diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab...
Transcript of diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut ...digilib.uinsby.ac.id/4038/7/Bab...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
BAB IV
HADIS POLITIK DAN PEMERINTAHAN DINASTI ABBASIYAH
A. Hadis-Hadis Politik
1. Hadis tentang Keutamaan Bani Hashim
Berdasarkan kondisi sosial politik yang ada pada masa awal berdirinya
Abbasiyah, dinasti ini mencoba merangkul berbagai fraksi politik,
diantaranya adalah ‘Alawiyyin atau yang biasa disebut dengan Syi’ah.
Kelompok ini bermukim di Kufah dekat Humaymah yang merupakan
ibukota pertama Abbasiyah. Terbukti dalam suatu riwayat diceritakan
bahwa pada suatu hari Abdullah ibn Hasan menemui al-Saffah, sedangkan
majelisnya dipenuhi dengan pembesar Bani Hashim, kaum Shi’ah dan yang
lainnya.1
Dalam majelis tersebut Abdullah ibn Hasan berkata pada al-Saffah
dengan membawa al-Quran, ‚Wahai Khalifah, berikanlah hak kami yang
telah Allah tentukan untuk kami dalam al-Quran.‛ Al-Saffah pun menjawab,
‚Sesungguhnya Ali, kakekmu adalah orang yang lebih baik dan lebih adil
dariku. Saat ia menjadi khalifah apakah kakekmu itu pernah memberikan
uang kepada hasan dan Husain? Maka yang wajib bagi saya adalah
memperlakukanmu sebagaimana ia lakukan terhadap keduanya. Jika saya
1Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 245.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
melakukan seperti itu, maka saya telah berlaku adil dan jika saya melebihi
apa yang dia lakukan maka hal ini bukan balasanku kepadamu?‛2
Pertemuan tersebut tidak lain membahas tentang strategi untuk
menumbangkan kekuasaan Umayyah yang telah dipandang tidak sejalan
dengan aturan agama. Penumbangan dinasti Umayyah oleh mereka dikaitkan
dengan sabda Nabi tentang keturunan bani Hashim yang dijustifikasi sebagai
pewaris kekuasaan dan lebih berhak dari pada bani yang lainnya. Dalam hal
ini terdapat riwayat Rasulullah bahwa suatu ketika Rasulullah keluar dari
rumahnya, beliau keluar dengan sangat gembira dan masyarakat kemudian
mempertanyakan penyebab kegembiraan itu, beliau menjawab bahwa Jibril
datang sebagaimana perintah Allah dan menyampaikan, Allah memilih tujuh
orang dari Bani Hashim yang mana dia tidak menciptakan seperti mereka
pada masa silam dan di masa mendatang: ‚Engkau wahai Rasulullah, Ali
washimu, Hasan dan Husain cucumu, Hamzah pamanmu, Ja’far anak
pamanmu, dan Qaim yang mana Nabi Isa salat di belakangnya
belakangnya.‛3
Demikian juga terdapat riwayat yang saat itu kaum Muhajirin, Anshar
dan Bani Hashim berselisih manakah diantara mereka yang lebih dicintai di
sisi Rasulullah. Rasululllah meyebut dirinya sebagai saudara Anshar dan di
2Ibid.
3Muhammad bin Ya’qub Kulaini, Al-Ka>fi>, jld. 8, (Beirut: Da>r al-Ta’arruf, 1401 H.), 50;
Muhammad Baqir Majlisi, Biha>r al-Anwa>r, jld. 51, (Beirut: Dar Ihya >’ al-Tura>th al-Arabi>, 1403
H), 77-78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
kalangan Muhajirin, akan tetapi mengenai Bani Hashim beliau bersabda:
‚Kalian dariku dan bersamaku.‛4
Banyak referensi-referensi ahl al-sunnah yang menegaskan hadis-hadis
yang dinisbahkan kepada Rasulullah yang berupaya memperkenalkan Bani
Hashim dan Bani Abd al-Mut}t}alib sebagai Arab terbaik dan bahkan sebaik-
baik manusia. Seperti yang dikemukakan oleh al-Suyut}i dalam kitab al-Du>rr
al-Manthu>r.5
وأخرج الحافظ أبو القاسم حمزة بن يوسف السهمي في فضائل العباس عن واثلة بن السقع قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم: إن اهلل اصطفى من ولد آدم إب راىيم
ماعيل ثم اصطفى من ولد إسماعيل نزاراا ثم اتخذه خليلا واصطفى من ولد إب راىيم إس اصطفى من ولد نزار مضر ثم اصطفى من مضر كنانة ثم اصطفى من كنانة قريشاا ثم اصطفى من ق ريش بني ىاشم ثم اصطفى من بني ىاشم بني عبد عبد المطلب ثم
6اصطفاني من بني عبد المطلب
Diriwayatkan oleh al-Hafis Abu al-Qaim Hamzah ibn Yusuf al-Shahmi
dalam bab keutamaan al-Abbas dari Wathilah ibn al-Asqa’ berkata,
bahwa Rasulullah bersabda: ‚Sesungguhnya Allah mensucikan dari
keturunan Adam yaitu Ibrahim, Dia menjadikannya kekasih, dan
mensucikan dari keluarga Ibrahim Isma’il kemudian dari keturunan
Isma’il yaitu Nazzar, kemudian Allah mensucikan dari keturunan Nazzar
yaitu Mud}ar Kinanah, kemudian mensucikan dari keturunan Kinanah
Quraysh, kemudian mensucikan dari keturunan Quraydh yaitu Bani
Hashim kemudian dari keturunan Bani Hashim yaitu Bani Abd al-
Mut}t}alib kemudian mensucikan keturunan dari Bani Abd al-Mut}t{alib.‛
4Muhammab bin Ali Ibn Shahr Ashub, Mana>qib Ali ibn Abi T}a>lib, jld. 3 (Beirut: Dar al-Adhwa>’,
1412 H), 379; Muhammad Baqir, Majlisi, Biha>r al-Anwa>r…, jld. 22, 312. 5Ibn Abil Hadid Mu’tazili, Sharh Nahj al-Bala>ghah, jilid 19 (Beirut: Muassasah A’lami >, 1415 H),
210; Jamil Ibrahim Habib, Al-Qaul al-Ja>zim fi Nasab Banī Hashim, (Baghdad: Maktabah Darul
Kutub al-‘Ilmiyyah, 1987), 153. 6Jalal al-Din al-Suyut}i, Al-Durr al-Manthu>r fi al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, (Beirut: Da>r al-Fikr, 1414),
al-Nisa’ 125, jld 2. 706 , dan al-Isra’ 70.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
Hadis di atas juga diriwayatkan oleh beberapa perawi namun status dari
hadis tersebut tidak dijelaskan. Dalam Musnad Ahmad dijelaskan bahwa hadis
ini dieiwayatkan oleh oleh Sulayman ibn Abi Sulayman. Dalam penjelasan
tersebut dikutip dari pendapat al-Bukhari bahwa periwayat tersebut
digolongkan kepada perawi munkar. Oleh karena itu hadis ini berstatus
munkar.7
Dukungan yang diberikan Alawiyyin kepada al-Saffah pada dasarnya
untuk menumbangkan dinasti Umayyah. Alawiyya\in dan bani Abbas yang
dipimpin al-Saffah memiliki tujuan yang sama. Sehingga kedua golongan ini
dapat bersatu. Namun Alawiyyin tidak lagi memberikan dukungan kepada
kepemimpinan al-Mans}ur (khalifah setelah al-Saffah). Hal ini terjadi karena
al-Mans}ur yang menimbulkan fitnah antara golongann Abbasiyah dan
’Alawiyyin. Ia menyingkirkn keturunan Ali ibn Abi Thalib dan pengikutnya.
Al-Mans}ur menghawatirkan mereka menuntut hak atas kepemimpinan umat.
Sehingga al-Mans}ur berpikiran bahwa selain musuh ada pula yang perlu
diwaspadai, yaitu orang terdekat. Karena orang-orang terdekatnya yang diam-
diam menggoyahkan posisinya serta menumbangkan kedudukannya. Seperti
Abu Muslim al-Khurasani (pamannya) yang dibunuh tanpa memandang jasa
yang telah dilakukan untuknya. Ia juga memecat Isa ibn Musa yang
merupakan paman sekaligus putra mahkota yang sebelumnya telah ditetapkan
al-Saffah.8
7Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad…,Vol. 28. 193.
8Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 312-313.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
Al-S}uli menyatakan bahwa al-Mansur adalah paling pintar masalah
hadis dan silsilah keturunan. Sehingga tidak jarang hadis yang
diriwayatkannya mengenai keutamaan bagi keturunannya sendiri, seperti:
ل ث لى اهلل عليو وسلم: "م ص ي ب الن ال : ق ال ق اس ب ع بن ا ن ، ع و ي ب أ ن ي، ع ب ي أ ن ث د : ح ل و ق ي 9ك ل ا ى ه ن ع ر خ أ ت ن م ، و ا ا نج يه ف ب ك ر ن ، م ح و ن ة ن ي ف س ل ث م ي ت ي ب ل ى أ
Dia berkata, Ayah saya mengatakan kepada saya dari ayahnya dari
Abdullah ibn Abbas dia berkata bahwa Nabi bersabda: ‚Perumpamaan
keluargaku adalah laksana perahu Nuh, barang siapa yang naik di
dalamnya dia akan selamat dan barang siapa yang terlambat dan tidak
ikut naik, dia akan celaka.‛
Hadis ini juga termaktub dalam kitab Mu’majam al-Ausat} karrya al-
T}abrani. Adapun komentar terhadap hadis di atas bahwa hadis ini hanya
diriwayatkan oleh Abd al-Rahman ibn Abi Hammad seorang, tanpa periwayat
lain yang mendukungnya.10
Hadis serupa menurut al-S}uli yang juga diriwayatkan oleh al-Mans}ur;
، ان م ي ل س ن ب ر ف ع ي ج ن ث د ي ح ع م ص ال ن ي، ع ي أب ن ث د ح ج ر ف ال ن ب اس ب ع ال ن ب د م ح ا م ن ث د ح كل ال ق ه، عن ابن عباس أن النبي صلى اهلل عليو وسلمد ج ن ، ع و ي أب ن ، ع ر و ص ن م ال ن ع
قطع ي وم القيامة إال سببي ونسبي 11سبب ونسب من
Menceritakan kepada kami Muhammad ibn al-Abbas ibn al-Farj, dari
Ayahku dari al-As}ma’i dari Ja’far ibn Sulayman dari al-Mans}ur dari
Ayahnya dari kakeknya dari ibn Abbas sesungguhnya Nabi bersabda:
‚Setiap sebab dan nasab itu putus pada hari kiamat kecuali sebab dan
nasabku.‛
9Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 215; Ahmad ibn Hanbal, Fad}a>il al-S}ah}a>bah, vol. 2 (Kairo:
Muassasah al-Risa>lah, 1983), 752. 10
Al-T}abrani, Mu’jam al-Awsat}, Vol. 6, (Kairo: Da>r al-H{arabayn, t.t), 85. 11
Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 215; al-Tabrani, Mu’jam al-Kubra>, vol. 3 (Kairo: Maktabah
Ibn Taymiyah, 1994), 44; al-Bayhaqi, al-Sunan al-Kabi>r, vol. 7 (Beirut: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 2003), 102.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
Menurut keterangan dari al-Haythami dalam kitab al-Majma’, perawi
dari hadis di atas thiqah.12 Selain itu al-Albani juga menyatakan bahwa hadis
tersebut diriwayatkan oleh perasi yang hasan di kalangan shahid-nya.13
Sikap yang al-Mans}ur tunjukkan, telah memecah bani Hashim.
Golongan Alawiyyin tidak lagi diberikan posisi penting dan jabatan di pos-pos
dinasti Abbasiyah. Karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
ia khawatir Alawiyyin akan meminta haknya karena ia juga keturunan dari
bani Hashim.
Penentuan putra mahkota pada dinasti Abbasiyah, darah bani Hashim
yang mengalir dari pihak ibu juga sangat mempengaruhi. Hal ini terbutki
dengan perkataan al-Rashid yang menyatakan bahwa jika ia boleh memilih
maka gelar putra mahkota akan diberikan kepada al-Ma’mun yang terlihat
jelas dalam diri al-Ma’mun yang berambisi seperti al-Mansur, ibadahnya
seperti al-Mahdi, dan muruahnya seperti al-Hadi, daripada al-Amin. Keduanya
merupakan anak al-Rashid. Namun al-Rashid lebih mendahulukan al-Amin
karena ibu al-Amin merupakan keturumam bani Hashim meski dia adalah
seorang yang suka berlaku boros, berfoya-foya dan senang bermain wanita.14
Setelah al-Amin usai berkuasa, al-Ma’mun pun naik tahta. Ia
memberikan kebebasan dan dukungan penuh untuk kaum ‘Alawiyyin.
Terbukti saat ia memecat saudara kandungnya al-Mu’taman dari posisinya
sebagai putra mahkota, dan melimpahkan kepada Ali al-Rid}a ibn Musa al-
12
Al-Haythami, al-Majma’…, Vol. 9. 173. 13
Al-Albani, al-S}ah}i>h}ah…, 2036. 14
Al-Suyut}i, Ta>ri>kh Khulafa>’…, 244.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
Kad}im ibn Ja’far al-S}adiq. Hal ini terjadi karena ia cenderung pada Shi’ah.
Bahkan ada yang mengatakan jika ia akan mengundurkan diri dan
menyerahkannya kekhalifahan kepada Ali al-Rid}a.15
Kabar ini pun tersebar ke pelosok negeri. Pada kesempatan lain al-
Ma’mun juga memerintahkan rakyatnya agar tidak memakai baju hitam (baju
kebangsaan Bani Abbas) dan menggantinya dengan pakaian hijau (simbol
pakaian Shi’ah). Mendengar hal demikian, para Bani Abbas pun memberontak
dan melantik Ibrahim al-Mahdi yang diberi julukan al-Mubarak sebagai
khalifah. Namun tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa Ali al-Rid}a
meninggal. Pemberontakan pun usai, Ibrahim al-Mahdi juga mulai
bersembunyi karena ia melihat orang-orang yang membaiatnya kini telah
ingkar.16
Terdapat beberapa alasan yang menyatakan tentang sikap yang diambil
oleh al-Ma’mun disebabkan balas jasa terhadap ‘Alawiyyin. Pendapat ini
dikemukakan oleh al-S}uli yang dikutip al-Suyut}i tentang percakapan al-
Ma’mun dan keluarganya bahwa al-Ma’mun lebih kuat melakukan kebaikan
untuk ‘Alawiyyin dari pada kekuasaan itu ada ditangan mereka. Namun al-
Ma’mun menjawab bahwa tidak ada khalifah setelah Rasululllah yang
memberi kesempatan kepada Bani Abbas untuk berkuasa selain Ali ibn Abi
T}alib. Ali tidak meninggalkan sedikit pun dari keturunan Abbas selain
15
Ibid., 244. 16
Ibid., 244-245.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
memberinya jabatan. Dan hal ini tentu merupakan perbuatan yang harus
mendapat sikap yang setimpal menurut al-Ma’mun.17
Selain tindakan di atas yang membuat masyarakat kesal, pada saat itu
juga al-Ma’mun dengan terang-terangan mengumumkan bahwa orang yang
paling mulia setelah Rasulullah adalah Ali ibn Abi T}alib. Peristiwa ini terjadi
pada tahun 211 H. Pada tahun 212 H ia juga mengumandangkan bahwa Ali
lebih utama dari pada Abu Bakar dan Umar ibn Khat}t}ab.18
Setelah diperhatikan riwayat-riwayat hadis di atas dinukil pada masa
pemerintahan Bani Abbas, terbukti dengan banyaknya perawi dari kalangan
khalifah Abbasiyah, seperti al-Mans}ur. Maka besar kemungkinan bahwa
riwayat ini dinukilkan dalam rangka membela penguasa Abbasiah, khususnya
Abbasiah yang berupaya menonjolkan penisbatan dirinya kepada Bani
Hashim. Dengan demikian harus dimengerti reaksi-reaksi Rasulullah
dihadapan sebagian orang terhadap bani Hashim diartikan dari sudut pandang
penghormatan beliau kepada orang-orang mukmin Hashimi dan para
penolongnya.
Karena kedudukan agung bani Hashim sebelum Islam dan juga
penisbatan mereka kepada Rasulullah, maka mereka memperoleh kedudukan
terhormat di mata kaum muslimin. Dalam dunia Islam kecintaan pada
keluarga Hashim sebagai keluarga Rasulullah telah menjadi budaya. Seperti
pembelaan kaum muslimin terhadap Abbasiyah sebagai Bani Hashim atau
17
Ibid., 245. 18
Ibid., 245.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
banyak dari pemerintahan muslim terbentuk dengan nama Hashimi.Termasuk
budaya yang masih ada sampai saat ini, adalah banyaknya penghormatan
kalangan ahl al-sunnah untuk kelompok-kelompok yang masyhur dengan sifat
Hashimi, di antaranya adalah banyaknya penghormatan kepada para Habaib
(anak cucu keturunan Rasulullah Saw) di Iran begitu pun di Indonesia.
2. Hadis tentang Pengkultusan Seseorang
Pada dasarnya, politik secara teori, seperti yang telah dirumuskan
beberapa pakar, tidak terdapat ajaran keburukan di dalamnya, mengingat
politik sendiri telah menjadi sebuah cabang ilmu. Teknis, tatacara, dan
langkah-langkah seorang pemimpin juga telah di rumuskan dalam bidang ilmu
ini. Namun dalam praktiknya, politik tidak terlepas dari kepentingan
kelompok yang ingin menguasai satu sama lain, sehingga tidak jarang
beberapa cara banyak dilakukan oleh seseorang demi mencapai tujuan yang
katanya tujuan bersama. Hal ini mungkin tidak asing lagi didengar, karena
telah menjadi kebisaan.
Seperti mencalonkan seorang pemimpin dari sebuah partai, maka sangat
diperlukan profil dari kandididat tersebut. Profil ini tentunya berisi prestasi-
prestasi yang dimiliki kandidat tersebut. Apalagi jika profil tersebut jelas-jelas
didukung dengan hadis. Namun terkadang partai politik menyalah gunakan
klaim hadis tersebut. Seperti yang terjadi saat akhir kepemimpinan dinasti
Umayyah. Banyak upaya yang dilakukan Bani Abbas untuk menumbangkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
dinasti tersebut, diantaranya dengan mengumumkan profil seorang al-Saffah
yang telah diprediksi oleh Rasulullah dalam sabdanya:
ث نا جرير، عن العمش، عن عطي ث نا عثمان، قال عبد اهلل: وسمعتو أنا من عثمان، حد ة حد، عن أبي سعيد الخدري قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم:" يخرج عن د العوفي ا انقطاع من الزمان، وظهور من الفتن، رجل ي قال لو: السفاح، ف يكون إعطاؤه المال حث يا
"19
Dinarasikan oleh Uthman bahwa Abdullah mendengar dari Uthman dari
Jarir dari al-A’mash dari ‘At}iyah al-‘Aufi, dari Abi Sa’id al-Khudri
bahwa Rasulullah bersabda: ‚Akan muncul penguasa dari kalangan
keluargaku pada suatu zaman yang carut marut dan penuh dengan fitnah.
Dia disebut al-Saffah. Dia suka memberi harta dengan jumlah yang
banyak.‛
Riwayat di atas terdapat kitab Musnad Ahmad dan dikuatkan dengan
pendapat Ibn Jarir al-T}abari bahwa awal mula kekhalifahan Abbas adalah saat
Rasulullah memberitahukan kepada Abbas paman Rasulullah, sesungguhnya
kekhalifahan akan ada ditangan anak cucunya. Sejak itulah bani Abbas
membayangkan datangnya khalifah tersebut.20
Namun dalam riwayat Ahmad
juga dijelaskan bahwa hadis tersebut bersanad d}a’i>f.21
Tidak hanya khalifah al-Saffah, khalifah lain dari dinasti Abbasiyah juga
mendapat pengkultusan dengan sabda Rasulullah, al-Mans}ur (khalifah kedua)
dan al-Mahdi (khalifah ketiga), khalifah al-Mans}ur dalam riwayat disebutkan
bahwa ia dari keluarga Rasulullah;
19
Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, vol 18 (t.k: Mu’assasah al-Risalah, 2001), 274. 20
Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 204. 21 Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad…, Vol.18. 274.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
رني علي بن ، قال:أخب رنا عبد الرحمن بن محمد، قال: أخبرنا أحمد بن علي بن ثابت أخب ث نا محمد بن عثمان العبسي ، أحمد رنا أحمد بن سلمان النجاد، قال: حد الرزاز، قال: أخب
، عن ميسرة ي عني ابن ث نا فضيل بن مرزوق ث نا أبي، قال: حدث نا وكيع، قال: حد قال: حد، قال: من ا المنصور حب هال ي عني ابن عمر و عن سعيد بن جب ير ، عن ابن عباس يب عن المن
22ومنا السفاح ومنا المهدي .Dinarasikan oleh Abd al-Rahman, diceritakan oleh Ahmad ibn Ali ibn
Thabit berkata, menceritakan kepada kami Ali ibn Ahmad al-Razzaq
berkata, mengabarkan kepada kami Ahmad Ibn Salman al-Najjad,
menceritakan kepada kami Muhammad ibn ‘Uthman al-‘Absi,
menceritakan kepada kami Ayahku menceritakan kepada kami Waki’,
mencerikana kepada kami Fud}ail ibn Marzuq dari Maysarah yaitu Ibn
Habib dari al-Minhal yaitu Ibn Amr dari Sa’id ibn Jabir dari Ibn Abbas
berkata bahwa ‚Dari keluarga kami ada al-Saffah, al-Mansur dan al-
Mahdi.‛
Dalam kitab al-Muntad}am karya ibn al-Jawzi dijelaskan bahwa hadis ini
diriwayatkan secara marfu>’, namun jika dikatakan mawqu>f itu lebih sah.23
Ada
pula yang menjelaskan bahwa hadis di atas bersanad s}ah}i>h} seperti yang
dikemukakan oleh al-Dhahabi. Namun ia juga memberikan status munkar
pada hadis tersebut.24
Selain riwayat diatas terdapat riwayat lain yang
menjelaskan tentang kemampuan-kemampuan terbaik para khalifah. Riwayat
tersebut dinisbahkan kepada Rasulullah.
ث نا محمد بن المظفر، يد اللو النجار، قال: حد يد اللو بن محمد بن عب رنا عب قال: أخب رني الحسن بن علي الجوىري ثني محمد بن جعفر بن أحمد بن عمر الناقد.وأخب ، حدث نا الحسن بن أحمد العطاردي رنا علي بن محمد بن أحمد الوراق، قال: حد ، قال: أخب
22
Ibn al-Jawzi, Al-Muntaz}am fi Ta>ri>kh al-Mamlu>k wa al-Ima>m, Vol. 8 (Beirut: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 1992), 205. 23
Ibid. 24
Al-Dhahabi, Ta>ri>kh al-Isla>m wa Wafaya>t al-Masha>hir wa al-A’la>m, Vol.10, (Beirut: Da>r al-
Kita>b al-‘Arabi>), 436 .
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
ث نا محمد بن جابر ، عن العمش، عن أبي ث نا إسحاق بن أبي إسرائيل، قال: حد قاال: حدمنا القائم، "وداك، عن أبي سعيد ، قال: سمعت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول: ال
ا فيه ومنا المنصور، ومنا السفاح، ومنا المهدي ، فأما القائم ف تأتيو الخلفة لم ي هرق ، وأما المنصور فل ت رد لو راية، وأما السفاح ف هو يسفح المال والدم ، وأما محجمة من دم
25المهدي ف تمأل بو الرض عدال كما ملئت ظلماا "Menceritakan kepada kami Ubaydillah ibn Muhammd ibn Ubaydillah al-
Najjar berkata, menceritakan kepada kami Muhammad al-Mudaffir dari
Muhammad ibn Ja’far ibn Ahmad ibn Umar al-Naqid, dari al-Hasan ibn
Ali al-Jawhari, berkata dari Ali Ibn Muhammada ibn Ahmad al-Warraq
dari al-Hasan ibn Ahmad al-‘Ut}aridi, keduanya berkata dari Ishaq ibn
Abi Israil, dari Muhammad ibn Jabir dari al-A’mash dari Abi al-Waddak
yang dinarasikan oleh Abi Sa’id al-Khudri bahwa ia mendengar
Rasulullah bersabda: ‚Dari keluarga kami akan ada al-Qaim, al-Mans}ur,
al-Saffah dan al-Mahdi yang bernama al-Qaim kepadanya akan
dianugerahkan kekhalifahan dan tidaka ada sattu tetespun darah yang
mengalir di masa kekhalifahannya. Sedangkan al-Mans}ur benderanya
tidak akan ditentang, adapun al-Saffah adalah orang yang
menghamburkan harta dan menumpahkan darah, sedangkan al-Mahdi
adalah orang yang memenuhi dunia dengan keadilan setelah sebelumnya
dipenuhi kezaliman.‛
Khalifah ketiga dari dinasti Abbasiyah adalah al-Mahdi. Dalam riwayat
sebelumnya telah diceritakan bahwa ia memenuhi dunia ini dengan keadilan.
Selain itu riwayat yang menjadi salah satu penguat posisi kekhalifahan al-
Mahdi adalah dengan justifikasi bahwa ia merupakan keturunan Rasulullah
yang nama dirinya dan ayahnya sama dengan nama Rasulullah dan ayahnya;
25
Khatib al-Baghdadi, Ta>ri>kh Baghdad, vol. 11 (Beirut: Da>r al-Gharb al-Islami>, 2002), 47; al-
Dhahabi, Mi>za>n al-I’tida>l, vol. 3 (Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1963), 498. Status mengenai hadis di
atas tidak dijelaskan hanya saja hadis ini termkatub dalam kitab Kanz al-‘Umma>l. dalam kitab
tersebut tidak disebutkan sanad hadis secara berurutan. Ali ibn Hisam al-Din, Kanz al-‘Umm>al fi Sunan al-Aqwa>l wa al-Af’a>l, Vol.14, (t.k: Muassasah al-Risalah, 1981), 270.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
ث نا ث نا سفيان حد ثني أبي قال: حد ، قال: حد يد بن أسباط بن محمد القرشي الكوفي عب يو الث وري ، عن عاصم ابن ب هدلة، عن زر، عن عبد اللو قال: قال رسول اللو صلى اللو عل
26ال تذىب الد ن يا حتى يملك العرب رجل من أىل ب يتي ي واطئ اسمو اسمي»وسلم:
Dinarasikan ‘Ubaidillah ibn Asbat} ibn Muhammad al-Qurashi al-Kufi
berkata menceritakan kepada kami Sufyan al-Thauri dari ‘As}im ibn
Bahdalah dari Rizzin dari Abdullah Bahwa Rasulullah bersabda: ‚Tidak
akan pergi (kesenangan) Dunia sehingga Arab itu dipimpin oleh seorang
laki-laki dari keluargaku yang nama serupa dengan namaku.‛
Hadis di atas berstatus hasan s}ah{i>h} menurut al-Albani. Namun terdapat
pula riwayat lain yang menyatakan bahwa al-Mahdi, namanya menyerupai
namaku, sedangkan nama ayahnya sama dengan nama ayahku.27
Prediksi yang
diungkapkan Rasulullah melalui sabdanya tentang al-Mahdi adalah benar.
Terbukti karena nama lahir al-Mahdi adalah Muhammad ibn Abdullah yang
serupa dengan Nabi, sedangkan nama ayahnya adalah Abdullah (al-Mans}ur)
sama seperti nama ayah Rasulullah.28
Periwayatan hadis tentang pengkultusan seseorang yang murni untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, sangat jarang sekali. Pengkultusan
seseorang, apalagi ia adalah orang yang memiliki pengaruh di sebuah daerah,
maka motif ini terkait dengan kepentingan kelompok atau partai tertentu.
Namun terdapat arguentasi lain yang menyatakan bahwa motif kedunian juga
26
Al-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi, vol. 4 (Mesir: Mustafa> al-Ba>bi> al-Halabi>, 1975), 505; Abu
Dawud, Sunan Abu Dawud, vol. 4 (Beirut: Maktabah al-‘Is}riyyah, t.t), 106; Ahmad Ibn Hanbal,
Musnad Ahmad…, vol. 6, 42. 27
Ibn Hibban, S}ah}i>h> Ibn Hibban, Vol. 13 (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah, 1988), 237; al-Hakim,
Mustadrak ‘Ala> al-S}ah}i>h}ayn, vol. 4 (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990), 488. 28
Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 216.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
menjadi sebab beredar pengkultusan seseorang. Pendapat ini dikemukakan
oleh al-Din al-Adaby yang dikutip oleh M. Shuhudi Isma’il.29
3. Hadis tentang Perselisihan Teologi Negara
Pada saat itu Dinasti Abbasiah sedang berada di puncak kejayaan di
bawah pimpinan khalifah al-Ma’mun. Khalifah yang memiliki kecenderungan
pada pemikiran rasionalis, filsafat dan ilmu pengetahuan yang saat itu banyak
didengungkan oleh pemikir-pemikir Mu’tazilah. Argumen rasional yang
dikumandangkan para pemikir Mu’tazilah ternyata mendapat respon dari
Khalifah. Karena ketertarikan tersebut, al-Ma'mun menjadikan aliran
Mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara. Peresmian ini didasarkan atas adanya
kesamaan pandangan khalifah yang rasional, berpikir logis dengan konsep
Mu’tazilah yang mengutamakan pemikiran rasional pula.30
Faktor yang lain yang mempengaruhi pemahaman al-Ma’mun tentang
ketuhanan adalah diterjemahkannya literatur-literatur Eropa tentang filsafat
ke dalam bahasa Arab pada masa al-Ma’mun. Sehingga pemikiran-pemikiran
barat mulai masuk di dunia Islam. Tidak jarang penganut ajaran ini dikafirkan
oleh kelompok lain, karena tindakannya lebih mengutamakan logika dari pada
nash yang telah menjadi umat sebelumnya.
29
M. Shuhudi Ismma’il, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), 105. 30
Khalifah ini adalah seorang pemimpin yang menyukai pengembangan ilmu pengetahuan dan
filsafat. Pada masanya terjadi upaya penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan yang berasal
dari Barat ke dalam Islam. Khalifah ini menyediakan dana besar bagi siapa yang mampu
menerjemahkan buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Ia juga mendirikan lembaga
Baitul Hikmah sebagai sarana kegiatan itu. Philip K. Hitty, History of the Arabs, (London:
Macmillan Press, 1970), 310.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
Al-Ma’mun sebagai orang yang berkuasa, merasa berkewajiban
meluruskan keyakinan umat Islam karena menurutnya keyakinan
masyarakat sudah menyimpang dari akidah yang benar. Oleh sebab itu,
keyakinan umat Islam itu harus diuji yang dalam istilah agama disebut
mihnah atau inquisition.31
Langkah yang dilakukan al-Ma’mun adalah mensosialisasikan paham
khalq al-Quran ke dalam masyarakat. Upaya ini berlangsung cukup lama,
sampai enam tahun, namun mihnah tidak dilaksanakan karena atas
pertimbangan Yahya ibn Aqsam ketua Mahkamah Agung di masa itu,
dikhawatirkan terjadi perpecahan dan kekacauan dalam masyarakat. Setelah
jabatan Mahkamah Agung dijabat oleh Ibn Abi Du’wad,32
upaya untuk
menyeleksi keyakinan umat itu muncul kembali. Atas saran Mahkamah
Agung itu al-Ma’mun berupaya menyeleksi akidah umat.33
Orang yang pertama diuji adalah para hakim kemudian ahli Hadis dan
ahli fikih, yang ada disetiap daerah kekuasaan dinasti Abbasiyah. Setelah
diuji oleh gubernur masing masing, mereka diuji langsung oleh Khalifah.
31
Istilah mihnah diambil dari kata mahana yang berarti menguji paham keagamaan yang
menyimpang dari aslinya. Dalam agama Kristen peristiwa serupa juga pernah terjadi yang
disebut dengan inkuisition yaitu pengadilan untuk mencari dan menghukum orang yang
menyimpang dari agama yang didirikan oleh Gereja Katolik Roma pada abad 13 dan berakhir
pada abad 19. Lihat James Hastings (Ed.) Encyclopaedia of Religion and Ethic, (New York:
t.p, t.t) jilid viii, 320. Lihat juga Pattes Salim, The Contemporary English- Indonesian Dictionary, (Modern English Press, 1987), 971. 32
Ahmad ibn Abi Duwad adalah seorang qadhi al-qudhah yang memiliki otoritas besar selama
tiga jabatan kekhalifahan; al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Watsiq. Dialah yang mengamankan
kebijakan mihnah selama tiga jabatan itu khalifah itu. Dialah orang pertama yang berani
membuka pembicaraan itu dengan khalifah, tidak ada orang qadhi yang mampu sebelum dia,
bahkan Khalifah al-Mu‟tasim begitu mempertimbangkan pikiran-pikirannya, seolah-olah khalifah
berada di bawah pengaruhnya. Aminuddin, dkk, Sejarah Pemikiran dalam Islam, (Jakarta:
Pustaka Antara, 1996). 79. 33
Philip K. Hitti, History of The Arabs..., 429.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
Diantara hakim, Fuqaha’ dan ahli hadis yang diuji saat itu adalah Ahmad ibn
Hanbal, Bishr ibn al-Walid al-Kindi, Ubaidillah ibn Amr, al-Qawariri, Ali ibn
al-Ja’di, Qutaybah ibn Sa’id, Ibn al-Hars dan yang lainnya.34
Ahli Hadis dan
ahli fikih pada waktu itu mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat.
Dalam pandangan al-Ma’mun kalau mereka mengakui al-Quran makhluk tentu
banyak rakyat yang mengikuti ajaran ini.35
Para ahli Hadis yang menjawab bahwa al-Quran makhluk karena mereka
merasa terancam dengan hukuman berat yang dijatuhkan jika jawaban mereka
bertentangan keinginan khalifah. Hal ini tercermin dari ucapan Yahya ibn
Mu’in bahwa ia menjawab al-Quran makhluk karena takut dibunuh.36
Namun
terdapat sebagian dari mereka seperti Ahmad ibn Hanbal Muhammad ibn Nuh
tidak mau mengubah pendiriannya. Kemudian ia dibelenggu dan dikirim
bersama ulama lainnya kepada al-Ma’mun di Tarsus. Namun sebelum mereka
sampai di Tarsus, al-Ma’mun meninggal. Kematian al-Ma’mun tidak
menjadikan terbebasnya Ahmad Ibn Hanbal karena ia dianggap sebagai tokoh
penting yang menentang paham al-Quran itu makhluk. Ujian pun dilanjutkan
pada masa pemerintahan al-Mu’tasim. Karena keras pendirian, Ahmad ibn
Hanbal didera dan dimasukkan ke dalam penjara.
Isu demikian bukan lagi menjadi rahasia. Keinginan al-Ma’mun
menyatukan paham ketuhanan yang sebelumnya dianggap telah menyimpang
dari pemahaman sebenarnaya semakin kuat. Untuk menentang fanatisme
34
Al-Suyut}i, Ta>ri>kh al-Khulafa>’…, 247. 35
Harun Nasution, Teologi Islam, Analisa Perbandingan, (Jakarta : UI Press 1972), 63 36
Aminuddin, dkk. Sejarah Pemikiran dalam Islam…, 80.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
teologi negara, diantar mereka ada yang membuatkan pernyataan yang
dikatakan sebagai ungkapan Rasulullah, padahal Nabi sendiri tidak
mengatakan apa yang mereka katakan sebagai ungkapan Rasulullah itu.
Munculnya ungkapan dalam bentuk riwayat tersebut dari orang-orang yang
memiliki sikap fanatisme tinggi terhadap ajaran tauhid, yang kualitas
kepribadiannya tergolong sebagai orang-orang yang tidak memiliki moralitas
dalam beragama. Adapun perkataan yang disandarkan kepada Rasulullah
sebagai berikut;
ث نا أبو رنا أحمد بن علي المحتسب، أخبرنا الحسن بن الحسين الفقيو الهمداني، حد أخب ث نا محمد بن عبد بن ، حد عامر السمرق ندي ، حدثنا قتيبة نصر محمد بن ىارون الن هرواني
ث نا عبد اللو بن لهيعة، عن أبي الز ب ير، عن جابر . قال: قال رسول اللو صل ى بن سعيد، حد 37من قال القرآن مخلوق ف قد كفر اللو عليو وسلم:
Menceritakan kepada kami Ahmad ibn Ali al-Mustahib, menceritakan
kepada kami al-Hasan ibn al-Husayn al-Faqih al-Hamdani,
menceritakan kepada kami Abu Nas}r Muhammad ibn Harun al-
Nahrawani menceritakan kepada kami Muhammad ibn Abd ibn Amir
al-Samarqandi menceritakan kepada kami Qutaybah ibn Sa’id dari
Abdullah ibn Lahi’ah dari Abi Zubayr yang Dinarasikan oleh Jabir
bahwa Rasulullah bersabda: ‚Barang siapa yang mengatakan bahwa al-
Quran adalah Makhluk, maka sungguh ia kafir‛
Hadis ini tidak benar berasal dari Rasulullah. Karena redaksi demikian
tidak termuat dalam kitab hadis melainkan dalam kitab sejarah yang
diriwayatkan untuk menentang paham teologi tersebut. Selain periwayatan
yang dilakukan sebagai bentuk sikap penolakan terhadap teologi yang akan
diresmikan oleh dinasti, rawi yang meriwayatkan hadis ini mendapat kritik
37
Khatib al-Baghdadi, Ta>ri>kh Baghdad…,vol. 3, 193.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
yang kurang baik oleh kritikus hadis. Disebutkan bahwa Musa ibn Ibrahim
adalah orang yang matru>k.38
B. Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Hadis Politik pada Masa Dinasti
Abbasiyah (132 H.-232 H.)
Sulit memisahkan antara status hadis politik dengan hadis mawd{u>, kerena
banyak yang beranggapan hadis politik selalu include pada hadis mawd}u>’.
Anggapan tersebut disebabkan karena banyaknya yang menggunakan hadis untuk
kepentingan kelompok dan klaim kebenaran, walau pun pada kenyataannya
banyak hadis politik yang berstatus s}ah{ih}. Sehingga faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya hadis politik dan hadis mawd}u>’ secara umum, selalu
sama, yaitu kepentingan kelompok.
Berkenaan dengan munculnya hadis palsu menurut Umar Fallatah bahwa
buku-buku sejarah yang mencurahkan perhatian terhadap setiap peristiwa baik
yang besar maupun yang kecil tidak pernah mencatat sebuah peristiwa tentang
yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menentukan awal adanya pemalsuan hadis.
Paling tidak buku-buku tersebut hanya memuat informasi umum bahwa sebagian
besar yang berumur panjang, juga para tabi’in mulai tidak menerima semua hadis
yang mereka dengar.39
Di antara data yang menguatkan argument Fallatah di atas adalah riwayat
Muslim dalam kitab Muqaddimah-nya dari Muhammad ibn Sirin. Ia menulis
bahwa dahulu tidak ada yang bertanya tentang sanad, namun setelah banyaknya
38
Ibid. 39
Umar Fallatah, Al-Wad}’u fi> al-H}adi>th, (Damaskus: Maktabah al-Ghazali>, 1401 H), 180
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
fitnah, maka kami tanyakan siapa guru-guru kalian. Kemudian diseleksi, jika ia
berasal dari ahl al-sunnah, maka ia mengambilnya, dan jika dari ahl al-bid’ah, dia
menolaknya. Meskipun pemalsuan hadis tampak pada masa tabi’in, namun hadis
ini kemungkinan muncul pada sepertiga akhir abad pertama.40
Melihat kenyataan tersebut, dapat diketahui bahwa sebab kemunculan
hadis mawd}u>’ adalah terpecahnya umat Islam serta kepentingan masing-masing
kelompok. Tidak jauh berbeda dengan hadis mawd}u>’, sebab munculnya hadis
politik pun demikian. Karena banyaknya pendapat yang menyatakan bahwa hadis
politik selalu include pada hadis mawd}u>’. Namun yang mempengaruhi dinamika
hadis politik tersebut berbeda. Hal ini karena zaman tidaklah stagnan, serta
kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang. Oleh karena
itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika hadis politik masa dinasti
Abbasiya:
1. Kondisi Sosial Politik
Kondisi sosial politik memang tidak dapat dipisahkan dengan dinamika
hadis politik saat itu, karena kondisi sosial politik merupakan bagian vital
yang mempengaruhi dinamika hadis politik. Terbukti dengan dengan gejolak
politik pada awal berdirinya dinasti Abbasiyah, dan kondisi umat Islam telah
terpecah dalam beberapa kelompok, karena perbedaan pemahaman. Di antara
kelompok saat itu adalah Shi’ah, bani Abbas, bani Umayyah, dan non Arab
yang mendapatkan perlakuan kurang baik oleh dinasti Umayyah. Akibat
40
Ibid., 180 dan 202.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
gejolak politik tersebut, masing-masing kelompok ingin menguatkan
eksistensinya. Apalagi ditemukan ungkapan atau pun dalil yang menyinggung
khususnya membela gerakan politiknya. Dalil atau pun ungkapan tersebut
semakin sering didengungkan untuk mempengaruhi massa dan memperoleh
banyak pendukung.
Seperti yang disebutkan sebelumnya mengenai hadis sebagai justifikasi
kelompok seperti Shi’ah yang menganggap dirinyalah yang berhak memegang
kepemimpinan khilafah serta mengunggulkan pemimpin mereka. Melihat hal
itu, kelompok lain pun juga ikut menjustifikasi keberadaan dirinya dengan
menyandarkan perkataan kepada Rasulullah. Seperti bani Abbasi yang
mengatas namakan bani Hashim dalam orasi nasionalismenya agar mendapat
dukungan dari ‘Alawiyyin, sehingga menumbangkan dinasti Umayyah yang
berkuasa saat itu.41
2. Perbedaan Pemahaman Aqidah (Teologi)
Sebagaimana perbuatan kelompok di bidang politik, maka di bidang
aqidah pun banyak mengambil sikap fanatik terhadap madhab masing-masing,
sehingga mempengaruhi dinamika hadis politik saat itu. Seperti ungkapan
yang disandarkan kepada Nabi tentang orang yang mengatakan bahwa al-
Quran itu makhluk, maka ia adalah kafir.42
Adapun yang mempengaruhi
timbulnya ungkapan demikian adalah, perbedaan dalam memahami keyakinan
yang pada dasarnya sama, yaitu Islam.
41
Ghulam Reza Awani, Islam Iran dan Peradaban…, 238. 42
Lihat Khatib al-Baghdadi, Ta>ri>kh Baghdad…,vol. 3, 193.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
Perbedaan tersebut membuat khalifah mengambil sikap tegas untuk
menyatukan pemahaman mengenai aqidah. Namun ada beberapa cara khalifah
(saat itu dipimpin oleh al-Ma’mun) yang kurang disenangi masyarakat.43
Sehingga penyatuan aqidah tersebut ditolak, karena paham tersebut dianggap
tidak sesuai dengan keyakinan yang telah lama dan menurut mereka berbeda
dengan para pendahulunya. Maka timbullah pembelaan atas keyakinan yang
mereka yakini selama ini, dan menjustifikasi pemahaman yang berbeda
dengan dirinya adalah kafir. Diantara pembelaan yang mereka lakukan adalah
dengan menyandarkan ungkapan yang mengklaim orang lain salah atas nama
Rasulullah.
3. Kepentingan Kultus Individu
Sebagai salah satu sarana untuk mensukseskan kepemimpinan
Abbasiyah, yaitu dengan mengangkat profil kandidat seorang pemimpin.
Tentunya profil tersebut harus mengangkat kelakuan kebaikan seorang
kandidat dengan prestasi-perstasi yang pernah diraih. Untuk menguatkan
profil tersebut, banyak cara yang dilakukan, seperti menggunakan ungkapan
yang disandarkan kepada Rasulullah. Sehingga status kandidat semakin kuat
di mata masyarakat. Hal ini dilakuakn karena kondisi masyarakat saat itu
sangat sensitif terhadap agama, sehingga pengkultusan seseorang atas dasar
agama sangat menggugah dan mempengaruhi keyakinan mereka. Seperti;
43
Al-Suyut}i, Tari>kh Khulafa>’…, 247.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
عن أبي سعيد الخدري قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم:" يخرج عند انقطاع من 44ل ي قال لو: السفاح، ف يكون إعطاؤه المال حث ياا "الزمان، وظهور من الفتن، رج
Dari Abi Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah bersabda: ‚Akan muncul
penguasa dari kalangan keluargaku pada suatu zaman yang carut marut
dan penuh dengan fitnah. Dia disebut al-Saffah. Dia suka memberi harta
dengan jumlah yang banyak.‛
Riwayat yang disandarkan kepada Nabi tersebut muncul untuk
pengkultusan seorang pemimpin, dengan menyatakan bahwa pemimpin
tersebut telah diprediksi oleh Rasulullah. Sehingga mereka merasa tergugah
untuk merebut haknya. Kultus individu tersebut tidak lain untuk menguatkan
profil kandidat dinasti Abbasiyah, dan salah satu dari berbagai strategi
menumbangkan dinasti Umayyah.
4. Fanatisme Kesukuan
Emosi-emosi anti Arab dan pemihakan terhadap mawa>li> yang banyak
dilupakan oleh peneliti. Karena emosi-emosi yang mengkristal dalam orasi
nasionalisme ini mengarah kepada ketidakpuasan kaum muslim non-Arab
terhadap mereka, terutama pada akhir dinasti Umayyah. Terdapat hadis yang
disandarkan kepada Nabi yang menyatakan, ‚Kehancuran orang-orang Arab
akan tiba bila anak-anak perempuan dan laki-laki Iran mencapai usia baligh.‛45
Menurut Bernard Lewis yang dikutip oleh Awani bahwa hadis ini palsu, tetapi
44
Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, vol 18 (t.k: Mu’assasah al-Risalah, 2001), 274. 45
Ali ibn Hisham al-Muttaqi, Kanz al-‘Umma>l, Vol. 6 (t.k: Muassasah al-Risalah, 1981), 214-215.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
sebagaimana kebanyakan hadis palsu, secara persis mencerminkan
permasalahan dan problem yang terlontar pada masanya.46
Sehingga banyak yang menyatakan bahwa hasil murni dan penuh dari
revolusi bani Abbasiyah adalah lenyapnya unsur Arab dan digantikan oleh
mawa>li> (non-Arab). Pendapat ini dipertegas dengan strategi militer Abu
Muslim yang menulis nama kota dan desa asal tentara di kantor pencatat
untuk pembayaran hak militer sebagai ganti penyebutan independensi
kesukuan yang sebelumnya telah dibiasakan.47
Fanatisme kesukuan ini yang mempengaruhi dinamika hadis politik saat
itu. Perlakuan diskriminasi bani Umayyah terhadap non-Arab membuat emosi
mereka mengkristal. Sehingga dinamika hadis politik mengarah pada
justifikasi fanatisme kesukuan, khususnya menguatkan suku masing-masing,
antara suku Persia dan suku Arab saat itu.
Duduknya bani Abasiyah di kursi Khilafah disertai kedatangan mawa>li>
(mayoritas non-Arab) dan mengaplikasikan kembali dinamika Islam dengan
realitas kekauman, geografis, dan kultural kelompok, serta golongan muslim
dan seluruhnya mengarah kepada terbitnya masa keemasan peradaban Islam.
C. Relevansi Hadis Politik dengan Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Tidak diragukan bahwa hadis-hadis politik menimbulkan relevansi
(hubungan) khususnya di bidang politik, sehingga berdampak pula pada kaum
muslimin khususnya dinasti Abbasiyah. Pendapat ini diperkuat dengan
46
Ghulam Reza Awani, Islam, Iran, dan Peradaban…, 238. 47
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
memperhatikan betapa besar perhatian ulama, terutama pada abad pertengahan
terhadap hadis-hadis politik dalam perbedaan pandangan politik mereka. Abu
Zahrah mengemukakan bahwa perbedaan para ualam mengenai persoalan politik
meliputi; 1) bolehkah mendirikan dua kekhalifahan, 2) belehkan pemimpin selain
Quraysh, 3) bolehkah pemimpin melakukan dosa besar, dan 4) bolehkah
mendirikan khalifah di luar Quraysh.48
Kenyataan ini lebih menarik dengan adanya data faktual bahwa dinasti-
dinasti Islam masa awal sampai pertengahan menjadikan Quraysh sebagai
justifikasi teologis. Dan data sejarah yang ada menggambarkan bahwa kekuasaan
politik dinasti Islam, sebagian besar di bawah ahl al-Sunnah ahl al-Sunnah yang
mempunyai kepentingan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan umat di
bawah al-Jama’ah, sehingga kehadiran hadis politik yang menyerukan kepasifan
mutlak dan isolasionisme sebagai pengimbang gerakan para oposan, dirasakan
sangat menguntungkan.
Oleh karena itu, hubungan timbal balik hadis-hadis politik dengan
pemerintahan dinasti Abbasiyah (tidak bermaksud membesar-besarkan), telah
melahirkan prinsip yang wajar dan bahkan merupakan bagian permanen dari
keyakinan Sunni, yakni memiliki pemerintahan dan bagaimana pun bentuknya
adalah lebih baik daripada tidak memiliki pemerintahan. Prinsip ini dapat dilihat
dari perilaku orang Sunni yang selalu menjadi pendukung setiap pemimpin
politik. Relevansi di atas merupakan pengaruh umum dari hadis politik. Adapun
dampak khusus tehadap kekhalifahan Abbasiyah adalah:
48
Abu Zahrah, 23.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
1. Pengagungan terhadap Bani Hashim
Salah satu bentuk implikasi hadis politik yang langsung bersentuhan
dengan pergolakan dan kebijakan politik yang diterapkan dinasti Abbasiyah
adalah kedudukan agung bani Hashim. Sebelum Islam bani Hashim juga
mendapat pengakuan bahwa bani tersebut diagungkan oleh yang lain, apa lagi
setelah adanya Rasulullah.49
Mereka memperoleh kedudukan terhormat dalam
pandangan kaum muslimin. Kecintaan dengan keluarga Hashim sebagai
keluarga Rasulullah dalam dunia Islam merupakan kebudayaan yang marak.
Contoh dari hal ini adalah pembelaan kaum muslimin terhadap Abbasiah
sebagai Bani Hashim atau banyak dari pemerintahan muslim terbentuk dengan
nama Hashimi.
Selain berdampak pada dinasti Abbasiyah, termasuk juga karakteristik
budaya ini, adalah banyaknya penghormatan kalangan ahl sunnah untuk
kelompok-kelompok dalam dunia Islam yang masyhur dengan sifat Hashimi,
di antaranya adalah banyaknya penghormatan kepada para Habaib (anak cucu
keturunan Rasulullah Saw). Saat ini pun di Indonesia keturunan Rasulullah
yang biasa disebut habib itu masih mendapat penghormatan dari rakyat.
2. Terbukukannya Ajaran Teologi
Selain pengagungan terhadap bani Hashim, muncul juga sikap fanatik
terhadap ajaran teologi. Pemahaman katuhanan pada masa dinasti Abbasiyah
mengalami pergolakan yang sangat dahsyat saat kepemimpinan al-Ma’mun.
49
Ghulam Reza Awani, Islam, Iran, dan Peradaban…, 240.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
al-Ma’mun yang terkenal dengan pengagum rasio mulai menerjemahkan
karya-karya filsafat Eropa ke dalam bahasa Arab. Pemahaman Mu’tazilah
yang dianut oleh al-Ma’mun mulai disosialisakan. Namun menuai respon
negatif dari masyarakat. Banyak di antara mereka yang mengkafirkan satu
dengan yang lainnya.
Namun disamping gejolak politik pada masa pemerintahan al-Ma’mun,
terdapat dampak positifnya yang ditemukan, yaitu terbukukannya ilmu kalam,
yang menetapkan akidah melalui akal dan logika. Sehingga dampak positif ini
sangat membantu dalam menghadapi orang-orang Persia yang baru masuk
Islam. Dalam sebuah keterangan dikemukakan bahwa kaum Persia lebih
senang menggunakan argumentasi rasional-logis.50
Namun jika hanya bersandar pada akal dalam permaslahan akidah dapat
memicu penyimpangan. Karena akal itu terbatas, sedangkan akidah memuat
hal-hal gaib yang hanya bisa ditetapkan teks yang sahih, baik Al-Quran
maupun sunnah.
3. Lenyapnya Unsur Arabisme
Saat kepemimpinan Bani Umayyah warga non-Arab tidak memiliki
ruang gerak aktif dalam pemerintahan. Meraka terisolasi, dan mengakibatkan
ketidakpercayaan bahkan kebencian dan permusuhan terhadap pemerintah.
Dari kekesalan tersebut sehingga ada beberapa upaya diantara menyandarkan
sebuah riwayat kepada Rasulullah yang menyatakan;
50
Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
ث نا عمران بن موسى قال حدث نا أن بأنا عمر الفارسي قال أنبأنا أبو أحمد بن عدي قال حدث نا عمر بن موسى بد الرح عموسى بن الس ندي قال حدثنا عثمان بن من الطرايقي قال حد
اهلل إن لى اللو عليو وسلم: رسول اهلل ص قال م عن أبي أمامة قال بن وجيو عن القاس 51بالفارسية ى ح الو ل ز نأ ى ض إذا غضب أن زل الوحي بالعربية، وإذا ر ل ج و ز ع
Menceritaan kepada kami Umar, menceritakan kepada kami Abu Ahmad
ibn ‘Adi menceritakan pada kami Imran ibn Musa, menceritaan kepada
kami Musa al-Sindi menceritakan kepada kami Uthman ibn Abd al-
Rahman al-Taraqi, menceritakan kepada kami Umar ibn Musa ibn Wajih
dari al-Qasim, dari Abi Umamah bahwa Rasulullah bersabda:
‚Sesungguhnya jika Allah marah maka ia menurunkan wahyunya dengan
bahasa Arab, dan ketika Ia rela, maka ia menurunkan wahyunga dengan
berbahasa Persia.‛
Ibn al-Jawzi memasukkan hadis tersebut dalam kitab al-Mawd}u’a>t-nya.
karena hadis ini merupakan riwayat yang disandarkan pada Rasulullah, namun
matn-nya yang menunjukkan diskriminasi terhadap suatu bangsa. Dan hal
tersebut tidak akan mungkin dilakukan oleh Rasulullah. Sehingga status hadis
tersebut dikategorikan mawd}u>’. Sesuai dengan kondisi saat itu, dimana hadis
tersebut muncul dan mulai didengungkan saat akhir dan jatuhnya dinasti
Umayyah. Jatuhnya Bani Umayyah memunculkan pandangan dan cakrawala
bangunan baru terhadap mawa>li> dan membuka gerbang bagi orang-orang Iran
untuk berpartisipasi secara aktif di seluruh bidang dan tugas pekerjaan
khalifah.52
Perkembangan lembaga kementrian di era dinasti Abbasiyah di bawah
pengaruh sistem administratif non-Arab (Persia). Mereka memikul tanggung
jawab dan kewajiban penting administratif, finansial, dan militer. Jika bani
51
Ibn al-Jawzi, al-Mawd}u’a>t, vol. 1, (Madinah: Maktabah al-Salafiyyah, 1968), 111. 52
Ghulam Reza Awani, Islam, Iran, dan Peradaban…, 240.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
Umayyah memilih orang-orang pilihan dan elite instansinya dari kalangan
Arab, maka para khalifah pertama Bani Abbasiyah memilih kaum elitnya dari
kalangan orang-orang Iran. Pada masa Harun al-Rashid ketika keluarga al-
Barmaki yang terkenal mencapai puncaknya. Keluarga al-Barmaki selama 17
tahun berpegang erat kepada pemerintahan Islam, tetapi jatuhnya mereka
tidak memberikan pengaruh sebaliknya terhadap urgensi orang-orang Persia
dalam instansi administratif khilafah, signifikansi dan superioritas elemen
masih tetap berlanjut di seluruh periode khalifah.53
Hanya saja setiap
kepemimpinan memiliki kecenderungan masing-masing untuk melindungi
kekuasaannya. Seperti awal kepemimpinan Abbasiyah cenderung pada orang-
orang Persia. Sehingga orang-orang Persia lebih dominan dalam
kepemimpinan fase awal dinasti Abbasiyah. Setelah kepemimpinan di tangan
al-Mutawakkil, kecenderungan khalifah mulai berubah, yaitu mempercayakan
khalfah pada orang-orang Turki.
53
Ibid. 235.