DIREKTUR TRANSPORTASI, BAPPENAS JAKARTA, 17...
Transcript of DIREKTUR TRANSPORTASI, BAPPENAS JAKARTA, 17...
DIREKTUR TRANSPORTASI, BAPPENAS
JAKARTA, 17 SEPTEMBER 2014
a. Rasio elektrifikasi mencapai 100% (81,4% pada tahun 2014)
b. Akses air minum layak mencapai 100% (68.5% pada tahun 2014)
c. Sanitasi layak mencapai 100% (60.5% pada tahun 2014)
d. Akses perumahan layak mencapai 100%
Kerangka Pikir Kebijakan Pembangunan
Bidang Infrastruktur RPJMN 2015-2019
SASARAN RPJMN 2015-2019 ISU STRATEGIS
PENINGKATAN KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR PELAYANAN DASAR
PENINGKATAN KETAHANAN AIR, PANGAN DAN ENERGI
PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
Slide - 2
Gambaran Umum
saat ini 1. Kondisi jalan khusunya jalan
daerah kurang memadai
2. Pembangunan Kereta api masih
terbatas.
3. Kurang berimbangnya komposisi
moda dalam bidang transportasi
4. Kinerja yang kurang kompetitif
dari sektor Pelabuhan
5. Jaringan Transportasi Udara yang
melebihi kapasitas
6. Rendahnya Rasio Elektriikasi –
Krisis Energi
7. Kurangnya infrastruktur sumber
daya air – Krisis Pangan dan
Managemen Bencana
8. Kapasitas cadangan air masih
terbatas– Krisis Air
KERANGKA PELAKSANAAN
Kerangka Pendanaan: APBN dan Non-APBN
Kerangka Regulasi
Kerangka Kelembagaan
KEBIJAKAN & STRATEGI
• Peningkatan bauran energi (diversifikasi energi), konservasi energi dan iklim investasi infrastruktur energi dan ketenagalistrikan
• Peningkatan peran pemerintah daerah dalam penyediaan rumah baru layak huni dan meningkatkan kualitas hunian MBR
• Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi di tingkat nasional, kabupaten/kota, dan masyarakat
• Optimalisasi neraca air domestik
• Peningkatan layanan jaringan irigasi/rawa • Peningkatan cakupan pemenuhan dan kualitas
layanan air baku • Pengendalian daya rusak air • Peningkatan kapasitas kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air
• Pembangunan Transportasi Multimoda dan transportasi yang mendukung Sislognas.
• Membangun transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan.
• Membangun transportasi yang terintegrasi dengan investasi untuk mendukung Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan.
• Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband infrastruktur broadband di daerah perbatasan negara.
• Mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip keamanan, interoperabilitas dan cost effective.
• Mengembangkan Transportasi Massal Perkotaan
e. Kondisi mantap jalan mencapai 100%
(94 % pada tahun 2014) f. Biaya logistik menurun
menjadi 20% terhadap PDB (27% pada tahun 2014)
g. Pangsa Pasar Angkutan Umum menjadi 32%
(23% pada tahun 2014) h. Fixed broadband populasi
30% (kota) dan 6% (desa) dan mobile broadband 100% populasi
i
i. Areal irigasi yang dilayani waduk menjadi 20%
(11% pada tahun 2014)i. j. Kapasitasi air baku menjadi
109,5 m3/detik
PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI MASSAL
PERKOTAAN
PENINGKATAN EFEKTIVITAS, SERTA EFISIENSI PEMBIAYAAN
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Arahan RPJPN
(untuk RPJMN III
Pemenuhan Infrastruktur
dasar:
• Rasio Elektrifikasi 100%
• Akses Air kepada sumber
air bersih 100 %
• Permukiman kumuh 0%
Dimulainya pemanfaatan
tenaga nuklir dan pembangkit
listrik
PENDAHULUAN
3
• Mencapai pendapatan per kapita setara dengan negara middle income pada tahun 2025
• Tingkat pengangguran di bawah 5% • Jumlah rakyat miskin di bawah 5% penduduk • Meningkatkan Human Development Index (HDI) serta Gender
Development Index (GDI) negara
2010 PDB: USD 700 Miliar
Pendapatan/kapita
USD 3,000
2025 PDB: USD 4.0 – 4.5
Triilliun
Pendapatan/kapita
USD 14,250 – 15,500
2045 PDB: USD 15.0 –
17.5 Trilliun
Pendapatan/Kapita
USD 44,500 – 49,000
Sasaran
RPJPN
PDB Per Kapita – Negara
Pembanding Sumber: IMF Data, 2012; in US Dollars
Malaysia USD 16,794
Thailand USD 9.503
Philippines USD 4,410
Vietnam USD 3,788
China USD 9.300
Untuk mencapai status
negara Middle Income
Indonesia pada 2025
memerlukan
pendapatan per kapita
sebesar USD 14,000
• Beberapa arahan dalam bidang infrastruktur yang perlu diperhatikan
adalah:
• Pemenuhan kebutuhan layanan dasar:
• Pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien pencapaian rasio elektrifikasi rumah
tangga dan elektrifikasi perdesaan sebesar 100%.
• Terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat 100% akses kepada sumber-sumber air bersih
• Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung,
didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien,
dan akuntabel kota tanpa permukiman kumuh.
• Dimulainya pemanfaatan tenaga nuklir untuk pembangkit listrik.
• Pemenuhan kebutuhan dasar ini harus dilakukan seiring dengan upaya
untuk meningkatkan daya saing ekonomi nasional melalui pembangunan
infrastruktur
Slide - 4
Arah RPJMN III dalam RPJPN
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
$-
$2.000,00
$4.000,00
$6.000,00
$8.000,00
$10.000,00
$12.000,00
$14.000,00
$16.000,00
10%
11%
12%
Proyeksi Pertumbuhan PDB per Kapita Sumber: BPS Data, 2012, Proyeksi Bappenas
2012: USD 3,563
Indonesia memerlukan pertumbuhan
nominal 12% untuk mencapai pendapatan
per kapita 14,000 pada tahun 2025
-15,00%
-10,00%
-5,00%
0,00%
5,00%
10,00%
(15,00)
(10,00)
(5,00)
-
5,00
10,00
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dibandingkan investasi dalam Infrastruktur (1997 – 2013)
Growth
Total InfrastructureInvestment Share ofGDP, %
Investasi dalam infrastruktur mempunyai dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi negara.
Peningkatan investasi dapat meningkatkan pertumbuhan PDB ke tingkat 12% yang diperlukan untuk
mencapai status Middle Income Country.
5
The Global Competitiveness Index World Economic Forum 2013-2014 Sumber: World Economic Forum 2013-2014
“Selama beberapa tahun
belakangan ini GCI WEF
melabelkan infrastrukur
sebagai salah satu faktor
yang menentukan bisnis dan
investasi dalam rangka
peningkatan daya saing global
Indonesia “
Tahun
2013
Indonesi
a
Malaysia Thailand Vietnam Philippines
Infrastrukt
ur 82 25 61 110 98
Jalan 78 23 42 102 87
Kereta Api 44 18 72 58 89
Pelabuhan 89 24 56 98 116
Angkutan
Udara 68 20 34 92 113
Listrik 89 37 58 95 93
Telepon
Selular 62 27 49 21 81
Telepon
Tetap 82 79 96 88 109
Daya Saing Infrastruktur -1
Slide - 6
Daya Saing Infrastruktur -2
Kinerja yang buruk dari sektor Pelabuhan
• Kendala utama dari sektor pelabuhan adalah
rendahnya waktu bongkar-muat selama 8 hari di
pelabuhan Tanjung Priok. Waktu bongkar-muat ini lebih
lama dibandingkan dengan pelabuhan di Thailand yaitu
selama 5 hari dan di Singapura selama 1.2 hari.
Kondisi jalan yang buruk
mengakibatkan berkurangnya
kecepatan
• Kualitas jalan yang rendah, terutama di
daerah
• Kondisi jalan menjadi berbahaya
ditambah dengan tingkat kemacetan
yang tinggi
• Menyebabkan jarak tempuh di
Indonesia menjadi 2.6 jam untuk jarak
100 km.
Waktu Tempuh (jam/100km)
Jaringan Transportasi Udara yang melebihi
kapasitas
• Semenjak diberlakukannya deregulasi pada tahun
2004, perkembangan transportasi udara meningkat
menjadi double digit setiap tahunnya, sementara
perkembangan bandara yang lambat tidak dapat
mengejar laju permintaan.
Lambatnya pembaharuan dan
pembangunan pada sektor kereta api
• Pertumbuhan di sektor kereta api hanya
7.7% dari total 4,800 km adalah jalur ganda,
dimana kereta penumpang dan barang
menggunakan jalur yang sama
• Efisiensi waktu pada jaringan sektor
tersebut sangat rendah.
Kurang berimbangnya komposisi
moda dalam bidang transportasi
• Tingginya pengguna kendaraan
pribadi menjadi sumber kemacetan di
kota-kota besar.
• Menurut survey, Jakarta didominasi
dengan kendaraan pribadi sebanyak
62.2%, yang berarti sekitar 10 juta
komuter melakukan perjalanan setiap
harinya.
35
45
55
65
75
85
95
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014P
AS
SE
NG
ER
S
(M
illio
n
Pa
ssen
ger
s P
er A
nn
um
)
Year
Top 10 Airports of Passengers in the World
1st:ATLANTAGA
2nd:BEIJING
3rd:LONDON
4th:CHICAGOIL
5th:TOKYO,JP
6th:LOSANGELESCA
7th:PARIS
8th:DALLAS/FORTWORTHTX
9th:JAKARTA
10th:DUBAIJakarta
7,700%
13,400%
18,00%
28,400%
38,800%
41,100%
Indonesia
Thailand
Malaysia
India
China
Japan
Rasio Double Tracking Jalur KA (%)
Pangsa Moda (%)
2,3
14
25
62,2
46
11
12,9
20
63
22,6
19
0
0% 50% 100%
Jakarta
Taipei
Hong Kong
Rail Private Transport
Non-Rail Public Transport Others
1,1
2
3
3
4
4
5
8
0 5 10
Singapore
Hong Kong
France
Australia, NZ
UK, Los Angeles (USA)
Malaysia (Port Klang)
Thailand
Tanjung Priok
Waktu Tunggu / Dwelling Time (hari)
25,1
20,4
18,1
16,3
11,4
10,1
9,9
0 10 20 30
Indonesia
Thailand
China
Korea
Jepang
Eropa
USA
Biaya Logistik (persen terhadap PDB)
ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN
8
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan
STRATEGI TRANSPORTASI
1
2
4
3
1
2
4
3
STRATEGI TELEKOMUNIKASI DAN INFORMASI
Pengembangan Sistem Transportasi Yang Saling Terintegrasi Antar Moda dengan
Pembangunan Terminal Terpadu Untuk Pelayanan Perpindahan Penumpang dan Barang
Secara Cepat dan Nyaman.
Pembangunan Prasarana Transportasi Terutama Angkutan Laut Untuk Mendukung dan
Berorientasi Kepada Fasilitasi Kebutuhan Distribusi Logistik Nasional.
Pembangunan Prasarana Transportasi di Daerah Terluar Terdalam dan Perbatasan Dengan
Pembangunan Bandara dan Pelabuhan Serta Mengoptimal Subsidi Angkutan Perintis Untuk
Daerah Tersebut.
Pembangunan dan Peningkatan Prasarana Transportasi Yang Mendukung Pengembangan
Industri dan Pariwisata Nasional Sesuai dengan RIPIN dan KSPN.
Penataan ulang alokasi frekuensi dan mengeksplorasi pembangunan satelit
nasional untuk pertahanan keamanan, penginderaan jauh, pemulihan
bencana dsb.
Transformasi USO .
Melalui melakukan moratorium pembangunan pusat data pemerintah dan
mewajibkan penggunaan alamat surel go.id untuk komunikasi aparatur
pemerintah.
Memastikan seluruh aparatur pemerintah dan siswa paham TIK
• >100%
• 70 %,
• Pengembangan dan Pembangunan Bandara Baru
dalam Coverage area (Jangkauan Pelayanan) untuk
mengatasi kepadatan arus penumpang.
• Sistem Intra dan Suprastruktur Bandara termasuk IT
dan Control System Bandara.
Outcome KPI
Kondisi Sekarang Target Sesuai Middle
Income Country*
Input KPI
Indikator
Transportasi
Ferry
• Kapasitas
Bandara Kota
Besar
• Waktu
Pelayanan
• Penambahan armada dalam negeri untuk mengangkut
barang dalam negeri untuk ekspor dan impor
• Peremajaan kapal –kapal tua dengan scrapping/
pembangunan kapal baru di galangan kapal indonesia.
• Pembangunan 2 pelabuhan Hub internasional pada sisi
barat (ALKI 1) dan sisi Timur (Alki 3) : Pel Kuala Tanjung
dan Pelabuhan Bitung.
• Peningkatan sistem informasi kepelabuhanan
• Penambahan jumlah 76 rute perintis
Transportasi
Udara
• Terkoneksinya lintas
penyeberangan di Kep.
Nusantara
• Terpenuhinya frekuensi
pelayanan lintas
penyeberangan utama
100 %
• 65%
• 35%
• 95%
• 85%
• Pengembangan pelabuhan yang mengubungkan Sabuk
Utara, Tengah dan Selatan dan lintas antara sabuk sabuk
tersebut
• Peningkatan kualitas dan penambahan jumlah armada
kapal penyeberangan
• Penyediaan subsidi operasi penyeberangan perintis yang
terintegrasi dengan moda lainnya
Transportasi
Laut
• Jumlah Armada
Nasional
(pengangkut)
• Berkurangnya
kapal berumur
>25 thn
• Pelabuhan Trans
Shipment
Internasional
• Dwelling Time
Pealbuhan Utama
• 10%
• 70 %,
• -
• 6-7 hari
• 95 %
• 95%,
• 20%
• 50%
• 2 Pel
• 3-4 hari
Logistik • Menurunnya
biaya logistik
(terhadap PDB)
• Menurunnya
waktu pelayanan
sebesar 9%
• Terkoneksinya multi moda transportasi.
• Bekurangnya biaya logistik sebesar 5%
• Waktu Pelayanan prima berbasis IT (Information
Technology)
• 20%
• 9%
Sasaran-1
• 27%
*)tidak semua pembanding tersedia 10
Jalan • Kondisi mantap
Jalan Nasional (%)
Jalan Propinsi (%)
Jalan Kabupaten /Kota
• Waktu rata-rata
(no./100 km)
• 94%
• 54%
• 45%
• 100%
• 75%
• 60%
• Pembenahan jalan nasional (4%) serta jalan daerah
(21%)
• Pelebaran (47%) jalan nasional
• Meningkatkan jumlah jalan nasional (5,200 km,) dan
jalan daerah (214,000 km) • 2.6 jam • 1,5 jam
Sasaran-2 Outcome KPI
Kondisi Sekarang Target sesuai Middle
Income Country*
Input KPI
Indikator
Perkeretaapian • Jumlah pangsa
pasar barang (%) • 2 %
< 75 %
> 25%
• 6 %
• > 80 %
• < 25%
Penambahan fasilitas perkeretaapian
• Jalur kereta api (1.660 km)
• Jalur kereta perkotaan (760 km)
• Gerbong lokomotif (1,720 units)
• Gerbong kereta (12,220 units)
• Gerbong barang (9,625 units)
• Gerbong kereta kota (2,631 units)
Negara Pembanding: Thailand (sema indikator)
Telekomunikasi
dan Informatika
• Fixed Broadband
• Mobile Broadband
• Tingkat TIK literacy
• Sistem e-government
• Fixed broadband rumah tangga perkotaan 71% (20Mbps) dan 30% populasi
, perdesaan 49% (10 Gbps) dan 6% populasi
• Mobile broadband perkotaan 100% (1Mbps), perdesaan 52% (1 Mbps)
• Tingkat e-literacy mencapai 75%
• Index e-government mencapai 3,4 (skala 4.0)
*)tidak semua pembanding tersedia
• Ketepatan
keberangkatan
/kedatangan KA
• Menurunnya rasio
kecelakaan KA
11
Dukungan Sektor Industri dalam Pembangunan Infrastruktur
12
Industri Infrastruktur
Rekayasa Konstruksi
Beton Pra Cetak
Beton Prategang
Sarana Transportasi
Pesawat
Kereta Api
Kapal
Material Baja
Semen
Aspal
Jasa Konstruktsi
Untuk menjawab tantangan pembangunan
infrastruktur yang berdaya saing tinggi dan
untuk mengurangi bottleneck yang terjadi
saat ini, diperlukan percepatan pembangunan
dengan dukungan dari sektor industri
terutama industri sarana transportasi,
industri material, industri, komponen
konstruksi, industri jasa konstruksi.
Dukungan Industri dalam negeri diharapkan
dapat mendukung dalam pelaksanaan
proyek-proyek yang menjadi proyek
strategis. Daya saing Industri dalam
negeri perlu ditingkatkan agar dapat
mengimbangi perusahaan asing yang akan
masuk pada saat pasar tunggal ASEAN 2015
berlaku.
KEBUTUHAN PENDANAAN
13
Penjelasan
Pelaksanaan
Jumlah Investasi
(trilliun rupiah)
Pendanaan
Skenario Penuh
(100%)
Skenario Parsial
(75%) Skenario Dasar
(50%)
Mencapai standar
internasional pada
tahun 2020
6,541
Mencapai 75% standar
Internasional pada tahun 2020
dan 100% standar pada tahun
2025
4,781
• Pagu hutang yang kini
(22.5%)
• Penerapan pendanaan
off-balance sheet
• KPS 20%
Dimungkinkan melalui
penerapan strategi
implementasi yang
terkoordinasi dan
komitmen yang kuat
3,561
Melalui penerapan
strategi implementasi
yang tepat
Mencapai 50% standar
Internasional pada tahun 2020
dan 100% standar pada tahun
2030
Mungkin melalui
• Rasio hutang yang
ditetapkan (16.9%)
• Penerapan pendanaan
off-balance sheet
• KPS 15%
Skenario Pendanaan
Dalam Triliun Rupiah
• Pagu hutang dinaikkan
hingga 31% (saat ini
22.5%)
• Penerapan pendanaan off-
balance sheet
• KPS di atas 20%
Pelaksanaannya memerlukan
komitmen ekstra dan
kepemimpinan yang kuat dan
didukung reformasi (birokrasi)
yang menyeluruh
Keperluan Investasi Infrastruktur RPJMN 2015-2019 (trilliun rupiah)
Sektor Skenario Penuh
(100%)
Skenario Parsial
(75%)
Skenario Dasar
(50%)
Jalan Raya 1,274 851 637
Perkeretaapian 278 222 140
Transportasi Perkotaan 155 115 75
Transportasi Laut 563 424 282
Ferry dan ASDP 91 80 60
Transportasi Udara 182 165 100
Ketenagalistrikan 1,080 762 714
Energi dan Gas 535 420 268
Sumber Daya Air 1,091 845 645
Cipta Karya (Air Bersih dan Limbah) 666 450 330
Cipta Karya (Perumahan Rakyat) 384 247 180
Teknologi Komunikasi dan Informatika 242 200 130
Jumlah Keperluan Investasi 6,541 4,781 3,561
Keperluan Investasi Infrastruktur RPJMN 2015-2019
Keperluan Investasi (prioritas) 5,452 T
APBN + APBD
Selisih
Pendanaan
(Financing Gap)
BUMN – 6%
KPS – 20%
Off Balance
Sheet – 2%
sekitar Rp. 350T
sekitar Rp. 1,090T
sekitar Rp. 2,741T
1. Angka menunjukkan nilai investasi murni (CAPEX) dan rehabilitasi besar, belum
termasuk biaya operasi dan pemeliharaan rutin
2. Angka masih bersifat sementara
Skema
Pembiayaan
Alternatif
Sumber Pembiayaan Infrastruktur
RPJMN 2015-2019
Sasaran
Investasi
Infrastruktur
(Infrastuktur
Strategis Rp.
5,452 Trilliun)
Kesenjangan
Pendanaan -
50%
sekitar Rp. 93T } APBN + APBD
– 22% sekitar Rp. 1,178T
PENUTUP
17
PENUTUP
1. Krisis Infrastruktur
Indonesia saat ini akan memasuki pembangunan jangka menengah ketiga (2015-2019) sehingga diperlukan percepatan pembangunan infrastruktur untuk memenuhi target pembangunan jangka panjang tahun 2025 diantaranya mencapai kualitas middle income country.
2. Indikasi Kebutuhan Pendanaan dan Peluang Sektor Industri
Untuk mengatasi krisis infrastruktur dibutuhkan dana yang mencapai 5.452 T yang bersumber dari APBN, APBD, BUMN, KPS, dan Creative Financing.
3. Dukungan Industri
• Percepatan pembangunan infrastruktur tersebut membutuhkan dukungan lintas sektor termasuk sektor industri seperti Industri manufaktur sarana, industri material (semen, aspal, baja) industri jasa konstruksi, dan industri komponen kontruksi (termasuk industri beton pracetak dan prategang).
• Besarnya potensi proyek –proyek infrastruktur tersebut perlu dimanfaatkan oleh sektor industri dalam negeri melalui peningkatan daya saing (baik aspek finansial, teknis, maupun kapasitas SDM). Bahkan sektor industri dalam negeri berpeluang untuk berkiprah di pasar ASEAN dan pasar global. Sebaliknya, jika industri dalam negeri belum siap maka perusahaan asing yang justru memanfaatkan peluang tersebut.
18
TERIMA KASIH
19
LAMPIRAN I PROYEK STRATEGIS
20
• Dalam rangka menunjang Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Pulau Sumatera, saat ini infrastruktur jalan sudah
terhubungkan, sementara pembangunan Jalur KA yang mendukung WPPI Lhoksemawe dan Dumai akan dibangun pada RPJMN
2015-2019. Untuk menunjang distribusi pertanian bagian selatan Sumatera, akan dibangun Jalur Kereta Api Rejosari – Bakauheni
dan Simpang – Tanjung Apiapi.
Seluruh Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Pulau Jawa, sudah terhubungkan dengan Jalur Ganda KA Lintas Utara
Jawa dan Jalan Pantura. Sementara itu, untuk wilayah pertanian yang mendominasi bagian selatan Jawa akan didukung dengan
pembangunan jalan lintas selatan dan jalur ganda KA pada RPJMN 2015-2019.
Untuk mendukung sistem logistik di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Pulau Kalimantan, akan dibangun Pelabuhan
Maloy untuk bagian timur dan Pelabuhan Pantai Kijing (sedang dibahas dengan Kementerian Perhubungan dan PT Pelindo II).
Sementera itu, untuk mendukung konektivitas WPPI bagian selatan akan dibangun Jalur KA Tanjung – Martapura- Banjarmasin.
Dalam rangka mendukung WPPI bagian Utara Sulawesi, sedang dibangun Pengembangan Pelabuhan Bitung dan Jalan Tol Manado- Bitung
sedangkan unuk mendukung WPPI dan kawasan pertanian bagian Selatan Sulawesi akan dibangun Jalur KA Makassar – Parepare.
Untuk menunjang WPPI di Sulawesi Tenggara akan dibangun jalan akses perbatasan Sulsel-Sultra. Sementara itu, mempertimbangkan
industri aspal Buton yang kini sedang berkembang, diusulkan kawasan WPPI baru di Buton yang sudah ditunjang dengan infrastruktur yang
baik
Untuk mendukung pariwisata di Pulau Bali, akan dibangun Bandara Bali Utara sedangkan untuk wilayah nusa tenggara akan
dikembangkan beberapa pelabuhan yang menunjang wilayah kepulauan terdalam dan perbatasan.
Dalam rangka pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) wilayah Maluku Utara akan diselesaikan Jalan
Lintas Halmahera sedangkan untuk menunjang Maluku sebagai wilayah kepulauan akan dikembangkan akses laut berupa
pengembangan pelabuhan dan pengadaan kapal perintis.
Dalam rangka menunjang pertumbuhan di Wilayah Papua pada RPJMN 2015-2019, akan diselesaikan pembangunan Jalan Trans
Papua. Disamping itu, untuk menunjang pemerataan pembangunan di wilayah pegunungan tengah. Disamping itu, untuk menunjang
distribusi logistik di Papua akan dikembangkan Pelabuhan Timika.
LAMPIRAN II PROGRAM AKSI UNGGULAN
28
PROGRAM AKSI: PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA
Target : 1. Pembangunan Jalan akses (tol) dan
Jalur Kereta Api akses Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas dan Tanjung Perak.
2. Pembangunan jalan akses (tol) dan Kereta Api Bandara di Kualanamu, Soekarno Hatta.
PROGRAM AKSI:
TRANSPORTASI MULTIMODA
PROGRAM AKSI:
SISTEM LOGISTIK NASIONAL
30
Membangun Pelabuhan Hub
Internasional Kuala Tanjung untuk Kawasan Barat
Indonesia dan untuk Kawasan Timur
Indonesia di Bitung.
Pengembangan Perkeretaapian Nasional: 1. Menyelesaikan Kereta Api Selatan Pulau
Jawa 2. Membangun Jalur KA Pulau Sumatera
(Aceh, Riau, dan Lampung) 3. Membangun KA Kalimantan dan Sulawesi.
Pengembangan short sea
shipping untuk mengurangi beban
angkutan jalan di sisi utara Pulau
Jawa
Pembangunan Jalur Kereta Api
• Sumatera 1.308 km
• Jawa 2.224 km
• Sulawesi 213 km
• Kalimantan 93 km
Total Kebutuhan pendanaan 177 Triliun
Pembangunan Pelabuhan Berskala
Internasional
• Pelabuhan Kuala Tanjung (selesai
2017)
• Pelabuhan Bitung (selesai
2017)
• Pelabuhan Maloy (selesai
2018)
• Pelabuhan Pontianak Baru (selesai
2018)