DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam...

23
Nomor: RISALAHDPD/KMT I-EXPERT/II/2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN NARASUMBER ALAN FRENDY KOROPITAN, Ph.D MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2016-2017 I. KETERANGAN 1. Hari : Selasa 2. Tanggal : 28 Februari 2017 3. Waktu : 10.35 WIB 12.31 WIB 4. Tempat : R.Sidang 2A 5. Pimpinan Rapat : 1. Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua) 2. H. Fachrul Razi, M.IP (Wakil Ketua) 3. Benny Rhamdani (Wakil Ketua) 6. Sekretaris Rapat : 7. Acara : Dalam rangka membahas mereview RUU Usul inisiatif DPD RI tentang pemerintahan di wilayah kepulauan dengan narasumber Alan Frendy Koropitan, Ph.D 8. Hadir : Orang 9. Tidak hadir : Orang

Transcript of DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam...

Page 1: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

Nomor: RISALAHDPD/KMT I-EXPERT/II/2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH

REPUBLIK INDONESIA

-----------

RISALAH

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI

DENGAN NARASUMBER ALAN FRENDY KOROPITAN, Ph.D

MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2016-2017

I. KETERANGAN

1. Hari : Selasa

2. Tanggal : 28 Februari 2017

3. Waktu : 10.35 WIB – 12.31 WIB

4. Tempat : R.Sidang 2A

5. Pimpinan Rapat :

1. Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua)

2. H. Fachrul Razi, M.IP (Wakil Ketua)

3. Benny Rhamdani (Wakil Ketua)

6. Sekretaris Rapat :

7. Acara : Dalam rangka membahas mereview RUU Usul inisiatif DPD

RI tentang pemerintahan di wilayah kepulauan dengan

narasumber Alan Frendy Koropitan, Ph.D

8. Hadir : Orang

9. Tidak hadir : Orang

Page 2: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 1

II. JALANNYA RAPAT:

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Ibu, bapak sekalian, suaranya kok tidak bagus begini ya.

Yang kami hormati Bapak Alan Fendi Koropitan, betul pak ya, rekan-rekan anggota

Komite I DPD, kemudian teman-teman tenaga ahli.

Pertama-tama adalah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah

Subhanahu Wa Ta'ala, Alhamdulillah pada hari ini kita dapat mengadakan expert meeting

bersama juga ini. Expert meeting tentang Rancangan Undang-Undang tentang

penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kepulauan oleh karena itu saya izin bapak, ibu

sekalian rapat saya buka dan terbuka untuk umum.

KETOK 1X

Ibu dan bapak sekalian. Sebelum saya melanjutkan acara ini saya ingin kenalkan ini

Pak Alan yang hadir, tenaga ahli saya kira sudah diketahui dengan baik oleh bapak, Saudara

Wawan dan Saudara Fadli. Kemudian sebelah kiri saya Pak Idris dari Kalimantan Timur.

Kemudian Pak Rizal Sirait dari Sumatera Utara. Kemudian Bu Dewi dari NTB satu di antara

sekian provinsi kepulauan. Kemudian kanan saya Pak Nono Sampono dari Maluku saya kira

juga provinsi kepulauan kemudian Pak Jacob Komigi, Bapak Jacob. Bapak Jacob dari Papua

Barat. Kemudian Pak Hudarni Rani, beliau dari Bangka Belitung.

Pak Alan dan bapak, ibu sekalian kalau kita bicara provinsi kepulauan salah satunya

adalah milestone nya adalah Deklarasi Djuanda dan kemudian adalah unclosed 82. Ini saya

kira adalah sebuah milestone dalam perjalanan kita sebagai sebuah negara bangsa, setelah,

setelah ini peradaban archipelago kita itu ada sejak Sriwijaya, Majapahit ya saya kira kalau

bicara peradaban maka di masa lalu kita punya komunitas sebuah nation dalam tanda petik

yang mana sudah mendunia dan tahapan itu diperoleh oleh kakek-nenek moyang kita itu

dengan cara yang luar biasa saya kira. Nah ketika Belanda masuk maka, dengan politik etis

1917 sampai kemudian 1940-an saya kira itu kita didekonstruksi pemerintahan kita menjadi

negara agraris. Nah ini problem mindset saya kira ini sehingga upaya me-reborn melakukan

kembali penyadaran sebagai negara kepulauan oleh Pak Juanda dan kemudian 1982 itu

menjadi bagian penting yang sebetulnya jikalau kita bisa melakukan eksplorasi kembali

sayang kita terputus. Informasi pengetahuan, keilmuwan tentang ketatanegaraan dimasa lalu

terputus kita. Ini yang membuat kita terpuruk ya menurut saya di kita tidak bisa, belum bisa

reborn kembali, belum bisa naik kembali sebagai sebuah negara kepulauan, negara kelautan,

negera yang punya potensi maritim luar biasa karena kemudian dekonstruksi oleh penjajah

ini luar biasa ini yang saya kira persoalan kita menjadi bias ketika kesadaran muncul kembali

bahwa ternyata negara kepulauan ini manajemennya berbeda dengan daerah-daerah lain.

Uzbekistan itu negara tidak punya laut. Negara-negara Asia Tengah banyak itu yang tidak

punya laut dan kita saya kira menjadi bagian yang penting kalau kita berbicara mengenai

kepulauan tersebut.

RAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB

Page 3: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 2

Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar.

Madagaskar sebuah negara Malagasi di Afrika Timur ini luar biasa, orang disana

mengidentifikasi diri sebagai orang Majapahit bukan orang Indonesia, bukan orang Jawa,

bukan orang Kalimantan, bukan orang Melayu tetapi orang Majapahit dan apa peradaban itu

sampai sekarang masih dinikmati mereka-mereka itu. High call mereka orang yang

berbangsa hebat lah di Malagasi sana itu, mereka sama dengan kita tetapi dia tidak kenal lagi

Indonesia, yang dia kenal hanya Majapahit ini salah satu barangkali noktah, kalau kita

kembali kepada hebatnya kita di masa lalu dan wilayah kekuasaan kita luar biasa hari ini

saya kira tinggal, puing-puing pun sudah tidak lagi, bekasnya pun tidak ada lagi. Nah karena

itu kemudian di zaman kemerdekaan ini di coba upaya-upaya untuk me-manage provinsi,

negara kepulauan ini dengan archipelago approach yang kemudian berbagai regulasi muncul

tetapi menurut sebagian kalangan bahwa pola penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia

yang basisnya daratan dan lautan itu simetris pendekatannya, tidak simetris. Nah saya kira

kemudian Undang-Undang Nomor 32 itu memberikan sedikit harapan kemudian revisi

menjadi Undang-Undang 23 harapan ada tetapi juga masih terbatas sekali itu. Ketika

kebetulan pemerintah ini secara keseluruhan apresiasi dan appeal kepada kepulauan itu

sangat rendah sekali. Ini yang menjadi background arsitektur kita di masa lalu yang kita hari

ini fakta, alhamdulillah ini Pak Alan kita itu negara yang skinny ratio nya barangkali adalah

termasuk tertinggi di dunia ini karena kemiskinan, karena keterbelakangan, kemudian karena

income per kapita, karena kesulitan geografis dan lain-lain ini yang cara melakukannya

dengan cara instan, ya Jakarta, cire apa namanya Cianjur, Calangloleah sama dengan

Maluku, aneh ini.

Karena itu bapak, ibu sekalian pengkyaan mengenai RUU ini yang menjadi tugas

Komite I Pak Alan dalam rangka mengisi tugas bersama di dalam prolegnas DPR, DPD dan

juga pemerintah yang itu diserahkan kepada kita, kepada Komite I Dewan Perwakilan

Daerah. Saya kira bapak, ibu sekalian, sebelum Pak Alan nanti saya minta kepada tenaga ahli

kita Pak Wawan atau Pak Fadli menyampaikan apa yang sudah kita lakukan ya sehingga

tampak disitu mana yang nanti Pak Alan bisa isi, mana yang kemudian ditambahkan dan

lain-lain karena ini sifatnya adalah apa namanya expert meeting, saya kira karena acara ini

expert meeting maka saya kira progres harus terketahui dengan baik ini. Jadi sebelum Pak

Alan saya minta tenaga ahli untuk melaporkan, menyampaikan persiapan atau review yang

sudah dilakukan di masa lalu ini. Pak Alan ini adalah Rektor Kepala Bidang Oceanografi

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. IPB itu “Institut Paling Bisa” pak, bisa apapun

paling bisa saya tidak ingin lebih lanjut karena Pak Nono sama-sama dari IPB saya kira.

Silakan Mas Fadli atau Mas Wawan.

PEMBICARA: WAWAN (STAF AHLI KOMITE I DPD RI)

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Selamat pagi pimpinan.

Anggota Komite I yang kami hormati.

Izinkan kami dari teman-teman dari tim ahli, staf ahli komite maksud kami sekedar

memberikan review terhadap Rancangan Undang-Undang pemerintah daerah di wilayah

kepulauan yang pernah diinisiasi oleh Komite I periode yang lalu. Ada beberapa catatan yang

kami coba kompilasi dari RDP, RDPU dan rapat kerja yang ada yang terselenggara selama

ini yang membahas tentang kepulauan termasuk catatan-catatan kritis dari narasumber

pertama adalah terkait dengan persoalan kontekstualitas RUU ini bahwa dari sisi

kontekstualitas RUU yang pernah dihasilkan DPD RI periode sebelumnya, RUU ini perlu

dilakukan penyesuaian, reaktualisasi dengan terutama dari undang-undang yang terkait

dengan pemerintahan daerah yang sudah mengalami perubahan. Tadi Pak Ketua sampaikan

Page 4: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 3

bahwa undang-undang pemerintahan daerah sendiri dari Undang-Undang Nomor 32 sebagai

dasar konsideran RUU yang diinisiasi DPD waktu lalu sekarang sudah berubah menjadi

Undang-Undang 23 yang di situ ada bab tersendiri yang sudah mengatur tentang provinsi di

wilayah laut dan provinsi yang berciri kepulauan. Itu yang pertama.

Yang kedua adalah terkait dengan sinergitas atau Rancangan Undang-Undang tentang

perimbangan keuangan pusat dan daerah yang sekarang ini juga dalam tahap revisi juga yang

ini mungkin akan menjadi satu momentum yang pas ketika akan bicara tentang

penganggaaran yang menjadi satu substansi kunci yang akan ada di RUU yang nanti akan

disusun yang mengatur tentang kepulauan ini.

Kemudian yang kemarin catatan dari narasumber yang terakhir Pak Ketua, perlu kami

juga sampaikan bahwa kalau berangkat dari definisi unclosed pak ketua itu adalah yang

dikenal rezim hukum negara kepulauan jadi kita tidak mengenal daerah kepulauan di dalam

itu. Nah di dalam eksplorasi naskah akademik dari periode DPD RI periode lalu mengambil

mentah-mentah apa yang didefinisikan unclosed itu dari negara kepulauan menjadi daerah

kepulauan. Nah ini juga mungkin secara hukum harus dikritisi lagi nanti dari temen-temen

dari hukum yang akan coba mengkritisi itu, definisi ini pas sesuai dengan apa yang di

dimaksud disitu.

Kemudian yang terakhir mungkin Pak Ketua, mungkin nanti Pak Fadli juga bisa

menambahkan lagi bahwa hasil dari seminar terkahir kemarin di Maluku, di Ambon itu juga

menyebutkan bahwa beberapa kalangan akademisi di Universitas Patimura menyebutkan

bahwa Undang-Undang 23 walaupun sudah secara substansi mengakomodir adanya profesi

di kepulauan itu, tersebut bahwa secara pelanggaran masih bersifat dana pembantuan artinya

ini belum memenuhi azas keadilan bagi provinsi-provinsi yang ada di kepulauan. Kurang

lebih itu substansinya Pak Ketua, kami masih menghimpun teman-teman lagi yang konsern

dimasalah penganggaran dan pemerintahan daerah mungkin karena Pak Alan background

nya lebih ke kelautan mungkin sunstansi kelautannya yang mungkin hari ini yang lebih

dikedepankan. Mungkin 1 atau 2 hari ini kami akan coba mengakomodasi teman-teman yang

dari pemerintahan daerah dan anggaran. Begitu Pak Ketua, mungkin Pak Fadli bisa

menambahkan. Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Selamat pagi.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih Pak Wawan. Silakan Pak Fadli.

PEMBICARA: FADLI (STAF AHLI KOMITE I DPD RI)

Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Yang saya hormati Pimpinan Sidang.

Bapak, ibu sekalian anggota dewan yang kami muliakan.

Izinkan beberapa hal yang ingin kami sampaikan ini memang kalau di review draft

RUU ini karena pada masa lampau merupakan inisiasi anggota dewan pada masa lampau

memang banyak draft yang substansi yang di draft kan sudah tertinggal oleh aturan-aturan

baru. Ini akan berimplikasii serius sebenarnya apabila kita tidak mengikuti payung hukum

yang mengatur persoalan ini secara lebih general. Dalam perspektif menurut ajaran Prof.

Ateng yang saya ketahui seharusnya memang ada undang-undang yang menaungi dalam hal-

hal yang bersifat pemerintahan daerah. Oleh karena itu mau tidak mau apabila ada ada

undang-undang yang diperbaharui, sedangkan undang-undang induknya atau undang-undang

Page 5: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 4

yang merupakan payung dari pemerintahan daerah akan segera berubah maka mau tidak mau

harus disesuaikan dengan Undang-Undang yang yang baru tersebut. Nah menurut hemat

kami memang ada beberapa hal yang belum masuk kesini dan karena itu relevan untuk

undang-undang ini senantiasa dikaji.

Sejauh yang sudah kami kerjakan undang-undang yang perlu disesuaikan atau

undang-undang yang perlu menjadi acuan dari draft RUU ini memang aus dan mau tidak

mau adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Adapun yang lain misalnya Undang-

Undang Pembagian Keuangan Daerah, pusat daerah kemudian Undang-Undang yang

berkaitan dengan Undang-Undang Kewenangan Pengelolaan Laut, Undang-Undang

Kelautan, Undang-Undang Migas dan sebagainya itu juga mau tidak mau harus disesuaikan.

Jadi terkait dengan ini maka mau tidak mau nanti NA nya dan RUU ini juga harus

mengalami perubahan disesuaikan dengan ketentuan baru dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011. Nah apabila satu induk atau azas-azas umum dari undang-undang ini sudah

berubah maka mau tidak mau RUU ini akan banyak mengalami perrubahan pada tataran

normanya sehingga akan pasti banyak apabila induknya sudah berubah mau tidak mau akan

terjadi inkonsistensi antara RUU ini dengan undang-undang yang sudah menjadi pokoknya.

Itulah yang barangkali perlu disampaikan secara umum bahwa undang-undang ini memang

RUU ini memerlukan banyak perubahan agar supaya nanti betul-betul menjadi satu kesatuan

sistem hukum mengenai pemerintahan daerah termasuk juga di dalamnya mencakup RUU

pemerintahan daerah di daerah kepulauan ini menjadi satu bagian subsistem yang merupakan

satu kesatuan hukum yang sinergis, yang harmonis dari sebuah pemerintahan negara di

Indonesia ini. Saya kira bapak ibu sekalian itu yang bisa disampaikan. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih Mas Fadli. Baik itu Pak Alan jadi beberapa simbol yang sudah kita

ambil dalam perjalanan merumuskan RUU ini karena itu pikiran-pikiran dari Pak Alan saya

kira harus kita akomodasi sepanjang itu reliable dengan apa yang menjadi misi dari

pembentukan undang-undang ini. Silakan Pak Alan.

PEMBICARA: ALAN FRENDY KOROPITAN, Ph.D (NARASUMBER)

Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Selamat pagi. Salam sejahtera buat kita semua, saya mohon maaf ini suara agak serak

Bapak Pimpinan.

Yang saya hormati Bapak Pimpinan serta semua anggota Komite I DPD RI.

Saya dalam konteks untuk mengisi konsep-konsep terkait dengan pembangunan

kelautan dan langsung saja. Kira-kira ada 7 hal yang ingin saya bagikan di sini yang pertama

terkait dengan indikator pembangunan provinsi kepulauan. Jadi ini saya adopsi dari kajian di

Bappenas ketika saya menjadi anggota tim kajian untuk poros maritim. Kemudian yang

kedua terkait bentuk-bentuk skema pendanaan. Saya mengerti bahwa ada skema pendanaan

di APBN yang tentunya ada terkait dengan Undang-Undang tetapi ada contoh di luar yang

barangkali relevan dengan pembangunan provinsi kepulauan ini. Kemudian yang ketiga

kerjasama regional. Kemudian yang keempat terkait dengan marine protected area co-

management perikanan berkelanjutan dan kearifan lokal ini akan didudukkan dalam rezim

tata ruang karena kita memiliki 2 rezim tata ruang, yang pertama darat yaitu RT/RW yang

kita kenal di bawah Kementerian Agraria dan Tata Ruang, dan rezim yang ke-2 adalah rezim

yang ada di laut yang diatur dengan Undang-Undang 27 yang dibawah dalam hal ini adalah

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Nah bagaimana keterkaitan kedua hal ini. Kemudian

Page 6: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 5

yang kelima terkait budidaya laut. Keenam pendidikan dan riset dan ketujuh konektivitas

laut. Tentunya ini ada banyak sekali contoh-contoh tetapi ada beberapa mungkin yang saya

skip. Nah saya mungkin mulai dari unclosed bahwa ketika Indonesia merdeka kita itu luasnya

lautnya itu cuman kira-kira 100.000 kilometer persegi itu di ukur atau di acu dari aturan

Belanda di mana jarak atau acuan yang dipakai itu adalah sejauh peluru meriam itu. Jadi

peluru meriam kira-kira 2 sampai 3 mil dari garis pantai sehingga dari hal itulah mengacu

luas suatu perairan teritori itu 2 sampai 3 mil dari garis pantai. Jadi kita hanya 100.000 km

persegi. Nah ketika deklarasi Juanda yang tadi sudah disebut oleh Bapak Pimpinan dan juga

disahkan dalam unclosed maka luas perairan laut kita itu totalnya menjadi 5,8 juta kilometer

persegi sudah termasuk di situ 2,7 kilometer persegi ZEE. Jadi 100.000 kilometer persegi

dengan dengan 5,8 juta kilometer persegi itu jauh sekali. Nah bagaimana kita mendudukkan

itu di dalam konteks pembangunan yang saat ini artinya katakanlah sebelum pemerintahan

Pak Jokowi itu orientasinya masih darat sehingga indikator-indikator pembangunan yang

dianut, katakanlah di dalam BPS, di dalam apa namanya memprediksi ekonomi di dalam

Bappenas itu semua mayoritas adalah paramater-parameter atau indikator pembangunan

yang berbasis darat. Nah kita sekarang akan melakukan transformasi atau melakukan

semacam switch dari orientasi darat ke laut paling tidak ada 3 hal yang sudah dipikirkan atau

dikaji di dalam kajian Bappenas. Yang pertama terkait dengan pembangunan ekonomi

maritime. Kemudian kekuatan maritim. Yang ketiga budaya maritim. Nah ini masuk dalam

konteks pengelolaan kedaulatan penataan ruang dan pengelolaan lingkungan. Jadi di dalam

tata ruang kita contohnya itu sudah mengacu baik darat maupun laut sudah sebetulnya

mengakomodir ketiga parameter ini ekonomi maritim, kekuatan maritim dan budaya maritim.

Nah selanjutnya bagaimana mem-breakdown ini, nah ini yang terkadang belum terlihat atau

belum ada di dalam data-data yang ada di BPS katakanlah sebagian sudah ada, sebagian

belum ada sehingga kalau kita ingin menarik tolak ukur apakah kita sudah berhasil di dalam

pembangunan maritim itu indikatornya apa? Apalagi kalau kita mau dudukkan katakanlah

RUU yang sedang dibahas sekarang ini apakah indikatornya sama dengan indikator

pembangunan yang ada di darat? Tentunya akan berbeda. Nah paling tidak ini 3 pilar yang

sudah dirumuskan dan ada beberapa kuantifikasi, target-target yang akan dicapai dan

sebagainya. Misalnya untuk ekonomi ada perikanan ada geoteknologi kelautan kemudian ada

transportasi lautnya kemudian ada pariwisata dan ekonomi kreatif bahari, ada ESDM dan di

dalam konteks keruangan itu ada kota-kota maritim baru, itu contoh saja. Nah kemudian

untuk kekuatan maritim untuk budaya bagaimana. Lanjut saja nah paling tidak ini yang

muncul kalau selama ini kita menganut pada 12 sektor di dalam pembangunan terkait

maritim. Nah ke depan bisa tidak ini masuk menjadi 20 jadi lebih di breakdown menjadi 20,

menjadi detail. Tentunya ini implikasinya adalah di dalam tolak ukur yang seperti ini itu

implikasinya di dalam katakanlah survei-survei terkait dengan indikasi atau apanamanya

seberapa jauh kita sudah membangun. Nah jadi transformasi dari 12 menjadi 20 ini memang

luar biasa dan sulit tentunya. Katakanlah saat ini dari 12 ini kontribusi kelautan kita dari 12

ini itu di luar ESDM itu menyumbang kira-kira 11,7% PDB kita dari 12 ini di luar ESDM,

nah bagaimana kalau dia nanti kita detailkan jadi 20 jangan-jangan itu lebih dari apa

namanya 11,7% tadi. Nah tentunya saya tidak tahu apakah akan dirumuskan di dalam RUU

ini, apa minimum requirment sebagai tolak ukur untuk keberhasilan pembangunan di provinsi

kepulauan nah ini yang perlu disepakati. Katakanlah dari 20 ini yang mana yang menjadi

minimum requirment sekilas saya baca itu banyak di infrastruktur belum menyentuh hal-hal

yang katakanlah budaya, keuangan, pendidikan dan sebagainya. Nah ini yang menjadi

catatan untuk update terkait dengan RUU ini.

Lanjut. Nah skema pendanaan. Lanjut saja. Saya memberikan contoh saja walaupun

tentunya ini tergantung dari pilihan kita. Misalnya di Vietnam itu karena begitu kuatnya

pemerintahan sosialis itu mereka menggunakan public private partnership itu bisa optimal.

Page 7: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 6

Ini adalah contoh lokasi yang saya kunjungi 2 tahun lalu itu kalau kita ke sana 7-8 tahun lalu

itu tidak begini gambarnya, itu rawa dan sebagainya dan terbiar dan karena negara sangat

kuat sekali di dalam mobilisasi privat sektor ini dia bisa membangun infrastruktur dasar

sehingga seperti perusahaan pengembang itu dia tawarkan blok-blok kepada privat untuk

mengisi ini. Nah jadilah ini kota baru ini yang disebut dengan ini menurut Vietnam Public

Private Partnership jadi negara yang menentukan lebih dahulu ini lokasinya kemudian dia

membangun infrastruktur dasar kemudian yang mengisi blok-blok itu adalah private.

Lanjut. Yang kedua di China mirip-mirip ya kira-kira, mirip-mirip, bagaimana

mereka memvaluasi suatu sumber daya alam kemudian itu menjadi jaminan kepada bank

sehingga katakanlah kalau itu sudah keluar jaminan pemerintahnya mengeluarkan jaminan 1

misalnya keluar 5 dari bank misalnya 100 miliar maka kira-kira 1 triliun bank mengeluarkan

tetapi lagi-lagi ini mudah buat mereka karena baik bank, baik private, baik partai, baik

eksekutif itu sama, satu kontrol begitu ya. Nah di kita susah begini karena Undang-Undang

BI kita yang sendiri sehingga katakanlah pemerintah menjamin misalnya ada 1 juta ton ikan

di Pasifik Barat di utara Papua katakanlah itu hasil kajian ilmiah itu bukan cuma 1 juta ton

tetapi Cakalang saja 2 sampai 3 juta ton pas antara utara Papua, Biak. Oke mau mengambil 1

juta ton bagaimana caranya? Kalau Cina mudah dia yang mengeluarkan surat jaminan karena

diperkuat dengan riset ilmiah pemerintah bilang oke ini 1 juta ton, saya ingin membagi-bagi

kepada masyarakat, perusahaan, pengelola dan sebagainya. Bank mengeluarin berapa, itu

kalau di kita tidak bisa hanya seperti itu.

Lanjut. Di Perancis. Perancis lain lagi hampir semua negara Eropa kira-kira mirip-

mirip begini, mereka punya bank khusus untuk pendanaan itu yang disebut dengan bank

kredit agrical ini sehingga nelayan-nelayan atau petani-petani itu dia bisa mendapat

katakanlah kredit murah dalam jangka waktu 10 sampai 20 tahun kalau di kita susah. KKP

sudah merintis dengan OJK itu yang namanya skema jaring tapi kalau saya tanya itu sudah 3-

4 tahun lalu, saya tanya ke yang lain-lain tahu tidak skema jaring, tidak ada yang tahu. Itu

skema yang memudahkan untuk mendapatkan kredit termasuk tanpa agunan. Itu kerjasama

KKP dengan OJK, kemudian mendorong bank-bank BUMN tetapi ternyata susah juga terus

bagaimana dong pendanaan kita mau membangun suatu provinsi kepulauan yang 70-80%

nya laut, begitu kan dari mana uangnya, tidak mungkin dari pemerintah terus bagi-bagi kapal

dan sebagainya itu tidak sustain. Nah apakah mungkin kita ada lembaga pendanaan baru?

Nah ini terobosan-terobosan yang perlu dipikirkan terkait dengan pendanaan. Nah kalau di

Perancis bank pertanian dan perikanan ini, bank kredit agrikolonia pertanian dalam arti luas

termasuk perikanan itu rupanya masuk dalam sistim pengelolaan mereka jadi tidak terpisah.

Kalau di kita terpisah, Undang-Undang BI tersendiri, sehingga katakanlah suatu nelayan dia

sudah mendapat surat ijin dari pemerintah dari KKP mereka itu menjadi modal untuk

mendapatkan kredit. Oke dia dapat izin, berapa skala, berapa kuota, berapa ton kamu bisa

menangkap? Oke satu hari satu ton saya dapat. Itu dia bisa mengajukan ke bank, bank ini

kemudian dia dikasih kapal dan alat tangkap sesuai spesifikasinya. Nah kalau terjadi cuaca

ekstrim karena dia masuk dalam bagian sistem pengelolaan, misalnya dia tidak bisa melaut 5

hari kalau dia rata-rata menangkap 1 hari 1 ton maka dia mendapat dana asuransi,

kompensasi 5 ton kalau dia tidak bisa melaut selama 5 hari. Cuma ini masuk dalam bagian

sistem pemerintahan di kita lagi-lagi tidak bisa bank kita terpisah, Undang-Undang BI

terpisah terus yang bagaimana yang cocok buat kita? Lanjut. Ini lanjut saja. Ini yang coba

dilakukan oleh senior saya, Pak Sondiamar di Lombok Utara. Jadi mencoba membangun

suatu kota maritim baru di Lombok Utara yang menggunakan skema yang kita sebut dengan

public private plus people partnership. Jadi sederhananya begini oke kita akan membangun

kota maritim baru yang notabene itu adalah milik masyarakat adat lahannya kalau sekarang

harganya berapa 30.000 nanti kalau kota maritim ini sudah berkembang ya tentunya ada

pelabuhannya, ada cluster industrinya, nanti dibagian luarnya ada perumahan, perkantoran,

Page 8: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 7

pergudangan dan sebagainya, tentunya harganya tidak 30.000 kan nah masyarakat itu tidak

kehilangan saham. Jadi kelak 10 tahun kemudian ini jadi, atau 20 tahun kemudian ini jadi dia

tidak punya, atau dia tidak kehilangan saham. Tidak seperti BSD 20 tahun lalu, dia pemilik

tanah menjual dengan harga murah, sekarang dia paling tinggi jadi satpam atau tukang ojek,

dia lepas sahamnya. Nah ini sudah Perda pak. Bapak, ibu ini sudah Perda di baik NTB nya di

NTB nya ini sudah Perda kemudian pembagiannya itu sudah diatur detailnya ada tentunya

tetapi yang mau saya bagikan adalah prinsip dari public private people partnership nanti

enterprise ini nanti bisa, nanti ada perusahaan-perusahan cabang dan sebagainya tetapi itu

memungkinkan masyarakat adat atau masyarakat lokal tidak kehilangan haknya walaupun

sudah 20 tahun kemudian.

Nah kita di Bappenas, saya membantu di Bappenas sedang mencoba membuat ini

menjadi Perpres cuma memang ya dalam kondisi begini ya kita agak terlambat, perlahan-

lahan ya. Jadi di Deputi apa namanya sumber Pak Arifin Rudiyanto ya, deputi terkait

pengembangan wilayah ya tata ruang dan sebagainya. Lanjut. Mundur pak sepertinya

kecepatan majunya. Ini contoh, contoh saja tidak harus begini tetapi kira-kira kemana

pembagian sahamnya misalnya karena ini skema P4 ini berbasis sumber daya alam maka

dasarnya itu haruslah inisiasi dari pemerintah, pemerintah yang memulai menginventarisasi,

membuat bisnis plan, bagaimana membuat pendirian badan usaha kemudian itu di Perdakan

contoh yang di Lombok, baru dari situ membuat semacam perusahaan bersama yang nanti

kira-kira hak sahamnya itu ada ke masyarakat, ada ke pemda, ada ke pengelola atau investor,

ada ke lembaga riset terserah di bagaimana caranya itu. Itu didudukkan di dalam aturan main

yang tentunya seimbang. Nah ini sebetulnya menganut yang dari apa namanya Amerika jadi

di Amerika walaupun negara yang katanya kapitalis dia juga menghargai masyarakat

adatnya. Contoh masyarakat Indian ya ketika ditemukan sumber daya alam katakanlah emas,

tambang disitu itu dengan sederhana dia membagi 3, 1/3 masyarakat adat India, 1/3 si

investornya, 1/3 negara bagiannya, state-nya. Negara federalnya tidak dapat karena dapat

dari pajak. Jadi itu, itu berapa contoh-contoh penerapan dari skema P4 ini yang barangkali

dan menurut saya relevan untuk pembangunan provinsi kepulauan ini, begitu luas dan basis

sumber daya alamnya sangat kuat. Nah bagaimana masyarakat happy, investor masuk juga

happy, pemerintah daerahnya juga mendapat bagian, kalau pemerintah pusat ya cukup lah di

pajak lah begitukan. Lanjut.

Nah ini yang dilakukan oleh Jepang, lain lagi. Kalau Jepang dia membuat yang

namanya enterprise ya, organization enterprise dimana dananya ini diperoleh dari sisa uang

pendapatan daerah. Jadi uang sisa uang pendapatan daerah ini dianut oleh daerah dalam hal

ini adalah prefecture ya atau provinsi kalau di kita. Jadi beberapa ke provinsi disana,

beberapa prefecture disana membuat apa namanya perusahaan bersama ini, enterprise ini dan

itu dilakukan untuk membiayai perusahaan mereka, mau joint venture BUMD bersama dan

ini terus berkembang sampai sekarang ya, tahun 1994 itu 600 miliar US dollar keuntungan

mereka. Nah apakah ini dimungkinkan misalnya BUMD, BUMD provinsi kepulauan mau

mengkeroyok, nah itu saya tidak tahu mungkin ahli keuangan daerah yang nanti akan

menemukan. Saya hanya menunjukkan bahwa ada contoh-contoh ini di dalam skema

pendanaan yang tidak mesti apanamanya tergantung kepada APBN. Lanjut. Nah kemudian

ada kerja sama regional jadi ini sudah baik tetapi menurut saya ini perlu percepatan. Lanjut.

Contoh yang ada di BIMP ini ya jadi Brunai, Malaysia, Filipina dan Indonesia. Nah mereka

punya 4 pilar di sini yang sudah dituangkan di dalam implementation blue print mereka. Jadi

contoh yang pilar satu itu nanti ada kapal Roro dari Bitung, Davao dan General Santos itu

contoh saja. Kemudian bagaimana Malaysia dengan Brunai ada jembatan. Malaysia dengan

Indonesia ada jalan dan sebagainya. Nah ini bagaimana ini bisa di akomodir di dalam

provinsi kepulauan di RUU ini khususnya terkait wewenang, sejauh mana pemerintah yang

memiliki wilayah kepulauan ini bisa mempercepat upaya-upaya seperti ini, karena ada

Page 9: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 8

beberapa daerah remode yang memang perlu diambil apa namanya langkah untuk supaya

konektifitasnya bisa terhubung ya sederhana saja ini, Malaysia, Indonesia dan Filipina.

Lanjut.

Nah kemudian terkait dengan Marine protected area karena disinggung di dalam, di

dalam naskah akademik ini saya ingin update saja saja, kemudian co-management, perikanan

berkelanjutan dan kearifan lokal. Nah di sini rupanya ada sudah dituangkan di dalam

RSDWP3K provinsi. Jadi dengan Undang-Undang 23 yang baru maka tidak ada lagi

kabupaten yang melakukan ini atau kota padahal contoh yang kita buat di Bontang itu

sebetulnya Perdanya itu menyatukan antar Perda tata ruang darat dan Perda tata ruang laut

sehingga kalau ditanya mana RT, RW mu ini Perda ini, mana RSDWP3K mu ya ini sama

jadi dia mencoba mengintegrasikan itu cuma dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 ini menjadi mentah lagi. Nah mumpung ini provinsi kepulauan baru mau

diajukan nah bagaimana kita mengintegrasikan itu karena ini bisa konflik. Contoh kita

tetapkan daerah budidaya laut tiba-tiba disitu kita bangun industri semen ya berkelahi,

masyarakat berkelahi dan sebagainya, di daratnya. Jadi dia harus terintegrasi. Nah saya tidak

tahu apakah itu namanya menjadi RUU eh sorry, tata ruang kepulauan, saya tidak tahu atau

apa tetapi yang jelas RT-RW ini di Undang-Undang 26, RSDWP3K ini di Undang-Undang

27.

Nah ini lanjut. Nah terkait dengan karena disini juga berbicara perlindungan

lingkungan jadi saya mulai dari Marine protected area karena ada implikasinya di kita. Jadi

di Jepang itu rupanya tidak mengenal ini contoh, lagi-lagi contoh tidak mengenal Marine

protected area , yang mereka kenal adalah fishing banned. Jadi kamu tidak boleh menangkap

di situ mengapa? Karena ini terkait dengan sejarah panjang ratusan tahun nelayan-nelayan

Jepang yang sekarang dikenal dengan Fisherman Co-operative Assosiation, atau koperasinya

nelayan. Jadi di sana itu mereka mendapat hak. Jadi perairan pesisir itu kira-kira 3 mil itu

mereka mendapat hak untuk menangkap, mereka yang kelola, berapa kuotanya mereka yang

atur. Pemerintahan hanya mengatur di mana kamu tidak boleh menangkap tapi ilmu

menangkap di situ suka-suka mereka itu hak diberikan oleh pemerintah kepada koperasi

nelayan. Nah lanjut. Yang right, hak tadi itu right, nah yang license, yang lisensi itu yang di

perairan lepas jadi di atas 3 mil kemudian di distance water, diperairan international, nah itu

basisnya license apakah itu bisa diterapkan di kita? Ada peluangnya ini bagaimana

masyarakat lokal atau masyarakat nelayan tradisional ingin bisa diberikan hak untuk

mengelola di suatu area tertentu nah itu diatur di dalam RSDWP3K, rencana zonasi. Lanjut.

Nah jadi di Jepang memang tidak menganut MPA tetapi mereka memiliki Fishing Banned

Area. Lanjut. Ini contoh saja penerapan fishing banned saya pikir lanjut saja.

Nah lain lagi di Filipina terkait dengan Marine protected area mereka itu sangat kuat

sekali partisipasi masyarakatnya jadi co-management, artinya apa? Masyarakat yang

mengelola suatu Marine protected area nah itu dimulai tahun ‘74 tetapi kemudian gagal

kemudian lanjut tahun 1984. intinya adalah masyarakat disitu oleh pemerintah dilegalkan

bahwa ini ada Marine protected area untuk suatu kawasan terumbu karang nah masyarakat

yang mengelola disitu terkait dengan penangkapan, perikanan, dan pariwisata. Nah di

Indonesia bagaimana? Lanjut. Nah di Indonesia itu sudah diatur di dalam Undang-Undang 27

tahun 2007 kemudian kita memiliki kawasan strategis nasional, kawasan konservasi perairan,

kawasan konservasi maritim nah itu bisa dicek di Undang-Undang 27 Juncto Nomor 1 Tahun

2014. Nah kemudian datang lagi Undang-Undang Nomor 32 yang mengatur kekosongan

hukum di atas 12 mil sampai ZTE dan bahkan landas kontinen 300 mil laut. Jadi sudah

lengkap terkait dengan ruang ini sudah lengkap ada Undang-Undang 27 Juncto No 1 Tahun

2014, ada Undang-Undang Nomor 32 yang mengcover 12 mil ke atas dan ada Undang-

Undang 26 yang mengatur daratnya. Nah sekarang kita mau dudukannya dia dalam konteks

pengelolaannya bagaimana? Nah di sini perang dari integrasi antara RT, RW dan SPDWP3K

Page 10: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 9

nah kalau kita bisa mendorong ini maka ya meminimalisir konflik ruang. Jadi baik darat

maupun laut kita coba meminimalisir sehingga ke depan ini kan basisnya izinnya sehingga ke

depan ketika sudah dikasih alokasi ruang yang terintegrasi baik darat maupun laut maka

sektor-sektor tertentu itu dengan mudah memberikan izin. Jadi izin tetap ada di sektoral cuma

ruangnya sudah dikasih. Nah saya mau mengerucut kepada namanya konservasi karena kalau

sektoral, pembangunan dan sebagainya rasanya sudah banyak yang membahas dan undang-

undangnya sudah jelas tetapi yang konservasi ini terkadang ada misunderstanding.

Lanjut. Ini sistematik RT, RW dan tata ruang laut bagaimana keterkaitannya

sebetulnya yang didudukan tetapi memang intinya adalah di nanti di izin jadi nanti ada KSN,

ada KSNT untuk wilayah laut kemudian untuk daratan ada RT, RW termasuk sampai rencana

detail tata ruangnya. Lanjut. Nah kawasan konservasi itu yang pesisir itu terbagi antara zona

inti pemantauan terbatas dan zona lainnya. Nah yang zona inti memang tidak bisa diapa-

apain karena dia memang dilindungi untuk menjaga supaya katakanlah migrasi ikan atau

terkait dengan ekosistem yang rentan, contohnya terumbu karang, lamun, mangrove itu

memang tidak bisa diapa-apain tetapi di dalam zona pemanfaatan terbatas ini itu bisa

pariwisata contoh Raja Ampat. Raja Ampat ini adalah contoh yang ingin bagaimana suatu

kesuksesan pembagian zonasi. Jadi Raja Ampat ini berbasis apa namanya pengelolaan

masyarakat kalau sekarang kita masuk ke situ kalau yang dari turis-turis dari dalam negeri

itu 1 juta per orang, dari luar negeri bisa 4-5 juta perorang. Nah itulah zona pemanfaatan

terbatas mereka boleh masuk di daerah-daerah yang boleh mereka nikmati kemudian

pengembangannya itu bisa mandiri oleh masyarakat. Nah kemudian di dalam zona lain ini

terkait dengan rehabilitasi dan perlindungan. Nah itu terkait kawasan konservasi nah tentunya

kita bayangkan provinsi kepulauan ini itu dengan 70-80% laut itu harus jelas, harus fix yang

mana yang menjadi zona inti yang mana menjadi zona pemanfaatan terbatas. Nah satu lagi

ada kawasan konservasi maritim ini untuk melindungi adat istiadat. Jadi misalnya ada

kawasan-kawasan adat tertentu saya baru saja membaca laporan dari tual ya Pak Nono

mungkin tahu bagaimana mereka membuat kawasan untuk pengelolaan telur ikan terbang. Itu

dasarnya dari adat itu mereka sudah buat. Nah itu kalau dilegalkan itu bisa menjadi kawasan

konservasi perairan sorry kawasan konservasi maritim jadi yang mengelola disitu adalah

sistem adat. Itu contoh saja. Lanjut. Nah tambahan dari kawasan tadi dengan Undang-

Undang Perikanan ya diperkuat dengan PP 60 Tahun 2007 itu selain zona inti, zona

pemanfaatan terbatas, zona pemanfaatan lainnya ada satu lagi yang disebut dengan zona

perikanan berkelanjutan. Nah disini yang saya maksud tadi hak karena zona perikanan

berkelanjutan ini adalah mengakomodir terkait dengan penangkapan ikan dengan alat dan

cara yang ramah lingkungan sama budidaya ramah lingkungan. Kalau ini ditetapkan menjadi

suatu zona tertentu maka itu menjadi haknya nelayan tradisional untuk melakukan alat

tangkap yang ramah lingkungan dan sederhana tadi budidaya juga sedemikian jadi ini

menjadi mirip yang Jepang tadi dimana hak diberikan ini belum terlihat sekarang. Sebetulnya

mana sih hak nelayan tradisional yang sudah ratusan tahun melakukan tangkap penangkapan

di suatu lokasi yang terkadang menjadi konflik ketika nelayan dari luar masuk wah itu repot

karena misalnya nelayan di situ mungkin dia hanya menangkap seperlunya saja buat dia tapi

yang dari luar dia tidak mau peduli buat dia dia tangkap sebanyak-banyaknya nah ini menjadi

konflik. Jadi ini sudah diatur di dalam undang-undang cuma memang implementasinya

belum ada. Nah bagaimana zona perikanan berkelanjutan ini bisa diberikan kepada nelayan

tradisonal yang ada di sekitar situ, di luar itu ya sudah itu dulu memang basisnya adalah di

lisence, harus lisence, di bawah 12 mil adalah pemerintah provinsi di atas 12 mil adalah KKP

pemerintah pusat izinnya.

Lanjut. Nah ini, ini Permen yang baru saja dikeluarkan oleh Bu Susi, Bu Menteri

Kelautan Perikanan untuk mengantisipasi Undang-Undang Nomor 23 yang baru otonomi

daerah yang baru sehingga dikatakan di sini bahwa ke arah darat bolehlah mencapai

Page 11: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 10

administrasi kecamatan cumakan ini Permen apa bisa diterapkan dihadapkan dengan

Undang-Undang Nomor 26? Nah ini yang, yang, yang ini, ini langkah baik begitu ya karena

terkait dengan mengintegrasikan tata ruangdi darat dan laut tetapi kalau levelnya Permen

menurut saya masih tetap akan menyisakan konflik kalau sudah berhadapan dengan

katakanlah investasi-investasi yang besar di daratan. Lanjut. Nah inilah kira-kira kondisi

pemanfaatan ruang laut kalau kita tidak atur maka akan apanamanya overlay ya kawasan

konservasi, wisata, pertambangan konsensi migas macam-macam kalau ini tidak atur, di

diatur di dalam dalam ini baru laut saja belum daratnya maka potensi konflik ke depan itu

akan meningkat dan menimbulkan ketidakpastian untuk berinvestasi. Jadi ini, ini contoh saja.

Lanjut. Nah bagaimana sih partisipasi masyarakat? KKP sudah mengakomodir

walaupun memang masih sedikit sekali ya tahun 2013 itu perlu ribuan hektar sekian,

bagaimana ke depannya ini kalau kita isi dengan zona perikanan berkelanjutan kemudian

zona pemanfaatan terbatas untuk pariwisata dan lain sebagainya ini masih kecil-kecil yang

mereka buat. Lanjut. Jadi tantangan untuk provinsi kepulauan adalah tumpang tindih

penataan ruang di wilayah perairan laut harus disinergikan dan ditata melalui sistem

koordinasi sehingga menghasilkan RT, RW zona pesisir dan laut yang terintegrasi dengan

darat sehingga menjadi tata ruang provinsi kepulauan, yang kedua penguatan pengelolaan

MPA ini, Marine protected area atau kawasan konservasi ini berbasis masyarakat dalam

kelembagaan yang baru nah di provinsi kepulauan ini kira-kira bagaimana? Bagaimana kira-

kira terkait dengan pola atau penetapan zoan perikanan berkelanjutan berbasis masyarakat

hak penangkapan nelayan tradisional? Bagaimana kawasan konservasi maritim terkait

budaya dan kearifan local? Nah yang ke tiga adalah kawasan strategis nasional untuk

pemanfaatan perikanan di ZEE apa merekanya menjadi penonton? Yang tadi saya cerita di

Jepang, oke nelayan tradisionalnya cuman di perairan 3 mil coastal fishery tetapi mereka

punya saham loh di perusahaan-perusahaan yang ada bergerak di lepas pantai dan dissent

water international mereka punya saham disitu nah disini peran dari skema pendanaan

bersama yang saya singgung di awal.

Lanjut. Budidaya laut saya cepat saja intinya ke depan perikanan itu akan didasari

kepada budidaya, bukan tangkap lagi kita lihat yang capture ini itu hampir stagnan yang

marine, itu stagnan 80, 79, 79, 77, 82, 79 ke depan karena perikanan tangkap tidak mungkin

kita genjot lagi, perikanan tangkap tidak mungkin kita genjot lagi karena dia sudah

cenderung stagnan baik di in land maupun di marine maka harapannya adalah aqua culture

budidaya. Lanjut saja. Jadi budidaya ini trennya naik terus sementara yang penangkapan itu

cenderung stagnan lanjut saya cepat saja dan prediksi world bank itu bahwa depan kebutuhan

ikan untuk konsumsi dari aqua culture itu bisa mencapai 93 juta ton sementara yang tangkap

58 juta ton. Artinya kalau budidaya ini tidak kita garap dari sekarang nah ini repot dan

dimana tumpuan Indonesia kalau bukan provinsi-provinsi yang banyak, luas lautnya. Nah

lanjut ya katakanlah Indonesia ini data lama yang masih saya pakai karena ini dia tidak

berbeda jauh potensi budidaya laut kita seluruh Indonesia itu 12,5 juta hektar yang baru

dimanfaatkan sekarang kira-kira 117. Menurut KKP sudah 300.000 okelah 300.000 tetapi

dari 12,5 juta hektare budidaya laut, ini juga masih jauh belum efisiensi petambak, Indonesia

cuma satu ton per orang, per orang per tahun bandingkan tidak usahlah dengan Norwegia

dengan, dengan Tiongkok itu sudah 7 ton per orang per tahun berarti apa? Ada persoalan

juga dengan SDM kita kita punya luas potensi yang cukup besar tetapi bagaimana kita mau

membangun budidaya ini. Lanjut.

Nah jadi beberapa catatan yang saya taruh di situ bahwa perlu kepastian ruang, jangan

dia konflik. Jadi lagi-lagi balik di RT/RW dan RSDWP3K. Kemudian kepastian suplai benih.

Nah ini yang repot termasuk pakan, kita impor kita tergantung udang itu dari apa Hawai.

Kalau mereka mau jahat saja di dalam membuat benih udang, dia bikin benih-benih yang

cacat ya tanda kutip di tidak akan tumbuh udang kita, belum pakan, itu dikuasai oleh sistem

Page 12: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 11

yang menurut saya susah aksesnya oleh nelayan-nelayan kecil. Umumnya diimpor dari

Vietnam yang notabene Vietnam itu membuat perusahan investasi dari Perancis, dari negara-

negara maju kemudian dia buat pabrik pakan di Vietnam kemudian kita impor. Dua hal itu

sangat vital kalau kita mau membangun budidaya.

Nah kembali ke tadi bahwa dalam 10 tahun ke depan atau 20 tahun ke depan jangan

berharap lagi dari perikanan tangkap. Budidaya dan harapannya di provinsi yang memiliki

banyak wilayah kepulauan ini. Jadi perlu intervensi negara menurut saya terkait benih dan

pakan ini. Yang lain-lain okelah ya, pelatihan, SMK, dan sebagainya termasuk pendanaan

khusus ini. Lanjut oke pendidikan saya cepat saja, ini saya ambil contoh negara Amerika itu

bagaimana pedulinya yang disebut dengan Ocean Literacy. Jadi pendidikan itu untuk anak-

anak di bawah 12, umur 12 itu sudah diajarkan pendidikan terkait dengan kelautan ini. Jadi

melek laut istilahnya ocean literacy melek laut. Saya pernah lihat anak-anak kecil di Eropa

ya, di pelabuhan katakanlah di Jerman itu dia mengendarai Cano sendirian atau perahu kecil

sendirian sudah dilatih untuk melek laut. Ya saya percaya anak-anak kita di kepulauan itu

lebih berani lagi. Dalam konteks ditaruh sendirian di laut dia bisa tetapi bagaimana dia

memahami ocean literacy ini. Nah ini by design di dalam suatu sistem pendidikan.

Lanjut, saya lanjut saja, ini terkait dengan perguruan tinggi. Menurut saya juga

perguruan tinggi itu penting di dalam suatu provinsi kepulauan cuma memang perguruan

tinggi kita ini tidak bisa berdiri sendiri karena ada 3 sistem di situ yang sekarang kita abai.

Yang pertama adalah perguruan tinggi itu sendiri, yang kedua adalah lembaga industri itu

sendiri, baru lembaga penghubung yang dari sektor pemerintah yang menghubungkan

pemerintah dengan sorry yang menghubungkan industri dan perguruan tinggi.

Lanjut saja saya cepat. Lanjut saja, lanjut, lanjut saja, Nah contoh kita sudah punya

banyak perguruan tinggi tetapi industrinya kita lemah. Dulu waktu didesain oleh Pak Habibie

bahwa ada industri, industri-industri strategis itu. Jadi perguruan tinggi menghasilkan new

knowledge, industri strategis inilah yang nanti meneruskan menjadi suatu new product. Ini

sudah didesain tetapi sekarang BUMN kita yang industri strategis itu profit oriented. Ya

kalau bisa impor ya impor sehingga kesulitan perguruan tinggi sekarang dipaksa untuk

melakukan hilirisasi padahal notabene dan dalam Undang-Undang tugas perguruan tinggi itu

hanya menghasilkan new knowledge. Untuk menghasilkan hilirisasi, new product, inovasi itu

adalah industri.

Nah sekarang industri kita lemah kemudian BPPT itu didesain sebagai lembaga

pemerintah menjembatani dunia industri dan dunia riset. Nah ini mumpung mau didesain dari

awal, mumpung ya, mau didesain dari awal, apa mungkin sistem yang segitiga ini diterapkan

di dalam provinsi kepulauan karena tanpa riset, tanpa industri, tidak sustain ke depan. Lanjut,

nah ini terkait dengan Tri Dharma ini yang sedang disinggung-singgung oleh Menteri Ristek

Dikti ya sekarang ya bahwa oke dosen-dosen harus melakukan Tri Dharma. Nanti dulu kita

lihat sejarahnya Tri Dharma. Tri Dharma ini adalah dimulai pada abad ke 19 dimana

perguruan tinggi di negara bagian, state university diberikan land grade jadi dikasih lahan.

Kemudian perguruan tinggi itu akan mengusahakan lahan itu, kemudian dari hasil itu dia

memberikan beasiswa masyarakat di sekitar situ, kemudian dia melakukan pelatihan kepada

masyarakat di situ. Itulah yang menjadi Tri Dharma, diperkenalkan oleh Profesor Tajib

Hadiwijaya ketika kembali dari Amerika kemudian menjadi konsep Tri Dharma tetapi Tri

Dharma di sini adalah institusi bukan personal. Nah mungkin tidak, ini relevan tidak bahwa

perguruan tinggi kalau toh memang itu menjadi konsep dalam RUU ini diberikan land grand

land grand itu misalnya suatu kawasan dikelola oleh perguruan tinggi kemudian perguruan

tingi ini di dalam mengelola itu dia melakukan Tridarma termasuk memberikan beasiswa dan

sebagainya. Saya tidak tahu ini contoh-contoh saja. Lanjut, lanjut saja ini terkait riset-riset,

lanjut saja, bahwa kita terkait dengan cuaca ekstrim, terus, kenaikan muka laut, terus saja

terus saja menurut saya jadi terkait dengan pangan, terkait dengan kekayan hayati laut, saya

Page 13: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 12

pikir terus saja. Nah ini juga penting bahwa oke terkait dengan regulasi iklim bahwa

sekarang ada yang disebut dengan blue carbon bagaimana peranan mangrove, lamun dalam

menyerap karbon kemudian disimpan di sedimen nah ini sudah masuk dalam pembicaraan

serius di IPCC di dalam perundingan-perundingan KOP. Kemudian terkait dengan apa

namanya rehabilitasi. Jadi ini penting juga karena provinsi kepulauan sekarang hampir

sebagian besar rusak ekosistem pesisirnya baik mangrove, lamun, dan juga terumbu karang.

Nah kalau kita ingin meningkatkan karena fungsi ekosistemnya juga tinggi, plus, ini plusnya

sebetulnya itu menyerap CO2 maka kuncinya adalah melakukan rehabilitasi. Nah provinsi

kepulauan menurut saya bagaimana mengembalikan suatu ekosistem yang tadinya kemudian

rusak itu dikembalikan lagi, berapa persen misalnya kira-kira.

Lanjut, saya cepat saja, lanjut saja, terus, yang terkait energi laut ya banyak terebosan

sebetulnya dengan energi laut, misalnya terkait dengan solar panel ini. Ini solar panel ini anti

tritip. Jadi tritipnya sekarang kan repotnya kalau kita pasang di laut, suka di tempelin tritip

dimana bisa menghasilkan tidak anti tritip contoh yang ada di Kagoshima. Lanjut kemudian

diintegrasikan dengan budidaya. Nah ini kita berharap provinsi-provinsi kepulauan ini bisa

melakukan ini sehingga ini menjadi etalase apa lagi kalau di daerah-daerah, pulau-pulau

terluar begitu ya, terdepan ini jadi seperti etalase. Lanjut, lanjut saja, saya pikir saya sudah

bicara, jadi tantangan pendidikan di provinsi kepulauan, bagaimana mengintegrasikan tata

alam-alam ini dalam pendidikan dasar, menengah, sampai atas, contohnya ocean literes ini,

bagaimana menghadirkan perguruan tinggi yang terintegrasi dengan industry. Bagaimana

inovasi-inovasi ke depan. Lanjut saja nah ini yang terakhir, Bapak Ibu, mohon maaf, terlalu

lama terikait dengan konektifitas laut oke ini menjadi perhatian pemerintah pusat saat ini tol

laut tetapi saya ingin menyinggung PELRA Pelayaran Rakyat. Lanjut, jadi ini-ini kira-kira

skema yang dibangun dan diadopsi oleh BAPPENAS bahwa supaya kita maju kunci

untamanya adalah transportasi karena transportasi ini, konektifitas inilah erat kaitan dengan

pertumbuhan suatu, pulau suatu pulau kecil karena kita tau bersama bahwa ekonomi kita ini,

80% di barat, sumatera, dan jawa, 20% dibagi oleh pulau-pulau yang ada di timur. Nah lanjut

nah ini yang suka tidak suka, waktu jaman VOC sebetulnya kita ini poros maritime. Kita

menguasai rempah-rempah di seluruh dunia kok bisa, VOC menguasai karena lanjut dia

menguasai jalur-jalur perdagangan yang meng-cover hampir seluruh kepulauan kita. Nah

yang saya maksud dengan Pelra itu Pelayaran rakyat itu adalah menghidupkan kembali jalur-

jalur komunikasi laut yang meng-cover pulau-pulau kecil karena pulau-pulau besar itu sudah

di-cover dalam tol laut. Coba maju sedikit, maju-maju, kira-kira ini tol laut ya, jadi ada 5-6

loop ada 5 pelabuhan utama, kemudian 24 pelabuhan feeder tetapi yang pulau-pulau kecilnya

bagaimana, mundur lagi Pak, nah yang pulau-pulau kecil itu bagaimana peranan dari tol laut,

eh sorry, PELRA Pelayaran Rakyat, dan sekarang ini menjadi fokus perhatian Menteri

Perhubungan bagaimana menyambungkan mulai dari Nusa Tenggara Barat Timur, sebagian

ke Kendari Wakatobi, kemudian ke Ke Maluku Tenggara Barat, terus sampai ke Maluku

sampai Maluku Utara, sebagian Raja Ampat kemudian sampai ke Sangie. Nah ini kalau ini

dilakukan, ini luar biasa karena bukan hanya transportasi orang dan barang di pulau kecil tapi

juga parawisata, karena kalau PELRA itu dikembangkan dengan baik, katakanlah pulaunya

unik, bentuknya unik dan sebagainya itu juga daya tarik wisata, jadi pelayaran rakyat ini akan

meng-cover konektifitas pulau-pulau kecil yang tidak di-cover oleh dengan tol laut termasuk

kapal-kapal perintis. Nah dengan design pelayaran rakyat yang kapalnya tentunya unik dan

mengetahui apa namanya deskripsi laut tertentu, tentunya kita harapkan merek lebih tau ya

bagaimana supaya jalur-jalur komunikasi kuno ini bisa dihidupkan kembali. Lanjut, lanjut

saja ya mungkin itu Bapak Pimpinan, Bapak Ibu Anggota Komite I terima kasih atas

kesempatannya, saya kembalikan kepada Bapak Pimpinan, terima kasih.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 13

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Makasih Pak Alan.

Jadi nampaknya memang kita ini seperti anu ya pusel atau puzzle itu ya ya memang

kalau di bicara collectivity-nya selalu ada ya ini tugas kita ini, Mas Fadri, Mas Wawan

kenapa saya bilang begitu Pak Alan memberikan bobot kepada bagaimana pengelolaan tata

ruang laut karena itu yang diambil adalah Undang-Undang 27 kemudian Undang-Undang

mengenai Pesisir yang pada dimensi lain ini adalah salah kewenangan Pak Alan pada, pada

aspek yang lain. Bisa gambarkan, suatu kali Pak Eko Budiarji itu telepon saya Pak Alan

ketika dibahas Undang-Undang 23 itu, malam-malam dia telefon saya setengah 12 saya

kaget, iya Prof ada Pak Prof. Pak Muqowam betul, mau menghapuskan BAB mengenai

kawasan perkotaan di Undang-Undang 32 itu?, betul saya katakan. Apa argumennya Pak

Muqowam. Saya sampaikan Prof ini belajar dari pengalaman, kalau bicara Planologi,

Profesor paling paham tapi bicara mengenai kewenangan mungkin saya paham, saya bilang

begitu ya. Kok begitu Pak Muqowam?. Iya Pak, saya hidup saya mengenali beberapa wilayah

orang-orang ber, apa rumah itu ada yang di cluster, ada yang sendiri dalam sebuah RT,

bagian dari RT. Ada yang bagian dari komunitas rumah namanya cluster RT-nya, ikut RT

dimana cluster itu berada. Kalibata, Komplek DPR, itu ada 495 rumah oleh rawatjati

diberikan kewenangan untuk ada RT, ada RW sehingga RT-nya anggota DPR, RW-nya

Anggota DPR. Saya bilang, Pak BSD itu lurahnya siapa pak Prof loh gitu ya Pak Muqowam,

saya bilang catat Prof, bahwa BSD yang luasnya sekitar 4.500 hektar itu itu adalah hasil

okupasi diklotok begitu Pak dari sebuah berupa tanah yang dikoordinat tersebut, pernah ada

kewenangan namanya kelurahan, pernah ada kewenangan pemerintahan namanya kecamatan.

Lalu karena itu saya bilang ada nggak kelurahan di BSD itu 4 kecamatan itu diklotok semua

itu itu prof saya bilang, makanya kemudian saya bilang bahwa kawasan perkotaan itu harus

dihilangkan dari undang-undang itu saya bilang bagi saya, saya bilang bahwa, tidak boleh

sejengkal tanah di republik ini yang tidak punya kewenangan regulasinya.

Jadi Pak Alan, Bapak sampaikan ini semua, yes kita terima tapi bahwa tolong juga

nanti sekeluar dari ini, bapak juga memberikan masukan lagi adalah dalam kaitannya

namanya governance-nya dimana itu pada aspek kewenangan pengelolaan ini Prof, Pak

Alan. Jadi saya terima sekali itu yang namanya apa namanya, perikanan tangkap, budidaya,

potensinya, dan lain-lain. Saya ingat ketika teman saya menjadi menteri KKP, Fadil

Muhammad. Dengan arogannya mengatakan bahwa kami akan jadikan sebagai negara

penghasil perikanan terbesar di dunia dan meningkatnya 353%. Saya bilang, Pak menteri,

bapak kan pernah mengelola namanya bukaka bapak pernah mengelola sebuah RUU ruang

namanya Gorontalo itu aja 2.000.000 kurang penduduknya. Bapak sekarang mengelola

republik ini ketika penduduknya sudah 235.000.000. So, saya katakan China tidur saja, bapak

nggak bisa lewat 10 kali hebat ya Pak Nono China tidur saja 10 kali itu yang harus kita

lakukan bagaimana bapak punya cerita mau naik menjadi terbesar di dunia saya katakan

sehingga Pak Fadil itu oleh saya, saya juluki sebagai mister 353%. Bingung dia pengennya

hebat ya mohon maaflah, jagung saja ngimport dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan kok

iya ketika belum menjadi gubernur kan, kita eksport terbesar, dia import dari Jawa Timur,

dan juga Sulawesi Selatan. 52% jumlahnya diimpor dari dua sudah di sebut, hanya

packaging saja di Gorontalo itu dulu jadi kalau semen itu beli semen curah, kemudian

diwadahi saja, mereknya Muqowam, kira-kira begitulah kira-kira. Jadi Pak terima kasih loh

itu Ibu Eni kenapa ketawa. Ya mereknya Muqowam semen itu begitu kira-kira. Baik Pak

Nono, Pak, silakan Pak Nono.

Page 15: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 14

PEMBICARA: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si (MALUKU)

Terima kasih Pimpinan.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pimpinan teman-teman senator, Komite I, dan Bung Alan selaku narasumber dan para

staf ahli. Terima kasih Bung Alan sudah memberikan banyak hal, tadi juga sudah di-review

oleh Pimpinan tetapi dalam pandangan saya yang kebetulan saya dengan Bung Alan ini pada

satu almamater dengan disiplin ilmu yang sama juga satu pohon mungkin beda ranting saja

tapi dahannya sama, pohon sama dahannya sama. Saya mencoba untuk me-review dengan

detail betul apa yang disampaikan dan kalau boleh saya mengambil kesimpulan bahwa

seandainya Bung Alan kita undang lagi kemari Pak Ketua, artinya ini sudah bukan dalam

bentuk Rancangan Undang-Undang tapi sudah undang-undang yang mau dijalankan dengan

kisi-kisi yang tadi itu. Yang kedua saya membaca review yang dibuat oleh staf ahli dari

Komite I, saya kok agak kurang sependapat, kenapa, khususnya pada poin B begitu banyak

poin-poin yang bersifat apriori terhadap draf ini sedangkan tujuan kita adalah bagaimana

rancangan ini tujuan besar kalau ini sudah kita dorong, masuk menjadi sebuah rancangan

undang-undang di Prolegnas nah artinya tidak ada lagi bicara tentang kalau ada hal-hal yang

kurang ya kita isi, ada barikade di depan ya kita, tapi tujuan kita adalah ya rancangan ini mau

kita jadikan undang-undang bukan kita dari dalam sendiri mau batalkan ini barang.

Saya kecewa, benar, sebagai anggota DPD, saya kecewa betul. Belum apa-apa sudah

apriori seperti ini, bagaimana kita mau berjuang, itu yang ke-2. Saya secara akademik saya

bisa berdebat soal ini dengan siapa pun tapi kalau dari dalam kita sudah apriori, percuma kita

mau berjalan ke depan. Itu yang kedua. Berikutnya adalah saya ingin menyampaikan sedikit

fakta untuk mengingatkan kita semua sebagai latar belakang mengapa Rancangan Undang-

Undang ini kita perjuangkan. Banyak masukan, yang sudah kita dapatkan, ada yang plus, ada

yang minus, ada yang mendukung, ada yang kurang mendukung, bahkan ada yang sangat

ekstrim di masa lalu ada seorang pakar senior pejuang negara kepulauan, Pak Hasim Jahlal,

sampai bahkan terlontar kalimat menarik bahwa kalian ini yang memperjuangkan provinsi

kepulauan ini adalah orang-orang yang beraliran separatism. Saya takut ini, ini masuk ke sini

kalimat-kalimat itu dan terlalu jauh, terlalu jauh terlalu jauh, sangat jauh saya, latar belakang

saya sebagai abdi negara, prajurit dilaut selama 36 tahun, sangat memahami urusan

keamanan di laut jadi kalau ada rasa kekhawatiran tentang ini toh juga ini kita bicara tidak

dalam kavling urusan luar negeri dan masalah keamanan karena itu di luar sendiri urusan

keamanan tidak masuk ke dalam otonomi daerah yang kita kenal sistem di dalam

desentralisasi pemerintahan.

Nah fakta yang pertama adalah pengakuan internasional bahwa tahun unclosed 82 ini

beberapa negara di dunia memperjuangkan dirinya untuk diakui sebagai negara kepulauan.

Tadi benar dikatakan oleh Ketua bahwa starting point kita adalah di tahun 57 Deklarasi

Djuanda. Klaim sepihak oleh kita, saya ulangi klaim sepihak, belum ada aturannya, belum

ada apapun juga tapi kita klaim, kita klaim bahwa laut jawa itu milik kita jadi sebuah, sebuah

apa sejarah bahwa belum ada apa-apa klaim. Jangan daerah ingin memperjuangkan haknya

kemudian sepertinya mau mendirikan negara di dalam negara, tidak begitu negara berjuang

daerah berjuang ingin mendapatkan haknya sesuai dengan undang-undang, sesuai dengan

otonomi yang diberikan kepada daerah untuk mengelola daerahnya kewenangannya untuk

pembangunan dan untuk kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Saya kira itu intinya, tidak

ada lain. Nah oleh karena itu, sikap apriori seperti ini harus kita buang jauh-jauh. Artinya

pengakuan internasional kepada negara secara internasional bahwa ada rakyat, ada

masyarakat, ada bangsa yang hidup semata hanya di darat dan ada hidup, ruang hidupnya

darat dan di laut bahkan dengan khas pulau-pulau dan wilayah laut yang luas di berikan itu

walaupun ada rezim di laut yang sampai saat ini juga masih berlaku, laut itu milik bersama

Page 16: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 15

artinya ada kepentingan internasional di situ lain dengan wilayah darat ada sertifikat, selesai

itu barang paling kalau ada di bawah, ada sumber daya alam, iya itu pasal 33 yang berlaku,

tidak ada kepentingan internasional di situ tapi kalau di laut ada memang setuju itu tetapi

tidak berarti menghilangkan hak-hak itu. Hak ulayat misalnya. Saya beri contoh misalnya

daerah kami di Maluku, Sasik. Masyarakat setempat menganggap hak ulayatnya dan Sasik,

memang tidak ada penangkapan dan itu berlaku sebagai hukum, coba berani, ada yang berani

nangkap di situ termasuk negara juga tidak berani pasti karena sudah diatur secara turun-

temurun, kira-kira begitu.

Yang kedua adalah fakta indonesia telah berjuang cukup lama dan diakui dan

beberapa undang-undang mengatur memang tentang pemerintahaan daerah maupun otonomi

daerah yang memberikan ruang bahwa kita tidak menganut sistem sentralisasi dalam

pemerintahan, jadi ada desentralisasi, undang-undang kita juga mengatur itu kok bahkan

sampai pada asimetris, saya kasih contoh DKI, itu Undang-Undang sendiri itu DKI karena

khas tidak simetrisnya Aceh DIY, Papua karena tadi itu nah untuk wilayah kepulauan yang

khas dimiliki juga oleh 8 provinsi. Nah itu, ini, ini, ini memerlukan itu pengakuan itu juga,

itu yang ketiga. Yang keempat adalah beberapa fakta yang perlu saya sampaikan bahwa pada

dasarnya ada daerah di wilayah republik ini sebagai negara kepulauan, ada provinsi atau

pemerintahan daerah yang murni hanya pulau besar atau artinya daratan tapi ada juga yang

pulau-pulau kepulauan. Di dalamnya ada gugus-gugus kepulauan. Artinya ruang hidup dari

bangsa ini sudah jelas di darat, di pulau, dan kemudian bukan hanya di wilayah territorial tapi

juga wilayah ekonominya, sampai segitu nah turunan ke bawah menurut saya layaknya itu

diatur juga agar tidak kalau dibiarkan bebas konflik itu akan terjadi.

Kita ingat, nelayan-nelayan Cirebon perahunya di bakar di Kalimantan, karena apa,

karena tidak diatur kalian nelayan Cirebon kamu harus disini saja tempatnya harus ada

Undang-Undang yang mengatur itu kalau tidak marah itu orang Kalimantan iya kan, dibakar,

nah ini mau dibiarkan terus apa bagaimana ini contoh konflik-konflik yang bisa muncul

karena tidak dibatasi ruang hidupnya daerah nanti dimana daerah, dimana nasional, dan

bagaimana pihak luar kalau mau datang sehingga tidak tumpang-tindih. Sumber daya alam

yang ada ya macam-macam, ada yang di darat ada di laut, itu harus dikelola, nah kemudian

fakta berikutnya adalah rata-rata daerah atau provinsi kepulauan ini ciri khasnya miskin.

Kebutuhan dasarnya pendidikan, kesehatan, terutama itu juga tertinggal jauh dengan saudara-

saudaranya, kenapa, saya ambil contoh, bangun sekolah di Kisar dan Wetar itu tentu berbeda

dengan bangun sekolah di pulau Jawa yang begitu besar. Cukup satu sekolah bisa mencakup

sekian kecamatan. Di sana tidak bisa rumah sakit juga begitu. Nah ini kan harus ada yang

mengatur karena kita masih berbasis kepada jumlah manusia. APBN masih berbasis manusia,

infrastruktur juga begitu beda. Jadi apa ini mau dibiarkan terus. Di sisi lain ada satu visi dan

misi besar pemimpin kita sekarang ini Presiden Jokowi tentang Indonesia mau dibangun

sebagai poros maritim dunia poros maritim dunia, bagaimana daerah kepulauannya tidak

dibangun dengan benar. Terjadi pembiaran kira-kira begitu.

Nah oleh karena itu saya berharap sekali bahwa ini menjadi catatan kita untuk satu

hal yang mungkin di antara kita kalau kita berjalan-jalan ke timur khususnya ini sudah

berkembang karena di sanakan juga para intelektual, perguruan tinggi, juga melakukan

pembahasan, diskusi-diskusi bahwa ya akhirnya terakumulasi dari provinsi-provinsi

kepulauan menjadi kawasan. Jadi kawasan timur Indonesia menjadi memang tertinggal

akumulasi dari ini semua.

Mengapa masyarakat di pulau besar boleh mengeksploitasi eksplorasi sumber daya

alam di wilayah darat dengan maksimal sedangkan yang ini tidak boleh kan itu

pertanyaannya karena ruang hidupnya memang diciptakan, ditakdirkan untuk di situ. Seekor

buaya yang yang ruang hidupnya di darat dan di air, begitu tidak boleh kamu di air maka dia

menjadi komodo namanya wujudnya tetap nah saya kasih contoh lain misalnya bentuk-

Page 17: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 16

bentuk dari asimetris dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah ada di situ

namanya kota kepulauan misalnya itu suatu gambaran bahwa diakomodasikan di dalam dan

dibolehkan seperti itu nah tentu dalam mengelola daerah termasuk wilayah laut ini ada

ketentuan ada aturanm yang tinggal bagaimana turunannya. Oleh karena itu saya sangat

berharap bahwa ini menjadi bagian penting. Hanya saya sangat sependapat Pak Pimpinan,

Ketua, dan teman-teman sekalian ada saran menarik dari teman kita GPS, GPS Gede Pasek

bahwa idealnya judul ini dirubah karena hak pemerintahan daerah takut nanti dia berhimpitan

dengan Undang-Undang Pemda atau kalau yang lalu provinsi kepulauan dia melekat pada

Undang-Undang kelautan dan lain sebagainya atau lebih tepat mungkin tata kelola daerah

kepulauan sehingga kalau bicara tata kelola itu dia lebih spesifik agak lebih spesifik jadi dia

tidak melekat karena kalau dia sama judulnya dikhawatirkan ini direkatkan dengan judul-

judul yang lama. Padahal secara substantif ini agak berbeda ya banyak hal yang bisa di hal-

hal yang belum terisi di undang-undang yang ada, bisa kita isi namanya tata kelola daerah

kepulauan ya, kalau seperti itu mungkin agak sedikit berbeda. Jadi saya sependapat dengan

saran jadi kalau judul itu dirubah akan lebih elegan maksudnya. Kalau Pemda dia masih

berhimpitan dengan Undang-Undang Pemda. Provinsi kepulauan masih mungkin juga sama.

Nah oleh karena itu saya berharap agar mungkin judul ini dirubah menjadi tata kelola daerah

kepulauan.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Terima kasih Pak Nono.

Saya buka-buka langsung ini Pak Nono, di Cina itu daratan semua Pak. Itu pun ada

spesialis-spesialis dalam tata pengelolaannya tidak asimeteris, tidak asimetris. Cina ini salah

satunya adalah ini berdasar pada suku Pak Yacob jadi di China itu ada beberapa Baziah suku

misalnya adalah Mongolia. Sukuria Mongol, Shinziang Beghur, kemudian Tibet suku Tibet,

kemudian Ghuang Xi suku Zhuang, kemudian Ningxia, muslim Hui kemudian ada kota-kota

yang juga otonomi khusus, semacam Beijing, Hongkong, Makau ada kota-kota yang memang

kemudian mendapatkan kelas seperti itu adalah ada Shinjiiang ada kemudian Tianjin. Jadi

tidak haram. Boleh gitu loh tadi disampaikan juga Aceh, disampaikan juga dengan Jakarta

disampaikan juga Papua, sekarang termasuk Papua Barat termasuk itu karena dulu Papua Pak

Nono, kemudian termasuk Papua Barat kemudian Yogyakarta yang sedang di apa, undang-

undangnya juga sedang di MK itu.

Jadi memang boleh-boleh saja ya hanya memang 1 hal yang kita ini, Pak Gubernur

tadi sampaikan waktu ngobrol presiden itu langsung gubernur wakil, wabupati, wali kota itu

demokratis tapi kemduian formatnya adalah langsung semua itulah NKRI jadi tidak mau pola

pikir yang asimetris gitu NKRI wes Pak Alan Negara Kok Republik Indonesia cape mikir

udah, satuin, satuin regulasi saja jadi tadi, jadi saya sudah mengantarkan juga mengenai katai

disik lah Pak Nono udah ambil dulu lah yang penting 57 itu. Kalau nggak itu, nggak akan ada

seperti ini. Ya kemudian, ya kemudian kalau di Jakarta ini banyak sekali itu, patoh dulu H-

nya kemudian kan gitu Pak Yacob. Saya setuju dengan beberapa pemikiran tadi salah

nomenklatur, memang undang-undang pemerintahan daerah itu adalah pada aspek

governance-nya. Bapak sampaikan pada pengelolaannya ya, kelola kelautan bukan basisnya

kepulauan tapi adalah kelautan. Pak Alan tadi itu kemudian potensi, kemudian menjadi

maritim dan lain-lain Jepang beda, Jepang memang ada nasional sirkuit itu sudah jelas.

Indonesia nggak punya yang namanya Basarnas saya kira Pak Nono itu pelanggaran masuk

pada wilayah ke sana secara nasional udah pomla bakamla dulu bakorkamla nggak jelas,

dinaikin kriteria jadi bakamla juga belum jelas karena emang disana ada 19 economic animal

yang berlaku di laut itu, mulai dari, mulai route bea cukai dan lain-lain itu suilisan kita disitu

Page 18: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 17

jadi saya kira soal nomenklatur saya setuju sekali itu kita harus tidak boleh dandan dengan

governance kemudian undang-undang 23 tapi hati-hati loh karena undang-undang ini salah

naro itu bisa apa namanya di belah-belah orang gitu jadi, tata kelola daerah wilayah

kepulauan boleh juga itu baik, ada lagi yang mau bicara Bapak ini, Pak Jacob bentar ya Pak

Jacob, bentar ya wakili saya dulu ngga bisa di wakilkan ini Bapak pimpin sebentar pak,

nunggu Pak Yacob dulu Pak saya mau ketemu Bu Dewi dulu di luar.

PEMBICARA: JACOB ESAU KOMIGI, S.H., M.M. (PAPUA BARAT)

Silakan Pak Idris.

PEMBICARA: Drs. H. MUHAMMAD IDRIS S. (KALTIM)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pimpinan sidang dan Anggota Komite I yang kami hormati.

Bapak narasumber dan staf ahli yang kami banggakan.

Saya Muhammad Idris Pak ada beberapa informasi-informasi yang perlu saya

sampaikan dan satu pertanyaan. Kita di Komite I ini tidak mau gagal 2 kali kalau pada

periode yang lalu membuat Rancangan Undang-Undang tentang pengelolaan daerah

kepulauan tidak bisa tembus ya Komite I untuk periode 2014-2019 ini ya tentu tekad kita ini

supaya bisa terwujud RUU itu karena apa kita sudah lihat semua penyebab-penyebab

terjadinya konflik yang ada di laut.

Tadi Pak Nono menyampaikan bahwa pernah terjadi kapal-kapal yang dari Pulau

Jawa itu dibakar di Kalimantan, persis di Balikpapan Pak dan saya tinggal di Balikpapan

sebenarnya itu ada 20 kapal itu akan di bumi hanguskan, tapi hanya sempat 2 saja yang

lainnya diselamatkan, itu dibakar ke kerokuat kurang lebih 1 kilo dari Kota Balikpapan

diluarnya. Nah ini tadi dikatakan bahwa kenapa terjadi seperti itu, karena kapal-kapal yang

dari Pulau Jawa ini merasa bahwa kan tidak ada batasan sementara orang Kalimantan Timur

mengatakan, tidak ini area Kalimantan Timur ini, Balikpapan ini tidak boleh sampai di sini

karena ini mengganggu, selain mengganggu kehidupan masyarakat yang ada di sana juga

mengganggu, lalu lintas pipa yang ada di sana, itu satu.

Yang kedua Bontan juga ikut kecewa berat Pak, tadi Pak Ahlan menyampaikan

bahwa di sana sudah ada perdanya itu tata ruang laut dan tata ruang darat tapi lalu muncul

undang-undang 23 ini tahun 2014, akhirnya mental lagi jadi seakan-akan, apa namanya

pengelolaan kelautan ini tidak mendapatkan tempat yang sama dengan pengelolaan daerah

daratan nah informasi yang kedua ini ada kalau seperti pulau Kepri, Pulau Maluku, itu sudah

jelas, ada lagi pak di kabupaten Pangkep, Pangkep itu singkatan dari Pangka Jene Kepulauan

itu ada terdapat 117 pulau-pulau itu yang Pak Nono sampaikan tadi, bahwa itu ciri khasnya

itu miskin sistem pendidikannya rendah ya, kesehatannya memperhatinkan ya, kondisi itu

dialami dan terjadi di 110, 117 pulau yang ada di Kabupaten Pangkep dan sejemluh itu masih

ada kurang lebih 20 pulau-pulau kecil itu itu penghuninya, penduduknya sangat

memperihatinkan sekali. Nah ini barangkali kalau saya punya keyakinan kalau ini RUU ini,

tentang pengelolaan daerah kepulauan ini bisa diatur sedemikian rupa, mereka juga akan

kebagian bagaimana nikmatnya hidup di Negara Republik Indonesia yang terkenal kaya

sumber daya alam dan lautnya, yang kedua, yang ketiga pak yang kami mohonkan kepada

Pak Alan dengan staff ahli yang membidangi masalah rancangan undang-undang pemerintah

daerah wilayah kepulauan adalah bapak sudah melihat dari berbagai belahan dunia ini di

negara-negara lain, bisa membandingkan antara satu dengan negara, negara satu dengan

negara yang lain pertanyaan saya kepada Pak Alan sisi pengelolaan kelautan di daerah mana,

atau di negara mana yang paling cocok dengan Negara Republik Indonesia itu sehingga

Page 19: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 18

barangkali dengan apa yang sama nanti bapak sampaikan dan masuk didalam rancangan

undang-undang ini itu bisa menjadi perhatian secara serius karena ini sudah melalui

pembahasan di 33 Anggota dewan yang ada di Komite I, ini artinya mewakili seluruh

provinsi malah 34 provinsi ini sudah terwakili.

Jadi pertanyaan saya dan harapan saya bapak bisa melihat sisi pengelolaan daerah

kepulauan di di belahan ini yang pling cocok dengan Negara Republik Indonesia saat ini

yaitu yang mana itu yang bareng, saya mohon pak supaya itu dibuat dari garis bawahi secara

spesifik, supaya itu bisa menjadi masukan kepada semua penguasa atau pemerintah di

republik ini, sehingga itu bisa menjadi menarik sehingga pengelolaan darat dan laut, untuk

menggali sumber daya alam, demi terwujudnya ya Indonesia yang lebih sejahtera, lebih baik

kedepan ini bisa tercapai, saya kira itu terima kasih atas segala perhatian dan

penyampaiannya.

PEMBICARA: JACOB ESAU KOMIGI, S.H., M.M. (PAPUA BARAT)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Terima kasih Pak Idris harapan Pak Idris sama juga dengan harapan Pak Nono dan

harapan pemerintah di 8 wilayah provinsi yang bercirikan kepulauan. Bahwa periode 2009-

2014 ini RUU ini telah diusulkan dan di periode ini 2014-2019 harapan kita semua supaya

rancangan undang-undang ini bisa jadi sebuah undang-undang sebelum saya serahkan

waktunya kepada narasumber, mungkin ada tambahan dari Bapak Ibu Bapak Anggota,

silakan Pak Bu.

PEMBICARA: Drs. H. A. HUDARNI RANI, S.H. (KEP. BABEL)

Terima kasih Pak Ketua.

Jadi saya ingin menyampaikan sesuatu ya, jadi apa yang ditampilkan oleh Pak Alan

tadi menurut saya kalau ini bisa terealisasi 10% saja, negeri ini sudah makmur ini. 10% aja

itu pemanfaatan itu tapi saya ingin sampaikan sebenarnya kunci dari pada persoalan kita ini

Pak sebenarnya justru tidak konsistennya kita bisa mungkin iya laut di antara Sumatera dan

Kalimantan itu berdasarkan deklarasi Juanda itu punya Indonesia itu dianggap itu laut

internasional, 12 mil, 12 mil tapi anehnya kita tidak konsisten pulau Bangka dengan pulau

Belitung ya, dia punya provinsinya cuma 12 dari Bangka, dan 12 dari Belitung, tengah-

tengahnya harusnya kita konsisten ini maka itu saya minta di dalam undang-undang itu jelas

bahwa luas dari pada provinsi kepulauan itu adalah ya dari titik terluar, 12 mil dari titik

terluar itu. Dengan 12 mil itu punya kewenangan provinsi, 3 mil kewenangan kabupaten tapi

dan konteksnya sekarang ini kita lihat bahwa pulau Bangka dengan pulau Belitung

dipisahkan, ya, namanya satgaspar itu 12 mil dari bangka sama 12 mil dari 12 Belitung,

tengah-tengahnya itu tidak jelas, punya ini punya ini kalau kita konsisten dengan deklarasi

Juanda sebenarnya laut dari ujung ke ujung itu laut-laut punya kita semua, punya Indonesia

luasnya nambah berapa juta-jutakan permeter persegi.

Nah kalau ini konsisten sebenarnya maka itu akan jelas, siapa punya wewenang untuk

melakukan itu jadi itu tadi, kalau misalnya sampai ada orang dari Cirebon datang ke sana,

boleh asal izin dari pada pemerintah disana yang tidak boleh itu ilegal itu bukan berarti orang

cirebon tidak boleh, ngambil ikan di di pulau, di Bangka Belitung, boleh saja tapi jangan

menyerobot-nyerobt, tidak jelas itukan harus ada izin-izinnya semua, itu artinya kewenangan

itu jelas dan siapa yang punya. Jadi kalau bisa kewenangan jelas, kalau bisa gubernur

Kalimantan Timur tidak pernah mengeluar izin berarti ilegal lalu mereka berdalih ada izin

dari Cirebon misalnya, dari Bupati, dari Gubernur Jawa Barat itu nggak bisa. Ini sebenarnya

kejelasan daripada persoalan inilah. Jadi kalau kita konsisten ya dengan deklarasi Juanda

Page 20: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 19

memang antara batas itu punya kita, punya ini kalau secara nasionalnya punya negara

kesatuan, antara pulau ini dengan pulau itu, seperti bangka belitung itu antara 1

kabupatennya juga ada1 kabupatennya ada pulau Lempar Pongoh jaraknya hampir 30 mil

hak kabupaten itu hanya 3 mill 3 mil dari sana, 3 mil dari sini, itu punya punya

kabupatennya. Lalu 12 mil dari sana, 12 mil dari sini, punya ini, yang tengah-tengahnya itu

sudah jelas. Jadi kalau orang mancing di situ, dia pura-pura di situ Pak.

Jadi saya pikir ini perlu kejelasan soal nama memang aturan menyebut, apalah arti

sebuah nama, tapi yang penting maksudnya itu saya tapi saya sangat setuju apa yang di

sampaikan Pak Nono sebenarnya kalau pun ciri-ciri undang-undang kepulauan, provinsi

kepulauan itu ada kesan khususan tapi kalau tata kelolanya bagaimana memanfaatkannya.

Saya lebih menyarankan sebenarnya Pak Itamil Pak Alan ini luar biasa kalau ini diketahui

oleh Bappeda Bappeda dari provinsi-provinsi yang 8 itu, luar biasa Pak, pemanfaatan luar

biasa. Jadi tidak ada lagi orang miskin di Indonesia ini sebenarnya lautnya luar biasa itu.

Jadi saran saya memang nanti siapa yang kepada Bappeda Bappeda ini harus tau

semua ini tapi sekali lagi intinya sebenarnya di dalam Undang-Undang itu jelas seperti

penerapan DAU. DAU-nya itu luas wilayah kita kalah dengan provinsi itu kalah dengan

daratannya kalah dengan 1 kabupaten Pak, sekarang kabupaten di tempat lain jadi lautnya

tidak dihitung jadi kecil sekali DAU nya tapi bebannya berat untuk jalan-jalan sangat berat

maka itu sebenarnya sekali lagi wilayah provinsi itu sebenarnya adalah luas wilayah

berdasarkan (tidak jelas) ya jadi bukan tengah-tengah.

Nah kemudian hitungnya pengaturan DAU-nya juga sesuai dengan itu tapi kalau

menurut soal nama saya sebenarnya sependapat walaupun saya bilang, apalah arti sebuah

nama ya katanya kan tapi kalau nama itu bagus sekali itu bukan membentuk suatu profesi

yang khususlah tapi ada pengelolaannya supaya memakmurkan negeri ini saya pikir ini ya

yang saya sampaikan tapi intinya satu lagi adalah kejelasan wilayah itu ya, kejelasan wilayah

kepulauan jadi, jangan sampai misalnya Papua dengan Raja Ampat, di tengah-tengahnya itu

jadilah punya siapa karena cuma beda 12 mil, 12 mil, kalau jaraknya lebih dari 32 mil, lebih

dari 24 mil tengah-tengah itu tidak jelas ini punya siapa itu punya Indonesia, tapi kecil gitu

kan jadi orang bisa masuk kesitu, seolah-olah dari pusat kan ijin ini yang harus ada kejelasan,

seperti itu saya bikin ini terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PEMBICARA: JACOB ESAU KOMIGI, S.H., M.M. (PAPUA BARAT)

Terima kasih Pak Hudarni masih ada tambahan mungkin Pak Fatwa tidak ada

sebelum saya serahkan waktu kepada narasumber, palu Pimpinan ini saya serahkan ke yang

berhak, terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Jadi Pak Alan, inilah Komite I jadi karena Pimpinannya hanya 1, terpaksa dari Papua

Barat kita ambil jadi Pimpinan, dan itu bagian dari upaya untuk memberikan, kuantitas jam

terbang Pak. Silakan Pak, teman-teman tenaga ahli dulu, itu atas apa, komentar dari Pak

Nono tadi itu jadi kalau sudah mau jatuh cinta jangan lihat kejelekan kamu punya calon pacar

itu ya, ini kalau sudah mau jatuh cinta ini kalau kemudian kamu mau jatuh cinta tapi kok

idungnya pesek, rambutnya, jangan dipilih udah kan kamu sudah beberapa kali jatuh cinta

makanya mesti belajar dari Pak Nono tadi itu. Kalau kamu jatuh cinta, jangan cari yang jelek

di antara calon pacar kamu itu ya, seperti Pak Idris ini loh, yang namanya Bu Dewi kan

sudah oke ini begitu kira-kira. Silakan Mas.

Page 21: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 20

PEMBICARA: WAWAN (STAF AHLI KOMITE I DPD RI)

Terima kasih Pak Ketua, khusus menanggapi kasus dari Pak Nono bahwa tugas dari

teman-teman staf ahli Komite I adalah memberikan telaahan awal Pak Nono khususnya dari

naskah akademik dan Rancangan Undang-Undang yang telah dihasilkan di Komite I DPD RI

periode sebelumnya. Dari telaahan tersebut, secara objektif baik dari masukan-masukan

narasumber ketika RDP kemudian expert meeting dan lain-lain, kami memberikan

kesimpulan bahwa perlu diaktualisasikan Rancangan Undang-Undang dan naskah akademik

telah dihasilkan DPD periode lalu dengan kondisi yang ada sekarang. Misalnya ketersesuaian

subtansi dengan Undang-Undang pemerintahan daerah yang ada sekarang ini, Undang-

Undang 23. Kemudian belum memasukannya pertimbangan Undang-Undang 33 tentang

perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai pertimbangan hukum dan catatan-catatan

lainnya yang sifatnya teknis misalnya beberapa hal yang terkait dengan pasal-pasal yang

masih sifatnya multitafsir. Ini semua masukan-masukan dari narasumber yang coba kami

inventarisasi agar supaya bahwa di dalam forum ini, ada putusan politik dari Komite I apakah

kita tetap melakukan review terhadap naskah akademik dan rancangan undang-undang yang

sudah dihasilkan Komite I periode sebelumnya, ataukah seperti tadi usulan pak Nono, kita

membuat rancangan undang-undang baru dengan judul baru sehingga subtansinya dari

rancangan naskah akademik yang lama menjadi bahan dasar atau bahan awal kita berpijak

untuk menyusun naskah akademik yang lebih sempurna untuk kita bahas di bersama dengan

DPR. Kira-kira begitu dari kami Pak Nono. Jadi ini telaahan objektif dari naskah akademik

yang sudah ada dihasilkan periode sebelumnya, begitu Pak.

Terima kasih Pimpinan.

Ada tambahan Mas Fadli?

PEMBICARA: FADLI (STAF AHLI KOMITE I DPD RI)

Mohon maaf sekali lagi Pak Jenderal Nono, ini hasil dari telaah Pak dari kan memang

kami ditugaskan untuk menelaah NA-nya dan RUU yang lama. Kalau disesuaikan dengan

yang terbaru seperti apa, nanti perbaikan yang harus kami lakukan seperti apa. Jadi tidak ada

niat kami untuk menolak ini justru ini memang tugas kami Pak, untuk menyempurnakan agar

supaya undang-undang RUU yang akan kita susun nanti betul-betul sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi. Yang kedua bahwa RUU katakanlah RUU kepulauan

ini memang merupakan lex specialis gitu Pak, pemerintahan yang spesifik dari RUU maaf,

dari undang-undang pemerintahan daerah secara nasional, maksudnya undang-undang 23

tahun 2014 bagaimana menyingkronkan dua-duanya ini agar supaya itu kan tugas yang tidak

mudah Pak jadi kami masih memerlukan waktu dan masukan yang banyak agar supaya yang

kita hasilkan betul-betul memenuhi atau sesuai dengan keinginan anggota dewan yang

terhormat di sini.

Saya kira itu Pak, terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Silahkan Pak Alan.

PEMBICARA: ALAN FRENDY KOROPITAN, Ph. D. (NARASUMBER)

Baik terima kasih Pak Pimpinan.

Mohon maaf ini suara saya menanggapi yang umum dulu terkait dengan nomenklatur

memang kalau didudukan di dalam unclose itu, memang tidak kena. Saya pernah menemani

Page 22: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 21

Pak Hasim Jalal ke Maluku dan beliau sampaikan persis seperti yang Pak Nono sampaikan.

Jadi diletakkan di dalam nomenklatur memang tidak enak apalagi seperti yang Pak Udar

Udarni ya, Hudarini ya Hudarni itu memang tidak ada Pak di dalam unclose dan juga di

dalam aturan negara kita memang tidak ada tapi kalau ini mau menjadi keunikan tersendiri,

tadi Pak Pimpinan bilang kita sudah jatuh cinta, kita mau ini maju maka dasarnya menurut

saya adalah pemerataan diambil yang lain, kita tidak lagi mempertimbangkan nomenklatur

dan sebagainya sehingga ini menjadi spesial dan hingga implikasinya, tata kelolanya juga itu

menjadi sesuatu yang lain karena contoh yang tadi saya singgung, terkait dengan integrasi

tata ruang darat dan laut ya tidak bisa, udah ada Undang-Undang 26, Undang-undang 27

junto Nomor 1 2014 tetapi kalau ini spesial menurut saya itu bisa didudukan tanpa melanggar

hal-hal yang prinsip di dalam undang-undang 26 dan Undang-Undang 27 karena contohnya

sudah pernah dilakukan di Bontang dan faktanya bisa, itu test case-nya, 1 Perda, kedua rezim

itu. Nah apalagi ini di dalam provinsi berarti satu perda untuk kedua rezim itu. Nah ini yang

perlu diperjuangkan, saya bukan ahli pemerintahan daerah atau pun undang-undang tetapi

secara tata kelola itu dimungkinkan Pak malah itu memudahkan dalam pengontrolan. Jadi

tata kelolanya lebih smooth.

Kemudian kalau saya ditanya, mana contoh yang baik yang cocok untuk tata kelola

kita. Saya melihatnya rata-rata provinsi kepulauan ini sudah memiliki budayanya sendiri.

Contohlah, meneeh, bisangiye, sasih di Maluku kemudian panglima laut di Aceh terus

hampir rata-rata kita orang pesisir itu memiliki tata kelola yang didasari kepada kearifan

local. Kenapa Jepang berani memberikan hak kepada masyarakat tradisional tanpa dibatasi

kuota. Jadi silakan saja kamu tidak dibatasi kuota karena pemerintah Jepang percaya bahwa

dengan kearifan lokal nelayannya itu dia mampu menjaga supaya kuotanya tidak melebihi.

Jadi kalau saya ditanya mana yang cocok menurut saya kita bisa mengikuti sistem

yang di Jepang. Jadi kita memberikan hak kepada nelayan masyarakat tradisional ke lokasi

yang mana. Nah itu yang diantur di dalam undang-undang 27 juncto nomor 1 2014 terkait

dengan, sorry, dan plus undang-undang perikanan yaitu zonasi perikanan berkelanjutan itu

bisa seberapa luasnya, nah itu pemerintah yang ngatur bertanya tentunya partisipasi

masyarakat disini terlibat, karena waktu kita ke Maluku ditanya mana wilayah adat kamu,

mana luas adat-adat kamu. Susah ternyata Pak Nono, ada yang bilang, itu loh yang berbui-

bui itu batasannya. Ada yang bilang sejauh mata memandang. Itu masing-masing klan, klan

keluar dia punya ini sendiri.

Nah jadi dalam hal ini, kalau memang kita mau ingin memberikan hak itu kepada

masyarakat tradisional, nelayan tradisional, celahnya itu adalah di perikanan berkelanjutan,

zona perikanan berkelanjutan dan itu diatur luasnya yang mana karena kalau itu diambil

semua untuk industrinya itu nanti dimana, nah ini yang, yang yang menurut saya perlu diatur

di dalam Undang-Undangnya baru ini termasuk zona pemanfaatan terbatas, itu sudah

dilakukan di raja ampat itu ternyata bisa masyarakat yang melakukan dan malah provinsi

Papua Barat ingin mendeklarasikan menjadi provinsi konservasi ya kan, karena sudah

melihat contoh bahwa ternyata bisa dan berhasil menjual alam itu untuk eko wisata dan itu

bisa mendatangkan kesejahteraan nah terus gimana untuk industrinya nah ini yang tadi saya

tawarkan beberapa sekema pendanaan mau BUMD enterprise, mau bank khusus, atau mau

skema P4 menurut saya masing-masing ini memiliki keistimewaannya masing-masing tapi

kalau saya dudukan yang rasional di Indonesia rasanya yang lebih pas itu yang skema P4

karena kalau yang bank khusus gak mungkin ada undang-undang BI tersendiri kalau yang

BUMD enterprise rasanya susah sisa hasil, sisa hasil APBD itu dipake untuk enterprise, bisa

KPK semua jadi yang paling mungkin adalah skema p4 dan itu test casenya sudah di

lakukan di Lombok itu perda provinsi NTT itu perda, jadi mungkin itu yang, yang bisa saya

sampaikan.

Page 23: DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ... fileRAPAT DIBUKA PUKUL 10.35 WIB . ... Dalam perspektif lain salah satu sisa kerja di masa lalu kita pak itu di Madagaskar. Madagaskar

EXPERT MEETING KOMITE I DPD RI DENGAN ALAN FRENDY KOROPITAN, PH.D MS III TS 2016-2017

(SELASA, 28 FEBRUARI 2017) 22

Nah terkait tata kelola, yang terakhir challenge oleh Pak Pimpinan ya mau tidak mau

memang, tata kelola ini, ya tata kelola yang baru dan dasarnya adalah tata ruang. Jadi

integrasi darat dan laut.

Terima kasih Pak Pimpinan kembalikan.

PIMPINAN RAPAT: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Baik Pak Alan, Ibu sekalian, Mas Fadli, Mas Wawan, saya kira ini sebagai banyak

melengkapi kita ya. Jadi, progresifnya ada bukan regresif yang harus kita lakukan adalah

program kegiatan yang sesuai progresif konstruktif positif ya sehingga undang-undang ini

begitu lahir rancangan undang-undang kita draf maka akan lahir sebuah undang-undang yang

memang ilmu holistik dan menjawab gitu makasih Pak Alan, Pak Wawan, Pak Fadli, Ibu

sekalian udah jam setengah 1 lebih sudah melanggar aturan BK saya kira ini. Ya sudah

melanggar HAM ini. Jam 12 itu saatnya Pak Idris makan bersama Bu Eni dan Bu Dewi. Oleh

karena itu dengan seizin Ibu dan Bapak sekalian, expert meeting pada hari ini saya akan

nyatakan ditutup. Mohon maaf Pak Alan, itulah kami.

Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETOK 3X

Silakan selanjutnya setelah kita menerima selain rancangan pemikiran sekarang

langsung bisa naik dahulu.

RAPAT DITUTUP PUKUL 12.31 WIB