dharmawacana

8
Tanda-Tanda Kehidupan Jaman Kali Yuga home Om Swastyastu, Umat Se-Dharma Yang Berbahagia, Beginilah sifat yang menonjol dari orang-orang yang hidup di jaman kali yuga. Jika ada seseorang yang sebelumnya tidak sepatah katapun, akhirnya berkat seorang guru suci dan arif, ia menjadi pandai , tetapi waktu ditanya oleh orang lain akan pongah berkata,”Bukan pendeta ini atau itu yang mengajarkan ajaran ini kepada saya tetapi memang ajaran ini saya telah ketahui sendiri dari dulu”. Dapatlah kita katakan bahwa sudah demikianlah sifat dari orang- orang dijaman kali yuga. Jika seseorang seperti tadi setelah meninggal dan sudah selesai menikmati alam baka semua hasil perbuatan di masa lampau, yaitu hasil perbuatan yang baik maupun buruk, nantinya akan lahir dalam golongan swanayoni, yaitu menjadi anjing. Jika anjing itu mati menjelma lagi menjadi orang candela. Bagaimanakah sifat-sifat orang candela? Beginilah sifat sifat dan tingkah laku orang cendala : Ia dilahirkan di jaman kali yuga. Ia suka menjahati orang –orang yang tidak bersalah. Ia menuduh jahat orang – orang baik. Dan ia jahati orang – orang suci. Ia tipu para pendeta, ia bunuh orang orang budiman. Ia mencuri. Ia suka menganiaya. Perangainya kasar dan pemarah. Ia suka merampok. Ia membegal. Ia membunuh. Ia suka memancung dengan keris. Ia pandai membuat racun dan suka meracuni orang. Ia melakukan sihir dan menjadi leak jadi-jadian, memasang guna – guna, suka memfitnah dan menggunakan kata – kata keji yang tak patut didengar telinga, selalu memasang mata kepada orang kaya, dengki kepada orang – orang yang berbahagia, ingin pada milik orang lain, tidak ambil pusing pada orang orang melarat, dan sering menghina orang orang pertapa serta menjelek-jelekan dharma. Ia melakukan delapan macam perbuatan jahat, k depalan macam pencurian dan keenam penganiayaan. Ia cendrung membunuh sapi, orang Brahmana, Sarjana, Rsi, pengikut Siwa dan Budha. Ia juga tidak segan membunuh guru dan orang tua. Ia merusak tempat suci dan mengambil segala harta benda yang ada di dalamnya. Ia tidak segan menganiaya guru dan para siswanya. Kalau ia laki –laki ia lebih suka beristri laki – laki ( homoseks ) Kalau ia perempuan ia lebih suka besuami perempuan ( lesbian). Ia melakukan perkosaan terhadap ibunya, memperkosa anak kandungnya sendiri. Tidak pemerintah dan tidak

Transcript of dharmawacana

Page 1: dharmawacana

Tanda-Tanda Kehidupan Jaman Kali Yuga 

  home

Om Swastyastu,

Umat Se-Dharma Yang Berbahagia, Beginilah sifat yang menonjol dari orang-orang yang hidup di jaman kali yuga. Jika ada seseorang yang sebelumnya tidak sepatah katapun, akhirnya berkat seorang guru suci dan arif, ia menjadi pandai , tetapi waktu ditanya oleh orang lain akan pongah berkata,”Bukan pendeta ini atau itu yang mengajarkan ajaran ini kepada saya tetapi memang ajaran ini saya telah ketahui sendiri dari dulu”.

Dapatlah kita katakan bahwa sudah demikianlah sifat dari orang-orang dijaman kali yuga. Jika seseorang seperti tadi setelah meninggal dan sudah selesai menikmati alam baka semua hasil perbuatan di masa lampau, yaitu hasil perbuatan yang baik maupun buruk, nantinya akan lahir dalam golongan swanayoni, yaitu menjadi anjing. Jika anjing itu mati menjelma lagi menjadi orang candela.

Bagaimanakah sifat-sifat orang candela? Beginilah sifat sifat dan tingkah laku orang cendala : Ia dilahirkan di jaman kali yuga. Ia suka menjahati orang –orang yang tidak bersalah. Ia menuduh jahat orang – orang baik. Dan ia jahati orang – orang suci. Ia tipu para pendeta, ia bunuh orang orang budiman. Ia mencuri. Ia suka menganiaya. Perangainya kasar dan pemarah. Ia suka merampok. Ia membegal. Ia membunuh. Ia suka memancung dengan keris. Ia pandai membuat racun dan suka meracuni orang.

Ia melakukan sihir dan menjadi leak jadi-jadian, memasang guna – guna, suka memfitnah dan menggunakan kata – kata keji yang tak patut didengar telinga, selalu memasang mata kepada orang kaya, dengki kepada orang – orang yang berbahagia, ingin pada milik orang lain, tidak ambil pusing pada orang orang melarat, dan sering menghina orang orang pertapa serta menjelek-jelekan dharma. Ia melakukan delapan macam perbuatan jahat, k depalan macam pencurian dan keenam penganiayaan.

Ia cendrung membunuh sapi, orang Brahmana, Sarjana, Rsi, pengikut Siwa dan Budha. Ia juga tidak segan membunuh guru dan orang tua. Ia merusak tempat suci dan mengambil segala harta benda yang ada di dalamnya. Ia tidak segan menganiaya guru dan para siswanya. Kalau ia laki –laki ia lebih suka beristri laki – laki ( homoseks ) Kalau ia perempuan ia lebih suka besuami perempuan ( lesbian). Ia melakukan perkosaan terhadap ibunya, memperkosa anak kandungnya sendiri. Tidak pemerintah dan tidak ada pendeta baginya, tidak ada tempat memuja leluhur baginya, dan tidak ada tempat pemujaan Tuhan.

Itulah perbuatan – perbuatan pemusnah di jaman kali yuga. Tidak ada tinggi dan rendah. Seluruh dunia diamuk oleh bencana alam dan angina taufan. Tanam-tanaman palawija hampa dan mati. Di seluruh Negara ada peperangan, perang saudara. Petani-petani dalam kesedihan, adapt dan agama selalu dirusak dan dilangar, kota kota hancur. Segala penyakit menular menjangkit. Timbul wabah penyakit influenza dan desentri. Di samping itu di mana-mana terjadi kebodohan, anak-anak jadi bangga atas keberaniannya melanggar hokum dan pentunjuk orang tua, tidak hormat ditunjukan kepada orang tua, keluraga dekat atau keluarga besar.

Page 2: dharmawacana

Semuanya menggelisahkan dan membingungkan.

Demikianlah keadaan pikiran manusia pada jaman kali yuga yang sudah berlarut larut. Dan bagi mereka yang berbudi luhur dan mempertahankan keluhuran dharma, janganlah hendaknya bergaul dan berminat pada perbuatan jahat manusia jaman kali yuga, untuk menghindari neraka.

Satyam Evam Jayathe,

Om Santih, Santih, Santih, Om

 

Tuhan Ada Dimana-mana 

  home

Om Swastyastu,

Umat Se-Dharma Yang Berbahagia,

Viapi viapaka nirvikara, artinya Tuhan atau Hyang Widhi Wasa itu ada dimana-mana, maka dari itu kita jangan mempersempit keyakinan kepada Tuhan, dengan beranggapan bahwa Ia hanya berada di tempat tertentu. Kita harus menghayati bahwa Tuhan itu di mana-mana. Bagaimana kita dapat mengembangkan perasaan ini? Seperti yang dikatakan oleh para pelajar, mahasiswa, masyarakat beragama dalam doa mereka, bahwa selalu meyakini diri bahwa Tuhan ada di dalam dan di luar.

Jika Tuhan hanya berada di dalam, maka kesucian batin diperlukan, itu sudah cukup. Karena Tuhan juga berada di luar, maka, maka kesucian lahir juga diperlukan. Dengan demikian, karena Tuhan berada di dalam dan di luar, kita perlu memiliki kesucian lahir dan batin. Kemudian barulah kita dapat menghayati kemaha-kuasaan Tuhan.

Apakah yang dimaksud dengan kesucian lahir ini ? Sudah tentu kesucian lahir ini, menyucikan (membersihkan) badan dengan memakai pakaian yang bersih. Akan tetapi ada arti yang lebih luas. Tempat tinggal kita harus bersih. Buku-buku yang kita baca harus tetap bersih. Baik badan ataupun pikiran kita jangan dibiarkan menumpuk kotoran dan sifat-sifat yang buruk. Pernyataan bahwa kita harus mandi dua kali setiap hari, berarti setiap kotoran pada badan dan dalam pikiran harus dibersihkan.

Bila kita mempunyai keyakinan yang kuat, bahwa prinsip ketuhanan yang sama ada di setiap hati manusia, maka segala hambatan akan bisa diatasi. Bila kita percaya sepenuhnya pada Tuhan yang bersemayam dalam diri kita, maka segala sesuatu apa saja akan menjadi milik kita. Keyakinan merupakan kunci dan dasar akar kehidupan spiritual. Peganglah prinsip itu. Itu tujuan kita bersama.

Jika kita ingin menebang pohon, kita tidak perlu memotong cabang-cabang dan daunnya. Jika kita memotong akarnya, seluruh pohon akan tumbang. Jika kita memegang prinsip ketuhanan itu, semuanya akan dapat kita selesaikan. Agar kita dapat menghayati ketuhanan yang berada di mana-

Page 3: dharmawacana

mana dalam kehidupan kita sehari-hari, kita harus melaksanakan sadhana, mengembangkan rasa belas kasihan kepada semua makhluk. Juga kita harus meningkatkan kesucian lahir dan batin, menjaga agar jasmani dan rohani selalu bersih cemerlang. Hanya dengan demikianlah kita akan dapat menyadari prinsip ketuhanan yang ada di mana-mana.

Semoga berguna,

Om Santih, Santih, Santih, Om

Jika Pekerjaan Dihubungkan Dengan Tuhan 

  home

Om Swastyastu,

Umat Se-Dharma Yang Berbahagia,

Melalui latihan rohani, terutama penelitian tentang batin kita akan dapat menyadari dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam hati nurani kita. Kerinduan untuk memperoleh pencerahan pengetahuan suci ini, untuk menghayati Hyang Widhi Wasa dalam keberagaman. Hal ini dinyatakan dalam sebuah doa yang terdapat dalam Upanisad yaitu :

Om Asatoma Sadgamaya Tamasoma jyothir ga maya Mrtyorma amritam gamaya

"Tuntunlah kami dari yang palsu ke yang sejati Tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang

Tuntunlah kami dari kematian ke kekalan." 

Nilai berbagai obyek di dunia didasarkan pada tempat yang di duduki . Pekerjaan apapun yang kita lakukan, jika kita kerjakan demi Tuhan dan kita persembahkan kepada Tuhan, maka pekerjaan itu mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan ini dengan Tuhan, ia menjadi suci dan mempunyai kemampuan yang besar.

Kita bisa mengerti hal ini dari contoh berikut. Jika kita melihat seekor tikus dalam rumah, kita akan mengambil tongkat dan mencoba membunuhnya. Kita merasa jijik melihat tikus. Akan tetapi menurut kepercayaan, tikus adalah kendaraan Dewa Ganesa. Bila kita menganggapnya demikian, kita akan menghormati sebagai wahana yang suci untuk Dewa. Apakah alasannya? Nilai yang tinggi yang didapat oleh tikus sebagai kendaraan Dewa Ganesa ialah karena ia dihubungkan dengan suatu perwujudan ketuhanan.

Begitu pula jika kita melihat ular, mungkin kita merasa takut lalu mengambil tongkat untuk mengusirnya. Atau mungkin kita mencari pawang ular untuk menangkapnya. Namun, kalau ular itu melingkar di leher Dewa Siwa, kita menyembahnya dan memberi penghormatan kepadanya. Apakah alasannya? Alasannya ialah ular itu telah mempersembahkan dirinya kepada Siwa dan mengabdi kepada-Nya. Karena itu ia menjadi suci seperti Siwa. Walaupun ia seekor ular yang berbisa, karena ia mempersembahkan

Page 4: dharmawacana

dirinya kepada Tuhan, ia memperoleh keharuman dan kemuliaan.

Semoga berguna,

Om Santih, Santih, Santih, Om

Aktualisasi Ajaran Tri Kaya Parisuda 

  home

Om Swastyastu,

Umat Se-Dharma Yang Berbahagia, Ajaran Hindu yang sejak dini diajarkan, sejak kita duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 2 adalah Tri Kaya Parisuda. Semua diantara kita tahu bahwa ajaran itu sangat luhur, terpujilah para maha Rsi yang bijaksana yang telah menerima Wahyu dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Hyang Widhi Wasa, dan sampai saat ini kita warisi. Sungguh mudah dikenal dan diucapkan setiap kali berhadapan dengan sebuah tatatan etika, moral dan budi pekerti. Di dalam lubuk hati nurani yang paling dalam ada kristal mutiara, dan sesungguhnya mutiara itu adalah sebuah manifestasi yang kita kenal dengan Tri Kaya Parisuda yang pembagiaannya adalah MANACIKA, WACIKA DAN KAYIKA.

Berikut adalah sebuah penjabaran dari masing-masing bagian yang wajib kita aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya mencari jati diri dan pencapaian Loka samgraha, serta sebagai sarana untuk mengantarkan evolusi jiwa kepada keutamaan roh di masa depan, dari lingkungan yang paling kecil yaitu di keluarga, umat, masyarakat umum, nusa dan bangsa.

Manacika Manacika adalah pikiran, secara umum kita sebagai umat Hindu dituntut untuk bisa berpikir yang baik dan benar. Dalam kajian yang lebih luas berpikir yang baik dan benar adalah :

Berpikir positif Berpikir Bersih

Berpikir jernih

Berpikir Obyektif

Berpikir yang bermanfaat.

Wacika Wacika adalah perkataan, secara umum kita sebagai umat Hindu dituntut untuk bisa berkata atau berwacana yang baik dan benar. Dalam penjabaran yang lebih luas yang dimaksudkan berkata yang baik dan benar adalah sebagai berikut:

Mengandung makna yang baik dan mulia

Page 5: dharmawacana

Menggunakan kata dan kalimat yang sopan

Diucapkan secara baik dan jelas

Menggunakan suara yang dapat didengar secara jelas dan enak

Terbatas pada hal-hal yang perlu saja

Tidak menimbulkan kesalah pahaman dan kemarahan orang lain.

Kayika Kayika adalah perbuatan, secara umum kita sebagai umat Hindu dituntut untuk bisa berbuat atau melakukan aktifitas yang baik dan benar. Dalam kajian yang lebih luas yang dimaksud dengan berbuat yang baik dan benar adalah sebagai berikut:

Melakukan sesuatu untuk keperluan memenuhi kewajiban, memberi manfaat, memperoleh kebajikan, mencapai kesejahteraan dan untuk keselamatan.

Mengacu pada nilai nilai agama, budaya, hukum dan alat istiadat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan nilai nilai lainnya.

Kepentingan diri sendiri dan orang lain diletakan secara proporsional, adil dan bermartabat.

Dilakukan secara tertib, teratur dan sopan.

Dapat mencapai tujuan, tanpa melanggar aturan dan tidak menimbulkan gangguan dan kerugian.

Batasan Trikaya Parisuda yang dimaksudkan dalam ajaran Hindu yang telah kita terima dari catur kang sunengguh guru adalah seperti yang disebutkan diatas, namun ada hal hal yang masih berhubungan dengan hal tersebut yang secara implisit terkandung makna yang luhur di dalamnya. Adapun hal hal yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Sikap Sikap menyangkut attitude dalam upaya mencapai tujuan yang hendak dicapai. Bagaimana cara kita bersikap sebagai seorang umat Hindu adalah sebagai berikut:

Selalu berpihak pada keadilan, kebenaran dan kebaikan Mendorong terjadinya penyelesaian masalah, dengan semangat

persatuan, kerukunan dan kebersamaan.

Sopan, ramah, dan rendah hati.

Sabar.

Simpatik dan tidak sombong.

Penampilan Pakaian

Page 6: dharmawacana

Dalam tata cara berpakaian keseharian ada hal hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 

Bersih dan rapi Bersahaja dan sopan

Tidak menimbulkan gangguan dan masalah lingkungan

Tidak melanggar ketentuan agama, nilai budaya dan adapt istiadat setempat.

Cocok dengan suasana, tempat dan waktunya.

Di Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan satu kesatuan utuh yang terkecil dikenal sebagai masyarakat inti kalau ditinjau dari ilmu sosiologi kemasyarakatan. Bagaimana seharusnya, agar keluarga bernuasa dan bervibrasi agamis.

Suasana keluarga tenang, tentram, saling mencintai dan berkasih sayang.

Menghuni tempat tinggal yang jelas dan legal.

Mempunyai sumber nafkah dari hasil kerja yang jelas, sah dan didapat berdasarkan dharma.

Dapat hidup bertetangga secara rukun, damai dan saling membantu.

Menjadi unsur masyarakat yang positif dan tidak menimbulkan masalah.

Di Tempat Kerja Bagi seorang karyawan, tempat kerja adalah tempat kedua setelah kita melewati fase di keluarga. Tentunya seorang karyawan mempunyai atasan, bawahan dan teman sejawat. Lingkungan seperti ini sangat riskan terhadap timbulnya rasa cemburu sosial. Bagaimana kita sebagai umat Hindu yang dituntut mampu mengaktualisasikan rasa saling asih, saling asuh dan saling asah di tempat kerja. Berikut ini adalah sebuah tip yang perlu diperhatikan.

Disiplin dan produktif Rajin dan trampil

Mampu bekerja sama

Saling menghargai

Menjaga nama baik

Tidak menimbulkan masalah

Di Tempat Tinggal dan Tempat Umum Kita semua menginginkan tempat tinggal dan lingkungan baik dan tertata

Page 7: dharmawacana

rapi, apik dan menawan. Begitu juga ketika kita berada di tempat umum, misalnya mall, terminal, tempat rekreasi, dll. Seorang umat Hindu harus mampu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Mengetahui dan memahami bahwa setiap orang mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama.

Tidak mengganggu ketertiban dan selalu menjaga keselamatan orang lain

Menghormati tetangga dan tamu

Tidak merusak dan mengotori berbagai fasilitas yang ada.

Mengetahui dan memahami bahwa kemanan, kenyamanan dan keselamatan adalah tanggung jawab bersama

Peduli terhadap berbagai hal yang mengganggu keamanan, kenyamanan dan keselamatan serta berusaha mencegahnya.

Semoga berguna,

Om Santih, Santih, Santih, Om