perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi...

80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN AKNE VULGARIS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AVIONITA RAHMA DEWI PRANITASARI G0008060 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

DENGAN AKNE VULGARIS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

AVIONITA RAHMA DEWI PRANITASARI

G0008060

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 15 Desember 2011

Avionita Rahma Dewi Pranitasari

G0008060

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

ABSTRAK

Avionita Rahma Dewi Pranitasari, G0008060, 2011. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Akne Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan akne vulgaris. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2011 di SMAN 1 Prambanan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek penelitian adalah siswa SMAN 1 Prambanan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan sampel dilakukan secara fixed disease sampling dengan jumlah sampel sebanyak 198. Seluruh sampel diperiksa secara klinis untuk menentukan ada tidaknya akne vulgaris dan tingkat keparahan akne vulgaris melalui skor GAGS, dilakukan pengukuran tinggi badan serta berat badan untuk menghitung IMT, kemudian dilakukan pengisian kuesioner untuk memperoleh data tentang identitas diri dan variabel-variabel perancu. Data selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik chi square, dilanjutkan dengan uji Odd Ratio (OR) dan uji regresi logistik ganda. Hasil Penelitian : Dari analisis data dengan angka kemaknaan α = 0,05, diperoleh nilai p = 0,043 yang berarti p < 0,05, sehingga ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan akne vulgaris. Siswa dengan IMT kategori overweight/obesitas berisiko untuk menderita akne vulgaris 2,423 kali lebih besar daripada mahasiswa dengan IMT kategori underweight/normal. Simpulan Penelitian : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) berhubungan secara signifikan dengan akne vulgaris. Semakin besar nilai Indeks Massa Tubuh (IMT), semakin besar risiko terkena akne vulgaris.

Kata kunci : indeks massa tubuh, akne vulgaris

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

ABSTRACT

Avionita Rahma Dewi Pranitasari, G0008060, 2011. Correlation between Body Mass Index (BMI) with Acne Vulgaris. Falculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objective : To determine an correlation between Body Mass Index (BMI) with acne vulgaris. Method : This type of study was an observational analytic study with cross-sectional study approach. The study was conducted in May 2011 in SMAN 1 Prambanan, Sleman Regency, Yogyakarta Special Territory Province. The subjects in this study were students of SMAN 1 Prambanan with inclusion and exclusion criteria which was made by the writer. The sampling technique that was used was fixed disease sampling with sample size of 198. All samples were examined clinically to determine the absence of acne vulgaris and the severity of acne vulgaris through GAGS score, were measured of body weight and height to calculate BMI, then questionnaire form filling out was done. Then the data were analyzed by using chi square analysis, Odd Ratio (OR) analysis, and multiple logistic regression analysis. Results : The data analysis, with α = 0,05, shows p = 0,045 which means p < 0,05 so that there is a correlation between Body Mass Index (BMI) with acne vulgaris. Student with category of BMI overweight/obesity had a risk to acne vulgaris 2,423 higher than student with category of BMI underweight/normal. Conclusion : The research can be concluded that Body mass Index (BMI) was significantly correlated with acne vulgaris, the greater value of IMT, the greater risk of acne vulgaris.

Keywords: body mass index, acne vulgaris

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah swt, dengan segala rahmat dan anugerah-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Akne Vulgaris” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lain adalah berkat peran serta banyak pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Nugrohoaji Dharmawan, dr., Sp.K.K., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah memberi bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.

3. Hardjono, Drs., M.Si., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberi bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

4. M. Eko Irawanto, dr., Sp.K.K., selaku Penguji Utama yang telah memberi kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Made Setiamika, dr., Sp.THT-KL., selaku Anggota Penguji yang telah memberi kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi FK UNS Surakarta.

7. Margono., dr., M.Kes., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan pengarahannya.

8. Mawardi, Drs., selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Prambanan dan siswa SMAN 1 Prambanan atas bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Bapak, Windarto dan Ibu, Sri Sayekti atas doa dan dukungannya selama ini. Juga teruntuk kakakku, Armadhani Jati Prasetya, yang telah memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kuliah dan selama penyusunan skripsi, Yuannisa, Noniek, dan Wiji.

11. Teman-teman kos “Multazam”, Sukma, Asih, Khodijah, Riri, Mbak Lilik, Mbak Prima, Mbak Oni, Mbak Dilla, Mbak Uti, Sara, Hanif, dan Sasa atas semangat dan kebersamaannya.

12. Teman-teman, saudara seangkatan Pendidikan Dokter 2008, untuk kerjasama dan bantuannya selama ini.

13. Pihak-pihak lain yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu. Dalam penyusunan skripsi ini, tentu masih banyak terdapat kekurangan

sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyusunan yang lebih baik di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak.

Surakarta, 15 Desember 201 Avionita Rahma Dewi Pranitasari

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................. 5

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5

B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 27

C. Hipotesis ............................................................................................ 28

BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 29

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 29

B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 29

C. Subjek Penelitian ............................................................................. 29

D. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 30

E. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 31

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................................... 31

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

G. Instrumen Penelitian ....................................................................... 36

H. Cara Kerja ........................................................................................ 37

I. Rancangan Penelitian ....................................................................... 39

J. Teknik Analisis Data ......................................................................... 40

BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 43

A. Karakteristik Sampel ...................................................................... 43

B. Hubungan antara IMT dengan Akne Vulgaris ............................... 47

BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 61

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 68

A. Simpulan ......................................................................................... 68

B. Saran ............................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 69

LAMPIRAN

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. The Global Acne Grading System ........................................................ 17

Tabel 2. Kategori Ambang Batas IMT untuk Asia ............................................ 19

Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ........................................................... 20

Tabel 4. Bentuk Tabel 2xk Uji Chi-Square ........................................................ 40

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris .................... 44

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris .... 45

Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur .................................................. 46

Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 47

Tabel 9. Hasil Analisis Chi Square 4x2 tentang Hubungan antara IMT ............ 49

dengan Akne Vulgaris

Tabel 10. Hasil Analisis Chi Square 4x4 tentang Hubungan antara IMT ............ 51

dengan Akne Vulgaris Berdasarkan Derajat Keparahan Akne

Vulgaris

Tabel 11. Hasil Analisis Chi Square 2x2 tentang Hubungan antara IMT ........... 53

dengan Akne Vulgaris

Tabel 12. Hasil Analisis Odd Ratio tentang Hubungan antara IMT dengan ........ 54

Akne Vulgaris

Tabel 13. Karakteristik Data Umur ...................................................................... 55

Tabel 14. Hasi Analisis Bivariat tentang Hubungan antara Umur dengan .......... 55

Akne Vulgaris

Tabel 15. Hasil Analisis Bivariat tentang Hubungan antara Frekuensi Cuci ....... 57

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

Muka dengan Akne Vulgaris

Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda tentang Hubungan antara ....... 58

IMT dengan Akne Vulgaris

Tabel 17. Probabilititas Kejadian Akne Vulgaris berdasarkan Bentuk ............... 60

Persamaan Regresi Logistik

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Persentase Sampel Berdasarkan Kejadian Akne ............. 44

Vulgaris

Gambar 2. Diagram Persentase Sampel Akne Vulgaris Positif ....................... 45

Berdasarkan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

Gambar 3. Diagram Persentase Sampel Menurut Kelompok Umur ................. 46

Gambar 4. Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 47

Gambar 5. Grafik antara IMT dengan Persentase Kejadian Akne Vulgaris ..... 50

Gambar 6. Grafik antara IMT dengan Persentase Kejadian Akne Vulgaris .... 51

Berdasarkan Derajat Keparahan Akne Vulgaris

Gambar 7. Grafik Persentase Kejadian Akne Vulgaris menurut Umur ........... 56

Gambar 8. Grafik antara Frekuensi Cuci Muka dengan Persentase ................. 57

Kejadian Akne Vulgaris

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Pernyataan

Lampiran 5. Hasil Penelitian

Lampiran 6. Perhitungan Statistik

Lampiran 7. Foto Sampel

Lampiran 8. Grafik IMT Berdasarkan Umur Menurut CDC

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari SMAN 1 Prambanan

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea

yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.

Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan

kulit berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut yang terjadi

akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofi maupun

yang hipertrofi (Wasitaatmadja, 2007). Tempat predileksi akne paling sering

adalah wajah (sebesar 99 %) dan di tempat lain seperti leher, bahu, dada, dan

punggung sekitar 1 % (Achyar dan Ashadi, 2001).

Di dunia ini diperkirakan terdapat lebih dari 60 juta orang menderita akne

(Wolfe, 2007). Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini,

maka akne vulgaris sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara

fisiologis. Pada masa remaja, akne vulgaris menjadi salah satu problem

(Wasitaatmaja, 2007). Usia remaja (12 - 24 tahun) sering ditemukan

menderita akne sebesar 85 %, usia 25 - 34 tahun sebesar 8 %, dan usia 35 -

44 tahun sebesar 3 % (Leyden, 2003). Dilaporkan sekitar 15 % akne pada

usia pubertas dapat menimbulkan efek psikologis berupa rasa malu dan

rendah diri akibat bekas akne yang menimbulkan jaringan parut. Jaringan

parut terbentuk karena ada peradangan (Goulden, 2003). Akne disebabkan

oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah peningkatan produksi

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sebum (Wasitaatmadja, 2007). Produksi sebum yang meningkat ini salah

satunya dipengaruhi oleh hormon androgen. Androgen dapat menstimulasi

kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum (Diamanti-Kandarakis dan

Bergiele., 2001).

Obesitas berhubungan dengan hiperandrogenisme perifer yang

berhubungan dengan peningkatan produksi sebum (Huppert et al., 2001).

Menurut penelitian di Taiwan, rata-rata IMT pada anak-anak yang tidak akne

(18,2 ± 3,4) secara signifikan lebih rendah daripada subjek akne (19,5 ± 3,7),

tanpa perbedaan jenis kelamin. Prevalensi penderita akne pada anak-anak

berumur 6 - 11 tahun dengan IMT < 18,5 cenderung rendah, terutama lesi

inflamatori. Sedangkan prevalensi penderita akne pada anak-anak berumur 6

- 11 tahun dengan IMT menurut umur ≥ 95 % secara signifikan cenderung

tinggi. IMT dengan kategori obesitas merupakan faktor risiko yang signifikan

terhadap kejadian akne pada anak sekolah (Tsai et al., 2006).

Obesitas secara sederhana didefinisikan sebagai suatu keadaan dari

akumulasi lemak tubuh yang berlebihan (Rippe et al., 2001). Pada tahun

2009, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan

berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta di antaranya

mengalami obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk

berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3 % (laki-laki 13,9 %, perempuan 23,8 %).

Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6 - 14 tahun pada

laki-laki 9,5 % dan pada perempuan 6,4 % (Departemen Kesehatan

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Indonesia, 2009). Peningkatan prevalensi obesitas yang sangat tajam di

seluruh dunia ini telah mencapai tingkatan yang membahayakan. Di beberapa

negara berkembang obesitas justru telah menjadi masalah kesehatan yang

lebih serius (Hadi, 2005).

Metode yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur

tingkat obesitas dan overweight adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). The

World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National Institute

of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical

Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Services telah

merekomendasikan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran

obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. Indeks massa tubuh

(IMT) didapat melalui perhitungan berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi

badan (m2) (Sjarif, 2002).

Mengingat prevalensi akne vulgaris yang tinggi dan kecenderungan

peningkatan overweight maupun obesitas di Indonesia maupun di dunia,

perlu penelitian-penelitian tentang hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan akne vulgaris. Hal ini tampaknya belum banyak dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara

Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan terjadinya akne vulgaris di SMAN 1

Prambanan.

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan akne

vulgaris?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Indeks Massa Tubuh

(IMT) dengan akne vulgaris.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka

pengembangan ilmu kedokteran dan penelitian selanjutnya tentang faktor

pencetus akne vulgaris.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka

meningkatkan upaya-upaya pencegahan akne vulgaris.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Akne Vulgaris

a. Definisi

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel

pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat

sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi ;

terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,

nodul, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut,

baik jaringan parut yang hipotrofi maupun yang hipertrofi

(Wasitaatmadja, 2007).

b. Epidemiologi Akne Vulgaris

Akne vulgaris biasanya timbul pada usia remaja saat masa

pubertas. Umumnya insiden terjadi pada sekitar umur 14 - 17 tahun

pada wanita, 16 - 19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang

predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi

beradang. Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka

akne vulgaris sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul

secara fisiologis (Wasitaatmadja, 2007).

Pada remaja putri, akne vulgaris dapat terjadi saat premenarke.

Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun,

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kadang-kadang, akne vulgaris dapat menetap sampai dekade umur 30-

an atau bahkan lebih (Wasitaatmadja, 2007). Usia remaja (12 - 24

tahun) sering ditemukan menderita akne sebesar 85 %, usia 25 - 34

tahun sebesar 8 %, dan usia 35 - 44 tahun sebesar 3 % (Leyden, 2003).

Puncak kejadian akne vulgaris terjadi pada usia 16 - 18 tahun (Cordaen

et al., 2002).

Pada beberapa penelitian sebelumnya tentang prevalensi kejadian

akne vulgaris, didapat data prevalensi akne vulgaris positif pada

penduduk Palembang dengan umur 14 - 21 tahun adalah 68,2 %

(Tjekyan, 2008). Di Inggris, didapatkan data prevalensi kejadian akne

vulgaris positif pada penduduk dengan umur 12 - 18 tahun sebanyak

80 % (Dreno et.al., 2003). Sedangkan penelitian di Teheran, Iran

didapatkan data prevalensi kejadian akne vulgaris positif pada

penduduk dengan umur 12 - 20 tahun adalah 93,2 % (Ghodsi et.al.,

2009).

c. Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris

Patogenesis akne vulgaris bersifat multifaktorial. Faktor-faktor

yang berperan dalam patogenesis akne vulgaris terdiri atas faktor

internal, yaitu meningkatnya produksi sebum, hiperkeratinisasi

folikuler, hormon androgen, genetik, adanya mediator radang di sekitar

folikel sebasea, dan adanya perubahan biokimia susunan lemak di

permukaan kulit (Wasitaatmadja, 2007). Faktor eksternal seperti

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

kosmetik, obat, dan kolonisasi Propionibacterum acnes di folikel

sebasea dapat memacu ataupun memperburuk akne (Wolfe, 2009).

1) Kenaikan Produksi Sebum

Pasien dengan akne memproduksi lebih banyak sebum

dibandingkan yang tanpa akne, walaupun kualitas sebum sama

pada kedua grup tersebut (Zaenglein et al., 2007). Kelenjar sebasea

membutuhkan stimulus dari hormon androgen untuk memproduksi

banyaknya sebum secara signifikan (Nelson dan Thiboutot, 2007).

Produksi sebum yang meningkat menyebabkan peningkatan

unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi

akne (Wasitaatmadja, 2007). Komedo terbentuk karena

terlokalisasinya asam linoleat. Asam linoleat melalui plasma dapat

mencairkan sebum sehingga volume sebum meningkat dan

membasahi duktus korneosit. Kerusakan lumen folikel akibat

abnormalitas deskuamasi sel folikel menyebabkan sebum terjebak

di belakang sumbatan yang hiperkeratotik. Hasil akhir dari

hiperkeratinisasi ini berkembang menjadi komedo (Tahir, 2010).

Sebum mengandung beberapa jenis lemak seperti trigliserida

56 %, wax ester 26 %, squalene 15 %, kolesterol ester 2 %, dan

kolesterol 1 % (Cunliffe dan Gollnick, 2001). Salah satu dari

komponen sebum, trigliserida, berperan dalam patogenesis akne.

Trigliserida diubah menjadi asam lemak bebas oleh

Propionibacterium acnes. Asam lemak bebas ini mendukung

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kolonisasi dari bakteri Propionibacterium acnes, mendorong

inflamasi, dan komedogenik (Zaenglein et al., 2007).

Selain diatur oleh hormon androgen, produksi sebum dan

aktivitas sebaseus juga dipengaruhi oleh retinoid, melanokortin,

peroxisome proliferator-activated receptors (PPAR), dan

fibroblast growth factor receptor (FGFR). Retinoid menghambat

sekresi sebum. Sedangkan melanokortin meningkatkan produksi

sebum. Yang termasuk melanokortin adalah melanocyte

stimulating hormone dan hormon adrenokortikotropik (Nelson dan

Thiboutot, 2007). Reseptor PPAR terdapat pada kelenjar sebasea,

yaitu PPAR-α. Reseptor PPAR berkaitan dengan proses sintesis

lipid. Mekanisme ini diperankan oleh 5 lipoxygenation yang

menghasilkan leukotrien B4 yang berfungsi sebagai prekursor; dan

arachidonic acid yang memacu sebaseus lipogenesis pada sel

sebosit manusia (Zouboulis et al., 2005). Reseptor FGFR

diekspresikan lewat epidermis. Reseptor FGFR2 berperan penting

pada embriogenesis saat pembentukan kulit. Mutasi pada reseptor

FGFR2 ini terbukti berhubungan dengan akne, tetapi bagaimana

mutasi ini menyebabkan akne sampai sekarang belum diketahui

(Zaenglein et al., 2007).

Produksi sebum mulai meningkat saat masuk usia pubertas

(Nelson dan Thiboutot, 2007). Produksi sebum dapat dihambat

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

oleh beberapa obat seperi estrogen, anti androgen dan golongan

obat retinoid (Stoll et al., 2001).

2) Perubahan pola keratinisasi dalam folikel

Pada duktus folikuler normal terdapat keratinosit yang tersusun

atas selapis sel kolumner yang membentuk lumen sebagai tempat

keluarnya sebum. Pada lesi akne terdapat hiperkeratinisasi pada

duktus folikuler sehingga terjadi sumbatan lumen yang akan

memicu terbentuknya mikrokomedo yang berisi sebum.

Hiperkeratinisasi folikuler merupakan faktor untuk terjadinya lesi

akne (Gollnick, 2003).

Terjadinya hiperkeratinisasi folikuler belum diketahui dengan

pasti, kemungkinan disebabkan oleh suatu respon keratinosit yang

berlebihan terhadap hormon androgen, penurunan kadar asam

linoleat dan vitamin A pada duktus folikuler (Leyden, 2003),

peningkatan kolonisasi Propionibacterium acnes pada duktus

folikuler sebasea sehingga terjadi peningkatan kadar asam lemak

bebas dan memicu faktor kemotaksis untuk menghasilkan sitokin

lokal seperti IL-1α dan IL-8 (Gollnick, 2003).

3) Kolonisasi Saluran Pilosebasea dengan Propionibacterium acnes

Mikroba yang berperan pada patogenesis akne vulgaris adalah

Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis, dan

Pityrosporum ovale. Bakteri-bakteri tersebut berperan pada proses

kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

fraksi lipid sebum (Wasitaatmadja, 2007). Propionibacterium

acnes terdapat pada bagian tubuh yang kaya kelenjar sebasea

seperti wajah, kulit kepala, jumlah sedang terdapat pada daerah

badan dan lengan atas, sedangkan jumlah sedikit terdapat pada

daerah ekstremitas bawah (Gollnick, 2003). Propionibacterium

acnes menghasilkan bahan-bahan aktif seperti lipase, protease,

hialuronidase, fosfatase, dan smoot muscle contracting substances.

Bahan-bahan ini akan meningkatkan lipolisis (Hidayah et al.,

2003).

Propionibacterium acnes hidup dalam suasana pH 5 - 6,5 sama

seperti pH di permukaan kulit dan suhu yang sesuai sekitar 30 -

370C (Cunliffe dan Gollnick, 2001). Propionibacterium acnes

melepaskan sitokin inflamasi seperti IL-1α, IL-8, dan TNF-α akibat

fagositosis leukosit terhadap Propionibacterium acnes (Leyden,

2003). Produksi sebum yang meningkat dan adanya sumbatan

duktus menjadikan duktus pilosebasea menjadi anaerob sehingga

merupakan media pertumbuhan Propionibacterium acnes

(Gollnick, 2003).

Mencuci muka dengan sabun pembersih mempunyai efek

mengurangi minyak maupun efek daya antibakteri (American

Osteopathic College of Dermatology, 2011). Penelitian

sebelumnya menyatakan bahwa terdapat perbaikan kondisi akne

pada kelompok yang mencuci muka 2x/hari dibandingkan

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

kelompok yang mencuci muka 1x/hari secara signifikan (Choi

et.al., 2006).

4) Inflamasi

Inflamasi yang terjadi bukan disebabkan oleh bakterinya

sendiri melainkan akibat mediator biologik aktif dalam folikel yang

dihasilkan oleh Propionibacterium acnes (Hidayah et al., 2003).

Propionibacterium acnes akan memacu berbagai sel radang seperti

neutrofil, CD14, leukosit, dan limfosit, hal ini dibuktikan dengan

penurunan kolonisasi Propionibacterium acnes akan menunjukkan

perbaikan lesi akne melalui penurunan sel radang). Metabolisme

neutrofil menghasilkan O2 dan OH dan leukosit menghasilkan

reactive oxygen species (R0S) yang dapat merusak dinding folikel

sebaseus pada lokasi inflamasi yang dikenal dengan auto-oxidative

damage (Gollnick, 2003).

Sitokin dapat meningkatkan terjadinya komedo, hal ini

dibuktikan dengan pemberian IL-1α pada duktus pilosebaseus

dapat memacu terjadinya komedo. Komedo terbentuk oleh

sumbatan duktus folikel sebasea yang mengakibatkan terjadinya

timbunan sebum dan memacu pertumbuhan Propionibacterium

acnes sehingga terbentuk lesi akne. Pemeriksaan secara

elektromikroskopik terdapat penebalan korneocyt lamellae pada

lesi akne (Cunliffe dan Gollnick, 2001).

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

5) Faktor hormon

Produksi sebum dipengaruhi oleh hormon androgen dan

perisoma proliferator activated reseptor (PPAR) ligands. Hormon

androgen berperan dalam meningkatkan ukuran kelenjar sebasea

dan memacu proliferasi sel keratinosit di di duktus sebasea dan di

akroinfundubulum (Zouboulis et al., 2005).

Hormon androgen terdiri atas dehidroepiandrosteron sulfat

(DHEA-S) dengan kadar 1300-6800 nmol/L baik pada laki-laki

maupun perempuan; testosteron pada laki-laki dengan kadar 10 -

35 nmol/L dan testosteron pada perempuan dengan kadar < 3,5

nmol/L; dehidrotestosteron pada laki-laki dengan kadar 0,87-2,6

nmol/L dan dehidrotestosteron pada perempuan dengan kadar 0,17-

1,0 nmol/L; androstenedion pada laki-laki dengan kadar 3,5 - 5,0

nmol/L dan androstenedion pada perempuan dengan kadar 3,5 - 7,0

nmol/L (Degitz et al., 2007). Yang berperan penting dalam

pembentukan akne adalah testosteron dan dehidrotestosteron yaitu

untuk proliferasi sel keratinosit dan pembentukan lipid (Murata et

al., 2006).

Timbulnya akne pada wanita dipengaruhi siklus menstruasi dan

kehamilan karena adanya perubahan kadar hormon progesteron

menyebabkan kelenjar ovarium aktif selanjutnya akan

meningkatkan hormon androgen sehingga produksi sebum

meningkat (Cunliffe dan Gollnick, 2001).

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6) Faktor Herediter

Pada 60 % pasien, riwayat akne juga didapatkan pada satu atau

kedua orang tuanya. Penderita akne yang berat umumnya

mempunyai riwayat keluarga yang positif. Diduga faktor genetik

berperan dalam gambaran klinik, penyebaran lesi, dan lamanya

kemungkinan mendapat akne (Rzany dan Kahl, 2006).

Zouboulis et al. melaporkan bahwa akne derajat berat sering

ditemukan pada keluarga kembar homozigot dan heterozigot dengan

presentase 54 %. Genetik berhubungan dengan timbulnya akne, hal

ini dipengaruhi oleh hormon androgen dan abnormal lipid.

Dibuktikan pada akne neonatal ditemukan adanya kelainan familial

hiperandrogenisme dan aktivitas steroid 21-hydroxylase yang tidak

adekuat. Juga kejadian akne disebabkan oleh mutasi gen CYP21

(Zouboulis et al., 2005).

Individu yang secara genetik mengalami defisiensi reseptor

androgen (complete androgen insensitivity) cenderung sedikit

memproduksi sebum dan tidak berkembang menjadi akne (Nelson

dan Thiboutot, 2007). Predominan alel gen sitokrom p45 terlihat

pada pasien dengan akne. Mutasi ini mungkin menyebabkan

percepatan degradasi retinoid natural sehingga terjadi obstruksi

akibat dari disorder pada diferensiasi keratinosit dan

hiperkeratinisasi kanal folikel pilosebasea (Pawin, 2004).

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

7) Diet

Makanan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya akne

masih diperdebatkan (Wasitaatmadja, 2007). Penyelidikan terakhir

membuktikan bahwa diet sedikit atau tidak berpengaruh terhadap

akne. Namun, begitu banyak pasien dengan akne percaya bahwa

diet merupakan salah satu faktor yang dapat memperburuk

penyakitnya (Smith dan Mann, 2007).

8) Psikis

Terjadinya stres psikik dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea

sehingga terjadi peningkatan produksi sebum, baik secara langsung

atau melalui rangsangan terhadap kelenjar hipofisis

(Wasitaatmadja, 2007).

9) Kosmetika

Pemakaian kosmetika yang mengandung lanolin, petrolatum,

minyak tumbuh-tumbuhan, dan bahan-bahan kimia murni (butil

stearat, lanuri alkohol, bahan-bahan pewarna merah D dan C dan

asam oleik), secara terus-menerus dalam waktu lama, dapat

menyebabkan akne (Wolfe, 2009).

10) Obat-obatan

Beberapa obat dapat menyebabkan akne. Obat-obatan tersebut

diantaranya anabolik steroid, kortikosteroid, kortikotropin,

fenitoin, litium, isoniazid, vitamin B komplek, halogen, dan

pengobatan kemoterapi (Zaenglein et al., 2007).

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

11) Iklim

Termasuk faktor sinar ultraviolet, kelembaban udara, temperatur,

mungkin berpengaruh pada aktivitas kelenjar sebasea (Wasitaatmaja,

2007). Didapatkan 60 % perbaikan akne di daerah tropis pada saat

musim panas atau kemarau (Widjaja, 2000).

d. Gejala Klinis dan Diagnosis

Tempat predileksi akne vulgaris adalah yang banyak mengandung

kelenjar pilosebasea, diantaranya wajah, bahu, dada bagian atas, dan

punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas,

dan glutea kadang-kadang terkena (Wasitaatmadja, 2007). Tempat

predileksi akne vulgaris yang paling sering terkena adalah wajah (99

%) (Smith dan Mann, 2007).

Akne dapat berkembang menjadi bentuk yang bervariasi,

diantaranya:

1) Papul : lesi inflamasi kecil berupa tonjolan berwarna

merah muda

2) Pustul : papula yang diujungnya terdapat nanah berwarna

putih atau kuping dan dasarnya merah.

3) Nodul : luas, nyeri, lesi solid, tertancap pada kulit.

4) Kista : dalam, nyeri, di dalam lesi terisi nanah yang dapat

menimbulkan skar.

(National Institute of Arthritis and Muskuloskeletal and Skin Disease,

2006).

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Diagnosis akne vulgaris biasanya ditegakkan berdasarkan pada

riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Didapatkannya komedo pada

pasien merupakan petunjuk penting dalam diagnosis akne vulgaris

(Bershad, 2008). Pada penderita seringkali ditemukan berbagai macam

lesi, dengan gejala predominan salah satunya, mulai dari komedo,

papul, pustul, nodul, dan kista (Wasitaatmadja, 2007). Beberapa

diagnosis banding akne vulgaris adalah folikulitis, dermatitis peri-oral,

dan dermatitis seboroik (Roebuck, 2006).

e. Gradasi

Ada banyak sistem gradasi untuk menentukan tingkat keparahan

akne vulgaris. Penilaian tingkat keparahan akne terus menjadi

tantangan para ahli dermatologi. Ada banyak sistem gradasi akne

vulgaris, tetapi sampai sekarang belum ada sistem gradasi akne

vulgaris yang diterima secara universal. Doshi, Zaheer dan Stiller

pada tahun 1997 memperkenalkan global acne grading system

(GAGS). Sistem ini membagi wajah, dada, dan punggung dalam

enam area (dahi, tiap pipi, hidung, dagu, dan dada dan punggung) dan

menetapkan faktor dari tiap area sebagai dasar ukuran (Adityan et al.,

2009).

Berikut adalah cara menilai derajat keparahan akne vulgaris

menggunakan Global Acne Grading System (GAGS):

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Tabel 1. The Global Acne Grading System

Lokasi Faktor

Dahi

Pipi kanan

Pipi kiri

Hidung

Dagu

Dada dan punggung

2

2

2

1

1

3

Sumber: Adityan et al. (2009)

Catatan: Tiap lesi diberi nilai tergantung dari keparahannya. Tidak ada lesi=0,

komedo= 1, papul= 2, pustul= 3 dan nodul= 4. Skor pada tiap area

(local score) dihitung menggunakan formula: Local score = Faktor x

grade (0-4). Global score adalah jumlah dari local score, dan

keparahan akne diklasifikasi menurut global score. Skor 1-18= ringan;

19-30= sedang; 31-38= berat dan > 39= sangat berat

2. Indeks Massa Tubuh (IMT)

a. Definisi

The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The

National Institute of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert

Committee on Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent

Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI)

atau Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas

pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. Indeks Massa Tubuh (IMT)

didapat melalui perhitungan berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi

badan (m2). Oleh karena komposisi lemak tubuh anak berubah tiap

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

tahun mengikuti pertumbuhan, maka konsep penggunaan IMT antara

anak dan dewasa berbeda. Pada anak, interpretasi IMT tergantung

pada umur dan jenis kelamin anak, karena anak lelaki dan perempuan

memiliki komposisi lemak tubuh yang berbeda (Sjarif, 2002). Untuk

anak-anak dan remaja (usia 2 - 20 tahun), hasil perhitungan IMT

diplot pada kurva pertumbuhan dari CDC (Center for Chronic

Disease) untuk melihat posisi IMT pada umur (Division of Nutrition

and Physical Activity, National Center for Chronic Disease

Prevention and Health Promotion, 2007).

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara termudah untuk

memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak

tubuh. Untuk mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan

sebagai pengganti dipakai Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk

menentukan berat badan yang berlebih dan obesitas pada seseorang

(Sjarif, 2002). IMT mempunyai keunggulan utama yakni

menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa

digunakan dalam penelitian populasi berskala besar (Rippe et al.,

2001). Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan

dan tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh

seseorang dengan sedikit latihan. Salah satu keterbatasan IMT adalah

tidak bisa membedakan berat yang berasal dari lemak dan berat dari

otot atau tulang. Indeks Massa Tubuh (IMT) juga tidak dapat

mengidentifikasi distribusi dari lemak tubuh. Sehingga beberapa

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

penelitian menyatakan bahwa standar cut off point untuk

mendefinisikan obesitas berdasarkan IMT mungkin tidak

menggambarkan risiko yang sama untuk konsekuensi kesehatan pada

semua ras atau kelompok etnis (National Institutes of Health, 2004).

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan

Departemen Kesehatan. Menurut WHO (1997), klasifikasi IMT yang

cocok untuk masyarakat Asia dikategorikan sebagai berikut.

Tabel 2. Kategori Ambang Batas IMT untuk Asia

No IMT (kg/m2) Klasifikasi

1. < 18,5 Underweight

2. 18,5-22,9 Normal

3. 23-24,9 Overweight

4. 25-29,9 Obese I

5. > 30 Obese II

Sumber: WHO (1997)

Klasifikasi IMT menurut umur untuk anak-anak dan remaja (2-20

tahun):

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Tabel 3. Klasifikasi IMT menurut umur

No IMT menurut umur (%) Kategori

1. < 5 Underweight

2. ≥ 5 sampai < 85 Normal

3. ≥ 85 sampai < 95 Overweight

4. ≥ 95 Obesitas

Sumber: Sjarif (2002)

b. Definisi kelebihan berat badan atau obesitas

Obesitas secara sederhana didefinisikan sebagai suatu keadaan dari

akumulasi lemak tubuh yang berlebihan (Rippe et al., 2001). Anak dan

remaja (2 - 20 tahun) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara

persentil 85 - 95 sesuai umur dan jenis kelamin disebut overweight,

sedangkan anak dengan IMT > 95 disebut obesitas. Orang dewasa (>

20 tahun) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 23 - 24,9 disebut

overweight, sedangkan dewasa dengan IMT ≥ 25 disebut obesitas (Hay

et al., 2003).

Menurut hukum termodinamik, obesitas terjadi karena

ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi

sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam

bentuk jaringan lemak (Sjarif, 2002). Kelebihan energi tersebut dapat

disebabkan oleh konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan

keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh,

aktivitas fisik dan efek termogenesis makanan (Zainun, 2002).

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor (Zainun, 2002)

yaitu:

1) Faktor genetik

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki

penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi

gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan hidup, yang biasanya

mendorong terjadinya obesitas. Bila kedua orangtuanya obesitas,

sekitar 80 % anak-anak mereka akan menjadi obesitas. Bila salah

satu orang tua obesitas kejadiannya menjadi 40 % dan bila kedua

orang tua tidak obesitas maka prevalensi turun menjadi 14 %.

2) Faktor lingkungan

Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus

obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang

cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku, pola makan, pola

olahraga, serta aktivitasnya.

3) Faktor psikis

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi

kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi

terhadap emosinya dengan makanan.

4) Faktor Kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

a) Hipotiroidisme

b) Sindrom Cushing

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c) Sindrom prader-willi

d) Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang

banyak makan.

5) Obat-obatan

Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti

depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.

6) Faktor perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak atau keduanya

menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam

tubuh.

7) Aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu

penyebab utama dari meningkatnya kejadian obesitas di tengah

masyarakat. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori.

Obesitas mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak dan

berpotensi mengalami berbagai penyakit kesakitan dan kematian

antara lain penyakit kardiovaskuler, dislipidemia, hipertensi, diabetes

melitus, dan sebagainya (Division of Nutritional and Physical Activity,

National Center for Chronic Disease Prevention and Health

Promotion, 2007).

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3. Hubungan antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Akne Vulgaris

Obesitas berhubungan dengan hiperandrogenisme perifer yang

berhubungan dengan peningkatan produksi sebum. Pada sebuah penelitian,

nilai IMT yang tinggi pada obesitas dan overweight ditemukan berhubungan

dengan sindrom polikistik ovarium dan hiperandrogenisme yang

bermanifestasi klinik sebagai akne, hirsutisme, dan menstruasi yang tidak

teratur (Huppert et al., 2004). Pada perempuan remaja yang obesitas, terjadi

resistensi insulin, hiperinsulinemia, hiperandrogenisme, peningkatan

aromatisasi perifer serum androgen ke estrogen, sekresi gonadotropin

terpengaruh, penurunan growth hormone (GH) dan insulin like growth factor

binding proteins (IGFBPs), peningkatan level leptin, dan neuroregulasi dari

hipotalamus-pitutari-aksis gonad terpengaruh (Diamanti-Kandarakis dan

Bergiele, 2001).

Mekanisme overweight dan obesitas bisa menyebabkan

hiperandrogenisme adalah sebagai berikut. Pada penelitian sebelumnya,

diketahui IMT dengan kadar insulin puasa mempunyai hubungan yang

signifikan, dimana makin besar nilai IMT, makin tinggi kadar insulin puasa.

Insulin mempunyai fungsi esensial dalam pengambilan, sintesis, dan

penggunaan dari glukosa. Penambahan lemak perut berhubungan dengan

berkembangnya resistensi insulin. Akumulasi lemak viseral ini membuat

kadar asam lemak bebas naik, dimana lemak intra abdominal bergerak lebih

mudah daripada yang lain karena lebih sensitif oleh stimulasi dari enzim

lipolitik. Pergerakan asam lemak bebas ini menyebabkan hati dan otot rangka

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengalami oksidasi asam lemak yang berlebih untuk menghasilkan energi.

Enzim pada kaskade glikolisis juga dihambat sehingga kapasitas dari jaringan

untuk mengabsorbsi dan memetabolisme glukosa menurun dan sel

mengakumulasi lebih banyak trigliserida. Untuk menanggung aktivitas

glukosa dan enzim yang memetabolisme asam lemak ini, glukosa mempunyai

level membran yang rendah terhadap insulin reseptor sehingga terjadi

resistensi insulin (Vainio dan Bianchini, 2002).

Hormon seks steroid mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan, diferensiasi

dan fungsi dari banyak jaringan di tubuh. Hormon ini terdiri dari androgen

(androstenedion, testosteron, DHEA, dan DHEAS), estrogen (estron,

estradiol) dan SHBG. Pada perempuan, hormon seks steroid diproduksi oleh

ovarium (testosteron, androstenodion) dan kelenjar adrenal (DHEA, DHEAS,

androstenedion). Pada pria, hormon seks steroid diproduksi oleh testis dan

kelenjar adrenal. Obesitas membuat efek resistensi insulin relatif,

hiperinsulinemia kronik, kenaikan dari IGF-I bioaktif, dan menghambat

sintesis hepatik dari SHBG (sex hormone binding globulin). SHBG

merupakan globulin yang spesifik dengan hormon seks di sirkulasi. Insulin

dan IGF-I ini menstimulasi sintesis dan sekresi dari hormon seks steroid

(androgen & estrogen) dari gonad dan kelenjar adrenal. Pada kompartemen

jaringan lemak, androgen diubah menjadi estrogen oleh enzim aromatase.

Kenaikan androgen menyebabkan kenaikan pula dari sintesis estrogen di

jaringan lemak (Vainio dan Bianchini, 2002).

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Pada wanita yang obesitas, estrogen tidak hanya berasal dari ovarium tapi

juga dari lemak yang berada di bawah kulit. Hal inilah yang menyebabkan

keluarnya luitenizing hormone (LH) sebelum waktunya. Luitenizing Hormone

yang keluar terlalu cepat akan merangsang keluarnya hormon progesteron dan

androgen. Pada siklus normal, hal ini tidak terlalu masalah, karena hormon

androgen akan diubah menjadi estradiol. Tetapi pada perempuan obesitas,

androgen yang keluar terlalu cepat tidak akan diubah menjadi estradiol

(Diamanti-Kandarakis dan Bergiele, 2001).

Pada wanita yang mengalami obesitas, juga terjadi peningkatan yang

bermakna dari aktivitas 11b-hidroksisteroid dehidrogenase. 11b-

hidroksisteroid dehidrogenase merupakan enzim yang memetabolisme

kortisol menjadi kortison. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar clearence

kortisol, menurunkan feedback negatif dari sekresi adrenocorticotropic

hormone (ACTH) dan secara sekunder meningkatkan sekresi androgen

adrenal (Diamanti-Kandarakis dan Bergiele, 2001).

Stimulan utama dari kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum adalah

androgen. Terjadinya hiperandrogenisme ini menyebabkan peningkatan

produksi sebum (Pawin et al., 2004). Peningkatan produksi sebum inilah yang

berperan dalam pembentukan akne vulgaris (Wasitaatmadja, 2007). Indeks

Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara yang paling akurat untuk

menghitung dan mengukur obesitas (Tsai et al., 2006).

Beberapa penelitian tentang akne vulgaris berkaitan dengan Indeks Massa

Tubuh (IMT) telah dilakukan. Menurut penelitian di Taiwan, rata-rata IMT

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pada anak-anak yang tidak akne (18,2 ± 3,4) secara signifikan lebih rendah

daripada pada subjek akne (19,5 ± 3,7), tanpa perbedaan .jenis kelamin. Anak-

anak berumur 6 - 11 tahun dengan IMT < 18,5 cenderung mempunyai

prevalensi penderita akne yang rendah, terutama lesi inflamatori. Sedangkan,

anak-anak berumur 6 - 11 tahun dengan IMT menurut umur ≥ 95% cenderung

terdapat prevalensi akne vulgaris yang tinggi secara signifikan (Tsai et al.,

2006). Penelitian di Arab Saudi pada wanita berumur 16 - 22 tahun juga

menunjukkan hubungan yang signifikan antara obesitas (IMT > 27) dengan

akne (Braz, 2009). Akan tetapi, penelitian pada wanita dengan umur > 17

tahun di Italia, disimpulkan akne tidak berkorelasi positif dengan IMT. Faktor

lain selain obesitas, seperti gaya hidup, stress akibat pekerjaan, dan status

hormonal, yang lebih sering terjadi pada orang dewasa, diduga lebih dapat

menimbulkan akne pada dewasa dibanding anak (Borgia, 2004).

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

B. Kerangka Pemikiran

Disertai hiperandrogenisme perifer

Kenaikan produksi sebum

Akne Vulgaris

a. Bakteri

b. Herediter

c. Diet

d. Kondisi Psikis

e. Kosmetika

f. Obat-obatan

g. Iklim

h. Usia

: Variabel yang diteliti

------------- : Variabel perancu

Peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik

a. Retinoid

b. Melanokortin

c. PPAR

d. FGFR

Obesitas

Overweight

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

C. Hipotesis

Terdapat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan akne

vulgaris, yaitu semakin besar nilai IMT semakin besar risiko terkena akne

vulgaris.

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Prambanan, Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian

Populasi target penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Prambanan kelas XI

dan XII.

1. Kriteria inklusi :

a. Siswa dengan usia 14 - 20 tahun.

b. Bersedia menjadi subjek penelitian.

2. Kriteria eksklusi :

a. Sedang menstruasi atau 1 minggu menjelang menstruasi (satu

minggu dari tanggal kebiasaan menstruasi saat penelitian

dilakukan).

b. Minum antibiotik atau steroid dalam satu minggu terakhir.

c. Memakai kosmetik dalam satu minggu terakhir.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

d. Sedang dalam pengobatan akne vulgaris.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah fixed disease sampling. Fixed disease sampling merupakan skema

pencuplikan berdasarkan status penyakit subjek, yaitu berpenyakit atau

tidak berpenyakit yang sedang diteliti, sedang status paparan subjek

bervariasi mengikuti status penyakit subjek (Murti, 2006).

Besar sampel dihitung sesuai dengan rumus sebagai berikut

(Murti, 2010) :

= 195,92

Keterangan :

n = besar sampel

= nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat

kemaknaan (untuk α 0,05 nilainya 1,96)

P = nilai proporsi terhadap populasi yang besarnya 0,85

d = presisi yang diinginkan adalah 0,05

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah sampel yang

dibutuhkan minimal 195,92 dibulatkan menjadi 196.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Indeks Massa Tubuh (IMT)

2. Variabel terikat : Akne vulgaris

3. Variabel perancu

a. Terkendali

1) Usia

2) Obat-obatan steroid dan antibiotik

3) Kosmetik

4) Faktor hormonal (menstruasi)

5) Faktor kebersihan

b. Tidak terkendali

1) Iklim

2) Faktor herediter

3) Kondisi psikis

4) Diet

5) Bakteri penyebab akne vulgaris

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas : IMT (Indeks Massa Tubuh)

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

a. Definisi :

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indikator status gizi subjek

penelitian untuk mengetahui derajat kegemukan dengan rumus

sebagai berikut :

Alat ukur adalah timbangan berat badan merek “Camry RRC”

dengan ketelitian 0,1 kg dan alat pengukur tinggi badan merek

“Tenso” dengan ketelitian 0,1 cm.

Hasil perhitungan IMT yang didapat dari rumus tersebut diplot

pada kurva pertumbuhan dari CDC (Center for Chronic Disease)

untuk melihat posisi IMT pada umur.

IMT dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu:

Obesitas : IMT ≥ 95 %

Overweight : IMT ≥ 85 % sampai < 95 %

Normal : IMT ≥ 5 % sampai < 85 %

Underweight : IMT < 5 %

b. Skala : Ordinal

2. Variabel Terikat : Akne vulgaris

a. Definisi :

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel

pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi;

terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,

nodul, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif

tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang

hipertrofik (Wasitaatmadja, 2007). Diagnosis akne vulgaris

ditegakkan dengan melihat ujud kelainan kulit berupa komedo,

papula, pustula, dan nodul di daerah predileksi, terutama di wajah

dan leher. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.

Diagnosis akne juga dapat dilihat dan dihitung melalui foto wajah

yang dikonsultasikan kepada dokter spesialis kulit dan kelamin.

Siswa dinyatakan menderita akne vulgaris jika terdapat kelainan

kulit berupa komedo, papula, pustula, dan nodul pada wajah atau

leher. Sedangkan bila tidak ditemukan ujud kelainan seperti

disebutkan di atas dinyatakan tanpa akne vulgaris. Kemudian

dinilai tingkat keparahannnya dengan The Global Acne Grading

System (Adityan et al., 2009). Sampel dibagi menjadi dua yaitu

sampel yang akne vulgaris dan tidak akne vulgaris.

b. Skala : Nominal

3. Variabel Perancu Terkendali

a. Umur

1) Definisi

Umur adalah umur kronologis responden dalam tahun yang

didapat dari hasil perhitungan berdasarkan tanggal lahir sesuai

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

dengan yang tertera kuesioner sampai saat tanggal diperiksa.

Akne umumnya timbul pada pria maupun wanita. Kejadian akne

pada tiap umur berbeda-beda. Leyden (2003) melaporkan,

bahwa usia remaja (12 - 24 tahun) sering ditemukan menderita

akne sebesar 85 %, usia 25 - 34 tahun sebesar 8 %, dan usia 35 -

44 tahun sebesar 3 %.

2) Alat ukur : kuesioner

3) Skala pengukuran : rasio

b. Obat-obatan steroid atau antibiotik

1) Definisi

Obat-obatan steroid adalah obat-obatan yang digunakan

secra klinis untuk terapi penggantian hormon, untuk menekan

sekresi ACTH dari hipofisis anterior, sebagai agen

antineoplastik, antialergik, dan antiradang, serta untuk menekan

respon imun. Obat-obatan antibiotik adalah obat-obatan yang

mengandung zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme

untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh

mikroorganisme lain (Dorland, 2002). Beberapa obat dapat

menyebabkan akne. Obat-obatan tersebut diantaranya steroid,

kortikosteroid, dan antibiotik (Zaenglein et al., 2007). Siswa

dinyatakan minum obat-obatan steroid atau antibiotik jika siswa

minum obat-obatan steroid atau antibiotik dalam satu minggu

terakhir. Sedangkan bila siswa tidak minum obat-obatan steroid

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

atau antibiotik dalam satu minggu terakhir dinyatakan tidak

minum obat-obatan atau steroid.

2) Alat ukur : kuesioner

3) Skala pengukuran : nominal (dikotomi)

c. Kosmetik

1) Definisi

Kosmetik komedogenik adalah suatu produk topikal yang

dapat menyebabkan akne diantaranya terdapat pada berbagai

krem muka, seperti bedak dasar (foundation) yang

menggunakan minyak atau lemak, pelembab (moisturizer), krem

penahan sinar matahari (sunblock), krim malam (night cream)

(Widjaja, 2000). Siswa dinyatakan memakai kosmetik jika siswa

memakai kosmetik dalam satu minggu terakhir. Sedangkan bila

siswa tidak memakai kosmetik dalam satu minggu terakhir

dinyatakan tidak memakai kosmetik.

2) Alat bantu : kuesioner

3) Skala pengukuran : nominal (dikotomi)

d. Gangguan keseimbangan hormonal

1). Definisi

Gangguan keseimbangan hormonal ditandai dengan

menjelang 1 minggu atau adanya menstruasi dan tidak sedang

menstruasi.

2) Alat bantu : kuesioner

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3) Skala pengukuran : nominal (dikotomi)

e. Frekuensi cuci muka

1) Definisi

Frekuensi cuci muka adalah frekuensi siswa untuk

mencuci muka dalam 1 hari. Dikatakan tentu jika frekuensi cuci

muka adalah 2x sehari atau lebih dan tidak tentu jika kurang dari

2x sehari.

2) Alat ukur : kuesioner

3) Skala pengukuran : nominal (dikotomi)

G. Instrumen Penelitian

Alat Ukur:

1. Timbangan injak

Merek Camry RRC dengan ketelitian 0,1 kg untuk mengukur berat

badan.

2. Mikrotoise

Merek Tenso RRC dengan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi

badan.

3. Kurva pertumbuhan BMI (Body Mass Index) menurut umur dari CDC

(Center for Chronic Disease).

4. Kuesioner

Adalah daftar pertanyaan yang mengungkap variabel penelitian.

Kuesioner diisi oleh responden sendiri.

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

5. Kaca pembesar dengan penerangan cukup.

6. Kamera digital merek Sony cybershoot 7,2 Megapixel

H. Cara Kerja

1. Kuesioner dibagikan kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian,

untuk memperoleh data tentang identitas diri dan variabel-variabel

perancu.

2. Siswa yang dijadikan subjek penelitian diukur tinggi dan berat

badannya.

Cara pengukuran:

a. Berat badan

1) Skala awal timbangan berada pada skala 0 (nol)

2) Sepatu/sandal dilepaskan

3) Subjek berdiri tegak sikap sempurna

4) Angka pada skala timbangan menunjukkan berat badan subjek.

b. Tinggi badan

1) Paku mikrotoa ditempelkan pada dinding lurus datar setinggi 2

meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang rata

2) Sepatu/sandal dilepaskan

3) Subjek berdiri tegak sikap sempurna, kaki lurus, tumit, pantat,

punggung, dan kepala belakang harus menempel pada dinding dan

muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

4) Mikrotoa diturunkan sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-

siku harus lurus menempel pada dinding

5) Angka pada skala yang tampak pada lubang dalam gulungan

mikrotoa menunjukkan tinggi badan subjek

3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) didapatkan dengan menghitung

berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam

meter (kg/m2). Hasilnya dicatat dan diplot pada kurva pertumbuhan dari

CDC (Center for Chronic Disease) untuk melihat posisi IMT pada

umur (%).

4. Siswa dilakukan pemeriksaan fisik pada wajahnya untuk memeriksa ada

atau tidaknya akne vulgaris. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, wajah

siswa difoto dengan kamera digital.

5. Pengumpulan data penelitian.

6. Data diolah dengan SPSS.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

I. Rancangan Penelitian

kriteria inklusi dan

eksklusi

Populasi siswa

Fixed Disease Sampling

Underweight Overweight Normal

Akne Vulgaris

(+)

Akne Vulgaris

(-)

Akne Vulgaris

(-)

Akne Vulgaris

(+)

Akne Vulgaris

(+)

Akne Vulgaris

(-)

Obesitas

Akne Vulgaris

(+)

Akne Vulgaris

(-)

Uji Chi Square

Sampel

Analisis Regresi Logistik Ganda

Odds Ratio

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

J. Teknik Analisis Data

Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

diawali dengan analisis bivariat uji chi square yang selanjutnya dianalisis

bersama dengan analisis regresi logistik ganda guna mencari Odds Ratio

(OR), Confidence Interval 95 %, dan nilai p.

Pertama, variabel bebas dan perancu akan dianalisis masing-masing

secara bivariat terhadap variabel tergantung dengan menggunakan uji chi

square untuk mengetahui apakah hubungan yang teramati antara kedua

variabel secara statistik bermakna ataukah peran peluang terlalu besar

hingga keterkaitan yang teramati tidak bermakna.

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji Chi-

Square menggunakan bentuk tabel 2 x k dengan derajat kemaknaan 5 %

(p < 0,05) atau dengan tabel interval kepercayaan 95 %.

Tabel 4. Bentuk Tabel 2xk uji Chi-Square

Variabel Underweight Normal Overweight Obesitas Total Baris

Akne Vulgaris (+) A B C D a+b+c+d

Akne Vulgaris (-) E F G H e+f+g+h

Total kolom a+e b+f c+g d+h N

a) Nilai expected sel =

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

b) Nilai X2 hitung =

c) Degree of freedom(df)=(r-1).(c-1)

= (2-1).(4-1)

= 3

d) nilai X2 tabel untuk α = 0,05 dan df = 3 adalah 7, 815 (terlampir).

e) Kesimpulan:

Jika X2 hitung > 7, 815 (p<0,05), Ho ditolak dan Hi diterima

Jika X2 hitung < 7, 815 (p>0,05), Ho diterima dan Hi ditolak

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara

IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan akne vulgaris menggunakan metode

ukuran asosiasi dengan Odds Ratio (OR).

Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk menganalisis

pengaruh variabel perancu yang tidak direstriksi dalam kriteria sampel.

Teknik ini digunakan bila variabel tergantungnya berskala kategorikal

nominal (Sastroasmoro, 2006). Variabel yang akan dimasukkan dalam

analisis regresi logistik adalah variabel yang pada analisis bivariat

menunjukkan hubungan yang bermakna dan mempunyai nilai p < 0,25

(Dahlan, 2009).

Adapun model analisis regresi logistik berganda dengan persamaan

sebagai berikut (Murti, 2006):

Ln = a+ b1x1 + b2x2 + b3x3

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Keterangan :

p = probabilitas untuk akne vulgaris

1-p = probabilitas untuk tidak akne vulgaris

X1 = Indeks Massa Tubuh (IMT) (0= normal/underweight, 1=

overweight/obesitas)

X2 = frekuensi cuci muka (0= tentu, 1=tidak tentu)

X3= umur (tahun)

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian diperoleh dari proses pengumpulan data yang dilakukan

pada siswa SMAN 1 Prambanan Kabupaten Sleman pada bulan Mei 2011. Subjek

penelitian yang memenuhi persyaratan untuk diikutsertakan dalam penelitian ini

adalah 198 orang. Jumlah ini sesuai dengan rancangan penelitian, yaitu minimal

196 orang. Berikut ini adalah hasil penelitian yang disajikan juga dalam bentuk

tabel dan gambar.

A. Karakteristik Sampel

1. Kejadian Akne Vulgaris

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan pemeriksaan fisik.

Diagnosis akne vulgaris juga dapat dilihat dan dihitung melalui foto

wajah. Sampel dibagi menjadi 2, yaitu akne vulgaris (+) dan akne

vulgaris (-). Siswa dinyatakan menderita akne vulgaris (+) jika terdapat

kelainan kulit berupa komedo, papula, pustula, dan nodul pada wajah atau

leher. Sedangkan bila tidak ditemukan ujud kelainan seperti disebutkan di

atas dinyatakan akne vulgaris (-). Dari penelitian didapat 198 sampel, 131

sampel (66,2 %) mengalami akne vulgaris dan 67 sampel (33,8 %) tidak

mengalami akne vulgaris (tabel 5 dan gambar 1).

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris

No Kejadian akne vulgais Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Akne vulgaris (+) 131 66,2

2. Akne vulgaris (-) 67 33,8

Total 198 100

Gambar 1. Diagram Persentase Sampel Berdasarkan Kejadian Akne Vulgaris

Menurut Global Acne Grading System (GAGS), berdasarkan tingkat

keparahan akne vulgaris, sampel dengan kejadian akne vulgaris positif

dibagi menjadi 3, yaitu derajat ringan, derajat sedang, dan derajat berat.

Dikatakan derajat ringan bila skor 1 - 18, derajat sedang bila skor 19 - 30,

dan derajat berat bila skor > 31. Dari penelitian, didapatkan data bahwa

dari 131 sampel (66,2 %) dengan kejadian akne vulgaris positif, 76

sampel (38,4 %) mengalami akne vulgaris derajat ringan, 28 sampel (14,1

%) mengalami akne vulgaris derajat sedang, dan 27 sampel (13,6 %)

mengalami akne vulgaris derajat berat (tabel 6 dan gambar 2).

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

No Derajat keparahan akne vulgaris Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Akne vulgaris (+) derajat ringan 76 38,4

2. Akne vulgaris (+) derajat sedang 28 14,1

3. Akne vulgaris (+) derajat berat 27 13,6

Total kejadian akne vulgaris (+) 131 66,2

Gambar 2. Diagram Persentase Sampel Akne Vulgaris Positif Berdasarkan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui rata-rata umur sampel

adalah 17,424 tahun dengan mayoritas sampel berumur 17 tahun sebanyak

103 orang (52,02 %) dan paling sedikit umur 15 tahun sebanyak 1 orang

(0,50 %) (tabel 7 dan gambar 3).

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

No. Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)

1.

2.

3.

4.

5.

15 tahun

16 tahun

17 tahun

18 tahun

19 tahun

1

47

103

44

3

0,50

23,74

52,02

22,22

1,52

Total 198 100

Gambar 3. Diagram Persentase Sampel Menurut Kelompok Umur

3. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui dari 198 sampel, 76 sampel

(38,4 %) adalah laki-laki dan 122 sampel (61,6 %) adalah perempuan.

Pada sampel laki-laki, 48 sampel (24,3 %) mengalami kejadian akne

vulgaris positif dan 28 sampel (14,1 %) mengalami kejadian akne vulgaris

negatif. Pada sampel perempuan, 83 sampel (41,9 %) mengalami kejadian

akne vulgaris positif dan 39 sampel (19,7 %) mengalami kejadian akne

vulgaris negatif (tabel 8 dan gambar 4).

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis

Kelamin

Akne Vulgaris (+) Akne Vulgaris (-) Total n (%)

n (%) n (%)

1. Laki-laki 48 (24,3) 28 (14,1) 76 (38,4)

2. Perempuan 83 (41,9) 39 (19,7) 122 (61,6)

Total (n) 131 (66,2) 67 (33,8) 198 (100)

Gambar 4. Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

B. Hubungan antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Akne Vulgaris

Dalam penelitian ini, variabel bebas yang digunakan adalah IMT

(Indeks Massa Tubuh). IMT dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu obesitas

(IMT menurut umur ≥ 95 %), overweight (IMT menurut umur ≥ 85 % sampai

< 95 %), normal (IMT menurut umur ≥ 5 % sampai < 85 %), dan underweight

(IMT menurut umur < 5 %). Variabel terikat adalah akne vulgaris. Variabel

perancu yang dianalisis regresi logistik ganda adalah umur dan frekuensi cuci

muka.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Data yang didapat dari penelitian ini dianalisis secara bivariat dengan

uji chi square untuk mengetahui apakah hubungan yang teramati antara kedua

variabel secara statistik bermakna. Variabel bebas dan variabel perancu

dianalisis masing-masing secara bivariat terhadap variabel terikat dengan

menggunakan uji chi square. Setelah hasil uji chi square didapat, maka dapat

dilihat nilai signifikansinya. Hubungan dikatakan signifikan jika p < 0,05.

Selain itu, jika p < 025, maka variabel tersebut memenuhi syarat analisis

regresi logistik. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar hubungan

digunakan metode ukuran asosiasi dengan Odds Ratio (OR). Analisis regresi

logistik ganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel perancu yang

tidak dimasukkan dalam kriteria inklusi maupun eksklusi.

1. Analisis Bivariat

a. Uji Chi Square Tabel 4x2 tentang IMT dengan Akne Vulgaris

Dari penelitian ini, didapatkan hasil kelompok sampel IMT

kategori underweight dengan kejadian akne vulgaris negatif sebanyak

25 orang (43,1 %) dan kejadian akne vulgaris positif sebanyak 33 orang

(56,9 %). Pada kelompok sampel IMT kategori normal, didapatkan

hasil kejadian akne vulgaris negatif sebanyak 34 orang (33,3 %) dan

kejadian akne vulgaris positif sebanyak 68 orang (66,7 %). Pada

kelompok sampel IMT kategori overweight, dengan kejadian akne

vulgaris negatif sebanyak 4 orang (21,1 %) dan kejadian akne vulgaris

positif sebanyak 15 orang (78,9 %). Pada kelompok sampel IMT

kategori obesitas didapatkan hasil kejadian akne vulgaris negatif

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sebanyak 4 orang (21,1 %) dan kejadian akne vulgaris positif sebanyak

15 orang (78,9 %). Analisis bivariat menggunakan uji chi square tabel

4x2 terhadap hubungan antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan

kejadian akne vulgaris, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan,

yaitu p = 0,171 (tabel 9).

Tabel 9. Hasil Analisis Chi Square 4x2 tentang Hubungan antara IMT dengan

Akne Vulgaris

Variabel Kejadian Akne Vulgaris

Total n (%) p Positif n (%) Negatif n (%)

Underweight 33 (56,9) 25 (43,1) 58 (100)

Normal 68 (66,7) 34 (33,3) 102 (100)

Overweight 15 (78,9) 4 (21,1) 19 (100)

Obesitas 15 (78,9) 4 (21,1) 19 (100) 0,171

Total n (%) 131 (66,2) 67 (33,8) 198 (100)

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Gambar 5. Grafik antara IMT dengan Persentase Kejadian Akne Vulgaris

b. Uji Chi Square Tabel 4x4 tentang IMT dengan Akne Vulgaris

Untuk mengetahui apakah IMT (Indeks Massa Tubuh) juga

mempengaruhi tingkat keparahan akne vulgaris, maka analisis bivariat

juga menggunakan uji chi square tabel 4x4. Kejadian akne vulgaris

positif dibagi menjadi 3 derajat berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu

derajat ringan, derajat sedang, dan derajat berat. Analisis bivariat

terhadap hubungan antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan kejadian

akne vulgaris menggunakan uji chi square tabel 4x4, menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan, yaitu p = 0,445 (tabel 10).

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 10. Hasil Analisis Chi Square 4x4 tentang Hubungan antara IMT

dengan Akne Vulgaris Berdasarkan Derajat

Keparahan Akne Vulgaris

Variabel

Kejadian Akne Vulgaris

Total n (%) p Negatif

n (%)

Positif

Derajat Ringan

n (%)

Derajat Sedang

n (%)

Derajat Berat

n (%)

Underweight 25 (43,1) 21 (36,2) 7 (12,1) 5 (8,6) 58 (100)

Normal 34 (33,3) 37 (36,3) 17 (16,7) 14 (13,7) 102 (100)

Overweight 4 (21,1) 8 (42,1) 3 (15,8) 4 (21,1) 19 (100)

Obesitas 4 (21,1) 10 (52,6) 1 (5,3) 4 (21,1) 19 (100) 0,445

Gambar 6. Grafik antara IMT dengan Persentase Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Derajat Keparahan Akne Vulgaris.

c. Uji Chi Square Tabel 2x2 tentang IMT dengan Akne Vulgaris

sebagai Syarat Uji Regresi Logistik

Uji chi square dengan tabel 2x2 juga digunakan pada hubungan

antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan akne vulgaris. Hal ini

merupakan syarat uji regresi logistik dimana variabel bebas yang akan

dimasukkan pada uji tersebut harus terdiri dari 2 kategori. Sehingga

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

untuk kategori IMT (Indeks Massa Tubuh) dibagi menjadi 2, yaitu

underweight/normal dan overweight/obesitas.

Dari penelitian, didapatkan hasil kelompok sampel IMT kategori

underweight/normal dengan kejadian akne vulgaris negatif sebanyak 59

orang (26,9 %) dan kejadian akne vulgaris positif sebanyak 101 orang

(63,1 %). Pada kelompok sampel IMT kategori overweight/obesitas

dengan kejadian akne vulgaris negatif sebanyak 8 orang (21,1 %) dan

kejadian akne vulgaris positif sebanyak 30 (78,9 %). Analisis bivariat

terhadap hubungan antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan kejadian

akne vulgaris menggunakan uji chi square tabel 2x2, menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan (p = 0,064) dan memenuhi syarat untuk

dilakukan uji regresi logistik (p < 0.25) sehingga variabel IMT (Indeks

Massa Tubuh) dapat dianalisis regresi logistik. Kelompok sampel

dengan IMT kategori underweight/normal memiliki risiko untuk

menderita akne vulgaris 0,456 kali lebih besar daripada kelompok

sampel dengan IMT kategori overweight/obesitas (OR = 0.456; CI 95 %

0.196 s.d 1.061), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari

variabel perancu. Atau dengan kata lain kelompok sampel dengan IMT

kategori overweight/obesitas mempunyai risiko untuk menderita akne

vulgaris sebesar 2,19 kali lebih besar daripada kelompok sampel

dengan IMT kategori underweight/normal (tabel 11).

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 11. Hasil Analisis Chi Square 2x2 tentang Hubungan antara IMT

dengan Akne Vulgaris

Variabel

Kejadian akne vulgaris

Total OR P positif n (%)

negatif n

(%)

Overweight/Obesitas

Underweight/Normal

30 (78,9)

101 (63,1)

8 (21,1)

59 (26,9)

38(100

160(100)

-

0,456

-

0,064

d. Uji Odd Ratio (OR)

Uji chi square dan uji Odds Ratio (OR) juga digunakan pada tiap-

tiap kategori IMT dengan kejadian akne vulgaris untuk mengetahui

kategori IMT mana yang paling banyak mempunyai risiko terkena

kejadian akne vulgaris. Pada uji ini, IMT kategori normal sebagai

sebagai pembanding. Dari uji analisis bivariat antara IMT kategori

underweight dan normal dengan kejadian akne vulgaris didapat

hubungan yang tidak signifikan (p = 0,218). Nilai Odds Ratio (OR)

adalah 0,66. Hal tersebut menunjukkan seseorang yang memiliki IMT

kategori underweight mempunyai risiko terkena akne vulgaris 0,66 kali

daripada seseorang yang memiliki IMT kategori normal.

Dari uji analisis bivariat antara IMT kategori overweight dan

normal dengan kejadian akne vulgaris didapat hubungan yang tidak

signifikan (p = 0,29). Nilai Odds Ratio (OR) adalah 1,875. Hal tersebut

menunjukkan seseorang yang memiliki IMT kategori overweight

mempunyai risiko terkena akne vulgaris 1,875 kali daripada seseorang

yang memiliki IMT kategori normal.

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Dari uji analisis bivariat antara IMT kategori obesitas dan normal

dengan kejadian akne vulgaris didapat hubungan yang tidak signifikan

(p = 0,29). Nilai Odds Ratio (OR) adalah 1,875. Hal tersebut

menunjukkan seseorang yang memiliki IMT kategori obesitas

mempunyai risiko terkena akne vulgaris 1,875 kali daripada seseorang

yang memiliki IMT kategori normal (tabel 12).

Tabel 12. Hasil Analisis Odds Ratio tentang Hubungan antara IMT dengan

Akne Vulgaris

Kategori IMT

Kejadian Akne Vulgaris

p OR

CI 95 %

Positif Negatif Batas

atas

Batas

bawah n % n %

Underweight 33 32,7 25 42,4

Normal 68 67,3 34 57,6 0,218 0,66 0,34 1,281

Total 101 100 59 100

Overweight 15 18,1 4 10,5

Normal 68 81,9 34 89,5 0,29 1,875 0,578 6.085

Total 83 100 38 100

Obesitas 15 18,1 4 10,5

Normal 68 81,9 34 89,5 0,29 1,875 0,578 6.085

Total 83 100 38 100

e. Uji Chi Square pada Variabel Umur

Variabel perancu yang dimasukkan pada analisis regresi logistik

ganda adalah umur dan frekuensi cuci muka karena variabel-variabel

tersebut belum direstriksi. Dari hasil penelitian, didapat mean dari data

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

umur sampel penelitian adalah umur 17,424 tahun sehingga umur

dikategorikan menjadi dua, yaitu < 17,424 tahun dan > 17,424 tahun

(tabel 13).

Tabel 13. Karakteristik Data Umur

Variabel n Mean Median SD

Umur 198 17,424 17,33 0,665

Dari hasil penelitian ini, didapatkan kelompok umur > 17,424

tahun dengan kejadian akne vulgaris negatif sebanyak 61 orang (67 %)

dan kelompok umur > 17,424 tahun dengan kejadian akne vulgaris

positif sebanyak 30 orang (33 %). Sedangkan kelompok umur < 17,424

tahun dengan kejadian akne vulgaris negatif sebanyak 70 orang (65,4

%), dan kelompok umur < 17,424 tahun dengan kejadian akne vulgaris

positif sebanyak 37 orang (34,6 %). Analisis bivariat terhadap

hubungan antara umur dengan kejadian akne vulgaris menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan (p = 0,811). Variabel umur juga tidak

memenuhi syarat regresi logistik karena p > 0,25. Berikut adalah tabel

dan grafik dari hasil uji bivariat menggunakan uji chi square hubungan

antara umur dengan kejadian akne vulgaris (tabel 14).

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel 14. Hasil Analisis Bivariat tentang Hubungan antara Umur dengan Akne

Vulgaris

Variabel Kejadian akne vulgaris

Total OR P negatif n (%) positif n (%)

>17,424 tahun

<17,424 tahun

61 (67,0)

70 (65,4)

30 (33,0)

37 (34,6)

91 (100)

107 (100)

-

1,075

-

0,811

Gambar 7. Grafik Persentase Kejadian Akne Vulgaris menurut Umur

f. Uji Chi Square pada Variabel Frekuensi Cuci Muka

Untuk variabel frekuensi cuci muka, didapatkan hasil bahwa

kelompok sampel yang cuci muka < 2x/hari dengan akne vulgaris

negatif sebanyak 5 orang (7,5 %) orang dan kelompok sampel yang

cuci muka < 2x/hari dengan akne positif sebanyak 27 orang (20,6 %).

Sedangkan kelompok sampel yang cuci muka ≥ 2x/hari dengan akne

negatif sebanyak 62 orang (92,5 %) dan kelompok sampel yang cuci

muka ≥ 2x/hari dengan akne positif sebanyak 104 orang (79,4 %).

Analisis bivariat terhadap hubungan antara frekuensi cuci muka/hari

dengan kejadian akne menunjukkan hubungan yang signifikan (p =

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

0,017) dan memenuhi syarat untuk analisis regresi logistik (p < 0,25)

sehingga variabel perancu frekuensi cuci muka dapat dianalisis regresi

logistik. Nilai OR untuk frekuensi cuci muka adalah 3,219. Hal tersebut

menunjukkan seseorang yang mencuci muka < 2x/hari memiliki risiko

terkena akne vulgaris 3,219 kali daripada seseorang yang mencuci

muka ≥ 2x/hari. Berikut adalah tabel dari hasil uji bivariat

menggunakan uji chi square hubungan antara frekuensi cuci muka

dengan kejadian akne vulgaris (tabel 15).

Tabel 15. Hasil Analisis Bivariat tentang Hubungan antara Frekuensi Cuci

Muka dengan Akne Vulgaris

Variabel Kejadian Akne Vulgaris

Total OR p negatif n (%) positif n (%)

Cuci muka <

2 kali/hari

Cuci muka ≥

2 kali/hari

5 (7,5)

62 (92,5)

27 (20,6)

104 (79,4)

32 (100)

166 (100)

-

3,219

-

0,017

Gambar 8. Grafik antara Frekuensi Cuci Muka dengan Persentase Kejadian Akne Vulgaris

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2. Analisis Multivariat

Hasil regresi logistik ganda menunjukkan adanya hubungan signifikan

antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan kejadian akne vulgaris (p =

0,043) setelah mengendalikan variabel perancu frekuensi cuci muka/hari.

Mahasiswa dengan IMT kategori overweight/obesitas berisiko untuk

mengalami akne vulgaris 2,423 kali lebih besar daripada mahasiswa dengan

IMT kategori underweight/normal (OR = 2,433; CI 95 % 1,030 s.d 5,697),

setelah mengendalikan variabel perancu frekuensi cuci muka/hari. Karena

nilai p dan Odds Ratio (OR) yang tanpa mengendalikan pengaruh faktor

perancu (tabel 11) berbeda dengan OR dengan mengendalikan faktor

perancu (tabel 16), maka OR yang digunakan adalah yang mengendalikan

pengaruh faktor perancu (tabel 16).

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Hubungan antara IMT

dengan Akne Vulgaris

Variabel Exp (B) P CI 95 %

Batas bawah Batas atas

Konstanta

IMT

Underweight/normal

Overweight/obesitas

Frekuensi Cuci Muka/hari

≥ 2x/hari

< 2x/hari

Umur

≥ 17,424 tahun

< 17,424 tahun

0,313

1,0

2,423

1,0

3,546

1,0

0,846

0,006

-

0,043

-

0,015

-

0,590

-

-

1,030

-

1,285

-

0,460

-

-

5,697

-

9,804

-

1,556

Bentuk persamaan regresi logistik dari hasil analisis regresi logistik

ganda di atas adalah

Ln = -1,161+ 0,885X1+1,267X2

Keterangan :

p = probabilitas untuk akne vulgaris

1-p = probabilitas untuk tidak akne vulgaris

X1 = IMT (Indeks Massa Tubuh) (0 = overweight/obesitas, 1 =

normal/underweight)

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

X2 = frekuensi cuci muka (0 = tidak tentu, 1 = tentu)

Dari bentuk persamaan regresi logistik di atas, dapat dibuat tabel

probabilitas kejadian akne vulgaris (tabel 17). Seseorang yang mempunyai

IMT underweight/normal dan frekuensi cuci muka tentu akan memiliki

probabilitas kejadian akne vulgaris negatif dan seseorang yang mempunyai

IMT overweight/obesitas dan frekuensi cuci muka tentu juga akan memiliki

probabilitas kejadian akne vulgaris negatif. Sedangkan seseorang yang

mempunyai IMT underweight/normal dan frekuensi cuci muka tidak tentu

akan memiliki probabilitas kejadian akne vulgaris positif dan seseorang

yang mempunyai IMT overweight/obesitas dan frekuensi cuci muka tidak

tentu akan memiliki probabilitas kejadian akne vulgaris positif.

Tabel 17. Probabilitas Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Bentuk Persamaan

Regresi Logistik

No Konstata X1

(IMT)

X2

(frekuensi cuci muka)

p

Ln

(pta/(1-p))

kemungkinan

jawaban

1. 1 1 1 0.991 0.729 tidak akne

2. 1 1 0.106 0.526 tidak akne

3. 1 1 -0.276 0.431 akne

4. 1 -1.161 0.238 akne

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara IMT

(Indeks Massa Tubuh) dengan akne vulgaris. Subjek penelitian adalah siswa SMA

umur 14 - 20 tahun. Dipilihnya siswa SMA berumur 14 - 20 tahun karena pada

penelitian sebelumnya, kejadian akne vulgaris paling banyak terjadi pada usia

remaja (12 - 24 tahun) yaitu sebesar 85 % (Leyden, 2003). Umumnya insiden juga

terjadi pada sekitar umur 14 - 17 tahun pada wanita dan 16 - 19 tahun pada pria

(Wasitaatmadja, 2007).

Patogenesis akne vulgaris bersifat multifaktorial. Faktor-faktor yang berperan

dalam patogenesis akne vulgaris, salah satunya adalah meningkatnya produksi

sebum (Wasitaatmadja, 2007). Meningkatnya produksi sebum ini salah satuya

disebabkan oleh peningkatan hormon androgen. Hormon androgen merupakan

stimulan utama dari kelenjar sebasea untuk memproduksi sebum sehingga jika

terjadi peningkatan hormon androgen maka terjadi juga peningkatan produksi

sebum (Pawin et al., 2004). Obesitas berhubungan dengan hiperandrogenisme

perifer yang berhubungan dengan peningkatan produksi sebum (Huppert et al.,

2001). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara termudah untuk

memperkirakan obesitas serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh

(Sjarif, 2002).

Kejadian akne vulgaris positif sebanyak 66,2 % dan kejadian akne vulgaris

negatif sebanyak 33,8 % (tabel 5). Pada beberapa penelitian tentang prevalensi

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kejadian akne vulgaris sebelumnya, didapat data prevalensi akne vulgaris positif

pada penduduk Palembang dengan umur 14 - 21 tahun adalah 68,2 % (Tjekyan,

2008). Di Inggris, didapatkan data prevalensi kejadian akne vulgaris positif pada

penduduk dengan umur 12 - 18 tahun sebanyak 80 % (Dreno et.al., 2003).

Sedangkan penelitian di Teheran, Iran didapatkan data prevalensi kejadian akne

vulgaris positif pada penduduk dengan umur 12 - 20 tahun adalah 93,2 % (Ghodsi

et.al., 2009). Berdasarkan tingkat keparahan akne vulgaris, menurut Global

Grading Acne System (GAGS), sampel dengan kejadian akne vulgaris positif

dibagi menjadi 3, yaitu derajat ringan, derajat sedang, dan derajat berat. Kejadian

akne vulgaris positif derajat ringan sebanyak 38,4 %, derajat sedang sebanyak

14,1 %, dan derajat berat sebanyak 13,6 % (tabel 6).

Sampel penelitian paling banyak berusia 17 tahun (52,02 %), diikuti usia 16

tahun (23,74 %), 18 tahun (22,22 %), 19 tahun (1,52 %) dan 15 tahun (0,5 %)

(tabel 7). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa

puncak kejadian akne vulgaris terjadi pada usia 16 - 18 tahun (Cordaen et al.,

2002). Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin didapatkan data bahwa

perempuan lebih cenderung untuk mengalami akne vulgaris yaitu 83 sampel (68

%) dibandingkan laki-laki yaitu 48 sampel (63,1 %) (tabel 8).

Uji chi square menggunakan tabel 2x4 (p = 0,171) terhadap hubungan antara

Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian akne vulgaris menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan (tabel 9). Hasil ini belum mengendalikan variabel

perancu. Pada uji chi square menggunakan tabel 4x4 (p = 0,445) juga

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga tidak terdapat hubungan antara

Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tingkat keparahan akne vulgaris (tabel 10).

Uji chi square dengan tabel 2x2 juga digunakan pada hubungan antara Indeks

Massa Tubuh (IMT) dengan akne vulgaris. Hal ini merupakan syarat uji regresi

logistik dimana variabel bebas yang akan dimasukkan pada uji tersebut harus

terdiri dari 2 kategori. Sehingga untuk kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) dibagi

menjadi 2, yaitu underweight/normal dan overweight/obesitas. Pada uji analisis ini

juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan kejadian akne vulgaris, dengan nilai p = 0,064 (p > 0,05), akan tetapi

memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik ganda (p < 0,25) sehingga

variabel IMT dapat dianalisis regresi logistik (tabel 11).

Kejadian akne vulgaris positif, prevalensi paling sedikit adalah pada IMT

kategori underweight yaitu 56,9 %, prevalensi cenderung lebih meningkat pada

IMT kategori normal yaitu 66,7 %, dan paling banyak prevalensinya adalah pada

IMT kategori overweight dan obesitas yaitu 78,9 %. Sebaliknya pada kejadian

akne vulgaris negatif, prevalensi IMT kategori overweight dan obesitas adalah

yang paling rendah yaitu 21,1 %, prevalensi cenderung lebih meningkat pada IMT

kategori normal yaitu 33,3 %, dan paling tinggi prevalensinya pada IMT kategori

underweight yaitu 42,1 % (tabel 7). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya

di Taiwan, dimana rata-rata IMT pada murid yang tidak akne lebih rendah

daripada subjek akne, tanpa perbedaan jenis kelamin. Prevalensi akne pada anak-

anak berumur 6 - 11 tahun dengan IMT < 18,5 cenderung rendah, terutama lesi

inflamatori. Sedangkan, prevalensi akne pada anak-anak berumur 6 - 11 tahun

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dengan IMT menurut umur ≥ 95 % cenderung tinggi secara signifikan (Tsai et.al.,

2006).

Seseorang yang memiliki IMT kategori underweight mempunyai risiko

mengalami akne vulgaris 0,66 kali daripada seseorang yang memiliki IMT

kategori normal. Sedangkan seseorang yang memiliki IMT kategori overweight

mempunyai risiko mengalami akne vulgaris 1,875 kali daripada seseorang yang

memiliki IMT kategori normal. Serta seseorang yang memiliki IMT kategori

obesitas mempunyai risiko mengalami akne vulgaris 1,875 kali daripada

seseorang yang memiliki IMT kategori normal (tabel 12). Terlihat bahwa

seseorang yang memiliki IMT kategori overweight atau obesitas mempunyai

risiko terkena akne vulgaris yang paling tinggi dibandingkan IMT kategori

lainnya, sedangkan seseorang yang memiliki IMT kategori underweight memiliki

risiko yang paling rendah terkena akne vulgaris.

Umur adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian akne

vulgaris. Usia remaja (12 - 24 tahun) sering ditemukan menderita akne sebesar 85

%, usia 25 - 34 tahun sebesar 8 %, dan usia 35 - 44 tahun sebesar 3 % (Leyden,

2003). Berdasarkan analisis bivariat antara pengaruh umur dengan kejadian akne

vulgaris, tidak ditemukan hubungan yang signifikan (p = 0,811) dan tidak

memenuhi syarat regresi logistik (p > 0,25) (tabel 14). Hal ini disebabkan

penelitian ini dilakukan di lingkungan SMAN 1 Prambanan di mana subjek

penelitiannya terbatas pada rentang umur 14 - 20 tahun saja sehingga distribusi

subjek penelitian kurang bervariasi dan tidak mencakup semua umur.

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi cuci muka/hari dengan

kejadian akne vulgaris (p = 0,017) (tabel 15). Hasil ini membuktikan bahwa

frekuensi cuci muka/hari memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian

akne vulgaris (p < 0,05). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa terdapat perbaikan kondisi akne pada kelompok yang mencuci

muka 2x/hari dibandingkan kelompok yang mencuci muka 1x/hari secara

signifikan (Choi et al., 2006). Mencuci muka dengan sabun pembersih

mempunyai efek mengurangi minyak maupun efek daya antibakteri (American

Osteopathic College of Dermatology, 2011).

Investigasi lebih lanjut mengenai Indeks Massa Tubuh (IMT), frekuensi cuci

muka/hari, dan umur dengan kejadian akne vulgaris dianalisis dengan analisis

regresi logistik ganda. Penggunaan regresi logistik ganda sebagai teknik analisis

data bertujuan untuk mengontrol variabel perancu yang tidak dimasukkan pada

kriteria inklusi dan ekslusi secara statistik. Model analisis regresi logistik dapat

mencegah terjadinya bias dalam penelitian. Hasil analisis regresi logistik ganda

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh

(IMT) dengan kejadian akne vulgaris (p = 0,043) setelah mengendalikan variabel

perancu frekuensi cuci muka/hari sehingga hipotesis H0 ditolak (tabel 16).

Mahasiswa dengan IMT kategori overweight/obesitas berisiko untuk terkena akne

vulgaris 2,423 kali lebih besar daripada mahasiswa dengan IMT kategori

underweight/normal (OR = 2,433; CI 95% 1,030 s.d 5,697), setelah

mengendalikan variabel perancu frekuensi cuci muka/hari. Karena nilai p dan

Odds Ratio (OR) yang tanpa mengendalikan pengaruh faktor perancu (tabel 11)

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

berbeda dengan OR dengan mengendalikan faktor perancu (tabel 16), maka OR

yang digunakan adalah yang mengendalikan pengaruh faktor perancu.

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa IMT

dengan kategori obesitas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap

kejadian akne vulgaris pada anak sekolah (Tsai et al., 2006). Penelitian di Arab

Saudi pada wanita berumur 16 - 22 tahun juga menunjukkan hubungan yang

signifikan antara obesitas (IMT > 27) dengan akne (Braz, 2009). Obesitas

berhubungan dengan hiperandrogenisme perifer yang berhubungan dengan

peningkatan produksi sebum (Huppert et al., 2001). Obesitas membuat efek

resistensi insulin relatif, hiperinsulinemia kronik, kenaikan dari IGF-I bioaktif,

dan menghambat sintesis hepatik dari SHBG (sex hormone binding globulin).

Insulin dan IGF-I ini menstimulasi sintesis dan sekresi dari hormon seks steroid

(androgen & estrogen) dari gonad dan kelenjar adrenal sehingga terjadi sekresi

hormon androgen yang berlebih (Vainio dan Bianchini, 2002). Peningkatan

produksi sebum inilah yang menyebabkan terjadinya akne vulgaris

(Wasitaatmadja, 2007).

Dari analisis regresi logistik ganda didapat bentuk persamaan regresi logistik

sehingga terbentuk tabel probabilitas kejadian akne vulgaris (tabel 17) dimana

terlihat bahwa IMT (Indeks Massa tubuh) belum dapat mempengaruhi kejadian

akne vulgaris tanpa mengendalikan variabel perancu cuci muka.

Dari penelitian ini, terlihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

IMT dengan akne vulgaris dimana semakin besar nilai IMT semakin besar risiko

terkena akne vulgaris. Hal ini sesuai dengan hipotesis peneliti.

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Dalam penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kendala sehingga

mempengaruhi hasil penelitian. Walaupun sudah mengendalikan beberapa

variabel perancu, ada beberapa variabel perancu lainnya yang sulit dikendalikan

seperti genetik dan stres psikis sehingga mungkin memberikan pengaruh pada

hasil penelitian ini. Penggunaan kamera digital Sony Cybershoot 7.2 MP dan

kurangnya keahlian peneliti dalam pengambilan gambar mungkin menjadi salah

satu penyebab kurang maksimalnya hasil gambar, sehingga menyulitkan dalam

diagnosis akne vulgaris. Peneliti tidak memasukkan pemeriksaan tubuh, yang

merupakan 1 % dari lokasi akne, sehingga mungkin memberikan hasil taksiran

yang lebih rendah dari prevalensi. Keterbatasan lainnya adalah sulit untuk menilai

kejujuran dan subjektivitas para subjek penelitian dalam mengisi kuesioner

penelitian.

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA .../Hubungan... · Tabel 3. Klasifikasi IMT Menurut Umur ... Grafik Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 47 Gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara Indeks Massa Tubuh (IMT)

dengan akne vulgaris setelah mengendalikan variabel perancu melalui

analisis regresi logistik ganda, yaitu semakin besar nilai IMT semakin

besar risiko terkena akne vulgaris. Mahasiswa dengan IMT kategori

overweight/obesitas berisiko untuk menderita akne vulgaris 2,423 kali

lebih besar daripada mahasiswa dengan IMT kategori underweight/normal.

B. Saran.

1. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat, khususnya siswa

SMA tentang akne vulgaris dan kepada siswa yang memiliki risiko

tinggi menderita akne vulgaris dengan IMT kategori

overweight/obesitas untuk mengurangi berat badannya.

2. Perlu dilakukan penelitian serupa dan lebih lanjut dengan populasi

yang lebih luas, penggunaan skala kontinu pada IMT, dan

pengendalian variabel-variabel perancu seperti faktor genetik, serta

faktor stres psikis sehingga data lebih akurat.

3. Perlu dilakukan penelitan serupa dengan pengambilan gambar subjek

penelitian dan penegakkan diagnosis akne vulgaris yang lebih baik.