Diffusi Inovasi

download Diffusi Inovasi

If you can't read please download the document

description

paper COPD dan eksesrbasi

Transcript of Diffusi Inovasi

Mengulas proses adopsi internet di Indonesia melalui pokok-pokok pemikiran teori Diffussion of Innovasion

Menyebarluaskan penggunaan internet di Indonesia dengan menggunakan pokok-pokok pemikiran teori Diffussion of Innovasion (Everett M. Rogers, 1983)

Pendahuluan

Dalam wacana ilmu komunikasi, ada teori yang dinamakan Diffusion of Innovasion yang dikemukakan oleh Everett M. Rogers (1983). Teori ini membahas mengenai bagaimana sebuah inovasi baru dapat di adopsi oleh masyarakat. Masyarakat penerima inovasi tersebut oleh Rogers dinamakan sebagai adopter (pengadopsi).

Pada saat teori itu dikemukakan Rogers, ia mengambil contoh dengan kasus adopsi teknologi Mobile Phone di Amerika. Sehingga akhirnya mobile phone atau telepon seluler diterima dan digunakan oleh banyak orang di Amerika dan dunia.

Berikut ini merupakan tulisan yang mengaitkan teori Rogers dengan proses penyebaran penggunaan internet di Indonesia.

Faktor-Faktor Pertimbangan Adopter dalam Mengadopsi internet

Faktor-faktor yang dijadikan Pertimbangan pihak adopter dalam membuat keputusan untuk menerima atau menolak produk internet jika dikaitkan dengan pemikiran Everett M. Rogers (1983) dalam diffusion of innovasion dipengaruhi oleh 5 (lima) atribut inovasi yaitu :

Relative advantage

Para adopter akan menilai apakah Inovasi internet relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding inovasi lainnya yang memiliki keunggulan sejenis. Untuk adopter yang menerima secara cepat inovasi internet, akan melihat internet sebagai sebuah media yang memiliki kecepatan dalam menerima dan mengirim informasi. Internet juga membuka kemunginan akses tanpa batas ke seluruh penjuru dunia secara real time. Hal ini merupakan keunggulan internet dibandingkan melalui media lainnya yang juga merupakan suatu produk inovasi seperti telepon seluler misalnya. Hal lainnya adalah fasilitas internet memungkinkan penggunanya untuk menggunakan berbagai format audio maupun visual (multimedia) dan mempunyai sifat yang relatif menghibur (entertaining).

Bagi adopter dari kalangan UKM, internet akan dinilai dari segi bagaimana internet dapat membantu mendorong usaha mereka, menghasilkan uang buat mereka. Bagi kalangan akademis, internet dicermati dari sisi bagaimana ia dapat menjadi sarana pertukaran pemikiran ilmiah. Ditambah dengan faktor harga buku yang mahal, apakah pertukaran yang terjadi dapat menggantikan informasi-informasi yang dijual lewat buku. Apakah internet menyajikan informasi yang bersifat tacit knowledge.

Compatibility

Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan internet berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya. Bagi seorang eksekutif, internet sangat sesuai karena dapat mereka dapat mencari informasi dengan cepat secara realtime tanpa harus meninggalkan ruangan tempat ia bekerja. Bagi kalangan akademisi, internet akan memudahkan mereka untuk mencari narasumber bagi penelitian ilmiah. Dan yang paling penting apakah informasi yang ditemukan dari internet dapat kompatibel dengan informasi atau medium yang biasa digunakan. Misalnya seorang penulis tentunya akan lebih dimudahkan jika ia dapat mengambil berkas text dari internet sehingga ia tidak perlu mengetik ulang teks tersebut. Dunia internet juga memberi kesempatan bagi semua jenis bidang perhatian manusia untuk membuat komunitasnya sendiri-sendiri, tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu, sehingga informasi yang didapat juga menjadi kompatibel satu sama lain.

Complexity

Adopter juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan internet. Artinya bagi individu yang tidak dapat mengoperasikan komputer tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang sudah terbiasa menggunakan komputer. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam internet, kemampuan atau ketrampilan teknis untuk melakukan browsing, download, upload, serta kemampuan untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas multimedia yang disediakan oleh internet secara langsung. Adopter akan langsung mempertimbangkan berapa effort yang harus dikeluarkannya dengan benefit yang akan didapat dari internet.

Trialability

Mengurangi ketidakpastian. Mempunyai kemungkinan untuk diuji coba terlebih oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian mereka terhadap internet. Internet juga mempunyai kemungkinan untuk dicoba oleh adaptor secara relatif mudah di berbagai tempat, baik di kantor, di warnet, di rumah teman dan lain-lain. Kemampuan ini dapat membantu adaptor menentukan sikap menerima atau menolak inovasi internet.

Observability

Mendorong peer discussion. Adopter akan memperikan penilaian apakah internet ini mampu meningkatkan status sosial mereka di depan orang lain, sehingga dirinya akan dianggap sebagai orang yang inovatif.

Penggolongan Adopter Internet

Everett M. Rogers secara jelas menyebutkan 5 (lima) kategori adopter yakni inovator, adopter pemula, masyarakat pemantau inovasi, masyarakat luas dan laggard, yakni orang yang paling akhir atau paling lambat mengadopsi inovasi.

Kelima adopter ditentukan berdasarkan tingkat dimana individu dapat mengadopsi internet lebih awal dibandingkan individu lainnya. Menurut Rogers, hal ini dipengaruhi oleh dua faktor; yakni :

berapa banyak seseorang memperoleh informasi tentang pengetahuan dan teknologi internet; dan berapa cepat perubahan sikapnya dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi internet ini.

Penyebarluasan Penggunaan Internet di Indonesia

Untuk menyebarluaskan internet di Indonesia, maka penting untuk diperhatikan saluran komunikasi apa yang akan digunakan. Saluran komunikasi berarti: melalui channel apa pesan-pesan dapat disampaikan dari seseorang ke orang lainnya.

Di Indonesia, adopter yang paling cepat adalah kalangan mahasiswa Indonesia di USA dan Eropa (terutama yang pada akhir tahun 80-an hingga tahun 90an belajar di sana), eksekutif yang membutuhkan kerja yang cepat dan efisien dan mahasiswa atau pelajar di Indonesia yang relatif dalam masa yang mudah menerima hal-hal yang baru. Dari mereka inilah internet mulai berkembang dan menyebar luas di Indonesia.

Saluran komunikasi yang diasumsikan efektif untuk dipergunakan dalam penyebarluasan teknologi internet (sebagai sebuah inovasi) menurut teori difusi inovasi ada 2 (dua) yakni melalui :

saluran media massa daninterpersonal.

Saluran media massa lebih efektif dalam menciptakan awareness dan menyampaikan pengetahuan mengenai teknologi internet kepada masyarakat luas. Dengan luas cakupan dan kuantitas pembacanya, media massa dapat membentuk opini yang baik dari manfaat-manfaat penggunaan internet. Dan juga dapat menampilkan best practise penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bisnis. Media masa juga berpengaruh dalam mendidik pengguna internet ini untuk mencari berbagai inovasi baru yang timbul daripadanya.

Sementara itu saluran interpersonal dalam proses adopsi inovasi ini dinilai lebih efektif untuk membujuk seseorang dalam artian membentuk dan merubah sikap seseorang terhadap ide-ide baru serta mempengaruhi keputusan seseorang untuk menerima (atau menolak) ide baru tersebut. Penularan melalui saluran interpersonal ini akan lebih menghasilkan keputusan yang segera. Seseorang yang belum pernah mengenal internet, ketika ditunjuki secara langsung bagaimana menggunakannya dan hal-hal apa saja yang dapat dicarinya akan dapat segera memutuskan untuk suka atau tidak suka dengan teknologi ini. Keuntungan internet adalah karena teknologi ini dapat dilihat secara visual (physical) dan juga menarik (multimedia). Sehingga sangat mudah untuk dipresentasikan.

Medium eksibisi merupakan cara yang relatif baik, karena eksibisi dapat menciptakan banyak hubungan interpersonal antara pengunjung dengan petugas pameran. Pameran dalam hal ini tidak perlu harus berjalan berbarengan dengan pameran teknologi atau pameran komputer. Hanya sedikit orang yang berminat pada pameran teknologi (dibandingkan dengan khalayak sasaran calon pengguna internet). Eksibisi ini bisa ditempatkan di berbagai mall atau sekolah-sekolah (seperti yang dilakukan oleh APJII dan Mastel).

Sebenarnya, yang lebih sulit adalah bagaimana memberi masukan bagi calon adopter mengenai bagaimana content di internet dapat berguna bagi mereka, dapat menjadi sumber daya yang kemudian (mungkin) akan dapat menghasilkan income, tergantung dari penggunaannya.

Disusun oleh:

Bharata Kusuma

Henny Hariani