Diah

51
PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA ROKOK TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA DI SMA N X TAHUN 2014 Diah Fitri Ayuningtyas, SKM 2013970058

description

Management

Transcript of Diah

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA ROKOK TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA DI SMA N X TAHUN 2014

Diah Fitri Ayuningtyas, SKM

2013970058

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

DAFTAR ISIDAFTAR ISI............................................................................................................i

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iii

DAFTAR GRAFIK................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah.....................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi dan Kandungan Rokok...................................................................6

2.2Resiko Kesehatan Akibat Rokok.................................................................7

2.3Konsumsi Rokok di Indonesia...................................................................10

2.4Rokok dan Remaja.....................................................................................15

2.5Penyuluhan Kesehatan...............................................................................17

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

3.1Kerangka Konsep.......................................................................................19

3.2Hipotesis.....................................................................................................19

3.3Definisi Operasional...................................................................................19

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian........................................................................................21

4.2Populasi dan Sampel..................................................................................22

4.3Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................22

4.4Alat Pengumpul Data.................................................................................22

4.5Prosedur Pengumpulan Data......................................................................22

4.6Pengolahan Data.........................................................................................23

4.7Analisis Data..............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN1. Kuesioner Penelitian

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar 10 Negara di Dunia Dengan Konsumsi Rokok Tertinggi Tahun

2002......................................................................................................10

Tabel 2.2 Konsumsi Rokok di Indonesia Periode 1970-2000..............................11

Tabel 2.3 Prevalensi Merokok Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Menurut

Kelompok Wilayah dan Jenis Kelamin Tahun 1995 dan 2001............12

Tabel 2.4 Prevalensi Perokok Menurut Provinsi Tahun 1995 dan 2001..............13

Tabel 2.5 Prevalensi Merokok Penduduk Umur 10 Tahun Keatas Menurut

kelompok Unur dan Jenis Kelamin Tahun 1995 dan 2001..................15

DAFTAR GRAFIK

Grafik 2.1 Prevalensi Merokok Menurut Provinsi Tahun 1995 dan 2001.............13

Grafik 2.2 Proporsi Perokok Berdasarkan Usia Berdasarkan Data Susenas 1995,2001,2004, dan Riskesdas 2007 dan 2010..................................16

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai bagian dari gaya hidup, rokok sering dikaitkan dengan simbol pergaulan modern. Sekitar 31,4 persen atau 62,8 juta jiwa penduduk Indonesia adalah perokok, dan hampir semuanya mengetahui akan bahaya merokok. Konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data USDA 1960-2002, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 yaitu dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000.Rokok merupakan penyebab kematian tertinggi setelah narkoba. Sebanyak 1.172 orang meninggal akibat rokok setiap harinya di Indonesia, jumlah ini mengalahkan kematian akibat bencana alam. Rokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisima pada tahun 2001. Rokok juga merupakan penyebab dari sekitar 5 % stroke di Indonesia.

Dampak akibat rokok dapat meluas, bukan hanya dampak buruk kesehatan bagi si perokok sendiri. Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok di lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan Asma.

Dr Tuti Soerojo, mantan konsultan Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia, mengemukakan analisis yang lebih mengerikan. Menurutnya, pada tahun 2005 masyarakat miskin berjumlah 60 juta jiwa (15 juta keluarga), ternyata 2 dari 3 laki-laki pada masyarakat miskin tersebut adalah perokok aktif. Data empiris Badan Pusat Statistik membuktikan, pada periode 1996-2003, belanja tembakau dan sirih pada keluarga miskin 7,6 persen dari total pengeluaran. Sementara itu, pada saat yang sama keluarga miskin hanya mengalokasikan 2,6 persen untuk biaya pendidikan dan 1,9 persen untuk kesehatan dari total pengeluaran (Dr Puguh Irawan, BPS, Mei 2004). Egoisme perokok dapat berdampak destruktif sangat jauh bagi anak keturunannya.

Remaja berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Calon (dalam Monk, 1994) menyatakan bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau perlihan karena remaja belum meperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004), masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan di semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Definisi yang sama juga dikemukakan oleh Zakiah Darajat (1990) bahwa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang lebih matang.

Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Mnteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut Kartono (1990), usia remaja dibagi tiga, yaitu remaja awal usia 12 sampai 15 tahun, remaja pertengahan usia 15 sampai 18 tahun, dan remaja akhir usia 18 sampai 21 tahun.

Proporsi perokok remaja di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Bahkan proporsi perokok yang terbanyak adalah pada usia 15 sampai 19 tahun. Berdasarkan data Susenas dan Riskesdas, perokok usia 10 sampai dengan 14 tahun meningkat dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 9,5% di tahun 2001, kemudian menjadi 11,4% di tahun 2004, dan 17,5% di tahun 2010.

Sedangkan proporsi perokok usia 15 sampai 19 tahun adalah 54,5% di tahun 1995, kemudian meningkat menjadi 58,9% di tahun 2001, mencapai proporsi tertinggi yaitu 63,9% di tahun 2004, kemudian mengalami penurunan menjadi 43,3% di tahun 2010.

Tren prevalensi remaja perokok remaja laki-laki lebih tinggi dari perokok remja perempuan. Pada tahun 1995, prevalensi perokok remaja laki-laki adalah 13,7%, kemudian meningkat menjadi 24,2% di tahun 2001, 32,8% di tahun 2004, dan menjadi 37,3% di tahun 2007. Sedangkan pada remaja perempuan, prevalensi perokoknya adalah 0,3% di tahun 1995, kemudian mengingkat mnjadi 12,7% di tahun 2001, 17,3% di tahun 2004, dan menjadi 18,8% di tahun 2007.

Alasan atau latar belakang para remaja merokok adalah pengaruh pergaulan, baik teman di dalam sekolah maupun di luar sekolah adalah alasan yang dominan menyebabkan seorang pelajar merokok. Mereka yang belum pernah merokok, saat bergaul dengan teman-teman yang merokok biasanya lebih mudah terpengaruh dan ikut-ikutan merokok. Mereka tidak percaya diri bila tdak ikut merokoko saat berkumpul dengan teman-teman yang merokok. Selain itu, alasan lainnya adalah mereka merasa lebih jantan jika merokok, menghilangkan stes karena rokok dianggap dapat menenangkan, dan pengaruh orang tua, remaja dengan orang tua yang merokok sebagian besar juga menjadi perokok

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapaitujuan hidup sehat (Depkes, 2002). Dalam definisi yang lain penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).Sasaran penyuluhan dapat perorangan maupun kelompok. Materi yang disampaikan adalah seputar masalah kesehatan, termasuk masalah rokok. Diharapkan dengan adanya penyuluhan kesehatan pada remaja, dapat meningkatkan pengetahunannya tentang bahaya merokok dan segala kerugian akibat rokok serta dapat memacu keinginan bahkan menimbulkan sikap berhenti merokok.1.2. Perumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan perilaku berhenti merokok pada remaja di SMA N X pada tahun 2014.

1.3. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan perilaku berhenti merokok pada remaja.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulisb. Mendapatkan gambaran kebiasaan merokok pada remajac. Mendapatkan pengetahuan mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan perilaku berhenti merokok pada remaja.d. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan penelitian dengan metode kuantitatif 1.4.2 Bagi SMA N Xa. Mendapatkan gambaran kebiasaan merokok pada siswa b. Mendapatkan pengetahuan mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan perilaku berhenti merokok pada remajac. Dapat menindaklanjuti hasil penelitian, berhubungan dengan aturan mengenai rokok di sekolah atau upaya untuk menurunkan angka perokok di sekolah

1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuana. Menambah kajian dalam bidang promosi kesehatanb. Menambah studi kasus mengenai pengaruh penyuluhan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan perilaku berhenti merokok pada remaja

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi dan Kandungan Rokok

Rokok merupakan salah satu produk tembakau. Menurut Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)-WHO, produk tembakau adalah produk yang dibuat dengan menggunakan seluruh atau sebagian dari daun tembakau sebagai bahan dasar yang diproduksi untuk menghasilkan rokok yang kemudian dikonsumsi dengan cara dihisap, dikunyah, atau disedot.

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapt dihirup lewat mulut pada ujung lain.

Ada dua jenis rokok, yaitu rokok berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin. Rokok dapat berbentuk sigaret, kretek, cerutu, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot, dan tembakau tanpa asap.

Diantara merek-merek rokok yang terkenal dan banyak beredar di Indonesia adalah Rokok LA Lights, LA Menthol, Djarum BLACK Reg, Djarum BLACK Tea, Djarum BLACK Cappucino, Djarum Super, A Mild, Class Mild, Bentoel, Benson & Hedges, Lestee, Lintang Enam, Marlboro, Wismilak, Dji Sam Soe, Gudang Garam, Lucky strike, dan lain-lain.

Rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia, mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah Tar yang bersifat karsinogenik, Nikotin yang bersifat adiktif, dan Karbon Monoksida, juga nitrogen oksida, hidrogen cyanide, ammonia acrolein, acetilen, benzaldehyde, urethane, benzene, methanol, coumarin, 4-ethylcatechol, ortocresol, perlyne, dan lain-lain secara umum, bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel. Komponen padat atau partikel kemudian dibagi menjadi nikotin dan tar. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin.

Sesungguhnya, bila seseorang membakar kemudian menghisap rokok, maka ia akan sekaligus menghisap bahan-bahan kimia yang disebutkan di atas. Bila rokok dibakar, maka asap rokok akan berterbangan di sekitar perokok. Asap yang berterbangan itu juga mengandung bahan berbahaya, dan bila asap rokok itu dihisap oleh orang yang ada di sekitar si perokok (perokok pasif) maka juga akan menghirup bahan berbahaya walaupun dirinya sendiri tidak merokok. Asap rokok yang dihisap si perokok disebut dengan asap utama (mainstream smoke) dan asap yang keluar dari ujung rokk dan dihisap oleh perokok pasif disebut asap sampingan (sidestream smoke).

2.2. Resiko Kesehatan Akibat RokokEfek dari rokok/tembakau memberi stomulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu kedokteran jiwa, Psikiatri, 1979: 33).

Beberapa risiko kesehatan bagi perokok berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004, antara lain:

a. Di Indonesia rokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisima pada tahun 2001.b. Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5 % stroke di Indonesia.c. Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau penundaan kemampuan hamil, pada pria meningkatkan risiko impotensi sebesar 50%.d. Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan ataupun terkena asap rokok dirumah atau di lingkungannya beresiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah.e. Seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko kanker paru sebesar 20-30% lebih tinggi daripada mereka yang pasangannya bukan perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit jantung.f. Lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok di lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan asma.Disamping itu beberapa penyakit akibat merokok menurut Badan POM RI antara lain:

a. Penyakit jantung dan stroke. Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit jantung dan stroke. b. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan sudden death (kematian mendadak).c. Kanker paru. Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker paru. Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian, karena sulit dideteksi secara dini. Penyebaran dapat terjadi dengan cepat ke hepar, tulang dan otak.d. Kanker mulut. Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan penyakit gusi.e. Osteoporosis. Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih mudah menderita sakit tulang belakang.f. Katarak. Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok mempunyai risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.g. Psoriasis. Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses inflamasi kulit tidak menular yang terasa gatal, dan meninggalkan guratan merah pada seluruh tubuh.h. Kerontokan rambut. Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan kerontokan rambut, ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah, kulit kepala dan tangan.i. Dampak merokok pada kehamilan. Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Risiko keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena Karbon Monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.j. Impotensi. Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.Dampak akibat rokok dapat meluas, bukan hanya dampak buruknya kesehatan bagi si perokok sendiri. Dr Tuti Soerojo, mantan konsultan Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia, mengemukakan analisis yang lebih mengerikan. Menurut dia, ketika pada 2005 masyarakat miskin berjumlah 60 juta jiwa (15 juta keluarga), ternyata 2 dari 3 laki-laki pada masyarakat miskin tersebut adalah perokok aktif. Data empiris Badan Pusat Statistik membuktikan, pada periode 1996-2003, belanja tembakau dan sirih pada keluarga miskin 7,6 persen dari total pengeluaran. Sementara itu, pada saat yang sama keluarga miskin hanya mengalokasikan 2,6 persen untuk biaya pendidikan dan 1,9 persen untuk kesehatan dari total pengeluaran (Dr Puguh Irawan, BPS, Mei 2004). Egoisme perokok dapat berdampak destruktif sangat jauh bagi anak keturunannya. Penghasilan yang sudah sedikit, masih harus dipotong untuk biaya merokoknya. Mereka lebih banyak mengalokasikan uangnya untuk rokok dibanding menyekolahkan anak mereka atau memenuhi kebutuhan mereka akan kesehatan, hal itu tentu akan berimbas pada anak-anak dan masa depannya.

2.3.Konsumsi Rokok di Indonesia

Di Indonesia, konsumsi rokok secara nasional pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada tahun yang sama.

Tabel 2.1

Daftar 10 Negara di Dunia dengan Konsumsi Rokok Tertinggi Tahun 2002

No.Negara 2002 (milyar batang)

1Republik Rakyat Cina1.697,291

2Amerika Serikat463,504

3Rusia375,000

4Jepang299,085

5Indonesia 181,958

6Jerman 148,400

7Turki 116,000

8Brasilia 108,200

9Italia 102,357

10Spanyol 94,309

Berdasarkan data USDA 1960-2002, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 yaitu dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Kenaikan konsumsi rokok yang paling tinggi (159%) terjadi antara tahun 1970 dan 1980, yaitu dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang, ini bersamaan dengan munculnya mekanisasi industri rokok kretek pada tahun 1974. Pada tahun berikutnya konsumsi terus meningkat, yaitu sebesar 67% pada kurun waktu 1980-1990; dan 54% selama periode 1990-2000. Pada tahun 2001 konsumsi menurun sampai 199 milyar batang.Tabel 2.2

Konsumsi Rokok di Indonesia Periode 1970 - 2000

TahunJumlah (Milyar Batang)Presentase kenaikan (%)

197033-

198084159

199014167

200021754

20011998,29 (penurunan)

Prevalensi Merokok di Indonesia

Menurut WHO definisi perokok sekarang adalah mereka yang merokok setiap hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok pada saat survey dilakukan. Berdasarkan pengolahan data Susenas 1995 dan 2001 prevalensi merokok dapat dikelompokkan berdasarkan orang dewasa (umur diatas 15 tahun), jenis kelamin, wilayah (perkotaan atau desa), provinsi, kelompok umur (yang dimulai dari umur 10 tahun ke atas), pendapatan, dan pendidikan.

a. Prevalensi Merokok diantara Orang Dewasa. Pada tahun 2001 besarnya prevalensi merokok penduduk usia 15 tahun ke atas adalah 31,5 %, lebih tinggi dibandingkan tahun 1995 yang besarnya 26,9% (Tabel 1.3). Prevalensi ini berbeda menurut jenis kelamin, wilayah tempat tinggal, kelompok umur, tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.

b. Prevalensi Menurut Jenis Kelamin.

Prevalensi merokok dewasa (umur 15 tahun ke atas) pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi pada perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi pada laki-laki sebesar 62,2% dan perempuan sebesar 1,3%. Prevalensi merokok laki-laki dewasa meningkat dari 53,4% tahun 1995 menjadi 62,2% pada tahun 2001. Prevalensi merokok perempuan menurun dari 1,7% tahun 1995 menjadi 1,3% tahun 2001 (Tabel 1.3).c. Prevalensi Merokok Menurut Wilayah (Perkotaan-Pedesaan). Penduduk yang tinggal di pedesaan mempunyai prevalensi merokok yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Prevalensi merokok di pedesaan adalah sebesar 34,0% dan di perkotaan sebesar 28,2%. Prevalensi merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas yang tinggal di desa adalah sebesar 67,0 % dan yang tinggal di kota 56,1 %, sedangkan prevalensi merokok wanita umur 15 tahun keatas di desa 1,5 % dan di kota 1,1 % (Tabel 1.3).

Tabel 2.3

Prevalensi Merokok Penduduk Umur 15 Tahun KeatasMenurut Kelompok Wilayah dan Jenis Kelamin Th 1995 dan 2001Wilayah19952001

Laki-LakiPerempuanLaki-Laki & PerempuanLaki-LakiPerempuanLaki-Laki & Perempuan

Desa58,32,029,567,01,534,0

Kota45,11,222,656,11,128,2

Desa & Kota53,41,726,962,21,331,5

d. Prevalensi Merokok Menurut Provinsi.

Prevalensi perokok di beberapa provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut:Tabel 2.4

Prevalensi Perokok Menurut Provinsi tahun 1995 dan 2001

Provinsi19952001

Laki-Laki (%)Perempuan (%)Laki-Laki (%)Perempuan (%)

DKI Jakarta58,31,854,51,5

Jabar52,41,368,01,7

Jateng47,20,561,51,0

DI Jogjakarta55,71,353,70,2

Bali61,80,545,71,3

Irian Jaya55,00,654,63,7

Grafik 2.1

Dari grafik diketahui dari beberapa provinsi di Indonesia, pada tahun 1995, persentase tertinggi perokok pria adalah Bali dengan persentase 61,8% dan persentase tertinggi perokok wanita dari DKI Jakarta dengan 1,8%. Pada tahun 2001 persentase perokok pria tertinggi terdapat pada provinsi Jawa Barat dengan 68%, dan persentase perokok wanita tertinggi pada Irian Jaya dengan 3,7%.

e. Prevalensi Merokok Menurut Kelompok Umur. Selama tahun 1995-2001, terjadi peningkatan prevalensi merokok pada semua kelompok umur, kecuali pada laki-laki usia lebih dari 65 tahun. Peningkatan tertinggi pada tahun 2001 terjadi pada kelompok umur 15-19 tahun dari 13,7% menjadi 24,2% atau naik 77% dibandingkan tahun 1995, yang diikuti dengan kelompok umur 20-24 tahun dari 42,6% menjadi 60,1% (peningkatan sebesar 41% dari tahun 1995), dan kelompok umur 25-29 tahun dari 57,3% menjadi 69,9%, naik 22% dari prevalensinya pada tahun 1995. Prevalensi merokok pada usia 25-29 tahun sampai dengan 50-54 tahun bahkan melebihi 70% dengan prevalensi tertinggi terdapat pada laki-laki umur 45-49 tahun sebesar 74,3 % pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada laki-laki yang besarnya lebih dari 60% pada tahun 1995 terjadi pada kelompok umur 30-34 tahun sampai dengan 65-69 tahun. Pada tahun 2001 terjadi pergeseran kelompok umur yang memiliki prevalensi lebih dari 60% ke arah usia yang lebih dini yaitu 20-24 tahun dan 25-29 tahun (Tabel 1.5).

Tabel 2.5Prevalensi merokok penduduk umur 10 tahun keatasmenurut kelompok umur dan jenis kelamin, 1995 dan 2001

Kelompok Umur (Tahun)19952001

Laki-lakiPerempuanLaki-laki & PerempuanLaki-lakiPerempuanLaki-laki & Perempuan

10-14 0,50,10,30,70,00,4

15-19 13,70,37,124,20,212,7

20-24 42,61,020,360,10,628,8

25-29 57,31,127,469,90,633,7

30-34 64,41,231,570,50,935,3

35-39 67,31,735,673,51,336,6

40-44 67,32,334,274,31,939,6

45-49 68,03,135,774,42,241,3

50-54 66,83,434,570,42,634,8

55-59 66,13,333,969,93,036,3

60-64 64,72,832,265,62,832,6

65-69 64,33,834,064,72,732,2

70-74 56,93,130,659,22,130,0

75+ 53,31,924,848,52,123,5

2.4. Rokok dan Remaja2.4.1. Definisi Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Calon (dalam Monk, 1994) menyatakan bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau perlihan karena remaja belum meperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004), masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan di semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Definisi yang sama juga dikemukakan oleh Zakiah Darajat (1990) bahwa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan maupun cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang lebih matang.

Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Mnteri Kesehatan RI tahun 2010, batas usia remaja adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut Kartono (1990), usia remaja dibagi tiga, yaitu remaja awal usia 12 sampai 15 tahun, remaja pertengahan usia 15 sampai 18 tahun, dan remaja akhir usia 18 sampai 21 tahun.

2.4.2. Angka Perokok RemajaProporsi perokok remaja di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Bahkan proporsi perokok yang terbanyak adalah pada usia 15 sampai 19 tahun. Berdasarkan data Susenas dan Riskesdas, perokok usia 10 sampai dengan 14 tahun meningkat dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 9,5% di tahun 2001, kemudian menjadi 11,4% di tahun 2004, dan 17,5% di tahun 2010.

Sedangkan proporsi perokok usia 15 sampai 19 tahun adalah 54,5% di tahun 1995, kemudian meningkat menjadi 58,9% di tahun 2001, mencapai proporsi tertinggi yaitu 63,9% di tahun 2004, kemudian mengalami penurunan menjadi 43,3% di tahun 2010.

Grafik 2.2

Proporsi Perokok Berdasarkan Usia Berdasarkan Data Susenas 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas 2007 dan 2010

Tren prevalensi remaja perokok remaja laki-laki lebih tinggi dari perokok remja perempuan. Pada tahun 1995, prevalensi perokok remaja laki-laki adalah 13,7%, kemudian meningkat menjadi 24,2% di tahun 2001, 32,8% di tahun 2004, dan menjadi 37,3% di tahun 2007. Sedangkan pada remaja perempuan, prevalensi perokoknya adalah 0,3% di tahun 1995, kemudian mengingkat mnjadi 12,7% di tahun 2001, 17,3% di tahun 2004, dan menjadi 18,8% di tahun 2007.

Terdpat beberapa alasan atau faktor penyebab remaja merokok, diataranya adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh pergaulan, baik teman di dalam sekolah maupun di luar sekolah adalah alasan yang dominan menyebabkan seorang pelajar merokok. Mereka yang belum pernah merokok, saat bergaul dengan teman-teman yang merokok biasanya lebih mudah terpengaruh dan ikut-ikutan merokok. Mereka tidak percaya diri bila tdak ikut merokok saat berkumpul dengan teman-teman yang merokok. b. Merasa lebih jantan jika merokok

c. Menghilangkan stes karena rokok dianggap dapat menenangkan

d. Pengaruh orang tua, remaja dengan orang tua yang merokok sebagian besar juga menjadi perokoke. Pengaruh iklan dan promosi rokok

f. Penasaran dan ingin mencoba2.5. Penyuluhan KesehatanPenyuluhan kesehatan adalahpenambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapaitujuan hidup sehat (Depkes, 2002). Dalam definisi yang lain penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).

Sasaran penyuluhan dapat perorangan maupun kelompok. Materi yang disampaikan adalah seputar masalah kesehatan, termasuk masalah rokok. Diharapkan dengan adanya penyuluhan kesehatan pada remaja, dapat meningkatkan pengetahunannya tentang bahaya merokok dan segala kerugian akibat rokok serta dapat memacu keinginan bahkan menimbulkan sikap berhenti merokok.Tujuan penyuluhan kesehatan adalah (Effendy, 1998) : a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

BAB IIIKERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,

DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Dengan adanya penyuluhan kesehatan maka remaja akan mendapatkan pendidikan dan pengetahuan mengenai rokok dan bahayanya bagi kesehatan. Dengan begitu diharapan informasi atau pesan yang disampaikan dari penyuluhan tersebut dapat meningkatkan pengetahuan remaja serta dapat memicu perilaku berhenti merokok.3.2.Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah penyuluhan kesehatan tentang bahaya rokok berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan perilaku berhenti merokok pada remaja

3.3.Definisi OperasionalUntuk menyamakan persepsi, di bawah ini diuraikan definisi operasional yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu

a. Variabel pengaruh:

Penyuluhan kesehatan tentang bahaya rokok

Definisi operasional:

Proses penyampaian pesan mengenai rokok, kandungan di dalamnya, beserta bahayanya yang bertujuan agar objek penyuluhan tahu, mau, dan melakukan pesan kesehatan yang disampaikan. Dalam hal ini mengenai rokok sehingga mau dan berhenti merokok

Skala pengukuran: nominal

Hasil ukur : ada dan tidak ada

b. Variabel tergantung:

Pengetahuan remaja

Definisi opersional:Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan remaja mengenai rokok dan bahayanya bagi kesehatan

Hasil ukur: rendah, sedang, tinggi

Skala pengukuran: ordinal Perilaku berhenti merokok pada remaja

Definisi operasional:Berhentinya remaja dari kebiasaan merokok Hasil ukur: Berhenti atau tidak berhenti merokok

Skala pengukuran : nominalc. Variabel Luar:

Usia

Definisi operasional: Lamanya seseorang hidup

Hasil ukur: usia responden

Skala pengukuran: ratio Jenis kelamin

Definisi operasional: kondisi biologis sejak lahir seseorang yang membedakannya menjadi laki-laki dan perempuan

Hasil pengukuran: laki-laki atau perempuan

Skala pengukuran : nominal Pendidikan

Definisi operasional: Jenjang pendidikan yang telah ditempuh

Hasil pengukuran: SD, SMP, SMA

Skala pengukuran : ordinal

BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggambarkan pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan perilaku berhenti merokok pada remaja. Jenis rancangan penelitian ini adalah eksperimental murni dengan rancangan pra-pasca perlakuan. Subjek penelitian diambil sebanyak 50 orang remaja, kemudian diberikan pre tes tentang pengetahuan mengenai rokok dan keinginan untuk berhenti merokok. Sampel dibagi secara random menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing berjumlah 25 orang.

Perlakuan yang diberikan adalah penyuluhan kesehatan secara ceramah dengan menggunakan media power point, vidio, leaflet, dan banner. Selain itu selama dua bulan dibolehkan berkonsultasi dengan peneliti mengenai bahaya rokok dan cara berhenti merokok. Untuk kelompok kontrol diberikan penyuluhan hanya dengan power point dan sekilas materi saja. Setelah itu diberikan post test pada kedua kelompok sampel. Dilakukan pengukuran apakah penyuluhan kesehatan tersebut berpengaruh terhadap pengetahuan. Kelompok sampel diikuti selama 2 bulan dan dilihat apakah timbul perilaku berhenti merokok Gambar 4.1

Skema Rancangan Penelitian

4.2.Populasi dan SampelSubjek penelitian adalah 50 orang remaja usia 16-18 tahun yang berjenis kelamin laki-laki, sedang menjalani pendidikan di sekolah menengah atas, yaitu di SMA N X dan memiliki kebiasaan merokok. Sampel dipilih dengan metode random sampling.Kriteria inklusi adalah remaja siswa laki-laki, usia 16 sampai dengan 18 tahun dan memiliki kebiasaan merokokKriteria eksklusi adalah remaja selain siswa laki-laki, usia 16 sampai dengan 18 tahun, tidak memiliki kebiasaan merokok4.3.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMA N X dan penelitian akan dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2014.

4.4.Alat Pengumpul DataAlat ukur yang akan digunakan dalam penlitian ini adalah kuesioner tentang pengetahuan mengenai rokok dan perilaku berhenti merokok. Kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner yang sudah tersedia (sudah digunakan dalam penelitian sebelumnya sehingga tidak perlu melakukan uji validitas dan reliabilitas) dengan beberapa modifikasi yaitu pada poin perilaku berhenti merokok 4.5.Prosedur Pengumpulan DataProsedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peneliti akan memilih subjek (sampel) penelitian dengan beberapa matching variabel. Sampel dibagi dua yaitu yang diberi perlakuan dan kelompok kontrol

b. Melakukan pre tes untuk mengetahui pengetahuan subjek mengenai rokok dan perilaku berhenti merokok.

c. Memberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok yang diberi perlakuan dengan cara ceramah dengan menggunakan media power point, vidio, leaflet, dan banner. Selain itu selama dua bulan dibolehkan berkonsultasi dengan peneliti mengenai bahaya rokok dan cara berhenti merokok d. Untuk kelompok kontrol diberikan penyuluhan hanya dengan power point dan sekilas materi saja e. Melakukan post test untuk mengetahui pengetahuan tentang rokok setelah penyuluhan f. Kelompok sampel diikuti selama 2 bulan dan dilihat apakah timbul perilaku berhenti merokok

g. Melakukan uji statistik 4.6.Pengolahan Data

Menurut Santoso (2013), pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Editing

Editing adalah proses penyuntingan yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum diisi

b. Coding

Mengubah data yang berbentuk huruf menjadi angka atau bilangan yang bertujuan untuk memudahkan saat menganalisis dan mempercepat proses entry data. c. Entry

Setelah semua isis lembar kuesioner sudah terisi penuh dan benar, serta melewati proses pengkodean, maka langkah berikutnya adalah memasukkan data dari kuesioner ke program komputer untuk dianalisis

d. CleaningMelakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah sudah benar atau tidak. Pengecekan ini berguna untuk mengetahui adanya data yang tidak konsisten, variasi, dan missing data.

4.7.Analisis Data

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Chi-Kuadrat. Uji chi-kuadrat dua mean digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan diantara dua kelompok sampel. Dalam hal ini adalah sampel yang diberi perlakuan dan sampel kontrol. Tes Statistik :

Titik Kritis : Terletak pada tabel C (buku Sidney Siegel) atau tabel Chi Kuadrat dengan berbagai taraf signifikansi dengan db (derajat kebebasan) = (baris -1) (kolom 1) .Keputusan : Hipotesis nol ditolak jika X kuadrat hasil analisis melebihi X titik kritis.

Tahapan analisis :

1. Meletakkan frekuensi observasi (fo) dalam k kategori. Jumlah total frekuensi harus sama dengan N yakni banyak observasi-observasi independent.

2. Menentukan frekuensi yang diharapkan (fh) untuk masing-masing sel tabel. Jika k >2 dan lebih 20 persen fh