Destruksi Kreatif Sosialisme (Edited)
Transcript of Destruksi Kreatif Sosialisme (Edited)
DESTRUKSI KREATIF SOSIALISME: VISI GELAP JOSEPH
SCHUMPETER
Usaha keras friedman, Friedrich Hayek dan ekonom libertarian lainnya
bukan alasan utama mengapa ekonomi klasik tampil kembali. Alasan lainnya
adalah jatuhnya komunisme Soviet dan model perencanaan terpusat sosialis pada
awal 1990-an. Sejak saat itu globalisasi membuka jalan menuju kebijakan
ekonomi yang lebih bebas. Negara-negara yang menjalankan kebijakan
nasionalisasi sistmatik, proteksionisme, subtitusi impor, kontrol perdagangan luar
negeri, dan kronisme beralih ke kebijakan investasi asing, denasionalisasi dan
privatisasi, deregulasi, dan kebijakan pasar lainnya.
Perdebatan Tentang Perencanaan Sentral Sosialis
Sepanjang abad 20, perencanaan terpusat dianggap lebih efisien dan lebih
produktif ketimbang kapitalisme Laissez Faire.
Ludwig Von Mises, mengajukan kritik terhadap sosialisme dalam sebuah
artikel yang berjudul “Economic Calculation in the Socialist Commonwealth”
(1920). Dia menulis artikel ini untuk merespon kekaguman terhadap pembentukan
negara komunis di Rusia setelah relovusi 1917 dan merespon rumus matematis
dari produksi sosialis Enrico Barone 1908 (Hayek 1935: 245-90). Menentang
model Barone, Mises menunjukkan bahwa otoritas sentral yang beroperasi di
dalam negara sosialis penuh tanpa privat, perdagangan, dan kompetisi tidak akan
bisa menhitung harga dan biaya rasional karena itu tidak bisa membangun
ekonomi yang efisien dan produktif. Mises memprediksi adanya kekurangan,
lemahnya inovasi dan insentif, malinvestasi, dan adanya kekurangan didalam
sosialisme murni di Uni Soviet dan tempat lain yang menggunakan sistem itu.
Masa Depresi Besar 1930-an, Friedrich Hayek mempublikasikan
artikelnya dalam buku “Collectivist Economic Planning” (Hayek 1935). Hayek
berpendapat bahwa harga kompetitif akan menyediakan informasi penting yang
diperlukan untuk menjalakan perekonomian yang mengkoordinasikan konsumen
dan produsen yang baik. Ringkasnya, menurut Hayek pengambilan keputusan
harus desentralisasi.
“Sosialisme Pasar” Menang
Sosialis melakukan serangan balik menggunakan “sosialsime pasar”. Os
Lange, seorang sosialis Polandia berpendapat bahwa harga dapat ditetapkan untuk
menentukan permintaan dan penawaran setiap produk. Jika terjadi kekurangan,
harga dapat dinaikkan; jika surplus berlebihan harga dapat diturunkan.
Sebagian besar percaya bahwa pendekatan “trial and error”, yang dipakai
sosialis pasar dapat bekerja. Semua orang menolak pendapat Mises bahwa
kalkulasi ekonomi dibawah sosialisme secara teoritis adalah mustahil (Lavoi
1985: 4).
Keajaiban Ekonom Soviet
Faktor utama lainnya yang membuat para intelektual bergeser ke
sosialisme adalah kisah keberhasilan Uni Soviet. Pada 1936, Sidney dan Beatrice
Webb kembali ke Uni Soviet dengan membawa laporan tentang “peradaban baru”
dan “kelahiran kembali manusia”, tentang negara dengan full employment, kondisi
kerja yang bagus, pendidikan gratis, perawatan medis gratis, serta adanya
perawatan kesehatan untuk anak dan orang tua, dan banyak museum, teater dan
gedung konser. Keynes juga memandang rendah Marxisme dan mengatakan
laporan Webb “sangat mengesankan”.
Setelah Perang Dunia Il, negara-negara di Eropa dan Amerika latin mulai
bereksperimen dengan sosialisme, menasionalisasikan industrinya, menaikkan
pajak, mengenakan kontrol upah-harga, menaikkan persediaan uang, mfindptakan
program kesejahteraan nasional dan melakukan berbagai macam agenda
kolektivis.
Paul Samuelson adalah orang yang percaya pada keunggulan ekonomi
Soviet. Pada edisi kelima buku Economics, Samuelson mulai memasukkan sebuah
grafik yang menunjukkan bahwa gap antara Amerika dan USSR semakin
menyempit dan bahkan mungkin akan hilang (1961: 830). Pada edisi kedua belas,
grafik itu diganti dengan tabel yang menyatakan bahwa, antara 1928 dan 19S3,
Uni Soviet telah mengalami tingkat pertumbuhan sebesar 4,9 persen per tahun,
lebih tinggi ketimbang Amerika Serikat, United Kingdom, atau bahkan Jerman
dan jepang (1985: 776). lronisnya, pada edisi ketiga belas, tepat sebelum Tembok
Berlin dihancurkan, Samuelson dan Nordhaus dengan yakin mengatakan,
"Ekonomi Soviet adalah bukti bahwa, berbeda dengan apa yang diyakini oleh
banyak skeptis terdahulu ia mengacu kepada Mises dan Hayek, ekonomi sosialis
dapat berfungsi dan bahkan lebih makmur" (1989: 837). Samuelson bukan satu-
satunya orang yang optimis terhadap sosialisme Soviet.
Kebebasan Itu Merugikan?
Ekonom konservatif Henry C. Wallich, percaya pada statistik CIA
sehingga dia menulis sebuah buku yang mengatakan bahwa kebebasan akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi, kesenjangan pendapatan lebih besar, dan
berkurang kompetisinya. Dalam The Cost of Freedom, dia menyimpulkan, "Nilai
tertinggi dari ekonomi bebas bukanlah produksi, tetapi kebebasan, dan kebebasan
tidak mendatangkan profit, tetapi kerugian" (1960: 146).
Schumpeter: : Enfant Terrible Dari Mazhab Austria
Schumpeter dihormati karena dia memperkenalkan teori proses dinamis
dalam persaingan, peran utama entrepreneur, dan hanya terhadap modeling
“persaingan sempurna" (1950: 81-86).
Schumpeter adalah tokoh dengan karakter paling aneh di dalam sejarah
ekonomi, bahkan lebih aneh daripada Veblen atau Marx. Selain pribadinya yang
eksentrik, pandangan ekonomi Schumpeter bahkan sulit diprediksi. Dia membela
ekonomi sosialis, meramalkan hancurnya kapitalisme, dan menyebut Leon
Walras, bapak model ekuilibrium umum statis, sebagai “yang paling besar dari
semua ekonom" (Schumpeter1954: 827).
Kehidupan Yang Penuh Teka-Teki
Joseph A. Schumpeter (1883-1950) lahir di Moravia di kekaisaran Austro-
Hungaria. Dia punya banyak kesamaan dengan John Maynard Keynes. Keduanya
lahir pada 1883, tahun kematian Marx. Seorang mistikus bahkan mengatakan
bahwa Marx bereinkarnasi menjadi dua tokoh yang kreatif dan kuat Keynes dan
Schumpeter.
Setelah lulus dari gymnasium (sekolah menengah atas) dan masuk ke
University of Vienna Law School pada 1901. Minatnya beralih ke ilmu ekonomi,
dan dia mempelajarinya di bawah bimbingan Friedrich Weiser dan Eugen Bohm
Bawerk. Setelah lulus pada 1906 dia menulis Theory of Economic Developmentt
(1934 [1912]) yang diterbitkan pada tahun yang sama. Seluruh karyanya bernada
Austria, menekankan peran dinamis dari entrepreneur dalam kemajuan ekonomi.
Tetapi Schumpeter adalah enfant terrible di dalam mazhab Austria, selalu ekeltis
dan siap untuk mengubah opini politik yang sesuai dengan ambisi politik dan
finansialnya.
Schumpeter Bercumbu Dengan Sosialisme
Setelah perang dunia I dan bangkitnya komunisme Soviet, Austria
dikuasai oleh sosialis, Schumpeter bergabung dengan Marxisme, dan mengatakan
bahwa Marx adalah “jenius besar," dan pada 1919 dia berhasil meyakinkan
menteri luar negeri untuk mengangkat dirinya menjadi menteri keuangan, Setelah
diangkat, Schumpeter segera menjalani gaya hidup mewah, menyewa kastil dan
membeli petemakan kuda. Ketika ditanya tentang gaya hidupnya, dia menjawab
dengan enteng, “Kroneist Krone," yang berarti “mahkota adalah mahkota.”
Orang-orang Austria awam, yang kelaparan dan miskin, jelas tidak senang dengan
jawaban itu (Swedberg 1991: 63).
Perilaku Kasar Schumpeter
Dengan mencantumkan “bekas menteri keuangan" di dalam daftar riwayat
hidupnya. dia berhasil menjadi ketua dewan sebuah bank baru. Setelah mendapat
gaji sangat besar dan beragam fasilitas keistimewaan untuk menarik cek besar, dia
kembali ke gaya hidup mewahnya.
Pada 1924, krisis ekonomi yang hebat melanda Austria, dan bank itu
terpaksa direstrukturisasi. Schumpeter tiba-tiba menghadapi segunung utang
dan pajak tanpa punya pekerjaan. Akan tetapi, setahun kemudian, nasibnya
mujur karena dia ditawari ketua jurusan keuangan publik di University of
Bonn.
Serangkaian Pernikahan Ganjil Dan Kematian Yang Aneh!
Pada 1906, saat berkunjung ke London, dia tiba-tiba menikahi seorang
perempuan Inggris yang 12 tahun lebih muda darinya (Annie Reisinger). Dia
meninggalkannya begitu saja saat dia kembali ke Jerman untuk mengajar di Bonn
dan tak pernah secara resmi menceraikannya. Pada November 1925 Annie yang
berusia 22 tahun dan Joseph yang berumur 42 tahun menikah di gereja Lutheran
(meskipun dia adalah penganut Katolik)
Pada Agustus 1926, sebulan setelah ibunya meninggal, Annie meninggal
saat melahirkan. Schumpeter sangat terpukul oleh kejadian tragis ini sehingga
selama bertahun-tahun dia tak mengubah apa pun yang ada di ranjang Annie, dan
bahkan tidak mengeluarkan pakaiannya dari kamar.
Panggilan Dam Harvard
Pada 1932, Frank Taussig, sesepuh ekonomi di Harvard, menawarkan
padanya sebuah posisi di Universitas Harvard. Karena ingin mengubah hidupnya
secara radikal, Schumpeter meninggalkan Jerman.
Pada 1935 Schumpeter membayar semua utangnya dan mengambil alih
kursus Taussig setelah Taussig pensiun pada usia 75 tahun. Metode pengajaran
Taussig bersifat Sokratik: Setelah memperkenalkan persoalan, dia dengan sabar
membimbing mahasiswa untuk memecahkan solusi sementara dia sendiri tidak
memberikan jawaban. Gaya mengajar Schumpeter lebih internasional-dia
memperluas lingkupnya sampai di luar ekonom Inggris dan memperkenalkan
kepada mahasiswa beragam teoritisi Eropa dan Amerika.
Anti Keynes
Schumpeter yang iri merasa tertantang oleh kesuksesan Keynes. Dia
menulis ulasan yang sangat negatif terhadap General Theory Keynes, dan ketika
Keynes meninggal pada 1946, tulisan memorial Schumpeter dalam American
Economic Review penuh dengan komentar yang tajam (Schumpeter 1946). Dalam
catatan hariannya dia menulis, “Kita semua menyukai kesalahan yang mencolok
ketimbang kebenaran yang kecil." Schumpeter, seperti Mises dan Hayek, selalu
berpendapat bahwa Depresi pasti terjadi dan tidak boleh dicampuri dengan
pengeluaran defisit atau reinflasi.
Mungkin permusuhan Schumpeter ini adalah karena kecemburuan
profesional. Keynes mengungguli Schumpeter. Karya tebal Schumpeter,
Bussiness Cycles (1939), dinilai buruk oleh Simon Kuznets. Schumpeter selalu
membanggakan diri sendiri, tetapi pengakuan terhadap dua karya klasiknya
Capitalism, Socialism and Democracy (1950 [1942]) dan History of Economic
Analysis (1954) baru diterima setelah dia meninggal.
Anti Roosevelt
Pada suatu pesta cocktail 1944, ketika Roosevelt menjabat presiden pada
tahun keempatnya, seorang perempuan bertanya pada Schumpeter apakah dia
akan memilih Roosevelt lagi, dan Schumpeter menjawab dengan masam,
“Saudaraku, jika Hitler mencalonkan diri menjadi Presiden dan Stalin sebagai
Wakil Presiden, saya akan memilih mereka untuk mengalahkan Roosevelt"
(Swedberg 1991: 141)
Perilaku reaksionernya tetap tak berkurang meski dia menikah lagi, kali ini
dengan Elizabeth Boody pada 1937. Istri barunya ini dituduh anti Roosevelt dan
pro-jepang, tetapi istrinya ini kelak menjadi orang penting dalam menyelesaikan
buku sejarah ekonominya “yang tak pemah selesai”.
Schumpeter Menulis Bestseller Internasional
Dalam keadaan depresi dan terisolasi pada 1940-an, Schumpeter
mempublikasikan karyanya yang paling terkenal, Capitalism, Socialism. And
Democraqy (1942). Buku ini laris di tingkat internasional dan diterjemahkan ke
dalam 16 bahasa. Buku ini bukan sekadar karya ekonomi, tetapi juga ilmu politik
dan sosiologi dan bisa diaplikasikan pada bidang ilmu sosial lainnya.
Dinamika “Destruksi Kreatif”
Capitalism, Socialism, And Democracy, adalah bacaan yang berbelit-belit,
tetapi penuh dengan ide jenius dan paragraf yang kuat. Schumpeter menulis
tentang dinamika kapitalisme pasar dan bagaimana kekuatan pengganggu dari
teknologi akan melemahkan kondisi ekuilibrium. Dia melihat entrepreneur
sebagai katalis utama dalam apa yang dinamakan Schumpeter sebagai “destruksi
kreatif" sistem pasar. Kapitalisme “tak pernah stasioner". Proses industri “terus-
menerus merevolusionerkan struktur ekonomi dari dalam, terus-menerus
menghancurkan struktur lama, dan terus-menerus menciptakan yang baru"
(Schumpeter 1950: 82-83).
Perusahaan monopolistik dalam tahap awal pertumbuhannya sangat
inovatif dan mengandung risiko yang besar, kata Schumpeter. Mereka juga
menarik kompetisi yang kuat, sehingga satu generasi kemudian, ada yang akan
menggantikan monopoli lama. Schumpeter menolak model “persaingan
sempurna” Chamberlin-Robinson sebagai sesuatu yang ideal. Menurut
Schumpeter, persaingan adalah sebuah proses, bukan keadaan-proses-yang terus-
menerus menciptakan dirinya sendiri, jadi persaingan bukan titik ekuilibrium
statis. Dia menyimpulkan, “ Konstruksi teoritis yang mengabaikan elemen
esensial ini ... adalah seperti Hamlet tanpa pangeran Denmark” (1950; 86).
Schumpeter Menjadi Pesimis Terlalu Dini
Schumpeter, berpandangan fatalistik terhadap masa depan kapitalisme dan
sosialisme. Dalam Capitalism, Socialism, and Democracy, dia menulis bagian
bertajuk “ Can Capitalism Survive?” pada 1935 pada masa Depresi. Tetapi
pandangan muramnya pada kapitalisme bukan karena kegagalan kapitalisme (dia
menolak teori “stagnasi sekuler” Hansen) tetapi karena keberhasilannya
(Schumpeter 1950: 61-163). Dia percaya bahwa sistem kapitalis yang maju
akhirnya akan melemahkan dirinya sendiri setelah manajer birokratik
menggantikan enterpreneur yang inovatif, dan kemakmuran akan menciptakan
sikap antikapitalistik dalam masyarakat borjuis.
Schumpeter menerima ide bahwa “'ada dasar yang kuat untuk memercayai
efisiensi ekonomi [sosialisme]" di atas kapitalisme. Ia menolak alasan Mises
bahwa sosialisme tidak dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien.
Schumpeter mengatakan bahwa demokrasi sosialis yang dijalankan dengan baik
dapat menghilangkan gejolak bisnis, penganggur dan inflasi. Dia mungkin tidak
menyukainya, tetapi itu tidak terhindarkan. Dia memainkan peran jahat dalam
Capitalism, Socialism and Democracy sehingga beberapa pihak menuduhnya
seorang sosialis.
“Saya tidak mendukung sosialisme," kata Schumpeter pada Desember
1949, sebelum pertemuan tahunan AEA. Dia menyampaikan pidato
Presidensialnya bertajuk “March into Socialism,” yang merupakan pidato
terakhirnya Meskipun demikian, “tatanan kapitalis cenderung untuk
menghancurkan dirinya sendiri dan sosialisme sentralis tampaknya ... menjadi
penggantinya.
Jelas Schumpeter mengakui kekuatan masyarakat yang akan menciptakan
stabilitas negara kesejahteraan, tetapi dia meremehkan semangat entrepreneurship
di era pascaperang. Sekarang ini, kapitalisme global lebih kuat daripada
sebelumnya, dan sosialisme berada dalam posisi defensif.
Schumpeter Memberikan Sumbangan Terakhir
Karya terakhir Sehumpeter dipublikasikan setelah dia meninggal pada
1950. Selama hampir satu dekade, dia mengerjakan buku besarnya, History of
Economic Analysis. Dia bersikeras menulis “karya sejarah, sebuah proyek yang
tidak pernah dia selesaikan. Dengan bantuan Wassily Leontief, Paul Sweezy dan
kawan lainnya, Elizabeth melakukan usaha keras menyunting dan mengetik ulang
naskah itu selama beberapa tahun. Akhirnya, dia harus menjual rumahnya untuk
menyelesaikan karya itu. Upaya itu sangat melelahkan sehingga Elizabeth
meninggal sebelum buku itu diterbitkan. Akhirnya, buku itu diterbitkan oleh
Oxford University Press pada 1954, dengan tebal l260 halaman. Sekarang buku
itu dianggap sebagai sejarah pemikiran ekonomi yang definitif.
AKHIR PERDEBATAN: “Mises BENAR"
Jatuhnya Uni Soviet dan komunisme Blok Timur akhirnya mengakhiri
perdebatan tentang sistem ekonomi komparatif yang telah berlangsung selama
lebih dari seabad. Schumpeter ternyata terlalu pesimis terhadap masa depan
kapitalisme dan terlalu optimis terhadap kemampuan sosialisme.
Robert Heilbroner seorang sosialis dan menganut Marxisme menulis The
Worldly Philosophers (1999 [1953]) menyimpulkan bahwa Mises keliru dan
sosialisme dapat bekerja baik. Dia mempertahankan pendapatnya ini selama
bertahun-tahun.
Pada akhir 1980-an, Heilbroner mulai mempertimbangkan ulang
pandangannya. Dalam artikel yang mengejutkan di New Yorker yang diberi judul
“The Triumph of Capitalism", Heilbroner menulis bahwa debat lama antara
kapitalisme dan sosialisme sudah usai dan kapitalisme telah menang. Dia
mengatakan, “bahwa kapitalisme mengatur urusan materi umat manusia secara
lebih memuaskan ketimbang sosialisme; bahwa betapa pun tidak seimbang dan
tidak bertanggung jawabnya pasar dalam mendistribusikan barang, ia
melakukannya dengan lebih baik ketimbang ekonomi terencana; betapa pun
cerobohnya kultur komersialisnie, ia lebih menarik ketimbang moralisme negara
dan betapa pun liciknya ideologi peradaban bisnis, ia lebih bisa dipercaya
ketimbang ideologi sosialis" (Heilbroner 1989: 98).
Dalam artikel selanjutnya dia bahkan mengatakan lebih jelas, “Sosialisme
adalah tragedi abad ini ... Jelas bahwa keruntuhannya menandai berakhirnya
sosialisme sebagai model ekonomi." Lebih jauh, debat antara Ludwig von Mises
dan Lange harus dikaji ulang dari sudut peristiwa kontemporer. “Ternyata Mises
benar," kata Heilbroner (1990: 91-92)
Karya Empiris Baru Mengkonfirmasikan Tesis Mises
Jatuhnya Soviet melahirkan revisi sejarah ekonomi dibawah komunisme,
para sejarawan mengonfirmasikan pandangan negatif Mises terhadap perencanaan
sosialisme.
Dalam karyanya tentang Soviet-Rusia pada era 1930-an yang berjudul
Everyday Stalinism, Sheila Fitzpatrick menentang pandangan lama yang dianut
oleh Sidney dan Beatrice Webbs dan George Bemard Shaw tentang “peradaban
baru" yang cemerlang. Sebaliknya, tulis Fitzpatrick, "Dengan penghapusan pasar,
maka terjadi kekurangan makanan, pakaian dan semua jenis barang konsumen di
mana-mana. Saat para petani pergi dari desa-desa, kota-kota segera mengalami
krisis perumahan yang parah, dan banyak keluarga yang harus bernaung selama
beberapa dekade di dalam ruang sempit di apartemen komunal ... lni adalah dunia
penuh kekurangan, penuh sesak, penuh pertikaian, dan keluarga yang berantakan,
di mana janji rezim tentang masa depan sosialis tidak terbukti Birokrasi
pemerintah mengubah kehidupan sehari-hari menjadi mimpi buruk" (Fitzpatrick
1999: cover).
Pertumbuhan Nasional Lebih Cepat Di Bawah Kebebasan Ekonomi
Menurut karya james Gwartney (Florida Smie) dan rekannya, negara-
negara dengan level kebebasan ekonomi tertinggi menikmati standar hidup
tertinggi pula. Grafik kebebasan ekonomi mencerminkan temuan ini
Francis Fukuyama dalam majalah Times. “Jika sosialisime menandai
sistem ekonomi dan politik di mana pemerintah mengontrol sebagian besar
ekonomi dan redistribusi kekayaan untuk menciptakan kesetaraan sosial, maka
saya kira bisa dikatakan bahwa kemungkinannya untuk muncul kembali di suatu
saat di masa depan adalah mendekati nol" (2000: 111).
Angin Perubahan Dalam Ekonomi Pembangunan
Setelah Perang Dunia II, para ekonom memfokuskan pada nasib negara-
negara miskin yang dinamakan Dunia Ketiga atau negara-negara berkembang
(LDCs). Secara umum, tingkat melek huruf mereka rendah. Pengangguran tinggi,
pertumbuhan penduduknya cepat, ekonominya berbasis pertanian. Banyak yang
mengalami inflasi tinggi; kekurangan Pangan, pasar gelap, dan pelarian modal.
Pada 1960 W. W. (Walt Whitman) Rostow dari MIT menulis “manifesto
nonkomunis," The Stages of Economic Growth, di mana manifesto ini segera
menjadi standar perencanaan di Dunia Ketiga. Rostow berpendapat bahwa
prakondisi untuk tahap “tinggal landas" dalam pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan adalah negara-bangsa yang tersentralisasi.
Pendapatan Keynesian untuk pembangunan juga dimasukkan dalam model
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, yang dibuat oleh Roy Harrod dan Evsye
Domar (Eltis l987). Model Harrod-Domar menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah semata-mata fungsi dari rasio output-kapital nasional, sehingga
pertumbuhan modal tetap akan menghasilkan kenaikan profit dan pertumbuhan
ekonomi. Model Harrod-Domar menekankan pada perlunya memperbesar stok
modal dan meningkatkan teknologi sebagai kunci untuk pertumbuhan-entah itu
melalui kenaikan tabungan domestik, bantuan asing, investasi swasta, pengeluaran
pemerintah, atau inflasi moneter. Efisiensi, insentif dan perdagangan diabaikan.
Model mereka mengabaikan peran entrepreneur yang menggunakan
kapital dan ide-ide baru untuk menciptakan kekayaan. Karena LDCS mengalami
“lingkaran setan kemiskinan" dan tidak bisa menciptakan pertumbuhan dari
dalam, Rostow dan ekonom pembangunan lainnya menekankan perlunya campur
tangan negara untuk memutus lingkaran setan dengan proyek investasi besar-
besaran.
P.T Bauer: Suara Pembangkangan
Kriktikus ortodoksi pembangunan adalah P.T Bauer dari London School
Of Economic (LSE). Bauer sendirian memerangi kebijakan bantuan asing,
perencanaan sentral menyeluruh dan nasionalisasi. Dia mencatat bahwa negara-
negara industri seperti Inggris tidak membuktikan tesis “lingkaran setan
kemiskinan" dan menambahkan, Dia menyangkal bahwa negara-negara kapitalis
maju telah mencapai kemajuan dengan mengorbankan negara miskin dan dia
mengatakan bahwa investasi asing adalah unsur kunci untuk pembangunan di
Dunia Ketiga. Menurut Bauer, perencanaan negara bukan program pertumbuhan
yang bermanfaat, tetapi sebuah konsentrasi kekuasaan di tangan elite politik yang
akhirnya mengakibatkan korupsi dan penyalahgunaan.
Dalam salah satu artikel klasiknya, dia menulis tentang negara Asia yang,
pada akhir Perang Dunia ll, berada dalam keadaan miskin. Negara itu hampir tak
punya sumber alam dan terpaksa mengimpor minyak dan bahan baku, dan bahkan
air. Negara itu menghadapi imigrasi massif dan akhirnya menjadi negara paling
padat penduduknya di dunia.
Sejak jatuhnya model perencanaan sentral Soviet, tesis Rostow dikecam
dan pandangan Bauer mulai diterima. Bahkan Rostow baru-baru ini mengakui,
“Tampak ada kebenaran yang serius dalam pandangan Bauer" (1990: 386).
Belakangan ini Bank Dunia telah bergeser ke pihak Bauer. Dalam sebuah studi
atas Empat Harimau dan keajaiban ekonomi Asia pada 1993, disimpulkan bahwa
“Pertumbuhan cepat dalam masing-masing negara terutama adalah berkat
penerapan seperangkat kebijakan ekonomi umum yang berorientasi pasar, yang
mengakibatkan akumulasi dan alokasi sumber daya secara lebih baik" (World
Bank 1993: vi). Ekonom Bank Dunia, mencatat, “Kebanyakan [ekonom]
menyimpulkan,bahwa bantuan [asing] menekan tabungan nasional" (Schmidt-
Hebbel dan, 1999. 17,18).