DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI...

124
DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI PSIKOGRAFI KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016 (Studi pada Komunitas Hafizh dan Hafizhah) Penelitian ini Dilakukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Tri Darma Perguruan Tinggi pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga Oleh: Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag. LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASAYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Transcript of DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI...

Page 1: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL

DARI PSIKOGRAFI KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA

TAHUN 2016

(Studi pada Komunitas Hafizh dan Hafizhah)

Penelitian ini Dilakukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Tri Darma

Perguruan Tinggi pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Oleh:

Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA

MASAYARAKAT (LP2M)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

Page 2: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

PROGRES REPORT

HIBAH PENELITIAN INDIVIDUAL DAN UNGGULAN DOSEN

TAHUN 2016

Judul Penelitian : DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL

DARI PSIKOGRAFI KEBERAGAMAAN

MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016 (Studi

pada Mahasiswa Hafizh dan Hafizhah)

Nama Peneliti : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.

Nama Konsultan : Dr. M. Gufron, M. Ag.

BAB I :

BAB II :

BAB III :

BAB IV :

Page 3: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

BAB V :

BAB VI :

Saran-saran Konsultan:

Target Penyelesaian Laporan :

Salatiga, 5 Oktober 2016

Konsultan Peneliti

Dr. M. Gufron, M. Ag. Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.

NIP. 19720814 200312 1 001 NIP. 19570812 198802 2 001

Page 4: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

i

PENELITIAN

DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI

PSIKOGRAFI KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA

TAHUN 2016

(Studi pada Komunitas hafizh dan Hafizhah)

Oleh:

Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.

NIP. 19570812 198802 2 001

Telah dikoreksi dan disetujui oleh konsultan

Salatiga, 20 Oktober 2016

Konsultan;

Dr. M. Gufron, M. Ag.

NIP. 19720814 200312 1 001

Mengetahui;

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Dr. Adang Kuswaya, M. Ag.

NIP. 19720531 199803 1 002

KATA PENGANTAR

Page 5: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

ii

Penelitian tentang mahasiswa mungkin telah banyak dilakukan orang

dengan berbagai setting dan fokus kehidupan mereka. Tetapi penelitian ini akan

terus menarik minat jika dikaitkan dengan keinginan meningkatkan kualitas

kehidupan mereka, dalam studi, karir, dan keberagamaan mereka sebagai tujuan

akhirnya.

Alhamdulillah, penelitian tentang kebergamaan mahasiswa khususnya pada

dimensi eksperiensial dan konsekuensial mereka telah mampu penulis selesaikan

dengan segala keterbatasan-keterbatasan tentunya. Semoga hasil penelitian ini

dapat menjadi salah satu referensi dalam pengambilan kebijakan akademik,

khususnya pada Fakultas Ushuluddin, umumnya pada IAIN Salatiga.

Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang berkontribusi

dalam proses panjang penyelesaian penelitian ini.

20 Oktober 2016

Penulis

Page 6: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

iii

ABSTRAK

Maraknya tradisi menghafal al Quran belakangan ini, menandai semakin

kuatnya penerimaan masyarakat akan agama di samping tradisi keagamaan yang

lain. Saat al Quran dilantunkan oleh seseorang, ada saatnya mampu memberikan

impressi yang mendalam bagi pendengarnya. Masalahnya adalah jika terhadap

pendengarnya saja mampu menyentuh perasaan keagamaan (religious feeling)

seseorang, lalu bagaimana terhadap pembacanya sendiri? Terlebih bagi mereka

yang sudah mampu menghafal al Quran?

Oleh karena itu, fokus penelitian ini adalah bagaimana polarisasi mahasiswa

hafizh dan hafizhah terkait hafalan al Quran mereka? Bagaimana dimensi

eksperiensial dan konsekuensial dari psikografi keberagamaan mereka? Jenis

penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi

dan wawancara yang mendalam, dan dengan analisa data melalui reduksi dan

display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi. Sementara pengecekan

keabsahan data melalui member check dan teknik trianggulasi dengan penggunaan

sumber.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa polarisasi tingkat hafalan al Quran

separuh dari responden sudah hafal 30 juz sementara separuh yang lain antara 6

sampai 7 juz. Dorongan keluarga, tugas akademik, dan kesadaran secara personal

merupakan faktor yang memberi kontribusi pada hafalan mereka. Namun mereka

belum mampu memahami makna al Quran secara keseluruhan. Faktor penting

yang memiliki kontribusi pada mereka adalah keluarga, akademik/jurusan, dan

Pondok Pesantren. Tentang dimensi eksperiensial dalam hal mampu merasakan

hadirnya Tuhan pada waktu shalat, perasaan selalu dekat dengan Tuhan,

responden mengakui belum stabil dan masih kondisional, saat-saat tertentu saja

bisa. Sementara tentang keyakinan doa-doanya akan dikabulkan, mereka semua

memiliki keyakinan itu. Demikian juga mereka sudah terbiasa berbagi kepada

yang mengalami kesulitan dan mereka terbiasa juga membentengi diri dari

perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan moral. Selanjutnya tentang dimensi

konsekuensial, yang meliputi motivasi dan etos studi, berbagi pada yang

mengalami kesulitan dan aplikasi keilmuan dan konsistensi moral para responden

memberi jawaban motivasi mereka yang utama adalah pengamalan ajaran agama

dan untuk pengembangan keilmuan secara pribadi. Mereka telah terbiasa berbagi

kepada teman-teman dan orang lain yang membutuhkan. Tentang konsistensi

moral, mereka selalu membentengi diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak

sesuai dengan moral agama seperti ketidakjujuran dan pergaulan bebas.

Page 7: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i

PENGESAHAN KONSULTAN ……………………………………………… ii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iii

ABSTRAK ……………………………………………………………………... iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... v

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... viii

BAB I: PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………... 6

D. Signifikansi Penelitian ……………………………………………... 6

E. Prior Research Review …………………………………………….. 7

BAB II: KERANGKA TEORI ……………………………………………….. 11

A. The Dimension of Religious Commitment …………………………. 13

B. The Psychological Roots of Religious Belief and Behaviour ……… 17

C. Teori Komunitas Kognitif dalam Keberagamaan …………………. 22

BAB III: METODE PENELITIAN ………………………………………….. 23

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ……………………………………… 23

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian …………………………………… 23

C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………… 26

D. Uji Keabsahan Data ………………………………………………... 27

E. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 29

Page 8: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

v

BAB IV: HASIL PENELITIAN ……………………………………………… 32

A. Gambaran Umum Komunitas Mahasiswa Hafizh dan Hafizhah

yang Menjadi Subjek Penelitian ……………………………………

32

B. Dimensi Eksperiensial dari Psikografi Keberagamaan Hafizh dan

Hafizhah Mahasiswa IAIN Salatiga ………………………………..

42

C. Dimensi Konsekuensial dari Psikografi Keberagamaan Mahasiswa

Hafizh dan Hafizhah ………………………………………………..

54

BAB V: PEMBAHASAN DAN ANALISA ………………………………….. 63

A. Polarisasi Hafizh dan Hafizhah yang Menjadi Responden ………... 63

B. Keterlibatan Emosional dalam Pelaksanaan Ajaran

Agama/Dimensi Eksperiensial ……………………………………..

71

1. Kemampuan Merasakan Hadirnya Tuhan pada Waktu Shalat

Maupun di Luar Shalat ………………………………………….

71

2. Perasaan Adanya Keyakinan Bahwa Tuhan Mendengarkan dan

Mengabulkan Doa ……………………………………………….

73

3. Adanya Hubungan yang Sangat Dekat dengan Tuhan dan

Perasaan Penuh Cinta Kasih pada-Nya …………………………

74

C. Implikasi Sosial dari Pelaksanaan Ajaran Agama (Dimensi

Konsekuensial) ……………………………………………………..

79

1. Etos dan Motivasi Studi ………………………………………… 80

2. Membantu Bagi Mereka yang Mengalami Kesulitan …………... 82

3. Konsistensi Moral ………………………………………………. 84

BAB VI: KESIMPULAN DAN PENUTUP …………………………………. 88

Page 9: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

vi

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 88

B. Rekomendasi ………………………………………………………. 89

C. Penutup …………………………………………………………….. 90

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 92

DAFTAR WAWANCARA/VERBATIM………………………………….…. 94

Page 10: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Polarisasi Hafalan Hafizh dan Hafizhah Responden ……………….. 69

Table 5.2 Keterlibatan Emosional dalam Pelaksanaan Ajaran Agama

(Dimensi Eksperiensial) ………..........................................................................

76

Table 5.3 Implikasi Sosial dari Pelaksanaan Ajaran Agama (Dimensi

Konsekuensial) ………………………………………………………………...

86

Page 11: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

1

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu mainstream yang menandai era post modern adalah

semakin kuatnya posisi agama dalam kehidupan di masyarakat (Khoironi

ed, 2002:61). Hal itu bisa kita lihat dalam berbagai aspek kehidupan. Pada

aspek pendidikan misalnya, dengan munculnya orientasi kurikulum agama

yang semakin instens, terutama pada sekolah-sekolah terpadu. Fenomena

tersebut berbanding lurus dengan respon para orang tua yang menunjukkan

semakin luasnya kesadaran mereka tentang pentingnya agama bagi anak-

anak mereka, di samping kualitas ilmu.

Pada aspek lembaga keuangan dan perbankkan, maraknya bank-bank

syariah (Bank Muamalat misalnya), bahkan pada bank-bank konvensional

ramai-ramai membuka unit dengan management syariah (BRI Syariah,

BNI Syariah, dll). Meski pada awal perjalanannya sempat tertatih-tatih

namun masyarakat muslim seiring berjalannya waktu juga semakin

bertambah kepercayaannya kepada bank-bank syariah.

Di samping itu, posisi yang semakin kuat terhadap penerimaan

agama di masyarakat juga bisa kita lihat dengan semakin kuatnya

kesadaran dan trend berjilbab. Jika pada era tahun 90 an guru-guru di SD

masih memakai PSH yang belum menutup aurat, maka pada dasawarsa

terakhir ini bukan hanya guru agama yang memakai jilbab, tetapi hampir

seluruh guru yang beragama Islam sudah memakai jilbab. Jika sebelumnya

Page 12: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

2

PNS di kantor-kantor pemerintahan memakai jilbab hanya pada waktu

acara halal bi halal saja, maka kini di kantor-kantor tersebut mayoritas

pegawainya sudah memakai jilbab.

Bagian lain dari kultur Islam yang semakin fenomenal dalam

kehidupan masyarakat adaiah semakin maraknya tradisi menghafal al

Quran (tahfizh Al Quran), disamping kajian-kajian lain yang bersifat

akademis. Hal ini secara perlahan tapi pasti akan semakin menguatkan

identitas Islam di tingkat lokal maupun global, yang pada gilirannya nanti

diharapkan memiliki implikasi yang sangat luas bagi pentingnya makna al

Quran dalam kehidupan baik secara personal maupun komunal.

Dalam konteks nasional maupun lokal (Salatiga), tradisi menghafal

al Quran bukan hanya diselenggarakan di pondok-pondok saja, tetapi juga

telah muncul majlis-majlis kecil yang dirintis di beberapa perkampungan,

dalam bentuk rumah-rumah tahfizh. Kegiatan yang berkaitan dengan

tahfizhul qur‟an juga mewarnai acara-acara media elektronik melalui

saluran-saluran TV swasta nasional tertentu, yang tentu telah banyak

memberi inspirasi bagi pemirsanya akan pentingnya mempelajari al Quran

sebagai petunjuk hidup.

lAIN Salatiga sebagai lembaga perguruan tinggi Islam telah lama

mendesain rancang bangun kurikulum tahfizhul quran pada jurusan-

jurusan tertentu (misalnya pada jurusan IAT dan KKI) bahkan secara

formal kelembagaan, lAIN Salatiga memberi apresiasi lebih kepada

mahasiswa hafizh dan hafizhah melalui penghapusan SPP selama studi,

Page 13: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

3

jika yang bersangkutan mengajukan permohonan dan mengikuti tes khusus

berkaitan dengan hafalan mereka.

Adanya kurikulum tahfizhul quran pada jurusan-jurusan tertentu

menambah semarak kultur dan tradisi Islam di lAIN Salatiga. Gemuruh

suara mahasiswa yang sedang menghafal al Quran pada saat setoran,

memberikan pengaruh tersendiri bagi subjek-subjek di sekitarnya, seperti

dosen-dosen yang kebetulan duduk berdekatan dan sempat mendengarkan

hafalan mereka. Kondisi tersebut kadang memberi impressi yang

mendalam tentang al Quran dan maknanya, sehingga secara tidak langsung

dapat mengasah kembali spirit keagamaan mereka.

Masalahnya adalah jika terhadap orang-orang di sekitarnya, hafalan

al Quran itu mampu memberi energi positif bagi penghayatan agama,

apakah hafalan tersebut juga mampu memberi implikasi tertentu bagi

intensitas dimensi eksperiensial mereka? yang pada gilirannya intensitas

dimensi ini akan berkaitan dengan dimensi konsekuensial/sosial dari

keberagamaan mereka. Dengan kata lain, apakah hafalan ayat-ayat suci al

Quran tersebut mampu memberikan implikasi pada tingkat penghayatan

tentang kedekatan mereka dengan Tuhan secara personal dan sekaligus

menguatkan efek sosial bagi sesamanya? Bukankah dalam al Quran (surat

al „Ashr) dijelaskan bahwa sesungguhnya manusia itu niscaya dalam

kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, saling

menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.

Page 14: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

4

الإنسانلفيخسر،والعصر الات،إن إلاالذينآمنواوعملواالص وت واصوابلق وت واصوابلصب

Surat al „Ashr tersebut secara eksplisit mengajarkan tentang

pentingnya dimensi keimanan dengan amalan-amalan baik yang nyata dan

pentingnya menjaga hubungan interpersonal dengan bagus dan penuh

kesabaran agar kita tidak tergolong sebagai orang-orang yang merugi.

Pada sisi yang lain, berkenaan dengan kegiatan menghafal al Quran,

Allah menjamin eksistensi al Quran meskipun telah melampaui berabad-

abad lamanya. Sebagaimana firman-Nya:

ننن زلنا لولافظونإن الذكروإن

Artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkan a1 Quran dan kami akan

menjaganya”. (Q.S. Al-Hijr: 9)

Tentu saja jaminan tersebut salah satu instrumennya adalah melalui

tradisi menghafal al Quran. Sementara itu dalam sebuah hadits Nabi

disebutkan:

:لوقي ملسوويلعىالللصالللوسرتعس:الىرضي الله عنهقلاىبالةامماباانك)روهمسلم(وابحصالاعي فشةاميقالموىي تيونافأنرقواالؤراق

Artinya: “Diriwayatkan oleh Muslim hadits dari Abi Umamah, bersabda

Rasulullah Saw. “Bacalah olehmu al Quran karena al Quran itu nanti

akan datang di hari kiamat untuk memberi syafaat bagi pembacanya”.

Dalam kaitannya dengan fakultas Ushuludin sudah lebih dari 15

mahasiswa yang hafal al Quran dengan segala variannya, belum lagi jika

Page 15: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

5

dilihat dan fakultas-fakultas lain yang ada di lAIN Salatiga. Asumsi

penulis bahwa dalam tradisi menghafal al Quran yang sudah mapan ini

akan semakin memiliki implikasi yang lebih luas dari sekedar aspek

kognisi, yaitu afeksi dan aksi, jika hafalan itu disertai dengan pemahaman

maknanya. Berdasarkan observasi sementara penulis, bahwa dalam

komunitas mahasiswa yang menghafal al Quran ini terdapat polarisasi

tersendiri di antara mereka. Polarisasi tersebut bisa dikategorikan

berdasarkan volume hafalan (berapa juz), intensitas dalarn kemampuan,

memahami terjemahan al Qur‟an (hafal dengan paham artinya, hafal

dengan sebagian paham artinya, hanya hafal saja). Juga tentang pandangan

mereka terhadap kegiatan menghafal al Quran itu sendiri (bagian tugas

akademik, adanya keyakinan tentang kemuliaan yang akan diberikan oleh

Allah bagi penghafal al Qur‟an atau kedua-duanya benar).

Uraian-uraian tersebut di atas menyiratkan adanya kegelisahan-

kegelisahan penulis berkaitan degan upaya meningkatkan kualitas

penghayatan agama melalui tahfizhul quran secara personal dan sekaligus

imipikasi-implikasi sosialnya. Di samping itu, bagian lain yang menjadi

kegelisahan akademik penulis adalah adanya kesadaran bahwa

keberagamaan memiliki aspek yang plural, sehingga penting untuk

melakukan penelitian secara aspektual (dalam hal ini penulis fokus pada

aspek eksperiensial dan konsekuensial) sementara mayoritas penelitian

yang ada tentang keberagamaan lebih banyak bersifat umum sehingga

Page 16: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

6

timbul kesan bahwa agama dan keberagamaan jika menjadi objek

penelitian hanya berkaitan dengan aspek ritual saja (shalat misalnya).

Atas dasar persoalan-persoalan itulah penulis mencoba melakukakan

penelitian dengan judul “DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN

KONSEKUENSIAL DARI PSIKOGRAFI KEBERAGAMAAN

MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016 (Studi pada Komunitas

Hafizh dan Hafizhah)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana polarisasi dari komunitas mahsiswa hafizh dan hafizhah

IAIN Salatiga tahun 2016?

2. Bagaimana pula psikografi keberagamaan mereka pada dimensi

eksperiensial dan konsekuensial?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan polarisasi komunitas mahasiswa hafizh dan hafizhah

IAIN Salatiga tahun 2016?

2. Memberikan paparan dan analisis dimensi eksperiensial dan

konsekuensial dan psikografi keberagamaan mereka.

D. Signifikansi Penelitian

1. Secara teoritik penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi pengembangan studi Islam yang tidak semata-mata normatif dan

Page 17: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

7

historis saja (meminjam terma Amin Abdullah), namun menempatkan

keduanya dalam satu bingkai penelitian yang tak terpisahkan namun

dapat dibedakan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

masukan kepada lembaga (lAIN Salatiga) tentang pengembngan

tradisi menghafal al Quran (di kalangan mahasiswa) dan pemahaman

maknanya sehingga hafalan tersebut tidak hanya mampu rnengasah

wilayah kognitif saja, namun juga dapat memperdalam wilayah afeksi

dan sekaligus aksi sebagai out put tradisi tersebut.

E. Prior Research Review

Penelitian ini meliputi dua aspek pokok. Dilihat dan subjeknya,

fokus penelitian ini ada pada mahasiswa lAIN Salatiga yang hafal al

Quran. Sernentara dan substansi materi yang diteliti berkaitan dengan

dimensi eksperiensial dan konsekuensial keberagamaan. Kedua aspek

tersebut telah banyak dikaji orang dengan sfressing point yang berbeda-

beda antara lain:

Studi tentang “Reseliensi Mahasiswa Penghafal al Quran,

Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2015”, yang dilakukan oleh Miftahur

Rif‟ah”. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat adanya daya tahan

mahasiswa penghafal al Quran terhadap berbagai godaan masa remaja.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hafalan al Quran mereka mampu

memberi daya tahan (resiliensi) gangguan masa remaja.

Page 18: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

8

Ahmad Ta‟riifin dkk, meneliti tentang corak pengalaman keagamaan

mahasiswa STAIN Pekalongan tahun 2008. Sebagaimana judulnya ingin

melihat keberagamaan mereka, umum dan mahasiswa sejak masa kecil

dan remaja mereka. Studi ini menyimpulkan bahwa mahasiswa yang sejak

kecil rajin beribadah mengaji, pada saat remaja banyak melanggar ajaran

agama, pada saat dewasa menyadari kesalahan-kesalahannya. Mahasiswa

yang sejak kecil rajin beribadah dan mengaji pada saat remaja juga rajin

beribadah, setelah dewasa dengan lingkungan yang tidak mendukung

menyebabkan mereka kurang beribadah. Sementara mahasiswa yang sejak

kecil rajin beribadah dan dengan lingkungan yang mendukung tetap taat

beribadah pada saat dewasa.

Penelitian secara kuantitatif dilakukan oleh Munfarida tahun 2011

dengan judul “Pengaruh Intensitas Pengalaman Keagamaan terhadap Sikap

Ihsan Masyarakat di desa Mbaruan, Tengaran Kabupaten Semarang”.

Hasil penelitian ini memberi kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara intensitas pengalaman keagamaan terhadap sikap ihsan

masyarakat.

Sementara Khanif Rosidin, melakukan penelitian tentang

“Pengalaman Keagamaan dan Respon Siswa Muslim SMAN 1

Banguntapan, Bantul, Jogja Terhadap Orang yang Beragama Hindu. Hasil

penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 ini menyimpulkan bahwa dan

24 informan yang diteliti hampir semuanya memiliki sikap toleran. Dilihat

Page 19: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

9

dari kesimpulannya peneliti berusaha menghubungkan religiusitas dengan

sikap toleran.

Penelitian yang secara khusus mencermati para hafizh dan hafizhah

dalam menjaga hafalan mereka dilakukan oleh Tri Wahyu Hidayati tahun

2015. Studi ini menghasilkan kesimpulan bahwa di antara upaya-upaya

yang dilakukan untuk menjaga hafalan al Quran mereka adalah dengan

jalan menjadikan al Quran sebagai wirid (bacaan setelah shalat), dengan

jalan murajaah (nderes) sementara di antara faktor yang mendukung

adalah adanya keyakinan yang kuat akan kemuliaan yang diberikan oleh

Allah. Sedangkan faktor kendala dalam menjaga hafalan al Quran, para

responden tidak merasakan adanya kendala karena mereka yakin kalau

sungguh-sungguh dan istiqomah pasti bisa.

Selanjutnya Ida Afwa melakukan penelitian dengan judul Model

Pembelajaran Tahfizhul Quran di Pondok Pesantren Al Wahid Bener,

Weding, Demak Tahun 2016. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa

model pembelajarannya sangat variatif, seperti sorogan, tartilan, simaan,

murajaah kelas, acakan, dan qiraah sab‟ah. Tentang faktor yang

mendukung disebutkan antara lain menghafal yang mudah, adanya

bimbingan khusus santri kecil, adanya buku penilaian hafalan, program

murajaah kelas, antusias santri yang tinggi. Sementara faktor

penghambatnya adalah tidak boleh setoran murajaah saat haid, banyaknya

tugas tambahan, setoran harus 5 juz, minimnya ruangan khusus untuk

tempat murajaah dan seterusnya.

Page 20: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

10

Uraian-uraian tersebut di atas menyiratkan bahwa sampai saat ini

belum ada penelitian tentang dimensi eksperiensial dan konsekuensial dan

psikografi keberagamaan mahasiswa hafizh dan hafizhah khususnya di

IAIN Salatiga belum pernah dilakukan orang.

Page 21: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

11

BAB II

KERANGKA TEORI

Sebelum penulis memaparkan teori-teori yang akan menjadi rangka acuan

analisis dalam penelitian ini, terlebih dahulu penulis akan mendeskripsikan dalil-

dalil secara normatif baik a1 Quran maupun hadits, yang berkaitan dengan

keutamaan-keutamaan dan pahala bagi orang yang membaca, mendengarkan,

menghafalkan, dan mempelajari al Quran.

Islam mengajarkan pentingnya mendengarkan, membaca dan menghafal

ayat-ayat al Quran sebagai wahyu Allah yang berisi segala tuntunan hidup bagi

umat manusia karena fungsinya itu, secara implisit ada keharusan bagi setiap umat

Islam untuk mengkaji dan mempelajarinya sesuai dengan kemampuan masing-

masing. Allah berfirman dalam al Quran.

جعلناهق رآنعربيالعلكمت عقلون حكيم،إن وإنوفأمالكتابلدي نالعلي

Artinya: “Sesungguhnya kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab

supaya kamu memahami (nya). Dan sesungguhnya A1-Quran itu dalam induk al

kitab (lauh Mahfuzh) di sisi kami, adaiah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat

banyak mengandung hikmah”. (QS. Az Zuhruf: 3 dan 4)

Sementara pada ayat yang lain mengajarkan tentang keutamaan membaca

Al Quran misalnya pada surat Al-Fatir ayat 29 dan 30.

ناىمسرا لاةوأن فقوامارزق وأقامواالص كتابالل لون الذيني ت وعلانيةي رجونإنشكورلي وفي همأجورىمويزيدىممنفضلوإنوغفور،تارةلنت بور

Artinya: “Sesungguhnya orang yang membaca Al Quran, mendirikan shalat,

dan menafkahkan sebagian rizki yang kami berikan kepadanya secara diam-diam

Page 22: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

12

dan terang-terangan mereka itu rnengharapkan perniagaan yang tidak akan

merugi. Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah mereka akan

karunia Nya, sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha penerima syukur”.

Sejalan dengan ayat tersebut di atas Nabi Muhammad dalam sebuah hadits

bersabda:

اللتوي ب نمتيب فموق عمتااجاللصلى الله عليه وسلم:ملوسرال:قالرضي الله عنهقةري رىبانع،وةحلرامهت ي شغ،وةني كالسمهيلعتلزن لاامهن ي ب ونوساردتي واللابتكنولت ي

)رواهمسلم(هدنعنمفاللهركذوةكئلامالمهت فح

Artinya: “Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW, bersabda

apabila berkumpul suatu kaum dalam majlis (baitullah) untuk membaca kitab

Allah (al Quran) dan mempelajarinya, maka pasti turun pada mereka kesenangan

dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh malaikat yang ada di sekitar-Nya”.

(HR. Muslim)

Hadits tersebut juga diperkuat oleh hadits yang lain sebagai berikut:

ةرفالسعموبراىموىوانرقالأرقي يذصلى الله عليه وسلم:الالللوسرال:قتالرضي الله عنهاقةشائعنع)متفقعليو(انراجولاقشويلعوىوويفعتعت ت ي وانرقالأرقي يذال،وةررب الامركال

Artinya: “Dan Aisyah r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: siapa yang

membaca al Quran dengan fasih, maka ia beserta para utusan Allah (malaikat)

yang mulia lagi berbakti, dan barang siapa yang membaca dalam keadaan yang

tersendat-sendat, maka dia dapat dua pahala”. (HR. Bukhari Muslim)

Hadits Aisyah tersebut di atas mengajarkan bahwa Allah memberi

kemuliaan bagi para pembaca al Quran yang bagus dan benar bacaannya berupa

penempatan diri mereka bersama para malaikat, sementara bagi orang Islam yang

terbiasa membaca al Quran namun kurang lancar, mereka tetap dapat dua pahala.

Meskipun dalam desain penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk

menguji kesesuaian teori dengan objek kajian sebagaimana lazimnya dalam desain

Page 23: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

13

penelitian kualitatif, namun sebagaimana pendapat Strauss “teori dalam penelitian

kualitatif amat diperlukan untuk memaknakan realitas dan data (Suryanto, 2007;

193). Dalam rangka itulah penulis menggunakan beberapa teori yang diharapkan

mampu menjadi kerangka analisis dari data yang ada dalam penelitian teori-teori

tersebut adalah:

A. The Dimensions of Religious Commitment

Teori ini dikemukakan oleh R. Stark dan C.Y. Glock. Menurut teori ini

agama memiliki beberapa dimensi:

1. The bilief dimension comprises expectations that the religious person will

hold a certain theological outlook, that he will acknowledge the truth of

the tenets of the religion. Every religion maintains some set of beliefs

which adherents are expected to ratify. However, the content and scope of

beliefs will vary not only between religious tradition.

2. Religious practice includes acts of worship and devotion, the things

people do to carry out their religious commitment. Religious practices fall

into two important classes:

Ritual refers to the set of rites, formal religious acts and sacred practices

which all religions expect their adherents to perform. In Cristianity some

of these formal ritual expectations are attendance at worship services,

taking communion, baptism, weddings and the like.

Devotion is somewhat akin to, but importantly different from ritual. While

the ritual aspect of commitment is highly formalized and typically public,

all known religions also value personal acts of worship and contemplation

Page 24: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

14

which are relatively spontaneous, informal, and typically private.

Devotionalism among Christians is manifested through private prayer,

Bible reading and perhaps even by impromptu hymn singing.

3. The experience dimension takes into account the fact that all religions

have certain expectations, however imprecisely they may be stated, that

the properly religious person will at some time or other achieve a direct,

subjective knowledge of ultimate reality; that he will achieve some sense of

contact, however fleeting, with a supranatural agency. As we have written

elsewhere, this dimension is concerned with religious experiences, those

feelings, perceptions, and sensations which are experienced by an actor or

defined by a religious group (or a society) as involving some

communication, however slight, with a divine essence, that is, with God,

with ultimate reality, with transcendental autority (Glock and Stark, 1965,

chs. 3 and 8). To be sure, there are marked contrasts in the varieties of

such experiences which are deemed proper by different religious traditions

and isntitutions, and religions also vary in the degree to which they

encourage any type of religious encounter. Nevertheless, every religion

places at least minimal value on some variety of subjective religious

experience as a sign of individual religiousness.

4. The knowledge dimension refers to the expectation that religious persons

will presses some minimum of information about the basic tenets of their

faith and its rites, scriptures and traditions. The knowledge and belief

dimensions are clearly related since knowledge of a belief is a necessary

Page 25: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

15

precondition for its acceptance. However, belief need not follow from

knowledge, nor does all religious knowledge bear on belief. Furthermore,

a man may hold a belief without really understanding it, that is, belief can

exist on the basis of very little knowledge.

5. The consequenses dimension of religious commitment differs from the

other four. It identifies the effects of religious belief, practice, experience,

and knowledge in persons‟ day-to-day lives. The notion of „works‟, in the

theologgical sense, is connoted here. Although religions prescribe much of

how their adherents ought to think and act in everyday life, it is not

entirely clear the extent to which religious consequences are a part of

religious commitment or simply follow from it (Robertson, 1972: 256).

Mungkin timbul pertanyaan di mana kaitan antara kata psikografi

dengan dimensi eksperiensial dan konsekuensial? Seperti telah ditulis

sebelumnya bahwa psikografi adalah peta keberagamaan (Rakhmat, 2003:

43). Dalam psikografi kita dapat menerangkan agama dalam rangkaian

bagian-bagiannya atau dimensi-dimensinya. Hal itu dikarenakan fenomena

keberagamaan bukanlah realitas tunggal melainkan mencakup aspek-aspek

yang bersifat plural. Hal mi sebagaimana ditulis dalam Raharjo yang

mengutip pendapat Ninian Smart “bahwa studi agama yang ilmiah harus

bertolak dan kesadaran yang penuh akan sifat agama yang mempunyai aspek

majmuk. Karena itu studi tersebut haruslah bersifat aspektual, artinya dengan

sadar menentukan aspek tertentu mana dan agama itu yang ingin diteliti

secara akademik” (Abdullah ed, 1989: 31). Dalam konteks itulah penulis

Page 26: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

16

dalam penelitian ini memilih dua dimensi (aspek) dari psikografi

keberagamaan mahasiswa, yaitu dimensi eksperiensial dan konsekuensial.

Dimensi eksperiensial adalah bagian keagarnaan yang bersifat afektif yakni,

keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksaan ajaran agama.

Dimensi ini dapat bergerak dalam empat tingkat; Konfirmatif (merasakan

kehadiran Tuhan atas apa saja yang diamatinya), Responsif (merasa bahwa

Tuhan menjawab kehendaknya atau keluhannya), Eskatik (merasakan

hubungan yang akrab dan penuh cinta dengan Tuhan dan Partisipatif (merasa

menjadi kekasih atau wali Tuhan dan menyertai Tuhan dalam karya ilahiyah).

Sementara dimensi konsekuensial meliputi implikasi sosial dari pelaksanaan

ajaran agama (mencakup empat dimensi sebelumnya) sebagaimanâ ditulis di

atas. Dimensi inilah yang menjelaskan apakah efek ajaran Islam terhadap etos

kerja, etos studi, hubungan interpersonal empati kepada yang membutuhkan

dan lain-lain. Jelasnya dimensi ini merupakan konsekuensi ajaran agama

dalam perilaku umum yang tidak secara khusus ditetapkan dalam agama,

sebagaimana lazimnya pada dimensi ritual (shalat misalnya).

Jika penulis memilih pada kedua dimensi tersebut tidak dimaksudkan

untuk menganggap remeh dimensi-dimensi lain, namun semata-mata untuk

menyederhanakan pemahaman dan karena menyadari konteks yang menjadi

subjek penelitan ini yaitu para hafizh dan hafizhah yang secara psikologis

sebagian besar masih dalam proses remaja menuju dewasa. Karenanya

pemilihan pada dua dimensi tersebut tepat sekali dalam rangka untuk

mengasah kembali intensitas dimensi penghayatan dan pengamalan agama

Page 27: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

17

sebagai implikasi dan hafalan-hafalan mereka. Di samping itu, kedua dimensi

ini mampu mewaliki aspek personal dan sosial keberagamaan.

B. The Psychological Roots of Religious Belief and Behaviour

Jika pada teori pertama dimaksudkan untuk memaknai data-data yang

berkaitan dengan dimensi-dimensi keberagamaan, maka dalam teori yang

kedua ini diharapkan dapat mengelaborasi tentang berbagai faktor yang

mempengaruhi keberagamaan para mahasiswa.

Teori ini dikemukakan oleh RH. Thouless dalam bukunya “An

Introduction to The Psychology of Religion “. Thouless mengkritik pendapat-

pendapat sebelumnya yang mengatakan bahwa gejala keberagamaan muncul

karena “a single psychological root”. Dengan kata lain Thouless tidak setuju

dengan pendapat-pendapat yang menganggap bahwa akar-akar psikologis

agama bersifat tunggal. Seperti rnisalnya yang diasumsikan oleh psikoanalisa

(Sigmund Freud) yang mengatakan “Religion as derive from guilt impulses

originating childhood, and believe in God as the search afather image”

(Clark, 1958: 46). Artinya bahwa ajaran agama berasal dan adanya dorongan-

dorongan perasaan dosa pada masa kanak-kanak, dan bahwa kepercayaan

pada Tuhan adalah merupakan pencarian imej seorang bapak.

Sementara menurut behaviorisme (JB Watson) bahwa aksi dan reaksi

manusia terhadap stimulus hanyalah dalam kaitan prinsip reinforcement

(reward and punishment) (Ancok, 1994: 74). Lebih lanjut aliran mi

menambahkan bahwa stimulus dan respon menjadi penentu perbuatan

Page 28: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

18

manusia (termasuk perilaku agamanya-penulis). Stimulus adalah rangsangan

sementara respon adalah reaksi terhadap rangsangan atau sering disebut

sebagai reflek (Gunarsa, 1996: 78).

Berbeda dengan psikoanalisa dan behaviorisme, aliran humanistik

(Abraham Maslow) menyimpulkan bahwa gejala agama bukan sekedar

berasal dan konflik peninggalan masa kanak-kanak atau dan reaksi stimulus-

respon, tetapi merupakan “transendensi diri dengan kekuatan sendiri karena

agama merupakan urusan pribadi dengan Tuhan” (Crapps, 1993: 783).

Optimisme yang tinggi terhadap kodrat manusia melahirkan pandangan tidak

terbatasnya potensi manusia. Oleh karena itu, Crapps menilai mereka yang

berpendirian humanistik ada dalam bahaya terlalu menekankan individual

dengan mengorbankan sosial kemasyarakatan yang ada (1993: 184).

Uraian-uraian tersebut mengambarkan tentang teori-teori yang disebut

Thouless sebagai a single psychological root of religious belief and

behaviour. Menurut Thouless tidâk ada seorangpun yang dapat percaya

tentang adanya sumber agama yang bersifat tunggal (... none can plausibly be

regarded as its sole religion) (Thouless 1971: 15). Terkait hal ini dia

memberi alasan bahwa “religion as a complex structure which may have

many roots” oleh karena itu pertanyaannya bukanlah “what is the

psychological root of religion?” tetapi “what migh be psychological roots of

religion?” oleh karena itu menurut Thouless “we try to classify the factor

which have been or maybe claimed to produce the religious attitude they

seem to fall into four main groups; social influences, experiences, needs and

Page 29: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

19

processes of thought” (Thouless 1971: 16). Kutipan tersebut di atas

menjelaskan bahwa terdapat setidak-tidaknya empat faktor yang

mempengaruhi perilaku agama, yaitu faktor sosial, faktor pengalaman-

pengalaman, faktor kebutuhan-kebutuhan dan proses berpikir. Adapun

penjelasan dan masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor sosial meliputi ajaran-ajaran orang tua, tradisi, dan opini

lingkungan sekitar dan lain-lain. Singkatnya faktor sosial ini mencakup

semua pengaruh melingkupi diri subjek.

2. Faktor pengalaman, terdiri dari pengalaman natural, pengalaman moral

dan pengalaman afektif. Pengalaman natural mencakup pengalaman-

pengalaman yang bersumber dan keindahan ataupun kedahsyatan alam.

Pengalaman moral berkaitan dengan pengalaman baik buruk (menyesali

keburukan perilaku di masa lalu, misalnya). Pengalaman afektif adalah

pengalaman yang langsung berkaitan dengan Tuhan, karenanya

pengalaman ini sering disebut sebagai pengalaman agama (religious

experience).

3. Faktor kebutuhan, meliputi kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan cinta

kasih, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan dihasilkan oleh adanya

kematian yang tidak bisa dielakkan. Kebutuhan akan rasa aman merupakan

terpenting dalam hidup manusia. Orang-orang pada zaman primitif

menyembah angin adalah karena hanya angin (dalam anggapan mereka)

yang mampu menghempaskan rumah dan keluarganya dan rumah-rumah

mereka yang dibangun di atas pohon-pohon besar. Sementara tentang

Page 30: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

20

kebutuhan cinta kasih juga merupakan kebutuhan dasar hidup manusia.

Perilaku agama dilakukan seseorang karena ingin mendapatkan cinta kasih

Tuhan yang paling asasi dan cinta kasih lainnya. Kebutuhan yang

ditimbulkan oleh adanya kematian yang tidak bisa dielakkan ini menurut

Thouless bisa dilihat dan semakin intensnya perilaku agama pada orang-

orang lanjut usia. Perhaps the most important empirical evidence for the

relationship between the religious attitude and in adjusment to the fact of

the death... is the inereased tendency to religious acceptance amongst the

old, and, in particular, their high degree of acceptance at the doctrine at

immortality (Thouless 1971: 63).

4. Faktor intelektual (proses berpikir). Menurut Thouless “Man is a thingking

animal, and one of the effect at result of his thingking is that it help him to

determine which beliefs he accepts and which ones he reject even though

other factors also help to determine this” (Thouless, 1971: 18). Manusia

adalah binatang yang bisa berpikir, ialah satu dan hasil berpikirnya adalah

dapat membantu menentukan kepercayaan mana yang harus dia pilih dan

kepercayaan mana yang harus dia tolak, meskipun faktor-faktor lain juga

mampu menentukannya.

Berdasarkan uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa banyak faktor

yang dapat mempengaruhi munculnya aktivitas keagamaan seseorang, karena

keberagarnaan sendiri adalah suatu gejala yang kompleks, sehingga sumber-

sumber psikologisnya tidak mungkin tunggal dan jamak. Teori ini bisa

Page 31: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

21

penulis pakai untuk menganalisis keberagamaan mahasiswa tentang faktor-

faktor yang paling dominan mempengaruhi intensitas keberagamaan mereka.

Erat kaitannya dengan teori tersebut di atas, G.S. Spinks dalam bukunya

“Psychology and Religion” mengemukakan bahwa ada empat faktor penting

yang mempengaruhi psikologi keberagamaan seseorang yang dia sebut

sebagai “quadrilateral of belief” yang meliputi 4 elemen essensial yaitu

institution, reason, experience, and revelation (Spinks, 1971: 186-187).

Jika Thouless menyebut faktor sosial (tradisi) maka menurut Spinks

akan lebih baik dideskripsikan sebagai institusi. Hal itu dikarenakan kata

tersebut lebih menekankan bagian penting yang dimainkan oleh institusi

secara historis dalam menjaga tradisi ritual keberagamaan. Di samping itu,

jika ada pendapat Thouless tidak menyebutkan adanya faktor revelasi

(wahyu), maka Spinks secara eksplisit menyebut faktor revelasi sebagai salah

satu elemen dalam teorinya yang dia sebut sebagai “quadrilateral of belief”.

Menurut dia “It is important to emphasize the paset played by revelation in

all form of religion. Psychology by itself can, of course, say nothing whatever

about the validity of such revelationary experiences, but it cannot ignore their

reputed occurence”. Artinya, adalah penting untuk menekankan peran yang

dimainkan oleh revelasi dari semua bentuk agama. Memang psikologi bisa

saja tidak membicarakan apapun tentang validitas pengalaman-pengalaman

revelasi seperti itu, tetapi psikologi tidak bisa mengambarkan reputasi

pengalaman-pengalaman revelasi terjadi.

Page 32: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

22

C. Teori Komunitas Kognitif dalam Keberagamaan

Menurut Peter Berger “keyakinan religius mampu membentuk suatu

masyarakat sebagai komunitas kognitif”. Oleh karena itu, agama memiliki

kemungkinan untuk memberi arah pada pola perilaku dan corak struktur

sosial. Sistem kepercayaan dan akibat struktural dan perilaku yang

ditimbulkannya dikatakan merupakan suatu sistem yang organik. Dalam

sistem yang organik itu dengan kata lain, kita menemukan sistem

kepercayaan yang merupakan aspek kultural dan agama dan pola perilaku dan

struktur yang merupakan manifestasi dan kepercayaan itu (Abdullah ed,

1989: 33).

Jadi, meskipun bermula dan suatu ikatan spiritual, para pemeluk agama

membentuk masyarakat sendiri, yang berbeda-beda dengan “komunitas

kognitif” lainnya. Dalam konteks penelitian ini teori “komunitas kognitif” ini

bisa penulis gunakan untuk menelaah komunitas para mahasiswa yang hafal

al Quran, misalnya dengan mengkaji corak dan bentuk dan tatanan komunitas

tersebut, apakah jika dilihat dan perspektif agama, sudah merupakan

cerminan dan keharusan doktrin agama?

Page 33: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Salatiga, Khususnya di kampus lAIN

Salatiga. Hal ini dikarenakan subjek-subjek dalam penelitian ini adalah

para mahasiswa IAIN Salatiga yang memiliki kelebihan mampu

rnenghafal al Quran. Komunitas ini tentu dengan segala variannya dalam

hal volume hafalan, kemampuan menerjemahkan ayat al Quran, dan lain-

lain. Penelitian tersebut didasarkan pada adanya kesadaran bahwa tentu

mereka yang mampu menghafal al Quran tersebut tidak bisa seragam

(semuanya sama). Mengingat dari jumlah komunitas mereka yang tidak

sedikit maka penulis menggunakan sampel “purposive “, yaitu rnengambil

sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian (Nasution, 2003: 32).

Terkait dengan sampel tersebut dalam hal ini penulis memilih

sebagian besar mereka yang berasal dan jurusan IAT, meskipun terdapat

juga yang dari jurusan FTIK. Pemilihan tersebut tidak memiliki tendensi

apapun selain hanya untuk mempermudah perolehan data dan

komunikasinya.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini rnerupkan jenis penelitian kualitatif. Yaitu jenis

penelitian yang pada hakikatnya ingin mengamati (melakukan

pengamatan) orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan

Page 34: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

24

mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia

sekitarnya (Nasution, 2003: 5). Sementara menurut Ambert sebagaimana

ditulis oleh Sholichin Abdul Wahab “The Aim of Qualitative Research is

to learn how and why people be have, think and make meaning as they do,

rather than focusing on what people do or believe on large scale” (1997:

7). Artinya “Tujuan dan penelitian kualitatif adalah untuk mempelajari

bagaimana dan mengapa seseorang berbuat, berpikir, dan mengartikan apa

yang mereka kerjakan. Lebih dari itu adalah fokus pada apa yang

seseorang percaya dalam skala yang luas”.

Melengkapi pengertian penelitian kualitatif tersebut di atas, Taylor

dan Bogdan mengemukakan beberapa karakteristik penelitian tersebut:

1. Bersifat induktif, yaitu mendasarkan pada prosedur logik yang berawal

dan proposisi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada suatu

kesimpulan hipotesis yang bersifat umum. Dalam hal ini konsep-

konsep, pengertian dan pemahaman didasarkan pada pola-pola yang

ditemui dalam data.

2. Melihat pada setting dan manusia sebagai satu-kesatuan, yaitu

mempelajari manusia dalam konteks dan situasi dimana mereka berada.

Oleh karena itu, manusia dan setting tidak disederhanakan ke dalam

variabel, tetapi dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan.

3. Memahami perilaku manusia dan sudut pandang mereka sendiri (sudut

pandang yang diteliti). Hal itu dilakukan dengan cara melakukan empati

Page 35: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

25

pada orang-orang yang diteliti dalam dalam upaya memahami

bagaimana mereka melihat sebagai hal dalam kehidupannya.

4. Lebih mementingkan proses penelitian dari pada hasil penelitian. Oleh

karena itu, bukan pemahaman mutlak yang dicari, tetapi pemahaman

yang mendalam tentang kehidupan sosial.

5. Menekankan pada validitas data sehingga ditekankan pada dunia

empiris. Penelitian dirancang sedemikian rupa agar data yang diperoleh

benar-benar mencerminkan apa yang dilakukan dan dikatakan yang

diteliti.

6. Bersifat humanistis, yaitu memahami secara pribadi orang yang diteliti

dan ikut mengalami apa yang dialami orang yang diteliti dalam

kehidupan sehari-hari.

7. Semua aspek kehidupan sosial dan manusia dianggap berharga dan

penting untuk dipahami karena dianggap sebagai spesifik dan unik

(Suyanto ed, 2007: 169-170).

Selanjutnya tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan sosiologis (sosiologi agama) dan pendekatan psikologis

(psikolog agama). Pendekatan sosiologis secara khusus meneliti tentang

hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat atau komunitas

tertentu (Jongeneel, 1978: 68). Sementara pendekatan psikologis terhadap

perilaku agama maneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku

orang, atau mekanisme yang bekerja pada diri seseorang karena keyakinan

itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya (Darajat, 1976: 12).

Page 36: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

26

Pemilihan pada dua pendekatan tersebut didasarkan pada

pertimbangan bahwa objek kajian dalam penelitian ini adalah tentang

keberagamaan terutama pada dimensi eksperiensial dan konsekuensial.

Dimensi eksperiensial menyangkut afeksi keberagamaan yang menjadi

lahan kajian psikologi agama. Sementara dimensi konsekuensial

merupakan aspek sosial keberagamaan sehingga tepat jika digunakan

pendekatan sosiologis.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bagong Suyatno (2007: 186), ada tiga macam pengumpulan

data secara kualitatif. Pertama, adalah wawancara yang mendalam

terbuka. Data yang diperoleh terdiri dan kutipan langsung, dan respon dan

tentang pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuannya. Dalam

konteks wawancara ini adalah data yang berkaitan tentang banyaknya

hafalan al Quran, waktu menghafal al Quran dan intensitas pemahaman

makna al Quran. Metode wawancara ini menjadi sangat penting karena

meskipun ada metode observasi, namun observasi saja belum dapat

mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran seseorang. Oleh karena itu,

wawancara menjadi pelengkap observasi agar peneliti dapat memasuki

pikiran dan perasaan responden. Pada tahap awal, wawancara dilakukan

tanpa struktur, responden diberi kebebasan dan kesempatan untuk

menyampaikan pikiran, pandangan dan perasaan tanpa terikat oleh

peneliti. Setelah penulis memperoleh sejumlah data, penulis memakai

Page 37: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

27

wawancara yang terstruktur yang disusun berdasarkan hasil observasi dan

apa yang telah disampaikan oleh para responden. Kedua, adalah observasi

langsung. Data yang didapat melalui observasi langsung terdiri dan

pemetaan rinci tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang

(responden) serta keseluruhan kemungkinan interaksi interpersonal.

Observasi ini dapat penulis gunakan berkaitan dengan dimensi

konsekuensial dan keberagamaan mereka. Dua hal penting yang harus

dikaitkan dalam proses observasi adalah informasi dan konteks. Informasi

adalah apa yang terjadi, sementara konteks adalah yang berkaitan dengan

sekitarnya. Segala sesuatu terjadi dalam dimensi ruang dan waktu tertentu,

dimana informasi yang ada tak bisa dilepaskan dan konteksnya untuk

menangkap makna yang tepat (Nasution, 2003: 55). Ketiga, penelaahan

terhadap dokumen-dokumen tertulis yang berhubungan dengan objek dan

subjek penelitian. Dalam hal ini misalnya data tentang mahasiswa yang

hafal al Quran beserta fakultasnya.

D. Uji Keabsahan Data

Menurut Moleong ada beberapa kriteria dan keabsahan data (trust

worthinness), yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (deoendability), dan kepastian

(confirmabillity) (Moleong, 2011: 324).

Sementara itu, untuk menguji keabsahan data, sebagaimana ditulis

oleh Nasution (2003; 114-118), dapat dengan 1) memperpanjang massa

Page 38: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

28

observasi; 2) pengamatan yang terus menerus; 3) Trianggulasi; 4)

membicarakan dengan orang lain; 5) menganalisis kasus negatif; 6)

menggunakan bahan referensi; 7) menggunakan member check. Terkait

penelitian ini digunakan jenis uji keabsahan data dengan memberi check,

yakni membuat laporan tertulis mengenai wawancara secara garis besar

yang telah dialakukan untuk dibaca oleh responden atau ditambah yang

kurang. Di samping itu, penulis juga akan menggunakan teknik

trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam hal ini Lexy Moleong

membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan sumber metode, penyidik, dan teori Moleong (2011: 330-

331).

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai

dengan jalan (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa

yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang

dikatakan sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektitf

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat

biasa, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan

isi suatu dokumen yang berkaitan.

Page 39: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

29

Sementara untuk trianggulasi dengan metode, terdapat dua strategi,

yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Teknik trianggulasi ketiga yaitu dengan memanfaatkan penyidik

(peneliti) atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali

derajat kepercayaan data.

Trianggulasi dengan teori, hal itu dapat dilaksanakan sebagai

penjelasan banding (rival explanation).

Oleh karena itu, di samping uji keabsahan data dengan member

check, penulis juga menggunakan teknik trianggulasi dengan pemanfaatan

sumber. Yakni dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara, dan sebaliknya menggunakan data hasil wawancara

dengan pengamatan kembali.

E. Tekuik Analisis Data

Analisis data diperlukan agar data yang telah terkumpul tidak

semata-mata deskriptif belaka dan dapat ditemukan maknanya. Dalam hal

ini ada beberapa langkah analisis data, yaitu reduksi data, display data,

mengambil kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 2003: 129).

Reduksi data dapat dilakukan dengan menerangkan laporan data

yang ada, kemudian dipilih hal-hal yang penting dan ditentukan polanya,

misalnya tentang deskripsi komunitass mahasiswa yang hafizh-hafizhah

Page 40: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

30

dan ditentukan polarisasinya, berdasarkan volume hafalan maupun

intensitas pemahamannya tentang isi al Quran dengan dedukasi dapat

memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Di

samping itu, reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode

kepada aspek-aspek tertentu.

Display data, kegiatan display data di dilakukan misalnya dengan

membuat grafik atau matrik dan tabel data penelitian. Dengan display data

ini penulis akan menemukan gambaran keseluruhn atau bagian-bagian

tertentu dan penelitian. Misalnya membuat tabel tentang data yang

berkaitan tentang dimensi eksperiensial dan dimensi konsekuensial.

Mengambil kesimpulan dan verifikasi. Dalam penelitian kualitatif

peneliti sejak awal dapat merumuskan kesimpulan tentang makna data

yang terkumpul melalui observasi dan wawancara. Tetapi sifatnya yang

masih tentatif maka agar kesimpulan dapat menjadi lebih grounded

diperlukan data yang lebih banyak dan bertambah. Sementara verifikasi

tetap dilakukan secara singkat dengan mencari data baru (Nasution, 2003:

130).

Kesimpulan memang dibuat dalam setiap observasi maupun

wawancra oleh penulis. Namun kesimpulan itu tentu masih sementara

sifatnya. Oleh karena itu, kesimpulan yang final baru diambil melalui

proses evaluasi kembali dan kesimpulan yang sementara, pada saat

penelitian telah selesai. Dengan kata lain, kesimpulan yang bersifat final

adalah out put penelitian itu sendiri, melalui proses panjang dan dan data

Page 41: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

31

mentah kemudian data tersebut di reduksi (dipilih-pilih) yang sesuai

dengan data yang diinginkan (tematik) penelitian ini. Selanjutnya data

tersebut dideskripsikan melalui display data dengan kemungkinan pola-

polanya diproses analisis menggunakan konstruksi teori yang ada sehingga

dengan cara itu diharapkan data tidak semata-mata tidak bersifat deskriptif

belaka, namun juga bersifat akademis.

Page 42: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Komunitas Mahasiswa Hafizh dan Hafizhah yang

Menjadi Subjek Penelitian

Sebagaimana telah ditulis sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui polarisasi dari mahasiswa hafizh dan hafizhah

IAIN Salatiga. Maksud dari kata polarisasi tersebut adalah hal-hal yang

berkaitan dengan volume hafalan dan intensitas pemahaman mereka

tentang arti ayat per ayat (kemampuan menerjemahkan). Di samping itu

juga persepsi mereka tentang kegiatan menghafal al Quran itu sendiri.

Polarisasi tersebut menurut penulis sangat penting jika dikaitkan dengan

tujuan kedua dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan dimensi

eksperiensial dan konsekuensial dari mahasiswa hafizh dan hafizhah.

Dengan demikian penulis ingin melihat adanya implikasi intensitas hafalan

dan pemahaman terjemahan al Quran bagi tingkat pengahayatan secara

personal dan aplikasinya secara sosial.

Komunitas mahasiswa hafizh dan hafizhah semakin lama tentu

semakin banyak. Berdasarkan wawancara dengan ketua jurusan IAT (18-

05-2016) komunitas mereka hampir 20 orang, belum lagi dari fakultas lain

seperti FTIK atau yang lainnya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

penulis tidak bisa mengambil semua sebagai subjek dalam penelitian ini,

dan hanya beberapa saja (enam orang) dari IAT dan FTIK. Pertimbangan

tersebut lebih berkaitan dengan masalah teknis dan di samping itu juga

Page 43: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

33

dalam praktiknya tidak semua komunitas mereka tersedia diwawancarai.

Sebagian dari alasan mereka adalah tidak ingin orang lain mengetahui

tentang jumlah hafalan mereka (takut riya‟-penulis). Hal ini juga menjadi

salah satu kendala dalam proses penelitian sehingga dibutuhkan

perdebatan khusus.

Secara intens wawancara penulis lakukan dengan responden satu

per satu, kemudian jika masih ada tambahan data penulis berusaha

menemui mereka lagi baik secara langsung maupun via phone. Begitu

seterusnya hingga dirasa data yang dibutuhkan telah cukup dalam

mewakili judul penelitian. Berikut ini akan dideskripsikan gambaran

sekilas tentang responden dalam penelitian ini:

RBK (Responden 1)

Responden ini lahir di desa Susukan, Ketapang, Kabupaten

Semarang pada tahun 1994, dari keluarga dengan kultur keagamaan

yang sangat kuat. Bapak ibunya adalah seorang hafizh dan hafizhah

yang mengelola sebuah Pondok Pesantren yang cukup terkenal yaitu

“Roudlotul Tolibin 3” di desanya. Oleh karena itu, tidak heran jika

tradisi menghafal al Quran sudah melingkupinya sejak dia kecil.

Namun sesungguhnya kegiatan menghafal al Quran itu sendiri secara

intens baru dia mulia ketika dia belajar di MTs (meski saat dia belajar

di MI sudah mulai diperkenalkan tapi belum intens) yang kemudian

dia lanjutkan lebih serius lagi saat di sekolah MAN Suruh. Pada saat

inilah dia belajar sambil tinggal di Pondok Al Mansur Suruh,

Page 44: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

34

Kabupaten Semarang. Pondok ini diakui responden telah banyak

membantu dalam hal menghafal al Quran, “satu hari bisa satu

halaman/lembar bu” kata dia saat wawancara. Kegiatan itu terus dia

tekuni lembar per lembar hingga ia akhirnya dia khatam 30 juz selama

belajar di MAN tersebut (wawancara 16-05-2016).

Selain dia, bapak dan ibunya, kakaknya yang sulung juga

seorang hafizh. Sementara adiknya yang satu baru tamat SMA (2016)

dan yang ragil baru kelas satu SMA, keduanya masih dalam proses

menghafal al Quran. Saat penulis bertanya tentang pandangan dia

berkaitan dengan kegiatan menghafal al Quran dia menjawab “itu

dorongan dari orang tua di awal memulainya, tetapi menjalani

hafalan itu merasa menjadi tugas untuk mempertahankan hafalan dan

bukan semata-mata sebagai tugas akademik saja” (wawancara 03-08-

2016).

Kini dia sudah memasuki semester 6 sebagai mahasiswa di IAIN

Salatiga. Karena rasa tanggung jawabnya pada tugas yang diberikan

keluarga, responden ini memilih nglaju (tidak tinggal di kos),

Susukan-Salatiga selama menjalani studinya.

Ada yang perlu digaris bawahi dari proses wawancara dengan

responden ini, yakni susahnya memperoleh konfirmasi tentang volume

hafalannya, namun akhirnya dia mengangguk kepala saat penulis

sebut 30 juz. Sementara tentang kemampuan menerjemahkan ayat-

Page 45: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

35

ayat al Quran dia menjawab “bisa tapi tidak seluruhnya”. Artinya ada

bagian-bagian di mana dia tidak bisa langsung memahami artinya.

MHM (Responden 2)

Responden ini lahir di desa Rowosari, Tuntang, Kabupaten

Semarang pada tahun 1995. Sebagaimana responden lainnya,

responden ini juga berasal dari keluarga yang sangat religius. Ayahnya

adalah seorang alumni salah satu pondok ternama di Gresik, Jawa

Timur. Kini sang ayah bekerja sebagai perangkat desa sementara

seorang ibu sebagai ibu rumah tangga biasa.

Responden yang memiliki seorang adik yang masih duduk di

SMP ini memulai menghafal al Quran saat sekolah di SMP Bina

Insani di desa Baran, Ketapang, Kabupaten Semarang (meski kegiatan

mengajinya sudah dimulai sejak dia di sekolah dasar). Di SMP Bina

Insani ini, responden terus dilatih hafalan al Qurannya yang kemudian

dilanjutkan saat dia di sekolah Madrasah Aliyah Salatiga.

Kegiatan hafalan al Quran tersebut semakin bertambah saat dia

mulai kuliah di IAIN Salatiga. Kini dia sudah semester 6 dan dengan

jarak yang tidak terlalu jauh antara rumah dan kampus, responden ini

nglaju setiap hari. Kesulitan mengkonfirmasi tentang jumlah hafalan

juga penulis alami terhadap responden ini, “pesan pak kyai mboten

pareng nduduhke hafalannya” jawabnya saat penulis bertanya

masalah tersebut. Namun akhirnya responden bersedia juga

menyebutkan bahwa dia sudah hafal 7 juz. Kemudian saat penulis

Page 46: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

36

menanyakan “apakah dari 7 juz itu anda mampu menerjemahkan

seluruhnya?”, dia menjawab “hanya sebagian saja yang mampu saya

terjemahkan” (wawancara 16-05-2016).

Selanjutnya tentang pandangan responden berkaitan dengan

kegiatan menghafal al Quran, dia memberikan jawaban “untuk

mengamalkan surat al „Alaq yaitu membaca, mengerti, serta

mentadaburi agar seimbang dengan perjalanan intelektual saya, yaitu

menafsirkan al Quran dengan mempelajari ilmu-ilmunya”

(wawancara 03-08-2016).

SFH (Responden 3)

Terlahir dari keluarga petani di sebuah desa di kawasan

Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 7 September 1996. Keluarga

yang sangat religius menjadikan responden ini akrab dengan kegiatan

membaca al Quran sejak kecil. Setamat sekolah dasar di desanya, dia

melanjutkan sekolah di MTs sambil menjadi santri di Pondok

Rahmatullah 2 desa Grabag, Magelang. Kegiatan ini hanya berjalan

satu tahun, kemudian dia keluar dari pondok di mana dia memilih

hafalan al Qurannya. Dia melanjutkan hafalannya di rumah bersama

ibunya yang juga seorang hafizhah yang kebetulan beliau juga alumni

Pondok Rahmatullah 2 Grabag, Magelang.

Setelah tamat dari sekolah MTs, dia melanjutkan sekolah di

salah satu SMK di Salatiga. Selama sekolah di SMK ini, dia

mengatakan tidak ada aktivitas menghafal al Quran, sampai kemudian

Page 47: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

37

dia kuliah di IAIN Salatiga dan tinggal di ma‟had IAIN kurang lebih

satu tahun. Setelah itu dia pindah ke Pondok Mansyaul Huda Sraten,

Tuntang, melanjutkan kegiatan menghafal al Quran hingga sekarang

dia telah mampu menghafal 6 juz al Quran. Ketika penulis bertanya

“apakah anda mampu memahami terjemahan dari ayat yang anda

hafal itu?” dia menjawab “saya belajar menerjemahkan sendiri dan

jika merujuk pada ayat insya Allah saya bisa” jawabnya.

Selain itu, responden ini juga menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi semangatnya menghafal al Quran adalah adanya tradisi

yang kuat secara turun temurun dari keluarga besarnya. Seluruh putra-

putri neneknya (termasuk) ibunya adalah hafizh dan hafizhah. Maka

ketika sampai pada generasi kedua, ada semacam keharusan bahwa di

antara anak mereka (cucu-cucu dari neneknya) harus ada yang hafal al

Quran. Inilah salah satu yang mendorong kegiatan menghafal al Quran

responden (wawancara 17-05-2016).

Saat penulis menginginkan konfirmasinya seputar pandangan

responden tentang kegiatan menghafal al Quran bagi diri pribadinya,

responden ini menjawab “sekarang ini kegiatan menghafal saya masih

berkaitan dengan akademik, kuliah di jurusan IAT membuat saya

semakin sadar pentingnya menghafal al Quran lebih banyak lagi

untuk bisa merujuk ayat yang diperlukan. Di samping itu, di era

sekarang ini sudah seharusnya menjadikan al Quran sebagai

Page 48: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

38

pedoman hidup dengan menghafal dan menghayati artinya”

(wawancara 03-08-2016).

MYF (Responden 4)

Responden ini berasal dari Bone, Makasar. Tiga bersaudara ini

lahir pada tahun 1994. Setelah tamat dari sekolah dasar dia

melanjutkan ke MTs Singkang, Makasar. Di MTs inilah dia berhasil

menghafal sebanyak 10 juz selama dua tahun. Ayahnya seorang yang

sangat religius dan menginginkan anaknya menjadi hafizh. Maka

dimasukkanlah dia oleh ayahnya ke Pesantren As‟adiyah Singkang,

Kabupaten Sulawesi Selatan. Tapi kemudian merasa tidak krasan dan

keluar dari pondok tersebut, kemudian langsung kembali ke MTs

kelas III hingga tamat.

Selanjutnya dia melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah

di Makasar. Namun setelah tamat dari Madrasah Aliyah, dia off

selama tiga tahun (dari pendidikan formal) untuk menghafal al Quran

kembali di Ummul Quro Bogor. Dari Ummul Quro, dia pindah ke Al

Azhar Bandung (Rumah Tahfizh). Pada tahun 2012 dia mendaftar

kuliah di UIN Bandung, saat itu dia sudah hafal 13 juz, meski dia

diterima di UIN tersebut, namun tidak dilanjutkan. Pada tahun 2013,

dia masuk ke IAIN Salatiga dan saat itu dia baru hafal 13 juz al Quran.

Dia tinggal di Pondok Pesantren Al Irsyad, mengajar sambil kuliah

dan melanjutkan hafalan al Qurannya hingga selesai 30 juz.

Page 49: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

39

Meski sudha mampu menghafal al Quran 30 juz, namun

responden ini mengaku belum bisa menerjemahkan secara langsung.

Sebagian mungkin bisa, sebagian yang lain belum. Kemudian saat

penulis bertanya tentang pandangan dia mengenai kegaitan menghafal

al Quran bagi dirinya dia menjawab “menghafal al Quran adalah

salah satu cara menjaga al Quran dan kalau kegiatan itu semakin

banyak, maka al Quran itu semakin kuat terjaganya dan

kemurniannya, jaminan Allah untuk menjaga al Quran tentu melalui

hafalan-hafalan para hafizh...” (wawancara 17-05-2016).

NVT (Responden 5)

Responden ini lahir di desa Pucung, Kecamatan Suruh pada

tahun 1995. Setamat dari sekolah dasar dia meneruskan ke MTs Bina

Insani di Baran, Ketapang, Susukan, Kabupaten Semarang.

Selanjutnya dari MTs tersebut dia melanjutkan ke SMA Bina Insani di

desa yang sama.

“Bisa kuliah di IAIN Salatiga adalah hal yang sangat

membanggakan” katanya. Mengingat tidak mudah juga untuk kuliah.

“… radi sulit bu”, paparnya pada saat penulis wawancara dengan dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan masa kecilnya dia diajak oleh bapak dan

ibunya transmigrasi ke Sumatra. Namun saat usianya telah mencukupi

untuk masuk ke sekolah dasar, dia dibawa kembali ke Jawa (Pucung)

dan dia ditemani neneknya selama menjalani pendidikannya, karena

ayah dan ibunya masih di Sumatra.

Page 50: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

40

Saat penulis konfirmasi tentang kapan mulai menghafal al

Quran? dia menjawab “sejak masuk kuliah di IAIN Salatiga ini bu”.

Sambil kuliah dia mondok di Pesantren Al Falah Grogol, Salatiga. Di

Pondok Pesantren inilah dia belajar menghafal al Quran hingga kini

dia telah menyelesaikan 7 juz hafalannya.

Lalu bagaimana pandangan responden ini tentang makna

menghafal al Quran tersebut? Dia memberi jawaban “yang utama

bukan semata-mata karena kegiatan akademik bu. Memang awalnya

seperti itu, namun dari diri sendiri juga ada keinginan untuk

memahami kalamullah, mungkin melalui kuliah di jurusan IAT ini

juga sebagai salah satu penunjang untuk mewujudkan harapan saya”

(wawancara 03-08-2016).

IDF (Responden 6)

Responden kelahiran Sarirejo, Kaliwungu, Kendal, 10 April

1992 ini merupakan 9 bersaudara, yang terdiri dari 4 perempuan dan 5

laki-laki, sementara dia sendiri adalah anak yang kelima. Bapaknya

adalah seorang alumni Pondok Pesantren yang bekerja sebagai petani,

sedang ibunya sebagai ibu rumah tangga biasa.

Setamat dari sekolah dasar di desanya, dia melanjutkan di SMP

sambil mondok di Pesantren Al Wahid, Bener, Weding Bonang,

Demak. Saat dia mulai sekolah di SMA, dia pernah menjadi santri

titipan di Pondok Pesantren Al Muhtar Blora selama 3 tahun. Di

Pondok Pesantren inilah dia mampu menghafal al Quran secara

Page 51: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

41

efektif. Pada waktu hafalannya hampir selesai (30 juz), responden ini

kembali ke Demak (Pondok Pesantren Al Wahid) kurang lebih selama

dua tahun. Waktu dua tahun ini digunakan untuk menghatamkan al

Quran secara sempurna, sementara yang satu tahun digunakan untuk

mengabdi di Pondok Pesantren dengan membantu mengajar di Pondok

Pesantren tersebut sambil menunggu wisuda para hafizh.

Pada saat wawancara ini (21-06-2016) responden yang kuliah di

IAIN Salatiga ini telah semester 8, dan sedang menyelesaikan

skripsinya. Sejak semester 8 ini, responden yang semula tinggal di

ma‟had putrid IAIN Salatiga memilih tinggal di kos sambil fokus

mengerjakan skripsinya. Meskipun padat jadwalnya, saat masih

kuliah, responden ini aktif membantu di kegiatan menghafal al Quran

di beberapa Rumah Tahfizh, salah satunya adalah Rumah Tahfizh di

Klaseman.

Meski sudah mampu menghafal al Quran 30 juz, namun saat

ditanya kemampuannya dalam menerjemahkan al Quran, responden

ini menjawab seperti responden lainnya “tidak semuanya mampu

diterjemahkan” jawabnya. Lalu bagaimana pandangan responden ini

tentang kegiatan menghafal al Quran ini? Dia memberikan jawaban

“senang dan bangga dengan kegiatan menghafal al Quran ini, karena

menghafal al Quran membawa kemuliaan tersendiri. Di samping juga

kegiatan ini untuk menjaga kemurnian al Quran” (wawancara 21-06-

2016).

Page 52: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

42

B. Dimensi Eksperiensial dari Psikografi Keberagamaan Hafizh dan

Hafizhah Mahasiswa IAIN Salatiga

Sebagaimana telah ditulis sebelumnya bahwa dimensi eksperiensial

dalam keberagamaan adalah dimensi yang berkaitan dengan pengalaman,

perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi keagamaan yang

dialami oleh seseorang atau yang dinyatakan oleh satu komunitas religius

yang mencakup komunikasi dengan Tuhan betapa pun ringannya (The

experience dimension ... is concerned with religious experience, those

feelings, perceptions, and sensations which are experienced by an actor or

defined by a religious groups as involving some communication, however

slight with a devine essence, that is with God) (Robertson, 1972: 257).

Sementara itu, Jalaludin Rahmat mendefinisikan lebih rinci tentang

dimensi eksperiensial sebagai berikut “bagian keagamaan yang bersifat

afektif, yakni keterlibatan emosional dan sentimental pada pelaksanaan

ajaran agama. Inilah perasaan keagamaan (religious feeling) yang dapat

bergerak dalam empat tingkat: yaitu konfirmatif (merasakan kehadiran

Tuhan atau apa saja yang diamatinya), responsif (merasa bahwa Tuhan

menjawab kehendaknya atau keluhannya), eskatik (merasakan hubungan

yang akrab dan penuh cinta dengan Tuhan, dan partisipatif (merasa

menjadi kawan setia, kekasih, atau wali Tuhan dan menyertai Tuhan

dalam melakukan karya ilahiyah) (Abdullah ed., 1989: 93).

Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin mendeskripsikan

bagian keagamaan yang bersifat afektif, mencakup keterlibatan emosional

Page 53: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

43

dan sentimental yang dialami oleh seseorang dalam komunikasinya

dengan Tuhan. Dengan deskripsi ini setidaknya akan dapat diketahui

kondisi riil religious feeling mahasiswa khususnya pada komunitas

mahasiswa hafizh dan hafizhah. Adapun poin-poin penting yang penulis

ajukan sebagai bahan wawancara berkaitan dengan dimensi experience

sesuai dengan penjelasan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Pada waktu mengerjakan shalat, apakah anda selalu dapat merasakan

hadirnya Tuhan di sana?

Dalam berbagai kegiatan sehari-hari di manapun anda berada, apakah

anda selalu dapat merasakan hadirnya Tuhan di sana, seperti saat anda

sedang bersama teman-teman, saat kuliah misalnya atau saat sedang

sendirian di rumah?

Apakah pada setiap doa yang kita panjatkan berkaitan dengan

permohonan terhadap problem-problem kehidupan, muncul harapan

yang positif bahwa Allah akan mengabulkan?

Pada saat anda memanjatkan doa pada Tuhan, apakah anda yakin

bahwa Allah mendengarkan doa anda?

Pada saat yang bagaimana anda dapat merasakan hubungan yang

akrab dengan Tuhan? Beri contohnya?

Apakah pada saat anda akan melaksanakan shalat anda menyiapkan

dengan sepenuh hati sebagai tanda cinta kasih anda yang akan

menghadapi Tuhan?

Page 54: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

44

Apakah ada perasaan dalam diri anda untuk ikut bertanggung jawab

menyebarluaskan ajaran dalam al Quran?

Apa yang anda rasakan saat mendengar al Quran dibaca orang lain?

Jika anda sedang membaca al Quran, apakah anda mampu meresapi

kandungan al Quran?

Berikut adalah deskripsi hasil wawancara yang menggambarkan

tentang dimensi experience mereka:

Responden ini (RBK) menggambarkan bahwa tidak selamanya pada

waktu shalat dapat merasakan hadirnya Tuhan di sana, dia

menambahkan juga bahwa ketika sedang banyak masalah justru akan

lebih mudah merasakan hadirnya Tuhan. Demikian juga pada saat

ramai-ramai sedang berkumpul dengan teman, saat kuliah misalnya,

tidak selalu dapat merasakan kehadiran Tuhan. Namun saat penulis

menanyakan tentang perasaan adanya keyakinan bahwa Allah

mendengar doa-doanya, responden ini menjawab dengan tegas

“sangat merasakan keyakinan itu”. Demikian juga saat penulis

menanyakan tentang adanya harapan positif bahwa Allah akan

mengabulkan doa-doanya, responden ini juga menjawab sangat yakin

bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya. Dia selalu memiliki

harapan positif (optimis) terhadap doa-doanya yang dipanjatkan

kepada Allah. Responden ini juga menjelaskan bahwa perasaan yang

dekat dan akrab dengan Allah dapat dia rasakan saat dia sedang

menghadapi masalah, seakan-akan masalah tersebut dapat melecut

Page 55: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

45

kesadaran dia akan Allah yang Maha Kuasa untuk hadir lebih dekat

lagi. Dia mencontohkan misalnya saat dia sedang menghadapi ujian.

Demikian juga saat ditanya tentang kemampuan menyiapkan diri

dengan sepenuh hati setiap kali akan shalat, responden ini menjawab

“tidak selamanya bisa sungguh-sungguh dalam menyiapkan diri

sewaktu hendak shalat, artinya masih situasional.

Selanjutnya tentang adanya perasaan keterpanggilan untuk ikut

menyebarluaskan ajaran-ajaran yang ada dalam al Quran, responden

ini menjawab “itu adalah keharusan bagi saya, itulah sebabnya saya

selalu menyediakan waktu mengajar di TPA keluarganya” (RBK,

wawancara 16-05-2016).

Tentang bagaimana perasaan responden saat mendengar al

Quran dibaca orang lain, responden ini mengatakan, “senang sekali,

karena semakin banyak al Quran dibaca orang semakin merasakan

bahagia, meskipun tentang meresapi makna al Quran belum

semuanya bisa, masih terbatas adanya” (RBK, wawancara 19-09-

2016).

Hampir sama dengan responden di atas, responden ini (MHM) juga

menuturkan bahwa belum bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam

setiap shalat. Dia menambahkan bahwa hal itu tergantung dengan

suasana hati. Demikian juga dalam pengalaman bersama dengan

teman-teman dalam pergaulan, responden ini juga mengakui belum

bisa merasakan hadirnya Tuhan di sana. Hanya saja saat dia merasa

Page 56: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

46

menyinggung atau menyakiti perasaan orang lain, dia mengatakan

“saya akan segera menyebut “astaghfirullahal„adzim” tegasnya.

Karena itu responden ini menjawab dengan tegas, saat ditanya

tentang harapan positif bahwa Tuhan akan mengabulkan permohonan-

permohonan kita, saat kita berdoa pada Tuhan “tentu merasa yakin”

katanya. Demikian juga responden ini memberikan jawaban yang

sama saat ditanya tentang adanya keyakinan bahwa Tuhan pasti akan

mendengarkan doa-doa kita.

Momen shalat tahajud di tengah malam yang sunyi menjadi

momen di mana responden mampu merasakan adanya hubungan yang

dekat dan akrab dengan Tuhan. Kondisi malam yang tenang dan sunyi

mampu memfokuskan komunikasi dia dengan Tuhan dalam hubungan

yang akrab. Dengan kata lain, responden ini belum bisa merasakan

kedekatan hubungan dengan Tuhan dalam setiap waktu. Oleh karena

itu, saat penulis menanyakan tentang kekhusyukannya menyiapkan

diri pada saat akan beribadah (shalat misalnya) responden ini

menjawab, “belum sepenuhnya waktu bisa, hanya terkadang saja

bisa” katanya. Selanjutnya tentang adanya komitmen ikut bertanggung

jawab dalam misi menyebarkan ajaran dalam al Quran, responden ini

menjawab bahwa “perasaan itu ada dan sangat kuat, oleh karenanya

saya ikut melibatkan diri mengajar di pondok Usaqil Quran di

Rawasari, Tuntang, Kabupaten Semarang” (MHM, wawancara 16-05-

2016).

Page 57: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

47

Selanjutnya tentang perasaan apa yang bisa dirasakan saat

mendengar al Quran dibaca orang lain? Responden ini memberikan

jawaban “tergantung suasana hati, belum bisa istiqamah”. Dengan

kata lain, responden ini belum bisa secara rutin dapat merasakan

secara khusyu‟ pada saat al Quran dibaca orang. Terkadang merasakan

tentram, terkadang biasa-biasa saja (cuek) jika yang membaca al

Quran kurang mahir. Tentang kemampuannya memahami makna al

Quran pada saat dia sedang membacanya, responden ini mengakui

“ada yang bisa jika ceritanya runtut, hingga bisa menangis, namun

belum semuanya” (MHM, wawancara 02-09-2016).

Hasil wawancara dengan responden ini (SFH) menuturkan bahwa

belum bisa pada setiap saat shalat mampu menghadirkan Tuhan di

sana, mungkin hanya saat-saat tertentu saja mampu (wawancara 19-

09-2016). Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari di luar shalat,

meski belum bisa di setiap waktu mampu merasakan kehadiran Tuhan,

namun ada waktu-waktu tertentu di mana dia dapat merasakan

hadirnya Tuhan. Dia mencontohkan bahwa pada suatu hari (jumat dan

sabtu) dia minta 1 juz sama kyai di pondoknya untuk pulang ke

Magelang.

Sebelum dia memutuskan pulang, dia sebetulnya banyak sekali

acara, yaitu janji untuk ikut acara muncak (hiking) dan juga janji

untuk membantu orang tuanya menanam jagung. Di antara dua janji

itu dia akhirnya memutuskan untuk memilih pulang membantu orang

Page 58: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

48

tuanya menanam jagung. Setelah itu dilakukan, ternyata dia mendapat

kabar dari temannya bahwa acara muncak ditunda pelaksanaannya.

“Saya merasa bahwa Tuhan hadir di sana memberi kemudahan pada

saya kalau saya memilih yang terbaik”. Karenanya saat ditanya

tentang adanya harapan positif bahwa Tuhan akan mengabulkan

permohonan kita? Responden ini menjawab “saya sangat berharap

secara positif bahwa Tuhan akan mengabulkan doa saya berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang ada”. Demikian juga dalam keyakinan

bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa kita, responden ini memberikan

jawaban yang senada “saya sangat yakin, Tuhan mendengarkan saya

saat berdoa”.

Pertanyaan lain adalah tentang saat-saat tertentu di mana

responden ini (SFH) dapat merasakan hubungan yang sangat akrab

dengan Tuhan. Responden ini memberikan jawaban “pada saat-saat

ada masalah”. Dengan kata lain, hubungannya dengan Tuhan semakin

kuat intensitasnya saat dia menghadapi masalah kehidupan. Di

samping itu, responden ini juga mengakui bahwa “dalam setiap shalat

5 waktu saya belum bisa mempersiapkan dengan sepenuh hati, tapi

kalau pada waktu shalat tahajud saya bisa” katanya. Berkaitan

tentang perasaan ikut bertanggung jawab menyebarluaskan ajaran

agama atau apa yang tercantum dalam al Quran, “tentu perasaan

bertanggung jawab itu ada, karena itu saya ikut mengajar secara

Page 59: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

49

bergiliran dengan teman-teman di TPA pondok” (wawancara 16-05-

2016).

Selanjutnya tentang perasaan-perasaan yang ada pada saat

mendengarkan al Quran dibaca orang, responden ini (SFH) menjawab

“saya merasa tenang saat ada yang membaca al Quran” meskipun

tentang pemahaman makna al Quran, responden ini memberikan

jawaban tersendiri “saya hanya bisa meresapi ayat-ayat yang saya

dapat memahami artinya, sementara yang lain saya kurang bisa

meresapi karena belum mengerti artinya”.

Responden berikutnya (MYF) memaparkan tentang pengalamannya

merasakan hadirnya Tuhan dalam shalat maupun di luar shalat.

Menurutnya “posisi kita di mata Tuhan dapat kita ketahui bagaimana

Tuhan memposisikan kita sekarang. Saya sering menemukan Tuhan

melalui banyak anugrah yang diberikan pada diri saya”. Oleh

karenanya, dia senantiasa yakin dan memiliki harapan yang positif

saat dia berdoa bahwa Tuhan pasti akan mengabulkan dan mendengar

doa-doa kita. Bahkan dia menambahkan “bukankah kita memang

diperintahkan oleh-Nya untuk berdoa, مكلبجتسانوعدا (berdoalah

kepada Aku, tentu Aku akan kabulkan permintaanmu). Dia juga

menggambarkan bahwa saat-saat merasakan hubungan yang akrab

dengan Tuhan adalah “saat sedang mendengarkan murattal ayat-ayat

al Quran. Demikian juga saat shalat tahajud meskipun dia dengan

Page 60: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

50

jujur mengakui belum bisa rutin setiap malam melakukannya, “masih

susah bu” keluhnya. Demikian juga tentang kemampuan menyiapkan

diri dengan sepenuh hati saat akan melakukan shalat responden ini

(MYF) menjawab “belum bisa dalam setiap mau shalat, hanya

terkadang saja bisa”, dia juga menambahkan “bahwa shalat itu

sesungguhnya adalah bercampurnya antara perasaan takut dan cinta

kepada-Nya” ungkapnya.

Tentang perasaan bertanggung jawab terhadap misi-misi

keagamaan yang melibatkan dirinya, responden ini memberi ulasan

“yakni dengan ikut mengajar tahfizhul Quran di Pondok Pesantren

Nurul Islam Salatiga”. Karenanya dia bermukim di Pondok Pesantren

tersebut sambil melanjutkan kuliahnya yang sudah semester 6

(wawancara 20-05-2016). Sementara tentang perasaannya saat

mendengar al Quran dibaca orang lain responden ini menggambarkan

“saat itu tentu saya bisa merasakan hadirnya Tuhan melalui ayat

demi ayat yang dibaca, bukankah al Quran itu firman-Nya?” Namun

tentang kemampuan pemahaman makna al Quran, responden

mengakui belum bisa secara otomatis memahami ayat per ayat tentang

artinya, ada yang bisa ada yang tidak (wawancara 19-09-2016).

Berikutnya adalah responden NOV, di mana dia ini satu di antara dua

responden perempuan dalam penelitian ini. Dia menjelaskan bahwa

“tidak dalam setiap shalat, saya mampu merasakan hadirnya Tuhan,

hanya pada saat-saat tertentu saja saya bisa”. Demikian juga saat

Page 61: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

51

ditanya tentang perasaan tersebut di luar shalat dia menjelaskan

“melalui ucapan istighfar saya mampu merasakan hadirnya kembali

Tuhan dalam kehidupan sehari-hari”. Memang agak sulit tapi saya

selalu berusaha mengucapkan kata-kata dan ucapan istighfar tersebut

terutama menghadapi sesuatu yang tidak mengenakkan hati”. Dengan

kata lain, ucapan istighfar tersebut memiliki fungsi menyadarkan

kembali tentang pentingnya kehadiran Tuhan dalam setiap saat.

Karenanya dalam hidupnya dia selalu berusaha memiliki harapan yang

positif terhadap Tuhan terutama saat dia berdoa. Dia juga yakin bahwa

Tuhan akan mendengarkan setiap dia berdoa “saya yakin Tuhan

mengabulkan ... asal kita positif” tandasnya. Dia juga menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan kata positif adalah selama kita selalu

dalam kebenaran ajaran-Nya.

Selanjutnya dia juga menjelaskan tentang momen-momen di

mana dia merasakan hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan.

“Saat saya sedih saya bisa berdoa sampai menangis”. Dengan kata

lain, dia merasakan saat dia dalam kesedihan maka dia bisa merasakan

hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan melalui kesedihan-

kesedihannya dan belum bisa dalam setiap waktu. Oleh karena itu,

ketika ditanya tentang kemampuannya menyiapkan dengan sepenuh

hati setiap kali akan mengerjakan shalat, responden ini (NOV)

menjawab “terkadang saya mampu” artinya belum dalam setiap waktu

dia mampu menyiapkan diri dengan sepenuh hati melaksanakan

Page 62: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

52

shalat. Mengenai adanya perasaan ikut bertanggung jawab

menyebarkan ajaran agama responden ini memberi jawaban “tentu

perasaan itu ada, karenanya saya ikut organisasi di pondok,

melibatkan diri dalam kepanitiaan, PHBI misalnya” (wawancara 16-

05-2016).

Responden ini (NOV) juga mendeskripsikan perasaannya saat

mendengarkan al Quran dibaca orang “mendengar al Quran

dilantunkan dengan baik dan benar, rasanya senang sekali bu,

apalagi jika lagu-lagunya sesuai”. Namun dalam hal kapasitas

memahami makna al Quran, responden ini menjawab “karena

terbatasnya penguasaan mufradat saya, jadinya hanya sedikit yang

bisa dipahami maknanya, meskipun sesungguhnya pemahaman makna

saat menghafal dapat membantu memudahkan hafalan al Quran”

(wawancara 20-09-2016).

IDF adalah responden perempuan yang lain dalam penelitian ini.

Responden yang hafal 30 juz al Quran ini menuturkan selalu berusaha

untuk dapat merasakan hadirnya Tuhan dalam setiap mengerjakan

shalat. Demikian juga pada waktu-waktu di luar shalat, dalam keadaan

bersama-sama maupun sendiri, dia dapat merasakan hadirnya Tuhan.

Dia juga menjelaskan bahwa dia selalu memiliki harapan yang positif,

Tuhan akan mengabulkan permohonan-permohonannya. Demikian

juga dia merasa yakin bahwa Tuhan mendengarkan dia saat dia

memohonnya.

Page 63: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

53

Selanjutnya untuk pertanyaan pada saat yang bagaimana anda

dapat merasakan hubungan yang akrab sekali dengan Tuhan,

responden ini menjawab “terutama pada saat tengah malam (pada

waktu shalat tahajud), juga pada saat-saat banyak masalah, inilah

waktu yang efektif untuk bisa akrab dengan Tuhan”. Tetapi dalam hal

kemampuan menyiapkan diri dengan sepenuh hati saat akan

mengerjakan shalat, responden ini menjelaskan “bisa, namun belum

untuk semua shalat wajib” mengenai komitmen untuk ikut

menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam, responden ini (IDF) dengan

antusias menjelaskan “tentu saja komitmen itu ada, waktu saya masih

di Pondok Pesantren Demak, saya mengajar hafalan al Quran pada

santri-santri kecil selama 1,5 tahun. Saya juga pernah memberi les

anak-anak SD belajar membaca al Quran di Kembang Arum.

Demikian juga di SMP I Tengaran, sebagian belajar membaca dan

sebagian yang lain belajar menghafal al Quran/Juz Amma”

(wawancara 21-05-2016). Itulah sebabnya dia sangat senang jika

mendengar al Quran dibaca orang, dia mengatakan “saya bisa

merinding mendengarkan ayat-ayat al Quran yang sedang dibaca

orang, dan saya senang juga karena dengan mendengarkan itu, saya

dapat murajaah (mengulang-ulang hafalan)”. Meski dia mengakui

tentang kemampuan memahami maknanya dia belum bisa seluruhnya

(wawancara 19-09-2016).

Page 64: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

54

C. Dimensi Konsekuensial dari Psikografi Keberagamaan Mahasiswa

Hafizh dan Hafizhah

Dimensi konsekuensial sebagaimana ditulis oleh Robertson “that it

identities the effects of religious belief, practice, experience and

knowledge in persons day-to-day lives” (1972: 257) artinya “dimensi ini

mencakup pengaruh-pengaruh dari kepercayaan agama, ibadah,

penghayatan, dan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari”. Jelasnya,

dimensi ini meliputi semua pengaruh dari dimensi-dimensi keberagamaan

yang lain (iman, ibadah, penghayatan, dan pengetahuan orang tentang

agamanya) dalam kehidupan secara individual maupun secara komunal.

Karena itu, rumusan-rumusan dari dimensi ini bisa berupa pertanyaan “apa

efek agama terhadap etos kerja, etos studi, emphati, hubungan

interpersonal, dan lain-lain. Untuk memperoleh data tentang dimensi

konsekuensial ini, penulis merinci definisi dan formula dimensi tersebut

sebagaimana telah diuraikan sebelumnya ke dalam beberapa pertanyaan

berikut ini:

Kesadaran sebagai seorang muslim/muslimah tentu membawa

konsekuensi tertentu pada kehidupan anda, misalnya saat ini anda

sedang menuntut ilmu, apakah motivasi dalam menuntut ilmu juga

didasari motif agama, atau semata-mata karena ilmu?

Saat anda menghadapi ujian dan kebetulan anda menemui kesulitan

untuk menjawab, sementara anda melihat sebagian teman anda ada

yang curang, apakah anda akan melakukan hal yang sama?

Page 65: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

55

Seandainya di antara teman-teman anda ada ynag minta tolong untuk

mendapatkan penjelasan tentang mata kuliah tertentu yang belum dia

pahami, apa yang anda lakukan?

Jika anda sempat melihat pergaulan bebas dalam kehidupan remaja,

bagaimana sikap anda?

Apakah anda perlu membantu jika ada teman atau orang lain yang

membutuhkan sesuatu (uang, sepeda, buku) dengan

meminjamkannya?

Sebagai seorang muslim/muslimah yang diberi kesempatan menuntut

ilmu sampai ke Perguruan Tinggi, apakah anda berusaha

mengamalkan ilmu-ilmu tersebut?

Bagaimana partisipasi anda dalam kegiatan sosial kemasyarakatan di

mana kamu tinggal?

Uraian berikut ini adalah hasil wawancara dengan para responden

tentang dimensi konsekuensial keberagamaan mereka:

Sebagai pribadi yang hafal al Quran, responden ini (RBK) saat penulis

mewawancarai tentang motivasi dalam menuntut ilmu memberi

jawaban “dua motif sekaligus, motif agama dan motif ilmu”. Motif

agama yang dimaksudkan adalah menuntut ilmu sebagai kewajiban

agama, sementara motif ilmu, maksudnya untuk menambah ilmu

pengetahuan sebagai pengembangan aspek intelektual secara pribadi.

Karenanya dengan ilmu itu dia merasa memiliki konsekuensi untuk

menjauhi perbuatan yang curang meski itu dilakukan oleh sebagian

Page 66: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

56

teman-temannya. Sementara itu saat ditanya tentang tanggapannya

jika ada seorang teman yang minta dijelaskan tentang mata kuliah

tertentu yang belum dipahaminya, dia menjawab “tentu saya akan

berusaha menjelaskan dan itu hal yang biasa”. Tentang pergaulan

bebas, responden ini menjawab tentu akan menjauhi perbuatan yang

semacam itu karena itu larangan agama. Sementara tentang sikapnya

jika ada teman atau orang lain yang membutuhkan sesuatu, apakah

uang, sepeda, atau buku, responden ini (RBK) menuturkan bahwa

“saya akan membantu jika saya mampu”. Oleh karena itu, responden

ini berusaha mengamalkan ilmunya semampunya, misalnya dengan

melibatkan diri mengajar mengaji di desanya (pondok orang tuanya)

(wawancara 16-05-2016).

Responden berikutnya adalah MHM, hampir sama dengan responden

sebelumnya, responden ini menjelaskan bahwa motivasi dia dalam

menuntut ilmu adalah motivasi agama dan juga motivasi ilmu.

Tentang kemungkinan melakukan hal yang sama, yaitu berbuat curang

seperti yang dilakukan teman-temannya saat menghadapi kesulitan

saat ujian, responden ini menjawab “saya akan berusaha jujur”.

Tetapi jika ada teman yang membutuhkan penjelasan tentang mata

kuliah yang belum dipahaminya, dia memaparkan “akan menjawab

jika kebetulan saya bisa”. Mengenai pergaulan bebas, dia menjawab

lugas, “sebisa mungkin saya akan menjauhinya”. Sementara tentang

pertanyaan pentingnya membantu teman atau orang lain yang

Page 67: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

57

meminjam (uang, sepeda, buku), dia menjawab “kalau memungkinkan

saya akan meminjaminya”. Demikian juga saat ditanya tentang

keinginan mengamalkan ilmu-ilmunya dia menjawab “saya merasa

penting untuk mengamalkan ilmu” untuk itu dia ikut membantu

mengajar di Pondok Pesantrennya („Usaqil Quran Rawasari, Tuntang,

Kabupaten Semarang). Sementara tentang partisipasinya dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan dia menjawab “saya ikut dalam

kegiatan-kegiatan Remas (Remaja masjid) (wawancara 17-05-2016).

SFH, responden ini saat diwawancarai oleh penulis tentang motivasi

menuntut ilmu, dia menjawab “semata-mata karena motif agama”.

Artinya, karena agama menganjurkan untuk menuntut ilmu, maka

semacam ada kewajiban pada dirinya untuk melaksanakannya.

Tentang pertanyaan apakah dia akan melakukan hal yang sama jika

melihat salah seorang temannya berbuat curang saat ujian? Responden

ini menjawab “saya tidak akan melakukan hal itu”. Namun saat dia

ditanya tentang sikapnya jika ada temannya yang membutuhkan

penjelasan tentang suatu materi mata kuliah yang belum dipahami, dia

menjawab “saya pasti akan menjelaskan jika saya bisa”. Demikian

juga saat ditanya tentang sikapnya melihat pergaulan bebas, SFH

memberi jawaban “saya pasti akan menjauhinya”. Sementara tentang

pertanyaan kesanggupan membantu teman atau orang lain saat

membutuhkan bantuannya (seperti uang, sepeda, atau buku),

Page 68: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

58

responden ini juga memberi jawaban yang singkat juga “saya pasti

membantu jika saya memilikinya”.

Selanjutnya tentang kesadaran untuk mengamalkan ilmu yang

telah diperoleh, responden ini mengatakan “ya sebisa saya, saya akan

mengamalkannya”. Mengenai keterlibatannya dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan, responden ini menjawab dengan jujur sejak SMK

sudah jauh dari orang tua/rumah, sehingga untuk terlibat dalam

kegiatan kemasyarakatan di desanya dia masih merasa kurang, kecuali

saat liburan saja (wawancara 16-05-2016).

Responden selanjutnya, MYF, responden yang berasal dari Makasar

ini menjawab dengan lugas saat ditanya tentang motivasi dalam

menuntut ilmu yakni “semata-mata karena motif agama”. Dengan

kata lain, kenapa dia jauh-jauh untuk menuntut ilmu di Salatiga adalah

karena ajaran dalam Islam yang memberi motivasi juga agar manusia

menuntut ilmu supaya dinaikkan derajatnya. Hafalan al Quran yang

dimilikinya menjadikan dia tidak cenderung kepada pikiran-pikiran

tidak jujur. Oleh karena itu, saat diminta jawabannya tentang sikapnya

pada suatu saat melihat seorang temannya yang melakukan

kecurangan pada waktu ujian, responden ini menjawab dengan tegas

juga “ saya tidak akan menjawab kalau saya tidak bisa”. Dengan kata

lain, dia memilih mengosongkan jawabannya saat dia tidak bisa

mengerjakan soal ujian daripada harus curang. Tetapi saat diminta

jawabannya tentang apa yang akan dilakukan oleh MYF ini ketika ada

Page 69: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

59

teman yang minta dijelaskan tentang materi mata kuliah tertentu yang

belum dipahaminya, responden ini menjawab “pasti akan membantu,

sharing bersama mereka”. Selanjutnya responden MYF ini

menjelaskan sikapnya jika melihat pergaulan bebas di antara remaja

“jujur saya kurang banyak bergaul, tentu saya punya versi lain yang

lebih baik” (dalam pergaulan-penulis).

Untuk pertanyaan “apakah anda perlu membantu jika ada teman

atau orang lain yang mau meminjam uang, buku, atau sepeda

padanya?” dia menjawab “ya saya akan membantu dia selagi saya

mampu membantu”. Demikian juga saat ditanya tentang sikapnya

dalam mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, MYF merasa

berkomitmen untuk itu, “saya sekarang menjadi staf pengajar di

Pondok Pesantren Al Irsyad dan saya bermukim di sana sambil

kuliah”. Sementara tentang partisipasi dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan dia memberikan jawaban “saya tinggal di pondok,

jadi kegiatan kemasyarakatan tersebut mampu saya lakukan di

lingkungan pondok saja”.

NVT, responden perempuan ini memberi jawaban dengan singkat

tentang motivasi dia dalam menuntut ilmu “yaitu motif agama” artinya

sama seperti responden-responden yang lain motif agama menjadi

acuan penting dalam mendasari motivasi dalam menuntut ilmu.

Kemudian tentang sikapnya saat melihat ada salah seorang temannya

yang bersikap curang dalam ujiannya, NVT menjawab “semampunya

Page 70: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

60

saja, karena menurut saya hasil itu akhir”. Tentang apa yang

dilakukan jika pada suatu saat ada teman yang minta bantuannya

untuk menjelaskan mata kuliah yang belum dipahaminya, responden

ini menjawab “saya akan membantu menjelaskan seperti yang saya

pahami, jika saya merasa kurang mampu, kulo badhe mencari

rencang (teman) yang lebih paham untuk menjelaskan”.

Selanjutnya tentang sikapnya jika melihat pergaulan bebas di

kalangan remaja, NVT memberi jawaban “butuh waktu yang lama,

sementara ini jika melihat seperti itu, kulo membentengi awake kulo

piyambak mawon” (saya akan membentengi diri saya sendiri dulu-

penulis). Demikian juga saat penulis mewawancarai tentang sikapnya

jika ada teman atau orang lain yang pinjam sesuatu padanya, seperti

uang, sepeda atau buku, NVT mengemukakan “selagi ada yang

meminta bantuan dan saya punya, tentu badhe kulo sambuti” (tentu

akan saya pinjami-penulis).

Tentang upaya mengamalkan ilmu yang telah dia peroleh,

responden ini mengakui keinginan itu tentu ada, namun mungkin

belum maksimal. Demikian juga saat ditanya tentang keterlibatannya

dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dia menjawab “kalau yang

dimaksud masyarakat itu ada di desa saya, tentu saya masih sangat

kurang, karena saya tinggal di pondok maka aktivitas sosial saya

lebih banyak di pondok” (wawancara 16-05-2016).

Page 71: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

61

Responden terakhir dalam penelitian ini adalah IDF, seorang

responden perempuan yang sudah memiliki hafalan al Quran lengkap

30 juz. Responden ini menjelaskan bahwa motivasi dalam menuntut

ilmu adalah semata-mata motivasi agama. Dalam arti karena agama

memerintahkan untuk mencari ilmu, maka dia berusaha untuk

melaksanakan perintah agama tersebut. Motivasi agama yang sangat

kuat mendorong dia untuk selalu berusaha bersikap jujur. Oleh karena

itu, saat ditanya sikapnya saat menghadapi ujian, dan dia melihat

temannya ada yang curang, maka dia tidak akan ikut-ikutan curang.

“Semampunya saja bu, saya cukup percaya diri” jawabnya. Tetapi

saat ditanya tentang apa yang dilakukan saat ada teman yang minta

bantuannya untuk menjelaskan materi tertentu yang belum dia pahami,

dia menjawab “saya akan menolong menjelaskan pada teman tersebut

terkait pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan”.

Selanjutnya tentang sikap IDF saat melihat pergaulan bebas di

kalangan remaja, responden ini menjawab “selagi itu teman saya

sendiri maka saya akan menegurnya, dan selanjutnya untuk

membentengi diri sendiri dari pergaulan bebas tersebut saya akan

menjauhi lingkungan yang seperti itu”. Responden ini juga

menjelaskan jawabannya tentang apa yang dilakukan jika pada suatu

hari ada teman yang membutuhkan bantuannya meminjam uang,

sepeda, atau buku, “selagi saya punya dan bisa tentu saya akan

meminjamkan” ungkapnya. Tentang tanggung jawab untuk

Page 72: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

62

mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, responden ini

mengemukakan pendapatnya bahwa “keinginan itu pasti ada dan saya

akan selalu berusaha untuk dapat mengamalkan ilmu yang telah saya

peroleh”. Yang terakhir tentang kegiatan sosial di masyarakat, selama

ini kegiatan sosial yang bisa dia lakukan adalah berkaitan dengan

keilmuan dia yaitu membaca dan menghafal al Quran. Oleh karena itu,

jawaban dia tentang pertanyaan ini adalah kegiatan-kegiatan sosial

keagamaan seperti yang pernah dia jabarkan saat menjawab

wawancara tentang pertanyaan tanggung jawab menyebarluaskan

Islam pada dimensi eksperiensial seperti telah ditulis oleh penulis

sebelumnya (wawancara 10-04-2016).

Page 73: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

63

BAB V

PEMBAHASAN DAN ANALISA

Sebagaimana ditulis oleh Nasution (2003: 126), analisis adalah proses

menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya

dalam pola, tema atau kategori. Dalam kerangka perspektif tersebut pada bab ini

penulis akan membingkai analisis dari sejumlah data yang ada ke dalam 3 sub

tema, yaitu pertama; Polarisasi responden (hafizh dan hafizhah), kedua;

Keterlibatan emosional dalam pelaksanaan ajaran agama (dimensi eksperiensial),

dan ketiga; Implikasi sosial dari pelaksanaan ajaran agama (dimensi

konsekuensial).

A. Polarisasi Hafizh dan Hafizhah yang Menjadi Responden

Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa masing-masing

responden memiliki kultur keagamaan yang sangat kuat. Hampir semua

responden menjelaskan bahwa bapak mereka berasal dari pendidikan Pondok

Pesantren. Di antara mereka juga menyebutkan bapak dan ibunya alumni

Pondok Pesantren. Bahkan terdapat dua responden (RBK dan SFH) di mana

bapak ibunya adalah seorang hafizh dan hafizhah. Memang ada seorang

responden (NVT) yang menyampaikan bahwa keinginan untuk menghafal al

Quran bukan karena dorongan keluarganya, tetapi awalnya karena jurusan

yang diambilnya (IAT). Hal itu disebabkan sejak kecil dia hidup dengan

neneknya, karena ayah dan ibunya berada di Sumatera.

Temuan berikutnya adalah bahwa meski keluarga menjadi kontributor

yang utama pada awal-awalnya, namun lembaga lain yaitu Pondok Pesantren

Page 74: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

64

menjadi tempat yang memberi kontribusi penting dalam proses panjang

menghafal al Quran. Pondok Pesantren tersebut berdasarkan hasil wawancara

dengan responden adalah sebagai berikut (berdasarkan nomor urut

responden): Pondok Pesantren Al Mansur Suruh, Bina Insani Baran Ketapang

Susukan, Pondok Pesantren Rahmatullah 2 Grabag Magelang; Pondok

As‟adiyah Sengkang Sulawesi Selatan, Pondok Pesantren Al Falah Salatiga,

dan Pondok Pesantren Al Muhtar Blora.

Memang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan menghafal para

responden tidak seragam dalam hal volume hafalan mereka. Di antara mereka

ada yang sudah hafal 30 juz (RBK, MYF, dan IDF) namun yang lainnya

masing-masing 7 juz (MHM dan NVT) dan 6 juz (SFH). Hal itu berbeda

dengan tingkat pemahaman terhadap makna al Quran di mana mereka

memberikan jawaban yang seragam “bisa memahami maknanya tapi hanya

sebagian”. Dengan kata lain para responden memang sudah hafal al Quran,

namun belum memiliki kemampuan untuk memahami seluruh terjemahan

dari al Quran itu sendiri. Tentu ini berkaitan langsung dengan kemampuan

dasar mereka dalam bahasa Arab.

Selanjutnya tentang latar belakang menghafal al Quran, sebagian

menyebutkan untuk menjaga eksistensi dan kemurnian al Quran (MHM dan

IDF). Sementara yang lain menyebutkan pada awalnya memang dorongan

orang tua, tugas akademik dari jurusan, namun lama kelamaan timbul

kesadaran tentang pentingnya tahfizhul Quran (RBK, SFH, dan NVT). Untuk

responden yang lain (MHM) menyebutkan bahwa dorongan menghafal al

Page 75: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

65

Quran adalah untuk mengamalkan al Quran surat al „Alaq, yang artinya

bacalah, mungkin yang dimaksud oleh responden adalah bacalah al Quran.

Mencermati hasil penelitian tersebut di atas, dapat disarikan bahwa

faktor keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama bagi tumbuh

kembang fisik dan pendidikan anak (termasuk di dalamnya pendidikan agama

mereka) menjadi faktor dalam tradisi menghafal al Quran. Hal itu

mengingatkan kita pada hadits Nabi,

رانوكلمولودي ولدعلىالفطرةفان سانواوي نص اب واهي هودانواويج

Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua

orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Majusi, atau Nasrani” (HR.

Bukhori).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa sekalipun setiap anak dilahirkan dalam

keadaan memiliki fitrah (rabbaniyah, fitrah tauhid) namun lingkungan sosial

mampu mengubah fitrah tersebut ke dalam berbagai kecenderungan

keimanan. Tentu saja dalam keluarga proses pendidikan (agama) terjadi

melalui respon imitatif anak terhadap orang tuanya. Demikian juga dalam

konteks penelitian para orang tua, para pengasuh pondok, menjadi model dan

motivator dalam kegiatan menghafal al Quran. Peran sebagai model

mengharuskan mereka memberi contoh-contoh yang positif dalam relasi

orang tua dan anak, juga pengasuh pondok dan santri. Dalam surat at Tahrim

ayat 6 disebutkan,

قواأن فسكموأىليكمنرا

Artinya: “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Page 76: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

66

Keharusan menjaga diri lebih dahulu dari api neraka, sebelum menjaga

keluarga, mengisyaratkan penting diri sebagai model lebih dahulu sebelum

mengajarkan sesuatu pada anak-anak dan orang lain.

Dalam telaah psikologis, Shaffer dalam bukunya Development

Psychology menyebutkan bahwa peran orang tua sebagai pusat

identifikasi/imitasi/model, sangatlah kritis yang akan dilihat, diikuti, dan

dicoba ditiru oleh anak sesuai dengan tahap perkembangannya (Shaffer,

1998: 67). Melalui observasi anak terhadap perilaku atau tindakan orang tua

(orang tua lain yang lebih tua-ustadz misalnya) dan usaha-usaha secara

spontannya untuk meniru, mereka akan lebih dapat membuat persiapan yang

lebih mendukung bagi berlangsungnya nilai-nilai yang ingin diterapkan oleh

sebuah keluarga. J.B. Pratt menulis “The seed is the word, but there is little

use in sowing the seed, before the soil has been prepare for it (Pratt, tt: 96).

Artinya biji itu adalah kata, tetapi hanya ada sedikit kegunaan dalam menabur

benih jika sebelumnya tanahnya belum disiapkan untuk ditaburi. Ungkapan

ini sungguh menjelaskan tentang pentingnya lingkungan yang dipersiapkan

bagi tumbuh kembangnya anak-anak.

RH Thouless menyebut faktor sosial/tradisi sosial sebagai salah satu

faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang. Tradisi sosial yang

dimaksud mencakup pendidikan keluarga, Pondok Pesantren atau masyarakat

sekitar, dan sekolah (Thouless, 1971: 16). Oleh karena itu, G.S. Spink

menyebut tradisi sosial tersebut sebagai elemen institusi. Hal itu dimaksudkan

Page 77: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

67

untuk lebih menguatkan peran yang dimainkan oleh elemen ini dalam tradisi

keberagamaan (Spink, 1971: 187).

Berkenaan dengan temuan penelitian tentang terbatasnya kemampuan

mahasiswa hafizh dan hafizhah dalam memahami makna al Quran, hal itu

sangat menarik dalam konteks intensitas hafalan itu sendiri dan IAIN sebagai

lembaga Perguruan Tinggi. Dalam arti bahwa sungguh sangat ideal jika para

hafizh dan hafizhah yang studi di Perguruan Tinggi mampu menerjemahkan

isi al Quran. Mengapa? karena dengan memahami maknanya seorang

pembaca al Quran akan dengan mengerti maksud dari firman-firman Tuhan

tersebut lewat ayat demi ayat sehingga akan semakin mendorong untuk

mengamalkan kandungan al Quran dalam kehidupan nyata. Memang harus

diakui bahwa dalam Islam membaca satu ayat saja sudah mendapatkan

pahala, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit tentang keharusan mampu

memahami artinya, sebagaimana dalam hadits berikut ini.

كتبتلوحسنةالايةمناستمع كتابالل كتابومنتلاايةمضاعفةمن منكانتلون ور القيامةاي ومالل

Artinya: “Barang siapa yang mendengar suatu ayat dari kitab Allah,

maka dicatat untuknya kebaikan yang berlipat ganda dan barang siapa yang

membaca ayat dari kitab Allah akan menjadi cahaya baginya pada hari

kiamat”. (HR. Ahmad)

Mendengar dan membaca ayat-ayat al Quran semuanya akan ada

pahalanya, apalagi membaca yang disertai pemahaman maknanya dan

kemudian mengamalkannya, tentu akan lebih utama. Salah satu hadits Nabi

menyebutkan,

Page 78: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

68

كممنت علمالقرانوعلمو ر خي Artinya: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang belajar al Quran

dan mengajarkannya”.

Untuk dapat mengajar dengan baik tentu dibutuhkan pemahaman arti al

Quran itu sendiri. Untuk mencapai kondisi tersebut tentu membutuhkan

waktu yang cukup. Mungkin yang perlu dikaji lebih awal adalah mengapa

mereka masih sulit menerjemahkan al Quran keseluruhan atau paling tidak

setiap ayat yang sudah dihafalkan? Apakah karena terbatasnya kemampuan

dasar dalam bahasa Arab, terbatasnya waktu, atau mungkin karena belum

adanya keharusan akademik? Tentu perlu diteliti. Tetapi yang harus disyukuri

adalah bahwa tidak lama lagi Fakultas Ushuluddin akan menggunakan sistem

ma‟had yang tergabung (menjadi satu/dalam satu area) dengan gedung-

gedung perkuliahan. Paling tidak momentum tersebut dapat digunakan untuk

meningkatkan kualitas hafalan mahasiswa dengan disertai pemahaman

maknanya, sehingga hal itu bisa menjadi well-differentiated bagi lembaga-

lembaga lainnya.

Uraian tentang hasil penelitian tentang polarisasi hafizh dan hafizhah

yang menjadi responden dalam penelitian ini secara ringkas dapat dibaca

pada tabel berikut.

Page 79: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

69

Tabel 5.1

Polarisasi Hafalan Hafizh dan Hafizhah Responden

Kode

Responden

Hafalan/

Juz

Kontributor Hafalan Kemampuan Memahami

Makna Ayat

RBK 30 Keluarga tentu menjadi

kontributor utama, lalu Pondok

Pesantren, dan tugas akademik,

kemudian ada semacam

kewajiban untuk mempertahankan

hafalan.

Bisa memahami tapi baru

sebagian saja belum

seluruhnya.

MHM 7 Yang pertama adalah keluarga

selanjutnya Pondok Pesantren,

tugas akademik, serta kesadaran

adanya perintah agama dan

muncul kesadaran diri tentang

pentingnya keseimbangan antara

intelektualitas dan spiritualitas

pribadi.

Hanya pada ayat tertentu

saja saya mampu.

SFH 6 Awalnya keluarga, karena ada

tradisi salah satu dari keluarga

harus ada yang hafal al Quran,

selanjutnya Pondok Pesantren dan

tugas akademik, dari satu muncul

Tidak semua ayat saya dapat

memahami maknanya,

hanya sebagian saja.

Page 80: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

70

kesadaran dari dalam diri sendiri.

MYF 30 Tentu keluarga, kemudian Pondok

Pesantren As‟adiyah Sengkang,

Rumah Tahfizh Ummul Qura Al

Askar, dan setelah 30 juz baru aku

masuk IAIN Salatiga.

Saya mampu

menerjemahkan tapi kalau

semua ayat al Quran tentu

belum.

NVT 7 Kontributor awal adalah tugas

akademik/jurusan, lalu saya

menghafal di pondok, lama

kelamaan muncul kesadaran dari

dalam diri sendiri.

Belum bisa, bahkan hanya

sekit sekali yang saya bisa,

fokus pada hafalan saja,

karena mufradat saya

terbatas.

IDF 30 Keluarga tentunya, lalu saya

belajar menghafal sambil sekolah,

di Pondok Al Wahid Demak, juga

Pondok Pesantren Al Muhtar

Blora, dan ma‟had STAIN ketika

itu, muncul kesadaran untuk

menjaga kemurnian al Quran.

Belum bisa memahami arti

ayat per ayat secara

keseluruhan, ada yang sudah

bisa tapi banyak yang

belum.

Page 81: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

71

B. Keterlibatan Emosional dalam Pelaksanaan Ajaran Agama/Dimensi

Eksperiensial

Untuk mendapatkan data tentang persoalan di atas penulis kemas dalam

9 pertanyaan pada saat wawancara dengan responden. Namun dari 9 butir

pertanyaan tersebut di atas dapat dipetakan ke dalam 3 bagian. Yaitu mampu

merasakan kehadiran Tuhan di waktu shalat atau di luar shalat, meyakini

Tuhan mendengar dan mengabulkan saat berdoa, dan adanya perasaan

memiliki hubungan yang dekat sekali dan penuh cinta kasih dengan Tuhan.

1. Kemampuan Merasakan Hadirnya Tuhan pada Waktu Shalat

Maupun di Luar Shalat

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar responden (RBK,

MHM, SFH, dan NVT) memberi jawaban “belum bisa merasakan

hadirnya Tuhan dalam seluruh waktu shalat saya”. Dengan kata lain,

terkadang bisa terkadang juga tidak. Demikian juga pada saat di luar

shalat. Namun berbeda dengan keempat responden tersebut di atas, dua

responden lainnya menjawab “saya selalu berusaha dapat menghadirkan

Allah pada setiap saya shalat maupun waktu di luar shalat” (IDF, MYF).

Hanya saja MYF member jawaban tersendiri terkait dengan hal yang

terakhir tersebut “di luar shalat pun saya mampu merasakan hadirnya

Tuhan karena menurut saya posisi kita di mata Tuhan dapat kita ketahui

bagaimana Tuhan memposisikan kita sekarang, saya sering merasakan

hadirnya Tuhan melalui anugrah Tuhan.

Page 82: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

72

Dalam konteks ibadah (shalat) perasaan hadirnya Tuhan menjadi

sangat penting karena substansi dari shalat tersebut agar kita mampu

mengingat keberadaan-Nya, sehingga mampu mengatur gerak-gerik kita.

Dalam al Quran disebutkan:

لاةلذكري لاإلوإلاأنفاعبدنوأقمالص إننأنالل

Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan

(yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk

mengingat Aku”. (Q.S. Thaha: 14)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah memerintahkan shalat

adalah agar untuk mengingat-Nya. Dengan kata lain dalam ibadah shalat

kita diharapkan dapat mengingat Allah. Dengan kata lain juga, bahwa saat

kita sedang shalat kita diharapkan mampu merasakan hadirnya Tuhan.

Demikian juga dalam hal merasakan hadirnya Tuhan di luar shalat.

Hadits Nabi menyebutkan:

يئةالسنةتحهاوخالقالناسبلقحسنات كنتوأتبعالس ثما حي قالل

Artinya: “Hendaklah kamu takut kepada Allah di mana saja kamu

berada, dan ikutilah perbuatan yang jahat dengan perbuatan yang baik,

pasti akan menghapusnya dan bergaullah dengan sesama manusia dengan

pergaulan (akhlak) yang baik”. (HR. Ahmad)

Perintah untuk takut kepada Allah di mana saja mengindikasikan

bahwa kita diperintahkan untuk selalu memiliki perasaan akan hadirnya

Tuhan di manapun kita berada.

Page 83: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

73

2. Perasaan Adanya Keyakinan Bahwa Tuhan Mendengarkan dan

Mengabulkan Doa

Jika pada item nomor 1 responden tidak sama dalam memberikan

jawaban, maka pada item-item ini responden memiliki jawaban yang

seragam. Meski dengan redaksi yang berbeda-beda tetapi esensinya sama

yaitu semua responden meyakini Tuhan mendengarkan dan mengabulkan

doa-doa mereka saat mereka berdoa.

Berdoa merupakan salah satu aktivitas yang biasanya dilakukan

berdasarkan kebutuhan secara individual. Jawaban responden yang

seragam tentang keyakinan akan doanya, barangkali dapat dijelaskan

dalam kerangka berpikir seperti itu. Artinya karena doa dilakukan

berdasarkan kebutuhan tertentu (yang sangat penting) dan dalam waktu

tertentu, maka seseorang lebih bisa intens pada saat berdoa.

Terkait dengan doa dan intensitasnya al Quran mengajarkan:

السنفاد الأساء عوهولل

Artinya: “Allah memiliki nama-nama yang sangat indah (asmaul

husna) maka memohonlah kamu dengan nama-nama itu” (QS. Al A‟raf:

180).

لايستجيبدعاءمنق ل الل جابةواعلمواان وأن تمموقن ونبلا بادعواالل غافللاه

Artinya: “Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doamu

itu akan dikabulkan Allah. Dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan

mengabulkan doa yang muncul dari hati yang hampa dan tidak sungguh-

sungguh”. (HR. Turmudzi)

Page 84: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

74

3. Adanya Hubungan yang Sangat Dekat dengan Tuhan dan Perasaan

Penuh Cinta Kasih pada-Nya

Responden dalam hal ini merasa belum merasa memiliki hubungan

yang sangat dekat dengan Tuhan dalam setiap waktu. Namun saat

ditanyakan kapan anda merasakan hubungan yang sangat dekat dengan

Tuhan, responden memberikan jawaban dengan redaksi yang berbeda-

beda sekaligus dengan momentum yang beragam seperti berikut ini:

RBK : “Saya merasa dekat sekali dengan Tuhan saat saya menghadapi

ujian atau masalah-masalah yang lain”.

MHM : “Saya merasa dekat dengan Tuhan terutama saat shalat tahajud di

malam yang sunyi”.

SFH : “Saya merasa dekat dengan Tuhan pada saat saya sedang

menghadapi masalah”.

MYF : “Saya merasa dekat sekali dengan Tuhan saat shalat tahajud dan

mendengarkan murattal ayat al Quran”.

NVT : “Saya merasa dekat dengan Tuhan ketika sedang sedih”.

IDF : “Saya merasa dekat dengan Tuhan saat shalat tahajud dan jika

sedang ada masalah”.

Paparan tersebut di atas menjelaskan bahwa ada 2 kondisi di mana

para responden mampu merasakan hubungan yang sangat dekat sekali

dengan Tuhan yaitu pertama, “saat ada masalah” (sedang sedih, sedang

ujian, atau mendapat masalah-masalah yang lain) dan kedua, “saat

tahajud”.

Page 85: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

75

Dari jenis jawaban yang pertama (sedang ada masalah) dapat

disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel

“adanya masalah” dengan hubungan yang semakin dekat dengan Tuhan.

Hal ini tentu tidak dialami oleh para responden saja tetapi hampir

dirasakan oleh setiap orang, bukankah al Quran sendiri sudah mengingat

tentang sifat manusia terkait hal tersebut di atas.

كشفناعنوضرهمر ا دعانلنبوأوقاعداأوقائماف لم الإنسانالضر وإذامسكانوا كذلكزينللمسرفينما و مس يدعناإلضر ي عملونكأنل

Artinya: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada

Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami

hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang

sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk

(menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang

yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka

kerjakan”. (QS. Yunus: 12)

Kondisi kedua di mana responden merasa memiliki hubungan yang

dekat sekali dengan Tuhan adalah pada saat shalat tahajud. Hal itu bisa

dimaklumi karena pelaksanaan shalat tahajud itu sendiri dilaksanakan pada

saat tengah malam dengan suasana yang sepi dan tenang sehingga tingkat

penghayatannya pun bisa lebih mendalam. Di samping itu, harus diakui

bahwa agama memang memiliki fungsi 3 psikologis tertentu, yang

memberikan perasaan tenang dan nyaman dari takut dan sedih,

sebagaimana firman Allah:

وامن هممنخوف

Page 86: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

76

Artinya: “Dan Dialah yang memberikan rasa aman pada mereka

dari rasa takut”.

Hal lain berkenaan dengan keterlibatan emosional dalam

pelaksanaan ajaran agama adalah tentang kemampuan menyiapkan diri

dengan sepenuh hati sebagai tanda cinta kasih saat akan beribadah kepada

Tuhan, (wudhu misalnya), seluruh responden menjawab “tidak selamanya

bisa, kadang bisa terkadang tidak”. Namun, ketika ditanya tentang

perasaan yang muncul saat mendengarkan al Quran semua responden

menjawab “perasaan tenang, tentram, bahagia, dan senang” bahkan salah

satu responden menjawab hingga bisa merinding mendengarnya. Jiika kita

kembali kepada al Quran maka ciri orang mukmin salah satunya adalah

apabila dibacakan ayat-ayat suci al Quran bertambahlah imannya.

وجلتق لوب هموإذاتليتعليهمآي االمؤمنونالذينإذاذكرالل توزادت همإنلون إيانوعلىربمي ت وك

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah

mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan

apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman

mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal”. (QS. Al

Anfal: 2)

Jika dideskripsikan dalam sebuah tabel maka dimensi keterlibatan

emosional dalam pelaksanaan ajaran agama (dimensi eksperiensial)

berdasarkan hasil wawancara dengan responden akan terbaca sebagai

berikut.

Page 87: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

77

Tabel 5.2

Keterlibatan Emosional dalam Pelaksanaan Ajaran Agama

(Dimensi Eksperiensial)

Kode

Responden

Keterlibatan Emosional dalam Pelaksanaan Ajaran Agama (Dimensi

Eksperiensial)

Merasakan

hadirnya

Tuhan pada

saat shalat

Adanya harapan

positif dan

keyakinan bahwa

Tuhan

mengabulkan doa

Merasakan

hubungan yang

sangat dekat dengan

perasaan penuh

cinta kasih pada

Tuhan

Perasaan

saat

mendengar

ayat-ayat al

Quran

dibaca

RBK Belum bisa

merasakan

hadirnya

Tuhan dalam

setiap waktu

shalat saya.

Selalu yakin bahwa

Tuhan mendengar

dan akan

mengabulkan doa-

doa saya.

Belum bisa seluruh

waktu merasakan

hubungan yang dekat

dengan Tuhan, hanya

pada saat ada masalah

atau menghadapi

ujian.

Saya merasa

bahagia.

MHM Belum bisa

merasakan

hadirnya

Tuhan dalam

setiap waktu

shalat saya.

Selalu yakin bahwa

Tuhan mendengar

dan akan

mengabulkan doa-

doa saya.

Belum bisa seluruh

waktu merasakan

hubungan yang dekat

dengan Tuhan, saya

bisa merasa dekat

pada waktu shalat

tahajud di malam hari.

Saya merasa

tentram.

SFH Belum bisa

merasakan

hadirnya

Tuhan dalam

Selalu yakin bahwa

Tuhan mendengar

dan akan

mengabulkan doa-

Belum bisa seluruh

waktu merasakan

hubungan yang dekat

dengan Tuhan, tetapi

Saya merasa

tenang.

Page 88: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

78

setiap waktu

shalat saya.

doa saya. saat menghadapi

masalah saya merasa

dekat dengan Tuhan.

NVT Belum bisa

merasakan

hadirnya

Tuhan dalam

setiap waktu

shalat saya.

Selalu yakin bahwa

Tuhan mendengar

dan akan

mengabulkan doa-

doa saya.

Belum bisa seluruh

waktu merasakan

hubungan yang dekat

dengan Tuhan, pada

saat saya sedang

sedih.

Saya merasa

senang.

MYF Saya merasa

mampu

merasakan

hadirnya

Tuhan saat

saya shalat.

Selalu yakin bahwa

Tuhan mendengar

dan akan

mengabulkan doa-

doa saya.

Belum bisa seluruh

waktu merasakan

hubungan yang dekat

dengan Tuhan, saya

merasa dekat sekali

dengan Tuhan pada

saat tahajud dan

mendengarkan

murattal ayat-ayat al

Quran.

Saya

merasakan

hadirnya

Tuhan

melalui ayat

demi ayat.

IDF Belum bisa

merasakan

hadirnya

Tuhan dalam

setiap waktu

shalat saya.

Selalu yakin bahwa

Tuhan mendengar

dan akan

mengabulkan doa-

doa saya.

Belum bisa seluruh

waktu merasakan

hubungan yang dekat

dengan Tuhan, pada

saat shalat tahajud dan

sedang ada masalah

saya merasa dekat

dengan Tuhan.

Saya merasa

sangat

senang,

terkadang

sampai

merinding.

Jika kita mencermati apa yang tertulis dalam tabel tersebut maka ada

yang perlu digaris bawahi, yaitu merasakan hadirnya Tuhan pada saat akan

Page 89: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

79

shalat, merasakan hubungan yang sangat dekat dengan Tuhan dan

perasaan cinta kasih yang penuh saat wudhu misalnya (akan menghadap

Tuhan), responden dalam hal ini merasakan belum mampu (kecuali MYF

dan IDF yang menyatakan mampu merasakan hadirnya Tuhan dalam

setiap shalat). Jika masalah ini kita telaah dari perspektif psikologi agama,

maka usia remaja dikenal dengan keberagamaan yang bersifat ambivalen,

yaitu kondisi keyakinan yang maju mundur. Kadang terasa dekat sekali

keyakinannya kepada Tuhan, tetapi kadang juga terasa begitu jauh dan

tidak mampu memusatkan pikiran dan hatinya pada waktu berdoa dan

shalat (Daradjat, 1976: 98-101).

Oleh karena itu, dalam hal ketiga masalah seperti yang telah disebut

sebelumnya, responden masih belum bisa merasakan dalam setiap waktu

secara tetap, tetapi terkadang bisa dan terkadang tidak. Barang kali, inilah

yang dimaksud oleh Zakiyah sebagai keberagamaan yang ambivalen atau

maju mundur.

C. Implikasi Sosial dari Pelaksanaan Ajaran Agama (Dimensi

Konsekuensial)

Pertanyaan mendasar dari dimensi ini adalah “apa efek agama

terhadap etos kerja, etos studi, emphati, hubungan interpersonal, dan lain-

lain. Dari masalah tersebut kemudian penulis urai dalam 7 pertanyaan dan

7 pertanyaan tersebut setelah diwawancarakan dengan responden akhirnya

dapat penulis kelompokkan menjadi 3 sub tema, yaitu etos dan motivasi

Page 90: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

80

studi, membantu bagi yang mengalami kesulitan, dan konsistensi moral.

Oleh karena itu, pada bagian pembahasan dan analisis ini penulis akan

deskripsikan ke 3 sub tema tersebut.

1. Etos dan Motivasi Studi

Dari 6 responden yang penulis wawancarai 2 responden (RBK

dan MHM) menyebutkan bahwa motivasi mereka menuntut ilmu adalah

karena motif agama dan motif ilmu. Artinya menuntut ilmu merupakan

implementasi dari ajaran agama yang mewajibkan manusia untuk

mencari ilmu, sementara yang dimaksud dengan motif ilmu adalah di

samping motif ajaran agama adalah juga demi ilmu itu sendiri bagi

peningkatan kualitas intelektual responden secara pribadi. Sementara 4

responden lainnya memberikan jawaban demi motif agama semata.

Mereka beralasan bahwa karena agama mengajarkan untuk menuntut

ilmu maka ada semacam kewajiban untuk melaksanakannya.

Sementara tentang etos studi, dalam hal ini menyangkut

kesungguhan dalam menjalaninya dan dalam mengamalkannya, semua

responden memberikan jawaban yang seragam bahwa mereka memiliki

komitmen yang tinggi dalam studi (kesimpulan ini bukan hanya penulis

dapatkan melalui wawancara, tetapi juga berdasarkan observasi selama

mengajar dalam beberapa semester di kelas mereka). Demikian juga

dalam hal mengamalkan ilmu, rata-rata mereka telah mulai menjadi

ustazh/ustazhah di Pondok Pesantren masing-masing. Seperti responden

RBK yang nglaju saat kuliah ini membantu mengajar di Pondok

Page 91: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

81

Pesantren milik orang tuanya di Susukan, Kabupaten Semarang. MHM

membantu mengajar di Pondok Pesantren Roudlotul Usaqil Quran

Rowosari, Tuntang, Kabupaten Semarang. SFH mengajar mengaji di

Pondok Pesantren Mansyaul Huda Sraten, Tuntang, Kabupaten

Semarang. MYF menjadi pengajar tetap di Pondok Pesantren Al Irsyad

Bener, Salatiga. IDF meski berpindah-pindah tempat sesuai dengan

domisilinya, namun dia selalu terlibat dalam kegiatan mengajar, seperti

sewaktu dia tinggal di Pondok Pesantren Al Wahid, Weding, Demak.

Juga saat dia kuliah di Salatiga dia mengajar di rumah tahfizh bahkan

pernah mengajar di sekolah tempat dia PPL, di Ungaran. Hanya

responden NVT saja yang sudah mengamalkan ilmunya namun dia

merasa belum maksimal.

Dalam al Quran, secara eksplisit disebutkan tentang keutamaan

orang yang beriman dan menuntut ilmu.

الذينآمنوامنكموالذينأوتواالعلمدرجات ي رفعالل

Artinya: “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang

beriman di antara kamu dan orang-orang yang menuntut ilmu”. (QS.

Mujadalah: 11)

Demikian dalam sebuah hadits Nabi diajarkan bahwa akan diberi

kemudahan jalan ke surga bagi orang-orang yang mau menuntut ilmu.

لاللبوالالنةمنسلكطري قاي لتمس فيوعلماسه

Artinya: “Barang siapa yang berjalan dalam rangka mencari

ilmu, Allah akan memudahkan jalan baginya ke surga”. (HR. Muslim)

Page 92: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

82

Tentang pentingnya umat Islam memperdalam ilmu agama dan

kemudian mengamalkannya juga dijelaskan dalam al Quran.

هواف همطائفةلي ت فق كلفرقةمن كافةف لولان فرمن كانالمؤمنونلي نفروا وماينولي نذرواق ومهمإذارجعواإليهملعلهميذرون الد

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu

pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap

golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam

pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan

kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya

mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. At Taubah: 122)

2. Membantu Bagi Mereka yang Mengalami Kesulitan

Tentang kesadaran responden dalam hal membantu kesulitan

baik di antara teman-teman, orang yang lain yang membutuhkan bisa

dikatakan mereka memiliki jawaban yang seragam. Artinya seluruh

responden menjawab “akan membantu menjelaskan jika ada

kesulitan dari temannya dan akan meminjami buku, sepeda, atau

uang jika ada teman atau orang lain yang membutuhkan”. Sementara

tentang partisipasi di masyarakat, responden dalam hal ini

menjelaskan keterlibatannya di lingkungan masyarakat di mana saat

ini mereka tinggal. Karena mereka saat ini hampir semuanya tinggal

di Pondok Pesantren, maka pengabdian masyarakat itu dimaknai

dalam konteks masyarakat Pondok Pesantren dan sekitarnya. Oleh

karena itu, tidak mengherankan jika jawaban responden terkait hal

ini bersifat kegiatan keagamaan, seperti mengajar mengaji, hafalan al

Quran, baca tulis al Quran, kegiatan-kegiatan remas, dan lain-lain.

Page 93: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

83

Padatnya kegiatan akademik di kampus tidak membuat mereka

membagi waktu untuk berbagi dengan sesama dan melakukan

pengabdian pada masyarakat berdasarkan kemampuan mereka.

Partisipasi sosial para responden hafizh dan hafizhah sebagai sebuah

“komunitas kognitif” (meminjam terma Peter Berger), merupakan

manifestasi dari keimanan mereka. Karena menurut Berger

“keyakinan agama mampu membentuk suatu masyarakat sebagai

“komunitas kognitif”, oleh karenanya komunitas ini memiliki

kemampuan untuk memberi arah pada pola perilaku dan corak

struktur sosialnya. Dalam konteks ini partisipasi sosial responden di

dalam lingkup masyarakat masing-masing bisa dimaknai sebagai

konsekuensi dari mereka sebagai komunitas kognitif tersebut.

Di samping itu, partisipasi sosial dari para responden dapat

dimaknai juga sebagai kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini

menurut Maslow merupakan kebutuhan yang paling tinggi (Ancok,

1994: 50). Pada tingkatan ini masih kata Maslow, manusia ingin

berbuat sesuatu semata-mata karena dorongan dari dalam. Dia tidak

lagi menuntut atau mengharapkan penghargaan orang lain atas apa

yang diperbuatnya. Sesuatu yang ingin dikejar dalam kebutuhan

tingkat ini adalah keindahan, kesempurnaan, keadilan, dan

kebermaknaan.

Page 94: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

84

Dalam perspektif al Quran tolong menolong dan berbagi

kepada sesama merupakan bagian dari ajaran agama Islam. Seperti

tersebut dalam ayat berikut ini.

والعدوانت عاونواعلىالبوالت قوىولاوت عاونوا ث علىالإ

Artinya: “Saling tolong menolonglah kamu sekalian dalam hal

kebaikan dan taqwa dan janganlah saling tolong menolong dalam

dosa dan permusuhan”. (QS. Al Maidah: 2)

3. Konsistensi Moral

Bagian terakhir dari implikasi sosial dalam penelitian ini

adalah konsistensi moral. Dalam hal ini penulis sengaja kaitkan

dengan masalah-masalah yang berdekatan dengan kondisi para

responden saat ini yaitu sebagai mahasiswa di satu sisi dan sebagai

remaja pada sisi yang lain. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah

tentang bagaimana sikap responden jika melihat ada teman yang

curang saat ujian, dan bagaimana sikap mereka pula dalam

menghadapi pergaulan bebas.

Terhadap kedua pertanyaan tersebut, seluruh responden

memberikan jawaban yang sama yaitu tidak akan melakukan

kecurangan saat ujian (sebisanya saja, jadi tidak perlu curang) dan

mereka sama sekali tidak tertarik dengan pergaulan bebas. Karena itu

mayoritas dan bahkan semua responden memberi jawaban “akan

menjauhi (pergaulan bebas) dan membentengi diri dari pergaulan

seperti itu”.

Page 95: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

85

Dari beberapa uraian di atas, kiranya dapat penulis katakan

bahwa hafalan al Quran yang mereka tekuni memiliki implikasi yang

kuat bagi konsistensi moral mereka. Pentingnya konsistensi moral ini

sangat ditekankan dalam al Quran. Sebagai contoh dalam surat Al

Ashr juga dalam surat At Tin dan masih banyak lainnya.

Dalam studi psikologi agama, konsistensi moral menurut GW.

Allport (1971: 65) merupakan salah satu kriteria maturitas agama.

Jika ditelaah lanjut berdasarkan hasil wawancara dengan para

responden maka dapat disimpulkan bahwa dalam tingkat

penghayatan dalam hal merasakan hadirnya Tuhan belum seluruh

responden mampu merasakan dalam setiap waktu. Demikian juga

tentang perasaan kedekatan dengan Tuhan dalam setiap waktu.

Responden menyatakan belum bisa merasakan hal itu, namun bisa

pada saat-saat tertentu saja. Hal itu tentu sangat terkait dengan

kondisi mereka yang masih remaja sehingga wajar jika dalam hal

tingkat penghayatan dan kedekatan mereka masih labil. Tetapi dalam

hal implikasi sosial dan konsistensi moral mereka dipandang sudah

stabil.

Secara ringkas dimensi konsekuensial dari psikografi

keberagamaan mahasiswa hafizh dan hafizhah bisa dilihat dalam

tabel berikut ini.

Page 96: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

86

Tabel. 5.3

Implikasi Sosial dari Pelaksanaan Ajaran Agama

(Dimensi Konsekuensial)

Kode

Responden

Implikasi Sosial dari Pelaksanaan Ajaran Agama

(Dimensi Konsekuensial)

Motivasi dan etos

studi

Berbagi pada yang

membutuhkan dan

pengabdian ilmu

Konsistensi moral

RBK Motivasi dalam studi

di samping karena

motif-motif agama

adalah juga demi

ilmu itu sendiri bagi

pribadi

Saya memiliki kebiasaan

berbagi pada yang

membutuhkan baik berupa

ilmu, waktu, ataupun

materi, semampunya.

Mampu membentengi diri

dari ketidakjujuran dan dari

pergaulan bebas.

MHM Motivasi dalam studi

di samping karena

motif-motif agama

adalah juga demi

ilmu itu sendiri bagi

pribadi.

Berbagi kepada yang

membutuhkan baik berupa

ilmu, waktu, ataupun

materi semampunya saya.

Sudah menjadi kebiasaan.

Saya mampu membentengi

diri dari ketidakjujuran dan

dari pergaulan bebas.

SFH Motivasi menuntut

ilmu semata karena

Saya memiliki kebiasaan

berbagi pada yang

Saya akan menjauhkan diri

dari ketidakjujuran dan dari

Page 97: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

87

motif agama dalam

arti karena agama

memerintahkan

manusia untuk

menuntut ilmu.

membutuhkan baik berupa

ilmu, waktu, ataupun

materi, semampunya saya.

pergaulan bebas.

MYF Motivasi dalam studi

di samping karena

motif-motif agama

adalah juga demi

ilmu itu sendiri bagi

pribadi

Saya akan berbagi pada

yang membutuhkan baik

berupa ilmu, waktu,

ataupun materi jika saya

mampu.

Mampu membentengi diri

dari ketidakjujuran dan dari

pergaulan bebas.

NVT Motivasi dalam studi

di samping karena

motif-motif agama

adalah juga demi

ilmu itu sendiri bagi

pribadi.

Berbagi pada yang

membutuhkan baik berupa

ilmu, waktu, ataupun

materi, semampunya.

Berusaha mampu

membentengi diri dari

ketidakjujuran dan dari

pergaulan bebas.

IDF Motivasi dalam studi

di samping karena

motif-motif agama

adalah juga demi

ilmu itu sendiri bagi

pribadi.

Saya akan berbagi pada

yang membutuhkan baik

berupa ilmu, waktu,

ataupun materi jika saya

mampu.

Saya menjaga diri dari

ketidakjujuran dan dari

pergaulan bebas.

Page 98: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

88

BAB VI

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada fokus penelitian dan hasil wawancara dengan responden

maka penelitian ini menyimpulkan:

1. Polarisasi responden hafizh dan hafizhah mahasiswa IAIN Salatiga

tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Responden memiliki hafalan al Quran secara variatif antara 6

sampai 30 juz.

Motivasi menghafal al Quran adalah karena dorongan keluarga,

tugas akademik, namun untuk selanjutnya tumbuh kesadaran

secara internal tentang pentingnya menghafal al Quran.

Responden penelitian ini (5 orang adalah mahasiswa semester 6

dan 1 orang semester 8), memiliki kemampuan menerjemahkan

ayat al Quran, namun kemampuan tersebut belum menyeluruh.

Artinya baru sebagian ayat yang mereka pahami artinya.

2. Dimensi eksperiensial dalam psikografi keberagamaan responden

Secara keseluruhan responden mampu merasakan hadirnya Tuhan

pada waktu shalat, namun belum bisa pada seluruh waktu shalat.

Jadi terkadang bisa terkadang belum bisa merasakannya.

Semua responden yakin bahwa saat mereka berdoa, Tuhan

mendengarkan dan mengabulkan doa-doa mereka.

Page 99: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

89

Perasaan selalu merasa dekat sekali dengan Tuhan, jika dalam

setiap waktu mereka belum mampu. Namun mereka menyebutkan

waktu-waktu tertentu saat mereka bisa dekat sekali dengan Tuhan

yaitu saat menghadapi masalah, saat shalat tahajud, dan saat

murattal ayat-ayat al Quran.

3. Dimensi konsekuensial dalam psikografi keberagamaan responden

Dalam hal motivasi dan etos studi, mereka menyebut antara motif

agama (mengamalkan ajaran agama) dan motif keilmuan pribadi. 2

di antara responden memiliki motif keduanya, selebihnya (4

responden) semata-mata karena motif agama.

Kebiasaan berbagi kepada yang membutuhkan dan pengabdian

keilmuan terhadap lingkungan mereka, diakui oleh semua

responden.

Mereka memiliki kemampuan membentengi diri dari perilaku tidak

jujur dan dari pergaulan bebas.

B. Rekomendasi

1. Kepada lembaga PT IAIN Salatiga, penting kiranya untuk terus

menjaga kerjasama dengan Pondok Pesantren tertentu dengan

menggiatkan kemampuan hafalan al Quran bagi mahasiswa.

2. Melalui instrumen akademik perlu diupayakan kiat meningkatkan

kemampuan memahami makna al Quran karena tentu akan

mempengaruhi pada tataran aplikasinya.

Page 100: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

90

3. Untuk Fakultas Ushuluddin dengan adanya rencana pengadaan ma‟had

yang dapat menambah tradisi hafalan al Quran bukan hanya pada

mahasiswa IAT semata tapi bagi keseluruhan mahasiswa.

4. Untuk para mahasiswa, perlu menjaga dan meningkatkan semangat

menghafal al Quran disertai dengan pemahaman terjemahannya agar

semakin komprehensif.

C. Penutup

Rasa syukur yang tak terhingga penulis ucapkan ke hadirat Allah

Swt. karena hanya dengan pertolongan-Nya penulis mampu

menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini hanyalah salah satu saja di antara penelitian tentang

keberagamaan mahasiswa. Penulis yakin masih terdapat kelemahan dalam

penelitian ini, terutama karena belum mampu mengungkap keberagamaan

mahasiswa dalam keseluruhan dimensi-dimensinya.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

kontribusinya. Terima kasih kepada mbak Titik Isniatus Sholikhah yang

dengan susah payah membantu penulis dalam proses penyelesaian

penelitian ini. Semoga Allah berkenan memberikan balasan yang berlipat

ganda. Amin.

Yang terakhir kepada lembaga LP2M IAIN Salatiga yang telah

memberikan fasilitas penelitian ini. Mudah-mudahan apa yang dihasilkan

dari penelitian ini dapat menjadi bagian rujukan dalam pengambilan

Page 101: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

91

kebijakan maupun pengembangan akademik, khususnya tentang

keberagamaan.

Page 102: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

92

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. 1999. Studi Islam Normativitas dan Historisitas.

Jogja: Pustaka Pelajar.

Abdullah, Taufik.ed. 1989. Metodologi Penelitian Agama. Jogja: PT

Tiara Wacana.

Ancok, Djamaluddin. 1994. Psikologi Islam. Yoyakarta: Pustaka

Pelajar.

Clark. 1958. The Psychology of Religion. New York: The Mac Millan

Company.

Crapps, Robert W. 1993. Dialog Psikologi dan Agama. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Daradjat, Zakiah. 1976. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Gunarsa, Singgih Dirga. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta: Sumber

Widya.

Jongeneel, J.A.B. 1978. Introduction to The Scientific Study of

Religion. Jakarta: Gunung Mulia.

Khoironi Ed. 2002. Islam dan Hegemoni Sosial. Jakarta: Media Cipta.

Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Rosda Karya.

Nasution, S. 2003. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitalif.

Bandung: Tarsito.

Pratt, JB. tt. The Religious Consciousness. New York: The Macmillan

Company.

Page 103: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

93

Rakhmad, Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama. Jakarta: PT Mizan

Pustaka.

Robertson, Roland. 1972. Sociology of Religion. Australia: Penguin

Book INC.

Shaffer. 1988. Development Psychology. California: Cole Publishing.

Spink, G.S. 1971. Psychology and Religion. USA: Beacon Press.

Suryanto, Bagong ed. 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:

Kencana.

Thouless, RH. 1971. An Introduction to The Psychology of Religion.

Cambridge: University Press.

Page 104: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

94

DAFTAR WAWANCARA/VERBATIM

Kode

Responden

Dimensi

Keberagamaan

Pertanyaan Jawaban

RBK 1 Eksperiensial Pada waktu mengerjakan

shalat, apakah anda dapat

merasakan kehadiran Tuhan

di sana?

Dalam kegiatan sehari-hari

di manapun, apakah anda

selalu dapat merasakan

hadirnya Tuhan di sana,

seperti saat sedang bersama

teman-teman atau saat

sendirian?

Apakah pada saat anda

memanjatkan doa pada

Tuhan, anda memiliki

harapan positif bahwa Allah

akan mengabulkan?

Pada saat anda

memanjatkan doa, apakah

anda yakin bahwa Allah

mendengarkan doa anda?

Belum semua dalam

melakukan ibadah shalat

dapat benar-benar merasakan

hadirnya Tuhan di sana.

Tetapi perasaan tersebut

menjadi sangat kuat justru

shalat dalam kesulitan.

Belum selamanya dapat

merasakan itu. Artinya

terkadang bisa terkadang

belum.

Saya memiliki harapan yang

positif terhadap permohonan

saya jika saya sudah berusaha

sebelumnya.

Saya yakin Allah

mendengarkan doa saya.

Page 105: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

95

Pada saat yang bagaimana

anda dapat merasakan

hubungan yang sangat dekat

dengan Tuhan?

Apakah pada setiap anda

melakukan ibadah shalat,

anda bisa menyiapkan diri

dengan sepenuh hati sebagai

tanda cinta kasih anda yang

akan menghadap Tuhan?

Apakah anda merasakan

adanya rasa ikut

bertanggung jawab

menyebarluaskan ajaran

dalam al Quran?

Apa yang anda rasakan saat

mendengar al Quran dibaca

orang-orang?

Jika anda sedang membaca

al Quran, apakah anda

mampu meresapi makna al

Quran tersebut?

Pada saat sedang menghadapi

masalah seperti saat

menghadapi ujian atau

masalah lain.

Belum bisa seluruhnya masih

sangat situasional.

Itu adalah keharusan bagi

saya. Karenanya saya mulai

belajar ikut mengajar di TPA

keluarga saya.

Senang sekali, karena

semakin al Quran dibaca

orang saya merasa bahagia.

Pada ayat-ayat tertentu yang

sudah mengerti

terjemahannya, saya bisa

meresapi tapi belum

semuanya.

Konsekuensial

Kesadaran sebagai

muslim/muslimah tentu

membawa konsekuensi

Motif agama dan sekaligus

motif ilmu. Sebagai

implementasi dari ajaran

Page 106: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

96

tertentu pada kehidupan

anda, misalnya apakah

dalam menuntut ilmu juga

didasari motif agama atau

semata-mata motif ilmu?

Saat anda menghadapi ujian

dan kebetulan anda melihat

ada teman anda yang

curang, apakah anda akan

melakukan hal yang sama?

Seandainya di antara teman-

teman anda ada yang minta

tolong untuk menjelaskan

tentang materi mata kuliah

yang belum dipahami, apa

yang anda lakukan?

Jika anda sempat melihat

pergaulan bebas di kalangan

remaja, bagaimana sikap

anda?

Apakah anda perlu

membantu jika ada teman

yang mau pinjam uang,

sepeda, atau buku misalnya?

Sebagai seorang yang diberi

kesempatan menuntut ilmu

agama dan sekaligus sebagai

keinginan masuk belajar lebih

banyak tentang ilmu agar

bertambah terus wawasan

intelektual saya.

Saya akan berusaha menjauhi

perbuatan-perbuatan seperti

itu (curang).

Ya, saya akan berusaha

menjelaskan.

Saya akan menjaga diri dari

pergaulan-pergaulan seperti

itu.

Ya, seharusnya begitu. Saya

akan membantu jika saya

mampu.

Saya selalu berusaha dapat

mengamalkan ilmu saya

Page 107: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

97

sampai perguruan tinggi,

apakah anda berusaha

bersungguh-sungguh

mengamalkan ilmu-ilmu

yang anda peroleh?

Bagaimana partisipasi anda

dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan di mana

anda tinggal?

semampunya.

Saya melibatkan dalam

kegiatan sosial keagamaan

seperti yang sudah saya

katakan sebelumnya. Saya

membantu mengajar anak-

anak di pondok orang tua

saya di mana saya tinggal.

MHM 2 Eksperiensial Pada waktu mengerjakan

shalat, apakah anda dapat

merasakan kehadiran Tuhan

di sana?

Dalam kegiatan sehari-hari

di manapun, apakah anda

selalu dapat merasakan

hadirnya Tuhan di sana,

seperti saat sedang bersama

teman-teman atau saat

sendirian?

Apakah pada saat anda

memanjatkan doa pada

Belum bisa merasakan

kehadiran Tuhan dalam setiap

shalat, tergantung pada

suasana hati.

Belum bisa merasakan hal itu

pada setiap saat. Hanya saja

saat saya merasa

menyinggung perasaan

teman, saya akan menyebut

“astaghfirullahal azhim” saat

itulah saya dapat merasakan

kehadiran Tuhan dalam hidup

saya.

Saya yakin Tuhan akan

mengabulkan doa saya. Saya

Page 108: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

98

Tuhan, anda memiliki

harapan positif bahwa Allah

akan mengabulkan?

Pada saat anda

memanjatkan doa, apakah

anda yakin bahwa Allah

mendengarkan doa anda?

Pada saat yang bagaimana

anda dapat merasakan

hubungan yang sangat dekat

dengan Tuhan?

Apakah pada setiap anda

melakukan ibadah shalat,

anda bisa menyiapkan diri

dengan sepenuh hati sebagai

tanda cinta kasih anda yang

akan menghadap Tuhan?

Apakah anda merasakan

adanya rasa ikut

bertanggung jawab

menyebarluaskan ajaran

dalam al Quran?

Apa yang anda rasakan saat

mendengar al Quran dibaca

orang-orang?

sangat memberikan harapan

positif terhadap Tuhan dalam

hal itu.

Sama dengan pertanyaan di

atas, saya yakin Tuhan

mendengarkan saya, saat saya

sedang memanjatkan doa.

Pada saat shalat tahajud di

tengah malam yang sunyi.

Belum seluruh waktu bisa,

hanya terkadang saja bisa.

Tentu merasakan hal itu,

itulah sebabnya saya ikut

mengajar di pondok saya

“Usaqil Quran” di desa

Rawasari, Tuntang,

Kabupaten Semarang.

Tergantung suasana hati,

terkadang merasa tentram,

terkadang cuek saja, saya

Page 109: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

99

Jika anda sedang membaca

al Quran, apakah anda

mampu meresapi makna al

Quran tersebut?

belum bisa istiqamah.

Ada yang bisa meresapi

maknanya, jika cerita dalam

al Quran itu runtut bahkan

sering bisa menangis tapi

belum bisa semuanya.

Konsekuensial

Kesadaran sebagai

muslim/muslimah tentu

membawa konsekuensi

tertentu pada kehidupan

anda, misalnya apakah

dalam menuntut ilmu juga

didasari motif agama atau

semata-mata motif ilmu?

Saat anda menghadapi ujian

dan kebetulan anda melihat

ada teman anda yang

curang, apakah anda akan

melakukan hal yang sama?

Seandainya di antara teman-

teman anda ada yang minta

tolong untuk menjelaskan

tentang materi mata kuliah

yang belum dipahami, apa

yang anda lakukan?

Motivasi agama dan motivasi

ilmu.

Saya akan berusaha jujur.

Akan membantu menjelaskan

kalau sekiranya saya bisa.

Page 110: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

100

Jika anda sempat melihat

pergaulan bebas di kalangan

remaja, bagaimana sikap

anda?

Apakah anda perlu

membantu jika ada teman

yang mau pinjam uang,

sepeda, atau buku misalnya?

Sebagai seorang yang diberi

kesempatan menuntut ilmu

sampai perguruan tinggi,

apakah anda berusaha

bersungguh-sungguh

mengamalkan ilmu-ilmu

yang anda peroleh?

Bagaimana partisipasi anda

dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan di mana

anda tinggal?

Sebisa mungkin saya akan

menjauhinya.

Kalau mungkin dan mampu,

saya akan meminjaminya.

Saya merasa penting

mengamalkan ilmu-ilmu

saya, meski belum semuanya.

Tapi saya sudah mulai

mengajar di pondok saya.

Saya ikut dalam kegiatan-

kegiatan remas di samping

mengajarkan di pondok

pesantren saya.

SFH 3 Eksperiensial Pada waktu mengerjakan

shalat, apakah anda dapat

merasakan kehadiran Tuhan

di sana?

Dalam kegiatan sehari-hari

di manapun, apakah anda

selalu dapat merasakan

Belum mampu dalam setiap

shalat, merasakan hadirnya

Tuhan di sana. Hanya saat-

saat tertentu saja mampu.

Sama dengan jawaban di atas,

saya belum bisa merasakan

hal itu dalam setiap waktu,

Page 111: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

101

hadirnya Tuhan di sana,

seperti saat sedang bersama

teman-teman atau saat

sendirian?

Apakah pada saat anda

memanjatkan doa pada

Tuhan, anda memiliki

harapan positif bahwa Allah

akan mengabulkan?

Pada saat anda

memanjatkan doa, apakah

anda yakin bahwa Allah

mendengarkan doa anda?

Pada saat yang bagaimana

anda dapat merasakan

hubungan yang sangat dekat

dengan Tuhan?

Apakah pada setiap anda

melakukan ibadah shalat,

anda bisa menyiapkan diri

dengan sepenuh hati sebagai

tanda cinta kasih anda yang

akan menghadap Tuhan?

Apakah anda merasakan

adanya rasa ikut

bertanggung jawab

menyebarluaskan ajaran

namun ada waktu-waktu

tertentu saya dapat merasakan

hadirnya Tuhan dalam hidup

saya.

Harapan saya sangat positif

saat saya berdoa pada Tuhan

bahwa Tuhan akan

mengabulkan permohonan-

permohonan saya.

Berdasarkan pengalaman

yang ada, saya yakin bahwa

saat saya berdoa, Tuhan pasti

akan mendengarkan doa saya.

Pada saat saya sedang ada

masalah, saya merasa

hubungan yang sangat akrab

dengan Tuhan.

Dalam setiap shalat 5 waktu,

saya belum bisa

mempersiapkan dengan

sepenuh hati. Tapi kalau pada

shalat tahajud saya bisa.

Tentu perasaan itu ada, itulah

sebabnya saya ikut secara

bergiliran dengan teman-

teman mengajar anak-anak di

Page 112: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

102

dalam al Quran?

Apa yang anda rasakan saat

mendengar al Quran dibaca

orang-orang?

Jika anda sedang membaca

al Quran, apakah anda

mampu meresapi makna al

Quran tersebut?

TPA pondok saya.

Saya merasa tenang saat al

Quran dibaca orang lain.

Saya hanya bisa meresapi

ayat-ayat yang dapat saya

pahami artinya, sementara

yang lain saya kurang bisa

meresapi karena belum

mengerti artinya.

Konsekuensial Kesadaran sebagai

muslim/muslimah tentu

membawa konsekuensi

tertentu pada kehidupan

anda, misalnya apakah

dalam menuntut ilmu juga

didasari motif agama atau

semata-mata motif ilmu?

Saat anda menghadapi ujian

dan kebetulan anda melihat

ada teman anda yang

curang, apakah anda akan

melakukan hal yang sama?

Seandainya di antara teman-

teman anda ada yang minta

tolong untuk menjelaskan

Semata-mata karena motif

agama. Karena agama

mengajarkan untuk menuntut

ilmu, maka ada semacam

kewajiban untuk

melaksanakannya.

Saya tidak akan melakukan

hal itu.

Saya pasti akan menjelaskan

saya jika saya bisa.

Page 113: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

103

tentang materi mata kuliah

yang belum dipahami, apa

yang anda lakukan?

Jika anda sempat melihat

pergaulan bebas di kalangan

remaja, bagaimana sikap

anda?

Apakah anda perlu

membantu jika ada teman

yang mau pinjam uang,

sepeda, atau buku misalnya?

Sebagai seorang yang diberi

kesempatan menuntut ilmu

sampai perguruan tinggi,

apakah anda berusaha

bersungguh-sungguh

mengamalkan ilmu-ilmu

yang anda peroleh?

Bagaimana partisipasi anda

dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan di mana

anda tinggal?

Saya pasti akan menjauhinya.

Saya pasti akan membantu

jika saya memilikinya.

Ya sebisa saya, saya akan

mengamalkan ilmu saya.

Saya sejak SMK sudah jauh

dari orang tua/rumah,

sehingga untuk terlibat dalam

kegiatan kemasyarakatan di

desa saya, saya masih merasa

kurang kecuali saat liburan

saja.

Page 114: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

104

MYF 4 Eksperiensial Pada waktu mengerjakan

shalat, apakah anda dapat

merasakan kehadiran Tuhan

di sana?

Dalam kegiatan sehari-hari

di manapun, apakah anda

selalu dapat merasakan

hadirnya Tuhan di sana,

seperti saat sedang bersama

teman-teman atau saat

sendirian?

Apakah pada saat anda

memanjatkan doa pada

Tuhan, anda memiliki

harapan positif bahwa Allah

akan mengabulkan?

Pada saat anda

memanjatkan doa, apakah

anda yakin bahwa Allah

mendengarkan doa anda?

Pada saat yang bagaimana

anda dapat merasakan

hubungan yang sangat dekat

Mampu merasakan kehadiran

Tuhan dalam setiap saya

melakukan ibadah shalat.

Di luar shalat pun saya

mampu merasakan hadirnya

Tuhan karena menurut saya

posisi kita di mata Tuhan

dapat kita ketahui bagaimana

Tuhan memposisikan kita

sekarang, saya sering

menemukan Tuhan melalui

anugrah yang diberikan

Tuhan.

Saya selalu memiliki harapan

positif terhadap doa-doa saya

pasti akan dikabulkan.

Saya yakin pasti Allah

mendengarkan saat saya

berdoa padanya, bukankah

kita diperintahkan untuk

berdoa.

Saat sedang mendengarkan

murattal ayat-ayat al Quran

dan ketika shalat tahajjud.

Page 115: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

105

dengan Tuhan?

Apakah pada setiap anda

melakukan ibadah shalat,

anda bisa menyiapkan diri

dengan sepenuh hati sebagai

tanda cinta kasih anda yang

akan menghadap Tuhan?

Apakah anda merasakan

adanya rasa ikut

bertanggung jawab

menyebarluaskan ajaran

dalam al Quran?

Apa yang anda rasakan saat

mendengar al Quran dibaca

orang-orang?

Jika anda sedang membaca

al Quran, apakah anda

mampu meresapi makna al

Quran tersebut?

Meskipun saya belum bisa

mengerjakan setiap malam,

masih susah bu.

Belum bisa dalam setiap

shalat, terkadang saja saya

bisa shalat itu sesungguhnya

adalah bercampurnya antara

perasaan takut dan cinta

kepada-Nya.

Saya juga merasakan

kewajiban itu, itulah

sebabnya saya bermukim di

Pondok Pesantren Nurul

Islam dan ikut mengajar di

sana.

Saya bisa merasakan hadirnya

Tuhan melalui ayat-ayat yang

dibaca, bukankah al Quran itu

firman Tuhan.

Belum bisa secara otomatis

memahami ayat per ayat

tentang artinya, ada yang bisa

ada yang tidak.

Page 116: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

106

Konsekuensial Kesadaran sebagai

muslim/muslimah tentu

membawa konsekuensi

tertentu pada kehidupan

anda, misalnya apakah

dalam menuntut ilmu juga

didasari motif agama atau

semata-mata motif ilmu?

Saat anda menghadapi ujian

dan kebetulan anda melihat

ada teman anda yang

curang, apakah anda akan

melakukan hal yang sama?

Seandainya di antara teman-

teman anda ada yang minta

tolong untuk menjelaskan

tentang materi mata kuliah

yang belum dipahami, apa

yang anda lakukan?

Jika anda sempat melihat

pergaulan bebas di kalangan

remaja, bagaimana sikap

anda?

Apakah anda perlu

membantu jika ada teman

yang mau pinjam uang,

sepeda, atau buku misalnya?

Semata-mata karena motif

agama.

Saya tidak akan menjawab,

kalau saya memang saya

tidak bisa, jadi tidak perlu

curang.

Tentu akan membantu,

sharing bersama mereka.

Jujur saya kurang bergaul,

tentu saya punya versi yang

lebih baik (dalam pergaulan).

Saya akan membantu selagi

saya mampu membantu.

Page 117: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

107

Sebagai seorang yang diberi

kesempatan menuntut ilmu

sampai perguruan tinggi,

apakah anda berusaha

bersungguh-sungguh

mengamalkan ilmu-ilmu

yang anda peroleh?

Bagaimana partisipasi anda

dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan di mana

anda tinggal?

Saya sangat berkomitmen

untuk itu. Saya sekarang

menjadi pengajar di Pondok

Al Irsyad dan saya bermukim

di sana.

Saya tinggal di pondok, jadi

kegiatan sosial hanya mampu

saya lakukan dalam pondok.

NVT 5 Eksperiensial Pada waktu mengerjakan

shalat, apakah anda dapat

merasakan kehadiran Tuhan

di sana?

Dalam kegiatan sehari-hari

di manapun, apakah anda

selalu dapat merasakan

hadirnya Tuhan di sana,

seperti saat sedang bersama

teman-teman atau saat

sendirian?

Apakah pada saat anda

memanjatkan doa pada

Tidak dalam setiap shalat

saya mampu merasakan

hadirnya Tuhan, hanya pada

saat-saat tertentu saja, saya

bisa.

Melalui ucapan istighfar, saya

mampu merasakan hadirnya

kembali Tuhan dalam

kehidupan sehari-hari.

Memang agak sulit, tapi saya

selalu berusaha mengucapkan

istighfar tersebut saat

menghadapi sesuatu yang

tidak mengenakkan hati.

Saya selalu memiliki harapan

positif terhadap Tuhan saat

Page 118: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

108

Tuhan, anda memiliki

harapan positif bahwa Allah

akan mengabulkan?

Pada saat anda

memanjatkan doa, apakah

anda yakin bahwa Allah

mendengarkan doa anda?

Pada saat yang bagaimana

anda dapat merasakan

hubungan yang sangat dekat

dengan Tuhan?

Apakah pada setiap anda

melakukan ibadah shalat,

anda bisa menyiapkan diri

dengan sepenuh hati sebagai

tanda cinta kasih anda yang

akan menghadap Tuhan?

Apakah anda merasakan

adanya rasa ikut

bertanggung jawab

menyebarluaskan ajaran

dalam al Quran?

saya berdoa, harapan untuk

dikabulkan.

Saya yakin Tuhan

mengabulkan asal kita positif

dalam arti selalu dalam

kebenaran ajaran-Nya.

Saya merasakan hubungan

yang dekat dengan Tuhan

saat saya sedih, saya bisa

berdoa sampai menangis,

betul-betul dapat merasakan

hubungan yang dekat dengan-

Nya.

Terkadang saya bisa, tapi

belum bisa dalam setiap

waktu akan shalat.

Tentu perasaan itu ada karena

saya ikut organisasi di

pondok, melibatkan diri

dalam kepanitiaan, PHBI

misalnya.

Page 119: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

109

Apa yang anda rasakan saat

mendengar al Quran dibaca

orang-orang?

Jika anda sedang membaca

al Quran, apakah anda

mampu meresapi makna al

Quran tersebut?

Mendengar al Quran

dilantunkan orang dengan

baik dan benar, saya sangat

senang sekali apalagi jika

lagu-lagunya sesuai.

Karena kemampuan mufradat

saya sangat terbatas maka

hanya sedikit yang bisa saya

pahami makna ayat-ayat al

Quran.

Konsekuensial Kesadaran sebagai

muslim/muslimah tentu

membawa konsekuensi

tertentu pada kehidupan

anda, misalnya apakah

dalam menuntut ilmu juga

didasari motif agama atau

semata-mata motif ilmu?

Saat anda menghadapi ujian

dan kebetulan anda melihat

ada teman anda yang

curang, apakah anda akan

melakukan hal yang sama?

Seandainya di antara teman-

teman anda ada yang minta

tolong untuk menjelaskan

tentang materi mata kuliah

Motivasi saya dalam meuntut

ilmu adalah motif agama.

Dalam arti karena perintah

agama.

Semampunya saja bu, karena

menurut saya hasil itu akhir.

Saya akan membantu seperti

yang saya pahami, jika saya

merasa kurang mampu, saya

akan mencari teman yang

Page 120: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

110

yang belum dipahami, apa

yang anda lakukan?

Jika anda sempat melihat

pergaulan bebas di kalangan

remaja, bagaimana sikap

anda?

Apakah anda perlu

membantu jika ada teman

yang mau pinjam uang,

sepeda, atau buku misalnya?

Sebagai seorang yang diberi

kesempatan menuntut ilmu

sampai perguruan tinggi,

apakah anda berusaha

bersungguh-sungguh

mengamalkan ilmu-ilmu

yang anda peroleh?

Bagaimana partisipasi anda

dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan di mana

anda tinggal?

lebih paham untuk

menjelaskan.

Saya akan membentengi diri

saya sendiri.

Selagi ada yang meminta

bantuan dan saya punya, tentu

akan saya pinjami.

Keinginan itu ada, tapi belum

maksimal.

Saya tinggal di pondok, maka

aktivitas sosial saya lebih

banyak di pondok.

Page 121: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

111

IDF 6 Eksperiensial Pada waktu mengerjakan

shalat, apakah anda dapat

merasakan kehadiran Tuhan

di sana?

Dalam kegiatan sehari-hari

di manapun, apakah anda

selalu dapat merasakan

hadirnya Tuhan di sana,

seperti saat sedang bersama

teman-teman atau saat

sendirian?

Apakah pada saat anda

memanjatkan doa pada

Tuhan, anda memiliki

harapan positif bahwa Allah

akan mengabulkan?

Pada saat anda

memanjatkan doa, apakah

anda yakin bahwa Allah

mendengarkan doa anda?

Pada saat yang bagaimana

anda dapat merasakan

hubungan yang sangat dekat

dengan Tuhan?

Saya selalu berusaha

merasakan hadirnya Tuhan

dalam setiap saya

mengerjakan shalat.

Sama seperti ketika shalat, di

luar shalat saya juga

merasakan untuk selalu dapat

merasakan hadirnya Tuhan.

Saya selalu merasakan

harapan yang positif bahwa

Tuhan akan mengabulkan

permohonan-permohonan

saya.

Saya merasa yakin bahwa

Tuhan akan mendengarkan

doa-doa saya.

Saya bisa merasakan

hubungan yang dekat dengan

Tuhan terutama pada saat

tengah malam (pada waktu

shalat tahajud), juga pada saat

banyak masalah, inilah waktu

Page 122: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

112

Apakah pada setiap anda

melakukan ibadah shalat,

anda bisa menyiapkan diri

dengan sepenuh hati sebagai

tanda cinta kasih anda yang

akan menghadap Tuhan?

Apakah anda merasakan

adanya rasa ikut

bertanggung jawab

menyebarluaskan ajaran

dalam al Quran?

Apa yang anda rasakan saat

mendengar al Quran dibaca

orang-orang?

Jika anda sedang membaca

al Quran, apakah anda

mampu meresapi makna al

Quran tersebut?

yang efektif untuk akrab

dengan Tuhan.

Bisa, namun belum bisa

untuk semua shalat. Artinya

terkadang bisa

mempersiapkan sepenuh hati

waktu akan shalat, namun

terkadang belum bisa.

Tentu komitmen itu ada. Saya

pernah mengajar hafalan al

Quran santri-santri kecil,

memberi les anak-anak SD

dalam belajar membaca al

Quran dan masih banyak lagi.

Saya bisa merinding

mendengar al Quran dibaca

orag lain. Di samping itu,

saya juga bisa murajaah saat

mendengar al Quran dibaca

orang lain.

Belum bisa seluruhnya dapat

memahami makna setiap ayat

al Quran.

Page 123: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

113

Konsekuensial Kesadaran sebagai

muslim/muslimah tentu

membawa konsekuensi

tertentu pada kehidupan

anda, misalnya apakah

dalam menuntut ilmu juga

didasari motif agama atau

semata-mata motif ilmu?

Saat anda menghadapi ujian

dan kebetulan anda melihat

ada teman anda yang

curang, apakah anda akan

melakukan hal yang sama?

Seandainya di antara teman-

teman anda ada yang minta

tolong untuk menjelaskan

tentang materi mata kuliah

yang belum dipahami, apa

yang anda lakukan?

Jika anda sempat melihat

pergaulan bebas di kalangan

remaja, bagaimana sikap

anda?

Apakah anda perlu

membantu jika ada teman

yang mau pinjam uang,

Saya semata-mata karena

motivasi agama.

Semampunya saja bu, saya

cukup percaya diri.

Saya akan menolong

menjelaskan pada teman yang

membutuhkan.

Selagi itu teman saya sendiri,

maka saya akan menegurnya

dan untuk membentengi diri

saya, saya akan menjauhi dari

pergaulan seperti itu.

Selagi saya punya, pasti akan

saya pinjami.

Page 124: DIMENSI EKSPERIENSIAL DAN KONSEKUENSIAL DARI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/3/3... · progres report hibah penelitian individual dan unggulan dosen tahun 2016 judul

114

sepeda, atau buku misalnya?

Sebagai seorang yang diberi

kesempatan menuntut ilmu

sampai perguruan tinggi,

apakah anda berusaha

bersungguh-sungguh

mengamalkan ilmu-ilmu

yang anda peroleh?

Bagaimana partisipasi anda

dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan di mana

anda tinggal?

Keinginan pasti ada dan saya

selalu berusaha untuk dapat

mengamalkan ilmu saya.

Jawaban saya sama saat

menjawab pertanyaan nomor

7 dari dimensi eksperiensial,

melibatkan diri dalam

kegiatan sosial keagamaan.