Deskripsi Program PHMN

download Deskripsi Program PHMN

of 15

Transcript of Deskripsi Program PHMN

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    1/15

    1

    A. NAMA PROGRAM

    Pemberdayaan masyarakat (petani) sekitar kawasan Taman Nasional

    Ujung Kulon (TNUK), Pandeglang-Banten melalui pengelolaan madu

    hutan secara lestari

    B. SEJARAH SINGKAT DAN PROFIL LEMBAGA PENGUSUL

    1. Nama Lembaga

    Perhimpunan Hanjuang Mahardika Nusantara (PHMN)

    2. Alamat Lengkap

    Jl. Raya Rangkas Bitung, Kp. Tenjolaya Hilir RT:01/08 NO: 26 Kel. Kabayan, Kec. Pandeglang,

    42213 Pandeglang Banten

    Tlp : (0253) 204 439

    E-mail : [email protected] Blogg : www.hanjuang-mahardika.blogspot.com

    3. Status

    Lembaga Swadaya Masyarakat

    4. Akta Notaris Pendirian

    Nomor Notaris: 36

    Nama Notaris : Syahruddin, SH

    Tanggal: 05 Maret 2008

    5. Susunan Pengurus

    Nama Jabatan

    Budi Sihabudin, S.ip Direktur

    Eman Sulaeman, S.sos Program Officer

    Mariyam Mulyani, S.E Finance

    Irwan Dani Dep. Koperasi dan Pengembangan Usaha

    Endi Fachrudin, S.H Dep. Advokasi

    Faiji Community Organizer

    Ariefah Community Organizer

    Nurkamil Community Organizer

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    2/15

    2

    6. Sejarah

    Keterpinggiran masyarakat pedesaan yang bercorak produksi pertanian

    menjadi fenomena umum di negeri ini. Terlebih pada masyarakat pedesaan

    sekitar hutan yang karena ketiadaan akses pada pengelolaan sumber daya

    hutan, tidak heran jika konflik agraria antara masyarakat pedesaan sekitar hutan

    dengan pihak pengelola hutan sering kali terjadi. Hal tersebut tergambar pula di

    tengah masyarakat Banten, dimana sumber daya alam terlihat potensial tetapi

    rata-rata masyarakatnya berada pada garis kemiskinan. Akses pada sumber-

    sumber daya hutan yang masih kurang terbuka, Konflik pengelolaan hutan,

    kerawanan pangan serta kurangnya akses pendidikan dan kesehatan adalah

    variabel utama dari potret kemiskinan struktural yang ada di desa-desa sekitar

    hutan Banten.

    Bersandar pada realitas diatas, dilakukanlah kerja-kerja pengorganisasian

    masyarakat desa-desa sekitar hutan (petani) yang kurang lebih telah berjalan 5

    tahun sehingga telah memunculkan beberapa serikat tani diwilayah tersebut.

    Maka, untuk mendorong lebih maju atas kerja-kerja pengorganisasian-

    pemberdayaan masyarakat pedesaan sekitar hutan tersebut, beberapa pegiat

    reforma agraria dan Community Organizer dari serikat-serikat tani menggagas

    pembentukan sebuah perhimpunan. Pada 2 Februari 2008 di Pandeglang

    (setelah mengadakan Workshop) didirikanlah Perhimpunan Hanjuang Mahardika

    Nusantara, atau disingkat PHMN.

    7. Nilai-nilai

    a) Inklusif, yaitu PHMNmerupakan bagian dari masyarakat/publik.

    b) Berkeadilan, yaitu PHMN menghindari hak-hak istimewa diperlakukan

    sama dan semua pihak mendapatkan kesempatan sama.

    c) Berkesetaraan, yaitu PHMN kerjasama dan kesamaan kedudukan

    dengan mengedepankan berbagi kekuasaan, sumber daya dan tanggung

    jawab.

    d) Transparan dan akuntabel, yaitu setiap orang berhak mendapatkan

    informasi tentang kinerja dan kegiatan PHMN.

    e) Partisipatif dan demokratis, yaitu PHMN mengutamakan masyarakat

    secara aktif dalam pengelolaan program.

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    3/15

    3

    8. Visi

    Visi dari PHMN adalah membangun emansipasi masyarakat untuk terciptanya

    tatanan masyarakat yang mandiri secara ekonomi, berkedaulatan secara politik

    dan bermartabat dalam kebudayaan

    9. Misi

    a) Meningkatkan akses masyarakat desa sekitar hutan terhadap sumber-

    sumber daya hutan secara berkelanjutan

    b) Meningkatkan kesejahteraan dan partisipasi masyarakat desa sekitar

    hutan terhadap konservasi hutan

    10. Program-program yang pernah dan sedang dijalankan oleh lembaga

    No Nama Program/Kegiatan Pemberi

    dana

    Periode Indikator keberhasilan

    1 Pendidikan organisasi

    Serikat Tani Ujung Kulon

    Swadaya April 2008 Pemahaman organisasi

    rakyat bagi pengurusserikat tani dan

    penyusunan pengurus serta

    program kerja.

    2 Pendidikan Community

    Organizer(CO) serikat tani

    Swadaya Mei 2008 Terjaringnya CO untuk

    serikat tani dari Pemudadesa dan Mahasiswa, serta

    pemahaman agendaperjuangan pembaruan

    agraria dan pemberdayaanmasyarakat desa sekitar

    hutan.

    3 Seminar peringatan hari

    agraria nasional 2008

    BPN Kab.

    Pandeglang

    September

    2008

    Sharing pemahaman

    mengenai pembaruanagraria antara pemerintah

    daerah (BPN), petani danLSM-LSM lokal di

    Pandeglang

    4 Pelatihan dan Pendampingan

    pemetaan partisipatif desa

    Ujung Jaya, Kec. Sumur-

    Pandeglang

    Swadaya Desember

    2008 s/d

    Februari 2009

    1.Pengetahuanmasyarakat (pemuda

    desa) dalam melakukan

    pemetaan desa.

    2.Pelaksanaan pemetaan

    desa secara partisipatif,adanya peta desa.

    5 Pendataan potensi sumber

    daya hutan non-kayu di

    wilayah TNUK

    Swadaya Februari s/d

    Maret 2009

    Tersusunnya database

    potensi sumber daya hutan

    non-kayu

    6 Pengorganisiran dan

    pembentukan kelompok

    madu hutan Ujung Kulon di

    Swadaya Mei 2009 Terbentuknya kelompok

    madu hutan Ujung Kulon,

    pengurus dan program

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    4/15

    4

    Desa Ujung Jaya, Kec.

    Sumur-Pandeglang

    kerja

    7 Pelatihan teknik panen

    lestari dan pasca panenhigienis madu hutan

    PHMN dan

    JMHI

    Juli 2009 1.Pengetahuan teknis polapanen lestari pascapanen higienis madu

    hutan pada Kelompok

    Madu Hutan UjungKulon

    2.Diterima sebagaianggota JMHI (Jaringan

    Madu Hutan Indonesia)

    3.Kontrak penjualandengan PD. Dian Niaga-

    Jakarta

    8 Fasilitasi pertemuan

    Jaringan Kerja Pertanian

    Organik (Jaker PO) untuk

    pembentukan kedai organik

    Jaker PO Agustus 2009 Perumusan kedai organik

    Jaker PO

    9 Peningkatan Kapasitas

    Kelompok Madu Hutan

    Ujung Kulon

    JEEF (Japan

    Enviromental

    Education

    Forum)

    April 2010 s/d

    Maret 2011

    1.Meningkatkan kapasitaskelompok madu hutan

    dalam pengelolaan

    madu secara lestari dan

    higienis, di Kp.

    Cikawung Girang, Desa

    Ujung Jaya-Sumur2.Sensus pohon nectar dan

    sarang lebah madu hutan3.Peningkatan sarana

    panen untuk jaminankeamanan kelompok

    madu hutan dalammelakukan pemanenan

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    5/15

    5

    C. LATAR BELAKANG

    Profil kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

    Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) merupakan salah satu kawasan

    konservasi yang terletak di ujung barat pulau Jawa, berada pada posisi 630-

    652 Lintang Selatan dan 10202-10537 Bujur Timur. Secara administrasi,

    TNUK terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Tipe ekosistem TNUK

    terdiri dari; Hutan Hujan, Hutan Pantai, Hutan Mangrove, Hutan Rawa Air Tawar

    dan Padang Rumput. Fauna yang khas di wilayah TNUK, adalah Badak Jawa (

    Rhinoceros sondaicus Desmarest, 1822). Luas kawasan TNUK saat ini

    mencapai 121.551 Ha yang terdiri atas 63% daratan dan 36,7% perairan laut.

    Kawasan semenanjung Ujung Kulon merupakan kawasan terluas.

    Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/92 tanggal 26 Februari

    1992, Cagar Alam Ujung Kulon secara resmi berstatus Taman Nasional.

    Ditingkat internasional, pada tanggal 1 Februari 1992, TNUK ditetapkan sebagai

    The Natural World Heritage Site oleh Komisi Warisan Alam Dunia UNESCO

    berdasarkan Surat Keputusan No. SC/Eco/5867.2.409. Seluruh kawasan TNUK

    dibagi ke dalam tiga wilayah pengelolaan, yaitu :

    1) Seksi Konservasi wilayah I Panaitan, yang berkedudukan di Pulau

    Panaitan, tepatnya di daerah Legon Butun

    2) Seksi Konservasi wilayah II Handeuleum, yang berkedudukan di desa

    Ujung Jaya, tepatnya di daerah Tanjung Lame

    3) Seksi Konservasi wilayah III Sumur, yang berkedudukan di Kecamatan

    Sumur, tepatnya di daerah Cibayoni

    Pada zona penyangga TNUK terdapat 15 desa penyangga yang

    berbatasan langsung dengan kawasan TNUK, desa-desa tersebut terdiri dari dua

    kecamatan yaitu Kecamatan Sumur yang terdiri dari 6 desa dan Kecamatan

    Cimanggu yang terdiri dari 9 desa. Penduduk di desa-desa sekitar kawasan

    TNUK, hingga saat ini masih masuk dalam daftar kategori desa berpenduduk

    miskin. Berdasarkan Surat Keputusan Kementrian Negara Pembangunan

    Daerah Tertinggal RI No.B.038/M/PDT/IV/2006 Tanggal 17 April 2006 tentang

    Penentuan Desa Tertinggal Seluruh Indonesia, hampir semua desa-desa yang

    berada disekitar kawasan TNUK masuk dalam kategori desa tertinggal, di

    Kecamatan Sumur hanya Desa Kertajaya yang tidak termasuk kategori desa

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    6/15

    6

    tertingal, sedangkan Kecamatan Cimanggu seluruh desanya masuk dalam

    kategori desa tertinggal. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pandeglang

    Nomor 440/Kep. 19-Huk/2005 Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Sumur

    adalah 8.437 jiwa dari 3.327 KK miskin dengan peringkat 5, sedangkan jumlah

    penduduk miskin di Kecamatan Cimanggu adalah 10.531 jiwa dari 3.250 KK

    miskin dengan peringkat 22.

    Masyarakat di desa-desa sekitar kawasan TNUK bermata pencaharian

    sebagai petani. Pada sisi lain, fasilitas infrastruktur pertanian masih sangat

    lemah, di Kecamatan Sumur hanya ada 993Ha sawah beririgasi sederhana dan

    di Kecamatan Cimanggu hanya ada 857Ha irigasi sederhana, selain itu jarak

    yang jauh ke pusat pertumbuhan dengan infrastruktur jalan yang tidak memadai

    menyebabkan ekonomi biaya tinggi dengan margin yang rendah. Permasalahan

    lainnya adalah, jumlah lahan pertanian produktif yang rendah, sebagian besar

    lahannya merupakan lahan kering atau tadah hujan, sehingga hanya dapat

    digarap dimusim penghujan. Keterbatasan masyarakat atas sumber daya

    pertanian itu mendorong masyarakat untuk mencari alternatif sumber daya lain

    yang salah satunya adalah pemanfaatan sumber daya hutan. Salah satu

    alternatif sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar kawasan hutan TNUK

    adalah mengambil madu hutan di kawasan hutan TNUK pada musim tidak

    menggarap sawah.

    Profil singkat masyarakat Kp. Cikawung girang, Desa Ujung Jaya, Kec.

    Sumur

    Kampung Cikawung girang, dihuni oleh 314 jiwa dari 67 Kepala Keluarga

    (KK), mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, sama hal nya dengan

    kampong Legon pakis, masyarakat menggarap sawah untuk padi hanya disaat

    musim penghujan, dimana pada musim kemarau masyarakat harus

    mendapatkan penghasilan alternative selain menanam tanaman pangan beras,

    yaitu dengan ; menjual hasil berkebun, menangkap ikan, buruh tani, dan

    sebagainya. Di Kampung Cikawung girang, masyarakat mencari pendapatan

    alternative melalui pengambilan madu di hutan Taman Nasional Ujung Kulon

    (TNUK). Rata-rata pendidikan di Kampung Cikawung Girang ini hanya sampai

    tingkat Sekolah Dasar (SD).

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    7/15

    7

    Masyarakat disini masih telah memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan

    hutan sebelum Negara ini berdiri. Sejak awal masyarakat telah mengenal

    pembagian Hutan ; Leuweung Tutupandan Leuweung Titipan. Masyarakat disini

    masih memiliki etika berhutan yang masih baik, masyarakat meyakini banyak

    kejadian yang tidak baik bagi pelanggar yang mendapatkan imbalan seperti;

    dimakan harimau, buaya, sakit-sakitan dan lain-lainnya. Hal ini seperti

    disampaikan oleh Abah Suhaya, sesepuh di Kampung Legon Pakis. Di seluruh

    kampung Desa Ujung Jaya ini tidak ada fasilitas kesehatan, jarak tempuh ke

    Puskesmas Pembantu sangat jauh.

    Kondisi Program Pendampingan Kelompok Madu Hutan Ujung Kulon

    oleh PHMN saat ini

    Kelompok madu hutan Ujung Kulon digagas oleh Perhimpunan Hanjuang

    Mahardika Nusantara (PHMN) sebagai upaya untuk menaungi masyarakat yang

    mengambil madu di hutan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Masyarakat

    sebagian besar bekerja sebagai petani. Pengambilan madu di hutan dilakukan

    oleh masyarakat untuk mendapatkan penghasilan alternative, ketika tidak

    menggarap sawah, karena sawah hanya digarap dimusim penghujan dan madu

    hutan mulai diambil di penghabisan dan awalan musim penghujan yang belum

    hujan lebat / aktif.

    Pendampingan Kelompok Madu Hutan Ujung Kulon yang dilakukan oleh

    PHMN bertujuan agar masyarakat / petani yang mengambil madu di hutan

    mendapatkan penghasilan yang lebih baik melalui stabilitas harga dan perluasan

    akses pasar, pengelolaan madu hutan yang berbasis konservasi melalui pola

    panen lestari, serta pasca panen higienis yang lebih meningkatkan mutu madu

    hutan. Saat ini kelompok masyarakat / petani madu hutan Ujung Kulon yang

    didampingi oleh PHMN terdiri dari 32 orang anggota yang berada di Kampung

    Cikawung Girang, Desa Ujung Jaya, Kec. Sumur Pandeglang. Upaya

    peningkatan kapasitas Kelompok Madu Hutan Ujung Kulon dilakukan oleh

    PHMN melalui berjejaring dengan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI).

    Peningkatan kapasitas Kelompok Madu Hutan Ujung Kulon yang dilakukan

    oleh PHMN saat ini masih banyak kekurangan, karena kemampuan PHMN yang

    masih terbatas dan belum luasnya dukungan dari pihak-pihak lain dalam

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    8/15

    8

    pengelolaan madu hutan Ujung Kulon untuk peningkatan kesejahteraan serta

    partisipasi masyarakat sekitar kawasan hutan TNUK terhadap konservasi hutan.

    Kendala yang dihadapi oleh masyarakat yang biasa mengambil madu hutan

    dikawasan TNUK adalah, belum adanya pengakuan secara legal dari Balai

    TNUK atas kegiatan pengambilan madu hutan, citra yang kurang baik dari Balai

    TNUK kepada masyarakat yang mengambil madu hutan, kapasitas produk madu

    hutan yang selalu menurun karena teknik pemanenan yang tidak berkelanjutan

    dengan mengambil anakan lebahnya, serta akses pasar yang masih lemah.

    Setelah dilakukan pendampingan oleh PHMN pada kelompok madu hutan

    Ujung Kulon di Desa Ujung Jaya, terjadi beberapa kemajuan, diantaranya;

    perubahan pola panen madu hutan secara lestari, jaminan pemasaran yang lebih

    baik dan dapat mendorong masyarakat untuk memberikan kontribusi nyata pada

    konservasi hutan dengan melakukan pembudidayaan-penanaman tanaman

    nectarmadu hutan setiap melakukan pemanenan. Sedangkan, di desa-desa lain

    masyarakat yang mengambil madu hutan dikawasan TNUK masih menggunakan

    pola pemanenan yang lama, sehingga ancaman terhadap keberlangsungan

    koloni lebah madu hutan (Apis Dorsata) dikawasan TNUK tetap berlangsung.

    Pendampingan yang dilakukan oleh PHMN sampai saat ini sudah berjalan

    1,5 tahun pada kelompok madu hutan di 1 (satu) Desa di wilayah Kecamatan

    Sumur, Pandeglang yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan TNUK

    yaitu Desa Ujung Jaya. Kelompok madu hutan di Desa Ujung Jaya berjumlah 32

    orang (belum dengan anggota keluarganya yang turut membantu). Kapasitas

    produksi yang dicapai pada tahun 2009 adalah 1,5 ton, yang dijual dalam 2

    (jenis) produk, yaitu curah bekerjasama dengan PD. Dian Niaga dan jenis produk

    kemasan lokal dengan merk Madu hutan Ujung Kulon. Madu yang dihasilkan

    dari penjualan tahun 2009 sebanyak 1,5 tersebut semuanya telah dihasilkan

    melalui pola pengelolaan panen lestari dan pasca panen higienis, sesuai dengan

    kontrak.

    Dalam kontrak jual-beli madu hutan di Ujung Kulon, juga disertakan dengan

    kewajiban kelompok memenuhi jumlah budi-daya tanaman nectar lebah yang

    telah ditetapkan dalam musyawarah kelompok, atas pendanaan swadaya hasil

    dari keuntungan penjualan madu yang dilakukan.

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    9/15

    9

    D. DESKRIPSI PENGELOLAAN MADU HUTAN LESTARI-HIGIENIS

    Dari sekian jenis lebah yang terdapat di Indonesia, Apis dorsata

    merupakan lebah madu yang paling produktif menghasilkan madu dengan

    sarang bisa mencapai 1 x 2 meter seberat 15 kg. Tubuhnya memang paling

    besar dibandingkan lebah jenis lainnya.

    Lebah Apis dorsatahanya ditemukan di kawasan sub-tropis dan tropis

    Asia, dan sejak berabad-abad silam madunya telah menjadi komoditas

    perdagangan yang terkenal dari Asia. Di Indonesia sendiri, ia bisa ditemukan di

    semua pulau, dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara

    Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Jawa.

    Penduduk Sumatera Barat menyebutnya labah gadang (lebah besar),

    sedang penduduk Jawa menyebutnya tawon gong. Sementara itu penduduk

    Danau Sentarum (Kalbar) menamai manye/muanyi, di Meratus (Kalsel) disebut

    wanyi, di Ueesi (Sultra) disebut soema, di Sumbawa (NTB) disebut Aning, di

    Palopo (Sulsel) disebut wani, di Tapanuli (Sumut) disebut harinuandi Ketapang

    Songat. Orang Inggris pun menyebutnya giant honey bee(lebah raksasa). Dan

    di daerah sunda (Jabar) termasuk di Ujung Kulon, Banten, disebut tawon

    odeng.

    Sementara lebah Apis dorsata sendiri merupakan lebah liar yang

    hidupnya sangat tergantung dengan kualitas hutan yang menjadi habitatnya.

    Keterkaitan yang kuat antara lebah Apis dorsata dan hutannya itulah yang

    membuatnya menjadi sangat penting dalam mendukung pengelolaan hutan

    yang berkelanjutan.

    Sebagai jenis yang mampu menghasilkan banyak madu, lebah ini tentu

    menjadi sangat potensial sebagai sumber penghidupan masyarakat sekitar

    hutan. Sementara ketergantungannya dengan berbagai jenis tumbuhan hutan

    menjadikan keberadaannya sebagai salah satu ukuran kualitas kondisi hutan.

    Maka, tak akan ada manfaat ekonomi dan kesehatan dari lebah ini, jika terjadi

    illegal dan legal logging pada hutannya. Melalui pengelolaan madu hutan

    secara lestari, masyarakat juga dapat meningkatkan partisipasinya atas

    ekosistem hutan dengan melakukan penanaman dan budi daya tanaman

    nectar lebah madu hutan, hal ini telah dilaksanakan kurang lebih 1 tahun di

    Desa Ujung Jaya, Sumur.

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    10/15

    10

    1) Prinsip pemanenan madu hutan adalah:

    a) Lestari, yaitu suatu sistim panen yang hanya mengambil bagian madu

    dan menyisahkan sedikit untuk anakan atau 25% dari bagian kepala

    madu yang harus di tinggalkan.

    b) Higienis, dimana peralatan yang digunakan tidak merusak kualitas

    madu.

    2) Proses Panen Lestari dilakukan dengan cara berikut :

    a) Tidak menebang atau merusak pohon tempat lebah biasa bersarang

    b) Tidak menggunakan sembarangan alat saat panen.

    c) Tidak panen sembarang waktu

    d) Menanam tanaman pakan lebah (nectar)

    e) Menggunakan asap, dengan tidak nyala api besar supaya terhindar

    dari

    f) kebakaran dan terbunuhnya koloni-koloni lebah

    g) Potong hanya kepala sarang, di sisakan sedikit bagian madu.

    h) Tidak mengambil bagian larva untuk bagian komersil

    i) Membersihkan sisa sarang dibagian kepala madu yang melekat di

    dahan

    j) Hindari kerusakan bagian sarang yang tertinggal.

    k) Pisau yang di gunakan adalah stailess steel.

    l) Menggunakan sarung tangan pada saat panen

    m) Dahan bekas sarang dibersihkan setelah pengambilan sarang lebah.

    n) Jerigen penampung berwarna putih dan bersih

    o) Disarankan supaya panen di siang hari

    3) Pembagian Peran

    a) Lembaga Pendamping, berperan dalam hal :

    Penguatan organisasi.

    Peningkatan mutu produk.

    Pemasaran dan promosi di tingkat lokal.

    Penyediaan data dan informasi.

    Melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kapasitas

    anggota.

    Advokasi untuk perdagangan yang adil dan kelestarian hutan alam.

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    11/15

    11

    Melakukan penggalangan aliansi strategis dengan jaringan lain,

    termasuk membuka akses pasar.

    Melakukan penggalangan dana (fundraising).

    b) Kelompok Petani Madu Hutan, berperan dalam hal :

    Melakukan produksi madu sesuai standar dalam pedoman ini.

    Berkontribusi memenuhi target (kuota) penjualan.

    Menjaga kualitas panen madu (dipanen lestari dan higienis)

    Melakukan Budi daya tanaman nectarlebah madu hutan

    Mempromosikan sistem panen lestari dan higienis di daerahnya

    E. ISU STRATEGIS

    1) Kemiskinan

    Berdasarkan Surat Keputusan Kementrian Negara Pembangunan

    Daerah Tertinggal RI No.B.038/M/PDT/IV/2006 Tanggal 17 April 2006

    tentang Penentuan Desa Tertinggal Seluruh Indonesia, hampir semua

    desa-desa yang berada disekitar kawasan TNUK masuk dalam kategori

    desa tertinggal, di Kecamatan Sumur hanya Desa Kertajaya yang tidak

    termasuk kategori desa tertingal, sedangkan Kecamatan Cimanggu

    seluruh desanya masuk dalam kategori desa tertinggal.

    Penduduk di desa-desa sekitar kawasan TNUK, hingga saat ini

    masih masuk dalam daftar kategori desa berpenduduk miskin oleh

    Pemerintah Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati

    Pandeglang Nomor 440/Kep. 19-Huk/2005 Jumlah penduduk miskin di

    Kecamatan Sumur adalah 8.437 jiwa dari 3.327 KK miskin dengan

    peringkat 5, sedangkan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Cimanggu

    adalah 10.531 jiwa dari 3.250 KK miskin dengan peringkat 22.

    Kondisi masyarakat sekitar hutan itu semestinya memperoleh

    prioritas dalam layanan publik. Namun, kondisi kemiksinan pada

    masyarakat sekitar hutan belum menjadi fokus dalam menanggulangi

    kemiskinan. Semestinya, isu kemiskinan di sekitar hutan menjadi agenda

    dalam strategi penanggulangan kemiskinan, misalnya melalui mekanisme

    Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    12/15

    12

    2) Deforestasi kawasan hutan TNUK

    Hingga medio 2010 ini lahan kritis di wilayah hutan Pandeglang telah

    mencapai 52.000 Ha. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang

    dalam pengembangan pengelolaan serta pendampingan kelompok madu

    hutan. Karena melalui pola panen lestari madu hutan, kelompok

    masyarakat akan merasa memiliki terhadap ekosistem hutannya serta

    mengurangi potensi pengrusakan hutan oleh masyarakat sekitar hutan.

    Selain itu, dengan pengelolaan madu hutan secara lestari juga dapat

    meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hal peningkatan atau

    perbaikan kualitas ekosistem hutan dengan budi daya serta penanaman

    tanaman nectar lebah yang menjadi syarat keanggotaan kelompok madu

    hutan.

    3) Pola panen dan pasca panen madu hutan

    Pola panen lestari madu hutan, hingga saat ini belum banyak

    diterapkan di wilayah hutan TNUK khususnya dan wilayah hutan

    Kabupaten Pandeglang pada umumnya. Hal ini berkenaan dengan

    kurangnya promosi / publikasi dan pendampingan pada kelompok madu

    hutan di wilayah Kabupaten Pandeglang.

    4) Kelembagaan kelompok madu hutan

    Pendampingan kelompok madu hutan Ujung Kulon oleh PHMN

    masih banyak kelemahan-kelemahan. Kapasitas kelompok madu hutan

    Ujung Kulon yang didampingi oleh PHMN masih memiliki banyak kendala

    kelembagaan, diantaranya adalah; manajemen kelompok dan keuangan

    serta sumber daya fisik pendukung kelompok untuk pemanenan dan

    pasca panen.

    Kelemahan kapasitas kelompok madu hutan tersebut, salah satunya

    dikarenakan masih lemahnya pula kapasitas PHMN sebagai lembaga

    pendamping, kelemahan itu diantaranya; pembiayaan pendampingan dan

    belum meluasnya dukungan dari berbagai pihak.

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    13/15

    13

    F. TUJUAN PROGRAM

    1) Meningkatkan kesejahteraan petani sekitar kawasan hutan TNUK,

    melalui pengelolaan madu hutan secara lestari dengan mekanisme

    perdagangan yang adil (fair trade)

    2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga keanekaragaman

    hayati ekosistem hutan TNUK

    G. HASIL YANG DIHARAPKAN

    1) Meningkatnya tingkat pendapatan keluarga anggota kelompok madu

    hutan Ujung Kulon melalui pengelolaan usaha madu hutan

    2) Pengelolaan usaha madu hutan sebagai sumber pendapatan ketika

    musim kemarau dimana sawah tidak bisa dikelola

    3) Lestarinya ekosistem hutan TNUK oleh peran serta Kelompok Madu

    Hutan Ujung Kulon melalui pola panen lestari untuk melindungi koloni

    lebah dan budi-daya serta penanaman tanaman nectar, sarang lebah

    madu hutan

    H. KELOMPOK SASARAN

    Kelompok Madu Hutan Ujung Kulon, Kp. Cikawung Girang, Desa Ujung Jaya,

    Kec. Sumur Pandeglang

    I. MITRA MITRA STRATEGIS PHMN

    1) Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI)

    Sebagai organisasi jaringan madu hutan tingkat nasional, banyak

    memberikan bantuan dalam hal penguatan kapasitas pada lembaga

    pendamping dan kelompok petani madu hutan.

    2) PD. DIAN NIAGA, Jakarta

    Sebagai lembaga dagang yang berorientasi pada Social Enterprise

    banyak membantu dalam hal pembelian produk madu hutan Ujung

    Kulon melalui mekanisme perdagangan yang adil.

    3) Balai-TNUK

    Sebagai lembaga negara pengelola kawasan TNUK telah banyak

    memberikan bantuan akses pada informasi dan data serta pembagian

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    14/15

    14

    peranan dengan PHMN dalam pengelolaan madu hutan di kawasan

    TNUK

    J. PROGRAM KEGIATAN YANG TELAH DAN SEDANG

    DIJALANKAN

    Selama ini telah dilakukan program pendampingan kelompok madu

    hutan Ujung Kulon oleh PHMN di Desa Ujung Jaya, Kec. Sumur, setidaknya

    ada beberapa program yang telah dijalankan dan relevan untuk dilanjutkan

    pada program yang diusulkan ini, program-program yang telah dilaksanakan

    sebelumnya adalah :

    1) Pelatihan pola panen lestari dan pasca panen higienis madu hutan

    Ujung Kulon

    2) Pelatihan manajemen keuangan kelompok madu hutan

    3) Pembudi-dayaan tanaman nectar lebah madu hutan Ujung Kulon dan

    penyusunan kesepakatan kelompok untuk penanaman tanaman nectar

    setiap melakukan pemanenan madu hutan

    4) Bantuan fasilitas fisik

    5) Bantuan modal

    6) Perluasan akses pasar melalui kontrak penjualan dengan sistem fair

    trade dan stabilisasi harga yang menguntungkan anggota kelompok

    madu

    7) Perluasan kelompok dampingan ke beberapa desa lain sekitar kawasan

    TNUK

  • 8/9/2019 Deskripsi Program PHMN

    15/15

    15

    K. PENUTUP

    Demikian deskripsi program ini kami sampaikan semoga dapat menjadi

    bahan informasi yang bermanfaat bagi semua, besar harapan kami atas

    dukungan dan kerjasama program pengelolaan madu hutan di wilayah Ujung

    Kulon dan Kabupaten Pandeglang khusunya, agar kita secara bersama-sama

    dapat meningkatkan daya dukung lingkungan ekosistem hutan dan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan melalui pengelolaan madu

    hutan secara lestari. Amin...

    Pandeglang, 22 Februari 2009

    Perhimpunan Hanjuang Mahardika Nusantara

    Budi Sihabudin, S,ipDirektur Eksekutif