Diabetes Mellitus
Transcript of Diabetes Mellitus
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
7
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “ B ” DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI RUANG
PERAWATAN KASUARI PAMEN III RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAPPA OUDANG MAKASSAR
TGL 04- 06 AGUSTUS 2010
OLEH
DEWA ANUGRAH
NIM : 07.01.061
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
MAKASSAR
2010
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “ B ” DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI RUANG
PERAWATAN KASUARI PAMEN III RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAPPA OUDANG MAKASSAR
TGL 04- 06 AGUSTUS 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
OLEH :
DEWA ANUGRAH
NIM : 07.01.061
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
MAKASSAR
2010
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini Berjudul: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “B ”
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI RUANG
PERAWATAN KASUARI PAMEN III RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPA
OUDANG MAKASSAR TANGGAL 09 - 11 AGUSTUS 2010.
Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan. Di depan penguji
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
Pada Hari Kamis, 19 Agustus 2010
Pembimbing
SYAHARUDDIN, SKM, S.Kep, Ns
NIDN : 0904047301
Diketahui OlehDirektur
Akademi keperawatan Mappa Oudang
Makassar
dr. Hj. A. NURHAYATI, DFM, M. Kes
AKBP NRP. 59030832
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul : ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Tn. “B ” DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS
DI RUANG PERAWATAN KASUARI PAMEN III RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAPPA OUDANG MAKASSAR”. Telah diuji dan
dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada hari kamis 19 Agustus 2010 di Akper
Mappa Oudang Makassar.
Tim Penguji
1. Syaharuddin, SKM, S.Kep Ns ( )
2. Hamzah Tasa, S.Kep Ns, M.Kes ( )
3. Hj. Aminah, S. Kep Ns ( )
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Makassar
dr. Hj. A. NURHAYATI, DFM, M.Kes
AKBP NRP. 59030832
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
Nama : DEWA ANUGRAH
Tempat/Tgl lahir : WATANSOPPENG, 27 Januari 1989
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : ISLAM
Alamat : Jl. Baji Gau No. 182 Makassar 90223
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Pendidikan formal
1. Pada Tahun 1994-1995 TK Perwanida
2. Pada Tahun 1995-2001 SD Negeri 166 Laburawung
3. Pada Tahun 2001-2004 SLTP Negeri 2 Watansoppeng
4. Pada Tahun 2004-2007 SMA Negeri 1 Watansoppeng
5. Pada Tahun 2007-2010 Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, yang
Maha Menciptakan, Menghidupkan dan Mematikan, yang Rahmat-Nya meliputi
langit dan bumi, dunia dan akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali.
Shalawat serta salam mudah-mudahan terlimpah kepada Nabiullah Muhammad
SAW, yang membawa umat manusia dari alam gelap gulita ke alam yang terang
benderang.
Tak lupa pula penulis mensyukuri segala Rahmat dan Karunia yang telah
dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. “B ” DENGAN
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI RUANG
PERAWATAN KASUARI PAMEN III RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAPPA OUDANG MAKASSAR”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan
Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menghadapi hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
1. Bapak dewan pembina AKPER Mappa Oudang Makassar, yang telah
menyediakan sarana dan prasarana selama pendidikan di Akper Mappa
Oudang Makassar.
2. Ibu dr. Hj. A. Nurhayati, DFM, M. Kes selaku Direktur AKPER Mappa
Oudang Makassar yang telah banyak memberikan bimbingan dan ajaran
seperti anaknya sendiri kepada penulis selama mengkuti pendidikan di Akper
Mappa Oudang Makassar.
3. Kepala RS. Bhayangkara Makassar beserta staf yang telah memberikan
izin, membantu menyediakan sarana dan prasarana, meluangkan waktu untuk
memperoleh data serta memberikan bimbingan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
4. Bapak Syaharuddin, SKM, S. Kep, Ns selaku pembimbing dan penguji I
yang begitu banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, nasehat dan
dengan penuh kesabaran dan ketelatenan selama proses bimbingan di dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak Hamzah Tasa, S. Kep Ns, M. Kes sebagai penguji II yang begitu
banyak memberikan masukan dan saran demi kelengkapan Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Ibu Hj. Aminah, S.Kep, Ns sebagai penguji III yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyususnan karya tulis ilmiah ini.
7. Bapak & Ibu Dosen beserta Staf Pengajar Akademi Keperawatan Mappa
Oudang Makassar yang telah memberikan kuliah dan bimbigan kepada penulis
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
selama mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Mappa oudang
Makassar.
8. Special buat ayahanda Ramli Mahmud, dan ibunda tercinta Nuhera Sinar
dan saudara- saudaraku tersayang Dedy Saputra, Dewi Purnama dan Dela
Safitri, serta semua keluarga yang tidak sempat dituliskan namanya dalam
lembaran ini terimakasih banyak telah memberikan do’a, support, kasih
sayang serta dukungan moril yang tak terhitung nilainya sehingga penulis
dapat menyelesaikan studinya.
9. Special buat sahabat-sahabatku, Agus junaedi dahlan (Ajudan), Muhaimin
(india), Muh. Yusuf(Sufu), Arfiansyah (Ettu), Sumardi (Suma), Masdar
(Mas), Agusman (Sagu), Jumain (Jumbo), Ansar (Anshay), syamsuddin
(same), Fadil (fade), Faharuddin (Aco), Sofyan (Sofy), A. Ibrahim
(Ibeleng), Hasanuddin (Kacang), longa (Ahmad Khair), dan semua teman-
teman yang tidak sempat penulis tuliskan dalam lembaran ini yang sudah mau
berbagi suka dan duka bersama penulis, juga memberikan support, dan
semangat kepada penulis selama bersama-sama dalam mengikuti pendidikan.
10. Tak lupa juga saya menghanturkan banyak terima kasih kepada Pak dardin,
Pak Herman, Bu Asni, Kak Ridho, Kak Indri, Kak Sahar, Kak Ahmad,
Kak Hikma, Kak Halim, Astaga hampir lupa juga ma Mba Sri dan Mba
Erna yang senantiasa merelakan barang jualannya untuk saya habiskan
sebelum dibayar (utang), begitupun dengan bapak Madjid sekeluarga yang
senantiasa memberikan dispensasi dengan penunggakan uang kos dan listrik
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
dan suguhan buka puasa yang hampir setiap hari menyelematkan perut
keronconganku bersama teman-teman.
11. Teman-teman kelompok bedah Jumain, Masdar, Fadil, Nona, Nurmi,
Mustaina, Sry, Erni, Terimah kasih atas kerja samanya dan kekompakannya
selama ujian akhir program.
12. Rekan-rekan aktivis BEM periode I yang telah membantu penulis dalam
mencapai kedewasaan dalam berfikir.
13. Para adinda ku di AKPER MAPPA OUDANG dan SMK PRATIDINA
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimah kasih banyak atas
kerjasamanya dalam penyusunan karya tulis ini
Semoga tuhan yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas
segala bantuan yang diberikan
Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat umumnya dan tenaga keperawatan khususnya dalam memberikan
Asuhan Keperawatan. Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT semoga
apa yang telah diperbuat bernilai ibadah disisi-Nya.
Makassar, Agustus 2010
DEWA ANUGRAH
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan Zaman dan teknologi begitu canggih
biasanya manusia melakukan aktivitas dengan menggunakan teknologi sebagai
pelengkap di dalam kehidupan sehari – harinya sehingga kurang melakukan
aktivitas atau gerakan sehinggah dapat menimbulkan terjadinya obesitas
karena ketidak seimbangan antara aktivitas dan pola makanan sehari – hari dan
bermacam - macam pula penyakit yang timbul di berbagai kalangan
masyarakat baik masyarakat di kalangan atas maupun menengah karena di
pengaruhi oleh faktor makanan yang tidak seimbang karna adanya berbagai
makanan instan siap saji yang dikelolah dengan teknologi yang canggih,
Misalnya penyakit pada sistem endokrim ( Diabetes Melitus )
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. (Price, Syl via A & Wilson, Lorraine M, 2002)
Dari catatan medikal record Rumah Sakit Bhayangkara Mappa oudang
Makassar, prevelensi pasien rawat inap dengan Diabetes Mellitus dalam
kurung waktu Januari – Juli 2010 tercatat sebanyak 1644 orang penderita
dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 1434 orang dan perempuan
sebanyak 210 orang.
Berdasarkan data tersebut yang merupakan latar belakang penulis dalam
menyusun Karya Tulis Ilmia pada Tn ”B” dengan gangguan sistem endokrin :
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
Diabetes Mellitus Tipe II di ruang Perawatan Kasuari pamen 3 Rumah Sakit
Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.
Penderita penyakit Diabetes Mellitus lebih banyak diderita pada umur
35 tahun keatas karena faktor fungsi sistem endokrin ( pangkreas ) sudah
mulai menurun oleh karena itu lebih banyak diderita Diabetes golongan Non
Insulin Dependen Diabetes Mellitus ( NIDDM ) dan disebabkan karena
kurangnya berolah raga atau kurang aktivitas sehingga dapat menyebabkan
obesitas.
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa angka kejadian penderita
Diabetes Mellitus Tipe II cukup tinggi, hal ini disebabkan karena penurunan
fungsi pangkreas oleh karena faktor usia sehingga mengakibatkan produksi
insulin juga terganggu. (Bare, Smelter, 2002)
Di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan akan terdapat minimal 5 juta
orang penderita diabetes dan pada tahun 2020 kemungkinan angka ini
mencapai 8,2 juta orang. Di zaman saat ini Indonesia menduduki urutan
keempat setelah Cina, India dan Amerika. Menurut penelitian epidemologi
yang sampai saat ini di laksanakan di Indonesia kekerapan diabetes berkisar
antara 1,4 % kecuali di dua tempat yaitu di pekajangan suatu desa dekat
Semarang 2,3 % dan di manado 6 % (Soegondo, 2008).
Melihat data di atas dan kejadian di masyarakat maka penulis di
anjurkan menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul : Asuhan Keperawatan
Pada Tn “B“ dengan Gangguan Sistem Endokrin Diabetes Mellitus Tipe II Di
Ruang Perawatan Kasuari Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang gambaran pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Tn ”B” dengan gangguan sistem endokrin
Diabetes Mellitus Tipe II di ruang perawatan Kasuari Rumah Sakit
Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan pengkajian pada
Tn ”B” dengan gangguan system Endokrin Diabetes Mellitus.
b. Mendapatkan pengalaman nyata dalam menegakkan Diagnosa
Keperawatan pada Tn ”B” dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
c. Mendapatkan pengalaman nyata dalam menetapkan rencana
keperawatan pada Tn ”B” dengan gangguan system endokrin
Diabetes Mellitus.
d. Mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan tindakan
keperawatan pada Tn ”B” dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus
e. Mendapatkan pengalaman nyata dalam mengevaluasi hasil asuhan
keperawatan pada Tn ”B” dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus.
f. Mendapatkan gambaran nyata dalam menganalisa kesenjangan antara
teori dengan kasus pada Tn ”B” dengan gangguan sistem endokrin
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
Diabetes Mellitus.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Akademik
a. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Diploma III
keperawatan.
b. Sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
c. Sebagai sumber informasi bagi mahasiswa selanjutnya.
2. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil
langkah-langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terutama yang berkaitan dengan asuhan keperawatan Diabetes
Mellitus.
3. Manfaat Bagi Klien
a. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dalam peningkatan
kualitas asuhan keperawatan, khususnya bagi klien yang mengalami
gangguan sistem Endokrin Diabetes Mellitus.
b. Sebagai bahan masukan bagi klien dalam meningkatkan pengetahuan
yang berkaitan dengan pencegahan, perawatan dan pengobatan
Diabetes Mellitus.
4. Manfaat Bagi penulis
a. Meningkatkan pengetahuan penulis mengenai tata cara dan teknik
penyusunan karya tulis ilmiah.
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam pemberian
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Diabetes Mellitus.
5. Manfaat bagi perawat
Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan khususnya bagi klien yang mengalami sistem
endokrin Diabetes Mellitus.
D. Metodologi Penulisan
1. Tempat dan waktu pelaksanaan pengambilan kasus yaitu : Ruang
perawatan Kasuari Rumah Sakit Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.
Pada tanggal 02 – 04 Agustus 2010
2. Teknik pengambilan data :
a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melakukan
wawancara atau tanya jawab pada penderita, keluarga maupun tenaga
kesehatan.
b. Pemeriksaan Fisik
Teknik yang dipergunakan dalam pemeriksaan fisik ada empat yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada seluruh sistem tubuh.
c. Observasi
Melakukan pengamatan langsung kepada klien dengan cara melakukan
pemeriksaan yang terkait dengan perkembangan keadaan klien.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
d. Study Dokumentasi
Pengumpulan data atau informasi melalui catatan-catatan dan arsip
yang ada hubungannya dengan kesehatan klien.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
a. Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikimia yang ditandai oleh
ketidak absolut insulin atau insesitifitas sel terhadap insulin. (Corwin
Elisabeth J, 2001)
b. Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikimia kronik disertai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron. (Arif M, Mansjoer, 2005)
c. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara cukup. (Maulana Mirza, 2008)
d. Diabetes Mellitus (kadang-kadang disebut “gula diabetes”) adalah
keadaan yang terjadi dimana tubuh tidak bisa menggunakan glukosa
secara normal. Glukosa sangat penting sebagai somber energi untuk sel
tubuh. Kadar gula dalam darah dikontrol oleh hormon yang disebut
insulin yang diproduksi oleh pankreas, insulin membantu mengantarkan
glukosa kedalam sel.
Klasifikasi Diabetes Melitus dalam buku patofisiologi keperawatan
menurut Price,Sylfia A & Wilson, Lorraine M, 2006
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
a. Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependen Diabetes Mellitus
[IDDM])
b. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
[NIDDM])
c. Diabetes Mellitus gestasional (GDM)
d. Diabetes Mellitus Tipe khusus lain.
2. Anatomi dan Fisiologi Pankreas
1) Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan
panjang 12 sampai 15 cm secara transveral membentang pada dinding
abdomen posterior di belakang lambung. Pankreas terdiri atas tiga
bagian yaitu : Kepala pankreas yang paling lebar, terletak disebelah
kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum.
2) Badan pankreas
Bagian utama pada organ itu dan letaknya berada diantara kepala
pankreas dan ekor pankreas.
3) Ekor pancreas
Bagian yang runcing disebelah kiri dan memanjang sejauh limpa.
Duktus pankreatikus berada di dalam organ tersebut. Pankreas mulai
dengan sambungan duktus kecil dari lobulus-lobulus pankreas di ekor
pankreas dan berjalan dari kiri ke kanan melalui kelenjar, menerima
semua duktus. Pada bagian kepala pankreas duktus pankreatikus
dibungkus oleh duktus empedu dan biasanya terbuka kedalam
duodenum pada ampula hepato-pankreatik, walaupun kadang-kadang
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
ada dua pasang duktus. (Pearce C Evelyn, 2002)
Alveoli dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi enzim yang disebut:
1) Tripsinogen
Diubah menjadi tripsin aktif enterokinase, enzim yang disekresi
usus halus. Dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan
protein menjadi asam amino.
2) Amilase
Mengubah zat pati, baik yang masak dan tidak masak menjadi
maltosa (gala malt)
3) Mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah
empedu mengemulsi lemak. (Roger Watson, 2002)
Ada dua jaringan utama yang menyusut pankreas yaitu
1) Grandular Asini
Grandular asim merupakan bagian dari pankreas yang
membentuk enzim-enzim pencemaan bikarbonat.
2) Palau Langerhans
Pulau Langerhans merupakan kumpulan set berbentuk ovoid,
berukuran 76 x 175 mm, tersebar di seluruh pankreas walaupun
lebih banyak ditentukan di ekor dari pada kepala dan badan
pankreas. Dalam pulau ini terdapat tiga set utama yaitu sel alfa,
sel beta dan sel delta.
1) Sel eksokrin
Sel eksokrin pankreas mengeluarkan cairan elektrolit dan enzim
Duct
Delta Cell
Red Blood Cell
Pancreatic acini
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
sebanyak 1.500 sampai 2.500 ml sehari dengan pH 8 sampai 8,3 dan
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan plasma. Cairan ini
dikeluarkan oleh sel sentroasiner akibat rangsangan hormon sekretin.
Enzim pencernaan sangat dipengaruhi oleh asupan asam amino
sehingga difisiensi protein seperti kwasyiorkor akan menyebabkan
kurangnya fungsi eksokrin. Enzim proteolitik, lipolitik, amilolitik,
dan nukelase juga terdapat dalam cairan pankreas. Beberapa enzim
tersebut dihasilkan dalam bentuk yang aktif, sedangkan yang lain
dalam bentuk tidak aktif. Enzim yang tidak aktif ini menjadi aktif
duodenum. Di sini ensterokinase mengubah tripsinogen menjadi
kemotripsin. Di dalam usus, enzim proteolitik mengubah protein
menjadi peptida, lipase memecah lemak menjadi gliserol dan asam
lemak, dan amilase mengubah zat tepung menjadi disakarida dan
dekstrin.
Sekresi pankreas eksokrin diatur oleh mekanisme humoral dan
neural. Asetilkolin yang dibebaskan di ujung nervus vagus
merangsang sekresi enzim pencernaan. Hormon kolesistokinin juga
merupakan perangsang yang sangat kuat terhadaps ekresi enzim,
sedangkan peptida vasoaktif di usus (vasoactive intestinal peptide
VIP) merupakan perangsang kuat untuk sekresi air dan bikarbonat.
Sekresi eksokrin dipengaruhi oleh beberapa fase makan, yaitu fase
sefalik, fase gastrik, fase intestinal dan fase pasca makan atau
postcenam. Fase sefalik berlangsung dengan perantaraan refleks
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
vagus yang menghasilkan cairan pankreas disertai penglepasan
gastrin dari lambung yang juga merangsang keluarnya enzim
pankreas. Fase gastrik terkait dengan adanya makanan dalam
lambung yang menyebabkan distensi. Protein dalam makanan
merangsang sekresi gastrin. Pada fase intestinal, asam dalam
duodenum (fase intestinal) merangsang pengelunran sekretin dan
kolesistokinin sehingga cairan pankreas dan bikarbonat bertambah.
Fase postcenam dimulai dengan penghambatan sekresi pankreas
akibat makanan yang telah dicerna sudah sampai ke bagian distal
usus halus. (R. Sjamsuhidajat Wim de Jong, 2005)
2) Sel endokrin
Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau Langerhans. Setiap
pulau berdiameter 75 sampai 150 mikron yang terdiri atas sel beta
(p) 75%, sel alfa (a) 20%, sel delta (6) 5%, dan beberapa sel C dan
sel F (±1%). Sel alfa menghasilkan glukagon dan sel beta merupakan
sumber insulin, sedangkan sel delta menghasilkan hormon, sel C
menghasilkan calcitonin berfungsi menurunkan kadar kalsium
didalam darah dengan menekan fungsi osteoklas, sel F menghasilkan
polipeptida pankreatif Glukagon, yang juga dihasilkan oleh mukosa
usus, menyebabkan terjadinya glukoneogenesis dalam hati dan
mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah. Fungsi insulin
terutama untuk memindahkan glukosa dan gula lain melalui
membran sel ke jaringan, terutama sel otot, fibroblast dan jaringan
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
lemak. Bila tidak ada glukosa, lemak akan digunakan untuk
metabolisms sehingga akan timbul ketosis dan asidosis. Rangsangan
utama pengeluaran insulin adalah kadar gula darah, tetapi semua
jenis zat seperti glukosa, asam amino dan asam lemak merangsang
pengeluaran insulin dalam derajat yang berbeda-beda.
(R. Sjamsuhidajat Wim de Jong, 2005)
3. Etiologi
Penyebab diabetes melitus menurut (Bare, Smelter,2002 )
a. Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetik, imunologi dan mungkin pula lingkungan
(misalnya infeksi virus) diperkirakan dapat menimbulkan destruksi sel
beta.
1) Faktor-faktor genetik
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu memiliki tipe
antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi
dan proses imun lainnya.
2) Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoinitun.
Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
3) Faktor-faktor Lingkungan
Faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.
Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoinsulin yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Mellitus Tipe II
1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
Meningkatnya usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan
fungsi pankreas menjadi lebih menurun.
2) Obesitas
Overweeight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme,
terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan
insulin. sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin
menurun/mengalami gangguan (sering terjadi pada kegemukan).
3) Riwayat keluarga
Orang tua klien tidak ada yang menderita tapi keluarga dari saudara
ibu menderita penyakit tersebut.
4) Kelompok etnik di Amerika Serikat golongan hispanik serta
penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan
golongan Afro-Amerika.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
4. Insiden
Tingkat prevalensi Diabetes Mellitus sangat tinggi. Di dunia
terdapat sekitar 16 juta kasus diabetes. Di Amerika Serikat setiap tahunnya
didiagnosa 600 ribu kasus baru. Diabetes melitus merupakan penyebab
kematian ketiga dan merupakan penyebab utama kebutaan pada orang
dewasa akibat retinopati diabetik. Pada usia yang sama penderita diabetik
paling sedikit 2½ kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan
dengan mereka yang tidak menderita diabetes melitus. 75% penderita
diabetes melitus akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler serangan
jantung, gagal jantung, strooke dan gangren adalah komplikasi yang paling
utama.
5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala diabetes melitus menurut (Price, Sylfia A Wilson,
Lorraine M, 2006) adalah sebagai berikut :
a. Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
1) Glukosuria
Jika konsentrasi gula dalam darah cukup tinggi apabila ambang
batas ginjal yaitu lebih dari 180, ginjal tidak dapat menyerap semua
glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine.
2) Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran
sel kedalam sel mengakibatkan molekul glukosa berkumpul dalam
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
aliran darah sehingga terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia ini
menyebabkan hiperosmobilitas sehingga cairan dari intraseluler
pindah kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah serta
aliran darah ginjal. Hal ini memicu terjadinya diuresis osmotik
yang mengakibatkan output urine meningkat.
3) Polidipsia
Kebanyakan cairan yang keluar maka akan merasa kehausan
sehingga mereka keseringan minum (Maulana, Mirza, 2008)
4) Polifagia
Dengan menurunya kemampuan insulin mengelolah kadar gula
dalam darah sehinga tubuh dipaksa makan untuk mencukupi kadar
gula darah yang bisa direspon oleh insulin. Apabila terlambat makan
maka tubuh akan memecah cadangan energi lain dalam tubuh seperti
lemak sehingga badan menjadi tambah kurus, sejumlah besar kalori
hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi kekurangan kalori,
maka sesseorang merasa lapar yang luar biasa sehinga banyak
makan. (Maulana, Mirza, 2008)
5) Malaise
Akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai sumber energi.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
6) Penurunan berat badan
Terjadinya pemecahan glikogen oleh hati karena ketidakmampuan
insulin mentransfer glukosa lagi ke jaringan.
b. Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)
Sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanya
dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan
tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat, pasien
tersebut mungkin menderita polidisia, poliuria dan lemah. Biasanya
mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak defisiensi
insulin secara absolut namun hanya relatif sejumlah insulin tetap,
disekresi dan masih cukup untuk menghambat ketoasidosis.
6. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus Tipe I (IDDM)
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berasa dalam darah dan menimbulkan hipoglikemia post prandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar.
Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
glukosa yang berlebihan diekskresikan kedalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haws polidipsia.
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan, pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan polifagia akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain).
Namun pada penderita defesiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di
samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan
lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan
asam-basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut
dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan
komponen terapi yang penting. (Bare, Smelter, 2002)
b. Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu: Resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu serangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
diekskresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
Diabetes Melitus tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri
khan Diabetes Melitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
keton yang menyertainya. (Bare, Smelter, 2002)
7. Test Dignositk
Diagnostic test pada penderita Diabetes Mellitus menurut Elizabet J.
Corwin, 2001 yaitu :
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
a. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah lebih
dari 140 mg per 100 ml darah pada dua kali pengukuran. Glukosa darah
meningkat karena sebagian besar sel tidak dapat memasukkan glukosa
ke dalam sel tanpa insulin dan terjadinya perangsangan
glukoneoganesis.
b. Glukosa dalam urine dapat diukur. Glukosa dalam urine adalah nol,
tetapi apabila kadar glukosa dalam darah lebih besar dari 180 mg per
100 ml darah maka glukosa akan keluar bersama urin.
c. Keton dalam urine dapat diukur, terutama pada individu dengan
diabetes tipe I yang tidak terkontrol.
d. Peningkatan hemoglobin terglikosilasi. Selama 120 hari masa hidup sel
darah merah, hemoglobin secara lambat dan irreversible mengalami
glikosilasi (mengikat glukosa). Dalam keadaan normal, sekitar 4-6%
hemoglobin sel darah merah terglikosilasi. Apabila terdapat
hiperglikemia, maka kadar hemoglobin terglikosilasi akan meningkat.
e. Uji toleransi glukosa yang melambat. Apabila pada seorang yang
nondiabetik diberikan glukosa secara oral, maka sekresi insulin dari
pankreas akan meningkat dengan segera. Hal ini memungkinkan
pengangkutan glukosa secara cepat keluar dari darah untuk masuk
kedalam sel. Dengan demikian sampel darah yang diambil secara
berkala setelah pemberian glukosa pada orang nondiabetes meningkat
hanya sedikit dan biasanya kembali normal setelah 2 jam. Para
pengidap diabetes tidak dapat mengeluarkan insulin (tipe I) terhadap
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
respon pemberian glukosa atau mengalami penurunan responsifitas
terhadap insulin yang mereka keluarkan (type II). Pada pengidap
diabetes, setelah pemberian glukosa, sampel darah yang diambil secara
berkala memperlihatkan peningkatan kadar glukosa secara bermakna
dan tetap meningkat selama beberapa jam kemudian.
8. Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetes adalah komplikasi akut yang hampir selalu
dijumpai pada pengidap Diabetes Melitus tipe I. Pada ketoasidosis
diabetes, kadar glukosa darah meningkat secara cepat akibat
glukoneogenesis dan peningkatan penguraian lemak yang progresif,
timbul poliuria dan dehidrasi. Kadar keton juga meningkat (ketosis)
akibat pemakaian asam-asam lemak yang hampir total untuk
menghasilkan ATP. Keton keluar melalui urin (ketonuria) dan
menyebabkan timbulnya bau papas. Pada ketosis, pH turun dibawah
7,3, pH rendah menyebabkan asidosis metabolik dan merangsang
hiperventilasi yang disebut pernapasan kusmmaul, karena individu
berusaha untuk mengurangi asidosis dengan mengeluarkan karbon
dioksida.
2) Koma nonketotik hiperglikemia hiperosmolar
Disebut Diabetes Melitus non asidotik hiperosmolar, adalah
penyakit akut yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe II.
Kelainan ini juga merupakan perburukan drastis penyakit.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
Walaupun tidak rentan mengalami ketosis, pengidap diabetes tipe II
dapat mengalami hiperglikemia berat dengan kadar glukosa lebih
dari 300mg per 100ml. Hal ini menyebabkan osmolalitas plasma,
yang dalam keadaan normal dikontrol secara ketat pada rentang
275-295 mOsm/l, meningkat melebihi 310 mOsm/l. Situasi ini
menyebabkan pengeluaran berliter-liter urin, rasa haus yang hebat,
defisit kalium yang parah dan pada sekitar 15-20% pasien terjadi
koma dan kematian.
3) Efeksomogy
Ditandai oleh penurunan unik kadar glukosa darah pada malam hari,
diikuti oleh peningkatan rebound pada paginya. Penyebab
hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan dengan
penyuntikan insulin di sore harinya. Hipoglikemia itu sendiri
menyebabkan peningkatan glukogen, katekolamin, kortisol dan
hormon pertumbuhan.
4) Fenomena Fajar
Hiperglikemia pada pagi hari yang tampaknya disebabkan oleh
peningkatan sirkadian kadar glukosa pada pagi hari. Fenomena ini
dapat dijumpai pada pengidap Diabetes Melitus tipe I dan II.
Hormon-hormon yang memperlihatkan variasi sirkadian pada pagi hari
adalah kortisol dan hormon pertumbuhan, dimana keduanya
merangsang glukoneogenesis.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
b. Komplikasi jangka panjang
1) Sistem kardiovaskuler
a) Mikrovaskuler terjadi akibat penebalan membran basal
pembuluh-pembuluh darah kecil.
b) Makrovaskuler timbul terutama fakibat aterosklerosis yang
terjadi diarteri besar dan sedang.
2) Gangguan penglihatan
Ancaman paling serius pada penglihatan adalah retinopati, atau
kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina
adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia
kronik akan mengulangi kerusakan secara progresif dalam struktur
kapilernya membentuk mikroaneurisma dan memperlihatkan
bercak-bercak perdarahan, timbul daerah-daerah infark diikuti oleh
neovakularisasi, bertunasnya pembuluh-pembuluh lama dan
pembentukan jaringan parut, akhirnya timbul edema interstisium
dan tekanan intraokuler meningkat yang menyebabkan kolapsnya
kapiler dan saraf yang tersisa sehingga terjadi kebutaan.
3) Kerusakan pada ginjal
Di Ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah
glomerulus, walaupun arteriol dan nefron juga terkena. Akibat
hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang,
glomerulus seperti sebagian besar kapiler lainnya menebal. Lesilesi
sklerotik nodular yang disebut nodul Kimmelstie-Wilson terbentuk
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
di glomerulus sehingga semakin menghambat aliran darah. Terjadi
hipertrofi ginjal akibat peningkatan kerja yang harus dilakukan oleh
ginjal pengidap diabetes kronik untuk menyerap ulang glukosa.
4) Sistem saraf perifer
Penyakit saraf yang disebabkan oleh diabetes melitus disebut
neuropati diabetes. Neuropati diabetes disebabkan oleh hipoksia
kronik sel-sel saraf. Sel-sel penunjang saraf, sel Schwann, mulai
menggunakan metode-metode alternatif untuk menangani beban
peningkatan glukosa kronik yang akhirnya menyebabkan
demielinisasi segmental saraf-saraf perifer. Demielinisasi
menyebabkan perlambatan hantaran saraf dan berkurangnya
sensitivitas. Hilangnya sensasi suhu dan nyeri meningkatkan
kemungkinan pasien mengalami cedera yang parah dan tidak
disadari.
9. Penatalaksanaan Medik
Tujuan pengobatan Diabetes Mellitus adalah secara konsisten
menormalkan kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitian-
penelitian terakhir mengisyaratkan bahwa mempertahankan kadar glukosa
darah senormal dan sesering mungkin dapat mengurangi angka kesakitan
dan kematian. Tujuan ini dicapai melalui berbagai cara yang masing-
masing disesuaikan secara individual. (J. Corwin Elizabeth. 2001)
a. Insulin
Pengidap Diabetes Mellitus Tipe I memerlukan terapi insulin.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
Walaupun penyuntikan insulin biasanya diberikan secara subkutis 3-4
kali sehari setelah kadar glukosa darah basal diukur. Namun pengobatan
untuk pengidap diabetes tipe I di masa depan kemungkinan besar akan
ditujukan ke arah penyuntikan yang lebih sering.
Pengidap Diabetes Melitus Tipe II walaupun dianggap tidak bergantung
insulin juga dapat memperoleh manfaat dari terapi insulin.
b. Pendidikan dan kepatuhan terhadap diet
Komponen penting lain pada pengobatan Diabetes Melitus Tipe I dan II.
Rencana diet diabetes dihitung secara individual bergantung pada
kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan berat (biasanya untuk
pasien diabetes melitus tipe II) dan tingkat aktivitas. Distribusi kalori
biasanya 50-60% dari karbohidrat kompleks, 20% dari protein dan 30%
dari lemak. Diet juga mencakup serat, vitamin dan mineral. Sebagian
pasien diabetes tipe II mengalami pemulihan kadar glukosa darah
mendekati normal hanya dengan intervensi diet karena adanya peran
faktor kegemukan.
c. Program olahraga
Terutama pada untuk pengidap Diabetes Mellitus Tipe II adalah
intervensi terapeutik ketika untuk Diabetes Melitus. Olahraga digabung
dengan pembatasan diet akan mendorong penurunan berat dan dapat
meningkatkan kepekaan insulin pengidap diabetes tipe I harus berhati-
hati sewaktu olahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa darah
yang mencetuskan hipoglikemia. Hal ini terutama terjadi apabila insulin
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
tidak disesuaikan dengan program olahraga untuk kedua tipe diabetes
olahraga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel
sehingga kadar glukosa darah turun. Olahraga juga dapat meningkatkan
kepekaan sel terhadap insulin.
d. Pemberian cairan
Koma nonketik hiperglikemia hiperosmolar diterapi dengan pemberian
cairan dalam jumlah besar dan koreksi lambat terhadap memperlambat
awitan penyakit ginjal. (Elizabeth J. Corwin. 2000)
B. Konsep Dasar Keperawatan
Konsep dasar keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial dan spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat.
1. Pengkajian
Menurut Bare, Smelter. 2002 pengkajian merupakan awal dari proses
keperawatan secara komprehensif dengan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan juga merupakan pendekatan sistematik untuk
mengumpulkan data dan menganalisa data sehingga dapat diketahui apa-
apa yang menjadi kebutuhan keperawatan.
a. Pengumpulan data
Data biasa diperoleh dari klien, keluarga, orang-orang terdekat klien
maupun catatan medik. Dalam karya tulis ini digunakan teknik
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
observasi dan interview. Pengumpulan data pada klien dengan
gangguan metabolik akibat Diabetes Melitus adalah
b. Biodata
a) Identitas klien meliputi :
Umur, suku bangsa, jenis kelamin dan pekerjaan.
b) Identitas penanggung jawab meliput :
Nama, jenis kelamin, alamat, pendidikan, hubungan dengan klien
c. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Akan ditemukan tanda-tanda seperti poliuria, polidipsia, polipagia,
penurunan BB, kelelahan dan luka yang tidak sembuh-sembuh.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
Kegemukan yang berlangsung lama, riwayat pankreastitis kronis,
riwayat melahirkan anak lebih dari 4 Kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma) atau terapi obat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga tentang penyakit Diabetes Mellitus.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum. BB, TTV (TD, suhu, nadi,
pernafasan).
Menurut Doenges Marylin. 2002. Pengkajian keperawatan pada
pasien diabetes melitus diuraikan sebagai berikut :
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
a. Aktivitas/Istirahat
a) Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus
otot menurun, gangguan tidur/istirahat
b) Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas letargi/disorientasi, koma, penurunan
kekuatan otot.
b. Sirkulasi
a) Gejala : Adanya riwayat hipertensi : IM akut
Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
b) Tanda : Takikardia
Perubahan tekanan darah posturalk: hipertensi nadi
yang menurun/tak ada. Distritmia, krekels. Kulit panas,
kering dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas Ego
a) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain.
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
b) Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
a) Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang nyeri tekan abdomen, diare.
b) Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
berkembang menjadi oliguria/anuria jika terjadi
hipovolemia berat).
e. Makanan/Cairan
a) Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti
diet; peningkatan masukan glukosa/karbohidrat,
penurunan berat badan lebih dari periode beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
b) Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek. Kekakuan/distensi
abdomen, muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah).
Baru halitosis/mans, bau nafas (nafas aseton)
f. Neurosensori
a) Gejala : Pusing/pening, Sakit kepala, Kesemutan, kelemahan
pada otot, parestesia gangguan penglihatan.
b) Tanda : Disorientasi; mengantuk; letargi stupor/koma (tahap
lanjut). Gangguan memori (bare, masa lalu); kacau
mental.
g. Nyeri/Kenyamanan
a) Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
b) Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat
berhati-hati.
h. Pernapasan
a) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
sputum purulen. (tergantung adanya infeksi/tidak)
b) Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(infeksi)
i. Keamanan
a) Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit
b) Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi,
menurunnya kekuatan umum/rentang gerak. Parestesia/
paralysis otot termasuk otototot pernapasan.
j. Seksualitas
a) Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Masalah impotan pria, kesulitan organisme pada
wanita.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges, Marilynn E, 2002, diagnosa keperawatan yang
lazim terjadi pada gangguan endokrin diabetes melitus adalah :
1. Kekurangan volume cairan b/d diuresis osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan, masukan dibatasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh
1) Meningkatkan keluaran urine, urine encer.
2) Kelemahan, haus, penurunan berat badan tiba-tiba.
3) Kulit/membran mukosa kering, turgor kulit buruk.
4) Hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Melaporkan masukan makanan tak adekuat, kurang minat pada
makanan.
2) Penurunan berat badan : kelamahan, kelelahan, tones otot buruk.
3) Diare
3. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual b/d perubahan
kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin dan/atau elektrolit.
5. Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia
darah, peningkatan kebutuhan energi.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
Kemungkinan dibuktikan oleh
1) Kurang energi yang berlebihan.
2) Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya.
3) Penurunan kinerja.
4) Kecenderungan untuk kecelakaan.
6. Ketidakberdayaan b/d penyakit jangka panjang/progresif yang tidak
dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Pendekatan untuk mengekspresikan perasaan sebenarnya; ekspresi
tentang situasi tidak terkontrol.
2) Apatis, menarik diri, marah.
3) Tidak memantau kemajuan, tidak berpartisipasi dalam perawatan
pembuatan keputusan.
4) Penekanan terhadap penyimpangan/komplikasi fisik meskipun
pasien bekerja sama dengan aturan.
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat, salah interpretasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Pertanyaan/meminta mengucapkan masalah.
2) Ketidakakuratan mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang
dapat dicegah.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
3. Perencanaan Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d diuresis osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan, masukan dibatasi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi
Mendemonstrasikan dehidrasi adekuat dibuktikan oleh :
1) Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba.
2) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik.
3) Keluaran urien tepat secara individu.
4) Kadar elektrolit dalam batas normal.
Tabel 2.1Intervensi dan Rasional Perubahan Volume Cairan
INTERVENSI RASIONAL
1) Dapatkan riwayat pasien/orang
terdekat sehubungan dengan
lamanya/intensitas dari gejala
seperti muntah, pengeluaran
urine yang sangat berlebihan
2) Pantau tanda-tanda vital, catat
adanya perubahan TD ortostatik
1) Membantu dalam memperkirakan
kekurangan volume total. Tanda,
dan gejala mungkin sudah ada pada,
beberapa waktu sebelumnya (bebe-
rapa jam sampai beberapa hari
adanya proses infeksi mengakibat-
kan demam dan keadaan Hipermeta-
bolik yang meningkatkan kehila-
ngan air tidak kasat mata.
2) Hipoudema dapat dimanifestasikan
oleh hipotensi dan takikardia. Perki-
raan berat ringannya hipovolemia
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
3) Pola nafas seperti adanya
pernafasan Kuss Maul atau
pernafasan yang bau keton.
4) Frekuensi dan kualitas
pernafasan, penggunaan alat
bantu nafas dan adanya periode
apnea dan munculnya sianosis
dapat dibuat ketika tekanan darah
sistolik pasien turun lebih dari 10
mmHg dari posisi berbaring ke
posisi duduk/berbaring.
Catatan : Neuropati jantung dapat
memutuskan refleksrefleks yang
secara normal meningkatkan denyut
jantung.
3) Paru-paru mengeluarkan asam
karbonat melalui pernafasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan keto-
asidosis. Pernafasan yang berbau
aseton berhubungan dengan peme-
cahan asam asetat.
4) Koreksi giperglikemia dan asidosis
akan menyebabkan pola dan freku-
ensi pernafasan mendekati normal.
Tetapi peningkatan kerja pernafa-
san: Pernafasan dangkal, pernafasan
cepat dan munculnya sianosis
mungkin merupakan indikasi dari
kelelahan pernafasan dan / atau
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
5) Suhu, warna kulit dan
kelembabannya.
6) Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa.
7) Pantau masukan dan
pengeluaran, catat berat jenis
urine.
8) Ukur berat badan setiap hari.
mungkin pasien itu kehilangan
kemampuannya untuk melakukan
kompensasi pada asidosis.
5) Meskipun demam, menggigil dan
diaforesis merupakan hal umum
terjadi dan proses infeksi, demam
dengan kulit yang kemerahan
kering mungkin sebagai cerminan
dari dehidrasi.
6) Merupakan indikator dari tingkat
dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
7) Memberikan perkiraan kebutuhan
akan cairan pengganti fungsi ginjal
dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
8) Memberikan hasil pengkajian yang
terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjut-
nya dalam memberikan cairan
pengganti.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
9) Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500
ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika
pemasukan cairan melalui
oralsudah dapat diberikan.
10) Tingkatkan lingkungan yang
dapat menimbulkan rasa
nyaman, selimuti pasien
dengan selimut tipis.
11) Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti:
a) Hematokrit (Ht)
b) BUN/kreatinin
c) Osmolalitas darah
d) Natrium
9) Mempertahankan hidrasi/sirkulas
10) Menghindarkan pemanasan yang
berlebihan terhadap pasien lebih
lanjut akan dapat menimbulkan
kehilangan cairan.
11) Untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
a) Mengkaji tingkat hidrasi dan
seringkali meningkat akibat hemo-
konsentrasi yang terjadi setelah
diuresis osmotik.
b) Peningkatan nilai dapat mencer-
minkan kerusakan sel karena
dehidrasi atau tanda awitan
kegagalan ginjal.
c) Meningkatkan sehubungan dengan
adanya hiperglikemia dan dehidrasi.
d) Mungkin menurun yang dapat
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
e) Kalium
12) Berikan kalium dan elektrolit
yang lain melalui IV dan/atau
melalui oral sesuai indikasi.
13) Berikan bikarbonat jika pH
kurang dari 7,0
mencerminkan perpindahan cairan
intrasel (diuresis osmotik), kadar
natrium yang tinggi mencerminkan
kehilangan cairan/dehidrasi berat
atau reabsorpsi natrium dalam
berespons terhadap sekresi
aldesteron.
e) Mengkaji tingkat hidrasi dan
seringkali meningkat akibat hemo-
konsentrasi yang terjadi setelah
diuresis osmotik.
12) Kalium harus ditambahkan pada
IV (segera aliran urine adekuat)
untuk mencegah hipokalemia.
Catatan: Kalium dan fosfat dapat
diberikan jika cairan IV
mengandung natrium klorida untuk
mencegah kelebihan beban klorida.
13) Diberikan dengan hati-hati untuk
membantu memperbaiki asidosis
pada adanya hipotensi atau syok
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
Hasil yang diharapkan /kriteria evaluasi :
1) Mencema jumlah kalori/nutrion yang tepat.
2) Menunjukkan tingkat energi biasanya.
3) Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah
rentang biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
1) Timbang berat badan setiap hari
atau sesuai dengan indikasi.
2) Tentukan program diet dan
pola makan pasien dan
bandingkan makanan yang
dapat dihabiskan pasien.
3) Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat
dicema, pertahankan keadaan
puasa sesuai dengan indikasi.
1) Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat (termasuk absorpsi atau
utilisasinya).
2) Mengidentifikasi kekurangan dan
penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
3) Hiperglikemia dan gangguan cairan
keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan motilitas/fungsi lambung
(distensi atau ileus paralitik) yang
akan mempengaruhi pilihan
intervensi.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
4) Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan
(nutrien) dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dapat
mentoleran-sinya melalui
pemberian cairan melalui oral,
dan selanjutnya terus
mengupayakan pemberian
maka-nan yang telah padat
sesuai dengan yang dapat
ditoleransi.
5) Identifikasi makanan yang
disukai/ dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural.
Catatan : Kesulitan jangka panjang
dengan penurunan pengosongan
lambung dan motilitas usus yang
rendah mengisyaratkan adanya
neuropati otonom yang mempenga-
ruhi saluran pencemaan dan
memerlukan pengobatan secara
simptomatik.
4) Pemberian makanan melalui oral,
lebih baik jika pasien sadar dan
fungsi gastrointestinal baik.
5) Jika makanan yang disukai pasien
dapat dimasukkan dalam pencernaan
makanan, kerja sama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
6) Libatkan keluarga pasien pada
pencernaan makanan ini sesuai
dengan indikasi.
7) Observasi tanda-tanda
hipoglike-mia seperti
perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/dingin, denyut
nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala,
pusing, sempoyongan
8) Lakukan pemeriksaan gula
darah dengan menggunakan
“finger stick”.
6) Meningkatkan rasa keterlibatannya;
memberikan informasi pada
keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien.
7) Karena metabolisms karbohidrat
mulai terjadi (gula darah akan
berkurang, dan sementara tetap
diberikan insulin maka hipoglikemia
dapat terjadi). Jika pasien dalam
keadaan koma hipoglikemia mung-
kin terjadi tanpa memperlihatkan
perubahan tingkat kesadaran. Ini
potensial dapat mengancam kehi-
dupan yang harus dikaji dan
ditangani secara cepat melalui
tindakan protokol yang direnca-
nakan.
8) Analisa ditempat tidur terhadap gula
darah lebih kuat (menunjukkan
keadaan saat dilakukan pemerik-
saan) daripada memantau gula
dalam urine (reduksi urine) yang
tidak cukup akurat untuk
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
9) Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti glukosa
darah, aseton, pH dan HCO3
10) Berikan pengobatan insulin
secara teratur dengan metode
IV secara intermillen atau
secara kontinu. Seperti bonus
IV diikuti dengan tetesan yang
kontinu melalui alat pompa
kira-kira 150 ui/jam sampai
glukosa darah mencapai
250mg/dl.
mendeteksi fluktuasi kadar gula
darah dapat dipengaruhi oleh
ambang ginjal secara individual atau
adanya retensi urine/gagal ginjal.
9) Gula darah akan menurun dengan
penggantian cairan dan terapi
insulin terkontrol. Dengan
pemberi-an insulin dosis optimal,
glukosa kemudian dapat masuk ke
dalam sel dan digunakan untuk
sumber kalori.
10) Insulin reguler memiliki awitan
cepat dan karenanya dengan cepat
pula dapat membantu memindah-
kan glukosa ke dalam sel.
Pemberian melalui IV merupakan
rute pilihan utama karena absorpsi
dari jaringan subkutan mungkin
tidak menentu/sangat lambat.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
c. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :
1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
2) Mendemonstrasikan teknik perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi
Tabel 2.3 Intervensi dan Rasional Resiko tinggi terhadap infeksi
INTERVENSI RASIONAL
1) Observasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan, seperti demam,
keme-rahan, adanya PUS pada
luka, sputum purulen, urine
warna keruh atau berkabut.
2) Tingkatkan upaya pencegahan
dengan melakukan cuci tangan
yang baik pada semua orang
yang berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
3) Pertahankan teknik aseptik pada
prosedur invasif (seperti pemasa-
1) Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi media terbaik
bagi pertumbuhan kuman.
2) Mengurangi risiko terjadinya
infeksi saluran kemih. Pasien koma
mungkin memiliki risiko yang
khusus jika terjadi retensi urine
pada saat awal dirawat.
3) Ronchi mengindikasikan adanya
akumulasi sekret yang mungkin
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
ngan infus, kateter folley dan
sebagainya), pemberian obat
intra-vena dan memberikan
perawatan pemeliharaan, lakukan
pengobatan melalui IV sesuai
indikasi.
4) Pasang kateter/lakukan
perawatan perineal dengan baik.
Ajarkan pasien wanita untuk
membersihkan daerah
perinealnya dari depan ke arah
belakang setelah eliminasi.
5) Berikan perawatan kulit dengan
teratur dan sungguh-sungguh,
masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering,
linen kering dan tetap kencang
(tidak berkerut).
6) Auskultasi bunyi nafas.
7) Posisikan pasien pada posisi
semi-fowler.
berhubungan dengan pneumonia/
bronkitis (mungkin pencetus
sebagai pencetus dari krekels)
mungkin sebagai akibat dari
pemberian cairan yang terlalu
cepat/berlebihan atau GJK.
4) Memberikan kemudahan bagi paru
untuk berkembang; menurunkan
risiko terjadinya aspirasi.
5) Membantu dalam memventilasikan
semua daerah paru dan
memobilisasi sekret, mencegah agar
sekret tidak statis dengan terjadinya
peningkatan terhadap risiko infeksi.
6) Mengurangi penyebaran infeksi.
7) Menurunkan risiko terjadi penyakit
mulut/gusi.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual b/d perubahan
kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin dan elektrolit.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :
1) Mempertahankan tingkat mental biasanya.
2) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Resiko Tinggi terhadap Perubahan
Sensori-Persepsi
INTERVENSI RASIONAL
1) Pantau tanda-tanda vital
dan status mental.
2) Panggil pasien dengan nama,
orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya, misalnya
terhadap tempat, orang dan
waktu, berikan penjelasan yang
singkat dengan bicara perlahan
dan jelas.
3) Jadwalkan intervensi
keperawatan agar tidak
mengganggu waktu istirahat
pasien.
1) Sebagai dasar untuk membandingkan
abnormal seperti suhu mening-kat
dapat mempengaruhi fungsi mental.
2) Menurunkan kebingungan dan
membantu untuk mempertahankan
kontak dengan realitas.
3) Meningkatkan tidur, menurunkan
rasa letih dan dapat memperbaiki
daya pikir.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
4) Pelihara aktivitas rutin pasien
sekonsisten mungkin, dorong
untuk melakukan kegiatan
sehari-hari sesuai
kemampuannya.
5) Lindungi pasien dari cedera
(gunakan pengikat) ketika
tingkat kesadaran. terganggu.
Berikan bantalan lunak pada
pagar tempat tidur dan berikan
jalan nafas buatan yang lunak
jika pasie kemungkinan kejang.
6) Evaluasi lapang pandang sesuai
indikasi.
7) Bantu pasien dalam ambulasi
dan perubahan posisi.
4) Membantu memelihara pasien tetap
berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan anterior pada
lingkungannya.
5) Pasien mengalami disorientasi meru-
pakan awal kemungkinan timbulnya
cedera, terutama malam hari dan
perlu pencegahan sesuai indikasi
munculnya kejang perlu diantisipasi
untuk mencegah trauma fisik,
aspirasi, dsb.
6) Edema/lepasnya retina, hemoragis,
katarak atau paralisis otot ekstraoku-
ler sementara mengganggu peng-
lihatan yang memerlukan terapi ko-
rektif dan/atau perawatan penyokong.
tersebut.
7) Dapat memberikan rasa nyaman yang
berhubungan dengan neuro-pati.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
e. Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia
darah, peningkatan kebutuhan energi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :
1) Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
2) Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Untuk Masalah Kelelahan
INTERVENSI RASIONAL
1) Diskusikan dengan pasien
kebutu-han akan aktivitas. Buat
jadwal perencanaan dengan
pasien dan identifikasi aktivitas
yang minim-bulkan kelelahan.
2) Berikan aktivitas alternative
dengan periode istirahat yang
cukup/ tanpa diganggu.
3) Pantau nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah aktivitas
1) Pendidikan dapat memberikan moti-
vasi untuk meningkatkan aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat
lemah.
2) Mencegah kelelahan yang berle-
bihan.
3) Mengindikasikan tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
f. Ketidakberdayaan b/d penyakit jangka panjang/progresif yang tidak
dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :
1) Mengakui perasaan putus asa.
2) Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
3) Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara.
Tabel 2.6 Intervensi dan Rasional Untuk Masalah Ketidakberdayaan
INTERVENSI RASIONAL
1) Anjurkan pasien untuk
mengeks-presikan perasaannya
tentang perawatan di rumah
sakit dan penyakitnya secara
keseluruhan.
2) Akui normalitas dari perasaan.
3) Kaji bagaimana pasien telah
menangani masalahnya dari
1) Mengidentifikasi area perhatiannya
dan memudahkan cara pemecahan
masalah.
2) Pengenalan bahwa reaksi normal
dapat membantu pasien untuk
memecahkan masalah dan mencari
bantuan sesuai kebutuhan. Kontrol
terhadap DM merupakan sebagai
pengikat konstan terhadap muncul-
nya penyakit serta ancaman terhadap
kehidupan / kesehatan pasien.
3) Pengetahuan agar individu memban-
tu untuk menentukan kebutuhan
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
masa lalu, identifikasi lokus
kontrol.
4) Anjurkan pasien untuk
membuat keputusan
sehubungan dengan
perawatannya seperti ambulasi,
waktu beraktifitas dan
seterusnya.
5) Berikan dukungan pada pasien
untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri dan
berikan umpan batik positif
sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
6) Anjurkan pasien untuk
membuat keputusan
sehubungan dengan
perawatannya.
terhadap tujuan penanganan. Pasien
yang mempunyai lokus pusat kontrol
interna biasanya memperlihatkan
cara untuk meningkatkan kontrol
terhadap program pengobatan.
4) Meningkatkan perasaan terlibat dan
memberikan kesempatan keluarga
untuk memecahkan masalah untuk
mencegah terulangnya (kambuhnya)
penyakit pada pasien tersebut.
5) Harapan yang tidak realistik atau
adanya tekanan dari orang lain atau
diri sendiri dapat mengakibatkan
perasan frustasi/kehilangan control
diri dan mungkin mengganggu
kemampuan koping.
6) Mengkomunikasikan pada pasien
bahwa beberapa pengendalian dapat
dilatih pada saat perawatan
dilakukan.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat, salah interpretasi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
2) Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit
dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
3) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan
rasional tindakan.
4) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan.
Tabel 2.7 Intervensi dan Rasional Untuk Masalah kurang Pengetahuan
INTERVENSI RASIONAL
1) Menciptakan lingkungan saling
percaya dengan mendengarkan
penuh perhatian dan selalu untuk
pasien.
2) Bekerja sama dengan pasien
dalam menatah tujuan belajar
yang diharapkan.
3) Pilih berbagai strategi belajar,
seperti tehnik demonstrasi yang
1) Menanggapi dan memperhatikan
perluh di ciptakan saling percaya
sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses
belajar.
2) Partisipasi dalam perencanaan
meningkatkan antusias dan kerja
sama pasien dengan prinsip yang di
pelajari.
3) Penggunaan cara berbeda tentang
cmengakses informasi untuk
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
memerlukan keterampilan dan
biarkan klien mendemonstrasikan
ulang, gabungkan keterampilan
ini rutinitas rumah sakit sehari –
hari.
4) Demonstrasikan cara
pemerikasan gula darah dengan
menggunakan ”finger Stick” dan
berikan kesemapatan pada pasien
untuk mendemonstrasikan ulang,
instruksikan pasien untuk
pemeriksaan keton urinenya jika
glukosa darah lebih tinggi dari
250 mg/dl
5) Diskusikan tentang rencana diet,
penggunaan makan tinggi serat
dan cara melakukan makanan di
luar rumah.
6) Tinjau ulang pengobatan
meningnkatkan pencerapan pada
individu yang belajar.
4) Melakukan pemeriksaan gula darah
oleh diri sendiri 4 kali atau lebih
dalam tiap haarinya,
memungkinkan fleksibilitas dalam
perawatan diri, meningkatkan
kontrol gula darah lebih ketat dan
mencengah/mengurangi
perkembangan komplikasi jangka
panjang.
5) Kesadaran tentang pentingnya
kontrol diet akan membantu pasien
dalam merencanakan makan/
menaati program. Serat dapat
memperlambat absorbsi glukosa,
yang akan menurunkan fluktuasi
kadar gula dalm darah.
6) Pemahaman tentang semua aspek
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
Blog’s
lanjutan, puncak dan lamanya
pusat insulin yang diserabkan
bila disesuaikan dengan pasien.
7) Tekankan pentinngnya
pemerikasaan gula darah setiap
hari waktu dan dosis obat, diet,
aktivitas, perasaan/ peristiwa
dalam hidup.
yang digunakan obat dapat
meningkatkan penggunaan yang
tepat. Algoritma dosis dibuat yang
masuk dalam perhitungan dosis
obat yang dibuat selama evaluasi
rawat inap.
7) Membantu dalan menciptakan
gambaran nyata untuk melakukan
kontrol penyakitnya dengan lebih
baik dan meningkatkan perawatan
diri/ kemandirian.
4. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi atau perencanaan dan prioritas
masalah.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan, masalah teratasi atau tidak dan apabila tidak berhasil
maka perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu
panjang atau pendek tergantung dari respon pasien dan keaktifan
intervensi.
52
52
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Biodata
1) Identitas klien
Nama : Tn “B”
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makassar / Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jl. Syeh yusuf No. 64 Gowa
Tanggal Masuk : 23 Juli 2010
Tanggal pengkajian : 02 Agustus 2010
2) Identitas Penanggung
Nama : Ny “A”
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempan
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Hubungan dengan klien : Istri klien
53
b. Keluhan utama
Keram pada kedua kaki
c. Riwayat keluhan utama
Klien mangatakan keram pada kedua kakinya, di alami sejak klien
masuk Rumah Sakit Bhayangkara. Keram terasa pada saat klien bangun
tidur atau terlalu lama berbaring. Klien mengatakan sulit berjalan
apabila keram pada kakinya timbul. Dan klien hanya dapat
menggerakan secara perlahan – lahan apabila keram pada kaki klien
timbul.
d. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk UGD Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada
tanggal 23 juli 2010 diantar oleh keluarganya, pada saat dikaji
keadaan klien lemah, keluarga klien juga mengatakan bahwa klien
merasa sering merasa keram pada kadua kakinya, serta nafsu makan
menurun dan sering mual.
Selama di rawat dirumah sakit semua kebutuhan klien
dilayani di tempat tidur, keluarga juga mengatakan bahwa selama di
Rumah sakit klien tidak pernah mandi hanya dilap basah saja oleh
istrinya, dan bahkan BAK ditempat tidur, klien juga tidak pernah
keramas, kuku tangan dan kaki tampak panjang dan kotor, terpasang
infus ditangan kiri, klien tidak bisa berjalan, kedua tungkai keram
dan hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur .
54
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Istri klien mengatakan bahwa sebelumnya Tn“B” pernah dirawat di
Rumah Sakit dengan penyakit yang sama. Klien juga mempunyai
alergi obat dan makan, namun Klien tidak mengetahui jenis obat dan
makan tersebut.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram 3 generasi
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal dunia
: Perempuan - - - - - : Tinggal serumah
: Klien : Garis perkawinan
? : Penyebab tidak diketahui
GI : Kakek dan nenek dari pihak Ayah dan Ibu klien meninggal karena usila
GII : Kedua orang tua klien meninggal karena usil
53 57 55
34 67
55
e. Riwayat Psikososial
1) Pola Konsep Diri
a) Citra Diri
Klien sadar dengan keadaan kesehatan yang dialami bahwa dia
dalam keadaan sakit.
b) Peran diri
Klien tidak lagi bekerja mencari nafkah untuk kebutuhan
keluarga karena penyakit yang dideritanya mengharuskan dia
untuk beristerahat namun dia masih menerima gajinya sebagai
pensiunan.
c) Identitas diri
Klien mengetahui identitasnya sebagai seorang suami dan
sebagai seorang kakek.
d) Harga diri
Klien merasa sedih karena keadaan penyakitnya akan tetapi
klien tetap tabah karena keluarga selalu memberi dorongan dan
semangat kepada klien.
e) Ideal diri
Klien berharap agar cepat sembuh
2) Pola kognitif
Klien mampu mengingat kejadian jangka panjang seperti kejadian
beberapa tahun yang lalu serta, jangka pendek seperti kejadian yang
dilakukan beberapa jam yang lalu.
56
3) Koping keluarga
Keluarga mengatakan bahwa apabila ada masalah dalam keluarga
maka mereka membicarakannya secara musyarawah (diskusi).
4) Pola interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan baik terhadap perawat, dokter, dan
lingkungan.
f. Riwayat Spiritual
1) Sebelum sakit,klien rajin shalat 5 waktu dan selama di rumah sakit
klien tidak pernah lagi shalat karena kondisi klien yang bedrest di
tempat tidur, klien tidak bisa bergerak, klien tidak mampu
melakukan wudhu ataupun tayammun.
2) Keluarga klien selalu memberi dukungan dan berdoa agar klien
cepat sembuh.
3) Ritual keagamaan yang di jalankan klien yaitu sebelum sakit klien
selalu melaksanakan puasa setiap hari senin dan kamis, tetapi
sekarang keluarga hanya bisa berdoa agar klien cepat sembuh.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a. Klien sadar penuh (Composmentis)
b. Penampilan sesuai dengan usia
c. Klien nampak lemah
d. Klien nampak sangat berhati-hati jika bergerak
e. Nafas bau aseton
57
f. Wajah klien tampak meringis
g. Klien tampak terbaring di tempat tidur
h. Klien tampak gelisah
i. Rambut klien beruban, kulit nampak kering
j. Kesadaran komposmentis dengan GCS 15
2) Tanda – tanda Vital
TD : 130/70 mmHg
N : 70x/menit
P : 20 x/menit
S : 36 oC
3) Sistem Pernapasan
a) Hidung
Inspeksi :
(a) Hidung simetris kiri dan kanan
(b) Tidak ada pernapasan cuping hidung
(c) Tidak ada secret menghalangi penciuman
(d) Tidak ada epistaksis
(e) Tidak ada polip
Palpasi :
(a) Tidak ada nyeri tekan
(b) Tidak teraba adanya benjolan
b) Leher
Inspeksi :
58
(a) Tidak nampak pembesaran kelenjar tiroid
(b) Refleks menelan baik
Palpasi :
(a) Teraba ada deviasi trakea
(b) Tidak teraba adanya posisi tachypnea tidak deviasi
(c) Tidak ada nyeri tekan
c) Dada
Inspeksi :
(a) Bentuk dada normal chest
(b) Pergerakan dada mengikuti irama napas
(c) Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi :
(a) Tidak teraba adanya massa dan nyeri tekan
(b) Ekspansi dada simetris kiri dan kanan
Perkusi :
Bunyi paru normal (resonan)
Auskultasi :
(a) Bunyi napas vesikuler
(b) Tidak ada bunyi napas tambahan
4) Sistem Kardiovaskuler
Palpasi :
Teraba denyut arteri karotis
Auskultasi :
59
Bunyi jantung S1 lub, S2 dub pada sela iga 2, 3 dan 4, 5
5) Sistem Pencernaan
Inspeksi :
(a) Bibir kering
(b) Mulut kotor, tidak stomatitis
(c) Abdomen datar simetris kiri dan kanan
Palpasi :
(a) Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
(b) Teraba feses mengeras pada abdomen bagian bawah
Perkusi :
Bunyi abdomen timpani.
Auskultasi :
Peristaltik usus 4 x/menit
6) Sistem Indera
a) Mata
Inspeksi :
(a) Lapang pandang kurang baik
(b) Visus : klien mampu membaca pada jarak 5 cm
(c) Bola mata dapat bergerak kesegala arah
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
b) Hidung
Inspeksi :
60
(a) Simetris kiri dan kanan
(b) Tidak ada secret yang menghalangi penciuman
(c) Tidak ada epistaksis
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
c) Telinga
Inspeksi :
(a) Simetris kiri dan kanan
(b) Kanal auditorius bersih
(c) Tidak ada serumen
Palpasi :
(a) Kedua daun teliga lentur
(b) Tidak ada nyeri tekan
7) Sistem Saraf
a) Fungsi Cerebral
(1) Status mental tidak ada gangguan orientasi, dapat
mengetahui bahwa dirinya berada di Rumah Sakit
Bhayangkara, klien dapat berhitung dan mengingat kejadian
yang lalu dan menggunakan bahasa yang baik.
(2) Kesadaran Composmentis
(a) Eyes 4 (dapat membuka mata secara spontan)
(b) Motorik 6 (dapat mengikuti perintah)
(c) Verbal 5 (orientasi baik)
61
(3) Bicara
Klien dapat berbicara dan mampu menjawab pertanyaan
dari perawat.
b) Fungsi Kranial
(1) Nervus I (olfaktorius) : Penciuman baik
(2) Nervus II (optikus) : Lapang pandang kurang baik.
(3) Nervus III, IV, VI : (okulomotorius, trochlear,
abducen) : klien mampu
menggerakkan bola mata ke
segala arah. Reflex kornea
baik.
(4) Nervus V (trigemenus) : Klien dapat merasakan
sentuhan kapas pada pipi,
kelopak mata dan dagu.
(5) Nervus VIII (fasialis) : Klien bisa membedakan rasa,
klien dapat mengontrol
gerakan wajah seperti
tersenyum dan mengerutkan
dahi.
(6) Nervus VIII (akustikus) : Pendengaran klien baik.
(7) Nervus IX (glosofaringeus) : Refles menelan baik dapat
dapat rasa manis dan asin
62
(8) Nervus X (vagus) : Klien mampu membuka mulut
dengan lebar.
(9) Nervus XI (assesorius) : Klien mampu memalingkan
mukanya kekiri dan kekanan
dengan tahanan yang baik.
(10) Nervus XII (hipoglosus) : Klien mampu menjalurkan
lidahnya.
c) Fungsi Motorik
(1) Massa otot menurun
(2) Tonus otot lemah
(3) Kekuatan otot lemah
d) Fungsi Sensorikc
Klien dapat merasakan stimulus atau rangsangan dari luar
misalnya sentuhan atau suhu panas dan dingin akan tetapi pada
area ekstermitas bawah, dirasakan keram pada kedua kakinya.
e) Fungsi Cerebellum
Klien mengatakan bahwa dia sering merasa pusing.
f) Refleks
4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 2 2 2 2 2 2
63
(1) Bisep : (+) tangan kiri dan kanan klien fleksi saat
dites/diperiksa.
(2) Trisep : (+) tangan klien ekstensi
(3) Patella : (-) kaki kanan dan kiri klien tidak ekstensi
(4) Babinsky : (-) jari kaki dorso fleksi
8) Sistem Muskoloskeletal
a. Kepala
(1) Tidak ada nyeri tekan
(2) Rambut tidak mudah tercabut
b. Vertebrae
(1) Tidak terdapat lordosis
(2) Tidak terdapat kiposis
(3) Tidak terdapat scoliosis
c. Lutut : Tidak ada edema
d. Kaki : Gerakan kedua kaki kurang dan terasa berat
e. Tangan : Tangan kiri dan kanan bisa digerakkan
9) Sistem Integumen
a. Rambut
(1) Inspepksi :
Tampak kotor dan berketombe
(2) Palpasi :
Rambut tidak mudah tercabut
b. Tidak ada nyeri tekan
64
(1) Inspepksi :
(a) Warna kulit sawo matang
(b) Kulit berkerut akibat usia lanjut
(2) Palpasi :
(a) Tidak ada edema
(b) Tidak ada nyeri tekan
(c) Teraba hangat
c. Kuku
(a) Warna putih tidak mudah patah, cembung dan tebal
(b) Kuku tangan dan kaki nampak panjang dan kotor
10) Sistem Endokrin
a. Tidak nampak pembesaran kelenjar tiroid
b. Ekskresi urine berlebihan 1800 cc/24 jam
11) Sistem perkemihan
a. Tidak terdapat edema palpebra
b. Tidak terdapat nokturia dan dysnuria
12) Sistem Reproduksi
Tidak di kaji
13) Sistem Imun
a. Tidak ada alergi terhadap debu atau bulu binatang
b. Penyakit yang berhubungan dengan pengaruh cuaca adalah flu
14) Tes Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 juli 2010
65
WBC : 5,8 x 103 / UL N 4,5 – 10.0
RBC : 3,27 L x 10^
N 3,50 – 5,50
HGB : 9,1 L g/dl N 11,0 – 16.0
PLT : 262 x 10^3
/UL N 100 – 300
PDW : 15,3 N 15,0 – 17,0
PCT : 0,178 % N 0,108 – 0,282
SGOT : 12 u /L N <42 u/L
SGPT : 4 u/L N < 32 u/L
GDS : 280 mg/dl N 80 – 120 mg/dl
Tanggal dan hasil pemeriksaan GDS :
a. Tanggal 25 - 07 - 2010 : 118 mg/dl
b. Tanggal 26 - 07 - 2010 : 133 mg/dl
c. Tanggal 27 - 07 - 2010 : 215 mg/dl
d. Tanggal 28 - 07 – 2010 : 180 mg/dl
e. Tanggal 29 - 07 - 2010 : 280 mg/dl
f. Tanggal 30 - 07 – 2010 : 242 mg/dl
g. Tanggal 31 - 07 - 2010 : 204 mg/dl
h. Tanggal 01 - 08 - 2010 : 204 mg/dl
i. Tanggal 02 - 08 - 2010 : 172 mg/dl
j. Tanggal 03 - 08 - 2010 : 364 mg/dl
k. Tanggal 04 - 08 - 2010 : 352 mg/dl
66
15) Terapi saat ini
a. Infuse : RL 20 tetes/menit
b. Gentamicyne 1 amp /12 jam
c. Dexametazone 1 amp /12 jam
d. Actrapid 3 x 8 unit IV/ jam
2. AKTIVITAS SEHARI-HARI
Tabel 3.1 Aktivitas Sehari-Hari
Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit
Nutrisi
Selera makan
Menu makan 24 jam
Frekuensi dalam 24 jam
Porsi
Cairan dan Elektrolit
Jenis minuman
Frekuensi minum
Eliminasi
BAB :
Konsistensi
Warna
Frekuensi
Tempat
BAK :
Warna
Frekuensi
Baik
Nasi, ikan, sayur
3 x sehari
Dihabiskan
Air putih, kopi
2300 cc
Padat
Kuning
1 x sehari
WC
Kuning muda
1400 cc
Menurun
Bubur, sayur, ikan
3 x sehari
Tidak dihabiskan
Air putih, susu
1500 cc
Padat
Kuning
Tidak teratur
WC
Kuning muda
1800 cc
67
Bau
Tempat
Istirahat / tidur
Waktu
Olah Raga
Personal Hygiene
Mandi
Ganti pakaian
Sikat gigi
Keramas
Tempat
Aktivitas/Mobilitas
Fisik
Amoniak
WC
T. Siang: 13.00-14.00
T.Malam:22.00-06.00
+ 6-8 jam / hari
Tidak pernah olahraga
2 x sehari dengan
memakai sabun mandi
1 x sehari
1 x sehari
3 x seminggu
Kamar mandi
Tidak ada kegiatan
(Pensiunan)
Amoniak
WC
Tidak teratur
Jam 09.00-03.00 pagi
+ 5-6 jam / hari
Tidak pernah olahraga
Waslab
Tidak teratur
1 x sehari
Tidak teratur
Tempat tidur
Tidak ada kegiatan
hanya
Beristirahat
68
B. Pengumpulan Data
Klien mengatakan badannya terasa lemah
Klien mengatakan keram pada kedua kakinya
Klien tampak lemah
Klien mengatakan perlu bantuan ketika ingin bangun dan berjalan
Sebagian besar kebutuhan klien di bantu oleh keluarga
Klien mengatakan kurang paham dengan penyakitnya
Ekspresi wajah klien tampak bingung
Klien tampak bingun dan bertanya tentang penyakitnya
Klien mengatakan hasil pemeriksaan gula daranya 172 mg/dl
GDS terakhir 172 mg/dl (tanggal 02 Agustus 2010)
TTV :
- Tekanan darah : 130/70 mmHg
- Nadi : 70 x/i
- Suhu : 360 C
- Pernapasan : 20 x/i
- Kekuatan otot menurun 4444 4444
2222 2222
69
C. Data Fokus
Tabel 3.2 Data Fokus
DATA SUBJETIF DATA OBJEKTIF
Klien mengatakan badannya
terasa lemah.
Klien mengatakan keram pada
kedua kakinya.
Klien mengatakan perlu bantuan
ketika ingin bangun dan berjalan.
Klien mengatakan kurang paham
dengan penyakitnya.
Klien mangatakan hasil kadar
gula darah terakhirnya 172 mg/dl
Klien nampak lemah
Kekuatan otot menurun
Sebagian besar kebutuhan klien di
bantu oleh keluarga
Ekspresi wajah klien tampak bingung
Klien tampak bingung dan bertanya
tentang penyakitnya
GDS terakhir 172 mg/dl
Tanggal 02 Agustus 2010
Tanda – tanda vital :
- TD : 130/70 mmHg
- Nadi : 70 x/menit
- Suhu : 36 0 C
- Pernapasan : 20 x/menit
4444 4444
2222 2222
70
D. Analisa Data
Tabel 3.3 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.
DS :
- Klien mengatakan badannya
terasa lemah
- Klien mengatakan keram
pada kedua kakinya
- Klien mengatakan perlu
bantuan ketika ingin bangun
dan berjalan
DO :
- Klien nampak lemah
- Sebangian kebutuhan klien
dibantu oleh keluarga
- Kekuatan otot menurun
4444 4444
2222 2222
- TTV :
Tekanan darah : 130/70
mmhg
Nadi : 70 x/i
Suhu : 36 0C
Pernapasan : 20 x/i
Hiperglikemia
Sel dalam jaringan <
dari sumber energy
Pemecahan protein/
lemak sebagai sumber
energi
Stimulasi rangsangan
mual/muntah
Nutrisi ke sel dalam
jarngan
Metabolisme sel
menurun
kelemahan
kelemahan
71
2.
3.
DS :
-
DO:
- Hasil GDS terakhir 172 mg/dl
(Tanggal 02 Agustus 2010)
DS :
- Klien mengatakan kurang
paham dengan penyakitnya
DO :
- Klien nampak bingung dan
bertanya tentang
penyakitnya
- Ekspresi wajah klien
tampak bingung
Hiperglikemia
glukoneogenesis
(pemecahan protein
dalam lemak)
Didalam tubuh terjadi
Hiperglikemia
Ketidak seimbangan
kadar glikosa dalam
darah
Perubahan status
kesehatan
Proses penyakit yang
panjang
Kergantungan pada
orang lain
Kurang pengetahuan
Resiko ketidak
seimbangan
kadar glukodsa
darah
Kurang
pengetahuan
72
E. Prioritas Masalah
1. Kelemahan
2. Resiko ketidakseimbangan kadar klukosa dalam darah
3. Kurang pengetahuan
F. Diagnosa Keperawatan
Tabel 3.4 Diagnosa Keperawatan
No Masalah / Diagnosa Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi
1
2
3.
4.
Kelemahan b/d penurunan produksi
energi metabolik, perubahan kimia
darah, dan peningkatan kebutuhan
energi.
Resiko ketidakseimbangan kadar
glukosa dalam darah b/d
kekurangan respon sekresi insulin
Kurang pengetahuan b/d
keterbatasan informasi tentang
penyakitnya
02-08-2010
02-08-2010
02-08-2010
04-08-2010
Belum teratasi
04-08-2010
76
G. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3. 5Rencana Keperawatan
No Hari
/ Tgl
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1.
Senin
02/08
/2010
Kelemahan b/d
penurunan produksi
energi metabolik,
perubahan kimia
darah, peningkatan
kebutuhan energi,
Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan
Dapat melakukan aktivitas
sesuai dengan tingkat toleransi
dengan kriteria :
- Klien dapat beraktivitas
secara bertahap
4) Kaji tingkat aktifitas yang dapat di
toleransi oleh klien.
5) Pantau nadi, frekuensi pernafasan
dan tekanan darah
sebelum/sesudah aktivitas.
6) Bantu klien untuk memenuhi
kebutuhan ADL-nya.
1. Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan klien dapat
memenuhi ADL-nya.
2. Dengan memantau tekanan
darah, suhu, nadi dan pernapasan,
perawat mampu mementukan
intervensi selanjutnya.
3. Dengan membatuh klien maka
akan mengurangi kelamahan fisik
pada klien.
77
badannya terasa
lemah.
- Klien mengatakan
perlu bantuan jika
ingin bangun dan
berjalan.
- Klien mengatakan
keram pada kedua
kakinya.
DO :
- Klien nampak
lemah
- Sebagian
kebutuhan klien di
7) Berikan latihan ROM aktif sesuai
dengan kondisi secara bertahap.
8) Libatkan keluarga klien dalam
melakukan aktivitas sehari – hari.
4. Untuk mrmberikan latihan fisik
yang dapat ditoleransi oleh klien
dan mencegah terjadinya
kekakuan sendi.
5. Memudahkan keluarga klien
mengetahui tehnik perawatan
pada pasien
78
2.
bantuh oleh
keluarga.
- Kekuatan otot
menurun.
4444 4444
2222 2222
- TTV :
- TD : 130/70mmhg
- N : 70 x/i
- S : 360C
- P : 20 x/i
Resiko ketidak
seimbangan kadar
glukosa dalam darah
Kadar glukosa darah normal
dengan kriteria :
- GDS 70 – 120
1. Pantau hasil pemeriksaan GDS
setiap hari
1. Untuk mengetahui
perkembangan kadar glukosa
dalam darah
79
b/d kekurangan
respon insulin.
Di tandai dengan :
DS :
-
DO :
- Hasil GDS terakhir
172 mg/dl
Tgl 02-08-2010
- Tidak tampak adanya
tanda hiperglikemia
2. Observasi tanda – tanda
heperglikemia.
3. Anjurkan klien agar tidak terlalu
banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat
4. Ajarkan klien tentang tanda –
tanda penurunan kadar gula darah
dalam darah
5. Anjurkan keluarga dan klien
untuk segera melaporkan kepada
perawat jika terjadi peningkatan
kadar glukosa darah
2. Untuk mengetahui
perkembangan penyakitnya
3. Untuk mengantisipasi
peningkatan kadar glukosa dalam
darah
4. Dapat mengendalikan kadar
glukosa pada rentang yang
normal
5. Untuk mengantisipasi dan
menuntukan intervensi
selanjutnya
80
3.
Kurang pengetahuan
b/d keterbatasan
informasi tentang
proses penyakitnya
Di tandai dengan
Ds:
- Klien
mengatakan
kurang paham
tentang
penyakitnya
DO :
- Klien nampak
bingung dan
bertanya-
1. Klien dapat mengungkapkan
pemahaman tentang penyakitnya
Dengan kriteria :
- Ekspresi wajah tidak cemas
- Klien tidak lagi bertanya
tentang penyakitnya
1) Kaji tingkat pengetahuan klien
2) Berikan kesempatan kepada klien
untuk mengespresikan
perasaannya.
3) Pemberian penyuluhan kesehatan
kepada klien dan keluarga tentang
penyakit diabetes mellitus :
- Pengertian diabetes mellitus
- Penyebab terjadinya diabetes
mellitus
- Tanda dan gejala diabetes
mellitus
- Cara mengontrol sendiri kadar
1) Tingkat pengetahuan klien dapat
memberi dasar untuk penentuan
intervensi selanjutnya.
2) Dengan mengespresikan
perasaannya dapat mengurangi
ketegangan.
3) Agar klien dapat mengetahui
penyakitnya serta mampu
mengetahui tinggi/rendahnya
kadar gula dalam darahnya
81
tanya tentang
penyakitnya.
gula dalam darah
4) Anjurkan klien untuk selalu
mengontrol kadar gula dalam
darah
5) Berikan dorongan spiritual kepada
klien
4) Untuk mendeteksi sedini
mungkin kadar gula dalam darah
5) Klien dapat menyadari
kondisinya dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Diabetes Mellitus 2010
8
H. Catatan Tindakan
Tabel 3.6 Catatan Tindakan
Hari/Tgl Kode DX Jam Tindakan Keperawatan dan Hasil
Senin
02-08-2010
I
09.00
09.10
09.20
10.00
1. Mengkaji tingkat aktifitas yang dapat
ditoleransi oleh klien.
Hasil :
Klien dapat duduk dengan bantuan
keluarga.
2. Mengobservasi tanda – tanda vital
Hasil : T : 130/70 mmHg
N : 70 x/ i
S : 360 C
P : 20 x/ i
3. Membantu klien memenuhi kebutuhan
ADL
Hasil :
Merapikan tempat tidur klien
4. Memberkan latihan ROM pada klien
Hasil :
Membantu menggerakkan ekstermitas
bawah klien secara perlahan - lahan
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
9
II
10.15
10.30
10.40
10.50
11.00
5. Melibatkan keluarga klien dalam
aktivitas sehari – hari.
Hasil :
Keluarga klien bersedia memenuhi
kebutuhan klien bila di perlukan.
1. Pantau hasil pemeriksaan GDS
Hasil :
GDS terakhir 172 mg/dl
Tanggal 02 – 08 – 2010
2. Observasi tanda – tanda terjadinya
hiperglikemia
Hasil :
Klien mengatakan hasil pemeriksaan
gula darahnya 172 mg/dl
3. Menganjurkan klien agar tidak terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat.
Hasil:
Klien dapat menerima apa yang di
anjurkan oleh perawat.
4. Mengajarkan klien cara untuk
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
10
III
11.10
11.20
11.30
11.40
menurunkan kadar gula darah.
Hasil :
Klien mengerti dengan apa yang di
ajarkan oleh perawat.
5. Menganjurkan keluarga klien untuk
melaporkan jika terjadi peningkatan
kadar glukosa darah.
Hasil :
Keluarga klien bersedia melakukan
anjuran perawat
1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
Hasil :
Klien mengatakan tidak mengerti
tentang penyakitnya.
2. Memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengekspresikan perasaannya.
Hasil :
Klien mengatakan ingin cepat sembuh
3. Menganjurkan klien untuk sering
mengontrol kadar gula darah.
Hasil :
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
11
Selasa
03-08-2010
I
11.50
08.00
08.15
08.30
Klien bersedia melakukan anjuran
perawat.
4. Memberikan dorongan spiritual kepada
klien.
Hasil :
Klien mengatakan ingin beribadah.
1. Menkaji tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi oleh klien.
Hasil :
Klien dapat bangun dan berjalan tanpa
bantuan.
2. Mengobservasi tanda – tanda vital
Hasil : T : 120/ 70 mmHg
N : 80 x/ i
S : 360 C
P : 22 x/ i
3. Membantu klien memenuhi kebutuhan
ADL Memotong kuku tangan dan kaki
klien.
Hasil :
Kuku tangan dan kaki klien tampak
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
12
II
08.45
09.00
09.15
09.45
bersih.
4. Memberikan latihan ROM pada klien
Hasil :
Klien mampu menggerakkan kedua
kakinya.
1. Pantau hasil pemeriksaan GDS
Hasil : GDS terakhir 346 mg/dl
Tanggal 03-08-2010
2. Observasi tanda – tanda terjadinya
hiperglikemia
Hasil :
Klien komposmentis, kulit hangat dan
deyut nadi normal.
3. Menganjurkan keluarga klien untuk
melaporkan jika terjadi peningkatan
kadar glukosa darah.
Hasil :
Keluarga klien mengatakan kadar
glukosa darah klien meningkat 346
mg/dl
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
13
III
10.00
10.15
10.30
10.45
1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
Hasil :
Klien mengatakan mulai paham dengan
kondisinya.
2. Memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengeskpresikan persaannya.
Hasil :
Klien mengharapkan kadar gula
darahnya dalam tahap normal.
3. Menganjurkan klien agar sering
mengontrol kadar gula darahnya.
Hasil :
Klien bersedia melakuakan anjuran
perawat.
4. Memberikan dorongan spiritual kepada
klien.
Hasil :
Klien ingin melakukan shalat seperti
dulu.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
14
Rabu
04-08-2010
II
III
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
1. Pantau hasil pemeriksaan GDS
Hasil : GDS terakhir 352 mg/dl
Tanggal 04 – 08 – 2010
2. Observasi tanda – tanda terjadinya
hiperglikemia.
Hasil :
Klien komposmentis, kulit hangat dan
denyut nadi normal.
3. Menganjurkan keluarga klien untuk
melaporkan jika terjadi peningkatan
kadar glukosa darah.
Hasil :
Keluarga klien mengatakan kadar
glukosa darah klien meningkat
352mg/dl
1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
Hasil :
Klien mengatakan mengerti dengan
penyakitnya.
2. Memberikan kesempatan kepada klien
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
15
09.15
09.30
untuk mengeskpresikan perasaannya.
Hasil :
Klien mengatakan ingin segera pulang.
3. Memberikan penyuluhan kepada klien
dan keluarga tentang penyakit Diabetes
Mellitus.
Hasil :
Klien mengatakan mengerti dengan
penyakitnya.
4. Menganjurkan klien agar sering
mengontrol kadar gula darahnya.
Hasil:
Klien mengatakan akan mengontrol
kadar gula darahnya jika pulang
kerumahnya.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
16
I. Catatan Perkembangan
Tabel 3.7 Catatan Perkembangan
Hari/Tgl Kode Dx Jam Evaluasi / SOAP
Senin
02-08-2010
I
II
12.00
12.30
S : Klien nampak lemah
O : TTV :
TD : 130/70 mmHg
N : 70 x/i
S : 360 C
P : 20 x/i
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 3
1. Kaji tingkat aktivitas klien
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan
ADL
S : Klien mengatakan hasil pemeriksaan
GDS nya 172 mg/dl
O : GDS terakhir klien 172 mg/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 3, dan 4
1. Pantau hasil pemeriksaan GDS tiap
hari
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
17
Selasa
03-08-2010
III
I
14.00
12.00
2. Anjurkan klien agar tidak terlalu
banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat
3. Ajarkan klien cara menurunkan
kadar gula darah
S : Klien mengatakan cemas
O : Ekspresi wajah klien tampak cemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
2. Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaanya
3. Anjurkan klien untuk sering
mengontrol kadar gula darahnya
S : Klien dapat bangun dan berjalan tanpa
bantuan
O : Klien tampak menggerakkan kedua
kakinya
A : Masalah teratasi
P : Rencana pulang
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
18
II
13.00
- Klien harus memelihara kebersihan
- Olahraga yang teratur
1. Kaji tingkat ketidakmampuan klien
dalam melakukan aktivitas
perawatan diri
2. Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhannya
3. Bimbing keluarga dalam merawat
diri (klien)
S : Klien mengatakan gula darahnya
meningkat
O : Hasil pemeriksaan GDS klien 346
mg/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 3, dan 4
1. Pantau hasil GDS klien tiap hari
2. Anjurkan klien agar tidak terlalu
banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat
3. Ajarkan klien cara menurunkan
kadar gula darah
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
19
Rabu
04-08-2010
III
II
13.30
12.00
S : Klien mengatakan mulai paham
dengan kondisinya
O : Ekspresi wajah tampak tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
2. Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya
3. Anjurkan klien untuk sering
mengontrol kadar gula darahnya
S : Klien mengatakan kadar gula
darahnya meningkat
O : Hasil GDS terkhir 352mg/dl
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 3 dan 4
1. Pantau hasil GDS tiap hari
2. Anjurkan klien untuk tidak terlalu
banyak mengkonsumsi mankan
yang mengandung karbohidrat
3. Ajarkan klien cara menurunkan
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
20
III
12.30
kadar gula darah
S : Klien mengatakan paham dengan
kondisinya
O : Ekspresi wajah klien tenang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan pada Tn“ B “
Dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Mellitus di Ruang Perawatan Kasuari
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dari tanggal 02 sampai dengan 04 Agustus
2010, terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Untuk mengetahui kesenjangan
tersebut maka penulis akan membahas sebagai berikut :
A. Pengkajian
Menurut Doengoes Marlyn, 2002 data fokus yang perlu dikaji pada klien
dengan Diabetes Melittus adalah Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan tidur/istrahat, takikardia dan takipnea pada
keadaan istrahat atau dengan aktivitas, letargi/disorientasi, koma dan penurunan
kekuatan otot, adanya riwayat hipertensi, IMA dan kesemutan pada extremitas,
ulkus pada kaki dengan penyembuhan yang lama, takikardia, perubahan tekanan
darah postural, hipertensi, nadi menurun, disritmia, krekels, GJK, kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung, stress, tergantung pada orang lain,
ansietas, peka rangsang, perubahan pola berkemih (poliuria), rasa nyeri atau
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK, nyeri tekan abdomen, diare, urine
encer, pucat, kuning, polyuria (dapat berubah menjadi oliguria/anuria jika terjadi
hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya
asites, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare), hilang nafsu makan,
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
22
mual/muntah, penurunan berat badan, sering kehausan, kulit kering, turgor jelek,
distensi abdomen, muntah, napas berbau aseton, pusing, sakit kepala, kesemutan,
kelemahan pada otot, gangguan penglihatan, disorientasi, mengantuk, letargi,
stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori, nyeri abdomen, wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati, merasa kekurangan oksigen, lapar
udara/ sesak, ulkus kulit, kulit kering dan gatal, demam, diaforesis, kulit rusak,
lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum, rentang gerak, rabas vagina
(cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus adalah keram pada kedua
estremitas bawah, tonus otot lemah, kurang mampu malaksanakan aktivitas,
ekstermitas bawah susah digerakan, sangat berhati-hati saat beraktivitas dan klien
tampak terbaring ditempat tidur, kadar glukosa darah 172 TD: 130/70 mmHg, N:
70 x/i, P: 20x/i, S: 36 OC, GDS: 172 mg/dl, HGB : 91 L g/dl, WBC: 5,8 x 10
3/UL,
Berdasarkan hal tersebut diatas ditemukan adanya kesenjangan. Data yang
ditemukan dalam teori tetapi tidak ditemukan dalam kasus yaitu :
1. GJK, IMA, disritmia, palpitasi, krekels, terjadi akibat adanya kondisi
hipertensi yang kronik akibat penebalan pembuluh darah (aterosklerosis)
sehingga jantung berusaha memompa darah untuk mensuplai seluruh jaringan
tubuh, hal ini memicu terjadinya gagal jantung, disritmia, dan penderita akan
mengalami takikardia karena aliran darah dan pemompaan jantung yang
keras, hal ini tidak ditemukan dalam kasus karena kondisi hipertensi klien
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
23
belum terlalu parah dan telah diberikan terapi diet dan obat anti hipertensi
yaitu captopril dengan dosis 3x1/oral.
2. Nyeri tekan abdomen, distensi abdomen, hal ini bisa terjadi karena kelenjar
pankreas terletak dekat abdomen yang mengeluarkan getah bening, dimana
insulin dihasilkan oleh pankreas, pada Diabetes Mellitus terjadi gangguan
sekresi insulin pada pankreas sehingga terjadi distensi abdomen, hal ini tidak
ditemukan pada klien karena sebelumnya telah mendapatkan terapi obat
omefrasol 2x1/oral selama dirawat di Rumah Sakit dua hari sebelum
pengkajian
3. Gangguan kesadaran, letargi, disorientasi, koma, supor, gangguan memori,
penurunan tekanan darah postural, nadi menurun, ini merupakan komplikasi
jangka panjang dari Diabetes Mellitus yang terjadi akibat ketoasidosis yang
parah sehingga dapat menyebabkan terjadinya hipoksia jaringan otak, hal
tersebut dapat mencetuskan penurunan kesadaran, pada klien tidak ditemukan
karena kondisi ketoasidosis klien belum terlalu parah dan belum
menyebabkan penurunan kesadaran.
4. Kulit gatal, ini terjadi karena pengeluaran keringat yang berlebihan, hal ini
muncul karena pada penderita Diabetes Mellitus terjadi peningkatan
metabolisme tubuh sehingga memicu pengeluaran keringat yang berlebihan,
selain itu hal ini juga merupakan reaksi konpensasi tubuh dari peningkatan
glukosa darah sehingga sebagian kecil glukosa darah dikeluarkan lewat
keringat yang lama kelamaan akan menimbulkan rasa gatal pada kulit
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
24
penderita, dalam kasus tidak ditemukan data ini karena pada saat dikaji klien
tidak menunjukkan gejala adanya gatal pada kulit sebab keluarga klien rajin
membersihkan keringat klien dengan lap basah sehingga keringat tidak
menumpuk dan tidak menimbulkan rasa gatal.
5. Sesak, merasa kekurangan oksigen, takipnea, ini terjadi karena peningkatan
kadar glukosa darah secara cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan
pemecahan lemak yang progresif sehingga kadar keton meningkat yang
menyebabkan terjadinya asidosis metabolik yang merangsang hiperventilasi
dimana pernafasan menjadi kusmaul, karena penderita berusaha untuk
mengurangi asidosis dengan mengeluarkan karbondioksida, hal ini tidak
muncul dalam kasus karena pada saat dikaji klien tidak mengalami asidosis
metabolik sehingga pernapasan kusmaul juga tidak ada yang bisa
menyebabkan sesak.
6. Diare, bising usus lemeh/menurun, ini terjadi karena adanya gangguan pada
saraf otonom parasimpatis pada saluran pencernaan yang meningkatkan
peristaltik usus sehingga memicu terjadinya diare, hal ini tidak muncul
dikasus karena pada saat dikaji klien tidak menunjukkan gangguan pada
syaraf otonom misalnya keluhan diare.
7. Hipertermi, diaforesis, terjadi karena adanya infeksi dari luka, hal ini tidak
ditemukan pada saat dikaji karena klien sudah mengalami terapi yaitu
parasetamol 3x1 tablet/oral ditandai dengan adanya data yang ditemukan
yaitu suhu 360
C pada saat pengkajian.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
25
8. Rasa nyeri atau terbakar saat berkemih, kesulitan berkemih, ISK, urin
berkabut, bau busuk, merupakan komplikasi jangka panjang dari Diabetes
Mellitus yang mana glukosa darah terus meningkat sehingga mengganggu
fungsi kekebalan tubuh terhadap Virus/kuman dan juga dapat merusak sistem
saraf sehinggga menurunkan kepekaan terhadap adanya infeksi. Pada
kandung kemih, gangguan saraf menyebabkan kesadaran menurun bahwa
kandung kemihnya sudah penuh, tonus otot polos kandung kemih menurun,
sehingga kandung kemih tidak dapat dikosongkan secara sempurna, sehingga
terjadi infeksi, hal ini tidak ditemukan pada kasus karena klien belum
mengalami gangguan kesadaran sehinga masih dapat melakukan
pengosongan kandung kemih secara sempurna
9. Stress, ansietas, peka rangsang terjadi karena adanya faktor psikologis atau
kurang pengetahuan yang dapat mempengaruhi peningkatan stressor. Hal ini
tidak ditemukan dalam kasus karena kien sudah mengetahui tentang
penyakitnya dan sudah perah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus tetapi tidak ditemukan
dalam teori yaitu :
1. Keram pada ekstermitas bawah, namun belum nampak adanya pembentukan
luka.
2. Klien mengatakan susah menggerakkan kaki saat beraktifitas, sebagian
aktifitas dibantu oleh anaknya, klien terbaring di tempat tidur, ekstermitas
kanan bawah susah digerakan, nampak sengat berhati-hati jika bergerak, hal
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
26
ini ditemuakan dalam kasus karena pada saat dikaji keadaan klien tidak dapat
melakukan aktifitas secara mandiri disebabkan keadaan klien yang begitu
lemah.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes Marilyn, 2002 diagnosa keperawatan yang terdapat pada
teori ada 7 diagnosa yaitu :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresia osmotic, kehilangan
gastrik yang berlebihan (muntah, diare)
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan peningkatan katabolisme protein/lemak), penurunan masukan
oral (anoreksia, mual, nyeri abdomen), status hipermetabolisme.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan
perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin atau elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik, insufisiensi
insulin, status hipermetabolik.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
27
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan interpretasi,
dan tidak mengenal sumber informasi.
Sedangkan diagnosa yang ditemukan dalam kasus ada 3 diagnosa yaitu :
1. Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik, insufisiensi
insulin, status hipermetabolik.
2. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan
kekurangan respon insulin dalam tubuh.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d keterbatasan infornasi tentang
proses penyakitnya.
Berdasarakan hal tersebut diatas ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dengan kasus. Dimana terdapat pada diagnosa pada teori tapi tidak
ditemukan dalam kasus :
1. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan
perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa/insulin atau elektrolit.
Perubahan sensuori - perseptual terjadi pada susunan saraf pusat yaitu: otak,
dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit dan organ
lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan
saluran cerna. Dalam jangka lama, peningkatan glukosa darah yang sangat
tinggi yang tidak terkontrol dengan baik dan tidak segera diatasi, akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberikan
makanan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf, akibatnya saraf tidak bias
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
28
mengirim dan menghantarkan pesan-pesan rangsangan impuls saraf. Hal ini
tidak diangkat pada kasus karena pada saat pengkajian tidak ditemukan
adanya adanya kelainan pada persarafan dimana yang salah satu faktor yang
bisa menyebabkab kerusakan saraf yaitu glukosa darah yang tinggi dan
terkontrol dan pada klien telah mendapatkan penanganan/terapi yang baik.
2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/ progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain. Hal ini tidak
ditemukan dalam kasus karena pada kasus tidak muncul data seperti:
penolakan untuk mengespresikan perasaan sebenarnya, penarik diri dan
mudah marah, apatis, tidak berpartisipasi dalam perawatan dan tidak
memantau kemajuan.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus tapi
tidak ditemukan dalam teori yaitu :
1. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan
kekurangan respon insulin dalam tubuh
C. Intervensi Keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi pada klien, maka
dibuat perencanaan tindakan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan.
Intervensi yang disusun yaitu :
1. Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik, insufisiensi
insulin, status hipermetabolik.Diskusikan dengan pasien kebutu-han akan
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
29
aktivitas. Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas
yang minimbulkan kelelahan, Berikan aktivitas alternative dengan periode
istirahat yang cukup/ tanpa diganggu. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan
tekanan darah sebelum/sesudah aktivitas Diskusikan cara menghemat kalori
selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya. Tingkatkan partisipasi
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sedangkan intervensi
keperawatan dalam teori yaitu Buat jadwal perencanaan dengan pasien dan
identifikasi aktivitas yang minimbulkan kelelahan, Berikan aktivitas
alternative dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu. Pantau nadi,
frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah aktivitas Diskusikan
cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya.
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut diatas, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
kasus.
2. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan
Intervensi yang dilakukan adalah Berikan Ajarkan klien tentang tanda-tanda
penurunan kadar glukosa darah dan anjurkan klien agar segera melaporkan
kepada perawat jika terjadi tanda-tanda hipoglikemia. Sedangkan intervensi
keperawatan dalam teori yaitu Berikan pengobatan insulin secara teratur
Ajarkan klien tentang tanda-tanda penurunan kadar glukosa darah dan
anjurkan klien agar segera melaporkan kepada perawat jika terjadi tanda-tanda
hipoglikemia.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
30
Berdasarkan hal tersebut diatas, terjadi kesenjangan antara teori dan kasus
yaitu pada kasus penulis tidak melaksanakan penyuntikan insulin karena
ketidak sesuian waktu atau jadwa pemberian dengan praktek yang di
laksanakan oleh penulis.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
b/d kurang pemajanan/mengingat, salah interpretasi.
Mendiskusikan topik-topik utama seperti :
a) Apakah kadar glukosa normal itu dan bagaimana hal tersebut
dibandingkan dengan kadar gula pasien, tipe Diabetes yang dialami
pasien, hubungan antara kekurangan insulin dengan kadar gula yang
tinggi.
b) Rasional terjadinya serangan ketoasidosis.
c) Komplikasi penyakit akut dan
d) Kronis meliputi gangguan penglihatan (retinopati), perubahan dalam
neurosensori dan kardiovaskuler, perubahan fungsi ginjal hipertensi
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan
cara melakukan makanan di luar rumah
e) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan
cara melakukan makanan di luar rumah.
Intervensi yang di jelaskan diatas dilakukan pada kasus karena
dalam kasus terdapat kurang pengetahuan. Hal ini terdapat dalam teori
karena dalam teori dijelaskan adanya diagnosa kurang pengetahuan.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
31
D. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang tercantum pada
rencana keperawatan berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam
kasus dan menentukan waktu pelaksanaan implementasi sesuai dengan respon dan
kondisi klien.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan antara teori dan kasus mengacu pada kriteria tujuan.
Evaluasi masalah keperawatan dengan melihat perkembangan kondisi atau respon
klien dari tanggal 02 - 04 Agustus 2010 dari 3 diagnosa keperawatan yang
ditemukan dalam kasus ada 2 diagnosa keperawatan yang teratasi dan 1 diagnosa
yang tidak teratasi yaitu :
Diagnosa keperawatan yang teratasi adalah :
1. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,
perubahan kimia darah dan peningkatan kebutuhan energi.
2. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan
informasi tentang proses penyakitnya.
Diagnosa keperawatan yang belum teratasi pada hari pertama :
1. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan
kekurangan insulin dalam tubuh.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
32
Adapun faktor yang menjadi penghambat sehingga diagnosa tersebut
belum tertasi adalah :
1. Proses penyakit klien yang membutuhkan pengobatan dan perawatan yang
lama sedangkan waktu yang diberikan untuk kontak dengan klien sangat
singkat dan terbatas.
2. Adanya keterbatasan fasilitas dari Rumah Sakit sehingga perawatan yang
diberikan tidak efektif.
3. Masih kurangnya kemampuan penulis untuk memberikan asuahan yang
komperehensif.
Oleh karena itu penulis mendelegasikan pelaksanaan rencana
keperawatan pada petugas agar masalah klien dapat teratasi sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
33
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dan penerapan Asuhan Keperawatan pada Tn
“B” dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Mellitus Tipe II. Maka penulis
menarik kesimpulan serta saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Menurut Doengoes Marilyn, 2002 data fokus yang perlu dikaji pada klien
dengan Diabetes Mellitus adalah adanya riwayat Hiperglikemia, poliuria,
polidipsia, polipagi, glukosauria, penglihatan kabur, penurunan berat badan, ulkus
yang susah sembuh, pernapasan kusmaul, mual muntah, gangguan penglihatan,
kelemahan dan gangguan neurologis.
Sedangkan data yang ditemukan dalam kasus adalah, rasa lelah dan
kelemahan otot, ketidak-seimbangan kadar glukosa dalam darah dan kurangnya
pengetahuan.
1. Pengkajian
Pada pengkajian, yang ditemukan dalam teori tapi tidak di temukan dalam
kasus adalah, luka susah sembuh, gangguan kesadaran (letargi, disorientasi,
koma, stupor, gangguan memori), sesak, GJK, kulit gatal dan diare.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
34
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam teori tapi tidak di temukan
dalam kasus adalah kekurangan volume cairan, nutrisi kurang dari kebutuhan,
resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual.
3. Perencanaan
Perencanan asuhan keperawatan pada Tn “B“ dengan Diabetes mellitus
mengacu pada masalah keperawatan yang muncul dengan pedoman pada teori
dan tetap menperhatikan kondisi klien dengan melibatkan keluarga.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencan keparawatan sesuai dengan masalah yang muncul di
sesuakan dengan rencana yang telah ditetapkan dan mencantungkan waktu
pelaksanaan sesuai respon dan kondisi klien.
5. Setelah penulis mengevaluasi pada hari pertama sampai hari ke empat
perawatan masalah yang teratasi yaitu kelemahan dan kurang pengetahuan.
6. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama empat hari di dapatkan
kesenjangan antara teori dan kasus mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan dan evaluasi proses keperawatan.
B. Saran
1. Kepada perawat dalam mengumpulkan data harus menggunakan berbagai
sumber dengan mengguanakan tehnik wawancara, observasi, pengkajian.
Anugrah Putra Dewa | Blog’s
Diabetes Mellitus
35
2. fisik dan dokumentasi yang akurat, maka terlebih dahulu harus dilakukan
pendekatan interpersonal terhadap klien dan keluarga sehingga terbina
hubungan saling percaya antara perawat klien dalam tahap menerapkan etika
keperawatan.
3. Perlunya peningkatan kerjasama khususnya dengan perawat di rumah sakit
yang terakait dalam penyusunan rencana tindakan agar dapat disesuaikan
dengan kondisi klien.
4. Untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada
klien Diabetes Meillitus, diharapkan kepada seluruh tim kesehatan yang
menangani klien agar senang tiasa bekerja secara sistematis untuk
memperoleh kesembuhan yang optimal.
5. Agar tujuan yang telah ditemukan dapat tercapai dan dievaluasi dengan
cermat maka diharapkan kerjasama dari klien dan keluarga untuk senangtiasa
memberikan informasi yang adekuat mengenai evaluasi yang dilakukan selain
dari hasil obsevasi.
6. Pendokumentasian yang dilakukan harus relevan dengan asuhan keperawatan
yang dilakukan agar dapat menjadi bukti yang akurat untuk pertanggung
jawaban dan pertanggung gugatan.