Pedoman Budidaya Tanaman Sela
-
Upload
rudy-hartonos -
Category
Documents
-
view
334 -
download
20
description
Transcript of Pedoman Budidaya Tanaman Sela
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERIDITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERIDITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas perkenan dan ridhoNya, buku pedoman budidaya tanaman buah-
buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan pada
Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis
Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik.
Buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela,
tanaman perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk memberikan
acuan bagi pengelola program di daerah dalam melaksanakan kegiatan
budidaya tanaman sesuai dengan teknis usaha tani yang baik. Selain
itu dapat digunakan bagi petani pelaksana program dalam
melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan kebutuhan sarana
produksi pertanian, pemeliharaan dan penanganan pasca panen.
Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku
pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman
perkebunan dan kehutanan, mudah-mudahan memberikan manfaat
bagi semua pihak.
I
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas perkenan dan ridhoNya, buku pedoman budidaya tanaman buah-
buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan pada
Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis
Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik.
Buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela,
tanaman perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk memberikan
acuan bagi pengelola program di daerah dalam melaksanakan kegiatan
budidaya tanaman sesuai dengan teknis usaha tani yang baik. Selain
itu dapat digunakan bagi petani pelaksana program dalam
melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan kebutuhan sarana
produksi pertanian, pemeliharaan dan penanganan pasca panen.
Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku
pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman
perkebunan dan kehutanan, mudah-mudahan memberikan manfaat
bagi semua pihak.
I
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas perkenan dan ridhoNya, buku pedoman budidaya tanaman buah-
buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan pada
Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis
Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik.
Buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela,
tanaman perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk memberikan
acuan bagi pengelola program di daerah dalam melaksanakan kegiatan
budidaya tanaman sesuai dengan teknis usaha tani yang baik. Selain
itu dapat digunakan bagi petani pelaksana program dalam
melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan kebutuhan sarana
produksi pertanian, pemeliharaan dan penanganan pasca panen.
Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku
pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman
perkebunan dan kehutanan, mudah-mudahan memberikan manfaat
bagi semua pihak.
I
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. I
DAFTAR ISI ............................................................................................... II
PADI GOGO (Oryza spp) ......................................................................1
JAGUNG MANIS (Zea mays) ................................................................11
KACANG HIJAU (Vigna radiate L.) .....................................................19
KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)............................................25
KEDELAI (Glycine max (L) Merril).......................................................33
TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott) ..........................................47
UBI JALAR (Ipomoea batata (L.) Lamb.)............................................56
BUNGA MAWAR (Rosa hybrida) .........................................................66
BUNGA MELATI (Jasmine officinalle) ................................................76
CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)..............................................87
MELON (Cucumis melo L.) ...................................................................102
SEMANGKA (Citrullus vulgaris) ..........................................................112
STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.) .................................123
KACANG PNJANG (Vigna unguilata) .................................................132
JAHE (Zingiber officinale) ....................................................................138
KAPULAGA (Elletria cardamomum) ...................................................145
KUNYIT (Curcuma domestica Val) ......................................................150
LADA (Piper nigrum L) ..........................................................................157
II
1
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PADI GOGO (Oryza spp)
I. Pendahuluan
Pada saat ini pengadaan pangan khususnya beras masih terfokus pada lahan
sawah irigasi. Dengan semakin banyaknya lahan sawah irigasi subur yang
terkonversi untuk kepentingan non pertanian dan pertambahan penduduk
yang semakin meningkat, maka pengembangan lahan marjinal (lahan kering,
sawah tadah hujan dan lahan kritis) perlu dikembangkan. Tanaman padi
secara genetik merupakan tanaman semi aquatik. Dengan demikian sejak
awal pertumbuhan tanaman padi dilahan kering telah dihadapkan pada
lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan sifat genetiknya.
Budidaya tanaman padi pada lahan kering atau sering kita sebut dengan
budidaya padi gogo . Pada sistem budidaya padi gogo seolah-olah kita
anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air
dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya
dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan
sistem tanam gogo dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan
tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya
lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah
produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.
1
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PADI GOGO (Oryza spp)
I. Pendahuluan
Pada saat ini pengadaan pangan khususnya beras masih terfokus pada lahan
sawah irigasi. Dengan semakin banyaknya lahan sawah irigasi subur yang
terkonversi untuk kepentingan non pertanian dan pertambahan penduduk
yang semakin meningkat, maka pengembangan lahan marjinal (lahan kering,
sawah tadah hujan dan lahan kritis) perlu dikembangkan. Tanaman padi
secara genetik merupakan tanaman semi aquatik. Dengan demikian sejak
awal pertumbuhan tanaman padi dilahan kering telah dihadapkan pada
lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan sifat genetiknya.
Budidaya tanaman padi pada lahan kering atau sering kita sebut dengan
budidaya padi gogo . Pada sistem budidaya padi gogo seolah-olah kita
anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air
dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya
dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan
sistem tanam gogo dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan
tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya
lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah
produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.
1
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PADI GOGO (Oryza spp)
I. Pendahuluan
Pada saat ini pengadaan pangan khususnya beras masih terfokus pada lahan
sawah irigasi. Dengan semakin banyaknya lahan sawah irigasi subur yang
terkonversi untuk kepentingan non pertanian dan pertambahan penduduk
yang semakin meningkat, maka pengembangan lahan marjinal (lahan kering,
sawah tadah hujan dan lahan kritis) perlu dikembangkan. Tanaman padi
secara genetik merupakan tanaman semi aquatik. Dengan demikian sejak
awal pertumbuhan tanaman padi dilahan kering telah dihadapkan pada
lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan sifat genetiknya.
Budidaya tanaman padi pada lahan kering atau sering kita sebut dengan
budidaya padi gogo . Pada sistem budidaya padi gogo seolah-olah kita
anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air
dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya
dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan
sistem tanam gogo dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan
tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya
lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah
produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.
2
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim1) Tanaman padi gogo dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450
LU – 450 LS.
2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman lada antara 19 - 270 C.
3) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan
berturut - turut.
4) Tanaman padi gogo memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa
naungan.
b. KetinggianTanaman padi gogo akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian 0-1.500 m dpl. Di dataran rendah memerlukan
ketinggian 0 - 650 m dpl dengan temperatur 22 - 270C sedangkan di
dataran tinggi 650 - 1500 m dpl dengan temperature 19 - 230C.
c. Tanah1) Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga
jenis tanah tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasilnya. Sedangkan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2) Untuk pertumbuhan tanaman padi gogo yang baik diperlukan
keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral,
5% bahan organic, 25% bagian air dan 25% bagian udara pada lapisan
tanah setebal 0-30 cm.
3) Sruktur tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo adalah struktur
tanah yang remah. Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat,
berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan ketersediaan
aiar cukup banyak.
4) Sebaiknya tanah tidak berbatu, jikapun ada batunya maka harus kurang
dari 50%.
5) Keasaman tanah (pH) bervariasi antara 5,5 sampai 8,0. Pada tanah
dengan pH lebih rendah pada umunya dijumpai gangguan kekahatan
unsur P, keracunan Fe dan Al. Sedangkan bila pH lebih bsar dari 8,0
dapat mengalami kekahatan Zn.
3
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
III. Budidaya
a. Pemilihan Varietas
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan varietas padi gogo
untuk diusahakan di suatu daerah antara lain adalah;
1) Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim),
2) Umur tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan yang ada dan
pola tanam,
3) Ketahanan terhadap hama dan penyakit,
4) Produktivitas.
Adapun syarat benih yang baik adalah :
1) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan
hama gudang.
2) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.
3) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.
4) Daya perkecambahan >80%.
b. Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah untuk pertanaman padi gogo dimulai sebelum atau
menjelang musim penghujan. Pengolahan tanah dilakukan sesuai kondisi
lahan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan
kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, yaitu menciptakan
keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban tanah. Ada lahan
yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak
perlu pengolahan tanah (zerro tillage) seperti tanah podzolik merah Kuning
di Sumatra yang memiliki tingkat kemiringan > 10%. Karena jika dilakukan
pengolahan tanah justru akan merugikan disamping menambah biaya juga
menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya
menurun. Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah
sempurna dengan oleh tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga
sistem olah tanah minimum lebih ekonomis. Cara pengolahan tanah adalah
sebagai berikut:
1) Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil
memperbaiki pematang dan saluran drainase.
2) Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.
4
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3) Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua
sebanyak 20 ton/ha.
4) Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.
5) Tanah dibiarkan sampai hujan turun.
Dalam budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan gulma digunakan
herbisida. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan, gulma (terutama alang-
alang) direbahkan atau dibakar terlebih dahulu, setelah tumbuh sekitar 60
cm (tidak sedang berbunga) baru diadakan penyemprotan. Takaran
herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan pelarut air antara 200 - 800
l/ha.
c. Penanaman
1) Waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan
menentukan keberhasilan padi gogo.
2) Penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal
musim penghujan (Oktober – Nopember). Bahkan ada petani yang telah
menebar benih pagi gogo sebelum hujan turun atau yang lebih dikenal
dengan sistem Sawur tinggal. Sistem tanam sawur tinggal dapat
dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan
basah antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit mendapatkan tenaga kerja.
3) Penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang).
4) Benih yang dibutuhkan adalah 40 kg/ha untuk monokultur.
5) Jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 30 cm.
6) Lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih
perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur
dengan takaran 2 kg/20 kg benih.
7) Penanaman padi gogo dapat dilakukan bersama tanaman lain.
d. Pemupukan
1) Urea, SP36, dan KCl sesuai kesuburan tanah setempat.
2) Secara umum pupuk yang diperlukan untuk padi gogo adalah : 90 kg
N/ha (200 kg urea/ha), 36 kg P2O5/ha (100 kg SP36/ha), 60 kg K2O/ha
(100 kg KCl/ha).
3) Urea diberikan ½ bagian pada saat tanaman berumur 14 hari setelah
tugal bersama dengan keseluruhan takaran SP36 dan KCl.
4) Sisa urea diberikan saat tanaman berumur + 40 hari setelah tugal.
5
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
5) Pemberian pupuk disertai dengan penyiangan.
6) Seluruh pupuk diisikan dalam larikan yang dibuat sepanjang baris
tanaman pada saat tanah dalam kondisi lembab, kemudian tutupkembali
dengan tanah atau dengan cara tugal pada jarak + 5 cm dari lubang
tanam sedalam 7 cm.
e. Pemeliharaan
1) Penyulaman
Penyulaman padi gogo dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.
2) Penyiangan / Pengendalian Gulma
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan
tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu.
Gulma yang tumbuh pada pertanaman padi gogo di lahan kering dapat
digolongkan menjadi golongan gulma berdaun lebar, golongan rumput
dan golongan teki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat
pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil
sampai 17% (Lamid, Z.1984).
Pengendalian gulma dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi
dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis gulma dapat
dikendalikan dengan menggunakan cangkul atau kored.
Pelaksanaannya dilakukan pada saat tanaman berumur 14 – 28 hari dan
60 hst. Sedangkan untuk mengendalikan gulma secara kimiawi dengan
herbisida, dapat mengikuti petunjuk dari hasil Penelitian Puslitbangtan
Bogor tentang jenis herbisida yang dapat digunakan untuk pertanaman
padi gogo seperti Satunil 60 EC, Ronstar 25 EC dan Gasafax 80 WP.
3) Pembubunan / Pendaringan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan
1-2 minggu sebelum muncul malai.
4) Pengendalian hama penyakit tanaman
a) Hama Tanaman Padi Gogo
1. Hama lalat bibit
Lalat bibit (Atherigona oryzae) termasuk hama penting pada padi
gogo. Larva dari lalat ini menimbulkan kerusakan pada tanaman
6
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
muda. Larva menyerang anakan tanaman padi yang sedang
tumbuh, sehingga anakan mati seperti terserang sundep. Anakan
yang dapat bertahan daunnya cacat dan mudah sobek dan pada
umumnya tanaman yang terserang hama ini dapat sembuh, tetapi
akan terlambat masak sekitar 7 – 10 hari.
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan
penanaman padi gogo pada awal musim hujan. Penggunaan
varietas yang tahan seperti Arias, Seratus Malam Danau atas juga
dapat dilakukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan
dengan seed treatment menggunakan Larvin 75 WP atau Marshall
25 ST. Sedangkan setelah tanaman berumur 7 hari dapat
dilakukan penyemprotan dengan Dekasulfan 350 EC.
2. Hama lundi
Hama lundi (Phillophaga helleri) atau lebih dikenal dengan hama
uret termasuk hama penting pada pertanaman padi gogo. Stadia
yang merusak dari hama lundi adalah larvanya. Untuk hidupnya,
hama ini membutuhkan kelembaban tanah yang tinggi. Disamping
itu hama lundi menyukai tanaman yang berakar serabut.
Pemakaian bahan organik juga dapat mendorong hama lundi,
karena larva yang baru menetas akan makan bahan organik yang
ada di dalam tanah. Tanaman padi yang terserang menjadi kerdil
dan kayu.
Pengendalian hama lundi secara kultur teknis dapat dilakukan
dengan penundaan pengolahan tanah sampai kumbang dewasa
selesai bertelur, yaitu kira-kira terjadi setelah 3 minggu turun hujan.
Dengan pengolahan tanah yang dalam, telur dan larva akan
terangkat ke permukaan tanah sehingga dapat dirusak oleh sinar
matahari atau musuh alaminya. Insektisida yang efektif untuk hama
lundi adalah Furadan atau Dharmafur 3 G yang diberikan dekat
alur tanaman pada saat tanam dengan dosis 10 kg/ha.
3. Hama wereng coklat
Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata
lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).
Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama
7
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat
menularkan virus.
Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok
tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi
kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan
varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo
dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti
laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penerapan pola
tanam, jangan menanam padi lebih dari 2 kali musim tanam
pertahun (3) pembajakan sisa-sisa panen dengan segera (4)
pemberian pupuk nitrogen secara bertahap. Pengendalian secara
kimiawi dapat dilakukan dengan penyemportan insektisida Applaud
10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC dengan dosis
sesuai petunjuk pada label.
4. Hama Walang Sangit ( Leptocoriza acuta )
Menyerang buah padi yang masak susu dengan cara menghisap
cairan di dalamannya.
Gejala: dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah
seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun
terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan,
mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh alami
seperti jangkrik; (2) menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC,
Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.
5. Hama tikus (Rattus argentiventer)
Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang
oleh hama tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang
cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.
Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan
pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas
musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida
dengan tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan beracun
seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau beras.
8
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Penyakit Tanaman Padi Gogo
a. Bercak daun coklat
Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae).
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan
bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi
tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan
kecambah mati.
Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas,
pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini,
menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan
insektisida Rabcide 50 WP.
b. Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.
Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai
malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai
dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan
makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.
Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah,
menanam varietas unggul yang tahan (laut tawar, IR 43, danau
atas, dll); (2) pemberian pupuk berimbang, khusuasya antara
nitrogen dan fosfat di saaat pertengahan fase vegetative dan fase
pembentukan bulir; (3) pergiliran varietas (4) menyemprotkan
insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS
atau Rabcide 50 WP.
c. Penyakit garis coklat daun ( Narrow brown leaft spot)
Penyebab: jamur Cercospora oryzae.
Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau
bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10
mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.
Pengendalian:b(1) menanam padi tahan penyakit ini seperti
Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2)
menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX
200.
9
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
d. Penyakit Busuk pelepah daun
Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.
Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada
tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah
dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan
secara ekonomi.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2)
menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti
Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.
e. Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi
kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk,
tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih
pada larutan merkuri.
f. Penyakit noda/api palsu
Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens.
Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai
hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak
menimbulkan kerugian besar.
Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan
fungisida pada malai sakit.
5) Panen
Umur panen padi gogo sekitar 110-130 hari dan bervariasi tergantung
varietas dan lingkungan tumbuh. Panen sebaiknya dilakukan pada fase
masak panen yang dicirikan dengan kenampakkan >90% gabah sudah
menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih
terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26 %. Panen yang
dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada saat jerami mulai
mengering, pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah
yang rontok saat dipanen.
Sebelum pemanenan, dilakukan pengeringan sawah 7-10 hari sebelum
panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan
10
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan
menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper
binder panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar,
sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6
jam untuk 1 hektar. Perontokan hasil panen menggunakan pedal
thresher. Perontokan dengan pengebotan (memukul-mukul batang padi
pada papan) sebaiknya dihindari karena kehilangan hasilnya cukup
besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan yang dilakukan pasca panen
seperti berikut :
1. Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara
diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (±
16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat
terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat
dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya
memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.
2. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau
dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.
3. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar
airnya 14%. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika
menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin
daripada dijemur di halaman.
4. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan
jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap
dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).
IV. Daftar Pustaka1. bp4kkabupantsukabumi.net, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Gogo, 10 februari 2012.2. Adhi Surya Perdana, Mahasiswa Swadaya Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian UGM, Budidaya Padi Gogo.3. www.gerbangpertanian.com/.../sistem-budidaya-padi-gogorancah.ht...
Sistem Budidaya Padi Gogo Rancah-gerbang Pertanian, 8 Juni 2010.4. hansdw08.student.ipb.ac.id/.../budi-daya-padi-gogo-galur-harapanip..
Budidaya Padi Gogo Galur Harapan IPB 97(praktikum)5. Husin M Toha dan Aan A.Darajat, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Sukamandi, Keragaan Varietas Unggul dan Galur Harapan Padi PadaBudidaya Padi Gogo dan Padi Sawah.
11
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
JAGUNG MANIS (Zea mays)
I. Pendahuluan
Zea Mays Saccharata, atau jagung manis bukanlah sembarang jagung.Rasanya yang manis harga jual pun manis. Jagung manis adalah termasuksayuran yang potensial, masyarakat banyak mengkonsumsinya untuk jagungbakar, sayuran pelengkap yang lezat dan panganan alternatif yang enak danbergizi seperti bakwan jagung, pudding jagung, dan kue jagung. Bahkan adayang sudah mengolah untuk susu dan permen. Permintaan akan jagungmanis dari tahun ketahun meningkat drastis terutama untuk kota-kota besar.Ini adalah peluang yang bisa diraih petani dalam usahataninya untukmenambah pendapatan keluarganya.Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerahasal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Kajianfilogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakanketurunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam prosesdomestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk aslisetempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkansemua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Prosesdomestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhanyang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietasjagung, baik ras lokal maupun kultivar.
11
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
JAGUNG MANIS (Zea mays)
I. Pendahuluan
Zea Mays Saccharata, atau jagung manis bukanlah sembarang jagung.Rasanya yang manis harga jual pun manis. Jagung manis adalah termasuksayuran yang potensial, masyarakat banyak mengkonsumsinya untuk jagungbakar, sayuran pelengkap yang lezat dan panganan alternatif yang enak danbergizi seperti bakwan jagung, pudding jagung, dan kue jagung. Bahkan adayang sudah mengolah untuk susu dan permen. Permintaan akan jagungmanis dari tahun ketahun meningkat drastis terutama untuk kota-kota besar.Ini adalah peluang yang bisa diraih petani dalam usahataninya untukmenambah pendapatan keluarganya.Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerahasal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Kajianfilogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakanketurunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam prosesdomestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk aslisetempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkansemua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Prosesdomestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhanyang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietasjagung, baik ras lokal maupun kultivar.
11
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
JAGUNG MANIS (Zea mays)
I. Pendahuluan
Zea Mays Saccharata, atau jagung manis bukanlah sembarang jagung.Rasanya yang manis harga jual pun manis. Jagung manis adalah termasuksayuran yang potensial, masyarakat banyak mengkonsumsinya untuk jagungbakar, sayuran pelengkap yang lezat dan panganan alternatif yang enak danbergizi seperti bakwan jagung, pudding jagung, dan kue jagung. Bahkan adayang sudah mengolah untuk susu dan permen. Permintaan akan jagungmanis dari tahun ketahun meningkat drastis terutama untuk kota-kota besar.Ini adalah peluang yang bisa diraih petani dalam usahataninya untukmenambah pendapatan keluarganya.Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerahasal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Kajianfilogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakanketurunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam prosesdomestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk aslisetempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkansemua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Prosesdomestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhanyang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietasjagung, baik ras lokal maupun kultivar.
12
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Kandungan gizi Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada
pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa
campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak
berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan
sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati
sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
II. Syarat Tumbuh
a. IklimIklim memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan dari jagung
mainis. Farktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar
matahari dan curah hujan, temperature, kelembaban dan angin. Lokasi
penanaman jagung manis harus mendapat sinar matahari yang cukup dan
tidak terlindungi oleh tanaman lainnya. Jika tidak ada penyinaran dari
matahari, maka hasilnya akan berkurang. Adapun temperature yang optimal
untuk pertumbuhan jagung manis adalah antara 23 – 27o C.
b. Ketinggian
Tanaman jagung manis kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik di sawah
tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga didaerah
pegunungan pada keinggian 1.000-1.800 m dpl.
c. Tanah
1) Tanah yang sesuai untuk tanaman jagung manis adalah tanah yang
gembur/bertekstur ringan dan subur, karena tanaman ini memerlukan
aerasi dan pengairan yang baik. Tanaman jagung manis dapat tumbuh
baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang
paling baik bagi pertumbuhannya. Adapun tanah yang berat masih dapat
ditanami jagung manis dengan syarat harus ada pengerjaan tanah lebih
sering selama pertumbuhannya.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya jagung manis
adalah pH antara 5,5 – 7,0.
3) Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang
dibuat diantara barisan jagung.
13
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
4) Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami
jagung manis dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringya tanah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada
waktu turun hujan
III. Budidaya
a. Benih1) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
2) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
3) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
4) Kebutuhan benih 10-20 kg/ha.
5) Sebelum benih ditanam sebaiknya direndam dalam larutan anti semut
dan hama.
b. Pengolahan Lahan
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi diperoleh
lewat pengolahan tanah yang baik dan benar, yaitu dengan cara dibajak dan
digaru. Dengan pengolahan tanah akan diperoleh media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan akar, mengurangi keberadaan gulma serta
memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah. Untuk tiap 4 meter perlu dibuatkan
got yang berfungsi sebagai jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan
minimal 15 hari sebelum tanam. Akan tetapi penanaman tanpa olah tanah
(TOT) bisa juga dilakukan untuk mengejar waktu tanam. Dengan catatan
pembersihan lahan harus tetap dijaga untuk mengurangi serangan hama atau
penyakit sisa dari tanaman terdahulu.
c. Penanaman1. Cara menanam jagung manis dilakukan dengan cara ditugal atau
membuat lubang tanam sedalam kurang lebih 5 cm. Adapun jarak
tanam yang dianjurkan adalah 70 x 40 cm (2 tanaman perlubang) atau
70 x 20 cm (1 tanaman perlubang).
2. Benih ditanam 2 -3 biji per lubang, kemudian diperjarang pada umur 2-3
minggu setelah tanam, di mana ditinggalkan tanaman yang tegap dan
sehat saja sehingga mencapai populasi yang diinginkan sesuai dengan
jarak tanam yang digunakan.
14
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3. Waktu tanam jagung manis yang baik adalah pada musim hujan/
permulaan musim hujan yaitu. pada bulan September/Nopember.
Pengerjaan tanah hendaknya dilakukan jauh sebelumnya, sehingga
tanah dalam keadaan siap tanam.
d. PemupukanDalam budidaya jagung manis pupuk yang digunakan adalah pupuk
campuran antara ZA : SP-36 : KCL. Perbandingan dosis perhektar adalah
280 kg ZA : 210 KG SP-36 : 35 Kg KCL. Pemupukan campuran ini
dilakukan dlam tiga aplikasi secara berturut-turut, antara lain :
Umur 0 hari setelah tanam dengan dosis ZA : SP-36 : KCL adalah 70 :
140 : 35. Cara pemupukannya dengan ditugal pada jarak 5 cm dari
lubang tanam dan ditutup kembali.
Umur 15 hari setelah tanam dengan dosis ZA : SP-36 adalah 70 : 70
yang diaplikasikan dengan cara ditugal 10 cm dari lubang tanaman dan
ditutup kembali.
Umur 45 hari setelah tanam dengan dosis ZA sebanyak 140 kg yang
diaplikasikan dengan digejik pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan
ditutup kembali.
e. Pemeliharaan1) Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman
secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar
tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah
tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman
sama dengan sewaktu penanaman.
2) Penyiangan Gulma
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu
dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang
pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah
maka dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari.
15
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3) Pembubunan / Pendaringan
Pembumbunan/pendaringan dilakukan bersamaan dengan penyiangan
untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan
menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena
adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu, bersamaan
dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan
tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.
Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
4) Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila
tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun
menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga
perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung
manis.
5) Pengendalian hama penyakit tanaman
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua S)
Gejala : serangan hama ini pada saat tanaman berumur 7 – 14 hst
dengan gejala daun berubah menjadi kekuning-kuningan, disekitar
gigitan atau bagian yang diserang mengalami pembusukan,
akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi
kerdil atau mati.
Ciri-ciri : Ciri-ciri lalat bibit adalah warna lalat abu-abu dengan
warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat
kekuningan, warna telur putih mutiara, panjang lalat 3 – 3,5 mm.
Pengendalian : Dengan penanaman serentak dan menerapkan
pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup, terutama setelah
selesai panen jagung. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang
terserang, menjaga kebersihan lahan dari gulma, serta
mengendalikan dengan semprot pestisida menggunakan Dursban
20 EC, Hostation 40 EC, Marshal 25 ST dengan dosis sesuai
anjuran.
16
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Hama ulat pemotong dan penggerek buah
Contoh ulat pemotong adalah Agrotis sp., Spodoptera litura.
Contoh ulat penggerek adalah Ostrinia furnacalis.
Contoh ulat penggerek buah adalah Helicoverpa armigera.
Gejala : Serangan ditandai dengan adanya bekas gigitan pada
batang, adanya tanaman muda yang roboh.
Pengendalian : Pengendalian hama-hama tersebut adalah dengan
tanam secara seremmpak pada areal yang luas, mencari dan
membunuh secara manual, serta melakukan semprot dengan
insektisida dengan dosis sesuai anjuran.
2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica
serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas
serta keadaan udara lembab.
Gejala : (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku,
pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah
daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5
minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna
dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada
tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian : (1) penanaman menjelang atau awal musim
penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman,
penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan
musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan penyemprotan
fungisida.
b. Penyakit bercak daun
Disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp,
Gejala : adanya bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi
wanra kecoklatan. Semula, bercak tampak basah kemudian
berubah warna menjadi coklat kekuningan, dan akhirnya menjadi
coklat tua.
17
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian : dengan cara pergiliran tanaman serta dengan
menyemprot bahan kimia seperti Daconil dan Difolatan.
c. Penyakit gosong bengkak
Disebabkan jamur Ustilago sp.
Gejala : menyerang biji, sehingga menyebabkan pembengkakan
yang mengakibatkan pembungkus menjadi rusak.
Pengendalian : dengan jalan mengatur irigasi dan drainase,
memotong bagian yang terserang dan dibakar, serta menggunakan
benih yang sudah dicampur dengan fungisida misalnya Saromyl.
d. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebabnya adalah jamur Fusarium atau Giberella zeae.
Penyakit ini baru dapat diketahui setelah klobot dibuka. Biji-biji
yang terserang berwarna merah jambu atau merah kecoklatan
yang akan berubah warna menjadi coklat sawo matang.
Pengendalian : dengan menggunakan benih varietas unggul,
pergiliran tanaman, seed treatment, serta melakukan
penyemprotan dengan bahan aktif Mancozep bila ada gejala
serangan.
e. Panen
Menentukan saat panen yang tepat sehingga kadar gula
maksimum sangat penting. Soalnya, panen awal atau lambat akan
menurunkan kadar gula dalam biji. Waktu panen tidak hanya faktor
umur tetapi juga varietas, ketinggian tempat, dan musim. Di
dataran rendah (100—300 m) panen lebih cepat, sekitar umur 60
hari. Sedangkan dataran menengah (400—700 m) berkisar umur
70 hari. Bila musim hujan, dipastikan panen mundur sampai 75
hari, sebaliknya sewaktu kemarau lebih cepat, 65 hari. Suhu juga
ikut menentukan saat panen.
Ada rumus jitu menghitung saat panen yang tepat dengan metode
akumulasi suhu harian, yaitu: Saat panen = 570OC : (suhu rata-
rata -18OC).
18
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Bila kita tanam pada Oktober, maka catat suhu rata-rata harian
bulan itu. Data bisa diperoleh dari Stasiun Klimatologi terdekat
(Stasiun Meteorologi. Misalnya, suhu rata-rata 26OC. Jadi, saat
panen = 570OC : (26OC - 18OC) = 71,25 hari. Dipastikan hasil
panen buah jagung manis yang bisa 8 – 10 ton/ha itu berkualitas
baik.
f. Pasca Panen
Setelah panen, jagung manis langsung diangkut ke gudang atau
ruang pendingin dan langsung dilaksanakan penyortiran dan
pengemasan dengan plastic roping film. Plastik ini berfungsi
sebagai penjaga kelelmbaban, mencegah kehilangan air,
memperpanjang kesegaranjagung manis.
IV. Daftar Pustaka
1. hendrazamri.blogspot.com/2012/02/budidaya-jagung-manis.htm,Permasala
han Pertanian : Budidaya Jagung Manis, 19 Februari 2012.
2. kebunduwit.blogspot.com/.../zea-mays-saccharata-atau-jagung-manis...Bud
idaya Jagung Manis, 27 Mei 2010.
3. ktnakampar.wordpress.com/2011/10/24/budidaya-jagung-manis, Budidaya
Jagung Manis, 24 Oktober 2011
4. epetani.deptan.go.id › Budidaya › Jagung…Budidaya Jagung Manis, 29
September 2010
5. Awalita Marvelia, Sri Darwanti, Sarjana Parman, Lab Biologi Struktur dan
fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP, Produksi Tanaman
Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang diperlukan dengan Kompos
Kascing dengan Dosis yang Berbeda, Bulletin Anatomi dan Fisiologi, Vol
XIV, No.2, Oktober 2006
19
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
I. Pendahuluan
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur
kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai
tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein,
besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin
(B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan
buang air besar dan menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat
digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala
pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing kurang lancar, kurang darah,
jantung mengipas, dan kepala pusing. Dibanding dengan tanaman kacang-
kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi
dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan; (b) serangan hama dan
penyakit lebih sedikit; (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari; (d) dapat
ditanam pada tanah yang kurang subur; dan (e) cara budidayanya mudah.
II. Syarat Tumbuha. Iklim
Curah hujan optimal 50-200 mm/bln
Temperatur 25-27 derajat C
19
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
I. Pendahuluan
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur
kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai
tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein,
besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin
(B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan
buang air besar dan menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat
digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala
pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing kurang lancar, kurang darah,
jantung mengipas, dan kepala pusing. Dibanding dengan tanaman kacang-
kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi
dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan; (b) serangan hama dan
penyakit lebih sedikit; (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari; (d) dapat
ditanam pada tanah yang kurang subur; dan (e) cara budidayanya mudah.
II. Syarat Tumbuha. Iklim
Curah hujan optimal 50-200 mm/bln
Temperatur 25-27 derajat C
19
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)
I. Pendahuluan
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur
kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai
tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein,
besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin
(B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan
buang air besar dan menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat
digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala
pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing kurang lancar, kurang darah,
jantung mengipas, dan kepala pusing. Dibanding dengan tanaman kacang-
kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi
dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan; (b) serangan hama dan
penyakit lebih sedikit; (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari; (d) dapat
ditanam pada tanah yang kurang subur; dan (e) cara budidayanya mudah.
II. Syarat Tumbuha. Iklim
Curah hujan optimal 50-200 mm/bln
Temperatur 25-27 derajat C
20
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Kelembaban udara 50-80% dan cukup mendapat sinar matahari
b. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat sekitar 600 m dpl
c. Tanah
Tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban dan tersedianya
unsur hara yang cukup.
Tekstur : liat berlempung banyak mengandung bahan organic, aerasi dan
drainase yang baik.
Struktur tanah gembur
Keasaman (pH) tanah antara 5,8-7,0 dengan pH optimal 6,7
III.Budidaya
a. Penyiapan Lahan
1) Pada lahan kering (tegalan) pengolahan tanah dilakukan intensif
dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk tanah tegalan
yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm), dibuat petakan 3-
4 meter.
2) Tanah tegalan bekas tanaman jagung, kedelai atau padi gogo perlu
pengolahan tanah minimal.
3) Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat menekan serangan
lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan
perbaikan struktur tanah.
b. Penanaman
1) Digunakan benih varietas unggul nasional seperti No:129, Merak, Betet,
Walet,Gelatik, Murai, dll. Kebutuhan benih 15-20 kg/ha. Syarat benih
bebas hama, seragam bebas kotoran dan berumur pendek.
2) Pada daerah endemis hama lalat bibit dan untuk menghindari serangan
semut maka terlebih dahulu benih dicampur dengan Marshal 25 ST
(Carbosulfan) dengan takaran 10-15 g/kg benih atau Fipronil dengan
takaran 5 cc/kg benih.
21
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3) Penanaman dilakukan dengan sistem tugal sebanyak 2-3 biji/lubang
dengan kedalaman 3-5 cm, kemudian ditutup dengan abu dapur/jerami
atau tanah halus atau pupuk kandang.
4) Kebutuhan benih berkisar 15-20 kg/ha. Jarak tanam bervariasi, yaitu
40x10 cm (populasi 300.000-400.000 tanaman/ha) pada musim hujan
atau 40x15 cm (populasi 400.000-500.000 tanaman/ha) pada pada
musim kemarau.
5) Pada saat tanam, kelembaban tanah tidak boleh terlalu tinggi karena
dapat menyebabkan biji busuk.
6) Penyulaman dapat dilakukan umur 7 hari
7) Waktu tanam pada lahan sawah pada musim kemarau setelah padi
dipanen, sedangkan pada lahan tegalan dilakukan pada awal musim
hujan.
c. Pemeliharaan
1) Pemupukan.
Pada tanah kurang subur diberikan pupuk dengan dosis 45 kg Urea, 45-
90 kg SP36 dan 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada saat tanam secara
larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman. Bahan organik
berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau abu dapur/abu hasil
pembakaran jerami sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk
menutup lubang tanam
2) Penggunaan mulsa jerami.
Penggunaan mulsa jerami yang ditebar pada hamparan pertanaman
kacang hijau secara merata dapat mengurangi serangan hama lalat
bibit, menekan pertumbuhan gulma, dan memperlambat proses
penguapan air tanah. Penggunaan jerami dengan takaran sebanyak 5
t/ha.
3) Penyiangan
Penyiangan dilakukan tergantung dengan pertumbuhan gulma, namun
sebaiknya dilakukan seawal mungkin karena tanaman kacang hijau tidak
dapat bersaing dengan gulma. Penyiangan dianjurkan pada umur 10-15
hari setelah tanam (hst) dan 25-30 hst, dengan cara dikored atau
menggunakan cangkul.
22
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
4) Pengairan.
Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air,
yang penting tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah
pertanaman kacang hijau kekeringan sebaiknya segera diairi terutama
pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur 25 hst), dan
saat pengisian polong (umur 45-50 hst). Untuk kacang hijau yang
ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan
dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di
tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan pengairan hanya
satu kali
d. Hama dan Penyakit
1. Hama
a) Pengendalian hama dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penggunaan insektisida
merupakan alternatif terakhir bila cara lain tidak dapat mengendalikan
hama.
b) Beberapa jenis hama tanaman kacang hijau antara lain : Lalat
Kacang (Ophiomya phaseoli), Ulat Jengkal Hijou (Phusia chalcites),
Ulat Grayak (Prodanio litura), Penggerek Polong (Maruca testulalis),
Kutu Aphis (Aphis craccivora), Kepik Hijau (Nezara viridula), dan Kutu
Thrips (Benusia tabaci).
c) Insektisida anjuran, antara lain adalah: Confidor, Regent, Curacron,
Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2-3 ml/l air dan
volume semprot 500-600 l/ha.
d) Untuk pengendalian lalat bibit, ulat daun maupun penggerek polong
dapat digunakan insektisida: Marshal, Fastac, Decis, Matador, dan
Atabron.
e) Untuk mengendalikan kutu dan kepik yang menyerang daun maupun
polong dapat digunakan insektisida: Decis, Basso, Kiltop, Ambush,
dan Larvin.
23
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
f) Waktu penyemprotan insektisida tergantung populasi hama di
lapangan. Bila populasi telah mencapai ambang kendali, baru
dilakukan penyemprotan.
2. Penyakit
Penyakit yang sering muncul pada tanaman kacang hijau antara lain :
a) Penyakit yang disebabkan oleh jamur/cendowan seperti bercak-
bercak daun (Cercospora c.), karat daun (Uromycus sp),Kudis
(Elismoe iwatae), embung tepung (Erysipha p.) dan Rhizoctonia s.
Pengendalian :
1) Mekanis
Menanam varietas tahan seperti Walet, Nuri, Gelatik dan Kenari.
Membuat saluran drainase/bedengan.
Menghindari tanah dan sisa tanaman yang terinfeksi jamur atau
cendawan.
2) Kimiawi, penyemprotan fungisida pertanaman dengan Benlate,
Dithene M 45, Bayleton, Bavistin, TopsinM, Cobox atau Cuprovit
pada awal serangan dengan takaran 2 g/l air. Fungisida lain yang
dapat mengendalikan penyakit embun tepung dan bercak daun
adalah hexakonazol yang diaplikasikan pada umur 4 dan 6 minggu
untuk penyakit embun tepung atau 4, 5, dan 6 minggu untuk
penyakit bercak daun. Sementara itu penyakit embung tepung juga
dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan, seperti:
Sriti dan Kutilang.
b) Penyakit : Virus Belong (Blackgram mottle) dan Mosaik Kuning (Bean
yellow).
Pengendalian :
1) Mekanis :
Penanaman varietas tahan dan bebas virus.
Mencabut dan membakar tanaman terserang.
Melakukan pergiliran tanaman
2) Kimiawi, menggunakan insektisida untuk memberantas serangga
vektor di lapangan.
24
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
e. Panen dan Pasca Panen
1) Panen dilakukan bila polong berwarna hitam atau coklat serta telah
kering dan mudah pecah.
2) Panen dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua
atau tiga kali tergantung varietas. Jarak antar panen kesatu dan ke dua
3-5 hari
3) Hasil panen langsung dijemur di atas lantai beralaskan terpal atau
karung dengan ketebalan 2-3 cm, selama 2-3 hari dan dilakukan
pembalikkan setiap + 3 jam.
4) Polong yang sudah kering dipukul-pukul sampai kulit polong pecah (di
dalam karung untuk menghindari kehilangan hasil) dan pemisahan biji
dari kulit polong dilakukan dengan nyiru, tampi, atau blower.
5) Sebelum disimpan biji kacang hijau di jemur kembali sampai mencapai
kering simpan yaitu kadar air 8 - 10 %.
IV. Daftar Pustaka
1) Atman, Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera
Barat. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan
Sawah.Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.1, Januari-April 2007: 89-95 hlm.
2) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Budidaya Kacang Hijautanaman
pangan.deptan.go.id/doc.../Budidaya%20Kacang%20Hijau.p.
3) Emlan Fauzi dan Abdul Azis Muda, 2012. Ketersediaan Teknologi dalam
Meningkatkan Produksi Kacang Hijau. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Aceh.
25
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)
I. Pendahuluan
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang
Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa
oleh pedagang Cina dan Portugis.
Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang
bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya
kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
Manfaat tanaman kacang tanah di bidang industri, digunakan sebagai bahan
untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan
dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil
minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya
selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan
pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak
yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein
(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung
mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium
dan Sulphur.
25
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)
I. Pendahuluan
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang
Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa
oleh pedagang Cina dan Portugis.
Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang
bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya
kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
Manfaat tanaman kacang tanah di bidang industri, digunakan sebagai bahan
untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan
dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil
minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya
selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan
pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak
yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein
(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung
mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium
dan Sulphur.
25
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)
I. Pendahuluan
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali
dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika
penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang
Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa
oleh pedagang Cina dan Portugis.
Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang
bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya
kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
Manfaat tanaman kacang tanah di bidang industri, digunakan sebagai bahan
untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan
dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil
minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya
selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan
pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak
yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein
(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung
mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium
dan Sulphur.
26
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Tanaman kacang tanah membutuhkan curah hujan 800-1.300
mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan
bungan tdak diserbuki oleh lebah.
2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman kacang tanah antarra 28-
320 C.
3) Kelembaban udara berkisar 65-75%.
4) Penyiinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan
perkembangan besarnya kacang.
b. Ketinggian
Tanaman kacang tanah akan tumbuh dengan pada dengan ketinggian 50-
500 m dpl. Namun demikian masih dapat tumbuh di bawah ketinggian
1.500 m dpl.
c. Tanah
1) Tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah
yang gembur/bertekstur ringan dan subur.
2) Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah
adalah pH antara 6,0–6,5.
3) Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau
sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase
dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu
kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
III. Budidaya
a. Benih
1) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
2) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
3) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
4) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
27
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
5) Kadar air benih berkisar 9-12 %.
6) Varietas unggul yang dianjurkan antara lain : Gajah, Macan, Banteng,
Kidang, Tapir. Varietas-varietas ini tahan terhadap penyakit layu, karat
dan bercak daun.
b. Pengolahan Lahan
1) Persiapan
Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah
benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan
dengan persyaratan tanaman kacang tanah.
2) Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari
segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar
pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk
memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan
tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.
Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau
pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang
sulit dijangkau oleh alat baja dan alat garu sampai tanah siap untuk
ditanami.
3) Pembentukan Bedengan
Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak
curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring
bisa antara 30 - 40 meter.
c. Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada
tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan
jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur
dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.
28
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti
yang telah ditentukan di atas.
3) Cara Penanaman
Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi.
Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan
tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering adalah pada
awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni
(palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk
lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi rhizobium (benih
dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian benih
langsung ditanam paling lambat 6 jam.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu
Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha.
Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan
dikanan kiri lubang tunggal.
e. Pemeliharaan
1) Pemangkasan dan Pengikatan Sulur Panjat.
Apabila pada tanaman lada telah tumbuh 8-10 buku (umur 5-6 bulan),
dilakukan pemangkasan pada ketinggian 25-30 cm dari permukaan
tanah. Pemangkasan dilakukan di atas2-3 buku. Tujuan pemangkasan
untuk merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut
harusdilekatkan dan diikatkan pada tajar lada. Pengikatan dilakukan
menggunakan tali rafia yang dibelah 2-4 agar tali rafia tidak menggangu
pertumbuhan lada. Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah
keluar tunas baru dan telah mencapai 7-9 buku pada umur sekitar 12
bulan, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.
Pemangkasan berikutnya dilakukan pada umur 2 tahun, sehingga
terbentuk kerangka tanaman yang mempunyai banyak cabang produktif.
Hasil pemangkasan sulur panjat tersebut dapat digunakan sebagai
sumber bahan tanaman/setek untuk pengembangan pembibitan lada.
29
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Penyiangan Gulma
Penyiangan terhadap gulma atau tanaman pengganggu dilakukan
secara rutin yaitu membersihkan disekitar tanaman kacang tanah. Juga
agar tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma)
pada umur 5-7 hari.
3) Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh,
untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain
kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).
4) Pembubunan / Pendaringan
Pembubunan/pendaringan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah
di daerah barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk
memanjang sepanjang barisan tanaman. Pembubunan/pendaringan
dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, bertujuan untuk
menutup bagian perakaran.
5) Pengairan dan Penyiraman
Dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang tanah
memerlukan tanah yang lebih lembap. Lingkungan lembap ini diperlukan
sejak saat tanam sampai dua minggu sebelum panen. Pengaturan air
perlu diperhatikan karena kacang tanah tidak tahan genangan air. Fase
tanaman yang sangat kritis memerlukan air terjadi pada saat
perkecambahan, pembungaan, dan pengisian polong. Pada fase ini
apabila tidak ada hujan, air irigasi sangat diperlukan.
6) Pengendalian hama penyakit tanaman
1. Hama
a. Hama Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya
tanaman layu dan mati.
Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman
terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
30
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Hama ulat berwarna
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering.
Pengendalian: penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin
85 S atau Sevin 5 D.
c. Hama grapyak
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secar
berkelompok.
Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran
tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.
d. Ulat jengkal
Gejala: menyerang daun kacang tanah.
Pengendalian: penyemprotan insektisidaBasudin 60 EC Azodrin 15
W5C, Lannate L Sevin 85 S.
e. Sikada
Gejala: menghisap cairan daun.
Pengendalian: (1) penanaman serempak pergiliran tanaman; (2)
penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500EC, Sevin
5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.
f. Kumbang daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan
pucuk bunga.
Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan
Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.
2. Penyakit
a. Penyakit layu
Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha
membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400
liter/ha.
b. Penyakit sapu setan
Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan,
semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan).
31
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
c. Penyakit bercak daun
Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau
Dithane M 45,atau Deconil pada tanaman selesai berbunga,
dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali.
d. Penyakit mozaik
Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10
hari sekali sejak tanaman itu baru tumbuh.
e. Penyakit gapong
Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya,
kemudian baru diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800
liter/ha per aplikasi.
f. Penyakit Sclertium
Pengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.
g. Penyakit karat
Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta
semua vektorpenularan harus dibasmi.
f. Panen
Umur panen tergantung pada varietas dan musim tanam, yaitu umur
pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang
tanah sudah siap dipanen antara lain :
a. Batang mulai mengeras
b. Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, polong sudah berisi
penuh dan keras
c. Warna polong coklat kehitam-hitaman
Cara panen kacang tanah adalah dengan mencabut tanaman, lalu memetik
polong (buahnya) terus bersihkan. Setelah panen, polong dirontokkan dan
dikeringkan hingga kadar airnya 12 %, yang ditandai oleh mudah
terkelupasnya kulit ari. Penundaan polong basah lebih dari 24 jam dapat
menyebabkan polong berlendir, mudah terinfeksi jamur Aspergillus flavus,
dan terkontaminasi aflatoksin yang menyebabkan kacang menjadi pahit
dan beraroma tengi
32
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
g. Pasca Panen
Pilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan
berdasarkan derajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk
untuk dibuang. Setelah dipilah-pilah keudian lakukan penyimpanan dengan
benar dengan memasukan kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat
lalu disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.
Pengemasan bisa dilakukan untuk produk mentah/polong mentah dalam
bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kue atau bentuk
makanan yang sudah dimasak seperti kacang rebus, kacang goreng dan
berbagai jenis kue dari kacang tanah. Untuk pengangkutan pada prinsipnya
yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari
kualitas yang sudah disiapkan.
IV. Daftar Pustaka
1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, TTG Budidaya Pertanian, Kacang
Tanah.
2. banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com..Budidaya Kacang
Tanah pada Lahan Kering, 21 Januari 2010.
3. bp4kkabsukabumi.net › Pertanian Tanaman Pangan, BP4K Kabupaten
Sukabumi, Budidaya Kacang Tanah, 24 Januari 2012.
4. teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kacang-tanah.html, 28
Oktober 2007.
5. www.gerbangpertanian.com/.../belajar-menanam-kacang-tanah-secara
benar, 10 Juni 2010.
33
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KEDELAI ( Glycine max (L) Merril )
I. Pendahuluan
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500 SM. Dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman
kedelai ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu
Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran
dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke
Bali, Nusa Tenggara, dan pulau lainnya.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Kedelai tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropics. Curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan, dengan curah hujan optimum antara 100-200
mm/bulan. Suhu yang dikehendaki antara 21-34 C, dengan suhu optimum
antara 23-27 C. Pada proses perkecambahan suhu yang cocok sekitar
30C. Saat panen sebaiknya pada musim kemarau karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
33
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KEDELAI ( Glycine max (L) Merril )
I. Pendahuluan
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500 SM. Dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman
kedelai ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu
Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran
dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke
Bali, Nusa Tenggara, dan pulau lainnya.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Kedelai tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropics. Curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan, dengan curah hujan optimum antara 100-200
mm/bulan. Suhu yang dikehendaki antara 21-34 C, dengan suhu optimum
antara 23-27 C. Pada proses perkecambahan suhu yang cocok sekitar
30C. Saat panen sebaiknya pada musim kemarau karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
33
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KEDELAI ( Glycine max (L) Merril )
I. Pendahuluan
Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh
manusia sejak 2500 SM. Dengan makin berkembangnya perdagangan
antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman
kedelai ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu
Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran
dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke
Bali, Nusa Tenggara, dan pulau lainnya.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Kedelai tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropics. Curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan, dengan curah hujan optimum antara 100-200
mm/bulan. Suhu yang dikehendaki antara 21-34 C, dengan suhu optimum
antara 23-27 C. Pada proses perkecambahan suhu yang cocok sekitar
30C. Saat panen sebaiknya pada musim kemarau karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.
34
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5 - 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok
ditanam di lahan dengan ketinggian 300 - 500 m dpl.
c. Tanah
Jenis-jenis tanah-tanah yang cocok untuk budidaya kedelai yaitu : alluvial,
regosol, grumosol, latosol dan andosol dan kaya humus atau bahan
organik.
Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai perlu diberi bakteri
Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis
(kacang panjang).
Keasaman (pH) tanah antara 5,8 -7,0 namun pada pH 4,5 pun kedelai
dapat tumbuh.
III. Budidaya
a. Pengolahan Lahan
1) Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm dan di sekeliling
lahan dibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm.
2) Dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar
antara 3 cm – 10 cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm.
3) Antara petakan yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit
selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di
belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm
selanjutnya, lahan siap ditanami benih.
4) Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-
kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam
yang baik.
5) Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah,
kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm.
6) Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3
ton/ha
35
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Penanaman
1) Penentuan Jarak Tanam
Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar
antara 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm,
25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm.
Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang
tumbuh yang seragam dan mudah disiangi.
Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya
pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.
Untuk jenis kedelai manis (edamame), jarak tanam berbeda dengan
kedelai biasa, yaitu 40 cm x 40 cm.
Untuk menghindari hama lalat bibit, sebaiknya pada saat penanaman
benih diberikan pula Furadan, Curater, atau Indofuran ke dalam lubang
tanam.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan,
penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5
cm.
Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat
dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu
dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman
antara 1,5 – 2 cm dan setiap lubang tanam diisi benih sebanyak 3 – 4
biji.
Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90%
yaitu 50 – 60 kg/ha.
3) Cara Penanaman
Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:
a) Monokultur
Kedelai yang ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering
namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami
padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan.
Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20
x 35 cm atau 20 x 40 cm.
36
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Tumpangsari, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Umur tanaman tidak jauh berbeda.
Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman
yang liar.
Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan
terhadap hama dan penyakit.
Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai
dengan kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung,
kedelai dengan ketela pohon.
4) Inokulasi Rhizobium.
a) Budidaya kedelai pada lahan yang belum pernah ditanami kedelai,
maka benih sebaiknya dicampur dengan rizobium seperti Legin.
b) Bila rizobium tidak tersedia dapat menggunakan tanah yang sudah
pernah ditanami kedelai. Inokulasi rizobium bertujuan untuk
mengurangi pemakaian pupuk nitrogen (urea) karena tanaman
kedelai dapat memanfaatkan nitrogen yang ada di udara setelah
diinokulasi dengan rizobium.
c) Cara menginokulasi kedelai yaitu :
Siapkan benih kedelai dalam jumlah yang cukup. Siapkan rizobium
sebanyak 7,5 gram untuk 1 kg benih, atau tanah yang telah
ditanami kedelai sebanyak 1 kg untuk 9 kg benih.
Benih, rizobium atau tanah tersebut dimasukkan ke ember yang
diisi air secukupnya.
Apabila rizobium telah menempel ke benih secara sempurna, benih
segera dikeringkan di tempat yang sejuk sebelum ditanam.
Benih yang telah dicampuri rizobium harus secepatnya ditanam.
c. Pemeliharaan
1) Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari jika benih yang tidak
tumbuh lebih dari 10%, sebaiknya segera diganti dengan benih yang
telah dicampur Legin atau Nitrogen. Waktu penyulaman yang terbaik
adalah sore hari.
37
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Penyiangan
a) Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan
kegiatan penyiangan.
b) Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemupukan susulan yaitu pada umur 2-3 minggu.
c) Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai
berbunga, yaitu sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini
dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan).
d) Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh
menggunakan tangan atau kored. Jika arealnya cukup luas,
penyiangan dapat menggunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma
berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.
e) Pada saat penyiangan dilakukan pula kegiatan penggemburan tanah.
Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak
perakaran tanaman.
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar
tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat
penyakit yang berbahaya.
4) Penjarangan bertujuan untuk:
Mengurangi persaingan antar-tanaman dalam menyerap unsur hara di
tanah yang kurang subur.
Mencegah tanaman kekurangan sinar matahari di tanah yang subur.
Penjarangan dan penyulaman dilakukan ketika tanaman berumur 1-2
minggu setelah tanam.
Jumlah tanaman yang disisakan setelah penjarangan adalah dua
batang/ rumpun dan dipilih tanaman yang paling baik
pertumbuhannya.
5) Pemupukan
a) Pupuk dasar diberikan sebelum dilakukan penanaman, dosis untuk
lahan kering yang kurang subur yaitu : pupuk kandang/organik 2.000-
5.000 kg/ha, urea 50 kg/ha, TSP 50-75 kg/ha, dan KCl 50-75 kg/ha,
38
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
atau dosis pupuk mengikuti anjuran/rekomendasi petugas penyuluh
setempat. Cara pemupukan dengan menyebar secara merata di
lahan atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang
tanam sedalam 5 cm.
b) Pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 20-30 hari setelah
tanam dan hanya dilakukan pada tanah yang kurang subur dengan
dosis Urea sebanyak 50 kg/ha. Pupuk diberikan dalam larikan di
antara barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah.
c) Untuk meningkatkan hasil produksi kedelai, dapat digunakan pula
ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan PPC (Pupuk Pelengkap Cair),
dengan dosis disesuaikan dosis anjuran.
d) Jenis kedelai manis (edamame) dosis pupuk dasar yaitu Urea 600 kg-
800 kg/ha, TSP 600 kg – 800 kg/ha, dan KCl 400 kg/ha.
6) Pengairan
a) Pengairan dilakukan saat perkecambahan (0 – 5 hari setelah tanam),
stadium awal vegetatif (15 – 20 hari), masa pembungaan dan
pembentukan biji (35 – 65 hari).
b) Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dilakukan
dengan menggenangi saluran drainase selama 15 – 30 menit.
Kelebihan air dibuang melalui saluran pembuangan.
c) Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan.
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek
yaitu sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang
panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.
d) Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan
tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila
kekeringan telah melalui batas toleransinya.
e) Jika kekeringan terjadi pada masa pembungaan dan pengisian polong
dapat menyebabkan kegagalan panen.
f) Pada lahan kering penyediaan air dapat dilakukan dengan mengatur
waktu tanamnya dan pemberian mulsa untuk mencegah penguapan
air secara berlebihan.
g) Pengairan tidak perlu dilakukan jika polong telah terisi penuh.
39
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
h) Jika drainase tanah buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3- 4
meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam, hal ini
terutama dilakukan pada saat musim hujan.
7) Waktu Penyemprotan.
Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda
tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.
a) Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,
dilakukan sebelum benih ditanam.
b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15
WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak
2 kali seminggu setelah ditemukan telur.
c) Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida
Surecide 25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15
WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman setelah berumur di
atas 20 hari.
d) Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan
Dusban 20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50
hari.
e) Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50
EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu
pembentukan polong.
d. Hama dan Penyakit.
1. Hama
a) Aphis SPP (Aphis Glycine)
Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga
dan polong.
Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian:
1) Mekanis/kultur teknis :
menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik,
bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti:
terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan;
40
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
membuang bagian tanaman yang terserang hama dan
membakarnya;
2) Biologis : menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);
3) Kimiawi : penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan
daun bagian atas dan bawah.
b) Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)
Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang
memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih
berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.
Pengendalian :
1) Kultur teknis : waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan
subur (tidak pada bulan-bulan kering);
2) Kimiawi : penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC,
Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC.
c) Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)
Gejala : larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong
muda, bahkan seluruh tanaman.
Pengendalian : penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC,
Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.
d) Cantalan (Epilachana Soyae)
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan
daun dan merusak bunga.
Pengendalian : sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah,
setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan
buah muda. Gejala : pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah
masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong
terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian :
41
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
1) Kultur teknis :kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen
padi), sebelum ulat berkembang biak;
2) Kimiawi : penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari
sebelum panen.
f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)
Gejala : polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
Pengendalian : penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.
Pengendalian :
Pada saat benih akan ditanam, tanah diberi Furadan 36,
Setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami .
Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan
penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2
cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha.
Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
h) Kepik hijau (Nezara Viridula)
Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong,
memakan polong dan bertelur.
Gejala : polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam
atau kulit polong berbintik coklat.
Pengendalian : Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.
i) Ulat grayak (Prodenia Litura)
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan
daun, dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian :
1) Mekanis : dilakukan sanitasi lingkungan;
2) Kimiawi : disemprot insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC,
Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC pada sore/malam hari (saat
ulat menyerang tanaman)
42
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2. Penyakit
a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)
Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat
tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak
tanam rapat.
Pengendalian :
biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu
kebersihan sekitar tanaman dijaga,
pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan
merupakan tanaman inang penyakit tersebut.
b) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara
lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui
tanah dan irigasi.
Pengendalian :
1) Kultur teknis : varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan
terhadap penyakit layu;
2) Kimiawi : menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter
air.
c) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)
Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui
singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.
Gejala : bunga, buah dan daun mengecil.
Pengendalian : menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
d) Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori)
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan
dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika
cuaca cukup lembab.
43
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Gejala : daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun
yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama
menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian:
1) Kultur teknis : perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat;
2) Kimiawi : penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper
Sandoz.
e) Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)
Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin
yang menerbangkan dan menyebarkan spora.
Gejala : daun tampak bercak dan bintik coklat.
Pengendalian :
1) Kultur teknis : menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;
2) Kimiawi : menyemprotkan Dithane M 45.
f) Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Penyakit ini menyerang daun.
Gejala : permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah.
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.
g) Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala : batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian
membusuk dan mati.
Pengendalian :
1) Kultur teknis : memperbaiki drainase lahan;
2) Kimiawi : menyemprotkan Dithane M45.
h) Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar
virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).
Gejala : perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi
kerdil.
Pengendalian :
44
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
1) Kultur teknis : penanaman varietas yang tahan terhadap virus;
2) Kimiawi : menyemprotkan Tokuthion 500 EC.
e. Panen.
1. Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila :
a) sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena
serangan hama atau penyakit, lalu gugur
b) buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan
retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua
c) batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.
d) kedelai yang akan dipanen berumur sekitar 75-110 hari, tergantung
pada varietas dan ketinggian tempat.
e) kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada
usia 75-100 hari,
f) kedelai untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar
kemasakan biji sempurna dan merata.
2. Cara Panen
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya
segera dapat dijemur.
Pemungutan dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a) Cara mencabut
Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang
pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang
berbuah.
Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang
sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.
Dilakukan pada tanah berpasir
b) Pemungutan dengan cara memotong
Menggunakan sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu
banyak menimbulkan goncangan sehingga dapat buah yang rontok
karena goncangn.
45
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan
tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya yang menyimpan banyak
senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah.
Dilakukan pada tanah yang keras, karena pemungutan dengan cara
mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih
cepat.
3. Periode Panen
Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar
buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya
dilakukan secara bertahap, beberapa kali.
f. Pasca Panen
1. Pengumpulan dan Pengeringan
a) Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen segera dijemur di
atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari, jika
telah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah
sehingga bijinya mudah dikeluarkan.
b) Pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali
agar kedelai kering sempurna. Pembalikan juga menguntungkan
karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas
dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan
mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup
kering.
c) Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih dipilih dari tanaman-
tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri sebaiknya dijemur secara
terpisah dan dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15
%.
d) Penjemuran biji kedelai untuk benih sebaiknya dilakukan pada pagi
hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Perontokan biji dapat dilakukan dengan cara :
a) memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung
dengan kayu,
46
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam
karung,
c) dirontokkan dengan alat pemotong padi.
Penyortiran dilakukan sbb :
a) Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan dan biji yang terpisah
kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya.
b) Biji yang luka dan keriput dipisahkan.
c) Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-
11 %.
d) Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung untuk
dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun
basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.
3. Penyimpanan dan pengemasan
a) Kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama dengan cara
disimpan dalam karung di tempat yang kering.
b) Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu
agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai.
c) Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan
sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.
IV. Daftar Pustaka
1) Fiyanti Osman, 1996. Memupuk Padi dan Palawija. Penebar Swadaya.
2) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Tanaman
Kedelai (Glycine max L)
3) pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../budidaya_tanaman_kedelai.pdf
4) sawitwatch.or.id/download/.../151_Budi%20Daya%20Kedelai%201.
47
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)
I. Pendahuluan
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk
dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm
atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas
mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan),
Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari
daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalamabad pertama, ke Jepang,
ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik,
terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di
seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas
1000 m dpl, baik liar maupun di tanam.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim
sedang.Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim
lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan
47
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)
I. Pendahuluan
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk
dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm
atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas
mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan),
Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari
daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalamabad pertama, ke Jepang,
ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik,
terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di
seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas
1000 m dpl, baik liar maupun di tanam.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim
sedang.Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim
lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan
47
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)
I. Pendahuluan
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk
dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm
atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas
mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan),
Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari
daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalamabad pertama, ke Jepang,
ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik,
terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di
seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas
1000 m dpl, baik liar maupun di tanam.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim
sedang.Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim
lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan
48
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
rendah), tetapi ada kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik
pada daerah yang beriklim rendah atau iklim panas.
2) Curah hujan rata-rata untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 1.000
mm/ tahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah
hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000
mm/tahun atau lebih.
3) Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka, dengan
penyinaran matahari secara penuh minimum 11 jam per hari adalah
sangat baik untuk pertumbuhan tanaman talas. Jika ditanam
pada tempat yang terlindung dimana tidak mendapat penyinaran
matahari, maka tanaman talas tidak akan tumbuh dengan baik
dan produksinya tidak akan mencapai optimal.
4) Tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30 derajat
C dan kelembaban tinggi.
b. Ketinggian Tempat
Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl, dengan ketinggian
optimal antara 250 1.100 meter dpl. Di Indonesia sendiri talas dapat
tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000 m
dpl, meskipun sangat lama dalam memanennya.
c. Tanah
1) Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan
organik atau humus.
2) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah,
misal tanah lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah
yang bebas air tanah, tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.
3) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di
tanah drainase baik dan pH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik
untuk talas tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila pH nya di bawah 5,0.
4) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila
tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang
panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok
49
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
untuk tanaman ini ialah menjelang musim hujan, sedang musim panen
tergantung kepada kultivar yang di tanam.
III.Budidaya
a. Penyiapan Lahan
1) Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur
dan lepas. Pengolahan tanah jika talas di tanam setelah tanaman
sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma, mencangkul, membuat
bedeng bedengan dan pemupukan dasar.
2) Pembentukan Bedengan
Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m,
sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan
dengan jarak 45 cm atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau
kombinasi yang lain.
3) Pemupukan
Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk
buatan seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah
pupuk yang diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk
buatan) dan dua genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman.
Setelah di pupuk, di atasnya kemudian ditambahkan tanah yang
dicampur dengan jerami.
b. Penyiapan Bibit
1) Dengan anakan, sulur/pangkal umbi.
Perbanyakan yang umum dilakukan petani adalah secara vegetatif
yaitu dengan menggunakan bibit yang berasal dari anakan - anakan
yang tumbuh di sekitar umbi pokok.
Perbanyakan secara vegetative juga dapat dilakukan dengan
menggunakan sulur atau pangkal umbi yang berada di bawah pelepah
daun dengan cara mengikut sertakan sebagian tangkai daunnya.
Jika bibit tanaman yang akan digunakan berasal dari anakan atau
sulur maka setelah anakan/sulur tersebut dipisahkan dari umbi
50
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
induknya jangan langsung ditanam, tetapi ditanam di persemaian
terlebih dahulu dengan jarak tanam yang agak rapat.
Bibit pada persemaian dirawat sampai umbinya mulai terbentuk. Jika
bibit dipersemaian akan dipindahkan, maka bibit tersebut digali dan
sebagian akarnya dibuang, daunnya dipotong kecuali daun termuda
yang masih kuncup.
Bagian bawah umbi dipotong dengan menyisakan bagian
umbinya yang berada dipangkal batang berikut akarakarnya.
Umbi yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah
yang berukuran besar dengan diameter + 6,5 cm karena
umbi yang berukuran besar seperti itu akan lebih cepat tumbuh dan
tanaman akan menghasilkan umbi, daun maupun anakan yang lebih
banyak dan lebih besar.
2) Dengan menggunakan umbi.
Perbanyakan tanaman talas dapat dilakukan dengan menggunakan
umbi yang dipotongpotong menjadi bagian yang tipistipis dengan
ukuran berat masing-masing irisan 75-150 gram dan setiap irisan umbi
tersebut minimum terdapat satu mata tunas.
Irisan umbi tersebut biasanya tidak langsung ditanam sebab irisan
bagian dalam (daging umbi) masih basah sehingga
kemungkinan busuk sangat besar apabila langsung ditanam.
Setelah umbi dipotongpotong, kemudian dianginanginkan agar
bagian dalam dari irisan menjadi kering. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah dengan melapisi bagian dalam irisan dengan
abu.
Bibit yang mengalami proses tersebut tidak langsung ditanam tetapi
disemaikan terlebih dahulu pada media pasir atau tanah yang baik.
Pemindahan ke lapangan untuk dilakukan penanaman setelah bibit di
persemaian berdaun 2 3 helai. Pertanaman yang bibitnya berasal
dari persemaian biasanya pertumbuhannya lebih seragam sebab
daya tumbuhnya umumnya sama.
c. Penanaman
51
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
1) Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm
atau 50 x 70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan
dengan kondisi tanah dan keadaan musim. Jika pada musim hujan
digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman akan kurang
menyerap sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman menjadi
tinggi, sehingga akan meningkatkan resiko serangan penyakit.
2) Cara Penanaman
Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau
bila curah hujan merata sepanjang tahun.
Cara penanaman bibit talas, dengan meletakkan bibit talas tegak lurus
di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan tanah
agar dapat berdiri tegak.
Penimbunan kira-kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak seluruhnya
tertutup oleh tanah.
d. Pemeliharaan
1) Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam
agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang dapat menjadi
pesaing dalam penyerapan unsur-unsur hara.
Pembubunan dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akar
bagian atas agar tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin.
Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
2) Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah
yaitu mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar.
Pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam dengan
dosis 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar, dengan cara membuat
lubang pupuk disamping lubang tanam 3 cm.
Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3 bulan
dan umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak 100
52
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
kg per hektar, dengan cara membuat larikan disamping baris tanaman
sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada
pemupukan umur 5 bulan.
3) Pengairan dan Penyiraman
Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila
tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang
panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok
untuk tanaman talas ini ialah menjelang musim hujan, sedangkan musim
panen bergantung kepada kultivar yang di tanam.
e. Hama dan Penyakit
1. Hama
a) Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)
Gejala : daun menjadi agak keriting.
Pengendalian : menggunakan insektisida carbaryl, diazinon dimetoat
dan malation.
b) Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)
Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan
seluruh helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun
juga, sehingga tanaman menjadi gundul.
Pengendalian :
Mengambil dan memusnahkan ulat tersebut.
Pembajakan lahan setelah panen karena kepompong berada di
dalam tanah, maka. Pengendalian dengan
Penyemprotan insektisida Carbaryl jika kerusakan mencapai 50 %.
c) Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)
Ulat makan tangkai daun sehingga tanaman menjadi gundul.
Pengendalian :
Mengambil dan memusnahkan ulat tersebut.
Pembajakan lahan setelah panen karena kepompong berada di
dalam tanah, maka. Pengendalian dengan
Penyemprotan insektisida Carbaryl 0,2% pada saat ulat masih
kecil.
53
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
d) Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)
Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun,
sehingga warnanya berubah menjadi coklat.
Pengendalian: diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus
pulus atau dengan penyemprotan insektisida carbaryl, malation, dan
tri-chlorform.
e) Serangga bemisia tabaci (Hemiptera : Aleurodidae)
Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan
terhambat dan tanaman menjadi kerdil.
Pengendalian: menggunakan cabaryl, malation, dan tri-chlorform.
f) Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae
Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil
akan kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan,
dan akhirnya kering.
Pengendalian: dengan insektisida dilakukan apabila kerusakan telah
mencapai 50 % dengan insektisida carbaryl dan dichorvos serta
monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan. Pengendalian lebih efektif
jika dilakukan pada saat ulat masih kecil.
g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)
Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau
kuning, karena serangga tersebut mengisap cairan daun.
Pengendalian: pestisida azodrin, caerol, galecron, plictron, omite dan
trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yang panjang dan
juga sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk mengendalikan
tungau yaitu Du Ter dan benlate.
h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)
Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah
5-10 cm, dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh
umbi terserang sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga
tanaman mudah di cabut. Tanaman yang terserang pertumbuhannya
agak kurang tegar dibanding dengan tanaman sehat. Kerugian yang
disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering. Serangan
54
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
meningkat apabila petani menggunakan pupuk kandang.
Pengendalian: belum ada.
2. Penyakit
a) Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)
Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian
membesar menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering,
pada serangan berat seluruh daun mengering.
Pengendalian: menanam varietas tahan.
f. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Panen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, atau setelah
berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang dapat dipanen pada umur
4-5 bulan.
2. Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon
talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari
pangkal umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari
tanah yang melekat.
3. Periode Panen
Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu
panen yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil.
Panen yang terlalu cepat akan menghasilkan talas yang tidak kenyal
dan pulen, sebaliknya jika panen terlambat akan menghasilkan umbi
talas yang terlalu keras dan liat.
4. Penundaan panen, dilakukan dengan :
Membiarkan umbi tetap di pertanaman namun seluruh pelepah daun
tanaman dipotong.
Tanaman talas yang dibiarkan di tempat tanpa dibongkar tetapi
hanya dipotong pelapah daunnya saja, dapat tahan sampai musim
tanam berikutnya tanpa merusak umbi.
55
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Penundaan panen harus dilakukan secara hatihati dan dengan penuh
perhitungan karena apabila terlalu lama umbi disimpan, maka
umbi tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman baru sehingga
kualitasnya akan menurun baik kandungan gizinya maupun
rasa umbinya.
g. Pasca Panen
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan
mudah dijangkau oleh angkutan.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan
pada saat pencabutan berlangsung.
Penyortiran umbi talas dapat juga dilakukan setelah semua pohon
dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih
terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat
dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris pada daging
umbi.
3. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan
selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri
dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang
terbuat dari bambu agar tetap segar.
IV.Daftar Pustaka
1) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Umbi-
umbian (Talas). tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/Talas.pdf
2) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Talas
(Colocasia esculenta (L.) Schott )
56
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.)
I. Pendahuluan
Ubi jalar atau biasa disebut ketela rambat merupakan tanaman palawija
penting sesudah jagung, semakin meningkatnya kebutuhan ubi jalar baik
sebagai konsumsi dalam rangka mendukung program diversifikasi pangan
maupun sebagai bahan baku industri lanjutan seperti mie, saus, pakan ternak
dan sebagainya, sehingga ubi jalar layak dibudidayakan karena disamping
bernilai jual tinggi juga memiliki prospek yang bagus dan peluang yang besar
untuk diusahakan. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal
tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian
tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyatakan
asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.
Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) merupakan sumber karbohidrat yang
dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan. Selain karbohidrat, ubijalar juga
mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Di Indonesia, ubi jalar umumnya dimanfaatkan
sebagai bahan pangan sampingan, namun di Irian Jaya, ubi jalar digunakan
sebagai makanan pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah
maupun lahan tegalan.
56
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.)
I. Pendahuluan
Ubi jalar atau biasa disebut ketela rambat merupakan tanaman palawija
penting sesudah jagung, semakin meningkatnya kebutuhan ubi jalar baik
sebagai konsumsi dalam rangka mendukung program diversifikasi pangan
maupun sebagai bahan baku industri lanjutan seperti mie, saus, pakan ternak
dan sebagainya, sehingga ubi jalar layak dibudidayakan karena disamping
bernilai jual tinggi juga memiliki prospek yang bagus dan peluang yang besar
untuk diusahakan. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal
tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian
tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyatakan
asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.
Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) merupakan sumber karbohidrat yang
dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan. Selain karbohidrat, ubijalar juga
mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Di Indonesia, ubi jalar umumnya dimanfaatkan
sebagai bahan pangan sampingan, namun di Irian Jaya, ubi jalar digunakan
sebagai makanan pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah
maupun lahan tegalan.
56
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.)
I. Pendahuluan
Ubi jalar atau biasa disebut ketela rambat merupakan tanaman palawija
penting sesudah jagung, semakin meningkatnya kebutuhan ubi jalar baik
sebagai konsumsi dalam rangka mendukung program diversifikasi pangan
maupun sebagai bahan baku industri lanjutan seperti mie, saus, pakan ternak
dan sebagainya, sehingga ubi jalar layak dibudidayakan karena disamping
bernilai jual tinggi juga memiliki prospek yang bagus dan peluang yang besar
untuk diusahakan. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal
tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian
tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyatakan
asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.
Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) merupakan sumber karbohidrat yang
dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan. Selain karbohidrat, ubijalar juga
mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Di Indonesia, ubi jalar umumnya dimanfaatkan
sebagai bahan pangan sampingan, namun di Irian Jaya, ubi jalar digunakan
sebagai makanan pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah
maupun lahan tegalan.
57
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab,
daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang
bersuhu 21-27 derajat C.
2) Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan
daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk
usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah
yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar
yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam
yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
3) Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-
5000 mm/tahun, dengan curah hujan optimal antara 750-1500
mm/tahun.
b. Ketinggian Tempat
Daerah beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah
hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m
dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi
panjang dan hasilnya rendah.
c. Tanah
1) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi
jalar, jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur,
banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.
Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering
menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.).
Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau
berdrainase jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar
kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
2) Derajat keasaman (pH) tanah adalah 5,5 - 7,5. Sewaktu muda
memerlukan kelembaban tanah yang cukup.
3) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman
padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman
membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk
penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
58
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
III.Budidaya
a. Penyiapan Lahan
1) Pengolahan tanah dilakukan 15 hari sebelum tanam sekaligus
membentuk guludan, gulma maupun sisa-sisa tanaman yang ada
dibenamkan ke dalam guludan agar menjadi pupuk organik.
2) Tinggi guludan 25-30 cm, lebar 40-60 cm, jarak antar guludan 80-100
cm.
3) Pada tanah berat(berlempung) untuk membuat guludan yang gembur
perlu ditambah bahan organik sebanyak 10 ton/ha.
b. Penanaman
1) Tanaman ubi jalar diperbanyak dengan stek batang. Bibit yang bagus
diambil dari ujung batang yang masih muda dan sehat dengan panjang
stek 30 cm.
2) Ubi jalar dapat ditanam sepanjang tahun, waktu tanam yang baik pada
awal musim hujan.
3) Stek ditanam secara miring dengan kedalaman 15 - 17 cm, saat tanam
yang baik sore hari
4) Untuk mendapatkan hasil yang baik penanaman hanya 1 stek
5) Untuk luas tanaman l hektar dengan jarak tanam 100 cm x 25 cm
diperlukan bibit sebanyak 40.000 stek.
6) Sebelum ditanam, stek dicelupkan dulu dalam larutan banlate selama 5
menit
7) Ubi jalar dapat pula ditanam pada system tumpang sari dengan tingkat
naungan tidak lebih 30 %.
c. Pola Tanam.
Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan
tumpang sari dengan kacang tanah.
1) Sistem Monokultur
a) Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak
guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan
tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.
59
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan
lubang tanam untuk tempat pupuk.
c) Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal
batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan
tanah dekat pangkal setek (bibit).
d) Masukkan pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha,
urea 1/3 bagian, TSP seluruh bagian dan KCl 1/3 bagian dari dosis
anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah
tipis-tipis. Dosis pupuk anjuran adalah 100-200 kg Urea/ha, 50 kg
TSP/ha, 100 kg KCl/ha. Pada saat pemberian pupuk dasar dapat
ditambahkan furadan sebanyak 20 kg/ha untuk menghindari hama
boleng pada ubi jalar.
2) Sistem Tumpang Sari
Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan per satuan luas lahan.
Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah
kacang tanah.
Cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem
monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi
guludan ditanami kacang tanah.
Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang
tanah 30 x 10 cm.
d. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus
harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara
abnormal.
Bibit yang mati harus segera disulam.
Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian
diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian
pangkal setek ditimbun tanah.
Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat
sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
60
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Bibit (stek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam
ditempat yang teduh.
2) Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1
bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2
bulan.
Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:
a) Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara
hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
b) Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng
guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar
guludan.
c) Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan
pengairan hingga tanah cukup basah.
3) Pemupukan
Dosis pupuk anjuran yaitu 100-200 kg urea/ha, 50 kg TSP/ha, 100 kg
KCl/ha)
Pemupukan susulan dilakukan setelah tanaman berumur 1,5 bulan
dengan menggunakan sisa dosis pupuk anjuran, yaitu 2/3 urea dan 2/3
KCl.
Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem
tugal.
Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil
di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam
5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan
sambil ditimbun dengan tanah.
4) Pengairan dan Penyiraman
Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal
pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
Setelah tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus
diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya
dialirkan keseluruh pembuangan.
61
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinyu hingga
tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan.
Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3
minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari.
Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan
kontinyu seminggu sekali.
Hal yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah
menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
e. Hama dan Penyakit
1. Hama
a) Penggerek Batang Ubi Jalar
Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang
mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang
tanaman akan mati.
Pengendalian :
I. Mekanis/kultur teknis :
rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama;
pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang
berat;
II. Kimiawi :
Penyemprotan insektisida Curacron 500 EC atau Matador 25
dengan konsentrasi yang dianjurkan bila serangan hama >5 %.
b) Hama Boleng atau Lanas
Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup
oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini
biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi, jika hama
terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga
menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
Pengendalian :
I. Mekanis/kultur teknis :
pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak
sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi;
62
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi
yang terbuka;
pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup
berat;
penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah
banyak;
pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan
yang lebih berat.
II. Kimiawi
Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti
Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi
yangdianjurkan, jika tingkat serangan > 5%.
c) Tikus (Rattus rattus sp)
Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur
cukup tua atau
sudah pada stadium membentuk ubi.
Pengendalian :
I. Mekanis :
sistem gropyokan untuk menangkap tikus dan langsung
dibunuh;
penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang
tikus disekitar ubi jalar;
II. Kimiawi.
Pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
2. Penyakit
a) Kudis atau Scab
Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-
daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat
menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis
sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali.
Pengendalian:
(1) pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit;
63
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
(2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti
daya dan gedang;
(3) kultur teknik budi daya secara intensif;
(4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
b) Layu fusarium
Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan
akhirnya mati. Pengendalian :
(1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit);
(2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan
tanaman yang bukan famili;
(3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap
penyakit Fusarium.
c) Virus
Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman
kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan
warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat
serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan.
Pengendalian :
(1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus;
(2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di
daerah basis (endemis) virus;
(3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.
d) Penyakit Lain-lain
Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun
cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk
basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan
klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz.
Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur
teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi
di gudang, dan penggunaan pestisida selektif.
64
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
f. Panen.
1. Ciri dan Umur Panen
Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah
maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus
(dikukus) rasanya enak serta tidak berair.
Waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman :
varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5
bulan, varietas ubi jalar berumur panjang (dalam) dipanen pada umur
4,5-5 bulan
panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan
penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan.
panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama
boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
2. Cara Panen
Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:
Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.
Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau
sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan
sambil dikumpulkan.
Gali guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.
Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.
Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih
menempel.
Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil
ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi
utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.
Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat
penampungan (pengumpulan) hasil.
Semua umbi hasil panen harus diangkut jangan sampai ada umbi
yang tertinggal karena dapat menjadi sarang hama boleng.
g. Pasca Panen.
1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan
mudah dijangkau oleh angkutan.
65
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar dilakukan :
Pada saat pencabutan atau saat panen berlangsung.
Setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
Bertujuan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit
umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran
besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.
3. Penyimpanan
Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tata
cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut:
a) Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering
selama 2-3 hari.
b) Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang
yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
c) Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir
kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi
tertutup.
d) Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi
sampai 5 bulan.
e) Jika proses penyimpanan dilakukan dengan baik biasanya akan
menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan
dengan ubi yang baru dipanen.
f) Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah
melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau
terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-
30 derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.
IV. Daftar Pustaka1) BPTP Sulawesi Selatan. Teknologi Budidaya Ubi Jalarsulsel.litbang.deptan.
go.id/.../index.php?...budidaya-ubi-jalar...2) Jakes Sito, SP. Bercocok Tanam Ubi Jalar.penyuluhthl.files.wordpress.
com/.../budidaya-tanaman-ubijalar1.pdf3) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Ubi Jalar/KetelaRambat (Ipomoea batatas )
66
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
BUNGA MAWAR (Rosa hybrida)
I. Pendahuluan
Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.
Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol
atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari
dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,
menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas
(tropis).
II. Syarat Tumbuha. Iklim
1) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-
3000 mm/tahun.
2) Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar
matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang
kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore,
yang menyebabkan pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap
lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis
maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan
kelembaban 70-80 %.
66
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
BUNGA MAWAR (Rosa hybrida)
I. Pendahuluan
Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.
Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol
atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari
dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,
menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas
(tropis).
II. Syarat Tumbuha. Iklim
1) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-
3000 mm/tahun.
2) Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar
matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang
kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore,
yang menyebabkan pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap
lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis
maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan
kelembaban 70-80 %.
66
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
BUNGA MAWAR (Rosa hybrida)
I. Pendahuluan
Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.
Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol
atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari
dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,
menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas
(tropis).
II. Syarat Tumbuha. Iklim
1) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-
3000 mm/tahun.
2) Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar
matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang
kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore,
yang menyebabkan pengeringan tanaman.
3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap
lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis
maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan
kelembaban 70-80 %.
67
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Ketinggian Tempat
Mawar tumbuh baik pada:
1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan
maksimum 28–30 derajat C.
2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C,
maksimum 24–27 derajat C.
3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara minimum 13,7-15,6 derajat C dan
maksimum 19,5-22,6 derajat C.
4) Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan
produktif berbunga di dataran rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-
rata 1500 m dpl.
c. Tanah
1) Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30
%), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.
2) Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan
tanah yang cukup baik.
3) Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal 5,5 -7,0. Pada tanah asam (pH
5,0) perlu pengapuran kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dengan
dosis 4-5 ton/hektar.
4) Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan oleh akar mawar.
III.Budidaya
a. Penyiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan batu-batuan, kemudian tanah diolah
sedalam 30 cm,
Dibuat bedengan dengan lebar 100 – 120 cm tinggi 30 cm, jarak antar
bedengan 20 – 40 cm, panjangnya tergantung keadaan lahan.
Pupuk kandang disebar secara merata pada bedengan sebanyak 20 –
30 ton/hektar atau diisikan ke dalam lubang tanam rata-rata 1 – 2
kg/tanaman.
Dibuat lubang tanam dengan ukuran 45×45×45 cm .
68
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit mawar dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan dengan biji (generatif) dilakukan untuk program pemuliaan
tanaman guna mendapatkan jenis mawar baru, terutama mawar hibrida
atau hasil silangan.
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan cara stek batang atau
cabang, cangkok dan okulasi.
1) Cara stek batang atau cabang diperoleh dari batang atau cabang yang
sehat, berkayu cukup keras, diameter sebesar pensil. Batang atau
cabang dipotong sepanjang 15 – 25 cm, direndam dengan larutan ZPT ,
kemudian ditanam pada wadah persemaian yang berisi media campuran
pasir dan kompos dengan perbandingan 1 : 1, media persemaian harus
dijaga kelembabannya, wadah ditutup dengan plastik transparan.
Setelah 6 – 8 minggu, tiap bibit dapat dipindah ke masing-masing
polibag yang telah diisi media campuran pasir, kompos dan tanah subur
(1 : 1 : 1). Setelah bertunas dan pertumbuhannya kuat dapat
dipindahkan ke lapangan.
2) Cara mencangkok harus dipilih batang atau cabang mawar yang
pertumbuhannya sehat dan telah berbunga. Sayat kulit batang
sepanjang 2 – 3 cm, kupas kulitnya sampai terlihat bagian kayu, lendir
kambium dibersihkan dan dibiarkan mengering. Siapkan media cangkok
berupa campuran tanah dan pupuk kandang (1:1), siram sampai cukup
basah. Pasang lembar plastic atau sabut kelapa pada bgian bawah
batang yang telah disayat, ikat erat dengan tadli rafia, isikan media
dalam celah lembar plastik atau sabut kelapa, ikat bagian atanya.
Cangkokan dibiarkan selama 1 ½ - 2 bulan sampai keluar akar baru.
Potong cangkokan sebelum ditanam.
3) Cara okulasi, harus disiapkan batang bawah, mata tunas (entres), pisau
okulasi, dan pembalut lembar plastik. Iris batang bawah membentuk
huruf “T” sepanjang 2 – 3 cm pada ketinggian 10 – 15 cm dari
permukaan tanah. Sisipkan mata tunas pada celah sayatan pada batang
bawah. Ikat erat bidang okulasi mulai dari bawah ke arah atas. Hasil
69
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
okulasi dapat dilihat setelah 7 – 15 hari, bila entres berwarna hijau
berarti okulasi berhasil. Bibit okulasi disiram 1 – 2 kali sehari, dipupuk
dengan N,P, K 10 g/10 liter air dengan cara disiramkan pada media
sebanyak 200 – 250 cc/tanaman. Bibit dapat ditanam ke lapangan atau
pot apabila telah cukup kuat.
c. Penanaman
Waktu tanam mawar adalah pada awal musim hujan (bila keadaan airnya
memadai dapat dilakukan sepanjang musim/tahun. Tanaman mawar yang
ditanam berupa bibit cabutan (tanpa tanah), dan bibit yang berasal dari
polybag.
1) Cara penanaman bibit mawar cabutan :
a) Bongkar bibit tanaman mawar dari kebun pembibitan secara cabutan.
b) Potong sebagian batang dan cabang-cabangnya, sisakan 20–25 cm
agar habitus tanaman menjadi perdu (pendek).
c) Potong sebagian akar-akarnya dengan gunting pangkas tajam dan
steril.
d) Rendam bibit mawar dalam air atu larutan Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) seperti Dekamon 1–2 cc/liter selama 15–30 menit.
e) Tanam bibit mawar di tengah-tengah lubang tanam dan akarnya
diatur menyebar ke semua arah. Timbun (urug) dengan tanah hingga
batas pangkal leher batang.
f) Padatkan tanah di sekeliling batang tanaman mawar pelan-pelan agar
akarakarnya dapat kontak langsung dengan air tanah.
g) Siram tanah di sekeliling perakaran tanaman hingga basah.
h) Pasang naungan sementara dari anyaman bambu/bahan lain untuk
melindugi tanaman mawar dari teriknya sinar matahari sore hari.
1) Cara penanaman bibit mawar dari polybag yaitu dengan
memindahkan bibit mawar dari polybag dipindahkan secara
lengkap bersama tanah dan akar-akarnya dengan cara sebagai
berikut :
a) Siram media dalam polybag yang berisi bibit mawar hingga
cukup basah.
70
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Angkat polybag kemudian balikkan posisinya sambil ditekuk-
tekuk bagian dasarnya agar bibit mawar bersama tanah dan
akar-akarnya terlepas (keluar) dari polybag. Bila polybag
berukuran besar, maka pengeluaran bibit mawar dapat dengan
cara menyobek atau menyayat polybag tersebut.
c) Tanamkan bibit mawar ke dalam lubang tanam yang telah
disiapkan. Letak bibit mawar tepat di tengah-tengah lubang
tanam, kemudian timbun dengan tanah sampai penuh sambil
dipadatkan pelan-pelan
d) Siram tanah di sekeliling perakaran tanaman mawar hingga
cukup basah. Bibit mawar akan langsung segar dan tumbuh
tanpa melalui pelayuan atau istirahat dulu.
d. Pemeliharaan
1) Penyiangan
Kegiatan penyiangan biasanya bersamaan dengan pemupukan agar
dapat menghemat biaya dan tenaga kerja. Rumput liar yang tumbuh
pada selokan/parit antar bedengan dibersihkan agar tidak menjadi
sarang hama dan penyakit. Penyiangan sebulan sekali (tergantung
pertumbuhan gulma), dengan mencabut rumput-rumput liar (gulma)
secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman atau membersihkan
dengan alat bantu kored/cangkul.
2) Pemupukan
a) Jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman
mawar adalah pupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila
pertumbuhan tunas lambat dipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5,
bila tangkainya lemah perbandingan pupuk NPK 5:15:5. atau
campuran pupuk yang terdiri dari 200–300 kg Urea ditambah 840 kg
TSP ditambah 250 kg KCL/ha/tahun.
b) Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Hortikultura (Balitro),
tanaman mawar perlu dipupuk pupuk NPK 5 gram/pohon pada saat
tanam atau 7–15 hari setelah tanam.
71
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
c) Pemupukan berikutnya secara kontinyu setiap 3 - 4 bulan sekali,
tergantung keadaan pertumbuhan tanaman dengan dosis urea ±
1350 kg, TSP 2100 kg dan KCL 800 kg/ha/tahun. Tiap kali
pemupukan diberikan 1/4 - 1/3 dosis pupuk yaitu 337,5 - 450 kg Urea,
525–700 kg TSP dan 100–133 kg KCl/hektar.
d) Pemberian pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang
berbunga, dan setelah kuntum bunga layu. Cara pemberian pupuk
dengan ditabur dalam parit-parit kecil dan dangkal diantara barisan
tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman, kemudian ditutup dengan
tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah.
3) Pengairan.
a) Pada fase awal pertumbuhan (sekitar umur 1-2 bulan setelah tanam),
dilakukan secara kontinu tiap hari 1-2 kali. Pengairan berikutnya
berangsur-angsur dikurangi atau tergantung keadaan cuaca dan jenis
tanah (media).
b) Waktu pemberian air yang baik pada pagi dan sore hari, saat suhu
udara dan penguapan air dari tanah tidak terlalu tinggi.
c) Cara pengairan adalah dengan disiram secara merata menggunakan
alat bantu gembor.
e. Hama dan Penyakit
1. Hama
a) Kutu daun (Macrosiphum rosae Linn., Aphids)
Menyerang pucuk, sering menempel pada ranting dan kuncup bunga.
Gejala: mengisap cairan (sel) tanaman, sehingga menyebabkan
gejala abnormal, pada daun atau pucuk jadi keriting/mengkerut.
Dapat berperan sebagai vektor virus dan sering meninggalkan cairan
madu manis yang menempel pada permukaan daun, sehingga
menjadi penyebab penyakit embun jelaga (Capnodium sp.).
Pengendalian :
Mekanis, menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dan cuci bagian
tanaman yang terserang dengan sabun dan air.
72
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Kimiawi, apabila populasi tinggi disemprot insektisida dengan
bahan aktif deltametrin 25 g/l atau bahan aktif betasiflutrin 25 g/l,
bahan aktif imidakloprid 200 g/l, bahan aktif profenofos 500 g/l,
bahan aktif alfametrin 15 g/l dan lain-lain pada konsentrasi yang
dianjurkan seperti insektisida Decis 2,5 EC atau Buldok 25 EC,
Confidor 200 LC, Curacron 500 EC, Fastac 15 EC pada
konsentrasi yang dianjurkan.
b) Kumbang
Gejala: memakan daun, tangkai dan kuntum bunga, sehingga bolong-
bolong/rusak pada bagian yang diserang. Larva sering memakan
perakaran tanaman.
Pengendalian :
Mekanis yaitu : mengumpulkan dan memusnahkan hama tersebut.
Kimiawi, disemprot dengan disemprot dengan insektisida dengan
bahan aktif deltametrin 25 g/l, bahan aktif permetrin 20 g/l dan lain-
lain seperti insektisida Hostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Ambush 2
EC, Elsan 60 EC, dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
c) Siput berbulu
Gejala: pada stadium larva, menyerang tanaman dengan cara
memakan daun sebelah bawah yang menyebabkan daun berlubang
tinggal tulang daun.
Pengendalian :
Mekanis, merontokkan kepompong yang menempel pada
tanaman,
Kimiawi, disemprot dengan insektisida Brestan 60 (Moluskasida)
pada konsentrasi yang dianjurkan.
d) Tungau (Tetranychus telarius)
Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel
tanaman, pada bagian daun/pucuk, sehingga menyebabkan titik-titik
merah berwarna kuning/abu-abu kecoklat-coklatan.
Pengendalian:
Mekanis : jaga kebersihan (sanitasi) kebun.
73
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Kimiawi, disemprot insektisida-akarisida dengan bahan aktif
propargit 570 g/l, bahan aktif dikofol 191 g/l seperti Omite 570 EC
atau Kelthane 200 EC atau Mitac 200 EC Meothrin 50 EC,
Nissuron 50 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang diajurkan.
e) Thrips
Gejala: merusak/mengisap cairan sel tanaman, terutama bunga,
daun, dan cabang. Menyenangi mawar bunga berwarna
kuning/terang lainnya. Pengendalian :
Mekanis, pemangkasan bagian tanaman yang terserang berat
Kimiawi dan disemprot dengan insektisida dengan bahan aktif
deltametrin 25 g/l dan lain-lain seperti Mesurol 50 WP, Tokuthion
500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC dan lain-lain pada
konsentrasi yang dianjurkan.
f) Nematoda akar (Meloidgyne sp.)
Gejala: menyerang akar tanaman mawar, dapat menembus ke bagian
batang sehingga menyebabkan gejala pertumbuhan kerdil, kadang
layu (kehilangan kekuatan tumbuh) dan terdapat bintil-bintil pada
akar.
Pengendalian:
Mekanis, pergiliran tanaman, sterilisasi media tanam.
Kimiawi, menggunakan bahan kimiawi (nematisida) : Furadan 3 G,
Rugby 10 G atau Indofuran pendidikan G pada saat tanam.
g) Hama-hama lain:
a. Ulat daun (Udea rubigalis), menyerang daun dan kuncup bunga
sehingga menjadi rusak/bolong-bolong.
Pengendalian: disemprot insektisida Hostathion 40 EC, Decis 2,5
EC, Dekasulfan 350 EC, Nomolt 50 EC atau Confidor 70 WS
pada konsentrasi yang dianjurkan.
b. Serangga malam (Night feeding insect), menyerang daun dan
bunga.
Pengendalian : disemprot dengan insektisida yang digunakan pada
pengendalian ulat daun.
a. Serangga pengisap sel tanaman (Leaf hoppers), menyerang daun
hingga bintik-bintik putih membentuk lingkaran.
74
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang digunakan pada
pengendalian ulat daun.
d. Lalat (Dasyncura rhodophaga), larva akan merusak/memakan
tunas. Larva menjatuhkan diri ke tanah, kemudian dalam waktu
satu minggu berubah menjadi lalat.
Pengendalian :
Mekanis, memusnahkan tanaman yang terserang berat dengan
dibakar, menjaga kebersihan kebun.
Kimiawi, penyemprotan insektisida Agrohion 50 EC, Meothrin 50
EC atau Ofunack 40 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
e. Kutu batang (Aulacaspis rosae).
Gejala: mengisap cairan sel tanaman, bagian daun dan batang.
Bagian yang terserang akan layu, lambat laun mengering (mati).
Pengendalian :
Mekanis, memangkas bagian tanaman yang terserang untuk
dimusnahkan/dibakar.
Kimiawi, disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC, Mitac 200
EC, Monitor 200 LC atau Orthene 75 SP pada konsentrasi yang
dianjurkan.
f. Kumbang kecil (Small carpenter bees).
Gejala: melubangi sekaligus merusak batang bagian dalam.
Tanaman yang diserang menjadi layu.
Pengendalian :
Mekanis, memangkas bagian tanaman yang diserang dan
dibakar.
Kimiawi, disemprot dengan insektisida : Decis 2,5 EC, Atabron
50 EC, Buldok 25 EC atau Bassa 50 EC pada konsentrasi yang
dianjurkan.
2. Penyakit
a) Bercak hitam
Gejala : daun bercak hitam-pekat yang tepinya bergerigi. Lambat laun
bercak-bercak berdiameter ± 1 cm menyatu, sehingga jaringan daun
di sekitarnya menjadi kuning. Dapat pula terjadi pada tangkai daun,
75
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
batang, dasar bunga, kelopak dan tajuk bunga. Daun yang terserang
akan mudah berguguran.
Pengendalian mekanis: memangkas bagian tanaman yang sakit dan
menjaga kebersihan kebun (sanitasi).
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif
Propineb dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan.
b) Karat daun
Gejala: bintik-bintik warna jingga kemerah-merahan pada sisi bawah
daun, pada sisi daun atas terdapat bercak bersudut warna kemerah-
merahan. Daun yang terserang berat akan mudah gugur (rontok).
Pengendalian mekanis : pemotongan/pemangkasan daun sakit
kemudian dimusnahkan.
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif Zineb
atau Maneb pada konsentrasi yang dianjurkan.
c) Tepung mildew
Gejala : terdapat tepung/lapisan putih pada permukaan daun sebelah
bawah dan atas. Daun/bagian tanaman yang terserang akan berubah
warna dari hijau menjadi kemerah-merahan, lambat laun
kekuningkuningan dan akhirnya daun-daun cepat rontok (gugur).
Pengendalian mekanis: memetik daun yang terserang untuk
dimusnahkan dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi).
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida Belerang, atau yang
mengandung bahan aktif Pirazifos.
d) Bengkak pangkal batang
Gejala : terjadi pembengkakan pada pangkal batang dekat
permukaan tanah, sehingga tanaman menjadi kerdil dan akhirnya
mati.
Pengendalian mekanis: mencabut tanaman yang sakit untuk
dimusnahkan dan sewaktu pemeliharaan tanaman (pemangkasan)
menggunakan gunting pangkas yang bersih dan steril.
Pengendalian kimiawi: disemprot oleh bakterisida yang berbahan aktif
Streptomisin atau Oksitetrasikin.
e) Mosaik (belang-belang)
Gejala : daun menguning dan belang-belang, tulang-tulang daunnya
seperti jala.
76
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian : penanaman bibit yang sehat, pemeliharaan tanaman
secara intensif, penyemprotan insektisida untuk pengendalian
serangga vektor, dan membongkar (eradikasi) tanaman yang sakit
untuk dimusnahkan agar tidak menular kepada tanaman yang
lainnya.
f) Bercak daun
Gejala : serangan cercospora bercak-bercak coklat pada daun-daun
tua, sedangkan bercak alternaria berwarna kehitam-hitaman.
Pengendalian mekanis : memotong/memetik daun yang sakit untuk
dimusnahkan dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi).
Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang mengandung bahan
aktif Tembaga (Cu).
g) Jamur upas
Gejala : terdapat lapisan kerak berwarna merah pada batang, dan
lambat laun batang akan membusuk serta mati.
Pengendalian mekanis: mengelupaskan kulit dan mengerok bagian
tanaman yang sakit, kemudian diolesi cat/ter, dapat pula sekaligus
memotong bagian batang yang terinfeksi berat.
Pengendalian kimiawi : disemprot fungisida yang berbahan aktif
Tridemorf.
h) Busuk bunga
Gejala : kuntum bunga yang telah membuka membusuk berwarna
coklat, dan berbintil-bintil hitam.
Pengendalian mekanis : membungkus bunga yang mulai mekar
dengan kantong kertas minyak/plastik dan penanganan pasca panen
bunga sebaik mungkin.
Pengendalian kimiawi : penyemprotan fungisida yang berbahan aktif
Benomil.
i) Penyakit Fisiologis
Gejala : kekurangan nitrogen menyebabkan warna daun hujau-muda
(pucat) kekuning-kuningan dan pertumbuhan tanaman menjadi
lambat (kerdil). Kekurangan phosfor menyebabkan tanaman menjadi
kurus dan kerdil, sedangkan kurang kalium daun-daun menjadi
mengering di sepanjang tepi/pinggirannya.
77
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian: pemberian pupuk berimbang, terutama unsur N, P2O5,
dan K2O ataupun disemprot pupuk daun yang kandungan unsur
haranya tinggi sesuai (eradikasi) tanaman yang sakit untuk
dimusnahkan agar tidak menular kepada
tanaman yang lainnya.
f. Panen
Langkah yang perlu diperhatikan :
1) Panen dilakukan ketika bunga mekar optimal, yaitu pada saat bunga
udah mekar paling sedikit dua lembar. Bunga dipanen pada stadia
bunga 1-2 petal telah membuka dan sepal masih melekat pada
kuncupnya atau tergantung kultivar mawar potong.
2) Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat
dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas
dan kesuburan pertumbuhannya.
3) Pemanenan bunga mawar berikutnya dapat dilakukan rutin setiap 3 - 7
hari sekali atau tergantung keadaan bunga. Hasil panen berikutnya akan
terus meningkat, karena hampir semua rumpun sudah berbunga dan
tiap rumpunnya dapat lebih dari 1 tangkai bunga.
4) Panen sebaiknya dilakukan pagi hari jam 08.00 – 09.00 atau sore hari
jam 15.00, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan bunga berada dalam
kondisi turgor optimal. Bila bunga masih basah oleh embun atau hujan
maka panen sebaiknya ditunda sampai bunga kering agar tidak
terinfeksi oleh jamur.
5) Memanen bunga mawar tergantung dari tujuan penggunaannya, baik
digunakan sebagai bunga potong maupun sebagai bunga tabur.
Untuk bunga potong:
a. Bunga mawar dipanen dengan ketentuan 2 – 3 lembar kuntum
bunga telah mekar.
b. Batang dipotong diatas 2 – 3 mata tunas bawah dengan gunting
steril yang tajam.
Untuk bunga tabur:
a. Petik kuntum-kuntum bunga segar yang sudah mekar penuh.
78
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Kuntum yang belum mekar ditinggalkan untuk dipetik pada tahap
berikutnya setelah mekar penuh.
7) Setelah panen, secepatnya bunga dimasukkan ke dalam keranjang dan
diberi larutan nutrisi dan pengawet kemudian diletakkan di ruangan yang
bersuhu dingin untuk mencegah penguapan berlebihan.
g. Pasca Panen
1). Pengumpulan pascapanen bunga potong mawar:
Kumpulkan bunga segera seusai panen dan masukkan ke dalam
wadah(ember) yang berisi air bersih. Posisi tangkai bunga diatur
sebelah bawah terendam air.
Angkut seluruh hasil panen ke tempat pengumpulan hasil untuk
memudahkan penanganan berikutnya.
2) Pengumpulan pascapanen bunga mawar tabur : kumpulkan kuntum
bunga mawar yang baru dipetik ke dalam suatu wadah (keranjang
plastik, tampah/ember berisi air bersih).
3) Penyimpanan
Untuk bunga potong mawar, simpan bunga yang telah dikemas ke
dalam ruang penyimpanan bersuhu dingin (cold storage) dengan
kelembaban relatif stabil 90%.
Untuk bunga mawar tabur, simpan di tempat/ruangan teduh, dingin,
lembab, dan sirkulasi udara baik.
IV. Daftar Pustaka
1) Direktorat Budidaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Hortikultura,
Departemen Pertanian, 2009. Standar Operasional Prosedur Budidaya
Bunga Potong Mawar (Rosa Hybrida)
2) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Mawar ( Rosa
damascena Mill. )
79
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
BUNGA MELATI (Jasmine officinalle)
I. Pendahuluan
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang
hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut
Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665
di Inggris dibudidayakan melati putih (Jasmine sambac) yang diperkenalkan
oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati Jasmine
parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada
tahun 1923.
Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah
Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut
atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo),
Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta
Malete (Madura).
Kegunaan Jasminum sambac Maid of Orleans sebagai tanaman pot, bunga
tabur, pewangi teh, roncean dan minyak atsiri, Jasminum sambac Grand
Duke of Tuscany sebagai tanaman hias pot dan Jasminum officinale sebagai
pewangi teh dan minyak atsiri.
79
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
BUNGA MELATI (Jasmine officinalle)
I. Pendahuluan
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang
hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut
Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665
di Inggris dibudidayakan melati putih (Jasmine sambac) yang diperkenalkan
oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati Jasmine
parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada
tahun 1923.
Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah
Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut
atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo),
Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta
Malete (Madura).
Kegunaan Jasminum sambac Maid of Orleans sebagai tanaman pot, bunga
tabur, pewangi teh, roncean dan minyak atsiri, Jasminum sambac Grand
Duke of Tuscany sebagai tanaman hias pot dan Jasminum officinale sebagai
pewangi teh dan minyak atsiri.
79
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
BUNGA MELATI (Jasmine officinalle)
I. Pendahuluan
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang
hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut
Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665
di Inggris dibudidayakan melati putih (Jasmine sambac) yang diperkenalkan
oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati Jasmine
parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada
tahun 1923.
Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah
Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut
atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo),
Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta
Malete (Madura).
Kegunaan Jasminum sambac Maid of Orleans sebagai tanaman pot, bunga
tabur, pewangi teh, roncean dan minyak atsiri, Jasminum sambac Grand
Duke of Tuscany sebagai tanaman hias pot dan Jasminum officinale sebagai
pewangi teh dan minyak atsiri.
80
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
1. Iklim
a. Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta
mempunyai iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah/tahun.
b. Suhu udara siang hari 28-36 °C dan suhu udara malam hari 24-30 °C,
c. Kelembaban udara yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
d. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari, karena bunga melati
memrlukan penyinaran penuh dari pagi sampai sore agar mutu warna,
ukuran dan aroma lebih baik.
2. Ketinggian Tempat
a. Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada
ketinggian 10 - 1.600 m dpl.
b. Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga
ketinggian 600 m dpl,
c. Melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik
hingga ketinggian 1.600 m dpl.
d. Sentra produksi melati, seperti di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan
Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik pada ketinggian
0-700 m dpl.
3. Tanah
a. Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah PodsolikMerah Kuning (PMK), Latosol dan Andosol.
b. Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat,aerasi dan drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahanorganik.
c. Derajat keasaman (pH) tanah yang baik bagi pertumbuhan melati adalah5-7.
III. Budidaya
1. Penyiapan Lahan.
a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan
yang tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga
gembur, kemudian biarkan kering angin selama 15 hari
81
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
c) Pembentukan Bedengan, dengan membentuk bedengan selebar 100-
120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng 40–60 cm dan panjang
disesuaikan dengan kondisi lahan.
d) Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan
sebelum musim hujan.
2. Penyiapan Bibit
Perbanyakan tanaman melati dapat dilakukan dengan stek, rundukan dan
cangkokan.
a) Cara stek adalah memotong batang dari tanaman induk yang sehat,
dewasa, dan telah pernah berbunga sepanjang 15 – 25 cm, sebagian
daun dibuang. Untuk mempercepat pertumbuhan akar, pangkal batang
stek dioles Rootone-F. Stek batang ditanam pada polibag yang telah
diisi media tanam berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
b) Cara rundukan, dipilih cabang yang sehat letaknya dekat dengan
permukaan tanah. Cabang induk dilengkungkan ke dalam tanah,
kemudian ditutup dengan tanah sedalam 10 – 15 cm. Bagian pucuknya
dibiarkan muncul di atas permukaan tanah. Dengan cara rundukan
tanaman dapat tumbuh dan berakar setelah berumur kira-kira 40 hari.
c) Cara mencangkok, tanaman induk melati sebaiknya dipilih batang yang
berdiameter 0,5– 1 cm. Kulit batang dikerat melingkar dengan pisau
sepanjang 5 cm, kemudian dikupas kulitnya, dan lapisan lendir dikerok.
Berikan media tanam berupa pupuk kandang dan tanah dengan
perbandingan 1 : 1, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut
kelapa, dan ikat kedua ujungnya. Kelembaban media harus dijaga.
Setelah cangkokan berakar banyak, batang bisa dipotong.
3. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm, jarak antar lubang
tanam 100 – 150 cm.
4. Pemupukan Dasar.
Pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang 1-3 kg/lubang tanam, TSP 3
gram/lubang tanam dan KCl 2 gram/lubang tanam, sehingga dosis
pupuk/ha adalah pupuk kandang 10 ton, TSP 180 kg dan KCl 120 kg.
82
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
5. Penanaman.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Polibag yang
berisi bibit.
disobek bagian pinggirnya, kemudian dilepas, tiap lubang tanam ditanami
satu bibit. Stek diambil bersama tanah yang melekat pada perakarannya,
kemudian diletakkan dalam lubang tanam. Lubang tanam diisi tanah
sedalam 20 cm, kemudian bibit diletakkan ditengah lubang, selanjutnya
lubang diisi kembali dengan tanah sampai mendekati penuh. Sebagai
penguat, bibit diberi ajir yang diikatkan pada tanaman.
6. Pemeliharaan Tanaman
a) Penyulaman.
Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang
mati/tumbuhan abnormal dengan bibit yang baru.
Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana
penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam
yang bibitnya perlu diganti.
Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan setelah
tanam.
Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidak menyulitkan
pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi
seragam.
Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat
sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
b) Penyiangan
Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi
rumput liar (gulma).
Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam pemenuhan
kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara, sehingga perlu segera
dilakukan penyiangan untuk menghilangkan gulma.
Kegiatan penyiangan dilakukan bersama dengan kegiatan
pembubunan
c) Pemupukan
1) Umur 3 bulan, tanaman dapat diberikan pupuk NPK sebanyak ½
sendok teh/tanaman
83
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Umur 6 bulan sebanyak 1 sendok teh/tanaman,
3) Selanjutnya setiap bulan tanaman dipupuk dengan NPK sebanyak 1
sendok teh/tanaman.
4) Dosis pupuk yaitu Urea 300-700 kg, TSP 300-500 kg dan KCI 100-
300 kg/ha/tahun.
5) Cara pemupukan dengan memasukan pupuk ke dalam lubang tugal
di sekeliling tajuk tanaman melati.
6) Waktu pemupukan adalah sebelum melakukan pemangkasan, saat
berbunga, setelah panen bunga dan pada saat pertumbuhan kurang
prima.
7) Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis
pupuk yang kaya unsur fosfor (P).
8) Pemupukan dapat diberikan dengan pupuk daun, dengan waktu
penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00)
atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik
menyengat.
d) Pemangkasan.
Pemangkasan perlu dilakukan untuk memelihara tajuk, merangsang
pertumbuhan tunas dan bunga.
Tinggi pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati
putih (J.sambac) dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari
permukaan tanah, sedangkan jenis melati Spnish Jasmine (J.
officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari permukaan tanah.
Sebaiknya pemangkasan dilakukan setahun sekali.
e) Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan
ketersediaan air yang memadai.
Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur
kurang lebih 1 bulan.
Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari.
Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga
tanah di sekitar perakaran cukup basah.
Melati sangat rentan terhadap kekurangan air maka penyiraman
tanaman dilakukan setiap hari, tetapi tanaman juga harus dijaga agar
tidak tergenang.
84
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
7. Hama dan Penyakit.1. Hama
1) Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)Pengendalian : dilakukan dengan cara memotong bagian tanamanyang terserang berat dan menyemprotkan insektisida yang mangkusdan sangkil, misalnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500EC .
2) Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)
Gejala : menyerang tanaman melati dengan cara menggerek/
melubangi bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang
terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder
oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk.
Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya
Decis 2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
3) Thips (Thrips sp)
Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).
Gejala : menyerang dengan cara mengisap cairan permukaan daun,
terutama daun-daun muda (pucuk).
Pengendalian : dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis
tanaman inang di sekitar kebun melati dan menyemprotkan
insektisida yang mangkus : Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol
25 SP .
4) Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)
Hama ini hidup secara berkelompok pada tangkai tunas dan
permukaan daun bagian bawah hingga menyerupai sisik berwarna
abu-abu atau kekuning-kuningan.
Gejala : menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel
tanaman dan mengeluarkan cairan madu.
Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang
mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
5) Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis).
Gejala: menyerang daun tanaman melati identik (sama) dengan
serangan ulat P. unionalis.
6) Hama Lain.
Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri)
dan kutu tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada
85
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
cabang, ranting dan pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara
mengisap cairan sel, sehingga proses fotosintesis (metabolisme).
Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang
mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5 EC.
2. Penyakit
1) Hawar daun
Gejala : menyerang daun yang letaknya dekat permukaan tanah.
2) Hawar benang (Thread Blight)
Gejala : menyerang bagian cabang tanaman melati.
3) Hawar bunga (Flower Blight)
Gejala : bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang
bunga berguguran.
4) Jamur upas
Penyakit ini menyerang batang dan cabang tanaman melati yang
berkayu. Gejala : terjadi pembusukan yang tertutup oleh lapisan
jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman terinfeksi
Capnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev.
Gejala serangan capnodium adalah permukaan atas daun tertutup
oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
5) Bercak daun
Gejala : bercak-bercak berwarna coklat sampai kehitamhitaman pada
daun.
6) Karat daun (Rust)
Gejala: pada permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak
kemerah-merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang
daun-daun yang tua.
7) Antraknosa
Gejala : terbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman.
Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang berwarna merah
jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat dapat
menyebabkan mati ujung (die back).
8) Penyakit lain
Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh
nematoda Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran
86
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
tanaman. Virus kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman
melati, belang-belang daun dan kadang-kadang seluruh ranting dan
pucuk menjadi kaku.
8. Panen.
1) Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran
kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah
mekar. Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah
tanam. Panen bunga melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara
berkali-kali sampai umur tanaman antara 5-10 tahun. Setiap tahun
berbunga tanaman melati umumnya berlangsung selama 12 minggu (3
bulan).
2) Cara Panen
a. Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni
saat sinar matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.
b. Pemetikan bunga Melati dilakukan secara manual. Jangan gunakan
pisau,gunting dan alat bantu yang tajam lainnya
c. Pemanenan dilakukan dengan memotong dahan/tangkai tanaman
yang berbunga, hindari luka pada tanaman saat memanen
3) Periode Panen
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu.
Selanjutnya, produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian
meningkat lagi.
9. Pasca Panen.
Bunga melati akan cepat layu jika berada di tempat terbuka, untuk
mempertahankan/ memperpanjang kesegaran bunga, maka bunga
tersebut dihamparkan dalam tampi beralas lembar plastik kemudian
disimpan di ruangan bersuhu udara dingin antara 0-5 derajat C.
IV. Daftar Pustaka1) Direktorat Budidaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Hortikultura,
Departemen Pertanian, 2008. Standar Operasional Prosedur Melati.
2) migroplus.com/brosur/Budidaya%20melati.pdf
3) ocw.usu.ac.id/.../agr.312_handout_simplisia_bunga.pdf
87
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
I. Pendahuluan
Cabe (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe
merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru
dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk
Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan
bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup
di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa
jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara
umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Curah hujan 600 -1250 mm/tahun dengan kelembaban 60-80%, dengan
suhu 18-27 derajat C, dengan suhu optimum 22-25 derajat C.
b. Ketinggian Tempat
Cabai merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran
tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl.
87
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
I. Pendahuluan
Cabe (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe
merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru
dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk
Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan
bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup
di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa
jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara
umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Curah hujan 600 -1250 mm/tahun dengan kelembaban 60-80%, dengan
suhu 18-27 derajat C, dengan suhu optimum 22-25 derajat C.
b. Ketinggian Tempat
Cabai merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran
tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl.
87
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
I. Pendahuluan
Cabe (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe
merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama
ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru
dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk
Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan
bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup
di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa
jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara
umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
Curah hujan 600 -1250 mm/tahun dengan kelembaban 60-80%, dengan
suhu 18-27 derajat C, dengan suhu optimum 22-25 derajat C.
b. Ketinggian Tempat
Cabai merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran
tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl.
88
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
c. Tanah
Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang berstruktur remah
atau gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, dengsn pH tanah
antara 6 -7.
III.Budidaya
a. Pengolahan Lahan
1) Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna dengan mencangkul
untuk membersihkan lahan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan
segala macam gulma yang tumbuh.
2) Dibuat bedengan dengan ukuran lebar 100 - 110 cm, tinggi bedengan 40
- 60 cm, jarak antar bedengan 80 cm, panjang bedengan 10 - 12 m atau
disesuaikan lebar parit, dan lebar parit 50 - 60 cm.
3) Dibuat saluran drainase karena tanaman cabai tidak bisa tergenang air.
4) pH tanah diusahakan 6 - 7, apabila pH kurang lakukan penaburan kapur
pertanian atau dolomit. Tanah yang terlalu asam akan menyebabkan
daun cabai berwarna putih kehijauan, serta rentan terhadap serangan
virus dan penyebab penyakit lainnya. Pengapuran lahan menggunakan
dolomit atau kapur gamping dengan dosis 2 - 4 t/ha atau 200 - 400 g/m2
tergantung pH tanah yang akan dinaikkan.
5) Bedengan untuk tanaman cabai bisa dipasang mulsa plastik hitam perak
kemudian dibuat lubang tanam, dengan jarak tanam 50 x 65 cm pada
daerah rendah dan 60 x 70 cm pada daerah tinggi, yang dilakukan
secara zigzag atau sejajar.
b. Penyiapan Bibit
1) Media pembibitan dapat dibuat dengan campuran sebagai berikut.
a) Mencampurkan 1 bagian pupuk kompos + 1 bagian sekam bakar + 1
bagian top soil tanah yang telah diayak halus lalu diaduk rata dan
ditambah dengan karbofuran sesuai dosis anjuran.
b) Media dimasukan ke dalam polybag ukuran 8 x 9 cm dan disusun di
bawah naungan atau sungkup yang telah disiapkan. Susunan harus
teratur agar tanaman mudah dihitung dan mudah dalam
pemeliharaan.
c) Polybag yang tersusun rapi diberi/disemprot air secukupnya sampai
basah.
89
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
d) Menyiapkan benih cabai 14.000 batang/ha untuk cabai keriting dan
ditambahkan 10 % atau lebih populasi tanaman untuk penyulaman.
2) Prosedur penyemaian benih sebagai berikut.
a) Merendam benih cabai dengan air hangat secukupnya, diamkan
minimal 3 jam untuk siap ditanam. Benih yang mengambang dalam
rendaman jangan digunakan. Setiap benih cabai dimasukkan ke
dalam media sedalam 0,5 cm, lalu ditutup dengan kompos yang
halus.
b) Menutup polybag yang telah ditanam benih cabai dengan kertas
koran, lalu disiram sampai basah agar kelembabannya terjaga, lalu
naungan ditutup dengan insect screen atau daun rumbia, bisa juga
dengan jerami padi .
c) Menyiram koran yang menutupi polybag dengan air sampai basah
pagi dan sore hari. Setelah 3 hari atau setelah terlihat cabai mulai
tumbuh, maka kertas koran diangkat. Penyiraman berikutnya dengan
sprayer, usahakan media tanaman tetap basah.
d) Bibit cabai dapat ditanam di bedengan setelah umur 21-24 hari atau
tumbuh 4 helai daun sejati.
c. Penanaman.
1) Penanaman bibit pada bedengan dilakukan setelah berumur 21-24 hari.
2) Jarak tanam 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x 75 cm untuk
dataran tinggi.
3) Untuk menanggulangi stress saat pindah tanam, penanaman dilakukan
pada sore hari atau pagi hari sekali. Setelah selesai tanam dilakukan
penyiraman air secukupnya dengan cara disemprotkan dengan tekanan
rendah dan merata sampai keakarnya.
4) Penanaman diusahakan serentak selesai dalam 1 hari.
d. Pemeliharaan
1. Pengairan
Air sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanam cabai karena
kekurangan air pada tanaman cabai akan menyebabkan tanaman kerdil,
buah cabai menjadi kecil dan mudah gugur.
Ada empat cara pengairan yang dapat dilakukan pada tanaman cabai
yaitu:
90
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
1) Pemberian air permukaan tanah meliputi penggenangan (flooding),
biasanya dipersawahan dan pemberian air melalui saluran-saluran
dan dalam barisan tanaman;
2) Pemberian air di bawah permukaan tanah dilakukan dengan
menggunakan pipa yang dibenamkan di dalam tanah;
3) Pemberian air dengan cara penyiraman sangat efisien, misalnya pada
tanah bertekstur kasar, efisiensi dengan menyiram dua kali lebih
tinggi dari pemberian air permukaan;
4) Pemberian air dengan irigasi tetes, air diberikan dalam kecepatan
rendah di sekitar tanaman dengan menggunakan emitter. Pada
pemberian air dengan menyiram dan irigasi tetes dapat ditambahkan
pertisida atau pupuk.
2. Pemasangan Ajir
Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman umur 7 hst (hari setelah
tanam), ajir dibuat dari bambu dengan tinggi 1 - 1,5 m.
Apabila ajir terlambat dipasang akan menyebabkan kerusakan pada
akar yang sedang berkembang.
Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan mulai umur 3 minggu sampai
dengan 1 bulan yaitu mengikatkan batang yang berada di bawah
cabang utama dengan tali plastik pada ajir.
Pada saat tanaman berumur 30 - 40 hst, ikat tanaman di atas cabang
utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50
- 60 hst, agar tanaman tidak rebah dan buah tidak jatuh.
3. Pewiwilan / Perempelan
Tunas yang tumbuh di ketiak daun perlu dihilangkan dengan
menggunakan tangan yang bersih.
Perempelan dilakukan sampai terbentuk cabang utama yang di tandai
dengan munculnya bunga pertama. Tujuan perempelan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan.
4. Pemupukan.
Dapat dilakukan dengan 2 alternatif yaitu :
a) Pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang kuda (20-30 ton/ha) atau
pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) dan Pupuk SP-36 (300-400
91
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
kg/ha) dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri
dari pupuk urea (200-300 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (250-
300 kg/ha), diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah
tanam masing-masing 1/3 dosis, dengan cara disebarkan disekitar
lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah.
b) Pupuk dasar terdiri atas pupuk kandang kuda (20-30 ton/ha) dan NPK
16-16-16 (700-1000 kg/ha), diberikan satu minggu sebelum tanam.
Pupuk susulan adalah NPK 16-16-16 (300-500 kg/ha) diberikan
dengan cara pupuk dilarutkan dalam air (2 gr/lt) kemudian disiramkan
pada lubang tanam atau sekitar tanaman (100-200 ml/tanaman),
setiap 10-14 hari, dimulai satu bulan sesudah tanam.
5. Penyiangan
Gulma selain sebagai tanaman kompetitor juga dapat sebagai tempat
berkembangnya hama dan penyakit tanaman cabai oleh karenanya
penyiangan harus dilakukan untuk membersihkan daerah sekitar
tanaman dari gulma. Penyiangan dapat dilakukan secara manual
dengan garu atau mencabut gulma secara hati-hati.
e. Hama dan Penyakit
1. Hama.
1) Kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.)
Gejala : tanaman yang terserang daunnya menjadi keriput dan
terpuntir, dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (kerdil).
Kerusakan pada daun muda yang menyebabkan bentuk daun keriput
menghadap ke bawah adalah ciri spesifik gangguan kutu daun.
Bagian daun bekas tempat isapan kutu daun berwarna kekuningan.
Pengendalian :
a) Mekanis/kultur teknis :
Pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang kutu daun
yang ada di sekitar areal pertanaman cabai;
Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi
masuknya kutu daun dari luar pertanaman cabai;
Pengaturan pola tanam, misalnya tumpangsari dengan bawang
daun, pola tumpang gilir dengan bawang merah, tanaman
bawang dapat bersifat sebagai pengusir hama kutu daun;
92
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Biologis dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami antara lain
parasitoid Aphidius sp., kumbang macan Menochillus sp., dan larva
Syrphidae, Ischiodon scutellaris;
c) Kimiawi dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman
contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang berbahan aktif
fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
pada sore hari.
2) Thrips (Thrips parvispinus Karny).
Gejala : mula-mula daun yang terserang memperlihatkan noda
keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan
hama tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut
berubah menjadi kecoklatan terutama pada bagian tepi tulang daun.
Daun-daun mengeriting ke arah atas.
Pengendalian :
a) Mekani/kultur teknis :
Pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang hama
Thrips yang ada di sekitar areal pertanaman cabai;
Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mencegah hama
Thrips mencapai tanah untuk menjadi pupa sehingga daur hidup
Thrips akan terputus.
Pemasangan mulsa jerami di musim kemarau akan
meningkatkan populasi predator di dalam tanah yang pada
akhirnya akan memangsa hama Thrips yang akan berpupa di
dalam tanah;
Pengaturan pola tanam, misalnya pola tumpang gilir dengan
bawang merah akan menekan serangan hama Thrips pada
tanaman cabai muda;
b) Biologis : dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami, antara lain,
kumbang Coccinellidae, kepik Anthocoridae, kumbang
Staphylinidae, dan larva Chrysopidae.
c) Kimiawi : dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman
contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang berbahan aktif
fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan
pada sore hari.
93
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3) Tungau (Polyphagotarsonemus latus Banks).
Gejala umum adalah tepi daun keriting menghadap ke bawah seperti
bentuk sendok terbalik dan terjadi penyempitan daun. Daun yang
terserang berwarna keperakan pada permukaan bawah daun,
menebal dan kaku, pertumbuhan pucuk tanaman terhambat.
Serangan berat terjadi pada musim kemarau.
Pengendalian :
a) Mekanis/kultur teknis :
Pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang hama
tungau.
Diusahakan pertanaman cabai tidak berdekatan dengan
pertanaman singkong yang merupakan inang potensial hama
tungau;
Tanaman yang terserang berat dicabut atau pucuk-pucuknya
dipotong kemudian dikumpulkan dan dibakar;
b) Kimiawi dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman
contoh sekitar 15 %, dengan menggunakan akarisida, antara lain;
yang berbahan aktif amitraz, abamektin, dikofol, atau propargit.
4) Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel)
Gejala serangan lalat buah pada buah cabai ditandai dengan
ditemukannya titik hitam pada pangkal buah. Serangan berat terjadi
pada musim hujan.
Pengendalian :
a) Mekanis : dilakukan dengan mengumpulkan semua buah cabai
yang rontok kemudian dibakar, karena larva di dalam buah cabai
akan berubah jadi pupa yang akhirnya menjadi lalat buah baru.
Dengan cara ini, siklus hidup lalat buah akan terputus;
b) Kimiawi :
Menggunakan atraktan yang berbahan aktif metyl eugenol,
caranya diteteskan pada kapas dan dimasukkan ke dalam botol
bekas air mineral. Penggunaan perangkap ini dimaksudkan
untuk menekan serangan lalat buah. Pemasangan perangkap ini
dilakukan sebulan setelah tanaman cabai ditanam. Jumlah
perangkap yang diperlukan 40 buah/ha, dengan dosis 1
94
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
ml/perangkap. Dua minggu sekali, perlu ditambahkan lagi
atraktan tersebut. Pemasangan atraktan ini dilakukan sampai
akhir panen;
Penggunaan insektisida secara berselang-seling. Insektisida
yang dapat dipilih antara lain yang berbahan aktif alfa
sipermetrin, betasiflutrin, dan deltametrin. Penyemprotan
dilakukan pada pagi hari ketika sayap lalat buah masih basah
sehingga menyulitkan dirinya untuk terbang. Untuk
meningkatkan efikasi insektisida dapat ditambah dengan bahan
perekat perata.
5) Hama Ulat Penggerek Buah (Helicoverpa armigera Hubner)
Buah cabai merah yang terserang ulat penggerek buah menunjukkan
gejala berlubang dan tidak laku di pasaran. Pada musim hujan,
serangan ulat penggerek buah ini akan terkontaminasi oleh
cendawan, sehingga buah yang terserang akan membusuk.
Pengendalian:
a) Kultur teknis : pengaturan pola tanam, dimana tidak menanam
cabai pada lahan bekas tanaman tomat dan kedelai;
b) Mekanis : dilakukan dengan membersihkan buah-buah cabai yang
terserang kemudian dibakar;
c) Biologis : penggunaan musuh alami yang menyerang hama ulat
buah, antara lain parasitoid telur Trichogramma nana, parasitoid
larva Diadegma argenteopilosa, dan cendawan Metharrhizium;
d) Kimiawi : menggunakan insektisida yang dapat dipilih antara lain
yang berbahan aktif emamektin benzoat 5 % atau lamda sihalotrin
25 g/lt. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari
dengan ditambah bahan perekat perata.
2. Penyakit.
1) Antraknose
Gejala pada biji berupa kegagalan berkecambah dan pada kecambah
menyebabkan layu semai. Pada tanaman yang sudah dewasa
menyebabkan mati pucuk, pada daun dan batang yang terserang
menyebabkan busuk kering
95
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian :
a) Menanam benih yang sehat dan bebas patogen di lahan yang juga
bebas dari patogen;
b) Melakukan perawatan benih (biji) dengan merendam dalam air
hangat (55 derajat C) selama 30 menit, atau perawatan benih
dengan fungisida efektif yang direkomendasikan;
c) Melakukan sanitasi pada pertanaman dengan cara membakar
bagian tanaman yang terserang untuk menekan populasi patogen
sejak awal;
d) Menanam varietas cabai yang toleran terhadap penyakit;
e) Melakukan pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang
bukan sebagai inang patogen;
f) Melakukan sanitasi terhadap berbagai gulma yang menjadi inang
alternatif patogen, seperti Borreria sp. ;
g) Menanam varietas cabai berumur genjah dalam upaya
memperpendek periode tanaman terekspos patogen;
h) Menggunakan fungisida efektif yang direkomendasikan menekan
perkembangan patogen secara bijaksana, terutama pada saat
pematangan buah;
i) Melakukan prosesing (pascapanen) dengan cara mengeringkan
buah cabai dengan cepat atau disimpan pada suhu 0 derajat C
dapat membebaskan buah dari serangan patogen selama 30 hari.
2) Busuk Phytophthora
Gejala : pada tanaman yang masih di persemaian dapat menimbulkan
layu semai.
Pengendalian :
a) Sanitasi lapangan dari gulma yang dapat menjadi inang alternatif
dan tanaman sakit, untuk meminimalkan sumber inokulum awal;
b) Merawat benih dengan fungisida efektif untuk jamur golongan
oomycetes, misalnya yang berbahan aktif metalaksil;
c) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
sebagai inang patogen;
d) Tidak menanam varietas yang rentan, terutama di lokasi yang
sudah banyak terdapat patogen;
96
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
e) Menggunakan mulsa plastik untuk menghindari penyebaran
patogen dari buah, daun, dan batang atas ke dalam tanah atau
sebaliknya;
f) Membuat tata air yang baik untuk menekan perkembangan jamur
dalam bentuk oospora maupun zoospora;
g) Menggunakan fungisida efektif yang bersifat sistemik yang
direkomendasikan secara bijaksana, terutama untuk tanaman
dewasa.
3) Layu Fusarium
Infeksi pertama umumnya terjadi pada pangkal batang yang langsung
berhubungan dengan tanah. Pangkal batang tersebut menjadi busuk
dan berwarna coklat tua. Infeksi lanjut menjalar ke daerah perakaran
dan menyebabkan kerusakan pada akar (busuk basah). Penyakit layu
Fusarium tersebut banyak berkembang di daerah dataran rendah,
terutama yang berdrainase kurang baik.
Pengendalian :
a) Membuat tata air yang baik untuk dapat mengatur lengas tanah
dan kelembaban lingkungan, supaya perkembangan jamur
Fusarium dapat dihambat;
b) Tidak menanam varietas cabai yang rentan penyakit terutama
pada lokasi yang sudah terinfeksi patogen;
c) Pengolahan tanah yang baik dan ditutup dengan plastik putih
selama 3 hari. Dengan cara tersebut suhu tanah dapat mencapai
70 derajat C yang berakibat pada penekanan sumber inokulum
awal;
d) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan
sebagai inang patogen;
e) Menggunakan fungisida efektif yang direkomandasikan secara
bijaksana.
4) Bercak Daun Cercospora
Gejala : pada daun berupa bercak sirkuler dengan bagian tengah
berwarna abu-abu, dan bagian luarnya berwarna coklat tua. Pada
kelembaban tinggi, bercak cepat melebar, kemudian mengering dan
97
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
pecah dan akhirnya gugur. Daun yang terinfeksi berat berubah warna
menjadi kuning dan gugur ke tanah. Penyakit lebih sering merugikan
pada tanaman cabai yang ditanam di dataran tinggi daripada yang
ditanam di dataran rendah.
Pengendalian :
a) Menanam benih yang sehat dan bebas patogen;
b) Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma yang menjadi inang
alternatif patogen serta tanaman yang terinfeksi dan dimusnahkan,
untuk mengurangi sumber inokulum awal;
c) Menbuat tata air yang baik untuk menjaga kelengasan tanah dan
kelembaban lingkungan yang dapat menghambat perkembangan
patogen;
d) Menggunakan fungisida efektif yang direkomendasikan secara
bijaksana.
5) Layu Bakteri
Gejala : layu secara tiba-tiba dapat terjadi pada tanaman muda
maupun dewasa.Tanaman inang alternatif umumnya yang termasuk
dalam Solanaceae seperti tomat, terung, tembakau dan kentang.
Pengendalian :
b) Melakukan pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang
bukan sebagai inang patogen. Pergiliran dengan menanam padi
sawah (diairi) sangat membantu menekan populasi patogen di
dalam tanah;
c) Membuat saluran drainase yang baik untuk mencegah genangan
air;
d) Menanam varietas cabai yang tahan penyakit.
6) Virus Kuning (Pepper Yellow Leaf Curl Virus – Bulai)
Penyakit ditularkan melalui vektor kutu kebul (Bemicia tabaci).
Kerusakan yang ditimbulkan sangat bervariasi, tergantung kondisi
lokasi pertanaman dan stadia tanaman saat terinfeksi.
Gejala :
98
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
a) Pada cabai besar berupa menguningnya daun tanaman, daun
mengecil dan keriting, tanaman menjadi kerdil, bunga rontok yang
berakibat tanaman tidak menghasilkan buah.
b) Pada cabai rawit gejala yang timbul adalah menguningnya seluruh
daun dan tanaman dapat menjadi kerdil bila infeksi terjadi sejak
awal pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tidak
menghasilkan (gagal panen).
Pengendalian :
b) Menggunakan benih yang sehat dan bebas patogen. Pembuatan
benih dapat dilakukan dengan menyungkup pesemaian dengan
kain kasa berlubang halus untuk menghindari masuknya vektor B.
tabaci, sehingga virus tidak dapat ditularkan;
c) Melakukan sanitasi lapangan dari gulma yang menjadi inang
alternatif maupun tanaman sakit sejak awal untuk menekan
populasi inokulum awal;
d) Menanam varietas cabai yang toleran. Cabai rawit dinyatakan lebih
toleran dibandingkan cabai besar;
e) Menggunakan pupuk organik cair yang mengandung unsur hara
makro, mikro, dan zat pengatur tumbuh sehingga tanaman menjadi
sehat yang dapat bereaksi lebih tahan terhadap serangan patogen;
f) Membuat pagar keliling hidup dari tanaman jagung, yang ditanam
rapat sebanyak enam baris secara zigzag, untuk menahan vektor
B. tabaci masuk ke areal pertanaman dari tanaman disebelahnya
yang terinfeksi. Penanaman pagar hidup sebaiknya pada saat 5 - 6
minggu sebelum tanam cabai;
g) Menyusun pola tanam dan melakukan pergiliran tanaman dengan
menanam tanaman yang bukan sebagai inang alternatif bagi
patogen
h) Menekan populasi vektor B. tabaci dengan insektisida efektif yang
direkomendasikan secara bijaksana, sehingga laju infeksi penyakit
menjadi lebih kecil.
99
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
7) Penyakit Mosaik
Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, warna daun belang hijau
muda dan hijau tua, ukuran daun lebih kecil daripada daun yang
sehat. Pada tulang daun terdapat jaringan tanaman yang menguning
atau hijau gelap dengan tulang daun yang tumbuh lebih menonjol,
serta pinggiran daun bergelombang.
Pengendalian :
b) Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma dan tanaman sakit,
selanjutnya dimusnahkan untuk mengurangi sumber inokulum
awal;
c) Menghindari kontak dengan tanaman sakit pada saat bekerja;
d) Mengurung perbenihan tanaman cabai dengan kain kasa halus
untuk mencegah masuknya vektor mencapai benih tanaman;
e) Untuk mencegah penularan TMV melalui biji, maka biji cabai
direndam dalam larutan natrium fosfat 10 % selama satu jam.
f) Mengendalikan serangga vektor penyakit dengan insektisida efektif
yang direkomendasikan secara bijaksana.
f. Panen
a) Cabai besar dipanen setelah berumur 75 - 85 hst, dan dapat dipanen
beberapa kali.
b) Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 - 5 hari sekali tergantung dari
luas tanaman dan kondisi pasar.
c) Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya
yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama.
d) Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap dipanen
agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai lain yang sehat.
e) Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat.
f) Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah
dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan
belum terjadi penguapan antara 12 - 16 kali dengan selang waktu 3 hari.
g) Buah yang dipetik setelah matang berwarna orange sampai merah.
h) Kemasan diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung
jala.
i) Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.
100
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
g. Pasca Panen
a) Pada saat proses panen, sebaiknya cabai merah sesegera mungkin
ditempatkan pada kondisi yang sejuk serta tidak ditutup secara rapat.
Proses curing (pembentukan dan kestabilan warna) dilakukan terlebih
dahulu sebelum proses penanganan pascapanen lainnya.
b) Cabai merah segar dapat langsung disortasi dan dipisahkan sesuai mutu
atau dapat dilakukan proses pascapanen lainnya sesuai dengan tujuan
pemasaran.
c) Pada proses sortasi dan grading ini, sudah dapat ditentukan cabai akan
dapat dijual segar atau diolah menjadi alternatif produk lain.
d) Cabai merah yang memiliki mutu sesuai dengan persyaratan sebaiknya
dilakukan tahapan proses pencucian, penirisan, pelapisan (coating),
pengemasan serta penyimpanan.
e) Teknologi pengeringan cabai merupakan salah satu alternatif teknologi
untuk meningkatkan nilai tambah produk pada saat kapasitas produksi
meningkat serta harga jual menurun.
f) Terdapat 2 cara pengeringan cabe, yaitu pengeringan alami dengan
sinar matahari langsung dan pengeringan buatan.
1) Pengeringan alami.
Menggunakan lantai semen, pasangan batu bata yang diplester atau .
menggunakan rak-rak yang dibuat dari kayu atau anyaman bambu.
Pengeringan cara alami mempunyai keuntungan tidak memerlukan
bahan bakar sehingga biaya pengeringan murah, memperluas
kesempatan kerja dan sinar matahari mampu menembus ke dalam
jaringan sel bahan. Sedangkan kerugiannya antara lain: suhu
pengeringan dan kelembaban tidak dapat dikontrol, hanya
berlangsung bila ada sinar matahari.
2) Pengeringan buatan.
Pengeringan buatan berbentuk seperti lemari dengan dinding terbuat
dari plastik dan rangka terbuat dari kayu. Jumlah rak disesuaikan
dengan besar dan ukuran alat pengering. Rancangan alat pengering
terdiri dari tiga bagian yaitu cerobong, ruang pengering, dan kolektor.
101
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Kolektor terdiri dari isolator yang terbuat dari seng bergelombang,
yang berfungsi sebagai pengubah sinar matahari menjadi sumber
panas. Keuntungan pengeringan buatan adalah: (a) tidak perlu dijaga
dari gangguan hujan dan gangguan hewan peliharaan, (b) tidak perlu
diangkat (dibongkar) sebelum kering.
3) Pengeringan dengan oven.
Alat ini mengunakan sumber panas dari tenaga listrik. Cabai merah
dapat dikeringkan dalam bentuk utuh atau dibelah. Cabai merah
yang dibelah pengeringannya lebih cepat dibandingkan dengan cabai
yang dikeringkan utuh. Pengeringan dengan oven dapat dilakukan
pada suhu 60 derajat C selama 20-25 jam. Untuk menjaga agar
warna cabai merah tetap baik, setelah dibelah cabai segera
dikeringkan. Cara lain adalahdirendam dalam larutan bisulfit (Natrium
Sulfit/ Natrium Metabisulfit) 0,2 % selama 5-10 menit.
IV. Daftar Pustaka
1) Sherly Sisca Piay, Ariarti Tyasdjaja, Yuni Ermawati, F. Rudi Prasetyo
Hantoro, 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum
annuum L.). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian
2) BPTP Lampung, 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah.
lampung.litbang.deptan.go.id/ind/.../teknologi budidaya cabai.pdf,
3) Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Direktorat
Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Buku Saku Sayuran.
102
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
MELON ( Cucumis melo L.)
I. Pendahuluan
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili
Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah
Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara
Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas
ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika
oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas.
Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis
dan subtropis termasuk Indonesia.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon,
dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah
terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang
menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen,
akan mengurangi kadar gula dalam buah.
102
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
MELON ( Cucumis melo L.)
I. Pendahuluan
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili
Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah
Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara
Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas
ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika
oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas.
Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis
dan subtropis termasuk Indonesia.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon,
dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah
terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang
menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen,
akan mengurangi kadar gula dalam buah.
102
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
MELON ( Cucumis melo L.)
I. Pendahuluan
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili
Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah
Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara
Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas
ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika
oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas.
Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis
dan subtropis termasuk Indonesia.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon,
dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah
terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang
menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen,
akan mengurangi kadar gula dalam buah.
103
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3) Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama
pertumbuhannya.
4) Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk
pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30
derajat C. Tanaman melon tidak dapat tumbuh apabila suhu kurang dari
18 derajat C.
5) Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah
diserang penyakit.
b. Ketinggian Tempat
Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–
900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak
berproduksi dengan optimal.
c. Tanah
1) Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir
yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar
tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah
yang terlalu basah. Jenis tanah terutama Andosol, Latosol, Regosol dan
Grumosol.
2) Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH tanah 5,8–7,2.
3) Tanaman melon membutuhkan air yang cukup banyak, tetapi sebaiknya
air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.
III. Budidaya
a. Penyiapan Lahan
1) Tanah dicangkul/dibajak sedalam ± 30 cm, dikering anginkan 1-2
minggu.
2) Dibuat bedengan lebar 100-120 cm, tinggi 30-50 cm dan jarak antar
bedengan ± 30 cm, panjang bedengan maksimum 12-15 m, lebar parit
55-65 cm.
3) Pemberian pupuk setiap lubang tanam yaitu pupuk kandang 5 kg, urea
25 gram, SP-36 50 gram dan KCl 25 gram. Atau dosis/ha yaitu pupuk
kandang 20-30 ton/ha, Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 50
104
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
kg/ha KCl. Tanah diratakan dan tutup dengan mulsa plastik hitam perak
(PHP).
4) Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari
terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan
tepat.
5) Mulsa PHP terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di
bagian atas dan warna hitam dibagian bawah.
6) Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga
proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak
terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-
serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan Aphids.
7) Warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di
perakaran tanaman menhadi hangat sehingga perkembangan akar akan
optimal.
8) Warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah
sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak
pisang).
9) Bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum
dibuat lubang tanam agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah
menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.
b. Penyiapan Benih
1) Benih disemaikan pada pot polibag ukuran 4- 6 cm dengan media pupuk
kandang : tanah = 1:1 (volume 2/3 bagian pot).
2) Untuk menghindari penyakit akar tular tanah media disterilkan terlebih
dahulu dengan cara dipanaskan + 30 menit.
3) Pembuangan tunas pada ketiak daun, ±30 HSTtanaman mulai
berbunga.
4) Seleksi buah, dilakukan setelah sebesar telur ayam. Satu tanaman
dipelihara satu buah dan buah dipilih pada ruas antara ke 7 sampai 13.
c. Penanaman
1) Membuat lubang tanam pada mulsa plastik diameter ± 8-10 cm
dengan menggunakan kaleng susu atau pelubang mulsa plastik dari
besi.
105
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Jarak tanam antar baris 100 cm dan dalam baris 50 cm.
3) Benih umur 2 minggu setelah semai ditanam pada mulsa plastik yang
telah dilubangi. Dalam bedengan terdapat 2 baris tanaman.
d. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman.
Dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah tanam, bibit tidak
menunjukkan pertumbuhan normal.
Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan
bibit/tanaman baru, sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman
muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari,
karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman
lainnya yang perlu disulam.
Setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus
disiram air.
2) Penyiangan, dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua
bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan
pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat
sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan
3) Pemangkasan tunas-tunas yang tumbuh pada ketiak daun dan pucuk
daun pada ruas setelah ke 20 atau tinggi tanaman mencapai ± 175-200
cm.
4) Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 3 kali dengan dosis sbb :
Jenis pupukWaktu pemupukan, dosis/ha
20 hari stl tanam 40 hari stl tanam 60 hari stl tanam
Ppk kandang - - -
Urea 330 kg 220 kg 440 kg
SP-36 220 kg 550 kg -
KCl - 160 kg -
5) Pemupukan saat tanaman berumur berusia 40 hari (ketika akan
melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari
(saat menginjak proses pematangan).
106
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
6) Cara pemupukan sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada
pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan
hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk
tersebut bisa aman terpendam dalam tanah.
7) Untuk memudahkan waktu pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian
pemupukan sejak awal.
e. Pengairan dan Penyiraman.
1) Pengairan.
Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk
pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan
jika hari tidak hujan dan dilakukan pada sore atau malam hari.
2) Penyiraman.
Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai
tanaman akan dipetik buahnya.
Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air
dari tanah jangan terkena daun dan buahnya supaya tanaman tidak
dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun
basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar.
Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari.
f. Waktu Penyemprotan Pestisida
1) Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin
(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin
sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida
pada umur 20 HST.
2) Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride)
dengan konsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati
ambang ekonomi.
3) Penyemprotan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan
konsentrasi 1–2 ml/liter. Pangkal batang yang terserang dioles dengan
larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5
ml/liter.
107
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
g. Pemeliharaan Lainnya.
1) Pemasangan Ajir.
Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat
di pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai
mensterilkan kebun, atau dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit
sudah mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm.
Ajir harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan
beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg.
Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir
guludan baik kanan maupun kiri.
Supaya ajir lebih kokoh bisa ditambahkan bambu panjang yang
diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang
menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.
2) Pemangkasan.
Bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang
dikehendaki.
Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25
(bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut).
Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas
luka tidak diserang jamur.
Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal
dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua
helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu dipangkas
dengan menyisakan 2 helai daun.
Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah
mencapai pada cabang ke-20 atau 25.
h. Hama dan Penyakit.
1. Hama
1) Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )
Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman.
Gejala: daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi
kering akibat cairan daun yang dihisap hama.
Pengendalian :
108
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
a) Mekanis :
gulma harus selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama;
tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar
(dimusnahkan).
b) Kimiawi : tanaman yang terserang parah harus disemprot secara
serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate)
dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter;
2) Thirps (Thirps parvispinus Karny)
Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan
bercaknya kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat
membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini timbul harus
diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps.
Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3 - 4 hari sekali.
2. Penyakit
1) Layu bakteri
Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun,
warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman
layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian
tanaman layu secara keseluruhan.
Pengendalian :
(a) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan
dosis 40 g/m2 ;
(b) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline
dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate)
dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ;
(c) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 hari setelah tanam.
2) Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)
Gejala : pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup
minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian
tanaman layu dan mati; daun tanaman yang terserang akan
mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-
kresek apabila diterpa angin.
Pengendalian :
109
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
a) Kultur teknis : penggunaan mulsa PHP untuk mencegah
kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di
perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan;
b) Kimiawi :
daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu disemprot
dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan
konsentrasi 1–2 ml/liter;
pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida
Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter.
3. Gulma
Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing
zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus
dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan
merusak perakaran tanaman melon.
i. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
a) Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar
Warna kulit hijau kekuningan.
b) Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c) Waktu panen yang baik adalah pada pagi hari.
2. Cara Panen
a) Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm
untuk memperpanjang masa simpan buah.
b) Tangkai dipotong berbentuk huruf “T” agar tangkai buah utuh dan
kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong
daunnya.
c) Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah
yang telah siap dipanen.
d) Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir.
Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya
dihindari karena akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.
110
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3. Periode Panen
a) Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang
benar-benar telah siap panen.
b) Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan ke depan harga melon
diperkirakan akan jatuh, maka lahan bekas tanaman melon digunakan
untuk budidaya cabai karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah
namun mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%.
j. Pasca Panen
Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah
melon dipanen agar kesalahan penanganan dalam pascapanen tidak
terjadi karena akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.
1. Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat
untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari
akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi harga
jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun
cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang
berkualitas bagus kemudian dilakukan penggolongan menjadi tiga kelas,
yaitu :
a) Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk
sempurna.
b) Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya
70% saja.
c) Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau
tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum
saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan
hama.
3. Penyimpanan
a) Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain,
dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang
penyimpanan.
111
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering.
c) Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama
seperti kecoa atau tikus.
d) Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang
setengah masak (mengkal).
e) Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat
penyimpanan.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
a) Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak
memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi
jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga
dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi
lapisan jerami lagi.
b) Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan
benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan
karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas
hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding
dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).
c) Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti
kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo
pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin
agar buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.
IV. Daftar Pustaka
1. Desti Warni dan Titiek Purbiati, 2010. Budidaya Melon. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kalimantan Barat.
2. Heru Prihantoro, 2008. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya
3. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Melon
(Cucumis melo L.)
112
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
SEMANGKA (Citrullus vulgaris)
I. Pendahuluan
Semangka (water mellon) merupakan tanaman buah berupa herba yang
tumbuh merambat. Tanaman ini berasal dari daerah kering tropis dan
subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara
seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk
dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya
sangat disukai oleh manusia/ binatang yang ada di benua tersebut, karena
banyak mengandung air.
II. Syarat Tumbuha. Iklim
1) Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50
mm/bulan.
2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit
sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya
kemunduran waktu panen.
3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah
dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).
4) Kelembaban udara rendah cocok untuk pertumbuhan semangka,
sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya
jamur perusak tanaman.
112
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
SEMANGKA (Citrullus vulgaris)
I. Pendahuluan
Semangka (water mellon) merupakan tanaman buah berupa herba yang
tumbuh merambat. Tanaman ini berasal dari daerah kering tropis dan
subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara
seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk
dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya
sangat disukai oleh manusia/ binatang yang ada di benua tersebut, karena
banyak mengandung air.
II. Syarat Tumbuha. Iklim
1) Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50
mm/bulan.
2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit
sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya
kemunduran waktu panen.
3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah
dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).
4) Kelembaban udara rendah cocok untuk pertumbuhan semangka,
sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya
jamur perusak tanaman.
112
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
SEMANGKA (Citrullus vulgaris)
I. Pendahuluan
Semangka (water mellon) merupakan tanaman buah berupa herba yang
tumbuh merambat. Tanaman ini berasal dari daerah kering tropis dan
subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara
seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk
dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya
sangat disukai oleh manusia/ binatang yang ada di benua tersebut, karena
banyak mengandung air.
II. Syarat Tumbuha. Iklim
1) Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50
mm/bulan.
2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit
sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya
kemunduran waktu panen.
3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah
dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).
4) Kelembaban udara rendah cocok untuk pertumbuhan semangka,
sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya
jamur perusak tanaman.
113
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah :
100-300 m dpl, namun semangka dapat ditanam di daerah yang
mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di daerah dengan
ketinggian lebih dari 300 m dpl.
c. Tanah
1) Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang
cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah
kebun/persawahan yang telah dikeringkan.
2) Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah
asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan
tingkat keasaman tanah tersebut.
3) Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous
(sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang
terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.
III. Budidaya
a. Pengolahan Lahan
1) Pembukaan Lahan
Lahan yang ditanami dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan
tanah hingga menjadi bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul
bekas batang/jaringan perakaran tanaman terdahulu dibuang keluar dari
areal, dan juga segala jenis batuan yang ada dibuang, sehingga tidak
mempengaruhi perkembangan tanaman semangka yang akan ditanam
di areal tersebut.
2) Pembentukan Bedengan
Lahan kemudian dibuat bedengan supaya air yang terkandung di dalam
tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat.
Jumlah bedengan tergantung jumlah baris tanam yang dikehendaki,
lebar bedengan 7-8 meter, tinggi bedengan minimum 20 cm.
3) Pengapuran
Diberikan pada lahan dengan pH rendah dengan menggunkan kapur
karbonat/dolomit. Dosis kapur pada pH 4 – 5 sebanyak 1.500 – 2.000
kg/Ha, pH 5-6 sebanyak 750-1.500 kg/ha, pH > 6 dosis 500 kg/ha.
114
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
4) Pemupukan Dasar.
Pupuk dasar yang dipakai adalah pupuk organik dengan dosis adalah 2-
4 kg/tanaman.
5) Lain-lain
Dilakukan penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi
bedengan tempat penanaman semangka.
Di bagian tengah bedengan diratakan dan diatas lapisan ini diberi
jerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah.
Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3
cm dan plastik mulsa dengan lebar plastik 110-150 cm agar
menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar.
Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama
yaitu 2 - 3 kali periode penanaman.
b. Penanaman
1) Pembibitan.
Agar benih dapat tumbuh baik, sehat dan cepat beradaptasi dengan
lingkungan maka perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan kegiatan
sebagai berikut:
a) Benih direndam dalam larutan Benlate atau Dithane M-45 (0,5-1
gram/liter) selama ± 6 jam.
b) Siapkan 3 lembar kertas koran yang telah dibasahi, letakkan/susun
benih yang telah direndam kemudian tutup dengan 3 lembar kertas
koran yang telah dibasahi dan selama + 2 hari usahakan kertas koran
dalam keadaan lembab.
c) Setelah benih berkecambah dapat dipindahkan ke kantong
plastik/polybag dengan media semai dari tanah dan pupuk kandang
(3 :1).
d) Persemaian/polybag ditempatkan pada tempat terbuka dengan diberi
naungan yang dapat diatur.
e) Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pengaturan naungan dan
pengendalian hama dan penyakit.
2) Pembuatan Lubang Tanaman
Penanaman dilakukan setelah persemaian berumur 14 hari dan telah
tumbuh daun ± 2-3 lembar. Satu minggu sebelum penanaman dibuat
115
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
lubang tanah dengan kedalaman 8-10 cm. Jarak lubang tanam dari tepi
bedengan 20-30 cm antara lubang tanam sekitar 80-100 cm.
3) Cara Penanaman
Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara
massal sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan
dibiarkan sampai air meresap.
Sebelum batang bibit ditanam dilakukan perendaman, agar mudah
pelepasan bibit menggunakan kantong plastik yang ada.
Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menit
dengan campuran larutan obat obatan yang terdiri dari : 1 sendok teh
hormon Atonik, Abitonik, dekamon, menedael, 1 sendok teh peres
bakterisida tepung, 1 sendok teh peres fungisida serbuk/tepung
(Berlate, Dithane M-45, Daconiel).
Urutan penanaman adalah sebagai berikut:
a) Kantong plastik diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.
b) Tanam dengan tanah posisi kantong dan masukkan ke lubang
yang sudah disiapkan
c) Celah-celah lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan
d) Lubang tanaman yang tersisa ditutup dengan tanah dan disiram
sedikit air agar media bibit menyatu dengan tanah disekeliling dapat
bersatu tanpa tersisa.
c. Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabilatumbuh terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti
dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit cadangan.
Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkasdaun dan batang yang tidak diperlukan, karena menghalangi sinar
matahari yang akan membantu perkembangan tanaman.
2) Penyiangan
Dipelihara 2-3 cabang primer tanpa memotong ranting sekunder,penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunderdipangkas dan disisakan 2 helai daun.
Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotongkarena mengganggu pertumbuhan buah.
116
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Dilakukan pengaturan cabang utama dan cabang primer agar semuadaun pada tiap cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian
sinar merata, yang mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.3) Pembubunan
Lahan penanaman semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar
menyerap makanan secara maksimal dan dilakukan setelah beberapa
hari penanaman.
4) Perempalan
Dilakukan melalui penyortiran dan pengambilan tunas-tunas mudayang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah
semangka yang sedang berkembang.
Perempelan dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu lebatakibat banyak tunas-tunas muda yang kurang bermanfaat.
5) Pemupukan
Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D)
Pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukanTopsis B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan.
Pemberian pupuk daun dicampur dengan insekstisida dan fungisidayang disemprotkan bersamaan secara rutin.
Dosis dan waktu pemupukan adalah sbb :
Jenis PupukWaktu pemupukan, dengan dosis/lubang tanam
7 hari sblmtanam
Saattanam
14 hari stltanam
28 haristl tanam
42 haristl tanam
Pupuk Kandang 2-4 kg - - - -
Urea 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr
SP-36 10 gr 10 gr 10 gr -
KCl 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr
6) Pengairan dan Penyiraman
Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation yaitu air dialirkan
melalui saluran diantara bedengan, frekuensi pemberian air pada
musim kemarau 4-6 hari dengan volume pengairan tidak berlebihan.
Bila dengan pompa air sumur (diesel air) penyiraman dilakukan
dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga lebih cepat.
Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak
kekurangan air.
117
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
Selain pupuk daun, insektisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPT
(zat perangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro
(Pm) berbentuk cairan.
Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap
14-17 liter pelarut.
Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia >20
hari.
Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari.
Penyemprotan dilakukan pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan
kondisi cuaca.
8) Pemeliharaan Lain
Seleksi calon buah merupakan pekerjaan yang penting untuk
memperoleh kualitas yang baik (berat buah cukup besar, terletak
antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman).
Calon buah yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena
umur tanaman relatif muda (ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk
yang baik dan tidak cacat).
Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas.
Setiap calon buah dengan berat ± 2 kg agar sering dibalik guna
menghindari warna yang kurang baik akibat ketidak-merataan terkena
sinar matahari, sehingga warna kurang menarik dan menurunkan
harga jual buah itu sendiri.
d. Hama dan Penyakit
1. Hama
Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok :
a. Hama tidak tahan terhadap pestisida seperti kutu daun, umumnya
berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah
berkembang biak.
Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya
terhambat.
Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obat-
obatan/pestisida.
b. Hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binatang piaraan
(kucing, anjing dan ayam).
118
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian: menjaga pematang selalu bersih, mendirikan pagar
yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang
menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran
jaga.
1) Thrips
Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan
berkembang biak.
Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman
basah dan merata.
2) Ulat perusak daun
Gejala serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan
terlihat dari jauh seperti berlubang.
Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi.
3) Tungau
Mengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan
menyengat.
Gejala tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah
permukaan daun, warna dedaunan akan pucat.
Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dan dengan pestisida.
4) Ulat tanah
Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa
memangsa pangkal tanaman.
Pengendalian :
a) Mekanis/kultur teknis : penanaman secara serempak pada
daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan
pemberantasan sarang ngengat disekitarnya;
b) Kimiawi, dengan obat-obatan sesuai dengan anjuran.
5) Kutu putih dan Lalat buah
Gejala serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti
tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat
memar.
Pengendalian :
a) Mekanis : sanitasi dengan membersihkan lingkungan terutama
pada kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengan
dibajak/dicangkul.
b) Kimiawi : dengan obat-obatan.
119
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2. Penyakit
1) Layu Fusarium
Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur
(hawa yang terlalu lembab).
Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan
subur, lambat laun akan.
Pengendalian :
a) Mekanis/kultur teknis : pola tanam dan sanitasi dengan pergiliran
masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada
areal baru yang belum ditanami, atau menanam benih yang sudah
direndam obat;
b) Kimiawi : dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.
2) Bercak daun
Penyebab : spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang
terserang.
Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan
selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau
terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian:
b) Mekanis : sanitasi/pola tanam seperti pada penyakit layu fusarium;
c) Kimiawi, tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari
Dithane M 45 dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200 dengan
dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65 Wp dosis 2-3 gram/liter dan
Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.
3) Antraknosa
Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah
warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah,
tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin
meluas.
Pengendalian :
a) Mekanis : sanitasi/pola tanam sepeti pengendalian penyakit layu
fusarium;
b) Kimiawi : menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5
gram/liter air.
4) Busuk semai
Menyerang pada benih yang sedang disemaikan.
120
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian
mati.
Pengendalian: benih direndam di dalam obat Benlate 20 WP dosis 1-
2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2 cc/liter air.
5) Busuk buah
Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang
masak dan aktif setelah buah mulai dipetik.
Pengendalian : hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah,
baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah
dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.
6) Karat daun
Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang
pada daun tanaman.
Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk,
tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang.
Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium. Belum
ditemukan obat yang tepat, sehingga tanaman yang terlanjur terkena
harus dieradikasi, supaya tidak menular pada tanaman sehat.
3. Gulma
Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga disebabkan
kekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang kekurangan dan
kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya gulma
(tanaman pengganggu).
e. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen setelah 70-100 hari setelah tanam (HST).
Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan batang buah
mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen).
Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis
triploid, maupun jenis buah berbiji).
2. Cara Panen
Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada
saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi
121
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan
ataupun ditangan para pengecer.
Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta
tangkainya.
3. Periode Panen
Panen dilakukan dalam beberapa periode, namun dapat juga buah
secara serempak dan dipanen secara sekaligus
Apabila panen tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 3 kali, yaitu
pertama dipetik buah yang sudah tua, kedua sisanya dipetik
semuanya sekaligus dan ketiga setelah daun-daun sudah mulai
kering karena buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah
tersebut harus segera dipetik.
f. Pasca Panen
1. Pengumpulan
Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan
sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan
mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi
adanya derajat kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi
mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah, dengan kadar air yang
sempurna.
2. Penyortiran dan Penggolongan
Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan
permintaan pasaran.
Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam
beberapa klas antara lain:
a) Kelas A: berat ≥ 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
b) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
c) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.
3. Penyimpanan
Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil
menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:
a) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan
kelembaban udara antara 80-85%;
122
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan
kadar O2 dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan
kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi;
c) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan
penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami
kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan
setiap lapisnya diberi jerami kering.
4. Pengemasan dan Pengangkutan
Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai
pada tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan
yang secara benar dan hati-hati.
a) Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah
pengangkutan.
b) Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat
dihindari.
c) Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat
buah.
5. Penanganan Lain
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu
diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen
(petani) sampai konsumen. Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi
harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui sistem borongan
dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan
(seperti produsen, pengumpul, pengecer).
IV. Daftar Pustaka
1. Heru Prihantoro, 2008. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
2. I Nyoman Adi Jaya, 2000. Budidaya Semangka dengan Teknologi Embung.
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar.
3. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Semangka
(Citrullus vulgaris).
123
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.)
I. PendahuluanStroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali
di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia.
Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan
spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus
dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah
sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan
stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah
sentra penanaman stroberi.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah
hujan 600 - 700 mm/tahun.2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan adalah 8 - 10 jam setiap harinya.3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik
di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 - 20 derajat C.
123
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.)
I. PendahuluanStroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali
di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia.
Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan
spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus
dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah
sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan
stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah
sentra penanaman stroberi.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah
hujan 600 - 700 mm/tahun.2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan adalah 8 - 10 jam setiap harinya.3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik
di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 - 20 derajat C.
123
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.)
I. PendahuluanStroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali
di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia.
Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan
spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.
Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus
dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah
sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan
stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah
sentra penanaman stroberi.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah
hujan 600 - 700 mm/tahun.2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan adalah 8 - 10 jam setiap harinya.3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik
di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 - 20 derajat C.
124
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberiantara 80-90%.
b. Ketinggian TempatKetinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-.500meter dpl.
c. Tanah1) Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir,
subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udarabaik.
2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberidi kebun adalah 5.4 - 7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5-7,0.
3) Jika ditanam di kebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkanadalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot,media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsurhara selalu tersedia.
III.Budidaya
a. Penyiapan Lahan
1) Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik
a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30 - 40 cm.
b) Kering-anginkan selama 15 - 30 hari.
c) Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30 - 40 cm, panjang
disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau
guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30 - 40 cm, panjang disesuaikan
dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.
d) Taburkan 20 - 30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di
permukaan bedengan/ guludan.
e) Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari.
f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40
cm.
2) Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.
a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan
15-30 hari.
125
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b) Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang
disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan:
lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang
disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm dan kering
anginkan selama 15 hari.
c) Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan pupuk
dengan dosis/ha yaitu 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg KCl dan
siram hingga lembab.
d) Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi
bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan
bambu berbentuk U.
e) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental
manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm,
sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.
b. Pembibitan. Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan
dan stolon atau akar sulur). Kebutuhan bibit antara 40.000-83.350/Ha.
a) Perbanyakan dengan biji
1. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15
menit lalu kering-anginkan.
2. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media
berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus
yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup
dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca
bening dan disimpan pada temperatur 18 - 20 derajat C.
3. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap
dipindah tanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2 - 3 cm.
Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian.
Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam
bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan
tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.
b) Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun. Tanaman induk yang
dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif.
Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:
126
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
1. Bibit anakan
Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi
beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap
anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah,
pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1), simpan di bedeng
persemaian beratap plastik.
2. Bibit stolon
Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua, dan
kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18
x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan
ke kebun.
3) Bibit untuk budidaya stroberi di dalam polibag
Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara
yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan
pupuk kandang (2:1).
Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon
di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag
besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit
dipelihara sampai menghasilkan.
c. Penanaman1) Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya
dengan hati-hati.2) Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal
batang.3) Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis
pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanantanaman.
4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.
d. Pemeliharaan
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah
tanam.
Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.
127
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan
mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut
dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari
pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan.
3) Perempelan/Pemangkasan
Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas.
Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun
tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
4) Pemupukan. Dosis anjuran adalah urea 200 kg/ha, SP-36 250 kg/ha
dan KCl 150 kg/ha.
a) Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan
setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara
ditabur dalam larikan dangkal di antara barisan, kemudian ditutup
tanah.
b) Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika
pertumbuhan kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5)
sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram
dengan 350-500 cc larutan pupuk.
5) Pengairan dan Penyiraman
Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari.
Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah
tidak mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjanuhi parit
antar bedengan dengan air.
6) Pemasangan Mulsa Kering
Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan/
guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering
setebal 3–5 cm dihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan
antara barisan tanaman.
7) Pemeliharaan Buah.
Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan
setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman
berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode
pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa
henti.
128
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
e. Hama dan Penyakit
1. Hama1) Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)
Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup
bergerombol di permukaan bawah daun.
Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah
terhambat.
Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.2) Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)
Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan
berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan.
Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan
gugur.
Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau
Agrimec 18 EC.3) Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek
akar (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang
(O. sulcatus).
Gejala: di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung.
Pengendalian: dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC
atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga.4) Kutu putih (Pseudococcus sp.)
Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi
abnormal.
Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau
Decis 2,5 EC.
5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman.
Gejala: tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus dan kurang
berbulu.
Pengendalian: dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G
atau Nemacur 10 G.
2. Penyakit
1) Kapang kelabu (Botrytis cinerea)
Gejala: bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering.
Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD.
129
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)
Gejala: buah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat mudadan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu.
Pengendalian: dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti
Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.
3) Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).
Gejala: (a) buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan
akan mengeluarkan cairan keruh; (b) di tempat penyimpanan, buahyang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan
spora hitam.
Pengendalian: membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik
dan budidaya dengan mulsa plastik.
4) Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman)
Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun
tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.5) Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).
Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih
tipis seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur.
Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC.
6) Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)
Gejala: Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur,berwarna ungu tua.
Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70
WP.
7) Bercak daun.
Penyebab :
(a) Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae,Gejala: bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna
coklat yang akan berubah menjadi putih;
(b) Pestalotiopsis disseminata,
Gejala: bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat fua
dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau
kekuningan, daun mudah gugur;
(c) Rhizoctonia solani,Gejala : bercak coklat-hitam besar pada daun.
130
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga seperti
Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB 21.8) Busuk daun (Phomopsis obscurans).
Gejala: noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu,
kemudian noda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian:
dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.
9) Layu vertisillium (Verticillium dahliae)
Gejala: daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat,layu dan tanaman mati.
Pengendalian: melalui fumigasi gas dengan Basamid-G.
10) Virus
Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau.
Gejala: terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning
(khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol (motle), daun jadi
keriput, kaku, tanaman kerdil.Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan
tanaman terserang, menyemprot pestisida untuk mengendalikan
serangga pembawa virus.
11) Pencegahan hama dan penyakit, dilakukan dengan :
a) menjaga kebersihan kebun/tanaman,
b) menanam secara serempak (untuk memutus siklus hidup),c) menanam bibit yang sehat,
d) memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh
sehat,
e) melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga
Rosaceae
f) memangkas bagian tanaman/mencabut tanaman yang sakit.g) budidaya stroberi dengan dengan menggunakan mulsa plastik
dapat menekan pertumbuhan hama/penyakit.
h) perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.
f. Panen
1. Ciri dan Umur Panen
1) Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.2) Kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan hingga kuning
kemerahan.
131
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3) Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal
pembentukan buah.2. Cara Panen
Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan
kelopaknya. Panen dilakukan dua kali seminggu.
g. Pasca Panen
1. Pengumpulan
Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar,
simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan
hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah
dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah
berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3
kelas kualitas buah yaitu:
a) Kelas Ekstra dengan ketentuan :
(1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies;(2) warna dan kematangan buah seragam.
b) Kelas I dengan ketentuan :
(1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies;
(2) bentuk dan warna buah bervariasi.
c) Kelas II dengan ketentuan :
(1) tidak ada batasan ukuran buah;
(2) sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan
baik.
3. Pengemasan dan PenyimpananBuah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih dengan
kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen.
Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0 -1 derajat C.
IV. Daftar PustakaKantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Stroberi (Fragaria
chiloensis L. / F. vesca L.)
132
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG PANJANG (Vigna unguilata)
I. Pendahuluan
Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas.
Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina.
Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah
kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya
India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata)
merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe
merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan
Ethiopia.
Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti
Indonesia. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi
dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi
yang cukup lengkap (protein,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B
dan C). Kandungan protein nabati pada sayur kacang panjang berkisar 17-
21%. Ada 2 varietas kacang panjang yang sudah banyak dibudidayakan
dengan produksi cukup tinggi, yaitu Putih Super dan Super Sainan dengan
potensi hasil 7 sampai 9 t/ha (pada musim kemarau) dan 6 sampai 7 t/ha
(pada musim hujan).
132
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG PANJANG (Vigna unguilata)
I. Pendahuluan
Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas.
Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina.
Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah
kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya
India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata)
merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe
merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan
Ethiopia.
Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti
Indonesia. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi
dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi
yang cukup lengkap (protein,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B
dan C). Kandungan protein nabati pada sayur kacang panjang berkisar 17-
21%. Ada 2 varietas kacang panjang yang sudah banyak dibudidayakan
dengan produksi cukup tinggi, yaitu Putih Super dan Super Sainan dengan
potensi hasil 7 sampai 9 t/ha (pada musim kemarau) dan 6 sampai 7 t/ha
(pada musim hujan).
132
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KACANG PANJANG (Vigna unguilata)
I. Pendahuluan
Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas.
Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina.
Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah
kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya
India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata)
merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe
merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan
Ethiopia.
Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti
Indonesia. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi
dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi
yang cukup lengkap (protein,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B
dan C). Kandungan protein nabati pada sayur kacang panjang berkisar 17-
21%. Ada 2 varietas kacang panjang yang sudah banyak dibudidayakan
dengan produksi cukup tinggi, yaitu Putih Super dan Super Sainan dengan
potensi hasil 7 sampai 9 t/ha (pada musim kemarau) dan 6 sampai 7 t/ha
(pada musim hujan).
133
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim1) Tanaman kacang panjang membutuhkan curah hujan 600-1.500
mm/tahun.2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman kacang panjang antara
20-300 C.
b. KetinggianTanaman lada akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropisdengan ketinggian kurang dari 800 m dpl.
c. Tanah1) Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, tetapi
yang paling baik adalah tanah Latosol/lempung berpasir, subur, gembur,banyak mengandung bahan organic dan drainasenya baik.
2) Tanah kemasaman (pH) sekitar 5,5-6,5. Bila pH terlalu basa (diatas pH6,5) menyebabkanpecahnya nodula-nodula akar.
III. Budidayaa. Benih
1) Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut:penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidakrusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit.
2) Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.3) Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung
tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.
b. Pengolahan Lahan1) Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak hingga tanah
menjadi gembur.2) Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara
bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistemguludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cmdan jarak antara guludan 30-40 cm.
3) Lakukan pengapuran jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengandolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara merata dengantanah pada kedalaman 30 cm
134
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
c. Penanaman1) Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60
cm, 30 x 40 cm. Untuk jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30x 60 cm.
2) Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau atau awal musimhujan, akan tetapi dapat saja sepanjang musim asal adanyaketersediaan air tanah yang memadai.
3) Benih tidak usah disemaikan secara khusus tetapi benih langsung tanampada lubang tanam yang sudah disiapkan. Masukan benih kacangpanjang sebanyak 2 biji per lubang tanam, lalu tutup dengan tanah tipisatau dengan abu dapur.
d. Pemupukan1) Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur ± 12 hari dengan dosis
ZA=50 kg/ha, SP-36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukandilakukan dengan cara ditugal, jaraknya 5 cm dari lubang tanam.Kemudian ditutup dengan tanah.
2) Pemupukan kedua ( II ) dilakukan umur ± 28 hari dengan pupukNPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.
3) Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur ± 40 hari juga dengan pupukNPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.
e. Pemeliharaan1) Penyulaman
Benih kacang panjang akan tumbuh pada umur 3-5 hari. Jika dalamwaktu tersebut terdapat benih yag tidak tumbuh maka segera lakukanpenyulaman. Hal dimaksudkan agar pertumbuhan tanam hasilpenuulaman tidak berbeda jauh dengan tanaman lainnya.
2) Penyiangana) Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman kacang panjang berumur
2-3 minggu setelah tanam, tergantung pada pertumbuhan gulma dilahan.
b) Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut/membersihkan gulmaatau tanaman penggangu lainnya dengan alat kored.
3) Pemasangan LanjaranPemasangan lanjaran dilakukan 10-15 hari setelah tanam (hst), kira-kiratinggi tanaman 15-25 cm. Pemasangan lanjaran diantara 2 lubang
135
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
tanam sehingga jarak antar lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perluditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara dipasang silang.
4) Pemasangan TaliPemasangan tali dilakukan setelah pemasangan lanjaran selesai. Taliberguna membantu mengarahkan/merambatkan tanaman. Pemasangantali ada dua tahap. Tahap I pada ketinggian ± 70 cm dari lanjaran. TahapII pada ketinggian ± 150 cm dari lanjaran.
5) MerambatkanTujuan dari merambatkan adalah untuk mengarahkan pertumbuhantanaman baik pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman.Diharapkan tanaman merambat pada lanjaran dan tali yang telahdipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah.
6) Pemangkasan / PerempalanTanaman kacang panjang yang terlalu rimbun perlu dilakukanpemangkasan/perempalan daun maupun ujung batang. Hal ini dilakukanterkait dengan tanaman kacang panjang yang terlalu rimbun dapatmenghambat pertumbuhan bunga.
7) PengairanPada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiramandilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.
8) .Pengendalian Hama dan Penyakit
a) Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan
tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan,
pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak.
Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari
famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.
b) Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel
tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk
tanaman dan berperan sebagai vektor virus.
Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili
kacang-kacangan dan penyemprotan Natural BVR.
136
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
c) Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di
musim kemarau,juga menyerang polong.
Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman
serempak, Semprot Natural VITURA.
d) Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%.
Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa
tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi
perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
e) Ulat bunga (Maruca testualis)
Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian
memakan polong.
Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan
kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan PESTONA.
f) Penyakit Antraknose (jamur Colletotricum lindemuthianum)
Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah,
semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping
biji.
Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum
ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang
rumput-rumput dari sekitar tanaman.
g) Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV).
Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang
warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun.
Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector
kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
h) Penyakit sapu ( virus Cowpea Witches-broom Virus/ Cowpea Stunt
Virus.)
Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku)
batang sangat pendek, tunas ketiak mem
137
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit mosaik.
endek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu daun.
i) Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )
Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan
tanaman mati.
Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan
mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada awal
tanam.
f. Panen dan Pasca Panen
1) Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal,
mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol.
2) Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman
siap panen 3,5-4 bulan.
3) Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan
memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
4) Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat
penampungan, lalu disortasi.
5) Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap
dipasarkan.
IV. Daftar Pustaka
1. bp4k.bogorkab.go.id/index.php?...Balai Pelaksana Penyuluh pertania
Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Budidaya Kacang Panjang, 1
Agustus 2012.
2. konsultasisawit.blogspot.com/.../cara-budidaya-kacang-panjan, 2 Oktober
2011.
3. budidayanews.blogspot.com/.../cara-budidaya-kacang-panjang.html
4. indonesiaindonesia.com › Flora, Pertanian & Perkebunan, Cara Menanam
Kacang Panjang.
138
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
JAHE (Zingiber officinale)
I. Pendahuluan
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Kedua
bangsa ini disesut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan
jahe. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma
dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula, industry jamu
tradisonal, minuman bandrek dan sebagainya. Adapun manfaat secara
pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti
muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat,
anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta
merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu family dengan
temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galangal) dan lain-lain. Adapun
nama daerah untuk jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing
(Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae
(Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
138
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
JAHE (Zingiber officinale)
I. Pendahuluan
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Kedua
bangsa ini disesut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan
jahe. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma
dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula, industry jamu
tradisonal, minuman bandrek dan sebagainya. Adapun manfaat secara
pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti
muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat,
anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta
merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu family dengan
temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galangal) dan lain-lain. Adapun
nama daerah untuk jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing
(Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae
(Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
138
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
JAHE (Zingiber officinale)
I. Pendahuluan
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.
Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Kedua
bangsa ini disesut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan
jahe. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma
dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula, industry jamu
tradisonal, minuman bandrek dan sebagainya. Adapun manfaat secara
pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti
muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat,
anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta
merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.
Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu family dengan
temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galangal) dan lain-lain. Adapun
nama daerah untuk jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing
(Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae
(Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.
139
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relative tinggi, yaitu antara
2.500-4.000 mm/tahun.
2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-350 C.
3) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan
sinar matahari. Artinya bahwa penanaman jahe dilakukan di tempat yang
terbukasehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
d. Ketinggian
1) Tanaman jahe akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis
dengan ketinggian 0 – 2.000 m dpl.
2) Pada umumnya di Indonesia ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.
e. Tanah
1) Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur
dan banyak mengandung humus.
2) Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan
tanah laterik.
3) Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4,
akan tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-
7.0.
III. Budidaya
a. Pengolahan Lahan
1) Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-
syarat tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman jahe. Bila keasaman
tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan
tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman tanah
dengan kapur.
140
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Pengolahan tanah diawali dengan dibajak atau dicangkul sedalam
kurang lebih 30 cm. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi tanah
yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu.
2) Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk
mencegah terjadinya genangan air, maka sebaiknya tanah diolah
menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20 – 30 cm, lebar
80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Selanjutnya buat lubang tanaman sedalam 3 – 7,5 cm untuk menanam
bibit.
3) Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara
didalamnya seperti fosfor (P) dan calcium (Ca) tidak tersedia dan sulit
diserap. Kondisi demikian dapat menjadi media perkembangan
beberapa cendawan yang dapat menyebabkan penyakit fusariumsp dan
pythium sp. Dengan adanya pengapuran maka dapat menambah unsur
kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian
tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar,
mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.
Derajat keasaman < 4 (paling asam) : kebutuhan dolomit > 10 ton/ha
Derajat keasaman 5 (asam) : Kebutuhan dolomite 5,5 ton/ha
Derajat keasaman 6 (agak asam) : kebutuhan dolomite 0,8 ton/ha
b. Penanaman
1) Cara menanam jahe dilakukan dengan cara meletakan bibit rimpang
secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.
2) Benih jahe ditanam sedalam 5 - 7 cm dengan tunas menghadap ke atas,
jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam
yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua
adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe
merah 60 cm x 40 cm.
3) Kebutuhan benih jahe putih besar (panen tua) 2-3 ton/ha, jahe putih
besar panen muda 5 ton/ha, jahe merah dan emprit 1- 1,5 ton/ha.
141
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
4) Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya
ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus
dan drainase yang baik.
5) Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memerlukan
intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik
ditanam di daerah terbuka. Sehingga hal ini akan cocok ditanam pada
saat tanaman pokok ( tanaman kayu dan tanaman MPTS) masih baru
ditanam.
6) Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar
bulan September dan Oktober. Hal ini domungkinkan karena tanaman
muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.
c. Pemupukan
Pupuk kandang domba atau sapi yang sudah masak sebanyak 20 ton/ha,
diberikan 2 - 4 minggu sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk buatan SP-
36 300 - 400 kg/ha dan KCl 300 - 400 kg/ha, diberikan pada saat tanam.
Pupuk urea diberikan 3 kali pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam
sebanyak 400 - 600 kg/ha, masing-masing 1/3 dosis setiap pemberian.
Pada umur 4 bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang ke
dua sebanyak 20 ton/ha.
d. Pemeliharaan
1) Penyiangan gulma
Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu
yang kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi
tanaman penggangu yang tumbuh. Penyiangan setelah umur 4 bulan
perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran yang
dapat menyebabkan masuknya benih penyakit.Namun setelah tanaman
jahe berumur 6-7 bulan sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi
sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar. Untuk mengurangi
intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa tebal dari jerami atau
sekam.
142
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
2) Penyulaman
Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1-1,5 bulan
setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah diseleksi
dan disemaikan.
3) Pembubunan / Pendaringan
Pembumbunan mulai dilakukan pada saat telah terbentuk rumpun
dengan 4 - 5 anakan, agar rimpang selalu tertutup tanah. Pembubunan
pada saat tanaman jahe masih muda cukup dicangkul tipis disekililing
rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat
diperdalam setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan
sekaligus terbentuk system pengairan yang berfungsi untuk
menyalurkan kelebihan air sehingga drainase akan selalu terpelihara.
4) Pengendalian hama penyakit tanaman
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan.
Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh
serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Sampai saat ini belum
ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan
tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti
penggunaan lahan sehat, penggunaan benih sehat, perlakuan benih
sehat (antibiotik), menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam),
pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan
saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak
melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin.
Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk
menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan
adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae)
dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii)
yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan
143
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkan
oleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit ini apabila terjadi
pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan
produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit
ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada
serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi
secara rutin.
5) Panen
Panen untuk konsumsi dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan. tetapi,
rimpang untuk benih dipanen pada umur 10 - 12 bulan. Cara panen
dilakukan dengan membongkar seluruh rimpangnya menggunakan
garpu, cangkul, kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Dengan
menggunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dihasilkan
rata-rata 27 ton rimpang segar, calon varietas unggul jahe putih kecil
(JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya yang direkomendasikan,
dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri
1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Sedangkan jahe merah 22
ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 –
6,36%. Mutu rimpang dari varietas unggul Cimanggu-1 dan calon
varietas unggul jahe putih kecil dan jahe merah, memenuhi standar
Materia Medika Indonesia (MMI).
Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar
dikatagorikan sebagai berikut:
Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak
mengandung benda asing dan kapang;
Mutu II : bobot 150 - 249 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak
mengandung benda asing dan kapang;
Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum
10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%.
144
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
6) Pasca Panen
Tahapan pengolahan jahe meliputi penyortiran, pencucian, pengirisan,
pengeringan, pengemasan dan penyimpanan. Setelah panen, rimpang
harus secepatnya dibersihkan untuk menghindari kotoran yang
berlebihan serta mikroorganisme yang tidak diinginkan. Rimpang
dibersihkan dengan disemprot air yang bertekanan tinggi, atau dicuci
dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang dianginanginkan untuk
mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar, jahe dapat
langsung dikemas. Tetapi bila diinginkan dalam bentuk kering atau
simplisia, maka perlu dilakukan pengirisan rimpang setebal 1-4 mm.
Untuk mendapatkan simplisia dengan tekstur menarik, sebelum diiris
rimpang direbus beberapa menit sampai terjadi proses gelatinisasi
Rimpang yang sudah diiris, selanjutnya dikeringkan dengan energi surya
atau dengan pengering buatan/oven pada suhu 36 – 46° C. Bila kadar
air telah mencapai sekitar 8 - 10%, yaitu bila rimpang bisa dipatahkan,
pengeringan telah dianggap cukup. Selain itu, dikenal jahe kering
gelondong (jahe putih kecil dan jahe merah) yang diproses dengan cara
rimpang jahe utuh ditusuk-tusuk agar air keluar sebagian, kemudian
dijemur dengan energi matahari atau dioven sampai kering atau kadar
air mencapai 8 - 10%. Rimpang kering dapat dikemas dalam peti, karung
atau plastik yang kedap udara, dan dapat disimpan dengan aman,
apabila kadar airnya rendah. Ruang penyimpan harus diperhatikan
sanitasinya, berventilasi baik, dengan suhu ruangan yang rendah dan
kering untuk mencegah pencemaran oleh mikroba dan hama gudang.
IV. Daftar Pustaka
1. KabarSukses.Com. Cara Budidaya Tanaman Jahe Untuk Petani Kecil.2. http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/12. Cara Menanan Jahe
Terlengkap3. www.naturindonesia.com. Budidaya Jahe.4. Pakarinfo.blogspot.com, Cara Menanam Jahe, 7 Maret 20125. binaukm.com/2011/01/peluang-usaha-budidaya-jahe/, Peluang Usaha
Budidaya Jahe, 18 Januari 2011.
145
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KAPULAGA (Elletria cardamomum)
I. Pendahuluan
Tanaman kapulaga (Elletria cardamomum) merupakan salah satu tanaman
rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek yang
baik. Hal ini mengingat bahwa tanaman kapulaga sebagi bahan obat alami
yang diyakini tidak mempunyai efek samping dibandingkan dengan
menggunakan obat kimiawi. Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini
pun tidak memerlukan lahan tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan
tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari. Hasil berupa
buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah
kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya
untuk bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman dan sebagai
bahan baku atau campuran di dalam industri parfum.
Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman
kapulaga adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan.
Dengan adanya pola tanam terpadu maka dapat diharapkan
penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat meningkatkan
produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang
relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal
tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.
145
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KAPULAGA (Elletria cardamomum)
I. Pendahuluan
Tanaman kapulaga (Elletria cardamomum) merupakan salah satu tanaman
rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek yang
baik. Hal ini mengingat bahwa tanaman kapulaga sebagi bahan obat alami
yang diyakini tidak mempunyai efek samping dibandingkan dengan
menggunakan obat kimiawi. Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini
pun tidak memerlukan lahan tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan
tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari. Hasil berupa
buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah
kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya
untuk bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman dan sebagai
bahan baku atau campuran di dalam industri parfum.
Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman
kapulaga adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan.
Dengan adanya pola tanam terpadu maka dapat diharapkan
penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat meningkatkan
produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang
relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal
tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.
145
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KAPULAGA (Elletria cardamomum)
I. Pendahuluan
Tanaman kapulaga (Elletria cardamomum) merupakan salah satu tanaman
rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek yang
baik. Hal ini mengingat bahwa tanaman kapulaga sebagi bahan obat alami
yang diyakini tidak mempunyai efek samping dibandingkan dengan
menggunakan obat kimiawi. Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini
pun tidak memerlukan lahan tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan
tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari. Hasil berupa
buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah
kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya
untuk bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman dan sebagai
bahan baku atau campuran di dalam industri parfum.
Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman
kapulaga adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan.
Dengan adanya pola tanam terpadu maka dapat diharapkan
penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat meningkatkan
produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang
relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal
tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.
146
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Tumbuh baik pada daerah – daerah yang bertipe iklim A, B, dan C(sistim schidt dan ferguson).
2) Curah hujan optimal 2.500-4.000 mm per tahun. Curah hujan yangterlalu tinggi berpengaruh buruk sehingga tangkai bunganya pendek danbunga banyak yang busuk.
3) Musim kemarau yang panjang mengakibatkan pembentukan anakansedikit, sehingga bunga yang dihasilkan berkurang.
4) Pada daerah dengan rata-rata curah hujan 2.500 per tahun diperlukan136 hari hujan per tahun dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bln,bulan basah 8 bln dan bulan lembab 1,5 bln.
5) Suhu rata-rata yang dikehendaki berkisar antara 20-300C, sedangkan didataran rendah dengan pohon pelindung yang cukup rimbun suhunya23-300C.
6) Intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan kapulaga berkisar 30-70persen.
b. KetinggianTanaman kapulaga dapat tumbuh pada ketinggian 200-1000 m daripermukaan laut dan optimalnya 300-500 m dari permukaan laut. Kapulagahanya mau tumbuh baik di bawah naungan. Komoditas ini cocok untukdikembangkan sebagai tanaman tumpangsari pada kebun-kebun tanamankeras. Misalnya di hutan jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lainyang bagian bawah tegakannya masih menerima sedikit sinar matahari.
c. Tanah1) Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan kapulaga local atau sabrang
adalah latosol, andosol, alluvial, podsolik merah kuning dan mediteran.2) Bertekstur lempung berliat atau lempung berpasir. Pada tanah bertekstur
liat pertumbuhan kapulaga tidak mengecewakan asal diadakanpengolahan tanah terlebih dahulu.
3) Tidak menyukai air yang tergenang, bahan organic tanah harus tinggidan berdrainase baik dg derajat kemasaman atau pH 5,6-6,8.
147
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
III.Budidaya
a. Pengolahan Lahan1) Pengolahan tanah diawali dengan dibajak atau dicangkul sedalam
kurang lebih 30 cm. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi tanahyang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu.
2) Sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah dikembalikan lagike dalam lobang, sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupukkandang secukupnya.
b. Penanaman1) Waktu tanam yang baik yaitu awal hujan, sekitar bulan Oktober –
Desember. Caranya: bila tanah olahan atau lobang tanam telah tersediadan bibit telah disiapkan.
2) Buat lobang kecil, letakkan bibit sedalam 10 – 15 cm. Tanah disekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan tunas agartidak sampai terganggu (terluka atau patah). Penanaman setek ke dalamlubang tanam dilakukan sampai batas rimpang dan tunas yang telahtumbuh tertimbun tanah setinggi 2-3 cm akan mempercepatpertumbuhannya.
3) Dalam satu lubang ditanam 3 setek atau batang denga jarak tanamuntuk kapulaga bisa digunakan 1m x 1,5m atau 1m x 2m dan juga bisa1,5m x 2m.
c. PemupukanUntuk lebih meningkatkan mutu maka perlu dilakukan pemupukanmengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehinggapemupukan sangat diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupukbuatan. Adapun cara dan jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkanmasa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Untuk ini pupukorganik diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saatpenggemburan diluar rumpun sebanyak 1-1,5 kg pupuk kandang,pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk pupukbuatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan pupuk ureadan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluarrumpun atau disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudahmenghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiaprumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman
148
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
dan lingkungan. Pupuk buatan diberikan 10-12,5 gram berupa Urea danTSP. Pupuk ini diberikan diluar rumpun pada batas perakaran denganmembuat selokan kecil, kemudian ditutup dengan tanah dan disiramseperlunya.
d. Pemeliharaan TanamanDalam pemeliharaan kapulaga, beberapa pekerjaan penting yang harusdilakukan antara lain: penyiangan rumput atau pengendalian gulma,penggemburan diluar rumpun untuk merangsang perumbuhan anakanrimpang sehingga bisa tumbuh lebih baik, pemotongan daun kering untuktidak menghalangi penyerbukan bunga, pemotongan batang yang sudahagak tua atau menguning untuk memberi kesempatan batang mudatumbuh dengan baik, pengaturan anakan agar tidak tumpang tindih danuntuk merangsang pertumbuhan bunga atau buah juga unuk mengurangipenguapan pada musim kemarau serta untuk mendapatkan anakan ataubibit baru. Di masa pemeliharaan ini, yang tidak kalah pentingnya jugapemberian mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa.
Tanaman yang mati dan pertumbuhannya tidak normal sebaiknya dicabutdan diganti dengan bibit yang baik. Sementara penyiangan gulmadilakukan 2-3 bulan sekali atau tergantung dari tingkat pertumbuhan gulma.Pupuk kandang yang diberikan sebanyak 2 kg per lubang, Untukmempertahankan kelembaban tanah di sekitar perakaran diperlukan mulsajerami atau serasah, terutama pada musim kemarau. Ketebalan mulsayang diperlukan antara 3-5 cm. Pemangkasan pohon pelindung yangterlalu rimbun dilakukan secara teratur 3 atau 6 bulan sekali, tergantungdari rimbunnya pohon pelindung. Batang tua yang telah mati dipangkas danini biasanya terjadi pada tanaman yang telah membentuk rumpun penuh.Tanah disekitar rumpun digemburkan untuk memperbaiki aerasi tanah didaerah perakaran sehingga strukturnya menjadi gembur. Pada umumnyatanaman kapulaga yang berada di bawah pohon naungan yang cukup rapatkurang atau jarang terserang hama dan penyakit. Kadang-kadang kapulagadiserang pula oleh kutu daun, ulat pemakan daun, penggerek akar,penggerek batang serta rayap. Sedangkan penyakit yang ditemukanadalah penyakit mosaik, busuk daun,busuk akar dan penyakit layu bakteri.Pemberantasannya bisa dilakukan dengan mempergunakan berbagaiinsektisida yang dijual di pasaran bebas.Untuk penyakit yang menyerangbiasanya penyakit busuk (Mozaik) yang disebabkan oleh virus. Cara
149
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
pengendalian yang efektif adalah dengan jalan membuang tanaman yangterserang dan menanam tanaman baru yang berasal dari pembibitan asalbiji.
e. PanenKapulaga mulai dapat dipanen setelah tujuh bulan. Pemanenan dapatdilakukan dengan tanda-tanda sisa-sisa perhiasan bunga yang terdapatpada bagian ujung karangan bunga mulai rontok. Sebaiknya buah dipanensebelum masak sempurna karena bila biji telah masak biasanya akanpecah pada waktu dikeringkan dan warnanya menjadi kurang baik. Waktupanen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan.Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawahdompolan buah.Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampaikering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau dikeringanginkanSetelah pemanenan, buah dicuci atau dibersihkan terlebih dahululalu dijemur langsung dengan sinar matahari sampai kering dan kadarairnya mencapai 10-12 %. Buah kering dimasukkan ke dalam karung ataukantong plastik dan diikat atau ditutup rapat. Penyimpanan dilakukan ditempat yang kering.Kapulaga berbuah sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidakmenentu. Dalam pemanenan kapulaga dikenal istilah panen besar 4 kalidan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10 – 15 tahun. Hasilpanen per hektar bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun dan iniberlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun.
IV. Daftar Pustaka1. Risa Nurul Falah, Budidaya Kapulaga, 2008
2. Prasetyo, Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas
Bengkulu, Budidaya Kapulaga Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan
Sengon, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Volume 6, No I, 2004.
3. Suhadahanun.com/2012/03/cara-budidaya-kapulaga/.., 2012
4. Budidayakapologo.blogspot.com/2011/…./syarat-tumbuh-kapulaga, 9 Maret
2011.
5. tipspetani.blogspot.com/.../budidaya-kapulaga-dan-manfaat-kapulaga...
150
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KUNYIT (Curcuma domestica Val)
I. PendahuluanKunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh
subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar
pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit
berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum danYunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini
sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi
tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya
di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna
hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan
pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang
berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan
mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung
dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna
jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C.
longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling
terkenal dari jenis kunyit lainnya.
150
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KUNYIT (Curcuma domestica Val)
I. PendahuluanKunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh
subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar
pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit
berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum danYunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini
sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi
tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya
di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna
hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan
pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang
berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan
mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung
dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna
jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C.
longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling
terkenal dari jenis kunyit lainnya.
150
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KUNYIT (Curcuma domestica Val)
I. PendahuluanKunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh
subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar
pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit
berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum danYunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini
sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi
tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya
di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna
hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan
pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang
berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan
mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung
dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna
jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C.
longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling
terkenal dari jenis kunyit lainnya.
151
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena
berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkangatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu:
sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik,
bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit
itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba,
pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan
kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki
intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik
hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
2) Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan
1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000
mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata
baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan
yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
3) Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30°C.
b. Ketinggian
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran
tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian
45 m dpl.
c. Tanah
1) Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul
dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
2) Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik
tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit
basa.
152
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
III.Budidaya
a. Pembibitan
Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih
mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh
subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari
serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur >
7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air cukup;
benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari
bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat
yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang.
Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam rimpang
yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna
menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki
1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.
Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan
akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.
b. Pengolahan Lahan
1) Untuk Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau
pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan
30 hari sebelum tanam.
2) Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara
manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan
top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah.
Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan
selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah
menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar
matahari.
3) Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara
dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan
menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam
lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan
pupuk kandang 2,5-3 kg.
153
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
c. Penanaman
1) Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang
berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas.
Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal
musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan)
atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan
dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut
dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim
penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.
2) Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang
30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x
60 cm.
3) Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik
sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan
penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200
mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap
pembentukan rimpang kunyit.
4) Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman
rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda
akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun
rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7-8 bulan tetapi
pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
d. Pemupukan
1) Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan,
jumlah daun, dan luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk
kandang sebanyak 45 ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha
menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.
2) Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi
pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2 - 4 bulan).
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha.
Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan
(urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon),
serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan
154
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5
ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk
nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P
diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam
(1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman
berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan
secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di
sela-sela tanaman.
e. Pemeliharaan
1) Penyiangan gulma
Penyiangan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma)
yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu
perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan
dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan
ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar
tumbuh besar dan tanah tetap gembur.
2) Penyulaman
Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1-1,5 bulan
Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya
buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain
yang masih segar dan sehat.
3) Pembubunan / Pendaringan
Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan
pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran
dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk
memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga
rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan
biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan
secara rutin setiap 3-4 bulan sekali.
155
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
4) Pengendalian hama penyakit tanaman
a) Hama Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
Gejalanya pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan
lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk.
Cara pengendaliannya tanaman disemprot/ditaburkan insektisida
furadan G-3.
b) Busuk bakteri rimpang, penyebabnya oleh kurang baik sistem
pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terlukaakibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan
cendawan. Gejalanya kulit akar tanaman menjadi keriput dan
mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan
keropos. Cara pengendaliannya dengan mencegah terjadi genangan
air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang dan
penyemprotanfungisida dithane M-45.
c) Karat daun kunyit, penyebabnya adalah Taphrina macullans Bult danColletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut
Panchaetothrips. Gejalanya adalah timbulnya warna coklat (karat)
pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman
dewasa/daun yang tua maka tidak akan mempengaruhi produksinya
sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan
tanaman tersebut menjadi mati. Pengendaliannya dilakukan denganmengurangi kelembaban dan penyemprotan insektisida, seperti
dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane M-45 secara
teratur selama seminggu sekali.
5) Panen
1) Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yangterbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat
gugurnya daun kedua.. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen
ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi
kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau
berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).
2) Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan
cangkul/garpu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkandari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak
rusak.
156
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
3) Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu
sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itukandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan
proses pengeringannya.
6) Pasca Panen
1) Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari
kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Kemudian lakukan
pencucian dengan air bersih sampai tidak ada tanah atau kotoran
yang melekat.
2) Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar
matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukanselama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan
dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering,
pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus
dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.
Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari
bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringandi dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan
dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang
tidak saling menumpuk.
3) Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah
kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara. (belum
pernah dipakai sebelumnya).
IV. DAFTAR PUSTAKA1. balittro.litbang.deptan.go.id/.../index.php?...budidaya...kunyit..
2. pertanianjanabadra.webs.com/apps/blog/show/10534335,Budidaya Kunyit
Makin Menggiurkan (1)-Sukses Agribisnis, 25 November 2011
3. peluangusaha.kontan.co.id/.../budidaya-kunyit-makin-menggiurkan,10
November 2011.4. www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kunyit.pdf, Pedoman Budidaya Kunyit
5. ibutani.blogspot.com/2012/01/lokasi-budidaya-kunyit.html,Budidaya
Tanaman dan Teknologi Pertanian: Lokasi Budidaya Kunyit.
157
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
LADA (Piper nigrum L)
I. Pendahuluan
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di
Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan
produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan(Aspek K-3).
Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai
ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman
berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung komoditas ini banyak diusahakan
petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun temurun
dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung
masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha, dibanding produktivitas
nasional yang mencapai 800 kg/ha. Pengembangan lada di Lampung
diarahkan untuk menghasilkan lada hitam yang dikenal di pasaran dunia
dengan nama “Lampong Black Pepper “. Lampung telah dikenal sebagai
salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia. Produktivitas
tanaman lada masih berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan
teknologi budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang baik.
157
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
LADA (Piper nigrum L)
I. Pendahuluan
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di
Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan
produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan(Aspek K-3).
Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai
ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman
berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung komoditas ini banyak diusahakan
petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun temurun
dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung
masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha, dibanding produktivitas
nasional yang mencapai 800 kg/ha. Pengembangan lada di Lampung
diarahkan untuk menghasilkan lada hitam yang dikenal di pasaran dunia
dengan nama “Lampong Black Pepper “. Lampung telah dikenal sebagai
salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia. Produktivitas
tanaman lada masih berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan
teknologi budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang baik.
157
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
LADA (Piper nigrum L)
I. Pendahuluan
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di
Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan
produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan(Aspek K-3).
Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai
ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman
berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung komoditas ini banyak diusahakan
petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun temurun
dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung
masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha, dibanding produktivitas
nasional yang mencapai 800 kg/ha. Pengembangan lada di Lampung
diarahkan untuk menghasilkan lada hitam yang dikenal di pasaran dunia
dengan nama “Lampong Black Pepper “. Lampung telah dikenal sebagai
salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia. Produktivitas
tanaman lada masih berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan
teknologi budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang baik.
158
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim
1) Tanaman lada membutuhkan curah hujan 1.000-3.000 mm/tahun dan
mempunyai hari hujan 110-170 hari per tahun.
2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman lada antara 20-350 C.
3) Cukup sinar matahari (10 jam sehari) dengan Kelembaban udara 50% -
100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH.
b. Ketinggian
Tanaman lada akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis
dengan ketinggian 300 – 1.100 m dpl.
c. Tanah
1) Tanaman lada paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur
dan banyak mengandung humus.
2) Tanah Tidak tergenang atau terlalu kering dengan pH 5,5 - 7.0
3) Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic,
Latosol dan Utisol.
4) Kandungan humus tanah sedalam 1 - 2,5 m.
III.Budidaya
a. Pembibitan
1) Tanaman lada dapat diperbanyak secara generative dengan biji dan
vegetative dengan stek.
2) Perbanyakan dengan setek lebih praktis, efisien dan bibit yang
dihasilkan akan sama dengan sifat induknya.
3) Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur gantung, sulur tanah dan
sulur buah (caabang buah).
4) Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun
(Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar).
159
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
b. Pengolahan Lahan
1) Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.
2) Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.
Dosis kapur pertanian :
Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH
Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 =
1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.
Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke
5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.
Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5
= 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.
3) Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah.
c. Penanaman
1) Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi
juga bisa ditanam dengan tanaman lain.
2) Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x
15 cm dan kedalaman 50 cm. Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah
bibit ditanam.
3) Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari
musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
4) Bibit lada setelah dilepaskan dari polibag atau setek 5-7 buku yang
sudah tumbuh dan berakar ditanam dengan cara meletakkan miring (30-
45o ) mengarah ke tajar, 3-4 buku/setek bagian pangkal tanpa daun
dibenamkan mengarah ke tajar, sedangkan 2-3 ruas sisanya (berdaun)
disandarkan dan diikat pada tajar.
5) Selanjutnya tanah di sekelilingnya yang telah dicampur pupuk organik
dan pupuk dasar NPK 20 gram/tanaman. Untuk tanah yang kurang
subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCL per
tanaman. Tanah di sekitar tanaman lada dibuat sedikit guludan agar
tidak tergenang air di musim hujan. Guludan tidak boleh terlalu tinggi
agar tidak menjadi tempat sarang rayap.
160
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
6) Setelah ditanam, tanah di sekelilingnya dipadatkan dan di atas tanaman
lada diberi naungan yang diikatkan pada tajar agar tanaman lada yang
baru ditanam terlindungi dari teriknya sinar matahari. Naungan tanaman
lada yang umum digunakan dan mudah diperoleh adalah alang-alang
atau tanaman hutan lainnya yang tidak mudah lapuk. Naungan dilepas
apabila tanaman lada telah tumbuh kuat.
d. Pemupukan
Tanaman lada memerlukan pupuk organic dan anorganik. Pemberian dapat
dilakukan secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan
mencampur pupuk organic dan anorganik sebelum diberikan pada tanaman
lada. Pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk makro dapat
diberikan pada tanaman berumur 3 bulan sampai 17 bulan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Umur(bulan)
Pupuk makro (gram / tanaman)
Urea SP 36 KCL3 - 4 35 15 204 - 5 35 20 255 - 6 35 25 30
6 - 17 35 30 25
e. Pemeliharaan
1) Pemangkasan dan Pengikatan Sulur Panjat
Apabila pada tanaman lada telah tumbuh 8-10 buku (umur 5-6 bulan),
dilakukan pemangkasan pada ketinggian 25-30 cm dari permukaan
tanah. Pemangkasan dilakukan di atas2-3 buku. Tujuan pemangkasan
untuk merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut
harusdilekatkan dan diikatkan pada tajar lada. Pengikatan dilakukan
menggunakan tali rafia yang dibelah 2-4 agar tali rafia tidak menggangu
pertumbuhan lada. Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah
keluar tunas baru dan telah mencapai 7-9 buku pada umur sekitar 12
bulan, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.
Pemangkasan berikutnya dilakukan pada umur 2 tahun, sehingga
161
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
terbentuk kerangka tanaman yang mempunyai banyak cabang produktif.
Hasil pemangkasan sulur panjat tersebut dapat digunakan sebagai
sumber bahan tanaman/setek untuk pengembangan pembibitan lada.
2) Penyiangan Gulma
Penyiangan terhadap gulma atau tanaman pengganggu dilakukan
secara rutin yaitu membersihkan disekitar tanaman lada. Areal dalam
radius lebih kurang 60 cm dibawah kanopi tanaman lada atau disekitar
pangkal batang lada harus bersih dari gulma. Waktu penyiangan paling
sedikit 2-3 bulan sekali.
3) Penyulaman
Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1-1,5 bulan
setelah tanam dengan memakai bibit cadangan yang sudah diseleksi
dan disiapkan.
4) Pembubunan / Pendaringan
Pembubunan/pendaringan dilakukan bersamaan dengan kegiatan
penyiangan. Pada setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan
sekaligus terbentuk system pengairan yang berfungsi untuk
menyalurkan kelebihan air sehingga drainase akan selalu terpelihara.
5) Pengairan dan Penyiraman
Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada
musim hujan tidak boleh tergenang.
6) Pemberian Mulsa
Pada saat tanaman lada berusia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa
dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.
7) Penggunaan Tajar (Ajir)
Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar
diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang
lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m.
162
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
8) Pengendalian hama penyakit tanaman
a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka
menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain
bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang
dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang;
penyemprotan PESTONA.
b. Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat
tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar
3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga
berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan,
siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan
PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan
bunga.
c. Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap,
berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau
nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa
diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus
hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur
dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah.
Gunakan PESTONA.
d. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal
serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal
batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit
batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning).
Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian
Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
163
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
e. Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta
serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang
mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M
incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman
lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk
dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning
tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman.
Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan
tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah
tanam.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan
pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia
yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan
tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO
810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk
gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata
AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki..
f. Panen
Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya
berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna
kuning atau merah).
Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan
mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.
Pemanenan buah lada dilakukan menggunakan tangga untuk
menjangka buah dan keranjang bambu yang bersih dan untuk
tempat mengumpulka buah lada yang sudah dipetik. Periode panen
sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas
pemeliharaan.
g. Pasca Panen
Lada yang sudah dipetik selanjutnya dihamparkan dan disortir. Buah
lada yang busuk dan tidak normal dipisahkan dan dibuang sedangkan
164
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
buah yang baik dan mulus dikumpulkan dalam satu tempat untuk
diproses lebih lanjut.
Pemisahan atau sortasi bertujuan untuk memisahkan biji lada hitam
yang sudah kering dari kotoran seperti tanah, pasir, daun kering,
gagang, serat-serat dan juga sebagian lada enteng. Penampian
dilakukan secara manual menggunakan tampah, sortasi juga dapat
dilakukan dengan mesin yang digerakkan menggunakan pedal
(blower), alat ini untuk memisahkan buah lada bernas, lada enteng
dan kotoran.
Buah lada hitam yang sudah kering dan terlepas dari tangkainya dan
telah disortasi antara lada bernas, lada enteng dan kotoran.
Kemudian, lada bernas dikemas dengan menggunakan karung
plastik. Ruang penyimpanan buah lada hasil sortasi harus kering
(kelembaban ± 70%) untuk menghindari agar lada tidak berjamur
dengan lada enteng dan kotoran. Ruang penyimpanan diberi alas dari
bambu atau kayu setinggi lebih kurang 15 cm dari permukaan lantai
sehingga bagian bawah karung tidak langsung menyentuh lantai.
Kualitas lada hitam dapat dipertahankan 3-4 tahunapabila disimpan di
ruangan bersuhu 20-28oC.
IV. Daftar Pustaka
1. teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-lada.htm, Budidaya Lada-
Teknis Budidaya, 28 oktober 2007.
2. lampung.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/publikasi/lada.pdf,Teknolo
gi Budidaya Lada-BPPTP Lampung.
3. budidaya-di.blogspot.com/../budidaya-lada-dengan-tiang,panjat.htm...
Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat, 15 November 2009.
4. www.lestarimandiri.org/budidaya-tanaman.../158-budidaya-lada.html,
Budidaya lada, 7 Maret 2012
5. akarfoundation.wordpress.com/.../pengembangan-budidaya-lada-hita...
Pengembangan Budidaya Lada Hitamdan Lada Putih 23 November 2007.