Di sela gelombang budaya.docx

5
Di sela gelombang budaya-budaya baru yang terus datang, membicarakan “Pemuda” dan juga “Nasionalime” adalah sebuah aktivitas yang unik. Mengapa demikian? Karena sebagian masyarakat dan juga kalangan pemuda kita sudah mulai tak peduli dengan tetek bengek “nasionalisme”. Sembari itu, mereka juga tak ambil pusing soal gejala-gejala penyimpangan sikap dan tingkah laku amoral kaum muda yang makin marak terlihat. “Nasionalisme itu urusan para pimpinan negara, TNI dan POLRI serta para pejabat guru dan dan para pegawai negeri” begitu kurang lebih yang terlintas di benak mereka. “Beginilah kita para kaum muda, jangan sampai ketinggalan zaman! Sekarang kan jamannya kebebasan! ‘kalimat inilah nampaknya yang sering jadi kalimat bantahan, ketika ada yang meningatkan tentang perlu waspadanya kita kaum muda terhadap bahaya narkoba, pornografi, seks bebas dan sekutu-sekutunya. Sebagian masyarakat memang sudah lelah mendisikusikan kedua tersebut. Bukan karena tidak memiliki itikad yang baik, namun bisa jadi karena belum banyak yang tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Everything is Gonna be Allright!” Kita sudah menjadi negara merdeka! Kita bebas melakukan apa saja.” Benarkah demikian? Damai tentu kita merasakan hidup di Indonesia yang tenteram. Namun beberapa cendekia dan pakar menyatakan justru sebaliknya. Ternyata kita masih dalam keadaan “perang”. Mantan Kepala Staff Angkatan Darat Jendral TNI Ryamizard Ryacudu pernah menyampaikan bahwa kita sedang berada dalam “jebakan perang modern”. Perang modern bukanlah perang fisik menggunakan senjata berupa senapan, bom atau yang lainnya. Perang modern adalah berupa perang pemikiran dan perang budaya dimana negara-negara besar terus meningkatkan usahanya untuk memperngaruhi para generasi muda dan masyarakat di negara-negara lain. Mereka memaksakan nilai-nilai budaya dari bangsanya kepada bangsa lain melalui berbagai bentuk media. Permasalahannya bagi Indonesia adalah, tidak semua nilaibudaya yang mereka tawarkan itu sesuai dengan nilai-nilai budaya kita. Pergaulan bebas misalnya, jelas bertentangan dengan nilai-nilai etis bangsa ASIA dan juga nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat kita. Kini sebagian besar kaum muda kita sudah terhipnotis oleh berbagai budaya baru tersebut. Efeknya adalah, jati dirinya sebagai manusia Indonesia

description

Di sela gelombang budaya

Transcript of Di sela gelombang budaya.docx

Di sela gelombang budaya-budaya baru yang terus datang, membicarakan “Pemuda” dan juga “Nasionalime” adalah sebuah aktivitas yang unik. Mengapa demikian? Karena sebagian masyarakat dan juga kalangan pemuda kita sudah mulai tak peduli dengan tetek bengek “nasionalisme”. Sembari itu, mereka juga tak ambil pusing soal gejala-gejala penyimpangan sikap dan tingkah laku amoral kaum muda yang makin marak terlihat. “Nasionalisme itu urusan para pimpinan negara, TNI dan POLRI serta para pejabat guru dan dan para pegawai negeri” begitu kurang lebih yang terlintas di benak mereka. “Beginilah kita para kaum muda, jangan sampai ketinggalan zaman! Sekarang kan jamannya kebebasan! ‘kalimat inilah nampaknya yang sering jadi kalimat bantahan, ketika ada yang meningatkan tentang perlu waspadanya kita kaum muda terhadap bahaya narkoba, pornografi, seks bebas dan sekutu-sekutunya.

Sebagian masyarakat memang sudah lelah mendisikusikan kedua tersebut. Bukan karena tidak memiliki itikad yang baik, namun bisa jadi karena belum banyak yang tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Everything is Gonna be Allright!” Kita sudah menjadi negara merdeka! Kita bebas melakukan apa saja.” Benarkah demikian?

Damai tentu kita merasakan hidup di Indonesia yang tenteram. Namun beberapa cendekia dan pakar menyatakan justru sebaliknya. Ternyata kita masih dalam keadaan “perang”. Mantan Kepala Staff Angkatan Darat Jendral TNI Ryamizard Ryacudu pernah menyampaikan bahwa kita sedang berada dalam “jebakan perang modern”. Perang modern bukanlah perang fisik menggunakan senjata berupa senapan, bom atau yang lainnya. Perang modern adalah berupa perang pemikiran dan perang budaya dimana negara-negara besar terus meningkatkan usahanya untuk memperngaruhi para generasi muda dan masyarakat di negara-negara lain. Mereka memaksakan nilai-nilai budaya dari bangsanya kepada bangsa lain melalui berbagai bentuk media.

Permasalahannya bagi Indonesia adalah, tidak semua nilaibudaya yang mereka tawarkan itu sesuai dengan nilai-nilai budaya kita. Pergaulan bebas misalnya, jelas bertentangan dengan nilai-nilai etis bangsa ASIA dan juga nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat kita. Kini sebagian besar kaum muda kita sudah terhipnotis oleh berbagai budaya baru tersebut. Efeknya adalah, jati dirinya sebagai manusia Indonesia yang religius mulai hancur. Meninggalkan ajaran agama, juga mulai meninggalkan ke-Indonesiaannya. Hura-hura dan gembira, tanpa melakukan filter, atau penyaringan terhadap hal-hal yang ia tiru dari bangsa lain. Tanpa memilih dan memilah. Kehidupan dan masa depan dirinya pun jadi salah kaprah.

Mengapa dengan mudah budaya asing ini meresap ke dalam keidupan sebagian kaum muda kita? Karene media internet, film, dan dunia hiburan mampu mengesankan kehebatan dan kebesaran budaya-budaya baru itu. Sebenarnya hanya kesan yang ditangkap. Tetapi, karena mereka tidak mau menengok ke dalam, tentang kehebatan dan kebesaran negeri kita, tokoh-tokoh kita, orang-orang kita dan juga sejarah kita; Indonesia, maka Indonesia seakan-akan menjadi kecil di dalam hatinya.Hal ini diperparah dengan media massa (cetak maupun elektronik) lebih sering memberitakan peristiwa-peristiwa yang menghebohkan, mengecewakan dan menghinakan Indonesia. Seperti misalnya kasus korupsi, perang antar suku, tawuran pelajar, perseteruan antara oknum polisi dan TNI, pemerkosaan dll.

Jarang sekali diberitakan tentang prestasi manusia-manusia Indonesia di kancah Internasional yang sebenarya juga sangat membanggakan. Sebut misalnya Dr. Warsito, Penemu Alat Pemindai (ECVT) 4 Dimensi yang teknologinya beberapa tahun belakangan ini sudah dipakai NASA dan lembaga Internasional lainnya. Kemudian Dr. Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, M.Phil, B.Sc.; Menteri Luar Negeri kita yang oleh negara-negara di dunia untuk menjadi Ketua Komisi Dekolonisasi (Anti Penjajahan) PBB. Ada pula bocah asal Indonesia, Muhammad Al-Fatih Ridha, tampil sebagai pemenang lomba desain dan pemrograman game nasional se-Amerika, National STEMÂ (Science Technology Engineering Math) Video Game Challenge. Kemenangan ini diumumkan Rabu (30/3/2011) oleh Kepala Staf kementrian Teknologi Amerika Serikat, Aneesh Chopra, di Washington. Kompetisi nasional yang pertama kali diadakan di AS ini diikuti oleh 500 pelajar yang tinggal dan bersekolah di Amerika Serikat. Empat orang Astronom Indonesia namanya juga telah diabadikan sebagai nama asteroid-asteroid yang ada di langit sana. Beliau berempat adalah para mantan Ketua Laboratorium Astronomi Boscha- Lembang Jawa Barat yang telah banyak berkontribusi di bidang keilmuannya pada dunia.

Ada pula Animator asal Indonesia, Rini Sugianto, awal tahun ini mendadak terkenal juga karena keahiannya lah ia dipercaya menjadi animator utama untuk film produksi Hollywood mengenai tokoh komik terkenal “Tintin”.Belum lagi adalah yang terkahir menghebohkan sekligus membuat kita bangga akan bangsa kita; Film “ The Raid” . Film ini menceritakan tim khusus (SWAT) dalam menumpas peredaran Narkoba.Menampilkan bela diri khas Indonesia yaitu “pencak Silat’ yg diperankan secara apik oleh atlit nasional kita sebagai salah satu anggota SWAT, film ini telah menghasilkan hampir 2 milyar rupiah, terutama setelah diputar juga diberbagai negara termasuk di Amerika.

Yang disebutkan di atas adalah sebagian contohnya saja yang jelas tak pernah disiarkan di berbagai rubrik televisi seperti “Silet”, “Was-was” dsb. Juga belum pernah termuat di film-film layar lebar dan apalagi berita harian media massa. Selain itu secara sosial politik internasional Indonesia kita adalah : 1. Negara yang luas wilayah maritimnya terluas di dunia yaitu 3.977 mil terbentang.2. Perintis dan masuk dalam jajaran pemimpin negara-negara OKI (Organisasi Konferensi Islam)3. Pendiri dan Pemimpin negara ASEAN4. Pendiri dan Pemimpin negara-negara miskin dan berkembang yang tergabung dalam Konferensi Asia Afrika5. Satu-satunya negara berkembang yang masuk dalam jajaran negara G-7 (bersama negara-negara besar)

Betapa dahsyatnya bangsa dan negara besar kita Indonesia. Nasionalismenya terus tumbuh dan berkembang dari barat Sabang dan Timur Merauke. Di utara Kepulauan Talaud, di selatan Pulau Rote sejak jaman kesulatanan-kesultanan masa lalu. Wilayah Indonesia yang demikian, sama panjangnya dari Inggris melampaui Eropa hingga Irak. Batas barat Nusantara Indonesia adalah Sabang berada di Greenwich London. Batas timurnya, Merauke berada di Baghdad Irak. Batas utaranya, Kepulauan Talaut berada di Jerman. Sedangkan batas selatannya, Pulau Rote berada di Aljazair.

Di wilayah seluas Nusantara Indonesia yang demikian itu, matahari harus terbit sampai tiga kali.

Dampaknya menimbulkan perbedaan tiga waktu: Waktu Indonesia Timur (WIT) matahari terbit lebih awal dua jam dari pada Waktu Indonesia Barat (WIB). Sedangkan Waktu Indonesia Tengah (WITA), matahari terbit satu jam lebih dahulu daripada Waktu Indonesia Barat (WIB).

Bila kita ingin mengetahui lebih besar lagi Indonesia kita, mari kita lihat perbandingan luas wilayahnya dengan negara-negara Eropa yang sebgian diantaranya pernah menjajah Indonesia; berikut ini adalah rinciannya seperti dikutip dari buku “Api Sejarah” karya Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara (Guru Besar UNPAD).Inggris Raya memiliki luas 244.046 km2, Yunani 131.944 km 2 sedangkan Sumatera dan Pulau sekitarnya 473.605,9 km.Luas Perancis 547.026 km2, Spanyol 504.782sedangkan Pulau Kalimantan Indonesia 549.424.53 km2.

Jerman berluas 346.784 km2, Italia 301.225 km2 sedangkan Irian Jaya atau Papua 421.951 km2. Luas Denmark 43.069, Belanda 41.160 km2, Portugal 92.082 km2 sedangkan Pulau Jawa dan Madura memiliki luas 132.174.1 km2.

Vatikan 0.44 km2, Monako 1.8 km2 sedangkan DI Yogyakarta 3.142km 2. Jadi negara dan bangsa2 itu terlihat besar dan hebat berkat jasa media dan film saja. Sementara itu kebesaran dan kehebatan wilayahnya, kecerdasan dan kehebatan manusia-manusianya, Indonesia kita jelas tidak kalah.

Nasionalisme, adalah kini awam dipahami sebagi sebuah keyakinan untuk mencintai tanah air, negara, dan bangsanya dengan cara melakukan amal-amal kontributif untuk kemajuan bangsa dan terus bertahannya kualitas manusia dan keutuhan bangsanya.Melihat fakta dan data yang dipaparkan di atas, nampaknya tiada lagi alasan untuk tidak memiliki keyakinan untuk mencintai Indonesia dan berbuat untuk Indonesia!Bung Hatta pernah berpesan: “Hanya ada satu tanah yang bisa disebut tanah airku. Yaitu Tanah yang berkembang dengan amal, dan amal itu ialah amaku!”Maka wahai kawan-kawanku para pemuda, serukanlah dalam hati kita “Hanya satu tanah yang bisa disebut sebagai tanah air kita, yaitu tanah yang berkembang dengan amal, dan amal itu ialah amal kita semua!” Mari menjadi pemuda nasionalis yang terus bersyukur pada Allaoh SWT ; Tuhan YME yang telah menganugerahkan Indonesia kepada kita. Sebuah negara besar pemimpin dunia. Inilah sebabnya bangsa lain iri terhadap kita, dan selalu ingin menguasai Indonesia. Mari, mulai hari ini, genggam erat bersama Indonesia kita! Berikan kontribusi yang terbaik untuk bangsa kita!