DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … filehubungan kelembagaan, kemudian nanti model di...

22
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT (RDP) PANITIA KERJA (PANJA) RUU TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja RUU tentang Industri Pertahanan dan Keamanan Komisi I DPR RI dengan Pemerintah Hari, Tanggal : Senin, 9 April 2012 Pukul : 14.00 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Tubagus Hasanuddin, Ketua Panja RUU tentang Industri Pertahanan dan Keamanan Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., Kabagset. Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Pembahasan Materi Panja RUU tentang Industri Pertahanan dan Keamanan Anggota yang Hadir : 1. Pimpinan Komisi I DPR RI 1) H. Hayono Isman, S.IP./F-PD 2) Tubagus Hasanuddin/F-PDI Perjuangan 2. Anggota Panja RUU tentang Industri Pertahanan dan Keamanan Komisi I DPR RI F-PD 3) Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S.IP., MM. 4) Mayjen TNI (Purn) Salim Mengga 5) Dra. Lucy Kurniasari 6) Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si. 7) Drs. H. Guntur Sasono, M.Si. F-PG 8) Ir. Neil Iskandar Daulay 9) Yorrys Raweyai F-PDI PERJUANGAN 10) H. Tri Tamtomo, S.H. 11) Helmy Fauzy 12) Heri Akhmadi F-PKS - F-PAN 13) Ir. Muhammad Najib, M.Sc. F-PPP - F-PKB -

Transcript of DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA … filehubungan kelembagaan, kemudian nanti model di...

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT DENGAR PENDAPAT (RDP) PANITIA KERJA (PANJA) RUU TENTANG

INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat (RDP) Panja RUU tentang Industri Pertahanan

dan Keamanan Komisi I DPR RI dengan Pemerintah Hari, Tanggal : Senin, 9 April 2012 Pukul : 14.00 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Tubagus Hasanuddin, Ketua Panja RUU tentang Industri Pertahanan dan

Keamanan Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Suprihartini, S.IP., Kabagset. Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal

Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Pembahasan Materi Panja RUU tentang Industri Pertahanan dan

Keamanan Anggota yang Hadir : 1. Pimpinan Komisi I DPR RI

1) H. Hayono Isman, S.IP./F-PD 2) Tubagus Hasanuddin/F-PDI Perjuangan

2. Anggota Panja RUU tentang Industri Pertahanan dan Keamanan Komisi I DPR RI

F-PD 3) Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S.IP., MM. 4) Mayjen TNI (Purn) Salim Mengga 5) Dra. Lucy Kurniasari 6) Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si. 7) Drs. H. Guntur Sasono, M.Si. F-PG 8) Ir. Neil Iskandar Daulay 9) Yorrys Raweyai F-PDI PERJUANGAN 10) H. Tri Tamtomo, S.H. 11) Helmy Fauzy 12) Heri Akhmadi F-PKS - F-PAN 13) Ir. Muhammad Najib, M.Sc. F-PPP - F-PKB -

2

F-GERINDRA - F-PARTAI HANURA 14) Dr. Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, M.Si.

Anggota yang Izin : 1. Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si./F-PKS 2. Drs. Agus Gumiwang Kartasasmita/F-PG 3. Mirwan Amir/F-PD

4. Ir. Fayakhun Andriadi, M.Kom./F-PG 5. Drs. H.A. Muchamad Ruslan/F-PG 6. Drs. Enggartiasto Lukita/F-PG 7. Tjahjo Kumolo/F-PDI Perjuangan 8. M. Syahfan Badri Sampurno/F-PKS 9. Mahfudz Abdurrahman/F-PKS 10. Sayed Mustafa Usab, S.E., M.Si./F-PAN 11. H.A. Daeng Sere, S.Sos. 12. Lily Chodidjah Wahid 13. H. Ahmad Muzani

Pemerintah : Dirjen Pothan, Pos M. Hutabarat beserta Tim Interdept Pemerintah Jalannya Rapat :

KETUA RAPAT/KETUA PANJA RUU TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DAN KEAMANAN (TUBAGUS HASANUDDIN/F-PDI PERJUANGAN):

Baik, rapat untuk membahas RUU Industri Strategis saya buka dan kemudian nanti saya skors. Kemudian karena belum kuorum, kemudian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, maka rapat kami skors sampai nanti, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Terima kasih.

(RAPAT : DISKORS)

Baik Bapak dan Ibu yang kami cintai, kalau lihat kuorum kehadiran dari jumlah, barangkali sampai pemilihan Presiden lagi tidak akan terpenuhi, sehingga kita pakai kuorum Fraksi saja. Sudah ada dari Fraksi yang hadir di sini, lebih dari lima Fraksi, sehingga acara kita akan kita mulai. Sesungguhnya acara ini merupakan sebuah solusi agar kita tidak bertele-tele di dalam nanti menyikapi sebuah wacana, itu awalnya, sehingga meminta kita kepada Pemerintah untuk memaparkan, kalau sudah dipaparkan, dipahami dengan seksama, maka ketika kita masuk dalam pasal dan ayat, itu sudah klop, oh ya, saya kemarin setuju, misalnya masalah kelembagaan, itu seperti apa. Kalau kelembagaan itu sudah setuju, ya nanti jangan mbalelo lagi ketika nanti berbicara pada pasal dan ayat. Nah itu hanya sebuah teknik saja supaya kita bisa lebih efektif dan lebih efisien mengatur waktu, sehingga RUU ini bisa selesai. Kemudian hari ini, nanti Pak Dirjen akan memaparkannya menyangkut misalnya hubungan kelembagaan, kemudian nanti model di Indonesia untuk industri pertahanan itu seperti apa dan disampaikan juga model Rusia mungkin, model negara-negara lain, tapi kita perlu ketahui pada prinsipnya ada tiga model: negara yang komunis, kapitalis diserahkan, dan setengah-setengah, mungkin antara keduanya, kita pilih di tengah-tengah itu, yang Pancasilais seperti apa ya. Kemudian pengelompokannya, kemudian berbicara permodalannya, kemudian kemampuan industri pertahanan yang ingin dikuasai seperti apa, kalau ini semua kita pahami, kita nanti item per item disepakati, sesungguhnya kita tinggal menyerahkan saja konsep itu kepada Tim Perumus, itu kira-kira, tapi karena ini demokrasi, memang harus berkeringat-keringat begitu konon dan harus banyak perdebatan, walaupun kurang dipahami, tidak apa-apa, kita harus ikuti masalah itu saya kira, untuk mencari sebuah penjelasan, sehingga nanti kita akan diskusi, menghasilkan substansi yang lebih baik. Untuk itu, kami persilahkan kepada Pemerintah, mungkin setapak demi setapak saja, kalau tadi Bapak akan berbicara hubungan kelembagaan, kita akan sounding, kita akan lempar kepada teman-temen, kira-kira seperti apa. Sekretariat dan

3

Tim Asistensi mohon nanti mencatat, sehingga nanti kalau berbicara pada pasal-pasal, kita tidak keluar dari apa yang kita permasalahkan. Saya kira itu, saya persilahkan kepada Pak Dirjen untuk memulainya.

Terima kasih Pak.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI (POS M. HUTABARAT): Baik, terima kasih Bapak Pimpinan. Bapak-Bapak dan Ibu Anggota DPR..

KETUA RAPAT: Saya mohon maaf dulu, saya interupsi dulu, mau terbuka atau tertutup? Saya kira terbuka ya? Tidak ada yang perlu dirahasiakan lah ya. Kami persilahkan Pak. Baik, jadi kita sifatnya terbuka ya?

(RAPAT: SETUJU)

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Terima kasih Bapak Pimpinan. Bapak-Bapak, Ibu Anggota DPR yang kami hormati.

Pada siang hari ini kami Wakil dari Pemerintah, terdiri dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Hukum dan HAM, dan juga dari TNI, Kementerian BUMN, dan TNI, dan Polri. Pada hari ini kami akan mempresentasikan beberapa yang menarik dan dapat kita contoh mengenai industri pertahanan di beberapa negara yang tidak jauh berbeda dengan kita.

Yang pertama Bapak-bapak dan Ibu sekalian, kami ingin melihat mengapa industri pertahanan ini perlu kita atur, karena kita melihat ada tiga, segitiga kepentingan antara pengguna, yaitu TNI/Polri, dan Kementerian/Lembaga, dan ada Pemerintah dan Industri. Nah, ketiga ini memerlukan suatu kedekatan yang diatur oleh UU dan Pemerintah harus berkonsultasi kepada DPR. Jadi posisi DPR sejajar dengan Pemerintah dalam hal ini, untuk tugas DPR adalah sebagai pengawasan dan penganggaran. Oleh karena itu, kami melihat bahwa hubungan antara lembaga di pemerintahan ini dan juga antara pengguna dan industri dan DPR dapat kita simpulkan sebagai yang terlihat di dalam slide yang pertama.

Tujuan utama daripada UU Industri Pertahanan ini adalah bagaimana kita untuk menghasilkan kemandirian industri pertahanan dalam rangka mengisi kekosongan untuk peralatan Alutsista bagi TNI dan Polri. Oleh karena itu, semua sumberdaya nasional yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut, seperti permodalan, Sumber Daya Manusia, teknologi, dan sarana/prasarana infrastruktur dapat digunakan, dapat dimanfaatkan, dapat dialokasikan melalui UU ini untuk mencapai tujuan yang kita harapkan.

Bapak-bapak dan Ibu sekalian, di sini kami memperlihatkan model penanganan industri pertahanan di lima negara yang kami dapatkan informasinya, baik dari Atase Pertahanan yang ada di sana dan juga buku-buku yang kami dapatkan dari Kedutaan yang ada di Indonesia ini, Kedutaan negara tersebut yang ada di Indonesia ini, untuk bisa kita bandingkan bagaimana model yang optimum bagi Indonesia. Yang pertama mengenai kepemilikan, kalau kita lihat, di antara negara yang ada ini, China, Korea, Brazil, Turki, Rusia, pada umumnya adalah milik negara, BUMN, untuk Industri Pertahanan, kecuali Korea, yang membolehkan Badan Usaha Milik Swasta.

Yang kedua mengenai pembiayaan, pembiayaan itu kami bagi dengan 3 (tiga) bagian, yaitu pembiayaan untuk penguasaan teknologi, Litbang, dan prototipe. Ternyata dari negara-negara ini, seluruhnya dibiayai oleh Pemerintah untuk membuat teknologi baru dan prototipe dari Alutsista yang ingin dikembangkan oleh negara tersebut.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Pak Ketua, boleh motong sedikit saja Pak Ketua?

KETUA RAPAT: Silahkan Pak.

4

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Mengenai istilah pembiayaan Pak. Pembiayaan itu biasanya adalah pengertiannya

financing. Barangkali tepatnya bukan pembiayaan Pak, pendanaan Pak, jadi funding-nya. Kalau pembiayaan itu biasanya melalui hutang, pinjaman bank, atau dan lain-lain sebagainya Pak. Ini barangkali untuk kesamaan dengan term yang dipakai di anggaran kita.

Terima kasih Pak.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Terima kasih Pak. Jadi memang betul funding untuk kegiatan-kegiatan penguasaan teknologi, infrastruktur, di sini kami melihat ada beberapa perbedaan, di China itu Pemerintah yang membangun infrastruktur, di Korea Badan Usaha Milik Swasta (private), sedangkan di Brazil, Turki, dan Rusia itu dilakukan oleh BUMN. Jadi BUMN itu bisa meng-create dana, meminjam dari bank untuk digunakan sebagai pembiayaan infrastruktur.

Pengaturan dalam hal registrasi, di China itu oleh Pemerintah. Jadi semuanya yang negara-negara yang kami dapat informasinya adalah Pemerintah, walaupun dari Pemerintah ada dari Sastin kalau di China, sedangkan empat negara lain adalah Minister of Defence.

Mengenai produksi, juga ditentukan oleh Pemerintah. Jadi diatur oleh Pemerintah, walaupun badan usaha pelaksananya adalah swasta, tetapi tetap ijin produksi dilakukan oleh Pemerintah, baik di Korena maupun di negara-negara lain, Rusia, Turki, Brazil, dan China.

Standarisasi produk, juga dilakukan oleh Pemerintah. Di beberapa negara yang kami dapatkan informasi, demikian juga mengenai kelaikan, sedangkan pemasaran, untuk pemasaran di China oleh BUMN, di Korea dapat dilakukan oleh Swasta, Brazil, Turki, dan Rusia tetap dilakukan oleh BUMN.

Yang keempat, ijin ekspor, seluruh negara yang kami survey, itu dilakukan oleh Pemerintah, walaupun di China oleh Sastin, sedangkan di Rusia oleh FSMTC yang bukan di bawah oleh Minister of Defence, tapi di bawah oleh Federal Rusia Government.

Pengawasan dilakukan oleh Menteri of Defence di seluruh negara. Pengawasan terdiri dari pengawasan kerja sama maupun ijin berkunjung dari negara-negara lain atau dari industri-industri lain yang ingin mengunjungi industri pertahanan di negara tersebut.

Yang keenam, mengenai pengelolaan dan pembinaan, di China dilakukan oleh GAD (General Armament Department), itu dibawah Menteri of Defence tersendiri, di Korea dilakukan oleh DAFA (Department of Procurement), di Brazil Department of Defence, di Turki oleh Ministry of Defence yang membentuk satu divisi khusus untuk pengelolaan. Jadi di bawah Department of Defence itu dibentuk satu divisi khusus untuk menangani pengelolaan industri pertahanan, di Rusia oleh FSMTC, sedangkan mengenai penetapan keputusan pembelian Alutsista dilakukan oleh Pemerintah di seluruh negara. Jadi Pemerintah yang menentukan jenis-jenis Alutsista darimana, apakah dari dalam negeri ataukah dari impor yang akan digunakan. Oleh karena itu Bapak-bapak dan Ibu sekalian, kami melihat bahwa model yang dapat digunakan oleh Indonesia adalah model seperti yang terlihat di lajur kanan dari tabel penanganan industri pertahanan tersebut. Mengenai kepemilikan, kami mengusulkan untuk tetap dimiliki oleh BUMN untuk blit integrater atau Tilwat, Tir 1 dari BUMN, yang akan nanti kami sampaikan bagaimana perbedaan antara Tir 1, Tir 2, Tir 3, dan Tir 4. Kalau bisa kami sampaikan summary dari bagaimana model industri pertahanan di China, ada SASAC Pak, namanya State Accept, Supervision, and Administration Commission, ini membawahi industri untuk Civilian dan Defence Industry. Kemudian ada Ministry of Defence membawahi TNI atau PLA (People Liberalization of Army), kemudian ada MIIT, MIIT ini adalah Kementerian yang menangani industri khusus untuk industri strategis. Jadi spesifikasi yang dibutuhkan oleh militer disampaikan kepada GAD (General Armament Department), kemudian GAD meminta Defence Industry untuk memproduksi sesuai dengan kebijakan yang disampaikan oleh Sastin. Inilah kira-kira model industri pertahanan yang ada di China. Kelihatannya bahwa seperti di kita BUMN juga, Kementerian BUMN itu membawahi BUMN industri pertahanan dan BUMN yang bukan industri pertahanan, seperti yang ada di China di bawah SASAC. Kami dapat informasi mengenai Turki, di Turki Bapak-Bapak, Ibu sekalian, Menteri, Kementerian of Defence membentuk satu unit Under Secretary, untuk menangani khusus industri pertahanan, dalam kebijakan dan procurement.

5

Spesifikasi daripada jenis Alutsista yang dibutuhkan oleh Army, disampaikan kepada Under Secretary untuk diproduksi oleh industri-industri pertahanan yang ada di Turki, dan di Turki, BUMN-nya boleh 50 persen dimiliki oleh Pemerintah. Jadi boleh 40 persen dimiliki oleh swasta, 51 persen dimiliki Pemerintah, 49 persen boleh dimiliki oleh swasta.

Korea, kalau di Korea Bapak-bapak dan Ibu sekalian, Ministry of Defence membawahi Army, Chief of Arm Forces dengan DAPA, spesifikasi disampaikan oleh Chief of Arm Forces kepada DAPA. DAPA itu adalah unit dari Ministry of Defence untuk Procurement, kemudian DAPA memerintahkan EDD. EDD adalah Litbangnya Kementerian Pertahanan di Korea bekerjasama dengan Riset of Army, Riset of Navy, Riset of Air Force yang di bawah Chief of Arm Forces untuk membuat prototipe. Seandainya prototipenya sudah disetujui oleh DAPA, kemudian diperintahkan untuk diproduksi oleh Defence Industry. Defence Industry dimiliki oleh swasta. Jadi peranan Pemerintah hanya sampai kepada prototipe. Kalau di Rusia, kami mendapat infomasi bahwa Pemerintah Rusia itu ada Pemerintah federalnya dan ada Ministry of Defence. Nah, ini bekerjasama untuk menyusun suatu organisasi FSMTC (Federal Service for Military Technical Cooperation). Kalau kami lihat, bahwa Government Rusia ini seperti Perdana Menteri Bapak-Bapak. Jadi Perdana Menteri itu punya Menteri Negara, kira-kira begitu. Jadi dengan Menteri of Defence, dengan Menteri Negara membentuk Federal Service for Military Technical Cooperation, kemudian menyusun kebijakan-kebijakan di bidang pertahanan, termasuk di dalam Alutsista. Setelah disepakati jenis-jenis Alutsista yang dibutuhkan, baru Menteri of Defence memerintahkan Defence Industry untuk memproduksi, dan ini Defence Industry adalah BUMN. Melihat contoh-contoh Industri Pertahanan yang ada di beberapa negara yang tadi kami sebutkan, Korea, China, Brazil, dan Rusia, kami melihat Bapak-Bapak, beginilah kira-kira model yang ingin kami usulkan kepada DPR agar bisa kita melihat bagaimana posisi daripada industri pertahanan. Jadi Presiden membawahi TNI, Kemhan, dan KKIP. KKIP terdiri dari unsur-unsur Kementerian Pertahanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, dan nantinya akan dimasukan Kemenkeu. Kemenhan secara teknis membina industri pertahanan, terdiri dari BUMN dan BUMS, sedangkan KKIP akan melakukan koordinasi terhadap industri pertahanan yang teknis dibina oleh Kemhan, sedangkan nanti mengenai corporate-nya tetap di bawah Kementerian BUMN.

KETUA RAPAT: Pak, mohon maaf. Bisa dari bagan itu Bapak jelaskan, bagaimana kebutuhan itu dimulai sampai dengan produksi dan lain-lain sebagainya, itu kira-kira seperti apa yang akan kita pakai nanti?

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik Pak. Jadi kami melihat bahwa dari TNI spesifikasinya disampaikan kepada Kemhan, Kemhan melihat apakah ini sudah dapat dilaksanakan oleh industri pertahanan yang ada di dalam negeri atau belum. Kalau sudah bisa diproduksi, langsung dimintakan untuk diproduksi oleh industri pertahanan di dalam negeri. Apabila belum, berarti harus melakukan impor, kalau impor, konsultasi kepada KKIP, bagaimana caranya kita untuk mendapatkan transfer teknologi dari impor ataukah membentuk joint production ataukan harus offset. Nah, inilah yang akan dirumuskan nanti di dalam RUU ini. Jadi tetap Bapak, spesifikasinya datang dari TNI.

KETUA RAPAT: Kalau peran Litbang TNI, Litbang Kemhan, itu dimana ya dalam konteks menyusun spek dan lain sebagainya sampai lahirlah nanti di-bikin-nya sebuah Alutsista itu?

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Di dalam RUU tidak disebutkan Bapak. Tetapi menurut kami, yang sekarang berlaku itu adalah bahwa Litbang TNI melakukan riset, kemudian disampaikan kepada Pimpinan TNI, apakah hasil Litbang mereka sudah dapat digunakan atau dapat dijadikan sebagai prototipe untuk Alutsista pada masa yang akan datang. Di dalam RUU ini tidak disebutkan Bapak,

6

bagaimana peranan Litbang Angkatan, kami kira akan disusun di dalam PP atau Perpres nantinya.

KETUA RAPAT: Baik, rekan-rekan mungkin karena ini utama masalah kelembagaan ini, menyangkut misalnya KKIP itu siapa saja di dalamnya, siapa Ketuanya, mungkin lebih baik kita exercise untuk ditanya ya.

Kami persilahkan Pak Tri Tamtomo.

F-PDI PERJUANGAN (H. TRI TAMTOMO, S.H.): Terima kasih Pimpinan. Dari apa yang disampaikan oleh Pak TB selaku Pimpinan tadi, justru kita akan menggunakan versi Indonesia, kita tentu tetap harus merujuk kepada 54 tentang 2010, Revitalisasi Inhan. Nah tentu di situ disebutkan seperti apa yang disampaikan oleh Pemerintah tadi, bahwa manakala Inhan belum mampu memproduksi, dia bekerjasama dengan catatan harus a, b, c, d. Nah, tentu di sini Pak, yang disampaikan oleh Pak TB tadi selaku Pimpinan, ini kita harus senyawa dengan Balitbang. Nah, di sini Pak, Balitbang ini ada Balitbang TNI, ada Balitbang dari pihak Kepolisian, karena ini menyangkut dengan spesifikasi, BPPT, segala macam, ini harus diwadahi Pak. Nah tentu ini nanti akan menyangkut dengan spek-spek, apa yang harus dilakukan oleh KKIP. Nah, oleh karena itu, ini instruksi ini harus nanti masuk dan tidak bisa lepas Pak. Ini kalau lepas, ini bahaya Pak, karena di situ bicara TOT dan lain sebagainya. Nah oleh karena itu, tentu di sini merujuk daripada apa yang disampaikan Pak TB, diawali dulu dengan organisasi yang diberlakukan seperti apa Pak, karena kita tahu Pak, di dalamnya di situ mulai dari Dewan Pembina mungkin, kemudian Pimpinan, Anggota, dan lain sebagainya, walaupun Kementeriannya ada di situ Pak, tapi ini secara ansich tidak disebutkan. Nah oleh karena itu, ini harus menjadi pertimbangan untuk juga dijadikan sebagai bahan pertimbangan harus dihadirkan, apakah nanti garisnya putus-putus sebagai garis koordinasi atau garis tebal. Nah, menurut saya Pak, ini garis putus-putus. Demikian tambahan Pak.

Terima kasih.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Kalau kita lihat dari keseluruhan skema yang dipaparkan tadi, hampir semuanya kendali yang ada di industri di sana, di luar negeri itu adalah dari Kementerian Pertahanan Pak saya lihat di sini, kuncinya justru di Kementerian Pertahanan, hanya hampir tidak ada badan yang sifatnya badan kebijakan, seperti KKIP-nya itu tidak ada, karena memang itu akan menjadi semacam perangkapan Pak, Kemhan sendiri kan fungsinya kebijakan juga Pak, kalau kemudian ada di sampingnya ada KKIP, itu tampaknya akan menjadi kayak yang kalau kita baca di sini Pak, namun demikian ini kan polanya macam-macam Pak. Polanya kalau di China itu memang kebijakan dasarnya ada di Departemen Pertahanan, kemudian ada Departemen pembeliannya Pak, Procurement Department yang GAD itu yang kemudian menjadi motor penggerak dari penentuan semuanya ini sekalipun dia di bawahnya dari Menteri Industry and Information Technology Pak. Jadi Minister of Industry and Information Technology-nya, kemudian ada Sastinnya di sana. Sementara ditegaskan sekali lagi, Sastinnya sendiri juga adalah swasta Pak, artinya bukan swasta, civil, bukan lembaga militer. Nah, di tempat lain inikan kemudian menjadi terang Pak, kalau tadi yang disebutkan oleh Pak Tri itu sebetulnya kita kan harus meng-encourporated juga, kita mempunyai badan-badan yang selama ini sudah terkait dengan pengembangan prototipe yang Bapak sebut tadi. Salah satu tugas Pemerintah mem-bikin prototipe dan kemudian dikembangkan oleh industri yang ada. Nah, di dalam skema yang diajukan ini kan tidak tampak Pak kemudian, prototipe itu yang mem-bikin siapa dan kalau selama ini prototipe itu kan bisa merupakan kerja sama antara Litbangnya Angkatan, Litbangnya TNI, ada BPPT, dalam hal anoa atau pesawat itu juga ada BPPT di sana dan kemudian ada industrinya sendiri yang terlibat. Nah, di sini Pak yang tampaknya belum jelas dan itu tidak mungkin juga ditempatkan di bawahnya KKIP saya lihat Pak. Ini bagaimana Pak kira-kira jalan keluarnya, karena Pak TB, barangkali ini mungkin mempersoal supaya kita lebih mantap lagi

7

dengan KKIP itu, di Indonesia itu yang lamanya komite-komite ini kan sebenarnya tidak pernah efektif Pak. Apakah ini nanti por formatnya KKIP itu seperti apa yang sebenarnya perlu kita pertimbangkan supaya benar-benar efektif. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Ibu Nuning, kemudian nanti Pak Guntur.

F-HANURA (Dr. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI KERTOPATI, M.Si.): Terima kasih Ketua. Assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Menyambung dari apa yang disampaikan oleh Pak Tri dan Pak Heri tadi mengenai performa dan prototipe, tapi saya ingin melihat kepada kriteria yang diambil untuk menjadi Ketua KKIP. Saya beberapa kali saya bertanya, baik kepada Pak TB Hasanuddin maupun yang lain-lain, pemilihan dulu, apakah betul itu Pak Silmi Karim ya Ketua KKIP?

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Bukan, Ketua KKIP itu Menteri Pertahanan.

F-HANURA (Dr. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI KERTOPATI, M.Si.): Ok, kalau Pak Silmi Karim itu sebagai apa?

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Sebagai Asistensi Kelompok Kerja.

F-HANURA (Dr. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI KERTOPATI, M.Si.): Oh Ok, karena seringkali media atau apa suka salah menempatkan itu, justru itu yang ingin saya tanyakan di sini, kriterianya apa kalau memang betul demikian, variabelnya apa, sehingga seseorang bisa ditempatkan sebagai Ketua KKIP, karena itu penting sekali menyangkut kepada keberadaan dari industri pertahanan kita yang tidak sederhana sampai ke hal yang merupakan menjadi concern saya, terutama saya dengan Pak Tri, itu mengenai Harwat dan lain sebagainya. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Guntur.

F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Terima kasih Pimpinan. Mungkin saran saya kepada Pemerintah ataupun juga Pimpinan, ini untuk dapat menuntaskan dulu pembicaraan masalah UU ini sampai dengan kepada pengelompokannya nanti, namun satu sisi saya menanggapi daripada Pimpinan tadi, saya sebetulnya cenderung untuk berbicara mengenai Litbang ini ada pada tataran Kementerian, karena nanti tataran Kementerian atau Lembaga, baik itu pada tataran Kemhan maupun kepada pengguna TNI/Polri, akan secara teknis memberikan saran yang ini akan diteruskan ke Kemhan ataupun kepada Inhan yang ini akan nyampai juga kepada KKIP secara strategis apa yang akan diperlukan. Pada positioning ini saya pikir untuk pada saat sekarang kita tidak pada tataran membicarakan tentang bagaimana peranan Litbang pada komposisi UU ini, namun kita perlukan ini nanti sebagai saran daripada pengguna di tataran Kementerian Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan yang lain.

Pak Hayono, kami persilahkan.

8

F-PD (H. HAYONO ISMAN, S.IP.): Terima kasih Pimpinan. Pertama-tama terima kasih atas pemaparannya Pak dan saya yakin kita semua tidak akan menjiplak sistem di negara manapun, barangkali yang perlu kita lihat adalah development regulation yang terjadi di negara-negara yang sudah terlebih dahulu maju Pak. Nah, saya ingin melihat development procurement yang terjadi dalam negeri, kita tahu bahwa ganti Panglima ganti selera, ganti Kepala Staf ganti selera, dan yang berikutnya saya lihat langsung pada saat saya memimpin di Kunker di PT. PAL Surabaya, bagaimana PT. PAL dengan ITS putus hubungan, padahal semestinya antara PT. PAL dan ITS itu erat ya, saling mendukung, ini bisa putus, sehingga dengan demikian Pak, saya ingin apakah masalah-masalah ini bisa dijawab, bisa diatasi dengan RUU Industri Pertahanan. Siapapun Panglimanya, siapapun Kepala Stafnya, siapapun Presidennya, TNI tetap konstan bersama-sama industri pertahanan, karena ini juga penting bagi industri, supaya ada kepastian di dalam procurement negara, sehingga mereka bisa merencanakan jangka panjang dan tentunya akan memberikan dampak positif terhadap penguatan industri dalam negeri. Nah, ini yang barangkali Pak kita mohon dicerahkan di Komisi I ini, tentang hal-hal yang saya katakan tadi. Karena jelas masalah-masalah itu ada dan masalah-masalah itu mudah-mudahan dapat dijawab dengan RUU Industri Pertahanan. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik, kalau tidak ada lagi kami persilahkan kepada Pak Dirjen untuk menjawabnya.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik, terima kasih Bapak. Jadi dari semua tanggapan Bapak yang sangat baik bagi kami untuk merevisi gambar ini pada dasarnya memang betul bahwa Badan Litbang-Badan Litbang yang ada di masing-masing organisasi itu sudah bagian daripada TNI. Jadi Litbang AD adalah bagian TNI, Litbang AU, AL ada, jadi ada di dalam box itu Pak. Kemudian Badan Litbang Kemhan juga ada di dalam box Kemhan, hanya khusus untuk tadi yang Bapak Ketua, Bapak Pimpinan mengatakan kalau kita mau transfer teknologi, karena kita belum punya peraturan di masing-masing Kementerian dengan Angkatan, oleh karena itu kita tarik di KKIP, supaya nanti transfer teknologi itu bisa secara komprehensif yang akan bekerjasama dengan BPPT, Menristek, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian BUMN. Oleh karena itu, kami angkat di KKIP dan itu ada di DIM Nomor 255 sampai 285 Pak. Jadi ini di sini dihubungkan bagaimana penelitian, pengembangan, dan perekayasaan dimasukan sebagai bagian daripada terkoordinasi dengan KKIP. Itu yang kami sampaikan. Kemudian, bagaimana yang disampaikan oleh Pak Hayono tadi agar ganti Pimpinan dan ganti selera untuk ini dapat dihindari, kami masukan di Pasal 27 untuk standarisasi. Jadi standarisasi daripada Alutsista yang akan diikuti secara periode, apakah selama 20 tahun, selama 25 tahun untuk jangka panjang sebagaimana yang diharapkan oleh industri pertahanan ini, UU ini, yang akan kita rebut dalam tempo 20-25 tahun ke depan. Demikian Bapak yang bisa kami sampaikan. Mengenai KKIP, jelas Ibu Nuning, bahwa KKIP yang ada sekarang itu diketuai oleh Menhan dan terdiri dari lima kelompok kerja, dan tujuh asisten. Jadi lima kelompok kerja itu, kelompok kerja yang pertama mengenai kebijakan diketuai oleh Professor Edi Siraj, kelompok kerja yang kedua mengenai pengadaan di Kepala Badan Ranahan Kemenhan, kelompok kerja yang ketiga oleh Dirjen Industri Kementerian Perindustrian, kelompok kerja yang keempat mengenai riset oleh Menteri Ristek, kemudian mengenai non Alutsista dan kerja sama internasional oleh Deputi BUMN. Jadi lima kelompok kerja. Sedangkan Silmi Karim adalah Tim Asisten yang terdiri dari tujuh orang untuk memberikan saran-saran kepada kelompok kerja. Demikian Ibu.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Pak Ketua, satu lagi Pak Ketua.

9

KETUA RAPAT: Silahkan.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Pak Dirjen, kalau kita pahami dari yang lainnya, inti dari untuk mendorong industri

pertahanan di banyak negara yang disebutkan tadi kan dari procurement ya Pak, dari belanja, sehingga di sana tampak sekali di tempat lain itu adalah fungsi dari Kemhannya sebenarnya terfokus pada pengadaannya tadi Pak, sedangkan pembinaannya justru di sisi yang samping tadi Pak. Karena itu pada hemat saya tidak pas juga kalau dari Kemhan itu hubungannya menjadi, karena menjadi, kan sebenarnya pengadaan Pak, kalau pengadaan jangan disambungkan dengan teknis ini Pak, tidak dengan pembinaan teknis, sementara pembinaan teknis mestinya masuk di sebelah sananya Pak, sehingga karena dalam tugas pokoknya Kemhan dan saya kira industri pertahanan driving force-nya adalah dari procurement TNI tadi. Nah, justru di situ yang harus diperkuat Pak, mulai dari pembuatan prototipe dan lain-lain, pada hemat saya itu masih kewenangan dari Kemhan yang ada di sini, sekalipun nantinya pembinaan teknisnya sebagai wujud dari spek tadi kan harus diwujudkan dalam model, dalam prototipe Pak, itu masih kewenangannya di sebelah hanya Kemhan, tapi selanjutnya lebih jauh pembinaan teknis terhadap industrinya sendiri mestinya ada di sebelah sini Pak, kalau selesai seperti itu. Terima kasih Pak.

F-PD (H. HAYONO ISMAN, S.IP.): Terima kasih Pimpinan.

Terima kasih Pak jawabannya Pak. Kita Komisi I kedatangan Duta Besar Serbia, mereka protes kenapa kok tidak diundang, Serbia, padahal speknya itu sama dengan yang dibutuhkan oleh Angkatan Darat, lebih murah, pernah digunakan oleh AD di masa yang lalu. Nah, hal seperti ini mudah-mudahan tidak benar laporan Dubes Serbia ini.

Yang kedua, menyangkut perguruan tinggi Pak, karena saya melihat, sebetulnya kalau kita bicara prototipe, Pak Heri Akhmadi kan saya pikir dengan perguruan tinggi juga sebetulnya bisa dikerjasamakan, hanya saya tidak melihat posisi perguruan tinggi seperti ITB dan ITS utamanya itu ada di dalam kerangka yang ada di hadapan kita. Tadi Pak Tubagus waktu saya tanya, Pak apa ada unsur ITB, unsur ITS, ada Pak, perorangan di dalam KKIP. Apakah tidak lebih baik Pak, dengan segala hormat kepada teman-teman yang sudah membahas masalah ini, itu perguruan tinggi juga ikut Pak di dalam situ Pak, sehingga perguruan tinggi termotivasi Pak untuk juga ikut memikirkan pengembangan teknologi militer, karena sayang Pak, seperti yang saya katakan tadi, berdekatan antara PT. PAL dengan ITS, PT. Dirgantara dengan ITB, tapi tidak ada kerja sama yang optimal di antara mereka Pak. Terima kasih Pak.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI):

Pak Hayono, mungkin saya menyambung Pak Hayono tadi Pak, ini mungkin tidak ke sana, tapi ke Pak Hayono. Pada hemat saya Pak, pekerjaannya bisa dilakukan bersama dengan Universitas, dengan yang lain-lain, tetapi penanggungjawabnya untuk membikin prototipe itu tempatnya tidak di KKIP, tapi prototipe itu memang adalah turunan dari spek yang diinginkan, kemudian kalau mau dalam negeri kemudian dibikin di dalam negeri itu tetap menjadi kewenangan dari Kemhan, menjadi tugasnya Litbangnya Kemhan tadi atau TNI, dari sana dia bekerjasama dengan siapapun, yang kita urus di sini nantinya adalah anggarannya Pak, selama ini anggaran untuk membuat prototipe tidak jelas dimana Pak, selalu ada di BPPT menganggarkan, di sana, kemudia pecah-pecah, tetapi tidak satu. Kalau jelas ini adalah tugasnya dari Kemhan, yang nanti dia yang harus seperti di tempat lain Pak, di Amerika itu juga tugasnya Kemhan Pak, bahwa dia bekerjasama dengan Logi, dengan segala macam, dengan industri, itu urusannya dia Pak. Terima kasih.

10

F-PD (H. HAYONO ISMAN, S.IP.): Pimpinan. Terima kasih Pak Heri, diterima, hanya saya khawatir perguruan tinggi ini tidak dilibatkan secara aktif Pak. Menurut saya semestinya harus, mengenai nanti bagaimana kebijakannya saya setuju dengan Pak Heri Ahmadi, hanya itu tadi Pak, perguruan tinggi itu menurut saya jangan sampai tidak juga menangani teknologi militer yang saya pikir perkembangannya itu juga sangat pesat. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT: Silahkan Pak Guntur.

F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Terima kasih Pak. Kelihatannya memang sudah agak mulai jelas ini Pak yang disampaikan Pemerintah hari ini. Pertama, tentang peran BUMN dan swasta. Kemudian kedua, kendali Pemerintah, dalam hal ini BUMN. Ketiga tadi juga disampaikan sistem permodalan. Keempat juga masalah hubungan kelembagaan, kemudian masalah-masalah model dengan negara lain, kelihatannya memang sudah mulai mengarah. Yang kami belum begitu jelas, standarisasi produk Pak, yang kami nanti mohon juga ditambahkan dalam hal ini standarisasi produk yang bisa dilakukan antara swasta dan Pemerintah. Kami melihat misalnya seperti kemarin juga belum terjawab ada klasifikasi yang bisa dibuat oleh swasta, dalam hal ini kapal, tetapi yang senjatanya harus dibuat oleh BUMN, dalam hal ini standarisasi macam apa yang bisa dibenarkan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

F-HANURA (Dr. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI KERTOPATI, M.Si.): Saya hanya ingin meminta untuk Bapak mungkin bisa dilengkapi ini dengan Pokja-Pokja yang ada itu, sehingga kami bisa lebih jelas pemetaannya bagaimana. Terima kasih.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik, terima kasih. Sebelum kami sampaikan mengenai KKIP, nanti kami lanjutkan dulu mengenai pengelompokan industri. Nah, ini Bapak, mengenai pengelompokan industri. Jadi kami mengelompokan menjadi empat, yaitu: industri alat utama, industri komponen utama, industri bahan baku, dan industri komponen. Nah, kalau kita lihat satu kapal perang yang utuh, itu industri alat utama itu atau lead integriter harus BUMN 100 persen, karena di sanalah strategisnya kemampuan suatu negara, jangan sampai nanti kemampuan ini dapat diperjualbelikan kepada pihak yang kita tidak inginkan, seperti misalnya kapal perang lengkap dengan integrated weapon dan sistem CMS-nya (Combat Management System). Nah, ini harus BUMN, sedangkan industri komponen utama alat yang penting atau strategis sebagai Tir-2 itu membangun platform kapalnya, engine, dan Combat Management System-nya itu boleh di dalam Tir-2, dan ini 60 persen milik negara, BUMN, sedangkan industri komponen suku cadang dan non Alutsista dalam Tir-3, itu boleh dilakukan oleh swasta dan industri bahan baku juga boleh dilakukan oleh swasta. Jadi gambar ini memperlihatkan kepada kita bagaimana strategisnya pengelompokan untuk industri pertahanan dilihat dari pemilikan dan peraturan yang akan diterapkan kepada industri tersebut. Satu lagi mengenai tank, panser Bapak. Mengenai panser, panser ini juga dapat kita lihat untuk empat pengelompokan industri tersebut, mengenai tured electric gun dan weapon-nya itu dan juga body hold-nya mestinya dimiliki dapat diproduksi oleh milik negara, BUMN, sedangkan bannya, kemudian bajanya dapat dilakukan oleh industri dari tir-2, tir-3, dan tir-4, oleh BUMS (swasta). Demikian Bapak yang bisa kami sampaikan, selanjutnya menjawab pertanyaan

11

dari mengenai pelibatan perguruan tinggi, betul Pak Hayono, bahwa selama ini di dalam KKIP di sana, peranan perguruan tinggi akan ditingkatkan bagaimana perguruan tinggi itu masuk di dalam KKIP, sekarang juga sudah ada dari Universitas Indonesia, ITB, tetapi baru dua itu, ada ITS, baik, sudah ada 3 universitas itu. Nanti kami akan menghimpun dari berbagai universitas yang mempunyai kemampuan dan yang dapat dikembangkan kemampuannya untuk membantu dalam menyusun atau meriset untuk prototipe, ini yang sangat spesifik di dalam UU ini dan ada di dalam Pasal 29 Pak. Selanjutnya, untuk bisa menjelaskan kepada Ibu Ning mengenai peranan KKIP, kami undang Anggota KKIP, Tim Asistensi Bapak Said Didu untuk bisa menyampaikan sedikit mengenai prosedur dari KKIP di dalam meeting-meeting yang diselenggarakan setiap tiga bulan, dihadiri oleh enam Menteri dan Kapolri dan Panglima TNI, silahkan Pak.

TIM ASISTENSI KKIP (SAID DIDU): Terima kasih Pak Pimpinan. Pimpinan Komisi I dan Anggota yang kami hormati. KKIP yang ada sekarang adalah dibentuk belum berdasarkan UU, tapi adalah KKIP berdasarkan pengalaman kami sulitnya berkoordinasi membangun industri pertahanan. Jadi ini belum tentu nanti kalau UU ini jadi seperti ini, tergantung amanat UU-nya seperti apa, sehingga dalam KKIP yang ada sekarang, itu Menkeu belum masuk, padahal kalau lihat UU-nya nanti, pasal-pasal yang ada kelihatannya penting sekali Menkeu ada di dalam KKIP. Jadi Menteri yang ada hanya Menristek, Ketuanya Menhan, Wakil Ketua adalah Menteri BUMN, Anggota Menteri Perindustrian, Menristek, Kapolri, dan Panglima TNI, itu yang ada di dalam KKIP. Seperti dijelaskan tadi ada beberapa Pokja untuk membantu KKIP dan ada Tim Asistensi, Tim Asistensi ini sesuai dengan bidang masing-masing. Kebetulan sebelumnya saya lama di BUMN, jadi agak mengerti bagaimana kendala korporasi yang terjadi. Jadi yang dibikin bukan yang dipesan dan yang dipesan tidak dibikin, kira-kira demikian, ini yang mau dijembatani supaya yang direncanakan dibikin dan dipesan, itu kira-kira, yang dikatakan tadi kata sederhananya Pak Hayono Isman, yang direncanakan harus dibikin dan harus dibeli. Nah itu kira-kira wujud dari KKIP ke depan yang kita harapkan. Jadi ini sangat efektif, karena KKIP terdiri dari orang-orang yang tidak terlibat, jadi berkoordinasi, tidak terlibat langsung dengan proses pengadaan, proses perencanaan, tapi agak netral melihat, kemudian bagaimana kami dari KKIP berdialog, berdiskusi dengan TNI, seperti besok kami akan ke Mabes AL untuk mendiskusikan bagaimana merencanakan Alutsista yang akan dipesan TNI AL. Jadi ini orang-orang yang memberikan gambaran untuk menyambungkan antara aspek korporasi, aspek finansial, aspek pembiayaan, dan lain-lain, yang orang-orang ini yang, jadi seperti banyak hal yang kami katakan, banyak ide-ide yang muncul, saya bilang oke, secara teknis bisa, tapi secara korporasi tidak bisa, secara korporasi bisa tapi secara pembiayaan tidak bisa, karena mekanisme APBN-nya begini. Nah, ini fungsi KKIP sebenarnya, karena kadang-kadang teknis bisa, finansial tidak bisa, korporasi tidak bisa, ini yang harus ditentukan supaya tidak ada lampu merah dilalui oleh manapun di dalam KKIP. Jadi fungsi KKIP adalah mencabut semua lampu-lampu merah, minimal kuning atau menghijaukan lampu merah yang ada di masing-masing lembaga itu. Itu kira-kira fungsi KKIP, sehingga Tim Asistensi, saya kebetulan Tim Asistensi itu memang orang-orang yang punya pengalaman di bidang tersebut untuk memberikan masukan secara netral dan tidak boleh ikut-ikutan sama sekali setelah pengambilan keputusan KKIP dan proses pengambilan keputusan KKIP adalah hanya sidang KKIP. Jadi hanya sidang dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota yang kami sampaikan tadi. Kami semua hanya memberikan masukan dan berdiskusi sampai tuntas. Jadi kira-kira begitu, baru naik ke masing-masing lembaganya. Nah, seperti yang dikatakan tadi, bagaimana dengan Litbang? Saran kami adalah supaya ini karena ada juga UU Sistem Iptek Nasional, saran kami bahwa semua itu mungkin hanya satu pasal nanti bahwa itu Menristek harus menjadi membawa aspirasi Bapak-bapak katakan tadi ke dalam pelaksanaan di Risteknya supaya UU ini tidak terlalu berat nanti berhubungan dengan perguruan tinggi, berhubungan dengan apa, tetapi ada Menristek yang ditugaskan oleh UU ini untuk mengakomodir segala potensi Litbang agar dikaitkan dengan perencanaan Alutsista dan pengembangan Alutsista ke depan itu, maksud kami supaya, karena secara ini, kalau lihat pasalnya tadi, kelihatannya kata orang Bali otomatis ini Menristek kayaknya akan menjadi Anggota KKIP, karena Pasalnya juga cukup banyak. Jadi maksud saya, kalau kira-

12

kira sudah masuk ke Anggota KKIP, maka Kementerian/Lembaganya saja diberikan beban di pasal. Jadi tidak perlu terlalu jauh ke sana, karena nanti tabrakan dengan UU lain yang bisa menjadi apa namanya, orang-orang Menristek menyatakan saya pakai UU ini, UU ini menyatakan kami pakai ini, akhirnya tidak ada yang jalan, karena masing-masing tabrakan. Jadi saya pikir untuk ini kira-kira itu pandangan kami dari untuk memudahkan agar UU ini, kan biasanya Pak di birokrasi, saya orang 20 tahun di birokrasi semua memakai UU nya untuk mempertahankan dirinya sendiri dan menganggap berhasil kalau sudah berhasil mempertahankan dirinya, bukan mencapai tujuannya. Jadi semua bertahan dengan UU nya, tidak ada yang jalan. Jadi saya pikir itu masukan kami, mohon maaf Ketua tambahan masukan tentang bagaimana tadi Ristek itu.

Terima kasih Pak.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik Pak, terima kasih Pak. Kalau bisa satu lagi, Tim Asistensi Bapak, Prof. Agus Brotosusilo dari Universitas Indonesia di bidang hukum bisa menyampaikan.

Silahkan.

TIM ASISTENSI KKIP (PROF. AGUS BROTOSUSILO): Terima kasih Bapak Pimpinan. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Anggota DPR yang saya hormati.

Tim Asistensi yang berjumlah 7 (tujuh) orang itu nantinya memang kami akan bertugas untuk bersama-sama dengan lima Pokja yang ada dalam membantu perumusan-perumusan kebijaksanaan di dalam KKIP, seperti saya sendiri bertugas di bidang regulasi dan perundang-undangan. Jadi kami mencoba sebelum menyusun RUU ini ataupun nanti, itu kami coba telusuri dan pelajari segala peraturan perundang-undangan yang ada yang terkait dengan apa yang akan kita rumuskan di dalam RUU ini dan kemudian hasil kajian-kajian kami, kami laporkan di dalam KKIP dan kemudian dalam KKIP itu dirumuskan satu kebijakan yang kemudian kami jadikan sebagai usulan di dalam penyusunan norma-norma di dalam UU Industri Pertahanan nanti. Demikian juga di dalam melakukan tugas tadi kami berpegang teguh kepada beberapa prinsip, antara lain adalah dalam pengadaan industri pertahanan kita harus mampu mempertahankan paling tidak kemandirian semaksimal mungkin, tentu saja tidak sepenuhnya mandiri begitu ya, kemandirian sampai semaksimal mungkin dan juga dalam era globalisasi ini penting juga bagi kita untuk berusaha untuk semakin meningkatkan daya saing kita di dalam, baik di dalam negeri maupun di dalam pasar internasional, dalam arti produk-produk industri pertahanan yang dihasilkan nanti kecuali ditujukan untuk memenuhi kebutuhan TNI dan Polri dan lembaga-lembaga lain yang memerlukan, itu sedapat mungkin juga diupayakan agar supaya nanti dapat memiliki daya saing untuk dipasarkan ke user-user di luar negeri juga. Tapi itu mungkin jangka panjang nanti, sehingga nanti kegiatan industri pertahanan itu tidak hanya bermanfaat untuk security saja, tetapi dia juga nanti berkaitan dengan masalah prosperity gitu ya, karena nanti kegiatan industri pertahanan, itu di samping menjadi substitusi dari kebutuhan-kebutuhan yang selama ini kita impor, itu juga berusaha untuk menggerakan kegiatan ekonomi yang ada di dalam negeri sendiri dengan mempergunakan investasi modal yang ada dan tenaga kerja yang ada, dan juga produk-produknya dipasarkan dan juga nanti kita berusaha membangkitkan industri-industri pendukung yang jumlahnya akan sangat besar nantinya. Nah, inilah yang dapat kami sampaikan sekedar sebagai tambahan. Jadi sekali lagi, kegiatan di bidang industri pertahanan tidak hanya berkaitan dengan masalah security, tetapi dia juga berkaitan erat dengan upaya untuk mewujudkan prosperity di tanah air kita ini.

Terima kasih Bapak Pimpinan.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Terima kasih Bapak.

13

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Dirjen.

Ijinkan saya sharing dulu. Baik. Struktur TNI di dalam UU Pertahanan dan UU TNI sendiri, itukan dalam hal tugas,

itu bagi dua, ada yang namanya Gunkuat/penggunaan kekuatan. Kalau yang kedua, Bangkuat/pengembangan kekuatan. Dalam hal pengembangan kekuatan, dia itu berada di bawah Kemenhan, tidak di bawah Bapak Presiden, sehingga strukturnya kalau menurut hemat saya, coba dinaikan sedikit, kira-kira naikan saja sedikit slide-nya, jadi Presiden ke Kemenhan, kemudian di bawahnya itu adalah TNI. Selanjutnya sama saya kira dengan yang lain. Nah, kira-kira seperti ini. Presiden membawahi Kemenhan dan juga dalam hal ini adalah KKIP, TNI itu berdasarkan Litbangnya TNI, Darat, laut, Udara, dan TNI sendiri, kemudian membuat spek-spek dan kemudian itu diajukan kepada Kemenhan, kami butuh seperti ini, kira-kira seperti itu. Kemenhan lalu membawanya, membahasnya dengan KKIP, apakah ini sudah sesuai dengan rencana strategis jangka pendek maupun jangka panjang, tetapi tentu hari-harinya KKIP yang dibantu juga dengan para teknisi, kemudian para pemikir, kemudian juga teknokrat, dan sebagainya, akademisi dan sebagainya, itu juga selalu melaksanakan koordinasi terus menerus dengan Litbang Kemenhan dan Litbang TNI. Saya kira kesepahamannya kira-kira seperti itu. Lahirlah lalu berwujud permintaan atau order dari Kemenhan yang kemudian diberikan kepada BUMNIP. Dalam proses pembuatanpun, Litbang itu tetap seperti sekarang, bekerjasama dengan nanti KKIP melakukan mengontrol product dari BUMNIP agar sesuai dengan spek-spek yang diminta. Ini barangkali, jadi hampir sama dengan Bapak tadi, tapi Kemenhan itu membawahi TNI dalam hal Bangkuat/pengembangan kekuatan. Kalau yang tadi itu sepertinya TNI ya sendiri, sejajar dengan Kemenhan, itu kalau itu Gunkuat iya, tapi kalau sudah Bangkuat, ah yang ini nih, menurut hemat saya ini harus turun ke bawah, selanjutnya sama, itu. Kemudian saya bukan karena saya sudah pensiun ya. Saya tergelitik begini ya. Kebetulan saya pernah sekolah di beberapa negara di luar ya, namanya user, kita iya, kita mencontoh user begitu, pengguna, tapi saya lama ikut di tentara Perancis, itu tidak ada Brigade atau barangkali Angkatan Darat ikut cawe-cawe dalam misalnya apa itu, tender tank, begitu, tidak ada di sana. Saya tanya ke tentara Amerika, no, kami gunakan terserah negara memberi apa, Kemenhan memberi apa, ini tank untuk kamu 200, oke, pake, ya sudah, tapi tidak ada lagi misalnya ikut para perwira tempur itu, para Jenderal-Jenderal itu ikut tender, adu harga, tawar menawar, tidak ada lagi, ini bagaimana idenya supaya masuk di UU menurut hemat saya, sehingga benar-benar yang namanya pengadaan itu di user, di AD Perancis misalnya, itu hanya dua pengadaaan itu, logistik sekitar makan dan minum, bensin, itu dia tenderkan, cari, karena itu mungkin kalau di liong, itu di bawah, itu dia ditenderkan di kemana, kalau itu misalnya di daerah lain, di Paris, mungkin di kota ya ditenderkan lain supaya lalu lintas itu, depot-depot makanan itu bisa dekat, begitu. Jadi hanya logistik, kalau di kita itu bekal kelas 5 ya. Kalau yang namanya bekal kelas 1, 2, 3, kemudian alat atau suku cadang itu memang koordinasinya dengan industri pertahanan. Jadi hanya dua. Perwira itu, Perwira logistik itu tugasnya dua, mencari, membeli, itu kalau di kita mungkin itu beras, kalau di sana roti, minyak, dan sebagainya ya untuk dapur umum, kemudian suku cadang untuk alat-alat tempur untuk Alutsista tidak ada lagi user misalnya dan Pussenkav misalnya bolak balik untuk ke Jerman, karena mau beli Leopard misalnya atau dan Pussard, kebetulan (suara kurang jelas) itu bolak balik ke Inggris membeli apalah misalnya M-2000 atau misalnya (suara kurang jelas), itu tidak ada lagi. Dia ya sudahlah, kamu bertempur saja, sudah nanti senjata yang adakan itu adalah Kemenhan saja atau KKIP. Kalau di sana untuk AD, Jayad gitu ya, itu. Jadi tidak lagi, ya sudah, diurusinya itu beli membeli, tawar menawar, ya sudah, tidak usah di user itu, user itu benar-benar pengguna ya.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Pak TB, kemudian kalau yang menentukan speknya siapa Pak?

KETUA RAPAT: Kalau yang menentukan spek itu ya dari TNI, maaf, dari Angkatan Darat berdasarkan user. Jadi kalau di luar user itu, oke, misalnya mereka habis perang dari Iraq, habis perang dari tempat lain, dan sebagainya, lalu ada Litbang, lalu untuk perang ke depan seperti ini, misalnya,

14

kemudian dibawa ke semacam, di kita juga ada Litbangnya, di TNI nya, kemudian juga ada Litbang di Kemenhan, yang kemudian ada KKIP mirip juga di sana, kemudian diberikan ke Kemenhan lalu di bawa ke industri-industri angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara. Nah, tetapi kalau mau misalnya AD itu membeli helikopter buatan British Air Space, misalnya AD Perancis, itu mereka tidak terlibat dalam pembelian, yang terlibat itu Pemerintah, dalam ini ya Kemenhan begitu. Kalau ya di sana memang mereka ya sudah untuk perang dan tidak terlalu banyaklah begitu, tidak ada lagi misalnya tentara itu, ya khusus untuk peranglah, mengurus logistik dan cadangan, sudah itu aja. Perang, mengurus logistik, dan mengurus cadangan, cadangan Alutsista, tapi tidak ada tender, kemudian melakukan prosedur tender begitu dan sebagainya, makan malam dengan broker-broker misalnya, ya tidak ada. Saya mohon maaf ya, kenapa kok tidak dari dulu ngomong ya, saya belum pensiun waktu itu ya. Tapi ini menurut hemat saya bagus ya, tidak dibebani untuk hal pengadaan. Ketika dia kemudian pensiun sudah hilang tanggungjawab moral alat ini, ya, misalnya waktu jaman saya, saya memang Panitia membeli rudal rapier itu, ternyata lumpuh kan, mungkin secara moral saya juga bertanggungjawab, walaupun waktu itu saya masih pangkat Mayor, ada lebih lagi ada namanya Panitia Sumbur Geni, ada untuk pengadaan seperti itu, ini namanya Panitia Sumbur Geni dulu. Saya tiga bulan di sana, di negara sananya, di Rain Metal juga saya ya. Maksud saya sekecil mungkin dalam hal pengadaan sampai tender, jual beli, dan sebagainya, itu full, itu ada di Pemerintah, dalam hal ini Kemenhan, KKIP, dan Industri strategis, begitu. Jadi pengguna itu cuman butuh, saya pun perlu sangkur jangan 26 cm ukurannya, 30, udah itu saja, selesai dibikinkan, ini sangkur ukuran 30 cm sesuai permintaan, begitu. Tapi jangan, ini duit-nya, you nyarilah, mau ke Garut, apa mau ke Bandung nyarinya, itu tidak bisa begitu, atau ke Cibaduyut, ndak bisa, ya sudah. You butuh apa, kami penuhi, itu prinsip-prinsip di hampir semua negara seperti itu. Ini mungkin harus ada sebuah terobosan menurut hemat saya, sehingga nanti itu tentara pun kalau minta spek, kemudian dikasih speknya berbeda, dia bisa komplain, begitu, ada dimintai pertanggungjawaban, saya mintanya Tank, loh anda kok kasih Panser misalnya. Saya minta Tank MBT, tetapi kok saya dikasih Medium Tank, itu ada ranah teknis, ada ranah strategis, dan ada ranah politik. Nah, kalau sekarang kan di DPR mohon maaf, masuk berbicara soal teknis, lalu Komandan Kompi berbicara soal politik misalnya. Kami berbicara roda rantai misalnya, itu sudah tidak akan lagi terjadi besok itu, tapi ini karena babaliut-nya sistem yang kita ikuti menurut hemat saya, ini mungkin sebuah sharing di antara kita seperti apa, dan sesungguhnya tentara professional menurut UU, ya seperti itu, dia hanya berlatih, kemudian bertempur, dan mati. Gak usah mati lah, berlatih, bertempur, tidak ada berlatih, bertempur, kemudian di tengah-tengah berlatih itu misalnya tender, ndak ada, besok itu begitu. Ini menurut hemat saya harus kita masukan dalam bagaimana sebaiknya. Jadi tentara itu hanya mengurusi logistiknya saja, kalau di Indonesia bekal kelas 1, kelas 2, kelas 3, kelas 4, kemudian, ya kelas 5, kelas 5 nanti cadangan, kelas 6 untuk para Komandannya lah. Hehehe.. Jadi satu itu saja. Jadi tidak ada lagi misalnya terbebani dengan pengadaan-pengadaan yang kemudian terus berlarut-larut, buat dia spek, mintakan kepada negara, itu kira-kira. Ini menurut hemat saya, sehingga posisi TNI itu dalam hal Bangkuat harus di Kemenhan, begitu Pak. Kalau yang lain-lainnya, saya kira TNI dan Polri dan mungkin yang lain, saya kira tidak ada masalah ya. Soal sekarang masalah pengelompokan industri pertahanan, mungkin dari Pak Salim ya, ada tambahan tidak? Ini karena gambarnya tank Pak, misalnya ada industri alat utama, industri bahan baku, kemudian industri komponen utama, dan industri suku cadang.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI):

Pak Ketua. Sebelum menuju ke situ, Pak Ketua tidak menjelaskan yang dijelaskan tadi sesuai dengan DIM-nya, sehingga nanti perubahan DIM-nya itu memungkinkan Pak Ketua. Artinya tadi kan UU ini juga keinginannya ingin juga mengatur alur daripada pengajuan spek itu yang pembatasannya. Di sini hanya disebutkan pada DIM 64 misalkan, “pengguna sebagaimana dimaksud dengan Pasal 6 berkewajiban menggunakan produk industri pertahanan dalam negeri”, titik di situ Pak, tidak ada yang mengatur seperti yang dimaksud oleh Ketua tadi. Nah, apakah tidak sebaiknya memang dicarikan sebuah rumusan, bahwa pemahamannya dari pengguna itu ya berhenti pada spek umum, sedangkan spek khususnya, termasuk pilihan

15

senjata akhirnya itu bukan jadi kewenangannya dia lagi, tapi instansi mana yang menetapkan Pak. Itu yang saya kira, karena ini mengenai kelembagaan Pak belum selesai hubungan antar lembaganya, antara pengguna, penyedia, pemerintahnya dan industrinya tadi.

KETUA RAPAT: Ya. Mungkin ada dari yang lain? Jadi intinya, user itu, darat, laut, udara itu memang hanya mencari spek yang cocok untuk dimintakan kepada negara melalui Kemenhan, itu intinya. Itu barangkali. Mungkin dari Bapak.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik Bapak.

Jadi Pak Heri, di Pasal 25 sebenarnya ada di sana atau DIM nomor 235 sampai 238, dimana di 236 itu rencana jangka panjang kebutuhan peralatan pertahanan dan keamanan yang harus disampaikan oleh TNI, Polri kepada KKIP.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, yang lain barangkali? Jadi saya kira untuk ini sudah ada kesepahaman kita ya? Kira-kira, ya, silahkan.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Apakah sudah memenuhi atau harus ditambahkan? Pasal ini memuat Pak, Pasal 25 ini ketentuan pengguna (suara kurang jelas), merumuskan, meliputi kebijakan, rencana jangka panjang, persyaratan operasional, asistensi, dan evaluasi produk, pengembangan produk. Saya kira sudah cukup, tapi Pak TB mungkin dilihat lagi, apakah..

KETUA RAPAT: Ya, saya belum masuk pada pasal-pasalnya, saya ingin grand design pemikirannya dulu, kalau konsepnya sudah sepakat, baru nanti, kalau kita menyisir RUU-nya, kita sudah ada di sini gitu kira-kira.

Oh, silahkan Pak

F-PDI PERJUANGAN (H. TRI TAMTOMO, S.H.): Terima kasih Pimpinan Dari apa yang tadi disampaikan, kita saat ini sedang mencari patron yang pas, dengan patron yang pas tadi, baru kita bisa membuat satu organisasi yang mampu memberdayakan 4 industri tadi Pak. Nah dengan demikian, baru kita bisa melaksanakan visi misi yang tertuang di dalam KKIP itu sendiri. Nah dengan dasar demikian, setelah ini ada kesepakatan, baru kita akan menentukan langkah-langkah strategis, seperti apa yang disampaikan Pak TB tadi, baru kita melakukan, setuju tadi Pak, penyisiran dari satu berturut-turut bab pasal. Nah, kalau itu nanti patron ini sudah jelas Pak, baru kita akan mendapatkan seperti apa yang disampaikan oleh rekan kita dari UI tadi, kemandirian, kemudian memberdayakan ekonomi kerakyatan, dan lain sebagainya, ini baru akan sampai, yang penting kita Pak sepakat dulu dengan patron yang ada, setelah itu baru kita melakukan kegiatan-kegiatan, langkah-langkah strategis yang saat ini sedang dibuat sesuai dengan bab pasal yang ada, baru kita menyesuaikan dari apa yang kita inginkan bersama. Demikian Pak, saran.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih.

Mungkin dari Pak Dirjen?

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik, jadi memang betul supaya kita sepaham dulu mengenai kelembagaan ini, sebagaimana Pak Tri sampaikan tadi, supaya kita lebih mudah nanti untuk masuk ke pasal-

16

pasal. Yang jelas adalah bahwa adalah Kementerian Pertahanan, kemudian ada TNI, kemudian di masing-masing itu ada Litbangnya melakukan penelitian (research) kebutuhan yang dibutuhkan, kemudian disampaikan spesifikasinya, dan akan diadakan oleh TNI. Nah, kalau tidak bisa dilakukan di dalam negeri, Kemhan konsultasi dengan KKIP bagaimana mengimpor, kemudian di KKIP itu ada riset, kemudian ada Kementerian Perindustrian, Ristek, dan ada Kementerian Keuangan nantinya untuk bagaimana kita transfer tekonologi, supaya kita jangan terus menerus mengimpor, tetapi suatu saat kita bisa memproduksi sendiri dalam negeri dan memang transfer teknologi itu ada biayanya Pak. Jadi ini juga harus kita masukan di dalam konsep UU ini supaya di dalam jangka panjang, kita bisa menyiapkan infrastruktur untuk bisa memproduksi pada saat teknologinya sudah kita kuasai.

Demikian, terima kasih Bapak Pimpinan.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Ketua.

Masih tadi ada usulan perubahan tadi Pak, belum dikomentari oleh Pak Dirjen tadi, komentar perubahan yang diusulkan skema yang oleh Pak Ketua tadi. Yang pertama sambil tadi saya juga ingin mengusulkan, bahwa KKIP itu kalau mungkin itu tidak garis-garis Pak kepada industri itu, karena dia adalah menentukan kebijakan sekaligus mengkoordinasikan berkaitan dengan industri itu, sedangkan Kemhan sendiri fokusnya, kalau yang seperti berjalan sekarang, Kemhan kan kemudian ada Perpres juga yang mengatur tentang Wamennya sebagai penanggungjawab pengadaan alutsista itu, itu kan ada di sana Pak, bagaimana ini? Ini bisa dikembangkan lagi bagian organisasinya ini, sehingga tanggungjawabnya itu menjadi lebih jelas lagi, bahwa tanggungjawab pengadaannya, barangnya itu sendiri memang tanggungjawabnya Kemhan, sedangkan KKIP sendiri lebih fokus kepada upaya pengembangan industri di dalam negeri itunya sendiri. Itu barangkali yang perlu ditegaskan dalam bagan organisasinya. Terima kasih Pak.

F-PD (MAYJEN TNI (Purn) YAHYA SACAWIRIA, S.IP., MM.): Saya menanggapi mengenai bagan ini, khususnya masalah KKIP, dari fungsi dan tugasnya, ini di sini sangat-sangat strategis, yaitu merumuskan dan mengkoordinasikan kebijakan strategis industri pertahanan. Kalau dia berada di samping, maka satu, ke samping kanan, itu tidak punya kendali apa-apa, sifatnya koordinatif, termasuk ke bawah juga, mungkin garis titik itu bukan garis koordinatif, tapi mungkin lebih banyak disebutnya garis pengawasan, padahal struktur KKIP sendiri itu sudah di situ itu lengkap, termasuk di dalamnya itu Menhan, Panglima TNI, kemudian Kapolri, dan Menteri-Menteri Kementerian, dan Lembaga, begitu. Karena kalau dia berada di bawah atau disejajarkan, ya ini bisa-bisa aliran dari kebijakan dan koordinasi itu, khususnya kebijakannya, itu bisa-bisa tidak mengalir sampai ke bawah, karena dia berada di samping sebelah kanan. Jadi semuanya sebetulnya berada di tangan kendali utamanya adalah di Kementerian Pertahanan. Ini mungkin saya hanya melihat gambarnya ini dulu, gambarnya ini bagaimana sebetulnya? Kalau yang namanya kebijakan itu ngalirnya itu dari atas. Saya berpandangan justru kebijakan itu ngalirnya dari KKIP kepada unsur pelaksananya, yaitu kepada Kementerian Pertahanan atau langsung mungkin karena Kementerian Pertahanan meng-include di dalamnya KKIP, itu langsung kepada industri-industri BUMN maupun BUMS. Ini pemikiran yang mungkin sederhana dengan melihat dari bagan ini saja begitu.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Kami persilakan Ibu. F-HANURA (Dr. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI KERTOPATI, M.Si.): Sedikit Pak Ketua. Saya ingin menanyakan, mungkin apa belum ini ya, belum tepat waktunya ya, tapi saya hanya ingin mengingatkan di dalam industri penyedia, itu kan ada industri pertahanan juga yang

17

swasta, dimana mereka memproduksi barang-barang yang merupakan industri pertahanan tetapi juga sekaligus pendukung industri pertahanan. Nah itu, di sini pengaturannya ada dimana ya? Terima kasih. KETUA RAPAT: Silahkan Pak. DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik, terima kasih. Jadi Badan Usaha Milik Swasta yang memproduksi tidak hanya untuk kepentingan militer, itu berada di bawah Kementerian Perindustrian. Kalau sebagian daripada produksinya digunakan untuk mensuplai ke TNI, itu harus disertifikasi oleh Kementerian Pertahanan. Ini ada di dalam RUU ini. Jadi yang untuk dipasarkan ke Kementerian Pertahanan atau kepada TNI atau kepada Polri, itu yang perlu disertifikasi, sedangkan yang lainnya itu tetap Kementerian Perindustrian. Demikian Ibu. KETUA RAPAT: Jelas? Kecuali begini Bu, di jual ke Kemhan itu ember misalnya, ndak itu. Kalau ember tidak kan? Ya, tapi kalau Magasen di situ maksudnya disertifikasi. DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Pakaian, topi helm, dan sebagainya.

F-PD (MAYJEN TNI (Purn) SALIM MENGGA): Pak, saya sedikit Pak.

Saya kira terima kasih Pak atas waktu yang diberikan. Mungkin yang harus kita pikirkan sebelum ini kita jadi, pola yang ingin kita kembangkan, sebab masing-masing negara itu berbeda Pak. Jepang mengembangkan industri strategi itu berbeda dengan Amerika, berbeda dengan China. Saya ambil contoh, pabrik sepeda motor Jialing, ternyata itu juga pabrik senjata. Jadi di China itu industri-industri yang ada itu, di situ juga industri pertahanan dibuat. Itu yang saya katakan harus ada desain jelas dulu. Kita mau mengambil model yang mana?

Yang kedua, bagaimana dengan produk-produk yang tidak secara spesifik pertahanan, tapi dia bisa untuk pertahanan. Contoh Pak, pabrik besi padat yang bisa untuk laras, kita harus tahu, mana yang bisa mereka produksi untuk umum dan mana yang diproduksi untuk kepentingan militer, karena spesifikasi teknisnya pasti berbeda. Saya ambil contoh seperti di Krakatau Steel, kalau dia mampu memproduksi pipa padat, yang mana yang bisa dijual ke umum, mana yang tidak bisa. Saya ambil contoh lagi satu Pak, alat kendali roket, alat kendali roket ini sederhana, kalau untuk roket biasa tidak ada masalah, tapi dia kan juga bisa alat kendali ini untuk peluru kendali. Yang spesifikasi seperti ini mungkin perlu kita atur, karena banyak produk yang dihasilkan oleh sipil itu potensial jadi digunakan oleh militer. Itu mungkin jadi yang pertama model, model yang mana yang akan kita pilih. Yang kedua, produk-produk industri kita yang tidak secara spesifik untuk militer, tetapi dia bisa memproduksi untuk militer. Saya ambil contoh Pak, satu kasus Pak, perakit senjata. Perakit senjata sekarang itu bisa beli pipa, pipa padat, ia bisa bor jadi laras senjata panjang. Itulah kita jangan heran Pak banyak senjata rakitan. Nah, kalau ini juga bebas diperjualbelikan, maka tidak ada pembatasan dari kita, ini juga berbahaya buat kita.

Kemudian yang ketiga, peran para TNI sebenarnya di beberapa pabrik Alutsista itu, di dalamnya memang terkait tentara. Kenapa? Dia yang memberi advice, memberi nasehat, misalnya kalau kendaraan tempur dari pengalaman mereka di Afghanistan, di Irak, apa kelemahan dan apa yang mereka inginkan, di pabrik itu ada tentara Pak yang memberi advice untuk membuat suatu desain yang lebih enak dan lebih menguntungkan kalau desain itu diproduk oleh industri itu. Jadi tentara ada perannya Pak dalam industri. Dia mendampingi para

18

teknik pembuat senjata ini, untuk mengetahui bagaimana tentara itu menembak yang enak untuk senjata panjang. Mungkin itu juga perlu diatur dalam UU ini. Saya kira itu saja Pak yang saya sampaikan.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik, sekarang dari Pak Dirjen kami persilakan.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik, terima kasih Pak Salim.

Jadi yang Bapak kemukakan itu memang spesifikasinya ini jelas, kira-kira laras mana yang bisa dijual kepada umum dan laras mana yang tidak bisa. Jadi kalau di dalam persenjataan memang membutuhkan ukuran yang spesifik yang di bawah itu boleh dijual kepada umum yang sekarang digunakan untuk senapan angin yang banyak dilakukan di Garut dan lain sebagainya. Di sini, di Pasal 25 ada di sana dan juga untuk technical representasi yang ada di industri pertahanan yang akan ditempatkan untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh TNI. Demikian Bapak. Kemudian Pak Yahya tadi yang belum di sana, disampaikan mengenai peranan KKIP, memang betul Bapak, bahwa peranan KKIP ini, karena di sana termasuk Kementerian yang tujuh Kementerian itu dan mereka sebagai fungsi yang sangat strategis dalam mengkoordinasikan, merumuskan, dan mengkoordinasikan kebijakan strategis, tetapi eksekusinya tetap Kementerian Bapak. Jadi KKIP rapat mengambil keputusan, hal-hal yang harus dilakukan eksekusi oleh Menteri-menteri yang berkaitan, apakah Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian atau Menteri Pertahanan. Demikian Bapak. Jadi bentuk garis-garisnya ini kami akan lihat lagi, apakah garis putus-putus atau tidak atau berada di samping kiri atau di samping kanan atau bahkan dimunculkan nanti Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, sama Kementerian Keuangan akan terlihat di dalam bagan ini. Demikian Bapak yang bisa kami sampaikan. Terima kasih.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Mengenai posisi tadi Pak, kan Pak Yahya usul, posisinya karena itu juga diketuai oleh Wapres ya Pak, apakah ke samping atau lebih atas?

F-PD (MAYJEN TNI (Purn) YAHYA SACAWIRIA): Jadi saya ijin meneruskan Ketua. Menyambung yang ini. Kalau dilihat dari strukturnya, di dalam draft ini memang waktu itu asalnya Presiden, terus kemudian turunlah atau Menko, segala macam, turun. Akhirnya udah, Wakil Presiden, gitu kan? Nah, kalau usulan dari Pemerintah, itu adalah Menteri yang membidangi bidang pertahanan. Menteri yang membidangi pertahanan itu ya Menhan juga akhirnya. Kan double-double apa ini, mengapa tidak akhirnya menurut saya, kenapa tidak dinempelkan ke atas ini, karena di dalamnya juga sudah ada Menhan yang tadi saya katakan, BUMN, segala macam. Saya berikan contoh ini, ini supaya ini, keanggotaan KKIP terdiri dari Menteri yang membidangi pertahanan usulan Bapak, Menteri yang membidangi urusan badan urusan milik negara, Menteri yang membidangi urusan perindustrian segala macam gitu. Posisinya ada di sebelah samping, kalau liat gambar di sini. Padahal dari konsep RUU yang dibikin oleh DPR gitu kan, dengan munculnya Wakil Presiden, itu posisinya itu di atas, di atas Menteri-Menteri. Maka logic dia, kalau nanti dia bagian yang merumuskan kebijakan, sedangkan eksekusinya jelas bukan KKIP, tetapi bidang-bidang ini. Sehingga di situ akan lebih mudah controlling di dalam rangka bagaimana kebijakan strategis itu diimplementasikan oleh industri-industri pertahanan maupun industri BUMS. Karena kalau garis titik-titik itu garis koordinasi kalau pelajaran saya, gitu kan, garis koordinasi. Nah, garis koordinasi mau dituruti atau gak, itu gak ada urusan, gitu kan. Namanya juga koordinasi. Jadi ini pandangan dari kami gitu Pak.

19

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Satu lagi Pak, mungkin menambahkan, bagaimana tempatnya kalau tadi kita cari semacam Litbangnya itu dimana, barangkali kita bisa belajar di China itu Pak. Kalau GAD-nya China itu, tugasnya GAD adalah untuk melakukan equipment development/pengembangan persenjataannya, pengadaannya, perbaikannya, dan perawatannya Pak, artinya di dalam Kemhan sendiri, itu ada semacam instansi yang selama ini secara praktis disebut berdasarkan Perpres tadi ada baru pengadaannya oleh Wamen, tapi kelembagaannya sendiri kan tidak ada Pak. Apakah itu seperti itu yang memang tugasnya secara spesifik seperti itu, kemudian dikaitkan dengan KKIP-nya yang ada di samping tadi, karena tetap saya kira di dalam Hankam sendiri harus ada yang mengelola ini dengan satu badan yang lebih solid gitu Pak, yang sekarang ini berserakan, artinya berserakan, ada di Hankamnya, ada di masing-masing angkatan, tapi nanti juga ada di Mabes TNI-nya. Nah, ini kalau disatukan menjadi sebuah sesuatu organisasi di bawah Kemhan, apapun itu nanti namanya, tetapi ini yang kemudian memang berurusan dengan masalah pengembangannya. Ya, saya tidak yakin Pak, kalau mengenai pengembangan prototipe dan lain-lain itu bisa dikembangkan oleh KKIP kalau menurut saya Pak. Kami di DPR ini pernah mencetuskan beberapa tahun yang lalu UU Pariwisata Pak, dengan ada koordinasi kebijakan Badan Kebijakan seperti ini juga di bawah Wapres dan sampai sekarang juga tidak jalan. Kami hanya khawatir seperti itu bahwa maksud saya disolidkan dahulu dari sisi aspek drive force-nya ini, kekuatan pendorongnya ini kan procurement-nya. Kalau procurement-nya ini kuat, di sana ada pesanan yang lebih spesifik, saya kira nanti itu ya di samping itu, di industrinya sendiri bisa lebih kuat. Saya tetap mengusulkan Pak, di bawah Kemhan itu ada satu organisasi ditambahkan di sana, yang khusus berkaitan dengan tadi Pak, pengembangan persenjataannya, sekaligus menjadi amunisi pengadaannya, perawatan, dan juga perbaikannya.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT: Baik, kami persilakan. Saya mohon dulu kesepakatan. Tadi saya baru ancar-ancar, jam 16.00 itu kita selesai,

cuman saya lupa menyampaikannya, begitu. Sekarang sudah jam 15.50, karena waktu sholat Ashar sudah masuk ini. Jadi mungkin yang mau berjamaah, kita istirahat dulu, tapi kalau mau sendiri-sendiri ya silahkan lah.

Baik, mungkin dari Bapak dulu ya untuk disampaikan. DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik Bapak, terima kasih. Jadi yang terakhir dari Bapak Heri tadi, bahwa di dalam Kemhan itu memang ada satu

Dirjen Ranahan yang sekarang menjadi Badan Ranahan, itu khusus procurement, sedangkan pemeliharaannya oleh Dirjen Kekuatan Pertahanan (Dirjen Kuathan). Jadi memang ada dua lembaga untuk pengadaan dan pemeliharaan. Ini sudah berjalan. Jadi, sedangkan pengembangannya oleh Litbang. Itu yang sudah berjalan sekarang, tetapi ini akan lebih dioperasionalkan nanti, lebih diefektifkan dalam setelah UU ini berjalan.

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Apakah ada keinginan dari teman-teman sendiri, Pemerintah, TNI ini juga untuk

menyatukan tadi Pak? Karena pada dasarnya kalau sendiri-sendiri tadi kan pegal juga, tidak nyambung Pak, makanya Litbang mengembangkan sesuatu tanpa berkaitan dengan bengkelnya, bakal sulit. Mestinya ada satu kesatuan apalagi nanti dikaitkan dengan pihak luar yang tadi diminta Universitas, kemudian apa BPPT, dan lain-lain.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Betul Bapak. Jadi selama ini kita mengadakan koordinasi antar Litbang. Litbang Kementerian

Pertahanan, Litbang Angkatan, ini selalu melakukan koordinasi dua kali dalam setahun, kemudian sekali setahun dengan Litbang Ristek, dengan Perguruan Tinggi. Jadi ini ada, di dalam

20

Dewan Riset Nasional, ada riset pertahanan, yang kebetulan ketuanya juga adalah Kepala Badan Litbang Kementerian Pertahanan, yang anggotanya terdiri dari Perguruan Tinggi dan juga Litbang-litbang Angkatan. Jadi paling tidak setahun ada tiga kali Pak koordinasi. Dua kali Kementerian Pertahanan dengan Litbang Angkatan, kemudian satu kali Ristek dengan Kementerian Pertahanan dan Litbang Angkatan dan Perguruan Tinggi. Terima kasih Pak F-PDI PERJUANGAN (H. TRI TAMTOMO, S.H.): Menarik ini apa yang disampaikan oleh rekan kami, Bapak Heri. Justru yang akan bisa melakukan evaluasi terhadap penggunaan dan lain sebagainya itu adalah Forum Badan Penelitian dan Pengembangan. Yang kita lihat sampai hari ini Pak, masing-masing Matra Angkatan plus Kementerian, itu cenderung berdiri sendiri Pak. Nah, kita lihat di sini ada ego sektoral. Nah oleh karena itu, alangkah baiknya kalau ini semua terintegrasi, sehingga Wasdal (Pengawasan Pengendalian) Komando Kendali tadi, itu tetap satu Pak, sehingga bisa terkontrol. Oleh karena itu, ini lebih baik ini diwadahi, sehingga kalau tadi Bapak sampaikan dalam satu tahun ada kegiatan ini, tetapi kalau tidak terwadahi dalam satu kotak, ini berbahaya Pak, sehingga apa yang disampaikan beliau tadi Pak, masing-masing jalan sendiri, bersatu dalam angan-angan, tapi applied-nya tidak akan pernah terjadi Pak. Padahal kita mengejar untuk 2014 kemudian sampai dengan 2025. Kalau model seperti ini terus Pak, tidak akan dapat Pak, karena saya juga mantan prajurit paham betul Pak. Paham, jadi kita ingin merubah yang lalu menjadi yang terkini, karena di situ melibatkan unsur TNI, Polri, plus Perguruan Tinggi, plus swasta yang antara lainnya Pak. Jadi kebersamaan tadi terpadu, sehingga apa yang akan kita lakukan ini termonitor dan pada akhirnya bisa mendapatkan daya saing dan kemandirian yang diharapkan. Demikian Pak, terima kasih

KETUA RAPAT: Saya kira itu masukan, ya kita ini saja, contoh Pak, saya mohon dengan hormat tanpa mengurangi rasa hormat, misalnya begini, dalam Renstra kita ada blue book-nya (buku biru) atau buku rada setengah biru, itu MBT itu, itu belakangan, begitu, yang kemudian duluan harus ada itu adalah medium tank sampai akhirnya ada di dalam buku-buku itu, kemudian turunlah keputusan dari Bapak Presiden untuk membuat prototipe dari medium tank ini, dibuat segera itu Tahun 2010, begitu, lalu Pindad itu membuat, sudah, begitu, tinggal itu bagaimana nanti misalnya tonasenya berapa, senjatanya apa, kemudian dan lain sebagainya secara teknis sudah memenuhi spek atau tidak. Dan tongkrongannya sekarang walaupun barangkali orang bilang ini belum menjadi prototipe dan sebagainya, tapi setengah prototipe itu sudah ada, itu keputusan dari Pemerintah begitu, menganut kepada blue book itu, tapi kemudian muncul misalnya, ada yang mau menjual Leopard murah dan sebagainya, lalu tertarik, lalu lupakanlah ini, Renstra dan sebagainya, nah itu tidak boleh besok itu terjadi. Nah, untuk itu barangkali harus ada Litbang di semua lini, tapi semua Litbang-litbang ini benar-benar penelitian dan pengembangan dijadikan satu harus ada satu tangan begitu, supaya nanti tidak pecah-pecah antara ini dengan yang ini, antara Matra yang satu dengan Matra yang lain, dan kemudian tetap keputusan akhirnya di KKIP. Nah, saya ingin yang terakhir pertanyaan saya, KKIP itu kan sudah nanti akan ditambah Menristek saya dengar, kemudian ditambah Menkeu, kemudian Ketua. Nah, istilahnya itu Ketuanya Menhan atau Ketua Harian, gitu. Kalau ini bisa macam-macam versi. Kalau menurut versi dari Pemerintah, sebagai Ketua atau Ketua Harian? Kalau misalnya Ketuanya sebagai Menhan, mungkin strukturnya seperti yang disarankan oleh Pak Yahya. Kalau misalnya Presiden, jadi Ketua Hariannya Menhan, kemudian Ketuanya mungkin ya Presiden mungkin ya. Ini saya mohon dijawab. Terima kasih.

F-PD (MAYJEN TNI (Purn) YAHYA SACAWIRIA): Jadi mungkin gambatan sementara KKIP itu seperti holding company-nya gitu kan. Mau membawahi semuanya, termasuk mungkin di dalamnya yang ada kaitannya dengan Risteknya tadi itu, apa Litbangnya, sorry, Litbangnya. Bukan Litbang Kemenhan, tapi Litbang yang ada di tubuh KKIP, karena nanti bisa membawahi kepada industri pertahanan, terus kemudian termasuk

21

BUMN-BUMN yang sesuai dengan tingkatan-tingkatannya itu. Nah, kemudian apakah Menhan itu tadi apakah Ketua Harian atau menjadi Wakil Ketua, tapi bagaimana mendudukan KKIP pada posisi yang tepat, sehingga dia juga punya kendali sampai ke bawah di dalam rangka baik itu pembinaan teknis maupun pengawasan mengenai kebijakan strategis industri pertahanan tersebut. Itu saja Pak.

KETUA RAPAT: Baik, kami persilahkan Pak.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Baik, terima kasih Bapak.

Jadi inilah yang menjadi diskusi kita nanti di dalam Tim I, Tim II, tetapi di dalam RUU ini, yang lebih efektif itu bisa dilaksanakan, Ketuanya Menhan Bapak. Kalau terlalu tinggi dibawa ke atas, kemungkinannya nanti untuk bertemu saja sulit Pak. Jadi oleh karena itu, ini draft-nya, nanti Bapak kita berdiskusi bagaimana solusi yang terbaik sesuai dengan harapan dari Bapak-Bapak di DPR. Terima kasih Bapak.

F-PD (MAYJEN TNI (Purn) YAHYA SACAWIRIA):

Jadi interupsi Pak. Jadi Menhan/Ketua KKIP, gitu. Ya berarti itu kan langsung nempel KKIP itu. Kira-kira gitu lah ya. KETUA RAPAT: Saya kira mungkin tidak begitu Pak. F-PD (MAYJEN TNI (Purn) YAHYA SACAWIRIA): Ya naik ke atas, nempel, ininya kan masuk semua itu, apa, yang kiri kanan itu masuk ke dalam, tetapi di situ judulnya KKIP.

KETUA RAPAT: Ya, mungkin begitu, cuman untuk mempertunjukan aluran dari permintaan dari TNI itu ada ke Kemenhan begitu, bahwa Menhan itu merangkap di KKIP mungkin iya, tapi saya kira begini menurut hemat saya, soal garis, titik-titik, terputus-putus, dan lain sebagainya, mungkin kita tidak terlalu dibawa dalam istilahnya itu pelajaran garis dan staf begitu. Mungkin nanti kita perdalam di dalam ayat-ayat saja, itu pengertiannya, bisa koordinasi, bisa komando, bisa barangkali sifatnya yang lain-lainlah atau perintah langsung, atau di bawah kendali, atau pengawasan, dan lain-lain sebagainya. Itu kira-kira menurut hemat saya. Rekan-rekan yang saya hormati..

F-PDI PERJUANGAN (HERI AKHMADI): Lazim kalau Komite Kebijakan biasanya kalau tidak, biasanya di atasnya atau di dalamnya Menko Pak. Kalau Komite, kita kan punya banyak Komite Kebijakan ya Pak. Seingat saya di Kementerian Ekonomi ada beberapa belas gitu dan itu semuanya, kalau Menteri saya kira jarang yang kemudian diketuai oleh Menteri. Ketua Hariannya bisa Menteri, tapi Ketuanya harus di atasnya seperti itu Pak. Ini kebiasaannya Pak. Makasih Pak.

KETUA RAPAT: Ya, itu masukan lagi. Rekan-rekan yang saya hormati, apakah kita cukup dulu atau mungkin masih ada pembahasan lebih lanjut, saya pertanyakan, dari Pemerintah dulu.

DIRJEN POTHAN KEMHAN RI: Terima kasih Bapak.

22

Jadi sesudah kita mulai mengerucut di dalam frame dari industri pertahanan model Indonesia ini, kami mengusulkan kita berhenti/stop dan kita atur kapan lagi bertemu, apakah setelah Bapak selesai reses atau kita bisa minggu ini, hari Jumat atau minggu depan hari Senin, terserah Bapak.

KETUA RAPAT: Baik.

Kami hari selasa itu akan ada Rapat Dengar Pendapat dengan beberapa Mitra kami. Kemudian hari Rabu kami harus ada pemutusan untuk RUU Pemilu, karena batas waktunya sudah habis, sehingga mungkin bisa seharian, karena mau melaksanakan voting, sehingga barangkali di sini ada koalisi, oposisi, dan oposan ya. Hehehehe., Kemudian hari Kamis kita sudah penutupan untuk Reses, mungkin mulai Jumat sudah mulai Reses, kita mungkin kembali nanti sepulang dari daerah, dari Reses, sehingga mungkin kita bisa lebih intensif lagi. Mungkin ada tambahan dari rekan-rekan? Baik kalau tidak ada..

F-PD (MAYJEN TNI (Purn) YAHYA SACAWIRIA): Sedikit saja. Kalau ada pemikiran-pemikiran yang tadi hasil diskusi ini, kemudian ada satu rumusan yang bagus dari Pemerintah, mungkin bisa di email kepada Sekretariat, walaupun kita Reses, dia bisa juga nanti mengirim email kepada para Anggota, untuk menjadi bahan diskusi yang akan datang.

KETUA RAPAT: Baik, saya sangat setuju dengan Pak Yahya.

Resistensi publik dalam hal ini sesungguhnya hampir tidak ada, tapi kita mari berdiskusi menghasilkan prosedur yang bagus, yang bisa diaplikasikan di lapangan agar UU ini memberi nilai kepada TNI, Polri, dan sebagainya, termasuk pada industri strategis agar bisa bermanfaat untuk kepentingan bangsa dan negara. Saya kira itu kesepakatan kita semua.

Dan kami atas nama seluruh Anggota Komisi I mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau ada hal yang tidak berkenan dan saya ucapkan dengan wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(RAPAT : DITUTUP)

Jakarta, 9 April 2012 a.n Ketua Rapat

SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.IP. NIP. 19710106 199003 2 001