Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

14

Click here to load reader

description

jurnal dhany

Transcript of Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

Page 1: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

ANALISIS PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL PERUSAHAAN

(Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan dan Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010)

Dhany Heraldo

Dr. Irwan Adi Ekaputra

Program Studi S1 Reguler, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Isu corporate social responsibility (CSR) semakin menarik untuk diperhatikan seiring banyaknya gerakan sosial untuk selamatkan lingkungan hidup. Perusahaan tidak lagi hanya mencari keuntungan untuk para investor saja, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan para pemangku kepentingan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap cost of equity capital perusahaan, baik di sektor non finansial maupun sektor finansial. Penelitian ini menggunakan metode data panel dan varibel kontrol berupa beta, size, book to market ratio, dan leverage. Hasilnya adalah corporate social responsibility dapat menurunkan cost of equity capital dari suatu perusahaan, baik sektor non finansial maupun finansial.

Kata Kunci: Biaya Modal Ekuitas Perusahaan, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Sektor Non Finansial, Sektor Finansial I. Latar Belakang

Di era global saat ini, CSR sudah menjadi isu dunia yang sangat penting. Hal ini

terbukti dari munculnya Global Compact, Global Reporting Initiatives (GRI), dan ISO 26000.

Tanggung jawab atas persoalan sosial dan pembangunan masyarakat tidak lagi semata hanya

menjadi urusan pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab pihak swasta. Corporate

social responsibility (CSR) menjadi semakin berkembang saat ini seiring dengan makin

meningkatnya lembaga–lembaga institut, mutual fund, dan sumber daya online serta publikasi

yang menspesialisasikan agar perusahaan semakin meningkatkan tanggung jawab sosial

mereka (Bassen et al., 2006). Perusahaan saat ini tidak dapat hanya mencari keuntungan

semata saja demi para pemegang saham, tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan para

pemangku kepentingan lainnya.

Saat ini sudah banyak penelitian tentang bagaimana pengaruh corporate social

responsibility bagi perusahaan, salah satunya dalam segi finansial seperti cost of equity

capital. Penelitian yang dilakukan El Ghoul et al. (2011) menemukan bahwa perusahaan

dengan nilai CSR baik akan memiliki cost of equity capital yang rendah. Selain itu, Jiao

(2010) memaparkan bahwa perusahaan yang melakukan CSR secara sukarela dan terus-

menerus akan memiliki nilai yang positif. Sedangkan Dhaliwal et al. (2009) menyebutkan

Page 2: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

bahwa perusahaan dengan performa CSR yang baik akan menarik minat investor sehingga

cost of equity capital perusahaan akan menjadi rendah.

Perusahaan biasanya akan melakukan pembiayaan dari luar jika akan melakukan

proyek-proyek besar seperti pembuatan pabrik baru, gedung baru, dan lain–lain. Menurut

Keown et al. (2005) perusahaan mendapatkan modal untuk membiayai kegiatan

operasionalnya melalui dua cara, yaitu utang dan ekuitas. Penyedia modal, baik kreditur yang

menyediakan pinjaman maupun investor yang menanamkan modalnya dalam bentuk saham,

mendapatkan pengembalian dengan cara yang berbeda, kreditur dengan bunga dan investor

dengan dividen dan/atau capital gain. Bagi perusahaan, jumlah total yang harus mereka bayar

untuk seluruh modal yang mereka dapatkan disebut cost of capital. Cost of capital terbagi

dua, yaitu biaya utang (cost of debt) dan biaya modal ekuitas (cost of equity).

Ada beberapa hal yang menjadi motivasi peneliti untuk mengkaji pengaruh corporate

social responsibility terhadap cost of equity capital perusahaan. Pertama, cost of equity capital

merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh invesor (discount rate) sehingga akan

menentukan nilai saham saat ini. Kedua, sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu Botosan

(1997) serta Hail dan Leuz (2006) tentang corporate governance yang efektif, perusahaan

akan mendapatkan cost of equity capital yang rendah seiring berkurangnya masalah

asymmetric information. Ketiga, cost of equity capital merepresentasikan tingkat

pengembalian yang diharapkan oleh investor dan akan menjadi acuan dalam menentukan

keputusan investasi jangka panjang mereka.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengkaji pengaruh corporate social

responsibility terhadap cost of equity capital sebuah perusahaan yang diantaranya adalah

penelitian El Ghoul et al. (2011), Dhaliwal (2009), Jiao (2010), dan Hong dan Kasperczyk

(2009). Dalam penelitiannya, El Ghoul et al. (2011) mengkaji tentang bagaimana performa

corporate social responsibility dapat mempengaruhi cost of equity capital perusahaan. Selain

itu, Dhaliwal et al. (2009) melakukan pengkajian untuk menjelaskan tentang tren peningkatan

pengungkapan kegiatan corporate social responsibility. Penelitian Dhaliwal memfokuskan

untuk melihat apakah dengan meningkatnya pengungkapan corporate social responsibility

akan berdampak kepada cost of equity capital perusahaan. Hasilnya adalah perusahaan yang

melakukan corporate social responsibility dan mengungkapkannya akan memiliki cost of

equity capital yang rendah karena menarik minat investor.

Penelitian tentang kesejahteraan pemangku kepentingan dan nilai perusahaan juga

dilakukan oleh Jiao (2010). Pemegang saham merupakan pemilik perusahaan dan tentu sudah

menjadi tugas manajer untuk memperhatikan kepentingan para pemegang saham

Page 3: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

dibandingkan dengan para pemangku kepentingan lainnya. Hal ini seakan-akan membuat

tugas manajer hanyalah mencari keuntungan semata untuk para pemegang saham. Penelitian

Jiao ini ingin melihat apakah para pemangku kepentingan tidak dapat memberikan efek

kepada nilai sebuah perusahaan. Hasilnya adalah perusahaan yang memperhatikan

kesejahteraan pemangku kepentingan akan memiliki nilai intangible (seperti reputasi) yang

baik sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Hong dan Kasperczyk (2009) juga mengkaji

tentang norma sosial di dalam pasar terhadap perusahaan polusi (contohnya tembakau,

alkohol, dan tenaga nuklir). Para pemikir percaya bahwa saat ini norma sosial di dalam pasar

akan mempengaruhi perilaku ekonomi investor dalam mengambil keputusan. Hasil penelitian

ini adalah pengaruh harga signifikan sebesar 15-20% investor yang memilih untuk

menghindari saham perusahaan polusi. Selain itu, perusahaan polusi akan diabaikan oleh

liputan para analis dan media dibandingkan perusahaan bersih. Hal ini menyebabkan saham

perusahaan polusi akan kurang menarik minat investor. Jadi, saat ini investor sudah mulai

memberikan perhatian kepada perusahaan yang melakukan corporate social responsibility

dengan baik. Oleh sebab itu, risiko di perusahaan polusi akan lebih tinggi dibandingkan

perusahaan baik sehingga investor pun tentu akan mengharapkan tingkat pengembalian yang

cukup besar.

Melihat penelitian yang ada sebelumnya, penulis tertarik untuk melihat bagaimana

pengaruh corporate social responsibility di Indonesia, baik untuk sektor non finansial maupun

sektor finansial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perusahaan dengan

corporate social responsibility baik akan memiliki cost of equity capital yang rendah dan

begitu juga sebaliknya.

Kesadaran akan CSR saat ini sudah mulai meningkat, seperti yang dilaporkan

Corporate Register (2009) bahwa pada tahun 2000 jumlah korporasi global yang melakukan

pelaporan CSR baru sekitar 600 perusahaan. Pada tahun 2007 jumlahnya telah mencapai lebih

dari 2.500 perusahaan. Untuk pada akhir tahun 2009, perusahaan yang melaporkan kegiatan

CSR telah mencapai lebih dari 4.000 perusahaan. Akan tetapi di Indonesia, kesadaran akan

laporan CSR yang diterbitkan perusahaan masih terbilang kurang. Berdasarkan data tahun

2005, terdapat hanya kurang lebih 18 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

menerbitkan laporan CSR tersendiri sejak tahun 2004. Chapple dan Moon (2005)

membandingkan pelaporan CSR melalui website dari 50 perusahaan terbesar (dari segi

pendapatan operasi) di tujuh negara Asia, termasuk diantaranya Indonesia. Hasil studi mereka

menemukan hanya 24% perusahaan di Indonesia yang melaporkan kegiatan CSR, yang oleh

studi tersebut dibagi menjadi ke tiga kategori: keterlibatan di masyarakat (community

Page 4: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

involvement), proses produksi, dan hubungan kerja yang bertanggung jawab sosial. Proporsi

ini adalah yang paling rendah dibanding negara lainnya. Lebih jauh, dari 24% yang

melaporkan, sebagian besar (73%) tingkat pelaporannya rendah, 9% menengah, dan 18%

ekstensif. Keadaan ini jauh berbeda dengan India yang tingkat pelaporannya mencapai 72%,

dengan 36% ekstensif, 47% menengah, dan hanya 17% rendah.

Dengan menggunakan metode purposive sampling, peneliti mendapatkan 141

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 hingga 2010 untuk dijadikan

sampel penelitian di mana terdiri dari 119 perusahaan sektor non finansial dan 22 sektor

finansial. Hasilnya adalah perusahaan dengan nilai CSR baik akan memiliki cost of equity

capital yang rendah, baik sektor non finansial maupun sektor finansial. Selain itu, peneliti

juga menemukan bahwa perusahaan yang termasuk di industri polusi seperti pertambangan

serta properti, real estate, dan konstruksi bangunan memiliki cost of equity capital yang lebih

tinggi dibanding industri lainnya.

Penelitian ini akan memberikan beberapa kontribusi. Pertama, penelitian ini melihat

bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap cost of equity capital

perusahaan di Indonesia, baik sektor non finansial maupun sektor finansial. Kedua, penelitian

ini menjelaskan dimensi CSR mana yang memiliki pengaruh paling besar terhadap cost of

equity capital perusahaan. Ketiga, penelitian ini memaparkan industri mana yang cost of

equity perusahaan tidak dipengaruhi oleh corporate social responsibility.

Penjelasan berikutnya dalam artikel ini adalah bab II tentang landasan teori, bab III

tentang metode penelitian, bab IV analisis dan pembahasan, dan bab V kesimpulan.

II. Landasan Teori

Investor akan menanamkan modalnya jika mereka mengetahui informasi tentang

perusahaan tersebut, apakah memiliki prospek baik atau tidak. Saat ini, banyak penelitian

yang menunjukkan bahwa dengan melakukan corporate social responsibility secara sukarela

dan terus-menerus merupakan strategi jangka panjang bagi perusahaan yang akan membawa

mereka ke depan menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, banyak investor yang cukup

memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dalam mengambil keputusan investasi

mereka (El Ghoul et al., 2011).

Berdasarkan teori model pasar sempurna tradisional, di mana mengasumsikan bahwa

semua informasi ada dan tersedia, Merton (1987) membangun sebuah model keseimbangan

pasar modal dengan adanya informasi yang tidak lengkap. Model dari Merton ini

mengasumsikan bahwa para investor akan menanamkan modalnya dalam portfolio mereka

Page 5: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

jika mengetahui informasi tentang perusahaan tersebut. Motivasi utama dari asumsi ini adalah

portfolio yang dipegang oleh investor (baik individual maupun institusional) terdiri dari hanya

sedikit pergerakan pasar dari kemungkinan banyak pergerakan yang terjadi dalam

bertransaksi.

Single-model of asymmetric information yang dibangun oleh Grossman-Stiglitz (1976)

juga mengasumsikan bahwa semua investor yang bertransaksi di sebuah saham tentu akan

memiliki informasi yang sama tentang saham tersebut. Merton menambahkan bahwa untuk

menyampaikan informasi dari sebuah perusahaan ke investor tentu akan memerlukan biaya,

contohnya biaya mencari dan mengumpulkan data serta mentransformasikannya dari yang

satu ke yang lain. Dari analisis Merton ini kita dapat menjadikan proses informasi ini sebagai

tiga bagian, yaitu (i) pemberitahuan dari perusahaan, (ii) pemberitaan dari media dan analis,

dan (iii) diterima oleh investor.

Dari hasil model yang dibangun, Merton (1987) memaparkan bahwa meningkatkan

jumlah investor akan dapat mengurangi cost of equity capital dan meningkatkan nilai pasar

perusahaan mereka. Jadi, sudah pasti perusahaan akan berupaya untuk menambah investor

agar mau menanamkan modal mereka. Corporate social responsibility merupakan salah satu

informasi dari perusahaan yang berupa asymmetric information. Seperti yang dijelaskan

dalam model Merton bahwa investor akan menanamkan modal jika mereka mengetahui

informasi tentang perusahaan tersebut dan corporate social responsibility dapat menjadi salah

satu pertimbangan. Untuk memberikan informasi corporate social responsibility perusahaan

tidak perlu mengeluarkan biaya karena hal tersebut akan dipaparkan oleh media dan analis

sehingga investor pun akan tertarik. Investor pun percaya bahwa perusahaan yang memiliki

corporate social responsibility yang baik akan memiliki prospek cerah di masa depan. Jadi,

investor akan memperhatikan informasi substantif dari perusahaan (baik dari media maupun

analis), menjadi pemegang saham baru, dan nilai perusahaan akan naik.

Berdasarkan model keseimbangan, Heinkel et al. (2001) berpendapat bahwa secara

teoretis, investasi ekslusif oleh investor hijau akan lebih tinggi karena tingginya risiko

perusahaan tersebut. Investor hijau adalah investor yang cenderung memilih perusahaan

ramah lingkungan dibandingkan perusahaan polusi. Heinkel menjelaskan bahwa perusahaan

polusi sahamnya akan dipegang oleh sedikit investor karena investor hijau akan mengabaikan

saham mereka. Risiko yang tinggi dari perusahaan polusi tentu akan berakibat pada tingkat

pengembalian yang tinggi dari investor sehingga cost of equity capital perusahaan akan

meningkat. Jika cost of equity capital lebih tinggi daripada biaya perubahan (dari perusahaan

polusi menjadi perusahaan bersih), maka perusahaan tentu saja akan lebih memilih menjadi

Page 6: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

perusahaan bersih karena keekslusifan etika investor hijau. Oleh karena itu, Heinkel

menjelaskan bahwa investor hijau akan mendorong perusahaan polusi untuk berubah menjadi

perusahaan bersih.

Seperti yang telah dipaparkan oleh teori Merton (1987) dan Heinkel et al. (2001)

perusahaan tidak boleh menganggap corporate social responsibility sebagai suatu hal yang

merugikan, tetapi justru merupakan sebuah strategi jangka panjang yang menguntungkan.

Survei yang dilakukan McKinsey (2009) kepada para CFO, investment professional, dan

corporate social responsibility professional memaparkan bahwa penerapan corporate social

responsibility akan memberikan nilai bagi perusahaan mereka. Dari hasil survei tersebut

diketahui bahwa para responden percaya corporate social responsibility akan meningkatkan

nilai perusahaan mereka. Peningkatannya pun bervariasi ada yang kurang dari 2%, 2% hingga

5%, 6% hingga 10%, bahkan ada yang meningkatkan nilai perusahaan mereka hingga lebih

dari 11%. Akan tetapi, responden memberikan respon terbanyak bahwa corporate social

responsibility akan memberikan penambahan nilai sekitar kurang dari 2% atau 2% hingga

5%.

Selain itu, survei McKinsey (2009) juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan

nilai perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menjaga nama baik perusahaan

atau mempertahankan karyawan yang berkompeten. Dari hasil survei tersebut diketahui

bahwa para CFO, investment professional, dan corporate social responsibility professional

percaya bahwa dengan menjaga nama perusahaan tetap baik tentu akan meningkatkan nilai

mereka. Melakukan corporate social responsibility secara sukarela dan terus-menerus tentu

akan memberikan citra baik bagi perusahaan di mata masyrakat. Hal ini akan membuat

prospek perusahaan ke depannya menjadi semakin cerah dan menarik minat para investor.

III. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder

yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report), laporan keuangan perusahaan, dan

berbagai sumber lainnya. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksplanatori

(penjelasan) yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan satu variabel

dengan variabel lainnya atau bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh corporate social

responsibility (CSR) terhadap cost of equity capital perusahaan. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis data panel yang merupakan gabungan antara jenis data time series

dan cross section. Perusahaan yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 119

Page 7: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

perusahaan untuk sektor non finansial dan 22 perusahaan untuk sektor finansial. Sampel

penelitian ini dibedakan antara sektor non finansial dan sektor finansial. Hal ini dikarenakan

dalam model penelitian ini terdapat variabel leverage di mana sektor finansial cenderung

memiliki leverage yang lebih tinggi dibanding sektor non finansial. Oleh karena itu,

dibedakan antara dua sektor tersebut agar tidak menghasilkan estimasi yang bias. Adapun

periode penelitian ini dimulai dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Oleh karena itu, total

observasi dalam penelitian ini adalah 595 untuk sektor non finansial dan 110 untuk sektor

finansial. Sampel yang menjadi penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling

dengan beberapa kriteria, yaitu terdaftar di BEI, memiliki saham aktif yang diperdagangkan,

menyediakan data laporan tahunan lengkap, dan melaksanakan kegiatan corporate social

responsibility selama periode 2006-2010.

Tabel 1. Sampel Perusahaan

Industri Jumlah Perusahaan Pertanian 6 Pertambangan 11 Industri Dasar dan Kimia 25 Aneka Industri 12 Industri Barang Konsumsi 15 Properti, Real Estate, dan Konstruksi Bangunan 16 Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 13 Perdagangan, Servis, dan Investasi 21 Keuangan 22

Tabel ini menggambarkan sampel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dan dipilih dengan metode purposive sampling

Variabel terikat adalah variabel yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini.

Tujuan dilakukannya sebuah penelitian adalah untuk melihat variasi dari nilai variabel terikat

sehingga faktor–faktor apa saja yang dapat mempengaruhinya. Variabel terikat (dependent

variable) dalam penelitian ini adalah cost of equity capital perusahaan.

Dalam penelitian ini, cost of equity capital perusahaan dihitung dengan metode

CAPM. Penggunaan metode CAPM tidak terlepas dari ketersediaan data–datanya dan relatif

mudah untuk dihitung. Perhitungan cost of equity capital perusahaan dengan metode CAPM

menggunakan formula seperti berikut:

COE = Rf + β (RM – Rf)

Di mana:

COE : cost of equity, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dari sebuah saham

Rf : risk free rate yang diproksi dengan rerata tingkat suku bunga SBI bulanan

Page 8: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

β : market beta mingguan yang diperoleh dari hasil regresi antara return saham

perusahaan dengan return saham pasar selama satu tahun dengan menggunakan data

mingguan

RM : tingkat pengembalian mingguan historis dari pasar saham secara keseluruhan

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara

positif maupun negatif. Varians dari variabel bebas menentukan pergerakan dari variabel

terikatnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah corporate social responsibility (CSR)

yang diduga dapat mempengaruhi cost of equity capital perusahaan.

Informasi mengenai CSR perusahaan didapat dari Global Report Initiative (GRI).

Penelitian ini mengambil tiga dimensi pengungkapan yang berasal dari GRI, yaitu dimensi

Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial. Dalam penelitian ini, dimensi Sosial diperluas menjadi

empat konstruk sehingga secara keseluruhan ada enam konstruk pengungkapan. Jadi, total

item untuk konstruk pengungkapan CSR dalam penelitian ini adalah 79 item dengan

rinciannya, yaitu dimensi Ekonomi; sembilan item, Lingkungan: 30 item, Sosial: 40 item

(terbagi dalam masyarakat: delapan item, praktek tenaga kerja dan kepuasan kerja: 14 item,

hak asasi manusia: sembilan item, dan produk: sembilan item). Sebagai panduan, dalam

mengukur aspek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) digunakan metode

content analysis dengan instrumen penelitian berupa checklist atau daftar–daftar pertanyaan

yang berisi item pengungkapan CSR. Perhitungan indeks CSR didapat dengan cara membagi

hasil pengungkapan dengan jumlah item yang ada.

Selain itu peneliti juga akan menggunakan variabel kontrol seperti sensitivitas saham

yang diukur dengan data tingkat pengembalian saham mingguan (BETA; Sharpe, 1964) ,

ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma natural total aset (SIZE; Bowen et. al.,

2008), book to market ratio yang dihitung dengan membagi book value terhadap market value

(BTM; Fama dan French, 1992), dan tingkat utang perusahaan dengan proksi total debt dibagi

total asset. (LEV; Fama dan French, 1992).

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

COEit = α + β1CSRit + β2BETAit + β3SIZEit + β4BTMit + β5LEVit + eit

Dimana: • COEit = Tingkat pengembalian yang diharapkan investor pada perusahaan i pada

periode t

• CSRit = Indeks CSR perusahaan i pada periode t

• BETAit = Sensitivitas saham perusahaan i terhadap pasar pada periode t

• SIZEit = Ukuran perusahaan i pada periode t

Page 9: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

• BTMit = Book to Market Ratio perusahaan i pada periode t

• LEVit = Leverage perusahaan i pada periode t

IV. Analisis dan Pembahasan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak penelitian atau pendapat

tentang corporate social responsibility, tetapi belum cukup banyak untuk mengetahui

bagaimana pengaruh CSR terhadap cost.of equity capital perusahaan. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh CSR terhadap cost of equity capital

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik sektor non finansial maupun

finansial. Selain itu, peneliti juga ingin melihat industri manakah yang tidak dipengaruhi oleh

kegiatan CSR dan dimensi CSR manakah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap cost

of equity capital perusahaan.

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Sektor COE CSR BETA SIZE BTM LEV

Sektor Non Finansial

Mean 0,089 0,302 0,812 21,519 1,236 0,311 Std. Dev. 0,018 0,088 0,541 1,621 2,258 0,269 Min. 0,061 0,000 -0,636 17,050 -25,000 0,0002 Max. 0,132 0,4002 3,068 25,439 33,333 2,689

Sektor Finansial

Mean 0,088 0,307 0,738 22,842 1,381 0,191 Std. Dev. 0,017 0,057 0,435 2,099 1,384 0,164 Min. 0,063 0,000 -0,253 19,161 0,002 0,0001 Max. 0,127 0,348 1,738 26,719 6,25 0,601

Tabel ini merepresentasikan statistik deskriptif untuk regresi sampel sebanyak 595 observasi sektor non finansial dan 110 observasi sektor finansial dari tahun 2006 hingga 2010

Tabel 3. Hasil Ringkasan Output Regresi Fixed Effect GLS Variabel Sektor Non Finansial Sektor Finansial

Koefisien Z-stat Prob. Koefisien Z-stat Prob.

CSR -0,096 -10,79 0,000* -0,059 -1,94 0,052*** BETA 0,004 2,42 0,016** 0,003 0,74 0,462 SIZE -0,017 -9,95 0,000* -0,028 -6,86 0,000* BTM 0,001 2,18 0,029** 0,0003 0,17 0,866 LEV 0,026 4,65 0,000* 0,026 1,47 0,141 Constanta 0,468 11,76 0,000 0,729 7,07 0,000 Adj. R-Square 0,3446 0,4065 Prob. > F 0,0000 0,0000 * signifikan pada α=1% ** signifikan pada α=5% *** signifikan pada α=10%

Tabel ini merupakan hasil ringkasan output regresi pada sektor non finansial dan finansial yang didapat dengan menggunakan metode fixed effect generalized least square

Page 10: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

Setelah melakukan uji asumsi klasik untuk model penelitian, ditemukan masalah

multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam model tersebut. Oleh karena itu,

untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan dengan cara mentransformasi model sebelumnya

menjadi model baru yang disebut dengan generalized fixed effect. Berdasarkan tabel 3 di atas

dapat dilihat bahwa model penelitian ini cukup untuk menjelaskan variabel-variabel yang

mempengaruhi cost of equity. Hal ini dilihat dari nilai Prob. > F yang lebih kecil dari alpha,

baik di sektor non finansial maupun finansial. Selain itu, nilai adjusted R-square dari kedua

sektor juga cukup tinggi, yaitu 34,46% untuk sektor non finansial dan 40,65% untuk sektor

finansial. Hal ini mengindikasikan bahwa varians pergerakan dari variabel terikat cukup

mampu dijelaskan oleh varaiabel bebas yang ada.

Variabel corporate social responsibility (CSR) diketahui memiliki pengaruh negatif

yang signifikan terhadap cost of equity, baik di sektor non finansial maupun sektor finansial.

Semakin sering perusahaan melakukan CSR secara sukarela dan terus-menerus tentu akan

memberikan citra positif di masyarakat. Selain itu, CSR yang dilaporkan tentu akan dapat

mengurangi asymmetric information bagi investor. Hal ini tentu akan menarik minat para

investor karena perusahaan dianggap memiliki prospek yang cerah sehingga cost of equity

capital perusahaan juga akan turun.

Variabel beta menggambarkan sensitivitas perusahaan terhadap keadaan pasar

sehingga ini mencerminkan risiko yang ada. Semakin tinggi nilai beta maka risiko yang

dihadapi investor juga semakin tinggi sehingga cost of equity capital perusahaan akan

meningkat. Beta memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap cost of equity capital

perusahaan di sektor non finansial, sedangkan untuk sektor finansial tidak memiliki pengaruh

yang signifikan.

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendah pula risiko yang dihadapi

investor. Hal ini karena perusahaan besar memiliki usaha yang terdiversifikasi. Selain itu,

perusahaan besar tentu akan menarik para analis dan media untuk meliputnya sehingga

informasi tentang perusahaan akan sampai kepada investor. Variabel SIZE memiliki pengaruh

negatif yang signifikan terhadap cost of equity capital perusahaan, baik di sektor non finansial

maupun sektor finansial.

Book to market ratio menggambarkan kesempatan perusahaan tersebut untuk

berkembang. Perusahaan yang diprediksi oleh pasar memiliki prospek buruk, disinyalir

dengan harga saham rendah dan rasio book to market yang tinggi maka akan memiliki nilai

cost of equity capital yang tinggi dan begitu juga sebaliknya. Variabel BTM pengaruh positif

Page 11: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

yang signifikan terhadap cost of equity capital perusahaan di sektor non finansial, sedangkan

untuk sektor finansial tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Tingkat utang atau leverage (LEV) menunjukkan bahwa perusahaan yang dalam

kegiatannya banyak menggunakan utang maka akan meningkatkan risiko dari perusahaan

tersebut. Utang perusahaan yang tinggi dapat membuat perusahaan mengalami kebangkrutan

karena akan mengalami financial distress. Hal ini tentu membuat investor mengharapkan

tingkat pengembalian yang tinggi akibat dari risiko yang mereka hadapi. Variabel LEV

pengaruh positif yang signifikan terhadap cost of equity capital perusahaan di sektor non

finansial, sedangkan untuk sektor finansial tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Tabel 4. Ringkasan Output per Industri Sektor Non Finansial

Industri Model Prob>F Koefisien Prob. Pertanian FEM, Robust 0,0000 -0,091 0,001 Pertambangan PLS 0,2635 -0,049 0,081 Industri Dasar dan Kimia PLS 0,0010 -0,079 0,000 Aneka Industri PLS 0,0003 -0,089 0,000 Industri Barang Konsumsi FGLS 0,0000 -0,092 0,000 Properti, Real estate, dan Konstruksi Bangunan

PLS 0,0015 -0,067 0,178

Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi PLS 0,0007 -0,089 0,000 Perdagangan, Servis, dan Investasi FGLS 0,0000 -0,121 0,000

Tabel ini merupakan hasil ringkasan output regresi per industri pada sektor non finansial

Dari tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa seluruh corporate social responsibility yang

dilakukan oleh industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cost of equity capital

mereka, kecuali untuk industri pertambangan serta properti, real estate, dan konstruksi

bangunan. Seperti yang dipaparkan oleh Hong dan Kacperczyk (2009) bahwa saham “dosa”

cenderung akan memiliki cost of equity capital yang lebih besar dibanding yang lainnya. Hal

ini dikarenakan bahwa investor cenderung kurang memilih saham “dosa” karena adanya

norma sosial. Gerakan-gerakan yang mengangkat isu sosial saat ini mulai terlihat cukup

banyak, termasuk salah satunya tanggung jawab sosial perusahaan.

Tabel 5. Ringkasan Output per Dimensi

Sektor Non Finansial Sektor Finansial Koefisien Z-stat Prob. Koefisien Z-stat Prob.

Ekonomi -0,377 -9,67 0,000* 0,430 0,53 0,598 Lingkungan -0,661 -16,69 0,000* -11,431 -1,53 0,127 Sosial -0,806 -18,22 0,000* 0,256 0,13 0,895 Adjusted R-square 0,5731 0,4222 Prob. > F 0,0000 0,0000 * signifikan pada α=1%

Tabel ini merupakan hasil ringkasan output regresi per dimensi pada sektor non finansial dan sektor finansial

Page 12: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial

memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap cost of equity capital perusahaan pada

sektor non finansial sedangkan di sektor finansial tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Selain itu, dimensi sosial memiliki pengaruh yang paling besar terhadap cost of equity capital

perusahaan sehingga ini dapat menjadi perhatian bagi manajer perusahaan.

V. Kesimpulan

Penelitian ini ingin meneliti bagaimana pengaruh corporate social responsibility

terhadap cost of equity capital perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, baik sektor

non finansial maupun sektor finansial. Dengan menggunakan sampel sebanyak 141

perusahaan (119 perusahaan sektor non finansial dan 22 perusahaan sektor finansial) maka

ditemukan bahwa corporate social responsibility memiliki pengaruh negatif yang signifikan

terhadap cost of equity capital perusahaan. Perusahaan yang dengan nilai CSR baik akan

memiliki cost of equity capital yang rendah. Selain itu, saham “dosa” cenderung akan

memiliki cost of equity capital yang lebih besar dibanding yang lainnya. Hal ini dikarenakan

bahwa investor cenderung kurang memilih saham “dosa” karena adanya norma sosial.

Gerakan-gerakan yang mengangkat isu sosial saat ini mulai terlihat cukup banyak, termasuk

salah satunya tanggung jawab sosial perusahaan. Lebih jauh lagi, ditemukan bahwa seluruh

dimensi memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap cost of equity capital perusahaan

di sektor non finansial, sedangkan di sektor finansial tidak signifikan. Dimensi sosial

memiliki pengaruh yang paling besar sehingga ini dapat menjadi perhatian bagi para manajer

perusahaan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti pendukung bahwa corporate social

responsibility memiliki pengaruh terhadap keuangan perusahaan. Selain itu, penelitian ini

juga diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para investor bahwa CSR merupakan

sesuatu yang penting sehingga akan mempengaruhi pengambilan keputusan mereka. Manajer

perusahaan juga harus memberikan perhatian agar CSR perusahaan semakin meningkat dari

tahun ke tahun karena merupakan suatu investasi jangka panjang. Dengan penelitian ini

pemerintah seharusnya sadar bahwa CSR merupakan sesuatu yang menguntungkan sehingga

dapat dibuat regulasi atau lembaga yang mengawasi kegiatan tanggung jawab sosial

perusahaan di Indonesia.

Ada beberapa masukan yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya. Pertama,

bagaimana pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan. Kedua,

Page 13: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

menganalisis lebih dalam pengaruh corporate social responsibility pengaruh terhadap cost of

equity capital di masing-masing industri atau bahkan per sektor.

LAMPIRAN

• BETA = hasil regresi return mingguan

• SIZE = logaritma natural (total aset)

• BTM = Book Value / Market Value

• LEV = Total debt / Total asset

DAFTAR REFERENSI

Bassen, A., Hölz, H.M., Schlange, J., 2006. The Influence of Corporate Responsibility on the Cost of capital: an Empirical Analysis. Working Paper, Schlange & Co., Hamburg, Universität Hamburg, Deutsche Bank.

Botosan, C., 1997. Disclosure level and the cost of equity capital. The Accounting Review 72, 323–349.

Brooks, C., 2005. Introductory Econometrics for Finance. Cambridge University Press: Cambridge.

Chapple, W., Moon, J., 2005. Corporate Social Responsibility (CSR) in Asia: A seven-country study of CSR Web Reporting. Business and Society 32, 649-667.

Dhaliwal, Dan., Li, Oliver Zen., Tsang, Albert., Yang, Yong George., 2009 Voluntary Nonfinancial Disclosure and the Cost of Equity Capital: The Initiation of Corporate Social Responsibility Reporting. The Accounting Review, 86: 59-100.

El Ghoul, Sadok., Guedhami, Omrane., C.Y, Kwok, Chuck., R. Mishra, Dev., 2011. Does corporate social responsibility affect the cost of capital?. Journal of Banking and Finance 35, 2388-2406.

Gujarati, D.N., 2003. Basic Econometrics 4th edition. Singapore: McGraw-Hill.

Hail, L., Leuz, C., 2006. International differences in cost of equity capital: do legal institutions and securities regulations matter?. Journal of Accounting research 44, 485-531.

Hong, H., Kacperczyk, M., 2009. The price of sin: the effects of social norms on markets. Journal of Financial Economics 93, 15–36.

Jiao, Y., 2010. Stakeholder welfare and firm value. Journal of Banking and Finance 34, 2549–2561.

Page 14: Dhany Heraldo Jurnal FE 2013 (Reviewed)

Merton, R.C., 1987, A simple model of capital market equilibrium with incomplete information. Journal of Finance 42, 483-510.

Heinkel, R., Kraus, A. Zechner, J., 2001. The effect of green investment on corporate behavior. Journal of Financial and Quantitative Analysis 36, 431-449.

Keown, Arthur J., Martin, John D., Petty, J. William., Scott, David F., 2005. Financial Management Principal and Aplications (10th ed.). New Jersey: Pearson Prentince Hall.