Digital 20214146-S148-Modifikasi Zeolit 4

105
i UNIVERSITAS INDONESIA MODIFIKASI ZEOLIT KLINOPTILOLIT DENGAN NANOPARTIKEL Au DAN LIGAN ASAM 3-MERKAPTOPROPANOAT SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT SKRIPSI ROHATIN 0806365274 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN KIMIA DEPOK JULI 2011 Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

description

iukh

Transcript of Digital 20214146-S148-Modifikasi Zeolit 4

  • i

    UNIVERSITAS INDONESIA

    MODIFIKASI ZEOLIT KLINOPTILOLIT DENGAN

    NANOPARTIKEL Au DAN LIGAN ASAM 3-MERKAPTOPROPANOAT

    SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT

    SKRIPSI

    ROHATIN

    0806365274

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    DEPARTEMEN KIMIA

    DEPOK

    JULI 2011

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

    LibraryNoteSilakan klik bookmarks untuk melihat atau link ke halaman isi

  • ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    MODIFIKASI ZEOLIT KLINOPTILOLIT DENGAN

    NANOPARTIKEL Au DAN LIGAN ASAM 3-MERKAPTOPROPANOAT

    SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

    ROHATIN

    0806365274

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    DEPARTEMEN KIMIA

    DEPOK

    JULI 2011

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • iii

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Rohatin

    NPM : 0806365274

    Program Studi : Kimia

    Judul Skripsi : Modifikasi Zeolit Klinoptilolit dengan Nanopartikel Au dan Ligan Asam Merkaptopropanoat serta Aplikasinya sebagai Adsorben Ion Logam Berat.

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia

    DEWAN PENGUJI

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Rabb Allah SWT atas segala berkah, anugerah, dan

    kasih sayang yang tidak berkesudahan di dalam kehidupan penulis dan kepada

    Rasulullah SAW yang menjadi suri teladan yang benar-benar sempurna selama

    ini.

    Terimakasih yang teramat besar penulis ucapkan kepada orang-orang

    teristimewa penulis Ayah, Ibu, kakaku dan adiku yang telah berkorban begitu

    besar bagi penulis dalam hal apa pun yang mengajarkan kesabaran, arti hidup,

    semangat yang sangat berarti bagi penulis.

    Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

    dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi

    saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Dr. Yoki Yulizar dan Dra. Tresye Utari, M.si selaku dosen pembimbing

    yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan

    saya dalam penyusunan skripsi ini.

    2. Novena Damar Asri, S.Si. Terima kasih atas masukan, diskusi,

    pengertiannya, arahan dalam penyusunan skripsi.

    3. Dr. Ridla Bakri, selaku Ketua Jurusan Kimia.

    4. Dra. Siswati Setiasih M.Si selaku pembimbing akademik penulis.

    5. Drs. Riswiyanto M.Si selaku Ketua Program Ekstensi Kimia dan selaku

    Koordinator Penelitian, terima kasih telah banyak membantu penulis.

    6. Dr. Widayanti Wibowo, Drs. Riswiyanto, M.Si, Dr. Yuni Krisyuningsih

    Krisnandi selaku dewan penguji yang telah memberi saran, masukan,

    arahan dalam penyusunan skripsi.

    7. Bapak dan Ibu dosen Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia,

    terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • vi

    8. Teman dekat penulis: mas Andri yang mengajarkan kesabaran, arti hidup,

    semangat yang sangat berarti bagi penulis, dukungan dan pengertiannya

    selama penelitian.

    9. Rekan penelitian : Shabrina, Asri, Ari dan bu Nurlita.Terima kasih atas

    kerjasama, kenyamanan, bantuan, diskusi, saran, sharing, keceriaannya,

    dukungan dan pengertiannya selama penelitian.

    10. Teman-teman penelitian: Temi,Wiwit, Omi, Nadia, Nadhiroh, Hani, Fitri,

    Sherly, Zetry, Ina, Dante, Destya, Retno, Puput, mbak Sofi, bu Indri, Bu

    Nana dan teman-teman penelitian lantai 4. Terima kasih atas kerjasamanya

    diskusi, saran, sharing dan keceriaannya selama penelitian.

    11. Sahabat penulis:Vina, Dwi, Diana, Kak Boni, Selvi, Uus, Agnes, Indri,

    Dani, Ade. Terima kasih atas persahabatan, kekeluargaan yang luar biasa

    dan menyenangkan.

    12. Pihak-pihak yang telah membantu proses penelitian: tim afiliasi, pak

    Sutrisno Babeh, pak Hedi, mbak Ina, mbak Cucu, pak Hadi, pak Marji,

    dan semua karyawan Departemen Kimia FMIPA UI.

    13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan

    satu persatu oleh penulis.

    Akhirnya, dengan segala kekurangan, penulis berharap agar skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi semua pihak.

    Depok, Juli 2011

    Penulis

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • vii

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • viii

    ABSTRAK

    Nama : Rohatin

    Program Studi : Kimia

    Judul : Modifikasi Zeolit Klinoptilolit dengan Nanopartikel Au dan

    Ligan Asam 3-Merkaprtopropanoat serta aplikasinya

    sebagai Adsorben Ion Logam Berat

    Zeolit alam Indonesia (Klinoptilolit) yang dimodifikasi oleh nanopartikel Au dan ligan asam 3-merkaptopropanoat (AMP) telah berhasil disintesis sebagai adsorben ion Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II) dan Fe(III). Modifikasi zeolit dengan nanopartikel Au (zeolit@Au) dilakukan dengan cara mereduksi HAuCl4 dengan NaBH4 dalam sistem suspensi zeolit. Zeolit@Au selanjutnya dimodifikasi dengan AMP dengan cara pelapisan melalui pengadukan dan proses aging. Zeolit@Au@AMP dikarakterisasi dengan FTIR dan PSA. Data FTIR memperlihatkan adanya gugus CH2 pada bilangan gelombang ( ) 2920 cm

    -1 dan 2850 cm-1 ; gugus keton (C=O) pada = 1700 cm-1 ; dan gugus OH pada = 3400 cm1 dan gugus S-Au pada = 2600 cm 1. Data PSA memperlihatkan ukuran partikel zeolit@Au@AMP sebesar 498,2 nm. Zeolit@Au@AMP diaplikasikan sebagai adsorben ion Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II) dan Fe(III). Zeolit@Au@AMP 0,03 M memperlihatkan adsorpsi secara sensitif dan selektif terhadap ion tunggal Pb(II) pada pH 5,6 dengan daya adsorpsi 13 kali lebih besar dari zeolit alam, sedangkan adsorpsi terhadap ion logam lain (0,08 -1,07 kali). Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP 0,03 M terhadap limbah buatan (ion logam campuran) pada pH 6,1 memperlihatkan daya adsorpsi ion Pb(II) 21 kali lebih besar dari zeolit alam, sedangkan adsorpsi terhadap ion logam lain (1,6 2,5 kali). Regenerasi zeolit@Au@AMP-Pb(II) telah dilakukan dengan EDTA 0,1M menghasilkan zeolit@Au@AMP kembali dengan persen regenerasi sebesar 77,67%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada material sains dan teknologi pemisahan.

    Kata kunci : Modifikasi zeolit klinoptilolit, nanopartikel Au,

    asam 3-merkaptopropanoat, adsorben, ion logam berat

    Vii+88 hlm : gmbr, tbl, lamp

    Bibliografi : 55 (1993-2010)

    ABSTRACT

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • ix

    Nama : Rohatin

    Program Studi : Kimia

    Judul : Modification of Clinoptilolite with Gold Nanoparticle and

    3-Mercaptopropionic Acid As Adsorben of Heavy Metal

    Ions.

    Indonesian natural zeolite (clinoptilolite) modified by gold nanoparticle and 3-mercaptopropionic acid ligand (AM) had been synthesized as adsorbent of Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II), and Fe (III) ions. Modification of zeolite with gold nanoparticles (zeolite@Au) was done by reducing with HAuCl4 with NaBH4 in the zeolite with suspension system. Zeolites@ Au was subsequently modified with AMP by means of coating with thoroughly stirring, and the aging process. Zeolite@Au@AMP were characterized by FTIR and PSA. FTIR spectra peaks showed the presence of CH2 group at wave number ( ) 2920 cm-1 and 2850 cm-1; carbocylic group (C = O) = 1700 cm-1, and the OH group = 3400 cm-1 and group S -Au = 2600 cm-1. Spectra PSA showed the particle size of zeolites@Au@AMP at 498.2 nm. Zeolites@Au@AMP was applied as adsorbent of Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II) and Fe (III) ions. Zeolites@Au@ AMP 0.03 M showed a sensitive and selective adsorption of (a single) Pb (II) ion at pH 5.6 with adsorption strength 13 times greater than the natural zeolite, whereas the adsorption of other metal ions were 0.08 up to 1.07 times.The power adsorption of zeolit@Au @ AMP 0.03 M of artificial waste (a mixture of metal ions) at pH 6.1 showed the adsorption of Pb (II) 21 times larger than the natural zeolite, whereas adsorption of other metal ions were (1.6 up to 2.5 times). The regeneration of zeolite@Au@AMP-Pb (II) had been carried out with 0.1 M EDTA produced zeolites@Au@AMP which had the regeneration capacity of 77,67%. We hope that study can contribute to materials science and separation technology.

    Key words : Modification clinoptilolite zeolite, Gold nanoparticle, 3- mercaptopropionic acid , adsorbent, Heavy metal ion

    Vii+88 hlm : pict, tbl, app

    Bibliografi : 55 (1993-2010)

    DAFTAR ISI

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • x

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ v ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah . ...................................................................... 4 1.3 Hipotesa .......................................................................................... 5 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7

    2.1 Kajian Pustaka yang Telah Dilakukan ........................................... 7 2.2 Studi Pendahuluan yang Sudah Dilakukan .................................... 8 2.3 Studi Literatur ................................................................................ 9

    2.3.1 Zeolit ....................................................................................... 9 2.3.2 Struktur Kerangka Zeolit ........................................................ 10 2.3.3 Jenis Zeolit ............................................................................. 12 2.3.4 Sifat dan Penggunaan Zeolit ................................................... 13

    2.4 Zeolit Klinoptilolit .......................................................................... 15 2.5 Nanopartikel ................................................................................... 15 2.6 Emas ............................................................................................... 16 2.7 Nanopartikel Emas ......................................................................... 17 2.8 Senyawa Tiol .................................................................................. 18

    2.8.1 Asam 3-Merkaptopropanoat ................................................. 18 2.8.2 Modifikasi Nanopartikel Au dengan

    Asam 3-Merkaptopropanoat ............................................... 19 2. 9 Logam Berat .................................................................................. 20

    2.9.1 Logam Pb............................................................................... 21 2.9.2 Logam Cu ............................................................................. 21 2.9.3 Logam Zn ............................................................................. 22 2.9.4 Logam Cd ............................................................................. 22 2.9.5 Logam Fe.............................................................................. 23

    2.10 Pembentukan Kompleks ............................................................... 23 2.11 Adsorben ...................................................................................... 23 2.12 Etylene Diamine Tetra Acid (EDTA) ........................................... 24 2.13 Fourier Transform Infra Red (FTIR) ........................................... 24

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • xi

    2.14 Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) ...................................... 25 2.15 X-Ray Fluoresence (XRF) ............................................................ 27 2.16 Brunaeur, Emmet, Teller (BET) ................................................... 28 2.17 Particle Size Analyzer (PSA) ....................................................... 29

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31

    3.1 Peralatan dan Bahan ...................................................................... 31 3.1.1 Peralatan ............................................................................... 31 3.1.2 Bahan .................................................................................... 31

    3.2 Prosedur Kerja ................................................................................ 31 3.2.1 Pembuatan Larutan Induk ................................................... 31

    3.2.1.1 Pembuatan Larutan HCl 1,2 M .................................. 32 3.2.1.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05M.............................. 32 3.2.1.3 Pembuatan Larutan NaCl 1 M.................................... 32 3.2.1.4 Pembuatan Larutan HAuCl4 1,0x10

    -2M ..................... 32 3.2.1.5 Pembuatan Larutan NaBH4 0,0261M ......................... 32 3.2.1.6 Pembuatan Larutan AMP 0,1 M ................................ 32 3.2.1.7 Pembuatan Larutan Zn(II) 5000 ppm ......................... 32 3.2.1.8 Pembuatan Larutan Cu(II) 5000 ppm ........................ 32 3.2.1.9 Pembuatan Larutan Pb(II) 5000 ppm ......................... 32 3.2.1.10 Pembuatan Larutan Cd(II) 5000 ppm........................ 32 3.2.1.11 Pembuatan Larutan Fe(III) 5000 ppm ...................... 33 3.2.1.12 Pembuatan Larutan Na-EDTA 0,1 M ...................... 33

    3.2.2 Aktivasi Zeolit ..................................................................... 33 3.2.2.1 Aktivasi Secara Fisika ................................................ 33 3.2.2.2 Aktivasi Secara Kimia................................................... 33 3.2.2.3 Penyeragaman Kation................................................... 33

    3.2.3 Imobilisasi Nanopartikel Emas pada Zeolit ........................ 34 3.2.3.1 Optimasi Waktu Imobilisasi Nanopartikel

    Emas dalam Zeolit ..................................................... 34 3.2.3.2 Imobilisasi Nanopartikel Emas dalam

    Zeolit .......................................................................... 34 3.2.4.Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat pada Zeolit@Au.......................................................................... 34 3.2.5.Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat (Tunggal) 35

    3.2.5. 1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn(II) ................... 35 3.2.5.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu(III) ................... 35 3.2.5. 3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb(II) .................... 35 3.2.5.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd(II) .................... 36 3.2.5. 5Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe(III).................... 36

    3.2.6 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Campuran .............. 36 3.2. 7 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP Terhadap Adsorbat

    Paling selektif ........................................................................ 37 3.2.7.1 Variasi Konsentrasi AMP ............................................. 37 3.2.7.2 Variasi Konsentrasi Ion Logam...................................... 38

    3.2.8 Regenerasi Zeolit@Au@AMP-Ion Logam ........................... 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 40

    4.1 Aktivasi Zeolit Alam Klinoptilolit ................................................. 40

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • xii

    4.1.1 Aktivasi Secara Fisika............................................................... 40 4.1.2 Aktivasi Secara Kimia .............................................................. 40 4.1.3 Penyeragaman Kation................................................................ 40

    4.2 Modifikasi Zeolit Alam Klinoptilolit.............................................. 41 4.2.1 Imobilisasi Nanopartikel Au ke dalam Zeolit ........................... 41 4.2.2 Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat

    (Zeolit@Au@AMP) ................................................................. 42 4.3 Karakterisasi Zeolit........................................................................ 42

    4.3.1 Karakterisasi Zeolit dengan XRF dan BET .............................. 42 4.3.2 Karakterisai Zeolit dengan PSA................................................ 43 4.3.3 Karakterisasi Zeolit dengan FTIR............................................... 45

    4.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat................................ 47 4.4.1 Aplikasi Adsorben Ion Berat dari Limbah Buatan

    (Ion Tunggal)............................................................................ 47 4.4.1.1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn (II)............................... 47 4.4.1.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu (II)............................... 49 4.4.1.3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb (II)............................... 51 4.4.1.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd (II)............................... 52 4.4.1.5 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe (III)............................... 54 4.4.1.6 Penentuan Adsorbat Paling Selektif....................................... 56

    4.4.2 Aplikasi Adsorben Ion Berat dari Limbah Buatan (Ion Campuran).......................................................................... 57

    4.5 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP Terhadap Adsorbat Paling Selektif.............................................................................................. 60

    4.5.1 Variasi Konsentrasi Ligan Pemodifikasi................................... 60 4.5.2 Variasi Konsentrasi Adsorbat................................................... 61

    4.6 Regenerasi..................................................................................... 63

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66

    5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 66 5.2 Saran ............................................................................................... 67

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68

    LAMPIRAN .................................................................................................... 73

    DAFTAR GAMBAR

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • xiii

    Gambar 2.1 Model unit pembangun primer ..................................................... 11 Gambar 2.2 Unit pembangun sekunder zeolit .................................................. 11 Gambar 2.3 Unit pembangun tersier ................................................................ 12 Gambar 2.4 Struktur zeolit klinoptilolit ........................................................... 15 Gambar 2.5 Skema pembentukan nanopartikel Au.......................................... 17 Gambar 2.6 Skema pembentukan nanopartikel Au

    dengan metode turkevich .............................................................. 18 Gambar 2.7 Struktur molekul asam 3-merkaptopropanoat .............................. 19 Gambar 2.8 Ilustrasi nanopartikel Au termodifikasi 3-AMP ........................... 20 Gambar 2.9 Struktur EDTA ............................................................................. 24 Gambar 2.10 Skema Pperalatan FTIR ............................................................. 25 Gambar 2.11 Komponen utama spektroskopi serapan atom ............................ 26 Gambar 2.12 Skema peralatan XRF................................................................. 27 Gambar 2.13 Skema peralatan BET ................................................................. 28 Gambar 2.14 Skema peralatan PSA ................................................................. 29 Gambar 4.1 Ilustrasi imobilisasi nanopartikel Au pada zeolit ......................... 41 Gambar 4.2 Ilustrasi penanaman ligan asam 3-merkaptopropanoat pada

    zeolit@Au ................................................................................... 42 Gambar 4.3 Zeolit aktivasi dan zeolit@Au ...................................................... 44 Gambar 4.4 Spektra PSA zeolit aktivasi, zeolit@Au, zeolit@Au@AMP ....... 44 Gambar 4.4 Spektra PSA nanopartikel Au, Au@AMP ................................... 45 Gambar 4.6 Hasil spektra FTIR zeolit, zeolit@Au, zeolit@Au@AMP 0,01M dan zeolit@Au@AMP0,03M.......................................... 46 Gambar 4.7 Grafik perbandingan jumlah ion Zn(II)teradsorpsi pada zeolit,

    zeolit@Au, zeolit@AMP ............................................................ 47 Gambar 4.8 Grafik perbandingan jumlah ion Cu(II) tersadsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP ....................................................... 49 Gambar 4.9 Grafik perbandingan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 51 Gambar 4.10 Grafik perbandingan jumlah ion Cd(II) teradsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 53 Gambar 4.11 Grafik perbandingan jumlah ion Fe(III) teradsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 54 Gambar 4.12 Jumlah ion logam yang teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi adsorpsi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 2,3 57 Gambar 4.13 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 2,3........ 58 Gambar 4.14 Jumlah ion logam yang teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi adsorpsi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 6,1 59 Gambar 4.15 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 6,1........ 59 Gambar 4.16 Grafik jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 ppm 60 Gambar 4.17 Grafik persen kenaikan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi Zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 ppm..................................................................... 61 Gambar 4.18 Grafik jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb(II); [AMP = 0,03 M]........... 62

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • xiv

    Gambar 4.19 Grafik daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb(II); [AMP = 0,03 M] ................................... 63 Gambar 4.20 Grafik daya kelat EDTA untuk mengikat ion Pb(II) dari zeolit aktif tanpa modifikasi, zeolit@Au; zeolit@Au@AMP.................................................................... 64 Gambar 4.21 Ilustrasi mekanisme pengikatan ion Pb(II) oleh EDTA.......... 65

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Data BET zeolit aktif klinoptilolit ................................................... 43

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • xv

    Tabel 4.2 Kandungan unsur zeolit dan zeolit@Au .......................................... 43 Tabel 4.3 Persen perbandingan kenaikan [Zn(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi............................................ 48 Tabel 4.4 Persen perbandingan kenaikan [Cu(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 50 Tabel 4.5 Persen perbandingan kenaikan [Pb(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 52 Tabel 4.6 Persen perbandingan kenaikan [Cd(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 53 Tabel 4.7 Persen perbandingan kenaikan [Fe(III)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 55 Tabel 4.8 Persen kenaikan jumlah ion logam terserap zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP.................. 56 Tabel 4.9 Persen Regenerasi Terhadap Zeolit, Zeolit@Au, dan

    Zeolit@Au@AMP........................................................................ 63

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Konsentrasi Au terserap zeolit Terhadap Variasi Pengulangan ........................................................ 74

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • xvi

    Lampiran 1 Perbandingan ukuran partikel zeolit; zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP ................................... 74 Lampiran 1Perbandingan ukuran partikel nano Au, Au@AMP 0,01 M dan Au@AMP 0,03M ........................ 74 Lampiran 2 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; Zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Zn(II).............. 75 Lampiran 3 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP sebagai adsorben Ion Cu(II)........... 76 Lampiran 4 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Pb(II)............ 77 Lampiran 5 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Cd(II) .............. 78 Lampiran 6 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au, zeolit@AuAMP sebagai adsorben ion Fe(III).............. 79

    Lampiran 7 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam pH 2,3............................................ 80 Lampiran 8 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam pH 6,1............................................ 81 Lampiran 9 Aplikasi zeolit termodifikasi sebagai Adsorben

    Ion Pb(II) dengan Variasi Konsentrasi 3-AMP........ 82 Lampiran 9 Persen Kenaikan Jumlah Ion Pb(II) Teradsorpsi zeolit@Au@AMP dengan Variasi Konsentrasi AMP

    Pada [Pb(II)] 2049 mg/L................................................... 82 Lampiran 10 Aplikasi Zeolit Termodifikasi sebagai Adsorben Ion Pb(II) dengan Variasi konsentrasi Ion Pb(II) dengan [AMP = 0,03 M]............................................... 83 Lampiran 10 Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb (II) dengan [AMP : 0,03M].......... 83 Lampiran 11 Analisis XRF zeolit klinoptilolit aktif.......................... 84 Lampiran 12 Analisis XRF zeolit termodifikasi nanopartikel Au............................................................ 85 Lampiran 13 Analisis BET zeolit klinoptilolit aktif.......................... 86 Lampiran 14 Analisis kandungan atom dalam zeolit klinoptilolit.................................................................... 87 Lampiran 15 Analisis KTK zeolit klinoptilolit.................................. 88

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Meningkatnya berbagai aktifitas industri telah menghasilkan

    berbagai macam limbah cair yang mengandung bahan beracun bagi

    manusia dan lingkungan. Diantara bahan beracun tersebut, logam berat

    merupakan bahan yang sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi

    kesehatan manusia bila konsentrasinya melebihi ambang batas yang

    dijinkan dan dapat meracuni air pada konsentrasi yang sangat rendah.

    Hal ini disebabkan sifat logam berat yang sulit didegradasi dan bersifat

    kumulatif, artinya sifat racunnya akan timbul bila telah terakumulasi

    dalam jumlah yang besar. (I.Made Bendiyasa et al. 2008)

    Pencemaran air oleh logam berat dapat berasal dari proses industri

    seperti industri pertambangan, elektroplating, industri penyamakan kulit,

    industri fungisida, industri cat dan zat warna tekstil (Argun et al. 2006).

    Logam berat yang terkandung dalam limbah cair diantaranya Zn2+, Pb2+,

    Cu2+, Cd2+, Cr2+, Co2+, Fe2+ dan lain-lain.

    Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengurangi atau

    bahkan menghilangkan logam berat berbahaya dari industri tersebut di atas

    sebelum dibuang ke perairan. Proses penghilangan logam berat dari limbah cair

    telah dilakukan dengan beberapa cara seperti, pengendapan menggunakan

    bahan kimia (Marani et al, 1995), elektrokimia (Chen. 2004), pertukaran ion

    (Petrus and Warchol. 2003), mikroorganisme (Li et al. 2004), serta adsorpsi

    dengan serbuk gergaji kayu (Argun et al. 2007), lempung (Marquez et al.

    2004), zeolit (Karatas. 2007).

    Di antara metode tersebut, adsorpsi merupakan metode yang paling

    banyak mendapat perhatian karena selain mudah dan sederhana, juga efektif

    untuk menghilangkan ion logam berat. Adsorben harus mempunyai daya serap

    dan selektifitas yang tinggi terhadap logam serta dapat didaur ulang untuk

    dimanfaatkan kembali. Adsorben yang sering digunakan saat ini adalah zeolit

    karena sifat khas yang dimilikinya yaitu sebagai penukar kation, adsorben,

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 2

    sensor, katalis serta mudah dalam proses pemisahan ion logam yang telah

    teradsopsi. Selama ini zeolit alam terkenal sebagai adsorben yang dapat menyerap

    logam-logam berat, dikarenakan pori-porinya yang cukup luas untuk berikatan

    dengan logam-logam lain, oleh karena itu zeolit diimobilisasi dengan

    beberapa logam untuk keperluan baik adsorpsi identifikasi logam berat,

    karena diharapkan zeolit mampu meningkatkan afinitas logam (Amun,

    amri, et al. 2004).

    E. Erdem, et al. 2004 menyatakan bahwa Adsorpsi menggunakan

    ion logam berat Co2+, Cu2+, Zn2+, dan Mn2+ dengan zeolit klinoptilolit

    bergantung pada pertukaran kation, diameter hidrasi ion dan data isoterm

    adsorpsi (Langmuir, Freundlich dan Dubinin-Kagener-Radushkevich

    (DKR), diperoleh dengan urutan penyerapan ion logam optimum adalah

    Co2+> Cu2+> Zn2+> Mn2+.

    (C.Wang, et al. 2009) mempelajari studi abu layang yang berasal dari

    pembakaran batubara, berhasil ditransformasi ke zeolit-P dan memiliki potensi

    aplikasi dalam pengolahan air limbah industri pengolahan batu bara, yang

    mengandung kation logam berat seperti Al3+, Fe2+, Mn2+, Zn2+, Cu2+, Ni2+.

    Selain menggunakan zeolit klinoptilolit dan abu layang sebagai

    adsorben Mircea. Stefan et al, 2008 mempelajari monmorilonit sebagai

    adsorben ion logam Cd2+, Pb2+, dan Zn2+, dimana adsorpsi bergantung

    pada pH dan sesuai hard-soft-acid-base theory (HSAB), dengan urutan

    penyerapan ion logam optimum Zn2+

  • 3

    material, untuk menciptakan suatu produk yang bermanfaat dan

    menguntungkan secara ekonomi (Rao C N R dan Cheetam A K. 2001)

    Nanopartikel logam juga menjadi perhatian besar dan aktivitas

    penelitiannya mengalami peningkatan. Material berukuran nano memiliki

    keunggulan dalam sifat-sifat tertentu yang sangat menguntungkan dalam

    aplikasinya yang spesifik. Hingga saat ini, nanopartikel telah diaplikasikan

    dalam berbagai bidang seperti optoelektronik, material science,

    chemosensor, medicine, katalis (Watanabe, K, et al. 2006) optical biodetection,

    bioassays, sebagai probe therapeutic delivery (Torchilin, V.P. 2006). Dalam

    perkembangannya, prospek teknologi ini semakin meningkat seiring dengan

    ditemukannya aplikasi-aplikasi baru di bidang lainnya .

    Nanopartikel logam dapat disintesis dengan cara mereduksi ion logam

    menjadi atom logam yang tidak bermuatan lagi. Zat pereduksi yang digunakan

    biasanya dari inorganik seperti natrium/kalium borohidrat (walker, C H, et al.

    2001), hidrazin (Kawasaki, H, et al. 2007), garam tartat (Das, R. N, et al. 2000)

    atau senyawa organik seperti sodium sitrat (Schulz-dobrick, M, et al. 2005),

    asam askorbat (Vemula, P.K, et al. 2007), dan asam amino (Bhargava, S.K,

    et al. 2005).

    Nanopartikel logam jika tidak diberi penstabil maka pada waktu tertentu

    dapat beragregasi (bergabungnya satu kluster dengan kluster lainnya) menjadi

    bentuk materi terkondensasinya. Zat penstabil yang biasa digunakan dapat

    berupa polimer misalnya poliethileneglicol, polivinil alkohol, dan polivinil

    pirilidon, surfaktan misalnya sodium dodycel sulfat, tween 80, dan triton, serta

    karbohidrat misalnya seperti kitosan. (A. Akbarzadeh, et al. 2009)

    Salah satu pengkajian nanopartikel yang menarik adalah sebagai sensor

    kimia, pada penelitian ini nanopartikel emas yang dimodifikasi dengan 12-

    Mercaptododecyl-1-iminodiacetic acid terbukti stabil tidak mengalami

    aglomerasi. Adanya gaya elektrostatik pada nanopartikel Au yang dilindungi

    Self Assembly Monolayer gugus fungsi SH dari 12-Mercaptododecyl-1-

    iminodiacetic acid dapat meningkatkan kestabilan sebagai koloid dalam

    larutan sehingga keseragaman ukuran nanopartikel Au dapat terjaga yang

    sensitif dan selektif sebagai sensor ion Cu2+ (S. Bhattacharya, et al. 2003)

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 4

    Berdasarkan hasil kajian dan aplikasi yang telah dilakukan sebagai

    penelitian pendahuluan tersebut maka pada penelitian kali ini akan dilakukan

    modifikasi zeolit dengan nanopartikel emas dan ligan asam 3-merkaptopropanoat

    yang kemudian diaplikasikan sebagai adsorben ion logam Pb(II), Cd(II),

    Zn(II), Cu(II), dan Fe (III) untuk mengetahui perbandingan daya serapnya

    terhadap zeolit tanpa modifikasi, zeolit termodifikasi nanopartikel emas,

    serta zeolit termodifikasi nanopartikel emas dan ligan asam 3-merkaptopropanoat

    terhadap masing-masing ion logam tersebut. Kombinasi penggunaan

    nanopartikel Au dan zeolit diharapkan dapat memaksimalkan hasil yang

    diperoleh. Nanopartikel Au yang bersifat inert dan memiliki luas permukaan

    besar berperan sebagai jembatan antara zeolit (template) dan ligan (penangkap

    ion logam). Selain itu, penggunaan zeolit juga memungkinkan dihasilkannya

    sistem heterogen yang memudahkan pemisahan (separasi) ion logam yang

    telah terikat dengan cairan induknya (limbah cair). Regenerasi menggunakan

    EDTA bertujuan agar zeolit@Au@AMP-ion logam dapat digunakan kembali

    sebagai adsorben. Rencana lebih jauh dari penelitian ini diharapkan memiliki

    aplikasi yang nyata sebagai adsorben dengan menggunakan limbah industri

    secara langsung, sehingga dapat memberikan kontribusi baru dan pemecahan

    masalah dalam bidang lingkungan.

    1.2 Perumusan Masalah

    Penggunaan zeolit alam sebagai adsorben untuk adsorpsi limbah

    logam dalam air sudah banyak dilakukan karena sifat khas zeolit yaitu

    sebagai penukar kation, adsorben, sensor, katalis serta mudah dalam proses

    pemisahannya. Zeolit alam tanpa modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi yang

    masih rendah. Modifikasi permukaan bertujuan meningkatkan kapasitas

    adsorpsi zeolit. Senyawa pemodifikasi yang diimobilisasikan akan lebih baik

    jika lebih menyukai ikatan dengan satu atau beberapa ion logam tertentu saja

    dibandingkan ion logam lain, sehingga terjadi adsorpsi yang lebih selektif.

    Dalam penelitian ini dipilih asam 3-merkaptopropanoat berdasarkan penelitian

    yang telah dilakukan sebelumnya oleh (N.Sandra. 2010) sebagai bahan

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 5

    imobilisasi dengan karakter lebih menyukai ikatan dengan ion Pb (II) dari pada

    ion logam Cd (II), Cu (II), Zn (II), Fe (III), modifikasi dengan asam 3-

    merkaptopropanoat membutuhkan substrat sebagai tempat tumbuhnya

    asam 3-merkaptopropanoat. Pemilihan nanopartikel Au didasarkan pada

    sifatnya yang inert dan tidak mudah teroksidasi. Selain itu asam 3-

    merkaptopropanoat memiliki gugus-SH yang memiliki afinitas tinggi

    terhadap ion logam khususnya emas.

    Hasil fabrikasi material dengan keunggulan-keunggulan ini diharapkan

    dapat menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat dimana

    selain sifatnya yang toksik, logam berat juga bersifat akumulatif sehingga

    keberadaannya dalam tubuh makhluk hidup sangat berbahaya. Selain itu,

    sifat yang akumulatif juga memungkinkan logam berat dapat membahyakan

    manusia melalui rantai makanan. Melalui rantai makanan, logam berat yang

    terkandung dalam tubuh ikan dapat terbawa hingga masuk ke tubuh manusia.

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memutus siklus kerugian akibat

    logam berat. Selain itu, penelitian ini juga melakukan regenerasi terhadap

    zeolit@Au@AMP-ion logam agar dapat digunakan kembali, sehingga

    tidak menimbulkan limbah baru. Lebih jauh, hasil fabrikasi zeolit ini juga

    akan diaplikasikan sebagai adsorben logam berat yang dihasilkan dari limbah

    industri. Langkah ini diharapkan semakin mendekatkan hasil riset yang

    bersifat aplikatif, dimana hasil riset tidak hanya berhasil dalam skala

    laboratorium, tetapi juga dapat diaplikasikan secara nyata dilapangan.

    1.3 Hipotesa

    a) Modifikasi permukaan zeolit dapat meningkatkan kapasitas adsorpsinya

    dengan dihasilkannya sisi aktif ikatan yang lebih besar terhadap ion

    logam.

    b) Nanopartikel Au berperan sebagai jembatan antara zeolit dan ligan,

    dimana ukurannya yang kecil (skala nano) akan mempebesar luas

    permukaan

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 6

    c) Ligan AMP berfungsi sebagai penangkap ion logam berat melalui

    gugus COOH-nya, sedangkan gugus-SH berfungsi sebagai pegangan

    ke template melalui ikatannya dengan nanopartikel Au.

    d) Penggunaan zeolit termodifikasi dapat mempermudah proses separasi

    melalui sistem heterogen padat-cair yang dihasilkan.

    e) Regenerasi zeolit@Au@AMP-ion logam dapat menghasilkan kembali

    zeolit@Au@AMP sehingga mencegah dihasilkannya limbah baru.

    1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

    a. Memodifikasi zeolit dengan nanopartikel Au termodifikasi AMP

    (zeolit@Au@AMP)

    b. Melakukan karakterisasi terhadap hasil modifikasi.

    c. Mengaplikasikan zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion logam

    Cu(II), Zn(II), Pb(II), Cd(II), dan Fe(III).

    d. Melakukan analisa secara kuantitatif terhadap jumlah ion logam berat

    yang teradsorpsi.

    e. Menganalisa dan membandingkan kemampuan adsorpsi zeolit,

    zeolit@Au, dan zeolit@Au@AMP sebagai adsorben.

    f. Mendapatkan adsorbat yang selektif.

    g. Memperoleh kondisi optimum fabrikasi dan aplikasi terhadap adsorbat

    paling selektif.

    h. Memperoleh metode regenerasi yang sesuai sehingga

    zeolit@Au@AMP dapat digunakan kembali.

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 7 Universitas Indonesia

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Pustaka dari Penelitian yang Telah Dilakukan

    Beberapa penelitian yang menunjang studi yang diusulkan adalah:

    a. (E. Erdem, et al. 2004) menyatakan bahwa Adsorpsi menggunakan ion

    logam berat Co2+, Cu2+, Zn2+, dan Mn2+ dengan zeolit klinoptilolit

    bergantung pada pertukaran kation, diameter hidrasi ion dan data isoterm

    adsorpsi (Langmuir, Freundlich dan Dubinin-Kagener-Radushkevich

    (DKR), diperoleh dengan urutan penyerapan ion logam optimum adalah

    Co2+> Cu2+> Zn2+> Mn2+.

    b. (C.Wang, et al. 2009) mempelajari studi abu layang yang berasal dari

    pembakaran batubara, berhasil ditransformasi ke zeolit-P dan memiliki

    potensi aplikasi dalam pengolahan air limbah industri pengolahan batu

    bara, yang mengandung kation logam berat seperti Al3+, Fe2+, Mn2+, Zn2+,

    Cu2+, Ni2+.

    c. (S. Hashimoto, et al. 2009) telah mempelajari sintesis gel nanopartikel

    emas yang diimobilisasi ke dalam zeolit-L dan memiliki aplikasi praktis

    untuk fabrikasi bahan nanokomposit.

    d. (A. Akbarzadeh, dkk. 2009) mempelajari studi sintesis nanopartikel emas

    dengan agen pereduksi yang berasal dari asam amino Tryptophane.

    Tryptophane adalah asam amino yang dapat dioksidasi ke dalam bentuk

    Kynurenine, sehingga asam amino ini dapat digunakan sebagai agen

    pereduksi bersamaan terbentuknya nanopartikel emas. Untuk menstabilkan

    ukuran nanopartikel emas digunakan PEG 100 sebagai stabilizer dengan

    aplikasinya sebagai nanomedicine dan nanobioteknologi.

    e. (B. Ankamwar. 2010) mempelajari sintesis nanopartikel emas dengan

    menggunakan ektraks daun Terminalia Catappa sebagai agen pereduksi

    sekaligus sebagai capping agent. Nanopartikel emas stabil karena dalam

    daun Terminalia Catappa terkandung tannin yang memiliki gugus polyfeols

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 8

    Universitas Indonesia

    dan carbocxylic dengan ikatan hidrogen yang kuat dan memiliki aplikasi

    sebagai cancer therapy.

    f. (G, Torresdey. 2003) mempelajari studi sintesis nanopartikel Au dan Ag

    dari ekstrak tanaman Alfalfa pada media padat, yang dapat digunakan

    sebagai idikator biologi untuk mengurangi kontaminasi air dan tanah yang

    terkontaminasi logam berat Cr6+ dan Cr3+.

    g. (Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007) mempelajari sintesis

    nanopartikel emas dengan trisodium fosfat sebagai zat pereduksinya dan

    proses fotoaktivasi pada temperatur ruang dan asam 3-merkaptopropanoat

    sebagai stabilizer. Adanya gugus COOH dan ikatan hidrogen dari gugus

    karboksilat terjadi transfer elektron lebih mudah dan ikatan koordinasi yang

    lebih stabil sehingga terbentuk nanopartikel emas yang dihasilkan lebih stabil.

    2.2 Studi pendahuluan yang sudah dilakukan

    Studi pendahuluan yang telah dilakukan untuk menunjang

    penelitian yang diusulkan adalah:

    a. (Neny sriwahyuni. 2009) mempelajari sintesis zeolit termodifikasi

    nanopartikel Au melalui reduksi Au3+ menjadi Auo dengan NaBH4.

    Modifikasi permukaan zeolit berhasil dilakukan dengan penanaman

    ligan 11-MUA. Zeolit@Au@MUA diaplikasikan sebagai logam

    Pb(II) dimana jumlah Pb(II) teradsorpsi oleh zeolit termodifikasi lebih

    besar dibandingkan zeolit non-modifikasi. Selain itu regenerasi

    zeolit@Au@MUA-Pb berhasil dilakukan dengan EDTA.

    b. (Sandra Novita. 2010) mempelajari interaksi sintesis zeolit

    termodifikasi nanopartikel Au dan ligan 3-AMP. Hasil yang diperoleh dari

    penelitian ini adalah aplikasi zeolit@Au@AMP sebagai adsorben

    mampu menyerap ion Pb(II) pada pH optimum 3, daya adsorpsi

    zeolit@Au@AMP terhadap ion Pb(II) lebih besar dibandingkan zeolit

    tidak termodifikasi, serta aplikasi lebih luas dari zeolit@Au@AMP dapat

    digunakan sebagai adsorben ion Cd, Cr, Zn, Ni, dan Cu.

    c. (Dian Nastiti. 2009) mempelajari modifikasi zeolit klinoptilolit dengan

    nanopartikel emas dan dithizon. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 9

    Universitas Indonesia

    emas yang termodifikasi ligan berhasil diimobilisasi ke dalam zeolit dan

    dapat digunakan sebagai adsorben ion Cu(II).

    d. (Mariska Halimtengker. 2006) mempelajari modifikasi menggunakan

    nanopartikel Ag dan Au dengan ligan asam 3-merkaptopropanoat dan

    sistein. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel yang termodifikasi ligan

    dapat digunakan sebagai sensor kimia untuk logam berat Pb, Cd, Hg

    namun tidak untuk sensor logam Fe.

    e. (Roccky. 2007) mempelajari modifiksi nanopartikel emas dengan ligan

    dithizon. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel emas tersebut dapat

    digunakan sebagai sensor kimia ion Hg(II), serta Au@Dit-Hg dapat

    diregenerasi dengan cara ekstraksi menggunakan larutan dithizon dalam

    heksana.

    f. (Septiasih Komalasari. 2009) mempelajari potensi nanopartikel Au pada

    zeolit klinoptilolit termodifikasi sistein sebagai adsorben ion Pb (II).

    Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel Au termodifikasi ligan

    diimobilisasi ke dalam zeolit. Zeolit termodifikasi terbuktilebih efektif

    mengikat ion Pb(II) dibandingkan dengan zeolit tanpa modifikasi.

    Regenerasi Pb dari zeolit@Au@sistein berhasil dilakukan menggunakan

    EDTA.

    2.3 Studi Literatur

    2.3.1 Zeolit

    Mineral zeolit dikenal sejak tahun 1755 oleh seorang mineralogi

    berkebangsaan Swedia yang bernama Freherr Axel Cronsted. Zeolit berasal dari

    bahasa yunani, zhein yang berarti mendidih dan Lithos yang berarti batuan. Oleh karena

    itu zeolit didefinisikan sebagai batuan yang mendidih karena dehidrasi molekul air yang

    dikandung di dalamnya apabila zeolit dipanaskan. Zeolit memiliki struktur berongga-

    rongga dengan cairan di dalamnya yang mudah lepas sehingga memungkinkan zeolit

    mempunyai sifat khusus yaitu mampu melakukan pertukaran kation, mampu menyerap

    senyawa kimia tertentu (sebagai adsorben) dan mampu bertindak sebagai katalisator

    (Murat. A, et al. 2006)

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 10

    Universitas Indonesia

    2.3.2 Struktur Kerangka Zeolit

    Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal melainkan sekumpulan

    mineral yang terdiri dari beberapa unsur. Secara umum mineral zeolit adalah

    senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah yang mempunyai rumus

    sebagai berikut:

    M2/nO.[Al2O3)y(SiO2)z].PH2O

    Dimana: M = kation yang dapat dipertukarkan

    n = valensi kation

    y = jumlah atom Al

    z = jumlah atom Si

    p = jumlah molekuler air

    Struktur zeolit tersusun dari unit-unit berulang terkecil berupa tetrahedral

    SiO4 dan AlO4. Ikatan antar tetrahedral terbentuk dengan pemakaian bersama

    atom oksigen oleh dua tetrahedral (sharing atom O), sehingga setiap tetrahedral

    akan berikatan dengan 4 tetrahedral lainnya karena adanya sharing atom O maka

    kerangka 3 dimensi zeolit sedikit terbuka sehingga membentuk pori ataupun rongga.

    Zeolit tersusun atas subtitusi parsial Si4+ dan Al3+ yang menyebabkan zeolit bermuatan

    negatif yang umumnya diseimbangkan dengan molekul air dan kation-kation. Kation

    alkali dan alkali tanah seperti Na+, K+, Mg2+ dan lainnya mempunyai mobilitas yang

    cukup baik untuk menyeimbangkan muatan negatif dalam zeolit. Kation-kation ini

    bergerak bebas dalam zeolit dan dikelilingi oleh molekul air sehingga mudah untuk

    menggantikan kation ini dengan kation lainnya tanpa merusak kerangka zeolit. Sifat

    inilah yang menjadi dasar penggunaan zeolit sebagai penukar kation. (Dutta, 2000)

    Secara garis besar klarifikasi kerangka dasar pembangun zeolit dibagi

    menjadi tiga yaitu :

    a. Unit pembangun primer

    Unit pembangun primer merupakan unit dasar dan terkecil

    penyusun zeolit yang terdiri dari SiO4 dan AlO4. Unit ini merupakan

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 11

    Universitas Indonesia

    kerangka yang paling stabil yang tersusun dari Si dan Al pada pusat

    tetrahedral dan atom O pada keempat sudut tetrahedral.

    Gambar 2.1 Model Unit Pembangun Primer (Rakhmatullah et.al. 2007)

    Pada saat ini dikenal sekitar 40 jenis zeolit alam, meskipun yang

    dapat mempunyai nilai komersil ada sekitar 12 jenis, diantaranya

    klinoptilolit, mordenit, filipsit, kabasit, erionit, dan lain-lain. (Ghost,

    Sujit Kumar, et al. 2002)

    b. Unit pembangun sekunder

    Unit pembangun sekunder merupakan gabungan beberapa

    unit primer yang bergabung dengan menggunakan atom sebagai

    sudut dua tetrahedral membentuk cincin ganda dengan 4, 5, 6, 7,

    dan 8 tetrahedral.

    Gambar 2.2 Unit pembangun sekunder zeolit

    (http://wikis.lib.ncsu.edu/index.php/Zeolite)

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 12

    Universitas Indonesia

    c. Unit pembangun tersier

    Unit pembangun tersier merupakan gabungan dari beberapa

    unit sekunder yang saling berikatan membentuk suatu polihedral

    yang merupakan struktur kristal zeolit.

    Gambar 2.3 Unit Pembangun Tersier (Rakoczy. 2004)

    2.3.3 Jenis Zeolit

    Berdasarkan proses pembentuknya, zeolit dapat dibagi menjadi dua jenis

    yaitu:

    a. Zeolit alam

    Zeolit alam adalah zeolit yang terbentuk melalui proses alam yaitu

    proses hidrotermal pada batuan beku basa. Zeolit ini biasanya ditemukan

    di dalam celah-celah yang mengisi batuan tersebut. Bentukan zeolit alam

    banyak mengandung perbandingan yang besar dari M2+ dan H+ pada Na+,

    K+, dan Ca2+. Saat ini sudah dikenal lebih dari 40 jenis zeolit alam namun

    hanya 20 jenis yang terdapat dalam batuan sedimen.

    b. Zeolit sintesis

    Zeolit sintesis adalah zeolit yang sengaja dibuat dari bahan kimia

    dengan sifat yang hampir sama dengan zeolit alam walaupun zeolit sintesis

    memiliki sifat fisis yang jauh lebih baik. Zeolit sintesis biasanya dibuat

    untuk mendapatkan zeolit dengan kemurnian yang lebih baik dengan

    mengatur perbandingan Si/Al yang diinginkan. Nilai Si/Al dapat

    divariasikan dalam zeolit sintesis. Berdasarkan nilai Si/Al, zeolit dapat

    dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 13

    Universitas Indonesia

    1) Zeolit kadar Si rendah

    Zeolit ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena efektif dalam

    pemurnian dengan kapasitas yang besar karena adanya pori, komposisi,

    dan saluran rongga yang optimum.

    2) Zeolit kadar Si sedang

    Zeolit ini memiliki kadar Si/Al = 5. Contoh zeolit yang termasuk jenis

    ini adalah modernit dengan perbandingan Si/Al = 5 dan sangat stabil

    3) Zeolit kadar Si tinggi (Si/Al = 10-100)

    Zeolit jenis ini memiliki sifat yang sangat higroskopis dan menyerap

    molekul yang non polar dan baik digunakan sebagai katalisator asam

    untuk hidrokarbon.

    4) Zeolit Si (tanpa Al)

    Zeolit Si tidak mengandung Al sama sekali dan jenis ini sangat

    hidrofobik sehingga dapat memisahkan molekul organik non polar

    dari suatu campuran air.

    2.3.4 Sifat dan Penggunaan Zeolit

    Sifat zeolit yang terpenting adalah sebagai penyerap yang

    selektif, penukar ion, dan mempunyai sifat katalisis yang tinggi. Sifat -

    sifat serapan zeolit dipengaruhi oleh muatan-muatan kation. Kation-

    kation ini terkoordinasi pada atom oksigen. Penggantian kation dengan

    kation lain yang berbeda ukurannya dan muatan listriknya dapat mempengaruhi

    ukuran pori-pori yang akhirnya mempengaruhi sifat-sifat serapannya.

    Perubahan sifat zeolit tergantung pada sifat-sifat dan ukuran kation, temperatur,

    tekanan, konsentrasi larutan dan struktur zeolit. Karena sifat zeolit yang unik

    tersebut maka zeolit dapat digunakan dalam berbagai aplikasi diantaranya

    adalah:

    a) Zeolit sebagai penukar ion

    Sifat penukar ion pada zeolit barhubungan dengan ion-ion yang berada

    pada rongga-rongga. Ion-ion rongga atau kerangka elektrolit berguna

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 14

    Universitas Indonesia

    untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga

    pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran dan muatan maupun

    jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit tergantung dari sifat

    kation, suhu dan jenis anion. Penukaran kation dapat menyebabkan

    perubahan beberapa sifat zeolit seperti stabilitas terhadap panas, sifat

    adsorpsi dan aktifitas katalisis. ( Kuronen et al, 2006)

    b) Zeolit sebagai penyaring molekul

    Zeolit dapat menyaring molekul karena adanya rongga zeolit yang

    berukuran molekul. Molekul dapat tersaring karena adanya perbedaan ukuran,

    bentuk, dan polaritas molekul. Oleh karena itu, ada beberapa molekul yang

    dapat tersaring dan ada molekul yang tidak dapat tersaring bergantung dari

    besarnya ukuran molekul. Karenanya zeolit dapat digunakan sebagai penyaring

    molekul yang selektif.

    c) Zeolit sebagai bahan penyerap

    Kristal zeolit mempunyai rongga yang terisi molekul air bebas yang

    berada disekitar kation. Jika dilakukan proses kalsinasi pada suhu tinggi maka

    akan terjadi penguapan molekul air yang mengakibatkan zeolit mempunyai

    luas permukaan kontak yang besar sehingga memungkinkan zeolit memiliki

    kemampuan untuk menyerap molekul gas atau cairan. Kapasitas adsopsi

    zeolit dipengaruhi beberapa faktor yaitu: suhu, lama adsorpsi, ukuran

    partikel adsorben, dan kadar. Proses adsorpsi zeolit merupakan proses

    fisika (Fisisorbsi) yang disebabkan oleh gaya interaksi molekuler

    secara fisikokimiawi yang besarnya sama dengan gaya Van der waals

    (Sunartintyas, S. 2008)

    d) Zeolit sebagai katalis

    Zeolit merupakan katalisator yang baik karena memiliki pori-pori

    yang besar dengan permukaan yang maksimum. Zeolit memiliki ciri paling

    khusus yang secara praktis akan menentukan sifat khusus di dalam mineral

    ini, yaitu adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran di dalam

    strukturnya. Pada proses penyerapan atau katalisis, pemakaian zeolit akan

    mengakibatkan difusi molekul ke dalam ruang bebas atau hampa di antara

    kristal, sehingga dimensi dan lokasi saluran sangat penting. Sistem saluran

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 15

    Universitas Indonesia

    ada 3 macam, yaitu: satu, dua dan tiga dimensi. Pada saluran satu dimensi

    molekul hanya dapat bergerak ke satu arah saja. Saluran dua dimensi

    memberikan kemungkinan molekul berdifusi ke dua arah atau dalam satu

    bidang datar, sedangkan pada saluran tiga dimensi molekul yang berdifusi

    dapat bergerak ke semua arah atau sisi kristal. Saluran tersebut akan

    berulang tergantung dari system simetri kristal. (Murat, A et al. 2006)

    2.4 Zeolit Klinoptilolit (Na2[Al6Si30O72]. 24 H2O)

    Zeolit klinoptilolit merupakan salah satu zeolit yang sering ditemui di

    alam yang mempunyai kandungan silika yang tinggi dengan perbandingan

    Si/Al antara 7-18. Struktur kristalnya berbentuk monoklinik dengan cincin 8,

    cincin 10.

    Gambar 2.4 Struktur zeolit klinoptilolit

    ( Inglezakis et al, 2005)

    Zeolit klinoptilolit memiliki kerangka struktur unit tetrahedral [AlO4]

    5-

    dan [SiO4]4- dengan unit bangun sekunder T10O20. Zeolit klinoptilolit alam

    pada suhu 25oC dan tekanan 2,6666 kPa kapasitas adsorpsinya terhadap H2O

    dapat mencapai 16 gram H2O/100 gram ( Inglezakis et al, 2005)

    2.5 Nanopartikel

    Nanopartikel adalah partikel yang memiliki ukuran diantara 1-100 nm.

    Nanopartikel dapat memiliki sifat atau fungsi yang berbeda dari material sejenis

    dalam ukuran besar (bulk). Dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda

    dari material sejenis dalam ukuran besar yaitu: karena ukurannya yang kecil

    nanopartikel memiliki perbandingan antara luas permukaan dan volume yang

    lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Hal

    ini membuat nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 16

    Universitas Indonesia

    oleh atom-atom di permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang

    bersentuhan langsung dengan material lain, ketika ukuran partikel menuju order

    nanometer, maka hukum fisika yang berlaku lebih didominasi oleh hukum-

    hukum fisika kuantum.

    Sifat-sifat yang berubah pada nanopartikel biasanya berkaitan dengan

    fenomena-fenomena kuantum sebagai akibat keterbatasan ruang gerak elektron dan

    pembawa muatan lainnya dalam partikel. Fenomena ini berimbas pada beberapa sifat

    material seperti perubahan warna yang dipancarkan, transparansi, kekuatan mekanik,

    konduktivitas listrik dan magnetisasi. Fenomena lainnya yaitu perubahan rasio jumlah

    atom yang menempati permukaan terhadap jumlah total atom. Fenomena ini

    berimbas pada perubahan titik didih, titik beku, dan reaktivitas kimia. Perubahan-

    perubahan tersebut diharapkan dapat menjadi keunggulan nanopartikel dibandingkan

    dengan partikel sejenis dalam ukuran bulk (Mikrajuddin, A dkk. 2008)

    Sekarang ini penelitian nanopartikel dilakukan secara intensif pada area

    penelitian ilmiah, dimana bertujuan untuk meluaskan variasi dari aplikasi

    nanopartikel yang potensial pada bidang biomedical, optical, dan elektronik.

    2.6 Emas

    Pada susunan tabel periodik unsur emas termasuk pada golongan logam

    transisi. Emas memiliki nomor atom 79, dengan konfigurasi elektron [Xe]4f14 5d10 6s1

    , massa atom 196,967 gram per mol dan jari-jari atom 0,1442 nm. Dalam bentuk

    warna emas adalah coklat keemasan. Logam ini melebur pada suhu 1064oC. Logam

    emas tahan terhadap asam. Dalam bentuk garam emas dapat larut dalam air

    membentuk anion tetrakloroaurat [AuCl4]-. Baik pada bentuk monovalen maupun

    trivalennya emas dapat dengan mudah direduksi menjadi logamnya. Senyawa emas

    (I) relatif kurang stabil dibandingkan senyawa-senyawa emas (III).

    Emas sangat mudah ditempa, memiliki kekerasan antara 2,5 sampai 3,

    sehingga merupakan logam yang lunak. Emas memiliki kemampuan untuk

    menghantarkan panas dan listrik lebih baik dibandingkan tembaga dan perak.

    Emas juga memiliki sifat tahan terhadap korosi. Emas hanya dapat terkorosi oleh

    campuran asam nitrat dan asam hidroklorida (aquaregia). (Norsten, Tyler, et al.

    2002)

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 17

    Universitas Indonesia

    2.7 Nanopartikel Emas

    Nanopartikel emas dapat dibentuk dengan dua cara yaitu cara fisika dan kimia.

    Cara fisika dapat dilakukan dengan cara melebur batangan emas menjadi partikel

    berukuran nanometer (top-down) sedangkan dengan cara kimia dilakukan dengan

    menumbuhkan nanopartikel dari atom logam atau molekul-molekul yang membentuk

    cluster-cluster yang di assembly membentuk partikel berukuran nanometer.

    (Mikrajuddin, A dkk. 2008)

    Gambar 2.5 Skema pembentukan nanopartikel Au

    (Bikash K. Jena, et al. 2010)

    Sintesis nanopartikel Au dapat dilakukan melalui 2 metode: (A.

    Akbarzadeh, et al. 2009)

    a. Metode Brust

    Pada metode ini nanopartikel emas dibuat dengan cara mereduksi HAuCl4

    dengan pereduksi NaBH4. Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan

    nanopartikel emas adalah:

    4AuCl4- + 3BH4

    - + 12OH- 4Au + 3B(OH2)2- + 16Cl- + 6H2O

    Au3+

    Nanopartikel Au

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 18

    Universitas Indonesia

    b. Metode Turkevich

    Pada metode ini pembentukan nanopartikel emas (Au) dibuat dengan cara

    mereduksikan HAuCl4 dengan menggunakan Sodium Citrate. Reaksi utamanya

    adalah reduksi dari garam Au (HAuCl4) sehingga akan membentuk logam emas.

    Gambar 2.6 Skema pembentukan nanopartikel Au dengan metode

    Turkevich (A. Akbarzadeh, et al. 2009)

    2.8 Senyawa Tiol

    Dalam bidang kimia, tiol dikenal dengan nama merkaptan, yaitu seyawa yang

    terdiri dari gugus tiol (-SH) yang menempel pada atom karbon. Thiol hampir

    sama dengan alkohol, dimana oksigen dari gugus hidroksi (-OH) digantikan oleh

    atom sulfur (belerang). Oksigen dan sulfur memiliki karakter kimia yang hampir

    sama karena letaknya dalam satu golongan dalam tabel susunan berkala. Tiol

    dapat membentuk thioester dan thioasetal.

    Sejumlah besar tiol adalah cairan yang tidak berwarna dan mempunyai bau

    seperti bawang putih. Bau yang dimilikinya itu kuat dan tidak enak. Contoh tiol

    adalah metil merkaptan (CH3SH), etil merkaptan (C2H5SH), koenzim A, dan

    sistein. (Sardar, Rajesh et al. 2009)

    2.8.1 Asam 3-Merkaptopropanoat

    Salah satu contoh senyawa tiol adalah asam 3-merkaptopropanoat.

    Senyawa ini mempunyai rumus molekul C3H6O2S dengan berat molekul 106,13

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 19

    Universitas Indonesia

    g/mol, mempunyai berat jenis 1,21 g/cm3, titik leleh 17-19oC dan titik didih 110-

    111oC (15 torr). Senyawa ini mengandung gugus tiol dan gugus karboksilat,

    seperti terlihat di bawah ini: (Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007)

    Gambar 2.7 Struktur molekul asam 3-merkaptopropanoat

    2.8.2 Modifikasi Nanopartikel Emas dengan Asam 3-Merkaptopropanoat

    Pada umumnya, nanopartikel memiliki sifat yang tidak stabil karena energi

    permukaannya tinggi, sehingga dibutuhkan kestabilan untuk melawan agregasi

    antar partikel dengan memodifikasi permukaannya menggunakan ligan yang

    cocok. Ligan tersebut dapat memiliki gugus fungsi seperti: siano (-CN), merkapto

    (-SH), dan amina (-NH2), dimana gugus tersebut diketahui memiliki afinitas yang

    tinggi terhadap ion logam khususnya emas. (Aryal, Santhosh, et al. 2005)

    Penambahan molekul ligan asam 3-merkaptopropanoat pada nanopartikel Au

    akan membentuk suatu senyawa stabil. Tiol akan membentuk lapisan tunggal pada

    permukaan nanopartikel logam (self Assembly Monolayer) yang berarti asam 3-

    merkaptopropanoat telah memodifikasi permukaan nanopartikel yang berbentuk bola

    atau ruang 3 dimensi. Dalam modifikasi ini terjadi interaksi antara gugus-SH dari asam

    3-merkaptopropanoat dengan nanopartikel Au. Proses menempelnya gugus SH tersebut

    pada permukaan nanopartikel Au dapat diidentifikasikan dengan teknik pengukuran

    UV-Vis spektrofotometer. Hasil modifikasi nanopartikel Au dapat diamati dari

    spektrum yang mengalami pergeseran pada panjang gelombang maksimumnya

    jika dibandingkan dengan spektrum nanopartikel Au yang belum termodifikasi.

    HS OH

    O

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 20

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.8 Ilustrasi nanopartikel Au termodifikasi 3-AMP

    (Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007)

    Pergeseran spektrum yang didapat dari spektrometer UV-Vis

    memperlihatkan bahwa interaksi antara gugus SH dengan nanopartikel Au telah

    terjadi sehingga dalam kesetimbangan reaksi membentuk Self Assembly Monolayer

    (SAM) pada permukaan nanopartikel Au. Ligan organik tersebut selanjutnya dapat

    digunakan untuk sensor ion logam secara selektif sesuai dengan kemampuan

    gugus fungsinya yang berinteraksi dengan ion logam. (Sujit Kumar Ghosh dan

    Tarasankar Pal. 2007)

    2.9 Logam Berat

    Logam berat merupakan unsur yang berbahaya di permukaan bumi, sehingga

    kontaminasinya di lingkungan merupakan masalah besar di dunia saat ini. Sejak

    kasus kecelakaan merkuri di Minamata Jepang (1953) yang secara intensif

    dilaporkan, isu pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan perkembangan

    berbagai penelitian yang mulai diarahkan pada berbagai aplikasi teknologi untuk

    menangani polusi lingkungan yang disebabkan oleh logam berat.

    Pada tabel sistem periodik, logam berat terletak pada sudut kanan bawah

    dengan berat jenis lebih besar 5 g/cm3. Logam berta memiliki afinitas yang tinggi

    terhadap unsur belerang dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4

    sampai 7. Logam berat dapat berikatan dengan belerang dan enzim, yang dapat

    menyebabkan enzim yang bersangkutan tidak aktif dan juga dapat mengendapkan

    senyawa fosfat biologis atau mengkatalisis penguraian (Marganof. 2003).

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 21

    Universitas Indonesia

    Sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu

    bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Pb, Cu, Cd dan Zn. Bersifat

    toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co. Sedangkan yang bersifat toksik

    rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.

    2.9.1 Logam Pb

    Timbal atau dikenal sebagai ion Pb (II) dalam susunan unsur merupakan logam

    berat yang dapat secara alami dalam kerak bumi dan tersebar di alam dalam jumlah

    kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi. Pb merupakan logam lunak

    berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh 327,5oC dan titik

    didih 1,740oC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari

    semua unsur yang stabil yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun yang dapat merusak

    sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang dalam jangka waktu

    yang lama. Timbal terdapat dalam isotop 204 Pb (1,4%), 206 Pb (24,1%), 207 Pb

    (22,1%), dan 208 Pb (52,4%) kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk

    akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resisten terhadap korosi, oleh

    karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat)

    (Sekar et al, 2004)

    2.9.2 Logam Cu

    Tembaga (cuprum; Cu) merupakan elemen kimia pada tabel periodik yang

    mempunyai nomor atom 29. Tembaga merupakan logam yang mempunyai

    konduktifitas termal dan elektrik yang cukup tinggi, sehingga banyak digunakan

    sebagai konduktor elektrik dan termal. Selain itu, tembaga juga digunakan sebagai

    bahan bangunan yaitu sebagai perlatan logam rumah tangga, dan sebagai bahan dalam

    campuran logam (alloy) seperti koin uang logam, dibidang pertanian senyawa tembaga

    sulfat sebagai fungisida dan mengontrol perkembangan alga di perairan. Selain itu

    juga tembaga dan senyawanya banyak digunakan sebagai zat warna.

    Tembaga juga merupakan nutrien yang esensial bagi semua tumbuhan

    tingkat tinggi dan hewan. Pada hewan, termasuk manusia tembaga ditemukan di

    aliran darah, dan sebagai kofaktor di beberapa enzim. Namun, dalam jumlah yang

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 22

    Universitas Indonesia

    cukup tembaga bisa menjadi beracun dan bahkan bisa berakibat fatal bagi

    organisme. Senyawa tembaga harus diperlakukan sebagai senyawa toksik. Kadar

    tembaga yang direkomendasikan aman dalam air minum berkisar antara 1,5

    sampai 2 miligram per liter (ppm). Terlalu banyak tembaga di perairan juga

    mampu merusak kehidupan air. Efek yang terlihat dari konsentrasi tinggi dari

    tembaga terhadap ikan dan makhluk hidup lain adalah kerusakan pada insang,

    hati, ginjal, dan sistem syaraf. Tembaga juga menggangu indera penciuman ikan,

    yang bisa menghalangi mereka dalam reproduksi. (M.S. Saeni, 1997).

    2.9.3 Logam Zn

    Seng (zinck) adalah unsur kimia dengan lambang Zn, nomor atom 30 dan

    massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan

    dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain

    calamite (ZnCO3), willemite (ZnSiO4), dan zinck blade (ZnS). Dalam industri,

    zinck mempunyai arti penting yaitu melapisi besi atau baja untuk mencegah

    proses karat. Zinck digunakan untuk bahan batere dan alinasenya digunakan untuk

    cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi. Bubuk zinck dalam bentuk

    oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam cat

    dan tinta. Logam Seng termasuk unsur sedikit berbahaya. Kelebihan logam seng

    hingga dua kali AKG (Angka Kekurangan Gizi) menurunkan absorbsi tembaga.

    Kelebihan sampai 10 kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol,

    mengubah nilai lipoprotein, dan dapat mempercepat timbulnya aterosklerosi.

    Mengkonsumsi logam seng (LD50) sebanyak 2 g/kg atau lebih, dapat

    menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia dan gangguan

    reproduksi. (Ali, H.O et al. 2006)

    2.9.4 Logam Cd

    Kadmium dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah

    pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam

    penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Keracunan kadmium

    dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 23

    Universitas Indonesia

    penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjer

    pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Marganof, 2003).

    2.9.5 Logam Fe

    Besi atau ferrum (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat di

    bentuk. Di alam dapat sebagai hematite, di dalam air minum Fe menimbulkan rasa,

    warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan

    kekeruhan Fe akan mempengaruhi pembentukan Hb tersebut. Sel darah merah muda

    (korpuskula) mengandung Hb dan bahan ini diproduksi dalam sum-sum tulang untuk

    mengganti sel darah merah yang rusak. Besi juga berperan dalam aktivitas beberapa

    enzim seperti sitokrom dan flavor potein. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan

    pada fase absorbsi tubuh tidak dapat mengekresikan Fe. Karenanya mereka yang

    sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitan karena akumulasi Fe

    Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetrapi dalam dosis besar dapat merusak dinding

    usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga

    dapat diakumulasi di alam alverri paru-paru.

    2.10 Pembentukan Kompleks

    Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari satu kation

    (umumnya logam) dan satu anion yang bermuatan negatif atau netral. Logam

    dalam kompleks berperan sebagai atom pusat sedangkan anion berperan sebagai donor

    pasangan elektron (ligan). Ligan yang mendonorkan sepasang elektron bebas disebut

    sebagai ligan monodentat, dua pasang elektron bebas disebut bidentat sedangkan yang

    mendonorkan lebih dari dua pasang elektorn bebas disebut ligan polidentat. Senyawa

    kompleks umumnya berwarna karena pengisian elektron pada orbital d dari logam.

    Walaupun kompleks terdiri dari anion dan kation namun ikatan yang terjadi bukan

    ikatan ionik akan tetapi ikatan kovalen koordinasi dengan pemakaian elektron bersama.

    (Skoog, Douglas, et al. 1996)

    2.11 Adsorben

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 24

    Universitas Indonesia

    Adsorpsi adalah proses terserapnya molekul gas atau larutan adsorbat ke

    dalam suatu permukaan padatan adsorben. Peristiwa adsorpsi merupakan suatu

    fenomena permukaan, yaitu terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu

    pada permukaan antara dua fase. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis

    (physical adsorption) dan adsorpsi secara kimia (chemical adsorption). Secara

    umum adsorpsi fisis mempunyai gaya intermolekuler yang relatif lemah, sedangkan

    pada adsorpsi kimia tejadi pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat

    dengan molekul yang terikat pada permukaan adsorben. (Sunartintyas, S. 2008)

    2.12 Etylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA)

    EDTA adalah suatu asam poliprotik yang mempunyai pasangan elektron

    pada dua gugus amina dan empat pada gugus karboksilatnya. Senyawa ini

    merupakan suatu ligan yang bersifat heksadentat (terdapat enam pasang elektron

    bebas) yang biasanya akan membentuk kompleks kelat yang kuat (W, Haryadi.

    1993).

    Gambar 2.9 Struktur EDTA

    (N. Sandra. 2010)

    Dalam pembentukan kelat, keenam donor elektronnya bersama-sama

    mengikat satu ion inti dengan membentuk lingkaran kelat. Karena kuatnya

    kompleks yang dibentuk dengan EDTA maka EDTA banyak digunakan dalam

    industri makanan atau dalam bidang kedokteran.

    2.13 Fourier Transform Infra Red (FTIR)

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 25

    Universitas Indonesia

    Prinsip FT-IR adalah serapan dari senyawa dengan tingkat energi vibrasi

    dan rotasi pada ikatan kovalen yang mengalami perubahan momen dipol dalam

    suatu molekul. Radiasi IR yang umunya dipakai untuk analisis instrumental

    adalah daerah bilangan gelombang 4000-670 cm-1. Bentuk dan struktur molekul

    menjadi penentu terjadinya interaksi radiasi IR dengan molekul. Hanya molekul

    diatomik tertentu misalnya H2, N2 dan O2 yang tidak dapat mengabsorbsi IR

    karena vibrasi dan rotasinya tidak menghasilkan perubahan momen dipol

    (Sunardi.2007).

    Gambar 2.10 Skema peralatan FTIR

    (http://www.biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_ftir.html)

    Apabila suatu molekul menyerap IR maka molekul akan mengalami

    perubahan tingkat energi vibrasi/rotasi, tetapi hanya transisi vibrasi/rotasi yang

    dapat menyebabkan perubahan momen dipol yang aktif mengabsorpsi IR. Spektra

    yang dihasilkan umumnya rumit dan mempunyai pita-pita serapan yang sangat

    sempit dan khas untuk tiap senyawa sehingga penggunaannya terutama untuk

    identifikasi senyawa organik secara kualitatif.

    2.14 Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)

    Spektrosopi atom digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan

    (kualitatif dan kuantitatif) dalam tingkat trace dalam semua jenis materi dan

    larutan. Pengukuran dalam spektroskopi serapan atom (SSA) berdasarkan radiasi

    yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi dalam bentuk uap (Sunardi. 2007).

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 26

    Universitas Indonesia

    Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom

    menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat

    unsurnya.

    Proses dalam SSA melalui 2 tahap, yaitu:

    a. Atomisasi sampel. b. Absorbsi radiasi dari sumber sinar oleh atom bebas.

    Gambar 2.11 Komponen utama spektroskopi serapan atom

    (http://www.biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_aas.html)

    Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun tungku.

    Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap diperlukan energi panas, oleh karena

    itu temperatur harus benar-benar terkendali agar proses atomisasinya sempurna. Bila

    ditinnjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat kontinyu. Disamping itu sistem dengan

    penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sinar dengan garis

    absorbsi yang semonokromator mungkin. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) terdiri

    atas 5 komponen utama. Komponen-komponen ini di kontrol oleh peranti lunak

    komputer.

    2.15 X-Ray Fluoresence (XRF)

    Prinsip dari XRF adalah penembakan sinar X atau rendah dari sumber

    radioaktif pada sampel untuk mendeteksi unsur tertentu yang diinginkan.

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 27

    Universitas Indonesia

    Penembakan akan menyebabkan elektron pada kulit atom terdalam unsur tersebut

    tereksitasi ke level energi yang lebih tinggi. Kulit yang kosong akan diisi oleh elektron

    pada kulit atom selanjutnya. Keadaan eksitasi dari elektron yang ditembak tidak akan

    stabil sehingga elektron tereksitasi akan turun ke level energi yang lebih rendah

    sehingga lebih stabil sambil memancarkan kelebihan energi yang berasal dari

    penembakan sumber dalam bentuk sinar X. Besarnya sinar yang dipancarkan spesifik

    untuk setiap unsur dan foton tersebut akan dideteksi oleh detektor sehingga bisa

    menampilkan data yang kualitatif dan kuantitatif dari sampel. (Chem-is-try.org. 2011)

    Gambar 2.12 Skema peralatan XRF

    (http://www.quantachrome.com/cryogenically-cooled_xrf.html)

    2.16 Brunauer, Emmett, Teller (BET)

    Teori BET diperkenalkan tahun 1938 oleh Stephen Brunaeur, Paul Hugh

    Emmet, dan Edward Teller. BET adalah singkatan dari nama ketiga ilmuwan

    tersebut. Teori ini menjelaskan fenomena adsorpsi molekul gas di permukaan zat

    padat (melekatnya molekul gas di permukaan zat padat). Kuantitas molekul gas

    yang diadsorpsi sangat bergantung pada luas permukaan yang dimiliki zat padat

    tersebut. Dengan demikian, secara tidak langsung teori ini dapat dipergunakan untuk

    menentukkan luas permukaan zat padat.

    Jika zat padat berupa patikel-partikel maka luas permukaan untuk zat

    padat dengan massa tertentu makin besar jika ukuran partikel makin kecil. Dengan

    mendefinisikan luas permukaan spesifik sebagai perbandingan luas total permukaan zat

    padat terhadap massanya maka luas permukaan spesifik informasi makin besar jika

    ukuran partikel makin kecil. Metode BET memberikan informasi tentang luas

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 28

    Universitas Indonesia

    permukaan spesifik zat padat. Dengan demikian metode ini dapat digunakan untuk

    memperkirakan ukuran rata-rata partikel zat padat. Untuk material berpori, luas

    permukaan spesifik ditentukan oleh porositas spesifik zat padat, yaitu molekul dapat

    teradsorpsi pada permukaan zat padat hingga beberapa lapis dan tidak ada interaksi

    antar molekul gas yang teradsorpsi pada permukaan zat padat.

    Gambar 2.13 Skema Peralatan BET

    (http://www.quantachrome.com/gassorption/images/Nova-e-Series.jpg)

    Ketika melakukan pengujian BET, sampel ditempatkan dalam chamber

    kemudian divakumkan yang bertujuan agar tidak ada lagi atom-atom gas yang

    menempel pada permukaan material. Kemudian gas dalam jumlah terkontrol

    dimasukkan ke dalam chamber. Jumlah gas ini menghasilkan tekanan awal (P0). Gas

    yang digunakan umumnya gas inert seperti nitrogen, kripton atau argon. Suhu diatur

    serendah mungkin dan tetap konstan. Biasanya suhu dipertahankan pada suhu nitrogen

    cair (-195,6oC). Sebagian atom gas kemudian mulai menempel pada permukaan sampel

    (teradsorpsi). Akibatnya, jumlah molekul gas yang bergerak dalam ruang chamber

    berkurang. Lama kelamaan jumlah molekul gas yang menempel pada permukaan

    sampel makin banyak dan diikuti berkurangnya jumlah molekul gas bergerak dalam

    ruang. Hingga akhirnya seluruh permukaan sampel sudah ditutupi penuh oleh

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 29

    Universitas Indonesia

    molekul gas. Tidak ada adsorpsi gas lebih lanjut sehingga tekanan di dalam

    chamber tidak berubah lagi dan menjadi P (tekanan kesetimbangan). (Khairurijjal,

    et al. 2002)

    2.17 Particle Size Analyzer (PSA)

    PSA merupakan alat yang digunakan untuk mengkarakterisasi

    nanomaterial, yaitu suatu alat yang menggunakan metode Laser Diffraction (LAS)

    Alat ini menggunakan prinsip dynamic light scattering (DLS). Metode ini juga

    dikenal sebagai quasi-elastic light scattering (QELS). Alat ini berbasis Photon

    Correlation Spectroscopy (PCS). Metode LAS bisa dibagi dalam dua metode

    yaitu metode kering dan metode basah. Pada metode kering ini memanfaatkan

    udara atau aliran udara untuk melarutkan partikel dan membawanya ke sensing

    zone. Metode ini baik digunakan untuk ukuran yang kasar, dimana hubungan

    antarpartikel lemah dan kemungkinan untuk beraglomerasi kecil. Sedangkan pada

    metode basah ini menggunakan media pendispersi untuk mendispersikan material

    uji.

    Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan

    metode basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode

    kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar.

    Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer dan submicron yang

    biasanya memliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi.

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 30

    Universitas Indonesia

    (Malvern Instruments Ltd. 2003)

    Hal ini dikarenakan partikel didispersikan ke dalam media sehingga

    partikel tidak saling beraglomerasi (menggumpal). Dengan demikian ukuran

    partikel yang terukur adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran

    dalam bentuk distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah

    menggambarkan keseluruhan kondisi sampel.(nanotech.org. 2011)

    Gambar 2.14 Skema Peralatan PSA

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 31 Universitas Indonesia

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Peralatan dan Bahan

    3.1.1 Peralatan

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: labu ukur, gelas

    ukur, pipet volumetri, pipet tetes, gelas beaker, batang pengaduk, botol

    semprot, bulb, tabung reaksi, neraca analitik, oven, dan magnetic stirrer.

    Alat uji yang digunakan untuk karakterisasi pada penelitian ini yaitu:

    Fourier Transmitan Infra Red (FTIR) Prestige 21 (Shimadzu), Particle Size

    Analyzer (PSA) Malvern ZEN 1600, dan Atomic absorption Spectrometry

    6300 (Shimadzu).

    3.1.2 Bahan

    Bahan yang digunakan untuk adsorben adalah zeolit klinoptilolit (CV.

    Transindo Utama), untuk imobilisasi ke dalam zeolit digunakan HAuCl4

    (Aldrich), sebagai pereduksi nanopartikel Au digunakan NaBH4 (Merck), dan

    akuabides (Ikapharmindo) sebagai pelarut. Untuk aktivasi zeolit digunakan

    akuades, HCl (Merck) dan NaOH (Merck). Untuk memodifikasi zeolit@Au

    digunakan asam 3-merkaptopropanoat (Aldrich). Aplikasi adsorben

    zeolit@Au@AMP dilakukan terhadap kation logam dari padatan Pb(NO3)2

    (Merck), CdSO4 (Merck), C4H4O4Zn.2H2O (Merck), Fe(NO3)3.9H2O (Merck),

    Cu(NO3)2.3H2O (Merck). Regenerasi untuk mendapatkan kembali adsorben

    zeolit@Au@AMP dilakukan dengan Na-EDTA (Merck).

    3.2 Prosedur Kerja

    3.2.1 Pembuatan Larutan Induk

    3.2.1.1 Pembuatan Larutan HCl 1,2M

    Sebanyak 10 mL HCl 12 M dipipet dan diencerkan dengan aquades dalam

    labu ukur 100 mL hingga tanda batas. Dari larutan HCl 1,2 M dipipet sebanyak

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 32

    Universitas Indonesia

    10,42 mL dan diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 250 mL hingga

    tepat tanda batas; konsentrasi larutan HCl menjadi 0,05 M. 3.2.1.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05 M

    Sebanyak 0,5 g NaOH padatan dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur

    250 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.3 Pembuatan Larutan NaCl 1M

    Sebanyak 29,25 g NaCl padatan dilarutkan dengan aquades dalam labu

    ukur 500 mL, selanjutnya diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.4 Pembuatan Larutan HAuCl4

    - 1,0 x 10

    -2 M

    Sebanyak 0,0394 gram HAuCl4. 3H2O dilarutkan dalam labu ukur 10 mL

    dengan aquabides dingin dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.5 Pembuatan Larutan NaBH4 0,0261 M

    Sebanyak 0,0099 gram NaBH4 dilarutkan dengan aquabides dingin dalam

    labu ukur 10 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.6 Pembuatan Larutan Asam 3-Merkaptopropanoat (AMP) 0,1 M

    Sebanyak 0,22 mL larutan AMP 99% dipipet dan dilarutkan dengan

    aquabides dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas. 3.2.1.7 Pembuatan Larutan Zn(II) 5000 ppm

    Sebanyak 0,83 g C4H4O4Zn.2H2O dilarutkan dengan aquabides dalam

    labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

    3.2.1.8 Pembuatan Larutan Cu(II) 5000 ppm

    Sebanyak 0,95 g Cu(NO3)2.3H2O dilarutkan dengan aquabides dalam labu

    ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.

    3.2.1.9 Pembuatan Larutan Pb(II) 5000 ppm

    Sebanyak Pb(NO3)2 0,39 g dilarutkan dengan aquabides dalam labu

    kukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.10 Pembuatan Larutan Cd(II) 5000 ppm

    Sebanyak CdSO4 0,46 g dilarutkan dengan aqubides dalam labu ukur

    50 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas.

    Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011

  • 33

    Universitas Indonesia

    3.2.1.11 Pembuatan Larutan Fe(III) 5000 ppm

    Sebanyak Fe(NO3)3.9H2O 1,80 g dilarutkan dengan aqubides dalam

    labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.12 Pembuatan Larutan Na-EDTA 0,1 M

    Sebanyak 1,86 g C10H14N2Na2O8.2H2O dilarutkan dengan aquades

    dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas.

    3.2.2 Aktivasi Zeolit

    3.2.2.1 Aktivasi Secara Fisika

    Secara fisika zeolit diaktifkan dengan cara mencuci zeolit dalam

    aquades dengan perbandingan zeolit : Aquades yaitu 1: 3 (200 g zeolit dalam

    600 mL aquades) lalu zeolit diaduk selama 1 jam pada suhu 70 oC. Setelah

    diaduk zeolit diendapkan selama beberapa waktu, lalu koloidnya di ambil. Koloid

    yang diambil selanjutnya dicuci kembali dengan menggunakan aquades