Dimensi Peran Sakit 2003

15
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedok- teran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu.

Transcript of Dimensi Peran Sakit 2003

Page 1: Dimensi Peran Sakit 2003

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan

bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti

kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka

seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat.

Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman.

Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut

hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien

berfungsi secara normal.

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal

karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya

terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan

pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.

Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedok-teran, dan lain-lain

bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep

sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit

merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan

manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun

sosial budaya.

2. Tujuan Masalah

Tujuan Umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan

Pengetahuan tentang “Asuhan Keprawatan Jiwa pada Klien dengan

Hospitalisasi (Dimensi Peran sakit dan Reaksi Serta Masalah perilaku Klien

yang Dirawat”

Tujuan Khusus:

Page 2: Dimensi Peran Sakit 2003

A. Mengetahui dimensi peran sakit

B. Mengetahui Perubahan yang Terjadi Akibat Hospitalisasi

C. Mengetahui Reaksi Hospitalisasi

D. Mengetahui Rentang Respons Kehilangan

3. Rumusan masalah

A. Apa dimensi peran sakit?

B. Bagaimana Perubahan yang Terjadi Akibat Hospitalisasi?

C. Bagaimana Reaksi Hospitalisasi?

D. Bagaimana Rentang Respons Kehilangan?

4. Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu, dengan

menggunakan studi pustaka dari beberapa sumber dan situs web, ini bertujuan

untuk mempermudah kami dalam menyelasaikan makalah ini.

Page 3: Dimensi Peran Sakit 2003

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dimensi Peran Sakit

Ketika pasien dinyatakan sakit dan dirawat, terpikir olehnya akan

terjadi perubahan peran dalam keluarga, pekerjaan dan sosial akibat dari

sakitnya.

Peran sakit merupakan keadaan yang sangat menekan dan tidak

menyenangkan. Menurut Parson, peran sakit adalah pasif, dimana pasien

diharapkan dapat menerima semua pengobatan yang dilakukan tanpa keluhan,

termasuk pemenuhan kebutuhan makan, tidur, istirahat dan sebagainya.

Dimensi peran sakit cenderung diasumsikan sebagai pembatasan

terhadap berbagai kemampuan dalam memepertahankan diri, ketergantungan

terhadap kelompok (orang lain), merasakan kehilangan otonomi dan dukungan

dan kadang-kadang tidak dapat menyelesaikan konflik dengan baik.

B. Perubahan yang Terjadi Akibat Hospitalisasi

1. Perubahan Konsep Diri

Akibat penyakit yang diderita atau tindakan yang dilakukan

misalnya pembedahan, akan memepengaruhi citra tubuh, berupa

perubahan struktur, fungsi dan penampilan diri. Perubahan citra tubuh

dapat juga menyebabkan perubahan peran, harga diri, ideal diri dan

identitasnya.

Reaksi emosional yang sering timbul akibat perubahan konsep diri adalah

cemas, depresi, marah.

2. Regresi (Kemunduran)

Regresi adalah kemunduran yang terjadi ketingkat perkembangan

sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, perilaku dan

intelektual, berkurangnya tanggung jawab dan berkurangnya otonomi

Page 4: Dimensi Peran Sakit 2003

pasien. Pasien yang mengalami regresi akan menunjukkan sikap

egosentris, penuntut dan kekanak-kanakkan.

3. Dependensi

Pasien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain dalam

segala hal seperti pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan aman, nutrisi,

pengobatan dan sebagainya. Akibat dari sifat ketergantungan pasien

menjadi mudah marah, mudah tersinggung, merasa cepat kecewa (putus

asa) dan tidak berdaya.

4. Depersonalisasi

Peran sakit yang dialami pasien menyebabkan perubahan

kepribadiannya, pasien menjadi tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerja sama dalam

mengatasi masalah kesehatannya.

5. Takut dan Ansietas

Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah

terhadap penyakitnya, pasien merasa takut penyakitnya menjadi serius

seperti yang dialami oleh keluarganya atau orang lain. Respons emosi

yang ditampakkan adalah diam dan tidak mau berinteraksi dengan petugas

atau keluarga

6. Kehilangan dan Perpisahan

Berbagai kehilangan terjadi pada individu yang dirawat di rumah

sakit, termasuk reaksi kesedihan karena lingkungan yang asing dan jauh

dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan

pasangan dan terasing dengan orang yang dicintai. Akibat kehilangan dan

perpisahan, pasien sering tidak dapat mengontrol diri dan lingkungannya,

merasa tidak ada yang menolong, merasa tidak mampu, marah terhadap

petugas dan keluarga.

C. Reaksi Hospitalisasi

Page 5: Dimensi Peran Sakit 2003

Reaksi terhadap hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung

pada usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem

pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada

umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,

kehilangan, perlukaan tubuh dan rasa nyeri.

Reaksi Anak pada Hospitalisasi

1. Masa Bayi (0-12 bln),

Dampak perpisahan: Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang.

Usia anak > 6 bulan terjadi stranger anxiety/cemas:

- Menangis keras

- Pergerakan tubuh yang banyak

- Ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

2. Masa Todler (1-3 tahun)

Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan.

Respon perilaku anak dengan beberapa tahap:

a. Tahap protes, menangis, menjerit dan menolak perhatian orang lain.

b. Putus asa, menangis berkurang, anak tidak aktif.

c. Kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis.

d. Denial (pengingkaran).

e. Mulai menerima perpisahan.

f. Membina hubungan secara dangkal.

g. Anak mulai menyukai lingkungannya.

3. Masa Prasekolah (3-6 tahun)

- Menolak makan

- Sering bertanya

- Menangis perlahan

- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

Perawatan di rumah sakit:

- Kehilangan kontrol

Page 6: Dimensi Peran Sakit 2003

- Pembatasan aktivitas.

4. Masa Sekolah (6-12 tahun)

a. Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang

dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan.

b. Kehilangan kontrol berdampak kepada perubahan peran dalam

keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan

fisik.

c. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal.

5. Masa Remaja (12-18 tahun)

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat

masuk rumah sakit cemas karena perpisahan, pembatasan aktivitas dan

kehilangan kontrol.

Reaksi yang muncul:

- Menolak perawatan/tindakan yang dilakukan.

- Tidak kooperatif dengan petugas.

Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon:

- Bertanya-tanya

- Menarik diri

- Menolak kehadiran orang lain.

Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi dan Perasaan yang Muncul dalam

Hospitalisasi

Takut, cemas, perasaan sedih dan frustasi, karena:

- Kehilangan anak yang dicintainya.

- Prosedur yang menyakitkan.

- Informasi yang buruk tentang diagnosa medis.

- Perawatan yang tidak direncanakan.

- Pengalaman perawatan sebelumnya dan perasaan sedih.

- Kondisi terminal: perilaku isolasi/tidak maudidekati orang lain.

Page 7: Dimensi Peran Sakit 2003

- Perasaan frustasi: kondisi yang tidak mengalami perubahan.

- Perilaku tidak kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan

pulang paksa.

Reaksi Saudara Kandung

Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di rumah sakit:

- Marah

- Cemburu

- Benci

- Merasa bersalah

D. Rentang Respons Kehilangan

Respons seseorang terhadap kehilangan dan hospitalisasi dapat

digambarkan dalam suatu rentang yaitu penyangkalan, marah, tawar menawar,

depresi dan penerimaan.

a. Fase Penyangkalan.

Reaksi pertama seseorang yang mengalami kehilangan adalah

syok, tidak percaya atau menyangkal kenyataan bahwa kehilangan itu

benar terjadi. Reaksi ini sering dinyatakan dengan perkataan “itu tidak

mungkin”, saya tidak percaya itu terjadi.

Seseorang yang mengalami kehilangan dan berada pada fase

penyangkalan biasanya terjadi perubahan fisik seperti : letih, lemah, pucat,

mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.

Reaksi fisik tersebut dapat berakhir dalam waktu beberapa menit atau

sampai beberapa tahun.

Rentang Respon Kehilangan

Penyangkalan Marah Tawar menawar Depresi Penerimaan(Denial) (Anger) (Bergaining) (Acceptance)

Page 8: Dimensi Peran Sakit 2003

b. Fase Marah

Sama seperti seseorang yang menghadapi sakaratul maut, dimana

orang tersebut mulai sadar akan kenyataan terjadinya kehilangan. Pada

fase ini seseorang akan menunjukkan perasaan marah yang meningkat

yang sering diproyeksikan kepada orang yang berada di lingkungannya

atau orang-orang tertentu.

Reaksi fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain : Muka

merah, nadi cepat, gelisah , susah tidur, tangan mengepal. Perilaku

seseorang pada fase ini biasanya agresif terhadap orang yang ada di

sekitarnya.

c. Fase Tawar Menawar

Seseorang yang telah mampu mengungkapkan rasa marah akan

kehilangannya, maka orang tersebut akan maju ketahap tawar menawar.

Reaksi ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kenapa harus terjadi pada

saya”. “kalau saja yang sakit bukan saya”, “seandainya saya hati-hati”

d. Fase Depresi

Seseorang yang berada pada fase depresi sering menunjukkan

sikap menarik diri, tidak mau berbicara atau putus asa. Gejala yang sering

ditampilkan oleh orang tersebut adalah menolak makan, susah tidur, letih,

dorongan libido menurun.

e. Fase Penerimaan

Seseorang yang telah menerima kenyataan akan kehilangannya,

secara bertahap perhatiannya beralih pada proyek baru. Pikiran yang selalu

terpusat pada obyek yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.

Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti

“apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ya, akhirnya saya

harus dioperasi”, jadi fase penerimaan itu merupakan saat reorganisasi

perasaan kehilangan.

Page 9: Dimensi Peran Sakit 2003

Apabila seseorang dapat melalui fase-fase tersebut dan akhirnya

masuk pada fase penerimaan, maka ia akan dapat mengakhiri proses

berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Tapi apabila

seseorang pada salah satu fase atau tidak sampai pada fase penerimaan,

maka jika orang tersebut mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk

pada fase penerimaan.

Rentang respons ini normal terjadi pada tiap individu yang

kehilangan, oleh karena itu perawat berperan membantu pasien melalui

rentang tersebut secara adaptif.

Page 10: Dimensi Peran Sakit 2003

BAB III

KESIMPULAN

Dimensi peran sakit cenderung diasumsikan sebagai pembatasan terhadap

berbagai kemampuan dalam memepertahankan diri, ketergantungan terhadap

kelompok (orang lain), merasakan kehilangan otonomi dan dukungan dan

kadang-kadang tidak dapat menyelesaikan konflik dengan baik.

Perubahan yang terjadi akibat proses hospitalisasi:

Perubahan Konsep Diri

Regresi (Kemunduran)

Dependensi

Depersonalisasi

Takut dan Ansietas

Kehilangan dan Perpisahan

Rentang respons kehilangan

Fase penyangkalan (denial)

Fase Marah (anger)

Fase Tawar menawar (Bargaining)

Fase Depresi

Fase Penerimaan (Acceptance)

Page 11: Dimensi Peran Sakit 2003

DAFTAR PUSTAKA

Supartini, yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:

EGC.