Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun...

57
0 DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR AKUNTASI DAGANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 MARTAPURA TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : PERDINI ADMA SARI A1A308069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Transcript of Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun...

Page 1: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

0

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR AKUNTASI DAGANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 MARTAPURA TAHUN

AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

PERDINI ADMA SARI

A1A308069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2012

Page 2: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu bentuk pendidikan

formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada pendidikan

menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama. Tujuan

penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan adalah untuk menghasilkan

lulusan yang siap kerja dan mandiri dengan perbekalan keahlian yang didapat

di sekolah. SMK memiliki beberapa jurusan, salah satunya adalah jurusan

akuntansi produktif. Hasil akhir pada pembelajaran produktif di jurusan

akuntansi adalah untuk melahirkan siswa-siswi yang berkompeten di bidang

akuntansi (menjadi seorang akuntan yang handal).

SMK program keahlian akuntansi mempunyai Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) yang terdiri dari Dasar Kompetensi Kejuruan (Dasar- Dasar

Akuntansi), Kompetensi Kejuruan Akuntansi, dan Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar Muatan Lokal/ global yang harus dikuasai siswa. Di dalam

Standar Kompetensi Lulusan terdapat beberapa standar kompetensi yang

terdiri dari beberapa kompetensi dasar, yakni pada SKL Dasar Kompetensi

Kejuruan (Dasar- Dasar Akuntansi) terdapat enam standar kompetensi yaitu

Menerapkan Prinsip Dasar Produksi Dalam Kegiatan Bisnis yang terdiri dari

dua kompetensi dasar, Menentukan Bentuk Badan Usaha dan Memanfaatkan

Lembaga Keuangan yang terdiri dari dua kompetensi dasar, Bekerjasama

dengan Kolega dan Pelanggan yang terdiri dari empat kompetensi dasar,

Page 3: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

2

Berkomunikasi Melalui Telepon dan Faximili yang terdiri dari empat

kompetensi dasar, Mengerjakan persamaan dasar akuntansi yang terdiri dari

tiga kompetensi dasar, serta Mengelola Bukti Transaksi yang terdiri dari tiga

kompetensi dasar.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan

sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam baik dalam hal

kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan

dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa

dengan siswa lainnya. Seperti yang dipaparkan oleh Ary H. Gunawan (2010:

59) Perkembangan manusia sering dipengaruhi oleh berbagai faktor/aspek,

baik internal maupun eksternal. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh para

pendidik agar pandai-pandai memecahkan atau menggarap masalah

pendidikan melalui analisis sosiologis. Faktor intern meliputi faktor biologis

dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan

fisik dan lingkungan sosial (Abu Ahmadi, 2007:27). Setiap individu memang

tidak ada yang sama. Perbedaan individu inilah yang menyebabkan perbedaan

tingkah laku di kalangan anak didik. Ada siswa yang dapat menempuh

kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan,

namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya

mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh

adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar sehingga

pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di

bawah semestinya. Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan

menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam akuntansi, maka

Page 4: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

3

diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan. Patokan tersebut dapat dilihat

dari tingkat keberhasilan belajar siswa. Tingkat keberhasilan belajar siswa

terhadap proses belajar dapat menggunakan acuan tingkat keberhasilan

tersebut sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah sebagai

berikut:

a. Istimewa / maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan

dapat dikuasai siswa

b. Baik sekali / optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa

c. Baik / minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan 60%- 75

% dikuasai siswa

d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang

dari 60% dikuasai siswa (Djamarah dan Zain, 2006: 107).

Di bawah ini data jumlah siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1

Martapura Tahun Ajaran 2011/2012 dan jumlah siswa yang memperoleh nilai

ulangan umum semester kurang dari 75 mengenai siklus akuntansi jasa dan

dagang.

Page 5: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

4

TABEL 2

Daftar Jumlah Siswa kelas X Akuntansi

yang berkesulitan belajar

Kelas Jumlah SiswaJumlah Siswa dengan

Nilai UTS <75

X Akuntansi 1 35 11

X Akuntansi 2 35 14

Jumlah 70 25

(Data SMK Negeri 1 Martapura)

Dari data nilai Ujian Tengah Semester kelas X Akuntansi SMK

Negeri 1 Martapura terdapat 14 siswa atau lebih dari 35 persen siswa kelas X

Akuntansi yang berkriteria minimal dalam proses belajar, yaitu siswa yang

nilai ujian tengah semesternya kurang dari 75.

Kesulitan belajar yang dialami siswa berbeda, sehingga cara

menanganinya juga berbeda sesuai permasalahannya. Dengan demikian siswa

tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari guru. Guru harus berusaha

membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan cara mendiagnosa

kesulitan belajar yaitu meneliti dimana letak kesulitan yang dialami siswa

dalam mempelajari materi pelajarannya dan mencari alternatif pemecahan

masalah, dengan diagnostik kesulitan belajar siswa maka usaha perbaikan

terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa dapat dilaksanakan dengan

tepat dan terarah.

Page 6: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

5

Pentingnya pemahaman siswa mengenai fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur dalam standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi maka dirasa

perlu untuk dilakukan pengkajian tentang kesulitan belajar siswa dalam

mempelajari siklus akuntansi dagang, khususnya pada standar kompetensi

Mengelola Bukti Transaksi. Hal ini perlu dilakukan agar guru dapat

mengetahui letak kesulitan siswa dalam penguasaan fakta, konsep, prinsip,

dan prosedur dalam mengelola bukti transaksi sehingga dapat meminimalisir

kesalahan- kesalahan siswa dalam menyelesaikan persoalan siklus akuntansi

dagang. Selain itu guru dapat mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan

kesulitan belajar siswa dalam mempelajari bukti transaksi pada siklus

akuntansi dagang sehingga dapat memberikan remedial kepada siswa yang

mengalami kesulitan dalam belajar.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah:

pertama, SMK progran keahlian akuntansi mempunyai tiga Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) yang terdiri dari Dasar Kompetensi Kejuruan

(Dasar- Dasar Akuntansi), Kompetensi Kejuruan, dan Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal/ global yang harus dikuasai siswa.

Dalam SKL Dasar Kompetensi Kejuruan terdapat Standar Kompetensi

mengelola bukti transaksi yang merupakan salah satu standar kompetensi

yang sangat penting karena merupakan hal yang paling mendasar dalam

mempelajari akuntansi. Kedua, terdapat siswa yang mengalami kesulitan

belajar akuntansi sehingga guru perlu memberikan program remedial. Ketiga,

Page 7: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

6

guru belum mengetahui penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa dalam

mempelajari kompetensi dasar Mengelola Bukti Transaksi.

C. PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini hanya

dibatasi pada kajian kesulitan belajar siswa dalam mempelajari siklus

akuntansi dagang khususnya pada standar kompetensi Mengelola Bukti

Transaksi berdasarkan tingkat kognitif pengetahuan, dan pemahaman

mengenai fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

Kajian kesulitan belajar tersebut dapat ditelaah dengan diagnostik

kesulitan belajar serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.

D. PERUMUSAN MASALAH

Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul

permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Identifikasi kesulitan apakah yang dihadapi siswa kelas X Akuntansi SMK

Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan soal akuntansi pada standar

kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat kognitif

pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur?

2. Siapa sajakah siswa yang mengalami kesulitan belajar akuntansi pada

standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat

kognitif pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip,

dan prosedur?

Page 8: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

7

3. Faktor- faktor apa sajakah pada standar kompetensi sebelumnya yang

menyebabkan siswa kesulitan belajar akuntansi pada standar kompetensi

Mengelola Bukti Transaksi?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui identifikasi kesulitan yang dihadapi siswa kelas X

Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan soal akuntansi

pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi berdasarkan tingkat

kognitif pengetahuan dan pemahaman mengenai fakta, konsep, prinsip,

dan prosedur.

2. Untuk mengetahui siswa-siswa mana yang mengalami kesulitan pada

standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi

3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa pada kompetensi dasar sebelumnya

yang menyebabkan siswa kesulitan belajar akuntansi pada standar

kompetensi Mengelola Bukti Transaksi

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Berguna untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan

soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi.

2. Berguna untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal akuntansi pada standar kompetensi Mengelola

Bukti Transasksi

Page 9: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

8

3. Mengetahui siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam

akuntansi.

4. Mempermudah guru yang bersangkutan untuk memberikan program

remedial secara tepat dan terarah.

5. Meminimalisir kesalahan siswa dalam mengerjakan persoalan

akuntansi pada standar kompetensi Mengelola Bukti Transaksi

Page 10: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. AKUNTANSI DAGANG

Perusahaan dagang memiliki karakteristik sebagai berikut:i. Perusahaan dagang menjual produk berupa barang berwujud antara lain

barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan baku (bahan mentah). Barang dagang tersebut berasal dari hasil pertanian, perkebunan, pertambangan, dan hasil industri.

ii. Perusahaan dagang tidak melakukan pengolahan atas barang dagang. Produk perusahaan dagang merupakan pembelian pihak luar.

iii. Perusahaan dagang memiliki aktivitas pokok sebagai berikut.1. Pembelian Barang.

Kegiatan pembelian dalam perusahaan dagang meliputi pembelian aktiva produksi, pembelian barang dagang serta pembelian barang dan jasa lain untuk kegiatan usaha. Pembelian tersebut dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit dan pada umumnya dilakukan kepada beberapa pihak atau pemasok (supplier).

2. Penyimpanan BarangSetelah melakukan pembelian, maka barang-barang yang tealh dibeli tersebut disimpan untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen. Pada umumnya penyimpanan barang diletakkan pada suatu gudang sebagai persediaan barang dagang perusahaan.

3. Penjualan BarangSumber utama pendapatan bagi perusahaan dagang berasal dari penjualan. Seperti pembelian, penjualan barang dagang juga dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit (Wahyu Adji, 2008: 3- 5).

Page 11: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

10

Pemilik atau pengelola dapat memantau kondisi keuangan bisnis yang

dijalankan melalui langkah- langkah dalam akuntansi (Wahyu Adji, 2008: 6).

BAGAN 1

Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang

Dibuat dan diterima, dicatat dalam

Beberapa transaksi jugaDicatat langsung ke

Dibalik menggunakan dipindah ke

Dirangkum dalam di susun dalam

Ditutup menggunakan disesuaikan

menggunakan

Dilaporkan diikhtisarkan dalam

dalam bentuk

(Wahyu Adji, 2008: 7)

Akuntansi merupakan mata pelajaran yang menggunakan pendekatan

prosedural. Pendekatan Prosedural (procedural approach) dipakai bila

standar kompetensi harus dikuasai berupa langkah-langkah secara urut dalam

Bukti Transaksi

Ayat Jurnal Pembalik

Neraca Saldo setelah Tutup Buku

Ayat Jurnal Penutup

Neraca Saldo Setelah Disesuaikan

Kertas Kerja

Buku Besar Pembantu

- Jurnal Umum

- Jurnal Khusus

Buku besar

Neraca Saldo

Ayat Jurnal Penyesuaian

Page 12: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

11

mengerjakan suatu tugas pembelajaran (Dependiknas, 2008: 12). Sedangkan

menurut Atmono (2009: 5) model pembelajaran lebih bersifat prosedural,

yaitu berisi tahapan tertentu. Salma (2008: 39) mengemukakan model

prosedural menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran

disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan.

Contoh: Dalam pelajaran akuntansi, agar siswa mampu menghitung laba atau

rugi dalam jual beli (penerapan rumus/dalil). Siswa terlebih dahulu harus

mempelajari konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar

(Penguasaan konsep); setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil

menghitung laba, dan rugi (Penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan

dalil atau prinsip jual beli (Penguasaan Penerapan dalil) (diakses pada tanggal

14 Februari 2012, http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-

langkah-mengurutkan-materi-pembelajaran).

Manfaat model prosedural, yakni:

1. Alur pelaksanaan model dilaksanakan secara jelas, biasanya arah diatur

dengan simbol tanda panah ( ), garis putus-putus untuk umpan balik

( ).

2. Setiap langkah jelas mudah diikuti

3. Dengan keteraturan ini, maka terjadi efektifitas dan efesiensi pelaksanaan

(Salma, 2008: 39).

Menurut Salma (2008: 81) Ilmu atau pengetahuan berdasarkan teori

informasi dapat dipilah dan dikaji karakteristiknya. Analisis pengetahuan

dilaksanakan melalui mengelompokkan jenis ilmu berdasarkan struktur di

Page 13: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

12

dalamnya serta jenjang atau tingkat pemahamannya bagi proses belajar

seseorang.

Pada model disain pembelajaran merill (CDT) telah menyinggung

kategori ilmu itu. Ia menyatakan bahwa isi pelajaran terdiri atas fakta,

konsep, prosedur, dan prinsip (Salma, 2008: 81).

1. Fakta

Bagi Merril (1983), fakta adalah informasi tentang nama, tempat,

kejadian julukan, istilah, simbol. Selain itu fakta juga mengenai

hubungan antar-informasi tersebut (Salma, 2008: 83).

2. Konsep

Konsep adalah kelompok objek atau kebendaan, kejadian, simbol,

yang memiliki kesamaan atau kemiripan karakteristik serta nama atau

julukan (Salma, 2008: 85).

Sedangkan menurut Santrock (2008: 352) yang mengutip pendapat

Zacks & tversky (2001), konsep adalah kategori - kategori yang

mengelompokan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti

umum. Selain itu mengutip pendapat Hann & Ramscar (2001) dan Medin

(2000) yang mengatakan bahwa konsep adalah elemen dari kognisi yang

membantu menyederhanakan dan meringkas informasi.

3. Prosedur

Kemp, dkk merumuskan prosedur adalah tugas atau pekerjaan yang

harus dilaksanakan oleh peserta didik secara bertahap atau berurutan.

Pendapat Merril juga tidak jauh berbeda dari pendapat Kemp,dkk.

Prosedur adalah rangkaian langkah pelaksanaan pekerjaan yang harus

Page 14: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

13

dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu, atau untuk

menyelesaikan suatu masalah atau produk (Salma, 2008: 87).

4. Prinsip

Menurut Merril (1983), prinsip berupa penjelasan atau ramalan

atas suatu kejadian di dunia ini. Prinsip menyangkut hukum sebab-akibat

dengan sifat hubungan korelasi untuk menginterpretasikan kejadian

khusus (Salma, 2008: 86). Selain empat ragam pengetahuan menurut

Merril, ada empat aspek kognitif yang dibedakan atas enam jenjang

menurut taksonomi Bloom (1956) yang diurutkan secara hierarki

piramidal (Daryanto, 2008: 101). Sistem klasifikasi Bloom itu dapat

digambarkan sebagai berikut:

BAGAN 2

Sistem Klasifikasi Bloom

Penilaian (Evaluation)

Sintesis (Syntesis)

Analisis (Analysis)

Penerapan (Application)

Pemahaman (Comprehension)

Pengetahuan (Knowledge)

Keenam aspek ini bersifat kontinu dan overlap (saling tumpang tindih).

Aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek di bawahnya.

Page 15: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

14

Dengan demikian:

Aspek 2 meliputi juga aspek 1;

Aspek 3 meliputi juga aspek 2 dan 1;

Aspek 4 meliputi juga aspek 3, 2, dan 1;

Aspek 5 meliputi juga aspek 4, 3, 3, dan 1;

Aspek 6 meliputi juga aspek 5, 4, 3, 2, dan 1; (Daryanto, 2008: 102).

Berikut ini penjelasan mengenai tiap aspek sebagaimana diberikan dalam

taksonomi Bloom (1956).

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom.

Seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jemjang kemampuan

ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya

konsep, fakta atau istilah-istilah, dan lain sebagainya tanpa harus mengerti

atau dapat menggunakannya (Daryanto, 2008: 103)

2. Pemahaman (Comprehension)

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-

mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,

mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan

isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain (Daryanto,

2008: 106)

3. Penerapan (Aplication)

Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata

cara, ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi

baru dan konkret (Daryanto, 2008: 109)

Page 16: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

15

Sedangkan menurut Sudjana (2009: 25) aplikasi adalah penggunaan

abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut

mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke

dalam situasi baru disebut aplikasi.

Bloom membedakan delapan tipe aplikasi yang akan dibahas satu persatu dalam rangka menyusun item tentang aplikasi.

1. Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi. Dalam hal ini yang bersangkutan belum diharapkan dapat memecahkan seluruh problem, tetapi sekedar dapat menetapkan prinsip yang sesuai.

2. Dapat menyusun kembali problemnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai.

3. Dapat memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi

4. Dapat mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip atau generalisasi.

5. Dapat menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Bentuk yang banyak dipakai adalah melihat hubungan sebab-akibat. Bentuk lain ialah dapat menanyakan tentang proses terjadinya atau kondisi yang mungkin berperan bagi terjadinya gejala.

6. Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu. Dasar untuk membuat ramalan diharapkan dapat ditunjukkan berdasarkan perubahan kualitatif, mungkin pula berdasarkan perubahan kuantitatif.

7. Dapat menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghdapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan. Kemampuan aplikasi tipe ini lebih banyak diperlukan oleh ahli ilmu sosial dan para pembuat keputusan.

8. Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi (Sudjana, 2009: 26-27)

5. Analisis (Analysis)

Menurut Sudjana (2009: 27) analisis adalah usaha memilah suatu

integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas

Page 17: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

16

hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang

kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur

atau komponen-komponen pembentuknya (Daryanto, 2008: 110)

6. Sintesis (Syntesis)

Menurut Sudjana (2008: 27) penyatuan unsur-unsur atau bagian-

bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Pada jenjang ini

seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan

jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada (Daryanto, 2008: 112).

Kecakapan sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe. Kecakapan sintesis yang pertama adalah kemampuan menenmukan hubungan yang unik. Artinya, menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti dengan menambahkan satu unsur tertentu, unit-unit yang tak berharga menjadi sangat berharga. Termasuk dalam kecakapan ini adalah kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah dan yang lainnya.

Kecakapan sisntesis yang kedua ialah kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.

Kecakapan sintesis yang ketiga ialah kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lain (Sudjana, 2009: 28).

7. Penilaian (Evaluation)

Menurut Sudjana (2009: 28) evaluasi adalah pemberian keputusan

tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara

bekerja, pemecahan, metode, materill, dll. Dalam jenjang kemampuan ini

seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan,

Page 18: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

17

atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Yang penting dalam

evaluasi ialah menciptakan kondisinya sedemikian rupa sehingga siswa

mampu mengembangkan kriteria, standar, atau ukuran untuk

mengevaluasi tertentu (Daryanto, 2008: 113).

B. KESULITAN BELAJAR DAN FAKTOR MEMPENGARUHINYAKesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses

belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai

hasil belajar ( Fakihuddin, 2007: 26).

Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyatan manisfestasi gejala kesulitan belajar antara lain:

1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu belajar dengan giat, tetapi nilai yang dicapai selalu rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas dalam belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.

4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dan sebagainya.

5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.

6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang ajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan perasaan sedih, menyesal, dan sebagainya ( Fakihuddin, 2007: 28)

Menurut Sucihatiningsih dan Heny Sulistyowati dalam Faktor-faktor

yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi, banyak hal yang dapat

manghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi

suatu kegagalan. Faktor- faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada

Page 19: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

18

pokoknya dapat digolongkan menjadi dua faktor. Faktor Intern, meliputi:

faktor biologis, kesehatan, faktor Psikologis, Intelegensi, perhatian, minat,

bakat, emosi. Sedangkan Faktor Ekstern yang meliputi: Lingkungan, faktor

suasana rumah, faktor ekonomi keluarga, faktor Lingkungan Sekolah, faktor

Lingkungan Masyarakat (diakses pada tanggal 11 Desember 2011,

(http://journal.unnes.ac.id/index.php/DP/article/download/474/431).

Menurut Muhibbin (2003: 182-184) kesulitan belajar juga dialami

oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-

faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai harapan.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni:1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari

dalam diri siswa sendiri2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari

luar diri siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah ini.

a. Faktor Intern SiswaFaktor intern siswa meliputi gangguan atau kekuranganmapuan psiko-fisik siswa, yakni

1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;

2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;

3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

b. Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan meliputi:

1. Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga

Page 20: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

19

2. Lingkungan perkampungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer gruop) yang nakal.

3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang

buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang

berkualitas rendah.

Fakihuddin (2007:34) mengutip pendapat Djamarah (2002), menjelaskan

beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (siswa)

sebagai berikut.

1. Faktor lingkungan

a. Lingkungan Alami

Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah lingkungan

tempat tinggal anak didik, tempat mereka hidup dan berusaha

didalamnya. Lingkungan rumah/ sekolah yang gersang, pengap,

tandus, panas dan lembab sekali tentu membuat anak merasa bosan

dan cenderung gelisah, konsentrasi menurun, dan bisa jadi

membuat anak didik menghindari belajar (Fakihuddin, 2007: 38-

39)

b. Lingkungan sosial budaya

Sistem sosial yang berlaku akan mengikat perilaku mereka untuk

tunduk pada sosial, susila, dan norma hukum yang berlaku dalam

masyarakat. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah, sering

mendatangkan masalah tersendiri bagi kehidupan mereka di

sekolah ( Fakihuddin, 2007: 39)

2. Faktor Instrumen

Berbagai instrumen yang terkait dengan pencapaian tujuan pendidikan,

antara lain kurikulum, program pendidikan, dan guru ( Fakihuddin,

2007: 39).

3. Kondisi Fisiologis

Nasution, dkk (dalam Djamarah, 2007: 155 menjelaskan, pada umumnya

kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar

Page 21: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

20

seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan

belajarnya daripada orang yang dalam kelelahan ( Fakihuddin, 2007: 42)

4. Kondisi Psikologis

Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam diri siswa tentu merupakan hal

utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang. Oleh karena itu,

faktor- faktor psikologis siswa seperti minat, bakat, motivasi, dan

kemampuan kognitif akan mempengaruhi proses dan hasil belajar anak

didik ( Fakihuddin, 2007: 42)

Fakihuddin (2007: 69) memaparkan pada garis besarnya penyebab

kesulitan dapat timbul dari dua hal, yaitu

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu

sendiri. Hal ini antara lain mungkin disebabkan oleh:

- Kelemahan mental faktor kecerdasan, intelegensi, ayau kecakapan/ bakat

khusus tertentu yang dapat diketahui melalui test tertentu; kelemahan fisik;

panca indra, saraf, kecepatan, karena sakit dan sebagainya;

- Gangguan yang bersifat emosional;

- Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran tertentu;

dan

- Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk

memahami bahan lebih lanjut.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan

kesulitan. Faktor eksternal antara lain meliputi:

- Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid aktif

antisipatif (kurang memungkinkannya siswa belajar secara aktif “student

active learning”)

- Sifat kurikulum yang tidak fleksibel; ketidakseragaman pola dan standar

administrasi;

- Beban studi yang terlampau berat;

- Metode mengajar yang kurang memadai

- Sering pindah sekolah

- Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar mengajar; dan

Page 22: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

21

- Situasi rumah tangga yang kurang mendorong aktivitas belajar

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar

siswa baik dalam diri siswa maupun diluar diri siswa dapat dikelompokkan

menjadi:

1. Faktor intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi:

a). Minat

Tidak adanya minat seorang anak akan menimbulkan kesulitan belajar.

Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak akan sesuai dengan

kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe

khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu,

pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul

kesulitan. Minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak

mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dll (Dalyono, 2009: 235).

b). Motivasi

Menurut Woodworth dan Marques motif adalah suatu tujuan jiwa yang

mendorong individu untuk aktivitas- aktivitas tertentu dan untuk tujuan

tertentu terhadap situasi di sekitarnya ( Mustaqim dan Abdul Wahib, 2010:

72)

c). Bakat

Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir (Dalyono,

2009: 234). Sehingga seseorang akan mudah mempelajari sesuatu yang sesuai

dengan bakatnya. Seorang anak yang harus mempelajari bahan yang lain yang

tidak sesuai dengan bakatnya akan mudah bosan, mudah putus asa dan

Page 23: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

22

cenderung tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak yang tidak

suka mengikuti pelajaran sehingga nilainya rendah.

d). Inteligensi

Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang

dihadapi. Dan anak yang mempunyai IQ kurang yang banyak mengalami

kesulitan belajar (Dalyono, 2009: 233).

2. Faktor Ekstern ( faktor dari luar manusia)

2.1 Faktor Keluarga

• Sarana/Prasarana Kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang

disediakan oleh orang tua dan tidak adanya tempat belajar yang baik akan

menghambat kemajuan belajar anak (Dalyono, 2009: 240-241).

2.2 Faktor Sekolah

a). Guru

Besar kecilnya peranan guru dalam mengantarkan siswa mencapai

keberhasilan belajar sangat tergantung pada tingkat penguasaan materi,

metode, pendekatan, penggunaan media yang tepat ( Fakihuddin, 2007: 41)

Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar (Dalyono, 2009: 242) apabila:

i. Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan

atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.

ii. Hubungan guru dengan murid kurang baik, karena adanya sikap guru yang

tidak disenangi oleh murid-muridnya.

iii. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.

Page 24: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

23

iv. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar

siswa. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan

sebagainya.

v. Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.

b). Faktor alat

Sarana/ prasarana juga berperan penting dalam pendidikan, khususnya dalam

mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam buku Petunjuk Pelaksanaan

Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994: 5) dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan sarana prasaran antara lain buku pelajaran, alat pelajaran,

alat praktik, ruang belajar, laboratorium dan perpustakaan (Fakihuddin,

2007:41).

c). Kondisi Gedung

Ruangan tempat belajar anak harus memenuhi syarat kesehatan seperti:

i. Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat

masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.

ii. Dinding harus bersih, putih dan tidak kotor.

iii. Lantai tidak becek, licin atau kotor.

iv. Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian, sehingga anak mudah

konsentrasi dalam belajar (Dalyono, 2009: 244- 245).

Apabila beberapa hal diatas tidak terpenuhi, maka situasi belajar kurang baik.

Anak–anak akan selalu gaduh, sehingga memungkinkan pelajaran terhambat.

C. DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR

Dalam menjelaskan pengertian diagnosis ini, Abi Syamsudin mengutip pendapat Torndike dan Hagen (1955: 530- 532) sebagai berikut.

Page 25: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

24

1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejala (symptoms)

2. Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik artau kesalahan, dan sebagai yang esensial.

3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal (Fakihuddin, 2007: 62).

Sedangkan menurut Sudjana (2009: 5) penilaian diagnostik adalah

penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta

faktor penyebabnya. Pendapat ini diperjelas oleh Daryanto (2008: 37) yang

memaparkan tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

kelemahan- kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan- kelemahan

tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes diagnostik

juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “ Apakah peserta

didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau

landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” ( Anas Sudijono,

2009: 70).

Santrock (2008: 607) mengemukakan diagnostic testing terdiri dari

evaluasi area pembelajaran spesifik secara relatif dan mendalam. Tujuannya

adalah menentukan kebutuhan pembelajaran spesifik dari murid sehingga

kebutuhan tersebut dapat dpenuhi melalui instrusi reguler dan remedial.

Tahapan-Tahapan diagnosis (the level of diagnosis) menurut Ross

and Stanley and William yang dikutip Fakihuddin (2007: 63- 64) sebagai

berikut.

Page 26: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

25

5. How can Errors be prevented

(Bagaimana kelemahan itu terjadi)

4. What remedies are suggest

(Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan)

3. Why do the errors happened

(Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi)

5. Where are the errors located

(Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalosasikan

1. Who are the pupils having problem

(Siapa-siapa saja siswa yang mengalami gangguan)

(Skema : Tahapan –Tahapan Diagnosis)

Dari skema diatas tampak bahwa keempat langkah pertama dari

diagnosis itu merupakan usaha perbaikan (corrective diagnosis) atau

penyembuhan. Sedangkan yang kelima merupakan upaya pencegahan

(preventive) (Fakihuddin, 2007: 64).

Page 27: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

26

G. Kerangka Pikir

BAGAN 3

KERANGKA PIKIR

Sekolah Menengah Kejuruan program keahlian akuntansi memiliki tiga

Standar Kompetensi Lulusan yaitu dasar- dasar kompetensi kejuruan, kompetensi

kejuruan dan kompetensi dasar muatan lokal/ global. Siswa terlebih dahulu harus

memahami dasar- dasar kompetensi kejuruan agar dapat menguasai kompetensi

Standar Kompetensi Lulusan

SMK Program Keahlian Akuntansi

Dasar Kompetensi Kejuruan

SK. Mengelola Bukti Transaksi

Kompetensi Kejuruan

SK. Menyelesaikan Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa dan dagang

Ketidakmampuan Memahami

Kesulitan Belajar

fakta

konsep

prinsip

prosedur

Diagnostik

Kesulitan Belajar

Page 28: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

27

kejuruan. Dari landasan teori, mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran

yang bersifat prosedural yang didalamnya terdapat empat ragam pengetahuan

berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dikuasai oleh siswa.

Mempelajari akuntansi berarti mempelajari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

Ketidakmampuan siswa dalam memahami empat ragam jenjang pengetahuan

tersebut berarti siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan siswa dalam

mengelola bukti transaksi mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam

materi pelajaran selanjutnya khususnya dalam menyelesaikan siklus akuntansi.

Adanya kesulitan yang dialami oleh siswa, maka perlu dilakukan diagnostik

kesulitan belajar untuk mengetahui letak kesulitannya serta faktor- faktor

timbulnya kesulitan belajar antara lain: 1) Faktor Intern, yakni hal- hal atau

keadaan yang muncul pada diri siswa sendiri; 2) Faktor Ekstern, yakni hal- hal

atau keadaan yang datang dari luar diri siswa.

Page 29: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN OPERASIONAL

Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode deskriptif.

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai

suatu gejala atau fenomena (Bambang Prasetyo, 2008: 42).

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi tentang kesulitan yang

dihadapi siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura dalam menyelesaikan

soal akuntansi pada pokok bahasan akuntansi dagang.

B. POPULASI PENELITIAN

Populasi adalah keseluruhan gejala/ satuan yang ingin diteliti. Sementara

itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti (Bambang

Prasetyo, 2008: 119). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X

Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura tahun ajaran 2011/2012.

TABEL 3

Jumlah Populasi

KELAS JUMLAH SISWA

XII SOSIAL 1 27 orang

XII SOSIAL 2 27 orang

JUMLAH POPULASI 54 orang

(Sumber : Data SMKN 1 Martapura tahun ajaran 2011/2012)

Page 30: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

29

Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik total sampling atau complete enumeration yaitu teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Pengambilan sampel secara keseluruhan dimaksudkan agar dapat diperoleh data

yang lebih akurat.

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian

penelitian. Pada metode analisis faktor variabel tidak dikelompokkan menjadi

variabel bebas dan terikat, namun sebagai penggantinya seluruh set hubungan

interdependen antar-variabel diteliti. Adapun variabel-variabel yang digunakan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Akuntansi

Dagang siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran

2011/2012 adalah:

1. Faktor Intern

1.1 Siswa

1. Minat (X1)

2. Motivasi (X2)

3. Bakat (X3)

4. Intelegensi (X4)

2. Faktor Ekstern

2.1 Faktor Lingkungan Keluarga

5. Sarana dan prasarana belajar yang ada di rumah (X5)

2.2 Faktor Lingkungan Sekolah

Page 31: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

30

6. Cara penyajian guru (X6)

7. Hubungan antara guru dengan siswa (X7)

8. Hubungan antara siswa dengan siswa (X8)

9. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah (X9)

10. Kondisi lingkungan sekolah (X10)

11. Kondisi ruang belajar di sekolah (X11)

2.3 Faktor Lingkungan Masyarakat

12. Sikap teman-teman sebaya (X12)

13. Pengaruh teman terhadap semangat belajar (X13)

Variabel ini dapat diketahui dengan cara penyebaran angket dengan

menggunakan skala likert dalam pengukurannya. Pertanyaan yang akan dijawab

oleh responden diungkapkan melalui kata-kata sebagai berikut:

TABEL 4

Pilihan Jawaban Responden

Pernyataan Positif Negatif

Selalu (SL)/ Sangat setuju (SS) 4 1

Sering (S)/ Setuju (S) 3 2

Kadang- kadang (KK)/ Tidak Setuju (TS)

2 3

Tidak Pernah (TP)/ Sangat Tidak Setuju (STJ)

1 4

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Dokumentasi

Page 32: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

31

Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk mengetahui jumlah

siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura, daftar nilai Ulangan Umum

semester 1 mata pelajaran akuntansi tahun ajaran 2011/2012 dan standar

kompetensi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.

2. Teknik Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian berapa tes tertulis dengan

memperhatikan hal berikut:

1. Sesuai dengan tujuan penelitian

2. Soal sesuai kurikulum

3. Butir soal berbentuk essay

Sebelum pelaksanaan tes, terlebih dahulu dilakukan uji coba tes untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas soal yang akan diujikan. Dibawah ini kisi-

kisi soal sesuai taxonomy bloom pengetahuan dan pemahaman berdasarkan ragam

ilmu pengetahuan.

TABEL 5

Kisi- Kisi Soal Tes DIagnostik

KOMPENTENSI DASAR

STANDAR KOMPETENSI

INDIKATOR DALAM RAGAM

JENJANG PENGETAHUAN

INDIKATOR DALAM SOAL

6. Mengelola Bukti Transaksi

6.1 Menyiapkan Bukti Transaksi Keuangan

Fakta

- Siswa dapat menafsirkan definisi bukti transaksi

- Siswa dapat menyebutkan jenis- jenis bukti transaksi

Konsep- Siswa dapat

mengetahui penggunaan bukti

Page 33: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

32

transaksi- Siswa dapat

menggambarkan bukti transaksi

Prinsip

Siswa dapat menyebutkan unsur- unsur yang terdapat dalam bukti transaksi

Prosedur

Siswa dapat mengisi bukti transaksi

6.2 Menganalisa Bukti Transaksi

Fakta

Mengetahui perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi yang ada pada bukti transaksi

Konsep

Mengetahui pengaruh penambahan dan pengurangan pada harta, utang, modal, pendapatan, beban

Prinsip

Siswa dapat menentukan debet/ kredit dari akun yang bersangkutan

Prosedur

Siswa dapat menjumlah transaksi yang terdapat pada bukti transaksi, dan menentukan jumlah yang harus di debit atau di kredit

3. Kuesioner

Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner

adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden) (Daryanto, 2008: 30). Pada penelitian ini kuesioner digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar pada siswa kelas

Page 34: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

33

X Akuntansi SMK Negeri 1 Martapura. Dibawah ini kisi- kisi angket faktor-faktor

yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa

TABEL 6

Kisi- Kisi Angket Faktor- Faktor Kesulitan Belajar dalam Mempelajari Akuntansi Dagang

NO FAKTOR ASPEK INDIKATOR ITEM1. FAKTOR INTERN a. Minat - Ketertarikan

terhadap akuntansi- Sikap terhadap

pembelajaran akuntansi

1.1 Siswa b. Motivasi - Perhatian terhadap pembelajaran akuntansi

- Usaha untuk belajar akuntansi dagang

c. Bakat - Pemahaman terhadap akuntansi dagang

- Kemampuan menyelesaikan soal akunsi dagang

d. Intelegensi - Kecakapan dalam menyelesaikan soal akuntansi dagang

2. FAKTOR EKSTERN2.1 Lingkungan Keluarga

a. Sarana/Prasarana - Ruang Belajar- Alat- alat dan Buku

2.2 Lingkungan Sekolah

a. Cara Penyajian Guru

- Penguasaan Materi- Kejelasan menerangkan- Penggunaan metode mengajar

b. Hubungan Guru dan Siswa

- Perhatian guru terhadap siswa dalam belajar

c. Hubungan Siswa dengan Siswa

- Komunikasi siswa dalam pelajaran

Page 35: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

34

d. Sarana dan Prasarana di Sekolah

- Fasilitas yang menunjang belajar di sekolah

e. Kondisi Lingkungan Sekolah

- Kondisi Gedung sekolah

- Letak gedung sekolah

f. Kondisi ruang belajar di Sekolah

- Kondisi ruang kelas

2.3 Lingkungan Masyarakat

a. Sikap teman-teman sebaya

- Pergaulan teman sebaya di luar sekolah

b. Pengaruh teman terhadap semangat belajar

- Pergaulan teman sebaya di luar sekolah terhadap keinginan belajar

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Untuk melihat ketepatan dan tingkat kepercayaan data diadakan uji

validitas dan reliabilitas dengan formulasi sebagai berikut:

1. Uji Validitas Angket

Untuk menentukan validitas item angket digunakan korelasi product

moment dengan angka kasar. Rumus lengkapnya adalah sebagai berikut:

r xy=¿¿

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi product moment

N = Jumlah subyek / responden

X = Skor butir angket

Y = Skor total angket (Anas Sudjiono, 2009: 181)

Page 36: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

35

Setelah diperoleh harga koefisien korelasi product moment dari hasil

perhitungan, kemudian harga rhitung tersebut dibandingkan dengan harga rtabel

product moment dengan taraf signifikansi 5 %. Jika rhitung>rtabel maka maka

dapat dikatakan valid. Sebaliknya jika rhitung<rtabel maka dapat disimpulkan

bahwa data tidak valid.

2. Uji Reliabilitas Angket

Untuk menentukan reliabilitas suatu angket (butir soal)

menggunakan rumus Alpha, yaitu:

r11 =¿ nn−1

¿[1−∑ S i2

St2 ]

Keterangan :

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

1 = Bilangan konstan

∑ S i2 = Jumlah varians skor dari tiap butir item

St2 = Varian total

(Anas Sudjiono, 2009: 208)

Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes

(r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

Page 37: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

36

1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil

belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan memiliki reliabilitas

yang tinggi (= riliable)

2. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang

diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi

(un- relaible) (Anas Sudjiono, 2009: 209)

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian diolah

sesuai dengan jenis data atau informasi. Teknik yang digunakan adalah teknik

persentase. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan angket dan hasil tes dari responden

b. Membuat tabel distribusi frekuensi dan menghitung persentasenya dengan

rumus yaitu:

P = x 100 %

Keterangan:

P = persentase

F = frekuensi jawaban responden dari item

N = jumlah responden yang memberi jawaban

(Anas Sudijono, 2009: 107).

F

N

Page 38: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

37

DAFTAR PUSTAKA

Alim Sumarno, 2011. Langkah- langkah mengurutkan Materi Pembelajaran. (http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/langkah-langkah-mengurutkan-materi-pembelajaran, diakses pada tanggal 14 Februari 2012)

Abu Ahmadi, 2007. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Atmono, Dwi. 2009. Strategi Pembelajaran Ekonomi. Universitas Lambung Mangkurat Press. Banjarmasin.

Bambang Prasetyo dan Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Dalyono, 2009. Psikologi Pendidikan.PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Daryanto, 2008. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Data Nilai Ulangan Tengah Semester SMK Negeri 1 Martapura.

Data Standar Kompetensi Lulusan SMK.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta.

Dewi Salma Prawiradilaga, 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Fakihuddin, 2007. Remedial dan Pengayaan. Bayumedia Publishing. Malang.

John W. Santrock, 2008. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Kencana. Jakarta.

Muhibbin Syah, 2003. Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mustaqim dan Abdul Wahib, 2010. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Nana Sudjana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Page 39: Diagnostik Kesulitan Belajar Akuntasi Dagang Siswa Kelas x Akuntansi Smk Negeri 1 Martapura Tahun Ajaran 2011

38

Sucihatiningsih dan Heny Sulistyowati, Faktor- faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ekonomi. (http://journal.unnes.ac.id/index.php/DP/article/download/474/431, diakses tanggal 11 November 2011)

Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. 2009. Jakarta

Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta..

Wahyu Adji, Suwerti, Suratno. 2007. Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas XII.Erlangga. Jakarta.