DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

24
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KANPUS KEMENTERIAN PERTANIAN JALAN HARSONO RM NO. 3, GEDUNG C PASAR MINGGU, JAKARTA 12550 TELEPON (021) 7815380 - 4, FAKSIMILI (021) 7815486 - 7815586 WEBSITE : http://ditjenbun.deptan.go.id KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN NOMOR :141/Kpts/LB. 110/06/2010 TENTANG SISTEM PENILAIAN FISIK KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN, Menimbang : a. bahwa Program Revitalisasi Perkebunan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun; b. bahwa pengembangan kegiatan kelapa sawit rakyat melalui Program Revitalisasi Perkebunan telah dilaksanakan sejak Tahun 2007; c. bahwa untuk mengetahui kondisi fisik kebun kelapa sawit rakyat yang telah dibangun melalui Program Revitalisasi Perkebunan perlu dituangkan dalam penetapan kebun yang layak atau belum layak untuk dapat diserahkan kepada pekebun/Koperasi selaku peserta Program Revitalisasi Perkebunan; d. bahwa untuk pemenuhan berbagai sasaran yang ingin dicapai, perlu ditetapkan sistem penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat Program Revitalisasi Perkebunan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 5. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 6. Keputusan Presiden Nomor 33/M Tahun 2006 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Pertanian; 7. Keputusan Presiden Nomor 57/M Tahun 2009 tentang Perpanjangan Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil; 8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

Transcript of DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Page 1: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KANPUS KEMENTERIAN PERTANIAN JALAN HARSONO RM NO. 3,GEDUNG C PASAR MINGGU, JAKARTA 12550

TELEPON (021) 7815380 - 4, FAKSIMILI (021) 7815486 - 7815586WEBSITE : http://ditjenbun.deptan.go.id

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

NOMOR :141/Kpts/LB. 110/06/2010

TENTANG

SISTEM PENILAIAN FISIK KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT

YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN,

Menimbang : a. bahwa Program Revitalisasi Perkebunan merupakan salah satu upayapemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pekebun;

b. bahwa pengembangan kegiatan kelapa sawit rakyat melalui ProgramRevitalisasi Perkebunan telah dilaksanakan sejak Tahun 2007;

c. bahwa untuk mengetahui kondisi fisik kebun kelapa sawit rakyat yang

telah dibangun melalui Program Revitalisasi Perkebunan perlu

dituangkan dalam penetapan kebun yang layak atau belum layak untuk

dapat diserahkan kepada pekebun/Koperasi selaku peserta Program

Revitalisasi Perkebunan;

d. bahwa untuk pemenuhan berbagai sasaran yang ingin dicapai, perlu

ditetapkan sistem penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat Program

Revitalisasi Perkebunan dengan Keputusan Direktur Jenderal

Perkebunan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok

Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4411);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

5. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Nomor 4737);

6. Keputusan Presiden Nomor 33/M Tahun 2006 tentang PengangkatanPejabat Eselon I Lingkup Departemen Pertanian;

7. Keputusan Presiden Nomor 57/M Tahun 2009 tentang PerpanjanganBatas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil;

8. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara;

Page 2: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Memerhatikan

Menetapkan

KESATU

KEDUA

KETIGA

9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Fungsi

Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi

Eselon I;

10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT. 140/7/2005 tentangSusunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341 /Kpts/OT. 140/9/2005 tentangKelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian;

12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 33/Permentan/OT. 140/7/2006

tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program RevitalisasiPerkebunan;

13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 490/KPTS/OT. 160/8/2006 tentangPembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program RevitalisasiPerkebunan;

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.06/2006 tentang KreditPengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26/Permentan/OT. 140/2/2007

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan;

: Hasil pembahasan kriteria penilaian fisik kebun antara DirektoratJenderal Perkebunan dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, daninstansi terkait pada tanggal 15 Maret 2010.

MEMUTUSKAN:

: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN TENTANG

SISTEM PENILAIAN FISIK KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT YANG

DIKAITKAN DENGAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN.

: Sistem penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat yang dikaitkan denganprogram revitalisasi perkebunan sebagaimana tercantum pada lampiranyang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini.

: Sistem penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat yang dikaitkan denganprogram revitalisasi perkebunan sebagaimana dimaksud pada DiktumKESATU merupakan pedoman bagi seluruh aparat pelaksana penilaianfisik kebun kelapa sawit rakyat yang dikaitkan dengan programrevitalisasi perkebunan.

Pelaksanaan penilaian fisik kebun kelapa sawit rakyat yang dikaitkandengan Program Revitalisasi Perkebunan dilakukan oleh Tim yang terdiridari petugas yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perkebunan, petugasBank Pelaksana, serta petugas Dinas yang membidangi perkebunanProvinsi dan Kabupaten/Kota.

Page 3: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

KEEMPAT

KELIMA

Hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada Diktum KETIGAdisampaikan kepada Direktur Jenderal Perkebunan untuk penetapankelas.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal t 23 Juni 2010

DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN,

^ir. ACHMAD MANGGA BARANI, MMNIP. 19490612 197503 1 001

SALINAN : Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;2. Menteri Pertanian;3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;4. Menteri Dalam Negeri;5. Menteri Keuangan;6. Menteri Kehutanan;7. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;8. Menteri Negara Lingkungan Hidup;9. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional;10.Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara;11.Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;12.Kepala Badan Pertanahan Nasional;13.Gubernur Bank Indonesia;14.Gubemur Provinsi Seluruh Indonesia;15.Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia;16.Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk;17.Direktur Utama PT BUKOPIN;18.Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank SUMUT);19.Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat (Bank Nagari);20.Direktur Utama Bank Negara Indonesia Tbk;21.Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan;22.Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Papua;23.Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Riau;24.Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Nanggroe Aceh Darussalam;25. Direktur Utama Bank Agro;26.Direktur Utama Bank Niaga;27.Direktur Utama Bank Mega;28.Direktur Utama Bank Internasional Indonesia;29.Para Bupati/Walikota Seluruh Indonesia;30.Pimpinan Unit Kerja Eselon I lingkup Kementerian Pertanian;31.Para Kepala Dinas Yang Membidangi Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Page 4: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

NOMOR

TANGGAL :

SISTEM PENILAIAN FISIK KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT

YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

I. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunanditujukan untuk membangun perkebunan rakyat, dengan pendekatan pengembangansebagai mana tercantum dalam Pedoman Umum Pelaksanaan PengembanganPerkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP).

Pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat yang dilakukan melalui ProgramRevitalisasi Perkebunan cfilaksanakan melalui pola kemitraan yaitu pola kemitraanmandiri dan pola kemitraan dengan satu manajemen usaha.

Pengembangan kelapa sawit dengan pola kemitraan diawali dengan pembangunankebun rakyat yang diatur dengan perjanjian kerjasama dengan perusahaan mitrausaha. Sejak awal pembangunan kebun, perusahaan mitra bertindak sebagaipenanggung jawab pembangunan kebun inti maupun sebagai avalis pembangunankebun plasma. Setelah masa pembangunan dan memenuhi syarat, kebun dengan polakemitraan satu manajemen akan tetap di kelola oleh perusahaan mitra danbekerjasama dengan koperasi sebagai wadah petani peserta minimum sampai dengansatu siklus tanam. Sedangkan untuk pola kemitraan mandiri setelah pengalihan kebunplasma dikelola oleh plasma.

Dalam penilaian fisik kebun beberapa hal pokok yang harus menjadi patokan utamaadalah :a. Penilaian fisik berupa penetapan kelas kebun, harus dapat menggambarkan

tentang tingkat pencapaian sasaran yang diharapkan dari tujuan pembangunankebun petani peserta tersebut (sesuai standar fisik yang ditetapkan);

b. Pemberian kriteria dan tata cara penilaian harus dapat disajikan secara sederhanatetapi mencakup seluruh aspek yang merupakan komponen penentu;

c. Pemberian nilai harus diupayakan agar pengaruh faktor-faktor subjektif seminimalmungkin, sehingga untuk objek yang sama perbedaan penilaian oleh berbagaipenilai tidak berbeda jauh.

II. PENGERTIAN

1. Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan pengembanganperkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanamanperkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga olehpemerintah dengan atau tanpa melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunansebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan danpemasaran hasil. .

2. Perluasan adalah upaya pengembangan areal tanaman perkebunan pada wilayahbukaan baru atau pengutuhan areal disekitar perkebunan yang sudah ada.

3. Peremajaan adalah upaya pengembangan perkebunan dengan melakukanpenggantian tanaman tua/tidak produktif dengan tanaman baru baik secarakeseluruhan maupun secara bertahap.

Page 5: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

4. Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil/pekebun dengan usahamenengah dan/atau usaha besar sebagai mitra usaha disertai dengan pembinaandan pengembangan oleh usaha menengah dan usaha besar denganmemperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan salingmenguntungkan.

5 Mitra Usaha adalah perusahaan besar swasta, BUMN, BUMD maupun koperasiyang berbadan hukum dan bergerak di bidang perkebunan yang telah memiliki IzmUsaha Perkebunan (IUP) dan/atau Izin Usaha Industri.

6. Pekebun adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang melakukan usahaperkebunan dengan skala usaha kurang dari 25 Hektar.

7. Petani Peserta adalah pekebun yang ditetapkan Bank Pelaksana sebagaipenerima kredit Revitalisasi Perkebunan.

8 Bank Pelaksana adalah, Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan atau pejabat yang dikuasakan.

9 Perjanjian Kerjasama Pendanaan adalah Perjanjian antara Direktur Jenderal' Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan mewakili Pemerintah dengan Bank

Pelaksana.

10 Pengelolaan Kebun Dalam Satu Manajemen adalah pengelolaan seluruh kebun'Mitra Usaha maupun Pekebun yang dilakukan oleh Mitra Usaha mulai danpersiapan pengelolaan kebun, pengolahan dan pemasaran atau sebagian dankegiatan tersebut yang disepakati oleh kedua belah pihak yang ditunjuk untuk tetapmenjaga kualitas kebun dan kesinambungan usaha selama minimum 1(satu) siklustanam.

11 Pengelolaan Kebun Dalam Pola Kemitraan Mandiri adalah pengelolaan seluruhkebun Petani Peserta yang dilakukan oleh Mitra Usaha mula. dan persiapanpengelolaan kebun, pengolahan dan pemasaran yang disepakati oleh kedua belahpihak yang ditunjuk untuk tetap menjaga kualitas kebun dan kesinambunganusaha.

12 Sertifikat Lahan adalah hak atas tanah yang diberikan kepada Petani Peserta olehBank Pelaksana bersama dengan Mitra Usaha setelah penode TanamanMenghasilkan, dilakukan penilaian, dan melunasi kreditnya.

III. INDIKATOR PENENTU

Pada dasarnya kebun yang dialihkan kepada Petani Peserta yang memasuki penodeTanaman Menghasilkan adalah kebun yang baik yang dicirikan oleh 3 (tiga) indikatorutama yaitu : .. . . . ... . ,a. Kebun tersebut mempunyai potensi berproduksi dengan baik atau disebut indikator

produksi. . . .b Proses produksi pada kebun tersebut dapat berjalan secara lancar, mudah dan

dengan biaya yang wajar atau disebut indikator efektivitas dan efisiensi; sertac Pada kebun tersebut tidak terdapat hal-hal yang mempunyai potensi untuk

memerosotkan kondisi kebun setelah dialihkan kepada Petani Peserta baikpengalihan administratif maupun pengalihan pola kemitraan mandiri atau disebutindikator adanya potensi ancaman.

Page 6: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Atas dasar ketiga Indikator tersebut, maka beberapa komponen yang perlu dinilaiadalah sebagai berikut:1. Tanaman Perkebunan mempunyai potensi produksi yang baik, ditunjukkan oleh

berbagai indikator yaitu:a. Jumlah pohon per hektar;b. Jumlah pohon telah berbunga betina;c. Jumlah pohon berbuah; dand. Rata-rata berat Tandan Buah Segar (TBS).

2. Proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien, beberapa indikator yangmenunjukkan hal itu antara lain adalah :a. Telah dibuatnya dan terpeliharanya jalan produksi dan jalan koleksi;b. Telah dibuatnya dan terpeliharanya jalan pikul dan TPH;c. Terawatnya piringan pohon sehingga brondolan dapat dikurangi dan terjadinya

efektivitas pemupukan;d. Adanya kacangan penutup tanah sehingga dapat diperoleh peningkatan

kesuburan tanah.

3. Berbagai hal yang bersifat ancaman antara lain diindikasikan oleh adanya :a. Lalang dan anakan kayu yang tidak terkendali (tidak dapat dikontrol dengan

cara wiping yang normal) yang nantinya dikhawatirkan akan meluas menjadilalang sheet dan tumbuhnya anakan kayu.

b. Tidak dilaksanakannya sistem pengawetan tanah, akan menimbulkan erosi dankemerosotan kesuburan tanah dimasa datang.

c. Terdapatnya hama dan penyakit yang mempunyai potensi yang meluaskeseluruhan kebun (sebagai contoh Ulat Api dan Cendawan Akar Merah).

Pemberian nilai bobot untuk berbagai indikator tersebut di atas, pada hakekatnyadilakukan melalui dua pendekatan yaitu :a. Indikator yang nilai bobotnya sangat ditekankan kepada parameter yang terukur

secara pasti. Termasuk ke dalam kelompok ini seperti jumlah pohon dan berattandan buah segar.

b. Indikator yang nilai bobotnya lebih dititik beratkan kepada kegunaan ataufungsinya. Sebagai contoh pemeliharaan piringan pohon ditujukan untukmenampung brodolan dan efisiensi pemupukan, sehingga nilai bobotnya ditentukanoleh seberapa jauh fungsi tersebut dapat dicapai.

IV. SISTEM PENILAIAN KEBUN PETANI PESERTA

1. Metode Penilaian

Pada dasarnya setiap kebun Petani Peserta terdiri atas:a. Kebun yaitu tanaman dengan luas maksimum 4 (empat) hektar yang diukur

secara planimetris atau proyeksi yang diperuntukan bagi satu Kepala Keluarga(KK) Petani Peserta.*

b. Hamparan, yaitu kebun Petani Peserta yang terdiri atas 15 (lima belas) sampaidengan 30 (tiga puluh) KK Petani Peserta.

c. Afdeling, yaitu kebun Petani Peserta berupa beberapa hamparan atau satuanpemukiman.

Page 7: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Penilaian kebun Petani Peserta dilakukan untuk setiap hektar dan dilaksanakansecara sensus:

a. Sensus lengkap untuk pengelolaan kebun dalam pola kemitraan mandiri;b. Sampling atau sampel untuk pengelolaan kebun dalam pola kemitraan satu

manajemen dengan minimum sampel 25% (dua puluh lima per seratus) darijumlah luasan hamparan atau afdeling.

Penilaian kebun Petani Peserta dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 2 -3,5 tahun. Tata cara pelaksanaannya dilakukan melalui:

Metoda Sensus

a. Untuk pengelolaan kebun dalam pola kemitraan mandiri, setiap petugasmelakukan sensus pencatatan untuk masing-masing tanaman di dalam 1 (satu)hektar, dengan mengisi formulir model-A yaitu data lapangan kebun petanipeserta. Formulir model-A tersebut menginventarisasi tentang kondisi tanamanpohon jalan pikul dan TPH, direkapitulasikan ke formulir model A-1;

b Rekapitulasi dari hasil sensus setiap kebun tersebut diisikan pada formulirmodel-B yaitu penetapan kelas kebun atas dasar komponen dan nilai bobot danmasing-masing komponen tersebut.

Metode Sampling

a Untuk pengelolaan kebun dalam satu manajemen, setiap petugas melakukansampling pencatatan untuk masing-masing satuan luasan yang telah disepakatiTim Penilai dengan minimum 25% (dua puluh lima per seratus) dan luasan tiaphamparan atau afdeling dengan mengisi formulir model-A yaitu data lapangankebun Petani Peserta. Formulir model-A tersebut menginventarisasi tentangkondisi tanaman pohon, jalan pikul dan TPH, direkapitulasikan ke formulir modelA-1'b Rekapitulasi dari hasil sensus setiap luasan tersebut diisikan pada formulirmodel-B yaitu penetapan kelas kebun atas dasar komponen dan nilai bobot danmasing-masing komponen tersebut.

2. Komponen yang Dinilai dan Nilai Bobot

Atas dasar indikator penentu yang dikemukakan di atas, maka telah dilakukanpenetapan komponen yang dinilai dan diberi nilai bobot untuk menentukan layakatau belum layak suatu luasan tanaman sebelum dialihkan kepada petani untukpola kemitran mandiri. Dan peniliaan kinerja Perusahaan Mitra dalam membangunkebun petani peserta/pekebun untuk pola kemitraan dengan sistem satumanajemen usaha. Komponen-komponen tersebut nilai bobotnya dapatdigambarkan pada matrik berikut :

A. Lahan Kering

Komponen Yang Dinilai

Kondisi Tanaman

1. Jumlah Pohon Per hektara. Kriteria -i\i\-

1) Standar jumlah pohon per-hektar yang diukur secaraplanimetris/piroyeksi ditentukan oleh jarak tanam. Untukjarak tanam 9,42 m segitiga sama sisi jumlah pohonstandar 128 dan jarak 9,25 segitiga sama sisi jumlahtanamannya 136 serta untuk jarak tanam 9 m segitigasama sisi jumlah pohon standar 143.

Nilai

Bobot

Maksimal

20

Page 8: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Komponen Yang Dinilai

2) Jumlah pohpn minimal per-hektar untuk jarak tanam9,42 m segitiga sama sisi adalah 120 dan untuk jaraktanam 9,25 m segitiga sama sisi adalah 124 serta untukjarak tanam 9 m segitiga sama sisi adalah 134, denganketentuan sebagai berikut:• Untuk jarak tanam 9,42 m segitiga sama sisi, jumlah

pohon 120 terdiri dari minimal 103 pohon asli(tanaman awal), maksimal 12 pohon sisipan TBM 1dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakansisipan TBM 2.

• Untuk jarak tanam 9,25 m segitiga sama sisi, jumlahpohon 128 terdiri dari minimal 110 pohon asli(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1dan kekurangannya sebanyuak 5 pohon merupakansisipan TBM 2;

• Untuk jarak tanam 9 m segitiga sama sisi, jumlahpohon 134 terdiri dari minimal 115 pohon asli(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakansisipah TBM 2.

b. Tata cara Penilaian1) Nilai bobot maksimal berlaku bagi jumlah pohon yang

utuh sesuai standar: 202) Jika jumlah pohon lebih rendah dari tandard an lebih

besar jumlah minimal, nilai bobotnya proporsional.3) Kapling dinyatakan belum memenuhi syarat pada saat

penilaian apabila jumlah pohon dibawah minimal (120,124 atau 134) atau terdapat jumlah pohon asli lebihrendah dari 103 dari 120 atau 110 dari 128 atau 115dari 134..Dengan perolehan nilai 0

2. Jumlah Pohon Berbungaa. Kriteria

Jumlah pohon berbunga betina 85% dari jumlah pohonstandar dengan batas minimal yang diperhitungkan 70%dari jumlah pohon standar.

b. Tata cara penilaian• Jika jumlah pohon berbunga betina 85% dari jumlah pohon

standar atau lebih diberi nilai: 10c. Apabila jumlah pohon berbunga lebih rendah dari 85% dan

jumlah pohon standar an lebih besar dari 70% dari jumlahpohon standar nilai bobotnya proporsional.

d. Apabila jumlah pohon berbunga betina dibawah 70% darijumlah pohon standar diberi nilai bobotnya :0

3. Jumlah Pohon Berbuaha. Kriteria

1) Pohon berbuah adalah jumlah pohon yang ditandaidengan beratTBS-nya minimal 3 kg atau lebih.

2) Jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon standardengan batas minimal yang diperhitungkan 60% darijumlah pohbfi standar nilai bobotnya proporsional.Pohon yang berat TBS-nya kurang dari 3 kg tidakdiperhitungkan.

Nilai

Bobot

Maksimal

10

15

Page 9: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Komponen Yang Dinilai

Tata cara Penilaian

1) Jika jumlah pohon berbuah > 70% dari jumlah pohonstandar atau lebih diberi nilai: 15

2) Apabila jumlah pohon berbuah 60% - 69% dari jumlahpohon standar nilai bobotnya proposional.

3) Apabila jumlah pohon berbuah dibawah 60% dari jumlahpohon standar tersebut nilai bobotnya : 0

Berat TBS rata-rata

a. Kriteria

Standar berat TBS rata-rata 3,5 kg (matang panen)b. Tatacara penilaian

1) Jika berat TBS rata-rata 3,5 kg atau lebih diberi nilai : 152) Apabila berat TBS rata-rata 3 kg sampai dengan 3,5 kg

nilai bobotnya proporsional. .

Kondisi Penutup Tanaha. Kriteria

Penutup tanah yang ideal adalah kacangan yang jumlahnyapada saat diambil alih dianggap sudah memadai pada tingkat30% dengan keadaan lalang terkendali dan bebas anakankayu.

b. Tata cara Penilaian1) Jika lalang terkendali, bebas anakan kayu dan selebihnya

rumput lunak diberi nilai : 62) Tambahan nilai bobot selanjutnya secara proporsional

sesuai dengan prosentase kacangan. Jika kacanganmenutup 30% maka tambahan nilai bobotnya diberi : 4Jika kacangan hanya 15% maka tambahan nilai bobotnya :15/30x4 = 2

3) Jika lalang tidak terkendali, atau banyak anakan kayu nilaimenjadi: 0, ,dan harus direhabilitasi terlebih dahulu sebelum dilakukanpengalihan.

ML Sistem Pengawetan Tanaha. Kriteria

Berbagai indikator tentang diperlukannya sistem pengawetantanah dan parit drainase adalah sebagai berikut:1) Jika tingkat kemiringan lahan 8 - 26% diperlukan teras

individu, sedangkan > 27% diperlukan teras contour.2) Indikasi kurang berfungsinya parit drainase ditujukan oieh

keadaan daun tanaman yang menguning.b. Tata cara Penilaian

1) Jika kondisi areal tidak memerlukan teras dan paritdrainase diberi: 8

2) Jika areal memerlukan teras, tapak timbun atau paritdrainase nilai bobotnya proporsional menurut yangdilaksanakan dengan komposisi nilai maksimal sebagaiberikut:

Dibangun teras dan tapak timbun diberi nilaiDibangun Parit Sirip Ikan diberi nilaiDibangun parit pembuangan (outlet) diberi nilai

Nilai

Bobot

Maksimal

15

10

8

Page 10: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Komponen Yang Dinilai

3) Jika parit sirip ikan dan parit pembuangan (outlet) tidakdibangun yang mengakibatkan lahan tergenang, makaharus dibuat parit drainase yang dapat menurunkanpermukaan air tanah

4) Jika areal memerlukan teras dan tapak timbun tetapi tidakdibangun, maka harus dibangun terlebih dahulu.

IV. Kondisi Jalan, TPH, Jalan Panen dan Piringan Pohon

1. Jalan Produksi dan Koleksi

a. KriteriaKondisi jalan produksi dan koleksi dapat dilalui sepanjangmusim dengan kendaraan truk bermuatan penuh.

b. Tata cara penilaian1) Lebar jalan produksi 6 m dan jalan koleksi 4-5 m diberi

nilai : 32) Diperkeras pada tanjakan dan bagian lembek diberi

nilai

3) Telah dibuat parit kiri - kanan jalan diberi nilai4) Tanjakan dapat dilalui truk diberi nilai5) Telah dibuat gorong-gorong dan jembatan diberi nilai6) Jika kondisi jalan tersebut tidak dapat dilalui sepanjang

musim

harus diperbaiki terlebih dahulu

TPH, Jalan Pikul dan Piringan Pohona. Kriteria

1) TPH adalah tempat pengumpulan TBS. Setiap 5gawangan terdapat 1TPH dan dalam keadaan bersih.

2) Jalan pikul adalah jalan diantara 2 gawangan yangdapat dilalui tanpa hambatan, bebas dari tumbangankayu besar dan anakan kayu.

3) Piringan pohon dibuat secara wajar dan dalam keadaanbersih.

b. Tatacara Penilaian1) Telah dibuat 1 TPH per 5 gawangan diberi nilai: 12) Dibuat jalan pikul yang dapat dilalui tanpa hambatan

dan dibuat titi panen diberi nilai : 23) Piringan pohon terawat dengan baik diberi nilai : 2

Kesan Umum dan Faktor LainPenilaian ini dilakukan terhadap berbagai kondisi yang belumtercakup pada butir Is.d. IV. Faktor'yang dinilai adalah kebersihankebun, homogenitas tanaman, defisiensi, crown disease, hamadan penyakit.Batas maksimal nilai bobot adalah : 4Batas minimal nilai bobot adalah : 1

Jumlah Nilai Bobot

Nilai

Bobot

Maksimal

13

100

Page 11: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

B. Lahan Basah

Komponen Yang Dinilai

Nilai

Bobot

Maksimal

I. Kondisi Tanaman

1. Jumlah Pohon Per hektara. Kriteria

1) Standar jumlah pohon per-hektar yang diukur secaraplanimetris atau proyeksi ditentukan oleh jarak tanam.Untuk jarak tanam 9,42 m segitiga sama sisi jumlahpohon standar 128 dan jarak 9,25 segitiga sama sisijumlah tanamannya 136 serta untuk jarak tanam 9 msegitiga sama sisi jumlah pohon standar 143.

2) Jumlah pohon minimal per-hektar untuk jarak tanam 9,42m segitiga sama sisi adalah 120 dan untuk jarak tanam9,25 m segitiga sama sisi adalah 124 serta untuk jaraktanam 9 m segitiga sama sisi adalah 134, denganketentuan. sebagai berikut:. Untuk jarak tanam 9,42 msegitiga sama sisi, jumlah

pohon 120 terdiri dari minimal 103 pohon asli(tanaman awal), maksimal 12 pohon sisipan TBM 1dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakansisipan TBM 2.

. Untuk jarak tanam 9,25 msegitiga sama sisi, jumlahpohon 128 terdiri dari minimal 110 pohon asli(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakansisipan TBM 2;

. Untuk jarak tanam 9 m segitiga sama sisi, jumlahpohon 134 terdiri dari minimal 115 pohon asli(tanaman awal), maksimal 13 pohon sisipan TBM 1dan kekurangannya sebanyak 5 pohon merupakansisipan TBM 2.

b. Tata cara Penilaian1) Nilai bobot maksimal berlaku bagi jumlah pohon yang

utuh sesuai standar: 202) Jika jumlah pohon lebih rendah dan standar dan lebih

besar jumlah minimal, nilai bobotnya proporsional.3) Kebun dinyatakan belum memenuhi syarat pada saat

penilaian apabila jumlah pohon dibawah minimal (120124 atau 134) atau terdapat jumlah pohon asli lebihrendah dari 103 dari 120 atau 110 dari 128 atau 115 dan134. Dengan perolehan nilai 0

Jumlah Pohon Berbungaa. Kriteria . . ,

Jumlah pohon berbunga betina 85% dan jumlah pohonstandar dengan batas minimal yang diperhitungkan 70 hdari jumlah pohon standar.

20

10

Page 12: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Komponen Yang Dinilai

Nilai

Bobot

Maksimal

Tata cara penilaianJika jumlah pohon berbunga betina 85% dari jumlah pohonstandar atau lebih dari nilai: 10Apabila jumlah pohon berbunga lebih rendah dari 85% darijumlah pohon standar dan lebih besar dari 70% dari jumlahpohon standar nilai bobotnya proporsional.Apabila jumlah pohon berbunga betina di bawah 70% darijumlah pohon standar tersebut nilai bobotnya : 0

3. Jumlah Pohon Berbuah

Kriteria1) Pohon berbuah adalah jumlah pohon yang ditandai

dengan berat TBS-nya minimal 3 kg atau lebih.Jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon standardengan batas minimal yang diperhitungkan 60% darijumlah pohon standar nilai bobotnya proporsional.Pohon yang berat TBS-nya kurang dari 3 kg tidakdiperhitungkan.

2)

3)

Tata cara Penilaian1) Jika jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon

standar atau lebih diberi nilai: 152) Apabila jumlah pohon berbuah 70% dari jumlah pohon

standar dan lebih besar 60% dari jumlah pohon standarnilai bobotnya proporsional

3) Apabila jumlah pohon berbuah di bawah 60% dan jumlahpohon standar tersebut nilai bobotnya :0

4. Berat TBS rata-rata

a. KriteriaStandar berat TBS rata-rata 3,5 kg (matang panen)

b. Tatacara penilaian . .1) Jika berat TBS rata-rata 3,5 kg atau lebih diberi nilai: 152) Apabila berat TBS rata-rata 3 kg sampai dengan 3,5 kg

nilai bobotnya proporsional.

II. Sistem Tata Air

a. Kriteria

1) Sistem tata air pada prinsipnya mengupayakan tinggipermukaan air tanah pada batas yang optimum untukmendukung pertumbuhan dan produksi tanaman kelapasawit berkisar 60-90 cm.

2) Pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer, sekunder dantersier berfungsi dengan baik, yaitu dapat mengatur tinggirendah permukaan air dengan cepat dan mudah, dapatmengurangi genangan air pada waktu kelebihan air (musimhujan) dan atau mempertahankan tinggi permukaan airberkisar 60-90 cm.

15

15

17

Page 13: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Komponen Yang Dinilai

Nilai

Bobot

Maksimal

b. Tata cara Penilaian1) Pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer, sekunder dan

tersier telah dibangun dan berfungsi dengan baik, diberi nila= 11

2)' Permukaan air tanah tetap dapat dipertahankan 60-90 cmdiberi nilai = 6.

3) Jika pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer, sekunderdan tersier telah dibangun tetapi tidak berfungsi dengan baikmaka nilainya dikurangi.• Saluran/kanal pembuangan nilai = 4• Primer nilai = 3

• Sekunder nilai = 3

• Tersier nilai = 1

III. Sarana Transportasi

a. Kriteria ,Saluran/kanal pembuangan, primer dan sekunder berfungsisebagai sarana transportasi, dengan ukuran sesuai standar danhasil pengukuran kedalaman air pada musim kemarau, yaitui |0 - 1,49 muntuk saluran sekunder, 1,5 - 2,0 muntuk saluranprimer dan >2,0 muntuk saluran/kanal pembuangan.

b. Tata cara Penilaian1) Apabila saluran/kanal pembuangan, primer dan sekunder

berfungsi sebagai sarana transportasi, dengan ukuransesuai standar dan hasil pengukuran seperti tersebut diatasdiberi nilai = 10 dengan maksimal nilai:• Sekunder = nilai 2• Primer = nilai 3• Kanal pembuangan = nilai 5

2) Apabila saluran/kanal tidak dimanfaatkan sebagai saranatransportasi, tetapi terdapat sarana transportasi darat tetapdiberi nilai 10.

3) Apabila ukuran saluran/kanal pembuangan, primer dansekunder tidak sesuai kriteria, maka nilai dikurangi secaraproporsional.

IV. Kebersihan Kebun

a. Kriteria , ,. . .Kebersihan kebun diidentifikasikan oleh terkendalinya lalang,gulma berbahaya lainnya (pakis kawat, mikania, dll) dan bebasanakan kayu.

b. Tatacara Penilaian1) Jika lalang terkendali dan bebas anakan kayu, selebihnya

rumput lunak diberi nilai = 2.2) Jika lalang tidak terkendali atau banyak anakan kayu nilai

menjadi = 0.3) Jika gulma non lalang terkendali (ketinggian tidak lebih dan

40 cm) diberi,nilai =2, ketinggian 40-75 cm diberi nilai - 1,dan ketinggian lebih dari >75 cm diberi nilai = 0.

10

10

Page 14: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Komponen Yang Dinilai

V. Kondisi TPH, Jalan Panen dan Piringan Pohon

a. Kriteria1) TPH adalah tempat pengumpulan TBS. Setiap 5 gawangan

terdapat 1 TPH dan dalam keadaan bersih.2) Jalan pikul adalah jalan diantara 2 gawangan yang dapat

dilalui tanpa hambatan, bebas dari tumbangan kayu besardan anakan kayu.

3) Piringan pohon dibuat secara wajar dan dalam keadaanbersih. '

b. Tatacara Penilaian1) Telah dibuat 1TPH per 5 gawangan diberi nilai: 12) Dibuat jalan pikul yang dapat dilalui tanpa hambatan dan

dibuat titi panen diberi nilai : 23) Piringan pohon terawat dengan baik diberi nilai : 2

VI. Kesan Umum dan Faktor LainPenilaian ini dilakukan terhadap berbagai kondisi yang belumtercakup pada butir Is.d. IV. Faktor yang dinilai adalah kebersihankebun, homogenitas tanaman, defisiensi, crown disease, hamadan penyakit.Batas maksimal nilai bobot adalah : 4Batas minimal nilai bobot adalah : 1

Jumlah Nilai Bobot

Nilai

Bobot

Maksimal

100

3. Cara dan Hasil Penilaian

Hasil pengamatan dilapangan terhadap komponen tersebut diatas yangdibandingkan dengan keadaan standar diharapkan memberikan nilai bobotdpJ2iKluk sJap komponen. Secara ringkas pemberian nilai bobot perolehantersebut diformulasikan sebagai berikut:

Data dilapanganNilai Bobot Perolehan = x Nilai Bobot Komponen Maksimal

Standar Fisik

Hasil penilaian tersebut dituangkan pada formulir penetapan kelas kebun PetaniPeserta (form Model-B), yang diturunkan dari form model A.

Atas dasar penilaian di lapangan terhadap keseluruhan komponen, maka setiapkebun diklasifikasikan atas :

Kelas A = Nilai Bobot >80 - 100Kelas B = Nilai Bobot >70 - <80

Kelas C = Nilai Bobot >60 - <70

Kelas D = Nilai Bobot <60

Memenuhi persyaratan standar teknis.Belum memenuhi persyaratan standarteknis dan dapat dinilai kembali setelahminimal 6 bulan.Belum memenuhi persyaratan standarteknis dan dapat dinilai kembali setelahminimal 12 bulan.Tidak memenuhi persyaratan standarteknis.

ll

Page 15: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

V. PELAKSANAAN PENILAIAN

Pada saat tanaman kelapa sawit akan memasuki masa produktif dan dimungkinkandiadakan penilaian kebun, Mitra Usaha akan melaksanakan penilaian kebun sebagaidasar untuk pengajuan pelaksanaan penilaian kebun kepada Direktorat JenderalPerkebunan Kementerian Pertanian dan Bank Pelaksana dengan tembusan kepadaDirektorat Sistem Manajemen Investasi, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, danKementerian Keuangan.

Sebelum Mitra Usaha mengajukan permohonan untuk diadakan penilaian fisik kebunPetani Peserta kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, maka Mitra Usaha lebihdahulu telah mengadakan penilaian kebun yang akan memasuki periode TanamanMenghasilkan.

Pada pengelolaan kebun dalam satu manajemen, penilaian kebun akan memberikangambaran tentang kinerja Mitra Usaha dalam membangunan kebun Petani Pesertadan untuk pengelolaan kebun dalam pola kemitraan mandiri akan dialihkan langsungkepada Petani Peserta, sehingga diperoleh keyakinan bahwa kebun yang akandialihkan tersebut benar-benar telah memenuhi standar fisik.

Atas dasar permintaan perusahaan Mitra Usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan akanmembuat Surat Penugasan bagi Tim Penilaian yang akan bekerjasama dengan Dinasyang membidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk melaksanakanpenilaian kebun.

Pelaksanaan penilaian adalah sebagai berikut:

a. Penilaian dilakukan oleh tim yang terdiri dari petugas yang ditunjuk oleh DirekturJenderal Perkebunan dan petugas Bank Pelaksana. Petugas penilai dari DirektoratJenderal Perkebunan terdiri dari Staf Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas yangmembidangi Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota, ataupun petugas lain yangditunjuk.

b. Penilaian masing-masing areal kebun dilakukan oleh petugas penilai tersebut diatas dibantu oleh petugas kebun Mitra Usaha dan koperasi dan/atau PetaniPeserta, sedangkan pengklasifikasian masing-masing areal kebun dilakukan olehtim penilai berdasarkan hasil penilaian.

c. Setelah dilakukan penilaian petugas melakukan pembobotan hasil penilaiansehingga diputuskan kelas kebun Petani Peserta.

d. Hasil penilaian lapangan oleh Direktur Jenderal Perkebunan disampaikanPerusahaan dengan tembusan kepada Direktorat Sistim Manajemen Investasi,Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Bank Pelaksana

Berdasarkan hasil penilaian tersebut akan ditindak lanjuti:

a. Pengalihan kebun Pola Kemitraan Mandiri akan dilaksanakan melalui pengalihankebun dari Mitra Usaha kepada Petani Peserta. Proses pengalihan tersebutmencakup berbagai kegiatan yang menjadi fungsi dari berbagai instansi, yangantara lain meliputi penetapan Petani Peserta, penilaian fisik kebun, kesiapan atashak lahan, sertifikasi lahan sampai dengan penanda tanganan akad kredit untukPetani Peserta, serta pengaturan minimal cicilan kredit petani dari hasil produksi.

12

Page 16: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

b. Mitra Usaha pada Pengelolaan Kebun dalam Satu Manajemen akanmenginformasikan Hasil Penilaian Kinerja Mitra Usaha dalam pembangunan kebunPetani Peserta dan melanjutkan kegiatan manajerial terhadap kebun dan PetaniPeserta dengan melibatkan Petani Peserta sesuai fungsi dan Sumber DayaManusianya.

DIREKTUR JENDE NAN,

Ir. ACHMAD MANGGA BARANI, MMNIP.19490612 197503 1 001

13

Page 17: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Mitra Usaha pada Pengelolaan Kebun dalam Satu Manajemen akanmenginformasikan Hasil Penilaian Kinerja Mitra Usaha dalam pembangunan kebunPetani Peserta dan melanjutkan kegiatan manajerial terhadap kebun dan PetaniPeserta dengan melibatkan Petani Peserta sesuai fungsi dan Sumber DayaManusianya.

DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

/i£Ir. ACHMAD MANGGA BARANI, MMNIP.T9490612 197503 1 001

13

Page 18: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

LAMPIRAN 2: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

NOMOR :

TANGGAL :

DATA LAPANGAN KEBUN PETANI PESERTA

RINGKASAN :

- Nama Mitra Usaha

- Nama Kebun

- Afdeling

- Hamparan/Kelompok

- Nomor Blok

-Tahun Tanam

- Jarak Tanam

I. KONDISI TANAMAN

FORM MODEL

Halaman

Jumlah Pemancang

A

1

2x35

Pancang

ke

HO BG BH BT CD DF HM PY Pancang

ke

HO BG BH BT CD DF HM PY

1 2

3 4

5 6

7 8

9 10

11 12

13 14

15 16

17 18

19 20

21 22

23 24

25 26

27 28

29 30

31 32

33 34

35 36

37 1 38

39 40

41 42

43 44

45 46

47 48

49 50

51 52

53 54

55 56

57 58

59 60

61 62

63 64

65 66

67 68

68 70

Jumlah A

SI

S2

S3

0

X

Jumlah A

SI

S2

S3

0

XX

N Ua

X

N Ua

K Uk K Uk

Mg Tikus Mg Tikus

B B Gajah

Bb

Page 19: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Halaman :. 2

Jumlah Pancang : 2 x 50

Pancang

ke

HO BG BH BT CD DF HM PY Pancang

ke

HO BG BH BT CD DF HM PY

71 72

73 74

75 76

77 78

79 80

81 82

83 84

85 86

87 88

89 90

91 92

93 94

95 96

97 98

99 100

101 102

103 104

105 106

107 108

109 110

111 112

113 114

115 116

117 118

119 120

121 122

123 124

125 126

127 128

129 130

131 132

133 134

135 136

137 138

139 140

141 142

143 144

145 146

147 148

149 150

151 152

153 154

155 156

157 158

159 160

161 162

163 164

165 166

167 168

168 170

Jumlah A

SI

S2

S3

0

X

Jumlah A

SI

S2

S3

0

XX

N Ua

X

N Ua

K Uk K Uk

Mg Tikus Mg Tikus

B B Gajah

Bb

Page 20: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

3 QJ

zr

coco

co~y

>X

OC

O|\

Jh-

>

NJ

cn

CD

NJ

cn

NJ

cn

cn

NJ

cn

CO

NJ

cn

H-1

NJ

cn

CD

NJ

cn

NJ

Cn

Cn

NJ

Cn

CO

NJ

Cn

I-'

NJ

J>

CD

NJ

J>

NJ

cn

NJ

CO

NJ

J>

NJ

CO

CO

NJ

CO

NJ

CO

cn

NJ

CO

CO

NJ

CO

NJ

NJ

CD

NJ

NJ

NJ

NJ

cn

NJ

NJ

CO

NJ

NJ

NJ

CD

NJ

NJ

I-4

cn

NJ

CO

NJ

1—>

NJ

O CD

NJ

ON

JO C

n

NJ

O CO

NJ

OC

DC

D

I-1

CD

CO

Cn

CD

co

t->

CD

r-»

I-1

00

CD

00

H-1

00

cn

00

CO

00

t-»

t->

CD

SJ

""J

r-»

cn

1-4

CO

h-4

I-4

7^

QJ

Z3

O QJ

Z3

era X O C

D

CD

CD

X

X

CO —1

03

era

7^

-z.

0 Tl

H C to

cz

<z

QJ

X •0

XO

CO

co

CO

NJ

3 QJ

zr

co>

NJ

O

NJ

00

NJ

cn

cn

NJ

cn

NJ

cn

NJ

NJ

cn

o

NJ

Cn

00

NJ

cn

cn

NJ

cn

NJ

Cn

NJ

NJ

cn

O

NJ

00

15j

cn

NJ

4^

NJ

4^>

NJ

NJ

O

NJ

CO

CO

NJ

CO

cn

NJ

CO

NJ

CO

NJ

NJ

CO

O

NJ

NJ

00

NJ

NJ

cn

NJ

NJ

J>

NJ

NJ

NJ

NJ

NJ

O

NJ

1-*

CO

NJ

M cn

NJ

NJ

(->

NJ

NJ

M O

NJ

O 00

NJ

O cn

NJ

O 4>

NJ

O NJ

NJ

O OC

D0

0

r-»

CD

cn

1-*

CD

J>

t—>

CD

NJ

CD

O0

00

0

f-»

00

cn

00

I-4

00

NJ

h-1

00

00

0

H-4

cn

h-4

«sj

J>

I-4

•si

NJ

7T

-a

QJ

ZJ

O QJ

ZJ

era X O C

O

CD

CO

X

X

CD

-1

a

CD

era

7v

za -n

CO

a-

CD

^QJ'

zr

H C co

CZ

7r

C Qj

X 2

cX Q

J

3Q

J

QJ

3 QJ

J -O

ZJ

QJ

Z5

O QJ

ZJ

era

Page 21: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

Halaman

Jumlah Pancang: .4

:2x50

Pancang

ke

HO BG BH BT CD DF 1 HM PY Pancang

ke

HO BG BH jBT CD DF HM PY

271 272

273 274

275 276

277 278

279 280

281 282

283 284

286 286

267 288

289 290

291 292

293 294

295 296

297 298

299 300

301 302

303 304

305 306

307 308

309 310

311 312

313 314

315 316

317 318

319 320

321 322

323 324

325 326

327 328

329 330

331 332

333 334

335 336

337 338

339 340

341 342

343 344

345 346

347 348

349 350

351 352

353 354

355 356

357 358

359 360

361 362

363 364

365 366

367 368

369 370

Jumlah A

SI

S2

S3

C

X

Jumlah A

SI

S2

S3

1 C

X

N Ua

X

N Ua

K Uk K Uk

Mg Tikus Mg Tikus

B B Gajah

Bb

X

DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN,

Mr. ACHMAD MANGGA BARANI, MM

NIP 19490612 197503 1001

Page 22: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

LAMPIRAN 3: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

NOMOR :

TANGGAL :

RINGKASAN

- Nama Mitra Usaha

- Nama Kebun

- Afdeling

- Hamparan

-Blok

FORM A-1

I. REKAPITULASI DATA LAPANGAN

Halaman HO (homoginitas) Ber

bunga

Ber

buah

BT (kg) CD DF (defisiensi)

Hama PYA Sisipan S X 0 Jmlh. Rata-

rata

N K Mg B

SI S2 S3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Hal. AlKiri

Hal. Al Kanan

Hal. A2 Kiri

Hal. A2 Kanan

Hal. A3 Kiri

Hal. A3 Kanan

Hal. A4 Kiri

Hal. A4 Kanan

JUMLAH

Keterangan SI

S2

S3

Sisipan berbeda umur 1 tahun dengan tanaman asli

Sispan berbeda umur 2 tahun dengan tanaman asli

Sisipan berbeda umur 3 tahun dari tanaman asli.

II. KOMPONEN LAIN

(Diisi pada pengamatan setiap ujung gawangan)

Uraian Nilai

Max.

GAWANGAN Rata-

rata-1 II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII

A. Penutup Tanah (%)

1. Kacangan

2. Rumput Lunak

3. Lalang tidak terkendali

dan anakan kayu

4

6

0

B. Pengawetan Tanah

1. Teras

2. Parit Sirip Ikan

3. Parit Pembuangan

C. TPH Jalan Pikul & Piringan

l.TPH

2. Jalan Pikul

3. Piringan

3

2

3

1

2

2

Pencacah :

' '•""DO"''

1. Ditjen Perkebunan

2. Bank Pelaksana

3. Dinas Perkebunan Provinsi

4. Dinas Perkebunan Kabupaten

5. Mitra Usaha

6. Petani Peserta/Koperasi

DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

^/c^^^^lr. ACHMADMANGGA BARANI, MM

NIP 19490612 197503 1001

Page 23: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

LAMPIRAN 4 :KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

NOMOR :

TANGGAL :

PENETAPAN KELAS KEBUN PETANI PESERTA DILAHAN BASAHFORM MODEL:

1. Nama Mitra Usaha

2. Nama Kebun

3. Afdeling

4. Divisi / Blok

5. Luas Blok

6. Tahun Tanam

7. Jarak Tanam

8. Kelompok Tani

9. Nama Koperasi

No. KOMPONENData

LapanganStandar

Fisik

Nilai

Bobot

Perolehan

Nilai

1 2 3 4 5 6=(3/4 X 5)

I.

II.

KONDISI TANAMAN

a. Jumlah Pohon Per Hektar ( A + S1 + S2 )b. Jumlah Pohon Berbungac. Jumlah Pohon Berbuah

d. Berat TBS rata-rata

SISTEM TATA AIR

a. Pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer,sekunder dan tersier telah dibangun danberfungsi dengan baik

b. Permukaan air tanah tetap dapat dipertahankan60 - 90 cm

c. Pintu air, saluran/kanal pembuangan, primer,sekunder dan tersier telah dibangun tetapi

tidak berfungsi dengan baik

III.

IV.

SARANA TRANSPORTASI

a. Saluran/ kanal pembuangan, primer dansekunder berfungsi sebagai sarana transportasi,dengan ukuran sesuai standar dan hasilpengukuran kedalam air pada musim kemarau1,0-1,49 m untuk saluran sekunder, 1,5-2,0 m untuk

saluran primer dan > 2,0 m untuk saluran/kanalpembuangan

b. Saluran/kanal tidak dimanfaatkan sebagai saranatransportasi, tetapi terdapat sarana transportasida rat.

c. Ukuran saluran/kanal pembuangan, primer dansekunder tidak sesuai kriteria.

KEBERSIHAN KEBUN

a. Lalang terkendali dan bebas anakan kayu,selebihnya rumput lunak.

b. Lalang tidak terkendali atau banyak anakankayu.

c. Jika gulma non lalang^terkendali (ketinggian tidak

lebih dari 40 cm, 40-75 cm dan lebih dari > 75 cm).

V. TPH, JALAN PANEN DAN PIRINGAN POHON

a. I TPH per 5 Gawanganb. Dibuatjalan pikul yang dapat dilalui tanpa hambatan

VI.

dan dibuat titi panenc. Piringan pohon terawat dengan baik

KESAN UMUM DAN FAKTOR LAIN

TOTAL

KELAS KEBUN

4.

tanggal 20

Ditjen Perkebunan

__Bank Pelaksana

Dinas Perkebunan Provinsi

Dinas Perkebunan Kabupaten

Mitra Usaha

Petani Peserta/Koperasi

DIREKTUR JENDiRAL PERKEBUN

X.. A/HMADMANGGA BARANI, MM

NIP 19490612 197503 1 001

Page 24: DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Menimbang : a. bahwa ...

LAMPIRAN 4:KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN

NOMOR :

TANGGAL :

PENETAPAN KELAS KEBUN PETANI PESERTA DI LAHAN KERINGFORM MODEL:

1. Nama Mitra Us<

2. Nama Kebun

3. Afdeling

4. Divisi / Blok

5. Luas Blok

6. Tahun Tanam

7. Jarak Tanam

8. Kelompok Tani

9. Nama Koperasi

No. KOMPONEN

IV.

KONDISI TANAMAN

a. Jumlah Pohon Per Hektar (Ab. Jumlah Pohon Berbunga

c. Jumlah Pohon Berbuah

d. Berat TBS rata-rata

KONDISI PENUTUP TANAH

a. Lalang terkendali dan bebas anakan kayub. Kacangan

SISTEM PENGAWETAN TANAH

a. Teras dan tapak timbunb. Parit Sirip Ikanc. Parit Pembuangan

S1 +S2)

JALAN PRODUKSI DAN KOLEKSI

a. Lebar Jalan

PengerasanParit Kiri Kanan Jalan

Tanjakan dapat dilaluiGorong-gorong dan jembatan

TPH, JALAN PIKUL DAN PIRINGAN

a. TPH

b. Jalan Pikul

c. Piringan

VI. KESAN UMUM DAN FAKTOR LAIN

TOTAL

1.

3.

5.

6.

Data

Lapangan

Standar

Fisik

Nilai

Bobot

Perolehan

Nilai

6=(3/4 X 5)

ELAS KEBUNK

tanggal 20

Ditjen Perkebunan

Bank Pelaksana

Dinas Perkebunan Provinsi

Dinas Perkebunan Kabupaten

Mitra Usaha

Petani Peserta/Koperasi

DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN,

ifyjl*^^y.lr. ACHMAD MANGGA BARANI, MM

NIP 19490612 197503 1 001