Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak...

13
Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi pada Pasien dengan Diabetes Melitus oleh Devina Rivanti Nugita, 1206240695 Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dan progresif yang mempunyai karakteristik tubuh tidak mampu untuk memetabolisme karbohidrat , lemak dan protein yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah atau hyperglycemia dikarenakan kelainan kerja insulin , sekresi insulin atau keduanya. (Black & Hawks, 2009). Diabetes mellitus juga terdapat dua tipe yaitu (Brunner & Suddarth, 2002): Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) terjadi karena ketikadmampuan sel sel beta langerhans menghasilkan insulin.Terjadinya dekstruksi sel beta yang dihasilkan oleh pankreas (sel endokrin), sehingga terjadi penurunan kadar insulin dalam tubuh Diabetes mellitus tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIIDM) biasanya berhubungan dengan obesitas. Insulin dapat diproduksi dalam jumlah normal atau mendekati akan tetapi sel-sel tubuh tidak mampu menggunakannya karena defisiensi atau gangguan pada reseptor insulin. Manajemen medis dibutuhkan untuk membuat normal kembali aktivitas insulin dan kadar glukosa darah untuk mengurangi perkambangan komplikasi vascular dan neuropati. Tujuan terapi

description

tentang diabetes melitus

Transcript of Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak...

Page 1: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi pada Pasien dengan Diabetes Melitus

oleh Devina Rivanti Nugita, 1206240695

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik dan progresif yang mempunyai karakteristik

tubuh tidak mampu untuk memetabolisme karbohidrat , lemak dan protein yang ditandai dengan

meningkatnya kadar glukosa dalam darah atau hyperglycemia dikarenakan kelainan kerja

insulin , sekresi insulin atau keduanya. (Black & Hawks, 2009). Diabetes mellitus juga terdapat

dua tipe yaitu (Brunner & Suddarth, 2002):

Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

terjadi karena ketikadmampuan sel sel beta langerhans menghasilkan insulin.Terjadinya

dekstruksi sel beta yang dihasilkan oleh pankreas (sel endokrin), sehingga terjadi

penurunan kadar insulin dalam tubuh

Diabetes mellitus tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIIDM)

biasanya berhubungan dengan obesitas. Insulin dapat diproduksi dalam jumlah normal

atau mendekati akan tetapi sel-sel tubuh tidak mampu menggunakannya karena defisiensi

atau gangguan pada reseptor insulin.

Manajemen medis dibutuhkan untuk membuat normal kembali aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah untuk mengurangi perkambangan komplikasi vascular dan neuropati. Tujuan

terapi pada setiap tipe diabetes mellitus adalah untuk mendapatkan kadar glukosa darah yang

normal tanpa hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas umum pasien. Terdapat lima

komponen manajemen untuk diabetes, yaitu nutrisi, latihan (exercise), pemantauan (monitoring),

terapi farmakologi, dan edukasi (Lewis, 2009).

Manajemen Nutrisi

Tujuan manajemen nutrisi adalah untuk meraih dan mempertahankan kadar glukosa darah

dan tekanan darah pada kisaran yang normal (atau sebisa mungkin mendekati normal), untuk

mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi yang kronis, mencapai dan

mempertahankan lipida serum normal, dan memberi cukup energi untuk mempertahankan atau

mencapai berat badan normal (Brunner & Suddarth, 2002). Perencanaan makanan harus

memertimbangkan pilihan makanan pasien, gaya hidup, waktu makan biasanya, dan latar

belakang etnis dan budaya.

Page 2: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

Pasien yang memerlukan insulin untuk membantu mengntrol kadar glukosa darah diperlukan

konsistensi untuk mengontrol kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi pada setiap makanan.

Diperlukan pula edukasi awal yang memberitahukan pentingnya kebiasaan makan yang

konsisten, hubungan antara makanan dan insulin, dan ketentuan pola makan individu. Edukasi

diperdalam dan ditindaklanjuti dengan fokus kepada keterampilan manajemen seperti membaca

label makanan, menyesuaikan perencanaan makan dengan latihan, dan lainnya.

Latihan (exercise)

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan

kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Kadar glukosa darah dapat

turun karena latihan dapat meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

pemakaian insulin. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat

meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolism istirahat. Hal

tersebut dapat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa

stress, dan mempertahankan kesegaran tubuh.

Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl (14mmol/L) dan

menunjukan adanya keton dalam urin tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton

urin memperlihatkan hasil negative dan kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan

kadar glukosa darah yang tinggi akan meningkatkan sekresi glucagon, growth hormone, dan

katekolamin sehingga membuat hati lebih banyak melepas glukosa dan terjadi kenaikan kadar

glukosa darah.

Masalah yang potensial pada pasien yang menggunakan insulin adalah hipoglikemia yang

dapat terjadi beberapa jam setelah latihan. Hal tersebut dapat dicegah dengan mengkonsumsi

makanan camilan pada akhir latihan dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada

saat latihan. Pasien juga harus memeriksa kadar glukosa darahnya sebelum, selama, dan sesudah

periode latihan.

Frekuensi latihan jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali

per minggu. Intensitas ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate). Durasi yang

dibutuhkan 30 - 60 menit melakukan latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan

kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Menentukan

Page 3: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

intensitas latihan, dapat digunakan Maximum heart rate(MHR) yaitu 220 – umur. Setelah MHR

didaptkan, dapat ditentukan Target heart rate (THR)(Sudoyo, 2009).

Pada pasien dengan diabetes tipe II yang obesitas, latihan dan penatalaksanaan diet akan

memperbaiki metabolisme glukosa serta meningkatkan penghilangan lemak tubuh. Latihan yang

digabung dengan penurunan berat akan memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan

kebutuhan pasien akan insulin atau obat hiperglikemia oral. Pada akhirnya, toleransi glukosa

dapat kembali normal. Penderita diabetes tipe II yang tidak menggunakan insulin atau obat oral

mungkin tidak memerlukan makanan ekstra sebelum latihan.

Pemantauan Glukosa Darah(monitoring)

Melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri (SMBG: self monitoring of

blood glucose) penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa

secara optimal. Cara ini dapat memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia serta

hiperglikemia dan berperan dalm menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan

akan mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang. Bagi penderita diabetes tipe II

pemantauan mandiri glukosa darah harus dianjurkan dalam kondisi yang diduga dapat

menyebabkan hiperglikemia atau hipoglikemia.

Pemantauan ini juga merupakan dasar untuk melaksanakan terapi insulin yang intensif

(termasuk dua hingga empat kali penyuntikan insulin perhari atau penggunaan pompa insulin)

dan untuk menangani kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes. Pemeriksaan ini juga

sanat dianjurkan bagi pasien-pasien dengan:

Penyakit diabetes yang tidak stabil

Kecendrungan untuk mengalami ketosis berat atau hipoglikemia

Hipoglikemia tanpa gejala peringatan

Ambang glukosa renal yang abnormal

Bagi sebagian besar pasien yang memerlukan insulin, pemeriksaan kadar glukosa darah

sebanyak dua hingga empat kali sehari dapat dianjurkan. Pasien yang tidak menggunakan insulin

dapat mengukur kadar glukosa darahnya minimal dua hingga tiga kali per minggu. Pasien juga

dianjurkan untuk menyimpan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dalam buku catatan

sehingga pasien tersebut dapat mengetahui kenaikan kadar glukosa darahnya.

Page 4: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

Terapi Farmakologi

Terapi Insulin

Hormon insulin disekresikan oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Hormone ini bekerja

untuk menurunkan kadar glukosa darah post-prandial dengan mempermudah pengambilan serta

penggunaan glukosa oleh sel-sel otot, lemak, dan hati. Pada diabetes tipe I tubuh kehilangan

kemampuan untuk memproduksi insulin dengan demikian insulin eksogenus harus diberikan

dalam jumlah tak terbatas. Pada diabetes tipe II insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka

panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak

berhasil mengontrolnya.

Kategori insulin terdiri dari:

Aksi cepat (rapid acting)

-lispro (Humalog)

-aspart (Novolog)

-glulisine (Apidra)

Awitan kerja insulin rapid acting adalah 10 hingga

30 menit, puncaknya 30menit hingga 3 jam, durasi

kerjanya 3 hingga 5 jam.

Aksi pendek (short acting)

-Insulin Reguler (ditandai “R” pada botolnya)

Awitan kerja insulin regular adalah ½ hingga 1 jam, puncaknya 2 hingga 5 jam, durasi

kerjanya 5 hingga 8 jam. Biasanya diberikan 20 hingga 30 menit sebelum makan. Dapat

diberikan secara tunggal atau dikombinasikan dengan insulin yang kerjanya lebih lama.

Nama lain insulin reguler adalah crystalline zinc insulin (CZI).

Aksi menengah (intermediate acting)

-NPH insulin (neutral protamine Hagedron)

-Lente Insulin (“L”)

Awitan kerja human insulin intermediate-acting adalah 1,5 hingga 4 jam, puncaknya 4

hingga 12 jam, durasi kerjanya 12 hingga 18 jam. Kedua insulin tersebut memilik

kesamaan dalam waktu kerjanya dan tampak putih serta menyerupai susu. Pasien yang

menggunakan NPH atau insulin Lente harus makan di sekitar waktu awitan dan puncak

kerja di preparat insulin ini.

Lewis, S M., Dirksen, S R., Heitkemper, MM., Bucher, L. (2011). Medical-surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems. 8th ed. Canada: Elsevier.

Page 5: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

Aksi lama (long-acting)

-Ultralente insulin (UL)

-glargine (Lantus)

-delemir (Levemir)

Insulin long acting kadang-kadang disebut sebagai insulin tanpa puncak kerja karena

preparat ini cenderung memiliki kerja yang panjang, perlahan, dan bertahan. Awitannya

adalah 0,8 hingga 4 jam, puncaknya tidak pasti, durasi 24+ jam.

Konsentrasi insulin yang umumnya digunakan adalah U-100 yang berarti terdapat 100

unit insulin per 1 sentimeter kubik. Spuit mampu menampung 100 unit insulin berarti U-100

adalah spuit 1ml(cc). Pemberian insulin bervariasi antara suntikan yang satu dengan yang

lainnya perhari. Biasanya diberikan dalam kombinasi antara preparat insulin short acting dan

long acting.

Agens Antidiabetik Oral

Agens mungkin berkhasiat pada pasien diabetes tipe II yang tidak dapat diatasi hanya

dengan diet dan latihan, namun obat ini tidak dapat digunakan pada masa kehamilan.

Antidiabetik oral mencakup golongan sulfonylurea dan biguanid.

-Solfonilurea

Golongan ini bekerja terutama dengan meransang langsung pancreas untuk

mensekresikan insulin. Dengan demikian, pancreas yang masih berfungsi merupakan syarat

utama agar obat –obat ini bekerja efektif. Obat ini dapat memperbaiki kerja insulin di tingkat

seluler dan dapat secara langsung menurunkan produksi glukosa oleh hati. Efek samping obat-

obat ini mencakup gejala gastrointestinal dan reaksi dermatologi, dapat pula terjadi hipoglikemia

jika solfonilurea diberikan dalam dosis yang berlebihan dan ketika pasien lupa makan atau

asupan makanan kurang.

Mekanisme solfonilurea yaitu, menstimulasi pengelepasan insulin yang disimpan,

menurunkan ambang sekresi insulindan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan

glukosa. Contoh obat golongan ini antara lain: Khlorpropamid, Glibenklamid, Glikasid

(Diamicron), Glikuidon (Glurenorm), Glipisid (Glucotrol XL), Glimepirid (Amaryl, Amadiab).

Page 6: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

-Biguanid (metformin)

Golongan obat yang dapat digunakan pada biguanid adalah metformin. Metformin

menimbulkan efek antidiabetik dengan memfasilitasi kerja insulin pada tempat reseptor perifer.

Oleh karena itu obat ini dapat digunakan jika masih terdapat insulin. Metformin menurunkan

glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal dari

reseptor insulin serta efeknya menurunkan produksi glukosa hati. Metformin menurunkan

glukosa darah tapi tidak menyebabkan penurunan sampai dibawah normal, karena itu metformin

tidak disebut sebagai obat hipoglikemik tapi sebagai obat anti hiperlipidemik

Asidosis laktat merupakan komplikasi yang paling serius pada terapi biguanid dan pasien

harus dipantau dengan ketat ketika terapi biguanid diberikan atau ketika dosisnya diubah.

Metformin kontraindikasi pada penderita dengan gangguan ginjal, obat ini tidak dapat diberikan

sebelum dilakukan pemeriksaan diagnostik kelainan ginjal.

- Alfaglukosidase Inhibitor

Golongan obat yang dapat digunakan pada alfaglukosidase inhibitor adalah akarbose.

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfaglukosidase didalam saluran

cerna sehingga dengan demikian dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan

hiperglikemia posprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia

dan juga tidak berpengaruh pada keadaan insulin.

-Insulin Sensitizing Agent

Thiazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologis yang.

Diharapkan obat ini dapat lebih tepat bekerja pada sasaran kelainan yaitu resistensi insulin dan

dapat pula di pakai untuk mengatasi berbagai manifestasi resistensi insulin tanpa menyebabkan

hipoglikemia dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel beta pankreas.

Page 7: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

Lewis, S M., Dirksen, S R., Heitkemper, MM., Bucher, L. (2011). Medical-surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical

Problems. 8th ed. Canada: Elsevier.

Edukasi

Diet, aktivitas fisik dan stres fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian

diabetes, maka pasien harus belajar mengatur keseimbangan berbagai faktor (Brunner &

Suddarth, 2002). Pasien tidak hanya harus mengerti tentang keterampilan untuk merawat diri

sendiri namun juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari

komplikasi diabetes. Perawat dapat berperan untuk mengidentifikasi pasien diabetes, mengkaji

Page 8: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat

keteramplan dalam melakukan perawatan diri, memberikan pendidikan dasar tentang diabetes

dan merujuk pasien untuk mendapatkan tindaklanjut setelah keluar dari rumah sakit.

Pada pasien yang baru didiagnosis sebagai penderita diabetes atau mendapatkan terapi

insulin untuk pertama kalinya harus diberikan informasi mengenai keterampilan untuk dapat

bertahan hidup dengan cara menghindari komplikasi hipoglikemia atau hiperglikemia. Informasi

yang diberikan dapat mencakup:

Patofisiologi: definisi diabetes, batas-batas kadar glukosa darah yang normal, efek terapi

insulin dan latihan, efek makanan dan stress, dan dasar pendekatan terapi

Cara-cara terapi: pemberian insulin, dasar-dasar diet, pemantauan kadar glukosa darah

Pengenalan, penanganan, pencegahan komplikasi akut hipoglikemia dan hiperglikemia

Informasi yang pragmatis: di mana membeli dan menyimpan insulin, alat untuk

memantau kadar glukosa darah, kapan dan bagaimana cara menghubungi dokter

Tindakan preventif untuk mengindari komplikasi diabetes jangka panjang: perawatan

kaki, perawatan mata, hygiene umum, penanganan faktor resiko (mengendalikan tekanan

darah dan kadar lemak darah).

Referensi

Black Black & Hawks. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for

Positive Outcomes : eighth Edition. Singapore : Saunders Elsevier.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2. Jakarta : EGC.

Lewis, S M., Dirksen, S R., Heitkemper, MM., Bucher, L. (2011). Medical-surgical Nursing:

Assesment and Management of Clinical Problems. 8th ed. Canada: Elsevier.

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (2009). Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

Page 9: Diabetes Melitus Merupakan Penyakit Kronik Dan Progresif Yang Mempunyai Karakteristik Tubuh Tidak Mampu Untuk Memetabolisme Karbohidrat