh batuk atau kliring tenggorokan. Oleh karena itu makanan memasuki paru-paru

yang dapat menyebabkan infeksi serius yang berakibat pada pneumonia. Menelan masalah juga

dapat disebabkan oleh pertumbuhan dari saku luar esofagus, terbentuk ketika dinding esofagus

lemah. Saat Anda sedang tidur atau berbaring makanan yang terjebak dalam saku masuk kedalam

faring. Dalam kondisi kerongkongan terlalu sempit, sehingga makanan yang terjebak mencegah

bahan makanan lainnya dari memasuki perut.

Disfagia dapat disebabkan karena otot dan saraf yang rusak digunakan untuk menelan. Orang yang

menderita penyakit Parkinson mungkin memiliki masalah saat menelan. Cedera stroke atau kepala

juga dapat mempengaruhi otot yang dapat menghambat gerakan mulut dan tenggorokan. Infeksi atau

iritasi yang bisa mempersempit kerongkongan. Beberapa orang memiliki masalah menelan yang

benar makanan dari lahir untuk misalnya lubang di atap mulut yang mengarah pada ketidakmampuan

untuk mengisap.

Home remedies untuk Disfagia

Licorice (Glycyrrhiza glabra) membantu dalam mengurangi kejang dan pembengkakan. Ini

mengurangi rasa sakit yang mempengaruhi saluran pencernaan. Hindari mengambil itu untuk waktu

yang lebih lama jika menderita tekanan darah. Dosis dari 380 untuk 1.140 mg per hari dianjurkan.

Slippery elm (Ulmus fulva) melindungi jaringan kesal dan mempromosikan penyembuhan. Dosis dari

60 sampai 320 mg per hari dianjurkan. Campurkan 1 sdt. bubuk slippery elm dengan air dan

memilikinya tiga sampai empat kali sehari.

Anda juga dapat menggunakan herbal Valerian (Valeriana officinalis), ubi Liar (Dioscorea villosa), St

John wort (Hypericum perforatum), topi kepala (Scutellaria lateriflora) dan bunga Linden (Tilia

cordata) dalam bentuk larutan atau teh. Untuk teh, gunakan 1 sdt masing-masing herbal untuk 1

cangkir air akan direndam selama 10 menit. Minum tiga kali sehari. Dalam bentuk tingtur

menggunakan bagian yang sama dari ramuan ini 30 sampai 60 tetes tiga kali sehari.

Peringatan: pembaca artikel ini harus melaksanakan semua tindakan pencegahan tetap mengikuti

petunjuk pada pengobatan rumah dari artikel ini. Hindari menggunakan produk ini jika Anda alergi

untuk itu. Tanggung jawab terletak dengan pembaca dan bukan dengan situs atau penulis.

Kelenjar tiroid, yang terletak di leher bagian depan, menghasilkan kumpulan hormon penting yang disebut hormon tiroid.

Saat mengalami masalah, kelenjar tiroid bisa membesar dan menyebabkan kesulitan menelan.

Ada beberapa penyakit yang menyerang tiroid, yang utama adalah hipertiroidisme, hipotiroidisme, Penyakit Graves, Penyakit Hashimoto, peradangan, atau kanker tiroid.

1. Hipertiroidisme (Hyperthyroidism)

Ketika seseorang mengalami hipertiroidisme, kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon. Gejala hipertiroidisme bisa memicu masalah kecemasan.

Page 9: Disfagia

Gejala-gejala kecemasan ini meliputi kegugupan, keringat berlebih, tangan gemetar, dan denyut jantung tidak teratur.

Penderita pria mungkin mengalami disfungsi ereksi, sedangkan wanita berpontesi mengalami gangguan siklus menstruasi.

Gejala umum lainnya termasuk penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan dan diare. Hipertiroidisme paling sering mempengaruhi wanita berusia antara 20 hingga 40 tahun.

2. Hipotiroidisme (Hypothyroidism)

Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormon tiroid yang cukup.

Sebagian besar gejala hipotiroidisme merupakan kebalikan dari gejala hipertiroidisme, meskipun tidak selalu demikian.

Misalnya, seseorang dengan hipotiroidisme menemukan detak jantungnya melambat, alih-alih meningkat.

Pasien mungkin juga merasa sangat lesu, kedinginan, mengalami peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan sembelit.

Pasien pria mungkin mengalami disfungsi ereksi, dan wanita mengalami gangguan pada siklus menstruasi.

3. Penyakit Graves

Penyakit Graves terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid. Penyakit Graves lebih sering terjadi pada wanita antara usia 20 hingga 40 tahun.

Beberapa gejala penyakit Graves mirip dengan hipertiroidisme seperti kecemasan dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.

Penyakit Graves sering disebut pula sebagai gondok karena kelenjar tiroid membesar dan berpotensi menimbulkan kesulitan bernapas.

Gejala lain penyakit Graves meliputi mata bengkak atau gatal, keringat berlebihan, sensitivitas panas, dan kelemahan otot.

4. Penyakit Hashimoto

Hashimoto merupakan penyakit dimana sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid, seperti penyakit Graves.

Perbedaannya, pada penyakit Hashimoto produksi hormon tiroid menjadi turun, bukan meningkat.

Beberapa gejala penyakit Hashimoto meliputi intoleransi terhadap cuaca dingin, gondok, kesulitan menelan, penambahan berat badan, dan kelelahan.

Tanda-tanda lain akan termasuk sembelit, rambut beruban, ketidakteraturan menstruasi pada wanita, dan kesulitan berkonsentrasi.

Page 10: Disfagia

5. Penyakit Tiroid Lain

Sekitar 5 persen wanita mengalami bengkak kelenjar tiroid selama beberapa bulan setelah melahirkan.

Kebanyakan wanita pada awalnya mengalami gejala seperti hipertiroidisme, dan kemudian berubah mengalami gejala mirip hipotiroidisme.

Penyakit tiroid lain adalah kanker tiroid. Karena gejala kanker tiroid umumnya hanya berupa pembengkakan tiroid yang tidak spesifik, penting memeriksakan kelenjar tiroid secara teratur untuk mendeteksi adanya gangguan atau ketidaknormalan.[]

MENELAN (DEGLUTASI) DAN GANGGUAN MENELAN

Diposkan oleh Taufik Abidinoleh: Lalu W.J. Hardi 

PENDAHULUAN

Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses

memasukkan makanan kedalam tubuh melaluimulut “the process of taking food into the

body through the mouth”.

Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap

organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam

proses menelan ini diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf

servikal dan lebih dari 30 pasang otot menelan.

Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke

dalam lambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu

terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

NEUROFISIOLOGI MENELAN

Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut : (1) pembentukan bolus

makanan dengan bentuk dan konsistensi yang baik, (2) usaha sfingter mencegah

terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan, (3) kerja sama yang baik dari otot-otot di

rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung, (4) mencegah masuknya

bolus makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring, (5) mempercepat masuknya

bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi, (6) usaha untuk membersihkan kembali

esofagus. Proses menelan dapat dibagi dalam tiga fase yaitu :

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase

esophageal.

1. FASE ORAL

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan

oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan

membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini

berlangsung secara disadari.

Page 11: Disfagia

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula n. V.2 (maksilaris) n.V : m. Temporalis, m. maseter, m. pterigoid

Bibir n. V.2 (maksilaris) n.VII : m.orbikularis oris, m. zigomatikum,

m.levator labius oris, m.depresor labius oris,

m. levator anguli oris, m. depressor anguli oris

Mulut & pipi n.V.2 (maksilaris) n.VII: m. mentalis, m. risorius, m.businator

Lidah n.V.3 (lingualis) n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi,

setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah

berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian

anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring

sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m.

palato faringeus (n. IX, n.X dan n.XII).

Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Bibir n. V.2 (mandibularis), n.V.3

(lingualis)

n. VII : m.orbikularis oris, m.levator

labius oris, m. depressor labius,

m.mentalis

Mulut & pipi n. V.2 (mandibularis) n.VII: m.zigomatikus,levator anguli

oris, m.depressor anguli oris,

m.risorius. m.businator

Lidah n.V.3 (lingualis) n.IX,X,XI : m.palatoglosus

Uvula n.V.2 (mandibularis) n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3

sebagai serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut

efferen (motorik). 

2. FASE FARINGEAL

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus

palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)

berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik

keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis

(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

Page 12: Disfagia

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi

m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring

inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI)

menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring

(n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan

dorongan otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah

dan masuk ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu

detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah n.V.3 n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

Palatum n.V.2, n.V.3 n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

Hyoid n.Laringeus superior

cab internus (n.X)

n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

Nasofaring n.X n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

Faring n.X n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor

faring sup, m.konstriktor ffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

Laring n.rekuren (n.X) n.IX :m.stilofaring

Esofagus n.X n.X : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai

serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,

meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter

esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu

pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta

pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai

dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

Page 13: Disfagia

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga

lidah 2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi

dari m.konstriktor faring.

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat

terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus

terisap ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas

dibentuk oleh m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot

longitudinal esofagus bagian superior.

gambar fase oral dan faringeal 

3. FASE ESOFAGEAL

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan

turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi

akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.

Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yang

merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus

yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan

gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak

peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik.Esophagal transit time bertambah pada lansia

akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang

peristaltik primer.

PERANAN SISTEM SARAF DALAM PROSES MENELAN

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring

langsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)

pada trunkus solitarius di bagian dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik

Page 14: Disfagia

proses menelan) dan nukleus ambigius yang berfungsi mengatur distribusi impuls

motorik ke motor neuron otot yang berhubungan dgn proses menelan.

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah.

GANGGUAN DEGLUTASI/MENELAN

Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan,

yang merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun

anak-anak.

Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih

2000 kali, sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas

hidup seseorang.

Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga

mulut sampai ke lambung. Kegagalan dapat terjadi pada kelainan neuromuskular, sumbatan

mekanik sepanjang saluran mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan

emosi. Disfagia dapat disertai dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.

Berdasarkan definisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia

dibagi berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau

berdasarkan mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan

atau tidak dapat menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air,

atau kelainannya hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.

EVALUASI KLINIK DISFAGIA.

Perlu diingat bahwa masalah disfagia dapat timbul karena :

A. Berdasarkan proses mekanisme deglutasinya dapat dibagi :

1. Sumbatan mekanik/Disfagia mekanik baik intraluminal atau ekstraluminal

(penekanan dari luar lumen esofagus).

2. Kelainan Neurologi/Disfagia neurogenik/disfagia motorik mulai dari kelainan

korteks serebri, pusat menelan di batang otak sampai neurosensori-muskular.

3. Kelainan emosi berat/ Disfagia psikogenik.

B. Berdasarkan proses mekanisme deglutasi diatas dibagi lagi menjadi :

1. Transfer dysphagia bila kelainannya akibat kelainan neuromotor di fase oral dan

faringeal.

2. Transit dysphagia bila disfagia disebabkan gangguan peristaltik baik

primer/sekunder dan kurangnya relaksasi sfingter esofagus bagian bawah.

3. Obstructive dysphagia bila disebabkan penyempitan atau stenosis di faring dan

esofagus.

C. Berdasarkan letak organ anatomi dapat dibagi menjadi :

1. Disfagia gangguan fase oral

2. Disfagia gangguan fase faringeal

3. Disfagia gangguan fase esofageal

Page 15: Disfagia

D. Berdasarkan penyebab/etiologi dapat dibagi menjadi :

1. Kelainan kongenital (K)

2. Inflamasi/radang (R)

3. Trauma (T)

4. Benda asing (B)

5. Neoplasma (N)

6. Psikis (P)

7. Kelainan endokrin (E)

8. Kelainan kardio vaskuler (KV)

9. Kelainan neurologi/saraf (S)

10. Penyakit degeneratif (D)

11. Iatrogenik seperti akibat operasi, kemoterapi dan radiasi (I)

ANAMNESIS PENTING.

1. Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus).

2. Lama dan progresifitas keluhan disfagia.

3. Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat, cair, stress

psikis dan fisik).

4. keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas, batuk,

perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.

5. Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun, kardiovaskuler dll.

6. Penggunaan obat-obat yang mengganggu proses menelan (anastesi,

muskulorelaksan pusat).

7. Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan.

8. Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK PENTING

1. Keadaan umum pasien.

2. Pemeriksaan rongga mulut, evaluasi gerakan dan kekuatan otot mulut dan otot

lidah.

3. Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum mole, sensibilitas orofaring dgn

sentuhan spatel lidah, cari refleks muntah, refleks menelan, dan evaluasi suara

(keterlibatan laring)

4. Pemeriksaan faring-laring : gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, uvula,

epiglotis, pita suara, plika ventrikularis dan sinus piriformis.

5. Pemeriksaan neurologi fungsi motorik dan sensorik saraf kranial.

6. Periksa posisi dan kelenturan leher/tulang servikal, evaluasi massa leher,

pembesaran KGB leher dan trauma.

 

Page 16: Disfagia

PEMERIKSAAN PENUNJANG PENTING

Pemeriksaan spesifik utk menilai adanya kelainan anatomi atau sumbatan mekanik :

Penunjang Kegunaan

Barium Swallow(Esofagogram) Menilai anatomi dan fungsi otot faring/esofagus,

deteksi sumbatan o/k tumor, striktur, web, akalasia,

divertikulum

CT Scan Kelainan anatomi di kepala, leher dan dada

MRI Deteksi tumor, kalainan vaskuler/stroke, degeneratif

proses diotak

Laringoskopi direk Menilai keadaan dan pergerakan otot laring

Esofagoskopi Menilai lumen esofagus, biopsi

Endoskopi ultrasound Menilai lesi submukosa

 

Pemeriksaan penunjang untuk menilai fungsi menelan :

Penunjang Kegunaan

1. Modified barium swallow Menilai keadaan kedua sfingter esofagus,

menganalisa transfer dysphagia

2. Leksible fiber optic faringoskop Menilai pergerakan faring dan laring

3. Video floroscopy recording Menilai pergerakan faring dan laring

4. Scintigraphy Menilai gangguan orofaring, esofagus, pengosongan

lambung dan GERD (Gastroesophageal refluks

disease)

5. EMG Menilai defisiensi fungsi saraf kranial

6. Manometri Menilai gangguan motilitas peristaltik

7. pHmetri 24 jam Pemeriksaan fefluks esofagitis

 

No Penyakit

Disfagia

EtiologiMekanik Neurogenik Psikogenik

O F E O F E O F E

1 Atresia v/s K

2 Fistula

trakeoesofagusv/s K

3 Stenosis/web v/s K

Page 17: Disfagia

4 Divertikulum zenker v K

5 Korpal v v v B

6 Disfagia lusoria v/t K

7 Akalasia v/a u/k

8 Spasme difus

esophagusv/s P

9 Striktur v T/R

10 Esofagitis v R

11 Karsinoma/tumor v v v v v v N

12 Globus histerikus v/s P

13 Serebral palsy v v S

14 GERD v P

DIET MODIFIKASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN MENELAN

Teknik modifikasi diet pada pasien dengan gangguan menelan meliputi merubah

bentuk dan suhu makanan berdasarkan pada hasil evaluasi makanan yang

ditelan. Liquid dapat dikentalkan dengan produk komersial atau makanan lain. Penggunaan

makanan lain seperti cereal bayi, tak berasa gelatin, atau tapioca bisa dirubah secara

konsisten dengan pasien dysphagia yang diperlukan pasien sesuai kebutuhan untuk

memenuhi nutrisi dan hidrasi mereka. Bila prinsip dasar penatalaksanaan gagal untuk

menghasilkan kemajuan dalam dua sampai tiga minggu atau jika pasien mengalami

kemunduran setelah pengembangan dibuat, pertimbangan harus diberikan untuk

mengevaluasi kembali dan menyerahkan selanjutnya untuk intervensi medik.

DAFTAR PUSTAKA

Alper MC, Myers EN, Eibling DE. 2001. Dysphagia. Decision making in ENT

Disorders.;52:136-37

Bailey, J Byron. 1998. Esophageal disorders. Head and neck surgery-

Otolaringology.Vol.1.2.;56:781-801

Punagi, Abdul Qadar. 2006. Evaluasi Menelan Dengan Menggunakan Endoskop

Fleksibel ( FEES ) dalam J Med Nus Vol. 27. Makassar : Bagian THT-KL

FKUH, RS. BLU. Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Paik, NJ. Dysphagia. Available at http://www.emedicine.com. Accessed on February

15th 2006.

Page 18: Disfagia

Soepardi, A Efianty. 2002. Penatalaksanaan disfagia secara komprehensif. Acara

ilmiah penglepasan purna: tugas Prof Dr. Bambang.

Thaller SR, Granick MS, Myers EN. 1993. Disfagia. Diagram diagnostik penyakit

THT.EGC;13:105-11

Akalasia : Sulit menelan???Akalasia (Kardiospasme, Esophageal aperistaltis, Megaesofagus) adalah suatu kelainan

yang berhubungan dengan saraf, yang tidak diketahui penyebabnya.

Kelainan ini bisa mengenai dua proses, yaitu kontraksi dari gelombang yang berirama,

yang mendorong makanan ke bawah (gerakan peristaltik) dan pembukaan katup

kerongkongan bagian bawah.

Akalasia bisa terjadi pada umur berapapun, tetapi biasanya dimulai pada usia antara 20-

40 tahun dan kemudian berkembang secara bertahap selama beberapa bulan atau

beberapa tahun.

PENYEBAB

Akalasia mungkin disebabkan oleh kegagalan fungsi (malfungsi) dari saraf-saraf yang

mengelilingi kerongkongan dan mempersarafi otot-ototnya.

GEJALA

Gejala utamanya adalah kesulitan dalam menelan makanan, baik makanan cair maupun

padat.

Penyempitan katup kerongkongan bawah menyebabkan kerongkongan diatasnya

melebar.

Gejala lainnya bisa berupa nyeri dada, pemuntahan kembali (regurgitasi) isi

kerongkongan yang melebar dan batuk pada malam hari.

Nyeri dada dapat terjadi pada saat menelan atau tanpa alasan tertentu.

Page 19: Disfagia

Sekitar 1/3 penderita memuntahkan kembali makanan yang belum dicerna ketika tidur.

Pada saat ini makanan bisa terhirup ke dalam paru-paru, dan dapat menyebabkan abses

paru, bronkiektasis (pelebaran dan infeksi saluran nafas) atau pneumonia aspirasi.

Akalasia juga merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker kerongkongan, walaupun

mungkin hanya kurang dari 5% dari kasus.

DIAGNOSA

Pemeriksaan rontgen kerongkongan yang diambil ketika penderita menelan barium akan

menunjukan hilangnya gerakan peristaltik.

Kerongkongan melebar, seringkali terdapat dalam ukuran yang tidak normal, tetapi

bagian bawahnya menyermpit.

Pengukuran tekanan di dalam kerongkongan (manometri), menunjukan berkurangnya

kontraksi, meningkatnya tekanan menutup dari katup bagian bawah dan pembukaan

katup yang tidak lengkap pada saat penderita menelan.

Esofagoskopi menunjukkan pelebaran kerongkongan tanpa penyumbatan.

Dengan menggunakan esofagoskopi bisa diambil contoh jaringan untuk biopsi, untuk

meyakinkan bahwa gejalanya tidak disebabkan oleh kanker pada ujung bawah

kerongkongan.

Penyebab akalasia sering tidak berbahaya dan tidak menyebabkan sakit berat.

Bila isi lambung terhirup ke dalam paru-paru, maka ramalan penyakitnya (prognosis)

buruk, karena menyebabkan komplikasi paru-paru yang sulit diobati.

PENGOBATAN

Tujuan pengobatan adalah untuk mempermudah pembukaan katup kerongkongan

bagian bawah.

Pendekatan pertama adalah melebarkan katup secara mekanik, contohnya dengan

menggelembungkan sebuah balon di dalam kerongkongan. 40% hasil dari prosedur ini

memuaskan, tetapi mungkin perlu dilakukan secara berulang.

Page 20: Disfagia

Dengan pemberian nitrat (contohnya nitroglycerin) yang ditempatkan di bawah lidah

sebelum makan atau penghambat saluran kalsium (contohnya nifedipine), maka

tindakan untuk melebarkan kerongkongan dapat ditangguhkan.

Pada kurang dari 1% kasus, kerongkongan dapat pecah selama prosedur pelebaran,

menyebabkan peradangan pada jaringan di sekitarnya (mediastinitis).

Perlu dilakukan tindakan pembedahan segera untuk menutup dinding kerongkongan

yang pecah.

Pilihan pengobatan lainnya adalah dengan menyuntikkan racun botulinum pada katup

kerongkongan bagian bawah.

Pengobatan ini sama efektifnya dengan dilatasi (pelebaran) mekanik tetapi efek jangka

panjangnya belum diketahui.

Jika pelebaran atau terapi racun botulinum tidak berhasil, biasanya perlu dilakukan

pembedahan untuk memotong serat otot pada katup kerongkongan bagian bawah. 85%

kasus bisa diatasi dengan pembedahan, tetapi 15% diantaranya mengalami refluks asam

setelah pembedahan.(medicastore)Disfagia (kesulitan menelan) Karena Kelainan Tenggorokan DefinisiDisfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di tenggorokan. 

Masalah ini paling sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan pada otot volunter (otot kerangka) atau persarafannya, yaitu penderita : - dermatomiositis - miastenia gravis - distrofi otot - polio - kelumpuhan pseudobulbar - kelainan otak dan sumsum tulang belakang seperti penyakit Parkinson dan sklerosis lateral amiotropik (penyakit Lou Gehrig) - orang yang meminum fenotiazin (obat antipsikosa) juga bisa memiliki kesulitan menelan karena obatnya mempengaruhi otot tenggorokan. 

Bila salah satu dari kelainan tersebut menyebabkan kesulitan menelan, penderita sering memuntahkan kembali makanannya melalui hidung atau menghirupnya ke dalam trakea (pipa udara) dan akan terbatuk. 

Pada inkoordinasi krikofaringeal, katup kerongkongan sebelah atas (otot krikofaringeal) tetap menutup atau membuka dengan cara yang tidak terkoordinasi. Katup yang berfungsi abnormal ini memungkinkan makanan berulang-ulang masuk ke trakea dan paru-paru, yang menyebabkan penyakit paru-paru menahun. Ahli bedah dapat mengoreksi keadaan ini dengan memotong katup sehingga selalu dalam keadaan relaksasi. Bila tidak diobati, keadaan ini bisa menyebabkan terbentuknya divertikulum, suatu kantung yang terbentuk jika lapisan kerongkongan terdorong keluar dan ke belakang melakui otot krikofaringeal. 

Page 21: Disfagia

Proses menelan dilakukan oleh kumpulan nervus kranialis yang saling bekerja sama. Gangguan menelan dapat terjadi karena kerusakan dari tingkat korteks sampai daerah nukleus di bulber, atau di bulbernya sendiri, atau bisa terjadi juga di saraf tepi, dan di sambungan saraf ototnya. Mekanisme menelan penting untuk dimengerti sebagai landasan diagnosa dari kelainan disfagia. Gangguan menelan ringan biasanya disebabkan oleh paresis nervus fasialis atau oleh nervus hipoglossus sedangkan gangguan menelan yang berat biasanya terjadi karena kerusakan nervus glossopharingeus dan vagus. Gangguan menelan dapat terjadi pada berbagai tingkatan lesi. Penyakit neurologik yang sering menyebabkan gangguan menelan adalah penyakit stroke. Stroke dapat menyebabkan gangguan menelan pada tingkat lesi dari jars korteks, nervus kranialis (Jaras kortikobulber) dan kerusakan ditingkat nukleus di batang otak. Tipe stroke yang sering menyebabkan gangguan menelan adalah stroke sistem vertebrobasila karena di daerah ini terdapat jaras-jaras yang mengurus proses menelan.