Dilema Manusia Rasional

2
DILEMA MANUSIA RASIONAL Filsafat pencerahan yang muncul pada masyarakat modern yang dilatar belakangi oleh potensi rasional dan upaya pembebasan dari absolutism mistis. Kebangkitan rasio manusia yang semakin lama terbelenggu oleh penjara doktrin despotisme yang memandang manusia sebagai makhluk rendah, yang memiliki dosa asal sejak lahir telah menjadi pemicu masyarakat Eropa dalam merubah dan menata tatanan struktur dan kehidupan social culture menuju masyarakat modern dengan upaya gerakan atau melakukan revolusi. Melalui sinaran rasionalisme, gerakan ini telah melahirkan revolusi paham keagamaan bahwa pada dasarnya manusia itu merdeka, juga sekaligus melahirkan revolusi pemikiran yang pada akhirnya menimbulkan revolusi ilmu pengetahuan dengan semangat rasio bukan senjata akan membimbing kepada revolusi pemikiran manusia. Namun demikian, implikasi yang segera ditunjukkan keberadaan penggunaan rasio berlebih adalah rasio menjadi dogma baru yang tidak didukung jalannya sejarah. Karena keterlalu yakinnya pada rasio sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyimpan potensi menghancurkan martabat manusia menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri, disisi lain mengungkap tabir misteri kosmologi yang tak kunjung usai. Pembangunan pondasi konstruksi berfikir masyarakat modern yang menganggap bahwa kehidupan berpusat pada manusia. Manusia adalah penguasa alam dan penentu kebenaran sehingga kitab suci tidak diperlukan lagi. Cita-cita modernisme barat adalah melepaskan diri dari unsur agama, menjadikan alat-alat produksi sebagai power hegemoni melalui mekanisme, otonomisasi dan standarisasi. Teknologi modern dilahirkan dari proses renaisance yang semula muncul atas spirit kemerdekaan dan keterbukaan pikiran, memerdekakan manusia dari belenggu mistis, namun berubah menjadi perbudakan baru. Manusia yang semula merdeka, yang merasa menjadi pusat dari segala sesuatu, kini telah diturunkan derajatnya 1

Transcript of Dilema Manusia Rasional

DILEMA MANUSIA RASIONAL

Filsafat pencerahan yang muncul pada masyarakat modern yang dilatar belakangi oleh potensi rasional dan upaya pembebasan dari absolutism mistis. Kebangkitan rasio manusia yang semakin lama terbelenggu oleh penjara doktrin despotisme yang memandang manusia sebagai makhluk rendah, yang memiliki dosa asal sejak lahir telah menjadi pemicu masyarakat Eropa dalam merubah dan menata tatanan struktur dan kehidupan social culture menuju masyarakat modern dengan upaya gerakan atau melakukan revolusi. Melalui sinaran rasionalisme, gerakan ini telah melahirkan revolusi paham keagamaan bahwa pada dasarnya manusia itu merdeka, juga sekaligus melahirkan revolusi pemikiran yang pada akhirnya menimbulkan revolusi ilmu pengetahuan dengan semangat rasio bukan senjata akan membimbing kepada revolusi pemikiran manusia.Namun demikian, implikasi yang segera ditunjukkan keberadaan penggunaan rasio berlebih adalah rasio menjadi dogma baru yang tidak didukung jalannya sejarah. Karena keterlalu yakinnya pada rasio sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyimpan potensi menghancurkan martabat manusia menjadi tawanan dari hasil ciptaannya sendiri, disisi lain mengungkap tabir misteri kosmologi yang tak kunjung usai.Pembangunan pondasi konstruksi berfikir masyarakat modern yang menganggap bahwa kehidupan berpusat pada manusia. Manusia adalah penguasa alam dan penentu kebenaran sehingga kitab suci tidak diperlukan lagi. Cita-cita modernisme barat adalah melepaskan diri dari unsur agama, menjadikan alat-alat produksi sebagai power hegemoni melalui mekanisme, otonomisasi dan standarisasi. Teknologi modern dilahirkan dari proses renaisance yang semula muncul atas spirit kemerdekaan dan keterbukaan pikiran, memerdekakan manusia dari belenggu mistis, namun berubah menjadi perbudakan baru. Manusia yang semula merdeka, yang merasa menjadi pusat dari segala sesuatu, kini telah diturunkan derajatnya menjadi tak lebih sebagai bagian dari mesin, mesin raksasa teknologi modern.Rasio dilambangkan sebagai satu-satunya penuntun jalan hidup manusia menuju kebahagiaan. Tetapi yang terjadi proses produksi dan konsumsi massa sesungguhnya menjadikan kedudukan manusia tereduksi dalam system produksi yang dibuatnya sendiri, ini menjadikan manusia terbelenggu perbudakan rasio instrumental sehingga terjebak pada alienasi terhadap kehidupan sosialnya.Hegemoni rasionalitas instrumental sangat terlihat dalam masyarakat modern. Hasil yang dicapai selalu bersandar pada cara berpikir logika formal dan matematis. Rasio hanya menjadi instrumen belaka, sebagai alat kalkulasi, verifikasi, pelayan klasifikasi yang setia pada tujuan diluar dirinya yaitu kepentingan ideologis. Di balik rasionalitas yang dibangun ternyata memunculkan irrasionalitas baru. Sehingga rasionalitas instrumental tidak lain hanyalah mitos baru dalam masyarakat modern.1