Digital 20316811 S42408 Kinerja Katalis
-
Upload
ahmad-faisal -
Category
Documents
-
view
44 -
download
1
description
Transcript of Digital 20316811 S42408 Kinerja Katalis
-
UNIVERSITAS INDONESIA
Kinerja Katalis Praseodimium Oksida/Alumina untuk
Meningkatkan Bilangan Oktan Bensin
SARI PRATIWI
(0806456820)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, JANUARI 2012
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
i
UNIVERSITAS INDONESIA
Kinerja Katalis Praseodimium Oksida/Alumina untuk
Meningkatkan Bilangan Oktan Bensin
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
SARI PRATIWI
(0806456820)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, JANUARI 2012
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : SARI PRATIWI
NPM : 0806456820
Tanda Tangan :
Tanggal : 19 Januari 2012
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Sari Pratiwi
NPM : 0806456820
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Skripsi :
KINERJA KATALIS PRASEODIMIUM OKSIDA/ALUMINA
UNTUK MENINGKATKAN BILANGAN OKTAN BENSIN
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ir. Dewi Tristantini, M.T., PhD. (..)
Pembimbing II : Dr. Eny Kusrini, S.Si (..)
Penguji I : Dr. Ir. Sukirno, M.Eng (..)
Penguji II : Prof. Dr. Ir. M. Nasikin, M.Eng (..)
Penguji II : Elsa Krisanti Mulia, PhD. (..)
Ditetapkan di : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Tanggal : 19 Januari 2012
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerah-Nyalah skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi persyaratan menjadi
Sarjana Teknik Kimia di Universitas Indonesia dan menambah pengetahuan dan
wawasan mahasiswa mengenai topik pembuatan katalis untuk reaksi amidasi
dari aldehid dan amina.
Dalam penyelesaian skripsi ini, saya banyak mengalami kesulitan,
namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Dewi Tristantini, M.T., PhD yang sangat sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada saya serta telah memberikan
kepercayaan, kesempatan, dan support kepada saya.
2. Ibu Dr. Eny Kusrini, S. Si sebagai pembimbing kedua saya. 3. Bapak Dr. Ir. Sukirno, M.Eng, Prof. Dr. Ir. M. Nasikin, M.Eng dan Ibu Elsa
K, PhD selaku dewan penguji
4. Bapak Ir. Murdiman dan Ibu Murdiati, S.Pd , selaku orang tua saya yang selalu mendoakan yang terbaik untuk saya
5. Denar Mawatama, SE., Reawal Pandega, SE, dan Putri Sawitri, selaku saudara kandung saya yang selalu membantu saya.
6. Mang Ijal, Mang Djajat, Mas Taufik, Mas Heri, Mas Eko, dan Mbak Tiwi atas bantuan mereka selama proses penelitian di laboratorium DTK
7. Teman- teman TK 2008, dan senior atas support nya. 8. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Harapan penulis, skripsi ini dapat membuat pembaca mengerti tentang
pemanfaatan lantanida khususnya katalis praseodimium termodifikasi untuk
meningkatkan bilangan oktan bensin serta bermanfaat bagi pembaca
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar
skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
v
Depok, Januari 2012
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Sari Pratiwi
NPM : 0806456820
Program Studi : Teknik Kimia
Departemen : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Kinerja Katalis Praseodimium Oksida/Alumina untuk Meningkatkan
Bilangan Oktan Bensin
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Departemen Teknik Kimia
Pada tanggal : Kamis, 19 Januari 2012
Yang menyatakan
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
vi
( Sari Pratiwi )
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Sari Pratiwi
NPM : 0806456820
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Skripsi : Kinerja Katalis Praseodimium Oksida/Alumina untuk
Meningkatkan Bilangan Oktan Bensin
Katalis Praseodimium oksida/alumina (PrO2/Al2O3) dengan variasi kandungan
praseodimium (0,01 0,03 % (b/b)) dipreparasi secara dry-impregnation menggunakan larutan garam Pr(NO3)3
.6H2O pada penyangga -Al2O3. Katalis
PrO2/Al2O3 diuji aktivitasnya untuk meningkatkan bilangan oktan bensin. Reaksi
dilakukan dalam reaktor batch berpengaduk pada tekanan atmosferik dan suhu
40C dengan waktu bervariasi 20, 50, dan 80 menit. Katalis PrO2/Al2O3 menunjukkan keaktifan dalam menaikan bilangan oktan. Katalis yang dihasilkan
dikarakterisasi dengan BET, ICPS, dan SEM-EDX. Kenaikan bilangan oktana
bensin dianalisis menggunakan octane meter. Dari hasil octane-meter diketahui
peningkatan bilangan oktan bensin tertinggi sebesar 1,9 dengan menggunakan
katalis 0,03% PrO2/Al2O3. Berdasarkan GC-MS, kenaikan bilangan oktan bensin
dianalisis melalui % peak area masing-masing senyawa C8 hidrokarbon
bercabang dan benzena sebesar 4,39 dan 26,08% berbanding dengan 4,16 dan
24,06% untuk bensin komersial. Bilangan oktan meningkat dengan penambahan
prosentase praseodimium dalam katalis, namun tidak dipengaruhi waktu reaksi.
Metode dry-impregnation berhasil dilakukan terbukti dengan terjadinya
penurunan luas permukaan katalis seiring penambahan praseodimium. SEM
menunjukkan adanya praseodimium di permukaan alumina, sedangkan analisis
EDX dan ICPS mengidentifikasi adanya kandungan alumunium yang menurun
sesuai dengan penambahan praseodimium.
Kata kunci : Alumina; Bensin; Bilangan oktan; Praseodimium
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Sari Pratiwi
Student number : 0806456820
Major : Chemical Engineering
Script title : Performance of Praseodymium Oxide/Alumina Catalyst
to increase the Gasoline Octane Number
Praseodimium oxide/alumina oxide (PrO2/Al2O3 ) Catalyst with various
compositions of PrO2 (0,01-0,03 wt%) are prepared by dry-impregnation using
salt solution Pr(NO3)36H2O and -Al2O3 as support. The activeness of Catalyst PrO2/Al2O3 is tested to increase gasoline octane number. This reaction is done in
stirred reactor batch at atmospheric pressure and temperature around 400C with
time variations of 20, 50, and 80 minutes. PrO2/Al2O3 catalyst shows the
activeness in increasing octane number. Catalyst is characterized using BET,
ICPS, and SEM-EDX methods. Gasoline is analyzed using octane meter and GC-
MS. From the result of octane meter, it shows the increasing of gasoline octane
number, which used 0,03%PrO2/Al2O3 catalyst showed the highest octane number
increase up to 1,9. Besides that, the increasing of octane number is analyzed
through the increase of %peak area of iso-octane and benzene compound from
GC-MS as 4,39 and 26,08 respectively compared to 4,16 and 24,06% of comercial
gasoline. Octane number increase with the increment of praseodimium
percentages in catalyst, but it doesnt influent the reaction time. Dry- impregnation method is successfully done proofed by the reduction of catalyst
surface area with the increment of Praseodymium. SEM shows that the existing
of PrO2 on Al2O3 surface, but the EDX and ICPS analysis identify the decreasing
of aluminium composition with the increment of praseodymium.
Keyword : Alumina; gasoline; octane number; praseodymium
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..............................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vi
ABSTRACT .........................................................................................................vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xii
1. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................3
1.4 Batasan Penelitian ........................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................4
2.1 Bensin ..........................................................................................................4
2.2 Reaksi reaksi dalam Meningkatkan Bilangan Oktan ................................10
2.2.1 Catalytic Cracking ..................................................................................10
2.2.2 Isomerisasi ...............................................................................................13
2.3 Katalis ..........................................................................................................14
2.3.1 Support ....................................................................................................15
2.3.2 Active Site ................................................................................................16
2.4 Katalis PrO2/Al2O3 .......................................................................................18
2.4.1 Mekanisme Reaksi Katalis PrO2/Al2O3 dalam Meningkatkatkan
Bilangan Oktan Bensin ............................................................................18
2.4.2 Metode preparasi dan karakterisasi katalis PrO2/Al2O3 ..........................19
3. METODE PENELITIAN .............................................................................21
3.1 Variabel Bebas dan Terikat ..........................................................................21
3.2 Bahan dan Alat .............................................................................................21
3.2.1 Bahan .......................................................................................................21
3.3.2 Alat ..........................................................................................................22
3.3 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................22
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
x Universitas Indonesia
3.4 Prosedur Penelitian ......................................................................................22
3.4.1 Pembuatan Katalis ...................................................................................23
3.4.2 Karakterisasi Katalis ...............................................................................24
3.4.2.1 BET .......................................................................................................24
3.4.2.2 ICPS ......................................................................................................25
3.4.2.3 SEM-EDX .............................................................................................25
3.4.3 Pengujian Aktifitas Katalis ......................................................................25
3.4.5.1 Octane-Meter ........................................................................................27
3.4.5.2 GC-MS ..................................................................................................27
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................28
4.1 Katalis yang Dihasilkan ...............................................................................28
4.2 Karakterisasi Katalis ....................................................................................28
4.2.1 BET .........................................................................................................28
4.2.2 ICPS ........................................................................................................29
4.2.3 SEM-EDX ...............................................................................................30
4.3 Keaktifan Katalis dalam Meningkatkan Bilangan Oktan Bensin ................32
4.3.1 Octane Meter ...........................................................................................33
4.3.2 GC-MS ....................................................................................................35
5. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................37
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................37
5.2 Saran .............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 38
LAMPIRAN ........................................................................................................ 40
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
xi Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Spesifikasi praseodimium ..................................................................... 7
Tabel 2.2 Spesifikasi bensin dengan bilangan oktan 88 ....................................... 17
Tabel 2.3 Hubungan antara G dan K diprediksi dari persamaan
G = -RT ln K .................................................................................... 19
Tabel 4.1 Hasil uji BET ........................................................................................ 30
Tabel 4.2 Hasil uji ICPS ....................................................................................... 31
Tabel 4.3 Hasil uji SEM-EDX .............................................................................. 33
Tabel 4.4 Hasil Bilangan oktan bensin ................................................................. 34
Tabel 4.5 Hasil uji GC-MS ................................................................................... 36
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perengkahan cincin aromatic ..........................................................11
Gambar 2.2 Reaksi hidrogen transfer..................................................................11
Gambar 2.3 Reaksi pertukaran ion karbonium ...................................................11
Gambar 2.4 Reaksi dehidrasi alumina. ...............................................................16
Gambar 2.5 Sisi asam Bronsted pada alumina ........................................................16
Gambar 2.6 Reaksi konversi n-heksana ..............................................................19
Gambar 2.7 Dry-imgregnation ............................................................................20
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian. ...................................................................22
Gambar 3.2 Diagram alir pembuatan katalis.......................................................24
Gambar 2.3 Diagram alir uji aktifitas katalis ......................................................27
Gambar 3.4 Octane meter seri Shatox ZX 101C ...............................................28
Gambar 4.1 Hasil uji SEM katalis (a) Al2O3 (b) 0,01% PrO2/Al2O3
(c) 0,03% PrO2/Al2O3 .......................................................................32
Gambar 4.2 Grafik pengaruh kandungan praseodimium dalam katalis
PrO2/Al2O3 terhadap bilangan oktan bensin.....................................35
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil penelitian ................................................................................40
Lampiran 2 Data hasil BET.................................................................................41
Lampiran 3 Data hasil ICPS ................................................................................43
Lampiran 4 Data hasil SEM-EDX ......................................................................44
Lampiran 5 Gambar hasil SEM-EDX. ................................................................45
Lampiran 6 Data hasil pengukuran bilangan oktan.............................................50
Lampiran 7 Data hasil GC-MS ...........................................................................52
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi yang dibutuhkan di Indonesia terus meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi-teknologi baru yang membutuhkan energi lebih. Hal
tersebut ditunjukkan dengan produksi kendaraan bermotor keluaran tahun 2005 ke
atas yang memiliki mesin berteknologi terbaru, sehingga diperlukan bahan bakar
berbilangan oktan yang lebih tinggi untuk menyesuaikannya (Buchanan et al.,
2001). Mesin kendaraan bermotor memerlukan jenis bensin dengan jumlah
bilangan oktan RON yang sesuai compression ratio mesin itu sendiri agar dapat
bekerja secara optimal. Bilangan oktan bensin dapat ditingkatkan dengan
menambahkan Tetra Ethyl Lead (TEL), namun peneliti menemukan kelemahan
TEL, yaitu dapat menimbulkan emisi bahan bakar yang membahayakan kesehatan
manusia. Banyak penelitian dilakukan untuk menemukan bahan yang dapat
menaikan angka oktan bensin sebagai pengganti TEL (Khaeruddin et al., 2007)
diantaranya menggunakan naphthalene (Tirtoatmodjo, 2011). Salah satu proses
yang dapat dilakukan untuk menaikkan bilangan oktan bensin atau gasoline ini
dengan menggunakan reaksi catalytic cracking (perengkahan katalitik) yaitu
reaksi merengkah dengan bantuan katalis.
Penelitian perengkahan katalitik pada umumnya menggunakan zeolit
(Xian et al., 2010) dan logam golongan utama (Myrstad, 1996). Penggunaan
ZSM-5 dan Al pada reaksi perengkahan katalitik dapat menaikkan bilangan oktan
hingga >80 pada suhu 550- 650oC (Xian et al., 2010). Penambahan vanadium
pada nikel meningkatkan aktifitas katalis sehingga dapat menaikkan bilangan
oktan pada gasoline (Myrstad, 1996). Pada penelitian tersebut belum dapat
dihasilkan bilangan oktan yang melebihi standar premium yaitu 88, melainkan
hanya sebesar 86. Pencampuran zeolit dan logam golongan utama (Li, Mg, Ca,
dan Al) yang dilakukan menghasilkan bilangan oktan yang tinggi (Lugstein et al.,
1998). Namun demikian, percobaan ini memerlukan biaya yang lebih mahal
karena komposisi dari logam golongan utama lebih besar, sehingga kurang efisien
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
2
Universitas Indonesia
dalam penggunaannya. Proses peningkatan bilangan oktan bensin juga telah
dilakukan oleh Vino (Hasyim, 2010). Penelitian tersebut menghasilkan
peningkatan bilangan oktan bensin sebesar 1,6 dengan menggunakan katalis
komplek nano partikel Pr/EDTA/Zeolit klipnotilolit.
Dalam beberapa tahun terakhir, karakterisasi berbasis campuran oksida
telah menarik banyak perhatian ilmuwan untuk tekstur yang luar biasa,
peningkatan kapasitas penyimpanan oksigen, dan ketahanan sintering
dibandingkan dengan lantanida murni. Dilaporkan bahwa kombinasi dari dua
oksida logam praseodimium dan alumina dapat memberikan aktifitas katalitik
yang baik. Alumina memiliki luas permukaan yang tinggi dan stabilitas mekanis,
sangat cocok sebagai penyangga katalis (Laosiripojana et al., 2005). Deposisi
sejumlah kecil dari lantanida ke dalam penyangga katalis dengan luas permukaan
yang tinggi dapat membantu menjaga permukaan logam dan penyangganya pada
temperatur tinggi dan untuk mencegah pembentukan karbon dan proses sintering
dari fase logam aktif. Hal ini juga menghasilkan campuran oksida dengan redoks
yang baik.
Katalis PrO2/Al2O3 dan Pr6O11 juga telah dilakukan. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa katalis yang mengandung praseodimium berikatan lebih kuat
dengan alumina dibandingkan praseodimium murni (Tankov et al., 2011). Dalam
penelitiannya, kandungan praseodimium dalam alumina divariasikan, yaitu 1, 6,
12, dan 20%. Dari variasi ini, didapat kesimpulan bahwa semakin kecil
praseodimium dalam alumina, maka interaksi katalis semakin kuat. Namun
penelitian tersebut belum dilakukan uji aktifitas katalis.
Katalis PrO2/Al2O3 kemungkinan dapat digunakan untuk meningkatkan
bilangan oktan bensin. Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini
dilakukan pembuatan katalis dengan metode yang sama dengan variasi kandungan
praseodimium di bawah 1%, yaitu 0,01% dan 0,03% untuk diuji keaktifannya
dalam meningkatkan bilangan oktan bensin.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
3
Universitas Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana aktifitas katalis PrO2/Al2O3 dalam menaikan bilangan oktan
bensin?
2. Bagaimana pengaruh kandungan praseodimium terhadap sifat fisik dan sifat
kimia dalam katalis PrO2/Al2O3?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui keaktifan katalis PrO2/Al2O3 untuk menaikan bilangan oktan
bensin.
2. Mengetahui pengaruh kandungan praseodimium terhadap sifat fisik dan sifat
kimia dalam katalis PrO2/Al2O3.
1.4 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Katalis yang diuji adalah katalis PrO2/Al2O3 yang dibuat melalui metode
impregnasi
2. Reaktan yang digunakan adalah bensin komersil (premium).
3. Reaktor yang digunakan adalah reaktor tumpak/batch
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori umum tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti
bahan-bahan dalam proses penelitian, katalis dan proses pembuatannya, serta uji
kinerja katalis yang dilakukan.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
4
Universitas Indonesia
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi prosedur penelitian, alat dan bahan yang digunakan, analisa produk, dan
pengolahan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang penyajian data penelitian yang diperoleh, analisis kecendrungan
pada variasi variabel bebas, dan pembahasan mengenai reaksi-reaksi yang terjadi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran untuk
pengembangan penelitian selanjutnya agar lebih baik.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
5 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bensin
Bensin sudah hampir menjadi kebutuhan pokok masyarakat dunia. Bensin
merupakan cairan campuran berbagai bahan yang berasal dari minyak bumi
dengan daya bakar bensin berbeda-beda menurut komposisinya. Ukuran daya
bakar ini dapat dilihat dari bilangan oktan setiap campuran bensin. Di Indonesia,
bensin diperdagangkan dalam dua kelompok besar: campuran standar (disebut
premium dengan standar bilangan oktan adalah 88), dan bensin super (disebut
juga pertamax dengan standar bilangan oktan adalah 92). Spesifikasi gasoline
yang dibuat tersebut mencakup pertimbangan tentang kebutuhan ideal kendaraan
bermotor negara bersangkutan, tingkat ekonomi negara, dan kemampuan
produksinya.
Proses pembuatan gasoline yaitu melalui fraksionasi minyak bumi, yaitu
proses pemisahan hidrokarbon berdasarkan perbedaan titik didih komponen.
Golongan hidrokarbon yang utama adalah (Migas, 2006)
1. Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus (alkana).
Contohnya adalah metana, etana, n-butana, isobutana, isopentana, dan
isooktana. Jumlah senyawa yang tergolong ke dalam senyawa isoparafin jauh
lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-parafin. Tetapi, di dalam
minyak bumi mentah, kadar senyawa isoparafin biasanya lebih kecil daripada
n-parafin.
2. Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Contohnya etilena,
propena, dan butena.
3. Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin.
Senyawa-senyawa kelompok naftena yang banyak ditemukan adalah senyawa
yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah
siklopentana, metal siklopentana dan sikloheksan. Umumnya, di dalam
minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa hidrokarbon
yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
6
Universitas Indonesia
4. Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atom-
atom karbon yang membentuk cincin benzena. Contohnya benzena,
metilbenzena, dan naftalena. Minyak bumi dari Sumatera dan Kalimantan
umumnya memiliki kadar aromat yang relatif besar.
Setelah fraksionasi, bensin diproses lebih lanjut untuk menaikkan bilangan
oktannya. Adapun kualitas gasolin yang ditetapkan sebagai spesifikasi standar
adalah yang dikeluarkan oleh American Petroleum Institute (API) pada tahun
2005. Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari
heptana sampai dengan dodekana. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul
yang hanya terdiri atas hidrogen dan karbon yang terikat satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk rantai.
Salah satu reaksi yang digunakan untuk menghasilkan bensin adalah reaksi
perengkahan dengan katalis (catalytic cracking) khususnya untuk menghasilkan
bilangan oktan yang relatif tinggi dibandingkan bensin biasa (premium). Beberapa
hal yang dipertimbangkan dalam setiap perubahan spesifik bensin antara lain
(Tabel 2.1)
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
7
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Spesifikasi bensin dengan bilangan oktan 88
No Karakteristik Satuan B Batasan
Tanpa
Timbal
Bertimbal
Min Maks Min Maks
1 Bilangan oktan
Riset Bilangan Oktan (RON) RON 88,0 88,0
Motor Bilangan Oktan (MON) Dilaporkan Dilaporkan
2 Stabilitas Oksidasi (Periode Induksi) Menit 360
3 Kandungan Sulfur % m/m 0,05 0,05
4 Kandungan Timbal (Pb) g/l 0,013 0,3
5 Distilasi
10% vol. penguapan C 74 74
50% vol. penguapan C 88 125 125
90% vol. penguapan C 180 180
Titik didih akhir C 215 215
Residu % vol 2,0 2,0
6 Kandungan Oksigen % m/m 2,7 2,7
7 Washed Gum mg/100ml 5 5
8 Tekanan uap kPa 62 62
9 Berat jenis (pada suhu 15C) kg/m3 715 780 715 780
10 Korosi bilah tembaga Menit kelas 1 kelas 1
11 Uji doctor Negative Negative
12 Sulfur Mercaptan % massa 0,002 0,002
13 Penampilan visual jernih dan
terang
jernih dan
terang
14 Warna Merah Merah
15 Kandungan pewarna g/100l 0,13 0,13
16 Bau dapat
dipasarkan
dapat
dipasarkan
Sumber: Keputusan Direktur Minyak dan Gas Bumi No 3674 K/24/DJM/2006 ,17 Maret 2006
Bensin yang digunakan oleh mesin kendaraan bermotor harus memiliki
bilangan oktan yang sesuai dengan kebutuhan mesin. Bilangan oktan adalah
indikator dari bahan bakar untuk mesin pembakaran jenis cetus api (mesin
bensin), yang menunjukkan seberapa kuat bahan bakar tersebut tidak terbakar
dengan sendirinya. Hal ini sangat penting untuk sistem pembakaran pada mesin
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
8
Universitas Indonesia
bensin yang memanfaatkan pembakaran terkontrol yang menuntut terjadinya
pembakaran dimulai dari satu titik, yaitu ujung busi. Apabila bahan bakar tersebut
terbakar dengan sendirinya ketika api pembakaran yang berasal dari busi belum
sampai di titik tersebut, maka akan terjadi peristiwa knocking. Jika knocking
tersebut terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu lama akan membuat
goresan hingga lubang pada kepala piston. Hal ini mengakibatkan turunnya
efisiensi energi hasil pembakaran yang terpakai dan menimbulkan getaran atau
sentakan yang kuat pada bagian mesin dengan tidak terkontrol.
Bensin yang memiliki bilangan oktan tinggi pada mobil yang memiliki
spesifikasi bilangan oktan di atas 90 membuat konsumsi bahan bakar lebih irit. Ini
disebabkan bensin sedikit lebih lama terbakar sehingga mesin bisa efisien.
Dengan sedikit bahan bakar jenis ini, bisa dihasilkan tenaga yang banyak, akibat
reaksi seketika mudah terbakar dalam ruang bakar pembakaran menjadi sempurna
sehingga dapat meningkatkan tenaga dan akselerasi. Pemakaian bensin beragka
oktan tinggi yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin mobil hanya akan
menyebabkan pemborosan.
Bilangan oktan merupakan acuan untuk mengukur kualitas suatu bensin
yang digunakan sebagai bahan bakar. Bensin mengandung lebih dari 500 jenis
hidrokarbon, dengan kadar yang bervariasi tergantung komposisi minyak mentah
dan kualitas yang diiginkan. Pembakaran bensin yang diinginkan adalah
menghasilkan dorongan mulus terhadap penurunan piston. Hal ini tergantung pada
ketepatan waktu pembakaran agar jumlah energi ditransfer ke piston menjadi
maksimum. Ketepatan waktu pembakaran tergantung pada jenis rantai karbon
yang selanjutnya akan menentukan kualitas bensin.
Pengukuran bilangan oktan dilakukan dengan membandingkan kemampuan
mencegah knocking antara suatu jenis bensin dengan campuran kimia antara
senyawa isooktan dan n-heptana. Bensin berbilangan oktan 88, misalnya, berarti
memiliki kemampuan mencegah kelitik sama dengan campuran yang terdiri atas
88 % iso-oktan dan 12 % n-heptana. Ada dua kategori angka oktan ini, yaitu
Research Octane Number (RON) dan Motor Octane Number (MON). RON
diperoleh dari simulasi kinerja bahan bakar saat mesin dioperasikan dalam kondisi
standard an merupakan kecendrungan bensin untuk mengalami knocking pada
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
9
Universitas Indonesia
pengendaraan biasa, sementara MON menunjukkan kinerja bahan bakar saat
mesin dioperasikan dalam kondisi lebih berat dan merupakan kecendrungan
bensin untuk mengalami knocking pada kecepatan tinggi. Bilangan oktan MON
bisa 10 poin lebih rendah dibandingkan angka oktan RON. Bilangan oktan yang
biasa disebut secara umum merupakan nilai yang diperoleh dari rata-rata besar
RON dan MON. Bilangan oktan yang diumumkan adalah rata-rata aritmatik kedua
bilangan oktan tersebut yang kemudian disebut sebagai PON (Posted Octane Number).
Senyawa aromatik dan parafin bercabang mempunyai angka oktan paling tinggi,
sedangkan n-parafin memiliki biilangan oktan yang paling rendah. Naftenik, olefin dan
parafin bercabang sedikit memiliki bilangan oktan yang sedang. Kenaikan panjang rantai
hidrokarbon parafin menurunkan angka oktan.
Penambahan senyawa-senyawa organik logam berat dapat meningkatkan bilangan
oktan bensin. Senyawa yang paling efektif dalam meningkatkan bilangan oktan adalah
Tetra Ethyl Lead (TEL). Senyawa ini larut dalam bensin dan dapat mengakibatkan
kenaikan yang besar pada bilangan oktan bensin yang ditambahkan. Kenaikan bilangan
oktan karena penambahan TEL semakin kecil jika bilangan oktan semula semakin besar.
Tetapi, penambahan TEL atau senyawa-senyawa logam berat lainnya dapat mencemari
atmosfir dan menjadi racun bagi orang yang menghirupnya, maka digunakanlah senyawa-
senyawa pengganti logam berat tersebut yaitu senyawa alkohol dan eter seperti metanol,
etanol, Metil Tersier Butil Eter (MTBE), Etil Tersier Butil Eter (ETBE) dan Tersier Amil
Metil Eter (TAME). Aditif yang berasal dari eter memiliki afinitas terhadap air yang lebih
kecil daripada aditif yang berasal dari alkohol. Bensin yang dicampuri eter lebih tidak
menarik air dari udara bebas (adanya air akan merusak mutu bensin).
2.2 Reaksi Reaksi yang Berperan dalam Meningkatkan Bilangan Oktan
Peningkatan bilangan oktan dapat terjadi melalui beberapa reaksi, yaitu
catalytic cracking dan isomerisasi
2.2.1 Catalytic Cracking
Cracking atau perengkahan hidrokarbon adalah pemutusan molekul-
molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa
hidrokarbon yang kecil. Contoh perengkahan ini adalah pengolahan minyak solar
atau minyak tanah menjadi bensin. Kualitas bensin sangat ditentukan oleh sifat
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
10
Universitas Indonesia
anti-knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100
diberikan pada iso-oktan yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan
bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang
buruk. Bensin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-
heptana.
Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul
hidrokarbon.Hidrokarbon tersebut tergolong hidrokarbon rantai pendek yang
didapat dari perengkahan hidorkarbon rantai panjang. Terdapat 3 cara proses
perengkahan, salah satu nya adalah perengkahan dengan menggunakan katalis
(catalytic cracking). Perengkahan menggunakan katalis dalam reaksi
perengkahannya akan mengarahkan reaksi sehingga menghasilkan produk
hidrokarbon yang memiliki angka oktan tinggi. Proses perengkahan katalitik dari
hidrokarbonmemiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah:
1. Produk bensin yang dihasilkan memiliki angka oktan yang lebih tinggi karena
banyak mengandung iso-parafin. Senyawa jenis ini juga lebih stabil, dan
memiliki konversi produk bensin lebih besar jika digunakan kristal katalis
Al2O3 (Buchanan et al., 2001).
2. Bensin yang dihasilkan mempunyai kandungan sulfur lebih rendah daripada
bensin hasil thermal cracking.
3. Menghasilkan lebih sedikit heavy residual oil atau tar. Selama proses
perengkahan, material karbon terdeposit di permukaan katalis sehingga
menurunkan aktivitas katalis tersebut. Oleh karena itu, salah satu bagian yang
sangat penting pada proses ini adalah regenerasi katalis.
Perengkahan katalis terdiri dari dua jenis reaksi, yaitu perengkahan
aromatik dan reaksi perpindahan hidrogen. Pada perengkahan aromatik, cincin
aromatik stabil pada kondisi perengkahan katalis, tetapi rantai panjang alkil
reaktif. Kemudahan perengkahan alkil aromatik bertambah dengan kenaikan
panjang rantai alkil. (Gambar 2.1)
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
11
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Perengkahan cincin aromatic (Migas, 2006)
Produk parafinik hasil perengkahan katalis bercabang lebih banyak dari yang
diperkirakan. Penjelasan atas hal tersebut diberikan dari reaksi hidrogen transfer seperti
berikut (Gambar 2.2):
Gambar 2.2 Reaksi hidrogen transfer (Migas, 2006)
Karena reaksi isomerisasi olefin dan hidrogen transfer antara i-olefin dan decalin jauh
lebih cepat dari pada reaksi lain, maka i-parafin dihasilkan lebih cepat dari parafin.
Berlawanan dengan perengkahan termis yang terjadi karena adanya reaksi rantai dari
radikal bebas, produk reaksi antara yang terdapat dalam perengkahan katalis adalah
fragmen-fragmen bermuatan positif yang disebut ion karbonium. Ion karbonium berbeda
dengan radikal bebas karena mengandung elektron minus satu. Tipe reaksinya sebagai
berikut (Gambar 2.3):
Gambar 2.3 Reaksi pertukaran ion karbonium (Migas, 2006)
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
12
Universitas Indonesia
Katalis yang digunakan adalah katalis padat yang bersifat asam dengan
porositas tinggi dan tahan abrasi maupun perubahan temperatur. Bahan katalis
terdiri dari silika dan alumina. Semakin banyak umpan, semakin tinggi hasil
gasolin yang diperoleh. Secara umum, peran katalis asam penelitian ini dalam
reaksi perengkahan adalah sebagai berikut:
1. Memutuskan ikatan karbon-karbon dilakukan secara selektif, sehingga jarang
terbentuk produk perengkahan yang memiliki lebih kecil dari tiga buah atom
karbon.
2. Meningkatkan laju reaksi perengkahan 5 sampai 60 kali lebih cepat
dibandingkan perengkahan panas. Laju reaksi meningkat sejalan dengan
kenaikan berat molekul.
3. Melakukan isomerisasi selektif sehingga hidrokarbon jenuh dengan rantai
karbon pendek tidak mengalami isomerisasi.
Olefin lebih mudah untuk direngkah dari pada parafin dan juga lebih cepat
mengalami isomerisasi dan pembentukan deposit karbon. Diolefin dan olefin
aromatik bahkan lebih cepat mengalami perengkahan, penjenuhan, polimerisasi,
dan terkonversi menjadi deposit karbon. Naphtena sangat sensitif terhadap
perengkahan katalitik. Kenaikan laju reaksi sejalan dengan berat molekul dan
menjadi sekitar 1000 kali lebih cepat dari pada perengkahan panas. Semua
senyawa aromatik seperti benzena, bifenil, dan naftalena pada umumnya tidak
dapat direngkah dengan mekanisme katalisis ini, sedangkan alkil aromatik siap
direngkah menjadi cincin untuk menghasilkan benzena, dan lain-lain.
Proses perengkahan katalitik pada penelitian ini menggunakan reaktor
batch, yaitu reaktan dilewatkan pada suatu katalis PrO2/Al2O3. Variabel operasi
yang penting mempengaruhi konversi dan distribusi produk adalah suhu cracking,
rasio katalis dan bensin, space velocity, tipe dan aktifitas katalis dalam
merengkahkan, dan rasio recycle. Dalam batasan kondisi operasi normal,
peningkatan suhu reaksi, rasio katalis/reaktan, aktivitas katalis, dan waktu
kontakakan menghasilkan kenaikan dalam konversi dan penurunan dalam naiknya
konversi space velocity. Harus diperhatikan bahwa kenaikan konversi tidak selalu
berarti kenaikan pada bensin. Sebagai contoh kenaikan suhu diatas level tertentu
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
13
Universitas Indonesia
ternyata dapat meningkatkan konversi, coke karbon gas, dan angka oktan, tetapi
menurunkan bensin.
2.2.2 Isomerisasi
Isomer adalah senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi
rumus bangunnya berbeda. Bensin ini terdiri dari campuran isomer heptana dan
oktana. Isomer dapat dibedakan atas isomer struktur dan isomer ruang. Isomer
struktur adalah dua atau lebih senyawa organik berbeda disebabkan oleh susunan
atom yang terikat satu sama lain dalam suatu molekul. Isomer struktur ini dapat
dibedakan atas 3 jenis, yaitu isomer rangkaian, isomer kedudukan, dan isomer
fungsional. Untuk menghasilkan bilangan oktan yang tinggi, pada proses ini
kemungkinan terjadi reaksi isomer rangkaian untuk pembentukan iso-oktan.
Isomer rangkaian adalah dua senyawa atau lebih yg mempunyai rumus molekul
sama tetapi berbeda pada percabangan atom C-nya. Dari peristiwa isomerisasi ini
dihasilkan produk dengan jumlah percabangan yang lebih banyak. Cabang ini
akan membentuk suatu ikatan iso- yang akan meningkatkan nilai bilangan oktan
yang terkandung pada sebuah senyawa dengan jumlah karbon yang sama.
2.3 Katalis
Katalis merupakan substansi yang dapat meningkatkan laju reaksi untuk
mencapai kesetimbangan namun tidak ikut bereaksi dengan reaktan dalam reaksi
tersebut. Katalis pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Nasikin
dan Susanto, 2010). Dalam pemilihan katalis, diperhatikan faktor sebagai berikut:
1. Aktifitas
Keaktifan katalis didefinisikan sebagai kemampuan dari katalis untuk dapat
mengubah bahan baku menjadi produk yang dikehendaki. Keaktifan katalis
didapat dari kombinasi bahan kimia dan bahan mineralogi, sehingga dapat
diketahui katalis tersebut aktif dalam melakukan proses katalis yang
dibuktikan dengan dihasilkannya produk baru yang dikehendaki.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
14
Universitas Indonesia
2. Stabilitas
Stabil dalam arti mempunyai kemampuan menghadapi racun-racun yang
mungkin dapat merusak kinerja dan penampakan dari katalis itu sendiri.
3. Selektifitas
Selektifitas didefinisikan sebagai kemampuan katalis dalam menghasilkan
produk yang sesuai dengan yang dikehendaki. Hal ini karena satu zat yang
berperan dalam salah satu proses dapat juga menjadi penghambat pada proses
lainnya, sehingga perlu diteliti setiap material yang akan digunakan sebagai
katalis.
4. Umur
Umur katalis mempunyai pengertian rentang waktu bagi katalis untuk
bertahan pada level yang mencukupi sesuai kinerja katalis yang diinginkan.
5. Regenerasi
Sifat mudah diregenerasi harus dimiliki oleh katalis sehingga pada saat katalis
dioperasikan gangguan yang terjadi dapat diminimumkan.
6. Kekuatan mekanik
Kekuatan mekanik merupakan kondisi yang harus dimiliki katalis sehingga
bila proses menghendaki tekanan dan temperatur tinggi, katalis itu dapat
digunakan.
Secara umum, katalis memiliki 2 fungsi, sebagai berikut:
1. Mempercepat reaksi menuju kesetimbangan atau fungsi aktivitas
2. Meningkatkan hasil reaksi yang dikehendaki atau fungsi selektivitas
Katalis tidak secara permanen terlibat dalam reaksi kimia, ketika katalis
melakukan fungsinya, maka katalis mengalami perubahan baik secara kimiawi
maupun secara fisik yang sangat mempengaruhi kinerjanya. Oleh karena itu
terdapat 3 parameter utama dari kinerja katalis yaitu :
1. Aktivitas, yaitu peran katalis untuk meningkatkan kecepatan reaksi
2. Selektivitas, yaitu peran katalis untuk meningkatkan produk yang diinginkan
3. Deaktivasi, yaitu penurunan aktivitas dari katalis yang dihubungkan dengan
masa hidup katalis (life-time).
Dalam melakukan fungsinya pada reaksi katalisis, ada 3 faktor yang
mempengaruhi kinerja dari katalis, yaitu aliran fluida, aktivitas katalis dan
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
15
Universitas Indonesia
stabilitas katalis. Aktivitas dan selektivitas dapat dicapai dengan pemilihan
komponen atau material serta metode preparasi yang mampu memberikan luas
permukaan yang optimum. Aktivitas yang tinggi saja tanpa memperhatikan
selektivitas dan faktor lain semisal kekuatan mekanik tidaklah cukup dalam
menentukan kelayakan pembuatan suatu katalis. Sehingga untuk mendapatkan
kinerja katalis yang optimum, pemilihan komponen pada penelitian ini terdiri atas
2 komponen, yaitu inti aktif dan penyangga.
2.3.1 Support
Support atau disebut juga penyangga katalis memiliki berbagai fungsi.
Namun, fungsi utama dari penyangga adalah untuk menyediakan luas permukaan
yang besar bagi inti aktif. Fungsi penyangga yang lain adalah sebagai permukaan
yang stabil dimana inti aktif terdispersi sedemikian rupa sehingga sintering dapat
dikurangi. Dengan demikian penyangga harus tahan terhadap pertumbuhan kristal
dikarenakan panas, yang artinya harus memiliki titik lebur yang tinggi atau
minimal lebih tinggi daripada titik lebur inti aktif.
-Al2O3 merupakan jenis penyangga sebagai support pada komponen inti
aktif katalis (Nasikin dan Susanto, 2010). Kekuatan asam pada katalis alumina
terletak pada sisi asam katalis yang diasosiasikan dengan atom aluminium.
Alumina dengan keasaman yang tinggi terdiri dari alumina amorf dan alumina
dengan struktur trigonal. Alumina dalam bentuk amorf memiliki kekuatan asam
yang lebih rendah daripada alumina dengan struktur trigonal (Arifianto, 2006).
Karena bersifat asam, Al2O3 cocok digunakan untuk merengkahkan senyawa
berantai panjang menjadi rantai lebih pendek. Aluminium dengan keasaman yang
tinggi dikelilingi oleh atom yang memiliki keelektronegatifan yang baik dalam
membentuk aluminium oksida. Sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi
permukaan aluminium, lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi
lebih lanjut. Senyawa oksida ini memiliki titik lebur 2318C sehingga biasa
digunakan sebagai penyangga.
Alumina yang di-dehidrasi pada saat preparasi mengikuti reaksi dibawah
ini: (Gambar 2.4)
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
16
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Reaksi dehidrasi alumina (Nasikin dan Susanto, 2010)
Pada reaksi dehidrasi tersebut masih tetap ada sejumlah air yang teradsorpsi pada
permukaan katalis yang menghasilkan sisi asam Bronsted seperti persamaan
reaksi berikut ini (Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Sisi asam Bronsted pada alumina (Nasikin dan Susanto, 2010)
Sisi Bronsted yang menginisiasi reaksi ion karbonium dan sisi Lewis yang
memberikan reaksi ion radikal, keduanya ada meskipun pada prakteknya asam
Bronsted lebih dominan. Ketika menggunakan -Al2O3 sebagai penyangga, reaksi
perengkahan dan isomerisasi terjadi karena keasaman penyangga memberikan
dampak positif terhadap reaksi utama. Dalam peristiwa seperti ini penyangga
berfungsi juga sebagai katalis disamping inti aktif logam. Oleh karenanya jenis
katalis seperti ini akan berfungsi sebagai katalis ganda.
2.3.2 Active Site
Pada katalis, inti aktif bertanggung jawab terhadap prinsip jalannya reaksi.
Pemilihan komponen aktif adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam
perancangan suatu katalis. Pemilihan komponen aktif katalis ini dapat berdasarkan
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
17
Universitas Indonesia
konduktivitas Salah satu komponen aktif yang baik untuk reaksi perengkahan
katalitik dan isomerisasi adalah katalis oksida asam, karena memiliki
konduktivitas sebagai isolator, sehingga tidak dapat secara langsung
mempromosikan perpindahan muatan listrik, tetapi permukaan yang mengandung
proton dapat melakukannnya.
Praseodimium berbentuk padatan didapat dari suatu proses pertukaran ion
dari monazite pasir (( Ce, La, Th, Nd, Y)PO4), suatu material kaya akan unsur-
unsur bumi yang jarang. Praseodimium ini sering digunakan sebagai campuran
logam dan penyusun metal (Cotton, 1991). Oleh karena sifatnya itu,
praseodimium dapat digunakan sebagai campuran katalis. Praseodimium terdapat
pada golongan 4f dan memiliki ion 3+. Spesifikasi dari lantanida jenis
praseodimium ini tercantum dalam tabel 2.2
Tabel 2.2. Spesifikasi Praseodimium (Cotton, 1991)
Nomor Atom 59
Berat Atom 140.90765
Densitas 6.77 g/cm3
Titik Lebur 1204 K ( 931C atau 1708F)
Titik Didih 3793 K ( 3520C atau 6368F)
Estimated Crustal Abundance 9.2 mg/ kg
Estimated Oceanic Abundance 6.410-7
mg/l
Energi Ionisasi 5.464
Dari tabel 2.2 dapat dilihat bahwa titik lebur praseodimium sebesar 931C
sehingga dalam proses pembuatan katalis tidak dianjurkan melebihi suhu tersebut.
Penambahan lantanida pada katalis alumina berfungsi sebagai peningkat
kestabilan katalis (Parwono et al., 1997). Praseodimium dalam alumina memiliki
kekuatan interaksi yang kuat, sehingga kekuatan mereduksi yang tinggi (Tankov
et al., 2011). Sifat asam yang dihasilkan oleh penggabungan praseodimium dan
alumina diharapkan dapat merengkahkan suatu senyawa hidrokarbon nantinya.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
18
Universitas Indonesia
2.4 Katalis PrO2/Al2O3
Katalis yang digunakan adalah logam Pr dengan loading yang rendah pada
penyangga Al2O3. Keunggulan dari katalis ini adalah tergolong oksida asam
sehingga sesuai dengan reaksi isomerisasi pada reaktan.
2.4.1 Mekanisme Katalis PrO2/Al2O3 dalam Meningkatkan Bilangan Oktan
PrO2 termasuk jenis katalis oksida asam berkonduktivitas isolator dengan
jenis reaksi ion karbonium. Jenis katalis ini, insulator tidak dapat secara langsng
mempromosikan perpindahan muatan listrik, tetapi permukaan yang mengandung
proton dapat melakukannya, sehingga inti aktif ini biasa digunakan pada jenis
reaksi isomerisasi untuk mengonversi n-oktana menjadi iso-oktana (Hasyim,
2010). Reaksi isomerisasi dimulai dari terbentuknya ion karbonium di permukaan
katalis. Mekanisme reaksi katalitik ini terjadi pada inti aktif katalis yang berada di
permukaan bagian dalam pori katalis. Reaksi ini dipercepat dengan adanya sifat
asam dari penyangga. Sifat asam Al2O3 didapat dari metode preparasi. Saat
alumina didehidrasi masih tetap ada sejumlah air yang teradsorpsi pada
permukaan katalis yang menghasilkan sisi asam Bronsted.
Pr dan Al2O3 tidak menyebabkan reaksi isomerisasi parafin, tapi sisi asam
Al2O3 akan meng-isomerisasi n-olefin. Pada peristiwa tersebut terjadi 3 tahap
reaksi yaitu, Pr akan menyebabkan dehidrogenasi n-C8 menjadi n-C8-, yang
berpindah ke Al2O3 dan di-isomerisasi menjadi i-C8- lalu di-hidrogenasi menjadi
i-C8 oleh Pr. Reaksi konversi ditunjukkan oleh gambar 2.6. Agar reaksi ini dapat
terjadi, maka diperlukan persyaratan yaitu praseodimium dan Al2O3 harus saling
kontak dengan sangat dekat dan Al2O3 memiliki tingkat keasaman yang cukup.
Proses saling kontak yang akan dilakukan dengan metode impregnasi.
Gambar 2.6 Reaksi konversi n-heksana (Nasikin dan Susanto, 2010)
Pr Pr
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
19
Universitas Indonesia
Reaksi isomerisasi n-oktana menjadi iso-oktana dapat menghasilkan yield
yang besar jika dilakukan pada suhu rendah sehingga kesetimbangan reaksi
tercapai. Hal tersebut dibuktikan dengan perhitungan energi Gibbs, pada suhu
40C, G n-oktana = 630197,20 J/mol dan G iso-oktana = 275563,05 J/mol,
maka G reaksi = -354634,15 J/mol. Energi Gibbs menunjukkan angka negatif
yang berarti, reaksi terjadi secara spontan. Jika energi Gibbs dihubungkan dengan
konstanta kesetimbangan maka akan diperoleh hubungan termodinamika sebagai
G = -RT ln K.
Tabel 2.3 Logika hubungan antara G dan K dari persamaan G = -RT ln K
K In K G Keterangan
>1 + - Kesetimbangan ke arah produk
=1 0 0 Kesetimbangan netral
-
20
Universitas Indonesia
Berdasarkan perbedaan jumlah larutan impregnasi, metode preparasi ini dibagi
menjadi dua:
1. Wet Impregnation (dipping)
Dengan cara ini penyangga direndam dalam larutan impregnasi. Jumlah
larutan impregnasi yang dipakai dibuat berlebih, yaitu melebihi dari volume
pori penyangga.
2. Dry Impregnation (incipient wetness)
Dalam metode ini penyangga juga direndam dalam larutan impregnasi.
Namun, volum larutan impregnasi dibuat sama dengan volum pori
penyangga. (Gambar 2.7)
Gambar 2.7 Dry Impregnation (Richardson, 1989)
Setelah diimpregnasi, padatan dikeringkan dari air yang terkandung di dalamnya
kemudian dikalsinasi dengan tujuan untuk menghilangkan impurities dalam
katalis seperti NO3 dan H2O
Katalis yang telah dibuat perlu diuji untuk mengetahui sifat struktur katalis
tersebut. Pengujian katalis ini biasa disebut karakterisasi. Bagian yang paling penting
dalam karakterisasi katalis adalah pemilihan metode karakterisasi katalis yang tepat.
Pada dasarnya semua metode karakterisasi katalis adalah bermanfaat. Metode
karakterisasi katalis dipilih berdasarkan pertimbangan keperluan atau
kepentingannya secara ilmiah dan teknis, biaya karakterisasi, dan kemudahan
akses peralatan.
Secara garis besar, teknik karakterisasi katalis dapat dibagi menjadi
beberapa macam berdasarkan sifat-sifat yang akan diteliti, antara lain:
Dehydrateed
Pellets Pore-Filling
Solution
Pore-Saturated
Pellets
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
21
Universitas Indonesia
1. Sifat-sifat partikel, meliputi: luas permukaan (surface area), porositas atau
distribusi ukuran pori (adsorpsi uap pada suhu rendah, Hg porosimetry, dan
incipient wetness), densitas, ukuran partikel, sifat mekanis, dan difusifitas.
2. Sifat-sifat permukaan (surface), meliputi: struktur dan morfologi (SEM,
TEM,XRD, EXAFS, XPS, FT-IR, Raman, UV-Vis), dispersi (chemisorption),
dan keasaman.
3. Sifat-sifat bulk, meliputi: komposisi elemental (XRF, AAS), sifat-sifat
senyawa atau struktur fasa (XRD, Raman, FT-IR, DTA, TPR, TPO, TEM),
struktur molekul (IR, Raman, UV-Vis, XAFS, NMR, dan EPR). (Richardson,
1989)
Pada penelitian ini, karakterrisasi katalis yang dilakukan meliputi:
1. BET untuk mengetahui luas permukaan dan ukuran pori katalis
2. ICPS untuk mengetahui kandungan logam dalam katalis
3. SEM-EDX untuk mengetahui struktur katalis yang telah dibuat.
Sedangkan bensin hasil reaksi dengan katalis dilakukan pengukuran bilangan
oktan dan dianalisis menggunakan GC-MS.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
22 Universitas Indonesia
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini dibuat katalis dengan variasi kandungan praseodimium
di dalam penyangga -Al2O3, Kemudian katalis tersebut dikarakterisasi dan diuji
aktifitasnya untuk menaikkan bilangan oktan bensin. Berikut tahapan penelitian
yang dilakukan (Gambar 3.1)
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
Secara rinci, tahapan penelitian tersebut akan dijelaskan pada prosedur penelitian
3.1 Variabel Bebas dan Terikat
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah
Variabel Bebas : a. Rasio massa garam praseodimium nitrat dalam penyangga -
Al2O3 yaitu 0,01 dan 0,03 wt %
b. Waktu tahap uji aktifitas katalis divariasikan 20, 50, dan 80
menit.
Variabel Terikat : Bilangan oktan bensin
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. -Al2O3
Didapat dari Merck dengan kemurnian 99,9%
Pembuatan Katalis
Pengujian Keaktifan Katalis
Karakterisasi Katalis
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
23
Universitas Indonesia
2. Garam praseodimium Pr(NO3)36H2O
Didapat dari Aldrich dengan kemurnian 99,9%
3. Bensin
Didapat PT Pertamina dengan lokasi SPBU di kukusan kelurahan
4. Akuades
Didapat dari took bahan kimia Bogor
3.2.2 Alat
Alat- alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Reaktor kaca 100 mL 11. Magnetic Stirer
2. Kondenser 12. Kertas saring
3. Hot Plate 13. Furnace
4. Gelas Ukur 14. Penyaring
5. Stopwatch 15. Cawan uap
6. Pipet 16. Timbangan elektronik
7. Sntrifugal electric 17. BET
8. Spatula 18. SEM-EDX
9. Termometer 19. Shatox ZX-101C
10. Desikator 20. GC-MS
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Produk Kimia dan
Bahan Alam (RPKA), Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, Depok.
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan terdiri atas tiga tahap, yaitu pembuatan katalis,
karakterisasi katalis, dan uji aktivitas katalis.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
24
Universitas Indonesia
3.4.1 Pembuatan Katalis
Pembuatan katalis terdiri atas tiga tahap, yaitu pengukuran pori penyangga
-Al2O3, impregnasi praseodimium, dan kalsinasi
Gambar 3.2 Diagram alir pembuatan katalis
Langkah kerja yang dilakukan untuk mengetahu volum pori penyangga -
Al2O3 sebagai berikut :
1. 2 gram -Al2O3 ditimbang dan ditempatkan dalam cawan petri
2. 10 ml akuades dituang ke dalam tabung ukur.
3. Padatan -Al2O3 diteteskan akuades dan diaduk secara merata menggunakan
pipet tetes sampai padatan terbasahi secara merata (tidak berlebih/ tidak ada
air yang mengalir)
4. Poin (1) sampai (3) diulang untuk sampel berikutnya. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan keakuratan data
5. Volum pori dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
(3.1)
Pengukuran volum penyangga -Al2O3
Dry-impregnation praseodimium ke dalam
penyangga -Al2O3
Pengeringan dengan cara diaduk pada suhu
110C dan kalsinasi pada suhu 550C
Karakterisasi menggunakan BET, ICPS,
dan SEM-EDX
Terbentuk katalis PrO2/Al2O3
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
25
Universitas Indonesia
Metode dry-impregnasi -Al2O3 dengan garam praseodimium nitrat yang
dilakukan:
1. 150 gram massa padatan -Al2O3 ditimbang dan ditempatkan pada 3 wadah
cawan uap, masing-masing 50 gram.
2. 0,005 dan 0,015 gram garam praseodimium nitrat ditimbang dan masing-
masing dilarutkan dengan akuades dalam gelas beker.
3. Padatan -Al2O3 diteteskan tetes demi tetes dengan larutan garam tersebut dan
diaduk secara merata.
Proses terakhir dalam pembuatan katalis dilakukan pengeringan dan
kalsinasi katalis
1. Campuran katalis tersebut ditaruh ke dalam oven dengan suhu 110C selama 2
jam (Tankov et al., 2011) Selama di-oven, padatan diaduk-aduk saat waktu ke
30, 60, 75, 90, dan 105 menit.
2. Campuran katalis dikalsinasi pada suhu 550C selama 2 jam (Tankov et al.,
2011)
3. Setelah 2 jam, butiran kristal katalis PrO2/Al2O3 terbentuk.
3.4.2 Karakterisasi Katalis
Katalis yang sudah terbentuk masing-masing dikarakterisasi dengan
metode Brenaeur Emmet Teller (BET), Inductively Coupled Plasma Spectroscopy
(ICPS), dan Scaning Electron Microscope (SEM)
3.4.2.1 BET
Brunaeur Emmet Teller (BET) merupakan salah satu alat utama dalam
karakterisasi material. Alat ini khususnya berfungsi untuk menentukan luas
permukaan pori, volum, dan distribusi ukuran pori katalis. Gejala yang diamati
pada adsorpsi isoterm berupa adsorpsi lapisan molekul tunggal, adsorpsi lapisan
molekul ganda dan kondensasi dalam kapiler. Dalam penelitian ini, jenis alat
analisis BET yang digunakan adalah Quanta Chrome seri 6 A untuk menentukan
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
26
Universitas Indonesia
luas permukaan pori, volum, dan distribusi ukuran pori katalis yang telah dibuat.
Pengujian dilakukan di laboratorium RPKA Departemen Teknik Kimia
Universitas Indonesia.
3.4.2.2 ICPS
Tujuan analisis ini untuk mengukur dan menganalisis kandungan unsur-
unsur logam dalam katalis. Unsur yang diketahui dari analisis ini yaitu kandungan
Al dari setiap katalis yang sudah diaktivasi. Analisis ini didapat dari Lembaga
Minyak dan Gas, Jakarta.
3.4.2.3 SEM-EDX
Scanning Electron Microscope (SEM) adalah suatu tipe mikroskop
elektron yang menggambarkan permukaan sampel melalui proses scan dengan
menggunakan pancaran energi yang tinggi dari elektron dalam suatu pola scan
raster. Alat ini digunakan untuk mengetahui morfologi senyawa padatan dan
komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa. Area dianalisis untuk
mendapatkan hasil pengukuran SEM-EDX. Interaksiinteraksi elektron yang
terjadi tersebut selanjutnya akan dideteksi dan diubah kedalam sebuah gambar
oleh analisis SEM dan juga dalam bentuk grafik oleh analisis EDX. Analisis ini
dilalukan di ruangan analisis SEM-EDX di Departemen Material dan Metalurgi
Fakultas Teknk Universitas Indonesia.
3.4.3 Uji Aktifitas Katalis
Uji aktifitas katalis dilakukan dengan cara mereaksikan reaktan yaitu
bensin dengan katalis yang telah dibuat pada suhu 40C, tekanan atmosferik
selama waktu tertentu. Sebelum dan sesudah direaksikan dengan katalis bilangan
oktan bensin diukur..
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
27
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 Diagram alir uji aktifitas katalis
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kinerja katalis yang dibuat pada
proses peningkatan bilangan oktan. Adapun prosedur yang dilakukan
1. 500 ml bensin dituang ke dalam gelas labu.
2. 0,5 gram atalis ditimbang (dari hasil perjitungan rasio massa katalis:reaktan
sebesar 1:1000)
3. Magnetic stirrer diletakkan di dalam gelas labu tersebut, kondenser dipasang
di atas mulut labu reaksi, dan keran air pendingin dibuka
4. Alat hot plate stirrer dinyalakan pada skala 4 dan suhu 40C,
5. Termokopel dan termometer masing-masing dimasukkan ke dalam salah satu
lubang labu reaksi.
6. Setelah 20 menit, hotplate stirrer tersebut dimatikan.
7. Kipas angin dinyalakan dan labu reaksi didiamkan selama 5 menit hingga
bensin dingin
8. Setelah bensin dingin, bensin dituang dari labu reaksi ke gelas ukur, kemudian
volum bensin dicatat.
Bensin
Diukur
Bilangan Oktan GC MS
Didinginkan
Bensin hasil reaksi
Dipanaskan
40C, 1 atm, dan diaduk
Katalis
Diukur
Bilangan Oktan GC MS
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
28
Universitas Indonesia
9. Bensin dari gelas ukur dituang ke botol sampel dan botol sampel diberi label.
10. Poin (1) sampai (9) diulangi untuk katalis kedua dan ketiga, serta waktu reaksi
50 dan 80 menit.
11. Hotplate strirer dimatikan.
12. Bensin dianalisis menggunakan octane meter dan GC-MS
Setelah bensin direaksikan dengan katalis, bensin diukur bilangan oktan
dengan octane meter dan GC-MS.
3.4.3.1 Octane meter
Tujuan analisis ini untuk mengetahui bilangan oktan bensin setelah
direaksikan dengan katalis. Pengukuran ini dilakukan di CV Catur Bangun Putra
dengan alat yang digunakan Shatox ZX 101 C (Gambar 3.4)
Gambar 3.4 Octane meter seri Shatox ZX 101C
3.4.3.2 GC-MS
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan komposisi senyawa
dalam bensin setelah direaksikan dengan katalis. Analisis ini dilakukan di Pusat
Laboratorium Forensik Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
29 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini disajikan data hasil penelitian dan pembahasannya, meliputi
hasil pembuatan katalis PrO2/Al2O3, karakterisasi katalis yang dihasilkan, dan uji
aktifitas katalis untuk meningkatkan bilangan oktan bensin beserta analisis yang
dilakukan.
4.1 Katalis yang Dihasilkan
Dari tahap pembuatan katalis, dihasilkan katalis-katalis berikut:
1. Katalis Al2O3
Katalis tanpa kandungan praseodimium yang digunakan sebagai pembanding..
2. Katalis 0,01%PrO2/Al2O3
Katalis dengan kandungan garam praseodimium nitrat sebesar 0,01 wt%
3. Katalis 0,03%PrO2/Al2O3
Katalis dengan kandungan garam praseodimium nitrat sebesar 0,03 wt%
4.2 Karakterisasi Katalis
Katalis-katalis yang telah dibuat kemudian dikarakterisasi dengan
menggunakan BET, ICPS dan SEM-EDX. Masing-masing analisis dijelaskan
sebagai berikut:
4.2.1 BET
Katalis dkarakterisasi menggunakan metode Brunaeur Emmet Teller
(BET). Metode ini dapat mengukur luas permukaan, volum pori dan distribusi
pori. Dari analisis ini didapat tabel 4.1
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
30
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Hasil uji BET
Katalis Luas permukaan (m2/g) Uk pori () Vol Pori (ml/g)
Al2O3 117,8 113,5 0,05546
0.01%PrO2/Al2O3 117,5 112,7 0,05526
0.03%PrO2/Al2O3 116,8 111,7 0,05513
Luas permukaan katalis yang diperoleh mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya prosentase kandungan praseodimium. Penambahan 0,01
wt% Pr dapat menurunkan luas permukaan sebesar 0,3 m2/g dari 117,8 m
2/g
menjadi 117,8 m2/g. Penambahan 0,03 wt% Pr dapat menurunkan luas permukaan
sebesar 1,0 m2/g dari 117,8 m
2/g menjadi 116,8 m
2/g. Pendeposisian 0,01 dan 0,03
wt % praseodimium juga mengakibatkan penurunan ukuran pori dan volum pori
katalis yang dihasilkan. Ukuran pori katalis 0,01%PrO2/Al2O3 mengalami
penurunan sebesar 0,8 dari 113,5 menjadi 112,7 . Ukuran pori katalis
0,03%PrO2/Al2O3 mengalami penurunan sebesar 1,0 dari 113,5 menjadi
112,7 . Dari karakterisasi ini juga terlihat penurunan volum pori katalis, yaitu
yang semula katalis Al2O3 adalah 0,05546 ml/g, setelah diimpregnasi dengan
0,01% Pr menjadi 0,05526 ml/g dan 0,03% Pr menjadi 0,05513 ml/g.
Dari hasil pengujian BET tersebut dapat dikatakan bahwa impregnasi
praseodimium ke dalam penyangga -Al2O3 menyebabkan penutupan sebagian
pori dari penyangga -Al2O3. Ukuran pori dari katalis yang dihasilkan tersebut
masih termasuk ukuran makropori, yaitu ukuran pori di atas 50 nm. Ukuran pori
yang menurun hampir secara linear dengan penambahan prosentase praseodimium
juga menurunkan volum pori yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan penelitian
Tankov yang menyatakan bahwa penambahan dan peningkatan dari PrO2 (>1%)
akan mengalami penurunan luas permukaan dan volum pori yang spesifik dan
volum pori-pori, karena pori-pori Al2O3 diisi dengan PrO2 (Tankov et al., 2011).
4.2.2 ICPS
ICPS secara akurat menentukan jumlah alumunium dalam katalis. Hasil
analisis ini bersifat kuatitatif, yaitu konsentrasi alumunium ditentukan dengan
membandingkan jumlah alumunium dengan isotop alumunium yang didapat dari
kurva kalibrasi eksternal.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
31
Universitas Indonesia
Untuk mengetahui prosentase kandungan alumunium dalam katalis
diperlukan standar kalibrasi sampel alumunium yang sudah diketahui
komposisinya. Hasil analisis katalis terdapat dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil uji ICPS
Jenis Katalis Al (ppm) Al (%)
Al2O3 520463 52,0464
0.01%PrO2/Al2O3 520108 52,0109
0.03%PrO2/Al2O3 520066 52,0067
Tabel 4.2 menunjukkan impregnasi logam praseodimium ke dalam
penyangga alumina berhasil dilakukan, dengan hasil semakin banyak PrO2 yang
diimpregnasi, maka semakin turun kandungan alumunium. Hal tersebut dapat
dilihat dari menurunnya jumlah kandungan logam alumunium dalam katalis dari
52,0464% menjadi 52,0109% dan 52,0067 seiiring dengan penambahan logam
praseodimium yang diimpregnasikan dari 0; 0,01; dan 0,03% masing-masing. Hal
ini dapat terjadi karena interaksi praseodimium dengan oksida alumina lebih kuat
dibandingkan interaksi alumunium dengan oksidanya (Tankov et al., 2011)
Sebagai bukti, jumlah praseodimium yang sedikit tersebut (0,01 dan 0,03%) dapat
menggantikan ikatan antara alumunium dengan oksidanya. Hal ini diperkuat
dengan hasil analisis uji SEM-EDX.
4.2.3 SEM-EDX
Data yang diperoleh dari hasil SEM-EDX dapat dianalisis secara
kuantitatif maupun kualitatif, karena dari data yang diperoleh dapat diketahui
jenis dan jumlah unsur-unsur mineral yang terkandung dalam katalis. Hasil dari
uji SEM berupa gambar struktur permukaan katalis (Gambar 4.1)
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
32
Universitas Indonesia
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.1 Hasil uji SEM katalis (a) Al2O3 (b) 0,01% PrO2/Al2O3 (c) 0,03% PrO2/Al2O3
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
33
Universitas Indonesia
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa katalis yang dihasilkan berupa plate
atau lempengan-lempengan yang berlapis. Jika dibandingkan, katalis Al2O3
dengan katalis PrO2/Al2O3 terlihat bahwa impregnasi praseodimium membuat
permukaan katalis terlihat lebih halus, yaitu lempengan-lempengan yang
bertumpuk lebih lebar tetapi dengan jumlah yang kurang, sehingga luas
permukaan yang dihasilkan menjadi berkurang. Kehalusan dari permukaan katalis
seiring dengan penambahan prosentase jumlah praseodimium dalam katalis. Hal
ini juga dibuktikan dari nilai penurunan luas permukaan yang dihasilkan dari uji
BET. Dari analisis EDX, didapat ditabel 4.3 berikut
Tabel 4.3 Hasil uji EDX
Jenis Katalis Kandungan dalam katalis
O (%) Pr (%) Al (%)
Al2O3 38,210 0,000 61,540
0.01%PrO2/Al2O3 39,028 0,004 58,340
0.03%PrO2/Al2O3 39,595 0,011 55,009
Berdasarkan tabel 4.3, terdapat kandungan Pr dalam katalis sebesar
0,004% pada katalis 0,01%PrO2/Al2O3 dan 0,011% pada katalis
0,03%PrO2/Al2O3. Hal ini menunjukkan bahwa Pr berhasil diimpregnasikan ke
dalam penyangga alumina walaupun tidak seluruhnya dari jumlah sebenarnya
yang diimpregnasikan sebesar 0,01% dan 0,03%, tetapi jumlah kenaikannya yang
terbaca sama yaitu tiga kali dari hasil impregnasi sebelumnya. Sama halnya
dengan hasil uji ICPS sebelumnya, diketahui bahwa penambahan prosentase
logam praseodimium dalam katalis menyebabkan penurunan logam alumunium
dalam katalis. Hal ini terjadi karena hampir sebagian ikatan dari logam
alumunium digantikan dengan logam praseodimium akibat interaksi kuat antar
logam, praseodimium tergolong salah satu jenis logam (Lukic et al., 2009)
4.3 Keaktifan Katalis dalam Meningkatkan Bilangan Oktan Bensin
Uji aktivitas katalis yang dilakukan adalah mereaksikan bensin dan
masing-masing katalis yang telah dibuat. Waktu reaksi bensin divariasikan yaitu
20, 50, dan 80 menit. Hal ini dimaksudkan agar diketahui pengaruh waktu reaksi
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
34
Universitas Indonesia
terhadap kenaikan bilangan oktan bensin tersebut. Bensin yang digunakan adalah
bensin tipe premium, produk dari PT. Pertamina. Bensin hasil reaksi hasil reaksi
menunjukkan kenaikan bilangan oktan. Berikut hasil pegujian yang dilakukan.
4.3.1 Octane meter
Hasil dari uji aktivitas katalis untuk meningkatkan bilangan oktan bensin
terdapat di tabel 4.4 berikut
Tabel 4.4 Hasil Bilangan oktan bensin (RON)
Jenis Katalis t (menit) RON
Tanpa Katalis 0 89,7
Al2O3 20 90,3
50 90,5
80 90,6
0,01%PrO2/Al2O3 20 91,2
50 91,2
80 91,4
0,03%PrO2/Al2O3 20 91,3
50 91,4
80 91,6
Dari hasil uji aktivasi yang tertera dalam tabel 4.4 dapat dilihat bahwa
bilangan oktan pada bensin komersil tanpa penambahan katalis terbaca oleh alat
shatox ZX-101C sebesar 89,7. Sedangkan bilangan oktan pada bensin komersil
milik PT Pertamina secara teori sebesar 88. Selisih angka 1,7 ini digunakan
sebagai acuan standar kalibrasi alat terhadap pengukuran bilangan oktan.
Setelah penambahan katalis Al2O3, bilangan oktan bensin meningkat
berturut-turut selama waktu reaksi 20, 50, dan 80 menit sebesar masing-masing
90,3; 90,5; dan 90,6. Penambahan katalis 0,01%PrO2/Al2O3, bilangan oktan
bensin menjadi 91,2; 91,2; dan 91,4. Sedangkan penambahan katalis
0,03%PrO2/Al2O3 bilangan oktan berturut-turut menjadi 91,3; 91,4; dan 91,6.
Kenaikan waktu reaksi dari 20 ke 50 menit menunjukkan hasil yang
berbeda untuk masing-masing katalis, yaitu kenaikan bilangan oktan 0,2 untuk
katalis Al2O3, kenaikan bilangan oktan 0,1 untuk katalis 0,03%PrO2/Al2O3, dan
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
35
Universitas Indonesia
tidak ada kenaikan bilangan oktan untuk katalis 0,01%PrO2/Al2O3. Akan tetapi
kenaikan waktu reaksi dari 50 ke 80 menit terlihat cukup signifikan yaitu 0,2
untuk katalis alumina yang mengandung PrO2 tetapi tidak berpengaruh untuk
katalis Al2O3 sebesar 0,1. Jadi dapat dikatakan bahwa reaksi tidak berpengaruh
terhadap kenaikan bilangan oktan bensin untuk ketiga jenis katalis tersebut.
Selama waktu reaksi 20 menit, terlihat peningkatan bilangan oktan bensin
lebih besar untuk katalis yang mengandung 0,01% dan 0,03% PrO2 berturut-turut
91,2 dan 91,3, dibandingkan katalis Al2O3 hanya sebesar 90,3. Hal ini berarti
terjadi kenaikan bilangan oktan yang cukup signifikan yaitu 0,6; 1,5; dan 1,6
untuk masing-masing katalis Al2O3, 0,01%PrO2/Al2O3, dan 0,03%PrO2/Al2O3.
Hal yang sama terjadi pada bensin dengan waktu reaksi 50 menit yaitu 0,8; 1,5;
dan 1,7 untuk masing-masing katalis. Demikian pula yang terjadi untuk waktu
reaksi 80 menit, yaitu 0,9; 1,7; dan 1,9. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kenaikan jumlah PrO2 dalam katalis Al2O3 berpengaruh dalam reaksi perengkahan
katalitik dan isomerisasi untuk meningkatkan bilangan oktan bensin.
Untuk mempermudah dalam membandingkan hasil percobaan tabel 4.4
digrafikkan menjadi gambar 4.3 berikut
Gambar 4.3 Grafik pengaruh kandungan praseodimium dalam katalis PrO2/Al2O3
terhadap bilangan oktan bensin untuk variasi waktu reaksi.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
36
Universitas Indonesia
Dari hasil yang didapat, prosentase dari kandungan praseodimium dalam alumina
belum dapat dikatakan optimum karena masih dimungkinkan adanya kenaikan
bilangan oktan bensin jika prosentase kandungan praseodimium dinaikkan.
4.3.2 GC-MS
Bensin yang sudah diuji aktifitasnya, kemudian dianalisis kembali
menggunakan lat uji GC-MS. Tidak semua bensin hasil reaksi pada bagian 4.2
diuji dengan GC-MS. Berikut adalah hasil analisis bensin melalui alat GC-MS
yang dilakukan.
Tabel 4.5 Hasil uji GC-MS
Katalis RON % Peak area
n-Octane Iso-octane Benzene
Tanpa katalis 89,7 0,60 4,12 27,05
Al2O3 90,6 0,82 4,17 24,12
0.01%PrO2/Al2O3 91,4 0,83 4,21 25,30
0.03%PrO2/Al2O3 91,6 0,85 4,39 26,08
Untuk n-oktana kenaikan prosentase peak meningkat seiring peningkatan
prosentase PrO2 dalam katalis PrO2/Al2O3. Bensin tanpa katalis memiliki
0,60%peak n-oktana. Prosentase peak yang dihasilkan dari reaksi dengan katalis
Al2O3 sebesar 0,82%. Penambahan 0,01 % Pr dapat menaikkan %peak n-oktan
sebesar 0,23% dari 0,60% menjadi 0,83%. Sedangkan untuk iso-oktana
penambahan katalis Al2O3, 0,01%PrO2/Al2O3, dan 0,03%PrO2/Al2O3
menghasilkan kenaikan %peak area berturut-turut 0,5; 0,9; dan 0,27. Penambahan
katalis Al2O3 dapat menurunkan %peak benzena sebesar 2,93. Namun,
penambahan 0,01 dan 0,03% Pr juga mengakibatkan peningkatan %peak benzena
yang dihasilkan, yaitu berturut-turut dari 24,12 menjadi 25,30 dan 26,08. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan katalis kemungkinan menyebabkan terjadinya
reaksi isomerisasi n-oktana menjadi iso-oktan dan penambahan bezene yang dapat
meningkatkan bilangan oktan bensin. Meskipun hal ini masih harus dibuktikan
dengan analisis lebih lainnya, seperti Nuclear Magnetic Resonance (NMR).
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
37 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian tentang Kinerja Katalis PrO2/Al2O3 untuk Meningkatkan
Bilangan Oktan Bensin diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bilangan oktan meningkat 1,7 dengan penambahan 0,01% praseodimium dan
1,9 dengan penambahan 0,03% praseodimium dalam katalis PrO2/Al2O3 dari
bensin dengan bilangan oktan 89,7, namun peningkatan bilangan oktan bensin
tidak dipengaruhi oleh waktu reaksi.
2. Kenaikan bilangan oktan bensin akibat dari reaksi isomerisasi n-oktana,
sehingga jumlah %peak area iso-oktana dan bezene dalam bensin bertambah.
3. Impregnasi praseodimium dalam katalis PrO2/Al2O3 berhasil dilakukan,
terbukti dari hasil karakterisasi katalis penurunan luas permukaan katalis
akibat tertutupnya pori-pori katalis PrO2/Al2O3 dengan logam praseodimium,
terjadi penurunan prosentase kandungan dari alumunium dan terjadi
peningkatan prosentase kandungan dari praseodimium.
4. Pengujian SEM untuk masing-masing katalis menunjukkan bahwa katalis
berbentuk lempengan berlapis. Penambahan prosentase praseodimium dalam
katalis PrO2/Al2O3 dapat meningkatkan ukuran lempengan tersebut menjadi
tambah lebar dengan jumlah lempengan berkurang.
5.2 Saran
Penelitian berikutnya disarankan untuk menggunakan variasi suhu dan
jumlah katalis dengan kandungan praseodimium yang lebih banyak dalam
meningkatkan proses yang terjadi.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
38
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arifianto, B. (2006) Reaksi Perengkahan Katalitik Minyak Sawit dengan Katalis
B2O3/Al2O3. Skripsi. Depok: UI: 37-40
Buchanan, J. S., Olson, D. H. and Schramm, S.E. (2001) Gasoline Selective ZSM-
5 FCC Additives: Effects of Crystal Size, SiO2/Al2O3, Steaming, and Other
Treatments on ZSM-5 Diffusivity and Selectivity in Cracking of
Hexene/Octene Feed. Applied Catalysis A: General. Vol. 220(1-2): 223-
234.
Centeno, M. A., Carrizosa, I. and Odriozola, J. A. (1998) In Situ Drifts Study of
The SCR Reaction of NO With NH3 in The Presence of O2 Over Lanthanide
Doped V2O5/Al2O3 Catalysts. Applied Catalysis B: Environmental. Vol.
19(1): 67-73.
Cotton, S. (1991). Lanthanide and Actinide Chemistry. Inorganic Chemistry. D.
Woollins, B. Crabtree, D. Atwood and G. Meyer. USA, John Wiley and
Sons Ltd: 7.
Hasyim, V. (2011) Peningkatan Bilangan Oktanan pada Gasoline Menggunakan
Praseodimium(III)-Etilen Diamin Tetra Asetat/Zeolit Klipnotilolit Aktif.
Skripsi. Depok: UI: 29-35.
Khaerudin, J.M., Cathaputra. E. dan Winoto, H.P. (2007) Produksi Isopropil
Murni untuk Aditif Bensin yang Ramah Lingkunan Sebagai Wujud
Pemanfaaatan Produk Samping pada Industri Gas Alam. Karya Ilmiah
Mahasiswa bidang energi. Bandung: ITB: 6-7.
Laosiripojana, N., Sutthisripok, W., Assabumrungrat, S. (2005) Synthesis gas
production from dry reforming of methane over CeO2 doped Ni/Al2O3:
influence of the doping ceria on the resistance toward carbon formation.
Chemical Engineering Journal. Vol. 112( ): 1322.
Lukic, I., Krstic, J., Jovanovic, D. and Skala, D. (2009) Alumina/silica Supported
K2CO3 as A Catalyst for Biodiesel Synthesis from Sunflower Oil.
Bioresource Technology. Vol. 100(2): 4690-4696.
Lugstein, A., Jentys, A. and Vinek, H. (1998) Hydroisomerization and Cracking
of N-Octane and C8 Isomers on Ni-Containing Zeolites. Journal of
Catalysis. Vol. 42(1): 60-72.
Migas, D. (2006) Spesifikasi Bahan Bakar MInyak Jenis Jenis Bensin 88.
Keputusan Dirjen Migas No. 3674 K/24/DJM. Jakarta: ESDM: .
Myrstad, T. (1996) Effect of Vanadium on Octane Numbers in FCC-Naptha.
International Journal of Catalyst. Vol. 3(1): 51-58.
Nasikin, M. dan Susanto, B. H. (2010) Katalis Heterogen. Jakarta: UI Press: 12-
52.
Natesakhawat, S., Oktar, O., and Ozkan, U. S. (2005) Effect of Lanthanide
Promotion on Catalytic Performance of Sol-Gel Ni/Al2O3 Catalysts in
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
39
Universitas Indonesia
Steam Reforming of Propane. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical.
Vol. 241(1-2): 133-146.
Parwono, S., Murachman, B., Hardjono, T., Budhijanto dan Witono, H. (1997)
Pembuatan Platinum Katalis dengan Penyangga Karbon Aktif dan Zeolit
untuk Oksidasi Gas Buang. Skripsi. Yogyakarta: UGM: 17-19.
Patra, A., Reisfeld, R. and Minti, H. (1998) Influence of Aluminium Oxide on
Intensities of Sm3+
and Pr3+
Spectral Transitions in Sol-Gel Glasses.
Materials Letters. Vol. 37(6): 325-329.
Richardson, J.T. (1989) Principles of Catalyst Development. New York: Planum
Press: 87.
Sato, S., Kuroki, M., Sodesawa, T., Nozaki, F. and Maciel G.E. (1995) Surface
structure and acidity of alumina-boria catalysts. Journal of Molecular
Catalysis A: Chemical. Vol. 104(2): 171-177.
Tankov, I., Pawelec, B., Arishtirova, K. and Damyanova, S. (2011) Structure and
Surface Properties of Praseodimium Modified Alumina. Applied Surface
Science. Vol. 258(1): 278-284.
Tietz, F., Zanghellini, E., Mariotto, G., Dedecke, T. and Urland, W. (1995)
Optical and magnetic investigations of Na+/Pr
3+-[beta]''-Al2O3. Journal of
Alloys and Compounds. Vol. 225(1-2): 152-155.
Tirtoatmodjo, Rahardjo. (2011) Pengaruh Naphtalene terhadap Perubahan Angka
Oktan Bensin untuk Kerja Motor dan Gas Buangnya. Journal of
Mechanical: 97.
Tonnies, J. J., and Gschneidner, K. A. (2002) Preparation of lanthanide single
crystals; praseodymium, neodymium, and lutetium. Journal of Crystal
Growth. Vol. 10(1): 1-5.
Xian, X., Liu, G., Zhang, X., Wang, L., and Mi, Z. (2010) Catalytic cracking of n-
dodecane over HZSM-5 zeolite under supercritical conditions: Experiments
and kinetics. Chemical Engineering Science . Vol. 65(20): 5588-5604.
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
40
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Percobaan
Gambar L. 1.1 Katalis yang telah dibuat
Kinerja katalis ..., Sari Pratiwi, FT UI, 2012
-
41
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Data hasil BET
Quantachrome Corporation
Quantachrome Autosorb Automated Gas Sorption System Report
Autosorb for Windows@ for AS-3 and A5-6 Version 123
Sample TD : Sari
Description Comment : Sari
Sample Weight : 0.5043 g Adsorbate NITROGEN Outgas Temp 150.0 "C Operator Jajat
Cross-Sec Area 16.2 A' /motecule Outgas Time 2.0 hrs Analysis Time 53.8 min
Nonldeality 6.5808-05 P/Po Toter 3 End of Run 11/1,5/20L1 11:18
Molecular Wt 28.01-34 g/ttrol Equil Time 2 File Name A5977816 -RAW
Statlon + 4 Bath Temp. '17.40 PC SW Version 1.23
AREA-VOLUME-PORE SIZE SUMMARY 1 (Katalis Al2O3)
SURFACE AREA DATA
MultipointBET ............................................................................ 1,178E+02 m2/g
Single Point BET ................................................................................. 1,188E+02 m2/g
Langmuir Surface Area ........................................................................ 1,178E+02 m2/g
t-Method External Surface Area: ......................................................... 1,175E+02 m2/g
trMet..hod Micro Pore Surface Area ................................................... 0,000E+00 m2/g
DR Method Micro Pore Area ............................................................... 1,561E+02 m2/g
PORE VOLUME DATA
t-Method Micro Pore Volume .............................................................. 0,000E+00 cc/g
DR Method Mj_cro pore Vo1ume ....................................................... 5,546E-02 cc/g
HK Method Cumufative Pore Volume ................................................ 4,572E-02 cc/g
SF Method Cumufative Pore Volume .................................................. 4,690E-02 cc/g
PORE SIZE DATA
DR