Pedoman Budidaya Tanaman Sela

167
DITJEN BINA PEM KEMENTERIAN D MBANGUNAN DAERAH DALAM NEGERI

description

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN SELA (PLKSDA-BM)

Transcript of Pedoman Budidaya Tanaman Sela

Page 1: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERIDITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERIDITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

Page 2: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas perkenan dan ridhoNya, buku pedoman budidaya tanaman buah-

buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan pada

Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis

Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik.

Buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela,

tanaman perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk memberikan

acuan bagi pengelola program di daerah dalam melaksanakan kegiatan

budidaya tanaman sesuai dengan teknis usaha tani yang baik. Selain

itu dapat digunakan bagi petani pelaksana program dalam

melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan kebutuhan sarana

produksi pertanian, pemeliharaan dan penanganan pasca panen.

Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku

pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman

perkebunan dan kehutanan, mudah-mudahan memberikan manfaat

bagi semua pihak.

I

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas perkenan dan ridhoNya, buku pedoman budidaya tanaman buah-

buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan pada

Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis

Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik.

Buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela,

tanaman perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk memberikan

acuan bagi pengelola program di daerah dalam melaksanakan kegiatan

budidaya tanaman sesuai dengan teknis usaha tani yang baik. Selain

itu dapat digunakan bagi petani pelaksana program dalam

melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan kebutuhan sarana

produksi pertanian, pemeliharaan dan penanganan pasca panen.

Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku

pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman

perkebunan dan kehutanan, mudah-mudahan memberikan manfaat

bagi semua pihak.

I

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas perkenan dan ridhoNya, buku pedoman budidaya tanaman buah-

buahan, tanaman sela, tanaman perkebunan dan kehutanan pada

Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis

Masyarakat (PLKSDA-BM) dapat diselesaikan dengan baik.

Buku pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela,

tanaman perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk memberikan

acuan bagi pengelola program di daerah dalam melaksanakan kegiatan

budidaya tanaman sesuai dengan teknis usaha tani yang baik. Selain

itu dapat digunakan bagi petani pelaksana program dalam

melaksanakan usaha budidaya sesuai dengan kebutuhan sarana

produksi pertanian, pemeliharaan dan penanganan pasca panen.

Akhirnya dengan mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam proses penyusunan buku

pedoman budidaya tanaman buah-buahan, tanaman sela, tanaman

perkebunan dan kehutanan, mudah-mudahan memberikan manfaat

bagi semua pihak.

I

Page 3: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. I

DAFTAR ISI ............................................................................................... II

PADI GOGO (Oryza spp) ......................................................................1

JAGUNG MANIS (Zea mays) ................................................................11

KACANG HIJAU (Vigna radiate L.) .....................................................19

KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)............................................25

KEDELAI (Glycine max (L) Merril).......................................................33

TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott) ..........................................47

UBI JALAR (Ipomoea batata (L.) Lamb.)............................................56

BUNGA MAWAR (Rosa hybrida) .........................................................66

BUNGA MELATI (Jasmine officinalle) ................................................76

CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)..............................................87

MELON (Cucumis melo L.) ...................................................................102

SEMANGKA (Citrullus vulgaris) ..........................................................112

STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.) .................................123

KACANG PNJANG (Vigna unguilata) .................................................132

JAHE (Zingiber officinale) ....................................................................138

KAPULAGA (Elletria cardamomum) ...................................................145

KUNYIT (Curcuma domestica Val) ......................................................150

LADA (Piper nigrum L) ..........................................................................157

II

Page 4: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

1

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PADI GOGO (Oryza spp)

I. Pendahuluan

Pada saat ini pengadaan pangan khususnya beras masih terfokus pada lahan

sawah irigasi. Dengan semakin banyaknya lahan sawah irigasi subur yang

terkonversi untuk kepentingan non pertanian dan pertambahan penduduk

yang semakin meningkat, maka pengembangan lahan marjinal (lahan kering,

sawah tadah hujan dan lahan kritis) perlu dikembangkan. Tanaman padi

secara genetik merupakan tanaman semi aquatik. Dengan demikian sejak

awal pertumbuhan tanaman padi dilahan kering telah dihadapkan pada

lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan sifat genetiknya.

Budidaya tanaman padi pada lahan kering atau sering kita sebut dengan

budidaya padi gogo . Pada sistem budidaya padi gogo seolah-olah kita

anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air

dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya

dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan

sistem tanam gogo dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan

tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya

lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah

produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.

1

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PADI GOGO (Oryza spp)

I. Pendahuluan

Pada saat ini pengadaan pangan khususnya beras masih terfokus pada lahan

sawah irigasi. Dengan semakin banyaknya lahan sawah irigasi subur yang

terkonversi untuk kepentingan non pertanian dan pertambahan penduduk

yang semakin meningkat, maka pengembangan lahan marjinal (lahan kering,

sawah tadah hujan dan lahan kritis) perlu dikembangkan. Tanaman padi

secara genetik merupakan tanaman semi aquatik. Dengan demikian sejak

awal pertumbuhan tanaman padi dilahan kering telah dihadapkan pada

lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan sifat genetiknya.

Budidaya tanaman padi pada lahan kering atau sering kita sebut dengan

budidaya padi gogo . Pada sistem budidaya padi gogo seolah-olah kita

anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air

dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya

dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan

sistem tanam gogo dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan

tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya

lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah

produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.

1

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PADI GOGO (Oryza spp)

I. Pendahuluan

Pada saat ini pengadaan pangan khususnya beras masih terfokus pada lahan

sawah irigasi. Dengan semakin banyaknya lahan sawah irigasi subur yang

terkonversi untuk kepentingan non pertanian dan pertambahan penduduk

yang semakin meningkat, maka pengembangan lahan marjinal (lahan kering,

sawah tadah hujan dan lahan kritis) perlu dikembangkan. Tanaman padi

secara genetik merupakan tanaman semi aquatik. Dengan demikian sejak

awal pertumbuhan tanaman padi dilahan kering telah dihadapkan pada

lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan sifat genetiknya.

Budidaya tanaman padi pada lahan kering atau sering kita sebut dengan

budidaya padi gogo . Pada sistem budidaya padi gogo seolah-olah kita

anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air

dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya

dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan

sistem tanam gogo dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan

tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya

lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah

produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.

Page 5: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

2

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim1) Tanaman padi gogo dapat tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 450

LU – 450 LS.

2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman lada antara 19 - 270 C.

3) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan selama 3 bulan

berturut - turut.

4) Tanaman padi gogo memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa

naungan.

b. KetinggianTanaman padi gogo akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan

subtropis dengan ketinggian 0-1.500 m dpl. Di dataran rendah memerlukan

ketinggian 0 - 650 m dpl dengan temperatur 22 - 270C sedangkan di

dataran tinggi 650 - 1500 m dpl dengan temperature 19 - 230C.

c. Tanah1) Tanaman padi gogo dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, sehingga

jenis tanah tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasilnya. Sedangkan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

hasil adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

2) Untuk pertumbuhan tanaman padi gogo yang baik diperlukan

keseimbangan perbandingan penyusun tanah yaitu 45% bagian mineral,

5% bahan organic, 25% bagian air dan 25% bagian udara pada lapisan

tanah setebal 0-30 cm.

3) Sruktur tanah yang cocok untuk tanaman padi gogo adalah struktur

tanah yang remah. Tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat,

berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan ketersediaan

aiar cukup banyak.

4) Sebaiknya tanah tidak berbatu, jikapun ada batunya maka harus kurang

dari 50%.

5) Keasaman tanah (pH) bervariasi antara 5,5 sampai 8,0. Pada tanah

dengan pH lebih rendah pada umunya dijumpai gangguan kekahatan

unsur P, keracunan Fe dan Al. Sedangkan bila pH lebih bsar dari 8,0

dapat mengalami kekahatan Zn.

Page 6: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

3

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

III. Budidaya

a. Pemilihan Varietas

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan varietas padi gogo

untuk diusahakan di suatu daerah antara lain adalah;

1) Kesesuaiannya terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian tempat, iklim),

2) Umur tanaman yang erat kaitannya dengan curah hujan yang ada dan

pola tanam,

3) Ketahanan terhadap hama dan penyakit,

4) Produktivitas.

Adapun syarat benih yang baik adalah :

1) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan

hama gudang.

2) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah.

3) Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya.

4) Daya perkecambahan >80%.

b. Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah untuk pertanaman padi gogo dimulai sebelum atau

menjelang musim penghujan. Pengolahan tanah dilakukan sesuai kondisi

lahan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan

kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, yaitu menciptakan

keseimbangan antara padatan, aerasi dan kelembaban tanah. Ada lahan

yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak

perlu pengolahan tanah (zerro tillage) seperti tanah podzolik merah Kuning

di Sumatra yang memiliki tingkat kemiringan > 10%. Karena jika dilakukan

pengolahan tanah justru akan merugikan disamping menambah biaya juga

menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburannya

menurun. Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah

sempurna dengan oleh tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga

sistem olah tanah minimum lebih ekonomis. Cara pengolahan tanah adalah

sebagai berikut:

1) Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil

memperbaiki pematang dan saluran drainase.

2) Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik.

Page 7: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

4

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3) Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua

sebanyak 20 ton/ha.

4) Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan.

5) Tanah dibiarkan sampai hujan turun.

Dalam budidaya tanpa olah tanah untuk mengendalikan gulma digunakan

herbisida. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan, gulma (terutama alang-

alang) direbahkan atau dibakar terlebih dahulu, setelah tumbuh sekitar 60

cm (tidak sedang berbunga) baru diadakan penyemprotan. Takaran

herbisida jenis Roundup antara 5-6 l/ha dengan pelarut air antara 200 - 800

l/ha.

c. Penanaman

1) Waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan

menentukan keberhasilan padi gogo.

2) Penaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1 – 2 kali hujan, awal

musim penghujan (Oktober – Nopember). Bahkan ada petani yang telah

menebar benih pagi gogo sebelum hujan turun atau yang lebih dikenal

dengan sistem Sawur tinggal. Sistem tanam sawur tinggal dapat

dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan

basah antara 3 – 4 bulan) per tahun dan sulit mendapatkan tenaga kerja.

3) Penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang).

4) Benih yang dibutuhkan adalah 40 kg/ha untuk monokultur.

5) Jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 30 cm.

6) Lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih

perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur

dengan takaran 2 kg/20 kg benih.

7) Penanaman padi gogo dapat dilakukan bersama tanaman lain.

d. Pemupukan

1) Urea, SP36, dan KCl sesuai kesuburan tanah setempat.

2) Secara umum pupuk yang diperlukan untuk padi gogo adalah : 90 kg

N/ha (200 kg urea/ha), 36 kg P2O5/ha (100 kg SP36/ha), 60 kg K2O/ha

(100 kg KCl/ha).

3) Urea diberikan ½ bagian pada saat tanaman berumur 14 hari setelah

tugal bersama dengan keseluruhan takaran SP36 dan KCl.

4) Sisa urea diberikan saat tanaman berumur + 40 hari setelah tugal.

Page 8: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

5

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

5) Pemberian pupuk disertai dengan penyiangan.

6) Seluruh pupuk diisikan dalam larikan yang dibuat sepanjang baris

tanaman pada saat tanah dalam kondisi lembab, kemudian tutupkembali

dengan tanah atau dengan cara tugal pada jarak + 5 cm dari lubang

tanam sedalam 7 cm.

e. Pemeliharaan

1) Penyulaman

Penyulaman padi gogo dilakukan pada umur 1-3 minggu setelah tanam.

2) Penyiangan / Pengendalian Gulma

Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan

tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu.

Gulma yang tumbuh pada pertanaman padi gogo di lahan kering dapat

digolongkan menjadi golongan gulma berdaun lebar, golongan rumput

dan golongan teki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat

pengendalian gulma yang terlambat satu bulan dapat menurunkan hasil

sampai 17% (Lamid, Z.1984).

Pengendalian gulma dilakukan secara kultur teknis dan secara kimiawi

dengan menggunakan herbisida. Secara mekanis gulma dapat

dikendalikan dengan menggunakan cangkul atau kored.

Pelaksanaannya dilakukan pada saat tanaman berumur 14 – 28 hari dan

60 hst. Sedangkan untuk mengendalikan gulma secara kimiawi dengan

herbisida, dapat mengikuti petunjuk dari hasil Penelitian Puslitbangtan

Bogor tentang jenis herbisida yang dapat digunakan untuk pertanaman

padi gogo seperti Satunil 60 EC, Ronstar 25 EC dan Gasafax 80 WP.

3) Pembubunan / Pendaringan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan

1-2 minggu sebelum muncul malai.

4) Pengendalian hama penyakit tanaman

a) Hama Tanaman Padi Gogo

1. Hama lalat bibit

Lalat bibit (Atherigona oryzae) termasuk hama penting pada padi

gogo. Larva dari lalat ini menimbulkan kerusakan pada tanaman

Page 9: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

6

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

muda. Larva menyerang anakan tanaman padi yang sedang

tumbuh, sehingga anakan mati seperti terserang sundep. Anakan

yang dapat bertahan daunnya cacat dan mudah sobek dan pada

umumnya tanaman yang terserang hama ini dapat sembuh, tetapi

akan terlambat masak sekitar 7 – 10 hari.

Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan

penanaman padi gogo pada awal musim hujan. Penggunaan

varietas yang tahan seperti Arias, Seratus Malam Danau atas juga

dapat dilakukan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan

dengan seed treatment menggunakan Larvin 75 WP atau Marshall

25 ST. Sedangkan setelah tanaman berumur 7 hari dapat

dilakukan penyemprotan dengan Dekasulfan 350 EC.

2. Hama lundi

Hama lundi (Phillophaga helleri) atau lebih dikenal dengan hama

uret termasuk hama penting pada pertanaman padi gogo. Stadia

yang merusak dari hama lundi adalah larvanya. Untuk hidupnya,

hama ini membutuhkan kelembaban tanah yang tinggi. Disamping

itu hama lundi menyukai tanaman yang berakar serabut.

Pemakaian bahan organik juga dapat mendorong hama lundi,

karena larva yang baru menetas akan makan bahan organik yang

ada di dalam tanah. Tanaman padi yang terserang menjadi kerdil

dan kayu.

Pengendalian hama lundi secara kultur teknis dapat dilakukan

dengan penundaan pengolahan tanah sampai kumbang dewasa

selesai bertelur, yaitu kira-kira terjadi setelah 3 minggu turun hujan.

Dengan pengolahan tanah yang dalam, telur dan larva akan

terangkat ke permukaan tanah sehingga dapat dirusak oleh sinar

matahari atau musuh alaminya. Insektisida yang efektif untuk hama

lundi adalah Furadan atau Dharmafur 3 G yang diberikan dekat

alur tanaman pada saat tanam dengan dosis 10 kg/ha.

3. Hama wereng coklat

Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata

lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera).

Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi. Saat ini hama

Page 10: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

7

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

wereng paling ditakuti oleh petani di Indonesia. Wereng ini dapat

menularkan virus.

Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok

tnaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi

kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan

varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR 64, Cimanuk, Progo

dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti

laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penerapan pola

tanam, jangan menanam padi lebih dari 2 kali musim tanam

pertahun (3) pembajakan sisa-sisa panen dengan segera (4)

pemberian pupuk nitrogen secara bertahap. Pengendalian secara

kimiawi dapat dilakukan dengan penyemportan insektisida Applaud

10 WP, Applaud 400 FW atau Applaud 100 EC dengan dosis

sesuai petunjuk pada label.

4. Hama Walang Sangit ( Leptocoriza acuta )

Menyerang buah padi yang masak susu dengan cara menghisap

cairan di dalamannya.

Gejala: dan menyebabkan buah hampa atau berkualitas rendah

seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun

terdapat bercak bekas isapan dan buah padi berbintik-bintik hitam.

Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatan kebersihan,

mengumpulkan dan memunahkan telur, melepas musuh alami

seperti jangkrik; (2) menyemprotkan insektisida Bassa 50 EC,

Dharmabas 500 EC, Dharmacin 50 WP, Kiltop 50 EC.

5. Hama tikus (Rattus argentiventer)

Tanaman padi akan mengalami kerusakan parah apabila terserang

oleh hama tikus dan menyebabkan penurunan produksi padi yang

cukup besar. Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.

Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan

pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman.

Pengendalian: pergiliran tanaman, sanitasi, gropyokan, melepas

musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan pestisida

dengan tepat, intensif dan teratur, memberikan umpan beracun

seperti seng fosfat yang dicampur dengan jagung atau beras.

Page 11: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

8

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Penyakit Tanaman Padi Gogo

a. Bercak daun coklat

Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae).

Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan

bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi

tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan

kecambah mati.

Pengendalian: (1) merendam benih di dalam air panas,

pemupukan berimbang, menanam padi tahan penyakit ini,

menaburkan serbuk air raksa dan bubuk kapur (2:15); (2) dengan

insektisida Rabcide 50 WP.

b. Blast

Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.

Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai

malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai

dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan

makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.

Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah,

menanam varietas unggul yang tahan (laut tawar, IR 43, danau

atas, dll); (2) pemberian pupuk berimbang, khusuasya antara

nitrogen dan fosfat di saaat pertengahan fase vegetative dan fase

pembentukan bulir; (3) pergiliran varietas (4) menyemprotkan

insektisida Fujiwan 400 EC, Fongorene 50 WP, Kasumin 20 AS

atau Rabcide 50 WP.

c. Penyakit garis coklat daun ( Narrow brown leaft spot)

Penyebab: jamur Cercospora oryzae.

Gejala: menyerang daun dan pelepah. Tampak gari-garis atau

bercak-bercak sempit memanjang berwarna coklat sepanjang 2-10

mm. Proses pembungaan dan pengisian biji terhambat.

Pengendalian:b(1) menanam padi tahan penyakit ini seperti

Citarum, mencelupkan benih ke dalam larutan merkuri; (2)

menyemprotkan fungisida Benlate T 20/20 WP atau Delsene MX

200.

Page 12: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

9

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

d. Penyakit Busuk pelepah daun

Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.

Gejala: menyerang daun dan pelepah daun, gejala terlihat pada

tanaman yang telah membentuk anakan dan menyebabkan jumlah

dan mutu gabah menurun. Penyakit ini tidak terlalu merugikan

secara ekonomi.

Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit ini; (2)

menyemprotkan fungisida pada saat pembentukan anakan seperti

Monceren 25 WP dan Validacin 3 AS.

e. Penyakit fusarium

Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.

Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi

kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk,

tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah.

Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih

pada larutan merkuri.

f. Penyakit noda/api palsu

Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens.

Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai

hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak

menimbulkan kerugian besar.

Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan

fungisida pada malai sakit.

5) Panen

Umur panen padi gogo sekitar 110-130 hari dan bervariasi tergantung

varietas dan lingkungan tumbuh. Panen sebaiknya dilakukan pada fase

masak panen yang dicirikan dengan kenampakkan >90% gabah sudah

menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih

terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26 %. Panen yang

dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada saat jerami mulai

mengering, pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah

yang rontok saat dipanen.

Sebelum pemanenan, dilakukan pengeringan sawah 7-10 hari sebelum

panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan

Page 13: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

10

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan

menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper

binder panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar,

sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6

jam untuk 1 hektar. Perontokan hasil panen menggunakan pedal

thresher. Perontokan dengan pengebotan (memukul-mukul batang padi

pada papan) sebaiknya dihindari karena kehilangan hasilnya cukup

besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan yang dilakukan pasca panen

seperti berikut :

1. Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara

diinjak-injak (±60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting (±

16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat

terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat

dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya

memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen.

2. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau

dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %.

3. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar

airnya 14%. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika

menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin

daripada dijemur di halaman.

4. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan

jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap

dibawa ke tempat penggilingan beras (huller).

IV. Daftar Pustaka1. bp4kkabupantsukabumi.net, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi

Gogo, 10 februari 2012.2. Adhi Surya Perdana, Mahasiswa Swadaya Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian UGM, Budidaya Padi Gogo.3. www.gerbangpertanian.com/.../sistem-budidaya-padi-gogorancah.ht...

Sistem Budidaya Padi Gogo Rancah-gerbang Pertanian, 8 Juni 2010.4. hansdw08.student.ipb.ac.id/.../budi-daya-padi-gogo-galur-harapanip..

Budidaya Padi Gogo Galur Harapan IPB 97(praktikum)5. Husin M Toha dan Aan A.Darajat, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Sukamandi, Keragaan Varietas Unggul dan Galur Harapan Padi PadaBudidaya Padi Gogo dan Padi Sawah.

Page 14: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

11

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

JAGUNG MANIS (Zea mays)

I. Pendahuluan

Zea Mays Saccharata, atau jagung manis bukanlah sembarang jagung.Rasanya yang manis harga jual pun manis. Jagung manis adalah termasuksayuran yang potensial, masyarakat banyak mengkonsumsinya untuk jagungbakar, sayuran pelengkap yang lezat dan panganan alternatif yang enak danbergizi seperti bakwan jagung, pudding jagung, dan kue jagung. Bahkan adayang sudah mengolah untuk susu dan permen. Permintaan akan jagungmanis dari tahun ketahun meningkat drastis terutama untuk kota-kota besar.Ini adalah peluang yang bisa diraih petani dalam usahataninya untukmenambah pendapatan keluarganya.Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerahasal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Kajianfilogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakanketurunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam prosesdomestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk aslisetempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkansemua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Prosesdomestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhanyang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietasjagung, baik ras lokal maupun kultivar.

11

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

JAGUNG MANIS (Zea mays)

I. Pendahuluan

Zea Mays Saccharata, atau jagung manis bukanlah sembarang jagung.Rasanya yang manis harga jual pun manis. Jagung manis adalah termasuksayuran yang potensial, masyarakat banyak mengkonsumsinya untuk jagungbakar, sayuran pelengkap yang lezat dan panganan alternatif yang enak danbergizi seperti bakwan jagung, pudding jagung, dan kue jagung. Bahkan adayang sudah mengolah untuk susu dan permen. Permintaan akan jagungmanis dari tahun ketahun meningkat drastis terutama untuk kota-kota besar.Ini adalah peluang yang bisa diraih petani dalam usahataninya untukmenambah pendapatan keluarganya.Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerahasal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Kajianfilogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakanketurunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam prosesdomestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk aslisetempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkansemua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Prosesdomestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhanyang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietasjagung, baik ras lokal maupun kultivar.

11

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

JAGUNG MANIS (Zea mays)

I. Pendahuluan

Zea Mays Saccharata, atau jagung manis bukanlah sembarang jagung.Rasanya yang manis harga jual pun manis. Jagung manis adalah termasuksayuran yang potensial, masyarakat banyak mengkonsumsinya untuk jagungbakar, sayuran pelengkap yang lezat dan panganan alternatif yang enak danbergizi seperti bakwan jagung, pudding jagung, dan kue jagung. Bahkan adayang sudah mengolah untuk susu dan permen. Permintaan akan jagungmanis dari tahun ketahun meningkat drastis terutama untuk kota-kota besar.Ini adalah peluang yang bisa diraih petani dalam usahataninya untukmenambah pendapatan keluarganya.Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerahasal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Kajianfilogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakanketurunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam prosesdomestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk aslisetempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkansemua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Prosesdomestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhanyang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietasjagung, baik ras lokal maupun kultivar.

Page 15: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

12

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Kandungan gizi Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada

pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari

seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa

campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau

seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak

berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan

sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati

sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.

II. Syarat Tumbuh

a. IklimIklim memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan dari jagung

mainis. Farktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar

matahari dan curah hujan, temperature, kelembaban dan angin. Lokasi

penanaman jagung manis harus mendapat sinar matahari yang cukup dan

tidak terlindungi oleh tanaman lainnya. Jika tidak ada penyinaran dari

matahari, maka hasilnya akan berkurang. Adapun temperature yang optimal

untuk pertumbuhan jagung manis adalah antara 23 – 27o C.

b. Ketinggian

Tanaman jagung manis kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik di sawah

tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga didaerah

pegunungan pada keinggian 1.000-1.800 m dpl.

c. Tanah

1) Tanah yang sesuai untuk tanaman jagung manis adalah tanah yang

gembur/bertekstur ringan dan subur, karena tanaman ini memerlukan

aerasi dan pengairan yang baik. Tanaman jagung manis dapat tumbuh

baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang

paling baik bagi pertumbuhannya. Adapun tanah yang berat masih dapat

ditanami jagung manis dengan syarat harus ada pengerjaan tanah lebih

sering selama pertumbuhannya.

2) Derajat keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk budidaya jagung manis

adalah pH antara 5,5 – 7,0.

3) Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang

dibuat diantara barisan jagung.

Page 16: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

13

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

4) Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami

jagung manis dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringya tanah.

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada

waktu turun hujan

III. Budidaya

a. Benih1) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.

2) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.

3) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.

4) Kebutuhan benih 10-20 kg/ha.

5) Sebelum benih ditanam sebaiknya direndam dalam larutan anti semut

dan hama.

b. Pengolahan Lahan

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi diperoleh

lewat pengolahan tanah yang baik dan benar, yaitu dengan cara dibajak dan

digaru. Dengan pengolahan tanah akan diperoleh media yang sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangan akar, mengurangi keberadaan gulma serta

memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah. Untuk tiap 4 meter perlu dibuatkan

got yang berfungsi sebagai jalur irigasi dan drainase. Kegiatan ini dilakukan

minimal 15 hari sebelum tanam. Akan tetapi penanaman tanpa olah tanah

(TOT) bisa juga dilakukan untuk mengejar waktu tanam. Dengan catatan

pembersihan lahan harus tetap dijaga untuk mengurangi serangan hama atau

penyakit sisa dari tanaman terdahulu.

c. Penanaman1. Cara menanam jagung manis dilakukan dengan cara ditugal atau

membuat lubang tanam sedalam kurang lebih 5 cm. Adapun jarak

tanam yang dianjurkan adalah 70 x 40 cm (2 tanaman perlubang) atau

70 x 20 cm (1 tanaman perlubang).

2. Benih ditanam 2 -3 biji per lubang, kemudian diperjarang pada umur 2-3

minggu setelah tanam, di mana ditinggalkan tanaman yang tegap dan

sehat saja sehingga mencapai populasi yang diinginkan sesuai dengan

jarak tanam yang digunakan.

Page 17: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

14

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3. Waktu tanam jagung manis yang baik adalah pada musim hujan/

permulaan musim hujan yaitu. pada bulan September/Nopember.

Pengerjaan tanah hendaknya dilakukan jauh sebelumnya, sehingga

tanah dalam keadaan siap tanam.

d. PemupukanDalam budidaya jagung manis pupuk yang digunakan adalah pupuk

campuran antara ZA : SP-36 : KCL. Perbandingan dosis perhektar adalah

280 kg ZA : 210 KG SP-36 : 35 Kg KCL. Pemupukan campuran ini

dilakukan dlam tiga aplikasi secara berturut-turut, antara lain :

Umur 0 hari setelah tanam dengan dosis ZA : SP-36 : KCL adalah 70 :

140 : 35. Cara pemupukannya dengan ditugal pada jarak 5 cm dari

lubang tanam dan ditutup kembali.

Umur 15 hari setelah tanam dengan dosis ZA : SP-36 adalah 70 : 70

yang diaplikasikan dengan cara ditugal 10 cm dari lubang tanaman dan

ditutup kembali.

Umur 45 hari setelah tanam dengan dosis ZA sebanyak 140 kg yang

diaplikasikan dengan digejik pada jarak 10 cm dari lubang tanam dan

ditutup kembali.

e. Pemeliharaan1) Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau

gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman

secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar

tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk

mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah

tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman

sama dengan sewaktu penanaman.

2) Penyiangan Gulma

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman

jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu

dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang

pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah

maka dilakukan setelah tanaman berumur 14 hari.

Page 18: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

15

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3) Pembubunan / Pendaringan

Pembumbunan/pendaringan dilakukan bersamaan dengan penyiangan

untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan

menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena

adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 4 minggu, bersamaan

dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan

tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman.

Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4) Pengairan dan Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila

tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun

menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga

perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung

manis.

5) Pengendalian hama penyakit tanaman

1. Hama

a. Lalat bibit (Atherigona exigua S)

Gejala : serangan hama ini pada saat tanaman berumur 7 – 14 hst

dengan gejala daun berubah menjadi kekuning-kuningan, disekitar

gigitan atau bagian yang diserang mengalami pembusukan,

akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi

kerdil atau mati.

Ciri-ciri : Ciri-ciri lalat bibit adalah warna lalat abu-abu dengan

warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat

kekuningan, warna telur putih mutiara, panjang lalat 3 – 3,5 mm.

Pengendalian : Dengan penanaman serentak dan menerapkan

pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup, terutama setelah

selesai panen jagung. Mencabut dan memusnahkan tanaman yang

terserang, menjaga kebersihan lahan dari gulma, serta

mengendalikan dengan semprot pestisida menggunakan Dursban

20 EC, Hostation 40 EC, Marshal 25 ST dengan dosis sesuai

anjuran.

Page 19: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

16

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Hama ulat pemotong dan penggerek buah

Contoh ulat pemotong adalah Agrotis sp., Spodoptera litura.

Contoh ulat penggerek adalah Ostrinia furnacalis.

Contoh ulat penggerek buah adalah Helicoverpa armigera.

Gejala : Serangan ditandai dengan adanya bekas gigitan pada

batang, adanya tanaman muda yang roboh.

Pengendalian : Pengendalian hama-hama tersebut adalah dengan

tanam secara seremmpak pada areal yang luas, mencari dan

membunuh secara manual, serta melakukan semprot dengan

insektisida dengan dosis sesuai anjuran.

2. Penyakit

a. Penyakit bulai (Downy mildew)

Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica

serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas

serta keadaan udara lembab.

Gejala : (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku,

pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah

daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5

minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna

dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada

tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.

Pengendalian : (1) penanaman menjelang atau awal musim

penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman,

penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan

musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan penyemprotan

fungisida.

b. Penyakit bercak daun

Disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp,

Gejala : adanya bercak memanjang berwarna kuning dikelilingi

wanra kecoklatan. Semula, bercak tampak basah kemudian

berubah warna menjadi coklat kekuningan, dan akhirnya menjadi

coklat tua.

Page 20: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

17

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian : dengan cara pergiliran tanaman serta dengan

menyemprot bahan kimia seperti Daconil dan Difolatan.

c. Penyakit gosong bengkak

Disebabkan jamur Ustilago sp.

Gejala : menyerang biji, sehingga menyebabkan pembengkakan

yang mengakibatkan pembungkus menjadi rusak.

Pengendalian : dengan jalan mengatur irigasi dan drainase,

memotong bagian yang terserang dan dibakar, serta menggunakan

benih yang sudah dicampur dengan fungisida misalnya Saromyl.

d. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Penyebabnya adalah jamur Fusarium atau Giberella zeae.

Penyakit ini baru dapat diketahui setelah klobot dibuka. Biji-biji

yang terserang berwarna merah jambu atau merah kecoklatan

yang akan berubah warna menjadi coklat sawo matang.

Pengendalian : dengan menggunakan benih varietas unggul,

pergiliran tanaman, seed treatment, serta melakukan

penyemprotan dengan bahan aktif Mancozep bila ada gejala

serangan.

e. Panen

Menentukan saat panen yang tepat sehingga kadar gula

maksimum sangat penting. Soalnya, panen awal atau lambat akan

menurunkan kadar gula dalam biji. Waktu panen tidak hanya faktor

umur tetapi juga varietas, ketinggian tempat, dan musim. Di

dataran rendah (100—300 m) panen lebih cepat, sekitar umur 60

hari. Sedangkan dataran menengah (400—700 m) berkisar umur

70 hari. Bila musim hujan, dipastikan panen mundur sampai 75

hari, sebaliknya sewaktu kemarau lebih cepat, 65 hari. Suhu juga

ikut menentukan saat panen.

Ada rumus jitu menghitung saat panen yang tepat dengan metode

akumulasi suhu harian, yaitu: Saat panen = 570OC : (suhu rata-

rata -18OC).

Page 21: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

18

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Bila kita tanam pada Oktober, maka catat suhu rata-rata harian

bulan itu. Data bisa diperoleh dari Stasiun Klimatologi terdekat

(Stasiun Meteorologi. Misalnya, suhu rata-rata 26OC. Jadi, saat

panen = 570OC : (26OC - 18OC) = 71,25 hari. Dipastikan hasil

panen buah jagung manis yang bisa 8 – 10 ton/ha itu berkualitas

baik.

f. Pasca Panen

Setelah panen, jagung manis langsung diangkut ke gudang atau

ruang pendingin dan langsung dilaksanakan penyortiran dan

pengemasan dengan plastic roping film. Plastik ini berfungsi

sebagai penjaga kelelmbaban, mencegah kehilangan air,

memperpanjang kesegaranjagung manis.

IV. Daftar Pustaka

1. hendrazamri.blogspot.com/2012/02/budidaya-jagung-manis.htm,Permasala

han Pertanian : Budidaya Jagung Manis, 19 Februari 2012.

2. kebunduwit.blogspot.com/.../zea-mays-saccharata-atau-jagung-manis...Bud

idaya Jagung Manis, 27 Mei 2010.

3. ktnakampar.wordpress.com/2011/10/24/budidaya-jagung-manis, Budidaya

Jagung Manis, 24 Oktober 2011

4. epetani.deptan.go.id › Budidaya › Jagung…Budidaya Jagung Manis, 29

September 2010

5. Awalita Marvelia, Sri Darwanti, Sarjana Parman, Lab Biologi Struktur dan

fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP, Produksi Tanaman

Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang diperlukan dengan Kompos

Kascing dengan Dosis yang Berbeda, Bulletin Anatomi dan Fisiologi, Vol

XIV, No.2, Oktober 2006

Page 22: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

19

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

I. Pendahuluan

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman

kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur

kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai

tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein,

besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin

(B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan

buang air besar dan menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat

digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala

pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing kurang lancar, kurang darah,

jantung mengipas, dan kepala pusing. Dibanding dengan tanaman kacang-

kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi

dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan; (b) serangan hama dan

penyakit lebih sedikit; (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari; (d) dapat

ditanam pada tanah yang kurang subur; dan (e) cara budidayanya mudah.

II. Syarat Tumbuha. Iklim

Curah hujan optimal 50-200 mm/bln

Temperatur 25-27 derajat C

19

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

I. Pendahuluan

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman

kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur

kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai

tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein,

besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin

(B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan

buang air besar dan menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat

digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala

pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing kurang lancar, kurang darah,

jantung mengipas, dan kepala pusing. Dibanding dengan tanaman kacang-

kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi

dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan; (b) serangan hama dan

penyakit lebih sedikit; (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari; (d) dapat

ditanam pada tanah yang kurang subur; dan (e) cara budidayanya mudah.

II. Syarat Tumbuha. Iklim

Curah hujan optimal 50-200 mm/bln

Temperatur 25-27 derajat C

19

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

I. Pendahuluan

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman

kacang-kacangan yang banyak dimakan rakyat Indonesia, seperti: bubur

kacang hijau dan isi onde-onde, dan lain-lain. Kecambahnya dikenal sebagai

tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum, protein,

besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium, niasin, vitamin

(B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat melancarkan

buang air besar dan menambah semangat hidup. Selain itu juga dapat

digunakan untuk pengobatan hepatitis, terkilir, beri-beri, demam nifas, kepala

pusing/vertigo, memulihkan kesehatan, kencing kurang lancar, kurang darah,

jantung mengipas, dan kepala pusing. Dibanding dengan tanaman kacang-

kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi

dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan; (b) serangan hama dan

penyakit lebih sedikit; (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari; (d) dapat

ditanam pada tanah yang kurang subur; dan (e) cara budidayanya mudah.

II. Syarat Tumbuha. Iklim

Curah hujan optimal 50-200 mm/bln

Temperatur 25-27 derajat C

Page 23: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

20

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Kelembaban udara 50-80% dan cukup mendapat sinar matahari

b. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat sekitar 600 m dpl

c. Tanah

Tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban dan tersedianya

unsur hara yang cukup.

Tekstur : liat berlempung banyak mengandung bahan organic, aerasi dan

drainase yang baik.

Struktur tanah gembur

Keasaman (pH) tanah antara 5,8-7,0 dengan pH optimal 6,7

III.Budidaya

a. Penyiapan Lahan

1) Pada lahan kering (tegalan) pengolahan tanah dilakukan intensif

dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk tanah tegalan

yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm), dibuat petakan 3-

4 meter.

2) Tanah tegalan bekas tanaman jagung, kedelai atau padi gogo perlu

pengolahan tanah minimal.

3) Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat menekan serangan

lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan

perbaikan struktur tanah.

b. Penanaman

1) Digunakan benih varietas unggul nasional seperti No:129, Merak, Betet,

Walet,Gelatik, Murai, dll. Kebutuhan benih 15-20 kg/ha. Syarat benih

bebas hama, seragam bebas kotoran dan berumur pendek.

2) Pada daerah endemis hama lalat bibit dan untuk menghindari serangan

semut maka terlebih dahulu benih dicampur dengan Marshal 25 ST

(Carbosulfan) dengan takaran 10-15 g/kg benih atau Fipronil dengan

takaran 5 cc/kg benih.

Page 24: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

21

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3) Penanaman dilakukan dengan sistem tugal sebanyak 2-3 biji/lubang

dengan kedalaman 3-5 cm, kemudian ditutup dengan abu dapur/jerami

atau tanah halus atau pupuk kandang.

4) Kebutuhan benih berkisar 15-20 kg/ha. Jarak tanam bervariasi, yaitu

40x10 cm (populasi 300.000-400.000 tanaman/ha) pada musim hujan

atau 40x15 cm (populasi 400.000-500.000 tanaman/ha) pada pada

musim kemarau.

5) Pada saat tanam, kelembaban tanah tidak boleh terlalu tinggi karena

dapat menyebabkan biji busuk.

6) Penyulaman dapat dilakukan umur 7 hari

7) Waktu tanam pada lahan sawah pada musim kemarau setelah padi

dipanen, sedangkan pada lahan tegalan dilakukan pada awal musim

hujan.

c. Pemeliharaan

1) Pemupukan.

Pada tanah kurang subur diberikan pupuk dengan dosis 45 kg Urea, 45-

90 kg SP36 dan 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada saat tanam secara

larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman. Bahan organik

berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau abu dapur/abu hasil

pembakaran jerami sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk

menutup lubang tanam

2) Penggunaan mulsa jerami.

Penggunaan mulsa jerami yang ditebar pada hamparan pertanaman

kacang hijau secara merata dapat mengurangi serangan hama lalat

bibit, menekan pertumbuhan gulma, dan memperlambat proses

penguapan air tanah. Penggunaan jerami dengan takaran sebanyak 5

t/ha.

3) Penyiangan

Penyiangan dilakukan tergantung dengan pertumbuhan gulma, namun

sebaiknya dilakukan seawal mungkin karena tanaman kacang hijau tidak

dapat bersaing dengan gulma. Penyiangan dianjurkan pada umur 10-15

hari setelah tanam (hst) dan 25-30 hst, dengan cara dikored atau

menggunakan cangkul.

Page 25: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

22

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

4) Pengairan.

Kacang hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air,

yang penting tanah cukup kelembabannya. Namun, bila tanah

pertanaman kacang hijau kekeringan sebaiknya segera diairi terutama

pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat berbunga (umur 25 hst), dan

saat pengisian polong (umur 45-50 hst). Untuk kacang hijau yang

ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir), umumnya pengairan

dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan pertanaman di

tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan pengairan hanya

satu kali

d. Hama dan Penyakit

1. Hama

a) Pengendalian hama dapat dilakukan dengan menerapkan konsep

Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penggunaan insektisida

merupakan alternatif terakhir bila cara lain tidak dapat mengendalikan

hama.

b) Beberapa jenis hama tanaman kacang hijau antara lain : Lalat

Kacang (Ophiomya phaseoli), Ulat Jengkal Hijou (Phusia chalcites),

Ulat Grayak (Prodanio litura), Penggerek Polong (Maruca testulalis),

Kutu Aphis (Aphis craccivora), Kepik Hijau (Nezara viridula), dan Kutu

Thrips (Benusia tabaci).

c) Insektisida anjuran, antara lain adalah: Confidor, Regent, Curacron,

Atabron, Furadan, atau Pegassus dengan dosis 2-3 ml/l air dan

volume semprot 500-600 l/ha.

d) Untuk pengendalian lalat bibit, ulat daun maupun penggerek polong

dapat digunakan insektisida: Marshal, Fastac, Decis, Matador, dan

Atabron.

e) Untuk mengendalikan kutu dan kepik yang menyerang daun maupun

polong dapat digunakan insektisida: Decis, Basso, Kiltop, Ambush,

dan Larvin.

Page 26: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

23

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

f) Waktu penyemprotan insektisida tergantung populasi hama di

lapangan. Bila populasi telah mencapai ambang kendali, baru

dilakukan penyemprotan.

2. Penyakit

Penyakit yang sering muncul pada tanaman kacang hijau antara lain :

a) Penyakit yang disebabkan oleh jamur/cendowan seperti bercak-

bercak daun (Cercospora c.), karat daun (Uromycus sp),Kudis

(Elismoe iwatae), embung tepung (Erysipha p.) dan Rhizoctonia s.

Pengendalian :

1) Mekanis

Menanam varietas tahan seperti Walet, Nuri, Gelatik dan Kenari.

Membuat saluran drainase/bedengan.

Menghindari tanah dan sisa tanaman yang terinfeksi jamur atau

cendawan.

2) Kimiawi, penyemprotan fungisida pertanaman dengan Benlate,

Dithene M 45, Bayleton, Bavistin, TopsinM, Cobox atau Cuprovit

pada awal serangan dengan takaran 2 g/l air. Fungisida lain yang

dapat mengendalikan penyakit embun tepung dan bercak daun

adalah hexakonazol yang diaplikasikan pada umur 4 dan 6 minggu

untuk penyakit embun tepung atau 4, 5, dan 6 minggu untuk

penyakit bercak daun. Sementara itu penyakit embung tepung juga

dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan, seperti:

Sriti dan Kutilang.

b) Penyakit : Virus Belong (Blackgram mottle) dan Mosaik Kuning (Bean

yellow).

Pengendalian :

1) Mekanis :

Penanaman varietas tahan dan bebas virus.

Mencabut dan membakar tanaman terserang.

Melakukan pergiliran tanaman

2) Kimiawi, menggunakan insektisida untuk memberantas serangga

vektor di lapangan.

Page 27: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

24

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

e. Panen dan Pasca Panen

1) Panen dilakukan bila polong berwarna hitam atau coklat serta telah

kering dan mudah pecah.

2) Panen dilakukan dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu, dua

atau tiga kali tergantung varietas. Jarak antar panen kesatu dan ke dua

3-5 hari

3) Hasil panen langsung dijemur di atas lantai beralaskan terpal atau

karung dengan ketebalan 2-3 cm, selama 2-3 hari dan dilakukan

pembalikkan setiap + 3 jam.

4) Polong yang sudah kering dipukul-pukul sampai kulit polong pecah (di

dalam karung untuk menghindari kehilangan hasil) dan pemisahan biji

dari kulit polong dilakukan dengan nyiru, tampi, atau blower.

5) Sebelum disimpan biji kacang hijau di jemur kembali sampai mencapai

kering simpan yaitu kadar air 8 - 10 %.

IV. Daftar Pustaka

1) Atman, Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera

Barat. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan

Sawah.Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.1, Januari-April 2007: 89-95 hlm.

2) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Budidaya Kacang Hijautanaman

pangan.deptan.go.id/doc.../Budidaya%20Kacang%20Hijau.p.

3) Emlan Fauzi dan Abdul Azis Muda, 2012. Ketersediaan Teknologi dalam

Meningkatkan Produksi Kacang Hijau. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Aceh.

Page 28: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

25

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)

I. Pendahuluan

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali

dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika

penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang

Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa

oleh pedagang Cina dan Portugis.

Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang

bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya

kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.

Manfaat tanaman kacang tanah di bidang industri, digunakan sebagai bahan

untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan

dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil

minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya

selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan

pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak

yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein

(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung

mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium

dan Sulphur.

25

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)

I. Pendahuluan

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali

dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika

penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang

Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa

oleh pedagang Cina dan Portugis.

Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang

bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya

kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.

Manfaat tanaman kacang tanah di bidang industri, digunakan sebagai bahan

untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan

dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil

minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya

selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan

pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak

yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein

(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung

mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium

dan Sulphur.

25

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG TANAH (Arachis hypogeae L)

I. Pendahuluan

Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali

dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika

penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang

Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa

oleh pedagang Cina dan Portugis.

Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang

bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya

kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.

Manfaat tanaman kacang tanah di bidang industri, digunakan sebagai bahan

untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan

dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil

minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya

selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan

pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak

yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein

(27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung

mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium

dan Sulphur.

Page 29: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

26

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Tanaman kacang tanah membutuhkan curah hujan 800-1.300

mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan

bungan tdak diserbuki oleh lebah.

2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman kacang tanah antarra 28-

320 C.

3) Kelembaban udara berkisar 65-75%.

4) Penyiinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan

perkembangan besarnya kacang.

b. Ketinggian

Tanaman kacang tanah akan tumbuh dengan pada dengan ketinggian 50-

500 m dpl. Namun demikian masih dapat tumbuh di bawah ketinggian

1.500 m dpl.

c. Tanah

1) Tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah

yang gembur/bertekstur ringan dan subur.

2) Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah

adalah pH antara 6,0–6,5.

3) Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan

akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau

sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase

dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu

kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

III. Budidaya

a. Benih

1) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.

2) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.

3) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.

4) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.

Page 30: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

27

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

5) Kadar air benih berkisar 9-12 %.

6) Varietas unggul yang dianjurkan antara lain : Gajah, Macan, Banteng,

Kidang, Tapir. Varietas-varietas ini tahan terhadap penyakit layu, karat

dan bercak daun.

b. Pengolahan Lahan

1) Persiapan

Pengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah

benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan

dengan persyaratan tanaman kacang tanah.

2) Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari

segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar

pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk

memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan

tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada.

Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau

pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang

sulit dijangkau oleh alat baja dan alat garu sampai tanah siap untuk

ditanami.

3) Pembentukan Bedengan

Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan

sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak

curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring

bisa antara 30 - 40 meter.

c. Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada

tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan

jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur

dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm.

Page 31: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

28

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti

yang telah ditentukan di atas.

3) Cara Penanaman

Pilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi.

Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan

tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering adalah pada

awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni

(palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk

lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi rhizobium (benih

dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian benih

langsung ditanam paling lambat 6 jam.

d. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu

Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha.

Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan

dikanan kiri lubang tunggal.

e. Pemeliharaan

1) Pemangkasan dan Pengikatan Sulur Panjat.

Apabila pada tanaman lada telah tumbuh 8-10 buku (umur 5-6 bulan),

dilakukan pemangkasan pada ketinggian 25-30 cm dari permukaan

tanah. Pemangkasan dilakukan di atas2-3 buku. Tujuan pemangkasan

untuk merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut

harusdilekatkan dan diikatkan pada tajar lada. Pengikatan dilakukan

menggunakan tali rafia yang dibelah 2-4 agar tali rafia tidak menggangu

pertumbuhan lada. Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah

keluar tunas baru dan telah mencapai 7-9 buku pada umur sekitar 12

bulan, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.

Pemangkasan berikutnya dilakukan pada umur 2 tahun, sehingga

terbentuk kerangka tanaman yang mempunyai banyak cabang produktif.

Hasil pemangkasan sulur panjat tersebut dapat digunakan sebagai

sumber bahan tanaman/setek untuk pengembangan pembibitan lada.

Page 32: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

29

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Penyiangan Gulma

Penyiangan terhadap gulma atau tanaman pengganggu dilakukan

secara rutin yaitu membersihkan disekitar tanaman kacang tanah. Juga

agar tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma)

pada umur 5-7 hari.

3) Penyulaman

Penyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh,

untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain

kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

4) Pembubunan / Pendaringan

Pembubunan/pendaringan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah

di daerah barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk

memanjang sepanjang barisan tanaman. Pembubunan/pendaringan

dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, bertujuan untuk

menutup bagian perakaran.

5) Pengairan dan Penyiraman

Dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang tanah

memerlukan tanah yang lebih lembap. Lingkungan lembap ini diperlukan

sejak saat tanam sampai dua minggu sebelum panen. Pengaturan air

perlu diperhatikan karena kacang tanah tidak tahan genangan air. Fase

tanaman yang sangat kritis memerlukan air terjadi pada saat

perkecambahan, pembungaan, dan pengisian polong. Pada fase ini

apabila tidak ada hujan, air irigasi sangat diperlukan.

6) Pengendalian hama penyakit tanaman

1. Hama

a. Hama Uret

Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya

tanaman layu dan mati.

Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman

terserang dicabut dan uret dimusnahkan.

Page 33: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

30

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Hama ulat berwarna

Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering.

Pengendalian: penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin

85 S atau Sevin 5 D.

c. Hama grapyak

Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secar

berkelompok.

Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran

tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C.

d. Ulat jengkal

Gejala: menyerang daun kacang tanah.

Pengendalian: penyemprotan insektisidaBasudin 60 EC Azodrin 15

W5C, Lannate L Sevin 85 S.

e. Sikada

Gejala: menghisap cairan daun.

Pengendalian: (1) penanaman serempak pergiliran tanaman; (2)

penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500EC, Sevin

5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC.

f. Kumbang daun

Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan

pucuk bunga.

Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan

Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC.

2. Penyakit

a. Penyakit layu

Pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha

membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400

liter/ha.

b. Penyakit sapu setan

Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan,

semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan).

Page 34: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

31

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

c. Penyakit bercak daun

Pengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau

Dithane M 45,atau Deconil pada tanaman selesai berbunga,

dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali.

d. Penyakit mozaik

Pengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10

hari sekali sejak tanaman itu baru tumbuh.

e. Penyakit gapong

Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya,

kemudian baru diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800

liter/ha per aplikasi.

f. Penyakit Sclertium

Pengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan.

g. Penyakit karat

Pengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta

semua vektorpenularan harus dibasmi.

f. Panen

Umur panen tergantung pada varietas dan musim tanam, yaitu umur

pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang

tanah sudah siap dipanen antara lain :

a. Batang mulai mengeras

b. Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, polong sudah berisi

penuh dan keras

c. Warna polong coklat kehitam-hitaman

Cara panen kacang tanah adalah dengan mencabut tanaman, lalu memetik

polong (buahnya) terus bersihkan. Setelah panen, polong dirontokkan dan

dikeringkan hingga kadar airnya 12 %, yang ditandai oleh mudah

terkelupasnya kulit ari. Penundaan polong basah lebih dari 24 jam dapat

menyebabkan polong berlendir, mudah terinfeksi jamur Aspergillus flavus,

dan terkontaminasi aflatoksin yang menyebabkan kacang menjadi pahit

dan beraroma tengi

Page 35: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

32

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

g. Pasca Panen

Pilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan

berdasarkan derajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk

untuk dibuang. Setelah dipilah-pilah keudian lakukan penyimpanan dengan

benar dengan memasukan kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat

lalu disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.

Pengemasan bisa dilakukan untuk produk mentah/polong mentah dalam

bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kue atau bentuk

makanan yang sudah dimasak seperti kacang rebus, kacang goreng dan

berbagai jenis kue dari kacang tanah. Untuk pengangkutan pada prinsipnya

yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari

kualitas yang sudah disiapkan.

IV. Daftar Pustaka

1. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, TTG Budidaya Pertanian, Kacang

Tanah.

2. banten.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com..Budidaya Kacang

Tanah pada Lahan Kering, 21 Januari 2010.

3. bp4kkabsukabumi.net › Pertanian Tanaman Pangan, BP4K Kabupaten

Sukabumi, Budidaya Kacang Tanah, 24 Januari 2012.

4. teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kacang-tanah.html, 28

Oktober 2007.

5. www.gerbangpertanian.com/.../belajar-menanam-kacang-tanah-secara

benar, 10 Juni 2010.

Page 36: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

33

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KEDELAI ( Glycine max (L) Merril )

I. Pendahuluan

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh

manusia sejak 2500 SM. Dengan makin berkembangnya perdagangan

antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman

kedelai ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu

Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.

Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran

dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke

Bali, Nusa Tenggara, dan pulau lainnya.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Kedelai tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropics. Curah hujan

sekitar 100-400 mm/bulan, dengan curah hujan optimum antara 100-200

mm/bulan. Suhu yang dikehendaki antara 21-34 C, dengan suhu optimum

antara 23-27 C. Pada proses perkecambahan suhu yang cocok sekitar

30C. Saat panen sebaiknya pada musim kemarau karena berpengaruh

terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

33

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KEDELAI ( Glycine max (L) Merril )

I. Pendahuluan

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh

manusia sejak 2500 SM. Dengan makin berkembangnya perdagangan

antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman

kedelai ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu

Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.

Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran

dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke

Bali, Nusa Tenggara, dan pulau lainnya.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Kedelai tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropics. Curah hujan

sekitar 100-400 mm/bulan, dengan curah hujan optimum antara 100-200

mm/bulan. Suhu yang dikehendaki antara 21-34 C, dengan suhu optimum

antara 23-27 C. Pada proses perkecambahan suhu yang cocok sekitar

30C. Saat panen sebaiknya pada musim kemarau karena berpengaruh

terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

33

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KEDELAI ( Glycine max (L) Merril )

I. Pendahuluan

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh

manusia sejak 2500 SM. Dengan makin berkembangnya perdagangan

antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman

kedelai ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu

Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.

Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran

dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke

Bali, Nusa Tenggara, dan pulau lainnya.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Kedelai tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropics. Curah hujan

sekitar 100-400 mm/bulan, dengan curah hujan optimum antara 100-200

mm/bulan. Suhu yang dikehendaki antara 21-34 C, dengan suhu optimum

antara 23-27 C. Pada proses perkecambahan suhu yang cocok sekitar

30C. Saat panen sebaiknya pada musim kemarau karena berpengaruh

terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

Page 37: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

34

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Ketinggian Tempat

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan

ketinggian 0,5 - 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok

ditanam di lahan dengan ketinggian 300 - 500 m dpl.

c. Tanah

Jenis-jenis tanah-tanah yang cocok untuk budidaya kedelai yaitu : alluvial,

regosol, grumosol, latosol dan andosol dan kaya humus atau bahan

organik.

Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai perlu diberi bakteri

Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis

(kacang panjang).

Keasaman (pH) tanah antara 5,8 -7,0 namun pada pH 4,5 pun kedelai

dapat tumbuh.

III. Budidaya

a. Pengolahan Lahan

1) Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm dan di sekeliling

lahan dibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm.

2) Dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar

antara 3 cm – 10 cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm.

3) Antara petakan yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit

selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di

belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm

selanjutnya, lahan siap ditanami benih.

4) Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-

kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam

yang baik.

5) Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah,

kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm.

6) Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3

ton/ha

Page 38: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

35

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Penanaman

1) Penentuan Jarak Tanam

Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar

antara 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm,

25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm.

Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang

tumbuh yang seragam dan mudah disiangi.

Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya

pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.

Untuk jenis kedelai manis (edamame), jarak tanam berbeda dengan

kedelai biasa, yaitu 40 cm x 40 cm.

Untuk menghindari hama lalat bibit, sebaiknya pada saat penanaman

benih diberikan pula Furadan, Curater, atau Indofuran ke dalam lubang

tanam.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan,

penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5

cm.

Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat

dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.

Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu

dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman

antara 1,5 – 2 cm dan setiap lubang tanam diisi benih sebanyak 3 – 4

biji.

Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90%

yaitu 50 – 60 kg/ha.

3) Cara Penanaman

Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:

a) Monokultur

Kedelai yang ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering

namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami

padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan.

Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20

x 35 cm atau 20 x 40 cm.

Page 39: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

36

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Tumpangsari, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Umur tanaman tidak jauh berbeda.

Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman

yang liar.

Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan

terhadap hama dan penyakit.

Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai

dengan kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung,

kedelai dengan ketela pohon.

4) Inokulasi Rhizobium.

a) Budidaya kedelai pada lahan yang belum pernah ditanami kedelai,

maka benih sebaiknya dicampur dengan rizobium seperti Legin.

b) Bila rizobium tidak tersedia dapat menggunakan tanah yang sudah

pernah ditanami kedelai. Inokulasi rizobium bertujuan untuk

mengurangi pemakaian pupuk nitrogen (urea) karena tanaman

kedelai dapat memanfaatkan nitrogen yang ada di udara setelah

diinokulasi dengan rizobium.

c) Cara menginokulasi kedelai yaitu :

Siapkan benih kedelai dalam jumlah yang cukup. Siapkan rizobium

sebanyak 7,5 gram untuk 1 kg benih, atau tanah yang telah

ditanami kedelai sebanyak 1 kg untuk 9 kg benih.

Benih, rizobium atau tanah tersebut dimasukkan ke ember yang

diisi air secukupnya.

Apabila rizobium telah menempel ke benih secara sempurna, benih

segera dikeringkan di tempat yang sejuk sebelum ditanam.

Benih yang telah dicampuri rizobium harus secepatnya ditanam.

c. Pemeliharaan

1) Penyulaman

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari jika benih yang tidak

tumbuh lebih dari 10%, sebaiknya segera diganti dengan benih yang

telah dicampur Legin atau Nitrogen. Waktu penyulaman yang terbaik

adalah sore hari.

Page 40: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

37

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Penyiangan

a) Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan

kegiatan penyiangan.

b) Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan

pemupukan susulan yaitu pada umur 2-3 minggu.

c) Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai

berbunga, yaitu sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini

dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan).

d) Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh

menggunakan tangan atau kored. Jika arealnya cukup luas,

penyiangan dapat menggunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma

berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.

e) Pada saat penyiangan dilakukan pula kegiatan penggemburan tanah.

Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak

perakaran tanaman.

3) Pembubunan

Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar

tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat

penyakit yang berbahaya.

4) Penjarangan bertujuan untuk:

Mengurangi persaingan antar-tanaman dalam menyerap unsur hara di

tanah yang kurang subur.

Mencegah tanaman kekurangan sinar matahari di tanah yang subur.

Penjarangan dan penyulaman dilakukan ketika tanaman berumur 1-2

minggu setelah tanam.

Jumlah tanaman yang disisakan setelah penjarangan adalah dua

batang/ rumpun dan dipilih tanaman yang paling baik

pertumbuhannya.

5) Pemupukan

a) Pupuk dasar diberikan sebelum dilakukan penanaman, dosis untuk

lahan kering yang kurang subur yaitu : pupuk kandang/organik 2.000-

5.000 kg/ha, urea 50 kg/ha, TSP 50-75 kg/ha, dan KCl 50-75 kg/ha,

Page 41: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

38

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

atau dosis pupuk mengikuti anjuran/rekomendasi petugas penyuluh

setempat. Cara pemupukan dengan menyebar secara merata di

lahan atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang

tanam sedalam 5 cm.

b) Pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 20-30 hari setelah

tanam dan hanya dilakukan pada tanah yang kurang subur dengan

dosis Urea sebanyak 50 kg/ha. Pupuk diberikan dalam larikan di

antara barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah.

c) Untuk meningkatkan hasil produksi kedelai, dapat digunakan pula

ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan PPC (Pupuk Pelengkap Cair),

dengan dosis disesuaikan dosis anjuran.

d) Jenis kedelai manis (edamame) dosis pupuk dasar yaitu Urea 600 kg-

800 kg/ha, TSP 600 kg – 800 kg/ha, dan KCl 400 kg/ha.

6) Pengairan

a) Pengairan dilakukan saat perkecambahan (0 – 5 hari setelah tanam),

stadium awal vegetatif (15 – 20 hari), masa pembungaan dan

pembentukan biji (35 – 65 hari).

b) Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dilakukan

dengan menggenangi saluran drainase selama 15 – 30 menit.

Kelebihan air dibuang melalui saluran pembuangan.

c) Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan.

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek

yaitu sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang

panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.

d) Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan

tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila

kekeringan telah melalui batas toleransinya.

e) Jika kekeringan terjadi pada masa pembungaan dan pengisian polong

dapat menyebabkan kegagalan panen.

f) Pada lahan kering penyediaan air dapat dilakukan dengan mengatur

waktu tanamnya dan pemberian mulsa untuk mencegah penguapan

air secara berlebihan.

g) Pengairan tidak perlu dilakukan jika polong telah terisi penuh.

Page 42: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

39

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

h) Jika drainase tanah buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3- 4

meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam, hal ini

terutama dilakukan pada saat musim hujan.

7) Waktu Penyemprotan.

Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda

tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.

a) Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,

dilakukan sebelum benih ditanam.

b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15

WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak

2 kali seminggu setelah ditemukan telur.

c) Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida

Surecide 25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15

WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman setelah berumur di

atas 20 hari.

d) Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan

Dusban 20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50

hari.

e) Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50

EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu

pembentukan polong.

d. Hama dan Penyakit.

1. Hama

a) Aphis SPP (Aphis Glycine)

Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga

dan polong.

Gejala : layu, pertumbuhannya terhambat.

Pengendalian:

1) Mekanis/kultur teknis :

menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik,

bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti:

terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan;

Page 43: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

40

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

membuang bagian tanaman yang terserang hama dan

membakarnya;

2) Biologis : menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);

3) Kimiawi : penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan

daun bagian atas dan bawah.

b) Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)

Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang

memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih

berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.

Pengendalian :

1) Kultur teknis : waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan

subur (tidak pada bulan-bulan kering);

2) Kimiawi : penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC,

Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC.

c) Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)

Gejala : larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong

muda, bahkan seluruh tanaman.

Pengendalian : penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC,

Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.

d) Cantalan (Epilachana Soyae)

Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan

daun dan merusak bunga.

Pengendalian : sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.

e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)

Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah,

setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan

buah muda. Gejala : pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah

masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong

terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.

Pengendalian :

Page 44: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

41

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

1) Kultur teknis :kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen

padi), sebelum ulat berkembang biak;

2) Kimiawi : penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari

sebelum panen.

f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)

Gejala : polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.

Pengendalian : penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.

g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)

Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.

Pengendalian :

Pada saat benih akan ditanam, tanah diberi Furadan 36,

Setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami .

Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan

penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2

cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha.

Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

h) Kepik hijau (Nezara Viridula)

Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong,

memakan polong dan bertelur.

Gejala : polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam

atau kulit polong berbintik coklat.

Pengendalian : Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.

i) Ulat grayak (Prodenia Litura)

Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan

daun, dan berpencar mencari rumpun lain.

Pengendalian :

1) Mekanis : dilakukan sanitasi lingkungan;

2) Kimiawi : disemprot insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC,

Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC pada sore/malam hari (saat

ulat menyerang tanaman)

Page 45: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

42

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2. Penyakit

a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)

Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat

tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.

Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak

tanam rapat.

Pengendalian :

biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu

kebersihan sekitar tanaman dijaga,

pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan

merupakan tanaman inang penyakit tersebut.

b) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)

Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara

lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.

Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui

tanah dan irigasi.

Pengendalian :

1) Kultur teknis : varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan

terhadap penyakit layu;

2) Kimiawi : menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter

air.

c) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)

Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui

singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.

Gejala : bunga, buah dan daun mengecil.

Pengendalian : menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.

d) Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori)

Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan

dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika

cuaca cukup lembab.

Page 46: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

43

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Gejala : daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun

yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama

menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.

Pengendalian:

1) Kultur teknis : perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat;

2) Kimiawi : penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper

Sandoz.

e) Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)

Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin

yang menerbangkan dan menyebarkan spora.

Gejala : daun tampak bercak dan bintik coklat.

Pengendalian :

1) Kultur teknis : menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;

2) Kimiawi : menyemprotkan Dithane M 45.

f) Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)

Penyakit ini menyerang daun.

Gejala : permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah.

Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.

g) Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp)

Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi.

Gejala : batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian

membusuk dan mati.

Pengendalian :

1) Kultur teknis : memperbaiki drainase lahan;

2) Kimiawi : menyemprotkan Dithane M45.

h) Virus mosaik (virus)

Penyakit ini menyerang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar

virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).

Gejala : perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi

kerdil.

Pengendalian :

Page 47: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

44

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

1) Kultur teknis : penanaman varietas yang tahan terhadap virus;

2) Kimiawi : menyemprotkan Tokuthion 500 EC.

e. Panen.

1. Ciri dan Umur Panen

Panen kedelai dilakukan apabila :

a) sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena

serangan hama atau penyakit, lalu gugur

b) buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan

retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua

c) batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.

d) kedelai yang akan dipanen berumur sekitar 75-110 hari, tergantung

pada varietas dan ketinggian tempat.

e) kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada

usia 75-100 hari,

f) kedelai untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar

kemasakan biji sempurna dan merata.

2. Cara Panen

Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya

segera dapat dijemur.

Pemungutan dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a) Cara mencabut

Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang

pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang

berbuah.

Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang

sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.

Dilakukan pada tanah berpasir

b) Pemungutan dengan cara memotong

Menggunakan sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu

banyak menimbulkan goncangan sehingga dapat buah yang rontok

karena goncangn.

Page 48: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

45

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan

tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya yang menyimpan banyak

senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah.

Dilakukan pada tanah yang keras, karena pemungutan dengan cara

mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih

cepat.

3. Periode Panen

Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar

buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya

dilakukan secara bertahap, beberapa kali.

f. Pasca Panen

1. Pengumpulan dan Pengeringan

a) Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen segera dijemur di

atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari, jika

telah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah

sehingga bijinya mudah dikeluarkan.

b) Pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali

agar kedelai kering sempurna. Pembalikan juga menguntungkan

karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas

dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan

mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup

kering.

c) Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih dipilih dari tanaman-

tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri sebaiknya dijemur secara

terpisah dan dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15

%.

d) Penjemuran biji kedelai untuk benih sebaiknya dilakukan pada pagi

hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Perontokan biji dapat dilakukan dengan cara :

a) memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung

dengan kayu,

Page 49: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

46

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam

karung,

c) dirontokkan dengan alat pemotong padi.

Penyortiran dilakukan sbb :

a) Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan dan biji yang terpisah

kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya.

b) Biji yang luka dan keriput dipisahkan.

c) Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-

11 %.

d) Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung untuk

dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun

basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.

3. Penyimpanan dan pengemasan

a) Kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama dengan cara

disimpan dalam karung di tempat yang kering.

b) Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu

agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai.

c) Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan

sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

IV. Daftar Pustaka

1) Fiyanti Osman, 1996. Memupuk Padi dan Palawija. Penebar Swadaya.

2) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Tanaman

Kedelai (Glycine max L)

3) pustaka.unpad.ac.id/wp-content/.../budidaya_tanaman_kedelai.pdf

4) sawitwatch.or.id/download/.../151_Budi%20Daya%20Kedelai%201.

Page 50: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

47

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)

I. Pendahuluan

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk

dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm

atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas

mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan

‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong

(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan),

Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari

daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalamabad pertama, ke Jepang,

ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik,

terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di

seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas

1000 m dpl, baik liar maupun di tanam.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim

sedang.Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim

lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan

47

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)

I. Pendahuluan

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk

dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm

atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas

mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan

‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong

(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan),

Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari

daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalamabad pertama, ke Jepang,

ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik,

terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di

seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas

1000 m dpl, baik liar maupun di tanam.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim

sedang.Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim

lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan

47

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)

I. Pendahuluan

Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk

dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm

atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas

mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan

‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong

(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan),

Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China). Asal mula tanaman ini berasal dari

daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalamabad pertama, ke Jepang,

ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik,

terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di

seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas

1000 m dpl, baik liar maupun di tanam.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim

sedang.Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim

lembab (curah hujan tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan

Page 51: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

48

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

rendah), tetapi ada kecenderungan bahwa produk talas akan lebih baik

pada daerah yang beriklim rendah atau iklim panas.

2) Curah hujan rata-rata untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 1.000

mm/ tahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah

hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000

mm/tahun atau lebih.

3) Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka, dengan

penyinaran matahari secara penuh minimum 11 jam per hari adalah

sangat baik untuk pertumbuhan tanaman talas. Jika ditanam

pada tempat yang terlindung dimana tidak mendapat penyinaran

matahari, maka tanaman talas tidak akan tumbuh dengan baik

dan produksinya tidak akan mencapai optimal.

4) Tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30 derajat

C dan kelembaban tinggi.

b. Ketinggian Tempat

Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl, dengan ketinggian

optimal antara 250 ­ 1.100 meter dpl. Di Indonesia sendiri talas dapat

tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000 m

dpl, meskipun sangat lama dalam memanennya.

c. Tanah

1) Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan

organik atau humus.

2) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah,

misal tanah lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah

yang bebas air tanah, tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.

3) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di

tanah drainase baik dan pH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik

untuk talas tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila pH nya di bawah 5,0.

4) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila

tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang

panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok

Page 52: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

49

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

untuk tanaman ini ialah menjelang musim hujan, sedang musim panen

tergantung kepada kultivar yang di tanam.

III.Budidaya

a. Penyiapan Lahan

1) Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur

dan lepas. Pengolahan tanah jika talas di tanam setelah tanaman

sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma, mencangkul, membuat

bedeng bedengan dan pemupukan dasar.

2) Pembentukan Bedengan

Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m,

sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan

dengan jarak 45 cm atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau

kombinasi yang lain.

3) Pemupukan

Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk

buatan seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah

pupuk yang diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk

buatan) dan dua genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman.

Setelah di pupuk, di atasnya kemudian ditambahkan tanah yang

dicampur dengan jerami.

b. Penyiapan Bibit

1) Dengan anakan, sulur/pangkal umbi.

Perbanyakan yang umum dilakukan petani adalah secara vegetatif

yaitu dengan menggunakan bibit yang berasal dari anakan - anakan

yang tumbuh di sekitar umbi pokok.

Perbanyakan secara vegetative juga dapat dilakukan dengan

menggunakan sulur atau pangkal umbi yang berada di bawah pelepah

daun dengan cara mengikut sertakan sebagian tangkai daunnya.

Jika bibit tanaman yang akan digunakan berasal dari anakan atau

sulur maka setelah anakan/sulur tersebut dipisahkan dari umbi

Page 53: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

50

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

induknya jangan langsung ditanam, tetapi ditanam di persemaian

terlebih dahulu dengan jarak tanam yang agak rapat.

Bibit pada persemaian dirawat sampai umbinya mulai terbentuk. Jika

bibit dipersemaian akan dipindahkan, maka bibit tersebut digali dan

sebagian akarnya dibuang, daunnya dipotong kecuali daun termuda

yang masih kuncup.

Bagian bawah umbi dipotong dengan menyisakan bagian

umbinya yang berada dipangkal batang berikut akar­akarnya.

Umbi yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah

yang berukuran besar dengan diameter + 6,5 cm karena

umbi yang berukuran besar seperti itu akan lebih cepat tumbuh dan

tanaman akan menghasilkan umbi, daun maupun anakan yang lebih

banyak dan lebih besar.

2) Dengan menggunakan umbi.

Perbanyakan tanaman talas dapat dilakukan dengan menggunakan

umbi yang dipotong­potong menjadi bagian yang tipis­tipis dengan

ukuran berat masing-masing irisan 75-150 gram dan setiap irisan umbi

tersebut minimum terdapat satu mata tunas.

Irisan umbi tersebut biasanya tidak langsung ditanam sebab irisan

bagian dalam (daging umbi) masih basah sehingga

kemungkinan busuk sangat besar apabila langsung ditanam.

Setelah umbi dipotong­potong, kemudian diangin­anginkan agar

bagian dalam dari irisan menjadi kering. Cara lain yang

dapat dilakukan adalah dengan melapisi bagian dalam irisan dengan

abu.

Bibit yang mengalami proses tersebut tidak langsung ditanam tetapi

disemaikan terlebih dahulu pada media pasir atau tanah yang baik.

Pemindahan ke lapangan untuk dilakukan penanaman setelah bibit di

persemaian berdaun 2 ­ 3 helai. Pertanaman yang bibitnya berasal

dari persemaian biasanya pertumbuhannya lebih seragam sebab

daya tumbuhnya umumnya sama.

c. Penanaman

Page 54: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

51

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

1) Penentuan Pola Tanam

Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm

atau 50 x 70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan

dengan kondisi tanah dan keadaan musim. Jika pada musim hujan

digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman akan kurang

menyerap sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman menjadi

tinggi, sehingga akan meningkatkan resiko serangan penyakit.

2) Cara Penanaman

Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau

bila curah hujan merata sepanjang tahun.

Cara penanaman bibit talas, dengan meletakkan bibit talas tegak lurus

di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan tanah

agar dapat berdiri tegak.

Penimbunan kira-kira 7 cm, sehingga lubang tanam tidak seluruhnya

tertutup oleh tanah.

d. Pemeliharaan

1) Penyiangan dan Pembubunan

Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam

agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang dapat menjadi

pesaing dalam penyerapan unsur-unsur hara.

Pembubunan dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akar

bagian atas agar tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin.

Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

2) Pemupukan

Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah

yaitu mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar.

Pemupukan pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam dengan

dosis 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar, dengan cara membuat

lubang pupuk disamping lubang tanam 3 cm.

Pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3 bulan

dan umur 5 bulan masing-masing menggunakan urea sebanyak 100

Page 55: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

52

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

kg per hektar, dengan cara membuat larikan disamping baris tanaman

sejauh 7 cm pada pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada

pemupukan umur 5 bulan.

3) Pengairan dan Penyiraman

Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila

tidak tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang

panjang, tanaman talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok

untuk tanaman talas ini ialah menjelang musim hujan, sedangkan musim

panen bergantung kepada kultivar yang di tanam.

e. Hama dan Penyakit

1. Hama

a) Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)

Gejala : daun menjadi agak keriting.

Pengendalian : menggunakan insektisida carbaryl, diazinon dimetoat

dan malation.

b) Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)

Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan

seluruh helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun

juga, sehingga tanaman menjadi gundul.

Pengendalian :

Mengambil dan memusnahkan ulat tersebut.

Pembajakan lahan setelah panen karena kepompong berada di

dalam tanah, maka. Pengendalian dengan

Penyemprotan insektisida Carbaryl jika kerusakan mencapai 50 %.

c) Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)

Ulat makan tangkai daun sehingga tanaman menjadi gundul.

Pengendalian :

Mengambil dan memusnahkan ulat tersebut.

Pembajakan lahan setelah panen karena kepompong berada di

dalam tanah, maka. Pengendalian dengan

Penyemprotan insektisida Carbaryl 0,2% pada saat ulat masih

kecil.

Page 56: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

53

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

d) Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)

Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun,

sehingga warnanya berubah menjadi coklat.

Pengendalian: diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus

pulus atau dengan penyemprotan insektisida carbaryl, malation, dan

tri-chlorform.

e) Serangga bemisia tabaci (Hemiptera : Aleurodidae)

Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan

terhambat dan tanaman menjadi kerdil.

Pengendalian: menggunakan cabaryl, malation, dan tri-chlorform.

f) Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae

Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil

akan kehilangan lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan,

dan akhirnya kering.

Pengendalian: dengan insektisida dilakukan apabila kerusakan telah

mencapai 50 % dengan insektisida carbaryl dan dichorvos serta

monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan. Pengendalian lebih efektif

jika dilakukan pada saat ulat masih kecil.

g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)

Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau

kuning, karena serangga tersebut mengisap cairan daun.

Pengendalian: pestisida azodrin, caerol, galecron, plictron, omite dan

trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yang panjang dan

juga sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk mengendalikan

tungau yaitu Du Ter dan benlate.

h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)

Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah

5-10 cm, dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh

umbi terserang sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga

tanaman mudah di cabut. Tanaman yang terserang pertumbuhannya

agak kurang tegar dibanding dengan tanaman sehat. Kerugian yang

disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering. Serangan

Page 57: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

54

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

meningkat apabila petani menggunakan pupuk kandang.

Pengendalian: belum ada.

2. Penyakit

a) Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)

Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian

membesar menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering,

pada serangan berat seluruh daun mengering.

Pengendalian: menanam varietas tahan.

f. Panen

1. Ciri dan Umur Panen

Panen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, atau setelah

berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang dapat dipanen pada umur

4-5 bulan.

2. Cara Panen

Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon

talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari

pangkal umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari

tanah yang melekat.

3. Periode Panen

Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu

panen yang tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil.

Panen yang terlalu cepat akan menghasilkan talas yang tidak kenyal

dan pulen, sebaliknya jika panen terlambat akan menghasilkan umbi

talas yang terlalu keras dan liat.

4. Penundaan panen, dilakukan dengan :

Membiarkan umbi tetap di pertanaman namun seluruh pelepah daun

tanaman dipotong.

Tanaman talas yang dibiarkan di tempat tanpa dibongkar tetapi

hanya dipotong pelapah daunnya saja, dapat tahan sampai musim

tanam berikutnya tanpa merusak umbi.

Page 58: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

55

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Penundaan panen harus dilakukan secara hati­hati dan dengan penuh

perhitungan karena apabila terlalu lama umbi disimpan, maka

umbi tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman baru sehingga

kualitasnya akan menurun baik kandungan gizinya maupun

rasa umbinya.

g. Pasca Panen

1. Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan

mudah dijangkau oleh angkutan.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan

pada saat pencabutan berlangsung.

Penyortiran umbi talas dapat juga dilakukan setelah semua pohon

dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.

Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih

terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat

dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris pada daging

umbi.

3. Pengemasan dan Pengangkutan

Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan

selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri

dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang

terbuat dari bambu agar tetap segar.

IV.Daftar Pustaka

1) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Umbi-

umbian (Talas). tanamanpangan.deptan.go.id/doc_upload/Talas.pdf

2) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Talas

(Colocasia esculenta (L.) Schott )

Page 59: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

56

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.)

I. Pendahuluan

Ubi jalar atau biasa disebut ketela rambat merupakan tanaman palawija

penting sesudah jagung, semakin meningkatnya kebutuhan ubi jalar baik

sebagai konsumsi dalam rangka mendukung program diversifikasi pangan

maupun sebagai bahan baku industri lanjutan seperti mie, saus, pakan ternak

dan sebagainya, sehingga ubi jalar layak dibudidayakan karena disamping

bernilai jual tinggi juga memiliki prospek yang bagus dan peluang yang besar

untuk diusahakan. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal

tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian

tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyatakan

asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.

Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) merupakan sumber karbohidrat yang

dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan. Selain karbohidrat, ubijalar juga

mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan. Di Indonesia, ubi jalar umumnya dimanfaatkan

sebagai bahan pangan sampingan, namun di Irian Jaya, ubi jalar digunakan

sebagai makanan pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah

maupun lahan tegalan.

56

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.)

I. Pendahuluan

Ubi jalar atau biasa disebut ketela rambat merupakan tanaman palawija

penting sesudah jagung, semakin meningkatnya kebutuhan ubi jalar baik

sebagai konsumsi dalam rangka mendukung program diversifikasi pangan

maupun sebagai bahan baku industri lanjutan seperti mie, saus, pakan ternak

dan sebagainya, sehingga ubi jalar layak dibudidayakan karena disamping

bernilai jual tinggi juga memiliki prospek yang bagus dan peluang yang besar

untuk diusahakan. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal

tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian

tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyatakan

asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.

Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) merupakan sumber karbohidrat yang

dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan. Selain karbohidrat, ubijalar juga

mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan. Di Indonesia, ubi jalar umumnya dimanfaatkan

sebagai bahan pangan sampingan, namun di Irian Jaya, ubi jalar digunakan

sebagai makanan pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah

maupun lahan tegalan.

56

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamb.)

I. Pendahuluan

Ubi jalar atau biasa disebut ketela rambat merupakan tanaman palawija

penting sesudah jagung, semakin meningkatnya kebutuhan ubi jalar baik

sebagai konsumsi dalam rangka mendukung program diversifikasi pangan

maupun sebagai bahan baku industri lanjutan seperti mie, saus, pakan ternak

dan sebagainya, sehingga ubi jalar layak dibudidayakan karena disamping

bernilai jual tinggi juga memiliki prospek yang bagus dan peluang yang besar

untuk diusahakan. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal

tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian

tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyatakan

asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.

Ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) merupakan sumber karbohidrat yang

dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan. Selain karbohidrat, ubijalar juga

mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan. Di Indonesia, ubi jalar umumnya dimanfaatkan

sebagai bahan pangan sampingan, namun di Irian Jaya, ubi jalar digunakan

sebagai makanan pokok. Komoditas ini ditanam baik pada lahan sawah

maupun lahan tegalan.

Page 60: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

57

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab,

daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang

bersuhu 21-27 derajat C.

2) Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan

daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk

usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah

yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar

yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam

yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.

3) Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-

5000 mm/tahun, dengan curah hujan optimal antara 750-1500

mm/tahun.

b. Ketinggian Tempat

Daerah beriklim tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah

hingga ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m

dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi umur panen menjadi

panjang dan hasilnya rendah.

c. Tanah

1) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi

jalar, jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur,

banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.

Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering

menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.).

Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau

berdrainase jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar

kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.

2) Derajat keasaman (pH) tanah adalah 5,5 - 7,5. Sewaktu muda

memerlukan kelembaban tanah yang cukup.

3) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman

padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman

membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk

penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.

Page 61: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

58

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

III.Budidaya

a. Penyiapan Lahan

1) Pengolahan tanah dilakukan 15 hari sebelum tanam sekaligus

membentuk guludan, gulma maupun sisa-sisa tanaman yang ada

dibenamkan ke dalam guludan agar menjadi pupuk organik.

2) Tinggi guludan 25-30 cm, lebar 40-60 cm, jarak antar guludan 80-100

cm.

3) Pada tanah berat(berlempung) untuk membuat guludan yang gembur

perlu ditambah bahan organik sebanyak 10 ton/ha.

b. Penanaman

1) Tanaman ubi jalar diperbanyak dengan stek batang. Bibit yang bagus

diambil dari ujung batang yang masih muda dan sehat dengan panjang

stek 30 cm.

2) Ubi jalar dapat ditanam sepanjang tahun, waktu tanam yang baik pada

awal musim hujan.

3) Stek ditanam secara miring dengan kedalaman 15 - 17 cm, saat tanam

yang baik sore hari

4) Untuk mendapatkan hasil yang baik penanaman hanya 1 stek

5) Untuk luas tanaman l hektar dengan jarak tanam 100 cm x 25 cm

diperlukan bibit sebanyak 40.000 stek.

6) Sebelum ditanam, stek dicelupkan dulu dalam larutan banlate selama 5

menit

7) Ubi jalar dapat pula ditanam pada system tumpang sari dengan tingkat

naungan tidak lebih 30 %.

c. Pola Tanam.

Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan

tumpang sari dengan kacang tanah.

1) Sistem Monokultur

a) Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak

guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan

tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.

Page 62: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

59

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan

lubang tanam untuk tempat pupuk.

c) Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal

batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan

tanah dekat pangkal setek (bibit).

d) Masukkan pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha,

urea 1/3 bagian, TSP seluruh bagian dan KCl 1/3 bagian dari dosis

anjuran ke dalam lubang atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah

tipis-tipis. Dosis pupuk anjuran adalah 100-200 kg Urea/ha, 50 kg

TSP/ha, 100 kg KCl/ha. Pada saat pemberian pupuk dasar dapat

ditambahkan furadan sebanyak 20 kg/ha untuk menghindari hama

boleng pada ubi jalar.

2) Sistem Tumpang Sari

Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi

dan pendapatan per satuan luas lahan.

Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah

kacang tanah.

Cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem

monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi

guludan ditanami kacang tanah.

Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang

tanah 30 x 10 cm.

d. Pemeliharaan

1) Penjarangan dan Penyulaman

Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus

harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara

abnormal.

Bibit yang mati harus segera disulam.

Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian

diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian

pangkal setek ditimbun tanah.

Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat

sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.

Page 63: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

60

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Bibit (stek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam

ditempat yang teduh.

2) Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1

bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2

bulan.

Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap

sebagai berikut:

a) Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara

hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi jalar.

b) Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng

guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar

guludan.

c) Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan

pengairan hingga tanah cukup basah.

3) Pemupukan

Dosis pupuk anjuran yaitu 100-200 kg urea/ha, 50 kg TSP/ha, 100 kg

KCl/ha)

Pemupukan susulan dilakukan setelah tanaman berumur 1,5 bulan

dengan menggunakan sisa dosis pupuk anjuran, yaitu 2/3 urea dan 2/3

KCl.

Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem

tugal.

Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil

di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam

5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan

sambil ditimbun dengan tanah.

4) Pengairan dan Penyiraman

Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal

pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.

Setelah tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus

diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya

dialirkan keseluruh pembuangan.

Page 64: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

61

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinyu hingga

tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan.

Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3

minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.

Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari.

Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan

kontinyu seminggu sekali.

Hal yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah

menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).

e. Hama dan Penyakit

1. Hama

a) Penggerek Batang Ubi Jalar

Gejala: terjadi pembengkakan batang, beberapa bagian batang

mudah patah, daun-daun menjadi layu, dan akhirnya cabang-cabang

tanaman akan mati.

Pengendalian :

I. Mekanis/kultur teknis :

rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama;

pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang

berat;

II. Kimiawi :

Penyemprotan insektisida Curacron 500 EC atau Matador 25

dengan konsentrasi yang dianjurkan bila serangan hama >5 %.

b) Hama Boleng atau Lanas

Gejala: terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup

oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat. Hama ini

biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang sudah berubi, jika hama

terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak ubi hingga

menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.

Pengendalian :

I. Mekanis/kultur teknis :

pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak

sefamili dengan ubi jalar, misalnya padi-ubi jalar-padi;

Page 65: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

62

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

pembumbunan atau penimbunan guludan untuk menutup ubi

yang terbuka;

pengambilan dan pemusnahan ubi yang terserang hama cukup

berat;

penanaman jenis ubi jalar yang berkulit tebal dan bergetah

banyak;

pemanenan tidak terlambat untuk mengurangi tingkat kerusakan

yang lebih berat.

II. Kimiawi

Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti

Decis 2,5 EC atau Monitor 200 LC dengan konsentrasi

yangdianjurkan, jika tingkat serangan > 5%.

c) Tikus (Rattus rattus sp)

Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur

cukup tua atau

sudah pada stadium membentuk ubi.

Pengendalian :

I. Mekanis :

sistem gropyokan untuk menangkap tikus dan langsung

dibunuh;

penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang

tikus disekitar ubi jalar;

II. Kimiawi.

Pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.

2. Penyakit

a) Kudis atau Scab

Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-

daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat

menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis

sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali.

Pengendalian:

(1) pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit;

Page 66: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

63

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

(2) penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti

daya dan gedang;

(3) kultur teknik budi daya secara intensif;

(4) penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.

b) Layu fusarium

Gejala: tanaman tampak lemas, urat daun menguning, layu, dan

akhirnya mati. Pengendalian :

(1) penggunaan bibit yang sehat (bebas penyakit);

(2) pergiliran /rotasi tanaman yang serasi di suatu daerah dengan

tanaman yang bukan famili;

(3) penanaman jenis atau varietas ubi jalar yang tahan terhadap

penyakit Fusarium.

c) Virus

Gejala: pertumbuhan batang dan daun tidak normal, ukuran tanaman

kecil dengan tata letak daun bergerombol di bagian puncak, dan

warna daun klorosis atau hijau kekuning-kuningan. Pada tingkat

serangan yang berat, tanaman ubi jalar tidak menghasilkan.

Pengendalian :

(1) penggunaan bibit yang sehat dan bebas virus;

(2) pergiliran/rotasi tanaman selama beberapa tahun, terutama di

daerah basis (endemis) virus;

(3) pembongkaran/eradikasi tanaman untuk dimusnahkan.

d) Penyakit Lain-lain

Penyakit-penyakit yang lain adalah, misalnya, bercak daun

cercospora oleh jamur Cercospora batatas Zimmermann, busuk

basah akar dan ubi oleh jamur Rhizopus nigricans Ehrenberg, dan

klorosis daun oleh jamur Albugo ipomeae pandurata Schweinitz.

Pengendalian: dilakukan secara terpadu, meliputi perbaikan kultur

teknik budi daya, penggunaan bibit yang sehat, sortasi dan seleksi ubi

di gudang, dan penggunaan pestisida selektif.

Page 67: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

64

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

f. Panen.

1. Ciri dan Umur Panen

Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain: bila kandungan tepungnya sudah

maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus

(dikukus) rasanya enak serta tidak berair.

Waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman :

varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5

bulan, varietas ubi jalar berumur panjang (dalam) dipanen pada umur

4,5-5 bulan

panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan

penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan.

panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama

boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.

2. Cara Panen

Tata cara panen ubi jalar melalui tahapan sebagai berikut:

Tentukan pertanaman ubi jalar yang telah siap dipanen.

Potong (pangkas) batang ubi jalar dengan menggunakan parang atau

sabit, kemudian batang-batangnya disingkirkan ke luar petakan

sambil dikumpulkan.

Gali guludan dengan cangkul hingga terkuak ubi-ubinya.

Ambil dan kumpulkan ubi jalar di suatu tempat pengumpulan hasil.

Bersihkan ubi dari tanah atau kotoran dan akar yang masih

menempel.

Lakukan seleksi dan sortasi ubi berdasarkan ukuran besar dan kecil

ubi secara terpisah dan warna kulit ubi yang seragam. Pisahkan ubi

utuh dari ubi terluka ataupun terserang oleh hama atau penyakit.

Masukkan ke dalam wadah atau karung goni, lalu angkut ke tempat

penampungan (pengumpulan) hasil.

Semua umbi hasil panen harus diangkut jangan sampai ada umbi

yang tertinggal karena dapat menjadi sarang hama boleng.

g. Pasca Panen.

1. Pengumpulan

Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan

mudah dijangkau oleh angkutan.

Page 68: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

65

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2. Penyortiran dan Penggolongan

Pemilihan atau penyortiran ubi jalar dilakukan :

Pada saat pencabutan atau saat panen berlangsung.

Setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.

Bertujuan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit

umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran

besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris pada daging umbi.

3. Penyimpanan

Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tata

cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut:

a) Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering

selama 2-3 hari.

b) Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang

yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.

c) Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir

kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi

tertutup.

d) Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi

sampai 5 bulan.

e) Jika proses penyimpanan dilakukan dengan baik biasanya akan

menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan

dengan ubi yang baru dipanen.

f) Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah

melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau

terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-

30 derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90%.

IV. Daftar Pustaka1) BPTP Sulawesi Selatan. Teknologi Budidaya Ubi Jalarsulsel.litbang.deptan.

go.id/.../index.php?...budidaya-ubi-jalar...2) Jakes Sito, SP. Bercocok Tanam Ubi Jalar.penyuluhthl.files.wordpress.

com/.../budidaya-tanaman-ubijalar1.pdf3) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Ubi Jalar/KetelaRambat (Ipomoea batatas )

Page 69: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

66

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BUNGA MAWAR (Rosa hybrida)

I. Pendahuluan

Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.

Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol

atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari

dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,

menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas

(tropis).

II. Syarat Tumbuha. Iklim

1) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-

3000 mm/tahun.

2) Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar

matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang

kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore,

yang menyebabkan pengeringan tanaman.

3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap

lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis

maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan

kelembaban 70-80 %.

66

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BUNGA MAWAR (Rosa hybrida)

I. Pendahuluan

Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.

Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol

atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari

dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,

menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas

(tropis).

II. Syarat Tumbuha. Iklim

1) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-

3000 mm/tahun.

2) Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar

matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang

kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore,

yang menyebabkan pengeringan tanaman.

3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap

lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis

maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan

kelembaban 70-80 %.

66

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BUNGA MAWAR (Rosa hybrida)

I. Pendahuluan

Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.

Mawar yang dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol

atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari

dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,

menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas

(tropis).

II. Syarat Tumbuha. Iklim

1) Curah hujan bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-

3000 mm/tahun.

2) Memerlukan sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar

matahari, mawar akan rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang

kokoh. Sinar matahari pagi lebih baik dari pada sinar matahari sore,

yang menyebabkan pengeringan tanaman.

3) Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap

lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis

maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan

kelembaban 70-80 %.

Page 70: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

67

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Ketinggian Tempat

Mawar tumbuh baik pada:

1) Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan

maksimum 28–30 derajat C.

2) Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C,

maksimum 24–27 derajat C.

3) Ketinggian 1400 m dpl, suhu udara minimum 13,7-15,6 derajat C dan

maksimum 19,5-22,6 derajat C.

4) Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar dapat tumbuh dan

produktif berbunga di dataran rendah sampai tinggi (pegunungan) rata-

rata 1500 m dpl.

c. Tanah

1) Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30

%), subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik.

2) Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik dan kesuburan

tanah yang cukup baik.

3) Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal 5,5 -7,0. Pada tanah asam (pH

5,0) perlu pengapuran kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dengan

dosis 4-5 ton/hektar.

4) Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan oleh akar mawar.

III.Budidaya

a. Penyiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari gulma dan batu-batuan, kemudian tanah diolah

sedalam 30 cm,

Dibuat bedengan dengan lebar 100 – 120 cm tinggi 30 cm, jarak antar

bedengan 20 – 40 cm, panjangnya tergantung keadaan lahan.

Pupuk kandang disebar secara merata pada bedengan sebanyak 20 –

30 ton/hektar atau diisikan ke dalam lubang tanam rata-rata 1 – 2

kg/tanaman.

Dibuat lubang tanam dengan ukuran 45×45×45 cm .

Page 71: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

68

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Penyiapan Bibit

Penyiapan bibit mawar dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif.

Perbanyakan dengan biji (generatif) dilakukan untuk program pemuliaan

tanaman guna mendapatkan jenis mawar baru, terutama mawar hibrida

atau hasil silangan.

Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan cara stek batang atau

cabang, cangkok dan okulasi.

1) Cara stek batang atau cabang diperoleh dari batang atau cabang yang

sehat, berkayu cukup keras, diameter sebesar pensil. Batang atau

cabang dipotong sepanjang 15 – 25 cm, direndam dengan larutan ZPT ,

kemudian ditanam pada wadah persemaian yang berisi media campuran

pasir dan kompos dengan perbandingan 1 : 1, media persemaian harus

dijaga kelembabannya, wadah ditutup dengan plastik transparan.

Setelah 6 – 8 minggu, tiap bibit dapat dipindah ke masing-masing

polibag yang telah diisi media campuran pasir, kompos dan tanah subur

(1 : 1 : 1). Setelah bertunas dan pertumbuhannya kuat dapat

dipindahkan ke lapangan.

2) Cara mencangkok harus dipilih batang atau cabang mawar yang

pertumbuhannya sehat dan telah berbunga. Sayat kulit batang

sepanjang 2 – 3 cm, kupas kulitnya sampai terlihat bagian kayu, lendir

kambium dibersihkan dan dibiarkan mengering. Siapkan media cangkok

berupa campuran tanah dan pupuk kandang (1:1), siram sampai cukup

basah. Pasang lembar plastic atau sabut kelapa pada bgian bawah

batang yang telah disayat, ikat erat dengan tadli rafia, isikan media

dalam celah lembar plastik atau sabut kelapa, ikat bagian atanya.

Cangkokan dibiarkan selama 1 ½ - 2 bulan sampai keluar akar baru.

Potong cangkokan sebelum ditanam.

3) Cara okulasi, harus disiapkan batang bawah, mata tunas (entres), pisau

okulasi, dan pembalut lembar plastik. Iris batang bawah membentuk

huruf “T” sepanjang 2 – 3 cm pada ketinggian 10 – 15 cm dari

permukaan tanah. Sisipkan mata tunas pada celah sayatan pada batang

bawah. Ikat erat bidang okulasi mulai dari bawah ke arah atas. Hasil

Page 72: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

69

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

okulasi dapat dilihat setelah 7 – 15 hari, bila entres berwarna hijau

berarti okulasi berhasil. Bibit okulasi disiram 1 – 2 kali sehari, dipupuk

dengan N,P, K 10 g/10 liter air dengan cara disiramkan pada media

sebanyak 200 – 250 cc/tanaman. Bibit dapat ditanam ke lapangan atau

pot apabila telah cukup kuat.

c. Penanaman

Waktu tanam mawar adalah pada awal musim hujan (bila keadaan airnya

memadai dapat dilakukan sepanjang musim/tahun. Tanaman mawar yang

ditanam berupa bibit cabutan (tanpa tanah), dan bibit yang berasal dari

polybag.

1) Cara penanaman bibit mawar cabutan :

a) Bongkar bibit tanaman mawar dari kebun pembibitan secara cabutan.

b) Potong sebagian batang dan cabang-cabangnya, sisakan 20–25 cm

agar habitus tanaman menjadi perdu (pendek).

c) Potong sebagian akar-akarnya dengan gunting pangkas tajam dan

steril.

d) Rendam bibit mawar dalam air atu larutan Zat Pengatur Tumbuh

(ZPT) seperti Dekamon 1–2 cc/liter selama 15–30 menit.

e) Tanam bibit mawar di tengah-tengah lubang tanam dan akarnya

diatur menyebar ke semua arah. Timbun (urug) dengan tanah hingga

batas pangkal leher batang.

f) Padatkan tanah di sekeliling batang tanaman mawar pelan-pelan agar

akarakarnya dapat kontak langsung dengan air tanah.

g) Siram tanah di sekeliling perakaran tanaman hingga basah.

h) Pasang naungan sementara dari anyaman bambu/bahan lain untuk

melindugi tanaman mawar dari teriknya sinar matahari sore hari.

1) Cara penanaman bibit mawar dari polybag yaitu dengan

memindahkan bibit mawar dari polybag dipindahkan secara

lengkap bersama tanah dan akar-akarnya dengan cara sebagai

berikut :

a) Siram media dalam polybag yang berisi bibit mawar hingga

cukup basah.

Page 73: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

70

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Angkat polybag kemudian balikkan posisinya sambil ditekuk-

tekuk bagian dasarnya agar bibit mawar bersama tanah dan

akar-akarnya terlepas (keluar) dari polybag. Bila polybag

berukuran besar, maka pengeluaran bibit mawar dapat dengan

cara menyobek atau menyayat polybag tersebut.

c) Tanamkan bibit mawar ke dalam lubang tanam yang telah

disiapkan. Letak bibit mawar tepat di tengah-tengah lubang

tanam, kemudian timbun dengan tanah sampai penuh sambil

dipadatkan pelan-pelan

d) Siram tanah di sekeliling perakaran tanaman mawar hingga

cukup basah. Bibit mawar akan langsung segar dan tumbuh

tanpa melalui pelayuan atau istirahat dulu.

d. Pemeliharaan

1) Penyiangan

Kegiatan penyiangan biasanya bersamaan dengan pemupukan agar

dapat menghemat biaya dan tenaga kerja. Rumput liar yang tumbuh

pada selokan/parit antar bedengan dibersihkan agar tidak menjadi

sarang hama dan penyakit. Penyiangan sebulan sekali (tergantung

pertumbuhan gulma), dengan mencabut rumput-rumput liar (gulma)

secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman atau membersihkan

dengan alat bantu kored/cangkul.

2) Pemupukan

a) Jenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman

mawar adalah pupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila

pertumbuhan tunas lambat dipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5,

bila tangkainya lemah perbandingan pupuk NPK 5:15:5. atau

campuran pupuk yang terdiri dari 200–300 kg Urea ditambah 840 kg

TSP ditambah 250 kg KCL/ha/tahun.

b) Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Hortikultura (Balitro),

tanaman mawar perlu dipupuk pupuk NPK 5 gram/pohon pada saat

tanam atau 7–15 hari setelah tanam.

Page 74: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

71

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

c) Pemupukan berikutnya secara kontinyu setiap 3 - 4 bulan sekali,

tergantung keadaan pertumbuhan tanaman dengan dosis urea ±

1350 kg, TSP 2100 kg dan KCL 800 kg/ha/tahun. Tiap kali

pemupukan diberikan 1/4 - 1/3 dosis pupuk yaitu 337,5 - 450 kg Urea,

525–700 kg TSP dan 100–133 kg KCl/hektar.

d) Pemberian pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang

berbunga, dan setelah kuntum bunga layu. Cara pemberian pupuk

dengan ditabur dalam parit-parit kecil dan dangkal diantara barisan

tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman, kemudian ditutup dengan

tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah.

3) Pengairan.

a) Pada fase awal pertumbuhan (sekitar umur 1-2 bulan setelah tanam),

dilakukan secara kontinu tiap hari 1-2 kali. Pengairan berikutnya

berangsur-angsur dikurangi atau tergantung keadaan cuaca dan jenis

tanah (media).

b) Waktu pemberian air yang baik pada pagi dan sore hari, saat suhu

udara dan penguapan air dari tanah tidak terlalu tinggi.

c) Cara pengairan adalah dengan disiram secara merata menggunakan

alat bantu gembor.

e. Hama dan Penyakit

1. Hama

a) Kutu daun (Macrosiphum rosae Linn., Aphids)

Menyerang pucuk, sering menempel pada ranting dan kuncup bunga.

Gejala: mengisap cairan (sel) tanaman, sehingga menyebabkan

gejala abnormal, pada daun atau pucuk jadi keriting/mengkerut.

Dapat berperan sebagai vektor virus dan sering meninggalkan cairan

madu manis yang menempel pada permukaan daun, sehingga

menjadi penyebab penyakit embun jelaga (Capnodium sp.).

Pengendalian :

Mekanis, menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dan cuci bagian

tanaman yang terserang dengan sabun dan air.

Page 75: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

72

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Kimiawi, apabila populasi tinggi disemprot insektisida dengan

bahan aktif deltametrin 25 g/l atau bahan aktif betasiflutrin 25 g/l,

bahan aktif imidakloprid 200 g/l, bahan aktif profenofos 500 g/l,

bahan aktif alfametrin 15 g/l dan lain-lain pada konsentrasi yang

dianjurkan seperti insektisida Decis 2,5 EC atau Buldok 25 EC,

Confidor 200 LC, Curacron 500 EC, Fastac 15 EC pada

konsentrasi yang dianjurkan.

b) Kumbang

Gejala: memakan daun, tangkai dan kuntum bunga, sehingga bolong-

bolong/rusak pada bagian yang diserang. Larva sering memakan

perakaran tanaman.

Pengendalian :

Mekanis yaitu : mengumpulkan dan memusnahkan hama tersebut.

Kimiawi, disemprot dengan disemprot dengan insektisida dengan

bahan aktif deltametrin 25 g/l, bahan aktif permetrin 20 g/l dan lain-

lain seperti insektisida Hostathion 40 EC, Decis 2,5 EC, Ambush 2

EC, Elsan 60 EC, dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.

c) Siput berbulu

Gejala: pada stadium larva, menyerang tanaman dengan cara

memakan daun sebelah bawah yang menyebabkan daun berlubang

tinggal tulang daun.

Pengendalian :

Mekanis, merontokkan kepompong yang menempel pada

tanaman,

Kimiawi, disemprot dengan insektisida Brestan 60 (Moluskasida)

pada konsentrasi yang dianjurkan.

d) Tungau (Tetranychus telarius)

Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel

tanaman, pada bagian daun/pucuk, sehingga menyebabkan titik-titik

merah berwarna kuning/abu-abu kecoklat-coklatan.

Pengendalian:

Mekanis : jaga kebersihan (sanitasi) kebun.

Page 76: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

73

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Kimiawi, disemprot insektisida-akarisida dengan bahan aktif

propargit 570 g/l, bahan aktif dikofol 191 g/l seperti Omite 570 EC

atau Kelthane 200 EC atau Mitac 200 EC Meothrin 50 EC,

Nissuron 50 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang diajurkan.

e) Thrips

Gejala: merusak/mengisap cairan sel tanaman, terutama bunga,

daun, dan cabang. Menyenangi mawar bunga berwarna

kuning/terang lainnya. Pengendalian :

Mekanis, pemangkasan bagian tanaman yang terserang berat

Kimiawi dan disemprot dengan insektisida dengan bahan aktif

deltametrin 25 g/l dan lain-lain seperti Mesurol 50 WP, Tokuthion

500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC dan lain-lain pada

konsentrasi yang dianjurkan.

f) Nematoda akar (Meloidgyne sp.)

Gejala: menyerang akar tanaman mawar, dapat menembus ke bagian

batang sehingga menyebabkan gejala pertumbuhan kerdil, kadang

layu (kehilangan kekuatan tumbuh) dan terdapat bintil-bintil pada

akar.

Pengendalian:

Mekanis, pergiliran tanaman, sterilisasi media tanam.

Kimiawi, menggunakan bahan kimiawi (nematisida) : Furadan 3 G,

Rugby 10 G atau Indofuran pendidikan G pada saat tanam.

g) Hama-hama lain:

a. Ulat daun (Udea rubigalis), menyerang daun dan kuncup bunga

sehingga menjadi rusak/bolong-bolong.

Pengendalian: disemprot insektisida Hostathion 40 EC, Decis 2,5

EC, Dekasulfan 350 EC, Nomolt 50 EC atau Confidor 70 WS

pada konsentrasi yang dianjurkan.

b. Serangga malam (Night feeding insect), menyerang daun dan

bunga.

Pengendalian : disemprot dengan insektisida yang digunakan pada

pengendalian ulat daun.

a. Serangga pengisap sel tanaman (Leaf hoppers), menyerang daun

hingga bintik-bintik putih membentuk lingkaran.

Page 77: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

74

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang digunakan pada

pengendalian ulat daun.

d. Lalat (Dasyncura rhodophaga), larva akan merusak/memakan

tunas. Larva menjatuhkan diri ke tanah, kemudian dalam waktu

satu minggu berubah menjadi lalat.

Pengendalian :

Mekanis, memusnahkan tanaman yang terserang berat dengan

dibakar, menjaga kebersihan kebun.

Kimiawi, penyemprotan insektisida Agrohion 50 EC, Meothrin 50

EC atau Ofunack 40 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.

e. Kutu batang (Aulacaspis rosae).

Gejala: mengisap cairan sel tanaman, bagian daun dan batang.

Bagian yang terserang akan layu, lambat laun mengering (mati).

Pengendalian :

Mekanis, memangkas bagian tanaman yang terserang untuk

dimusnahkan/dibakar.

Kimiawi, disemprot dengan insektisida Decis 2,5 EC, Mitac 200

EC, Monitor 200 LC atau Orthene 75 SP pada konsentrasi yang

dianjurkan.

f. Kumbang kecil (Small carpenter bees).

Gejala: melubangi sekaligus merusak batang bagian dalam.

Tanaman yang diserang menjadi layu.

Pengendalian :

Mekanis, memangkas bagian tanaman yang diserang dan

dibakar.

Kimiawi, disemprot dengan insektisida : Decis 2,5 EC, Atabron

50 EC, Buldok 25 EC atau Bassa 50 EC pada konsentrasi yang

dianjurkan.

2. Penyakit

a) Bercak hitam

Gejala : daun bercak hitam-pekat yang tepinya bergerigi. Lambat laun

bercak-bercak berdiameter ± 1 cm menyatu, sehingga jaringan daun

di sekitarnya menjadi kuning. Dapat pula terjadi pada tangkai daun,

Page 78: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

75

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

batang, dasar bunga, kelopak dan tajuk bunga. Daun yang terserang

akan mudah berguguran.

Pengendalian mekanis: memangkas bagian tanaman yang sakit dan

menjaga kebersihan kebun (sanitasi).

Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif

Propineb dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan.

b) Karat daun

Gejala: bintik-bintik warna jingga kemerah-merahan pada sisi bawah

daun, pada sisi daun atas terdapat bercak bersudut warna kemerah-

merahan. Daun yang terserang berat akan mudah gugur (rontok).

Pengendalian mekanis : pemotongan/pemangkasan daun sakit

kemudian dimusnahkan.

Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang berbahan aktif Zineb

atau Maneb pada konsentrasi yang dianjurkan.

c) Tepung mildew

Gejala : terdapat tepung/lapisan putih pada permukaan daun sebelah

bawah dan atas. Daun/bagian tanaman yang terserang akan berubah

warna dari hijau menjadi kemerah-merahan, lambat laun

kekuningkuningan dan akhirnya daun-daun cepat rontok (gugur).

Pengendalian mekanis: memetik daun yang terserang untuk

dimusnahkan dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi).

Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida Belerang, atau yang

mengandung bahan aktif Pirazifos.

d) Bengkak pangkal batang

Gejala : terjadi pembengkakan pada pangkal batang dekat

permukaan tanah, sehingga tanaman menjadi kerdil dan akhirnya

mati.

Pengendalian mekanis: mencabut tanaman yang sakit untuk

dimusnahkan dan sewaktu pemeliharaan tanaman (pemangkasan)

menggunakan gunting pangkas yang bersih dan steril.

Pengendalian kimiawi: disemprot oleh bakterisida yang berbahan aktif

Streptomisin atau Oksitetrasikin.

e) Mosaik (belang-belang)

Gejala : daun menguning dan belang-belang, tulang-tulang daunnya

seperti jala.

Page 79: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

76

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian : penanaman bibit yang sehat, pemeliharaan tanaman

secara intensif, penyemprotan insektisida untuk pengendalian

serangga vektor, dan membongkar (eradikasi) tanaman yang sakit

untuk dimusnahkan agar tidak menular kepada tanaman yang

lainnya.

f) Bercak daun

Gejala : serangan cercospora bercak-bercak coklat pada daun-daun

tua, sedangkan bercak alternaria berwarna kehitam-hitaman.

Pengendalian mekanis : memotong/memetik daun yang sakit untuk

dimusnahkan dan menjaga kebersihan kebun (sanitasi).

Pengendalian kimiawi: disemprot fungisida yang mengandung bahan

aktif Tembaga (Cu).

g) Jamur upas

Gejala : terdapat lapisan kerak berwarna merah pada batang, dan

lambat laun batang akan membusuk serta mati.

Pengendalian mekanis: mengelupaskan kulit dan mengerok bagian

tanaman yang sakit, kemudian diolesi cat/ter, dapat pula sekaligus

memotong bagian batang yang terinfeksi berat.

Pengendalian kimiawi : disemprot fungisida yang berbahan aktif

Tridemorf.

h) Busuk bunga

Gejala : kuntum bunga yang telah membuka membusuk berwarna

coklat, dan berbintil-bintil hitam.

Pengendalian mekanis : membungkus bunga yang mulai mekar

dengan kantong kertas minyak/plastik dan penanganan pasca panen

bunga sebaik mungkin.

Pengendalian kimiawi : penyemprotan fungisida yang berbahan aktif

Benomil.

i) Penyakit Fisiologis

Gejala : kekurangan nitrogen menyebabkan warna daun hujau-muda

(pucat) kekuning-kuningan dan pertumbuhan tanaman menjadi

lambat (kerdil). Kekurangan phosfor menyebabkan tanaman menjadi

kurus dan kerdil, sedangkan kurang kalium daun-daun menjadi

mengering di sepanjang tepi/pinggirannya.

Page 80: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

77

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian: pemberian pupuk berimbang, terutama unsur N, P2O5,

dan K2O ataupun disemprot pupuk daun yang kandungan unsur

haranya tinggi sesuai (eradikasi) tanaman yang sakit untuk

dimusnahkan agar tidak menular kepada

tanaman yang lainnya.

f. Panen

Langkah yang perlu diperhatikan :

1) Panen dilakukan ketika bunga mekar optimal, yaitu pada saat bunga

udah mekar paling sedikit dua lembar. Bunga dipanen pada stadia

bunga 1-2 petal telah membuka dan sepal masih melekat pada

kuncupnya atau tergantung kultivar mawar potong.

2) Tanaman mawar yang bibitnya berasal dari stek ataupun okulasi dapat

dipanen pada umur 4-5 bulan setelah tanam atau tergantung varietas

dan kesuburan pertumbuhannya.

3) Pemanenan bunga mawar berikutnya dapat dilakukan rutin setiap 3 - 7

hari sekali atau tergantung keadaan bunga. Hasil panen berikutnya akan

terus meningkat, karena hampir semua rumpun sudah berbunga dan

tiap rumpunnya dapat lebih dari 1 tangkai bunga.

4) Panen sebaiknya dilakukan pagi hari jam 08.00 – 09.00 atau sore hari

jam 15.00, saat suhu udara tidak terlalu tinggi dan bunga berada dalam

kondisi turgor optimal. Bila bunga masih basah oleh embun atau hujan

maka panen sebaiknya ditunda sampai bunga kering agar tidak

terinfeksi oleh jamur.

5) Memanen bunga mawar tergantung dari tujuan penggunaannya, baik

digunakan sebagai bunga potong maupun sebagai bunga tabur.

Untuk bunga potong:

a. Bunga mawar dipanen dengan ketentuan 2 – 3 lembar kuntum

bunga telah mekar.

b. Batang dipotong diatas 2 – 3 mata tunas bawah dengan gunting

steril yang tajam.

Untuk bunga tabur:

a. Petik kuntum-kuntum bunga segar yang sudah mekar penuh.

Page 81: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

78

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Kuntum yang belum mekar ditinggalkan untuk dipetik pada tahap

berikutnya setelah mekar penuh.

7) Setelah panen, secepatnya bunga dimasukkan ke dalam keranjang dan

diberi larutan nutrisi dan pengawet kemudian diletakkan di ruangan yang

bersuhu dingin untuk mencegah penguapan berlebihan.

g. Pasca Panen

1). Pengumpulan pascapanen bunga potong mawar:

Kumpulkan bunga segera seusai panen dan masukkan ke dalam

wadah(ember) yang berisi air bersih. Posisi tangkai bunga diatur

sebelah bawah terendam air.

Angkut seluruh hasil panen ke tempat pengumpulan hasil untuk

memudahkan penanganan berikutnya.

2) Pengumpulan pascapanen bunga mawar tabur : kumpulkan kuntum

bunga mawar yang baru dipetik ke dalam suatu wadah (keranjang

plastik, tampah/ember berisi air bersih).

3) Penyimpanan

Untuk bunga potong mawar, simpan bunga yang telah dikemas ke

dalam ruang penyimpanan bersuhu dingin (cold storage) dengan

kelembaban relatif stabil 90%.

Untuk bunga mawar tabur, simpan di tempat/ruangan teduh, dingin,

lembab, dan sirkulasi udara baik.

IV. Daftar Pustaka

1) Direktorat Budidaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Hortikultura,

Departemen Pertanian, 2009. Standar Operasional Prosedur Budidaya

Bunga Potong Mawar (Rosa Hybrida)

2) Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Mawar ( Rosa

damascena Mill. )

Page 82: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

79

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BUNGA MELATI (Jasmine officinalle)

I. Pendahuluan

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang

hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut

Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665

di Inggris dibudidayakan melati putih (Jasmine sambac) yang diperkenalkan

oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati Jasmine

parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada

tahun 1923.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah

Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut

atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo),

Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta

Malete (Madura).

Kegunaan Jasminum sambac Maid of Orleans sebagai tanaman pot, bunga

tabur, pewangi teh, roncean dan minyak atsiri, Jasminum sambac Grand

Duke of Tuscany sebagai tanaman hias pot dan Jasminum officinale sebagai

pewangi teh dan minyak atsiri.

79

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BUNGA MELATI (Jasmine officinalle)

I. Pendahuluan

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang

hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut

Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665

di Inggris dibudidayakan melati putih (Jasmine sambac) yang diperkenalkan

oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati Jasmine

parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada

tahun 1923.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah

Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut

atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo),

Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta

Malete (Madura).

Kegunaan Jasminum sambac Maid of Orleans sebagai tanaman pot, bunga

tabur, pewangi teh, roncean dan minyak atsiri, Jasminum sambac Grand

Duke of Tuscany sebagai tanaman hias pot dan Jasminum officinale sebagai

pewangi teh dan minyak atsiri.

79

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BUNGA MELATI (Jasmine officinalle)

I. Pendahuluan

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang

hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut

Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665

di Inggris dibudidayakan melati putih (Jasmine sambac) yang diperkenalkan

oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati Jasmine

parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada

tahun 1923.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah

Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut

atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo),

Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta

Malete (Madura).

Kegunaan Jasminum sambac Maid of Orleans sebagai tanaman pot, bunga

tabur, pewangi teh, roncean dan minyak atsiri, Jasminum sambac Grand

Duke of Tuscany sebagai tanaman hias pot dan Jasminum officinale sebagai

pewangi teh dan minyak atsiri.

Page 83: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

80

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

1. Iklim

a. Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta

mempunyai iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah/tahun.

b. Suhu udara siang hari 28-36 °C dan suhu udara malam hari 24-30 °C,

c. Kelembaban udara yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.

d. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari, karena bunga melati

memrlukan penyinaran penuh dari pagi sampai sore agar mutu warna,

ukuran dan aroma lebih baik.

2. Ketinggian Tempat

a. Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada

ketinggian 10 - 1.600 m dpl.

b. Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga

ketinggian 600 m dpl,

c. Melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik

hingga ketinggian 1.600 m dpl.

d. Sentra produksi melati, seperti di Kabupaten Tegal, Purbalingga dan

Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik pada ketinggian

0-700 m dpl.

3. Tanah

a. Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah PodsolikMerah Kuning (PMK), Latosol dan Andosol.

b. Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat,aerasi dan drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahanorganik.

c. Derajat keasaman (pH) tanah yang baik bagi pertumbuhan melati adalah5-7.

III. Budidaya

1. Penyiapan Lahan.

a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan

yang tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.

b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga

gembur, kemudian biarkan kering angin selama 15 hari

Page 84: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

81

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

c) Pembentukan Bedengan, dengan membentuk bedengan selebar 100-

120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng 40–60 cm dan panjang

disesuaikan dengan kondisi lahan.

d) Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan

sebelum musim hujan.

2. Penyiapan Bibit

Perbanyakan tanaman melati dapat dilakukan dengan stek, rundukan dan

cangkokan.

a) Cara stek adalah memotong batang dari tanaman induk yang sehat,

dewasa, dan telah pernah berbunga sepanjang 15 – 25 cm, sebagian

daun dibuang. Untuk mempercepat pertumbuhan akar, pangkal batang

stek dioles Rootone-F. Stek batang ditanam pada polibag yang telah

diisi media tanam berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang

dengan perbandingan 1 : 1 : 1.

b) Cara rundukan, dipilih cabang yang sehat letaknya dekat dengan

permukaan tanah. Cabang induk dilengkungkan ke dalam tanah,

kemudian ditutup dengan tanah sedalam 10 – 15 cm. Bagian pucuknya

dibiarkan muncul di atas permukaan tanah. Dengan cara rundukan

tanaman dapat tumbuh dan berakar setelah berumur kira-kira 40 hari.

c) Cara mencangkok, tanaman induk melati sebaiknya dipilih batang yang

berdiameter 0,5– 1 cm. Kulit batang dikerat melingkar dengan pisau

sepanjang 5 cm, kemudian dikupas kulitnya, dan lapisan lendir dikerok.

Berikan media tanam berupa pupuk kandang dan tanah dengan

perbandingan 1 : 1, kemudian dibungkus dengan plastik atau sabut

kelapa, dan ikat kedua ujungnya. Kelembaban media harus dijaga.

Setelah cangkokan berakar banyak, batang bisa dipotong.

3. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm, jarak antar lubang

tanam 100 – 150 cm.

4. Pemupukan Dasar.

Pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang 1-3 kg/lubang tanam, TSP 3

gram/lubang tanam dan KCl 2 gram/lubang tanam, sehingga dosis

pupuk/ha adalah pupuk kandang 10 ton, TSP 180 kg dan KCl 120 kg.

Page 85: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

82

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

5. Penanaman.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Polibag yang

berisi bibit.

disobek bagian pinggirnya, kemudian dilepas, tiap lubang tanam ditanami

satu bibit. Stek diambil bersama tanah yang melekat pada perakarannya,

kemudian diletakkan dalam lubang tanam. Lubang tanam diisi tanah

sedalam 20 cm, kemudian bibit diletakkan ditengah lubang, selanjutnya

lubang diisi kembali dengan tanah sampai mendekati penuh. Sebagai

penguat, bibit diberi ajir yang diikatkan pada tanaman.

6. Pemeliharaan Tanaman

a) Penyulaman.

Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang

mati/tumbuhan abnormal dengan bibit yang baru.

Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata laksana

penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam

yang bibitnya perlu diganti.

Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan setelah

tanam.

Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidak menyulitkan

pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi

seragam.

Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat

sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.

b) Penyiangan

Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi

rumput liar (gulma).

Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam pemenuhan

kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara, sehingga perlu segera

dilakukan penyiangan untuk menghilangkan gulma.

Kegiatan penyiangan dilakukan bersama dengan kegiatan

pembubunan

c) Pemupukan

1) Umur 3 bulan, tanaman dapat diberikan pupuk NPK sebanyak ½

sendok teh/tanaman

Page 86: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

83

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Umur 6 bulan sebanyak 1 sendok teh/tanaman,

3) Selanjutnya setiap bulan tanaman dipupuk dengan NPK sebanyak 1

sendok teh/tanaman.

4) Dosis pupuk yaitu Urea 300-700 kg, TSP 300-500 kg dan KCI 100-

300 kg/ha/tahun.

5) Cara pemupukan dengan memasukan pupuk ke dalam lubang tugal

di sekeliling tajuk tanaman melati.

6) Waktu pemupukan adalah sebelum melakukan pemangkasan, saat

berbunga, setelah panen bunga dan pada saat pertumbuhan kurang

prima.

7) Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis

pupuk yang kaya unsur fosfor (P).

8) Pemupukan dapat diberikan dengan pupuk daun, dengan waktu

penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00)

atau sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik

menyengat.

d) Pemangkasan.

Pemangkasan perlu dilakukan untuk memelihara tajuk, merangsang

pertumbuhan tunas dan bunga.

Tinggi pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati

putih (J.sambac) dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari

permukaan tanah, sedangkan jenis melati Spnish Jasmine (J.

officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari permukaan tanah.

Sebaiknya pemangkasan dilakukan setahun sekali.

e) Pengairan dan Penyiraman

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan

ketersediaan air yang memadai.

Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur

kurang lebih 1 bulan.

Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari.

Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga

tanah di sekitar perakaran cukup basah.

Melati sangat rentan terhadap kekurangan air maka penyiraman

tanaman dilakukan setiap hari, tetapi tanaman juga harus dijaga agar

tidak tergenang.

Page 87: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

84

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

7. Hama dan Penyakit.1. Hama

1) Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)Pengendalian : dilakukan dengan cara memotong bagian tanamanyang terserang berat dan menyemprotkan insektisida yang mangkusdan sangkil, misalnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500EC .

2) Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)

Gejala : menyerang tanaman melati dengan cara menggerek/

melubangi bunga sehingga gagal mekar. Kuntum bunga yang

terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder

oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk.

Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya

Decis 2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .

3) Thips (Thrips sp)

Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag).

Gejala : menyerang dengan cara mengisap cairan permukaan daun,

terutama daun-daun muda (pucuk).

Pengendalian : dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis

tanaman inang di sekitar kebun melati dan menyemprotkan

insektisida yang mangkus : Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol

25 SP .

4) Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)

Hama ini hidup secara berkelompok pada tangkai tunas dan

permukaan daun bagian bawah hingga menyerupai sisik berwarna

abu-abu atau kekuning-kuningan.

Gejala : menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel

tanaman dan mengeluarkan cairan madu.

Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang

mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.

5) Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis).

Gejala: menyerang daun tanaman melati identik (sama) dengan

serangan ulat P. unionalis.

6) Hama Lain.

Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri)

dan kutu tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada

Page 88: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

85

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

cabang, ranting dan pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara

mengisap cairan sel, sehingga proses fotosintesis (metabolisme).

Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang

mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5 EC.

2. Penyakit

1) Hawar daun

Gejala : menyerang daun yang letaknya dekat permukaan tanah.

2) Hawar benang (Thread Blight)

Gejala : menyerang bagian cabang tanaman melati.

3) Hawar bunga (Flower Blight)

Gejala : bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang

bunga berguguran.

4) Jamur upas

Penyakit ini menyerang batang dan cabang tanaman melati yang

berkayu. Gejala : terjadi pembusukan yang tertutup oleh lapisan

jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman terinfeksi

Capnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev.

Gejala serangan capnodium adalah permukaan atas daun tertutup

oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.

5) Bercak daun

Gejala : bercak-bercak berwarna coklat sampai kehitamhitaman pada

daun.

6) Karat daun (Rust)

Gejala: pada permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak

kemerah-merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang

daun-daun yang tua.

7) Antraknosa

Gejala : terbentuk bintik-bintik kecil berwarna kehitam-hitaman.

Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang berwarna merah

jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat dapat

menyebabkan mati ujung (die back).

8) Penyakit lain

Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh

nematoda Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran

Page 89: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

86

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

tanaman. Virus kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman

melati, belang-belang daun dan kadang-kadang seluruh ranting dan

pucuk menjadi kaku.

8. Panen.

1) Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran

kuntum bunga sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah

mekar. Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah

tanam. Panen bunga melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara

berkali-kali sampai umur tanaman antara 5-10 tahun. Setiap tahun

berbunga tanaman melati umumnya berlangsung selama 12 minggu (3

bulan).

2) Cara Panen

a. Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni

saat sinar matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.

b. Pemetikan bunga Melati dilakukan secara manual. Jangan gunakan

pisau,gunting dan alat bantu yang tajam lainnya

c. Pemanenan dilakukan dengan memotong dahan/tangkai tanaman

yang berbunga, hindari luka pada tanaman saat memanen

3) Periode Panen

Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu.

Selanjutnya, produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian

meningkat lagi.

9. Pasca Panen.

Bunga melati akan cepat layu jika berada di tempat terbuka, untuk

mempertahankan/ memperpanjang kesegaran bunga, maka bunga

tersebut dihamparkan dalam tampi beralas lembar plastik kemudian

disimpan di ruangan bersuhu udara dingin antara 0-5 derajat C.

IV. Daftar Pustaka1) Direktorat Budidaya Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Hortikultura,

Departemen Pertanian, 2008. Standar Operasional Prosedur Melati.

2) migroplus.com/brosur/Budidaya%20melati.pdf

3) ocw.usu.ac.id/.../agr.312_handout_simplisia_bunga.pdf

Page 90: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

87

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

I. Pendahuluan

Cabe (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe

merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama

ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru

dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk

Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan

bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup

di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa

jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara

umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,

Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Curah hujan 600 -1250 mm/tahun dengan kelembaban 60-80%, dengan

suhu 18-27 derajat C, dengan suhu optimum 22-25 derajat C.

b. Ketinggian Tempat

Cabai merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran

tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl.

87

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

I. Pendahuluan

Cabe (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe

merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama

ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru

dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk

Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan

bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup

di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa

jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara

umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,

Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Curah hujan 600 -1250 mm/tahun dengan kelembaban 60-80%, dengan

suhu 18-27 derajat C, dengan suhu optimum 22-25 derajat C.

b. Ketinggian Tempat

Cabai merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran

tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl.

87

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

I. Pendahuluan

Cabe (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas

hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe

merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama

ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru

dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk

Negara Indonesia. Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan

bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup

di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa

jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara

umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,

Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Curah hujan 600 -1250 mm/tahun dengan kelembaban 60-80%, dengan

suhu 18-27 derajat C, dengan suhu optimum 22-25 derajat C.

b. Ketinggian Tempat

Cabai merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran

tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl.

Page 91: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

88

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

c. Tanah

Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang berstruktur remah

atau gembur, subur, banyak mengandung bahan organik, dengsn pH tanah

antara 6 -7.

III.Budidaya

a. Pengolahan Lahan

1) Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna dengan mencangkul

untuk membersihkan lahan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan

segala macam gulma yang tumbuh.

2) Dibuat bedengan dengan ukuran lebar 100 - 110 cm, tinggi bedengan 40

- 60 cm, jarak antar bedengan 80 cm, panjang bedengan 10 - 12 m atau

disesuaikan lebar parit, dan lebar parit 50 - 60 cm.

3) Dibuat saluran drainase karena tanaman cabai tidak bisa tergenang air.

4) pH tanah diusahakan 6 - 7, apabila pH kurang lakukan penaburan kapur

pertanian atau dolomit. Tanah yang terlalu asam akan menyebabkan

daun cabai berwarna putih kehijauan, serta rentan terhadap serangan

virus dan penyebab penyakit lainnya. Pengapuran lahan menggunakan

dolomit atau kapur gamping dengan dosis 2 - 4 t/ha atau 200 - 400 g/m2

tergantung pH tanah yang akan dinaikkan.

5) Bedengan untuk tanaman cabai bisa dipasang mulsa plastik hitam perak

kemudian dibuat lubang tanam, dengan jarak tanam 50 x 65 cm pada

daerah rendah dan 60 x 70 cm pada daerah tinggi, yang dilakukan

secara zigzag atau sejajar.

b. Penyiapan Bibit

1) Media pembibitan dapat dibuat dengan campuran sebagai berikut.

a) Mencampurkan 1 bagian pupuk kompos + 1 bagian sekam bakar + 1

bagian top soil tanah yang telah diayak halus lalu diaduk rata dan

ditambah dengan karbofuran sesuai dosis anjuran.

b) Media dimasukan ke dalam polybag ukuran 8 x 9 cm dan disusun di

bawah naungan atau sungkup yang telah disiapkan. Susunan harus

teratur agar tanaman mudah dihitung dan mudah dalam

pemeliharaan.

c) Polybag yang tersusun rapi diberi/disemprot air secukupnya sampai

basah.

Page 92: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

89

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

d) Menyiapkan benih cabai 14.000 batang/ha untuk cabai keriting dan

ditambahkan 10 % atau lebih populasi tanaman untuk penyulaman.

2) Prosedur penyemaian benih sebagai berikut.

a) Merendam benih cabai dengan air hangat secukupnya, diamkan

minimal 3 jam untuk siap ditanam. Benih yang mengambang dalam

rendaman jangan digunakan. Setiap benih cabai dimasukkan ke

dalam media sedalam 0,5 cm, lalu ditutup dengan kompos yang

halus.

b) Menutup polybag yang telah ditanam benih cabai dengan kertas

koran, lalu disiram sampai basah agar kelembabannya terjaga, lalu

naungan ditutup dengan insect screen atau daun rumbia, bisa juga

dengan jerami padi .

c) Menyiram koran yang menutupi polybag dengan air sampai basah

pagi dan sore hari. Setelah 3 hari atau setelah terlihat cabai mulai

tumbuh, maka kertas koran diangkat. Penyiraman berikutnya dengan

sprayer, usahakan media tanaman tetap basah.

d) Bibit cabai dapat ditanam di bedengan setelah umur 21-24 hari atau

tumbuh 4 helai daun sejati.

c. Penanaman.

1) Penanaman bibit pada bedengan dilakukan setelah berumur 21-24 hari.

2) Jarak tanam 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x 75 cm untuk

dataran tinggi.

3) Untuk menanggulangi stress saat pindah tanam, penanaman dilakukan

pada sore hari atau pagi hari sekali. Setelah selesai tanam dilakukan

penyiraman air secukupnya dengan cara disemprotkan dengan tekanan

rendah dan merata sampai keakarnya.

4) Penanaman diusahakan serentak selesai dalam 1 hari.

d. Pemeliharaan

1. Pengairan

Air sangat diperlukan dalam pertumbuhan tanam cabai karena

kekurangan air pada tanaman cabai akan menyebabkan tanaman kerdil,

buah cabai menjadi kecil dan mudah gugur.

Ada empat cara pengairan yang dapat dilakukan pada tanaman cabai

yaitu:

Page 93: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

90

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

1) Pemberian air permukaan tanah meliputi penggenangan (flooding),

biasanya dipersawahan dan pemberian air melalui saluran-saluran

dan dalam barisan tanaman;

2) Pemberian air di bawah permukaan tanah dilakukan dengan

menggunakan pipa yang dibenamkan di dalam tanah;

3) Pemberian air dengan cara penyiraman sangat efisien, misalnya pada

tanah bertekstur kasar, efisiensi dengan menyiram dua kali lebih

tinggi dari pemberian air permukaan;

4) Pemberian air dengan irigasi tetes, air diberikan dalam kecepatan

rendah di sekitar tanaman dengan menggunakan emitter. Pada

pemberian air dengan menyiram dan irigasi tetes dapat ditambahkan

pertisida atau pupuk.

2. Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman umur 7 hst (hari setelah

tanam), ajir dibuat dari bambu dengan tinggi 1 - 1,5 m.

Apabila ajir terlambat dipasang akan menyebabkan kerusakan pada

akar yang sedang berkembang.

Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan mulai umur 3 minggu sampai

dengan 1 bulan yaitu mengikatkan batang yang berada di bawah

cabang utama dengan tali plastik pada ajir.

Pada saat tanaman berumur 30 - 40 hst, ikat tanaman di atas cabang

utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50

- 60 hst, agar tanaman tidak rebah dan buah tidak jatuh.

3. Pewiwilan / Perempelan

Tunas yang tumbuh di ketiak daun perlu dihilangkan dengan

menggunakan tangan yang bersih.

Perempelan dilakukan sampai terbentuk cabang utama yang di tandai

dengan munculnya bunga pertama. Tujuan perempelan untuk

mengoptimalkan pertumbuhan.

4. Pemupukan.

Dapat dilakukan dengan 2 alternatif yaitu :

a) Pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang kuda (20-30 ton/ha) atau

pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) dan Pupuk SP-36 (300-400

Page 94: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

91

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

kg/ha) dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri

dari pupuk urea (200-300 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (250-

300 kg/ha), diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah

tanam masing-masing 1/3 dosis, dengan cara disebarkan disekitar

lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah.

b) Pupuk dasar terdiri atas pupuk kandang kuda (20-30 ton/ha) dan NPK

16-16-16 (700-1000 kg/ha), diberikan satu minggu sebelum tanam.

Pupuk susulan adalah NPK 16-16-16 (300-500 kg/ha) diberikan

dengan cara pupuk dilarutkan dalam air (2 gr/lt) kemudian disiramkan

pada lubang tanam atau sekitar tanaman (100-200 ml/tanaman),

setiap 10-14 hari, dimulai satu bulan sesudah tanam.

5. Penyiangan

Gulma selain sebagai tanaman kompetitor juga dapat sebagai tempat

berkembangnya hama dan penyakit tanaman cabai oleh karenanya

penyiangan harus dilakukan untuk membersihkan daerah sekitar

tanaman dari gulma. Penyiangan dapat dilakukan secara manual

dengan garu atau mencabut gulma secara hati-hati.

e. Hama dan Penyakit

1. Hama.

1) Kutu daun persik (Myzus persicae Sulz.)

Gejala : tanaman yang terserang daunnya menjadi keriput dan

terpuntir, dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (kerdil).

Kerusakan pada daun muda yang menyebabkan bentuk daun keriput

menghadap ke bawah adalah ciri spesifik gangguan kutu daun.

Bagian daun bekas tempat isapan kutu daun berwarna kekuningan.

Pengendalian :

a) Mekanis/kultur teknis :

Pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang kutu daun

yang ada di sekitar areal pertanaman cabai;

Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mengurangi

masuknya kutu daun dari luar pertanaman cabai;

Pengaturan pola tanam, misalnya tumpangsari dengan bawang

daun, pola tumpang gilir dengan bawang merah, tanaman

bawang dapat bersifat sebagai pengusir hama kutu daun;

Page 95: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

92

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Biologis dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami antara lain

parasitoid Aphidius sp., kumbang macan Menochillus sp., dan larva

Syrphidae, Ischiodon scutellaris;

c) Kimiawi dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman

contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang berbahan aktif

fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan

pada sore hari.

2) Thrips (Thrips parvispinus Karny).

Gejala : mula-mula daun yang terserang memperlihatkan noda

keperakan yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan

hama tersebut. Setelah beberapa waktu, noda keperakan tersebut

berubah menjadi kecoklatan terutama pada bagian tepi tulang daun.

Daun-daun mengeriting ke arah atas.

Pengendalian :

a) Mekani/kultur teknis :

Pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang hama

Thrips yang ada di sekitar areal pertanaman cabai;

Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat mencegah hama

Thrips mencapai tanah untuk menjadi pupa sehingga daur hidup

Thrips akan terputus.

Pemasangan mulsa jerami di musim kemarau akan

meningkatkan populasi predator di dalam tanah yang pada

akhirnya akan memangsa hama Thrips yang akan berpupa di

dalam tanah;

Pengaturan pola tanam, misalnya pola tumpang gilir dengan

bawang merah akan menekan serangan hama Thrips pada

tanaman cabai muda;

b) Biologis : dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami, antara lain,

kumbang Coccinellidae, kepik Anthocoridae, kumbang

Staphylinidae, dan larva Chrysopidae.

c) Kimiawi : dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman

contoh sekitar 15 %, dengan insektisida yang berbahan aktif

fipronil atau diafenthiuron. Penyemprotan sebaiknya dilakukan

pada sore hari.

Page 96: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

93

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3) Tungau (Polyphagotarsonemus latus Banks).

Gejala umum adalah tepi daun keriting menghadap ke bawah seperti

bentuk sendok terbalik dan terjadi penyempitan daun. Daun yang

terserang berwarna keperakan pada permukaan bawah daun,

menebal dan kaku, pertumbuhan pucuk tanaman terhambat.

Serangan berat terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian :

a) Mekanis/kultur teknis :

Pembersihan semua gulma dan sisa tanaman inang hama

tungau.

Diusahakan pertanaman cabai tidak berdekatan dengan

pertanaman singkong yang merupakan inang potensial hama

tungau;

Tanaman yang terserang berat dicabut atau pucuk-pucuknya

dipotong kemudian dikumpulkan dan dibakar;

b) Kimiawi dapat dilakukan pada tingkat kerusakan daun/tanaman

contoh sekitar 15 %, dengan menggunakan akarisida, antara lain;

yang berbahan aktif amitraz, abamektin, dikofol, atau propargit.

4) Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel)

Gejala serangan lalat buah pada buah cabai ditandai dengan

ditemukannya titik hitam pada pangkal buah. Serangan berat terjadi

pada musim hujan.

Pengendalian :

a) Mekanis : dilakukan dengan mengumpulkan semua buah cabai

yang rontok kemudian dibakar, karena larva di dalam buah cabai

akan berubah jadi pupa yang akhirnya menjadi lalat buah baru.

Dengan cara ini, siklus hidup lalat buah akan terputus;

b) Kimiawi :

Menggunakan atraktan yang berbahan aktif metyl eugenol,

caranya diteteskan pada kapas dan dimasukkan ke dalam botol

bekas air mineral. Penggunaan perangkap ini dimaksudkan

untuk menekan serangan lalat buah. Pemasangan perangkap ini

dilakukan sebulan setelah tanaman cabai ditanam. Jumlah

perangkap yang diperlukan 40 buah/ha, dengan dosis 1

Page 97: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

94

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

ml/perangkap. Dua minggu sekali, perlu ditambahkan lagi

atraktan tersebut. Pemasangan atraktan ini dilakukan sampai

akhir panen;

Penggunaan insektisida secara berselang-seling. Insektisida

yang dapat dipilih antara lain yang berbahan aktif alfa

sipermetrin, betasiflutrin, dan deltametrin. Penyemprotan

dilakukan pada pagi hari ketika sayap lalat buah masih basah

sehingga menyulitkan dirinya untuk terbang. Untuk

meningkatkan efikasi insektisida dapat ditambah dengan bahan

perekat perata.

5) Hama Ulat Penggerek Buah (Helicoverpa armigera Hubner)

Buah cabai merah yang terserang ulat penggerek buah menunjukkan

gejala berlubang dan tidak laku di pasaran. Pada musim hujan,

serangan ulat penggerek buah ini akan terkontaminasi oleh

cendawan, sehingga buah yang terserang akan membusuk.

Pengendalian:

a) Kultur teknis : pengaturan pola tanam, dimana tidak menanam

cabai pada lahan bekas tanaman tomat dan kedelai;

b) Mekanis : dilakukan dengan membersihkan buah-buah cabai yang

terserang kemudian dibakar;

c) Biologis : penggunaan musuh alami yang menyerang hama ulat

buah, antara lain parasitoid telur Trichogramma nana, parasitoid

larva Diadegma argenteopilosa, dan cendawan Metharrhizium;

d) Kimiawi : menggunakan insektisida yang dapat dipilih antara lain

yang berbahan aktif emamektin benzoat 5 % atau lamda sihalotrin

25 g/lt. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari

dengan ditambah bahan perekat perata.

2. Penyakit.

1) Antraknose

Gejala pada biji berupa kegagalan berkecambah dan pada kecambah

menyebabkan layu semai. Pada tanaman yang sudah dewasa

menyebabkan mati pucuk, pada daun dan batang yang terserang

menyebabkan busuk kering

Page 98: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

95

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian :

a) Menanam benih yang sehat dan bebas patogen di lahan yang juga

bebas dari patogen;

b) Melakukan perawatan benih (biji) dengan merendam dalam air

hangat (55 derajat C) selama 30 menit, atau perawatan benih

dengan fungisida efektif yang direkomendasikan;

c) Melakukan sanitasi pada pertanaman dengan cara membakar

bagian tanaman yang terserang untuk menekan populasi patogen

sejak awal;

d) Menanam varietas cabai yang toleran terhadap penyakit;

e) Melakukan pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang

bukan sebagai inang patogen;

f) Melakukan sanitasi terhadap berbagai gulma yang menjadi inang

alternatif patogen, seperti Borreria sp. ;

g) Menanam varietas cabai berumur genjah dalam upaya

memperpendek periode tanaman terekspos patogen;

h) Menggunakan fungisida efektif yang direkomendasikan menekan

perkembangan patogen secara bijaksana, terutama pada saat

pematangan buah;

i) Melakukan prosesing (pascapanen) dengan cara mengeringkan

buah cabai dengan cepat atau disimpan pada suhu 0 derajat C

dapat membebaskan buah dari serangan patogen selama 30 hari.

2) Busuk Phytophthora

Gejala : pada tanaman yang masih di persemaian dapat menimbulkan

layu semai.

Pengendalian :

a) Sanitasi lapangan dari gulma yang dapat menjadi inang alternatif

dan tanaman sakit, untuk meminimalkan sumber inokulum awal;

b) Merawat benih dengan fungisida efektif untuk jamur golongan

oomycetes, misalnya yang berbahan aktif metalaksil;

c) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan

sebagai inang patogen;

d) Tidak menanam varietas yang rentan, terutama di lokasi yang

sudah banyak terdapat patogen;

Page 99: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

96

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

e) Menggunakan mulsa plastik untuk menghindari penyebaran

patogen dari buah, daun, dan batang atas ke dalam tanah atau

sebaliknya;

f) Membuat tata air yang baik untuk menekan perkembangan jamur

dalam bentuk oospora maupun zoospora;

g) Menggunakan fungisida efektif yang bersifat sistemik yang

direkomendasikan secara bijaksana, terutama untuk tanaman

dewasa.

3) Layu Fusarium

Infeksi pertama umumnya terjadi pada pangkal batang yang langsung

berhubungan dengan tanah. Pangkal batang tersebut menjadi busuk

dan berwarna coklat tua. Infeksi lanjut menjalar ke daerah perakaran

dan menyebabkan kerusakan pada akar (busuk basah). Penyakit layu

Fusarium tersebut banyak berkembang di daerah dataran rendah,

terutama yang berdrainase kurang baik.

Pengendalian :

a) Membuat tata air yang baik untuk dapat mengatur lengas tanah

dan kelembaban lingkungan, supaya perkembangan jamur

Fusarium dapat dihambat;

b) Tidak menanam varietas cabai yang rentan penyakit terutama

pada lokasi yang sudah terinfeksi patogen;

c) Pengolahan tanah yang baik dan ditutup dengan plastik putih

selama 3 hari. Dengan cara tersebut suhu tanah dapat mencapai

70 derajat C yang berakibat pada penekanan sumber inokulum

awal;

d) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan

sebagai inang patogen;

e) Menggunakan fungisida efektif yang direkomandasikan secara

bijaksana.

4) Bercak Daun Cercospora

Gejala : pada daun berupa bercak sirkuler dengan bagian tengah

berwarna abu-abu, dan bagian luarnya berwarna coklat tua. Pada

kelembaban tinggi, bercak cepat melebar, kemudian mengering dan

Page 100: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

97

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

pecah dan akhirnya gugur. Daun yang terinfeksi berat berubah warna

menjadi kuning dan gugur ke tanah. Penyakit lebih sering merugikan

pada tanaman cabai yang ditanam di dataran tinggi daripada yang

ditanam di dataran rendah.

Pengendalian :

a) Menanam benih yang sehat dan bebas patogen;

b) Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma yang menjadi inang

alternatif patogen serta tanaman yang terinfeksi dan dimusnahkan,

untuk mengurangi sumber inokulum awal;

c) Menbuat tata air yang baik untuk menjaga kelengasan tanah dan

kelembaban lingkungan yang dapat menghambat perkembangan

patogen;

d) Menggunakan fungisida efektif yang direkomendasikan secara

bijaksana.

5) Layu Bakteri

Gejala : layu secara tiba-tiba dapat terjadi pada tanaman muda

maupun dewasa.Tanaman inang alternatif umumnya yang termasuk

dalam Solanaceae seperti tomat, terung, tembakau dan kentang.

Pengendalian :

b) Melakukan pergiliran tanaman dengan menanam tanaman yang

bukan sebagai inang patogen. Pergiliran dengan menanam padi

sawah (diairi) sangat membantu menekan populasi patogen di

dalam tanah;

c) Membuat saluran drainase yang baik untuk mencegah genangan

air;

d) Menanam varietas cabai yang tahan penyakit.

6) Virus Kuning (Pepper Yellow Leaf Curl Virus – Bulai)

Penyakit ditularkan melalui vektor kutu kebul (Bemicia tabaci).

Kerusakan yang ditimbulkan sangat bervariasi, tergantung kondisi

lokasi pertanaman dan stadia tanaman saat terinfeksi.

Gejala :

Page 101: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

98

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

a) Pada cabai besar berupa menguningnya daun tanaman, daun

mengecil dan keriting, tanaman menjadi kerdil, bunga rontok yang

berakibat tanaman tidak menghasilkan buah.

b) Pada cabai rawit gejala yang timbul adalah menguningnya seluruh

daun dan tanaman dapat menjadi kerdil bila infeksi terjadi sejak

awal pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tidak

menghasilkan (gagal panen).

Pengendalian :

b) Menggunakan benih yang sehat dan bebas patogen. Pembuatan

benih dapat dilakukan dengan menyungkup pesemaian dengan

kain kasa berlubang halus untuk menghindari masuknya vektor B.

tabaci, sehingga virus tidak dapat ditularkan;

c) Melakukan sanitasi lapangan dari gulma yang menjadi inang

alternatif maupun tanaman sakit sejak awal untuk menekan

populasi inokulum awal;

d) Menanam varietas cabai yang toleran. Cabai rawit dinyatakan lebih

toleran dibandingkan cabai besar;

e) Menggunakan pupuk organik cair yang mengandung unsur hara

makro, mikro, dan zat pengatur tumbuh sehingga tanaman menjadi

sehat yang dapat bereaksi lebih tahan terhadap serangan patogen;

f) Membuat pagar keliling hidup dari tanaman jagung, yang ditanam

rapat sebanyak enam baris secara zigzag, untuk menahan vektor

B. tabaci masuk ke areal pertanaman dari tanaman disebelahnya

yang terinfeksi. Penanaman pagar hidup sebaiknya pada saat 5 - 6

minggu sebelum tanam cabai;

g) Menyusun pola tanam dan melakukan pergiliran tanaman dengan

menanam tanaman yang bukan sebagai inang alternatif bagi

patogen

h) Menekan populasi vektor B. tabaci dengan insektisida efektif yang

direkomendasikan secara bijaksana, sehingga laju infeksi penyakit

menjadi lebih kecil.

Page 102: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

99

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

7) Penyakit Mosaik

Tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, warna daun belang hijau

muda dan hijau tua, ukuran daun lebih kecil daripada daun yang

sehat. Pada tulang daun terdapat jaringan tanaman yang menguning

atau hijau gelap dengan tulang daun yang tumbuh lebih menonjol,

serta pinggiran daun bergelombang.

Pengendalian :

b) Melakukan sanitasi lapangan terhadap gulma dan tanaman sakit,

selanjutnya dimusnahkan untuk mengurangi sumber inokulum

awal;

c) Menghindari kontak dengan tanaman sakit pada saat bekerja;

d) Mengurung perbenihan tanaman cabai dengan kain kasa halus

untuk mencegah masuknya vektor mencapai benih tanaman;

e) Untuk mencegah penularan TMV melalui biji, maka biji cabai

direndam dalam larutan natrium fosfat 10 % selama satu jam.

f) Mengendalikan serangga vektor penyakit dengan insektisida efektif

yang direkomendasikan secara bijaksana.

f. Panen

a) Cabai besar dipanen setelah berumur 75 - 85 hst, dan dapat dipanen

beberapa kali.

b) Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 - 5 hari sekali tergantung dari

luas tanaman dan kondisi pasar.

c) Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya

yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama.

d) Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap dipanen

agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai lain yang sehat.

e) Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat.

f) Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah

dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan

belum terjadi penguapan antara 12 - 16 kali dengan selang waktu 3 hari.

g) Buah yang dipetik setelah matang berwarna orange sampai merah.

h) Kemasan diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung

jala.

i) Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.

Page 103: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

100

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

g. Pasca Panen

a) Pada saat proses panen, sebaiknya cabai merah sesegera mungkin

ditempatkan pada kondisi yang sejuk serta tidak ditutup secara rapat.

Proses curing (pembentukan dan kestabilan warna) dilakukan terlebih

dahulu sebelum proses penanganan pascapanen lainnya.

b) Cabai merah segar dapat langsung disortasi dan dipisahkan sesuai mutu

atau dapat dilakukan proses pascapanen lainnya sesuai dengan tujuan

pemasaran.

c) Pada proses sortasi dan grading ini, sudah dapat ditentukan cabai akan

dapat dijual segar atau diolah menjadi alternatif produk lain.

d) Cabai merah yang memiliki mutu sesuai dengan persyaratan sebaiknya

dilakukan tahapan proses pencucian, penirisan, pelapisan (coating),

pengemasan serta penyimpanan.

e) Teknologi pengeringan cabai merupakan salah satu alternatif teknologi

untuk meningkatkan nilai tambah produk pada saat kapasitas produksi

meningkat serta harga jual menurun.

f) Terdapat 2 cara pengeringan cabe, yaitu pengeringan alami dengan

sinar matahari langsung dan pengeringan buatan.

1) Pengeringan alami.

Menggunakan lantai semen, pasangan batu bata yang diplester atau .

menggunakan rak-rak yang dibuat dari kayu atau anyaman bambu.

Pengeringan cara alami mempunyai keuntungan tidak memerlukan

bahan bakar sehingga biaya pengeringan murah, memperluas

kesempatan kerja dan sinar matahari mampu menembus ke dalam

jaringan sel bahan. Sedangkan kerugiannya antara lain: suhu

pengeringan dan kelembaban tidak dapat dikontrol, hanya

berlangsung bila ada sinar matahari.

2) Pengeringan buatan.

Pengeringan buatan berbentuk seperti lemari dengan dinding terbuat

dari plastik dan rangka terbuat dari kayu. Jumlah rak disesuaikan

dengan besar dan ukuran alat pengering. Rancangan alat pengering

terdiri dari tiga bagian yaitu cerobong, ruang pengering, dan kolektor.

Page 104: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

101

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Kolektor terdiri dari isolator yang terbuat dari seng bergelombang,

yang berfungsi sebagai pengubah sinar matahari menjadi sumber

panas. Keuntungan pengeringan buatan adalah: (a) tidak perlu dijaga

dari gangguan hujan dan gangguan hewan peliharaan, (b) tidak perlu

diangkat (dibongkar) sebelum kering.

3) Pengeringan dengan oven.

Alat ini mengunakan sumber panas dari tenaga listrik. Cabai merah

dapat dikeringkan dalam bentuk utuh atau dibelah. Cabai merah

yang dibelah pengeringannya lebih cepat dibandingkan dengan cabai

yang dikeringkan utuh. Pengeringan dengan oven dapat dilakukan

pada suhu 60 derajat C selama 20-25 jam. Untuk menjaga agar

warna cabai merah tetap baik, setelah dibelah cabai segera

dikeringkan. Cara lain adalahdirendam dalam larutan bisulfit (Natrium

Sulfit/ Natrium Metabisulfit) 0,2 % selama 5-10 menit.

IV. Daftar Pustaka

1) Sherly Sisca Piay, Ariarti Tyasdjaja, Yuni Ermawati, F. Rudi Prasetyo

Hantoro, 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai Merah (Capsicum

annuum L.). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2) BPTP Lampung, 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah.

lampung.litbang.deptan.go.id/ind/.../teknologi budidaya cabai.pdf,

3) Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, Direktorat

Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Buku Saku Sayuran.

Page 105: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

102

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

MELON ( Cucumis melo L.)

I. Pendahuluan

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili

Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah

Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara

Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas

ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika

oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas.

Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis

dan subtropis termasuk Indonesia.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon,

dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.

2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah

terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang

menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen,

akan mengurangi kadar gula dalam buah.

102

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

MELON ( Cucumis melo L.)

I. Pendahuluan

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili

Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah

Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara

Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas

ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika

oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas.

Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis

dan subtropis termasuk Indonesia.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon,

dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.

2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah

terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang

menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen,

akan mengurangi kadar gula dalam buah.

102

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

MELON ( Cucumis melo L.)

I. Pendahuluan

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili

Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah

Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara

Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas

ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika

oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas.

Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis

dan subtropis termasuk Indonesia.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon,

dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.

2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah

terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang

menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen,

akan mengurangi kadar gula dalam buah.

Page 106: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

103

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3) Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama

pertumbuhannya.

4) Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk

pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30

derajat C. Tanaman melon tidak dapat tumbuh apabila suhu kurang dari

18 derajat C.

5) Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan

tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah

diserang penyakit.

b. Ketinggian Tempat

Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–

900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak

berproduksi dengan optimal.

c. Tanah

1) Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir

yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar

tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah

yang terlalu basah. Jenis tanah terutama Andosol, Latosol, Regosol dan

Grumosol.

2) Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH tanah 5,8–7,2.

3) Tanaman melon membutuhkan air yang cukup banyak, tetapi sebaiknya

air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.

III. Budidaya

a. Penyiapan Lahan

1) Tanah dicangkul/dibajak sedalam ± 30 cm, dikering anginkan 1-2

minggu.

2) Dibuat bedengan lebar 100-120 cm, tinggi 30-50 cm dan jarak antar

bedengan ± 30 cm, panjang bedengan maksimum 12-15 m, lebar parit

55-65 cm.

3) Pemberian pupuk setiap lubang tanam yaitu pupuk kandang 5 kg, urea

25 gram, SP-36 50 gram dan KCl 25 gram. Atau dosis/ha yaitu pupuk

kandang 20-30 ton/ha, Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCl 50

Page 107: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

104

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

kg/ha KCl. Tanah diratakan dan tutup dengan mulsa plastik hitam perak

(PHP).

4) Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari

terik agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan

tepat.

5) Mulsa PHP terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di

bagian atas dan warna hitam dibagian bawah.

6) Warna perak pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga

proses fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak

terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan mengusir serangga-

serangga penggangu tanaman seperti Thirps dan Aphids.

7) Warna hitam pada mulsa akan menyerap panas sehingga suhu di

perakaran tanaman menhadi hangat sehingga perkembangan akar akan

optimal.

8) Warna hitam juga mencegah sinar matahari menembus ke dalam tanah

sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak

pisang).

9) Bedengan dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum

dibuat lubang tanam agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah

menjadi bentuk tersedia sehingga dapat diserap tanaman.

b. Penyiapan Benih

1) Benih disemaikan pada pot polibag ukuran 4- 6 cm dengan media pupuk

kandang : tanah = 1:1 (volume 2/3 bagian pot).

2) Untuk menghindari penyakit akar tular tanah media disterilkan terlebih

dahulu dengan cara dipanaskan + 30 menit.

3) Pembuangan tunas pada ketiak daun, ±30 HSTtanaman mulai

berbunga.

4) Seleksi buah, dilakukan setelah sebesar telur ayam. Satu tanaman

dipelihara satu buah dan buah dipilih pada ruas antara ke 7 sampai 13.

c. Penanaman

1) Membuat lubang tanam pada mulsa plastik diameter ± 8-10 cm

dengan menggunakan kaleng susu atau pelubang mulsa plastik dari

besi.

Page 108: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

105

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Jarak tanam antar baris 100 cm dan dalam baris 50 cm.

3) Benih umur 2 minggu setelah semai ditanam pada mulsa plastik yang

telah dilubangi. Dalam bedengan terdapat 2 baris tanaman.

d. Pemeliharaan

1) Penjarangan dan Penyulaman.

Dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah tanam, bibit tidak

menunjukkan pertumbuhan normal.

Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan

bibit/tanaman baru, sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman

muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari,

karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman

lainnya yang perlu disulam.

Setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus

disiram air.

2) Penyiangan, dilakukan pada lubang tanam dan parit di antara dua

bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan menyebabkan lingkungan

pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit. Gulma juga dapat

sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan

3) Pemangkasan tunas-tunas yang tumbuh pada ketiak daun dan pucuk

daun pada ruas setelah ke 20 atau tinggi tanaman mencapai ± 175-200

cm.

4) Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 3 kali dengan dosis sbb :

Jenis pupukWaktu pemupukan, dosis/ha

20 hari stl tanam 40 hari stl tanam 60 hari stl tanam

Ppk kandang - - -

Urea 330 kg 220 kg 440 kg

SP-36 220 kg 550 kg -

KCl - 160 kg -

5) Pemupukan saat tanaman berumur berusia 40 hari (ketika akan

melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari

(saat menginjak proses pematangan).

Page 109: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

106

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

6) Cara pemupukan sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada

pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan

hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk

tersebut bisa aman terpendam dalam tanah.

7) Untuk memudahkan waktu pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian

pemupukan sejak awal.

e. Pengairan dan Penyiraman.

1) Pengairan.

Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk

pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan

jika hari tidak hujan dan dilakukan pada sore atau malam hari.

2) Penyiraman.

Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai

tanaman akan dipetik buahnya.

Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun dan air

dari tanah jangan terkena daun dan buahnya supaya tanaman tidak

dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau daun

basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar.

Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari.

f. Waktu Penyemprotan Pestisida

1) Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin

(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin

sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida

pada umur 20 HST.

2) Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride)

dengan konsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati

ambang ekonomi.

3) Penyemprotan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan

konsentrasi 1–2 ml/liter. Pangkal batang yang terserang dioles dengan

larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5

ml/liter.

Page 110: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

107

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

g. Pemeliharaan Lainnya.

1) Pemasangan Ajir.

Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat

di pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai

mensterilkan kebun, atau dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit

sudah mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm.

Ajir harus terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan

beban buah dengan bobot kira-kira 2–3 kg.

Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm dari pinggir

guludan baik kanan maupun kiri.

Supaya ajir lebih kokoh bisa ditambahkan bambu panjang yang

diletakkan di bagian pucuk segitiga antara bambu atau kayu yang

menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di belakangnya.

2) Pemangkasan.

Bertujuan untuk memelihara cabang sesuai dengan yang

dikehendaki.

Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25

(bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut).

Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering, supaya bekas

luka tidak diserang jamur.

Waktu pemangkasan dilakukan setiap 10 hari sekali, yang paling awal

dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan sisakan dua

helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu dipangkas

dengan menyisakan 2 helai daun.

Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah

mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

h. Hama dan Penyakit.

1. Hama

1) Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )

Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan penanaman.

Gejala: daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi

kering akibat cairan daun yang dihisap hama.

Pengendalian :

Page 111: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

108

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

a) Mekanis :

gulma harus selalu dibersihkan agar tidak menjadi inang hama;

tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut dan dibakar

(dimusnahkan).

b) Kimiawi : tanaman yang terserang parah harus disemprot secara

serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate)

dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter;

2) Thirps (Thirps parvispinus Karny)

Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan

bercaknya kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat

membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini timbul harus

diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps.

Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3 - 4 hari sekali.

2. Penyakit

1) Layu bakteri

Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun,

warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman

layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian

tanaman layu secara keseluruhan.

Pengendalian :

(a) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan

dosis 40 g/m2 ;

(b) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline

dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate)

dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ;

(c) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 hari setelah tanam.

2) Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)

Gejala : pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup

minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian

tanaman layu dan mati; daun tanaman yang terserang akan

mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-

kresek apabila diterpa angin.

Pengendalian :

Page 112: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

109

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

a) Kultur teknis : penggunaan mulsa PHP untuk mencegah

kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di

perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan;

b) Kimiawi :

daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu disemprot

dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan

konsentrasi 1–2 ml/liter;

pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida

Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter.

3. Gulma

Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing

zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus

dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan

merusak perakaran tanaman melon.

i. Panen

1. Ciri dan Umur Panen

a) Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen

Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal

Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar

Warna kulit hijau kekuningan.

b) Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.

c) Waktu panen yang baik adalah pada pagi hari.

2. Cara Panen

a) Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm

untuk memperpanjang masa simpan buah.

b) Tangkai dipotong berbentuk huruf “T” agar tangkai buah utuh dan

kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong

daunnya.

c) Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah

yang telah siap dipanen.

d) Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir.

Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya

dihindari karena akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.

Page 113: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

110

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3. Periode Panen

a) Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang

benar-benar telah siap panen.

b) Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan ke depan harga melon

diperkirakan akan jatuh, maka lahan bekas tanaman melon digunakan

untuk budidaya cabai karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah

namun mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%.

j. Pasca Panen

Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah

melon dipanen agar kesalahan penanganan dalam pascapanen tidak

terjadi karena akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.

1. Pengumpulan

Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat

untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari

akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi harga

jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun

cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang

berkualitas bagus kemudian dilakukan penggolongan menjadi tiga kelas,

yaitu :

a) Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk

sempurna.

b) Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya

70% saja.

c) Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau

tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum

saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan

hama.

3. Penyimpanan

a) Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain,

dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang

penyimpanan.

Page 114: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

111

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering.

c) Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama

seperti kecoa atau tikus.

d) Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang

setengah masak (mengkal).

e) Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat

penyimpanan.

4. Pengemasan dan Pengangkutan

a) Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak

memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi

jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga

dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi

lapisan jerami lagi.

b) Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan

benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan

karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas

hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding

dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).

c) Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti

kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo

pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin

agar buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.

IV. Daftar Pustaka

1. Desti Warni dan Titiek Purbiati, 2010. Budidaya Melon. Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Kalimantan Barat.

2. Heru Prihantoro, 2008. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya

3. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Melon

(Cucumis melo L.)

Page 115: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

112

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

SEMANGKA (Citrullus vulgaris)

I. Pendahuluan

Semangka (water mellon) merupakan tanaman buah berupa herba yang

tumbuh merambat. Tanaman ini berasal dari daerah kering tropis dan

subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara

seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk

dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya

sangat disukai oleh manusia/ binatang yang ada di benua tersebut, karena

banyak mengandung air.

II. Syarat Tumbuha. Iklim

1) Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50

mm/bulan.

2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit

sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya

kemunduran waktu panen.

3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah

dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).

4) Kelembaban udara rendah cocok untuk pertumbuhan semangka,

sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya

jamur perusak tanaman.

112

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

SEMANGKA (Citrullus vulgaris)

I. Pendahuluan

Semangka (water mellon) merupakan tanaman buah berupa herba yang

tumbuh merambat. Tanaman ini berasal dari daerah kering tropis dan

subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara

seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk

dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya

sangat disukai oleh manusia/ binatang yang ada di benua tersebut, karena

banyak mengandung air.

II. Syarat Tumbuha. Iklim

1) Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50

mm/bulan.

2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit

sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya

kemunduran waktu panen.

3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah

dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).

4) Kelembaban udara rendah cocok untuk pertumbuhan semangka,

sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya

jamur perusak tanaman.

112

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

SEMANGKA (Citrullus vulgaris)

I. Pendahuluan

Semangka (water mellon) merupakan tanaman buah berupa herba yang

tumbuh merambat. Tanaman ini berasal dari daerah kering tropis dan

subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai negara

seperti : Afrika Selatan, Cina, Jepang, dan Indonesia. Semangka termasuk

dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae) pada daerah asalnya

sangat disukai oleh manusia/ binatang yang ada di benua tersebut, karena

banyak mengandung air.

II. Syarat Tumbuha. Iklim

1) Curah hujan yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah 40-50

mm/bulan.

2) Seluruh areal pertanaman semangka perlu sinar matahari sejak terbit

sampai tenggelam. Kekurangan sinar matahari menyebabkan terjadinya

kemunduran waktu panen.

3) Tanaman semangka akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah

dengan optimal pada suhu ± 25 derajat C (siang hari).

4) Kelembaban udara rendah cocok untuk pertumbuhan semangka,

sebaliknya kelembaban yang terlalu tinggi akan mendorong tumbuhnya

jamur perusak tanaman.

Page 116: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

113

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang ideal untuk areal penanaman semangka adalah :

100-300 m dpl, namun semangka dapat ditanam di daerah yang

mempunyai ketinggian di bawah 100 m dpl dan di daerah dengan

ketinggian lebih dari 300 m dpl.

c. Tanah

1) Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah yang

cukup gembur, kaya bahan organik, bukan tanah asam dan tanah

kebun/persawahan yang telah dikeringkan.

2) Keasaman tanah (pH) yang diperlukan antara 6-6,7. Jika pH < 5,5 (tanah

asam) maka diadakan pengapuran dengan dosis disesuaikan dengan

tingkat keasaman tanah tersebut.

3) Tanah yang cocok untuk tanaman semangka adalah tanah porous

(sarang) sehingga mudah membuang kelebihan air, tetapi tanah yang

terlalu mudah membuang air kurang baik untuk ditanami semangka.

III. Budidaya

a. Pengolahan Lahan

1) Pembukaan Lahan

Lahan yang ditanami dilakukan pembalikan tanah untuk menghancurkan

tanah hingga menjadi bongkahan-bongkahan yang merata. Tunggul

bekas batang/jaringan perakaran tanaman terdahulu dibuang keluar dari

areal, dan juga segala jenis batuan yang ada dibuang, sehingga tidak

mempengaruhi perkembangan tanaman semangka yang akan ditanam

di areal tersebut.

2) Pembentukan Bedengan

Lahan kemudian dibuat bedengan supaya air yang terkandung di dalam

tanah mudah mengalir keluar melalui saluran drainase yang dibuat.

Jumlah bedengan tergantung jumlah baris tanam yang dikehendaki,

lebar bedengan 7-8 meter, tinggi bedengan minimum 20 cm.

3) Pengapuran

Diberikan pada lahan dengan pH rendah dengan menggunkan kapur

karbonat/dolomit. Dosis kapur pada pH 4 – 5 sebanyak 1.500 – 2.000

kg/Ha, pH 5-6 sebanyak 750-1.500 kg/ha, pH > 6 dosis 500 kg/ha.

Page 117: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

114

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

4) Pemupukan Dasar.

Pupuk dasar yang dipakai adalah pupuk organik dengan dosis adalah 2-

4 kg/tanaman.

5) Lain-lain

Dilakukan penghalusan dan perataan bongkahan tanah pada sisi

bedengan tempat penanaman semangka.

Di bagian tengah bedengan diratakan dan diatas lapisan ini diberi

jerami kering untuk perambatan semangka dan peletakan buah.

Bedengan perlu disiangi, disiram dan dilapisi jerami kering setebal 2-3

cm dan plastik mulsa dengan lebar plastik 110-150 cm agar

menghambat penguapan air dan tumbuh tanaman liar.

Pemakaian plastik lebih menguntungkan karena lebih tahan lama

yaitu 2 - 3 kali periode penanaman.

b. Penanaman

1) Pembibitan.

Agar benih dapat tumbuh baik, sehat dan cepat beradaptasi dengan

lingkungan maka perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan kegiatan

sebagai berikut:

a) Benih direndam dalam larutan Benlate atau Dithane M-45 (0,5-1

gram/liter) selama ± 6 jam.

b) Siapkan 3 lembar kertas koran yang telah dibasahi, letakkan/susun

benih yang telah direndam kemudian tutup dengan 3 lembar kertas

koran yang telah dibasahi dan selama + 2 hari usahakan kertas koran

dalam keadaan lembab.

c) Setelah benih berkecambah dapat dipindahkan ke kantong

plastik/polybag dengan media semai dari tanah dan pupuk kandang

(3 :1).

d) Persemaian/polybag ditempatkan pada tempat terbuka dengan diberi

naungan yang dapat diatur.

e) Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pengaturan naungan dan

pengendalian hama dan penyakit.

2) Pembuatan Lubang Tanaman

Penanaman dilakukan setelah persemaian berumur 14 hari dan telah

tumbuh daun ± 2-3 lembar. Satu minggu sebelum penanaman dibuat

Page 118: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

115

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

lubang tanah dengan kedalaman 8-10 cm. Jarak lubang tanam dari tepi

bedengan 20-30 cm antara lubang tanam sekitar 80-100 cm.

3) Cara Penanaman

Setelah dilakukan pelubangan, areal penanaman disiram secara

massal sampai menggenangi areal sekitar ¾ tinggi bedengan, dan

dibiarkan sampai air meresap.

Sebelum batang bibit ditanam dilakukan perendaman, agar mudah

pelepasan bibit menggunakan kantong plastik yang ada.

Langkah imunisasi dilakukan dengan perendaman selama 5-10 menit

dengan campuran larutan obat obatan yang terdiri dari : 1 sendok teh

hormon Atonik, Abitonik, dekamon, menedael, 1 sendok teh peres

bakterisida tepung, 1 sendok teh peres fungisida serbuk/tepung

(Berlate, Dithane M-45, Daconiel).

Urutan penanaman adalah sebagai berikut:

a) Kantong plastik diambil hati-hati supaya akar tidak rusak.

b) Tanam dengan tanah posisi kantong dan masukkan ke lubang

yang sudah disiapkan

c) Celah-celah lubang ditutup dengan tanah yang telah disiapkan

d) Lubang tanaman yang tersisa ditutup dengan tanah dan disiram

sedikit air agar media bibit menyatu dengan tanah disekeliling dapat

bersatu tanpa tersisa.

c. Pemeliharaan

1) Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman semangka yang berumur 3-5 hari perlu diperhatikan, apabilatumbuh terlalu lebat/tanaman mati dilakukan penyulaman/diganti

dengan bibit baru yang telah disiapkan dari bibit cadangan.

Dilakukan penjarangan bila tanaman terlalu lebat dengan memangkasdaun dan batang yang tidak diperlukan, karena menghalangi sinar

matahari yang akan membantu perkembangan tanaman.

2) Penyiangan

Dipelihara 2-3 cabang primer tanpa memotong ranting sekunder,penyiangan pada ranting yang tidak berguna, ujung cabang sekunderdipangkas dan disisakan 2 helai daun.

Cabang sekunder yang tumbuh pada ruas yang ada buah dipotongkarena mengganggu pertumbuhan buah.

Page 119: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

116

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Dilakukan pengaturan cabang utama dan cabang primer agar semuadaun pada tiap cabang tidak saling menutupi, sehingga pembagian

sinar merata, yang mempengaruhi pertumbuhan baik pohon/buahnya.3) Pembubunan

Lahan penanaman semangka dilakukan pembubunan tanah agar akar

menyerap makanan secara maksimal dan dilakukan setelah beberapa

hari penanaman.

4) Perempalan

Dilakukan melalui penyortiran dan pengambilan tunas-tunas mudayang tidak berguna karena mempengaruhi pertumbuhan pohon/buah

semangka yang sedang berkembang.

Perempelan dilakukan untuk mengurangi tanaman yang terlalu lebatakibat banyak tunas-tunas muda yang kurang bermanfaat.

5) Pemupukan

Pada pertumbuhan vegetative diperlukan pupuk daun (Topsil D)

Pada fase pembentukan buah dan pemasakan diperlukan pemupukanTopsis B untuk memperbaiki kualitas buah yang dihasilkan.

Pemberian pupuk daun dicampur dengan insekstisida dan fungisidayang disemprotkan bersamaan secara rutin.

Dosis dan waktu pemupukan adalah sbb :

Jenis PupukWaktu pemupukan, dengan dosis/lubang tanam

7 hari sblmtanam

Saattanam

14 hari stltanam

28 haristl tanam

42 haristl tanam

Pupuk Kandang 2-4 kg - - - -

Urea 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr

SP-36 10 gr 10 gr 10 gr -

KCl 10 gr 10 gr 10 gr 10 gr

6) Pengairan dan Penyiraman

Sistim irigasi yang digunakan sistem Farrow Irrigation yaitu air dialirkan

melalui saluran diantara bedengan, frekuensi pemberian air pada

musim kemarau 4-6 hari dengan volume pengairan tidak berlebihan.

Bila dengan pompa air sumur (diesel air) penyiraman dilakukan

dengan bantuan slang plastik yang cukup besar sehingga lebih cepat.

Tanaman semangka memerlukan air secara terus menerus dan tidak

kekurangan air.

Page 120: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

117

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

7) Waktu Penyemprotan Pestisida

Selain pupuk daun, insektisida dan fungisida, ada obat lain yaitu ZPT

(zat perangsang tumbuhan); bahan perata dan perekat pupuk makro

(Pm) berbentuk cairan.

Dosis ZPT: 7,5 cc, Agristik: 7,5 cc dan Metalik (Pm): 10 cc untuk setiap

14-17 liter pelarut.

Penyemprotan campuran obat dilakukan setelah tanaman berusia >20

hari.

Selanjutnya dilakukan tiap 5 hari sekali hingga umur 70 hari.

Penyemprotan dilakukan pagi dan sore hari tergantung kebutuhan dan

kondisi cuaca.

8) Pemeliharaan Lain

Seleksi calon buah merupakan pekerjaan yang penting untuk

memperoleh kualitas yang baik (berat buah cukup besar, terletak

antara 1,0-1,5 m dari perakaran tanaman).

Calon buah yang dekat dengan perakaran berukuran kecil karena

umur tanaman relatif muda (ukuran sebesar telur ayam dalam bentuk

yang baik dan tidak cacat).

Setiap tanaman diperlukan calon buah 1-2 buah, sisanya di pangkas.

Setiap calon buah dengan berat ± 2 kg agar sering dibalik guna

menghindari warna yang kurang baik akibat ketidak-merataan terkena

sinar matahari, sehingga warna kurang menarik dan menurunkan

harga jual buah itu sendiri.

d. Hama dan Penyakit

1. Hama

Hama tanaman semangka dapat digolongkan dalam 2 kelompok :

a. Hama tidak tahan terhadap pestisida seperti kutu daun, umumnya

berwarna hijau pupus, hidup bergelombol, tidak bersayap, dan mudah

berkembang biak.

Gejala yang terjadi daun berberecak kuning, pertumbuhannya

terhambat.

Pengendalian dilakukan secara non kimiawi dan kimiawi dengan obat-

obatan/pestisida.

b. Hama yang tahan terhadap pestisida seperti: tikus, binatang piaraan

(kucing, anjing dan ayam).

Page 121: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

118

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian: menjaga pematang selalu bersih, mendirikan pagar

yang mengelilingi tanaman, pemasangan suatu alat yang

menghasilkan bunyi-bunyian bila tertiup angin dan diadakan pergiliran

jaga.

1) Thrips

Cara penularan secara mengembara dimalam hari, menetap dan

berkembang biak.

Pengendalian: menyemprotkan larutan insektisida sampai tanaman

basah dan merata.

2) Ulat perusak daun

Gejala serangan daun dimakan sampai tinggal lapisan lilinnya dan

terlihat dari jauh seperti berlubang.

Pengendalian: dilakukan secara non kimiawi dan secara kimiawi.

3) Tungau

Mengisap cairan tanaman, membela diri dengan menggigit dan

menyengat.

Gejala tampak jaring-jaring sarang binatang ini di bawah

permukaan daun, warna dedaunan akan pucat.

Pengendalian: dilakukan secara non-kimiawi dan dengan pestisida.

4) Ulat tanah

Menyerang daun, terutama tunas-tunas muda, ulat dewasa

memangsa pangkal tanaman.

Pengendalian :

a) Mekanis/kultur teknis : penanaman secara serempak pada

daerah yang berdekatan untuk memutus siklus hidup hama dan

pemberantasan sarang ngengat disekitarnya;

b) Kimiawi, dengan obat-obatan sesuai dengan anjuran.

5) Kutu putih dan Lalat buah

Gejala serangan : terdapat bekas luka pada kulit buah (seperti

tusukan belalai), daging buah beraroma sedikit masam dan terlihat

memar.

Pengendalian :

a) Mekanis : sanitasi dengan membersihkan lingkungan terutama

pada kulit buah, tanah bekas hama dibalikan dengan

dibajak/dicangkul.

b) Kimiawi : dengan obat-obatan.

Page 122: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

119

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2. Penyakit

1) Layu Fusarium

Penyebab: lingkungan/situasi yang memungkinkan tumbuh jamur

(hawa yang terlalu lembab).

Gejala: timbul kebusukan pada tanaman yang tadinya lebat dan

subur, lambat laun akan.

Pengendalian :

a) Mekanis/kultur teknis : pola tanam dan sanitasi dengan pergiliran

masa tanam dan menjaga kondisi lingkungan, menanam pada

areal baru yang belum ditanami, atau menanam benih yang sudah

direndam obat;

b) Kimiawi : dilakukan penyemprotan bahan fungisida secara periodik.

2) Bercak daun

Penyebab : spora bibit penyakit terbawa angin dari tanaman lain yang

terserang.

Gejala: permukaan daun terdapat bercak-bercak kuning dan

selanjutnya menjadi coklat akhirnya mengering dan mati, atau

terdapat rumbai-rumbai halus berwarna abu-abu/ungu. Pengendalian:

b) Mekanis : sanitasi/pola tanam seperti pada penyakit layu fusarium;

c) Kimiawi, tanaman disemprot dengan fungisida yang terdiri dari

Dithane M 45 dosis 1,8-2,4 gram/liter; Delsene MX 200 dengan

dosis 2-4 gram/liter, Trimoltix 65 Wp dosis 2-3 gram/liter dan

Daconil 75 Wp dosis 1-1,5 gram/liter.

3) Antraknosa

Gejala: daun terlihat bercak-bercak coklat yang akhirnya berubah

warna kemerahan dan akhirnya daun mati. Bila menyerang buah,

tampak bulatan berwarna merah jambu yang lama kelamaan semakin

meluas.

Pengendalian :

a) Mekanis : sanitasi/pola tanam sepeti pengendalian penyakit layu

fusarium;

b) Kimiawi : menggunakan fungisida Velimex 80 WP dosis 2-2,5

gram/liter air.

4) Busuk semai

Menyerang pada benih yang sedang disemaikan.

Page 123: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

120

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Gejala: batang bibit berwarna coklat, merambat dan rebah kemudian

mati.

Pengendalian: benih direndam di dalam obat Benlate 20 WP dosis 1-

2 gram/liter air dan Difolathan 44 FF dosis 1-2 cc/liter air.

5) Busuk buah

Penyebab: jamur/bakteri patogen yang menginfeksi buah menjelang

masak dan aktif setelah buah mulai dipetik.

Pengendalian : hindari dan cegah terjadinya kerusakan kulit buah,

baik selama pengangkutan maupun penyimpanan, pemetikan buah

dilakukan pada waktu siang hari tidak berawan/hujan.

6) Karat daun

Penyebab: virus yang terbawa oleh hama tanaman yang berkembang

pada daun tanaman.

Gejala: daun melepuh, belang-belang, cenderung berubah bentuk,

tanaman kerdil dan timbul rekahan membujur pada batang.

Pengendalian: sama seperti penyakit layu fusarium. Belum

ditemukan obat yang tepat, sehingga tanaman yang terlanjur terkena

harus dieradikasi, supaya tidak menular pada tanaman sehat.

3. Gulma

Selain gangguan oleh hama dan penyakit, gangguan juga disebabkan

kekurangan/kelebihan unsur hara yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan tanaman. Pohon semangka yang kekurangan dan

kelebihan unsur hara tersebut, menderita akibat adanya gulma

(tanaman pengganggu).

e. Panen

1. Ciri dan Umur Panen

Umur panen setelah 70-100 hari setelah tanam (HST).

Ciri-cirinya: setelah terjadi perubahan warna buah, dan batang buah

mulai mengecil maka buah tersebut bisa dipetik (dipanen).

Masa panen dipengaruhi cuaca, dan jenis bibit (tipe hibrida/jenis

triploid, maupun jenis buah berbiji).

2. Cara Panen

Dalam pemetikan buah yang akan dipanen sebaiknya dilakukan pada

saat cuaca cerah dan tidak berawan sehingga buah dalam kondisi

Page 124: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

121

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

kering permukaan kulitnya, dan tahan selama dalam penyimpananan

ataupun ditangan para pengecer.

Sebaiknya pemotongan buah semangka dilakukan beserta

tangkainya.

3. Periode Panen

Panen dilakukan dalam beberapa periode, namun dapat juga buah

secara serempak dan dipanen secara sekaligus

Apabila panen tidak bisa bersamaan dapat dilakukan 3 kali, yaitu

pertama dipetik buah yang sudah tua, kedua sisanya dipetik

semuanya sekaligus dan ketiga setelah daun-daun sudah mulai

kering karena buah sudah tidak dapat berkembang lagi maka buah

tersebut harus segera dipetik.

f. Pasca Panen

1. Pengumpulan

Pengumpulan hasil panen sampai siap dipasarkan, harus diusahakan

sebaik mungkin agar tidak terjadi kerusakan buah, sehingga akan

mempengaruhi mutu buah dan harga jualnya. Mutu buah dipengaruhi

adanya derajat kemasakan yang tepat, karena akan mempengaruhi

mutu rasa, aroma dan penampakan daging buah, dengan kadar air yang

sempurna.

2. Penyortiran dan Penggolongan

Penggolongan ini biasanya tergantung pada pemantauan dan

permintaan pasaran.

Penyortiran dan penggolongan buah semangka dilakukan dalam

beberapa klas antara lain:

a) Kelas A: berat ≥ 4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.

b) Kelas B: berat ± 2-4 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.

c) Kelas C: berat < 2 kg, kondisi fisik sempurna, tidak terlalu masak.

3. Penyimpanan

Penyimpanan buah semangka di tingkat pedagang besar (sambil

menunggu harga lebih baik) dilakukan sebagai berikut:

a) Penyimpanan pada suhu rendah sekitar 4,4 derajat C, dan

kelembaban udara antara 80-85%;

Page 125: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

122

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Penyimpanan pada atmosfir terkontrol (merupakan cara pengaturan

kadar O2 dan kadar CO2 dengan asumsi oksigen atau menaikan

kadar karbon dioksida (CO2), dapat mengurangi proses respirasi;

c) Penyimpanan dalam ruang tanpa pengatur suhu: merupakan

penyimpanan jangka pendek dengan cara memberi alas dari jerami

kering setebal 10-15 cm dengan disusun sebanyak 4-5 lapis dan

setiap lapisnya diberi jerami kering.

4. Pengemasan dan Pengangkutan

Di dalam mempertahankan mutu buah agar kondisi selalu baik sampai

pada tujuan akhir dilakukan pengemasan dengan proses pengepakan

yang secara benar dan hati-hati.

a) Menggunakan tempat buah yang standar untuk mempermudah

pengangkutan.

b) Melindungi buah saat pengangkutan dari kerusakan mekanik dapat

dihindari.

c) Dibubuhi label pada peti kemas terutama tentang mutu dan berat

buah.

5. Penanganan Lain

Pemasaran merupakan salah satu faktor penting, maka perlu

diperhatikan nilai harga dan jalur-jalur pemasaran mulai dari produsen

(petani) sampai konsumen. Semakin cepat dikonsumsi semakin tinggi

harga jualnya. Pemasaran biasa dilakukan melalui sistem borongan

dengan harga yang lebih rendah, atau melalui beberapa tahapan

(seperti produsen, pengumpul, pengecer).

IV. Daftar Pustaka

1. Heru Prihantoro, 2008. Memupuk Tanaman Buah. Penebar Swadaya.

2. I Nyoman Adi Jaya, 2000. Budidaya Semangka dengan Teknologi Embung.

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar.

3. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Semangka

(Citrullus vulgaris).

Page 126: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

123

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.)

I. PendahuluanStroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali

di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria

chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia.

Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan

spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus

dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah

sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan

stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah

sentra penanaman stroberi.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah

hujan 600 - 700 mm/tahun.2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan adalah 8 - 10 jam setiap harinya.3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik

di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 - 20 derajat C.

123

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.)

I. PendahuluanStroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali

di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria

chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia.

Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan

spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus

dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah

sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan

stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah

sentra penanaman stroberi.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah

hujan 600 - 700 mm/tahun.2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan adalah 8 - 10 jam setiap harinya.3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik

di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 - 20 derajat C.

123

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

STROBERI (Fragaria chiloensis. / F. vesca L.)

I. PendahuluanStroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali

di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria

chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia.

Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan

spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus

dilakukan di dataran tinggi. Lembang dan Cianjur (Jawa Barat) adalah daerah

sentra pertanian di mana petani sudah mulai banyak membudidayakan

stroberi. Dapat dikatakan bahwa untuk saat ini, kedua wilayah tersebut adalah

sentra penanaman stroberi.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim1) Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah

hujan 600 - 700 mm/tahun.2) Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam

pertumbuhan adalah 8 - 10 jam setiap harinya.3) Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik

di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 - 20 derajat C.

Page 127: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

124

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

4) Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberiantara 80-90%.

b. Ketinggian TempatKetinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-.500meter dpl.

c. Tanah1) Jika ditanam di kebun, tanah yang dibutuhkan adalah tanah liat berpasir,

subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udarabaik.

2) Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang ideal untuk budidaya stroberidi kebun adalah 5.4 - 7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5-7,0.

3) Jika ditanam di kebun maka kedalaman air tanah yang disyaratkanadalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika ditanam di dalam pot,media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan airdan unsurhara selalu tersedia.

III.Budidaya

a. Penyiapan Lahan

1) Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik

a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik sedalam 30 - 40 cm.

b) Kering-anginkan selama 15 - 30 hari.

c) Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30 - 40 cm, panjang

disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau

guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30 - 40 cm, panjang disesuaikan

dengan lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.

d) Taburkan 20 - 30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di

permukaan bedengan/ guludan.

e) Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari.

f) Buat lubang tanam dengan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40

cm.

2) Budidaya di Kebun Dengan Mulsa Plastik.

a) Di awal musim hujan, lahan diolah dengan baik dan keringanginkan

15-30 hari.

Page 128: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

125

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b) Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang

disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau guludan:

lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm, panjang

disesuaikan dengan lahan, jarak antar bedengan 60 cm dan kering

anginkan selama 15 hari.

c) Taburkan dan campurkan dengan tanah bedengan/guludan pupuk

dengan dosis/ha yaitu 200 kg urea, 250 kg SP-36 dan 100 kg KCl dan

siram hingga lembab.

d) Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi

bedengan/guludan dan kuatkan ujung-ujungnya dengan bantuan

bambu berbentuk U.

e) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu kental

manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50 cm,

sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40 cm.

b. Pembibitan. Stroberi diperbanyak dengan biji dan bibit vegetatif (anakan

dan stolon atau akar sulur). Kebutuhan bibit antara 40.000-83.350/Ha.

a) Perbanyakan dengan biji

1. Benih dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam air selama 15

menit lalu kering-anginkan.

2. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media

berupa campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (kompos) halus

yang bersih (1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media dan tutup

dengan tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca

bening dan disimpan pada temperatur 18 - 20 derajat C.

3. Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap

dipindah tanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2 - 3 cm.

Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian.

Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam

bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan

tanaman telah merumpun, bibit dipindahkan ke kebun.

b) Bibit vegetatif untuk budidaya stroberi di kebun. Tanaman induk yang

dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat dan produktif.

Penyiapan bibit anakan dan stolon adalah sebagai berikut:

Page 129: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

126

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

1. Bibit anakan

Rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi

beberapa bagian yang sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap

anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah,

pasir dan pupuk kandang halus (1:1:1), simpan di bedeng

persemaian beratap plastik.

2. Bibit stolon

Rumpun yang dipilih telah memiliki akar sulur pertama dan kedua, dan

kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau polibag 18

x 15 cm berisi campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).

Setelah tingginya 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindahkan

ke kebun.

3) Bibit untuk budidaya stroberi di dalam polibag

Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara

yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan

pupuk kandang (2:1).

Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon

di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag

besar ukuran 30 x 20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit

dipelihara sampai menghasilkan.

c. Penanaman1) Siram polybag berisi bibit dan keluarkan bibit bersama media tanamnya

dengan hati-hati.2) Tanam satu bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar pangkal

batang.3) Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari dosis

pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm di kiri-kanantanaman.

4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.

d. Pemeliharaan

1) Penyulaman

Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah

tanam.

Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal.

Page 130: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

127

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada pertanaman stroberi tanpa ataupun dengan

mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan dicabut

dan dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan tergantung dari

pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama pemupukan susulan.

3) Perempelan/Pemangkasan

Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas.

Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun

tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.

4) Pemupukan. Dosis anjuran adalah urea 200 kg/ha, SP-36 250 kg/ha

dan KCl 150 kg/ha.

a) Pertanaman tanpa mulsa: Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan

setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran. Pemberian dengan cara

ditabur dalam larikan dangkal di antara barisan, kemudian ditutup

tanah.

b) Pertanaman dengan mulsa: Pupuk susulan ditambahkan jika

pertumbuhan kurang baik. Campuran urea, SP-36 dan KCl (1:2:1,5)

sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air. Setiap tanaman disiram

dengan 350-500 cc larutan pupuk.

5) Pengairan dan Penyiraman

Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali sehari.

Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur dengan syarat tanah

tidak mengering. Pengairan bisa dengan disiram atau menjanuhi parit

antar bedengan dengan air.

6) Pemasangan Mulsa Kering

Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada bedengan/

guludan yang tidak memakai mulsa plastik. Jerami atau rumput kering

setebal 3–5 cm dihamparkan di permukaan bedengan/guludan dan

antara barisan tanaman.

7) Pemeliharaan Buah.

Tanaman asal stolon dan anakan mulai berbung ketika berumur 2 bulan

setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman

berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode

pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa

henti.

Page 131: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

128

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

e. Hama dan Penyakit

1. Hama1) Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii)

Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup

bergerombol di permukaan bawah daun.

Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah

terhambat.

Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC.2) Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.)

Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan

berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan.

Gejala: daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan

gugur.

Pengendalian: dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau

Agrimec 18 EC.3) Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek

akar (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang

(O. sulcatus).

Gejala: di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung.

Pengendalian: dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC

atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga.4) Kutu putih (Pseudococcus sp.)

Gejala: bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi

abnormal.

Pengendalian: kimia dengan insektisida Perfekthion 400 EC atau

Decis 2,5 EC.

5) Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi)Hidup di pangkal batang bahkan sampai pucuk tanaman.

Gejala: tanaman tumbuh kerdil, tangkai daun kurus dan kurang

berbulu.

Pengendalian: dengan nematisida Trimaton 370 AS, Rugby 10 G

atau Nemacur 10 G.

2. Penyakit

1) Kapang kelabu (Botrytis cinerea)

Gejala: bagian buah membusuk dan berwarna coklat lalu mengering.

Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Grosid 50 SD.

Page 132: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

129

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks)

Gejala: buah masak menjadi kebasah-basahan berwarna coklat mudadan buah dipenuhi massa spora berwarna merah jambu.

Pengendalian: dengan fungisida berbahan aktif tembaga seperti

Kocide 80 AS, Funguran 82 WP, Cupravit OB 21.

3) Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer).

Gejala: (a) buah busuk, berair, berwarna coklat muda dan bila ditekan

akan mengeluarkan cairan keruh; (b) di tempat penyimpanan, buahyang terinfeksi akan tertutup miselium jamur berwarna putih dan

spora hitam.

Pengendalian: membuang buah yang sakit, pasca panen yang baik

dan budidaya dengan mulsa plastik.

4) Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman)

Gejala: jamur menyerang akar sehingga tanaman tumbuh kerdil, daun

tidak segar, kadang-kadang layu terutama siang hari.5) Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator).

Gejala: bagian yang terserang, terutama daun, tertutup lapisan putih

tipis seperti tepung, bunga akan mengering dan gugur.

Pengendalian: dengan fungisida Benlate atau Rubigan 120 EC.

6) Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae)

Gejala: Daun berbercak bulat telur sampai bersudut tidak teratur,berwarna ungu tua.

Pengendalian kimia dengan fungisida Dithane M-45 atau Antracol 70

WP.

7) Bercak daun.

Penyebab :

(a) Ramularia tulasnii atau Mycosphaerella fragariae,Gejala: bercak kecil ungu tua pada daun. Pusat bercak berwarna

coklat yang akan berubah menjadi putih;

(b) Pestalotiopsis disseminata,

Gejala: bercak bulat pada daun. Pusat bercak berwarna coklat fua

dikelilingi bagian tepi berwarna coklat kemerahan atau

kekuningan, daun mudah gugur;

(c) Rhizoctonia solani,Gejala : bercak coklat-hitam besar pada daun.

Page 133: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

130

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian kimia dengan fungisida bahan aktif tembaga seperti

Funguran 82 WP, Kocide 77 WP atau Cupravit OB 21.8) Busuk daun (Phomopsis obscurans).

Gejala: noda bula berwarna abu-abu dikelilingi warna merah ungu,

kemudian noda membentuk luka mirip huruf V. Pengendalian:

dengan Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 WP.

9) Layu vertisillium (Verticillium dahliae)

Gejala: daun terinfeksi berwarna kekuning-kuningan hingga coklat,layu dan tanaman mati.

Pengendalian: melalui fumigasi gas dengan Basamid-G.

10) Virus

Ditularkan melalui serangga aphids atau tungau.

Gejala: terjadi perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning

(khlorosis) sepanjang tulang daun atau totol-totol (motle), daun jadi

keriput, kaku, tanaman kerdil.Pengendalian: menggunakan bibit bebas virus, menghancurkan

tanaman terserang, menyemprot pestisida untuk mengendalikan

serangga pembawa virus.

11) Pencegahan hama dan penyakit, dilakukan dengan :

a) menjaga kebersihan kebun/tanaman,

b) menanam secara serempak (untuk memutus siklus hidup),c) menanam bibit yang sehat,

d) memberikan pupuk sesuai anjuran sehingga tanaman tumbuh

sehat,

e) melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan keluarga

Rosaceae

f) memangkas bagian tanaman/mencabut tanaman yang sakit.g) budidaya stroberi dengan dengan menggunakan mulsa plastik

dapat menekan pertumbuhan hama/penyakit.

h) perbaikan drainase biasanya dapat menurunkan serangan.

f. Panen

1. Ciri dan Umur Panen

1) Buah sudah agak kenyal dan agak empuk.2) Kulit buah didominasi warna merah, hijau kemerahan hingga kuning

kemerahan.

Page 134: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

131

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3) Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari setelah awal

pembentukan buah.2. Cara Panen

Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan

kelopaknya. Panen dilakukan dua kali seminggu.

g. Pasca Panen

1. Pengumpulan

Buah disimpan dalam suatu wadah dengan hati-hati agar tidak memar,

simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat penampungan

hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas terpal/plastik. Cuci buah

dengan air mengalir dan tiriskan di atas rak-rak penyimpanan.2. Penyortiran dan Penggolongan

Pisahkan buah yang rusak dari buah yang baik. Penyortiran buah

berdasarkan pada varietas, warna, ukuran dan bentuk buah. Terdapat 3

kelas kualitas buah yaitu:

a) Kelas Ekstra dengan ketentuan :

(1) buah berukuran 20-30 mm atau tergantung spesies;(2) warna dan kematangan buah seragam.

b) Kelas I dengan ketentuan :

(1) buah berukuran 15-25 mm atau tergantung spesies;

(2) bentuk dan warna buah bervariasi.

c) Kelas II dengan ketentuan :

(1) tidak ada batasan ukuran buah;

(2) sisa seleksi kelas ekstra dan kelas I yang masih dalam keadaan

baik.

3. Pengemasan dan PenyimpananBuah dikemas di dalam wadah plastik transparan atau putih dengan

kapasitas 0,25-0,5 kg dan ditutup dengan plastik lembar polietilen.

Penyimpanan dilakukan di rak dalam lemari pendingin 0 -1 derajat C.

IV. Daftar PustakaKantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan IlmuPengetahuan dan Teknologi, 2000. Tentang Budidaya Stroberi (Fragaria

chiloensis L. / F. vesca L.)

Page 135: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

132

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG PANJANG (Vigna unguilata)

I. Pendahuluan

Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas.

Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina.

Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah

kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya

India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata)

merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe

merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan

Ethiopia.

Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti

Indonesia. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi

dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi

yang cukup lengkap (protein,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B

dan C). Kandungan protein nabati pada sayur kacang panjang berkisar 17-

21%. Ada 2 varietas kacang panjang yang sudah banyak dibudidayakan

dengan produksi cukup tinggi, yaitu Putih Super dan Super Sainan dengan

potensi hasil 7 sampai 9 t/ha (pada musim kemarau) dan 6 sampai 7 t/ha

(pada musim hujan).

132

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG PANJANG (Vigna unguilata)

I. Pendahuluan

Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas.

Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina.

Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah

kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya

India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata)

merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe

merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan

Ethiopia.

Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti

Indonesia. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi

dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi

yang cukup lengkap (protein,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B

dan C). Kandungan protein nabati pada sayur kacang panjang berkisar 17-

21%. Ada 2 varietas kacang panjang yang sudah banyak dibudidayakan

dengan produksi cukup tinggi, yaitu Putih Super dan Super Sainan dengan

potensi hasil 7 sampai 9 t/ha (pada musim kemarau) dan 6 sampai 7 t/ha

(pada musim hujan).

132

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KACANG PANJANG (Vigna unguilata)

I. Pendahuluan

Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas.

Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina.

Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah

kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya

India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata)

merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe

merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan

Ethiopia.

Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti

Indonesia. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dikonsumsi

dalam bentuk segar maupun diolah menjadi sayur, memiliki kandungan gizi

yang cukup lengkap (protein,lemak,karbohidrat,kalsium,fosfor,besi,vitamin B

dan C). Kandungan protein nabati pada sayur kacang panjang berkisar 17-

21%. Ada 2 varietas kacang panjang yang sudah banyak dibudidayakan

dengan produksi cukup tinggi, yaitu Putih Super dan Super Sainan dengan

potensi hasil 7 sampai 9 t/ha (pada musim kemarau) dan 6 sampai 7 t/ha

(pada musim hujan).

Page 136: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

133

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim1) Tanaman kacang panjang membutuhkan curah hujan 600-1.500

mm/tahun.2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman kacang panjang antara

20-300 C.

b. KetinggianTanaman lada akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropisdengan ketinggian kurang dari 800 m dpl.

c. Tanah1) Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, tetapi

yang paling baik adalah tanah Latosol/lempung berpasir, subur, gembur,banyak mengandung bahan organic dan drainasenya baik.

2) Tanah kemasaman (pH) sekitar 5,5-6,5. Bila pH terlalu basa (diatas pH6,5) menyebabkanpecahnya nodula-nodula akar.

III. Budidayaa. Benih

1) Benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut:penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidakrusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit.

2) Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.3) Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung

tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.

b. Pengolahan Lahan1) Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak hingga tanah

menjadi gembur.2) Buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara

bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistemguludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cmdan jarak antara guludan 30-40 cm.

3) Lakukan pengapuran jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengandolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara merata dengantanah pada kedalaman 30 cm

Page 137: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

134

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

c. Penanaman1) Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60

cm, 30 x 40 cm. Untuk jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30x 60 cm.

2) Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau atau awal musimhujan, akan tetapi dapat saja sepanjang musim asal adanyaketersediaan air tanah yang memadai.

3) Benih tidak usah disemaikan secara khusus tetapi benih langsung tanampada lubang tanam yang sudah disiapkan. Masukan benih kacangpanjang sebanyak 2 biji per lubang tanam, lalu tutup dengan tanah tipisatau dengan abu dapur.

d. Pemupukan1) Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur ± 12 hari dengan dosis

ZA=50 kg/ha, SP-36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukandilakukan dengan cara ditugal, jaraknya 5 cm dari lubang tanam.Kemudian ditutup dengan tanah.

2) Pemupukan kedua ( II ) dilakukan umur ± 28 hari dengan pupukNPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.

3) Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur ± 40 hari juga dengan pupukNPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.

e. Pemeliharaan1) Penyulaman

Benih kacang panjang akan tumbuh pada umur 3-5 hari. Jika dalamwaktu tersebut terdapat benih yag tidak tumbuh maka segera lakukanpenyulaman. Hal dimaksudkan agar pertumbuhan tanam hasilpenuulaman tidak berbeda jauh dengan tanaman lainnya.

2) Penyiangana) Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman kacang panjang berumur

2-3 minggu setelah tanam, tergantung pada pertumbuhan gulma dilahan.

b) Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut/membersihkan gulmaatau tanaman penggangu lainnya dengan alat kored.

3) Pemasangan LanjaranPemasangan lanjaran dilakukan 10-15 hari setelah tanam (hst), kira-kiratinggi tanaman 15-25 cm. Pemasangan lanjaran diantara 2 lubang

Page 138: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

135

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

tanam sehingga jarak antar lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perluditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara dipasang silang.

4) Pemasangan TaliPemasangan tali dilakukan setelah pemasangan lanjaran selesai. Taliberguna membantu mengarahkan/merambatkan tanaman. Pemasangantali ada dua tahap. Tahap I pada ketinggian ± 70 cm dari lanjaran. TahapII pada ketinggian ± 150 cm dari lanjaran.

5) MerambatkanTujuan dari merambatkan adalah untuk mengarahkan pertumbuhantanaman baik pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman.Diharapkan tanaman merambat pada lanjaran dan tali yang telahdipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah.

6) Pemangkasan / PerempalanTanaman kacang panjang yang terlalu rimbun perlu dilakukanpemangkasan/perempalan daun maupun ujung batang. Hal ini dilakukanterkait dengan tanaman kacang panjang yang terlalu rimbun dapatmenghambat pertumbuhan bunga.

7) PengairanPada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiramandilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.

8) .Pengendalian Hama dan Penyakit

a) Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)

Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan

tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan,

pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak.

Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari

famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan PESTONA.

b) Kutu daun (Aphis cracivora Koch)

Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel

tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk

tanaman dan berperan sebagai vektor virus.

Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili

kacang-kacangan dan penyemprotan Natural BVR.

Page 139: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

136

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

c) Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di

musim kemarau,juga menyerang polong.

Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman

serempak, Semprot Natural VITURA.

d) Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)

Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%.

Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa

tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi

perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.

e) Ulat bunga (Maruca testualis)

Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian

memakan polong.

Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan

kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan PESTONA.

f) Penyakit Antraknose (jamur Colletotricum lindemuthianum)

Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah,

semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping

biji.

Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum

ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang

rumput-rumput dari sekitar tanaman.

g) Penyakit mozaik ( virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV).

Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang

warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun.

Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector

kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

h) Penyakit sapu ( virus Cowpea Witches-broom Virus/ Cowpea Stunt

Virus.)

Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku)

batang sangat pendek, tunas ketiak mem

Page 140: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

137

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit mosaik.

endek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu daun.

i) Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )

Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan

tanaman mati.

Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan

mencabut tanaman yang mati dan gunakan Natural GLIO pada awal

tanam.

f. Panen dan Pasca Panen

1) Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal,

mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol.

2) Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman

siap panen 3,5-4 bulan.

3) Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan

memotong tangkai buah dengan pisau tajam.

4) Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat

penampungan, lalu disortasi.

5) Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap

dipasarkan.

IV. Daftar Pustaka

1. bp4k.bogorkab.go.id/index.php?...Balai Pelaksana Penyuluh pertania

Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Budidaya Kacang Panjang, 1

Agustus 2012.

2. konsultasisawit.blogspot.com/.../cara-budidaya-kacang-panjan, 2 Oktober

2011.

3. budidayanews.blogspot.com/.../cara-budidaya-kacang-panjang.html

4. indonesiaindonesia.com › Flora, Pertanian & Perkebunan, Cara Menanam

Kacang Panjang.

Page 141: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

138

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

JAHE (Zingiber officinale)

I. Pendahuluan

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.

Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Kedua

bangsa ini disesut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan

jahe. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma

dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula, industry jamu

tradisonal, minuman bandrek dan sebagainya. Adapun manfaat secara

pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti

muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat,

anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta

merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu family dengan

temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma domestica), kencur

(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galangal) dan lain-lain. Adapun

nama daerah untuk jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing

(Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae

(Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.

138

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

JAHE (Zingiber officinale)

I. Pendahuluan

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.

Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Kedua

bangsa ini disesut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan

jahe. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma

dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula, industry jamu

tradisonal, minuman bandrek dan sebagainya. Adapun manfaat secara

pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti

muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat,

anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta

merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu family dengan

temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma domestica), kencur

(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galangal) dan lain-lain. Adapun

nama daerah untuk jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing

(Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae

(Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.

138

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

JAHE (Zingiber officinale)

I. Pendahuluan

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.

Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Kedua

bangsa ini disesut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan

jahe. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma

dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biscuit, kembang gula, industry jamu

tradisonal, minuman bandrek dan sebagainya. Adapun manfaat secara

pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif (peluruh kentut), anti

muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh darah, peluruh keringat,

anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti piretik, anti rematik, serta

merangsang pengeluaran getah lambung dan getah empedu.

Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), satu family dengan

temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Curcuma domestica), kencur

(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galangal) dan lain-lain. Adapun

nama daerah untuk jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing

(Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae

(Jawa dan Bali), jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate), dsb.

Page 142: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

139

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relative tinggi, yaitu antara

2.500-4.000 mm/tahun.

2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara 20-350 C.

3) Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan

sinar matahari. Artinya bahwa penanaman jahe dilakukan di tempat yang

terbukasehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.

d. Ketinggian

1) Tanaman jahe akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis

dengan ketinggian 0 – 2.000 m dpl.

2) Pada umumnya di Indonesia ditanam pada ketinggian 200 – 600 m dpl.

e. Tanah

1) Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur

dan banyak mengandung humus.

2) Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan

tanah laterik.

3) Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4,

akan tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-

7.0.

III. Budidaya

a. Pengolahan Lahan

1) Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal harus diperhatikan syarat-

syarat tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman jahe. Bila keasaman

tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yang dibutuhkan

tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman tanah

dengan kapur.

Page 143: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

140

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Pengolahan tanah diawali dengan dibajak atau dicangkul sedalam

kurang lebih 30 cm. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi tanah

yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu.

2) Pada daerah-daerah yang kondisi air tanahnya jelek dan sekaligus untuk

mencegah terjadinya genangan air, maka sebaiknya tanah diolah

menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 20 – 30 cm, lebar

80-100 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

Selanjutnya buat lubang tanaman sedalam 3 – 7,5 cm untuk menanam

bibit.

3) Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur hara

didalamnya seperti fosfor (P) dan calcium (Ca) tidak tersedia dan sulit

diserap. Kondisi demikian dapat menjadi media perkembangan

beberapa cendawan yang dapat menyebabkan penyakit fusariumsp dan

pythium sp. Dengan adanya pengapuran maka dapat menambah unsur

kalium yang sangat diperlukan tanaman untuk mengeraskan bagian

tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar,

mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.

Derajat keasaman < 4 (paling asam) : kebutuhan dolomit > 10 ton/ha

Derajat keasaman 5 (asam) : Kebutuhan dolomite 5,5 ton/ha

Derajat keasaman 6 (agak asam) : kebutuhan dolomite 0,8 ton/ha

b. Penanaman

1) Cara menanam jahe dilakukan dengan cara meletakan bibit rimpang

secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan.

2) Benih jahe ditanam sedalam 5 - 7 cm dengan tunas menghadap ke atas,

jangan terbalik, karena dapat menghambat pertumbuhan. Jarak tanam

yang digunakan untuk penanaman jahe putih besar yang dipanen tua

adalah 80 cm x 40 cm atau 60 cm x 40 cm, jahe putih kecil dan jahe

merah 60 cm x 40 cm.

3) Kebutuhan benih jahe putih besar (panen tua) 2-3 ton/ha, jahe putih

besar panen muda 5 ton/ha, jahe merah dan emprit 1- 1,5 ton/ha.

Page 144: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

141

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

4) Agar diperoleh rimpang yang gemuk berdaging, tanaman jahe sebaiknya

ditanam di tanah yang banyak mengandung bahan organik atau humus

dan drainase yang baik.

5) Pada umumnya selama fase pertumbuhan, tanaman jahe memerlukan

intensitas sinar yang cukup tinggi, oleh karena itu jahe lebih baik

ditanam di daerah terbuka. Sehingga hal ini akan cocok ditanam pada

saat tanaman pokok ( tanaman kayu dan tanaman MPTS) masih baru

ditanam.

6) Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar

bulan September dan Oktober. Hal ini domungkinkan karena tanaman

muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya.

c. Pemupukan

Pupuk kandang domba atau sapi yang sudah masak sebanyak 20 ton/ha,

diberikan 2 - 4 minggu sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk buatan SP-

36 300 - 400 kg/ha dan KCl 300 - 400 kg/ha, diberikan pada saat tanam.

Pupuk urea diberikan 3 kali pada umur 1, 2 dan 3 bulan setelah tanam

sebanyak 400 - 600 kg/ha, masing-masing 1/3 dosis setiap pemberian.

Pada umur 4 bulan setelah tanam dapat pula diberikan pupuk kandang ke

dua sebanyak 20 ton/ha.

d. Pemeliharaan

1) Penyiangan gulma

Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 2-4 minggu

yang kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi

tanaman penggangu yang tumbuh. Penyiangan setelah umur 4 bulan

perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran yang

dapat menyebabkan masuknya benih penyakit.Namun setelah tanaman

jahe berumur 6-7 bulan sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi

sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar. Untuk mengurangi

intensitas penyiangan bisa digunakan mulsa tebal dari jerami atau

sekam.

Page 145: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

142

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

2) Penyulaman

Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1-1,5 bulan

setelah tanam dengan memakai benih cadangan yang sudah diseleksi

dan disemaikan.

3) Pembubunan / Pendaringan

Pembumbunan mulai dilakukan pada saat telah terbentuk rumpun

dengan 4 - 5 anakan, agar rimpang selalu tertutup tanah. Pembubunan

pada saat tanaman jahe masih muda cukup dicangkul tipis disekililing

rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pada bulan berikutnya dapat

diperdalam setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan

sekaligus terbentuk system pengairan yang berfungsi untuk

menyalurkan kelebihan air sehingga drainase akan selalu terpelihara.

4) Pengendalian hama penyakit tanaman

Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai dengan keperluan.

Penyakit utama pada jahe adalah busuk rimpang yang disebabkan oleh

serangan bakteri layu (Ralstonia solanacearum). Sampai saat ini belum

ada metode pengendalian yang memadai, kecuali dengan menerapkan

tindakan-tindakan untuk mencegah masuknya benih penyakit, seperti

penggunaan lahan sehat, penggunaan benih sehat, perlakuan benih

sehat (antibiotik), menghindari perlukaan (penggunaan abu sekam),

pergiliran tanaman, pembersihan sisa tanaman dan gulma, pembuatan

saluran irigasi supaya tidak ada air menggenang dan aliran air tidak

melalui petak sehat (sanitasi), inspeksi kebun secara rutin.

Tanaman yang terserang layu bakteri segera dicabut dan dibakar untuk

menghindari meluasnya serangan OPT. Hama yang cukup signifikan

adalah lalat rimpang Mimergralla coeruleifrons (Diptera, Micropezidae)

dan Eumerus figurans (Diptera, Syrpidae), kutu perisai (Aspidiella hartii)

yang menyerang rimpang mulai dari pertanaman dan menyebabkan

Page 146: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

143

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

penampilan rimpang kurang baik serta bercak daun yang disebabkan

oleh cendawan (Phyllosticta sp.). Serangan penyakit ini apabila terjadi

pada tanaman muda (sebelum 6 bulan) akan menyebabkan penurunan

produksi yang cukup signifikan. Tindakan mencegah perluasan penyakit

ini dengan menyemprotkan fungisida segera setelah terlihat ada

serangan (diulang setiap minggu sekali), sanitasi tanaman sakit, inspeksi

secara rutin.

5) Panen

Panen untuk konsumsi dimulai pada umur 6 sampai 10 bulan. tetapi,

rimpang untuk benih dipanen pada umur 10 - 12 bulan. Cara panen

dilakukan dengan membongkar seluruh rimpangnya menggunakan

garpu, cangkul, kemudian tanah yang menempel dibersihkan. Dengan

menggunakan varietas unggul jahe putih besar (Cimanggu-1) dihasilkan

rata-rata 27 ton rimpang segar, calon varietas unggul jahe putih kecil

(JPK 3; JPK 6) dengan cara budidaya yang direkomendasikan,

dihasilkan rata-rata 16 ton/ha rimpang segar dengan kadar minyak atsiri

1,7 – 3,8%, kadar oleoresin 2,39 – 8,87%. Sedangkan jahe merah 22

ton/ha dengan kadar minyak atsiri 3,2 – 3,6%, kadar oleoresin 5,86 –

6,36%. Mutu rimpang dari varietas unggul Cimanggu-1 dan calon

varietas unggul jahe putih kecil dan jahe merah, memenuhi standar

Materia Medika Indonesia (MMI).

Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar

dikatagorikan sebagai berikut:

Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak

mengandung benda asing dan kapang;

Mutu II : bobot 150 - 249 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak

mengandung benda asing dan kapang;

Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum

10%, benda asing maksimum 3%, kapang maksimum 10%.

Page 147: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

144

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

6) Pasca Panen

Tahapan pengolahan jahe meliputi penyortiran, pencucian, pengirisan,

pengeringan, pengemasan dan penyimpanan. Setelah panen, rimpang

harus secepatnya dibersihkan untuk menghindari kotoran yang

berlebihan serta mikroorganisme yang tidak diinginkan. Rimpang

dibersihkan dengan disemprot air yang bertekanan tinggi, atau dicuci

dengan tangan. Setelah pencucian, rimpang dianginanginkan untuk

mengeringkan air pencucian. Untuk penjualan segar, jahe dapat

langsung dikemas. Tetapi bila diinginkan dalam bentuk kering atau

simplisia, maka perlu dilakukan pengirisan rimpang setebal 1-4 mm.

Untuk mendapatkan simplisia dengan tekstur menarik, sebelum diiris

rimpang direbus beberapa menit sampai terjadi proses gelatinisasi

Rimpang yang sudah diiris, selanjutnya dikeringkan dengan energi surya

atau dengan pengering buatan/oven pada suhu 36 – 46° C. Bila kadar

air telah mencapai sekitar 8 - 10%, yaitu bila rimpang bisa dipatahkan,

pengeringan telah dianggap cukup. Selain itu, dikenal jahe kering

gelondong (jahe putih kecil dan jahe merah) yang diproses dengan cara

rimpang jahe utuh ditusuk-tusuk agar air keluar sebagian, kemudian

dijemur dengan energi matahari atau dioven sampai kering atau kadar

air mencapai 8 - 10%. Rimpang kering dapat dikemas dalam peti, karung

atau plastik yang kedap udara, dan dapat disimpan dengan aman,

apabila kadar airnya rendah. Ruang penyimpan harus diperhatikan

sanitasinya, berventilasi baik, dengan suhu ruangan yang rendah dan

kering untuk mencegah pencemaran oleh mikroba dan hama gudang.

IV. Daftar Pustaka

1. KabarSukses.Com. Cara Budidaya Tanaman Jahe Untuk Petani Kecil.2. http://konsultasisawit.blogspot.com/2011/12. Cara Menanan Jahe

Terlengkap3. www.naturindonesia.com. Budidaya Jahe.4. Pakarinfo.blogspot.com, Cara Menanam Jahe, 7 Maret 20125. binaukm.com/2011/01/peluang-usaha-budidaya-jahe/, Peluang Usaha

Budidaya Jahe, 18 Januari 2011.

Page 148: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

145

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KAPULAGA (Elletria cardamomum)

I. Pendahuluan

Tanaman kapulaga (Elletria cardamomum) merupakan salah satu tanaman

rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek yang

baik. Hal ini mengingat bahwa tanaman kapulaga sebagi bahan obat alami

yang diyakini tidak mempunyai efek samping dibandingkan dengan

menggunakan obat kimiawi. Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini

pun tidak memerlukan lahan tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan

tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari. Hasil berupa

buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah

kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya

untuk bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman dan sebagai

bahan baku atau campuran di dalam industri parfum.

Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman

kapulaga adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan.

Dengan adanya pola tanam terpadu maka dapat diharapkan

penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat meningkatkan

produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang

relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal

tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.

145

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KAPULAGA (Elletria cardamomum)

I. Pendahuluan

Tanaman kapulaga (Elletria cardamomum) merupakan salah satu tanaman

rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek yang

baik. Hal ini mengingat bahwa tanaman kapulaga sebagi bahan obat alami

yang diyakini tidak mempunyai efek samping dibandingkan dengan

menggunakan obat kimiawi. Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini

pun tidak memerlukan lahan tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan

tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari. Hasil berupa

buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah

kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya

untuk bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman dan sebagai

bahan baku atau campuran di dalam industri parfum.

Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman

kapulaga adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan.

Dengan adanya pola tanam terpadu maka dapat diharapkan

penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat meningkatkan

produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang

relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal

tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.

145

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KAPULAGA (Elletria cardamomum)

I. Pendahuluan

Tanaman kapulaga (Elletria cardamomum) merupakan salah satu tanaman

rempah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek yang

baik. Hal ini mengingat bahwa tanaman kapulaga sebagi bahan obat alami

yang diyakini tidak mempunyai efek samping dibandingkan dengan

menggunakan obat kimiawi. Selain itu, dalam pembudidayaannya tanaman ini

pun tidak memerlukan lahan tersendiri, dalam arti tumbuh di bawah naungan

tanaman lain sebagai tanaman sela atau tanaman tumpangsari. Hasil berupa

buah jika sudah kering mempnyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Buah

kering kapulaga disamping sebagai bahan jamu, juga diambil minyak atsirinya

untuk bahan penyedap atau pengharum makanan, minuman dan sebagai

bahan baku atau campuran di dalam industri parfum.

Sistem pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengembangan tanaman

kapulaga adalah sistem pola tanam pekarangan dan pola tanam perkebunan.

Dengan adanya pola tanam terpadu maka dapat diharapkan

penghasilan Petani meningkat disamping itu juga dapat meningkatkan

produktivitas lahan perkebunan dan konservasi. Beranjak dari kapulaga yang

relatif mudah dibudidayakan dan bisa dipanen 4 kali dalam setahun, maka hal

tersebut telah banyak menarik minat petani untuk membudidayakan.

Page 149: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

146

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Tumbuh baik pada daerah – daerah yang bertipe iklim A, B, dan C(sistim schidt dan ferguson).

2) Curah hujan optimal 2.500-4.000 mm per tahun. Curah hujan yangterlalu tinggi berpengaruh buruk sehingga tangkai bunganya pendek danbunga banyak yang busuk.

3) Musim kemarau yang panjang mengakibatkan pembentukan anakansedikit, sehingga bunga yang dihasilkan berkurang.

4) Pada daerah dengan rata-rata curah hujan 2.500 per tahun diperlukan136 hari hujan per tahun dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bln,bulan basah 8 bln dan bulan lembab 1,5 bln.

5) Suhu rata-rata yang dikehendaki berkisar antara 20-300C, sedangkan didataran rendah dengan pohon pelindung yang cukup rimbun suhunya23-300C.

6) Intensitas cahaya yang baik untuk pertumbuhan kapulaga berkisar 30-70persen.

b. KetinggianTanaman kapulaga dapat tumbuh pada ketinggian 200-1000 m daripermukaan laut dan optimalnya 300-500 m dari permukaan laut. Kapulagahanya mau tumbuh baik di bawah naungan. Komoditas ini cocok untukdikembangkan sebagai tanaman tumpangsari pada kebun-kebun tanamankeras. Misalnya di hutan jati, kebun kopi, kakao, petai, jeruk dan lain-lainyang bagian bawah tegakannya masih menerima sedikit sinar matahari.

c. Tanah1) Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan kapulaga local atau sabrang

adalah latosol, andosol, alluvial, podsolik merah kuning dan mediteran.2) Bertekstur lempung berliat atau lempung berpasir. Pada tanah bertekstur

liat pertumbuhan kapulaga tidak mengecewakan asal diadakanpengolahan tanah terlebih dahulu.

3) Tidak menyukai air yang tergenang, bahan organic tanah harus tinggidan berdrainase baik dg derajat kemasaman atau pH 5,6-6,8.

Page 150: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

147

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

III.Budidaya

a. Pengolahan Lahan1) Pengolahan tanah diawali dengan dibajak atau dicangkul sedalam

kurang lebih 30 cm. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kondisi tanahyang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu.

2) Sebaiknya 15 hari setelah pembuatan lobang, tanah dikembalikan lagike dalam lobang, sebelumnya tanah dicampur dulu dengan pupukkandang secukupnya.

b. Penanaman1) Waktu tanam yang baik yaitu awal hujan, sekitar bulan Oktober –

Desember. Caranya: bila tanah olahan atau lobang tanam telah tersediadan bibit telah disiapkan.

2) Buat lobang kecil, letakkan bibit sedalam 10 – 15 cm. Tanah disekitarnya dipadatkan atau ditimbun dengan memperhatikan tunas agartidak sampai terganggu (terluka atau patah). Penanaman setek ke dalamlubang tanam dilakukan sampai batas rimpang dan tunas yang telahtumbuh tertimbun tanah setinggi 2-3 cm akan mempercepatpertumbuhannya.

3) Dalam satu lubang ditanam 3 setek atau batang denga jarak tanamuntuk kapulaga bisa digunakan 1m x 1,5m atau 1m x 2m dan juga bisa1,5m x 2m.

c. PemupukanUntuk lebih meningkatkan mutu maka perlu dilakukan pemupukanmengingat tanaman kapulaga termasuk rakus akan unsur hara, sehinggapemupukan sangat diperlukan terutama sekali pupuk organik dan pupukbuatan. Adapun cara dan jumlah pupuk yang diberikan adalah berdasarkanmasa pertumbuhan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Untuk ini pupukorganik diberikan pada saat pengolahan tanah, dan pada saatpenggemburan diluar rumpun sebanyak 1-1,5 kg pupuk kandang,pemupukan berikutnya setiap 3 bulan sekali. Sedangkan untuk pupukbuatan diberikan pada umur 1 bulan sebanyak 1 sendok makan pupuk ureadan diulang pada umur 3 bulan dengan 1 sendok pupuk urea disebar diluarrumpun atau disemprotkan pada daun. Bagi tanaman kapulaga yang sudahmenghasilkan, pupuk kandang diberikan sebanyak 10 – 15 kg setiaprumpun dan pemberian selanjutnya disesuaikan dengan kondisi tanaman

Page 151: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

148

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

dan lingkungan. Pupuk buatan diberikan 10-12,5 gram berupa Urea danTSP. Pupuk ini diberikan diluar rumpun pada batas perakaran denganmembuat selokan kecil, kemudian ditutup dengan tanah dan disiramseperlunya.

d. Pemeliharaan TanamanDalam pemeliharaan kapulaga, beberapa pekerjaan penting yang harusdilakukan antara lain: penyiangan rumput atau pengendalian gulma,penggemburan diluar rumpun untuk merangsang perumbuhan anakanrimpang sehingga bisa tumbuh lebih baik, pemotongan daun kering untuktidak menghalangi penyerbukan bunga, pemotongan batang yang sudahagak tua atau menguning untuk memberi kesempatan batang mudatumbuh dengan baik, pengaturan anakan agar tidak tumpang tindih danuntuk merangsang pertumbuhan bunga atau buah juga unuk mengurangipenguapan pada musim kemarau serta untuk mendapatkan anakan ataubibit baru. Di masa pemeliharaan ini, yang tidak kalah pentingnya jugapemberian mulsa berupa bahan organik dari jenis tanaman leguminosa.

Tanaman yang mati dan pertumbuhannya tidak normal sebaiknya dicabutdan diganti dengan bibit yang baik. Sementara penyiangan gulmadilakukan 2-3 bulan sekali atau tergantung dari tingkat pertumbuhan gulma.Pupuk kandang yang diberikan sebanyak 2 kg per lubang, Untukmempertahankan kelembaban tanah di sekitar perakaran diperlukan mulsajerami atau serasah, terutama pada musim kemarau. Ketebalan mulsayang diperlukan antara 3-5 cm. Pemangkasan pohon pelindung yangterlalu rimbun dilakukan secara teratur 3 atau 6 bulan sekali, tergantungdari rimbunnya pohon pelindung. Batang tua yang telah mati dipangkas danini biasanya terjadi pada tanaman yang telah membentuk rumpun penuh.Tanah disekitar rumpun digemburkan untuk memperbaiki aerasi tanah didaerah perakaran sehingga strukturnya menjadi gembur. Pada umumnyatanaman kapulaga yang berada di bawah pohon naungan yang cukup rapatkurang atau jarang terserang hama dan penyakit. Kadang-kadang kapulagadiserang pula oleh kutu daun, ulat pemakan daun, penggerek akar,penggerek batang serta rayap. Sedangkan penyakit yang ditemukanadalah penyakit mosaik, busuk daun,busuk akar dan penyakit layu bakteri.Pemberantasannya bisa dilakukan dengan mempergunakan berbagaiinsektisida yang dijual di pasaran bebas.Untuk penyakit yang menyerangbiasanya penyakit busuk (Mozaik) yang disebabkan oleh virus. Cara

Page 152: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

149

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

pengendalian yang efektif adalah dengan jalan membuang tanaman yangterserang dan menanam tanaman baru yang berasal dari pembibitan asalbiji.

e. PanenKapulaga mulai dapat dipanen setelah tujuh bulan. Pemanenan dapatdilakukan dengan tanda-tanda sisa-sisa perhiasan bunga yang terdapatpada bagian ujung karangan bunga mulai rontok. Sebaiknya buah dipanensebelum masak sempurna karena bila biji telah masak biasanya akanpecah pada waktu dikeringkan dan warnanya menjadi kurang baik. Waktupanen yang tepat adalah jika buah sudah berwarna hijau kekuning-kuningan.Cara panen yaitu dengan memotong karangan bunga dibawahdompolan buah.Buah yang sudah dipanen kemudian dijemur sampaikering, sebaiknya jangan terkena sinar matahari langsung atau dikeringanginkanSetelah pemanenan, buah dicuci atau dibersihkan terlebih dahululalu dijemur langsung dengan sinar matahari sampai kering dan kadarairnya mencapai 10-12 %. Buah kering dimasukkan ke dalam karung ataukantong plastik dan diikat atau ditutup rapat. Penyimpanan dilakukan ditempat yang kering.Kapulaga berbuah sepanjang tahun sehingga untuk pemanenan ini tidakmenentu. Dalam pemanenan kapulaga dikenal istilah panen besar 4 kalidan panen kecil 4 kali yang berlangsung dalam 1 tahun secara berselang-seling. Tanaman dapat dipergunakan sampai umur 10 – 15 tahun. Hasilpanen per hektar bisa mencapai 2 – 3 ton buah kering per tahun dan iniberlaku untuk tanaman yang sudah berumur belasan tahun.

IV. Daftar Pustaka1. Risa Nurul Falah, Budidaya Kapulaga, 2008

2. Prasetyo, Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas

Bengkulu, Budidaya Kapulaga Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan

Sengon, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Volume 6, No I, 2004.

3. Suhadahanun.com/2012/03/cara-budidaya-kapulaga/.., 2012

4. Budidayakapologo.blogspot.com/2011/…./syarat-tumbuh-kapulaga, 9 Maret

2011.

5. tipspetani.blogspot.com/.../budidaya-kapulaga-dan-manfaat-kapulaga...

Page 153: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

150

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KUNYIT (Curcuma domestica Val)

I. PendahuluanKunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan

(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh

subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar

pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit

berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum danYunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini

sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi

tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya

di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang

merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna

hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan

pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang

berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan

mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung

dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna

jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C.

longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling

terkenal dari jenis kunyit lainnya.

150

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KUNYIT (Curcuma domestica Val)

I. PendahuluanKunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan

(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh

subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar

pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit

berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum danYunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini

sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi

tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya

di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang

merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna

hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan

pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang

berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan

mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung

dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna

jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C.

longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling

terkenal dari jenis kunyit lainnya.

150

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

KUNYIT (Curcuma domestica Val)

I. PendahuluanKunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan

(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh

subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar

pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit

berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum danYunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini

sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi

tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya

di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang

merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna

hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal,bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan

pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang

berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan

mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung

dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna

jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C.

longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling

terkenal dari jenis kunyit lainnya.

Page 154: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

151

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena

berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkangatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu:

sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik,

bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit

itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba,

pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan

kolesterol, serta sebagai pembersih darah.

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki

intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik

hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.

2) Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan

1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000

mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata

baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan

yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.

3) Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30°C.

b. Ketinggian

Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran

tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian

45 m dpl.

c. Tanah

1) Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul

dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.

2) Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik

tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit

basa.

Page 155: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

152

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

III.Budidaya

a. Pembibitan

Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih

mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh

subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari

serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur >

7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air cukup;

benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari

bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).

Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat

yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang.

Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam rimpang

yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna

menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki

1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.

Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan

akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.

b. Pengolahan Lahan

1) Untuk Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau

pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan

30 hari sebelum tanam.

2) Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara

manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan

top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah.

Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan

selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah

menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar

matahari.

3) Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara

dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan

menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam

lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan

pupuk kandang 2,5-3 kg.

Page 156: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

153

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

c. Penanaman

1) Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang

berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas.

Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal

musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan)

atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan

dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut

dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim

penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.

2) Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang

30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x

60 cm.

3) Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik

sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan

penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200

mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap

pembentukan rimpang kunyit.

4) Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman

rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda

akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun

rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7-8 bulan tetapi

pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.

d. Pemupukan

1) Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan,

jumlah daun, dan luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk

kandang sebanyak 45 ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha

menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.

2) Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi

pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2 - 4 bulan).

Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha.

Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan

(urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon),

serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan

Page 157: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

154

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5

ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk

nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P

diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam

(1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman

berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan

secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di

sela-sela tanaman.

e. Pemeliharaan

1) Penyiangan gulma

Penyiangan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma)

yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu

perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan

dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama

dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan

ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar

tumbuh besar dan tanah tetap gembur.

2) Penyulaman

Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1-1,5 bulan

Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya

buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain

yang masih segar dan sehat.

3) Pembubunan / Pendaringan

Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan

pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran

dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk

memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga

rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan

biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan

secara rutin setiap 3-4 bulan sekali.

Page 158: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

155

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

4) Pengendalian hama penyakit tanaman

a) Hama Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)

Gejalanya pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan

lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk.

Cara pengendaliannya tanaman disemprot/ditaburkan insektisida

furadan G-3.

b) Busuk bakteri rimpang, penyebabnya oleh kurang baik sistem

pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terlukaakibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan

cendawan. Gejalanya kulit akar tanaman menjadi keriput dan

mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan

keropos. Cara pengendaliannya dengan mencegah terjadi genangan

air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang dan

penyemprotanfungisida dithane M-45.

c) Karat daun kunyit, penyebabnya adalah Taphrina macullans Bult danColletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut

Panchaetothrips. Gejalanya adalah timbulnya warna coklat (karat)

pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman

dewasa/daun yang tua maka tidak akan mempengaruhi produksinya

sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan

tanaman tersebut menjadi mati. Pengendaliannya dilakukan denganmengurangi kelembaban dan penyemprotan insektisida, seperti

dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane M-45 secara

teratur selama seminggu sekali.

5) Panen

1) Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yangterbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat

gugurnya daun kedua.. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen

ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi

kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau

berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).

2) Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan

cangkul/garpu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkandari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak

rusak.

Page 159: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

156

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

3) Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu

sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itukandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan

proses pengeringannya.

6) Pasca Panen

1) Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari

kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Kemudian lakukan

pencucian dengan air bersih sampai tidak ada tanah atau kotoran

yang melekat.

2) Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar

matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukanselama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan

dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering,

pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus

dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.

Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari

bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringandi dalam oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan

dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang

tidak saling menumpuk.

3) Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah

kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara. (belum

pernah dipakai sebelumnya).

IV. DAFTAR PUSTAKA1. balittro.litbang.deptan.go.id/.../index.php?...budidaya...kunyit..

2. pertanianjanabadra.webs.com/apps/blog/show/10534335,Budidaya Kunyit

Makin Menggiurkan (1)-Sukses Agribisnis, 25 November 2011

3. peluangusaha.kontan.co.id/.../budidaya-kunyit-makin-menggiurkan,10

November 2011.4. www.warintek.ristek.go.id/pertanian/kunyit.pdf, Pedoman Budidaya Kunyit

5. ibutani.blogspot.com/2012/01/lokasi-budidaya-kunyit.html,Budidaya

Tanaman dan Teknologi Pertanian: Lokasi Budidaya Kunyit.

Page 160: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

157

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

LADA (Piper nigrum L)

I. Pendahuluan

Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di

Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan

produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan(Aspek K-3).

Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai

ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman

berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung komoditas ini banyak diusahakan

petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun temurun

dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung

masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha, dibanding produktivitas

nasional yang mencapai 800 kg/ha. Pengembangan lada di Lampung

diarahkan untuk menghasilkan lada hitam yang dikenal di pasaran dunia

dengan nama “Lampong Black Pepper “. Lampung telah dikenal sebagai

salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia. Produktivitas

tanaman lada masih berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan

teknologi budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman,

pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang baik.

157

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

LADA (Piper nigrum L)

I. Pendahuluan

Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di

Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan

produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan(Aspek K-3).

Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai

ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman

berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung komoditas ini banyak diusahakan

petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun temurun

dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung

masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha, dibanding produktivitas

nasional yang mencapai 800 kg/ha. Pengembangan lada di Lampung

diarahkan untuk menghasilkan lada hitam yang dikenal di pasaran dunia

dengan nama “Lampong Black Pepper “. Lampung telah dikenal sebagai

salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia. Produktivitas

tanaman lada masih berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan

teknologi budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman,

pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang baik.

157

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

LADA (Piper nigrum L)

I. Pendahuluan

Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di

Indonesia. PT. Natural Nusantara berupaya membantu meningkatkan

produksi tersebut secara kuantitas, kualitas dengan tetap menjaga kelestarian

lingkungan(Aspek K-3).

Tanaman lada (Piper nigrum L) adalah tanaman perkebunan yang bernilai

ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur tanaman

berkisar antara 2-3 tahun. Di Lampung komoditas ini banyak diusahakan

petani dalam bentuk perkebunan kecil yang diusahakan secara turun temurun

dengan padat tenaga kerja. Produktivitas kebun lada rakyat di Lampung

masih tergolong rendah yaitu rata-rata 591 kg/ha, dibanding produktivitas

nasional yang mencapai 800 kg/ha. Pengembangan lada di Lampung

diarahkan untuk menghasilkan lada hitam yang dikenal di pasaran dunia

dengan nama “Lampong Black Pepper “. Lampung telah dikenal sebagai

salah satu daerah utama penghasil lada hitam di Indonesia. Produktivitas

tanaman lada masih berpotensi dapat ditingkatkan dengan melalui penerapan

teknologi budidaya mulai dari persiapan lahan, pembibitan, penanaman,

pemeliharaan dan penanganan pasca panen yang baik.

Page 161: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

158

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

II. Syarat Tumbuh

a. Iklim

1) Tanaman lada membutuhkan curah hujan 1.000-3.000 mm/tahun dan

mempunyai hari hujan 110-170 hari per tahun.

2) Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman lada antara 20-350 C.

3) Cukup sinar matahari (10 jam sehari) dengan Kelembaban udara 50% -

100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH.

b. Ketinggian

Tanaman lada akan tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis

dengan ketinggian 300 – 1.100 m dpl.

c. Tanah

1) Tanaman lada paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur

dan banyak mengandung humus.

2) Tanah Tidak tergenang atau terlalu kering dengan pH 5,5 - 7.0

3) Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic,

Latosol dan Utisol.

4) Kandungan humus tanah sedalam 1 - 2,5 m.

III.Budidaya

a. Pembibitan

1) Tanaman lada dapat diperbanyak secara generative dengan biji dan

vegetative dengan stek.

2) Perbanyakan dengan setek lebih praktis, efisien dan bibit yang

dihasilkan akan sama dengan sifat induknya.

3) Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur gantung, sulur tanah dan

sulur buah (caabang buah).

4) Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun

(Kebutuhan bibit ± 2.000 bibit tanaman perhektar).

Page 162: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

159

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

b. Pengolahan Lahan

1) Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm.

2) Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian :

Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH

Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.

Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 =

1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha.

Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke

5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha.

Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5

= 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha.

3) Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah.

c. Penanaman

1) Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi

juga bisa ditanam dengan tanaman lain.

2) Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x

15 cm dan kedalaman 50 cm. Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah

bibit ditanam.

3) Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari

musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.

4) Bibit lada setelah dilepaskan dari polibag atau setek 5-7 buku yang

sudah tumbuh dan berakar ditanam dengan cara meletakkan miring (30-

45o ) mengarah ke tajar, 3-4 buku/setek bagian pangkal tanpa daun

dibenamkan mengarah ke tajar, sedangkan 2-3 ruas sisanya (berdaun)

disandarkan dan diikat pada tajar.

5) Selanjutnya tanah di sekelilingnya yang telah dicampur pupuk organik

dan pupuk dasar NPK 20 gram/tanaman. Untuk tanah yang kurang

subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCL per

tanaman. Tanah di sekitar tanaman lada dibuat sedikit guludan agar

tidak tergenang air di musim hujan. Guludan tidak boleh terlalu tinggi

agar tidak menjadi tempat sarang rayap.

Page 163: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

160

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

6) Setelah ditanam, tanah di sekelilingnya dipadatkan dan di atas tanaman

lada diberi naungan yang diikatkan pada tajar agar tanaman lada yang

baru ditanam terlindungi dari teriknya sinar matahari. Naungan tanaman

lada yang umum digunakan dan mudah diperoleh adalah alang-alang

atau tanaman hutan lainnya yang tidak mudah lapuk. Naungan dilepas

apabila tanaman lada telah tumbuh kuat.

d. Pemupukan

Tanaman lada memerlukan pupuk organic dan anorganik. Pemberian dapat

dilakukan secara terpisah maupun secara bersama-sama dengan

mencampur pupuk organic dan anorganik sebelum diberikan pada tanaman

lada. Pemupukan dengan pupuk anorganik atau pupuk makro dapat

diberikan pada tanaman berumur 3 bulan sampai 17 bulan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Umur(bulan)

Pupuk makro (gram / tanaman)

Urea SP 36 KCL3 - 4 35 15 204 - 5 35 20 255 - 6 35 25 30

6 - 17 35 30 25

e. Pemeliharaan

1) Pemangkasan dan Pengikatan Sulur Panjat

Apabila pada tanaman lada telah tumbuh 8-10 buku (umur 5-6 bulan),

dilakukan pemangkasan pada ketinggian 25-30 cm dari permukaan

tanah. Pemangkasan dilakukan di atas2-3 buku. Tujuan pemangkasan

untuk merangsang pembentukan 3 sulur panjat baru. Sulur baru tersebut

harusdilekatkan dan diikatkan pada tajar lada. Pengikatan dilakukan

menggunakan tali rafia yang dibelah 2-4 agar tali rafia tidak menggangu

pertumbuhan lada. Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah

keluar tunas baru dan telah mencapai 7-9 buku pada umur sekitar 12

bulan, yaitu pada buku yang tidak mengeluarkan cabang buah.

Pemangkasan berikutnya dilakukan pada umur 2 tahun, sehingga

Page 164: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

161

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

terbentuk kerangka tanaman yang mempunyai banyak cabang produktif.

Hasil pemangkasan sulur panjat tersebut dapat digunakan sebagai

sumber bahan tanaman/setek untuk pengembangan pembibitan lada.

2) Penyiangan Gulma

Penyiangan terhadap gulma atau tanaman pengganggu dilakukan

secara rutin yaitu membersihkan disekitar tanaman lada. Areal dalam

radius lebih kurang 60 cm dibawah kanopi tanaman lada atau disekitar

pangkal batang lada harus bersih dari gulma. Waktu penyiangan paling

sedikit 2-3 bulan sekali.

3) Penyulaman

Menyulam tanaman yang tidak tumbuh dilakukan pada umur 1-1,5 bulan

setelah tanam dengan memakai bibit cadangan yang sudah diseleksi

dan disiapkan.

4) Pembubunan / Pendaringan

Pembubunan/pendaringan dilakukan bersamaan dengan kegiatan

penyiangan. Pada setiap kali pembubunan akan berbentuk gubidan dan

sekaligus terbentuk system pengairan yang berfungsi untuk

menyalurkan kelebihan air sehingga drainase akan selalu terpelihara.

5) Pengairan dan Penyiraman

Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada

musim hujan tidak boleh tergenang.

6) Pemberian Mulsa

Pada saat tanaman lada berusia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa

dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.

7) Penggunaan Tajar (Ajir)

Sebaiknya gunakan tajar mati dari bahan kayu. Pangkal tajar

diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang

lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m.

Page 165: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

162

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

8) Pengendalian hama penyakit tanaman

a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)

Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka

menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain

bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang

dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang;

penyemprotan PESTONA.

b. Hama bunga

Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat

tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar

3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga

berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan,

siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan

PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan

bunga.

c. Hama buah

Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap,

berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau

nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa

diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus

hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur

dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah.

Gunakan PESTONA.

d. Penyakit busuk pangkal batang (BPP)

Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal

serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal

batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit

batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning).

Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian

Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

Page 166: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

163

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

e. Penyakit kuning

Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta

serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang

mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M

incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman

lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk

dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning

tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman.

Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan

tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah

tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan

pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia

yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan

tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO

810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk

gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata

AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki..

f. Panen

Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya

berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna

kuning atau merah).

Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan

mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.

Pemanenan buah lada dilakukan menggunakan tangga untuk

menjangka buah dan keranjang bambu yang bersih dan untuk

tempat mengumpulka buah lada yang sudah dipetik. Periode panen

sesuai iklim setempat, jenis lada yang ditanam dan intensitas

pemeliharaan.

g. Pasca Panen

Lada yang sudah dipetik selanjutnya dihamparkan dan disortir. Buah

lada yang busuk dan tidak normal dipisahkan dan dibuang sedangkan

Page 167: Pedoman Budidaya Tanaman Sela

164

DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAHKEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

buah yang baik dan mulus dikumpulkan dalam satu tempat untuk

diproses lebih lanjut.

Pemisahan atau sortasi bertujuan untuk memisahkan biji lada hitam

yang sudah kering dari kotoran seperti tanah, pasir, daun kering,

gagang, serat-serat dan juga sebagian lada enteng. Penampian

dilakukan secara manual menggunakan tampah, sortasi juga dapat

dilakukan dengan mesin yang digerakkan menggunakan pedal

(blower), alat ini untuk memisahkan buah lada bernas, lada enteng

dan kotoran.

Buah lada hitam yang sudah kering dan terlepas dari tangkainya dan

telah disortasi antara lada bernas, lada enteng dan kotoran.

Kemudian, lada bernas dikemas dengan menggunakan karung

plastik. Ruang penyimpanan buah lada hasil sortasi harus kering

(kelembaban ± 70%) untuk menghindari agar lada tidak berjamur

dengan lada enteng dan kotoran. Ruang penyimpanan diberi alas dari

bambu atau kayu setinggi lebih kurang 15 cm dari permukaan lantai

sehingga bagian bawah karung tidak langsung menyentuh lantai.

Kualitas lada hitam dapat dipertahankan 3-4 tahunapabila disimpan di

ruangan bersuhu 20-28oC.

IV. Daftar Pustaka

1. teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-lada.htm, Budidaya Lada-

Teknis Budidaya, 28 oktober 2007.

2. lampung.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/publikasi/lada.pdf,Teknolo

gi Budidaya Lada-BPPTP Lampung.

3. budidaya-di.blogspot.com/../budidaya-lada-dengan-tiang,panjat.htm...

Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat, 15 November 2009.

4. www.lestarimandiri.org/budidaya-tanaman.../158-budidaya-lada.html,

Budidaya lada, 7 Maret 2012

5. akarfoundation.wordpress.com/.../pengembangan-budidaya-lada-hita...

Pengembangan Budidaya Lada Hitamdan Lada Putih 23 November 2007.