DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......perlindungan jenis biota laut yang dilindungi dan...
Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......perlindungan jenis biota laut yang dilindungi dan...
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI IV DPR RI
DALAM RANGKA
MENINJAU FASILITAS INSTALASI BALAI PENGELOLAAN
SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT (BPSPL)
DI SULAWESI SELATAN
MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2018-2019
*
*
*
**
***
**
*
*
*
JAKARTA 2019
2 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI IV DPR RI
DALAM RANGKA MENINJAU FASILITAS INSTALASI
BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT (BPSPL)
PROVINSI SULAWESI SELATAN
6-8 FEBRUARI 2019
----------------------------------------------------------------------------------------
I. PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN KERJA
a. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 tentang Tata Tertib:
a. Pasal 58 ayat 3 huruf d terkait dengan Tugas Komisi dalam bidang
pengawasan yaitu melakukan pengawasan terhadap kebijakan
pemerintah.
b. Pasal 58 ayat 4 terkait dengan Tugas komisi dalam menjalankan
tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dapat mengadakan
kunjungan kerja.
b. Keputusan Rapat Konsultasi Pengganti Rapat Badan Musyawarah DPR
RI tanggal 11 Desember 2018
c. Keputusan Rapat Intern Komisi IV DPR RI, tanggal 8 Januari 2019.
B. RUANG LINGKUP
Sasaran Kunjungan Kerja meliputi bidang-bidang yang termasuk dalam ruang
lingkup tugas Komisi IV, yaitu Bidang Pertanian, Bulog, Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, serta Kelautan dan Perikanan.
C. SUSUNAN TIM
Susunan Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI ke BPSPL
Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, antara lain:
NO NAMA ANGGOTA KETERANGAN
1. Drs. H. ROEM KONO KETUA TIM/F.PG
2. Drs. I MADE URIP, M.Si. ANGGOTA/F.PDIP
3. DJENDRI KEINTJEM ANGGOTA/F.PDIP
4. H. ANDI RIDWAN WITTIRI, S.H. ANGGOTA/F.PDIP
3 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
D. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI, untuk:
1. Mendapatkan informasi secara langsung terkait dengan fasilitas instalansi
di Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Provinsi Sumatera
Selatan.
2. Melihat penandatanganan Pakta Integritas BPSPL dengan Stakeholder
sebagai komitmen bersama dalam mewujudkan pelestarian dan
perlindungan jenis biota laut yang dilindungi dan terancam punah di
Sulawesi
3. Menyerap aspirasi dan jaring pendapat dari stakeholdder dan pegawai
BPSPL.
E. PELAKSANAAN KUNJUNGAN
Kunjungan Kerja Spesifik dilaksanakan pada tanggal 6-8 Februari 2019.
F. OBJEK KUNJUNGAN KERJA
Objek yang menjadi fokus perhatian kunjungan kerja adalah:
5. ROBERT YOPPY KARDINAL ANGGOTA/F.PG
6. A. A. BAGUS ADHI MAHENDRA PUTRA ANGGOTA/F.PG
7. H. AGUNG WIDYIANTORO, S.H., M.Si. ANGGOTA/F.PG
8. Dr. FELICITAS TALULEMBANG ANGGOTA/F.GERINDRA
9. G. BUDISATRIO DJIWANDONO ANGGOTA/F.GERINDRA
10. Ir. H. MUHAMMAD NASYIT UMAR, S.P. ANGGOTA/F.PD
11. Drs. H. UMAR ARSAL ANGGOTA/F.PD
12. Drs. H. GUNTUR SASONO, .M.Si. ANGGOTA/F.PD
13. EKO HENDRO PURNOMO, S.Sos. ANGGOTA /F.PAN
14. M. IRWAN ZULFIKAR ANGGOTA/P.PAN
15. H. CUCUN AHMAD SYAMSURIZAL,
S.Ag.
ANGGOTA/F.PKB
16. Dr. H. ANDI AKMAL PASLUDDIN, S.P.,
M.M.
ANGGOTA/F.PKS
17. Drs. H. MAHFUZ SIDIK, M.Si. ANGGOTA/F.PKS
18. Hj. KASRIAH ANGGOTA/F.PPP
19. Drs. H. ZAINUT TAUHID SA’ADI, M.Si. ANGGOTA/F.PPP
20. Drs. HASANUDDIN AS , M.Si. ANGGOTA/F.PPP
21. Drs. FADHOLI ANGGOTA/F.NASDEM
4 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
1. Fasilitas instalansi Kantor Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan
Laut (BPSPL) Provinsi Sulawesi Selatan, dan
2. Pelaku utama dan stakeholder kelautan dan perikanan, yakni pengusaha
ekpor sirip hiu dan pari yang legal, serta pegawai Balai Pengelolaan
Sumber Daya Pesisir Dan Laut Provinsi Sulawesi Selatan
G. GAMBARAN UMUM
Bangsa Indonesia telah dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan
sumber daya ikan dan ekosistemnya yang tinggi dan berlimpah, sehingga
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara mega bio-kultural-diversitas
di dunia. Selain itu, sumber daya ikan dan ekosistemnya merupakan
sumber daya yang sangat strategis karena menyangkut dengan
ketahanan nasional yang dikuasai oleh negara dalam pengaturan
pengelolaan secara optimal dan berkelanjutan bagi terwujudnya sebesar-
besar kemakmuran rakyat Indonesia.
Adapun penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya saat ini masih belum efektif dan optimal dalam menjaga
dan melindungi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dari
tindakan pencurian, perusakan, dan kepunahan, sehingga untuk
tercapainya keseimbangan ekosistem dan kualitas lingkungan, paradigma
pelindungan perlu diperkuat dengan upaya pemanfaatan dan pengelolaan
yang mewujudkan kelestarian, keberkelanjutan, kemajuan pembangunan
nasional, dan tercapainya kesejahteraan umum.
Untuk itu, upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya ikan
menjadi “harga mati dan menjadi komitmen bersama” diantara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka untuk menjaga keberlanjutan
sumberdaya ikan. Oleh sebab itu, Komisi IV DPR RI telah berinisiasi
membuat Draft Revisi Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya karena Undang-
undang tersebut dipandang belum dapat menampung dan mengatur
secara menyeluruh mengenai penyelenggaraan konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya sesuai dengan perkembangan hukum dan
kebutuhan masyarakat, sehingga perlu direvisi/diganti.
Selain itu, Komisi IV DPR RI melakukan upaya melindungi sumber
daya ikan dan ekosistemnya untuk:
• menghindarkan jenis ikan dari bahaya pencurian,
perusakan,keterancaman dan kepunahan
• menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman sumber daya ikan
endemik yang ada di setiap daerah
• memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang
terintegrasi, baik secara in situ maupun ex situ
5 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
• menjamin kelestarian fungsi dan manfaat sumber daya ikan dan
ekosistemnya bagi generasi saat ini maupun generasi yang akan
datang.
Oleh sebab itu, berdasarkan data-data diatas maka Komisi IV DPR RI
mendorong Pemerintah agar selalu konsisten dalam upaya pelindungan
sumber daya ikan sehingga melakukan peninjauan fasilitas instalasi Balai
Pengelolaan Sumberd Daya Pesisir dan Laut Makasar yang merupakan aset
negeri. Selanjutnya, Komisi IV DPR RI mendorong Pemerintah untuk segera
menyelesaikan DIM (Daftar Inventarisasi Masalah) RUU Konservasi Sumber
Daya Hayati dan Ekosistemnya yang sudah menjadi komitmen bersama
dalam rangka menjaga keberlanjutan.
H. HASIL KUNJUNGAN
Pada Kunjungan Kerja tersebut, selain Komisi IV DPR RI melihat
fasilitas instalasi BPSPL juga melakukan pertemuan dengan stakeholder
eksportir ikan hiu dan pari. Selanjutnya Komisi IV DPR RI juga menjadi saksi
penandatanganan Pakta Intregitas antara Balai Pengelolaan Sumber Daya
Pesisir dan Laut dengan Asosiasi Pengusaha Ikan Pari dan Hiu agar
mematuhi peraturan pemerintah dan komitmen menjaga SDA yang ada agar
lestari dan berkelanjutan. Beberapa informasi lain yang didapat, antara lain:
A. PENGANTAR UMUM
1. Indonesia merupakan salah satu negara yang dianugerahi dengan
potensi keanekaragaman hayati laut yang tinggi. Potensi dan
kekayaan SDI tersebut harus dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat saat ini dan masyarakat di masa
yang akan datang.
2. Pemanfaatan SDI yang tidak terkendali dan kerusakan lingkungan
menyebabkan sebagian SDI rentan mengalami ancaman kepunahan.
Diperlukan instrumen kontrol untuk dapat memastikan kelangsungan
dan keberlanjutan SDI melalui upaya konservasi.
3. Tujuan program konservasi jenis ikan:
• mencegah kepunahan spesies dan mempertahankan
keanekaragamannya,
• meningkatkan kelimpahan populasi di habitat alam, dan
• pemanfaatan secara berkelanjutan.
4. Upaya yang telah dilakukan oleh KKP dalam program konservasi jenis
ikan:
• menetapkan status perlindungan jenis ikan dengan Keputusan
Menteri KP (terancam punah, langka, endemik, fekunditas rendah
dan populasi turun drastis),
• melindungi habitat penting (daerah pemijahan, daerah mencari
makan) menjadi kawasan konservasi,
6 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
• melindungi jalur migrasi biota (zona alur dalam RZWP3K, RTRLN)
• mengembangkan dan menangani kasus-kasus biota perairan
terdampar (lumba-lumba, dugong, paus),
• penerapan kuota penangkapan untuk pengendalian perdagangan
internasional,
• menerapkan ketentuan konvensi internasional untuk jenis ikan
perdagangannya diatur secara internasional (CITES),
5. Jenis ikan yang telah ditetapkan status perlindungannya/diatur
pemanfaatannya oleh Menteri KP:
• Ikan hiu paus (Rhincodon typus), dilindungi penuh
• Pari manta (Manta spp), dilindungi penuh
• Napoleon (Cheilinus undulatus), dilindungi terbatas berdasarkan
ukuran, yaitu 100 gr – 1000 gr dan > 3 kg/ekor.
• Terubuk (Tenualosa macrura), dilindungi terbatas berdasarkan
waktu yaitu larangan penangkapan pada bulan Agustus –
Nopember tgl 13, 14, 15 dan 16 Kalender Hijriah dan bulan Agustus
– November tgl 28, 29, 30 dan 1 Kalender Hijriah di sepanjang jalur
ruaya pemijahan di perairan Kabupaten Bengkalis.
• Bambu laut (Isis spp.), dilindungi terbatas waktu / moratorium
selama 5 tahun sejak bulan Agustus 2014 sd Agustus 2019.
• Hiu martil (Sphyrna spp.) dan Hiu koboi (Carcharhinus longimanus),
larangan ekspor
• Capungan Banggai / BCF (Pterapogon kauderni), terbatas ukuran
yaitu larangan penangkapan selama musim puncak pemijahan
pada bulan …..dan waktu pada bulan Februari, Maret, Oktober dan
Nopember di perairan Kepulauan Banggai Sulawesi Tengah.
• BCF merupakan jenis ikan ENDEMIK perairan laut sekitar
Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
B. PROFIL BPSPL MAKASAR
1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Makassar
merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal
Pengelolaan Ruang Laut kementerian kelautan dan perikanan.
2. BPSPL Makassar memiliki tugas dan fungsi melaksanakan
pengelolaan meliputi; perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan
sumberdaya laut pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan.
3. BPSPL Makassar memiliki tiga kantor wilayah kerja yakni;
• Kantor Satker Kendari untuk wilayah kerja Sulawesi Tenggara
• Kantor Satker Palu untuk wilayah kerja Sulawesi Tengah
• Kantor Satker Manado untuk wilayah kerja Gorontalo dan Sulawesi
Utara.
4. Tugasnya adalah Melaksanakan Pengelolaan, meliputi perlindungan,
pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau
7 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
kecil yang berkelanjutan berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku. (Permen KP No.23/MEN/2011)
5. Fungsinya adalah:
a. Penyusunan rencana, program, dan evaluasi di bidang
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya pesisir,
laut, dan pulau-pulau kecil, serta ekosistemnya;
b. Pelaksanaan perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan,
sumberdaya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil serta
ekosistemnya;
c. Pelaksanaan mitigasi bencana, rehabilitasi, dan penanganan
pencemaran sumberdaya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil serta
ekosistemnya;
d. Pelaksanaan konservasi habitat, jenis, dan genetika ikan;
e. Pelaksanaan pengawasan lalu lintas perdagangan jenis ikan yang
dilindungi;
f. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau
kecil;
g. Fasilitasi penataan ruang pesisir dan laut;
h. Pelaksanaan bimbingan pengelolaan wilayah pesisir terpadu serta
pendayagunaan pulau-pulau kecil;
i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga;
6. Fasiltas Saran dan Prasarananya adalah:
7. Komisi IV DPR RI mengapresisasi moto BPSPL Makasar, yang
berbunyi MANTAP KI dengan arti:
Sebagai instansi yang memiliki predikat Wilayah Bebas dari Korupsi
kami akan terus berupaya melakukan peningkatan maupun perbaikan.
Dengan menjalankan prinsip Melayani, Amanah, Nyaman,
Transparan, Akuntabel, Profesional serta mengharap ridho dan
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, kamiakan terus berupaya
menghasilkan karya yang Kreatif dan Inovatif, yang semuanya telah
ada dalam motto kami yang khas.
8 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
8. Penghargaan dan Prestasi BPSPL, antara lain:
• UPT terbaik I Evaluasi Tingkat Nasional Pelaksanaan Kegiatan
Tahun 2010
• UPT terbaik II Pelaksanaan Kegiatan Lingkup Ditjen KP3K tahun
2012
• Predikat Wilayah Zona Integritas, Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Bebas, Bersih dan Melayani (WBBM) Tahun 2017.
C. LAYANAN REKEMONDASI PEMANFAATAN HIU DAN PARI
1. Latar belakang diperlukannya rekomendasi:
a) Indonesia mempunyai sekitar 117 spesies hiu dan 101 spesies pari;
b) Jenis hiu dan pari yang dilindungi, yaitu : Hiu paus (Rhincodon
typus), Pari manta (Manta spp.) dan Pari gergaji (Pristis spp.)
c) Jenis hiu yang dilarang ekspor: Hiu martil (Sphyrna spp.) dan Hiu
koboi (Carcharhinus longimanus)
d) Jenis hiu dan pari yang diatur perdagangan internasionalnya
(CITES) dan tidak dilindungi atau dilarang ekspor, antara lain: Hiu
lanjaman (Carcharhinus falciformis), Hiu tikus (Alopias spp.) dan
Pari mobula (Mobula spp.)
e) Sulit untuk membedakan spesies hiu yang dilindungi, dilarang
ekspor dan yang masuk CITES (produk olahan hiu: sirip, tulang,
daging, kulit, dll);
f) Sulit untuk membedakan spesies pari yang dilindungi dan masuk
dalam Apendiks CITES (produk: sirip, insang, kulit, daging, tulang,
dll).
g) Diperlukan pemeriksaan/verifikasi lapangan oleh petugas UPT PRL
berdasarkan perdirjen PRL No 5 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Publik di lingkungan Ditjen PRL untuk memberikan
rekomendasi sebagai persyaratan untuk penerbitan Sertifikat
Kesehatan Ikan/SKI oleh BKIPMHP
2. Tujuan rekomendasi ini: untuk memastikan agar hiu dan pari yang
ditangkap dan diperdagangkan tidak melanggar regulasi nasional
tentang perlindungan jenis ikan dan tidak melangggar ketentuan
internasional terkait pemanfaatan jenis ikan, misal: CITES;
3. Lokasi Pelayanan Rekomendasi: dilakukan di 22 provinsi (6 UPT PSPL
dan 16 Satker) termasuk BPSPL Makasar
4. Mulai diberlakukan: sejak tahun 2016 sampai saat ini
5. Sistem layanan: menggunakan sistem online, sehingga proses
penerbitan dapat dilakukan lebih cepat dan transparan. Jika produk
yang diuji tidak banyak (dibawah 50 kg), proses penerbitan
rekomendasi dapat dilakukan dalam 1 hari kerja.
6. Kompetensi petugas: petugas UPT PRL yang melakukan verifikasi
sudah mendapatkan pelatihan cara membedakan spesies hiu dan
9 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
spesies pari sehingga mempunyai kompetensi khusus untuk
melakukan identifikasi hiu dan pari, termasuk produk olahannya. Untuk
spesies hiu dan pari yang tidak dapat diidentifikasi secara visual, PRL
telah bekerjasama dengan Lembaga Eijkman untuk melakukan uji
DNA.
D. PERMASALAHAN
1. Dualisme kewenangan dalam pengelolaan jenis ikan dilindungi dan
yang masuk dalam Apendiks CITES antara KLHK dan KKP membuat
pengelolaan di tingkat lapangan tidak berjalan efektif.
2. Hingga saat ini KLHK menggunakan UU No. 5 tahun 1990 tentang
KSDAHE, PP No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan TSL serta
KepmenHut No. 447 tahun 2003 sedangkan KKP menggunakan UU
No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan jo UU No. 45 tahun 2009, PP No.
60 tahun 2007 tentang Konservasi SDI dan PermenKP No. 4 tahun
2010 jo PermenKP No. 61 tahun 2018 tentang Pemanfaatan Jenis Ikan
Dilindungi dan/atau yang masuk Apendiks CITES.
3. Sampai saat ini KLHK masih mempertahankan kewenangan
penerbitan izin pemanfaatan jenis ikan, termasuk hiu dan pari yang
masuk Apendiks CITES.
4. Proses notifikasi KKP ke Sekretariat CITES sebagai MA konservasi
SDI oleh Kemenlu terhambat karena belum mendapat persetujuan dari
Kementerian LHK
5. KKP tidak dapat menjalankan mandat dan tanggung jawab sebagai MA
Konservasi SDI sebagaimana yang dimandatkan dalam PP No. 60
tahun 2007 tentang Konservasi SDI.
Aspirasi/Masukan:
• KKP meminta Komisi IV DPR RI untuk mengawal dan mendorong
percepatan penyelarasan regulasi di bidang konservasi antara KLHK dan
KKP melalui Revisi RUU KSDAHE
• KKP meminta Komisi IV DPR RI untuk mendorong Pemerintah melakukan
Penerapan PP No. 60 tahun 2007 dalam upaya konservasi dan
pengendalian pemanfaatan jenis ikan melalui Notifikasi KKP ke Sekretariat
CITES sebagai MA CITES untuk Konservasi SDI
• KKP meminta Komisi IV DPR RI untuk mendukung peningkatan alokasi
anggaran program-program konservasi SDI dalam rangka penguatan
kelambagaan konservasi di KKP.
10 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
FOTO-FOTO KEGIATAN
I. KESIMPULAN
• Komisi IV DPR RI mengapresiasi kinerja dari BPSPL Makasar Kementerian
Kelautan dan Perikanan khususnya dalam peningkatan ekspor ikan
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan agar
menyelesaikan DIM RUU Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistem.
Namun karena saat ini tahapnya di Pemerintah, maka sebaiknya
diselesaikan secara adat antara KKP dengan KLHK agar DPR tidak
dianggap intervensi.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan agar
melibatkan nelayan dengan cara menyerap sumber bahan baku ikan hiu
dan pari untuk ekspor.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan agar
BPSPL bisa naik kelas setingkat dengan eselon II.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
senantiasa di Sosialisasikan ke masyarakat nelayan, jangan sampai
nelayan ditangkap akibat tidak mengetahui hiu dan pari yang dilarang di
ambil.
11 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
menginventarisir aset sarana dan prasarana di Pulau-pulai kecil yang
sudah banyak tidak terpakai. Hal ini sangat sayang sekali mengingat
alokasi anggaranya yang telah dikeluarkan tidak sedikit. Untuk itu perlu
dimanfaatkan kembali.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
mengalokasikan dana untuk pengadaan bak sampah di daerah wisata yang
ada di pesisir.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
mengadakan MoU dengan Kementerian PUPR dalam rangka
mengamankan daerah pantai dari abarasi di beberapa daerah di Indoensia.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
menyelesaikan masalah penambangan pasir di pulau-pulau kecil yang
masih menyisakan keresahan rakyat dampak dimanfaatkan untuk
reklamasi pantai makasar
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan agar
melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di
Sulawesi Selatan agar berdaya. Contohnya Bersih Pantai dan Penanaman
mangrove.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan agar
menyelesaikan masalah nelayan andon di Sulsel yang terkena dampak
kebijakan Permen 71 tahun 2016 karena berindikasi ada oknum Polairut
yang meminta uang kepada nelayan, dan jika tidak diberi uang maka
nelayan ditangkap.
• Komisi IV DPR RI meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan agar
memberikan kemudahan ijin kapal nelayan, jika memungkinkan dapat
melakukan administrasi di daerah bukan di Pusat.
J. PENUTUP
Demikian laporan Kunjungan Kerja spesifik Komisi IV DPR RI ke BPSPL
Makasar Provinsi Sule=awesi Selatan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Aamiiiin.
Jakarta, Februari 2019
Ketua Tim Kunjungan Kerja Spesifik
Komisi IV DPR RI,
ttd
Drs. H. ROEM KONO
12 Kunjungan Kerja Spesifik Komisi IV DPR RI
LAMPIRAN
MEDIA YANG MELIPUT
https://beritalima.com/roem-kono-tumpang-tindih-dpr-segera-revisi-uu-
wilayah-akuatik-dan-terestrial/
https://www.golkarpedia.com/id/baca/8291-roem-kono-janji-revisi-regulasi-
wilayah-akuatik-dan-terestrial-yang-tumpang-tindih
http://beritakotamakassar.fajar.co.id/berita/2019/02/06/berkunjung-bpspl-
makassar-komisi-iv-dpr-ri-rangkum-data-jenis-ikan-dilindungi/
http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/23896/t/DPR+Akan+Revisi+Regulasi+Wila
yah+Akuatik+dan+Terestrial
https://twitter.com/DPR_RI/status/1093516882701824002
https://bisnissulawesi.com/2019/02/08/tingkatkan-ekspor-ikan-sulsel-bkipm-
makassar-diapresiasi-komisi-iv-dpr-ri/
https://web.facebook.com/DPRRI/posts/1843419715758845?_rdc=1&_rdr
https://www.realitarakyat.com/2019/02/13/dpr-segera-revisi-uu-tentang-
konservasi-terestrial-dan-akuatik/
http://oppobaca.news/29715264