diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab...

28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 66 BAB IV HADIS POLITIK DAN PEMERINTAHAN DINASTI ABBASIYAH A. Hadis-Hadis Politik 1. Hadis tentang Keutamaan Bani Hashim Berdasarkan kondisi sosial politik yang ada pada masa awal berdirinya Abbasiyah, dinasti ini mencoba merangkul berbagai fraksi politik, diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut dengan Syi’ah. Kelompok ini bermukim di Kufah dekat Humaymah yang merupakan ibukota pertama Abbasiyah. Terbukti dalam suatu riwayat diceritakan bahwa pada suatu hari Abdullah ibn Hasan menemui al-Saffah, sedangkan majelisnya dipenuhi dengan pembesar Bani Hashim, kaum Shi’ah dan yang lainnya. 1 Dalam majelis tersebut Abdullah ibn Hasan berkata pada al-Saffah dengan membawa al-Quran, ‚Wahai Khalifah, berikanlah hak kami yang telah Allah tentukan untuk kami dalam al-Quran.‛ Al-Saffah pun menjawab, ‚Sesungguhnya Ali, kakekmu adalah orang yang lebih baik dan lebih adil dariku. Saat ia menjadi khalifah apakah kakekmu itu pernah memberikan uang kepada hasan dan Husain? Maka yang wajib bagi saya adalah memperlakukanmu sebagaimana ia lakukan terhadap keduanya. Jika saya 1 Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 245.

Transcript of diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab...

Page 1: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

BAB IV

HADIS POLITIK DAN PEMERINTAHAN DINASTI ABBASIYAH

A. Hadis-Hadis Politik

1. Hadis tentang Keutamaan Bani Hashim

Berdasarkan kondisi sosial politik yang ada pada masa awal berdirinya

Abbasiyah, dinasti ini mencoba merangkul berbagai fraksi politik,

diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut dengan Syi’ah.

Kelompok ini bermukim di Kufah dekat Humaymah yang merupakan

ibukota pertama Abbasiyah. Terbukti dalam suatu riwayat diceritakan

bahwa pada suatu hari Abdullah ibn Hasan menemui al-Saffah, sedangkan

majelisnya dipenuhi dengan pembesar Bani Hashim, kaum Shi’ah dan yang

lainnya.1

Dalam majelis tersebut Abdullah ibn Hasan berkata pada al-Saffah

dengan membawa al-Quran, ‚Wahai Khalifah, berikanlah hak kami yang

telah Allah tentukan untuk kami dalam al-Quran.‛ Al-Saffah pun menjawab,

‚Sesungguhnya Ali, kakekmu adalah orang yang lebih baik dan lebih adil

dariku. Saat ia menjadi khalifah apakah kakekmu itu pernah memberikan

uang kepada hasan dan Husain? Maka yang wajib bagi saya adalah

memperlakukanmu sebagaimana ia lakukan terhadap keduanya. Jika saya

1Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 245.

Page 2: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

melakukan seperti itu, maka saya telah berlaku adil dan jika saya melebihi

apa yang dia lakukan maka hal ini bukan balasanku kepadamu?‛2

Pertemuan tersebut tidak lain membahas tentang strategi untuk

menumbangkan kekuasaan Umayyah yang telah dipandang tidak sejalan

dengan aturan agama. Penumbangan dinasti Umayyah oleh mereka dikaitkan

dengan sabda Nabi tentang keturunan bani Hashim yang dijustifikasi sebagai

pewaris kekuasaan dan lebih berhak dari pada bani yang lainnya. Dalam hal

ini terdapat riwayat Rasulullah bahwa suatu ketika Rasulullah keluar dari

rumahnya, beliau keluar dengan sangat gembira dan masyarakat kemudian

mempertanyakan penyebab kegembiraan itu, beliau menjawab bahwa Jibril

datang sebagaimana perintah Allah dan menyampaikan, Allah memilih tujuh

orang dari Bani Hashim yang mana dia tidak menciptakan seperti mereka

pada masa silam dan di masa mendatang: ‚Engkau wahai Rasulullah, Ali

washimu, Hasan dan Husain cucumu, Hamzah pamanmu, Ja’far anak

pamanmu, dan Qaim yang mana Nabi Isa salat di belakangnya

belakangnya.‛3

Demikian juga terdapat riwayat yang saat itu kaum Muhajirin, Anshar

dan Bani Hashim berselisih manakah diantara mereka yang lebih dicintai di

sisi Rasulullah. Rasululllah meyebut dirinya sebagai saudara Anshar dan di

2Ibid.

3Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Al-Ka>fi>, jld. 8, (Beirut: Da>r al-Ta’arruf, 1401 H.), 50;

Muhammad Baqir Majlisi, Biha>r al-Anwa>r, jld. 51, (Beirut: Dar Ihya >’ al-Tura>th al-Arabi>, 1403

H), 77-78.

Page 3: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

kalangan Muhajirin, akan tetapi mengenai Bani Hashim beliau bersabda:

‚Kalian dariku dan bersamaku.‛4

Banyak referensi-referensi ahl al-sunnah yang menegaskan hadis-hadis

yang dinisbahkan kepada Rasulullah yang berupaya memperkenalkan Bani

Hashim dan Bani Abd al-Mut}t}alib sebagai Arab terbaik dan bahkan sebaik-

baik manusia. Seperti yang dikemukakan oleh al-Suyut}i dalam kitab al-Du>rr

al-Manthu>r.5

وأخرج الحافظ أبو القاسم حمزة بن يوسف السهمي في فضائل العباس عن واثلة بن السقع قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم: إن اهلل اصطفى من ولد آدم إب راىيم

ماعيل ثم اصطفى من ولد إسماعيل نزاراا ثم اتخذه خليلا واصطفى من ولد إب راىيم إس اصطفى من ولد نزار مضر ثم اصطفى من مضر كنانة ثم اصطفى من كنانة قريشاا ثم اصطفى من ق ريش بني ىاشم ثم اصطفى من بني ىاشم بني عبد عبد المطلب ثم

6اصطفاني من بني عبد المطلب

Diriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi

dalam bab keutamaan al-Abbas dari Wathilah ibn al-Asqa’ berkata,

bahwa Rasulullah bersabda: ‚Sesungguhnya Allah mensucikan dari

keturunan Adam yaitu Ibrahim, Dia menjadikannya kekasih, dan

mensucikan dari keluarga Ibrahim Isma’il kemudian dari keturunan

Isma’il yaitu Nazzar, kemudian Allah mensucikan dari keturunan Nazzar

yaitu Mud}ar Kinanah, kemudian mensucikan dari keturunan Kinanah

Quraysh, kemudian mensucikan dari keturunan Quraydh yaitu Bani

Hashim kemudian dari keturunan Bani Hashim yaitu Bani Abd al-

Mut}t}alib kemudian mensucikan keturunan dari Bani Abd al-Mut}t{alib.‛

4Muhammab bin Ali Ibn Shahr Ashub, Mana>qib Ali ibn Abi T}a>lib, jld. 3 (Beirut: Dar al-Adhwa>’,

1412 H), 379; Muhammad Baqir, Majlisi, Biha>r al-Anwa>r…, jld. 22, 312. 5Ibn Abil Hadid Mu’tazili, Sharh Nahj al-Bala>ghah, jilid 19 (Beirut: Muassasah A’lami >, 1415 H),

210; Jamil Ibrahim Habib, Al-Qaul al-Ja>zim fi Nasab Banī Hashim, (Baghdad: Maktabah Darul

Kutub al-‘Ilmiyyah, 1987), 153. 6Jalal al-Din al-Suyut}i, Al-Durr al-Manthu>r fi al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1414),

al-Nisa’ 125, jld 2. 706 , dan al-Isra’ 70.

Page 4: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh beberapa perawi namun status dari

hadis tersebut tidak dijelaskan. Dalam Musnad Ahmad dijelaskan bahwa hadis

ini dieiwayatkan oleh oleh Sulayman ibn Abi Sulayman. Dalam penjelasan

tersebut dikutip dari pendapat al-Bukhari bahwa periwayat tersebut

digolongkan kepada perawi munkar. Oleh karena itu hadis ini berstatus

munkar.7

Dukungan yang diberikan Alawiyyin kepada al-Saffah pada dasarnya

untuk menumbangkan dinasti Umayyah. Alawiyya\in dan bani Abbas yang

dipimpin al-Saffah memiliki tujuan yang sama. Sehingga kedua golongan ini

dapat bersatu. Namun Alawiyyin tidak lagi memberikan dukungan kepada

kepemimpinan al-Mans}ur (khalifah setelah al-Saffah). Hal ini terjadi karena

al-Mans}ur yang menimbulkan fitnah antara golongann Abbasiyah dan

’Alawiyyin. Ia menyingkirkn keturunan Ali ibn Abi Thalib dan pengikutnya.

Al-Mans}ur menghawatirkan mereka menuntut hak atas kepemimpinan umat.

Sehingga al-Mans}ur berpikiran bahwa selain musuh ada pula yang perlu

diwaspadai, yaitu orang terdekat. Karena orang-orang terdekatnya yang diam-

diam menggoyahkan posisinya serta menumbangkan kedudukannya. Seperti

Abu Muslim al-Khurasani (pamannya) yang dibunuh tanpa memandang jasa

yang telah dilakukan untuknya. Ia juga memecat Isa ibn Musa yang

merupakan paman sekaligus putra mahkota yang sebelumnya telah ditetapkan

al-Saffah.8

7Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad…,Vol. 28. 193.

8Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 312-313.

Page 5: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

Al-S}uli menyatakan bahwa al-Mansur adalah paling pintar masalah

hadis dan silsilah keturunan. Sehingga tidak jarang hadis yang

diriwayatkannya mengenai keutamaan bagi keturunannya sendiri, seperti:

ل ث لى اهلل عليو وسلم: "م ص ي ب الن ال : ق ال ق اس ب ع بن ا ن ، ع و ي ب أ ن ي، ع ب ي أ ن ث د : ح ل و ق ي 9ك ل ا ى ه ن ع ر خ أ ت ن م ، و ا ا نج يه ف ب ك ر ن ، م ح و ن ة ن ي ف س ل ث م ي ت ي ب ل ى أ

Dia berkata, Ayah saya mengatakan kepada saya dari ayahnya dari

Abdullah ibn Abbas dia berkata bahwa Nabi bersabda: ‚Perumpamaan

keluargaku adalah laksana perahu Nuh, barang siapa yang naik di

dalamnya dia akan selamat dan barang siapa yang terlambat dan tidak

ikut naik, dia akan celaka.‛

Hadis ini juga termaktub dalam kitab Mu’majam al-Ausat} karrya al-

T}abrani. Adapun komentar terhadap hadis di atas bahwa hadis ini hanya

diriwayatkan oleh Abd al-Rahman ibn Abi Hammad seorang, tanpa periwayat

lain yang mendukungnya.10

Hadis serupa menurut al-S}uli yang juga diriwayatkan oleh al-Mans}ur;

، ان م ي ل س ن ب ر ف ع ي ج ن ث د ي ح ع م ص ال ن ي، ع ي أب ن ث د ح ج ر ف ال ن ب اس ب ع ال ن ب د م ح ا م ن ث د ح كل ال ق ه، عن ابن عباس أن النبي صلى اهلل عليو وسلمد ج ن ، ع و ي أب ن ، ع ر و ص ن م ال ن ع

قطع ي وم القيامة إال سببي ونسبي 11سبب ونسب من

Menceritakan kepada kami Muhammad ibn al-Abbas ibn al-Farj, dari

Ayahku dari al-As}ma’i dari Ja’far ibn Sulayman dari al-Mans}ur dari

Ayahnya dari kakeknya dari ibn Abbas sesungguhnya Nabi bersabda:

‚Setiap sebab dan nasab itu putus pada hari kiamat kecuali sebab dan

nasabku.‛

9Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 215; Ahmad ibn Hanbal, Fad}a>il al-S}ah}a>bah, vol. 2 (Kairo:

Muassasah al-Risa>lah, 1983), 752. 10

Al-T}abrani, Mu’jam al-Awsat}, Vol. 6, (Kairo: Da>r al-H{arabayn, t.t), 85. 11

Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 215; al-Tabrani, Mu’jam al-Kubra>, vol. 3 (Kairo: Maktabah

Ibn Taymiyah, 1994), 44; al-Bayhaqi, al-Sunan al-Kabi>r, vol. 7 (Beirut: Da>r al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 2003), 102.

Page 6: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

Menurut keterangan dari al-Haythami dalam kitab al-Majma’, perawi

dari hadis di atas thiqah.12 Selain itu al-Albani juga menyatakan bahwa hadis

tersebut diriwayatkan oleh perasi yang hasan di kalangan shahid-nya.13

Sikap yang al-Mans}ur tunjukkan, telah memecah bani Hashim.

Golongan Alawiyyin tidak lagi diberikan posisi penting dan jabatan di pos-pos

dinasti Abbasiyah. Karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa

ia khawatir Alawiyyin akan meminta haknya karena ia juga keturunan dari

bani Hashim.

Penentuan putra mahkota pada dinasti Abbasiyah, darah bani Hashim

yang mengalir dari pihak ibu juga sangat mempengaruhi. Hal ini terbutki

dengan perkataan al-Rashid yang menyatakan bahwa jika ia boleh memilih

maka gelar putra mahkota akan diberikan kepada al-Ma’mun yang terlihat

jelas dalam diri al-Ma’mun yang berambisi seperti al-Mansur, ibadahnya

seperti al-Mahdi, dan muruahnya seperti al-Hadi, daripada al-Amin. Keduanya

merupakan anak al-Rashid. Namun al-Rashid lebih mendahulukan al-Amin

karena ibu al-Amin merupakan keturumam bani Hashim meski dia adalah

seorang yang suka berlaku boros, berfoya-foya dan senang bermain wanita.14

Setelah al-Amin usai berkuasa, al-Ma’mun pun naik tahta. Ia

memberikan kebebasan dan dukungan penuh untuk kaum ‘Alawiyyin.

Terbukti saat ia memecat saudara kandungnya al-Mu’taman dari posisinya

sebagai putra mahkota, dan melimpahkan kepada Ali al-Rid}a ibn Musa al-

12

Al-Haythami, al-Majma’…, Vol. 9. 173. 13

Al-Albani, al-S}ah}i>h}ah…, 2036. 14

Al-Suyut}i, Ta>ri>kh Khulafa>’…, 244.

Page 7: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

Kad}im ibn Ja’far al-S}adiq. Hal ini terjadi karena ia cenderung pada Shi’ah.

Bahkan ada yang mengatakan jika ia akan mengundurkan diri dan

menyerahkannya kekhalifahan kepada Ali al-Rid}a.15

Kabar ini pun tersebar ke pelosok negeri. Pada kesempatan lain al-

Ma’mun juga memerintahkan rakyatnya agar tidak memakai baju hitam (baju

kebangsaan Bani Abbas) dan menggantinya dengan pakaian hijau (simbol

pakaian Shi’ah). Mendengar hal demikian, para Bani Abbas pun memberontak

dan melantik Ibrahim al-Mahdi yang diberi julukan al-Mubarak sebagai

khalifah. Namun tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa Ali al-Rid}a

meninggal. Pemberontakan pun usai, Ibrahim al-Mahdi juga mulai

bersembunyi karena ia melihat orang-orang yang membaiatnya kini telah

ingkar.16

Terdapat beberapa alasan yang menyatakan tentang sikap yang diambil

oleh al-Ma’mun disebabkan balas jasa terhadap ‘Alawiyyin. Pendapat ini

dikemukakan oleh al-S}uli yang dikutip al-Suyut}i tentang percakapan al-

Ma’mun dan keluarganya bahwa al-Ma’mun lebih kuat melakukan kebaikan

untuk ‘Alawiyyin dari pada kekuasaan itu ada ditangan mereka. Namun al-

Ma’mun menjawab bahwa tidak ada khalifah setelah Rasululllah yang

memberi kesempatan kepada Bani Abbas untuk berkuasa selain Ali ibn Abi

T}alib. Ali tidak meninggalkan sedikit pun dari keturunan Abbas selain

15

Ibid., 244. 16

Ibid., 244-245.

Page 8: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

memberinya jabatan. Dan hal ini tentu merupakan perbuatan yang harus

mendapat sikap yang setimpal menurut al-Ma’mun.17

Selain tindakan di atas yang membuat masyarakat kesal, pada saat itu

juga al-Ma’mun dengan terang-terangan mengumumkan bahwa orang yang

paling mulia setelah Rasulullah adalah Ali ibn Abi T}alib. Peristiwa ini terjadi

pada tahun 211 H. Pada tahun 212 H ia juga mengumandangkan bahwa Ali

lebih utama dari pada Abu Bakar dan Umar ibn Khat}t}ab.18

Setelah diperhatikan riwayat-riwayat hadis di atas dinukil pada masa

pemerintahan Bani Abbas, terbukti dengan banyaknya perawi dari kalangan

khalifah Abbasiyah, seperti al-Mans}ur. Maka besar kemungkinan bahwa

riwayat ini dinukilkan dalam rangka membela penguasa Abbasiah, khususnya

Abbasiah yang berupaya menonjolkan penisbatan dirinya kepada Bani

Hashim. Dengan demikian harus dimengerti reaksi-reaksi Rasulullah

dihadapan sebagian orang terhadap bani Hashim diartikan dari sudut pandang

penghormatan beliau kepada orang-orang mukmin Hashimi dan para

penolongnya.

Karena kedudukan agung bani Hashim sebelum Islam dan juga

penisbatan mereka kepada Rasulullah, maka mereka memperoleh kedudukan

terhormat di mata kaum muslimin. Dalam dunia Islam kecintaan pada

keluarga Hashim sebagai keluarga Rasulullah telah menjadi budaya. Seperti

pembelaan kaum muslimin terhadap Abbasiyah sebagai Bani Hashim atau

17

Ibid., 245. 18

Ibid., 245.

Page 9: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

banyak dari pemerintahan muslim terbentuk dengan nama Hashimi.Termasuk

budaya yang masih ada sampai saat ini, adalah banyaknya penghormatan

kalangan ahl al-sunnah untuk kelompok-kelompok yang masyhur dengan sifat

Hashimi, di antaranya adalah banyaknya penghormatan kepada para Habaib

(anak cucu keturunan Rasulullah Saw) di Iran begitu pun di Indonesia.

2. Hadis tentang Pengkultusan Seseorang

Pada dasarnya, politik secara teori, seperti yang telah dirumuskan

beberapa pakar, tidak terdapat ajaran keburukan di dalamnya, mengingat

politik sendiri telah menjadi sebuah cabang ilmu. Teknis, tatacara, dan

langkah-langkah seorang pemimpin juga telah di rumuskan dalam bidang ilmu

ini. Namun dalam praktiknya, politik tidak terlepas dari kepentingan

kelompok yang ingin menguasai satu sama lain, sehingga tidak jarang

beberapa cara banyak dilakukan oleh seseorang demi mencapai tujuan yang

katanya tujuan bersama. Hal ini mungkin tidak asing lagi didengar, karena

telah menjadi kebisaan.

Seperti mencalonkan seorang pemimpin dari sebuah partai, maka sangat

diperlukan profil dari kandididat tersebut. Profil ini tentunya berisi prestasi-

prestasi yang dimiliki kandidat tersebut. Apalagi jika profil tersebut jelas-jelas

didukung dengan hadis. Namun terkadang partai politik menyalah gunakan

klaim hadis tersebut. Seperti yang terjadi saat akhir kepemimpinan dinasti

Umayyah. Banyak upaya yang dilakukan Bani Abbas untuk menumbangkan

Page 10: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

dinasti tersebut, diantaranya dengan mengumumkan profil seorang al-Saffah

yang telah diprediksi oleh Rasulullah dalam sabdanya:

ث نا جرير، عن العمش، عن عطي ث نا عثمان، قال عبد اهلل: وسمعتو أنا من عثمان، حد ة حد، عن أبي سعيد الخدري قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم:" يخرج عن د العوفي ا انقطاع من الزمان، وظهور من الفتن، رجل ي قال لو: السفاح، ف يكون إعطاؤه المال حث يا

"19

Dinarasikan oleh Uthman bahwa Abdullah mendengar dari Uthman dari

Jarir dari al-A’mash dari ‘At}iyah al-‘Aufi, dari Abi Sa’id al-Khudri

bahwa Rasulullah bersabda: ‚Akan muncul penguasa dari kalangan

keluargaku pada suatu zaman yang carut marut dan penuh dengan fitnah.

Dia disebut al-Saffah. Dia suka memberi harta dengan jumlah yang

banyak.‛

Riwayat di atas terdapat kitab Musnad Ahmad dan dikuatkan dengan

pendapat Ibn Jarir al-T}abari bahwa awal mula kekhalifahan Abbas adalah saat

Rasulullah memberitahukan kepada Abbas paman Rasulullah, sesungguhnya

kekhalifahan akan ada ditangan anak cucunya. Sejak itulah bani Abbas

membayangkan datangnya khalifah tersebut.20

Namun dalam riwayat Ahmad

juga dijelaskan bahwa hadis tersebut bersanad d}a’i>f.21

Tidak hanya khalifah al-Saffah, khalifah lain dari dinasti Abbasiyah juga

mendapat pengkultusan dengan sabda Rasulullah, al-Mans}ur (khalifah kedua)

dan al-Mahdi (khalifah ketiga), khalifah al-Mans}ur dalam riwayat disebutkan

bahwa ia dari keluarga Rasulullah;

19

Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, vol 18 (t.k: Mu’assasah al-Risalah, 2001), 274. 20

Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 204. 21 Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad…, Vol.18. 274.

Page 11: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

رني علي بن ، قال:أخب رنا عبد الرحمن بن محمد، قال: أخبرنا أحمد بن علي بن ثابت أخب ث نا محمد بن عثمان العبسي ، أحمد رنا أحمد بن سلمان النجاد، قال: حد الرزاز، قال: أخب

، عن ميسرة ي عني ابن ث نا فضيل بن مرزوق ث نا أبي، قال: حدث نا وكيع، قال: حد قال: حد، قال: من ا المنصور حب هال ي عني ابن عمر و عن سعيد بن جب ير ، عن ابن عباس يب عن المن

22ومنا السفاح ومنا المهدي .Dinarasikan oleh Abd al-Rahman, diceritakan oleh Ahmad ibn Ali ibn

Thabit berkata, menceritakan kepada kami Ali ibn Ahmad al-Razzaq

berkata, mengabarkan kepada kami Ahmad Ibn Salman al-Najjad,

menceritakan kepada kami Muhammad ibn ‘Uthman al-‘Absi,

menceritakan kepada kami Ayahku menceritakan kepada kami Waki’,

mencerikana kepada kami Fud}ail ibn Marzuq dari Maysarah yaitu Ibn

Habib dari al-Minhal yaitu Ibn Amr dari Sa’id ibn Jabir dari Ibn Abbas

berkata bahwa ‚Dari keluarga kami ada al-Saffah, al-Mansur dan al-

Mahdi.‛

Dalam kitab al-Muntad}am karya ibn al-Jawzi dijelaskan bahwa hadis ini

diriwayatkan secara marfu>’, namun jika dikatakan mawqu>f itu lebih sah.23

Ada

pula yang menjelaskan bahwa hadis di atas bersanad s}ah}i>h} seperti yang

dikemukakan oleh al-Dhahabi. Namun ia juga memberikan status munkar

pada hadis tersebut.24

Selain riwayat diatas terdapat riwayat lain yang

menjelaskan tentang kemampuan-kemampuan terbaik para khalifah. Riwayat

tersebut dinisbahkan kepada Rasulullah.

ث نا محمد بن المظفر، يد اللو النجار، قال: حد يد اللو بن محمد بن عب رنا عب قال: أخب رني الحسن بن علي الجوىري ثني محمد بن جعفر بن أحمد بن عمر الناقد.وأخب ، حدث نا الحسن بن أحمد العطاردي رنا علي بن محمد بن أحمد الوراق، قال: حد ، قال: أخب

22

Ibn al-Jawzi, Al-Muntaz}am fi Ta>ri>kh al-Mamlu>k wa al-Ima>m, Vol. 8 (Beirut: Da>r al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1992), 205. 23

Ibid. 24

Al-Dhahabi, Ta>ri>kh al-Isla>m wa Wafaya>t al-Masha>hir wa al-A’la>m, Vol.10, (Beirut: Da>r al-

Kita>b al-‘Arabi>), 436 .

Page 12: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

ث نا محمد بن جابر ، عن العمش، عن أبي ث نا إسحاق بن أبي إسرائيل، قال: حد قاال: حدمنا القائم، "وداك، عن أبي سعيد ، قال: سمعت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول: ال

ا فيه ومنا المنصور، ومنا السفاح، ومنا المهدي ، فأما القائم ف تأتيو الخلفة لم ي هرق ، وأما المنصور فل ت رد لو راية، وأما السفاح ف هو يسفح المال والدم ، وأما محجمة من دم

25المهدي ف تمأل بو الرض عدال كما ملئت ظلماا "Menceritakan kepada kami Ubaydillah ibn Muhammd ibn Ubaydillah al-

Najjar berkata, menceritakan kepada kami Muhammad al-Mudaffir dari

Muhammad ibn Ja’far ibn Ahmad ibn Umar al-Naqid, dari al-Hasan ibn

Ali al-Jawhari, berkata dari Ali Ibn Muhammada ibn Ahmad al-Warraq

dari al-Hasan ibn Ahmad al-‘Ut}aridi, keduanya berkata dari Ishaq ibn

Abi Israil, dari Muhammad ibn Jabir dari al-A’mash dari Abi al-Waddak

yang dinarasikan oleh Abi Sa’id al-Khudri bahwa ia mendengar

Rasulullah bersabda: ‚Dari keluarga kami akan ada al-Qaim, al-Mans}ur,

al-Saffah dan al-Mahdi yang bernama al-Qaim kepadanya akan

dianugerahkan kekhalifahan dan tidaka ada sattu tetespun darah yang

mengalir di masa kekhalifahannya. Sedangkan al-Mans}ur benderanya

tidak akan ditentang, adapun al-Saffah adalah orang yang

menghamburkan harta dan menumpahkan darah, sedangkan al-Mahdi

adalah orang yang memenuhi dunia dengan keadilan setelah sebelumnya

dipenuhi kezaliman.‛

Khalifah ketiga dari dinasti Abbasiyah adalah al-Mahdi. Dalam riwayat

sebelumnya telah diceritakan bahwa ia memenuhi dunia ini dengan keadilan.

Selain itu riwayat yang menjadi salah satu penguat posisi kekhalifahan al-

Mahdi adalah dengan justifikasi bahwa ia merupakan keturunan Rasulullah

yang nama dirinya dan ayahnya sama dengan nama Rasulullah dan ayahnya;

25

Khatib al-Baghdadi, Ta>ri>kh Baghdad, vol. 11 (Beirut: Da>r al-Gharb al-Islami>, 2002), 47; al-

Dhahabi, Mi>za>n al-I’tida>l, vol. 3 (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1963), 498. Status mengenai hadis di

atas tidak dijelaskan hanya saja hadis ini termkatub dalam kitab Kanz al-‘Umma>l. dalam kitab

tersebut tidak disebutkan sanad hadis secara berurutan. Ali ibn Hisam al-Din, Kanz al-‘Umm>al fi Sunan al-Aqwa>l wa al-Af’a>l, Vol.14, (t.k: Muassasah al-Risalah, 1981), 270.

Page 13: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

ث نا ث نا سفيان حد ثني أبي قال: حد ، قال: حد يد بن أسباط بن محمد القرشي الكوفي عب يو الث وري ، عن عاصم ابن ب هدلة، عن زر، عن عبد اللو قال: قال رسول اللو صلى اللو عل

26ال تذىب الد ن يا حتى يملك العرب رجل من أىل ب يتي ي واطئ اسمو اسمي»وسلم:

Dinarasikan ‘Ubaidillah ibn Asbat} ibn Muhammad al-Qurashi al-Kufi

berkata menceritakan kepada kami Sufyan al-Thauri dari ‘As}im ibn

Bahdalah dari Rizzin dari Abdullah Bahwa Rasulullah bersabda: ‚Tidak

akan pergi (kesenangan) Dunia sehingga Arab itu dipimpin oleh seorang

laki-laki dari keluargaku yang nama serupa dengan namaku.‛

Hadis di atas berstatus hasan s}ah{i>h} menurut al-Albani. Namun terdapat

pula riwayat lain yang menyatakan bahwa al-Mahdi, namanya menyerupai

namaku, sedangkan nama ayahnya sama dengan nama ayahku.27

Prediksi yang

diungkapkan Rasulullah melalui sabdanya tentang al-Mahdi adalah benar.

Terbukti karena nama lahir al-Mahdi adalah Muhammad ibn Abdullah yang

serupa dengan Nabi, sedangkan nama ayahnya adalah Abdullah (al-Mans}ur)

sama seperti nama ayah Rasulullah.28

Periwayatan hadis tentang pengkultusan seseorang yang murni untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, sangat jarang sekali. Pengkultusan

seseorang, apalagi ia adalah orang yang memiliki pengaruh di sebuah daerah,

maka motif ini terkait dengan kepentingan kelompok atau partai tertentu.

Namun terdapat arguentasi lain yang menyatakan bahwa motif kedunian juga

26

Al-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, vol. 4 (Mesir: Mustafa> al-Ba>bi> al-Halabi>, 1975), 505; Abu

Dawud, Sunan Abu Dawud, vol. 4 (Beirut: Maktabah al-‘Is}riyyah, t.t), 106; Ahmad Ibn Hanbal,

Musnad Ahmad…, vol. 6, 42. 27

Ibn Hibban, S}ah}i>h> Ibn Hibban, Vol. 13 (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1988), 237; al-Hakim,

Mustadrak ‘Ala> al-S}ah}i>h}ayn, vol. 4 (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990), 488. 28

Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 216.

Page 14: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

menjadi sebab beredar pengkultusan seseorang. Pendapat ini dikemukakan

oleh al-Din al-Adaby yang dikutip oleh M. Shuhudi Isma’il.29

3. Hadis tentang Perselisihan Teologi Negara

Pada saat itu Dinasti Abbasiah sedang berada di puncak kejayaan di

bawah pimpinan khalifah al-Ma’mun. Khalifah yang memiliki kecenderungan

pada pemikiran rasionalis, filsafat dan ilmu pengetahuan yang saat itu banyak

didengungkan oleh pemikir-pemikir Mu’tazilah. Argumen rasional yang

dikumandangkan para pemikir Mu’tazilah ternyata mendapat respon dari

Khalifah. Karena ketertarikan tersebut, al-Ma'mun menjadikan aliran

Mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara. Peresmian ini didasarkan atas adanya

kesamaan pandangan khalifah yang rasional, berpikir logis dengan konsep

Mu’tazilah yang mengutamakan pemikiran rasional pula.30

Faktor yang lain yang mempengaruhi pemahaman al-Ma’mun tentang

ketuhanan adalah diterjemahkannya literatur-literatur Eropa tentang filsafat

ke dalam bahasa Arab pada masa al-Ma’mun. Sehingga pemikiran-pemikiran

barat mulai masuk di dunia Islam. Tidak jarang penganut ajaran ini dikafirkan

oleh kelompok lain, karena tindakannya lebih mengutamakan logika dari pada

nash yang telah menjadi umat sebelumnya.

29

M. Shuhudi Ismma’il, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 105. 30

Khalifah ini adalah seorang pemimpin yang menyukai pengembangan ilmu pengetahuan dan

filsafat. Pada masanya terjadi upaya penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan yang berasal

dari Barat ke dalam Islam. Khalifah ini menyediakan dana besar bagi siapa yang mampu

menerjemahkan buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Ia juga mendirikan lembaga

Baitul Hikmah sebagai sarana kegiatan itu. Philip K. Hitty, History of the Arabs, (London:

Macmillan Press, 1970), 310.

Page 15: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

Al-Ma’mun sebagai orang yang berkuasa, merasa berkewajiban

meluruskan keyakinan umat Islam karena menurutnya keyakinan

masyarakat sudah menyimpang dari akidah yang benar. Oleh sebab itu,

keyakinan umat Islam itu harus diuji yang dalam istilah agama disebut

mihnah atau inquisition.31

Langkah yang dilakukan al-Ma’mun adalah mensosialisasikan paham

khalq al-Quran ke dalam masyarakat. Upaya ini berlangsung cukup lama,

sampai enam tahun, namun mihnah tidak dilaksanakan karena atas

pertimbangan Yahya ibn Aqsam ketua Mahkamah Agung di masa itu,

dikhawatirkan terjadi perpecahan dan kekacauan dalam masyarakat. Setelah

jabatan Mahkamah Agung dijabat oleh Ibn Abi Du’wad,32

upaya untuk

menyeleksi keyakinan umat itu muncul kembali. Atas saran Mahkamah

Agung itu al-Ma’mun berupaya menyeleksi akidah umat.33

Orang yang pertama diuji adalah para hakim kemudian ahli Hadis dan

ahli fikih, yang ada disetiap daerah kekuasaan dinasti Abbasiyah. Setelah

diuji oleh gubernur masing masing, mereka diuji langsung oleh Khalifah.

31

Istilah mihnah diambil dari kata mahana yang berarti menguji paham keagamaan yang

menyimpang dari aslinya. Dalam agama Kristen peristiwa serupa juga pernah terjadi yang

disebut dengan inkuisition yaitu pengadilan untuk mencari dan menghukum orang yang

menyimpang dari agama yang didirikan oleh Gereja Katolik Roma pada abad 13 dan berakhir

pada abad 19. Lihat James Hastings (Ed.) Encyclopaedia of Religion and Ethic, (New York:

t.p, t.t) jilid viii, 320. Lihat juga Pattes Salim, The Contemporary English- Indonesian Dictionary, (Modern English Press, 1987), 971. 32

Ahmad ibn Abi Duwad adalah seorang qadhi al-qudhah yang memiliki otoritas besar selama

tiga jabatan kekhalifahan; al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Watsiq. Dialah yang mengamankan

kebijakan mihnah selama tiga jabatan itu khalifah itu. Dialah orang pertama yang berani

membuka pembicaraan itu dengan khalifah, tidak ada orang qadhi yang mampu sebelum dia,

bahkan Khalifah al-Mu‟tasim begitu mempertimbangkan pikiran-pikirannya, seolah-olah khalifah

berada di bawah pengaruhnya. Aminuddin, dkk, Sejarah Pemikiran dalam Islam, (Jakarta:

Pustaka Antara, 1996). 79. 33

Philip K. Hitti, History of The Arabs..., 429.

Page 16: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

Diantara hakim, Fuqaha’ dan ahli hadis yang diuji saat itu adalah Ahmad ibn

Hanbal, Bishr ibn al-Walid al-Kindi, Ubaidillah ibn Amr, al-Qawariri, Ali ibn

al-Ja’di, Qutaybah ibn Sa’id, Ibn al-Hars dan yang lainnya.34

Ahli Hadis dan

ahli fikih pada waktu itu mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat.

Dalam pandangan al-Ma’mun kalau mereka mengakui al-Quran makhluk tentu

banyak rakyat yang mengikuti ajaran ini.35

Para ahli Hadis yang menjawab bahwa al-Quran makhluk karena mereka

merasa terancam dengan hukuman berat yang dijatuhkan jika jawaban mereka

bertentangan keinginan khalifah. Hal ini tercermin dari ucapan Yahya ibn

Mu’in bahwa ia menjawab al-Quran makhluk karena takut dibunuh.36

Namun

terdapat sebagian dari mereka seperti Ahmad ibn Hanbal Muhammad ibn Nuh

tidak mau mengubah pendiriannya. Kemudian ia dibelenggu dan dikirim

bersama ulama lainnya kepada al-Ma’mun di Tarsus. Namun sebelum mereka

sampai di Tarsus, al-Ma’mun meninggal. Kematian al-Ma’mun tidak

menjadikan terbebasnya Ahmad Ibn Hanbal karena ia dianggap sebagai tokoh

penting yang menentang paham al-Quran itu makhluk. Ujian pun dilanjutkan

pada masa pemerintahan al-Mu’tasim. Karena keras pendirian, Ahmad ibn

Hanbal didera dan dimasukkan ke dalam penjara.

Isu demikian bukan lagi menjadi rahasia. Keinginan al-Ma’mun

menyatukan paham ketuhanan yang sebelumnya dianggap telah menyimpang

dari pemahaman sebenarnaya semakin kuat. Untuk menentang fanatisme

34

Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 247. 35

Harun Nasution, Teologi Islam, Analisa Perbandingan, (Jakarta : UI Press 1972), 63 36

Aminuddin, dkk. Sejarah Pemikiran dalam Islam…, 80.

Page 17: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

teologi negara, diantar mereka ada yang membuatkan pernyataan yang

dikatakan sebagai ungkapan Rasulullah, padahal Nabi sendiri tidak

mengatakan apa yang mereka katakan sebagai ungkapan Rasulullah itu.

Munculnya ungkapan dalam bentuk riwayat tersebut dari orang-orang yang

memiliki sikap fanatisme tinggi terhadap ajaran tauhid, yang kualitas

kepribadiannya tergolong sebagai orang-orang yang tidak memiliki moralitas

dalam beragama. Adapun perkataan yang disandarkan kepada Rasulullah

sebagai berikut;

ث نا أبو رنا أحمد بن علي المحتسب، أخبرنا الحسن بن الحسين الفقيو الهمداني، حد أخب ث نا محمد بن عبد بن ، حد عامر السمرق ندي ، حدثنا قتيبة نصر محمد بن ىارون الن هرواني

ث نا عبد اللو بن لهيعة، عن أبي الز ب ير، عن جابر . قال: قال رسول اللو صل ى بن سعيد، حد 37من قال القرآن مخلوق ف قد كفر اللو عليو وسلم:

Menceritakan kepada kami Ahmad ibn Ali al-Mustahib, menceritakan

kepada kami al-Hasan ibn al-Husayn al-Faqih al-Hamdani,

menceritakan kepada kami Abu Nas}r Muhammad ibn Harun al-

Nahrawani menceritakan kepada kami Muhammad ibn Abd ibn Amir

al-Samarqandi menceritakan kepada kami Qutaybah ibn Sa’id dari

Abdullah ibn Lahi’ah dari Abi Zubayr yang Dinarasikan oleh Jabir

bahwa Rasulullah bersabda: ‚Barang siapa yang mengatakan bahwa al-

Quran adalah Makhluk, maka sungguh ia kafir‛

Hadis ini tidak benar berasal dari Rasulullah. Karena redaksi demikian

tidak termuat dalam kitab hadis melainkan dalam kitab sejarah yang

diriwayatkan untuk menentang paham teologi tersebut. Selain periwayatan

yang dilakukan sebagai bentuk sikap penolakan terhadap teologi yang akan

diresmikan oleh dinasti, rawi yang meriwayatkan hadis ini mendapat kritik

37

Khatib al-Baghdadi, Ta>ri>kh Baghdad…,vol. 3, 193.

Page 18: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

yang kurang baik oleh kritikus hadis. Disebutkan bahwa Musa ibn Ibrahim

adalah orang yang matru>k.38

B. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Hadis Politik pada Masa Dinasti

Abbasiyah (132 H.-232 H.)

Sulit memisahkan antara status hadis politik dengan hadis mawd{u>, kerena

banyak yang beranggapan hadis politik selalu include pada hadis mawd}u>’.

Anggapan tersebut disebabkan karena banyaknya yang menggunakan hadis untuk

kepentingan kelompok dan klaim kebenaran, walau pun pada kenyataannya

banyak hadis politik yang berstatus s}ah{ih}. Sehingga faktor-faktor yang

mempengaruhi munculnya hadis politik dan hadis mawd}u>’ secara umum, selalu

sama, yaitu kepentingan kelompok.

Berkenaan dengan munculnya hadis palsu menurut Umar Fallatah bahwa

buku-buku sejarah yang mencurahkan perhatian terhadap setiap peristiwa baik

yang besar maupun yang kecil tidak pernah mencatat sebuah peristiwa tentang

yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menentukan awal adanya pemalsuan hadis.

Paling tidak buku-buku tersebut hanya memuat informasi umum bahwa sebagian

besar yang berumur panjang, juga para tabi’in mulai tidak menerima semua hadis

yang mereka dengar.39

Di antara data yang menguatkan argument Fallatah di atas adalah riwayat

Muslim dalam kitab Muqaddimah-nya dari Muhammad ibn Sirin. Ia menulis

bahwa dahulu tidak ada yang bertanya tentang sanad, namun setelah banyaknya

38

Ibid. 39

Umar Fallatah, Al-Wad}’u fi> al-H}adi>th, (Damaskus: Maktabah al-Ghazali>, 1401 H), 180

Page 19: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

fitnah, maka kami tanyakan siapa guru-guru kalian. Kemudian diseleksi, jika ia

berasal dari ahl al-sunnah, maka ia mengambilnya, dan jika dari ahl al-bid’ah, dia

menolaknya. Meskipun pemalsuan hadis tampak pada masa tabi’in, namun hadis

ini kemungkinan muncul pada sepertiga akhir abad pertama.40

Melihat kenyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sebab kemunculan

hadis mawd}u>’ adalah terpecahnya umat Islam serta kepentingan masing-masing

kelompok. Tidak jauh berbeda dengan hadis mawd}u>’, sebab munculnya hadis

politik pun demikian. Karena banyaknya pendapat yang menyatakan bahwa hadis

politik selalu include pada hadis mawd}u>’. Namun yang mempengaruhi dinamika

hadis politik tersebut berbeda. Hal ini karena zaman tidaklah stagnan, serta

kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang. Oleh karena

itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika hadis politik masa dinasti

Abbasiya:

1. Kondisi Sosial Politik

Kondisi sosial politik memang tidak dapat dipisahkan dengan dinamika

hadis politik saat itu, karena kondisi sosial politik merupakan bagian vital

yang mempengaruhi dinamika hadis politik. Terbukti dengan dengan gejolak

politik pada awal berdirinya dinasti Abbasiyah, dan kondisi umat Islam telah

terpecah dalam beberapa kelompok, karena perbedaan pemahaman. Di antara

kelompok saat itu adalah Shi’ah, bani Abbas, bani Umayyah, dan non Arab

yang mendapatkan perlakuan kurang baik oleh dinasti Umayyah. Akibat

40

Ibid., 180 dan 202.

Page 20: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

gejolak politik tersebut, masing-masing kelompok ingin menguatkan

eksistensinya. Apalagi ditemukan ungkapan atau pun dalil yang menyinggung

khususnya membela gerakan politiknya. Dalil atau pun ungkapan tersebut

semakin sering didengungkan untuk mempengaruhi massa dan memperoleh

banyak pendukung.

Seperti yang disebutkan sebelumnya mengenai hadis sebagai justifikasi

kelompok seperti Shi’ah yang menganggap dirinyalah yang berhak memegang

kepemimpinan khilafah serta mengunggulkan pemimpin mereka. Melihat hal

itu, kelompok lain pun juga ikut menjustifikasi keberadaan dirinya dengan

menyandarkan perkataan kepada Rasulullah. Seperti bani Abbasi yang

mengatas namakan bani Hashim dalam orasi nasionalismenya agar mendapat

dukungan dari ‘Alawiyyin, sehingga menumbangkan dinasti Umayyah yang

berkuasa saat itu.41

2. Perbedaan Pemahaman Aqidah (Teologi)

Sebagaimana perbuatan kelompok di bidang politik, maka di bidang

aqidah pun banyak mengambil sikap fanatik terhadap madhab masing-masing,

sehingga mempengaruhi dinamika hadis politik saat itu. Seperti ungkapan

yang disandarkan kepada Nabi tentang orang yang mengatakan bahwa al-

Quran itu makhluk, maka ia adalah kafir.42

Adapun yang mempengaruhi

timbulnya ungkapan demikian adalah, perbedaan dalam memahami keyakinan

yang pada dasarnya sama, yaitu Islam.

41

Ghulam Reza Awani, Islam Iran dan Peradaban…, 238. 42

Lihat Khatib al-Baghdadi, Ta>ri>kh Baghdad…,vol. 3, 193.

Page 21: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

Perbedaan tersebut membuat khalifah mengambil sikap tegas untuk

menyatukan pemahaman mengenai aqidah. Namun ada beberapa cara khalifah

(saat itu dipimpin oleh al-Ma’mun) yang kurang disenangi masyarakat.43

Sehingga penyatuan aqidah tersebut ditolak, karena paham tersebut dianggap

tidak sesuai dengan keyakinan yang telah lama dan menurut mereka berbeda

dengan para pendahulunya. Maka timbullah pembelaan atas keyakinan yang

mereka yakini selama ini, dan menjustifikasi pemahaman yang berbeda

dengan dirinya adalah kafir. Diantara pembelaan yang mereka lakukan adalah

dengan menyandarkan ungkapan yang mengklaim orang lain salah atas nama

Rasulullah.

3. Kepentingan Kultus Individu

Sebagai salah satu sarana untuk mensukseskan kepemimpinan

Abbasiyah, yaitu dengan mengangkat profil kandidat seorang pemimpin.

Tentunya profil tersebut harus mengangkat kelakuan kebaikan seorang

kandidat dengan prestasi-perstasi yang pernah diraih. Untuk menguatkan

profil tersebut, banyak cara yang dilakukan, seperti menggunakan ungkapan

yang disandarkan kepada Rasulullah. Sehingga status kandidat semakin kuat

di mata masyarakat. Hal ini dilakuakn karena kondisi masyarakat saat itu

sangat sensitif terhadap agama, sehingga pengkultusan seseorang atas dasar

agama sangat menggugah dan mempengaruhi keyakinan mereka. Seperti;

43

Al-Suyut}i, Tari>kh Khulafa>’…, 247.

Page 22: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

عن أبي سعيد الخدري قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم:" يخرج عند انقطاع من 44ل ي قال لو: السفاح، ف يكون إعطاؤه المال حث ياا "الزمان، وظهور من الفتن، رج

Dari Abi Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah bersabda: ‚Akan muncul

penguasa dari kalangan keluargaku pada suatu zaman yang carut marut

dan penuh dengan fitnah. Dia disebut al-Saffah. Dia suka memberi harta

dengan jumlah yang banyak.‛

Riwayat yang disandarkan kepada Nabi tersebut muncul untuk

pengkultusan seorang pemimpin, dengan menyatakan bahwa pemimpin

tersebut telah diprediksi oleh Rasulullah. Sehingga mereka merasa tergugah

untuk merebut haknya. Kultus individu tersebut tidak lain untuk menguatkan

profil kandidat dinasti Abbasiyah, dan salah satu dari berbagai strategi

menumbangkan dinasti Umayyah.

4. Fanatisme Kesukuan

Emosi-emosi anti Arab dan pemihakan terhadap mawa>li> yang banyak

dilupakan oleh peneliti. Karena emosi-emosi yang mengkristal dalam orasi

nasionalisme ini mengarah kepada ketidakpuasan kaum muslim non-Arab

terhadap mereka, terutama pada akhir dinasti Umayyah. Terdapat hadis yang

disandarkan kepada Nabi yang menyatakan, ‚Kehancuran orang-orang Arab

akan tiba bila anak-anak perempuan dan laki-laki Iran mencapai usia baligh.‛45

Menurut Bernard Lewis yang dikutip oleh Awani bahwa hadis ini palsu, tetapi

44

Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, vol 18 (t.k: Mu’assasah al-Risalah, 2001), 274. 45

Ali ibn Hisham al-Muttaqi, Kanz al-‘Umma>l, Vol. 6 (t.k: Muassasah al-Risalah, 1981), 214-215.

Page 23: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

sebagaimana kebanyakan hadis palsu, secara persis mencerminkan

permasalahan dan problem yang terlontar pada masanya.46

Sehingga banyak yang menyatakan bahwa hasil murni dan penuh dari

revolusi bani Abbasiyah adalah lenyapnya unsur Arab dan digantikan oleh

mawa>li> (non-Arab). Pendapat ini dipertegas dengan strategi militer Abu

Muslim yang menulis nama kota dan desa asal tentara di kantor pencatat

untuk pembayaran hak militer sebagai ganti penyebutan independensi

kesukuan yang sebelumnya telah dibiasakan.47

Fanatisme kesukuan ini yang mempengaruhi dinamika hadis politik saat

itu. Perlakuan diskriminasi bani Umayyah terhadap non-Arab membuat emosi

mereka mengkristal. Sehingga dinamika hadis politik mengarah pada

justifikasi fanatisme kesukuan, khususnya menguatkan suku masing-masing,

antara suku Persia dan suku Arab saat itu.

Duduknya bani Abasiyah di kursi Khilafah disertai kedatangan mawa>li>

(mayoritas non-Arab) dan mengaplikasikan kembali dinamika Islam dengan

realitas kekauman, geografis, dan kultural kelompok, serta golongan muslim

dan seluruhnya mengarah kepada terbitnya masa keemasan peradaban Islam.

C. Relevansi Hadis Politik dengan Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Tidak diragukan bahwa hadis-hadis politik menimbulkan relevansi

(hubungan) khususnya di bidang politik, sehingga berdampak pula pada kaum

muslimin khususnya dinasti Abbasiyah. Pendapat ini diperkuat dengan

46

Ghulam Reza Awani, Islam, Iran, dan Peradaban…, 238. 47

Ibid.

Page 24: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

memperhatikan betapa besar perhatian ulama, terutama pada abad pertengahan

terhadap hadis-hadis politik dalam perbedaan pandangan politik mereka. Abu

Zahrah mengemukakan bahwa perbedaan para ualam mengenai persoalan politik

meliputi; 1) bolehkah mendirikan dua kekhalifahan, 2) belehkan pemimpin selain

Quraysh, 3) bolehkah pemimpin melakukan dosa besar, dan 4) bolehkah

mendirikan khalifah di luar Quraysh.48

Kenyataan ini lebih menarik dengan adanya data faktual bahwa dinasti-

dinasti Islam masa awal sampai pertengahan menjadikan Quraysh sebagai

justifikasi teologis. Dan data sejarah yang ada menggambarkan bahwa kekuasaan

politik dinasti Islam, sebagian besar di bawah ahl al-Sunnah ahl al-Sunnah yang

mempunyai kepentingan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan umat di

bawah al-Jama’ah, sehingga kehadiran hadis politik yang menyerukan kepasifan

mutlak dan isolasionisme sebagai pengimbang gerakan para oposan, dirasakan

sangat menguntungkan.

Oleh karena itu, hubungan timbal balik hadis-hadis politik dengan

pemerintahan dinasti Abbasiyah (tidak bermaksud membesar-besarkan), telah

melahirkan prinsip yang wajar dan bahkan merupakan bagian permanen dari

keyakinan Sunni, yakni memiliki pemerintahan dan bagaimana pun bentuknya

adalah lebih baik daripada tidak memiliki pemerintahan. Prinsip ini dapat dilihat

dari perilaku orang Sunni yang selalu menjadi pendukung setiap pemimpin

politik. Relevansi di atas merupakan pengaruh umum dari hadis politik. Adapun

dampak khusus tehadap kekhalifahan Abbasiyah adalah:

48

Abu Zahrah, 23.

Page 25: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

1. Pengagungan terhadap Bani Hashim

Salah satu bentuk implikasi hadis politik yang langsung bersentuhan

dengan pergolakan dan kebijakan politik yang diterapkan dinasti Abbasiyah

adalah kedudukan agung bani Hashim. Sebelum Islam bani Hashim juga

mendapat pengakuan bahwa bani tersebut diagungkan oleh yang lain, apa lagi

setelah adanya Rasulullah.49

Mereka memperoleh kedudukan terhormat dalam

pandangan kaum muslimin. Kecintaan dengan keluarga Hashim sebagai

keluarga Rasulullah dalam dunia Islam merupakan kebudayaan yang marak.

Contoh dari hal ini adalah pembelaan kaum muslimin terhadap Abbasiah

sebagai Bani Hashim atau banyak dari pemerintahan muslim terbentuk dengan

nama Hashimi.

Selain berdampak pada dinasti Abbasiyah, termasuk juga karakteristik

budaya ini, adalah banyaknya penghormatan kalangan ahl sunnah untuk

kelompok-kelompok dalam dunia Islam yang masyhur dengan sifat Hashimi,

di antaranya adalah banyaknya penghormatan kepada para Habaib (anak cucu

keturunan Rasulullah Saw). Saat ini pun di Indonesia keturunan Rasulullah

yang biasa disebut habib itu masih mendapat penghormatan dari rakyat.

2. Terbukukannya Ajaran Teologi

Selain pengagungan terhadap bani Hashim, muncul juga sikap fanatik

terhadap ajaran teologi. Pemahaman katuhanan pada masa dinasti Abbasiyah

mengalami pergolakan yang sangat dahsyat saat kepemimpinan al-Ma’mun.

49

Ghulam Reza Awani, Islam, Iran, dan Peradaban…, 240.

Page 26: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

al-Ma’mun yang terkenal dengan pengagum rasio mulai menerjemahkan

karya-karya filsafat Eropa ke dalam bahasa Arab. Pemahaman Mu’tazilah

yang dianut oleh al-Ma’mun mulai disosialisakan. Namun menuai respon

negatif dari masyarakat. Banyak di antara mereka yang mengkafirkan satu

dengan yang lainnya.

Namun disamping gejolak politik pada masa pemerintahan al-Ma’mun,

terdapat dampak positifnya yang ditemukan, yaitu terbukukannya ilmu kalam,

yang menetapkan akidah melalui akal dan logika. Sehingga dampak positif ini

sangat membantu dalam menghadapi orang-orang Persia yang baru masuk

Islam. Dalam sebuah keterangan dikemukakan bahwa kaum Persia lebih

senang menggunakan argumentasi rasional-logis.50

Namun jika hanya bersandar pada akal dalam permaslahan akidah dapat

memicu penyimpangan. Karena akal itu terbatas, sedangkan akidah memuat

hal-hal gaib yang hanya bisa ditetapkan teks yang sahih, baik Al-Quran

maupun sunnah.

3. Lenyapnya Unsur Arabisme

Saat kepemimpinan Bani Umayyah warga non-Arab tidak memiliki

ruang gerak aktif dalam pemerintahan. Meraka terisolasi, dan mengakibatkan

ketidakpercayaan bahkan kebencian dan permusuhan terhadap pemerintah.

Dari kekesalan tersebut sehingga ada beberapa upaya diantara menyandarkan

sebuah riwayat kepada Rasulullah yang menyatakan;

50

Ibid.

Page 27: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

ث نا عمران بن موسى قال حدث نا أن بأنا عمر الفارسي قال أنبأنا أبو أحمد بن عدي قال حدث نا عمر بن موسى بد الرح عموسى بن الس ندي قال حدثنا عثمان بن من الطرايقي قال حد

اهلل إن لى اللو عليو وسلم: رسول اهلل ص قال م عن أبي أمامة قال بن وجيو عن القاس 51بالفارسية ى ح الو ل ز نأ ى ض إذا غضب أن زل الوحي بالعربية، وإذا ر ل ج و ز ع

Menceritaan kepada kami Umar, menceritakan kepada kami Abu Ahmad

ibn ‘Adi menceritakan pada kami Imran ibn Musa, menceritaan kepada

kami Musa al-Sindi menceritakan kepada kami Uthman ibn Abd al-

Rahman al-Taraqi, menceritakan kepada kami Umar ibn Musa ibn Wajih

dari al-Qasim, dari Abi Umamah bahwa Rasulullah bersabda:

‚Sesungguhnya jika Allah marah maka ia menurunkan wahyunya dengan

bahasa Arab, dan ketika Ia rela, maka ia menurunkan wahyunga dengan

berbahasa Persia.‛

Ibn al-Jawzi memasukkan hadis tersebut dalam kitab al-Mawd}u’a>t-nya.

karena hadis ini merupakan riwayat yang disandarkan pada Rasulullah, namun

matn-nya yang menunjukkan diskriminasi terhadap suatu bangsa. Dan hal

tersebut tidak akan mungkin dilakukan oleh Rasulullah. Sehingga status hadis

tersebut dikategorikan mawd}u>’. Sesuai dengan kondisi saat itu, dimana hadis

tersebut muncul dan mulai didengungkan saat akhir dan jatuhnya dinasti

Umayyah. Jatuhnya Bani Umayyah memunculkan pandangan dan cakrawala

bangunan baru terhadap mawa>li> dan membuka gerbang bagi orang-orang Iran

untuk berpartisipasi secara aktif di seluruh bidang dan tugas pekerjaan

khalifah.52

Perkembangan lembaga kementrian di era dinasti Abbasiyah di bawah

pengaruh sistem administratif non-Arab (Persia). Mereka memikul tanggung

jawab dan kewajiban penting administratif, finansial, dan militer. Jika bani

51

Ibn al-Jawzi, al-Mawd}u’a>t, vol. 1, (Madinah: Maktabah al-Salafiyyah, 1968), 111. 52

Ghulam Reza Awani, Islam, Iran, dan Peradaban…, 240.

Page 28: diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab 4.pdfDiriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi dalam bab keutamaan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

Umayyah memilih orang-orang pilihan dan elite instansinya dari kalangan

Arab, maka para khalifah pertama Bani Abbasiyah memilih kaum elitnya dari

kalangan orang-orang Iran. Pada masa Harun al-Rashid ketika keluarga al-

Barmaki yang terkenal mencapai puncaknya. Keluarga al-Barmaki selama 17

tahun berpegang erat kepada pemerintahan Islam, tetapi jatuhnya mereka

tidak memberikan pengaruh sebaliknya terhadap urgensi orang-orang Persia

dalam instansi administratif khilafah, signifikansi dan superioritas elemen

masih tetap berlanjut di seluruh periode khalifah.53

Hanya saja setiap

kepemimpinan memiliki kecenderungan masing-masing untuk melindungi

kekuasaannya. Seperti awal kepemimpinan Abbasiyah cenderung pada orang-

orang Persia. Sehingga orang-orang Persia lebih dominan dalam

kepemimpinan fase awal dinasti Abbasiyah. Setelah kepemimpinan di tangan

al-Mutawakkil, kecenderungan khalifah mulai berubah, yaitu mempercayakan

khalfah pada orang-orang Turki.

53

Ibid. 235.