Deskripsi dan Analisis APBD 2010 - · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat...

47
Deskripsi dan Analisis APBD 2010 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah Jl. Dr. Wahidin No.1 Gedung Sutikno Slamet Lantai 19, Jakarta 10710 Tlp. (021) 3506456, 34357938, Fax. (021) 3506546, 3505103 Website : www.djpk.depkeu.go.id 1

Transcript of Deskripsi dan Analisis APBD 2010 - · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat...

Page 1: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Deskripsi dan Analisis APBD 2010 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Direktorat Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah

Jl. Dr. Wahidin No.1 Gedung Sutikno Slamet Lantai 19, Jakarta 10710

Tlp. (021) 3506456, 34357938, Fax. (021) 3506546, 3505103

Website : www.djpk.depkeu.go.id

1

Page 2: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk

mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang memadai

bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terkait dengan fungsi dan peran sebagai motivator dan

fasilitator pembangunan tersebut, pemerintah telah mengambil suatu pilihan kebijakan untuk lebih

mengedepankan peran pemerintah daerah sebagai penggerak pembangunan. Melalui kebijakan

otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, diharapkan agar pemerintahan di level yang paling dekat

dengan masyarakat mampu menyerap aspirasi dan partisipasi masyarakat lokal sehingga arah

pembangunan akan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat setempat.

Guna mendukung peran dan fungsi pemerintah daerah dalam pembangunan, Pemerintah

telah dan akan terus mendukung pendanaan melalui mekanisme transfer ataupun pola pendanaan

lainnya. Dukungan pendanaan tersebut telah dibuktikan dengan besarnya dana APBN yang

disalurkan ke daerah, baik melalui skema desentralisasi maupun skema lainnya, seperti

dekonsentrasi, tugas pembantuan, subsidi, bantuan tunai, dana stimulus fiskal, dll.

Dana yang besar yang telah dan akan digulirkan melalui skema desentralisasi serta dana

yang memang bersumber dari daerah sendiri (seperti pajak daerah dan retribusi daerah),

selanjutnya dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah dalam APBD dan pertanggungjawabannya

sepenuhnya berada di daerah. Pada dasarnya tidak ada lagi mekanisme pertanggungjawaban APBD

kepada Pemerintah Pusat, namun hanya berupa penyampaian data APBD kepada Pusat untuk

keperluan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD).

Dari data yang disampaikan melalui SIKD inilah kemudian disusun informasi dan analisis

atas APBD seluruh Indonesia. Informasi dan analisis APBD berguna untuk memberikan gambaran

yang menyeluruh namun ringkas mengenai situasi dan kondisi keuangan daerah saat ini. Potret

APBD yang informatif dan akurat selanjutnya dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan, baik

di pusat maupun di daerah, sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan yang terkait

dengan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.

Kami mengharapkan agar buku ”Deskripsi dan Analisis APBD 2010” ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak yang berkepentingan. Besar harapan kami, agar buku ini dapat memberikan

kontribusi yang optimal dalam pengambilan kebijakan sehingga tujuan dan cita-cita otonomi daerah

dan desentralisasi fiskal dapat terwujud.

Dirjen. Perimbangan Keuangan,

Mardiasmo

Kata Pengantar

2

Page 3: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Daftar Isi

Halaman Judul 1 Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 Gambaran Umum 6 Pendahuluan 7 Gambaran Umum APBD 2010 – Nasional 9 Gambaran Umum APBD 2010 Provinsi dan Kabupaten/Kota 10 Pendapatan Daerah 11 Pendapatan Daerah 12 Komposisi per Jenis Pendapatan Secara Nasional 13 Komposisi per Jenis Pendapatan Pemerintah Provinsi 14 Komposisi per Jenis Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota 15 Tren Pendapatan APBD 2007-2010 Agregat Provinsi/Kabupaten/Kota 16 Tren Pendapatan APBD 2007-2010 Pemerintah Provinsi 17 Tren Pendapatan APBD 2007-2010 Pemerintah Kabupaten/Kota 18 Perbandingan Pendapatan APBD pada 6 wilayah (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 Belanja Daerah 21 Komposisi per Jenis Belanja 22 Tren Belanja APBD 2007-2010 (Agregat Provinsi/Kabupaten/Kota) 23 Tren Belanja APBD 2007-2010 (Pemerintah Provinsi) 24 Tren Belanja APBD 2007-2010 (Pemerintah Kabupaten/Kota) 25 Perbandingan Belanja APBD pada 6 wilayah (Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah) 26 Surplus/Defisit APBD 27 Surplus/Defisit APBD 28 Jumlah Daerah Surplus/Defisit/Berimbang 29 Daerah Yang Melebihi Batas Defisit 30 Tren Defisit APBD Tahun 2007-2010 31 Perbandingan Defisit APBD pada 6 wilayah (Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah) 32 Pembiayaan Daerah 33 Pembiayaan Daerah 34 Komposisi Pembiayaan 35 Tren Pembiayaan APBD Tahun 2007-2010 36 Tren SiLPA APBD Tahun 2007-2010 37 Perbandingan Penerimaan Pembiayaan di 6 wilayah (Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah) 38 Perbandingan Pengeluaran Pembiayaan di 6 wilayah (Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah) 39 Indikator Keuangan Daerah 40 Indikator Keuangan Daerah 41 Debt Service Coverage Ratio 42 Debt Service Coverage Ratio per wilayah 43 Indikator Ruang Fiskal Daerah (Trend DSCR 2007-2010) 44 Indikator Ruang Fiskal Daerah Per Wilayah (Trend DSCR 2007-2010 Per Wilayah) 45 Ucapan Terima Kasih 46 Lampiran 47

3

Page 4: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Ringkasan Eksekutif

APBD 2010 menunjukkan bahwa secara nominal seluruh komponen pendapatan

mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya, namun secara persentase

kontribusi Dana Perimbangan terus mengalami penurunan, sementara PAD

mengalami sedikit peningkatan.

Komposisi PAD di Kabupaten/Kota relatif masih sangat rendah (8%), naik dari

tahun sebelumnya 7%. Sementara komponen yang sangat dominan di

Kabupaten/Kota adalah Dana Perimbangan yang mencapai 82%. Hal ini berbeda

secara signifikan dengan kondisi Provinsi, dimana kontribusi PAD sangat tinggi

mencapai 46%, sementara Dana Perimbangan justru sedikit dibawahnya yaitu

sebesar 44%.

Apabila dibandingkan antar wilayah, komposisi PAD dalam pendapatan APBD

lebih kuat di wilayah Jawa-Bali, sementara di wilayah lain komposisi PAD masih

relatif lebih rendah.

Di sisi belanja, secara agregat (Prov./Kab./Kota), belanja pegawai sangat

mendominasi hingga mencapai 45% dari total belanja, diikuti oleh Belanja

modal 22%. Gambaran yang berbeda terjadi antara Provinsi dengan Kab/Kota,

dimana untuk Provinsi, komposisi belanja pegawai hanya mencapai 26% diikuti

belanja modal 23%. Sementara untuk Kab/Kota, belanja pegawai mencapai lebih

dari 51% belanja dan belanja modal hanya berkisar 21%.

Secara nominal maupun persentase, dalam 4 tahun terakhir belanja pegawai

terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Di sisi lain, persentase

belanja modal terus turun dalam 4 tahun terakhir, bahkan untuk tahun 2010,

secara nominal belanja modal juga turun dari tahun sebelumnya dan

merupakan yang terendah dalam 4 tahun terakhir.

Apabila dibandingkan antar wilayah, maka belanja pegawai sangat dominan di

wilayah Jawa-Bali dan Sulawesi, sementara untuk wilayah Kalimantan dan

Papua-Papua Barat relatif seimbang antara belanja pegawai dengan belanja

modal.

4

Page 5: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Ringkasan Eksekutif

Sebagian besar daerah menganggarkan defisit (450 daerah atau 86% dari

keseluruhan daerah). Secara agregat (Prov./Kab./Kota), total defisit di tahun

2010 mencapai Rp40,4 triliun. Angka ini lebih kecil dari defisit tahun

sebelumnya yang mencapai Rp47,7 triliun. Penurunan agregat defisit ini

terutama karena terjadinya penurunan defisit Kab/Kota, sementara defisit

Provinsi justru mengalami kenaikan.

Penurunan defisit yang cukup signifikan di Kabupaten/Kota terjadi terutama

karena sebagian besar daerah mengurangi belanja modal mereka secara

signifikan (turun dari Rp88 triliun di tahun 2009 menjadi Rp69 triliun di tahun

2010 penurunan sebagai akibat pengalihan belanja modal DAK Pendidikan

ke Belanja Hibah DAK Pendidikan tidak akan lebih dari Rp9 triliun, sehingga

penurunan belanja modal sendiri pada dasarnya mencapai Rp10 triliun).

Sebagian besar daerah Kabupaten/Kota tidak dapat meningkatkan belanja

modal mereka melalui pembiayaan daerah karena perkiraan SiLPA mereka juga

telah mengalami penurunan yang cukup signifikan (turun dari Rp40,8 triliun di

tahun 2009 menjadi Rp31,6 triliun di tahun 2010). Di sisi yang lain, daerah juga

tidak dapat menurunkan belanja pegawai mereka yang mengalami kenaikan

yang cukup tinggi dari Rp153 triliun di tahun 2009 menjadi Rp168 triliun di

tahun 2010.

Di sisi pembiayaan, meskipun besaran SiLPA cenderung turun, namun SiLPA

masih tetap mendominasi penerimaan pembiayaan daerah (hampir 90% dari

total penerimaan pembiayaan). Pinjaman daerah relatif masih sangat terbatas,

meskipun terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam besaran

pembayaran pokok hutang daerah dari tahun ke tahun.

Dengan semakin beratnya beban belanja pegawai (terutama gaji PNSD), maka

kemampuan keuangan daerah pada dasarnya semakin turun. Dengan

menggunakan indikator Ruang Fiskal (ketersediaan dana dalam APBD yang

dapat digunakan secara bebas oleh daerah), ternyata ruang fiskal daerah

semakin turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan

persentase ruang fiskal terjadi di seluruh wilayah di Indonesia.

5

Page 6: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Gambaran Umum

Page 7: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Pendahuluan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang

berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 merupakan rencana

keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Penyusunan APBD memperhatikan adanya keterkaitan antara

kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh

Pemerintah Daerah serta sinkronisasi dengan berbagai

kebijakan Pemerintah Pusat dalam perencanaan dan

penganggaran negara.

APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan

daerah. Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), dan Lain-lain

Pendapatan yang Sah (LPS). Belanja daerah terdiri dari

belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan

daerah terdiri dari penerimanaan pembiayaan dan

pengeluaran pembiayaan.

APBD Tahun Anggaran 2010 seluruh daerah di Indonesia

yang dianalisis dalam buku ini meliputi 522 daerah yang

terdiri dari 33 provinsi, 396 kabupaten, dan 93 kota.

7

Page 8: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

APBD 2010

Mata Anggaran Jumlah Anggaran

Prov/Kab/Kota Provinsi Kabupaten Kota

Pendapatan 401,893 102,318 241,870 57,705

Pendapatan Asli Daerah 71,799 47,331 16,422 8,046

Dana Perimbangan 291,277 45,024 204,204 42,049

Lain-lain Pendapatan yang Sah 38,817 9,964 21,244 7,609

Belanja 442,313 113,133 264,057 65,122

Pegawai 198,068 29,838 134,412 33,818

Barang dan jasa 81,771 26,872 42,602 12,297

Modal 95,762 26,307 55,518 13,936

Lain-lain 66,711 30,116 31,525 5,070

Pembiayaan 42,613 12,866 22,737 7,010

Penerimaan 50,203 14,842 27,490 7,871

Pengeluaran 7,590 1,975 4,753 861

Dalam miliar Rupiah

8

Sumber data: SIKD (APBD 522 daerah Provinsi/Kabupaten/Kota)

Page 9: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Gambaran Umum APBD 2010 Nasional

• Berdasarkan data APBD 2010 dari 522 daerah dapat diketahui bahwa secara

nasional (agregat Prov./Kab./Kota) jumlah Pendapatan Daerah sebesar Rp401,9

triliun, sementara jumlah Belanja mencapai Rp442,3 triliun, sehingga terjadi

defisit sebesar Rp40,4 triliun.

• Untuk membiayai defisit tersebut, dianggarnkan Penerimaan Pembiayaan

sebesar Rp50,2triliun dan Pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp7,6triliun .

9

Page 10: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Gambaran Umum APBD 2010

Provinsi dan Kabupaten/Kota

Seluruh daerah Provinsi pada tahun 2010 menganggarkan Pendapatan sebesar Rp102,3

triliun, dengan Belanja sebesar Rp113,1 triliun.

Defisit yang terjadi yaitu sebesar Rp10,8 triliun akan dibiayai dengan Penerimaan

Pembiayaan sebesar Rp14,8 triliun dan Pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp2,0 triliun.

Sedangkan secara agregat Kabupaten/Kota menganggarkan Pendapatan sebesar Rp299,6

triliun dengan Belanja sebesar Rp329,2 triliun.

Defisit yang terjadi yaitu sebesar Rp29,6 triliun akan dibiayai dengan Penerimaan

Pembiayaan sebesar Rp35,4 triliun dan Pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp5,6 triliun.

10

Page 11: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Pendapatan Daerah

Page 12: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat

13 merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun

bersangkutan.

Pendapatan daerah menurut PP Nomor 55 Tahun 2005

dikelompokkan atas :

Pendapatan Asli Daerah, yaitu pendapatan yang diperoleh

daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan . PAD pada

umumnya terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan yang dipisahkan serta lain-lain PAD

yang sah.

Dana perimbangan , yaitu dana yang bersumber dari dana

penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai

kebutuhan daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi

hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah, dana

darurat, DBH pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota,

dana penyesuaian dan otsus, serta bantuan keuangan dari

provinsi atau dari pemda lainnya.

12

Page 13: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Komposisi per Jenis Pendapatan Secara Nasional

(Agregat Provinsi/Kabupaten/Kota) dalam miliar rupiah

Pendapatan Hibah 4.247,6

Dana darurat 371,1

DBH Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 11.947,8

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 15.437,4

Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda

lainnya 4.942,6

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 1.870,3

Pajak daerah 47.674,1

Retribusi daerah 8.010,1

Hasil P.K.D yang dipisahkan 3.636,0

Lain-lain PAD yang sah 12,479,0

Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 77.606,4

Dana alokasi umum 192.408,9

Dana alokasi khusus 21.261,4

Total Pendapatan APBD

Nasional: Rp.401,8 triliun Note:

non-consolidated

(tidak mengeluarkan

reciprocal account

Prop – Kab/Kota)

•Total Pendapatan pada APBD 2010 secara nasional mencapai Rp401,9 triliun.

terdiri dari Rp102,3 triliun Pendapatan Pemerintah Provinsi (25,5%) dan Rp299,6 triliun

Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota (74,5%)

•Pendapatan Daerah secara Nasional didominasi oleh Dana Perimbangan yg mencapai

Rp291,3 triliun (72%)

•Sedangkan PAD dan Pendapatan Lain-Lain masing-masing Rp71,8 triliun (18%) dan

Pendapatan Lain-Lain Rp38,8 triliun (10%) 13

Page 14: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Komposisi per Jenis Pendapatan Pemerintah Provinsi

(dalam miliar rupiah)

Total Pendapatan Provinsi:

Rp102,3 triliun

Pendapatan Hibah 469,1

Dana darurat 0

DBH Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 103,2

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 8.413,6

Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 110,8

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 866,9

DBH Pajak/bagi hasil bukan pajak 24.950,5

Dana alokasi umum 19.299,0

Dana alokasi khusus 774,4

Pajak daerah 39.575,1

Retribusi daerah 1.429,8

Hasil P.K.D yang dipisahkan 1.748,7

Lain-lain PAD yang sah 4.577,4

•Total Pendapatan Pemerintah Provinsi 2010 mencapai Rp102,3 triliun

•Komposisi Pendapatan antara PAD dan Dana Perimbangan cukup berimbang, yaitu

PAD sebesar Rp.47,3 triliun (46%) dan Dana Perimbangan Rp.45 triliun (44%).

•Sisanya sebesar Rp.9,96 triliun (10%) adalah Lain-lain Pendapatan, yang termasuk

Dana Otsus dan Penyesuaian

14

Page 15: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Komposisi per Jenis Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota

(dalam miliar rupiah)

Pajak daerah 8.099,0

Retribusi daerah 6.580,3

Hasil P.K.D yang

dipisahkan 1.887,2

Lain-lain PAD yang sah 7.901,7

Pendapatan Hibah 3.778,4

Dana darurat 371,1

DBH Pajak dari Provinsi dan Pemda lainnya 11.844,6

Dana penyesuaian dan otonomi khusus 7.023,8

Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda

lainnya 4.831,8

Lain-lain pendapatan daerah yang sah 1.003,4

DBH Pajak/bagi hasil bukan pajak 52.656,0

Dana alokasi umum 173.110,0

Dana alokasi khusus 20,486,997

•Total Pendapatan Kab./Kota 2010 mencapai Rp299,6 triliun

•Pendapatan Kab./Kota didominasi oleh Dana Perimbangan yang mencapai

Rp246,3 triliun (82%),

•PAD relatif masih sangat kecil yaitu hanya mencapai Rp24,5 triliun (8%),

sementara sisanya sebesar Rp28,9 triliun (10%) adalah Lain-lain Pendapatan,

yang termasuk Dana Penyesuaian, hibah, Dana Darurat dll. 15

Page 16: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Pendapatan APBD 2007-2010

(Agregat Provinsi/Kabupaten/Kota)

•Tren Pendapatan

APBD Agregat

Prov./Kab./Kota 2007-

2010 secara nominal

menunjukkan adanya

kenaikan pada setiap

tahun dari masing-

masing Kelompok

Pendapatan.

•Komposisi

Pendapatan pada

setiap tahun selalu

didominasi oleh

Dana Perimbangan

•Meskipun secara

nominal naik, namun

Tren Dana

Perimbangan secara

persentase

menunjukkan adanya

penurunan setiap

tahun.

•Sebaliknya PAD dan

Lain-lain Pendapatan

secara persentase

terdapat peningkatan

pada setiap tahun

walaupun tidak cukup

besar.

16

Page 17: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Pendapatan APBD 2007-2010 Provinsi

•Tren Pendapatan

Provinsi 2007-2010

secara nominal juga

selalu menunjukkan

adanya kenaikan pada

setiap tahun dari masing-

masing Kelompok

Pendapatan.

•Komposisi Pendapatan

dari tahun ke tahun

cukup berimbang antara

PAD dan Daper

•Tren Pendapatan Provinsi

2007-2010 pada kelompok

Dana Perimbangan secara

persentase menunjukkan

adanya penurunan setiap

tahun.

•Sementara PAD dari tahun

2007 ke 2008 mengalami

penurunan dan kemudian

naik kembali pada tahun

2009 dan 2010

•Kelompok Lain-Lain secara

persentase mengalami

kenaikan pada setiap tahun

tetapi turun pada tahun

2010.

17

Page 18: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Pendapatan APBD 2007-2010

Kabupaten/Kota

18

•Pada Tren Pendapatan

Kab./Kota, secara

nominal menunjukkan

adanya kenaikan pada

setiap tahun dari

masing-masing

Kelompok Pendapatan.

•Komposisi Pendapatan

Kab./Kota, pada setiap

tahun selalu didominasi

oleh Dana Perimbangan

•Tren Dana

Perimbangan 2007-

2010 secara

persentase

menunjukkan adanya

penurunan setiap

tahun.

•Seiring dengan

penurunan Daper,

persentase kelompok

PAD mengalami

peningkatan setiap

tahunnya.

•Sama seperti kelompok PAD, pada kelompok Lain-Lain secara persentase

juga mengalami kenaikan setiap tahun.

Page 19: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

19

Perbandingan Pendapatan APBD pada 6 wilayah

(Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah)

• Secara nominal, wilayah Jawa dan Bali mempunyai pendapatan APBD tertinggi pada dua

kelompok pendapatan utama (PAD dan Daper), mengingat jumlah Kabupaten dan Kota di

wilayah ini adalah yang terbesar. Sementara untuk kelompok Lain-lain Pendapatan, wilayah

Sumatera dan Papua cukup tinggi, mengingat di kedua wilayah tersebut terdapat Otsus.

• Secara persentase, meskipun dominasi Daper terjadi di seluruh wilayah, namun terdapat

perbedaan yang cukup signifikan pada pola komposisi Pendapatan pada ke-6 wilayah.

Persentase PAD di wilayah Jawa dan Bali relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah

lain, sementara persentase Daper justru yang terendah dibandingkan wilayah lain.

• Persentase tertinggi untuk Daper terjadi di wilayah Nusa Tenggara dan Maluku, sementara

persentase tertinggi untuk kelompok Lain-lain Pendapatan terjadi di wilayah Papua.

Page 20: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Belanja Daerah

Page 21: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Belanja Daerah

Belanja daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 merupakan

semua kewajiban Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan.

Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Permendagri

Nomor 13 Tahun 2006 yaitu belanja tidak langsung dan belanja

langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki

keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi,

hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan

belanja tidak terduga.

Belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan

secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

21

Page 22: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Komposisi per Jenis Belanja (dalam miliar rupiah)

22

• Total Belanja pada APBD 2010

secara nasional mencapai

Rp442,3 triliun, yang terdiri dari

Rp 113,1triliun Belanja

Pemerintah Provinsi (25,6%) dan

Rp329,2 triliun Belanja

Pemerintah Kabupaten/Kota

(74,4%)

• Secara nasional (agregat

Prov./Kab./Kota), belanja daerah

didominasi oleh belanja pegawai

yang mencapai 45% dari total

belanja, diikuti oleh belanja

modal 22% dan belanja barang &

jasa 18%.

• Komposisi belanja antara

Provinsi dengan Kab/kota

berbeda secara signifikan. Untuk

Provinsi, porsi belanja pegawai,

barang & jasa, dan modal relatif

hampir berimbang di kisaran

23%-26%, diikuti oleh belanja

bagi hasil dan bantuan keuangan

yang mencapai 20%.

• Sementara, untuk Kab/Kota,

dominasi belanja pegawai sangat

tinggi hingga mencapai lebih dari

51% dari total belanja. Diikuti

oleh belanja modal sebesar 21%

dan barang dan jasa sebesar

17%.

Page 23: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Belanja APBD 2007-2010

(Agregat Provinsi/Kabupaten/Kota)

23

• Secara nominal, pada kurun

2007-2010 Belanja Pegawai

selalu lebih tinggi dibandingkan

jenis belanja lainnya

• Semua jenis belanja relatif

mengalami kenaikan kecuali

untuk Belanja Modal tahun 2010

yang mengalami penurunan dari

sebelumnya.

• Penurunan tersebut antara lain

disebabkan oleh berubahnya

alokasi DAK Pendidikan Belanja

Hibah pada APBD 2010. Selain

itu, terdapat pula Belanja Hibah

untuk kegiatan pilkada pada 245

pemda yang dialokasikan kepada

KPUD dan Panwaslu

• Penurunan belanja modal terlihat

semakin jelas apabila dilihat dalam

persentase terhadap total belanja

APBD.

• Di sisi lain, persentase belanja

pegawai naik terus dari tahun ke

tahun.

• Sementara belanja barang & jasa

dan belanja lain-lain relatif

konstan.

Page 24: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Belanja APBD 2007-2010 Provinsi

24

• Untuk Belanja Daerah

Provinsi secara nominal,

semua jenis belanja

mengalami kenaikan,

kecuali Hibah (dari 2008 ke

2009) dan Belanja Lain-lain

yang cenderung konstan.

• Belanja pegawai relatif

paling tinggi dibandingkan

jenis belanja yang lain

kecuali untuk tahun 2008,

di mana Modal lebih tinggi.

• Meskipun komposisi

antara belanja pegawai,

barang & jasa, dan modal

relatif berimbang, namun

terlihat perbedaan tren

yang signifikan di antara

ketiga jenis belanja

tersebut.

• Persentase Belanja

Pegawai dan Belanja

Barang & Jasa terhadap

Total belanja mengalami

tren kenaikan, demikian

juga dengan belaja bagi

hasil dan bantuan

keuangan.

• Sementara, porsi belanja modal terhadap total belanja mengalami

kecenderungan turun terus menerus

Page 25: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Belanja APBD 2007-2010

Kabupaten/Kota

25

• Secara nominal, belanja pegawai

di Kab/Kota mengalami kenaikan

yang cukup tajam, dari kisaran

Rp100 triliun di tahun 2007

menjadi Rp167 triliun di tahun

2010 atau naik hingga lebih dari

65% dalam kurun waktu 4 tahun.

• Di sisi lain, belanja modal justru

turun cukup signifikan di tahun

2010 (salah satunya sebagai

akibat beralihnya DAK

pendidikan sebagai belanja

hibah). Belanja Hibah naik cukup

signifikan di tahun 2010.

• Sementara untuk belanja barang

& Jasa dan Lain-lain relatif

konstan.

• Pola tren yang hampir sama

juga terlihat untuk tren

persentase belanja daerah.

• Belanja pegawai mengalami

peningkatan porsi yang cukup

signifikan terhadap total

belanja, sebaliknya belanja

modal turun secara nyata dalam

4 tahun terakhir.

• Di sisi lain belanja barang &

jasa dan belanja lain-lain

cenderung konstan. Sementara

untuk hibah naik signifikan di

tahun 2010.

Page 26: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

26

Perbandingan Belanja APBD pada 6 wilayah

(Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah)

• Kecuali Belanja Modal, wilayah

Jawa-Bali memiliki belanja dengan

nominal terbesar dibandingkan

wilayah lainnya. Terutama untuk

belanja pegawai terlihat sangat

dominan dibandingkan wilayah

lainnya.

• Untuk Belanja Modal, ternyata

wilayah Sumatera justru

mempunyai nominal yang lebih

besar dibandingkan dengan

wilayah Jawa-Bali.

• Secara persentase, belanja

pegawai sangat dominan di 4

wilayah, yaitu Jawa-Bali,

Sumatera, Sulawesi dan Nusa

Tenggara dan Maluku (lebih dari

40% total belanja). Sedangkan

belanja modal jauh lebih rendah di

kisaran 20%, bahkan di Jawa-Bali

hanya berkisar 15%.

• Sementara untuk wilayah

Kalimantan dan Papua-Papua

Barat relatif cukup berimbang

dengan belanja modalnya (kisaran

30%).

• Belanja barang dan jasa, belanja

hibah dan belanja lain-lain

cenderung setara antar-wilayah,

kecuali untuk wilayah Papua-

Papua Barat yang belanja barang&

jasa dan belanja Lain-lain cukup

tinggi dibandingkan wilayah

lainnya.

Page 27: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

SURPLUS/DEFISIT APBD

Page 28: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Surplus/Defisit APBD

Selisih antara pendapatan dan belanja mengakibatkan adanya

surplus atau defisit sedangkan untuk pendapatan dan belanja

yang sama dinamakan anggaran yang berimbang.

Surplus APBD terjadi apabila anggaran pendapatan daerah

diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah dan

sebaliknya disebut defisit

Sebagian besar pemerintah daerah menganggarkan defisit

dalam APBD mereka

28

Page 29: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Jumlah Daerah Surplus/Defisit/Berimbang

29

No Daerah Provinsi

1 Kab. Aceh Tamiang NAD 2 Kota Padang Sidempuan Sumatera Utara 3 Kab. Nias Barat Sumatera Utara 4 Kab. Kuantan Singingi Riau 5 Kota Sungai Penuh Jambi 6 Kota Serang Jawa 7 Kab. Minahasa Selatan Sulawesi Utara 8 Kab. Buol Sulawesi Tengah 9 Kab. Mamberamo Raya Papua

10 Kab. Tambrauw Papua Barat 11 Kab. Maybrat Papua Barat

11 Daerah dengan anggaran berimbang

• Sebagian besar daerah

menganggarkan defisit (450

Daerah atau 86%), hanya 12%

Daerah yang menganggarkan

surplus.

• Sementara terdapat 11 daerah

yang menganggarkan

berimbang di tahun 2010.

Page 30: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Daerah yang melebihi batas defisit

(dalam miliar rupiah)

30

Dalam PMK 138/PMK.07/2009 yang mengatur mengenai pengendalian defisit

daerah telah ditetapkan bahwa batas maksimal defisit daerah yang dibiayai dari

pinjaman dan obligasi daerah adalah 4,5% dari total pendapatan.

Dari 450 Daerah yang menganggarkan defisit terdapat beberapa daerah yang

penerimaan pinjaman dan obligasi lebih besar dari 4,5% (18 daerah)

Page 31: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Defisit APBD 2007-2010

31

Tren Defisit APBD (Nominal)

Proporsi Defisit terhadap Belanja

Defisit APBD Tahun 2010

secara nasional mencapai

Rp40,4 triliun, terdiri dari

defisit Provinsi sebesar

Rp10,8 triliun dan defisit

Kab/Kota Rp29,6 triliun.

Defisit APBD tahun 2010

secara total nasional lebih

kecil dibanding dengan tahun

2009 dan 2008 namun untuk

pemerintah Provinsi tahun

2010 mengalami peningkatan

jumlah defisit

Proporsi defisit terhadap

belanja TA 2010 lebih kecil

dibandingkan dengan tiga

tahun terakhir (2007-2009)

Page 32: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

32

Perbandingan Defisit APBD pada 6 wilayah

(Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah)

Defisit APBD pada 6 Wilayah (Nominal)

Persentase Defisit terhadap Belanja pada 6 Wilayah

Secara nominal, defisit

tertinggi berada pada

wilayah Jawa-Bali dan

terendah adalah di

wilayah Papua-Papua

Barat

Sedangakan secara

persentase terhadap

belanja, defisit tertinggi

adalah di wilayah

Kalimantan, diikuti oleh

wilayah Sumatera dan

Jawa-Bali.

Sebagaimana angka

nominal, persentase

defisit terendah juga

berada di wilayah

Papua-Papua Barat.

Page 33: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

PEMBIAYAAN DAERAH

Page 34: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2004

merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun

anggaran berikutnya.

Penerimaan pembiayaan menunjukkan semua penerimaan yang

perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Jenis penerimaan pembiayaan diantaranya adalah SiLPA,

Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah

yang Sah, dan Penerimaan Pinjaman dan Obligasi.

Pengeluaran pembiayaan menunjukkan semua pengeluaran

yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Jenis pengeluaraan pembiayaan diantaranya adalah

Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal, Pembayaran

Pokok Pinjaman, dan Pemberian Pinjaman ke daerah lain.

34

Page 35: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Komposisi Pembiayaan

35

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

Total Penerimaan Pembiayaan

secara nasional adalah sebesar

Rp50,2 triliun, sementara

Pengeluaran Pembiayaan Rp7,6

triliun, sehingga Pembiayaan

Netto sebesar Rp42,6 triliun

Komposisi Penerimaan

Pembiayaan APBD 2010 sangat

didominasi oleh SiLPA, baik di

level Provinsi maupun

Kab./Kota. Secara nasional,

SiLPA mencapai Rp45,1 triliun

atau 89,8% dari total Penerimaan

Pembiayaan. Sementara rencana

penarikan pinjaman hanya

mencapai Rp1,8 triliun atau 3,5%

dari total Penerimaan

Pembiayaan.

Pengeluaran Pembiayaan secara

nasional nilai terbesar berasal

dari pembayaran pokok utang,

yang kedua adalah berasal dari

penyertaan modal.

Pembayaran pokok utang daerah

secara nasional mencapai Rp3,2

triliun atau 42,1% dari

Pengeluaran Pembiayaan.

Sementara penyertaan modal

mencapai Rp2,9 triliun atau

38,2%

Page 36: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren Pembiayaan APBD Tahun 2007-2010

36

Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

2007 2008 2009 2010

Milia

r R

up

iah

Pembayaran

Kegiatan

Lanjutan

Pemberian

Pinjaman

Daerah

Pembayaran

Pokok Utang

Penyertaan

Modal (Investasi)

Daerah

Pembentukan

Dana

Cadangan

Pada periode tahun 2007-2009,

penerimaan pembiayaan

mengalami tren naik namun di

tahun 2010 penerimaan

pembiayaan mengalami

penurunan. Penurunan

penerimaan pembiayaan

terutama berasal dari

penurunan SiLPA yang cukup

signifikan.

Di sisi Pengeluaran

Pembiayaan, terlihat adanya

tren yang meningkat dari tahun

2008-2010 walaupun masih

lebih rendah jika dibandingkan

dengan Pengeluaran

Pembiayaan tahun 2007.

Peningkatan Pengeluaran

Pembiayaan terutama

didorong oleh meningkatnya

pembayaran pokok utang

daerah.

Page 37: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Tren SiLPA APBD Tahun 2007-2010

37

Note:

1. Nasional = agregat Prov./Kab./Kota

2. SiLPA adalah SiLPA yang tercatat (dianggarkan) dalam Penerimaan Pembiayaan,

yang berarti merupakan sisa anggaran tahun sebelumnya.

Total SiLPA yang tercatat pada Penerimaan Pembiayaan APBD secara nasional di

Tahun 2010 adalah sebesar Rp45,1 triliun. Turun dari anggaran tahun

sebelumnya yang mencapai Rp52,2 triliun. Secara persentase terhadap volume

Belanja APBD, SiLPA juga turun dari 12,2% di tahun 2009 menjadi 10,2% di tahun

2010.

Meskipun secara nasional SiLPA yang tercatat di Penerimaan Pembiayaan APBD

2010 lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya, namun untuk Provinsi besaran

SiLPA terus meningkat dari tahun 2007 hingga tahun 2010.

Page 38: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

38

Perbandingan Penerimaan Pembiayaan pada 6 wilayah

(Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah)

Secara nominal, wilayah Jawa-Bali mempunyai SiLPA terbesar di APBD 2010, diikuti oleh wilayah

Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan wilayah Papua-Papua Barat mempunyai SiLPA paling rendah.

Jenis penerimaan pembiayaan lainnya relatif sangat rendah di seluruh wilayah.

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

100.0%

SiLPA TAsebelumnya

Pencairan danacadangan

Hasil PenjualanKekayaan

Daerah yangDipisahkan

PenerimaanPinjaman

Daerah danObligasi Daerah

PenerimaanKembali

PemberianPinjaman

PenerimaanPiutang Daerah

Secara persentase, besaran SiLPA terhadap total Penerimaan Pembiayaan relatif seimbang di 4

wilayah (Jawa-Bali, Kalimantan, Sumatera dan Nusa Tenggara-Maluku), yaitu di kisaran 90%.

Sementara wilayah Sulawesi dan Papua-Papua Barat relatif rendah di kisaran 60%.

Untuk wilayah Sulawesi dan Papua-Papua Barat, porsi penerimaan pinjaman ternyata cukup

signifikan dibandingkan wilayah lainnya, yaitu di kisaran 15% dari total Penerimaan

pembiayaan.

Komposisi Penerimaan

Pembiayaan di 6 Wilayah

(Nominal)

Komposisi Penerimaan

Pembiayaan di 6 Wilayah (%)

Page 39: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

39

Perbandingan Pengeluaran Pembiayaan pada 6 wilayah

(Agregat Prov./Kab./Kota per wilayah)

200

400

600

800

1,000

1,200

PembentukanDana Cadangan

PenyertaanModal (Investasi)

Daerah

PembayaranPokok Utang

PemberianPinjaman Daerah

PembayaranKegiatanLanjutan

Mili

ar R

up

iah

Sumatera Jawa_bali Kalimantan Sulawesi NT_Maluku Papua_papbar

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

PembentukanDana Cadangan

Penyertaan Modal(Investasi) Daerah

PembayaranPokok Utang

PemberianPinjaman Daerah

PembayaranKegiatan Lanjutan

Secara nominal pengeluaran pembiayaan untuk wilayah Jawa-Bali dan Kalimantan yang

terbesar adalah untuk penyertaan modal daerah

Sedangkan untuk wilayah Sulawesi, Sumatera, Papua-Papua Barat, Nusa Tenggara-Maluku

Pengeluaran Pembiayaan terbesar adalah pembayaran pokok utang

Secara persentase, gambarannya hampir sama, yaitu bahwa Pengeluaran Pembiayaan di

Jawa-Bali dan Kalimantan sangat didominasi oleh penyertaan modal daerah, bahkan untuk

wilayah Kalimantan mencapai hampir 60% dari total Pengeluaran Pembiayaan.

Sedangkan untuk wilayah 4 wilayah lainnya Pengeluaran Pembiayaan terbesar adalah

pembayaran pokok utang

Page 40: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

INDIKATOR KEUANGAN DAERAH

Page 41: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Indikator Keuangan Daerah

Indikator keuangan daerah dalam tulisan ini merujuk pada

besarnya kemampuan/kapasitas fiskal Daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah mereka.

Terdapat beberapa macam indikator yang biasa digunakan untuk

mengukur kemampuan keuangan daerah. Dalam tulisan ini

digunakan 2 (dua) ukuran, yaitu Debt Service Coverage Ratio

(DSCR) dan Ruang Fiskal.

DSCR pada dasarnya mengukur kemampuan suatu daerah untuk

membayar kembali pinjamannya. Ukuran ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa daerah dapat melakukan pinjaman untuk

mendanai kebutuhannya, namun besarnya pinjaman harus

dikelola agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi Keuangan

Daerah.

Ruang Fiskal daerah pada dasarnya merupakan ukuran besarnya

dana daerah dalam satu tahun anggaran yang bisa digunakan

secara bebas oleh daerah sesuai dengan kebutuhannya. Ukuran

ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sebagian besar

pendapatan daerah harus dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak

bisa dihindari, seperti gaji PNS, dan selain itu terdapat berbagai

jenis pendapatan yang bersifat earmarked (ditentukan

penggunaannya). Semakin besar dana yang masih bisa

digunakan secara bebas oleh daerah ditunjukkan dengan Ruang

Fiskal yang semakin besar.

41

Page 42: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Debt Service Coverage Ratio Trend DSCR 2007-2010

42

Debt Service Coverage Ratio menunjukkan ketersediaan uang Pemda dalam menutup

hutangnya. Batas minimal DSCR adalah 2,5, yang artinya Pemda masih memiliki dana

idle sebesar 1,5 setelah dikurangi pembayaran atas pokok pinjaman, bunga, dan biaya

lainnya.

Rata-rata nasional DSCR 2010 untuk semua daerah yang mempunyai pinjaman

sebesar 46,8 sedangkan rata-rata provinsi sebesar 83,5 dan rata-rata kabupaten/kota

sebesar 45,8.

Tetapi bila dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, hanya Provinsi yang

mengalami peningkatan rata-rata DSCR di tahun 2010, sedangkan rata-rata DSCR

secara nasional dan Kab./Kota cenderung terus menurun.

Lain) Biaya Bunga Pinjaman Pokok (

WajibBelanja-DAU)DBHDR)-DBH((PADDSCR

Page 43: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Debt Service Coverage Ratio Trend DSCR 2007-2010 per wilayah

43

Bila dibandingkan berdasarkan wilayahnya maka rata-rata DSCR wilayah

Kalimantan adalah yang paling rendah yaitu 32,5 dan yang tertinggi adalah

wilayah Sumatera yaitu sebesar 59,5.

Terdapat kecenderungan rata-rata DSCR yang menurun pada wilayah Jawa-Bali,

Kalimantan dan Nusa Tenggara-Maluku.

Sedangkan wilayah Sumatera dan Papua–Papua Barat pada tahun 2010

mengalami peningkatan rata-rata DSCR.

Page 44: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Indikator Ruang Fiskal Daerah

44

• Indikator Ruang Fiskal

menunjukkan jumlah dana

netto yang masih bisa

digunakan oleh Pemda

setelah pendapatan

nonearmarked dikurangkan

dengan belanja pegawai

tidak langsung.

• Secara agregat nasional,

maupun di tingkat Provinsi

dan Kab./Kota terjadi

penurunan ruang fiskal,

utamanya dalam persentase

(terhadap pendapatan).

• Penurunan Ruang Fiskal

daerah menunjukkan bahwa

kemampuan dan fleksibilitas

daerah untuk menggunakan

anggaran mereka untuk

kebutuhan belanja yang

benar-benar sesuai dengan

kebutuhan riil mereka

menjadi semakin sempit.

Note:

Ruang Fiskal = Total Pendapatan – (DAK + Pendapatan Hibah + Dana Darurat +

Dana Penyesuaian/otsus) – Belanja Pegawai Tidak langsung

Page 45: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

45

Indikator Ruang Fiskal Daerah

per wilayah

Tren ruang fiskal per wilayah secara nominal menunjukkan sedikit peningkatan

pada seluruh wilayah kecuali untuk wilayah Sumatera.

• Tetapi tren ruang fiskal per wilayah secara persentase menunjukkan

penurunan yang cukup signifikan disemua wilayah.

• Hal ini menunjukkan bahwa secara riil sebenarnya telah terjadi penurunan

kemampuan daerah untuk mendanai kebutuhan daerah di seluruh wilayah.

Page 46: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

Ucapan Terima Kasih

Penyusunan buku “Deskripsi dan Analisis APBD 2010” tidak akan

terselesaikan tanpa kontribusi dari seluruh pihak yang berperan

sehingga apresiasi yang setinggi-tingginya dimanifestasikan dalam

ucapan terima kasih berikut ini:

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Direktur Jenderal

Perimbangan Keuangan – Prof. DR. Mardiasmo, Ak, MBA dan

Direktur Evaluasi Pendanaan dan Informasi Keuangan Daerah –

Drs. Yusrizal Ilyas, MPA yang telah memberikan arahan dan

bimbingan hingga diselesaikannya penyusunan buku ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Subdirektorat Data

Keuangan Daerah (Edison Sihombing, SE, MT, Siti Mulyanah, Dorlan

Festiana, ST, MMgmt, Cornel Theodolus Suot, SE, MM, Nur Ikhsan

Ismail, SE, MM dan seluruh rekan DKD) yang telah menyediakan data

Ringkasan APBD 2010 melalui Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Selanjutnya terima kasih kepada tim dari Subdirektorat Evaluasi

Dana Desentralisasi dan Perekonomian Daerah (Putut Hari

Satyaka, SE, MPP, Krisnandar, SE, Nasrullah, SE, Aris Sudjatmiko,

S.Sos, Wahyu Widjayanto, SE, MM, Arif Zainuddin Fansyuri, Ak, ME,

Dhani Kurniawan, SE, Nanag Garendra Timur, S.Si, Mauliate H.

Silitonga, SE, Dastam Wijaya, SIP, Rahmat Saleh, Shinta Theresia,

Femmy Ferdiansyah, SH) yang telah melakukan pengolahan data dan

sekaligus menyusun buku, melakukan editing hingga melakukan

setting layout pencetakan buku ini. Terima kasih atas kerja kerasnya.

46

Page 47: Deskripsi dan Analisis APBD 2010 -  · PDF fileDaftar Isi 3 Ringkasan Eksekutif 4 ... (Agregat Prov/Kab./Kota per wilayah) 19 Belanja Daerah 20 ... (DPRD). Penyusunan APBD

LAMPIRAN