Digital 20214146-S148-Modifikasi Zeolit 4
-
Upload
ridwan-batara-randa -
Category
Documents
-
view
51 -
download
15
description
Transcript of Digital 20214146-S148-Modifikasi Zeolit 4
-
i
UNIVERSITAS INDONESIA
MODIFIKASI ZEOLIT KLINOPTILOLIT DENGAN
NANOPARTIKEL Au DAN LIGAN ASAM 3-MERKAPTOPROPANOAT
SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT
SKRIPSI
ROHATIN
0806365274
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
DEPOK
JULI 2011
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
LibraryNoteSilakan klik bookmarks untuk melihat atau link ke halaman isi
-
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
MODIFIKASI ZEOLIT KLINOPTILOLIT DENGAN
NANOPARTIKEL Au DAN LIGAN ASAM 3-MERKAPTOPROPANOAT
SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
ROHATIN
0806365274
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
DEPOK
JULI 2011
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
iii
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Rohatin
NPM : 0806365274
Program Studi : Kimia
Judul Skripsi : Modifikasi Zeolit Klinoptilolit dengan Nanopartikel Au dan Ligan Asam Merkaptopropanoat serta Aplikasinya sebagai Adsorben Ion Logam Berat.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Rabb Allah SWT atas segala berkah, anugerah, dan
kasih sayang yang tidak berkesudahan di dalam kehidupan penulis dan kepada
Rasulullah SAW yang menjadi suri teladan yang benar-benar sempurna selama
ini.
Terimakasih yang teramat besar penulis ucapkan kepada orang-orang
teristimewa penulis Ayah, Ibu, kakaku dan adiku yang telah berkorban begitu
besar bagi penulis dalam hal apa pun yang mengajarkan kesabaran, arti hidup,
semangat yang sangat berarti bagi penulis.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dr. Yoki Yulizar dan Dra. Tresye Utari, M.si selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan
saya dalam penyusunan skripsi ini.
2. Novena Damar Asri, S.Si. Terima kasih atas masukan, diskusi,
pengertiannya, arahan dalam penyusunan skripsi.
3. Dr. Ridla Bakri, selaku Ketua Jurusan Kimia.
4. Dra. Siswati Setiasih M.Si selaku pembimbing akademik penulis.
5. Drs. Riswiyanto M.Si selaku Ketua Program Ekstensi Kimia dan selaku
Koordinator Penelitian, terima kasih telah banyak membantu penulis.
6. Dr. Widayanti Wibowo, Drs. Riswiyanto, M.Si, Dr. Yuni Krisyuningsih
Krisnandi selaku dewan penguji yang telah memberi saran, masukan,
arahan dalam penyusunan skripsi.
7. Bapak dan Ibu dosen Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
vi
8. Teman dekat penulis: mas Andri yang mengajarkan kesabaran, arti hidup,
semangat yang sangat berarti bagi penulis, dukungan dan pengertiannya
selama penelitian.
9. Rekan penelitian : Shabrina, Asri, Ari dan bu Nurlita.Terima kasih atas
kerjasama, kenyamanan, bantuan, diskusi, saran, sharing, keceriaannya,
dukungan dan pengertiannya selama penelitian.
10. Teman-teman penelitian: Temi,Wiwit, Omi, Nadia, Nadhiroh, Hani, Fitri,
Sherly, Zetry, Ina, Dante, Destya, Retno, Puput, mbak Sofi, bu Indri, Bu
Nana dan teman-teman penelitian lantai 4. Terima kasih atas kerjasamanya
diskusi, saran, sharing dan keceriaannya selama penelitian.
11. Sahabat penulis:Vina, Dwi, Diana, Kak Boni, Selvi, Uus, Agnes, Indri,
Dani, Ade. Terima kasih atas persahabatan, kekeluargaan yang luar biasa
dan menyenangkan.
12. Pihak-pihak yang telah membantu proses penelitian: tim afiliasi, pak
Sutrisno Babeh, pak Hedi, mbak Ina, mbak Cucu, pak Hadi, pak Marji,
dan semua karyawan Departemen Kimia FMIPA UI.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu oleh penulis.
Akhirnya, dengan segala kekurangan, penulis berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Depok, Juli 2011
Penulis
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
vii
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
viii
ABSTRAK
Nama : Rohatin
Program Studi : Kimia
Judul : Modifikasi Zeolit Klinoptilolit dengan Nanopartikel Au dan
Ligan Asam 3-Merkaprtopropanoat serta aplikasinya
sebagai Adsorben Ion Logam Berat
Zeolit alam Indonesia (Klinoptilolit) yang dimodifikasi oleh nanopartikel Au dan ligan asam 3-merkaptopropanoat (AMP) telah berhasil disintesis sebagai adsorben ion Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II) dan Fe(III). Modifikasi zeolit dengan nanopartikel Au (zeolit@Au) dilakukan dengan cara mereduksi HAuCl4 dengan NaBH4 dalam sistem suspensi zeolit. Zeolit@Au selanjutnya dimodifikasi dengan AMP dengan cara pelapisan melalui pengadukan dan proses aging. Zeolit@Au@AMP dikarakterisasi dengan FTIR dan PSA. Data FTIR memperlihatkan adanya gugus CH2 pada bilangan gelombang ( ) 2920 cm
-1 dan 2850 cm-1 ; gugus keton (C=O) pada = 1700 cm-1 ; dan gugus OH pada = 3400 cm1 dan gugus S-Au pada = 2600 cm 1. Data PSA memperlihatkan ukuran partikel zeolit@Au@AMP sebesar 498,2 nm. Zeolit@Au@AMP diaplikasikan sebagai adsorben ion Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II) dan Fe(III). Zeolit@Au@AMP 0,03 M memperlihatkan adsorpsi secara sensitif dan selektif terhadap ion tunggal Pb(II) pada pH 5,6 dengan daya adsorpsi 13 kali lebih besar dari zeolit alam, sedangkan adsorpsi terhadap ion logam lain (0,08 -1,07 kali). Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP 0,03 M terhadap limbah buatan (ion logam campuran) pada pH 6,1 memperlihatkan daya adsorpsi ion Pb(II) 21 kali lebih besar dari zeolit alam, sedangkan adsorpsi terhadap ion logam lain (1,6 2,5 kali). Regenerasi zeolit@Au@AMP-Pb(II) telah dilakukan dengan EDTA 0,1M menghasilkan zeolit@Au@AMP kembali dengan persen regenerasi sebesar 77,67%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada material sains dan teknologi pemisahan.
Kata kunci : Modifikasi zeolit klinoptilolit, nanopartikel Au,
asam 3-merkaptopropanoat, adsorben, ion logam berat
Vii+88 hlm : gmbr, tbl, lamp
Bibliografi : 55 (1993-2010)
ABSTRACT
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
ix
Nama : Rohatin
Program Studi : Kimia
Judul : Modification of Clinoptilolite with Gold Nanoparticle and
3-Mercaptopropionic Acid As Adsorben of Heavy Metal
Ions.
Indonesian natural zeolite (clinoptilolite) modified by gold nanoparticle and 3-mercaptopropionic acid ligand (AM) had been synthesized as adsorbent of Zn(II), Cu(II), Pb(II), Cd(II), and Fe (III) ions. Modification of zeolite with gold nanoparticles (zeolite@Au) was done by reducing with HAuCl4 with NaBH4 in the zeolite with suspension system. Zeolites@ Au was subsequently modified with AMP by means of coating with thoroughly stirring, and the aging process. Zeolite@Au@AMP were characterized by FTIR and PSA. FTIR spectra peaks showed the presence of CH2 group at wave number ( ) 2920 cm-1 and 2850 cm-1; carbocylic group (C = O) = 1700 cm-1, and the OH group = 3400 cm-1 and group S -Au = 2600 cm-1. Spectra PSA showed the particle size of zeolites@Au@AMP at 498.2 nm. Zeolites@Au@AMP was applied as adsorbent of Zn (II), Cu (II), Pb (II), Cd (II) and Fe (III) ions. Zeolites@Au@ AMP 0.03 M showed a sensitive and selective adsorption of (a single) Pb (II) ion at pH 5.6 with adsorption strength 13 times greater than the natural zeolite, whereas the adsorption of other metal ions were 0.08 up to 1.07 times.The power adsorption of zeolit@Au @ AMP 0.03 M of artificial waste (a mixture of metal ions) at pH 6.1 showed the adsorption of Pb (II) 21 times larger than the natural zeolite, whereas adsorption of other metal ions were (1.6 up to 2.5 times). The regeneration of zeolite@Au@AMP-Pb (II) had been carried out with 0.1 M EDTA produced zeolites@Au@AMP which had the regeneration capacity of 77,67%. We hope that study can contribute to materials science and separation technology.
Key words : Modification clinoptilolite zeolite, Gold nanoparticle, 3- mercaptopropionic acid , adsorbent, Heavy metal ion
Vii+88 hlm : pict, tbl, app
Bibliografi : 55 (1993-2010)
DAFTAR ISI
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
x
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ v ABSTRAK ....................................................................................................... vii ABSTRACT ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah . ...................................................................... 4 1.3 Hipotesa .......................................................................................... 5 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
2.1 Kajian Pustaka yang Telah Dilakukan ........................................... 7 2.2 Studi Pendahuluan yang Sudah Dilakukan .................................... 8 2.3 Studi Literatur ................................................................................ 9
2.3.1 Zeolit ....................................................................................... 9 2.3.2 Struktur Kerangka Zeolit ........................................................ 10 2.3.3 Jenis Zeolit ............................................................................. 12 2.3.4 Sifat dan Penggunaan Zeolit ................................................... 13
2.4 Zeolit Klinoptilolit .......................................................................... 15 2.5 Nanopartikel ................................................................................... 15 2.6 Emas ............................................................................................... 16 2.7 Nanopartikel Emas ......................................................................... 17 2.8 Senyawa Tiol .................................................................................. 18
2.8.1 Asam 3-Merkaptopropanoat ................................................. 18 2.8.2 Modifikasi Nanopartikel Au dengan
Asam 3-Merkaptopropanoat ............................................... 19 2. 9 Logam Berat .................................................................................. 20
2.9.1 Logam Pb............................................................................... 21 2.9.2 Logam Cu ............................................................................. 21 2.9.3 Logam Zn ............................................................................. 22 2.9.4 Logam Cd ............................................................................. 22 2.9.5 Logam Fe.............................................................................. 23
2.10 Pembentukan Kompleks ............................................................... 23 2.11 Adsorben ...................................................................................... 23 2.12 Etylene Diamine Tetra Acid (EDTA) ........................................... 24 2.13 Fourier Transform Infra Red (FTIR) ........................................... 24
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
xi
2.14 Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) ...................................... 25 2.15 X-Ray Fluoresence (XRF) ............................................................ 27 2.16 Brunaeur, Emmet, Teller (BET) ................................................... 28 2.17 Particle Size Analyzer (PSA) ....................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31
3.1 Peralatan dan Bahan ...................................................................... 31 3.1.1 Peralatan ............................................................................... 31 3.1.2 Bahan .................................................................................... 31
3.2 Prosedur Kerja ................................................................................ 31 3.2.1 Pembuatan Larutan Induk ................................................... 31
3.2.1.1 Pembuatan Larutan HCl 1,2 M .................................. 32 3.2.1.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05M.............................. 32 3.2.1.3 Pembuatan Larutan NaCl 1 M.................................... 32 3.2.1.4 Pembuatan Larutan HAuCl4 1,0x10
-2M ..................... 32 3.2.1.5 Pembuatan Larutan NaBH4 0,0261M ......................... 32 3.2.1.6 Pembuatan Larutan AMP 0,1 M ................................ 32 3.2.1.7 Pembuatan Larutan Zn(II) 5000 ppm ......................... 32 3.2.1.8 Pembuatan Larutan Cu(II) 5000 ppm ........................ 32 3.2.1.9 Pembuatan Larutan Pb(II) 5000 ppm ......................... 32 3.2.1.10 Pembuatan Larutan Cd(II) 5000 ppm........................ 32 3.2.1.11 Pembuatan Larutan Fe(III) 5000 ppm ...................... 33 3.2.1.12 Pembuatan Larutan Na-EDTA 0,1 M ...................... 33
3.2.2 Aktivasi Zeolit ..................................................................... 33 3.2.2.1 Aktivasi Secara Fisika ................................................ 33 3.2.2.2 Aktivasi Secara Kimia................................................... 33 3.2.2.3 Penyeragaman Kation................................................... 33
3.2.3 Imobilisasi Nanopartikel Emas pada Zeolit ........................ 34 3.2.3.1 Optimasi Waktu Imobilisasi Nanopartikel
Emas dalam Zeolit ..................................................... 34 3.2.3.2 Imobilisasi Nanopartikel Emas dalam
Zeolit .......................................................................... 34 3.2.4.Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat pada Zeolit@Au.......................................................................... 34 3.2.5.Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat (Tunggal) 35
3.2.5. 1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn(II) ................... 35 3.2.5.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu(III) ................... 35 3.2.5. 3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb(II) .................... 35 3.2.5.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd(II) .................... 36 3.2.5. 5Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe(III).................... 36
3.2.6 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Campuran .............. 36 3.2. 7 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP Terhadap Adsorbat
Paling selektif ........................................................................ 37 3.2.7.1 Variasi Konsentrasi AMP ............................................. 37 3.2.7.2 Variasi Konsentrasi Ion Logam...................................... 38
3.2.8 Regenerasi Zeolit@Au@AMP-Ion Logam ........................... 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 40
4.1 Aktivasi Zeolit Alam Klinoptilolit ................................................. 40
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
xii
4.1.1 Aktivasi Secara Fisika............................................................... 40 4.1.2 Aktivasi Secara Kimia .............................................................. 40 4.1.3 Penyeragaman Kation................................................................ 40
4.2 Modifikasi Zeolit Alam Klinoptilolit.............................................. 41 4.2.1 Imobilisasi Nanopartikel Au ke dalam Zeolit ........................... 41 4.2.2 Penanaman Ligan Asam 3-Merkaptopropanoat
(Zeolit@Au@AMP) ................................................................. 42 4.3 Karakterisasi Zeolit........................................................................ 42
4.3.1 Karakterisasi Zeolit dengan XRF dan BET .............................. 42 4.3.2 Karakterisai Zeolit dengan PSA................................................ 43 4.3.3 Karakterisasi Zeolit dengan FTIR............................................... 45
4.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Logam Berat................................ 47 4.4.1 Aplikasi Adsorben Ion Berat dari Limbah Buatan
(Ion Tunggal)............................................................................ 47 4.4.1.1 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Zn (II)............................... 47 4.4.1.2 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cu (II)............................... 49 4.4.1.3 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Pb (II)............................... 51 4.4.1.4 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Cd (II)............................... 52 4.4.1.5 Aplikasi Adsorben Terhadap Ion Fe (III)............................... 54 4.4.1.6 Penentuan Adsorbat Paling Selektif....................................... 56
4.4.2 Aplikasi Adsorben Ion Berat dari Limbah Buatan (Ion Campuran).......................................................................... 57
4.5 Optimasi Aplikasi Zeolit@Au@AMP Terhadap Adsorbat Paling Selektif.............................................................................................. 60
4.5.1 Variasi Konsentrasi Ligan Pemodifikasi................................... 60 4.5.2 Variasi Konsentrasi Adsorbat................................................... 61
4.6 Regenerasi..................................................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 66 5.2 Saran ............................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN .................................................................................................... 73
DAFTAR GAMBAR
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
xiii
Gambar 2.1 Model unit pembangun primer ..................................................... 11 Gambar 2.2 Unit pembangun sekunder zeolit .................................................. 11 Gambar 2.3 Unit pembangun tersier ................................................................ 12 Gambar 2.4 Struktur zeolit klinoptilolit ........................................................... 15 Gambar 2.5 Skema pembentukan nanopartikel Au.......................................... 17 Gambar 2.6 Skema pembentukan nanopartikel Au
dengan metode turkevich .............................................................. 18 Gambar 2.7 Struktur molekul asam 3-merkaptopropanoat .............................. 19 Gambar 2.8 Ilustrasi nanopartikel Au termodifikasi 3-AMP ........................... 20 Gambar 2.9 Struktur EDTA ............................................................................. 24 Gambar 2.10 Skema Pperalatan FTIR ............................................................. 25 Gambar 2.11 Komponen utama spektroskopi serapan atom ............................ 26 Gambar 2.12 Skema peralatan XRF................................................................. 27 Gambar 2.13 Skema peralatan BET ................................................................. 28 Gambar 2.14 Skema peralatan PSA ................................................................. 29 Gambar 4.1 Ilustrasi imobilisasi nanopartikel Au pada zeolit ......................... 41 Gambar 4.2 Ilustrasi penanaman ligan asam 3-merkaptopropanoat pada
zeolit@Au ................................................................................... 42 Gambar 4.3 Zeolit aktivasi dan zeolit@Au ...................................................... 44 Gambar 4.4 Spektra PSA zeolit aktivasi, zeolit@Au, zeolit@Au@AMP ....... 44 Gambar 4.4 Spektra PSA nanopartikel Au, Au@AMP ................................... 45 Gambar 4.6 Hasil spektra FTIR zeolit, zeolit@Au, zeolit@Au@AMP 0,01M dan zeolit@Au@AMP0,03M.......................................... 46 Gambar 4.7 Grafik perbandingan jumlah ion Zn(II)teradsorpsi pada zeolit,
zeolit@Au, zeolit@AMP ............................................................ 47 Gambar 4.8 Grafik perbandingan jumlah ion Cu(II) tersadsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP ....................................................... 49 Gambar 4.9 Grafik perbandingan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 51 Gambar 4.10 Grafik perbandingan jumlah ion Cd(II) teradsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 53 Gambar 4.11 Grafik perbandingan jumlah ion Fe(III) teradsorpsi pada zeolit, zeolit@Au, zeolit@AMP........................................................ 54 Gambar 4.12 Jumlah ion logam yang teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi adsorpsi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 2,3 57 Gambar 4.13 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 2,3........ 58 Gambar 4.14 Jumlah ion logam yang teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi adsorpsi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 6,1 59 Gambar 4.15 Persentase ion logam teradsorpsi zeolit@Au@AMP pada aplikasi ion logam campuran; [AMP; 0,03M] pH 6,1........ 59 Gambar 4.16 Grafik jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 ppm 60 Gambar 4.17 Grafik persen kenaikan jumlah ion Pb(II) teradsorpsi Zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP pada [Pb(II)] 2049,4 ppm..................................................................... 61 Gambar 4.18 Grafik jumlah ion Pb(II) teradsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb(II); [AMP = 0,03 M]........... 62
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
xiv
Gambar 4.19 Grafik daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb(II); [AMP = 0,03 M] ................................... 63 Gambar 4.20 Grafik daya kelat EDTA untuk mengikat ion Pb(II) dari zeolit aktif tanpa modifikasi, zeolit@Au; zeolit@Au@AMP.................................................................... 64 Gambar 4.21 Ilustrasi mekanisme pengikatan ion Pb(II) oleh EDTA.......... 65
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data BET zeolit aktif klinoptilolit ................................................... 43
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
xv
Tabel 4.2 Kandungan unsur zeolit dan zeolit@Au .......................................... 43 Tabel 4.3 Persen perbandingan kenaikan [Zn(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi............................................ 48 Tabel 4.4 Persen perbandingan kenaikan [Cu(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 50 Tabel 4.5 Persen perbandingan kenaikan [Pb(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 52 Tabel 4.6 Persen perbandingan kenaikan [Cd(II)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 53 Tabel 4.7 Persen perbandingan kenaikan [Fe(III)] teradsorpsi zeolit termodifikasi terhadap zeolit aktivasi........................................... 55 Tabel 4.8 Persen kenaikan jumlah ion logam terserap zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi AMP.................. 56 Tabel 4.9 Persen Regenerasi Terhadap Zeolit, Zeolit@Au, dan
Zeolit@Au@AMP........................................................................ 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Konsentrasi Au terserap zeolit Terhadap Variasi Pengulangan ........................................................ 74
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
xvi
Lampiran 1 Perbandingan ukuran partikel zeolit; zeolit@Au dan zeolit@Au@AMP ................................... 74 Lampiran 1Perbandingan ukuran partikel nano Au, Au@AMP 0,01 M dan Au@AMP 0,03M ........................ 74 Lampiran 2 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; Zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Zn(II).............. 75 Lampiran 3 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP sebagai adsorben Ion Cu(II)........... 76 Lampiran 4 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Pb(II)............ 77 Lampiran 5 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au; zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion Cd(II) .............. 78 Lampiran 6 Perbandingan kemampuan zeolit; zeolit@Au, zeolit@AuAMP sebagai adsorben ion Fe(III).............. 79
Lampiran 7 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam pH 2,3............................................ 80 Lampiran 8 Kemampuan adsorpsi zeolit@Au@AMP pada campuran ion logam pH 6,1............................................ 81 Lampiran 9 Aplikasi zeolit termodifikasi sebagai Adsorben
Ion Pb(II) dengan Variasi Konsentrasi 3-AMP........ 82 Lampiran 9 Persen Kenaikan Jumlah Ion Pb(II) Teradsorpsi zeolit@Au@AMP dengan Variasi Konsentrasi AMP
Pada [Pb(II)] 2049 mg/L................................................... 82 Lampiran 10 Aplikasi Zeolit Termodifikasi sebagai Adsorben Ion Pb(II) dengan Variasi konsentrasi Ion Pb(II) dengan [AMP = 0,03 M]............................................... 83 Lampiran 10 Daya adsorpsi zeolit@Au@AMP dengan variasi konsentrasi ion Pb (II) dengan [AMP : 0,03M].......... 83 Lampiran 11 Analisis XRF zeolit klinoptilolit aktif.......................... 84 Lampiran 12 Analisis XRF zeolit termodifikasi nanopartikel Au............................................................ 85 Lampiran 13 Analisis BET zeolit klinoptilolit aktif.......................... 86 Lampiran 14 Analisis kandungan atom dalam zeolit klinoptilolit.................................................................... 87 Lampiran 15 Analisis KTK zeolit klinoptilolit.................................. 88
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya berbagai aktifitas industri telah menghasilkan
berbagai macam limbah cair yang mengandung bahan beracun bagi
manusia dan lingkungan. Diantara bahan beracun tersebut, logam berat
merupakan bahan yang sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi
kesehatan manusia bila konsentrasinya melebihi ambang batas yang
dijinkan dan dapat meracuni air pada konsentrasi yang sangat rendah.
Hal ini disebabkan sifat logam berat yang sulit didegradasi dan bersifat
kumulatif, artinya sifat racunnya akan timbul bila telah terakumulasi
dalam jumlah yang besar. (I.Made Bendiyasa et al. 2008)
Pencemaran air oleh logam berat dapat berasal dari proses industri
seperti industri pertambangan, elektroplating, industri penyamakan kulit,
industri fungisida, industri cat dan zat warna tekstil (Argun et al. 2006).
Logam berat yang terkandung dalam limbah cair diantaranya Zn2+, Pb2+,
Cu2+, Cd2+, Cr2+, Co2+, Fe2+ dan lain-lain.
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mengurangi atau
bahkan menghilangkan logam berat berbahaya dari industri tersebut di atas
sebelum dibuang ke perairan. Proses penghilangan logam berat dari limbah cair
telah dilakukan dengan beberapa cara seperti, pengendapan menggunakan
bahan kimia (Marani et al, 1995), elektrokimia (Chen. 2004), pertukaran ion
(Petrus and Warchol. 2003), mikroorganisme (Li et al. 2004), serta adsorpsi
dengan serbuk gergaji kayu (Argun et al. 2007), lempung (Marquez et al.
2004), zeolit (Karatas. 2007).
Di antara metode tersebut, adsorpsi merupakan metode yang paling
banyak mendapat perhatian karena selain mudah dan sederhana, juga efektif
untuk menghilangkan ion logam berat. Adsorben harus mempunyai daya serap
dan selektifitas yang tinggi terhadap logam serta dapat didaur ulang untuk
dimanfaatkan kembali. Adsorben yang sering digunakan saat ini adalah zeolit
karena sifat khas yang dimilikinya yaitu sebagai penukar kation, adsorben,
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
2
sensor, katalis serta mudah dalam proses pemisahan ion logam yang telah
teradsopsi. Selama ini zeolit alam terkenal sebagai adsorben yang dapat menyerap
logam-logam berat, dikarenakan pori-porinya yang cukup luas untuk berikatan
dengan logam-logam lain, oleh karena itu zeolit diimobilisasi dengan
beberapa logam untuk keperluan baik adsorpsi identifikasi logam berat,
karena diharapkan zeolit mampu meningkatkan afinitas logam (Amun,
amri, et al. 2004).
E. Erdem, et al. 2004 menyatakan bahwa Adsorpsi menggunakan
ion logam berat Co2+, Cu2+, Zn2+, dan Mn2+ dengan zeolit klinoptilolit
bergantung pada pertukaran kation, diameter hidrasi ion dan data isoterm
adsorpsi (Langmuir, Freundlich dan Dubinin-Kagener-Radushkevich
(DKR), diperoleh dengan urutan penyerapan ion logam optimum adalah
Co2+> Cu2+> Zn2+> Mn2+.
(C.Wang, et al. 2009) mempelajari studi abu layang yang berasal dari
pembakaran batubara, berhasil ditransformasi ke zeolit-P dan memiliki potensi
aplikasi dalam pengolahan air limbah industri pengolahan batu bara, yang
mengandung kation logam berat seperti Al3+, Fe2+, Mn2+, Zn2+, Cu2+, Ni2+.
Selain menggunakan zeolit klinoptilolit dan abu layang sebagai
adsorben Mircea. Stefan et al, 2008 mempelajari monmorilonit sebagai
adsorben ion logam Cd2+, Pb2+, dan Zn2+, dimana adsorpsi bergantung
pada pH dan sesuai hard-soft-acid-base theory (HSAB), dengan urutan
penyerapan ion logam optimum Zn2+
-
3
material, untuk menciptakan suatu produk yang bermanfaat dan
menguntungkan secara ekonomi (Rao C N R dan Cheetam A K. 2001)
Nanopartikel logam juga menjadi perhatian besar dan aktivitas
penelitiannya mengalami peningkatan. Material berukuran nano memiliki
keunggulan dalam sifat-sifat tertentu yang sangat menguntungkan dalam
aplikasinya yang spesifik. Hingga saat ini, nanopartikel telah diaplikasikan
dalam berbagai bidang seperti optoelektronik, material science,
chemosensor, medicine, katalis (Watanabe, K, et al. 2006) optical biodetection,
bioassays, sebagai probe therapeutic delivery (Torchilin, V.P. 2006). Dalam
perkembangannya, prospek teknologi ini semakin meningkat seiring dengan
ditemukannya aplikasi-aplikasi baru di bidang lainnya .
Nanopartikel logam dapat disintesis dengan cara mereduksi ion logam
menjadi atom logam yang tidak bermuatan lagi. Zat pereduksi yang digunakan
biasanya dari inorganik seperti natrium/kalium borohidrat (walker, C H, et al.
2001), hidrazin (Kawasaki, H, et al. 2007), garam tartat (Das, R. N, et al. 2000)
atau senyawa organik seperti sodium sitrat (Schulz-dobrick, M, et al. 2005),
asam askorbat (Vemula, P.K, et al. 2007), dan asam amino (Bhargava, S.K,
et al. 2005).
Nanopartikel logam jika tidak diberi penstabil maka pada waktu tertentu
dapat beragregasi (bergabungnya satu kluster dengan kluster lainnya) menjadi
bentuk materi terkondensasinya. Zat penstabil yang biasa digunakan dapat
berupa polimer misalnya poliethileneglicol, polivinil alkohol, dan polivinil
pirilidon, surfaktan misalnya sodium dodycel sulfat, tween 80, dan triton, serta
karbohidrat misalnya seperti kitosan. (A. Akbarzadeh, et al. 2009)
Salah satu pengkajian nanopartikel yang menarik adalah sebagai sensor
kimia, pada penelitian ini nanopartikel emas yang dimodifikasi dengan 12-
Mercaptododecyl-1-iminodiacetic acid terbukti stabil tidak mengalami
aglomerasi. Adanya gaya elektrostatik pada nanopartikel Au yang dilindungi
Self Assembly Monolayer gugus fungsi SH dari 12-Mercaptododecyl-1-
iminodiacetic acid dapat meningkatkan kestabilan sebagai koloid dalam
larutan sehingga keseragaman ukuran nanopartikel Au dapat terjaga yang
sensitif dan selektif sebagai sensor ion Cu2+ (S. Bhattacharya, et al. 2003)
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
4
Berdasarkan hasil kajian dan aplikasi yang telah dilakukan sebagai
penelitian pendahuluan tersebut maka pada penelitian kali ini akan dilakukan
modifikasi zeolit dengan nanopartikel emas dan ligan asam 3-merkaptopropanoat
yang kemudian diaplikasikan sebagai adsorben ion logam Pb(II), Cd(II),
Zn(II), Cu(II), dan Fe (III) untuk mengetahui perbandingan daya serapnya
terhadap zeolit tanpa modifikasi, zeolit termodifikasi nanopartikel emas,
serta zeolit termodifikasi nanopartikel emas dan ligan asam 3-merkaptopropanoat
terhadap masing-masing ion logam tersebut. Kombinasi penggunaan
nanopartikel Au dan zeolit diharapkan dapat memaksimalkan hasil yang
diperoleh. Nanopartikel Au yang bersifat inert dan memiliki luas permukaan
besar berperan sebagai jembatan antara zeolit (template) dan ligan (penangkap
ion logam). Selain itu, penggunaan zeolit juga memungkinkan dihasilkannya
sistem heterogen yang memudahkan pemisahan (separasi) ion logam yang
telah terikat dengan cairan induknya (limbah cair). Regenerasi menggunakan
EDTA bertujuan agar zeolit@Au@AMP-ion logam dapat digunakan kembali
sebagai adsorben. Rencana lebih jauh dari penelitian ini diharapkan memiliki
aplikasi yang nyata sebagai adsorben dengan menggunakan limbah industri
secara langsung, sehingga dapat memberikan kontribusi baru dan pemecahan
masalah dalam bidang lingkungan.
1.2 Perumusan Masalah
Penggunaan zeolit alam sebagai adsorben untuk adsorpsi limbah
logam dalam air sudah banyak dilakukan karena sifat khas zeolit yaitu
sebagai penukar kation, adsorben, sensor, katalis serta mudah dalam proses
pemisahannya. Zeolit alam tanpa modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi yang
masih rendah. Modifikasi permukaan bertujuan meningkatkan kapasitas
adsorpsi zeolit. Senyawa pemodifikasi yang diimobilisasikan akan lebih baik
jika lebih menyukai ikatan dengan satu atau beberapa ion logam tertentu saja
dibandingkan ion logam lain, sehingga terjadi adsorpsi yang lebih selektif.
Dalam penelitian ini dipilih asam 3-merkaptopropanoat berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya oleh (N.Sandra. 2010) sebagai bahan
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
5
imobilisasi dengan karakter lebih menyukai ikatan dengan ion Pb (II) dari pada
ion logam Cd (II), Cu (II), Zn (II), Fe (III), modifikasi dengan asam 3-
merkaptopropanoat membutuhkan substrat sebagai tempat tumbuhnya
asam 3-merkaptopropanoat. Pemilihan nanopartikel Au didasarkan pada
sifatnya yang inert dan tidak mudah teroksidasi. Selain itu asam 3-
merkaptopropanoat memiliki gugus-SH yang memiliki afinitas tinggi
terhadap ion logam khususnya emas.
Hasil fabrikasi material dengan keunggulan-keunggulan ini diharapkan
dapat menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan oleh logam berat dimana
selain sifatnya yang toksik, logam berat juga bersifat akumulatif sehingga
keberadaannya dalam tubuh makhluk hidup sangat berbahaya. Selain itu,
sifat yang akumulatif juga memungkinkan logam berat dapat membahyakan
manusia melalui rantai makanan. Melalui rantai makanan, logam berat yang
terkandung dalam tubuh ikan dapat terbawa hingga masuk ke tubuh manusia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memutus siklus kerugian akibat
logam berat. Selain itu, penelitian ini juga melakukan regenerasi terhadap
zeolit@Au@AMP-ion logam agar dapat digunakan kembali, sehingga
tidak menimbulkan limbah baru. Lebih jauh, hasil fabrikasi zeolit ini juga
akan diaplikasikan sebagai adsorben logam berat yang dihasilkan dari limbah
industri. Langkah ini diharapkan semakin mendekatkan hasil riset yang
bersifat aplikatif, dimana hasil riset tidak hanya berhasil dalam skala
laboratorium, tetapi juga dapat diaplikasikan secara nyata dilapangan.
1.3 Hipotesa
a) Modifikasi permukaan zeolit dapat meningkatkan kapasitas adsorpsinya
dengan dihasilkannya sisi aktif ikatan yang lebih besar terhadap ion
logam.
b) Nanopartikel Au berperan sebagai jembatan antara zeolit dan ligan,
dimana ukurannya yang kecil (skala nano) akan mempebesar luas
permukaan
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
6
c) Ligan AMP berfungsi sebagai penangkap ion logam berat melalui
gugus COOH-nya, sedangkan gugus-SH berfungsi sebagai pegangan
ke template melalui ikatannya dengan nanopartikel Au.
d) Penggunaan zeolit termodifikasi dapat mempermudah proses separasi
melalui sistem heterogen padat-cair yang dihasilkan.
e) Regenerasi zeolit@Au@AMP-ion logam dapat menghasilkan kembali
zeolit@Au@AMP sehingga mencegah dihasilkannya limbah baru.
1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Memodifikasi zeolit dengan nanopartikel Au termodifikasi AMP
(zeolit@Au@AMP)
b. Melakukan karakterisasi terhadap hasil modifikasi.
c. Mengaplikasikan zeolit@Au@AMP sebagai adsorben ion logam
Cu(II), Zn(II), Pb(II), Cd(II), dan Fe(III).
d. Melakukan analisa secara kuantitatif terhadap jumlah ion logam berat
yang teradsorpsi.
e. Menganalisa dan membandingkan kemampuan adsorpsi zeolit,
zeolit@Au, dan zeolit@Au@AMP sebagai adsorben.
f. Mendapatkan adsorbat yang selektif.
g. Memperoleh kondisi optimum fabrikasi dan aplikasi terhadap adsorbat
paling selektif.
h. Memperoleh metode regenerasi yang sesuai sehingga
zeolit@Au@AMP dapat digunakan kembali.
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
7 Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka dari Penelitian yang Telah Dilakukan
Beberapa penelitian yang menunjang studi yang diusulkan adalah:
a. (E. Erdem, et al. 2004) menyatakan bahwa Adsorpsi menggunakan ion
logam berat Co2+, Cu2+, Zn2+, dan Mn2+ dengan zeolit klinoptilolit
bergantung pada pertukaran kation, diameter hidrasi ion dan data isoterm
adsorpsi (Langmuir, Freundlich dan Dubinin-Kagener-Radushkevich
(DKR), diperoleh dengan urutan penyerapan ion logam optimum adalah
Co2+> Cu2+> Zn2+> Mn2+.
b. (C.Wang, et al. 2009) mempelajari studi abu layang yang berasal dari
pembakaran batubara, berhasil ditransformasi ke zeolit-P dan memiliki
potensi aplikasi dalam pengolahan air limbah industri pengolahan batu
bara, yang mengandung kation logam berat seperti Al3+, Fe2+, Mn2+, Zn2+,
Cu2+, Ni2+.
c. (S. Hashimoto, et al. 2009) telah mempelajari sintesis gel nanopartikel
emas yang diimobilisasi ke dalam zeolit-L dan memiliki aplikasi praktis
untuk fabrikasi bahan nanokomposit.
d. (A. Akbarzadeh, dkk. 2009) mempelajari studi sintesis nanopartikel emas
dengan agen pereduksi yang berasal dari asam amino Tryptophane.
Tryptophane adalah asam amino yang dapat dioksidasi ke dalam bentuk
Kynurenine, sehingga asam amino ini dapat digunakan sebagai agen
pereduksi bersamaan terbentuknya nanopartikel emas. Untuk menstabilkan
ukuran nanopartikel emas digunakan PEG 100 sebagai stabilizer dengan
aplikasinya sebagai nanomedicine dan nanobioteknologi.
e. (B. Ankamwar. 2010) mempelajari sintesis nanopartikel emas dengan
menggunakan ektraks daun Terminalia Catappa sebagai agen pereduksi
sekaligus sebagai capping agent. Nanopartikel emas stabil karena dalam
daun Terminalia Catappa terkandung tannin yang memiliki gugus polyfeols
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
8
Universitas Indonesia
dan carbocxylic dengan ikatan hidrogen yang kuat dan memiliki aplikasi
sebagai cancer therapy.
f. (G, Torresdey. 2003) mempelajari studi sintesis nanopartikel Au dan Ag
dari ekstrak tanaman Alfalfa pada media padat, yang dapat digunakan
sebagai idikator biologi untuk mengurangi kontaminasi air dan tanah yang
terkontaminasi logam berat Cr6+ dan Cr3+.
g. (Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007) mempelajari sintesis
nanopartikel emas dengan trisodium fosfat sebagai zat pereduksinya dan
proses fotoaktivasi pada temperatur ruang dan asam 3-merkaptopropanoat
sebagai stabilizer. Adanya gugus COOH dan ikatan hidrogen dari gugus
karboksilat terjadi transfer elektron lebih mudah dan ikatan koordinasi yang
lebih stabil sehingga terbentuk nanopartikel emas yang dihasilkan lebih stabil.
2.2 Studi pendahuluan yang sudah dilakukan
Studi pendahuluan yang telah dilakukan untuk menunjang
penelitian yang diusulkan adalah:
a. (Neny sriwahyuni. 2009) mempelajari sintesis zeolit termodifikasi
nanopartikel Au melalui reduksi Au3+ menjadi Auo dengan NaBH4.
Modifikasi permukaan zeolit berhasil dilakukan dengan penanaman
ligan 11-MUA. Zeolit@Au@MUA diaplikasikan sebagai logam
Pb(II) dimana jumlah Pb(II) teradsorpsi oleh zeolit termodifikasi lebih
besar dibandingkan zeolit non-modifikasi. Selain itu regenerasi
zeolit@Au@MUA-Pb berhasil dilakukan dengan EDTA.
b. (Sandra Novita. 2010) mempelajari interaksi sintesis zeolit
termodifikasi nanopartikel Au dan ligan 3-AMP. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah aplikasi zeolit@Au@AMP sebagai adsorben
mampu menyerap ion Pb(II) pada pH optimum 3, daya adsorpsi
zeolit@Au@AMP terhadap ion Pb(II) lebih besar dibandingkan zeolit
tidak termodifikasi, serta aplikasi lebih luas dari zeolit@Au@AMP dapat
digunakan sebagai adsorben ion Cd, Cr, Zn, Ni, dan Cu.
c. (Dian Nastiti. 2009) mempelajari modifikasi zeolit klinoptilolit dengan
nanopartikel emas dan dithizon. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
9
Universitas Indonesia
emas yang termodifikasi ligan berhasil diimobilisasi ke dalam zeolit dan
dapat digunakan sebagai adsorben ion Cu(II).
d. (Mariska Halimtengker. 2006) mempelajari modifikasi menggunakan
nanopartikel Ag dan Au dengan ligan asam 3-merkaptopropanoat dan
sistein. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel yang termodifikasi ligan
dapat digunakan sebagai sensor kimia untuk logam berat Pb, Cd, Hg
namun tidak untuk sensor logam Fe.
e. (Roccky. 2007) mempelajari modifiksi nanopartikel emas dengan ligan
dithizon. Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel emas tersebut dapat
digunakan sebagai sensor kimia ion Hg(II), serta Au@Dit-Hg dapat
diregenerasi dengan cara ekstraksi menggunakan larutan dithizon dalam
heksana.
f. (Septiasih Komalasari. 2009) mempelajari potensi nanopartikel Au pada
zeolit klinoptilolit termodifikasi sistein sebagai adsorben ion Pb (II).
Hasilnya didapatkan bahwa nanopartikel Au termodifikasi ligan
diimobilisasi ke dalam zeolit. Zeolit termodifikasi terbuktilebih efektif
mengikat ion Pb(II) dibandingkan dengan zeolit tanpa modifikasi.
Regenerasi Pb dari zeolit@Au@sistein berhasil dilakukan menggunakan
EDTA.
2.3 Studi Literatur
2.3.1 Zeolit
Mineral zeolit dikenal sejak tahun 1755 oleh seorang mineralogi
berkebangsaan Swedia yang bernama Freherr Axel Cronsted. Zeolit berasal dari
bahasa yunani, zhein yang berarti mendidih dan Lithos yang berarti batuan. Oleh karena
itu zeolit didefinisikan sebagai batuan yang mendidih karena dehidrasi molekul air yang
dikandung di dalamnya apabila zeolit dipanaskan. Zeolit memiliki struktur berongga-
rongga dengan cairan di dalamnya yang mudah lepas sehingga memungkinkan zeolit
mempunyai sifat khusus yaitu mampu melakukan pertukaran kation, mampu menyerap
senyawa kimia tertentu (sebagai adsorben) dan mampu bertindak sebagai katalisator
(Murat. A, et al. 2006)
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
10
Universitas Indonesia
2.3.2 Struktur Kerangka Zeolit
Mineral zeolit bukan merupakan mineral tunggal melainkan sekumpulan
mineral yang terdiri dari beberapa unsur. Secara umum mineral zeolit adalah
senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali tanah yang mempunyai rumus
sebagai berikut:
M2/nO.[Al2O3)y(SiO2)z].PH2O
Dimana: M = kation yang dapat dipertukarkan
n = valensi kation
y = jumlah atom Al
z = jumlah atom Si
p = jumlah molekuler air
Struktur zeolit tersusun dari unit-unit berulang terkecil berupa tetrahedral
SiO4 dan AlO4. Ikatan antar tetrahedral terbentuk dengan pemakaian bersama
atom oksigen oleh dua tetrahedral (sharing atom O), sehingga setiap tetrahedral
akan berikatan dengan 4 tetrahedral lainnya karena adanya sharing atom O maka
kerangka 3 dimensi zeolit sedikit terbuka sehingga membentuk pori ataupun rongga.
Zeolit tersusun atas subtitusi parsial Si4+ dan Al3+ yang menyebabkan zeolit bermuatan
negatif yang umumnya diseimbangkan dengan molekul air dan kation-kation. Kation
alkali dan alkali tanah seperti Na+, K+, Mg2+ dan lainnya mempunyai mobilitas yang
cukup baik untuk menyeimbangkan muatan negatif dalam zeolit. Kation-kation ini
bergerak bebas dalam zeolit dan dikelilingi oleh molekul air sehingga mudah untuk
menggantikan kation ini dengan kation lainnya tanpa merusak kerangka zeolit. Sifat
inilah yang menjadi dasar penggunaan zeolit sebagai penukar kation. (Dutta, 2000)
Secara garis besar klarifikasi kerangka dasar pembangun zeolit dibagi
menjadi tiga yaitu :
a. Unit pembangun primer
Unit pembangun primer merupakan unit dasar dan terkecil
penyusun zeolit yang terdiri dari SiO4 dan AlO4. Unit ini merupakan
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
11
Universitas Indonesia
kerangka yang paling stabil yang tersusun dari Si dan Al pada pusat
tetrahedral dan atom O pada keempat sudut tetrahedral.
Gambar 2.1 Model Unit Pembangun Primer (Rakhmatullah et.al. 2007)
Pada saat ini dikenal sekitar 40 jenis zeolit alam, meskipun yang
dapat mempunyai nilai komersil ada sekitar 12 jenis, diantaranya
klinoptilolit, mordenit, filipsit, kabasit, erionit, dan lain-lain. (Ghost,
Sujit Kumar, et al. 2002)
b. Unit pembangun sekunder
Unit pembangun sekunder merupakan gabungan beberapa
unit primer yang bergabung dengan menggunakan atom sebagai
sudut dua tetrahedral membentuk cincin ganda dengan 4, 5, 6, 7,
dan 8 tetrahedral.
Gambar 2.2 Unit pembangun sekunder zeolit
(http://wikis.lib.ncsu.edu/index.php/Zeolite)
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
12
Universitas Indonesia
c. Unit pembangun tersier
Unit pembangun tersier merupakan gabungan dari beberapa
unit sekunder yang saling berikatan membentuk suatu polihedral
yang merupakan struktur kristal zeolit.
Gambar 2.3 Unit Pembangun Tersier (Rakoczy. 2004)
2.3.3 Jenis Zeolit
Berdasarkan proses pembentuknya, zeolit dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
a. Zeolit alam
Zeolit alam adalah zeolit yang terbentuk melalui proses alam yaitu
proses hidrotermal pada batuan beku basa. Zeolit ini biasanya ditemukan
di dalam celah-celah yang mengisi batuan tersebut. Bentukan zeolit alam
banyak mengandung perbandingan yang besar dari M2+ dan H+ pada Na+,
K+, dan Ca2+. Saat ini sudah dikenal lebih dari 40 jenis zeolit alam namun
hanya 20 jenis yang terdapat dalam batuan sedimen.
b. Zeolit sintesis
Zeolit sintesis adalah zeolit yang sengaja dibuat dari bahan kimia
dengan sifat yang hampir sama dengan zeolit alam walaupun zeolit sintesis
memiliki sifat fisis yang jauh lebih baik. Zeolit sintesis biasanya dibuat
untuk mendapatkan zeolit dengan kemurnian yang lebih baik dengan
mengatur perbandingan Si/Al yang diinginkan. Nilai Si/Al dapat
divariasikan dalam zeolit sintesis. Berdasarkan nilai Si/Al, zeolit dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
13
Universitas Indonesia
1) Zeolit kadar Si rendah
Zeolit ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena efektif dalam
pemurnian dengan kapasitas yang besar karena adanya pori, komposisi,
dan saluran rongga yang optimum.
2) Zeolit kadar Si sedang
Zeolit ini memiliki kadar Si/Al = 5. Contoh zeolit yang termasuk jenis
ini adalah modernit dengan perbandingan Si/Al = 5 dan sangat stabil
3) Zeolit kadar Si tinggi (Si/Al = 10-100)
Zeolit jenis ini memiliki sifat yang sangat higroskopis dan menyerap
molekul yang non polar dan baik digunakan sebagai katalisator asam
untuk hidrokarbon.
4) Zeolit Si (tanpa Al)
Zeolit Si tidak mengandung Al sama sekali dan jenis ini sangat
hidrofobik sehingga dapat memisahkan molekul organik non polar
dari suatu campuran air.
2.3.4 Sifat dan Penggunaan Zeolit
Sifat zeolit yang terpenting adalah sebagai penyerap yang
selektif, penukar ion, dan mempunyai sifat katalisis yang tinggi. Sifat -
sifat serapan zeolit dipengaruhi oleh muatan-muatan kation. Kation-
kation ini terkoordinasi pada atom oksigen. Penggantian kation dengan
kation lain yang berbeda ukurannya dan muatan listriknya dapat mempengaruhi
ukuran pori-pori yang akhirnya mempengaruhi sifat-sifat serapannya.
Perubahan sifat zeolit tergantung pada sifat-sifat dan ukuran kation, temperatur,
tekanan, konsentrasi larutan dan struktur zeolit. Karena sifat zeolit yang unik
tersebut maka zeolit dapat digunakan dalam berbagai aplikasi diantaranya
adalah:
a) Zeolit sebagai penukar ion
Sifat penukar ion pada zeolit barhubungan dengan ion-ion yang berada
pada rongga-rongga. Ion-ion rongga atau kerangka elektrolit berguna
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
14
Universitas Indonesia
untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga
pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran dan muatan maupun
jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit tergantung dari sifat
kation, suhu dan jenis anion. Penukaran kation dapat menyebabkan
perubahan beberapa sifat zeolit seperti stabilitas terhadap panas, sifat
adsorpsi dan aktifitas katalisis. ( Kuronen et al, 2006)
b) Zeolit sebagai penyaring molekul
Zeolit dapat menyaring molekul karena adanya rongga zeolit yang
berukuran molekul. Molekul dapat tersaring karena adanya perbedaan ukuran,
bentuk, dan polaritas molekul. Oleh karena itu, ada beberapa molekul yang
dapat tersaring dan ada molekul yang tidak dapat tersaring bergantung dari
besarnya ukuran molekul. Karenanya zeolit dapat digunakan sebagai penyaring
molekul yang selektif.
c) Zeolit sebagai bahan penyerap
Kristal zeolit mempunyai rongga yang terisi molekul air bebas yang
berada disekitar kation. Jika dilakukan proses kalsinasi pada suhu tinggi maka
akan terjadi penguapan molekul air yang mengakibatkan zeolit mempunyai
luas permukaan kontak yang besar sehingga memungkinkan zeolit memiliki
kemampuan untuk menyerap molekul gas atau cairan. Kapasitas adsopsi
zeolit dipengaruhi beberapa faktor yaitu: suhu, lama adsorpsi, ukuran
partikel adsorben, dan kadar. Proses adsorpsi zeolit merupakan proses
fisika (Fisisorbsi) yang disebabkan oleh gaya interaksi molekuler
secara fisikokimiawi yang besarnya sama dengan gaya Van der waals
(Sunartintyas, S. 2008)
d) Zeolit sebagai katalis
Zeolit merupakan katalisator yang baik karena memiliki pori-pori
yang besar dengan permukaan yang maksimum. Zeolit memiliki ciri paling
khusus yang secara praktis akan menentukan sifat khusus di dalam mineral
ini, yaitu adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran di dalam
strukturnya. Pada proses penyerapan atau katalisis, pemakaian zeolit akan
mengakibatkan difusi molekul ke dalam ruang bebas atau hampa di antara
kristal, sehingga dimensi dan lokasi saluran sangat penting. Sistem saluran
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
15
Universitas Indonesia
ada 3 macam, yaitu: satu, dua dan tiga dimensi. Pada saluran satu dimensi
molekul hanya dapat bergerak ke satu arah saja. Saluran dua dimensi
memberikan kemungkinan molekul berdifusi ke dua arah atau dalam satu
bidang datar, sedangkan pada saluran tiga dimensi molekul yang berdifusi
dapat bergerak ke semua arah atau sisi kristal. Saluran tersebut akan
berulang tergantung dari system simetri kristal. (Murat, A et al. 2006)
2.4 Zeolit Klinoptilolit (Na2[Al6Si30O72]. 24 H2O)
Zeolit klinoptilolit merupakan salah satu zeolit yang sering ditemui di
alam yang mempunyai kandungan silika yang tinggi dengan perbandingan
Si/Al antara 7-18. Struktur kristalnya berbentuk monoklinik dengan cincin 8,
cincin 10.
Gambar 2.4 Struktur zeolit klinoptilolit
( Inglezakis et al, 2005)
Zeolit klinoptilolit memiliki kerangka struktur unit tetrahedral [AlO4]
5-
dan [SiO4]4- dengan unit bangun sekunder T10O20. Zeolit klinoptilolit alam
pada suhu 25oC dan tekanan 2,6666 kPa kapasitas adsorpsinya terhadap H2O
dapat mencapai 16 gram H2O/100 gram ( Inglezakis et al, 2005)
2.5 Nanopartikel
Nanopartikel adalah partikel yang memiliki ukuran diantara 1-100 nm.
Nanopartikel dapat memiliki sifat atau fungsi yang berbeda dari material sejenis
dalam ukuran besar (bulk). Dua hal utama yang membuat nanopartikel berbeda
dari material sejenis dalam ukuran besar yaitu: karena ukurannya yang kecil
nanopartikel memiliki perbandingan antara luas permukaan dan volume yang
lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Hal
ini membuat nanopartikel bersifat lebih reaktif. Reaktivitas material ditentukan
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
16
Universitas Indonesia
oleh atom-atom di permukaan, karena hanya atom-atom tersebut yang
bersentuhan langsung dengan material lain, ketika ukuran partikel menuju order
nanometer, maka hukum fisika yang berlaku lebih didominasi oleh hukum-
hukum fisika kuantum.
Sifat-sifat yang berubah pada nanopartikel biasanya berkaitan dengan
fenomena-fenomena kuantum sebagai akibat keterbatasan ruang gerak elektron dan
pembawa muatan lainnya dalam partikel. Fenomena ini berimbas pada beberapa sifat
material seperti perubahan warna yang dipancarkan, transparansi, kekuatan mekanik,
konduktivitas listrik dan magnetisasi. Fenomena lainnya yaitu perubahan rasio jumlah
atom yang menempati permukaan terhadap jumlah total atom. Fenomena ini
berimbas pada perubahan titik didih, titik beku, dan reaktivitas kimia. Perubahan-
perubahan tersebut diharapkan dapat menjadi keunggulan nanopartikel dibandingkan
dengan partikel sejenis dalam ukuran bulk (Mikrajuddin, A dkk. 2008)
Sekarang ini penelitian nanopartikel dilakukan secara intensif pada area
penelitian ilmiah, dimana bertujuan untuk meluaskan variasi dari aplikasi
nanopartikel yang potensial pada bidang biomedical, optical, dan elektronik.
2.6 Emas
Pada susunan tabel periodik unsur emas termasuk pada golongan logam
transisi. Emas memiliki nomor atom 79, dengan konfigurasi elektron [Xe]4f14 5d10 6s1
, massa atom 196,967 gram per mol dan jari-jari atom 0,1442 nm. Dalam bentuk
warna emas adalah coklat keemasan. Logam ini melebur pada suhu 1064oC. Logam
emas tahan terhadap asam. Dalam bentuk garam emas dapat larut dalam air
membentuk anion tetrakloroaurat [AuCl4]-. Baik pada bentuk monovalen maupun
trivalennya emas dapat dengan mudah direduksi menjadi logamnya. Senyawa emas
(I) relatif kurang stabil dibandingkan senyawa-senyawa emas (III).
Emas sangat mudah ditempa, memiliki kekerasan antara 2,5 sampai 3,
sehingga merupakan logam yang lunak. Emas memiliki kemampuan untuk
menghantarkan panas dan listrik lebih baik dibandingkan tembaga dan perak.
Emas juga memiliki sifat tahan terhadap korosi. Emas hanya dapat terkorosi oleh
campuran asam nitrat dan asam hidroklorida (aquaregia). (Norsten, Tyler, et al.
2002)
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
17
Universitas Indonesia
2.7 Nanopartikel Emas
Nanopartikel emas dapat dibentuk dengan dua cara yaitu cara fisika dan kimia.
Cara fisika dapat dilakukan dengan cara melebur batangan emas menjadi partikel
berukuran nanometer (top-down) sedangkan dengan cara kimia dilakukan dengan
menumbuhkan nanopartikel dari atom logam atau molekul-molekul yang membentuk
cluster-cluster yang di assembly membentuk partikel berukuran nanometer.
(Mikrajuddin, A dkk. 2008)
Gambar 2.5 Skema pembentukan nanopartikel Au
(Bikash K. Jena, et al. 2010)
Sintesis nanopartikel Au dapat dilakukan melalui 2 metode: (A.
Akbarzadeh, et al. 2009)
a. Metode Brust
Pada metode ini nanopartikel emas dibuat dengan cara mereduksi HAuCl4
dengan pereduksi NaBH4. Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan
nanopartikel emas adalah:
4AuCl4- + 3BH4
- + 12OH- 4Au + 3B(OH2)2- + 16Cl- + 6H2O
Au3+
Nanopartikel Au
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
18
Universitas Indonesia
b. Metode Turkevich
Pada metode ini pembentukan nanopartikel emas (Au) dibuat dengan cara
mereduksikan HAuCl4 dengan menggunakan Sodium Citrate. Reaksi utamanya
adalah reduksi dari garam Au (HAuCl4) sehingga akan membentuk logam emas.
Gambar 2.6 Skema pembentukan nanopartikel Au dengan metode
Turkevich (A. Akbarzadeh, et al. 2009)
2.8 Senyawa Tiol
Dalam bidang kimia, tiol dikenal dengan nama merkaptan, yaitu seyawa yang
terdiri dari gugus tiol (-SH) yang menempel pada atom karbon. Thiol hampir
sama dengan alkohol, dimana oksigen dari gugus hidroksi (-OH) digantikan oleh
atom sulfur (belerang). Oksigen dan sulfur memiliki karakter kimia yang hampir
sama karena letaknya dalam satu golongan dalam tabel susunan berkala. Tiol
dapat membentuk thioester dan thioasetal.
Sejumlah besar tiol adalah cairan yang tidak berwarna dan mempunyai bau
seperti bawang putih. Bau yang dimilikinya itu kuat dan tidak enak. Contoh tiol
adalah metil merkaptan (CH3SH), etil merkaptan (C2H5SH), koenzim A, dan
sistein. (Sardar, Rajesh et al. 2009)
2.8.1 Asam 3-Merkaptopropanoat
Salah satu contoh senyawa tiol adalah asam 3-merkaptopropanoat.
Senyawa ini mempunyai rumus molekul C3H6O2S dengan berat molekul 106,13
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
19
Universitas Indonesia
g/mol, mempunyai berat jenis 1,21 g/cm3, titik leleh 17-19oC dan titik didih 110-
111oC (15 torr). Senyawa ini mengandung gugus tiol dan gugus karboksilat,
seperti terlihat di bawah ini: (Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007)
Gambar 2.7 Struktur molekul asam 3-merkaptopropanoat
2.8.2 Modifikasi Nanopartikel Emas dengan Asam 3-Merkaptopropanoat
Pada umumnya, nanopartikel memiliki sifat yang tidak stabil karena energi
permukaannya tinggi, sehingga dibutuhkan kestabilan untuk melawan agregasi
antar partikel dengan memodifikasi permukaannya menggunakan ligan yang
cocok. Ligan tersebut dapat memiliki gugus fungsi seperti: siano (-CN), merkapto
(-SH), dan amina (-NH2), dimana gugus tersebut diketahui memiliki afinitas yang
tinggi terhadap ion logam khususnya emas. (Aryal, Santhosh, et al. 2005)
Penambahan molekul ligan asam 3-merkaptopropanoat pada nanopartikel Au
akan membentuk suatu senyawa stabil. Tiol akan membentuk lapisan tunggal pada
permukaan nanopartikel logam (self Assembly Monolayer) yang berarti asam 3-
merkaptopropanoat telah memodifikasi permukaan nanopartikel yang berbentuk bola
atau ruang 3 dimensi. Dalam modifikasi ini terjadi interaksi antara gugus-SH dari asam
3-merkaptopropanoat dengan nanopartikel Au. Proses menempelnya gugus SH tersebut
pada permukaan nanopartikel Au dapat diidentifikasikan dengan teknik pengukuran
UV-Vis spektrofotometer. Hasil modifikasi nanopartikel Au dapat diamati dari
spektrum yang mengalami pergeseran pada panjang gelombang maksimumnya
jika dibandingkan dengan spektrum nanopartikel Au yang belum termodifikasi.
HS OH
O
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
20
Universitas Indonesia
Gambar 2.8 Ilustrasi nanopartikel Au termodifikasi 3-AMP
(Sujit Kumar Ghosh dan Tarasankar Pal. 2007)
Pergeseran spektrum yang didapat dari spektrometer UV-Vis
memperlihatkan bahwa interaksi antara gugus SH dengan nanopartikel Au telah
terjadi sehingga dalam kesetimbangan reaksi membentuk Self Assembly Monolayer
(SAM) pada permukaan nanopartikel Au. Ligan organik tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk sensor ion logam secara selektif sesuai dengan kemampuan
gugus fungsinya yang berinteraksi dengan ion logam. (Sujit Kumar Ghosh dan
Tarasankar Pal. 2007)
2.9 Logam Berat
Logam berat merupakan unsur yang berbahaya di permukaan bumi, sehingga
kontaminasinya di lingkungan merupakan masalah besar di dunia saat ini. Sejak
kasus kecelakaan merkuri di Minamata Jepang (1953) yang secara intensif
dilaporkan, isu pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan perkembangan
berbagai penelitian yang mulai diarahkan pada berbagai aplikasi teknologi untuk
menangani polusi lingkungan yang disebabkan oleh logam berat.
Pada tabel sistem periodik, logam berat terletak pada sudut kanan bawah
dengan berat jenis lebih besar 5 g/cm3. Logam berta memiliki afinitas yang tinggi
terhadap unsur belerang dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4
sampai 7. Logam berat dapat berikatan dengan belerang dan enzim, yang dapat
menyebabkan enzim yang bersangkutan tidak aktif dan juga dapat mengendapkan
senyawa fosfat biologis atau mengkatalisis penguraian (Marganof. 2003).
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
21
Universitas Indonesia
Sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
bersifat toksik tinggi yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Pb, Cu, Cd dan Zn. Bersifat
toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co. Sedangkan yang bersifat toksik
rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.
2.9.1 Logam Pb
Timbal atau dikenal sebagai ion Pb (II) dalam susunan unsur merupakan logam
berat yang dapat secara alami dalam kerak bumi dan tersebar di alam dalam jumlah
kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi. Pb merupakan logam lunak
berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh 327,5oC dan titik
didih 1,740oC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari
semua unsur yang stabil yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun yang dapat merusak
sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang dalam jangka waktu
yang lama. Timbal terdapat dalam isotop 204 Pb (1,4%), 206 Pb (24,1%), 207 Pb
(22,1%), dan 208 Pb (52,4%) kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk
akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resisten terhadap korosi, oleh
karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat)
(Sekar et al, 2004)
2.9.2 Logam Cu
Tembaga (cuprum; Cu) merupakan elemen kimia pada tabel periodik yang
mempunyai nomor atom 29. Tembaga merupakan logam yang mempunyai
konduktifitas termal dan elektrik yang cukup tinggi, sehingga banyak digunakan
sebagai konduktor elektrik dan termal. Selain itu, tembaga juga digunakan sebagai
bahan bangunan yaitu sebagai perlatan logam rumah tangga, dan sebagai bahan dalam
campuran logam (alloy) seperti koin uang logam, dibidang pertanian senyawa tembaga
sulfat sebagai fungisida dan mengontrol perkembangan alga di perairan. Selain itu
juga tembaga dan senyawanya banyak digunakan sebagai zat warna.
Tembaga juga merupakan nutrien yang esensial bagi semua tumbuhan
tingkat tinggi dan hewan. Pada hewan, termasuk manusia tembaga ditemukan di
aliran darah, dan sebagai kofaktor di beberapa enzim. Namun, dalam jumlah yang
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
22
Universitas Indonesia
cukup tembaga bisa menjadi beracun dan bahkan bisa berakibat fatal bagi
organisme. Senyawa tembaga harus diperlakukan sebagai senyawa toksik. Kadar
tembaga yang direkomendasikan aman dalam air minum berkisar antara 1,5
sampai 2 miligram per liter (ppm). Terlalu banyak tembaga di perairan juga
mampu merusak kehidupan air. Efek yang terlihat dari konsentrasi tinggi dari
tembaga terhadap ikan dan makhluk hidup lain adalah kerusakan pada insang,
hati, ginjal, dan sistem syaraf. Tembaga juga menggangu indera penciuman ikan,
yang bisa menghalangi mereka dalam reproduksi. (M.S. Saeni, 1997).
2.9.3 Logam Zn
Seng (zinck) adalah unsur kimia dengan lambang Zn, nomor atom 30 dan
massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan
dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain
calamite (ZnCO3), willemite (ZnSiO4), dan zinck blade (ZnS). Dalam industri,
zinck mempunyai arti penting yaitu melapisi besi atau baja untuk mencegah
proses karat. Zinck digunakan untuk bahan batere dan alinasenya digunakan untuk
cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi. Bubuk zinck dalam bentuk
oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam cat
dan tinta. Logam Seng termasuk unsur sedikit berbahaya. Kelebihan logam seng
hingga dua kali AKG (Angka Kekurangan Gizi) menurunkan absorbsi tembaga.
Kelebihan sampai 10 kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol,
mengubah nilai lipoprotein, dan dapat mempercepat timbulnya aterosklerosi.
Mengkonsumsi logam seng (LD50) sebanyak 2 g/kg atau lebih, dapat
menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan, anemia dan gangguan
reproduksi. (Ali, H.O et al. 2006)
2.9.4 Logam Cd
Kadmium dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah
pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam
penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Keracunan kadmium
dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
23
Universitas Indonesia
penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjer
pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Marganof, 2003).
2.9.5 Logam Fe
Besi atau ferrum (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat di
bentuk. Di alam dapat sebagai hematite, di dalam air minum Fe menimbulkan rasa,
warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan
kekeruhan Fe akan mempengaruhi pembentukan Hb tersebut. Sel darah merah muda
(korpuskula) mengandung Hb dan bahan ini diproduksi dalam sum-sum tulang untuk
mengganti sel darah merah yang rusak. Besi juga berperan dalam aktivitas beberapa
enzim seperti sitokrom dan flavor potein. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan
pada fase absorbsi tubuh tidak dapat mengekresikan Fe. Karenanya mereka yang
sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitan karena akumulasi Fe
Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetrapi dalam dosis besar dapat merusak dinding
usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga
dapat diakumulasi di alam alverri paru-paru.
2.10 Pembentukan Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari satu kation
(umumnya logam) dan satu anion yang bermuatan negatif atau netral. Logam
dalam kompleks berperan sebagai atom pusat sedangkan anion berperan sebagai donor
pasangan elektron (ligan). Ligan yang mendonorkan sepasang elektron bebas disebut
sebagai ligan monodentat, dua pasang elektron bebas disebut bidentat sedangkan yang
mendonorkan lebih dari dua pasang elektorn bebas disebut ligan polidentat. Senyawa
kompleks umumnya berwarna karena pengisian elektron pada orbital d dari logam.
Walaupun kompleks terdiri dari anion dan kation namun ikatan yang terjadi bukan
ikatan ionik akan tetapi ikatan kovalen koordinasi dengan pemakaian elektron bersama.
(Skoog, Douglas, et al. 1996)
2.11 Adsorben
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
24
Universitas Indonesia
Adsorpsi adalah proses terserapnya molekul gas atau larutan adsorbat ke
dalam suatu permukaan padatan adsorben. Peristiwa adsorpsi merupakan suatu
fenomena permukaan, yaitu terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu
pada permukaan antara dua fase. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis
(physical adsorption) dan adsorpsi secara kimia (chemical adsorption). Secara
umum adsorpsi fisis mempunyai gaya intermolekuler yang relatif lemah, sedangkan
pada adsorpsi kimia tejadi pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat
dengan molekul yang terikat pada permukaan adsorben. (Sunartintyas, S. 2008)
2.12 Etylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA)
EDTA adalah suatu asam poliprotik yang mempunyai pasangan elektron
pada dua gugus amina dan empat pada gugus karboksilatnya. Senyawa ini
merupakan suatu ligan yang bersifat heksadentat (terdapat enam pasang elektron
bebas) yang biasanya akan membentuk kompleks kelat yang kuat (W, Haryadi.
1993).
Gambar 2.9 Struktur EDTA
(N. Sandra. 2010)
Dalam pembentukan kelat, keenam donor elektronnya bersama-sama
mengikat satu ion inti dengan membentuk lingkaran kelat. Karena kuatnya
kompleks yang dibentuk dengan EDTA maka EDTA banyak digunakan dalam
industri makanan atau dalam bidang kedokteran.
2.13 Fourier Transform Infra Red (FTIR)
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
25
Universitas Indonesia
Prinsip FT-IR adalah serapan dari senyawa dengan tingkat energi vibrasi
dan rotasi pada ikatan kovalen yang mengalami perubahan momen dipol dalam
suatu molekul. Radiasi IR yang umunya dipakai untuk analisis instrumental
adalah daerah bilangan gelombang 4000-670 cm-1. Bentuk dan struktur molekul
menjadi penentu terjadinya interaksi radiasi IR dengan molekul. Hanya molekul
diatomik tertentu misalnya H2, N2 dan O2 yang tidak dapat mengabsorbsi IR
karena vibrasi dan rotasinya tidak menghasilkan perubahan momen dipol
(Sunardi.2007).
Gambar 2.10 Skema peralatan FTIR
(http://www.biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_ftir.html)
Apabila suatu molekul menyerap IR maka molekul akan mengalami
perubahan tingkat energi vibrasi/rotasi, tetapi hanya transisi vibrasi/rotasi yang
dapat menyebabkan perubahan momen dipol yang aktif mengabsorpsi IR. Spektra
yang dihasilkan umumnya rumit dan mempunyai pita-pita serapan yang sangat
sempit dan khas untuk tiap senyawa sehingga penggunaannya terutama untuk
identifikasi senyawa organik secara kualitatif.
2.14 Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
Spektrosopi atom digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan
(kualitatif dan kuantitatif) dalam tingkat trace dalam semua jenis materi dan
larutan. Pengukuran dalam spektroskopi serapan atom (SSA) berdasarkan radiasi
yang diserap oleh atom yang tidak tereksitasi dalam bentuk uap (Sunardi. 2007).
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
26
Universitas Indonesia
Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya.
Proses dalam SSA melalui 2 tahap, yaitu:
a. Atomisasi sampel. b. Absorbsi radiasi dari sumber sinar oleh atom bebas.
Gambar 2.11 Komponen utama spektroskopi serapan atom
(http://www.biocenter.helsinki.fi/bi/biophys/methods_aas.html)
Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun tungku.
Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap diperlukan energi panas, oleh karena
itu temperatur harus benar-benar terkendali agar proses atomisasinya sempurna. Bila
ditinnjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat kontinyu. Disamping itu sistem dengan
penguraian optis yang sempurna diperlukan untuk memperoleh sinar dengan garis
absorbsi yang semonokromator mungkin. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) terdiri
atas 5 komponen utama. Komponen-komponen ini di kontrol oleh peranti lunak
komputer.
2.15 X-Ray Fluoresence (XRF)
Prinsip dari XRF adalah penembakan sinar X atau rendah dari sumber
radioaktif pada sampel untuk mendeteksi unsur tertentu yang diinginkan.
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
27
Universitas Indonesia
Penembakan akan menyebabkan elektron pada kulit atom terdalam unsur tersebut
tereksitasi ke level energi yang lebih tinggi. Kulit yang kosong akan diisi oleh elektron
pada kulit atom selanjutnya. Keadaan eksitasi dari elektron yang ditembak tidak akan
stabil sehingga elektron tereksitasi akan turun ke level energi yang lebih rendah
sehingga lebih stabil sambil memancarkan kelebihan energi yang berasal dari
penembakan sumber dalam bentuk sinar X. Besarnya sinar yang dipancarkan spesifik
untuk setiap unsur dan foton tersebut akan dideteksi oleh detektor sehingga bisa
menampilkan data yang kualitatif dan kuantitatif dari sampel. (Chem-is-try.org. 2011)
Gambar 2.12 Skema peralatan XRF
(http://www.quantachrome.com/cryogenically-cooled_xrf.html)
2.16 Brunauer, Emmett, Teller (BET)
Teori BET diperkenalkan tahun 1938 oleh Stephen Brunaeur, Paul Hugh
Emmet, dan Edward Teller. BET adalah singkatan dari nama ketiga ilmuwan
tersebut. Teori ini menjelaskan fenomena adsorpsi molekul gas di permukaan zat
padat (melekatnya molekul gas di permukaan zat padat). Kuantitas molekul gas
yang diadsorpsi sangat bergantung pada luas permukaan yang dimiliki zat padat
tersebut. Dengan demikian, secara tidak langsung teori ini dapat dipergunakan untuk
menentukkan luas permukaan zat padat.
Jika zat padat berupa patikel-partikel maka luas permukaan untuk zat
padat dengan massa tertentu makin besar jika ukuran partikel makin kecil. Dengan
mendefinisikan luas permukaan spesifik sebagai perbandingan luas total permukaan zat
padat terhadap massanya maka luas permukaan spesifik informasi makin besar jika
ukuran partikel makin kecil. Metode BET memberikan informasi tentang luas
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
28
Universitas Indonesia
permukaan spesifik zat padat. Dengan demikian metode ini dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran rata-rata partikel zat padat. Untuk material berpori, luas
permukaan spesifik ditentukan oleh porositas spesifik zat padat, yaitu molekul dapat
teradsorpsi pada permukaan zat padat hingga beberapa lapis dan tidak ada interaksi
antar molekul gas yang teradsorpsi pada permukaan zat padat.
Gambar 2.13 Skema Peralatan BET
(http://www.quantachrome.com/gassorption/images/Nova-e-Series.jpg)
Ketika melakukan pengujian BET, sampel ditempatkan dalam chamber
kemudian divakumkan yang bertujuan agar tidak ada lagi atom-atom gas yang
menempel pada permukaan material. Kemudian gas dalam jumlah terkontrol
dimasukkan ke dalam chamber. Jumlah gas ini menghasilkan tekanan awal (P0). Gas
yang digunakan umumnya gas inert seperti nitrogen, kripton atau argon. Suhu diatur
serendah mungkin dan tetap konstan. Biasanya suhu dipertahankan pada suhu nitrogen
cair (-195,6oC). Sebagian atom gas kemudian mulai menempel pada permukaan sampel
(teradsorpsi). Akibatnya, jumlah molekul gas yang bergerak dalam ruang chamber
berkurang. Lama kelamaan jumlah molekul gas yang menempel pada permukaan
sampel makin banyak dan diikuti berkurangnya jumlah molekul gas bergerak dalam
ruang. Hingga akhirnya seluruh permukaan sampel sudah ditutupi penuh oleh
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
29
Universitas Indonesia
molekul gas. Tidak ada adsorpsi gas lebih lanjut sehingga tekanan di dalam
chamber tidak berubah lagi dan menjadi P (tekanan kesetimbangan). (Khairurijjal,
et al. 2002)
2.17 Particle Size Analyzer (PSA)
PSA merupakan alat yang digunakan untuk mengkarakterisasi
nanomaterial, yaitu suatu alat yang menggunakan metode Laser Diffraction (LAS)
Alat ini menggunakan prinsip dynamic light scattering (DLS). Metode ini juga
dikenal sebagai quasi-elastic light scattering (QELS). Alat ini berbasis Photon
Correlation Spectroscopy (PCS). Metode LAS bisa dibagi dalam dua metode
yaitu metode kering dan metode basah. Pada metode kering ini memanfaatkan
udara atau aliran udara untuk melarutkan partikel dan membawanya ke sensing
zone. Metode ini baik digunakan untuk ukuran yang kasar, dimana hubungan
antarpartikel lemah dan kemungkinan untuk beraglomerasi kecil. Sedangkan pada
metode basah ini menggunakan media pendispersi untuk mendispersikan material
uji.
Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan
metode basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode
kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar.
Terutama untuk sampel-sampel dalam orde nanometer dan submicron yang
biasanya memliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi.
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
30
Universitas Indonesia
(Malvern Instruments Ltd. 2003)
Hal ini dikarenakan partikel didispersikan ke dalam media sehingga
partikel tidak saling beraglomerasi (menggumpal). Dengan demikian ukuran
partikel yang terukur adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran
dalam bentuk distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah
menggambarkan keseluruhan kondisi sampel.(nanotech.org. 2011)
Gambar 2.14 Skema Peralatan PSA
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
31 Universitas Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Peralatan dan Bahan
3.1.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: labu ukur, gelas
ukur, pipet volumetri, pipet tetes, gelas beaker, batang pengaduk, botol
semprot, bulb, tabung reaksi, neraca analitik, oven, dan magnetic stirrer.
Alat uji yang digunakan untuk karakterisasi pada penelitian ini yaitu:
Fourier Transmitan Infra Red (FTIR) Prestige 21 (Shimadzu), Particle Size
Analyzer (PSA) Malvern ZEN 1600, dan Atomic absorption Spectrometry
6300 (Shimadzu).
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk adsorben adalah zeolit klinoptilolit (CV.
Transindo Utama), untuk imobilisasi ke dalam zeolit digunakan HAuCl4
(Aldrich), sebagai pereduksi nanopartikel Au digunakan NaBH4 (Merck), dan
akuabides (Ikapharmindo) sebagai pelarut. Untuk aktivasi zeolit digunakan
akuades, HCl (Merck) dan NaOH (Merck). Untuk memodifikasi zeolit@Au
digunakan asam 3-merkaptopropanoat (Aldrich). Aplikasi adsorben
zeolit@Au@AMP dilakukan terhadap kation logam dari padatan Pb(NO3)2
(Merck), CdSO4 (Merck), C4H4O4Zn.2H2O (Merck), Fe(NO3)3.9H2O (Merck),
Cu(NO3)2.3H2O (Merck). Regenerasi untuk mendapatkan kembali adsorben
zeolit@Au@AMP dilakukan dengan Na-EDTA (Merck).
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Pembuatan Larutan Induk
3.2.1.1 Pembuatan Larutan HCl 1,2M
Sebanyak 10 mL HCl 12 M dipipet dan diencerkan dengan aquades dalam
labu ukur 100 mL hingga tanda batas. Dari larutan HCl 1,2 M dipipet sebanyak
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
32
Universitas Indonesia
10,42 mL dan diencerkan dengan aquades dalam labu ukur 250 mL hingga
tepat tanda batas; konsentrasi larutan HCl menjadi 0,05 M. 3.2.1.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,05 M
Sebanyak 0,5 g NaOH padatan dilarutkan dengan aquades dalam labu ukur
250 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.3 Pembuatan Larutan NaCl 1M
Sebanyak 29,25 g NaCl padatan dilarutkan dengan aquades dalam labu
ukur 500 mL, selanjutnya diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.4 Pembuatan Larutan HAuCl4
- 1,0 x 10
-2 M
Sebanyak 0,0394 gram HAuCl4. 3H2O dilarutkan dalam labu ukur 10 mL
dengan aquabides dingin dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.5 Pembuatan Larutan NaBH4 0,0261 M
Sebanyak 0,0099 gram NaBH4 dilarutkan dengan aquabides dingin dalam
labu ukur 10 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.6 Pembuatan Larutan Asam 3-Merkaptopropanoat (AMP) 0,1 M
Sebanyak 0,22 mL larutan AMP 99% dipipet dan dilarutkan dengan
aquabides dalam labu ukur 25 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas. 3.2.1.7 Pembuatan Larutan Zn(II) 5000 ppm
Sebanyak 0,83 g C4H4O4Zn.2H2O dilarutkan dengan aquabides dalam
labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.
3.2.1.8 Pembuatan Larutan Cu(II) 5000 ppm
Sebanyak 0,95 g Cu(NO3)2.3H2O dilarutkan dengan aquabides dalam labu
ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas.
3.2.1.9 Pembuatan Larutan Pb(II) 5000 ppm
Sebanyak Pb(NO3)2 0,39 g dilarutkan dengan aquabides dalam labu
kukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.10 Pembuatan Larutan Cd(II) 5000 ppm
Sebanyak CdSO4 0,46 g dilarutkan dengan aqubides dalam labu ukur
50 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas.
Modifikasi zeolit ..., Rohatin, FMIPA UI, 2011
-
33
Universitas Indonesia
3.2.1.11 Pembuatan Larutan Fe(III) 5000 ppm
Sebanyak Fe(NO3)3.9H2O 1,80 g dilarutkan dengan aqubides dalam
labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tanda batas. 3.2.1.12 Pembuatan Larutan Na-EDTA 0,1 M
Sebanyak 1,86 g C10H14N2Na2O8.2H2O dilarutkan dengan aquades
dalam labu ukur 50 mL dan diencerkan hingga tepat tanda batas.
3.2.2 Aktivasi Zeolit
3.2.2.1 Aktivasi Secara Fisika
Secara fisika zeolit diaktifkan dengan cara mencuci zeolit dalam
aquades dengan perbandingan zeolit : Aquades yaitu 1: 3 (200 g zeolit dalam
600 mL aquades) lalu zeolit diaduk selama 1 jam pada suhu 70 oC. Setelah
diaduk zeolit diendapkan selama beberapa waktu, lalu koloidnya di ambil. Koloid
yang diambil selanjutnya dicuci kembali dengan menggunakan aquades