Dinamika perkembangan ovarium rusa timor (Cervus ... · vagina dan organ genetalia ekstemal (Gambar...
-
Upload
hoangkhuong -
Category
Documents
-
view
240 -
download
0
Transcript of Dinamika perkembangan ovarium rusa timor (Cervus ... · vagina dan organ genetalia ekstemal (Gambar...
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Rusa Timor (Cervus timorensis)
Rusa adalah salah satu satwa ruminansia yang dikelompokkan dalam
ordo Artiodactyla, famili Cervidae dengan 17 genus dan 42 spesies. Distribusi
rusa sangat luas, spesies yang berasal dari luar negeri diantaranya adalah fallow
deer (Dama dama), chinese water deer, barasingha, thamin, hog deer, wapiti
(Cervus canadiensis), rusa merah (Gervus e/aphus), Pere David's deer, A/cas sp,
Pudu sp, Hippocame/us sp, marsh deer (B/asticerus dchotomus), pampas deer
(Ozotoceras bezoarlicus), brockets (Mazama sp), Rangifer tarandus, sika deer
(Gervus nippon nippon) dan Odocoi/eus sp (white tailed, black tailed dan mule
deer) (Masyud 1997).
Di Indonesia rusa terdistribusi di daerah Sumatera, Jawa, Nusa
Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan beberapa pulau lain (Gambar 1).
berdasarkan jenis pakannya rusa dapat diklasifikasikan sebagai intermediate
feeders, yaitu satwa pemakan tumbuhan jenis campuran antara semak (browse!')
dan rumput (graze!') dan bagian tumbuhan lain seperti daun, batang atau ranting
yang lunak, rumput, umbi-umbian dan buah-buahan (Feriyanto 2002),.
Berdasarkan klasifikasi, rusa timor termasuk dalam :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Subordo : Ruminansia
Famili : Cervidae
Subfamilia : Cervinae
Genus : Gervus
Species : Gervus timorensis
6
AUSTRAUA
Gambar 1 Peta penyebaran rusa di Indonesia. (Schroder 1976).
Keunggulan Rusa
Rusa merupakan satwa temak yang dapat diandalkan untuk produksi
daging berkualitas. Persentase karkas rusa lebih tinggi dibanding hewan temak
sapi atau domba. Karkas rusa dapat mencapai 56-58%, sapi 51-55% dan domba
berkisar 40-50% (Subekti 1995, diacu dalam Satria 2001). Dari segi kandungan
gizi, kualitas daging rusa tidak kalah dengan pada hewan temak lainnya (Tabel
1 ).
Tabel1 Kandungan gizi daging rusa dan hewan temak lain per 100 gram
Hewan Kalori (k.k) Lemak (g) Kolestrol (mg) Protein (g)
Red deer 159 3.30 66 25
Sapi 214 9.76 92 31
Babi 219 10.64 101 29
Domba 178 7.62 83 25
Ayam 159 3.42 83 31
Kalkun 154 3.45 68 29
Ikan Salmon 138 5.75 39 20
(Sumber : Semiadi dalam Satria 2001)
Selain daging, rusa menghasilkan ranggah velvet yang merupakan ranggah
muda yang masih diselaputi oleh kulit halus berbulu. Di Cina, velvet telah
7
dimanfaatkan untuk pengobatan. Satu batang (stick) velvet mempunyai fungsi
yang berbeda antar bagian. Pada bag ian atas berguna untuk pertumbuhan,
bag ian tengah untuk pengobatan arthritis dan osteomyelitis, bag ian bawah untuk
pengobatan defisiensi kalsium orang dewasa. Selain itu ranggah velvet dapat
memberi efek farmakologi, diantaranya adalah sebagai sumber gonadotropin,
efek hemopoetik, hipotensi, anti stres, penyembuhan dari kerusakan hati,
me rang sang pertumbuhan dan menunda proses penuaan (Fenessy et al. 1985).
Organ Reproduksi Setina
Organ reproduksi betina terdiri atas ovarium, oviduct, uterus, cervix uteri,
vagina dan organ genetalia ekstemal (Gambar 2). Organ reproduksi ini ditahan
oleh ligamen yang menggantung ovarium yaitu mesovarium, mesosalphinx yang
menggantung saluran telur dan mesometrium yang menggantung uterus. Pada
sa pi dan domba, pelekatan ligamen ini adalah dorsolateral bagian ileum
membentuk seperti tanduk domba yang cekung ke dorsal dan ovarium terletak di
dekat pelvis (Hafez dan Hafez 2000).
··~.i:::~ 4 >,,:.: .
Gambar 2 Organ reproduksi betina rusa yang dibuka bag ian distalnya. 1.
Ovarium
ovarium, 2. oviduct (tuba Faliopii), 3. ligamen, 4. comua uterus, 5. corpus uterus, 6. cervix, 7. vagina (Haigh dan Hudson 1993).
Ovarium mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai organ eksokrin yang
menghasilkan oosit (sel telur) dan sebagai organ endokrin yang mensekresikan
hormon steroid yaitu estrogen dan progesteron. Bentuk dan ukuran ovarium
berbeda-beda menurut spesies. Ada yang berbentuk oval dan ada yang
8
berbentuk seperti ginjal atau berbentuk gumpalan anggur. Ovarium merupakan
organ yang berkembang secara siklik (siklus ovarial) yang dimanifestasikan
dalam fase siklus berahinya. Secara histologi, ovarium terdiri atas medula dan
korteks. Medula tersusun atas jaringan ikat fibrio-elastis, sistem syaraf dan
pembuluh darah. Korteks mengandung folikel dan atau corpus luteum (Gambar
3) pada tahap perkembangan dan proses regresi yang berbeda-beda (Hafez dan
Hafez 2000).
Germinal epitheliuTII
Corpus :llbi(::II''''
. prim;u"y
Full...- formed coq;u$lu{(:um
Follicle appro~clung mOlturity
".,,,,,,·,·,i .... · tissuc' l . Youllg ?" cur pus
lutcum C~gulat t'd blood )
Gambar 3 Gambaran skematis potongan ovarium (Ross et al. 1995).
Siklus estrus
Pubertas pada rusa sebagaimana pada ruminansia lainnya, lebih
berhubungan dengan berat badan dan umur. Rusa bunting pada berat badan 55-
59 kg. Rusa timor mencapai dewasa kelamin pada usia tujuh sampai sembilan
bulan dengan usia awal berreproduksi optimal antara 15 sampai 18 bulan
(Masyud 1997, Takandjandji 1997) dengan masa reproduksi aktif dua sampai 12
tahun (Takandjandji 1997). Rusa timor di habitat alaminya, gejala berahi tertihat
antara bulan Juli dan September (Hoogerwerf 1970, diacu dalam Masyud 1997).
Lama berahi rusa 48 jam (Semiadi 1995). Lama siklus dari ovulasi pertama ke
ovulasi kedua adalah 21±1,3 hari dengan puncak progesteron sebesar 4,5±0,43
nglml sesudah 14,0±0,8 hari (Masyud 1997). Biasanya rusa melahirkan seekor
anak pada setiap kelahiran.
Perbedaan utama antara rusa asal daerah temperate dan rusa asal tropik
adalah kelahiran dan siklus pertumbuhan ranggah hewan jantan pada rusa
9
temperate berhubungan dengan pergantian musim. Sedangkan rusa tropik tidak
tergantung musim. (Semiadi 1995).
Di ling kung an temperate atau sub tropis, aktivitas reproduksi rusa
berhubungan dengan fotoperiode sehingga pola kawinnya bermusim. Namun
demikian, penelitian rusa timor di daerah tropis menunjukkan bahwa aktifitas
reproduksi cenderung tidak berhubungan dengan keadaan fotoperiod (Semiadi
1995). Aktivitas reproduksi pad a rusa jantan dapat dilihat dari siklus ranggah.
Masa aktif reproduksi terjadi pada ranggah keras yang berlangsung pada kisaran
bulan Juni dan Februari (Gambar 4) (Handarini et al. 2004).
'/"'
,I~----~ )
===~--=:-:JIIIiI!
, --:11 _____ _
<! _.
Jlln. ),,1, 1\.· ...... 1 s."f" ()LI ~\ I>c~ l"n reb M",,,' AI" MoM J"", Joll J\~.,.u' ~"I"
200~ Bulan :!(.'Q~
Gambar 4 Pola pertumbuhan ranggah pada rusa timor (Gervus timorensis).
Siklus estrus akan terjadi setelah hewan mengalami pubertas. Siklus
estrus merupakan interval antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan
peri ode estrus berikutnya. Siklus estrus dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase
folikuler dan fase luteal. Fase folikuler atau fase estrogenik adalah periode dari
regresinya corpus luteum sampai ovulasi. Sedangkan fase luteal atau fase
progestasional adalah periode dari ovulasi sampai corpus luteum mengalami
regresi. Pada mamalia, umumnya fase folikuler lebih pendek dibandingkan fase
luteal (Senger 1999).
Pada rusa betina, siklus reproduksi berlangsung sepanjang tahun. Lama
siklus estrus rusa timor adalah 17±1 hari (Toelihere et al. 2003) berdasarkan
analisis level hormon progesteron (Gam bar 5). Namun demikian, rusa temperate
dan rusa tropik mempunyai lama estrus yang sarna dan siklus estrus pada rusa
tropik relatif lebih panjang. Pada Wapiti (rusa temperate), siklus estrus selama 21
10
hari dengan lama estrus kurang dari 24 jam, dan siklus estrus pada rus merah
adalah 18 hari (Haigh dan Hudson 1993).
Gambar 5 Konsentrasi progesteron plasma rusa timor selama 3 bulan (Toelihere et al. 2003).
Folikulogenesis
Folikulogenesis adalah proses perubahan yang ditandai dengan adanya
proliferasi dan differensiasi komponen sel pada folikel. Dinamika folikel terjadi
selama folikulogenesis. Dinamika folikel merupakan perubahan tahap
perkembangan folikel mulai dari folikel primordial sampai folikel tersier termasuk
perubahan ekspresi mRNA yang mengkode reseptor gonadotropin, hormon
steroid dan diikuti seleksi folikel. Perkembangan folikel akan menyediakan
lingkungan yang optimal untuk maturasi oosit sehingga siap untuk fertilisasi.
Folikulogenesis berhubungan dengan perkembangan sekelompok folikel
dengan berbagai tahap perkembangan, kemudian sejumlah folikel akan
terseleksi untuk berkembang lebih lanjut (Armstrong dan Webb 1997).
Folikulogenesis dapat dibagi menjadi tiga tahap :
1. Rekrutmen, tahap pertumbuhan pool folikel yang cepat. Pertumbuhan ini
terjadi dari folikel primordial menjadi folikel primer dan folikel sekunder.
2. Seleksi, Proses penseleksian folikel untuk pertumbuhan lebih lanjut menjadi
folikel subordinat.
3. Dominasi, proses perkembangan folikel dominan yang cepat dan
perkembangan folikel subordinat akan tertekan oleh folikel dominan.
11
Dominasi folikel dan penghambatan pertumbuhan folikel subordinat
disebabkan oleh meningkatnya follicle Growth Inhibiting Factor (FGIF) yang
diproduksi oleh folikel dominan. FGIF akan menghambat proliferasi sel
granulosa yang menstimulasi FSH dan aktivitas aromatase, selain itu juga
menghambat vaskularisasi folikel subordinat.
Selain hormon, proses folikulogenesis dikontrol oleh faktor endokrin atau
parakrin seperti Growth Factor seperti insulin-like Growth Factor (lGF),
Transforming Growth Factor 13 (TGF 13), Fibroblast Growth Factor (FGF) dan
Epidermal Growth Factor (EGF). IGF berfungsi untuk menstimulasi proliferasi
dan differensiasi sel granulosa dan sel teka, serta mengatur ke~a gonadotropin
pada level seluler. TGF 13 berperan untuk menghambat fragmen sel granulosa
dan sel teka. FGF akan menstimulasi proliferasi sel teka, menghambat stimulasi
FSH yang menginduksi ekpresi reseptor LH pada sel granulosa, dan mereduksi
ikatan IGF pada jaringan teka. FGF bersama Extra Celluler Matrix (ECM) dapat
mengatur stabilitas dan penggabungan Growth Factor (Armstrong dan Webb
1997).
Menurut McGee dan Hsueh (2000), ada dua tahap utama yang terjadi
pad a perkembangan folikel yaitu Initial recruitment dan cyclic recruitment
(Gambar 6). Initial recruitment adalah perkembangan folikel yang bertangsung
terus-menerus mulai dari pembentukan folikel sampai sebelum masa pubertas.
Perkembangan ini terjadi pad a folikel tahap primordial, dim ana perkembangan
folikel tidak dipengaruhi hormon gonadotropin. Folikel akan berkembang dari
tahap primordial, primer sampai tahap folikel sekunder. Folikel yang tidak
berkembang akan mengalami dormansi. Oosit mulai tumbuh namun
perkembangan tidak mencapai germinal vesicle breakdown (GVBD). Sedangkan
cyclic recruitment dimulai setelah masuk masa pubertas. Perkembangan te~adi
pada folikel tahap antral dimana perkembangan telah dipengaruhi oleh FSH dan
LH. Folikel yang tidak berkembang akan mengalami atresi. Oosit berkembang
sempuma dan mampu mencapai tahap germinal vesicle breakdown (GVBD).
Folikel primordial terdiri atas satu oosit primer yang dibungkus oleh
selapis sel folikel pipih yang saling melekat melalui desmosom, kemudian dilapisi
oleh sebuah membran basal yang merupakan batas antara folikel avaskular dan
stroma di sekitamya. Selama siklus berahi, te~adi perubahan struktur dari folikel
folikel sampai akhimya mencapai folikel de Graaf. Perkembangan folikel
melibatkan perubahan pada sel-sel folikel, oosit primer dan stroma di sekitar
12
folikel (Junqueira et al. 1997). Sel folikel pipih ini kemudian akan berubah
menjadi kuboid (Guerin 2003).
INITIAL ---!~S_~~I~ri\lJ.:;-':! Exhau!dion
of Follicle .• .. I
r r t
- :x COX:' (tlcl'!clion)
Gambar 6 Skema tahap perkembangan folikel (McGee dan Hsueh 2000).
1. Folikel primer
Oosit primer (tahap diktioten) mulai membesar, inti oosit akan membesar
dan disebut vesikel germinal. Selapis sel folikel berubah dari pipih menjadi
kuboid. Folikel ini disebut folikel primer unilaminer. Kemudian sel folikel
berproliferasi melalui mitosis dan membentuk epitel berlapis atau lapisan
granulosa. Folikel tersebut menjadi folikel primer multilaminer dimana terdapat
pertautan antara sel-sel folikel (Junqueira et a/. 1997). 8eberapa saat postnatal,
oosit primer tetap dalam tahap profase dan tidak mengalami pembelahan meiosis
I dengan adanya Oosit Maturation Inhibitor (OMI) yang dikeluarkan oleh sel
folikel. Memasuki pubertas, folikel primordial mulai mencapai kematangan pada
setiap daur ovarium.
2. Folikel sekunder
Pada awalnya sel folikel berhubungan lang sung dengan oosit, tetapi
segera suatu lapisan yang terdiri atas mukopolisakarida diendapkan pada
permukaan oosit. Komponen ini melibatkan ke~a sel folikel dan oosit. Lapisan ini
bertambah tebal membentuk zona pelusida (Sadler 1995). Zona pelusida
(dinding oosit) mempunyai paling sedikit tiga macam glikoprotein. Sementara itu,
stroma di sekitar folikel juga mengalami diferensiasi membentuk teka folikuli yang
terbagi menjadi dua bag ian yaitu teka interna dan teka eksterna (Iapisan fibrosa)
yang bersatu dengan stroma ovarium (Gam bar 8). Folikel sekunder yang telah
13
membentuk teka interna ini disebut juga folikel preantral (Guerin 2003). Sel teka
ini berkembang dan menghasilkan androstenedion yang akan dikonversi menjadi
estrogen oleh sel granulosa.
Sf.CONDARY IO~lICll
2 3
9 8 I,
4 "
6
7
5
Gambar 7 Gambaran folikel sekunder secara umum. Pembuluh darah yang berisi eritrosit (1), membran basal antara sel granulosa dan sel teka (2), pembelahan mitosis (3), oosit (4), inti oosit (5), zona pelusida mengelilingi oosit (6), sel granulosa (7), call exner body (8), sel teka (9). (Erickson 2003).
Pada saat perkembangan folikel, sel granulosa bertambah dan
memproduksi cairan yang disebut liquor folikuli dan ditimbun diantara sel-sel
folikel sehingga terbentuk rongga disebut antrum folikuli yang berisi cairan
terse but. Cairan ini terdiri atas beberapa makromolekul seperti glikosaminoglikan,
protein dan steroid (progesteron, androgen, estrogen) (Junqueira et al. 1997).
3. Folikel tersier dan folikel de Graaf
Sel-sel lapisan granulosa menepi ke dinding folikel dan membentuk bukit
kecil sel-sel yang mengikat oosit yang disebut cumulus oophorus dan menonjol
ke antrum folikuli.Sel cumulus ini akan mensekresi asam hialuronat dalam jumlah
banyak dan diakumulasikan pada bag ian intraseluler yang menyebabkan
disosiasi cumulus. Oosit tidak akan berkembang lagi. Sel granulosa yang
menyusun lapisan pertama di sekitar oosit yang berlekatan dengan zona
pelusida disebut corona radiata, yang menyertai oosit setelah meninggalkan
ovarium sampai beberapa saat di tuba Falopii. Meskipun sel granulosa dan oosit
14
mengalami degenerasi selama atresi, sel-sel teka intema tetap aktif mensekresi
steroid seperti androgen ovarium (Junqueira et al. 1997).
4. Corpus luteum (Cl)
Pada fase luteal, sel granulosa juga menghasilkan steroid yaitu
progesteron. Secara bertahap, sel granulosa akan membentuk parenkim besar
besar dan mengandung lutein. Sel teka membentuk stroma seperti fibroblast.
Perkembangan Cl dibagi dalam tiga tahapan yaitu
1. Tahap proliferasi. Sel granulosa dan teka berproliferasi dan hipertrofi,
membentuk sel granulosa lutein yang akan membentuk parenkim. Sel lain
membentuk sel teka lutein untuk stroma CL.
2. Tahap vaskularisasi. Jalinan pembuluh darah teka interna memberikan
vaskularisasi intensif pada Cl untuk menjalankan perannya sebagai kelenjar
endokrin.
3. Tahap pemasakan. sel granulosa lutein menyempurnakan organoid yang
fungsional (apparatus Golgi, mitokondria, sER) untuk menghasilkan
progesteron.
Sel granulosa lutein mengandung pig men lutein (kuning) atau butir lipoid
(tidak berwarna) yang merupakan campuran fosfatida dan serebrosida,
sedangkan sel teka lutein lebih kecil dan mengandung kolestero!. Cl pada kuda,
sa pi dan karnivora berwarna kuning karena mengandung lutein. Pada domba,
kambing dan babi berwarna putih keabu-abuan atau berwama daging karena
tidak ada pigmen lutein (Hartono 1992).
Jaringan luteal menyediakan progesteron untuk memelihara kebuntingan.
Selain itu pada rusa merah juga terdapat Cl asesoris sebagai tambahan dari Cl
primer yang berukuran lebih besar. Namun fungsi Cl asesoris ini belum jelas
karena kebuntingan tetap terpelihara meskipun dengan atau tanpa
keberadaannya. Pada rusa, lebih banyak ditemukan rusa bunting dengan jumlah
Cl lebih dari satu (3). Kelly et al. (1982), diacu dalam Masyud (1997)
menyatakan bahwa ada perbedaan konsentrasi progesteron pada rusa dengan
CL satu sampai dua dan rusa dengan CL lebih dari tiga. Sedangkan konsentrasi
LH dan prolaktin tidak berbeda. Pada rusa dengan CL lebih dari tiga, konsentrasi
progesteron lebih fluktuatif yaitu 8-32 ng/ml, tetapi puncak konsentrasi tercapai
secara bersamaan dengan puncak konsentrasi progesteron dengan satu CL.
Diameter rata-rata folikel matang adalah 8,5 mm, sedangkan diameter CL 10-14
mm (Haigh dan Hudson 1993).
15
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam
fungsi metabolik dan struktural pad a sel-sel makhluk hidup. Fungsi struktural
karbohidrat dalam sel misalnya adalah sebagai komponen pada dinding sel.
Sedangkan untuk fungsi metabolik misalnya sebagai sumber energi dan
senyawa yang terlibat pada berbagai proses metabolisme. Karbohidrat yang
terdapat dalam sel sebagian besar berbentuk karbohidrat kompleks atau
glikokonjugat.
Glikokonjugat merupakan karbohidrat yang terikat secara kovalen pada
protein dan lipid, misalnya glikoprotein, proteoglikan dan glikolipid. Glikoprotein
terdapat dalam cairan dan jaringan. Jenis karbohidrat yang menjadi unsur
pembentuk glikoprotein adalah manosa (Man), galaktosa (Gal), N
asetilglukosamin (GlcNAc), N-asetilgalaktosamin (GaINAc), arabinosa (Ara) ,
xilosa (xyl), L-fukosa (fuc) dan asam N-asetilneuraminat (Murray et al. 2003).
Menurut Bancroft dan Stevens (1982), karbohidrat kompleks dibagi menjadi dua
kelompok yaitu karbohidrat netral dan karbohidrat asam. Karbohidrat asam
mengandung gugus asam yaitu sulfat dan gugus karboksil. Sedangkan
karbohidrat netral tidak berikatan dengan gugus asam. Selain sebagai molekul
struktural, glikoprotein juga mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah
sebagai pengenal atau pengikat sel, mempengaruhi penyisipan ke dalam
membran, migrasi intrasel, penyortiran, sekresi, serta untuk perkembangan dan
diferensiasi embrionik (Murray et al. 2001). Kurahmoru et al. (1995) menyatakan
bahwa selain sebagai komponen jaringan, glikokonjugat berperanan dalam
proses diferensiasi, maturasi sel, dan interaksi antar sel. Proses pre-implantasi
dan post-implantasi berhubungan dengan perubahan glikokonjugat pada
endometrium (Murray et al. 2001). Jenis karbohidrat pada glikoprotein yang
ditemukan pada manusia adalah Galaktosa, Glukosa, Manosa, Asetilneuraminat,
Fukosa, N-asetilgalaktosamin dan N-asetilglukosamin (Murray et al. 1995).
Pentasakarida fukosilat spesifik pada perrnukaan endometrial menunjukkan awal
penempelan blastosis di epitel endometrial tikus (Underberg 1988, diacu dalam
Zhou et al. 1994). Penelilian Skutelsky et al. (1994) menunjukkan bahwa ada
beberapa residu gula yang ada pad a oosit mamalia (mencit, tikus, hamster,
kelinci, babi, kucing, anjing) yaitu manosa, i3-galaktosa, N-asetilglukosamin, N
asetilgalaktosamin, glukosa, terdistribusi di zona pelusida, sel granulosa dan
cairan folikel. Namun tidak ditemukan adanya fukosa. Perbedaan residu gula
16
spesifik pada zona pelusida oosit mammalia ini dapat berperan dalam
menentukan spesifik-spesies alamiah dalam interaksi garnet dan untuk
mencegah fertilisasi interspesies yang terjadi antar spesies yang mempunyai
kekerabatan dekat (Skutelsky et al. 1994).
Pewarnaan histokimia AS-PAS
Pewarnaan AB (pH 2,5) mengikat gugus karboksil dan sulfat-ester.
Semua mukosubstansi asam akan terwarnai. Pewarnaan ini tidak biasa
mewarnai inti atau RNA sitoplasma (Kiernan 1990). Reaksi positif pewarnaan AB
akan terlihat biru dan adanya tembaga pthalocyanin.
Reaksi positif dengan pewarnaan PAS menunjukkan adanya gula
heksosa netral dan atau asam sialik. Pada pewarnaan ini, digunakan asam
periodat untuk mengoksidasi glikol yang ada dalam jaringan menjadi aldehid.
Aldehid ini akan berikatan dengan schiff reagent yang menunjukkan reaksi positif
dengan warna merah magenta. Kelompok glikol terdapat pada gula netral, asam
sialat, asam uronat dan gula N-asetilglukosamin serta N- N-asetilgalaktosamin
(Kiernan 1990). Glukosa, galaktosa, manosa dan fukosa merupakan gula netral
utama yang terdapat dalam mukosubstansi.
Lektin
Lektin merupakan molekul protein yang mempunyai afinitas yang kuat
dan spesifik terhadap residu monosakarida seperti glikoprotein. Karena sifat
tersebut, lektin digunakan untuk mendeteksi keberadaan dan distribusi
glikokonjugat. Lektin diklasifikasikan menjadi lima kelompok menurut afinitas
terhadap gula, yaitu afinitas untuk glukosa dan manosa, N-asetilglukosamin
galaktosa dan N-Asetilgalaktosamin, L-fruktosa dan asam sialat serta asam
uranat (Kiernan 1990). Prinsip ikatan lektin dengan karbohidrat adalah dengan
terminal gula dari polisakarida atau oligosakarida dan dapat berkompetisi dengan
gula bebas ~tau glikosida yang tepat. Ikatan molekul dengan karbohidrat tidak
termasuk bentuk ikatan kovalen, tetapi mirip dengan ikatan antara antigen dan
antibodi yang spesifik.