DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah...

50
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KOMISI VI DPR RI Tahun Sidang : 2019-2020 Masa Persidangan : II Jenis Rapat : Rapat Kerja Dengan : Menteri Perindustrian, Menteri Koperasi dan UKM, BSN Sifat Rapat : Terbuka Hari, Tanggal : Kamis, 20 Februari 2020 Waktu : Pukul 15.26 s.d 19.30 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI Gedung Nusantara I Lt.1 Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Evaluasi APBN Tahun 2019 dan Roadmap Ketua Rapat : Aria Bima Sekretaris Rapat : Dewi Resmini, S.E., M.Si. Hadir Anggota : PIMPINAN 1. FAISOL RIZA, S.S (KETUA/F-PKB) 2. ARIA BIMA (WAKIL KETUA/F-PDIP) 3. GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E., M.AP. (WAKIL KETUA.F-PG) 4. MOHAMAD HEKAL, MBA (WAKIL KETUA/F-GERINDRA) 5. MARTIN MANURUNG, S.E., M.A. (WAKIL KETUA/F-NASDEM) ANGGOTA F-PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 6. ADISATRYA SURYA SULISTO 7. GILANG DHIELAFARAREZ, S.H., LLM. 8. ST. ANANTA WAHANA, S.H., M.H. 9. SONNY T. DANAPARAMITA 10. I NYOMAN PARTA, S.H. 11. Ir. DEDDY YEVRI HANTERU SITORUS, M.A. 12. SONDANG TIAR DEBORA TAMPUBOLON 13. dr. H. MUFTI A. N. ANAM

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah...

  • 1

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    RISALAH RAPAT KOMISI VI DPR RI

    Tahun Sidang : 2019-2020

    Masa Persidangan : II

    Jenis Rapat : Rapat Kerja

    Dengan : Menteri Perindustrian, Menteri Koperasi dan UKM, BSN

    Sifat Rapat : Terbuka

    Hari, Tanggal : Kamis, 20 Februari 2020

    Waktu

    : Pukul 15.26 s.d 19.30 WIB

    Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI Gedung Nusantara I Lt.1

    Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

    Acara : Evaluasi APBN Tahun 2019 dan Roadmap

    Ketua Rapat : Aria Bima

    Sekretaris Rapat : Dewi Resmini, S.E., M.Si.

    Hadir Anggota : PIMPINAN 1. FAISOL RIZA, S.S (KETUA/F-PKB) 2. ARIA BIMA (WAKIL KETUA/F-PDIP) 3. GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E., M.AP. (WAKIL KETUA.F-PG) 4. MOHAMAD HEKAL, MBA (WAKIL KETUA/F-GERINDRA) 5. MARTIN MANURUNG, S.E., M.A. (WAKIL KETUA/F-NASDEM)

    ANGGOTA F-PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 6. ADISATRYA SURYA SULISTO 7. GILANG DHIELAFARAREZ, S.H., LLM. 8. ST. ANANTA WAHANA, S.H., M.H. 9. SONNY T. DANAPARAMITA 10. I NYOMAN PARTA, S.H. 11. Ir. DEDDY YEVRI HANTERU SITORUS, M.A. 12. SONDANG TIAR DEBORA TAMPUBOLON 13. dr. H. MUFTI A. N. ANAM

  • 2

    F-PARTAI GOLONGAN KARYA 14. Drs. MUKHTARUDIN 15. Ir. H.M. IDRIS LAENA, M.H. 16. LAMHOT SINAGA 17. H. SINGGIH JANURATMOKO, S.K.H., M.M. 18. DONI AKBAR, S.E. 19. BAMBANG PATIJAYA, S.E., M.M.

    F-PARTAI GERINDRA 20. KHILMI 21. Dr. SUPRATMAN ANDI AGTAS, SH, MH 22. ANDRE ROSIADE 23. HENDRIK LEWERISSA, S.H., LL.M. 24. MUHAMMAD HUSEIN FADLULLOH, B.Bus., M.M., MBA.

    F-PARTAI NASDEM 25. H. SUBARDI, S.H., M.H. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 26. TOMMY KURNIAWAN 27. MARWAN JA’FAR 28. Drs. H. MOHAMMAD TOHA, S.Sos., M.Si. F-PARTAI DEMOKRAT 29. H. ANTON SUKARTONO SURATTO, M.Si. 30. Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 31. AMIN AK, M.M. 32. Drs. CHAIRUL ANWAR, Apt. 33. Hj. NEVI ZUAIRINA 34. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 35. DAENG MUHAMMAD, S.E., M.Si. F-PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 36. H. ACH. BAIDOWI, S.Sos., M.Si. 37. ELLY RACHMAT YASIN IZIN 1. DARMADI DURIANTO 2. Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc. 3. Ir. H. LA TINRO LA TUNRUNG 4. Drs. H. NYAT KADIR 5. ZURISTYO FIRMADATA, SE., M.M. 6. Hj. PERCHA LEANPURI, B.Bus., M.B.A. 7. Ir. H. M. NASIM KHAN 8. NASRIL BAHAR

  • 3

    JALANNYA RAPAT: KETUA RAPAT (ARIA BIMA, S.Sos.):

    Kementerian Perindustrian dan ada bahan dari Badan standardisasi Nasional.

    (tidak ada suara) Kawan-kawan sekalian,

    Karena rapat hari ini terjadwalkan setelah Menteri Koperasi, ada Menteri Perindustrian dan BSN. Karena waktu yang molor atau mundur, nanti akan kita sepakati salah satunya menggabungkan dua rapat menjadi satu kali rapat.

    Agendanya ada dua : yang pertama mengenai masalah yang terkait dengan evaluasi

    pelaksanaan APBN 2019 dan rencana kerja kementerian. Nanti kita juga memohon persetujuan dulu. Kalau bisa kita akan mengedepankan rencana kementerian dulu sebagai hal yang terkait dengan rapat-rapat kita persiapan kedepan. Cukup? Cukup.

    (tidak ada suara)

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahterah untuk kita semua, Om Swastiastu, Yang kami hormati kawan-kawan Anggota Komisi VI Selamat datang kami ucapkan kepada Saudara Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Mikro beserta seluruh jajarannya. Selamat datang kami ucapkan kepada yang terhormat Saudara Menteri Perindustrian beserta seluruh jajarannya, dan Selamat datang kami ucapkan kepada Saudara Kepala Badan Standardisasi Nasional beserta seluruh jajarannya.

    Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala Tuhan Yang

    Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat melaksanakan rapat pada siang hari ini tentunya dalam keadaan sehat wal’afiat.

    Dari sekretariat Komisi VI, Anggota yang menandatangani hadir 33 dan izin 4, 9 Fraksi

    hadir dengan keinginan kita sebagai Anggota DPR di dalam melaksanakan tugas pengawasan, anggaran dan legislasi bersama mitra kerjanya yang ingin selalu berdampak pada kesejahteraan rakyat dengan keinginan itu dan dengan mengucap, bismillahirrohmanirrohim maka rapat saya buka dan terbuka untuk umum.

    (RAPAT DIBUKA PUKUL 15.26 WIB)

    Bapak Ibu dan Saudara-Saudara sekalian.

    Rapat hari ini sesuai dengan undangan yang kami sampaikan pada mitra kerja. Agenda

    rapat nya ada dua, yang pertama evaluasi pelaksanaan APBN tahun anggaran 2019 dan roadmap Kementrian. Nah, tadi kita rapat dengan Menteri BUMN, sekarang dengan Menteri

  • 4

    Perindustrian, dengan Menteri Koperasi dan UKM serta Kepala Badan Standardisasi Nasional dan besok kita juga lanjutkan dengan kepala BKPM dan Menteri Perdagangan.

    Intinya bahwa kita perlu roadmap karena keinginan kita, Komisi VI dengan mitra kerja

    Komisi VI, sangat berharap pada roadmap yang merupakan rencana Kementerian yang merupakan bagian dari rencana strategis pemerintahan kan itu. Itu yang kita harapkan, maka dengan roadmap yang disepakati atau dibuat oleh Kementerian, kita akan berusaha untuk ada koordinasi bahkan beberapa sinergi yang kemudian 5 tahun itu menjadi acuan kita ya, baik dalam fungsi pengawasan, fungsi anggaran, maupun fungsi legislasi. Apalagi dengan adanya Omnibus law yang sebagian langsung dari fungsi legislasi ini untuk mempercepat berbagai hal untuk segera adanya pertumbuhan ekonomi dengan capaian target pemerintah.

    Nah, roadmap kali ini yang akan dipaparkan memang langkah pertama. Beberapa

    mungkin sudah detail sampai dengan target, sasaran bahkan timeline nya. Tapi, kalau toh belum masih merupakan satu kerangka, itu juga kita Komisi VI berusaha untuk bisa mengintegrasikan target capaian yang terukur, sehingga setiap kali kita membahas anggaran di Komisi VI bersama Mitra dan beberapa kebijakan-kebijakan terkait dengan Rancangan Undang-Undang Koperasi, Pak Menteri itu juga menjadi program prioritas Komisi VI. Kemudian, rencana Undang-Undang BUMN juga merupakan prioritas, KPPU juga prioritas dan beberapa terkait dengan Omnibus law ini. Kita harapkan nanti sebenarnya rencana kerja pemerintah jangka panjang menengah nasional yang kemudian di breakdown dalam rencana kerja kementerian. Kemudian kalau di BUMN itu juga masuk roadmap dari masing-masing bisnis plan, baik itu yang di green gold, pertanian dan perkebunan, BUMN pangan dan BUMN perkebunan, kemudian ada blue gold, bagaimana empowering sumber daya laut dengan prinus, pelindonya dengan 11 wilayah penangkapan ikannya. Ini nggak bisa lepas dari roadmap Kementerian Perindustrian kan begitu, di green gold nya di Deputi industri primer, kemudian yang di black gold nya, hilirisasi sektor pertambangan, kemudian ada di sektor pariwisatanya ya dan semuanya itu tidak bisa tidak terkait dengan bagaimana tadi BUMN merupakan tugasnya adalah membina atau harus berdampak pada pertumbuhan usaha kecil menengah mikro, gitu loh Pak.

    Ini saya masukkan sedikit prolog, supaya yang terfragmentasi ini menjadi terintegrasi

    sejak dari roadmap nya Pak ya, kita juga nggak sepotong-sepotong setiap kali ingin rapat. Fondasi 5 tahun interkoneksitas laut, udara ya laut atau laut, bandara apa pelabuhan

    berbagai subsidi ke Pelni juga ASDP. Kemudian interkoneksitas lewat bandara-bandara yang ada, penerbangan yang ada, kemudian pelabuhan, trans tol. Itu semua kita berharap Kementerian Perindustrian dan kami tadi juga sudah menyampaikan ke Kementerian BUMN. Seluruh BUMN juga menjadi pionir-pionir untuk mengembangkan industrinya sebagai peningkatan investasi yang target pemerintah pertumbuhan sampai 7%, walaupun itu kondisi objektif banyak para ekonom meragukan. Tapi, bukan berarti tidak ada satu perencanaan yang kita harapkan ini semua bisa terintegrasi dari kebijakan Kementerian Perindustrian, di hilirnya dan dulunya di perdagangan.

    Kita tidak akan bisa menumbuhkan industri sawit kita atau industri gula kita, kalau kita

    tidak mengatur di hilirnya dengan impor sugar dan gula kita ya. Kita tidak bisa menjaga komoditas berbagai komoditas kita baik itu kakau, kopi, karet, sawit sampai produk primer kalau dari Menteri Perdagangan tidak segera, dari Panja Panja Perdagangan untuk membuat indeks harga komoditas nasional kita. Ini Pak Menteri dan Pak Menko Koprasi sebagai gambaran mengapa roadmap itu menjadi penting bagi kita di Komisi VI supaya ada legesi juga

  • 5

    kami kami yang di Komisi VI setelah 5 tahun kedepan. Demikian, yang bisa kami sampaikan dan kami akan memberi kesempatan dulu kepada

    Pak Menteri Perindustrian, kemudian Menteri Koperasi untuk roadmap dan setelah itu baru kita bicara mengenai hal yang terkait evaluasi pelaksanaan APBN 2019.

    Kawan-kawan sekalian,

    Apakah kita sepakati kita ke roadmap dulu ya. Roadmap dulu, kedua Kementerian dan mohon izin untuk Badan Standarisasi Nasional nanti kan mengenai evaluasi pelaksanaan APBN ya, itu setelah roadmap. Kita setujui, kita mulai jam 15.35? Kita akan selesai jam 5 dulu? 5 ya.

    (RAPAT : SETUJU)

    Kami persilakan Pak Menteri Perindustrian untuk menyampaikan roadmap nya.

    MENTERI PERINDUSTRIAN:

    Pimpinan Komisi VI yang hormati, Pak Aria Bima, Segenap Anggota Komisi VI yang saya hormati.

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Syalom, Om Swastiastu namo buddhaya Salam kebajikan.

    Juga yang terhormat Bapak Menteri Koperasi, Bapak kepala BSN.

    Terima kasih atas undangan yang diberikan dari Pimpinan Komisi VI untuk mengundang

    kami dan terima kasih bisa menempatkan rapat kita pada hari ini, pada sore ini bersama-sama agar supaya memang waktu lebih efisien jadi penghargaan kami sampaikan setinggi-tingginya.

    Kemudian, berkaitan dengan arahan dari Bapak Pimpinan bahwa rapat kita pada sore

    hari ini kita akan fokuskan kepada rencana strategis kementerian di masing-masing kementerian. Dalam hal ini adalah kami akan menyampaikan rencana strategis dari Kementerian Perindustrian.

    Tentu sebelum saya menyampaikan secara lebih detail berkaitan dengan rencana

    strategis Kementerian Perindustrian, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan berkaitan dengan, yang pertama isu-isu ya yang dihadapi oleh sektor industri, Bapak Pimpinan. Nah, isu ini bukan berarti masalah, tapi isu ini adalah sesuatu yang memang setiap hari harus kita cermati, harus kita kawal. Nah yang kedua, yang akan kami sampaikan yaitu adalah langkah-langkah strategis ya langkah-langkah strategis di dalam rangka kita melakukan upaya untuk meningkatkan pertumbuhan sektor manufaktur.

    Nah, yang pertama berkaitan dengan 8 isu strategis, sebetulnya yang 7 itu sudah

    pernah kami sampaikan pada raker pertama. Tapi, ada tambahan poin ke-8, ya ini berkaitan

  • 6

    dengan apa namanya logistik. Saya hanya ingin mengingatkan kembali bahwa ke-7 isu utama yang dihadapi oleh industri,

    Bapak Pimpinan dan juga segenap Anggota Komisi VI yang terhormat.

    Yaitu keterkaitan dengan bahan baku ya jadi isu berkaitan dengan bahan baku industri,

    yang tadi sempat disampaikan oleh Bapak Pimpinan, itu sangat sangat penting ya untuk mendorong utilisasi dari industri sendiri bisa tumbuh. Kekurangan bahan baku ini, isu bahan baku ini tentu sebagai contoh bahan baku gas, condensate, nafta, biji besi dan lain sebagainya. Nah, untuk laporan kepada yang terhormat Anggota Komisi VI

    Bahwa mudah-mudahan ia isu berkaitan dengan harga gas yang boleh dikatakan dalam

    "lebih kompetitif” bagi industri berkait dengan dengan Perpres Nomor 40 Tahun 2016, di mana perpres ini memerintahkan agar harga gas untuk industri bisa diturunkan maksimal 6 dolar per NMBTU. Nah ini, mudah-mudahan pimpinan ini akan segera bisa mendapatkan solusinya. Karena, memang bahan baku gas dari 7 jenis industri ini, mungkin itu sebesar 50 sampai 60% komponen dari cost of production. Ya, jadi kalau kita bisa tekan itu, nah ini industri akan lebih mempunyai daya saing yang lebih tinggi, itu isu pertama.

    Isu yang kedua, tentu pembangun dari dari infrastruktur pembangunan infrastruktur yang

    berkaitan dengan pelabuhan, jalan, kawasan industri. Kita, kami dari pemerintah yang telah menyepakati adanya tambahan dalam RPJM RPJMN 2024 sekitar 29 kawasan industri Bapak Pimpinan yang memang sebagian besar dari kawasan industri ini akan kita arahkan, kita dorong untuk di luar Jawa. Ya, hanya ada dua yaitu yaitu 1 di Jawa di Brebes dan satu di luar Jawa sebetulnya tapi masih masuk Pulau Jawa itu di Madura. Nah ini, yang lain-lain 27 yang lain Pak Pimpinan, itu akan kami arahkan di luar pulau jawa. Tentu ini juga untuk menjawab disparitas industri ya agar agar pemerataan di sektor industri ini semakin lebih baik.

    Adapun adapun kawasan-kawasan industri yang kita dorong untuk ada di luar Pulau

    Jawa tentu yang berkaitan atau dekat dengan sumber-sumber dari bahan baku itu sendiri dan sumber-sumber energi. Ini yang akan kita dorong kawasan-kawasan industri. Jadi yang kedua, Pak Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VI yang terhormat. Itu berkaitan dengan infrastruktur.

    Isu yang ketiga, tentu berkaitan dengan utility. Utility itu energi air, juga gas dan lain

    sebagainya. Nah, ini juga mudah-mudahan dalam waktu dekat ini juga berdasarkan dari keputusan ratas minggu yang lalu yang langsung dipimpin oleh Bapak Presiden bahwa harga beli listrik, Bapak Pimpinan untuk industri yang melakukan proses industrinya di dalam pabriknya yaitu 24 jam. 24 jam maka dia akan diberikan diskon dari harga listrik ya, diskon dari harga listrik pada jam-jam tertentu khususnya pada jam 10 malam sampai jam 6 pagi. Jadi, industri yang memang dia proses produksinya 24 jam dia akan mendapatkan diskon ya harga listrik pada jam 10 sampai jam, 10 malam sampai jam 6 pagi dan itu kami percaya bahwa itu juga akan membawa apa namanya, menghasilkan sektor industri kita yang lebih lebih mempunyai daya saing yang tinggi.

    Isu yang keempat Pimpinan tertentu adanya kebutuhan untuk tenaga ahli ya, tenaga ahli

    yang skillful dan juga seperti supervisior, superintendent dan lain sebagainya, karena ini memang menjadi keluhan ya dari beberapa calon-calon investor yang kami temukan di beberapa negara khususnya termasuk di Jepang ya. Dimana mereka mengeluhkan bahwa sumber daya manusia industri yang ada di Indonesia khususnya yang high level yang yang

  • 7

    yang supervisior, superintendent itu masih kurang. Nah, itu yang yang terus kita dorong. Kebetulan kami punya badan sumber daya manusia industri, ini akan kami terus dorong bekerja sama dengan berbagai macam pihak.

    Kemudian, isu yang kelima Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VI yaitu tekanan

    mengenai produk impor. Produk impor ini dengan beberapa tools yang akan kami lakukan. Tentu, berkaitan toolsnya yang kita bisa lakukan safeguarding ya, tarif dan non tarif, SNI dan juga kemudahan-kemudahan untuk berinvestasi termasuk transfer teknologi yang kita berikan super deduction tax, kalau

    Yang terhormat Anggota Komisi VI.

    Membaca hari ini, ya di Bisnis Indonesia bahwa ada berita bahwa India ya, India

    melakukan proteksi besar-besaran. India melakukan proteksi besar-besaran. Nah ini, ini tentu kita juga tidak bisa menyalakan India, nanti kita serahkan sepenuhnya kepada DBTO, tapi tentu upaya-upaya yang dilakukan orang India untuk memberikan proteksi kepada industri dalam negeri nya itu juga suatu hal yang perlu kita pahami ya, perlu kita pahami dan tentu juga menjadikan 1 benchmark ya kepada Indonesia dalam konteks kita harus memprotect-memprotect produksi dalam negeri kita.

    Isu yang keenam, Pimpinan berkaitan dengan limbah. Nah ini, prinsipnya prinsip-prinsip

    nya yaitu semua atau apa pun itu hasil ya dari proses produksi ya, yang tidak ada kaitan langsung dengan produk itu sendiri yang selama ini banyak disebut-disebut dengan limbah ya nah dengan tanda petik, limbah ini apabila masih bisa diproses, masih bisa di reproses, masih bisa di jadikan bahan baku untuk industri, maka dia tidak boleh lagi disebut sebagai limbah non B3 ya. Pada prinsipnya industri mendukung terhadap konsep yang disebut dengan circular economy. Circular economy ini kan kita mempercayakan kepada teknologi pada pada suatu saat memang tujuannya itu adalah semuanya zero waste. Jadi, semua selama bisa di reproses, semua selama masih bisa di reproses itu pasti tidak bisa lagi dianggap sebagai sampah, tidak bisa lagi dianggap sebagai limbah, karena memang pasti ada nilai tambahnya sebagai bahan baku.

    Nah ini, sebagai laporan juga kepada yang terhormat Komisi Anggota Komisi VI.

    Beberapa saat yang lalu dalam ratas sudah diputuskan ya bahwa script dari baja dan logam dan juga slek dari baja ya, itu tidak bisa yang sudah diputuskan dalam rapat terbatas, Pak Teten juga hadir. Itu tidak bisa lagi dianggap sebagai limbah, tidak akan lagi dianggap sebagai sampah dan itu akan dianggap sebagai bahan baku karena dia bisa untuk melakukan proses reprocessing. Misalnya, slek itu bisa dipakai untuk jalan ya untuk dan lain sebagainya.

    Nah, rupanya bukan hanya untuk sektor industri baja dan logam yang membutuhkan

    bahan baku dari dalam "limbah dan yang selama ini dianggap limbah dan sampah”, tapi juga sektor-sektor industri seperti industri kertas dan juga pulp-pulp ya dan juga industri plastik itu sendiri ya. Ada industri pengecoran baja dan lain sebagainya yang memang membutuhkan bahan baku dari yang selama ini dianggap limbah. Nah, ini yang sedang kami yang sedang kami apa namanya, yang sedang kami bicarakan ya di di lintas kementerian ya agar khususnya antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan dan Kementerian lingkungan hidup. Ya, agar agar ada regulasi yang memang yang memang bisa mengeluarkan script tersebut baik itu kertas, baik itu baja ya, dikeluarkan dari list sebagai sampah, dia di masukan kepada list sebagai bahan baku. Nah ini, juga sudah menjadikan sudah menjadi kebijakan dari pemerintah kebijakan yang sudah diambil oleh Bapak Presiden.

  • 8

    Kemudian isu yang ke-7, tentu ini berkaitan dengan IKM. Industri kecil dan menengah

    ini satu sektor yang sangat penting ya karena kita. Dalam sejarah kita ketahui bahwa memang sektor yang punya daya tahan terhadap guncangan-guncangan ekonomi itu sektor industri kecil dan menengah. Ini tentu berkaitan dengan akses terhadap modal, pasar dan lain sebagainya.

    Dan yang ke-8, isu yang selalu harus kita cermati di dalam bidang industri yaitu,

    berkaitan dengan permasalahan logistik. Pemasaran logistik yang selama ini kita anggap biaya sangat tinggi, kemudian juga pengiriman-pengiriman nya tidak tepat waktu ya, data dan informasi tidak akurat dan sebagainya. Oleh sebab itu, tentu kita harus mendukung dan mensukseskan misi dari Bapak Presiden untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang super, super power maritim dan tentu ini dalam rangka mendukung agar permasalahan-pemasaran logistik yang dihadapi oleh bangsa ini termasuk oleh industri bisa teratasi.

    Nah, itu delapan isu yang yang selalu harus kita cermati dari hakikat dari hari ke hari.

    Nah, kemudian Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VI. Dari 8 isu tersebut kami sudah menyusun lima strategi, lima langkah strategi ya untuk mempercepat pertumbuhan sektor industri itu sendiri. Yang pertama yang paling penting, nah ini sangat membutuhkan bantuan dukungan dari Komisi VI ya, yaitu yang agak sulit memang yaitu koordinasi antara kementerian dan lembaga ya, koordinasi antara kementerian lembaga. Karena, misalnya saja izin-izin untuk impor bahan baku, itu kalau kita ikuti ya beberapa minggu-minggu terakhir ini banyak sekali dalam tanda petik, jeritan-jeritan dari industri di mana bahan baku masih belum bisa terpenuhi ya, khususnya industri mamen mamin, industri kaca, industri keramik dan sebagainya.

    Nah ini, yang saya sampaikan tadi memang perlu koordinasi dengan kementerian dan

    lembaga lain. Yang saya juga sampaikan tadi, berkaitan dengan limbah, berkaitan dengan sampah, itu membutuhkan apa namanya koordinasi dengan Kementerian lingkungan hidup dan lain sebagainya dan sebagainya ya seperti : harga listrik, harga bahan baku gas juga itu butuh koordinasi dengan Kementerian ESDM. Jadi, untuk menumbuhkan sektor industri agar lebih baik ini tentu kami dari Kementerian Perindustrian tidak bisa, jujur saja tidak bisa melangkah sendiri, tidak bisa berdiri sendiri perlu didukung perlu kerjasama dengan Kementerian lain.

    Kemudian langkah berikutnya ya, untuk memperkuat sektor industri yaitu implementasi

    dari Pegadaian. Ini program peningkatan penggunaan produksi dalam negeri. Ini mungkin juga yang terhormat Anggota Komisi VI bisa mendorong ya paling tidak kementerian atau lembaga yang ada di bawah koordinasi dari Komisi VI. Ya karena, kita lihat bahwa belanja modal di APBN sendiri ya itu kira-kira besarannya sekitar 500 triliun 500 triliun. Ini kalau memang sebesar-besarnya bisa belanjanya melalui proses dalam negeri, tentu itu bisa mempercepat upaya kita untuk mendorong industri manufaktur. Belum lagi Bapak Pimpinan apabila kita bicara capex dan opex dari perusahaan-perusahaan BUMN kita, khususnya perusahaan-perusahaan yang besar. Nah itu, suatu potensi yang begitu besar ya apabila kita bisa mendorong agar mereka bisa membelanjakan modalnya dari industri dalam negeri. Nah ini, itu bisa mempercepat perkembangan dari industro dalam negeri.

    Kemudian juga, langkah yang ketiga dari diversifikasi dari pertama negara-negara tujuan

    ekspor ya. Yang Kedua, jenis-jenis ekspor dari yang akan kita dorong ke negara-negara tersebut. Nah, kita lihat contohnya Bapak Pimpinan, kita bicara mengenai penandatanganan. Terima kasih kepada Komisi VI DPR, kita bicara mengenai penandatanganan IA-CEPA,

  • 9

    Indonesia Australia CEPA. Nah kemudian, ini tentu mempunyai mempunyai potensi untuk kita menambah ekspor khusus yang lebih khusus lagi ekspor otomotif ya, ekspor otomotif. Tapi rupanya, tidak semudah itu untuk industri otomotif yang ada di Indonesia, industri manufaktur otomotif yang Indonesia untuk bisa melakukan ekspor ke negara-negara lain ya termasuk Australi, karena membutuhkan izin ekspor dari principal. Sebut saja misalnya, Toyota, Honda, Mithsubishi dan lain sebagainya all the Japanesse companies itu.

    Nah itu, kami ini harus mendobrak Bapak Pimpinan ya, agar diberikan alokasi tambahan

    untuk melakukan ekspor kepada negara-negara yang kita anggap mempunyai potensi pasar yang besar ya. Belum lagi nanti jenisnya pun ditentukan Pimpinan oleh Principal, oleh Principal yang dari Jepang itu. Jadi, jenis Toyota nanti menentukan, oke kamu saya berikan peluang untuk ekspor di negara tambahan misalnya sebut saja Australi, tapi nanti jenisnya ditentukan tuh Pak, jadi enggak sembarangan kita bisa ini ekspor.

    Jadi, ini hal-hal yang langkah-langkah yang yang akan kami segera apa namanya ambil,

    yang melakukan pendekatan-pendekatan dengan dengan principal-principal agar bisa diberikan apa namanya tambahan-tambahan baik itu volume maupun jenis-jenis yang bisa kita ekspor ke negara-negara lain, termasuk ke Australi yang mempunyai, mempunyai market yang begitu besar.

    Yang selanjutnya, langka yang keempat, tentu kita berusaha kami berusaha untuk

    menciptakan iklim investasi yang baik ya. Ini kemudahan perizinan, promosi investasi dan sebagainya. Namun, berkaitan dengan investasi, mungkin saya salah satu orang yang optimis Bapak Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VI bahwa investasi untuk tahun 2020 akan berjalan baik, karena komitmen-komitmen dari perusahaan-perusahaan yang sudah kami ketemui itu masih on ya. Misalkan saja, investasi dari Hyundai, kemudian Toyota juga mengembangkan apa namanya perluasan dari dari kapasitas ya, kemudian belum lagi kita bicara mengenai investasi dari Amazon, itu juga makan besar-besaran dan lain sebagainya belum kita bicara investasi di sektor petrochemical. Nah ini, jadi kalau investasi mungkin saya cukup optimis ya, walaupun memang tetap kita harus melakukan upaya agar adanya peningkatan-peningkatan dalam investasi itu sendiri.

    Bapak, Ibu sekalian.

    Selanjutnya juga yang kelima, yang paling penting untuk meningkatkan pertumbuhan

    industri manufaktur. Nah ini, tidak sepenuhnya menjadi domain kita yang ada di dalam ruangan ini, tapi merupakan suatu hal yang sangat penting, yaitu tentu penguatan daya beli masyarakat. Nah, dengan dengan daya beli masyarakat yang kuat, nah ini tentu akan tentu akan menumbuhkan gairah dari industri, karena memang masyarakat itu nanti akan menjadi konsumen. Kita ini mempunyai kelebihan dan saya kira juga dalam kasus India yang tadi saya sampaikan kenapa mereka berani secara terbuka, secara tugas melakukan proteksi karena, mereka percaya bahwa mereka punya pasar domestik yang begitu besar sehingga investor-investor sendiri walaupun itu bukan dari India, dia akan mempunyai keyakinan kalau dia membawa membawa investasinya ke India, dia punya market yang besar dan itu juga terjadi di Indonesia ya. Itu yang hal yang perlu kita sampaikan kepada para investor bahwa kita juga punya market yang besar. Di satu sisi, bukan hanya market yang besar tapi juga daya beli dari market yang besar itu bisa tercukupi.

    Kemudian, yang juga kami mohon bantuan dari Pimpinan Komisi VI dan segenap

    Anggota Komisi VI. Ini berkaitan dengan lembaga pembiayaan ekspor. Ini tentu juga perlu kita

  • 10

    lakukan diversif-diversif apa perluasan, perluasan dari jenis-jenis produk yang kita dukung, yang kita berikan dukungan terhadap pembiayaan ekspor, yang selama ini dukungan baru dipilih diberikan kepada PT DI, baru diberikan kepada PT PAL dan baru diberikan pada PT INKA dan dan sudah berjalan sangat baik dari dari lembaga pembiayaan ekspor ini, mereka sudah melakukan ekspor yang cukup baik. Nah, hal ini tentu yang kami juga butuh membutuhkan dukungan, bantuan dari Komisi VI agar kita identifikasi perusahaan-perusahaan lain, industri-industri lain ya yang bisa kita beri dukungan berkaitan dengan ekspor melalui lembaga pembiayaan ekspor.

    Juga, Pak Pimpinan dan Anggota Komisi VI. Nah, ini yang menjadi PR kita bersama.

    Sebenar-benarnya dalam Undang-Undang Industri ya, itu sudah diamanatkan, sudah diperintahkan untuk negara membentuk apa yang disebut dengan lembaga pembiayaan industri, lembaga pendanaan industri. Kita bisa, tapi intinya tujuannya adalah ya negara itu harus punya suatu lembaga pembiayaan untuk mendorong pertumbuhan industri. Ini penting sekali, karena apa karena sebenarnya banyak sekali potensi-potensi anak bangsa yang bisa kita dorong, tapi mereka terpentok ya, karena mereka tidak punya cukup modal. Kalau mereka sudah menjadi industri, mereka terpentok, mereka punya kendala untuk memperluas kapasitas misalnya atau utilitas, karena memang mereka tidak punya permodalan yang cukup. Nah, ini mohon untuk apa namanya dibantu, didukung oleh Komisi VI.

    Saya baru pulang dari Makassar Bapak Pimpinan, saya bertemu dengan seorang dia

    sebetulnya baru menjadi industrialis. Dia baru memproduksi satu Kapal Ferry ya Kapal Ferry. 80% ya 80% komponen yang yang dibutuhkan itu berasal dari dalam negeri. Ahli-ahli nya juga ya, engineer-nya maupun yang bangunnya juga 1000% kalau nggak saya katakan 100% itu dari Indonesia. Sarjana-sarjana Muda ya, lulusan jurusan Airlangga, lulusan-lulusan Hasanuddin, lulusan-lulusan ITB itu yang bangun dan produknya adalah sebuah Kapal Ferry ya dengan kapasitas tonase nya 1.500, jadi cukup besar Pimpinan 1.500.

    Yang ingin saya sampaikan disini ya, setelah disertifikasi dia produknya dia itu

    mendapat sertifikasi tertinggi, tertinggi ya dan saya tanya, anda investasi di sini menjadikan satu kapal ini berapa, 40 miliar? Saya cek ya dengan jenis kapal yang sama dengan jenis kapal yang sama, kalau kita misalnya mendatangkan dari negara lain, saya nggak perlu sebut negaranya mana, itu 100 miliar Pak Pimpinan, 100 miliar. Jadi, kalau kita impor kapal dengan spek yang sama ya 100 miliar, sedangkan Bapak ini ya bisa menghasilkan produksi kapal yang sama dengan harga yang tinggi dengan harga 40 miliar. Dia tidak bisa mengembangkan lagi karena apa, karena memang modalnya, modalnya yang kurang kuat.

    Pimpinan dan Anggota Komisi VI yang terhormat.

    Barangkali, itu yang bisa saya sampaikan karena saya sudah cukup lama. Saya tidak

    mau mengambil waktu lama, karena memang ada Menteri Koperasi, ada kepala BSN. Tapi intinya, berkaitan dengan Renstra ya ini sudah ada di dalam bahan kami dimulai dari halaman 29, Bapak Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VI. Walaupun ya yang ingin saya sampaikan sebelum saya menutup presentasi saya ini, semua Renstra ini akan bisa kita capai, akan berhasil apabila 8 isu yang dihadapi oleh industri yang tadi saya sampaikan di awal itu bisa kita address ya, bisa kita tangani secara baik.

    Saya kira itu Bapak Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VI. Terima kasih banyak atas perhatiannya.

  • 11

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    KETUA RAPAT: Selanjutnya, kami persilakan Menteri Koperasi dan UKM.

    MENTERI KOPERASI DAN UKM:

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

    Bapak Pimpinan, Pak Aria Bima, dan Bapak Ibu sekalian Anggota Komisi VI yang saya hormati.

    Izinkan kami menyampaikan strategi nasional yang sudah kami susun. Pada dasarnya,

    strategi nasional pengembangan UMKM dan koperasi, kita ingin menjawab permasalahan yang memang dihadapi oleh UMKM dan koperasi. Jadi, kita memang ingin betul-betul menjadi problem solver dari permasalahan mereka. Kita tahu, problem di UMKM itu setidaknya ada 5 : perluasan akses pasar, kemampuan daya saing, pengembangan kewirausahaan, akses ke pembiayaan dan investasi dan juga kemudahan dan kesempatan berusaha.

    Nah memang, di kita harus melihat bahwa di UMKM itu juga tidak sama setiap

    permasalahannya. Yang mikro yang paling besar, itu sekitar 98% atau hampir melibatkan 63 juta pelaku usaha itu, kami katagorikan sebenarnya ini lebih ke ekonomi subsisten, mereka lebih banyak membutuhkan modal kerja supaya terus bisa berusaha, bisa membiayai keluarga, mensekolahkan anak dan lain sebagainya. Nah, yang kecil dan menengah, ini lah yang mungkin kita ingin mendorong mereka untuk lebih maju berkembang ya seperti itu. Jadi, karakteristiknya berbeda, begitu juga koperasi.

    Nah, yang kedua masalah yang internal di kementerian dan juga lintas sektoral. Nah,

    output dari semua itu kami memang diminta oleh Pak Presiden untuk mendorong supaya UMKM ini naik kelas. Nah, yang naik kelas itu tentu tadi yang memang punya kapasitas untuk bisa didorong naik. Baik lah, sudah bukan berarti bahwa akan terjadi konglomerasi, karena saya kira struktur ekonomi kita memang sebaiknya pelaku usaha itu banyak, sehingga KUR ekonomi nasional itu dibagi ke banyak orang bukan ke segelintir orang.

    Nah, kita juga UMKM naik kelas itu juga untuk mendorong supaya jumlah entrepreneur

    di Indonesia ini makin tambah. Saat ini, kita masih di bawah 2% dan untuk menjadi negara maju itu kan minimum 2%, ya kalau kita bandingkan Malaysia udah 4-5% kita masih jauh.

    Nah, yang kedua kita juga diminta dorong untuk supaya produk UMKM menjadi

    mendominasi di pasar dalam negeri dan juga masuk ke pasar global. Saat ini, ekspor kita UMKM itu baru 14,5% dan di dalam negeri sekarang kita menghadapi tantangan besar yaitu, banyak masuknya barang konsumsi produk impor dari luar yang masuk lewat e-commerce.

    Nah, kira-kira seperti itu. Jadi, secara sederhana kami menyampaikan tiga pilar strategi

    nasional. Yang pertama adalah kapasitas usaha dan kompetensi UMKM. Ini penting karena, banyak UMKM yang sebenarnya sehat tapi karena tidak punya mindset kewirausahaan ini tidak mau naik kelas, tidak mau berkembang, jadi itu. Yang kedua, lembaga keuangan yang ramah bagi koperasi dan UMKM. Yang ketiga adalah koordinasi lintas sektor untuk mendukung ekosistem UMKM.

  • 12

    Nah, 6 Strategi yang sudah yang sedang kami kembangkan yaitu, yang pertama adalah

    perluasan akses pasar. Nah ini, selain pasar domestik, pasar luar, di pasar domestik kami termasuk juga belanja kementerian dan lembaga. Ini sekarang BUMN sudah ada instruksi dari Presiden supaya memprioritaskan produk UMKM. Nah, kami sedang bekerja dengan LKPP agar e-katalog produk UMKM ini diberi luas dan sedang disiapkan windows e-katalog memang untuk produk UMKM.

    Lalu, kita juga ingin mengefektif kan akses UMKM di mall yang 20% masih belum. Ini

    kita lagi terus dialog dengan pemilik mall, supaya 20% space di mall itu diberikan kepada UMKM termasuk saya kira yang terakhir Pak Presiden perintahnya untuk di mall, di rest area supaya UMKM diutamakan.

    Yang kedua, meningkatkan daya saing. Nah, meningkat daya saing ini saya kira

    meningkatkan kualitas produksi. Jadi, ini penting dan ingin ada pendampingan kepada mereka dalam bentuk badan apa rumah produksi bersama dan kita ingin dorong sentra-sentra UMKM itu kembali dalam bentuk sentra-sentra. Ya, supaya memudahkan ini pengembangannya.

    Dan ketiga, pengembangan kewirausahaan. Ini saya kira penting untuk melahirkan

    UMKM yang siap untuk berkembang. Keempat, akselerasi pembiayaan dan investasi ya. KUR terus ditambah, tapi kami

    evaluasi, saat ini kan udah 190, tahun lalu 140 triliun. Bunga, plafon terendah 50 juta tanpa agunan, tapi dalam prakteknya ini KUR ini yang tanpa agunan itu sulit, karena bank sendiri memang dipatok NPL nya 5% ya. Nah, jadi tetap dalam kenyataannya masih disyaratkan agunan. Nah, kami sudah mengangkat isu ini di Rapat Kabinet dan kalau menurut sepintas pengamatan kami, sebenarnya di sektor mikro di UMKM itu yang penting ada akses pembiayaan yang mudah bukan yang murah. Karena itu, misalnya rentenir atau lembaga keuangan lain yang memberikan bunga yang sangat besar itu masih masih apa direspon baik oleh para rekan. Ini kami diminta untuk melakukan kajian untuk mencari sistem pembiayaan yang lebih tepat.

    Lalu yang kelima, ekosistem yaitu untuk kemudahan dan kesempatan berusaha. Ini saya

    kira materinya banyak di masukkan di dalam Omnibus Law ya. Nah, yang keenam ini koordinasi lintas sektor. Karena, kita tahu yang ngurusin UMKM

    itu ada 18 KL termasuk juga daerah. Berikutnya, nah ini untuk perluasan akses pasar. Kami ada dua pendekatan : yang

    pertama adalah peningkatan konsumsi dalam negeri. Tentu ini terkait nanti dengan daya beli ya, daya beli daya beli biasanya terpengaruh juga oleh inflasi. Tadi, saya sebutkan prioritas pengadaan barang dan jasa di di BUMN, lalu ini juga kita lagi mendorong supaya konsumsi konsumen membeli brand lokal. Ya, ini saya kira di anak-anak muda sudah mulai sekarang ini misalnya, pakaian sepatu itu sekarang justru antre membeli brand lokal. Karena, sekarang ini tren atau life style anak muda konsumsi yaitu ke customize ya, jadi bukan ini. Ini menguntungkan bagi kita.

    Lalu, digitalisasi UMKM untuk memperluas pasar mereka di market online, juga

    perluasan pasar offline ya. Ini tadi sudah disebut, lalu kita akan mengembangkan 5 komoditi unggulan di UMKM, di 5 destinasi wisata. Ada homestay, supaya pariwisata itu tidak hanya

  • 13

    dinikmati oleh investor besar tapi juga warga di sekitar, wisata alam, kuliner, supply untuk horeca, suvenir, kira-kira seperti itu ya. Jadi, akan ada lima unggulan di setiap daerah yang kita akan bawa ke 5 destinasi wisata.

    Lalu yang kedua, mendorong brand lokal di pasar global. Nah ini, saya kira memang

    masih banyak kendala, karena UMKM itu kebanyakan kecil-kecil menyebar, sehingga diperlukan semacam agregator dan trading house untuk memudahkan buyer di luar negeri untuk bisa mengakses produk UM yang pragmented tadi.

    Berikutnya, dalam upaya meningkatkan daya saing ini ada 5 langkah. Yang pertama,

    pengembangan rumah produksi bersama di sentra-sentra industri kecil dan menengah. Nah, tahun ini kita coba valeting, kita coba valeting untuk furniture, rumah produksi furniture di Jawa Tengah, kami lagi melakukan facilities tadi sekaligus eksperimentasi yang sesuai dengan dibutuhkan oleh mereka. Kenapa kami taeget prioritaskan furniture, karena memang tadi ada kaitan dengan harapan dari meningkatkan ekspor dan ekspor yang paling potensial sekarang adalah home décor, karena permintaannya paling besar. Home decor itu salah satunya adalah furniture, barang pajangan, kerajinan, kira-kira seperti itu. Kenapa Jawa Tengah, karena memang sentra-sentra furniture itu di Jawa Tengah. Memang ada problem bahan baku, ada problem SDM, termasuk bahan baku itu rotan. Nah, kami kemarin sudah cek rotan, saya kira ini harus ada kebijakan baru soal rotan supaya, karena di petani banyak sekali rotan dan penyerapan dari Jawa masih kecil, sehingga penyelundupan ke luar negeri luar biasa. Ini kita sudah dengan bea cukai sudah kita pelajari, kemungkinan nanti kita akan Rakor-kan supaya kita mencari solusi masalah rotan ini.

    Lalu, kemitraan usaha besar. Ya, jadi ini kita ingin UMKM juga terintegrasi dalam sistem

    value change ya, karena prakteknya UMKM yang tumbuh besar itu memang yang kalau lihat dari studinya UI, UMKM center UI, itu yang bermitra dengan besar, jadi positif sebenarnya. Nah, ini kita akan dorong, karena akan terjadi transfer of knowledge, teknologi, juga akses pasar termasuk akses ke pasar global.

    Kedua, akselerasi pengembang, ketiga akselerasi pengembangan usaha. Nah, ini yang

    start up kita siapkan inkubasi, ada platform ekosistemnya ya, pembiayaan, logistik, pemasaran dan inovasi. Smesco kami akan jadikan menjadi ada hub, center of excellence nya, UMKM di sini nanti kita akan membuat model-model bisnis yang bisa di di aplikasikan oleh UMKM. Saya kira usaha besar punya biaya yang cukup besar untuk melakukan riset dan development UMKM tidak, jadi ini harus pemerintah. Ya, jadi kita sedang siapkan ini.

    Nah, berikutnya standarisasi sertifikasi internasional. Nah, ini memang kalau mau masuk

    pasar global kita harus mendapatkan produk-produk UMKM kita sertifikat. Lalu, sistem logistik UMKM. Ini kita ingin menyempurnakan konektivitas rantai pasok di sentra produksi, pengembangan PLB bahan baku impor ya dan pergudangan bahan baku lokal, pengembangan PLB pergudangan yang mendukung konsolidasi ekspor, lalu e-logistik tadi ya, terintegrasi dengan e-commerce dan fintech, lalu fasilitas penurunan biaya pos pengiriman sampel produk.

    Berikutnya, pengembangan dan kewirausahaan. Nah, ini yang pertama layanan

    konsultasi dan pendampingan teknis. Saya kira ini memang sangat diperlukan dan belajar dari pengalaman negara lain ini yang paling dibutuhkan. Kita akan mitra dengan usaha-usaha besar dan mereka sudah bersedia menyediakan advertise mereka untuk memberikan konsultasi konsultasi gratis kepada UMKM, ahli-ahli marketing, ahli produksi, ahli desain dan lain sebagainya ya. Kita juga lagi mengembangkan kerjasama dengan internasional untuk

  • 14

    pengembangan koperasi di sektor agribisnis. Lalu yang kedua, akselerasi dan komersialisasi dan ketika modernisasi koperasi. Ya, ini

    kita diwarisi apa nama koperasi yang kurang baik ya. Jadi, kita harus re-branding, kita harus modernisasi terutama untuk koperasi masuk ke kalangan anak muda yang sekarang udah tidak terlalu tertarik.

    Empat, akselerasi pembiayaan berikutnya dan investasi. Nah, yang pertama

    memperkuat SOP infrastruktur pembiayaan. Kita ingin memastikan implementasi alokasi 20% kredit perbankan umum untuk UMKM ini terlaksana. Ini ada peraturan BI yang sekarang saya kira masih belum terlaksana. Kami mohon juga nanti kalau Komisi VI memanggil BUMN, termasuk juga BI untuk memastikan OJK memastikan 20% kredit bank umum itu untuk UMKM di implementasikan, ini akan sangat besar menjadi sumber pembiayaan bagi UMKM.

    Lalu, menyusun skema kredit usaha rakyat modal kerja dan investasi sesuai dengan

    karakteristik usaha. Tadi, yang di sektor mikro yang 63 juta, kita nanti akan dorong pembiayaan yaitu lewat PMN ya PMN. Karena, prakteknya memang bukan yang dibutuhkan di sektor mikro ini yang mayoritas UMKM itu bukan modal investasi, tapi modal kerja. Saat ini, memang baru tahun ini kira-kira 7 juta setengah yang menerima pembiayaan dari dari PMN lewat program mekar dan kami sudah sepakat waktu itu dirapatkan di Kementerian Ekonomi, kemenko untuk pada tabel 2024 separuhnya, 30 juta penerimanya ini, jadi cukup besar di samping KUR dan BLU.

    Yang yang yang ke-2, pembiayaan non bank ya. Nah, pembiayaan non bank ini

    terutama yang kecil dan menengah, ini kita akan prioritaskan untuk selain mengakses di pembiayaan di pasar modal, termasuk pro banding. Kami bekerjasama dengan OJK untuk membuat skema-skema yang memungkinkan sektor kecil dan menengah termasuk Koperasi untuk bisa mengakses pembiayaan di pasar modal dan pro banding.

    Berikutnya, kemudahan dan kesempatan berusaha. Ini ada 4, yang pertama

    penyederhanaan perizinan usaha dan standarisasi produk. Saya kira yang paling menyulitkan UMKM itu yang sertifikat halal, sertifikat BPOM. Nah tapi saya kira ini sudah dibicarakan di Omnibus Law supaya yang dibawah satu miliar itu di tiadakan lah, karena kalau biasakan sertifikat halal itu per produk, kalau warung padang ada 10 jenis makanan, setiap hari ini 10 juta ya rata-rata ya 80-100 juta. Kalau ada UMKM 63 juta, kalau menghabiskan waktu satu bulan 1 sertifikatnya, itu udah 63 juta bulan itu. Jadi, sangat tidak tidak realistik, karena itu harus ada pendekatan baru ya, pendekatan baru cara baru jadi jangan mau nggak menyusahkan begitu. Ini yang kita terus kita mau bicarakan dan mohon bantuan dari Bapak, Ibu sekalian.

    Dua, kebijakan afirmasi dan proteksi. Saya kira untuk UMKM memang diperlukan ada

    afirmasi dan proteksi ya termasuk di Omnibus law kita udah tekan kan sesuai dengan saran Presiden, jangan sampai nanti ketika arus investasi datang, UMKM nya diambil alih wilayahnya. Ya, jadi kita dorong nanti supaya investasi yang masuk itu betul-betul bermitra bukan direct investment langsung, bermitra dengan UMKM dan berorientasi ekspor.

    Yang ketiga, pembentukan pusat bantuan hukum. Nah, ini banyak kasus yang saya kira

    memang UMKM memerlukan layanan ini. Yang keempat, kemitraan dengan usaha besar. Seperti yang sudah saya sampaikan

  • 15

    tadi, ini akan menjadi prioritas kita dan alhamdulillah ada kemudahan juga untuk mengembangkan kemitraan di berbagai sektor.

    Lalu berikutnya, koordinasi lintas sektor. Nah, ini yang pertama one get policy. Jadi, ini

    yang akan kita usahakan, yang penting memang ada satu policy bersama. Kementerian UMKM, saya sudah 3 bulan saya yakin kalau mau mengambil alih seluruh pekerjaan UMKM yang jumlahnya 64 juta, ini nggak mungkin bisa sendiri. Kemampuan sumber daya kami, rentang kendali kami tidak mungkin. Memang, kalau keinginan tadinya, keinginan Pak Presiden udah di di desentralisir di Kementerian Koperasi dan UMKM, tapi dengan kapasitas sekarang nggak mungkin. Jadi, kita mungkin pendekatannya, strateginya yang kita samakan dulu.

    Lalu yang kedua, peningkatan peran pemerintah daerah. Nah, karena kita lihat Undang-

    Undang pemerintah daerah memang pembinaan UMKM itu dibagi. Yang kecil, yang mikro itu pemerintah kota dan kabupaten. Yang menengah, itu pemerintah provinsi dan yang yang kecil ya, yang menengah nasional. Walaupun, dalam prakteknya memang nggak bisa dipilih secara rigid begitu.

    Kira-kira Itu Bapak, Ibu sekalian. Terima kasih.

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    KETUA RAPAT: Waqalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

    Selanjutnya, kami persilahkan untuk Badan Standarisasi Nasional untuk hal yang terkait

    dengan penyerapan evaluasi anggaran 2019 nanti saja, Pak. Mungkin, bisa langsung ke yang halaman 4 ya, yang ke visi 2045. Untuk Badan Standarisasi Nasional. Silakan, Pak.

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL:

    Terima kasih.

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang salam sejahtera buat kita semua.

    Yang saya hormati Bapak Pimpinan, Bapak, Ibu Anggota Dewan, Bapak Menteri Perindustrian, dan Bapak Menteri Koperasi dan UKM, Bapak, Ibu hadirin sekalian yang saya muliakan.

    Terima kasih atas kesempatan ini. Supaya in line dengan Kementerian Perindustrian

    dan Kementerian Koperasi dan juga yang lain, slide ke halaman 4 ya, yang apa tuh namanya yang visi 2045. Ya Pak ya, dimulai dari situ Pak ya, biarin.

    KETUA RAPAT:

    Visi 2045 Indonesia berdaulat maju adil dan makmur.

  • 16

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL:

    Baik, Pak. Ini sebenarnya adalah satu slide untuk menuntun kita bagaimana BSN.

    KETUA RAPAT: Sebentar dulu, Pak sebentar dulu, Pak. Bagian.

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL: Yang visi ya? Slide ke.

    KETUA RAPAT: Kawan-kawan, silakan membuka halaman 4 nya dari BSN.

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL: Yang gambar ada visinya, Mas. Terus terus, hop hop ya.

    Ibu sekalian, Bapak Pimpinan.

    Ini saya ingin menggambarkan bahwa karena, Badan Standardisasi Nasional ini adalah badan pendukung, Pak. Jadi, kita main yang ada di mana-mana, tetapi untuk menuntun kita bagaimana kita mendukung kementerian sektoral dan juga lembaga lain maka kami paparkan ini.

    Dari visi, misi, kemudian kepada tema bahwa Indonesia menuju berpenghasilan

    menengah tinggi dan yang sejahtera adil dan berkesinambungan. Ada beberapa pilar di situ adalah fokus pada pembangunan manusia, fokus kepada pembangunan ekonomi, kemudian pembangunan kewilayahan dan juga pembangunan infrastruktur, serta pembangunan politik hukum pertahanan keamanan.

    Kami utamanya ada di fokus di ekonomi, itu walaupun kami bulatin pariwisata ekonomi

    kreatif dan digital, namun dalam prakteknya kami mendukung berbagai sektor yang terkait dengan pengembangan pangan, energi dan ketahanan air, kelautan, dan seterusnya, bahkan kami kalau dikaitkan dengan Kementerian yang paling dekat kami adalah Kementerian Perindustrian dan koperasi-koperasi memang betul sudah dekat sekali, karena menyangkut produk. Tetapi, dalam perkembangannya juga, sekarang berkembang standar SNI sistem manajemen. Jadi, banyak sekali diterapkan di sektor-sektor lain termasuk diantaranya juga masuk ke sektor Kementerian Agama dan sektor Kementerian Pariwisata banyak sekali disitu.

    Intinya adalah mungkin slide berikutnya. Ini adalah standardisasi dan penilaian

    kesuksesan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 - 2014, sistemnya adalah secara garis besar gambarnya seperti ini diagramnya. Ada tiga kegiatan utama, yang pertama adalah bagaimana SNI dirumuskan. SNI dirumuskan perlu saya sampaikan bahwa dirumuskan oleh para pakar dan dikoordinir oleh Kementerian dan sektoral, disitu ada kontek bersama dengan BSN nanti dalam melakukan konsensus, nanti ditetapkan sebagai SNI dan SNI itu bisa berasal dari kita buat sendiri, ada bisa mengambil dari berbagai sumber internasional standar. Bahkan,

  • 17

    ada juga internasional tetapi organisasi International standard. Kemudian, bulatan yang warna orange. Itu adalah bagaimana diterapkannya, itu ada

    dua tipe. Tipe pertama adalah volunteere, volunteere itu adalah sukarela, kemudian ada juga yang mandatory, mandatory adalah yang wajib yang oleh Kementrian ditetapkan sebagai semi wajib.

    Kemudian, bagian bawah hal yang warna biru itu adalah bagaimana SNI diterapkan

    secara langsung di industri. Itu kita menggunakan pihak ketiga yang jumlahnya sekarang ini ada 2.200. Pihak ketiga yang terdiri dari laboratorium, lembaga sertifikasi produk, lembaga inspeksi dan banyak sekali jenisnya termasuk juga lembaga-lembaga yang memberikan sertifikat kepada sistem manajemen. Itu dijalankan oleh pihak ketiga, namun untuk menjamin bahwa mereka menerapkan acuan-acuan tertentu berdasarkan ISO ya SNI yang sudah mengadopsi ISO, maka ada fungsi BSN yang dilakukan oleh Komite Akreditasi Nasional itu dilakukan oleh Deputi 3 dan disitu menjamin bahwa lembaga-lembaga yang mengeluarkan sertifikat itu bekerja dengan proper seperti sesuai dengan standart yang digariskan di dalam internasional standar.

    Kemudian, di poros tengah ini kerjaan kami melakukan koordinasi, melakukan evaluasi,

    melakukan planning, melakukan litbang dan seterusnya termasuk juga ada tugas-tugas BSN yang mengawal seluruh regulasi yang ada di kementerian dan lembaga, terutama yang terkait dengan standardisasi dan penilaian dosen di WTO, itu ada namanya forum TBT technical barriers to trade, yang itu setiap tahun ada rapatnya tiga kali. Disitulah kita berjuang bagaimana memposisikan kepentingan-kepentingan Indonesia di dalam perdagangan berdasarkan basis technical barrier to trade, TBT.

    Dilanjutkan slide berikutnya, terkait dengan roadmap. Nah, ini barangkali secara

    skematis bagaimana kita mendukung perannya BSN untuk mendukung kegiatan ekspor seperti digariskan oleh Bapak Presiden bahwa tujuan utama bahwa kita orientasi kepada ekspor untuk bagaimana kita mendapatkan devisa lebih banyak, gambar ini menggambarkan secara ringkas aja.

    Intinya bahwa untuk menetrasi pasar di luar negeri, itu diperlukan suatu dokumen atau

    pun semacam sertifikat yang intinya adalah sertifikat yang berbunyi spesifikasi itu berupa standar dan itu melalui suatu proses dimana ada 3. Pertama adalah standarnya seperti apa. Kalau kita ada negara tujuan mana kadang-kadang standarnya mengikuti negara tujuan seperti, kayak Emirad Arab, kita standarnya mengikuti ke sana. Tetapi, kebanyakan kalau kita mengadopsi internasional internasional sama, yang pertama itu. Biasanya, yang sudah lolos SNI pun juga bisa memenuhi persyaratan luar negeri, kadang-kadang nggak terlalu beda jauh ya.

    Kemudian yang kedua, pilar yang kedua itu adalah diperlukan lembaga yang

    mengeluarkan sertifikat, apakah itu uji laboratorium berupa spesifikasi, berupa tanda SNI adalah lembaga sertifikasi produk dan lembaga-lembaga lain yang mendukung ini. Tugas BSN adalah bagaimana kita menjalin saling keberterimaan sertifikat tadi, saling keberterimaan ini melalui skema MRA MLA, ada organisasi internasional yang sudah bekerja di sana yaitu, ada IAF, ada ILEG itu adalah anggotanya lebih dari 80 negara yang sudah menandatangani itu. Posisi sekarang Indonesia ada sekitar 12 pengakuan internasional, sertifikat kita yang sudah diakui seluruh member state tadi.

  • 18

    Kemudian, Bapak, Ibu sekalian perlu saya sampaikan juga kegiatan ekspor. Ekspor juga akan tergantung salah satu nama mitologi, mitologi itu adalah satuan ukuran. Karena apa, banyak ekspor kita kadang-kadang terkendala oleh tidak dipercayainya unsur metrologi, unsur satuan ukuran. Karena, milimeter nya, gramnya itu harus terkalibrasi harus ter telusur ke Paris dan itu semua dikerjakan oleh BSN untuk mendukung semua laboratorium itu terkalibrasi dengan baik, kalau itu alat-alat.

    Nah, kalau saling melakukan itu ada, maka persyaratan minimal nya sudah masuk ke

    suatu negara, nanti tinggal bagaimana Kementerian Perdagangan, Kementerian sektoral mengadakan negosiasi untuk yang terkait dengan regulasi demikian.

    Nah, di sini ada bulatan yang sebelah kanan. Itu semua regulasi harus kita daftarkan di

    WTO dan disitu kita pertahankan dan jangan sampai terjadi dispute. Dispute itu kadang-kadang kita juga berbahaya karena bisa kalau kita kalah kita bisa didenda. Pada saat sekarang itu, kalau tidak salah posisi kita itu 8 kasus, 5 itu kita kalah, 2 itu pending, 1 kita pernah menang. Jadi, kita posisinya dalam PT-PT ini banyak yang kalah, berarti regulasi kita perlu ditinjau ulang, ditinjau ulang sebagaimana regulasi kita itu bisa komplain ke berbagai peraturan internasional.

    Dilanjutkan, slide berikutnya adalah ini sedikit sharing tentang sistemnya bagaimana

    sistem standarisasi di Indonesia. Di tengah itu adalah jalur di mana saya sampaikan tadi ada tiga pilar, ada standar, ada penilaian kesesuaian atau sertifikasi yang terkait dengan itu adalah ada lembaga laboratorium penguji, ada berbagai yang terkait dengan sertifikasi termasuk produk, person dan seterusnya, manajemen. Disitu BSN bersama Kementerian menetapkan standar, kemudian dipakai oleh lembaga-lembaga sertifikasi tadi, lembaga penilaian kesesuaian khususnya, disitu harus akreditasi oleh kan dan terkait dengan laboratorium juga ada standart yang itu harus terkalibrasi oleh laboratorium SNSU yang ada di Serpong.

    Nah, sayap kanan kita. Seluruh operasional dari sistem ini, kita komplain terhadap

    internasional apakah itu terkait dengan standard atau terkait dengan perjanjian-perjanjian akreditasi, termasuk juga BIPM itu adalah yang terkait dengan satuan ukuran ya metrologinya. Ke kiri kita mendukung sektor berbagai standar-standar yang dipakai dengan sektor, mulai dari pertanian sampai ke perindustrian dan berbagai sektor yang lain.

    Kemudian, berikutnya adalah kebijakan BSN, lanjut. Ini adalah strategi kita dalam jangka

    panjang, ada lima pilar. Dimulai dari pilar yang kedua itu adalah penerapan standar dan penilaian kesesuaian, kemudian tata kelola standarisasi nasional, kemudian akreditasi lembaga penilaian kesesuaian, ada peningkatan standar nasional satuan ukuran dan pengembangan serta evaluasi standar. Yang barangkali ingin saya sampaikan saya tekan kan, kalau saya standart udah biasa dikenal, akreditasi lembaga budaya kerja sudah di kenal. Saya ingin sedikit menambahkan tentang pengelolaan standar nasional satuan ukuran ini. Pengelolaan standar nasional ukuran ini hanya mampu dilakukan oleh pemerintah, karena apa, ini call center. Ini adalah beli alat-alat mahal dan alat-alatnya harus pertama, ukuran pertama yang ter link dengan BIBM yang ada di Paris sana. Jadi ini, sangat call center. Kalau yang akreditasi ini adalah termasuk yang pelayanan yang sifatnya pelayanan, kemudian kalau pengelolaan standar kita bekerja sama dengan Kementerian.

    Berikut, ini adalah arah kebijakan strategi BSN. Yang pertama itu adalah arah kebijakan

    pengelolaan standar dalam mendukung sektor pembangunan nasional. Yang kedua adalah arah kebijakan untuk pengelolaan kebijakan standarisasi nasional. Yang arah pertama itu ada

  • 19

    7 eh 9 strategi, yang pertama adalah pengembangan standar nasional Indonesia SNI yang berkualitas dan berkelanjutan. Yang kedua adalah meningkatkan penerapan dan penilaian kesesuaian standar nasional Indonesia dan standar lainnya. Standar lainnya itu yang terkait dengan berbagai regulasi. Kemudian yang ketiga itu, mewujudkan tata kelola standardisasi dan penilaian kesesuaian yang secara komprehensif dan menyeluruh. Kemudian, ada penyelenggaraan akreditasi lembaga, penilaian kesesuaian mulai dari sertifikasi itu di laboratorium sampai kepada lembaga sertifikasi manajemen personil dan seterusnya. Kemudian, yang kelima adalah implementasi satuan nasional standar ukuran untuk mengautamakan ketelusuran standar kita di Indonesia terhadap standar internasional. Yang strategi keenam adalah mengelola kebijakan standardisasi dan penilaian berbasis kepada reset. Kemudian, yang ketujuh adalah optimalisasi pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan untuk mendukung SPK. SPK adalah standarisasi dan penilaian kesesuaian.

    Arah kebijakan yang berikutnya adalah pengelolaan SDM. Ini strategi meningkatkan

    kompetensi SDM SPK, bukan bukan SDM di BSN, tapi SDM secara nasional. Bagaimana kita perkuat ASN yang bekerja maupun yang swasta yang bekerja di lingkungan di bidang standarisasi. Berikutnya adalah optimalisasi pengelolaan reformasi birokrasi.

    Demikian, barangkali yang terkait dengan roadmap, Bapak Pimpinan dan Ibu Bapak

    Anggota. Mungkin, terkait dengan evaluasinya barangkali mungkin ada. Jadi, roadmap ini sudah kami sampaikan Pak, roadmap bagaimana BSN kedepan.

    Demikian. Mohon masukan dari Bapak Pimpinan dan Anggota Dewan sekalian. Terima kasih.

    F-P.GERINDRA (MOHAMAD HEKAL, MBA): Baik. Terima kasih. Pak. Mohon maaf tadi soal realisasi anggarannya belum ya.

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL: Belum, Pak. Semuanya, sebetulnya tadi belum.

    F-P.GERINDRA (MOHAMAD HEKAL, MBA): Iya, betul. Tadi, saya berdiskusi dengan Pak Ketua kalau kita lanjut ke diskusi terus

    materi itu belum disampaikan, nanti bisa berkepanjangan luar biasa. Jadi, lebih baik kita langsung selesaikan aja materi pembahasan realisasi anggaran. Tolong, mumpung Bapak sedang nyala mic-nya dilanjutkan saja.

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL:

    Kami secara ringkas saja, Pak ya.

    F-P.GERINDRA (MOHAMAD HEKAL, MBA):

  • 20

    Ya, silakan.

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL: Untuk menghemat waktu. Pertama, terima kasih kami ingin menyampaikan realisasi

    anggaran tahun 2019, Badan Standarisasi itu mendapatkan anggaran 245.736.441.000, realisasi anggaran sekitar 98,32%, Pak. Lumayan tinggi, kemudian ini kalau di breakdown dari bawah ada unsur kesestamaan, itu penyerapannya 97,47%. Kemudian berikutnya, ada di program, ini breakdown dari dari masing-masing sub unit, ini juga sudah ditampilkan di sana. Misalnya, untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya yaitu, secara total 97,47% dari jumlah anggaran 125.389.000.506. Kemudian, untuk pengembangan standar itu anggarannya ada Rp120.346.935.000,- serapan ini lumayan tinggi, 99,21%. Jadi, terkait dengan penyerapan. Kemudian, langsung saja.

    Berikutnya, itu adalah rincian ya. Apa perlu kami sampaikan, Pak rincian per unit,

    kelihatannya nggak perlu, Pak ya? Nggak perlu.

    F-P.GERINDRA (MOHAMAD HEKAL, MBA): Nggak perlu.

    KEPALA BADAN STANDARISASI NASIONAL: Nggak perlu detail, Pak. Mungkin, bisa dilihat di dokumen saja. Demikian, Pak. Terima kasih terkait dengan informasi ini.

    F-P.GERINDRA (MOHAMAD HEKAL, MBA): Baik. Terima kasih Bapak Kepala BSN. Kita lanjut, Pak Menteri Perindustrian, silakan.

    MENTERI PERINDUSTRIAN: Terima kasih, Pimpinan Pak Hekal. Memang tadi tidak diperintahkan untuk membahas 2019. Tolong, di halaman 10, yang

    dari Kementerian Perindustrian halaman 10. Realisasi anggaran Kementerian Perindustrian tahun 2019.

    Pimpinan dan Anggota Komisi VI. Presentasi dari penerapannya pada tahun 2019

    sebesar 93,10%, 93,10% detailnya di masing-masing pihak legenda Badan, inspektorat jendral ini sudah ada di halaman 10. Kita bisa lihat bahwa untuk agro 85%, sekretaris jenderal 95%, untuk industri kimia farmasi dan tekstil 94, untuk ilumate 91,8, untuk ikma industri kecil dan menengah aneka 97,5, untuk inspektur Jenderal, penyerapannya 95,1, untuk BPPI 96,2, untuk Dirjen KPAI 64,2 ini rendah. Kemudian, untuk pengembangan sumber daya manusia industri, itu 93,1.

    Tolong, halaman 9 halaman terakhir yang ingin saya sampaikan berkaitan dengan

  • 21

    penerapan. Ini kita lihat, Pimpinan dan segenap Anggota Komisi VI. Sisa anggaran belanja pegawai pada tahun 2019 sebesar 15,79 miliar, sementara sisa belanja modal. Nah, ini dikarenakan adanya penghematan, penghematan dari proses lelang sebesar 44,75 miliar. Adapun anggaran yang diblokir oleh Kementerian Keuangan sebesar 82,43 miliar. Kami juga melakukan penghematan, kegiatan swakelola sebesar 76 miliar dan juga penghematan dari perjalanan dinas sebesar 30 miliar, itu yang bisa kami laporkan, Bapak Pimpinan.

    Terima kasih banyak.

    F-P.GERINDRA (MOHAMAD HEKAL, MBA): Baik. Terima kasih. Bapak Menteri Koperasi.

    MENTERI KOPERASI DAN UKM: Baik, Pak Ketua. Realisasi anggaran Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2019 sudah mencapai

    94,10%. Jadi, ini memang ada efisiensi yang memungkinkan memang ada penghematan lah. Jadi, kita memang tidak. Ini menyangkut di 5 kedeputian, yaitu di. Untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis, lalu program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kementerian, lalu program peningkatan daya saing UMKM, empat program penguatan kelembagaan koperasi dan program peningkatan penghidupan berkelanjutan berbasis usaha mikro.

    Jadi, kira-kira seperti itu. Terima kasih.

    F-P.GERINDRA (MOHAMAD HEKAL, MBA): Baik, terima kasih. Ini kita lanjut ke sesi tanya jawab. Kita mulai dari ibu Sondang, silakan.

    F-PDIP (SONDANG TIAR TAMPUBOLON): Terima kasih, Pimpinan. Kaget saya pertama kali.

    Yang kami hormati dan kami banggakan, Pak Menteri Perindustrian dan juga beserta jajarannya; Pak Menteri Koperasi UMKM beserta jajarannya; dan juga Bapak Kepala Badan Standardisasi Nasional.

    Terima kasih atas penyampaian roadmap yang sudah disampaikan untuk 2019-2024.

    Namun, kami disini melihat terlebih khusus untuk roadmap yang disampaikan oleh Kementerian Perindustrian, masih belum secara komprehensif mendetil membahas klasterisasi masing-masing industri yang ada dalam Kementerian Perindustrian. Misalkan, industri apa

  • 22

    namanya yang berkaitan dengan tambang, mineral, logam, itu mau ke arah mana dibuatnya dan juga misalnya, kalau tadi lebih banyak bapak membahas masalah otomotif dan lain sebagainya. Jadi, kami minta sebenarnya Pak, industri kita ini kan sekarang cakupannya memang luas sekali ya. Ada industri pangan, ada industri mineral, logam, energi dan lain sebagainya. Tapi, ini roadmapnya secara mendetil mau dibawa seperti apa.

    Dan juga, sebenarnya kita industri kita saat ini tuh yang cukup berdaya saing untuk apa

    sih sebenarnya, bisa dijelaskan enggak kepada kami dari Kementerian Perindustrian sendiri keunggulannya yang yang mau dibawa dan ditonjolkan atau mau di push, break through nya 2019-2024 ini apa itu. Jadi, supaya ada produk unggulannya, apakah misalnya di bidang karena kita adalah negara maritim, negara agraris. Apakah dalam sektor industri perikanan atau apanya yang mau di dorong dan di, jadi kita harus punya satu satu gol, satu apa yang mau dibawa dan menjadi unggulan. Sehingga, ada fokus dari Kementerian Perindustrian ini dan juga ada satu produk yang dibanggakan yang bisa nanti langsung menembus pasar ekspor. Kalau tadi Bapak cerita tentang IA CEPA, sebenarnya IA-CEPA ini banyak Pak, potensi yang bisa kita gali dari Australia. Tidak hanya otomotif gitu, ada banyak.

    Saya kemarin akhir tahun 2019 ke Australi. Kami bertemu dengan Konsulat Jenderal di

    Sydney dan juga di Melbourne. Mereka menyatakan bahwa sebenarnya produk-produk UMKM kita banyak yang menembus pasar Australia. Bahkan produk UMKM itu tersendiri tidak ada masuk ke Indonesia, mereka langsung pasarkan ke eks ke ke Australia. Jadi sebenarnya, masih banyak peluang terbuka untuk ini diekspor, tetapi kita minta dari Kementerian Perindustrian apa yang mau dibawa.

    Kemudian, apa namanya industrialisasi seperti misalnya timah. Kemarin, kami pergi ke

    Bangka. Timah kita itu adalah industri terbesar nomor dua setelah China. Tetapi, karena terdampak oleh naik turunnya harga komoditi. Akhirnya, mereka mengalami kerugian tahun 2019. Sayang sekali kita tergantung dengan harga komoditi dunia. Kalau misalnya kita punya industri turunannya, ini siapa yang mengurusi. Seharusnya kan, Kementerian Perindustrian dong. Jadi, harus ada follow up-follow up seperti semacam ini, apa yang mau dibawa gitu, Pak.

    Kemudian, tadi sudah. Saya mau mengkritisi slide Bapak Nomor 8, halaman 8.

    Penguatan daya beli masyarakat. Yang nomor satu, menurunkan down payment untuk produk pembelian mobil dan motor. Sebenarnya, penguatan-penguatan daya beli masyarakat bukan bukan menurunkan down payment, yang di harus ditingkatkan adalah income perkapita nya, Pak. Untuk apa kita menurunkan down payment, tapi income perkapita nya nggak naik, sama aja daya belinya nggak juga nggak nggak turun. Jadi, nggak nggak ke sana gitu. Jadi, harus ada langkah-langkah yang untuk meningkatkan daya beli masyarakat itu apa ya naikkan income perkapita, tumbuhkan industri-industri baru. Itu apa namanya meningkatkan daya beli. Sehingga, ketika tumbuh daya apa namanya industri-industri baru, tercipta lapangan-lapangan pekerjaan, itulah yang bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Ada value creation nya.

    Kita minta dari Kementerian Perindustrian, apakah bisa bersinergi dengan Kementerian

    BUMN kita di sana, untuk menimbulkan ada 1 value creation di sana. Nah kemudian, di slide halaman 7. Disitu disebutkan ada 81 proyek, 81 proyek yang

    akan masuk ke dalam Indonesia. Total investasi nya kurang lebih 921 triliun dan jumlah tenaga kerja yang diproyeksikan 125.000, betul ya Pak ya. Ini, nanti mungkin kita bisa minta tolong diberikan bukan minta tolong, mohon diberikan apa 81 proyek ini dan penyerapan jumlah tenaga kerja 125.000 terlalu kecil, Pak. Kalau kita bikin, berarti satu proyek cuma 100 orang

  • 23

    gitu. Jadi, dalam apa namanya, disini value edit nya untuk masuknya ini hanya cuman penyerapan 100 orang per proyek, buat saya buat kita sih menurut kami kurang gitu.

    Jadi, mungkin itu saja Pak Pimpinan yang bisa saya sampaikan. Mungkin, ini roadmap

    nya coba tolong diperjelas lagi dan juga untuk badan, Badan Standarisasi Nasional kita akan melakukan banyak perjanjian-perjanjian kerjasama dengan banyak negara. Salah satunya sekarang lagi di dirundingkan AUFTA, salah satu buffer atau apa namanya yang harus mengantisipasi era globalisasi masuknya barang-barang dari luar, impor adalah Badan Standardisasi Nasional.

    Ketika, barang apa Badan Standarisasi Nasional benar-benar bekerja menerapkan

    standar nasional Indonesia yang memang standar internasional juga, itu adalah menjadi buffer kita supaya kita tidak kalah bersaing produk kita dengan produk luar. Produk luar mau masuk ke sini, harus masuk, harus punya standar SNI nya begitu, Pak. Jadi, mungkin tolong diperkuat Badan Standarisasi Nasional. Ini supaya produk-produk lokal kita tidak kalah bersaing dengan produk-produk luar dan produk luar juga tidak membanting produk-produk lokal kita.

    Itu saja yang saya inginkan untuk Menteri Koperasi dan UMKM sudah sudah cukup baik

    program-program yang disampaikan. Terima kasih Pak Pimpinan dan teman-teman.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    KETUA RAPAT:

    Waalaikumsalam. Baik, kita lanjut Ibu Elly Rachmat Yasin.

    F-PPP (ELLY RACHMAT YASIN): Terima kasih, Pimpinan.

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ini saya mungkin tidak akan memberikan pertanyaan seperti yang tadi dipaparkan. Saya

    hanya ingin menyampaikan aspirasi masyarakat Bogor tentang kurangnya tenaga penyuluh koperasi kepada Pak Teten mungkin ya.

    Jumlah masyarakat Bogor yang 5,7 juta dan UKM mencapai 23.000, itu hanya

    mendapatkan 3 penyuluh koperasi dari APBN yang dalam hal ini mungkin Kementerian Koperasi UKM sehingga, padahal masih lemahnya pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban koperasi yang sesuai regulasi perkoperasian terutama pada prinsip dan fungsi rapat anggota sehingga, terjadi apa mengambil kesempatan beberapa oknum mungkin ya. Ini berkembangnya dengan nama bank emok ya, kalau di Bogor di bank emok emok itu duduk gitu kan. Jadi, bank keliling yang mengatasnamakan dia sebagai koperasi dengan memberikan bunga yang sangat menjerat. Jadi, dengan kekurangnya pemahaman tentang koperasi tentang penyuluhan, itu membuat masyarakat banyak yang terjerat dengan bank keliling atau bak emok itu. Jadi, kami memerlukan juga penambahan mungkin untuk penyuluh tentang koperasi

  • 24

    di Kabupaten Bogor. Selain itu, yang kedua perlu juga dukungan terhadap sarana dan prasarana kerja

    koperasi serta media promosi atas produk secara digital. Tadi, sesuai dengan 6 strategi pengembangan UMKM dan meningkatkan daya saing. Jadi memang, sudah banyak produk-produk yang bagus tapi mereka tertinggal pengetahuannya, bagaimana mempromosikan dengan secara online, juga e-commerce dan sebagainya. Jadi, kami juga memerlukan pelatihan-pelatihan seperti itu kepada para UKM-UKM kami yang ada di Kabupaten Bogor.

    Untuk pendistribusian industrian, tidak jauh berbeda ini sesuai dengan isu utama

    pembangunan industri yaitu, isu ketujuh tentang IKM. Yang dikeluhkan IKM tentang standarisasi BPOM. Tapi, mungkin ini ranah BPOM tapi ini tentang IKMnya. Jadi, standarisasi BPOM yang tinggi untuk dapur izin frozen food. Jadi, klasifikasi dapurnya yang harus menggunakan peralatan modern dan standar dapur industri yang tidak disanggupi oleh UMKM kelas mikro ya. Jadi, harapan UMKM kelas mikro mungkin perijinan cukup ke IRT gitu ya, karena izin dengan sistem online saja sekarang mungkin menyulitkan mereka yang tidak paham cara penggunaan apa secara online.

    Jadi, kalau ini masukkan saja. Harapan masyarakat di Kabupaten Bogor tentunya

    dengan UMKM mikro, bagaimana kalau untuk BPOM itu nanti setelah berkembang gitu. Kalau untuk yang kecil cukup di PIRT.

    Juga untuk standarisasi nasional, dulu juga pernah saya sampaikan. Biaya yang sangat

    tinggi, 40 sampai 50 juta itu sangat memberatkan mereka. Sehingga, terjadi inti plasma. Jadi, mereka bekerja pada pengusaha-pengusaha yang sudah punya nama. Mereka yang mengerjakan, yang punya nama perusahaan lain. Seperti kemarin, saya pernah mencontohkan bagaimana Sophie Martin dan Yongki Komaladi yang dikerjakan oleh UKM-UKM kami yang mereka tidak sanggup membayar SNI, padahal mereka mempunyai produk juga yang cukup bagus. Artinya, kambing yang punya susu kerbau yang punya nama, jadi seperti itu. Mungkin ada kemudahan-kemudahan dari dari apa ini BSN ya kepada UKM yang sedang berkembang, untuk meringankan dari biaya ISNnya.

    Terima kasih. Mungkin, hanya itu saja yang dapat sampaikan.

    Billahi taufik wal hidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    KETUA RAPAT:

    Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Baik, kita lanjut Pak Bambang.

    F-PG (BAMBANG PATIJAYA, S.E., M.M.): Baik,

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat sore, salam sejaterah semua.

  • 25

    Om Swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan.

    Yang kami hormati Pimpinan Komisi VI, beserta Rekan-rekan Anggota Komisi VI, Izin memperkenalkan diri, Yang kami hormati Bapak Menteri, Menteri Perindustrian, Menteri Koperasi, kemudian juga dari Badan Standarisasi Nasional.

    Nama saya Bambang Patijaya dari Fraksi Partai Golkar. Berat. Baik, saya ingin menanggapi saja mengenai roadmap yang sudah dibuat mungkin

    sekaligus aja saya menanggapi antara yang disampaikan oleh Menteri Perindustrian dengan Menteri Koperasi. Jadi, saya selalu ingat dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Jokowi, presiden ketika pidato pelantikan beliau. Ada lima agenda prioritas yang ingin dilaksanakan, yang pertama adalah pembangunan sumber daya manusia, yang kedua pembangunan infrastruktur, ketiga penyederhanaan regulasi, keempat penyederhanaan birokrasi dan kelima berkaitan dengan transformasi ekonomi.

    Nah, berkaitan dengan itu, kita mungkin ingin flashback ke belakang sedikit bahwa

    sebetulnya transformasi ekonomi yang dicapai ini mungkin merupakan suatu transformasi ekonomi struktural yang ke-3. Yang pertama, dilaksanakan tahun 1947 ketika kita mengalami hiper inflasi, kemudian 1998 ketika terjadi krisis multidimensi, ditandai dengan letter of intent sehingga kemudian muncullah beberapa undang-undang yang betul-betul merubah struktur ekonomi kita. Kemudian yang ketiga tentunya dengan situasi yang terjadi saat ini, situasi global di mana di Indonesia ingin lebih mengakselerasikan pembangunan ekonominya dan pak Jokowi merasakan ada permasalahan terutama hiper regulasi, apa namanya gimana begitu banyak undang-undang sehingga dianggap menghambat investasi.

    Nah, ini merupakan suatu kerja keras bagi kita semua untuk bagaimana daripada

    Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Koperasi UMKM untuk bagaimana dapat mendukung dalam program prioritas ini.

    Saya Pak Menteri, beberapa hari lalu baru saja kembali dari Dapil Bangka Belitung

    melaksanakan kegiatan Bimtek. Bimtek ini bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Kecil dan Menengah, dan ini kelihatannya irisan juga mirip-mirip juga seperti dengan Kementerian Koperasi UMKM. Berkaitan dengan itu, yang bisa kami rasakan adalah dengan melaksanakan bintek-bintek seperti itu, sebetulnya berkaitan dengan dua hal yang pertama adalah bagaimana pengembangan sumber daya manusia dan yang kedua berkaitan dengan transformasi ekonomi yang dilaksanakan tentunya bagaimana kita ingin beralih dari pada pengelolaan sumber kekayaan alam menjadi manufaktur, kemudian juga perdagangan jasa modern.

    Nah, berkaitan dengan itu maka kami merasakan penting dilaksanakannya kegiatan-

    kegiatan Bimtek itu Pak Menteri. Jadi, baik ini bisa dilaksanakan di Kementerian Perindustrian, maupun Kementerian apa namanya koperasi UMKM. Nah harapannya, tadi bincang-bincang

  • 26

    juga nih dengan Pak Mukhtarudin, bagaimana kedepan 2 Kementerian ini bisa mengoptimalkan anggaran di dalam bintek-bintek seperti ini. Karena ke depan, saya pikir dari apa yang sudah disampaikan roadmap itu, sebetulnya itu normatif. Normatif, tetapi harus lebih kita kedepankan adalah bagaimana meningkatkan inovasi dan meningkatkan sentuhan teknologi di dalam pengembangan UMKM kita, itu saja yang menjadi hambatan.

    Berkaitan dengan roadmap yang sudah disampaikan. Jadi, saya pikir apa yang

    disampaikan oleh Menteri Perindustrian, saya pikir sudah cukup baik tinggal pendalaman saja pada ya, pada sentuhan teknologinya karena tadi yang tadi saya baca, bahwa roadmap ini sudah memenuhi tiga hal ini. Yang pertama mengenai constraint waktu, sudah disampaikan di situ. Kemudian yang kedua, constraint untuk sasaran yang dicapai dan pendanaannya itu sudah jelas. Tetapi mungkin, berkaitan dengan tiga hal ini belum disampaikan oleh Menteri Koperasi. Jadi, Bapak mungkin baru menyampaikan mengenai masalah apa target pada waktunya, pada tahun sekian targetnya ini ini tetapi di pendanaanya belum, Pak. Mungkin, lebih di pertajam saja.

    Saya pikir demikian yang disampaikan dan mudah-mudahan apa yang menjadi roadmap

    ini nanti sejiwa, senada dengan semangat Omnibus Law yang sekarang sedang ingin kita laksanakan. Karena di dalam ini, di depan saya ada ketua Baleg ini Pak Suratman. Mudah-mudahan semua dapat berjalan dengan baik dan lancar.

    Demikian yang bisa disampaikan. Bapak Menteri atas waktu dan kesempatannya terima kasih.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat sore.

    Salam untuk kita semua, Om Santi Santi, Namo buddhaya.

    KETUA RAPAT:

    Selanjutnya, kami persilahkan Pak Hendrik Lewerissa.

    F-P.GERINDRA (HENDRIK LEWERISSA, S.H., LL.M.): Terima kasih, Pimpinan.

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat sore, Salam sejahtera untuk kita semua.

    Teman-teman Anggota Komisi VI yang saya hormati, Yang terhormat para Menteri Perindustrian beserta jajaran, Pak Menteri Koperasi dan UMKM yang beserta jajaran, dan Kepala Badan Standardisasi Nasional dan jajarannya.

    Terima kasih. Yang pertama, saya mau menyampaikan rasa apresiasi saya juga Pak, karena

  • 27

    sebenarnya kehadiran Pak Menteri dan jajaran, Pak kepala BSN dan jajaran hari ini adalah tindak lanjut dari rapat dengan Komisi VI beberapa waktu yang lalu. Dan dalam rapat yang terhormat ini, Bapak-bapak telah menyampaikan roadmap sebagaimana telah diminta.

    Menurut saya, apa roadmap yang disampaikan ini telah mencakup memang berbagai

    aspek yang bapak-bapak pasti lebih tahu sebagai pemerintah, bapak-bapak lebih tahu masalah yang dihadapi, bapak-bapak lebih tahu solusi apa yang harus dilakukan dan bapak-bapak memiliki sumber daya untuk menyelesaikan persoalan itu. Tentu, dalam kedudukan sebagai pengawas kita berharap nanti serta diimplementasikan, baru kita akan bisa mengevaluasi atau mengkritisi roadmap yang telah disampaikan dalam forum rapat yang terhormat ini.

    Jadi, prinsipnya Pimpinan saya tidak mengajukan pertanyaan, tapi sebagai wakil

    Maluku, Pak Menteri Perindustrian, saya menyampaikan suatu titipan permintaan dari Dapil saya. Selama ini Kementerian Perindustrian sering melakukan rapat koordinasi di berbagai tempat di tanah air, Pak. Saya bermohon ke Bapak, kalau jika berkenan tahun 2021 nanti, sekiranya Kementerian Perindustrian merencanakan Rapat Koordinasi, sudi lah melakukannya di Ambon, di Maluku, Pak Menteri.

    Terima kasih. 2020 terlalu cepat, 2021 saja. Saya kira demikian, Pimpinan.

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

    Selanjutnya, kami persilakan sebelah kanan Pak Sonny. Nanti, iya yang lainnya dulu

    kami persilahkan Pak Gilang, meninggal juga? Sebelah kiri? ke kanan dulu. Yang bisa? Oh, silakan Pak Sonny atau di pangku. Cara magic nya harus dengan perasaan, Pak baru.

    F-PDIP (SONNY T. DANAPARMITA):

    Baik, terima kasih Pimpinan.

    Yang saya hormati, Pak Menteri beserta seluruh jajarannya.

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya Sony Danaparmita A209 dari Jawa Timur 3, Fraksi PDIP Perjuangan. Saya singkat

    saja, Pak. Apa karena, sudah enggak kuat greges-greges berhari-hari seperti ini terus. Pertama, Kementerian perindustrian dulu. Jadi, ini di isu utama dan strategi

    pembangunan industri. Ini yang mulai 2019 ya Pak Menteri ya? Yang isu utama dan pembangunan industri atau yang RPJMN yang sekarang ya, sesuai arahan yang periode 2?

    MENTERI PERINDUSTRIAN:

    8 Isu strategis itu sebetulnya, isu-isu yang kami identifikasikan yang selalu harus kita

  • 28

    cermati ya, harus kita address. Baik itu sekarang maupun sampai ke depan. Itu isu 8 isu yang tadi.

    F-PDIP (SONNY T. DANAPARMITA):

    Ya, baik terima kasih. Jadi, pertama kalau yang keenam itu saya setuju soal apa namanya, terkait dengan

    yang untuk pengeras jalan, kertas bekas dan sebagai itu. Yang saya dengar, kabarnya itu hanya Indonesia saja soalnya. Kalau yang lain itu bisa dipakai. Nah ini, saya kira yang perlu dilakukan. Cuma kemudian kalau ini di sini di seperti itu, tapi di halaman 6 Bapak menyampaikan penguatan ekspor ekspedisi impor itu mematikan impor bahan baku khususnya impor limbah non B3 seperti scrap plastik, scrap logam termasuk kertas bekas. Jadi secara subtansi, kayaknya kontraproduktif. Satu sisi akan biarkan ini, tapi di sisi yang lain memastikan impornya. Jadi, mohon mohon itu nanti jelaskan.

    Yang kedua, soal koordinasi pembangunan industri dengan Kementerian lembaga yang

    lain. Disitu Kementerian Perdagangan juga mengaklerasi proses perizinan impor bahan baku industri, seperti : gula dan garam. Saya kira, ketika kita menekan impor apalagi garam, kebetulan beberapa waktu yang lalu kita juga ber RDP dengan PT garam sebetulnya. Kalau, kita bisa melakukan pengolahannya secara lebih baik, sebetulnya itu bisa saja. Kita masih banyak wilayah-wilayah para petani garam kita di Madura, di Dapilnya Kyai Awi itu yang belum terserap. Jadi saya kira, ya coba akan didiskusikan dulu lah Pak, jangan dengan mudahnya kemudian akan melakukan impor impor garam.

    Termasuk dengan Kementerian BUMN dalam kaitannya corporate action. Saya kira

    BUMN sendiri juga mulai melakukan apa sinergitas, termasuk dengan bumdes-bumdes. Nah, ini mungkin perlu melibatkan Kementerian Desa, karena sebelumnya sudah banyak sekali bumdes-bumdes itu yang yang bisa kita lakukan itu. Jadi, saya nggak punya perkembangan langsung tanya-tanya saja. Pak.

    Saya setuju berikutnya, soal yang Mbak Sondang sampaikan DP mobil dan sebagainya.

    Saya kira satu hal yang berbeda, Pak. Penguatan daya beli masyarakat dengan mendorong masyarakat untuk punya pola yang konsumeris. Ah, jadi saya kira, ini perlu kejelasan perlu kehati-hatian. Jangan kelihatan orang punya motor, punya Ac, punya macam-macam habis itu repot juga. Kalau dulu saya di Jember itu, ketika kuliah orang sering berangkat haji, berangkat umroh, habis itu pulang gak bisa makan, nggak pas juga.

    Saya kira itu saja, tapi tambahan lagi mungkin mumpung kayak gini bisa bertemu Pak

    Menteri Koperasi dan Pak Menteri Pendustrian Perindustrian. Saya kira ada banyak irisan yang sama sebetulnya antara IKM dan UKM. Ini kan hanya soal I dan U itu kan, kenapa itu nggak bisa di bicarakan siapa yang, udah jelas gitu. Saya berharap tidak ada, di masyarakat kita kelompok usaha yang namanya UKM, IKM itu akhirnya yang nerima itu lagi itu lagi, ndak ada penyebarannya. Sama-sama namanya satu nanti UKM, menggunakan UKM minta ke koperasi, satunya menggunakan IKM minta ke Perindustrian. Tetangga sebelah, enggak dapat apa-apa. Nah, saya kirakan data soal ini mumpung apalagi lingkung duduknya berhimpitan gitu kan bisa sambil bisik-bisik kapan koordinasi nya gitu. Karena, kalau saya melihat kadang faktanya di lapangan banyak masyarakat butuh bantuan, tapi nggak dapet. Tapi, ada sebagian masyarakat dapat dari dinas koperasi, satunya dari Dinas Perindustrian, dari Perdagangan. Ya, jangan sampai lah apa yang dapat itu lo lagi lo lagi.

  • 29

    Terus, tadi di itu juga ada sasaran strategis ke-6, meningkatkan persebaran industri

    salah satunya fasilitasi kawasan industri dengan zona tematik dalam kurung kawasan halal. Maksudnya, gimana Pak? Ini halalan toyyiban, apa halal saja, apa toyib saja. Bukan, maksud saya ini juga rentan. Dulu pernah terjadi di mana, di bandara soekarno-hatta kalau nggak salah, kawasan halal kayak gitu. Kasihan yang namanya saudara saya, apa Pak Parta juga takut juga, nggak tahu artinya Pak Parta ya. Saya kira dalam konteks kita sudah konses sebagai negara kesatuan Republik Indonesia yang berbhineka tunggal ika, penggunaan istilah-istilah semacam itu ya perlulah di jelaskan lebih detail, Pak. Halal itu diperbolehkan, tapi bisa jadi tidak bagus buat kesehatan, tidak toyyib katanya.

    Saya kira itu saja dan terakhir untuk yang koperasi, Pak. Tolong, saya inspirasi Dapil

    saya. Rumah saya Banyuwangi itu banyak kasus koperasi termasuk kemarin di datangi Pak Deputi pengawasan ya. Itu koperasi aja di sana dan gagal bayar 250 miliar. Lain-lain itu sebelumnya, juga kasus-kasus seperti itu tuh banyak. Nah, ini nanti akan semakin apa mencederai nama koperasi yang sedang dibangun.

    Ya, kira-kira itu saja. Kurang lebihnya mohon maaf.

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    KETUA RAPAT: Selanjutnya, kami persilahkan Pak Tommy Kurniawan.

    F-PKB (TOMMY KURNIAWAN): Terima kasih, Pimpinan.

    KETUA RAPAT: Mesam-mesem, mesam-mesem, kenapa mas?

    F-PKB (TOMMY KURNIAWAN): Kenapa?

    KETUA RAPAT: Kok mesam-mesem, kenapa?

    F-PKB (TOMMY KURNIAWAN): Habis cerita-cerita sama prof. Terima kasih,

    Pimpinan yang saya hormati, Sahabat-sahabat Komisi VI, dan juga Yang saya hormati, Bapak Menteri beserta dengan seluruh jajarannya, dan

  • 30

    Bapak Kepala BSN. Terima kasih atas paparan roadmapnya yang telah disampaikan. Menurut saya, ini

    adalah suatu paparan yang sangat luar biasa. Saya hanya ingin memberikan beberapa masukan. Di dalam pemaparan roadmap Kementerian Perindustrian bahwa saya melihat di sini tidak ada roadmap yang cukup jelas gitu Pak dengan potensi-potensi industri, misalkan Indonesia bagian timur, Indonesia bagian barat dan lain sebagainya. Jadi artinya, selain menumbuhkan industri-industri yang ada dan investasi, tapi di sini kita tidak melihat bahwa potensi-potensi atau mapping dari industri-industri Indonesia ini seperti apa sebenarnya saat ini.

    Contoh misalkan, seperti kemarin pada saat kami reset ke Sulawesi Selatan, di sana

    ternyata pertumbuhan industri nya sangat baik dan pertumbuhan ekonominya juga sangat baik. Artinya, penggambaran hal-hal yang seperti itu rasanya perlu disampaikan juga, Pak Menteri. Dan kemudian, di dalam roadmap ini juga tidak di singgung mengenai masalah industri terbarukan, Pak. Kita tahu bahwa pemanfaatan energi terbarukan saat ini sangat penting sekali. Kira-kira rencana dari Menteri Perindustrian untuk mendukung industri energi terbarukan ini seperti apa. Contoh misalkan, kedepan kita memanfaatkan pembangkit listrik tenaga sampah atau solar panel yang ada di rumah-rumah, karena kemarin ada presentasi dari BUMN, PT LAN kalau enggak salah. Dia ingin menumbuhkan industri solar panel di Indonesia, di rumah-rumah. Cuma memang komponennya itu masih banyak yang di luar negeri. Alangkah baiknya, jika hal itu bisa dibantu oleh Kementerian Perindustrian untuk menumbuhkan industri-industri tersebut. Artinya, bukan hanya kita bisa membuat Indonesia tapi komponen dari luar negeri, tapi juga kita bisa membuat hal yang sama. Saya rasa itu kalau ada goodwill dari kita, pasti akan bisa.

    Kemudian, saya ingin bertanya kepada Kementerian UMKM. Pak Menteri menyebutkan

    bahwa ada 63 atau 64 juta UMKM saat ini Indonesia. Datanya ada dimana, Pak? Saya rasa saya ingin meminta data tersebut, karena begini kalau ternyata data tersebut ada dan bisa dikelola dengan baik, artinya dengan teknologi artifisial intelijen dan lain sebagainya, kinerja atau kerja Pak Menteri untuk mengelola UMKM itu menjadi lebih mudah. Tapi, kalau ternyata klaim 64 atau 63 juta ini tidak ada datanya, kita bagaimana mau mengembangkan UMKM itu menjadi lebih baik. Saya rasa ini harus bisa menjadi menjadi perhatian, karena masalah data di Indonesia ini menjadi sumber masalah. Contoh misalkan, kita subsidi pun juga terkadang subsidinya tidak tepat sasaran. Kalau ada datanya, Pak Menteri mungkin bisa diserahkan kepada kami DPR dan kalau memang ada datanya, bagaimana cara pengelolaan data tersebut, gitu. Jangan-jangan mungkin data tersebut dari platform-platform yang ada, apa Tokopedia atau dan lain sebagainya. Sebenarnya, big data ini menjadi salah satu hal yang menarik yang bisa dikembangkan di Indonesia.

    Kemudian, saya ingin bertanya kepada BSN. Presentasinya sama, Pak dari pertemuan

    kita yang pertama, tidak ada yang berubah. Tentunya kita harus mendukung dan memperkuat BSN di era free trade saat ini. Yang ingin saya tanyakan adalah barang-barang yang saat ini mudah sekali masuk Indonesia, Pak. Apakah memang sudah sesuai dengan standart yang ditentukan oleh Indonesia? Kalau memang sudah, standartnya apa sih, Pak? Karena kan, sekarang mudah sekali barang-barang masuk Indonesia. Kalau pertanyaan saya yang lalu adalah bagaimana cara memperkuat UMKM atau IKM kecil supaya mereka itu bisa mendapatkan sertifikasi dengan harga yang murah. Apakah itu sudah ada komunikasi dengan lab-lab di Kementerian Perindustrian, Pak. Supaya apa namanya biayanya bisa lebih murah. Saya rasa ini Pak Menteri Perindustrian musti bantu BSN dalam hal labnya, Pak. Karena, kalau

  • 31

    nggak salah 60% lab untuk sertifikasi apa namanya, standarisasi Badan itu ada di Kementerian Perindustrian.

    Terima kasih. Mungkin, itu aja pertanyaan dari saya.

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    KETUA RAPAT:

    Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Pak Mukhtarudin.

    F-PG (Drs. MUKHTARUDIN):

    Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Anggota, Ketua Pimpinan Komisi VI dan Anggota, Menteri Perindustrian, Menteri Koperasi UKM, dan BSN, serta Seluruh mitra yang hadir.

    Saya singkat saja, sedikit saja, Pak Menteri. Kaitan dengan masalah roadmap. Saya

    kira ini sudah baik dan kalau untuk menyangkut teknisnya, saya kira nanti kita bisa RDP dengan Dirjen terkait ya, tindak lanjut dari pada roadmap ini.

    Kemudian, terkait dengan masalah industri kecil. Saya mengapresiasi Pak Menteri ini

    agak konsen dengan industri kecil dan daya tahan industri kecil ini lebih kuat daripada industri besar dan itulah maka kita juga, segera ada juga koperasi di sini dan UKM. Memang, sektor industri menengah ini yang harus ke depan kita tingkatkan, agar struktur struktur ekonomi kita itu bukan kayak piramid terbalik, tetapi betul-betul kelas menengahnya yang banyak ya, sementara industri besarnya kecil. Sehingga, bangunan ekonomi kita kuat ya.

    Nah, sekarang persepsi ini kalau sudah sama ini tinggal bagaimana teknis. Presepsi itu

    sudah ada, nah itu yang harus kita bangun ke depan. Nah, terkait dengan itu, maka industri besar saya kira dengan kemudahan regulasi, dengan insentif sekali jalan, pasti akan jalan karena dia punya modal. Tetapi industri kecil, di samping di SDN lemah, permodalan juga lemah, akses pasar juga lemah. Maka, ini yang harus ke depan menjadi konsen kita. Apalagi menghadapi situasi global yang memang hari ini juga tidak menggembirakan. China sudah terkoreksi pertumbuhan ekonominya dan tentu ini akan memproduksi juga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Target 5% 2020 itu agak pesimis kita bisa capai, sama saja itu sudah bagus dengan 2019 dengan kondisi ekonomi juga tertekan, belum lagi terdampak virus Corona dan l