Diky Avianto - Makalah Akhir Mata Kuliah Dinamika Kawasan Eropa

18
  Makalah Akhir Mata Kuliah Dinamika Kawasan Eropa  Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO Diky Avianto (0906636674) Departeme n Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Transcript of Diky Avianto - Makalah Akhir Mata Kuliah Dinamika Kawasan Eropa

Makalah Akhir Mata Kuliah Dinamika Kawasan Eropa

Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATODiky Avianto (0906636674)

Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama NPM Status : Diky Avianto : 0906636674 : Peserta Mata Kuliah Dinamika Kawasan Eropa (SHI30061) semester genap tahun ajaran 2011-2012 Menyatakan bahwa Makalah yang berjudul Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina sebagai anggota NATO yang saya serahkan dalam mata kuliah ini adalah benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diserahkan untuk mata kuliah apapun dan belum pernah dipublikasikan. Referensi untuk semua kutipan langsung maupun tidak langsung sudah dicantumkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Depok, 02 Juni 2012

_____________________ Diky Avianto

1

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB I ini, pertama akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan makalah ini yang isinya mengenai mengapa kasus ini menarik untuk dibahas dan juga permasalahan yang sebenarnya sehingga itu akan dirumuskan dalam rumusan permasalahan yang harus dijawab dalam makalah ini. Kemudian setalah itu akan dipaparkan kerangka teoritik yang dipakai untuk menganalisis kasus ini yaitu Two-Level Game Theory.

I.1 Latar Belakang Permasalahan Setelah berakhirnya Perang Dingin yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada akhir tahun 1989 dan resmi bubarnya Pakta Warsawa pada tahun 1991, secara langsung membuat NATO kehilangan lawan atau ancaman utamanya yaitu Uni Soviet dan juga Pakta Warsawa. Dengan demikian timbul perdebatan mengenai apakah NATO akan tetap dilanjutkan atau tidak mengingat tidak ada lagi ancaman utamanya. Untuk menyikapi hal ini, NATO sepertinya sadar akan adanya perdebatan itu dan mulai melakukan perubahanperubahan dalam dirinya terkait situasi yang baru di Eropa Dalam menghadapi situasi baru dalam Eropa, Deklarasi London dikeluarkan pada tahun 1990 untuk merespon dengan cepat perubahan-perubahan yang terjadi di Eropa Timur. AS dan beberapa negara anggota NATO menyadari bahwa keamanan suatu negara tidak dapat dipisahkan dari keamanan negara-negara tetangganya dan perlu dibangun suatu bentuk kerjasama yang melibatkan semua negara-negara di eropa, termasuk Eropa Timur, serta AS dan Kanada. Ini seperti yang tertuang dalam Deklarasi London Dalam Deklarasi London, sudah terbersit bagi NATO untuk memperluas kerjasama dengan seluruh negara Eropa khususnya Eropa Timur pasca runtuhnya Uni Soviet. Akan tetapi, tampaknya NATO lebih berupaya untuk meningkatkan komponen politik meskipun tetap masih akan mempertahankan seluruh teritori negara anggotanya. Upaya yang dilakukan akan dicoba dengan jalur damai. Dalam artikel NATO Expansion: The Next Step, Ronald D. Asmus, Richard L. Kugler, dan F. Stephen Larabee menyebutkan salah satu cara yang dilakukan NATO dalam melakukan perluasaan keanggotaan ke wilayah Eropa Timur dan Tengah adalah dengan mempromosikan stabilitas. Perjanjian Washington 1949, instrumen pendiri NATO, tidak menggambarkan kualifikasi rinci untuk keanggotaan. Itu mengharuskan negara-negara anggota menjadi

2

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

demokrasi dan mengikuti aturan hukum. Hal ini juga mensyaratkan bahwa mereka mengambil langkah untuk memperkuat militer mereka dan menahan diri dari penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan sengketa di luar kerangka perjanjian.1 Pasal X Perjanjian meninggalkan pintu terbuka untuk setiap negara mampu memenuhi kualifikasi umum untuk keanggotaan, termasuk kontribusi bagi keamanan negara anggota lainnya. Proses di mana pemerintah tertarik dapat bergabung keanggotaan telah disempurnakan sejak akhir Perang Dingin. Pada tahun 1994 NATO didirikan Kemitraan untuk Perdamaian (Partnership for Peace atau PfP), sebuah program di mana non-negara anggota mungkin berlatih bersama pasukan NATO, berpartisipasi dalam pemeliharaan perdamaian atau lainnya sekutu kegiatan, dan mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada aliansi. Beberapa negara, seperti Austria, berpartisipasi dalam program PfP tetapi belum tentu tertarik keanggotaan. Pada tahun 1995 NATO menerbitkan Study on NATO Enlargement. Perluasan keanggotan NATO pasca Perang Dingin yang pertama terjadi pada tahun 1999 dengan masuknya 3 negara yaitu Polandia, Republik Ceko dan Hungaria. Menurut Adrian Hyde-Price, ketiga negara ini diperhatikan karena cukup sukses dalam hal proses transisi pasca-komunisme dan tidak mengundang masalah geostrategic yang signifikan.2 Setelah itu, ternyata NATO mempertimbangkan untuk mengembangkan proses yang lebih rinci untuk calon anggota. Proses ini, yang disebut Rencana Aksi Keanggotaan (MAP), memaparkan dalam langkah-langkah rinci yang cukup spesifik. Langkah-langkah tersebut mungkin termasuk hukum menunjuk parlemen memiliki pengawasan sipil terhadap militer, atau pengecilan dan profesionalisasi militer yang besar, atau penyelesaian sengketa perbatasan dengan tetangga.3 Kemudian pada tahun 2004 terdapat perluasan keanggotaan NATO gelombang kedua pasca Perang Dingin. Kali ini terdapat 7 negara sekaligus dan bahkan mencakup negaranegara yang berbatasan langsung dengan Rusia. Negara-negara tersebut adalah Bulgaria, Latvia, Lithuania, Slovenia, Slovakia, Romania, Estonia. Pada tahun 2009 terjadi lagi perluasan keanggotaan NATO gelombang ketiga pasca Perang Dingin yaitu dengan memasukan Albania dan Kroasia sebagai anggota baru NATO.

Vincent Morelli, et.all., NATO Enlargement: Albania, Croatia, and Possible Future Candidates, dalam Congressional Research Service Journal, April 2009, hal. 2 diunduh dari http://www.fas.org/sgp/crs/row/RL34701.pdf, 2 Adrian Hyde-Price, The Antinomies of European Security: Dual Enlargement and the Reshaping of European Order, dalam Contemporary Security Studies, Vol. 21 No. 3, Desember 2000, hal. 142 3 Vincent Morelli, Loc.Cit.,1

3

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

Perluasan NATO ke arah Eropa Timur tidak berhenti sampai disitu, Terdapat beberapa negara yang mempunyai prospek untuk masuk kedalam anggota NATO. Salah satu negara tersebut adalah Ukraina yang disebut-sebut sebagai salah satu kandidat terkuat karena faktor geopolitiknya yang strategis.4 Hubungan antara NATO dengan Ukraina secara resmi dimulai pada tahun 1991 dimana Ukraina pada saat itu merupakan salah satu anggota dari North Atlantic Cooperation Council (NACC) atau pada tahun 1997 berubah nama menjadi Euro-Atlantic relations Council (EAPC). Pada tahun 1994 pun Ukraina menjadi negara Commonwealth of Independent States (CIS) yang pertama yang masuk ke dalam NATO Partnership for Peace (PfP).5 Hubungan antara keduanya diperkuat dengan Charter on a Distinctive Partnership between NATO and Ukraine yang ditandatangani pada tahun 1997. Kemudian ada juga NATO-Ukraine Action Plan yang mulai diadopsi tahun 2002 dan Intensified Dialogue pada fokus keanggotaan pada tahun 2005. Pemerintah Ukraina pun terus berusaha

memperjuangkan untuk mendapatkan status Membership Action Plan yang merupakan tahap akhir sebelum masuk ke dalam keanggotan NATO.

I.2 Rumusan Permasalahan Melihat dari latar belakang permasalahan tersebut, makalah ini akan menjawab pertanyaan, Bagaimana kemungkinan masuknya Ukraina kedalam Keanggotaan NATO dilihat dari aspek domestik dan internasional?

I.3 Kerangka Konseptual Dalam menganalisis dan menjawab pertanyaan permasalahan, penulis menggunakan Two-Level Game Theory.

I.3.1 Two-Level Game Theory Two-Level Game Theory merupakan suatu teori yang digagas oleh Robert Putnam yang pada dasarnya menghubungkan antara level domestik dan level internasional dalam

John Kriendler, Ukrainian Membership in NATO: Benefits, Costs, Misconceptions and Urban Legends dalam Conflict Studies Research Centre, Defence Academy of the United Kingdom, July 2007 5 Ibid.,4

4

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

melihat sebuah proses menuju persetujuan atau perjanjian baik itu bilateral maupun multilateral. Seperti yang dikatakan oleh Putnam Domestic politics and international relations are often somehow entangled6 Secara khusus, Two-Level Game Theory Robert Putnam (1988) menyediakan kerangka kerja untuk memahami interaksi determinan domestik dan internasional dari kebijakan luar negeri. Menurut metafora nya, pihak ke negosiasi internasional yang diwakili oleh kepala negosiator tunggal yang memainkan dua permainan secara bersamaan. Di satu sisi, negosiator berusaha untuk mencapai kesamaan ketika bernegosiasi dengan mitra luar negerinya. Di sisi lain, ia berusaha untuk memperoleh persetujuan domestik dari kesepakatan dinegosiasikan. Akibatnya, dalam usahanya untuk memuaskan tekanan internasional dan domestik, negosiator ini terjebak dalam dilema strategis. Karena bergerak pada satu tingkat mempengaruhi bermain di sisi lain, pilihan kebijakan yang dibingkai oleh kendala dan peluang pada kedua tingkat. At the national level, domestic groups pursue their interests by pressuring the government to adopt favourable policies, and politicians seek power by constructing coalitions among those groups. At the international level, national governments seek to maximize their own ability to satisfy domestic pressures, while minimizing the adverse consequences of foreign developments7 Inti dari interaksi antara dua tingkat ditangkap oleh konsep kunci 'win-set', yang didefinisikan sebagai himpunan semua kemungkinan perjanjian internasional yang akan diterima di tingkat domestik. "win-set" didefinisikan sebagai "the set of all possible Level I (international) agreements that would win that is, gain the necessary majority among the constituents"8 Menurut Putnam, ukuran dari set menang-tergantung pada banyak variabel, termasuk prosedur ratifikasi, preferensi aktor domestik dan framing isu strategis. Perjanjian internasional hanya mungkin jika ada win-set pada semua pihak tumpang tindih. Two-Level Game Theory yang dikembangkan oleh Putnam menekankan proses interaktif yang terjadi ketika seorang pemimpin nasional menemukan dirinya negosiasi perjanjian internasional bersamaan: negosiasi internasional (level 1), dimana pemimpin mencoba untuk mencapai kesepakatan dengan para pemimpin lainnya; dan negosiasi

6

Robert D. Putnam. "Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games", dalam International Organization. 42 (Summer 1988) hal. 427 7 Ibid., hal.434 8 Ibid., hal. 439

5

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

dalam negeri (tingkat 2), dimana pemimpin mencoba untuk mendapatkan kesepakatan diterima oleh undang-undang dan masyarakatnya.9 Dua jenis tekanan pada dasarnya berbeda, dan kendala yang dikenakan tidak akan ditemui di tempat pertama jika negosiasi diadakan dalam permainan nasional atau internasional murni. Berikut adalah dua level yang dijelaskan oleh Putnam: I.3.1 The International Level: Pressure and Compromise Tingkat internasional terdiri dari negara-negara berdaulat berusaha untuk menegosiasikan sebuah perjanjian yang terbaik memaksimalkan kemampuan mereka sendiri untuk memenuhi tekanan domestik, sambil meminimalkan konsekuensi negatif dari perkembangan asing. Ini berpendapat bahwa logika negara bernegosiasi dan menandatangani perjanjian di tingkat internasional yang dapat berpengaruh bagi politik dalam negeri. I.3.2 The Domestic Level: Actors and Influences Tingkat domestik terdiri dari sejumlah aktor, proses dan pengaruh yang memiliki dampak yang kuat pada perjanjian internasional. Bagian dasar pemahaman sifat bagi politik dalam negeri berkisar mengidentifikasi jenis pelaku yang terlibat dalam permainan politik dalam negeri. Ia membedakan empat jenis aktor yang membentuk bagaimana permainan ini dimainkan dalam negeri: militer, publik massa, media massa dan oposisi politik.

Setelah

penjelasan

mengenai

rician

dari

teori

di

atas,

maka

dapat

dioperasionalisasikan ke dalam makalah ini yang akan menggunakan beberapa variabel. Dari segi level domestik, variabel yang digunakan adalah sikap pemerintah danopini publik masyarakat Ukraina. Kemudian dari segi level internasional, variable yang digunakan adalah sikap NATO itu sendiri dan keberadaan negara-negara besar.

9

Ibid.,

6

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

BAB II PEMBAHASAN

Pada BAB II ini, penulis akan memulai analisis dari data-data yang telah didapatkan guna menjawab pertanyaan permasalahan penelitian ini. Penjelasan akan dibagi sesuai teori yang penulis pakai yaitu Two-Level Game Theory yang menganalisis pengaruh sektor domestik dan internasional seperti yang sudah dijelaskan pada BAB sebelumnya. Pertama, pada sub-bab pertama akan dijelaskan bagaimana sektor domestik Ukraina yang dibagi dalam 2 variabel yaitu sikap pemerintah dan opini publik masyarakat Ukraina. Kedua, pada sub-bab kedua akan dipaparkan mengenai pengaruh dari level internasional yang dibagi lagi kedalam dua variable yaiu sikap NATO itu sendiri dan pengaruh dari negara-negara besar.

II.1 Aspek Politik Domestik Ukraina Dalam sub-bab ini akan menjelaskan dan menganalisis aspek politik domestik Ukraina terhadap kemungkinan keanggotaannya ke dalam NATO. Aspek domestik merupakan aspek yang tidak kalah penting dalam pengambilan keputusan suatu negara dalam kebijakan luar negerinya. Oleh karena itu keberadaan oposisi politik dan opini publik tidak bisa dipisahkan ketika suatu negara melakukan pengambilan keputusan.

II.1.1 Faktor Sikap Pemerintah Ukraina Pada awal kemerdekaannya, Pemerintahan Ukraina berjalan diantara dua tekanan yaitu Rusia dan NATO. Pada saat itu Leonid M. Kravchuk, presiden Ukraina, berusaha memperkuat kedaulatan Ukraina dan meningkatkan hubungan dengan Barat walaupun ia memiliki hubungan yang dekat dengan Rusia. Kravchuk mempertahankan hubungan Ukraina dengan Moskow, terutama untuk mencegah negaranya jatuh ke kehancuran ekonomi. Meskipun demikian, ia terus berada dalam poisis sebagai presiden sebuah firm kepunyaan NATO. Ia bahkan pernah menyerukan kalimat The best guarantee to Ukraines security would be membership to NATO10 Dengan pernyataan ini, Ukraina memang berkeinginan untuk masuk menjadi anggota NATO.Derek W. Young, Analyzing Ukraines Prospects For Nato Membership, diunduh dari http://calhoun.nps.edu/public/bitstream/handle/10945/3726/08Dec_Young.pdf?sequence=110

7

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

Saat posisi Kravchuk digantikan oleh Leonid Kuchma pada tahun 1994 sebagai presiden Ukraina, Kuchma mengeluarkan kebijakan mnogovektornost atau kebijakan yang menekankan penempatan Ukraina seimbang antara hubungannya dengan Rusia maupun dengan Barat. Pada awalnya Kuchma sempat ragu atas intensi NATO untuk melakukan perluasan keanggotaan ke arah Timur. Namun semenjak kunjungan Presiden AS Bill Clinton berkunjung ke Kiev pada Mei 1995, sikapnya berubah dan mendukung perluasan NATO dan yakin bahwa NATO akan menciptakan kestabilan di Eropa Timur.11 Selama sepuluh tahun masa kepemimpinannya, hubungan NATO dan Ukraina semakin erat dengan adanya beberapa perjanjian dan kebijakan. Pada tahun 2004, Viktor Yushchenko terpilih menjadi presiden setelah adanya gejolak politik yaitu Orange Revolution. Presiden Yuschenko sangat mendukung keanggotaan NATO bagi Ukraina. Pada tahun 2008 terdapat perundingan dengan NATO mengenai Membership Action Plan (MAP). Akan tetapi kurangnya konsensus domestik pada keanggotaan NATO dapat membuat sulit bagi pemerintah Ukraina masa depan untuk secara konsisten memenuhi persyaratan sebuah MAP. Pada bulan Februari 2008, setelah banyak kritik tekanan baik dari masyarakat maupun Rusia atas keputusannya untuk memenuhi prosedur MAP NATO, Presiden Yuschenko mengatakan bahwa Ukraina tidak akan mengizinkan pembentukan pangkalan NATO di wilayah Ukraina.12 Ini merupakan langkah mundur yang dilakukan oleh pemerintahan Ukraina. Padahal selama ini sudah berusaha mendapatkan simpati NATO agar bisa dijadikan anggotanya. Akan tetapi langkah tersebut dilakukan agar Rusia tidak semakin meradang. Menyinggung sedikit mengenai politik dalam tataran internasional (pada bagian selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut), pada KTT NATO di Bucharest tahun 1998 menghasilkan hasil yang ambigu karena sebagian anggota NATO setuju atas pemberian status MAP tehadap Ukraina akan tetapi banyak juga yang menolak. Hasil ambigu tersebut menimbulkan berbagai reaksi dalam domestik Ukraina.13 Presiden Yushchenko dan pemerintah Ukraina memuji KTT itu sebagai batu loncatan bagi jalan Kiev menuju keanggotaan NATO, merujuk pernyataan bahwa NATO mengakui Ukraina ke dalam aliansi. Sebaliknya, Yanukovych dan oposisi memuji penolakan MAP dan melihatnya sebagai pukulan untuk pro-NATO kebijakan Yushchenko.

11 12

Ibid., Ibid., 13 Vincent Morelli, et.all, Op.Cit

8

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

Isu rencana keanggotaan NATO perlahan hilang dari agenda politik Ukraina pada tahun 2009 sehubungan dengan banyaknya masalah yang lebih penting untuk diselesaikan oleh pemerintah. Terlebih lagi Presiden Yushchenko tidak terpilih kembali dalam pemilihan umum tahun 2010 dan digantikan oleh Viktor Yanukovych dari partai oposisi yang menentang rencana masuknya Ukraina kedalam keanggotaan NATO. Dengan demikian, Ukraina perlahan menjauh dari Barat dan mulai mendekat kembali ke Rusia mengingat sekarang pemimpinnya merupakan orang yang anti-Barat dan cenderung proRusia.

II.1.2 Faktor Opini Publik Masyarakat Ukraina Opini publik masyarakat Ukraina adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam perjuangan Pemerintah Ukraina untuk memperoleh keanggotaan NATO. Hal ini tidak lepas dari fakta bahwa masyarakatlah yang memegang peranan akan memilih partai politik di Ukraina sesuai dengan ideologi dan rencana kebijakan kedepannya bagi Ukraina. Pada kenyataannya, tantangan domestik terbesar Ukraina dalam hal proposal masuknya Ukraina ke NATO memang datang dari masyarakat. Survei opini publik memeperlihatkan bahwa hanya sedikit dari populasi rakyat Ukraina yang setuju atas rencana masuknya Ukraina sebagai anggota NATO.14 Pada tabel dibawah ini, menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Ukraina masih memandang NATO masih berupa ancaman. Pada tahun 2009, sekitar 40% masih menganggap NATO sebagai sumber ancaman bagi Ukraina meskipun angka ini sudah turun 3% dari tahun sebelumnya. Hanya 17% yang menganggap bahwa NATO akan memberikan perlindungan bagi Ukraina. Presentase ini sangat kecil

Tabel 2.1: Persepsi Masyarakat Ukraina Terhadap NATO15

14 15

Ibid., Julie Ray and Neli Esipova, Ukrainians Likely Support Move Away From NATO diakses dari http://www.gallup.com/poll/127094/ukrainians-likely-support-move-away-nato.aspx

9

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

Kemudian, sikap atau persepsi masyarakat Ukraina terhadap NATO akan berbeda presentasenya ditiap wilayah geografis Ukraina. Jika dilihat dari pesebaran menurut letak geografisnya, kebanyakan masyarakat yang pro-NATO berada dibagian barat saja. Sedangkan dibagian timur, tengah, dan selatan Ukraina mayoritas menolak NATO. Ini bisa dilihat dalam peta pesebaran dibawah ini.

Gambar 2.1: Peta Pesebaran Persepsi Masyarakat Ukraina Terhadap Perluasan NATO16 Opini publik Ukraina memang terbagi sebagian besar berdasarkan garis daerah. Masyarakat yang tinggal di selatan, tengah dan timur Ukraina cenderung menentang keanggotaan NATO karena orang-orang di daerah ini cenderung berbahasa Rusia dan mendukung hubungan dekat dengan Rusia. Mereka umumnya menentang keanggotaan NATO karena mereka takut bahwa itu akan memperburuk hubungan dengan Rusia.17 Kemudian banyak yang mendukung keanggotaan NATO berasal dari barat Ukraina dimana berbahasa Ukraina, curiga terhadap Rusia dan mendukung untuk Ukraina memilikiValeriy Chaly dan Mykhailo Pashkov, Nato-Ukraine Relations In The Public Focus dalam Razumkov Centre Sociological Service, diunduh dari http://www.razumkov.org.ua/additional/article_pashkov_chaly_NSD32_eng.pdf 17 Derek W. Young, Op.Cit.16

10

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

orientasi ke barat. Walaupun demikian, wilayah barat Ukraina jauh lebih padat dari wilayah timur Ukraina, di mana sebagian besar kapasitas industri negara itu terkonsentrasi disitu. Pada masyarakat di daerah timur, selain adanya sentimen pro-Rusia, banyak orang di wilayah ini masih menyimpan kenangan buruk invasi Soviet di Afghanistan, di mana warga Ukraina dipaksa untuk berpartisipasi dengan mengadakan wajib militer.18 Mereka takut bahwa keanggotaan NATO dapat mengembalikan mereka ke Afghanistan lagi dan dalam konflik serupa dimana NATO terlibat. Kemudian sebuah survey memperlihatkan bahwa pada dasarnya sebagian besar masyarakat Ukraina menilai kepemimpinan pemerintahan yang saat itu dipegang oleh Viktor Yushchenko berada dijalan yang salah. Seperti yang sudah dibahas dalam sub-bab sebelumnya, Yushchenko merupakan salah satu pihak yang pro-Barat. Dengan presentase 65%, ini menandakan bahwa masyarakat Ukraina sebetulnya tidak menyukai sikap kebijakan luar negeri pemerintahan yang cenderung ke Barat pada masa kepemimpinan Yushchenko.

Grafik 2.2: Presepsi Masyarakat Ukraina terhadap Arah Kebijakan Pemerintah19 Selain masalah tersebut, persepsi masyarakat Ukraina juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Sebagian masyarakat Ukraina takut akan keanggotaan Ukraina dalam NATO

18 19

Ibid.,

Neli Esipova dan Cynthia English, Ukrainians May Oppose Presidents Pro-Western Goals, diunduh dari http://www.gallup.com/poll/110848/Ukrainians-May-Oppose-Presidents-ProWestern-Goals.aspx

11

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

bisa memperburuk hubungannya dengan Rusia. Jika hubungan dengan Rusia buruk, maka perekonomian nasional Ukraina akan ikut memburuk juga seiiring fakta bahwa Ukraina masih bergantung pada Rusia khususnya dibidang pasokan energi. Ukraina bergantung pada Rusia untuk sebagian besar kebutuhan energinya. Sekitar 75 persen dari gas Ukraina masuk melalui pipa dari Rusia, dan sekitar setengah dari total konsumsi energi Ukraina berasal dari gas alam. Kebanyakan rumah Ukraina dipanaskan oleh gas alam; kemudian industri baja dan lainnya hampir sepenuhnya tergantung pada gas. Kehilangan akses ke gas ini akan menghancurkan industri Ukraina dan merusak perekonomian secara keseluruhan.20 Ditambah lagi Ukraina mendapat tambahan pendapatan dari biaya transit dari sistem pipa-pipa gas Rusia yang menuju Eropa Barat sekitar 2 persen dari produk domestik bruto (PDB). Pemotongan pasokan gas ke Ukraina oleh Rusia pada Tahun Baru tahun 2006 datang sebagai tamparan bagi dunia Barat dan juga rakyat Ukraina secara keseluruhan yang sebelumnya relatif puas tentang ketergantungan energi negara mereka pada tetangga utaranya.21 Ketika itu Ukraina sedang dalam musim dingin dimana seluruh warganya membutuhkan pasokan gas sebagai bahan bakar pemanas di rumah-rumah mereka. Maka, saat pemotongan pasokan gas ke Ukraina dipotong oleh Rusia, rumah-rumah masyarakat Ukraina tidak mendapatkan pasokan gas untuk menghangatkan diri padahal cuaca sedang dalam keadaan yang sangat dingin. Ini lah yang menjadi keresahan masyarakat Ukraina dan juga ancaman yang serius bagi pemerintahannya. Ketegangan ini terus berlanjut hingga tahun 2009 dimana Rusia telah 3 kali menghentikan pasokan gasnya ke Ukraina dan berdampak pada negara eropa lainnya juga. Pemotongan pasokan ini diduga sebagai reaksi Rusia terhadap kepemimpinan Yanukovych yang pro-barat Dengan demikian, secara langsung faktor ketergantungan ekonomi serta energi Ukraina terhadap Rusia ikut andil dalam pembentukan persepsi masyarakat Ukraina terhadap NATO selain karena faktor historis dan bahasa serta kedekatan wilayah. Secara singkat, bisa dikatakan bahwa sebagian besar rakyat Ukraina secara tidak langsung menolak rencana Ukraina untuk menjadi anggota NATO.

20

Richard B. Andres and Michael Kofman, "European Energy Security: Reducing Volatility of Ukraine-Russia Natural Gas Pricing Disputes" dalam INSS STRATEGIC FORUM, Februari 2011, diunduh dari http://www.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/a545411.pdf 21 Zeyno Baran dan Emmet Tuohy, "Energy Security: Ukraines Existential Challenge" dalam Center For Eurasian Policy, Juli 2006, diunduh dari http://www.hudson.org/files/publications/EnergySecurity.pdf

12

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

II.2 Aspek Politik Internasional Dalam sub-bab ini akan menjelaskan dan menganalisis aspek politik pada level internasional termasuk juga regional terhadap kemungkinan keanggotaannya ke dalam NATO. Aspek politik internasional juga turut mempengaruhi suatu negara dalam pengambilan keputusan terutama dalam kebijakan luar negerinya.

II.2.1 Faktor Sikap Pendirian NATO terhadap Ukraina Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kerjasama NATO dengan Ukraina memang sudah dilakukan sejak tahun 1990-an dan terus meningkat levelnya hingga hampir mencapai MAP dimana level terakhir sebelum masuk sebagai anggota NATO. Pada tahun 2008, pejabat Amerika Serikat mengingatkan bahwa harus ada dukungan terhadap pemenuhan spesifiakasi MAP dalam segal spectrum pemerinthan di Ukraina dengan terus melakukan reformasi militer dan Ukraina harus melakukan sosialisasi yang serius untuk mendidik masyarakat Ukraina tentang NATO. AS juga memperingatkan agar jangan sampai terlalu dini memutuskan keanggotaan Ukraina. Namun sebenarnya AS melalui Bush yang tengah menjabat sebagai presiden saat itu setuju untuk mendukung pemberian status MAP terhadap Ukraina. Akan tetapi sebagian negara Eropa Barat ragu akan hal itu karena merasa keadaan Ukraina masih lemah terhadap pemenuhan klasifiaksi MAP.22 Bahkan Jerman dan Perancis juga merasa ragu dan lebih memilih untuk menjaga hubungan baik dengan Rusia. Pada Bucharest Summit tahun 2008, sekutu menolak untuk menawarkan status MAP pada Ukraina. Akan tetapi mengingat peranan Ukraina yang cukup besar dalam operasi perdamaian NATO, mereka pada pertemuan selanjutnya mengatakan bahwa Ukraina bisa saja memperjuangkan status MAP. Keputusan yang ambigu ini banyak menimbulkan pertanyaan bahwa apakah NATO benar-benar ingin menginginkan Ukraina untuk masuk kedalam keanggotaan atau justru menahannya terlebih dahulu. Sepertinya tidak terjadi sebuah konsensus diantara negara-negara anggota menyikapi kasus Ukraina ini. Terdapat dua kubu yang setuju pemberian status MAP pada Ukraina dan ada juga yang menolak.23 Pihak yang setuju menganggap bahwa pemberian MAP ini bisa memberikan shock therapy bagi Rusia untuk tidak berlaku aggressor. Akan tetapi bagi yang menolak,

22 23

Vincent Morelli, et.all, Op.Cit. Ibid.,

13

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

pemberian status MAP justru akan menurunkan kepercayaan Rusia terhadap NATO dan memperburuk hubungan antara keduanya. Pada akhir 2008, Menteri Luar Negeri NATO secara resmi menolak memberikan status MAP pada Ukraina. Sebagai gantinya, mereka setuju untuk bekerja dengan Ukraina dalam "Annual National Programs" di framework NATO-Ukraine Commission untuk membantu mewujudkan reformasi. Pendekatan ini banyak dipandang sebagai jalan pintas untuk menuju keanggotaan NATO. Akan tetapi Perancis dan Jerman dengan tegas menyatakan bahwa klasifikasi MAP masih tetap diperlukan. Dengan demikian, jika dilihat dari faktor sikap pendirian NATO, maka masih ada pertentangan didalam NATO sendiri mengenai pemberian status MAP pada Ukraina. Ini tentunya tidak menguntungkan bagi Ukraina karena nasibnya masih belum jelas untuk mencapai keanggotaan NATO

II.2.2 Faktor Pengaruh Negara Besar: Rusia Rusia merupakan negara yang mempengaruhi dalam rencana perjalanan Ukraina memperoleh keanggotaan di NATO. Secara geografis, letak Ukraina yang berbatasan secara langsung dengan Ukraina memberikan rasa tidak aman apabila Ukraina menjadi negara NATO. Ini sama saja menaruh senjata musuh di halaman belakang Rusia. Rusia sepertinya tidak ingin mengulangi kesalahannya membiarkan negara-negara Baltik menjadi negara anggota NATO. Secara historis-poltik, bagi Rusia, dengan adanya perluasan keanggotaan, NATO dianggap telah menyalahi tiga prinsip dasar dalam CSCE yang sangat fundamental yaitu keamanan tidak dapat dipisahkan (indivisible), bersama-sama (mutual) dan kooperatif (cooperative). Dengan adanya ekspansi ini, NATO dianggap seolah-olah telah membuat garis pemisah dalam sistem keamanan Eropa.24 Rusia menganggap NATO telah tidak adil untuk mengecualikan Rusia dari tempat yang seharusnya. Moskow melihat proses ekspansi NATO ini as the creation of a buffer zone in reverse, a means to isolate the new Russia from continental Europe.25 Dengan kata lain, Rusia merasa kembali diisolasi dari wilayah Eropa kontinental lainnya. Dengan masuknya negara-negara Baltik yang notabene berbatasan secara langsung dengan Rusia dan merupakan pintu gerbang antara NATO dan Rusia, negara-negara Baltik tersebut dianggap Rusia sebagai red-line. Red-line berarti sebuah batas dimana memperingatkan

Mira Permatasari, Dampak Perluasan Keanggotaan NATO terhadap Hubungan NATO-Rusia, dalam Jurnal Pertahanan Indonesian Defense University Edisi I, hal. 78, 25 Ibid.,24

14

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

pihak NATO untuk tidak menembus batas tersebut. Karena berbatasan langsung, pihak Rusia menganggap keanggotaan negara-negara Baltik kedalam NATO sebagai sebuah ancaman bagi keamanan militer Rusia dan Ukraina juga termasuk kedalam red-line Rusia tersebut. Pemimpin Rusia tampaknya tidak puas dengan hasil pertemuan NATO pada 2008 di Bucharest, meskipun fakta bahwa Ukraina gagal ditawarkan status MAP. Kemudian Presiden Putin bereaksi keras terhadap usaha NATO atas keanggotaan untuk Ukraina. Rusia melihat bahwa negara bekas Soviet itu sebagai kawasan yang berada di dalam lingkup pengaruhnya, di mana negara-negara Barat dan lembaga harus memainkan peran kecil. Rusia tentunya mearuh curiga terhadap kehadiran NATO disana. Pada tanggal 14 Februari 2008, dalam menanggapi isu tentang keanggotaan Ukraina di NATO, maka Presiden Putin memperingatkan bahwa Rusia mungkin terpaksa mengambil tindakan militer, termasuk mengarahkan rudal ke Ukraina, jika Kiev menginjinkan adanya pangkalan militer NATO disana.26 Selain penggunaan militer dan juga rudal nuklir. dapat dikatakan bahwa energi merupakan senjata yang tepat bagi Rusia untuk memainkan politik luar negerinya terhadap Ukraina. Dengan ketergantungan Ukraina terhadap gas Rusia, maka ini menjadi kelemahan Ukraina dan akan membuat negaranya merasa tidak aman terus terhadap pasokan energi utamanya yang mungkin sewaktu-waktu akan dipotong oleh Rusia. Permasalahan perselisihan gas yang tadinya hanya melibatkan perusahaan gas dimasing-masing negara, berubah menjadi isu politik yang mengancam Ukraina itu sendiri terutama permasalahan kedekatannya dengan NATO. Ketidakamanan terhadap pasokan energi ini tentu mengancam ekonomi dan masyarakat Ukraina serta kedaulatan negara Ukraina itu sendiri karena bisa diintervensi oleh Rusia.

26

Vincent Morelli, et.all, Op.Cit.

15

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

BAB III KESIMPULAN

Pada akhirnya, jawaban atas pertanyaan permasalahan Bagaimana kemungkinan masuknya Ukraina kedalam Keanggotaan NATO dilihat dari aspek domestik dan internasional? adalah untuk waktu dekat kemungkinannnya sangat kecil. Jawaban tersebut didapat setelah melakukan pengkajian terhadap aspek-aspek domestik dan internasional sesuai dengan teori yang digunakan dalam makalah ini yaitu Two-Level Game Theory. Dari aspek level domestik, faktor sikap pemerintah Ukraina pada awal kemerdekaan hingga tahun 2009 sangat memperjuangkan agar Ukraina masuk kedalam keanggotaan NATO. Akan tetapi sejak perubahan kepemimpinan pada tahun 2010 yang jatuh ketangan oposisi yang anti-Barat dan cenderung pro-Rusia mengakibatkan agenda rencana keanggotaan NATO hilang secara perlahan. Selain faktor sikap pemerintah, faktor lain yaitu opini publik masyarakat Ukraina juga sebagian besar tidak setuju akan NATO. Hal ini yang menghambat proses rencana masuknya Ukraina kedalam keanggotaan NATO. Kemudian dari aspek level internasional, faktor sikap NATO yang masih terpecah dalam rencana pemberian status MAP juga turut menghambat. Selain itu faktor keberadaan Rusia yang juga memegang pengaruh besar juga sangat berpengaruh mengingat Ukraina masih tergantung pada kebutuhan pasokan gas Rusia. Dengan demikian, memang pada waktu dekat kemungkinan Ukraina untuk masuk menjadi anggota NATO masih kecil. Jika Ukraina masih ingin tetap berada dalam jalur yang tepat dalam proses keanggotaan NATO, maka pemimpin Rusia harus jatuh ketangan proBarat terlebih dahulu. Setelah itu baru pemerintah harus meyakinkan masyarakatnya agar tercipta konsensus untuk mendukung pemerintahan. Mengenai sikap NATO yang terbelah bisa diatasi apabila Ukraina telah melakukan reformasi dan adanya konsensus dalam domestik yang secara penuh mendukung Ukraina masuk kedalam keanggotaan NATO. Pada akhirnya, faktor Rusia lah yang menjadi hambatan terbesar karena akan menyangkut kestabilan sistem di Eropa.

16

Diky Avianto (0906636674) Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Analisis Kemungkinan Masuknya Ukraina Sebagai Anggota NATO

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Jurnal Andres, Richard B. dan Michael Kofman. 2011. "European Energy Security: Reducing Volatility of Ukraine-Russia Natural Gas Pricing Disputes" dalam INSS STRATEGIC FORUM Baran, Zeyno dan Emmet Tuohy. 2006. "Energy Security: Ukraines Existential Challenge" dalam Center For Eurasian Policy Chaly, Valeriy dan Mykhailo Pashkov. 2002. Nato-Ukraine Relations In The Public Focus dalam Razumkov Centre Sociological Service Esipova , Neli dan Cynthia English. 2009. Ukrainians May Oppose Presidents Pro-Western Goals Hyde-Price, Adrian. 2000 The Antinomies of European Security: Dual Enlargement and the Reshaping of European Order, dalam Contemporary Security Studies, Vol. 21 No. 3 Kriendler, John. 2007. Ukrainian Membership in NATO: Benefits, Costs, Misconceptions and Urban Legends dalam Conflict Studies Research Centre, Defence Academy of the United Kingdom Morelli, Vincent. et.all. 2009. NATO Enlargement: Albania, Croatia, and Possible Future Candidates, dalam Congressional Research Service Journal Permatasari, Mira. 2010 Dampak Perluasan Keanggotaan NATO terhadap Hubungan NATO-Rusia, dalam Jurnal Pertahanan Indonesian Defense University Edisi I Putnam, Robert D. 1988 . "Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games", dalam International Organization. 42 (Summer 1988) Ray, Julie dan Neli Esipova. 2002. Ukrainians Likely Support Move Away From NATO Young, Derek W. 2009. Analyzing Ukraines Prospects For Nato Membership Situs Website _______, Nato denies Georgia and Ukraine, dalam BBC News 3 April 2008 , diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/7328276.stm _______, Early NATO Membership Unlikely for Georgia, Ukraine, dalam VOA News November 02, 2009, diakses dari http://www.voanews.com/content/a-13-2009-09-04-voa5768793252/411505.html _______, NATOs relations with Ukraine diakses dari http://www.nato.int/cps/en/SID72DCA8E7-FB029D30/natolive/topics_37750.htm?

17