Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng...

14
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84 71 Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan Dinamics of The Genteng Fault In Relation to the Development of Comal Coast, Pekalongan Sidarto Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Jln. Diponegoro 57, Bandung Corresponding Author: [email protected] Diterima: 26 Mei, 2014; revisi: 25 Juli, 2014; disetujui: 12 Agustus, 2014 ABSTRAK Jawa Tengah mempunyai kondisi geologi yang cukup kompleks karena daerah ini sejak Kapur Akhir telah dilalui jalur penunjaman, dan pantai utaranya menjorok lebih ke selatan dibandingkan dengan pantai utara Jawa Barat dan Jawa Timur. Berdasarkan citra multi waktu, pantai Pekalongan yang merupakan bagian pantai utara Jawa Tengah pada umumnya tidak berubah, kecuali di sepanjang Pantai Comal. Perubahan ini disebabkan oleh material yang dibawa sungai cukup banyak. Sumber material ini berhubungan dengan proses pelapukan, erosi, dan aktivitas tektonik di dalam DAS Comal yang terdiri atas sub-DAS Comal dan sub-DAS Genteng. Sub-DAS Genteng dipotong oleh Sesar Genteng yang keberadaannya dapat diamati pada citra, data gaya berat, dan lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sesar ini telah ada sejak Miosen Akhir sebagai sesar mendatar menganan-normal. Pada Plio- Plistosen, sesar ini teraktifkan dan sampai sekarang masih aktif sebagai sesar mengiri yang cukup besar. Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. Batuan penyusun yang lepas (guguran lahar) dan tutupan lahannya yang berupa sawah tadah hujan menambah jumlah material yang mudah diangkut oleh air sungai. Jadi, Sesar Genteng secara tidak langsung memengaruhi perkembangan pantai muara Comal, sebab sesar ini sebagai penyedia material. Kata kunci: Sesar Genteng, sesar mendatar menganan, aktif, perubahan garis pantai, Kali Comal ABSTRACT Geological condition of the Central Java area is relatively complex, because this area has been oc- cupied by a subduction zone since Late Cretaceous. Its northern coast sticks out to the south compared to the northern coasts of West and East Java areas. Based on the multitime images, the Pekalongan coast which is part of the northern cost of Central Java, is generally stable, except along the estuary of Comal River. These changes were caused by quite a lot of materials brought by rivers. The source of the materials is related to weathering, erosion process, and tectonic activity in the Comal River Basin consisting of Comal and Genteng subwatersheds. The Genteng subwatershed was cut by an active Genteng Fault in which the existence of the fault can be observed on the images and gravity data, as well as in the field. The analysis showed that the fault has been active since the Late Miocene as a normal right strike slip fault. In Plio-Pleistocene the fault was reactivated and is still active untill now as a regional right strike slip fault. The area along the fault is a broken zone and unstable region, which is an eroded zone. This subwatershed consists of unlithified rocks and covers by rain-fed rice fields, the adding amount of material to easily be transported by rivers. Therefore, indirectly, the fault influence the changing of the Comal, because the fault is the provider of the materials. Keywords: Genteng fault, right strike-slip fault, active, coastal line changing, Comal

Transcript of Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng...

Page 1: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

71

Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan

Dinamics of The Genteng Fault In Relation to the Development of Comal Coast, Pekalongan

Sidarto

Pusat Survei Geologi, Badan GeologiJln. Diponegoro 57, Bandung

Corresponding Author: [email protected]: 26 Mei, 2014; revisi: 25 Juli, 2014; disetujui: 12 Agustus, 2014

ABSTRAKJawa Tengah mempunyai kondisi geologi yang cukup kompleks karena daerah ini sejak Kapur Akhir telah dilalui jalur penunjaman, dan pantai utaranya menjorok lebih ke selatan dibandingkan dengan pantai utara Jawa Barat dan Jawa Timur. Berdasarkan citra multi waktu, pantai Pekalongan yang merupakan bagian pantai utara Jawa Tengah pada umumnya tidak berubah, kecuali di sepanjang Pantai Comal. Perubahan ini disebabkan oleh material yang dibawa sungai cukup banyak. Sumber material ini berhubungan dengan proses pelapukan, erosi, dan aktivitas tektonik di dalam DAS Comal yang terdiri atas sub-DAS Comal dan sub-DAS Genteng. Sub-DAS Genteng dipotong oleh Sesar Genteng yang keberadaannya dapat diamati pada citra, data gaya berat, dan lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sesar ini telah ada sejak Miosen Akhir sebagai sesar mendatar menganan-normal. Pada Plio-Plistosen, sesar ini teraktifkan dan sampai sekarang masih aktif sebagai sesar mengiri yang cukup besar. Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. Batuan penyusun yang lepas (guguran lahar) dan tutupan lahannya yang berupa sawah tadah hujan menambah jumlah material yang mudah diangkut oleh air sungai. Jadi, Sesar Genteng secara tidak langsung memengaruhi perkembangan pantai muara Comal, sebab sesar ini sebagai penyedia material. Kata kunci: Sesar Genteng, sesar mendatar menganan, aktif, perubahan garis pantai, Kali Comal

ABSTRACTGeological condition of the Central Java area is relatively complex, because this area has been oc-cupied by a subduction zone since Late Cretaceous. Its northern coast sticks out to the south compared to the northern coasts of West and East Java areas. Based on the multitime images, the Pekalongan coast which is part of the northern cost of Central Java, is generally stable, except along the estuary of Comal River. These changes were caused by quite a lot of materials brought by rivers. The source of the materials is related to weathering, erosion process, and tectonic activity in the Comal River Basin consisting of Comal and Genteng subwatersheds. The Genteng subwatershed was cut by an active Genteng Fault in which the existence of the fault can be observed on the images and gravity data, as well as in the field. The analysis showed that the fault has been active since the Late Miocene as a normal right strike slip fault. In Plio-Pleistocene the fault was reactivated and is still active untill now as a regional right strike slip fault. The area along the fault is a broken zone and unstable region, which is an eroded zone. This subwatershed consists of unlithified rocks and covers by rain-fed rice fields, the adding amount of material to easily be transported by rivers. Therefore, indirectly, the fault influence the changing of the Comal, because the fault is the provider of the materials.Keywords: Genteng fault, right strike-slip fault, active, coastal line changing, Comal

Page 2: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

72

PENDAHULUAN

Di bagian tengah Jawa Tengah terdapat satu singkapan batuan tertua di Pulau Jawa yang merupakan bekas tempat tumbukan Lem-peng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Hindia pada Kapur Akhir (Asikin, 1974). Perkembangan selanjutnya, lokasi tumbuk-an ini bergeser ke selatan, dan sekarang ini membentuk Palung Jawa di selatan Pulau Jawa. Menurut Asikin (1974), tumbukan ini mencapai klimaksnya pada Plio-Plistosen yang menyebabkan Pulau Jawa terangkat, sedangkan menurut van Bemmelen (1949) pada Plio-Plistosen terbentuk geantiklin Jawa yang disertai aktivitas gunung api. Sungai di Jawa Tengah bagian utara pada Eosen - Miosen Akhir mengalir ke selatan (Clements dan Hall, 2007). Namun, akibat terangkatnya Pulau Jawa, sungai berbalik mengalir ke arah utara dan membentuk pantai utara Jawa. Pantai utara Jawa Tengah secara morfologi garis pantainya mempu-nyai bentuk berbeda dibandingkan dengan garis pantai Jawa Barat dan Jawa Timur. Garis pantai di wilayah ini lebih menjorok ke selatan yang diperkirakan dikontrol oleh

Sesar Pamanukan - Cilacap yang berarah barat laut - tenggara di bagian barat, dan Sesar Muria-Kebumen yang berarah timur laut - barat daya di bagian timur (Satyana, 2007; Gambar 1). Kedua sesar tersebut juga memengaruhi kondisi geologi Jawa Tengah pada umumnya, yang berfungsi sebagai sumber material pembentuk pantai utara.

Pembentukan pantai dipengaruhi oleh ge-lombang, arus pasang-surut, naik-turunnya permukaan air laut, dan pasokan material oleh sungai. Besar-kecilnya material yang di-bawa sungai bergantung pada tingkat proses pelapukan dan erosi di daerah hulu. Tingkat kedua proses tersebut berhubungan dengan iklim, resistensi batuan, dan aktivitas atau dinamika tektonik yang berkembang di bagian hulu.

Penampakan pada citra multiwaktu, garis pantai di bagian timur dan barat Pekalongan relatif tidak berubah, sementara di daerah muara Kali Comal terdapat perubahan yang cukup signifikan. Perubahan ini disebabkan oleh material yang dibawa Kali Comal cukup besar. Di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Comal terdapat Sesar Genteng yang

Gambar 1. Pengaruh Sesar Pamanukan-Cilacap dan Sesar Muria-Kebumen terhadap pantai utara Jawa Tengah (Satyana, 2007).

Sesar dan lipatan

indentasi bagian selatan 200.000 km

U

indentasi bagian utara

Pekalongan

ke Ses

ar M

eratus

Sesar

Muria

-Keb

umenSesar Pamanukan-Cilacap

fraktur bukaan Sunda-Arjuna

ke Sesar Lematang

Page 3: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan (Sidarto)

73

memotong batuan Tersier - Kuarter. Tujuan tulisan ini adalah mengenali dinamika Sesar Genteng, dan kemudian menganalisis pengaruhnya terhadap perkembangan garis pantai Muara Comal.

Lokasi

Daerah penelitian yang secara geografis terletak antara 6°45’ - 7°15’ Lintang Selatan dan 109°11’34” - 109°46’46” Bujur Timur, secara administratif termasuk ke dalam be-berapa wilayah kabupaten yang terdiri atas Kabupaten Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, serta Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan sketsa fisiografi Jawa (van Bemmelen, 1949), daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Serayu Utara, Gunung Api Kuarter, dan dataran aluvium pantai Utara Jawa (Gambar 2).

Metodologi

Untuk mengetahui aktivitas tektonik dan perubahan pantai di daerah Pekalongan diperlukan data geologi dan tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Penelitian ini diawali dengan melakukan pengolahan data inderaan jauh yang ter-diri atas citra Digital Elevation Model (DEM) dari Terrasar-x (2011). Citra ini

mengekspresikan petampakan geologi secara baik. Interpretasi geologi dilakukan pada citra terolah dan kemudian dilakukan verifikasi lapangan (batuan dan penguku-ran elemen struktur geologi). Hasil inter-pretasi geologi disebandingkan dengan peta geologi bersistem skala 1 : 100.000 Lembar Banjarnegara - Pekalongan (Con-don drr., 1996) dan Lembar Purwokerto - Tegal (Djuri drr.,1996). Perubahan garis pantai diperoleh dari peta topografi skala 1:100.000 yang dibuat tahun 1965, citra landsat 1978, citra landsat 2002, dan citra landsat 2013. Sementara tataguna lahan diperoleh dari peta rupabumi 1989. Sesar Genteng diinterpretasi pada citra, peta anomali Bouguer, dan pengamatan lapang-an. Peta anomali Bouguer yang digunakan adalah peta anomali gaya berat Lembar Banjarnegara-Pekalongan (Dibyontoro dan Sutisna, 1977), dan Lembar Purwokerto - Tegal (Sudarmono drr.,1995); dan data hasil pengamatan lapangan dianalisis de-ngan grafik stereonet.

Geologi

Tingkat proses pelapukan dan erosi ber-hubungan dengan kondisi geologi setempat (batuan dan struktur geologi) yang diketahui

Gambar 2. Fisiografi Pulau Jawa (van Bemmelen, 1949) dan lokasi daerah penelitian.

Keterangan:

Gunung Api Kuarter

Dataran Aluvial Jawa Utara

Zona Rembang

Zona Bogor - Serayu Utara - Kendeng

Kubah dan Punggungan zona depresi tengah

Zona depresi tengah dan Zona Randublatung

Pegunungan Selatan

Daerah penelitian

Samudra Hindia

Selat S

unda

Laut Jawa

Pekalongan0 20 40 60 80 100 km

U

Page 4: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

74

Gambar 3a. Peta geologi inderaan jauh daerah Pekalongan dan sekitarnya. (Korelasi antar satuan lihat pada Gambar 3b).

pada peta geologi. Peta geologi daerah Pe-kalongan dan sekitarnya (Gambar 3a) dan korelasi satuannya (Gambar 3b) merupakan hasil interpretasi data inderaan jauh yang sebagian disertai verifikasi di lapangan, dan disebandingkan dengan peta geologi sistemastis skala 1:100.000. Batuan tertua adalah satuan batulempung-batupasir (Tms), yang tersusun oleh napal dan perselingan batu-lempung gampingan dan batupasir gamping-an. Satuan batuan ini dapat di-se-bandingkan dengan Formasi Rambatan yang berumur Miosen Awal- Tengah (Condon drr., 1996; Djuri drr.,1996). Satuan ini ditindih secara selaras oleh satuan batupasir (Tmps) yang tersusun oleh batupasir, konglomerat,

ULaut Jawa

Tanjung Comal

0 7.5 15

km

o o o109 15' BT 109 30' 109 45' BT

o o o109 15' BT 109 30' 109 45' BT

oo

o

71

5' L

S

76

45

' LS

o 645

' LS

o

7o 715

' LS

Qa Qv

Qtv

Tma

Tmpv

Tmpl

Tmps

Tms

Qtsv

Qps

Tps

Qad

Qap

Qf

Qhv

: Endapan aluvial : Batuan gunung api Kuarter : Satuan andesit

: Satuan batugamping

: Satuan batuan gunung api

: Satuan batupasir

: Satuan batulempung-batupasir

: Lokasi pengamatan

: Tepi kawah

: Batuan gunung api Plio-Plistosen

: Satuan breksi epiklastik

: Satuan undak aluvium

: Satuan batuan konglomerat

: Batas satuan

: Kontur Anomali Bougeur

: Sungai

: Jurus dan kemiringan lapisan batuan

Keterangan:

: Endapan delta

: Endapan pematang pantai

: Endapan kipas aluvium

: Batuan gunung api Holosen

: Sesar mendatar

: Sesar naik

: Antiklin

: Sinklin

dan napal yang dapat disebandingkan dengan Formasi Halang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal (Condon drr., 1996, Djuri drr., 1996). Satuan batugamping (Tmpl) yang merupakan lensa di dalam satuan batupasir dapat disebandingkan dengan Anggota Batu-gamping Formasi Halang (Djuri drr.,1996). Satuan batuan gunung api (Tmpv) yang ter-susun oleh breksi, lava, dan tuf berhubungan menjemari dengan satuan batupasir dapat disebandingkan dengan Formasi Kumbang yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal (Djuri drr.,1996). Batuan intrusi (Tma) menerobos satuan batulempung-batupasir dan satuan batupasir. Menurut Condon drr. (1996), batuan ini berumur Miosen Awal-

Page 5: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan (Sidarto)

75

Miosen Tengah, sedangkan menurut Djuri drr. (1996) ber-umur Miosen Akhir. Namun, berdasarkan penampakan citra, satuan ini menerobos satuan batulempung-batupasir, dan satuan batupasir, sehingga batuan intrusi ini diduga berumur Miosen Akhir.

Satuan konglomerat (Tps) yang terdiri atas batupasir berbutir kasar, konglomerat, setempat breksi dengan tingkat pembatuan rendah; dan disebandingkan dengan For-masi Tapak, yang berumur Pliosen (Djuri drr.,1996) menindih secara tidak selaras bat-uan sedimen Miosen. Selanjutnya, menindih secara selaras satuan batuan sedimen Pliosen ini adalah satuan breksi epiklastika (QTsv) yang dapat disebandingkan dengan Formasi Damar (Condon drr., 1996). Sa-tuan ini terdiri atas konglomerat bersisipan tuf halus berlapis, ke atas berubah menjadi breksi epiklastika. Satuan endapan undak (Qps) yang tersusun oleh batupasir tufan, batu-pasir, konglomerat, breksi; dan ber-umur Plistosen menindih tidak selaras satuan konglomerat dan satuan breksi epiklastika. Satuan batuan gunung api berkembang di selatan Kota Pekalongan. Menurut peta geo-

logi Lembar Pekalongan dan Banjarnegara (Condon drr., 1996), satuan ini merupakan batuan gunung api Jembangan. Namun berdasarkan interpretasi data inderaan jauh, satuan ini terdiri atas banyak gunung api, yang ditunjukkan adanya bentukan kerucut, bekas kawah, dan pola aliran me-nyebar (radial). Berdasarkan bentuk bekas kawah, tingkat erosi, dan morfostratigrafi-nya, satuan ini dapat dibagi menjadi batuan gunung api Plio-Plistosen (QTv), batuan gunung api Kuarter (Qv), dan batuan gunung api Holosen (Qhv). Satuan termuda adalah endapan aluvium yang hanya dapat dikenali bentuk sebarannya pada data inderaan jauh. Endapan ini terdiri atas kipas aluvium (Qf), endapan pematang pantai (Qap), endapan delta (Qad), dan endapan aluvium (Qa).

Struktur geologi yang dijumpai terdiri atas sesar dan lipatan. Sesar terdiri atas sesar naik Kreyo; sesar mendatar berarah utara baratlaut - selatan tenggara yang berupa Sesar Genteng dan Sesar Karangasem; Sesar mendatar Winoyo, Kradenan, dan Silawan yang berarah barat laut-tenggara; dan sesar mendatar timur timurlaut - barat baratlaut yang terdiri atas Sesar Pandansari dan Sesar Watukumpul.

Berdasarkan data geologi, pada Miosen Awal daerah penelitian merupakan cekung-an sedimen tempat terendapkannya satuan batu-lempung-batupasir dan satuan batupa-sir; yang kemudian diikuti aktivitas gunung api. Pada Miosen Akhir-Pliosen Awal, daerah penelitian mengalami perlipatan, pensesar-an dan intrusi andesit akibat tektonik yang berhubungan dengan aktifnya kembali tum-bukan Lempeng Samudra Hindia dan Lem-peng Eurasia. Pada Pliosen terjadi beberapa cekungan sedimen lokal, yaitu diendapkan-nya satuan batuan sedimen Pliosen. Pada Plio-Plistosen tumbukan kedua lempeng mencapai maksimum, sehingga Pulau Jawa terangkat, dan disertai aktivitas gunung api. Pengangkatan dan aktivitas gunung api ini mengakibatkan adanya aliran sungai

Tms

Tmps

Tps

Tmpl

Qtsv

Qps

Qtv

QtwQf

QapQadQa

Qv

Tmpv Tma

Satuan Batuan

Sedimen Umur

Aw

al

Ten

gah

Akh

ir

Aw

al

Akh

ir

Mio

sen

P

lios

en

Pli

stos

en H

olos

en

Ter

sier

Kua

rter

Gunung Api/Beku

Gambar 3b. Korelasi antarsatuan yang menerangkan Gambar 3a.

Page 6: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

76

ke utara, yang mengontrol perkembangan pantai utara Jawa Tengah pada khususnya.

HASIL DAN DISKUSI

Sesar Genteng

Sesar Genteng melalui Kali Genteng, se-hingga dinamai sebagai Sesar Genteng (Gambar 3a). Penampakan pada citra diciri-kan oleh kelurusan lembah Kali Genteng, memotong satuan batulempung-batupasir (Tms), satuan batupasir (Tmps), dan batuan intrusi (Tma). Penampakan lainnya adalah di bagian utara, sebaran satuan batupasir ke arah timur secara tiba-tiba begeser ke selatan. Pada endapan aluvium (pantai) dicirikan oleh kelurusan lembah kontur anomali Bouguer (Gambar 3a). Di lapangan, sesar ini menunjukkan kelurusan sungai, dan zona sesar terlihat di tengah sungai (Gambar 4). Di lokasi Si05 (satuan batulempung-batupasir) dan lokasi Si28 (satuan intrusi) dilakukan pengukuran kekar gerus. Kekar pada napal di lokasi Si05 dianalisis dengan menggunakan stereonet. Hasilnya menun-jukkan ada dua kemungkinan (Gambar 5 dan Gambar 6), yaitu :1. dextral fault (kla-sifikasi Anderson, 1951), atau normal right strike-slip fault (klasifikasi Rickard, 1972); dan 2. dextral fault (klasifikasi Anderson, 1951), atau reverse right strike-slip fault (klasifikasi Rickard, 1972); sedangkan kekar gerus pada intrusi andesit (Gambar 7), hasil analisisnya (Gambar 8) menunjukkan dex-tral fault (klasifikasi Anderson, 1951) atau normal right strike-slip fault (klasifikasi Rickard, 1972).

Dalam zona sesar ini telah dilakukan dua pengukuran, yaitu di satuan batulempung-batupasir, dan pada satuan andesit. Hasil analisis stereonet, pada satuan batulempung-batupasir menghasilkan dua kemungkinan, sedangkan pada andesit hanya satu. Hal ini menunjukkan bahwa sesar ini telah

Gambar 4. Foto zona Sesar Genteng di lokasi Si05.

σ1

σ3

4

σ2

S

B T

U

Kekar utama 1: U 151 T / 78; Kekar utama 2 : U 207 T / 44.α : 31, U 194 T Kedudukan sesar : U 150 T / 791

α : 45, U 319 T rake : 44, U 161 T2

α : 30, U 84 T pitch : 44,89 STg3

Jenis sesar : dextral fault (Anderson, 1951). Normal right strike slip fault (Rickard, 1972).

Gambar 5. Hasil analisis stereonet di lokasi Si05, ke-mungkinan 1.

mengalami dua periode tektonik, yaitu pra-intrusi dan pascaintrusi. Sesar yang terbentuk pra-intrusi mengontrol munculnya batuan intrusi. Pada Gambar 5 terlihat gaya utama terbesar (α1) relatif vertikal dan gaya utama terkecil (α3) horizontal, sehingga sesar bersifat normal yang menunjukkan adanya unsur bukaan dan dapat berfungsi

Page 7: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan (Sidarto)

77

Si28) berkembang sebagai normal right strike-slip fault. Dalam satu sesar terdapat dua lokasi yang sistem sesarnya berbeda, sehingga menunjukkan bahwa Sesar Gen-teng merupakan sesar mendatar yang cukup besar. Hal ini diperkuat oleh adanya pe-rubahan arah lipatan (antiklin dan sinklin), di bagian barat lipatan relatif berarah timur - barat. Mendekati sesar, lipatan tersebut

sebagai celah munculnya satuan intrusi. Jadi awalnya (pra-intrusi) sesar ini diduga sebagai normal right strike-slip fault. Pasca intrusi, Sesar Genteng teraktifkan kem-bali. Di lokasi Si05 dan sekitarnya sesar ini berkembang sebagai reverse right strike-slip fault (Gambar 6), yaitu blok barat daya yang relatif naik, dibuktikan dengan adanya endapan teras cukup tinggi (Gambar 9); sedangkan pada satuan intrusi (di lokasi

σ1

σ2

σ3

S

N

T

B

U

T

Kekar utama 1: U 191 T / 70; Kekar utama 2 : U 152 T / 78.α : 9, U 183 T Kedudukan sesar : U 150 T / 701

α : 69, U 299 T rake : 18, U 153 T2

α : 18, U 91 T pitch : 18,30 UUB3

Jenis sesar : Dextral fault (Anderson, 1951). Reverse right strike slip fault (Rickard, 1972).

Gambar 6. Hasil analisis stereonet di lokasi Si05, ke-mungkinan 2.

Gambar 7. Foto singkapan andesit terkekarkan di lo-kasi Si28.

Kekar utama 1: U 243 T / 73; Kekar utama 2 : U 182 T / 79.α1 : 14, U 182 T Kedudukan sesar : U 150 T / 88α2 : 74, U 322 T rake : 16, U 161 Tα3 : 10, U 89 T pitch : 17 STgJenis sesar : Dextral fault (Anderson, 1951). Normal right strike slip fault (Rickard, 1972).

U

B T

N

T

S

σ1

σ3

σ2

Gambar 8. Hasil analisis stereonet di lokasi Si28.

Gambar 9. Foto endapan sungai yang sudah terang-kat. Posisi endapan ini di blok baratdaya, sesuai ana-lisis stereonet (Gambar 7).

Page 8: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

78

berarah tenggara - barat laut sampai hampir utara- selatan. Adanya endapan sungai yang telah terangkat menunjukkan bahwa sesar ini masih aktif.

Hasil analisis stereonet menunjukkan bahwa gaya utama terbesar (α1) berarah utara - selatan (Gambar 5). Gaya ini diduga berhubungan dengan tumbukan Samudra Hindia dan Lempeng Eurasia. Pada awalnya sesar ini diduga terbentuk pada Miosen Akhir, dan mungkin berhubungan dengan pengaktifan kembali tunjaman di atas, yang pada Miosen Tengah berhenti, dan kemu-dian lokasinya berimpit dengan tunjaman sekarang (Asikin, 1974). Hasil analisis pada satuan batuan andesit menunjukkan gaya utamanya juga relatif utara - selatan, yang berarti juga berhubungan dengan penunjam-an juga. Pengaktifan kembali Sesar Genteng berhubungan dengan tektonik Plio-Plistosen yang pergerakannya mencapai puncak, kemudian menurun, walaupun masih aktif sampai sekarang.

Pantai Pekalongan dan sekitarnya

Wilayah pantai merupakan batas antara darat dan laut (Wikipedia, 2014). Wilayah ini san-gat dinamis dan sangat mudah me-ngalami perubahan. Bentuk kawasan/garis pantai di-pengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya morfologi pantai, pasokan sedimen, naik - turunnya permukaaan air laut, gelombang, dan arus pasang-surut. Terjadi-nya aktivitas gunung api dan terbentuknya ge-antiklin Jawa pada Plio-Plistosen (van Bemmelen, 1949) mengakibatkan mulai terbentuknya sungai yang mengalir ke arah utara, dan mengakibatkan terbentuknya pantai utara Jawa. Kawasan pesisir daerah penelitian yang merupakan bagian pantai utara Jawa merupakan dataran aluvium cukup luas dan termasuk ke dalam dataran aluvium Jawa Utara (van Bemmelen, 1949). Berdasarkan penampakan pada citra, kawasan pantai ini tersusun oleh beberapa endapan delta, yaitu Delta Kupang, Sengkarang, Sragi, Comal,

Waluh, dan Delta Rambut; dan pasir pema-tang pantai serta endapan aluvium. Pasokan material di kawasan pantai ini berasal dari DAS Lojanan, DAS Kupang. DAS Sengka-rang, DAS Sragi, DAS Comal, DAS Waluh, dan DAS Rambat.

Untuk mengetahui perubahan pantai digu-nakan peta topografi tahun 1965, dan citra multi waktu yang terdiri atas citra landsat MSS (multi spectral scanner) 1978, citra landsat ETM (enhance thematic mapper) 2003, dan citra landsat LDCM (Landsat Data Continuity Mission) 2013 (Gambar 10). Perubahan garis pantai di daerah pene-litian dapat diamati dengan jelas (Gambar 11). Antara tahun 1965 - 1978 pantai di bagian timur terlihat maju, di sebelah barat muara Kali Sragi pantai relatif mun-dur, di muara Kali Comal berubah sangat signifikan, dan di bagian barat pantai pada umumnya tidak berubah, kecuali di muara Kali Rambut pantai maju sedikit. Antara tahun 1978 - 2003, di bagian timur, pantai relatif mundur, di muara Kali Comal pantai maju, dan di bagian barat stabil. Antara ta-hun 2003 - 2013, pada umumnya tidak ada perubahan, kecuali di muara Kali Comal pantai maju, dan di sebalah barat muara Kali Sragi pantai relatif mundur. Peruba-han pantai di bagian timur tidak banyak berubah, ada penambahan darat sedikit selama 1978 - 2003. Hal ini disebabkan oleh adanya endapan kipas aluvium di bagian hulu (DAS Lojanan, DAS Kupang, dan DAS Sengkarang), sehingga material yang dibawa sungai tidak terlalu banyak. Di sebelah barat muara Kali Lojanan dan Kali Kupang terdapat pengurangan daratan (1978 - 2003), yang disebabkan adanya abrasi, namun di bagian barat mulut sungai dibangun suatu bangunan untuk membe-lokkan arus dari sungai, sehingga antara tahun 2003 sampai 2013 pantai menjadi tidak berubah. Di barat muara Kali Sragi cenderung terjadi abrasi cukup besar. Garis pantai di daerah ini pada tahun 1965, 1978,

Page 9: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan (Sidarto)

79

a

b

c

Gambar 10. Citra multi waktu yang digunakan. Citra landsat MSS band 7 (a), Citra Landsat ETM7+ (2003), RGB 457 (b), Citra Landsat LDCM. (2013), RGB 5,6,7 (c).

Garis pantai 2013

Keterangan:

Garis pantai 2003

Garis pantai 1978

Garis pantai 1965

Sungai

Sungai purba

Kal

i Ram

but

Kal

i W

aluh

0 5 10

LAUT JAWA

U

km

Kal

i Com

el

Kali C

omel

Kali G

enteng

Kali S

ragi

Kali Sengkarang

Kali K

upang

Kali W

elo

Kali L

ojanano

o7

LS

6 5

0' L

S

oo

7 L

S

6 5

0' L

S

o109 20' BT o109 30' o109 40' BT

o109 20' BT o109 30' o109 40' BT

PemalangPekalongan

Gambar 11. Perubahan garis pantai daerah Pekalongan.

Page 10: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

80

2003, dan 2013 mundur. Hal ini mungkin disebabkan oleh keberadaan bendungan di daerah Kroyan, sehingga material yang dibawa sungai lebih sedikit. Volume airnya terutama pada musim hujan membuat arus lebih besar dan mengakibatkan abrasi ke arah barat. Perubahan garis pantai yang sangat cepat terdapat di muara Kali Comal, terutama antara tahun 1965 - 1978, sehingga menjadi bahasan utama dalam tulisan ini. Sementara di bagian barat daerah penelitian garis pantai hampir stabil.

Muara ComalPada peta topografi tahun 1965, muara Kali Comal membentuk delta berarah utara-barat laut; sedangkan pada citra landsat 1978, 2003, dan 2013 aliran Kali Comal menga-rah ke utara. Menurut bentuk sungai baru yang lurus, kemungkinan aliran sungai ini sudah direkayasa, sebab sungai lama relatif sempit dan ber-meander, sehingga aliran-nya pelan dan dapat menimbulkan banjir di daerah Pekalongan bagian barat. Sungai baru membentuk delta berarah utara-selatan dan perubahan pantainya sangat signifikan. Berdasarkan bentuk deltanya, penyebab utamanya adalah jumlah material yang dibawa oleh sungai cukup besar. Untuk itu dilakukan analisis DAS Comal. Di bagian hulu, DAS Comal dapat dibagi menjadi sub-DAS Comal dan sub-DAS Genteng (Gambar 12).

Sub-DAS ComalSub-DAS ini berhulu di lereng Gunung Api Slamet yang masih aktif, dengan morfologi perbukitan pegunungan - dataran bergelom-bang. Sungai utama adalah Kali Comal dengan cabang-cabang utamanya yang ter-diri atas Kali Polaga, Kali Lumeneng, Kali Wakung, Kali Rajasa, dan Kali Granggang. Batuan penyusun sub-DAS ini terdiri atas satuan batulempung-batupasir dan satuan batupasir, yang telah terlipatkan (adanya an-tiklin dan sinklin) dan tersesarkan; endapan

teras, dan batuan Gunung Api Slamet (Gam-bar 13). Sementara itu, tata guna lahannya (Gambar 14) terdiri atas hutan terutama di bagian hulu, kebun, sawah irigasi, sawah tadah hujan, tegalan, belukar, lapangan berumput, dan pemukiman. Sebelum men-capai muara, sungai ini melalui morfologi perbukitan yang menahan laju air sungai dan menyebabkan terbentuknya beberapa cekungan yang diisi oleh batuan hasil ke-giatan Gunung Slamet (Qhv) dan ditutupi oleh sawah beririgasi. Beberapa lembah sungai membentuk huruf “U”, berkelok, dan ditempati pedataran. Hal ini menunjukkan bahwa proses erosi menyamping lebih dominan dibandingkan erosi vertikal. Ad-anya beberapa cekungan menunjukkan su-dah terjadi proses pengendapan. Sub-DAS ini hampir sama dengan DAS Waluh dan DAS Rambut (di sebelah baratnya) yang tersusun oleh batuan sama. Pada kedua DAS terakhir tidak terlihat adanya perubahan pantai. Berdasarkan bentuk lembah U dan berkelok, adanya beberapa cekungan, yang bermorfologi datar dan adanya penghalang perbukitan, tata guna lahan di daerah ber-morfologi tinggi yang di dominasi oleh hu-tan dan kebun, dan kesebandingan dengan DAS Waluh dan DAS Rambut, sub-DAS Comal ini tidak cukup banyak membawa material yang mengakibatkan perubahan Muara Comal.

Sub-DAS GentengSub-DAS Genteng memanjang berarah se-latan tenggara - utara barat laut. Di bagian hulu membentuk morfologi punggungan yang diapit oleh dua sungai, Kali Genteng di bagian timur dan Kali Keruh di barat. Ke-mudian kedua sungai ini menyatu menjadi Kali Genteng utama. Kali Genteng utama (bagian bawah) lembahnya lebar, dalam, dan lurus. Sungai mengalir di atas satuan batulempung-batupasir, satuan batupasir, dan endapan aluvium, dan mengalir sepan-jang zona Sesar Genteng. Lereng barat

Page 11: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan (Sidarto)

81

0 5 10

km

Sungai

Batas sub-DAS

sub-DAS Comal

sub-DAS Genteng

Keterangan:

U

o 7

10' L

S

o 7 o 6

50'

LS

o 7

10' L

S

o 7 o 6

50'

LS

o109 20' BT o109 30' BT

o109 20' BT o109 30' BT

Gambar 12. Sub-DAS Comal dan sub-DAS Genteng pada citra DEM.

*

Tmps

Tmps

Tmps

Tmps

Tmps

Tms

Tms

Tms

Tmpv

Qtv Qtv

Qv

Qhv

Tms

Tms

TmsTms

Qa

Tps

Tms

Qhv

Qhv

Tma

Tmpv

Tmps

Tms

Qhv

Endapan aluvial

Keterangan:

Endapan kipas aluvium

Batuan gunung api Holosen

Batuan gunung api Kuarter

Endapan teras

Batuan gunung api Pli-Plistosen

Satuan andesit

Satuan batuan gunung api

Satuan batupasir

Satuan batulempung-batupasir

Antiklin

Sinklin

Sesar mendatarSesar naik

Jurus dan kemiringan lapisan

Batas satuan

Sungai

Qa

Qf

Qhv

Qv

Qps

Qtv

Tma

Tmpv

Tmps

Tms

Qhv

Qv

Qtv

Qa Qf

Qps

Tma Tmpv Tmps

Korelasi satuan peta

Umur Satuan batuuan

Holosen

Plistosen

Akhir

Awal

Akhir

Tengah

AwalMio

sen

P

lios

en

Tms

0 5 10

km

U

o o109 20' BT 109 30' BT

o o109 20' BT 109 30' BT

oo

710

' LS

7

LS

o

7

LS

o 710

' LS

sub-DAS Comal

sub-DAS Genteng

Gambar 13. Peta geologi inderaan jauh Sub-DAS Comal dan sub-DAS Genteng.

Page 12: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

82

ditutupi oleh kebun, sawah tadah hujan, te-galan, dan semak belukar. Di bagian lembah terdapat sawah beririgasi, daerah berumput terutama pada gosong pasir, pemukiman, dan dibagian lereng timur ditutupi oleh sawah tadah hujan, semak belukar, kebun, pemukiman, dan tegalan. Ke arah hulu, kawasan ditempati oleh aliran Kali Genteng dan Kali Asahan. Kali Genteng membentuk lembah lebar dan mengalir pada satuan batulempung-batupasir, batuan gunung api Miosen, satuan andesit, batuan gunung api Plio-Plistosen (QTv), dan batuan gunung api Kuarter (Qv dan Qhv). Tutupan lahan-nya terdiri atas sawah tadah hujan, kebun, tegalan, semak belukar, dan rumput. Ber-dasarkan data tersebut, proses erosi dan pelapukan cukup aktif. Sementara itu, Kali Asahan membentuk lembah sempit dan dalam, tebing bagian timur sangat terjal, lembah merupakan zona Sesar Genteng dan diisi oleh endapan kipas aluvium yang

berupa guguran lahar, tebing timurnya terdiri atas andesit, dan tutupan lahannya berupa sawah tadah hujan, beberapa pemu-kiman dan di bagian bawah tegalan. Proses erosi dan pelapukan intensif, serta terdapat beberapa lokasi tanah longsor. Kali Keruh membentuk lembah V (lebar dan dalam) dengan batuan penyusun yang terdiri atas satuan batulempung-batupasir, batuan gu-nung api Plio-Plistosen, dan andesit. Tata guna lahannya adalah kebun, sawah tadah hujan, tegalan, rumput, dan pemukiman. Berdasarkan bentuk lembah, batuan penyu-sun, dan tata guna lahan, erosi sepanjang Kali Keruh cukup aktif. Namun sebelum masuk ke Kali Genteng, sungai ini melewati satuan batuan andesit yang sangat keras, sehingga lebar sungai mengecil, banyak material yang dibawa tertahan di daerah ini, dan di sepanjang sungai terdapat beberapa gosong pasir (point bar) yang ditumbuhi rumput.

Keterangan:

Pemukiman

RumputSemak belukarTegalan

Sawah tadah hujan

Sawah irigasiKebun

Hutan

Batas DASSungai

0 5 10

km

U

o o109 20' BT 109 30' BT

o o109 20' BT 109 30' BT

oo

71

0' L

S

7L

S

o

7L

S

o7

10

' LS

sub-DAS Comal

sub-DAS Genteng

Gambar 14. Tata guna lahan Sub-DAS Comal dan sub-DAS Genteng.

Page 13: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai Comal, Pekalongan (Sidarto)

83

Dari uraian di atas dapat dibuat suatu ringkasan bahwa material pemasok ke muara Kali Comal didominasi dari sub-DAS Genteng. Sub-DAS ini dikontrol oleh Sesar Genteng, yang memanjang dari Kali Genteng (bagian bawah) ke Kali Asahan. Lembah Kali Asahan yang merupakan zona Sesar Genteng dan batuannya tersu-sun oleh guguran lahar adalah daerah labil, sehingga sangat potensial terjadi tanah long-sor. Tutupan lahannya berupa sawah tadah hujan (basah pada musim hujan dan kering pada saat kemarau), dan proses pelapukan sangat kuat. Material hasil pelapukan dan hasil longsoran ini berupa material lepas, yang akan mudah terangkut ke muara, dan mengontrol perubahan pantai di muara Kali Comal. Jadi peran Sesar Genteng terhadap perubahan pantai Comal adalah sebagai penyedia material, yang kemudian terangkut oleh sungai menuju pantai.

KESIMPULAN • Sesar Genteng mulai aktif sejak Miosen

Akhir sebagai normal right strike-slip fault; dan teraktifkan kembali pada Plio-Plistosen sebagai sesar mendatar regional. Sesar ini masih aktif sampai sekarang.

• Perkembangan pantai Pekalongan di bagian timur dan barat relatif stabil, sedangkan perubahan pantai di muara Comal berubah secara cepat terutama pada tahun 1965 - 1978.

• Di bagian hulu, DAS Comal dibagi menjadi dua sub-DAS, yaitu sub-DAS Comal dan sub-DAS Genteng. Sub-DAS Comal memasok material tidak cukup banyak, sedangkan sub-DAS Genteng merupakan pemasok utama.

• Sesar Genteng yang besar dan aktif, ditunjang oleh batuan penyusun dan tutupan lahannya menyediakan material lepas cukup besar yang mudah terangkut

oleh kali Comal, dan mempengaruhi perubahan garis pantai.

• Peran Sesar Genteng secara tidak lang-sung mempengaruhi terhadap perubahan pantai Comal, sebab berfungsi sebagai penyedia material.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada tim pene-litian struktur geologi Pekalongan Selatan yang telah membantu pengecekan lapangan.

ACUAN

Anderson, E.M., 1951. The dinamics of faulting and dike deformation with application to Britain. Oliver and Boyd, Edinburgh, second edition revised, 206h.

Asikin, S., 1974. Evolusi geologi Jawa Tengah dan sekitarnya ditijau dari teori tektonik lempeng dunia yang baru. Tesis doktor Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Industri, ITB Bandung, tidak diterbitkan.

Condon, W.H., Pardyanto, L., Ketner, K.B., Amin, T.C., Gafoer, S., dan Samodra, H., 1996. Peta Ge-ologi Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Clements, B. dan Hall., R., 2007. Cretaceous to Late Miocene stratigraphic and tectonic evolution of West Java. Proceedings of Indonesian Petroleum Associa-tion Convention 31st, Jakarta.

Dibyontoro, H. dan Sutisna. S., 1977. Peta Anomali Bouguer Lembar Banjarnegara dan Pekalongan, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Djuri, M., Samodra, H., Amin, T.C., dan Gafour, S., 1996. Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Rickard, M.J., 1972. Fault classification: discus-sion. Geological Society of America Bulletin, 83, h.2545-2546.

Satyana, A.H., 2007. Kontribusi eksplorasi hidrokar-bon dalam beberapa pemikiran baru geodinamika.

Page 14: Dinamika Sesar Genteng Kaitannya dengan Perubahan Pantai ... · Daerah sepanjang Sesar Genteng merupakan zona hancur dan daerah labil yang sangat mudah tererosi. ... peng Benua Eurasia

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 29 No. 2 Agustus 2014: 71-84

84

Prosiding Seminar Nasional Geologi Indonesia: Dinamika dan Produknya, Pusat Survei Geologi, Badan Geologi.

Sudarmono, S., Ernawan, T., Otong, H.G., dan Marlan, 1995. Peta Anomali Bouguer Lembar Pur-wokerto dan Tegal, skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Wikipedia, 2014. Coast. http://en.wikipedia.org/wiki/Coast.

Van Bemmelen, R.W., 1949. The geology of Indone-sia. Government Printing Office, The Haque, 732h.