Deskripsi Anggrek

10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jenis Anggrek Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae yang  banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan taman. Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika dan  padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda, tergantung habitat asalnya (Gunawan, 2007). Secara morfologi, tanaman anggrek terdiri dari beberapa bagian sebagai  berikut: 2.1.1 Akar Akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak  berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja berwarna hijau atau tampak agak keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna coklat tua dan kering. Akar anggrek berfilamen, yaitu lapisan luar yang terdiri dari beberapa lapis sel berongga dan transparan, s erta merupakan lapisan pelindung pada sis tem saluran akar (Latif, 1960). Menurut Darmono, (2008), filamen ini berfungsi melindungi akar dari kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi  bagian dalam akar, serta membantu melekatnya akar pada benda yang ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap) oleh filamen dan ujung akar. Namun, hanya air dan hara yang diserap melalui ujung 3 Universitas Sumatera Utara

Transcript of Deskripsi Anggrek

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Deskripsi Jenis Anggrek

    Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae yang

    banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat

    digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan taman.

    Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di dunia, kecuali Antartika dan

    padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian banyak jumlahnya, secara

    morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya saja yang berbeda, tergantung

    habitat asalnya (Gunawan, 2007).

    Secara morfologi, tanaman anggrek terdiri dari beberapa bagian sebagai

    berikut:

    2.1.1 Akar

    Akar anggrek berbentuk silindris, berdaging, lunak dan mudah patah. Bagian

    ujung akar meruncing, licin dan sedikit lengket. Dalam keadaan kering, akar tampak

    berwarna putih keperak-perakan dan hanya bagian ujung akar saja berwarna hijau

    atau tampak agak keunguan. Akar yang sudah tua akan berwarna coklat tua dan

    kering. Akar anggrek berfilamen, yaitu lapisan luar yang terdiri dari beberapa lapis

    sel berongga dan transparan, serta merupakan lapisan pelindung pada sistem saluran

    akar (Latif, 1960).

    Menurut Darmono, (2008), filamen ini berfungsi melindungi akar dari

    kehilangan air selama proses transpirasi dan evaporasi, menyerap air, melindungi

    bagian dalam akar, serta membantu melekatnya akar pada benda yang

    ditumpanginya. Air atau hara yang langsung mengenai akar akan diabsorbsi (diserap)

    oleh filamen dan ujung akar. Namun, hanya air dan hara yang diserap melalui ujung

    3 Universitas Sumatera Utara

  • akar saja yang dapat disalurkan ke dalam jaringan tanaman. Oleh karenanya, tidak

    efektif bila penyiraman hanya dilakukan dengan membasahi tanah.

    2.1.2 Batang

    Darmono, (2008), menyebutkan bahwa batang anggrek beranekaragam, ada

    yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja,

    dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Berdasarkan pertumbuhannya, batang

    anggrek dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tipe simpodial dan tipe monopodial

    seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

    a. Tipe Simpodial

    Pada umumnya anggrek tipe ini mempunyai beberapa batang utama dan

    berumbi semu (pseudobulb) dengan pertumbuhan ujung batang terbatas.

    Pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru

    dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuhnya di sampingnya. Tunas anakan tersebut

    tumbuh dari rizom yang menghubungkannya dengan tanaman induk. Tangkai bunga

    dapat keluar dari ujung pseudobulb atau dari sampingnya, contoh seperti genus

    Dendrobium, Oncidium dan Cattleya.

    b. Tipe Monopodial

    Anggrek tipe monopodial mempunyai batang utama dengan pertumbuhan

    tidak terbatas. Bentuk batangnya ramping tidak berumbi. Tangkai bunga keluar di

    antara dua ketiak daun, contohnya genus Vanda, Aranthera dan Phalaenopsis.

    4

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.3 Daun

    Bentuk daun anggrek terdiri dari bermacam-macam bentuk, ada yang bulat

    telur (Renanthera coccinea),bulat telur terbalik, artinya bagian daun yang bagian atas

    lebar dan bagian pangkal kurang lebar, memanjang bagai pita atau serupa daun tebu.

    Daun jenis Coelogyne dan Spathoglottis mendekati bentuk daun kunyit, sedangkan

    daun genus Dendrobium dan Phalaenopsis berbentuk bulat memanjang (Latif, 1972).

    Tebal daun beragam, dari tipis sampai berdaging dan kaku, permukaannya

    rata. Daun tidak bertangkai, sepenuhnya duduk pada batang. Bagian tepi tidak

    bergerigi (rata) dengan ujung daun terbelah. Tulang daun sejajar dengan tepi daun

    dan berakhir di ujung daun. Susunan daun berseling-seling atau berhadapan. Warna

    daun anggrek hijau muda atau hijau tua, kekuningan dan ada pula yang bercak-

    bercak. Anggrek daun memiliki daun atau tulang daun yang berwarna dan disanalah

    terletak keindahan jenis-jenis anggrek daun itu (Latif, 1960).

    5

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.1.4 Bunga

    Bunga anggrek tersusun dalam karangan bunga. Jumlah kuntum bunga pada

    satu karangan dapat terdiri dari satu sampai banyak kuntum. Karangan bunga pada

    beberapa spesies letaknya terminal, sedangkan pada sebagian besar letaknya aksilar

    (Latif, 1972).

    Bunga anggrek memiliki beberapa bagian utama yaitu sepal (daun kelopak),

    petal (daun mahkota), stamen (benang sari), pistil (putik) dan ovarium (bakal buah).

    Sepal anggrek berjumlah tiga buah. Sepal bagian atas disebut sepal dorsal,

    sedangkan dua lainnya disebut sepal lateral. Anggrek memiliki tiga buah petal, petal

    pertama dan kedua letaknya berseling dengan sepal. Petal ketiga mengalami

    modifikasi menjadi labellum (bibir) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2 di

    bawah ini. Pada labellum terdapat gumpalan-gumpalan yang mengandung protein,

    minyak dan zat pewangi. Warna bunga tananam anggrek sangat bervariasi dan

    berfungsi untuk menarik serangga hinggap pada bunga untuk mengadakan polinasi

    (penyerbukan). Berdasarkan beberapa laporan, lebah madu merupakan serangga

    pollinator yang umum pada tanaman anggrek (Sumartono, 1981).

    6

    Universitas Sumatera Utara

  • Colum (tugu) yang terdapat pada bagian tengah bunga merupakan tempat alat

    reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Pada ujung columnya terdapat anter atau

    kepala sari yang merupakan gumpalan serbuk sari atau pollinia. Pollinia tertutup

    dengan sebuah cap (anther cap). Stigma (kepala putik) terletak di bawah rostellum

    dan menghadap ke labellum. Ovarium bersatu dengan dasar bunga dan terletak di

    bawah colum, sepal dan petal (Latif, 1990), seperti yang diperlihatkan pada Gambar

    3.

    2.1.5 Biji

    Menurut Sumartono, (1981), bunga anggrek mengandung ribuan sampai

    jutaan biji yang sangat halus, berwarna kuning sampai coklat. Pembiakkan dengan

    biji lebih sukar dibandingkan dengan cara-cara lainnya, karena biji anggrek sangat

    kecil dan mudah diterbangkan angin. Selain itu, biji anggrek keadaannya tidak

    sempurna karena tidak mempunyai lembaga atau cadangan makanannya, maka

    pembiakan dengan biji yang dilakukan orang bertujuan untuk mendapatkan jenis

    baru. Biji diperolehnya dari penyerbukan serbuk sari pada putik. Di hutan

    penyerbukan terjadi dengan bantuan serangga. Namun, secara sengaja kita dapat

    7

    Universitas Sumatera Utara

  • melakukan penyerbukan, dengan mengambil serbuk sari dengan alat dan letakkan

    pada kepala putik sehingga terjadi pembuahan.

    2.2 Habitat Anggrek

    Anggrek dapat tumbuh di berbagai tempat yang memungkinkan untuk tumbuh

    seperti sampah, tanah yang berhumus, tanah rawa-rawa, batu cadas pasir, pohon dan

    akar tumbuhan lain. Daerah penyebarannya meliputi seluruh dunia, dari daerah tropis

    hingga kutub, genus Cypripedium, pada ketinggian nol di atas permukaan laut hingga

    4.000 m lebih di pegunungan. Varietas paling luas dan jumlahnya terbanyak berada di

    daerah panas. Mayoritas anggrek memang merupakan tanaman bunga tropis, dan

    sebagian besar adalah sub tropis (Gunadi,,1985).

    Pertumbuhan tanaman anggrek di pengaruhi oleh iklim baik kapasitas sinar

    matahari (intensitasnya,panjang hari atau jumlah penyinaran), kelembaban udara, dan

    temperature udara. Ketiga faktor ini merupakan faktor primer yang menentukan

    keadaan fisik lingkungan setempat. Di samping faktor primer terdapat juga faktor

    skunder (medium pertumbuhan, air, makanan), dan faktor tambahan seperti hama dan

    penyakit (Sarwono, 2002).

    Anggrek dapat hidup pada berbagai ketinggian tempat. Jenis anggrek ada

    yang hidup di semak-semak atau pohon-pohon yang disebut epifit, ada yang hidup di

    tanah atau disebut teresterial. Anggrek tidak bersifat parasit sehingga tidak merugikan

    tanaman lainnya. Tanaman ini mencukupi kebutuhan makanan untuk dirinya sendiri

    dari proses fotosintesis (Ashari, 1995).

    2.3 Distribusi Anggrek

    Menurut Lawrence, (1964), daerah distribusi anggrek meliputi seluruh

    pelosok dunia, baik di daerah tropis,sub tropis, hingga artik kecuali antartika yang

    suhunya terlalu dingin dan padang pasir yang suhunya terlalu panas. Pada umumnya

    genera yang paling umum bersifat epifit, sedangkan genera yang di daerah artik

    (temperature dingin) hampir sebagian besar adalah teresterial. Walaupun anggrek

    8

    Universitas Sumatera Utara

  • dapat tumbuh pada daerah artik, tetapi anggrek ini banyak ditemukan di daerah tropis

    (Comber, 2001). Di Indonesia tidak meratanya curah hujan (547-7069 mm

    pertahunnya) menyebabkan penyebaran jenis anggrek dari sabang sampai papua

    memiliki habitat yang berbeda, walaupun demikian pada beberapa jenis

    penyebarannya ada juga yang merata dalam berbagai suasana iklim tersebut (Gunadi,

    1985).

    2.4 Manfaat Anggrek

    Menurut Purwanto et al., (2005), anggrek alam atau anggrek hutan biasanya

    dikenal sebagai anggrek liar. Anggrek-anggrek liar ini tumbuh secara alami di

    tempat-tempat yang tidak dipelihara oleh manusia. Anggrek liar ini memegang

    peranan penting sebagai induk persilangan.

    Tanaman anggrek telah dikenal masyarakat sejak lama. Salah satu jenis

    anggrek yang bermanafaat untuk kesehatan adalah anggrek tanah. Manfaat anggrek

    tanah bagi kesehatan, yaitu untuk mengobati penyakit asbes paru-paru, radang saluran

    napas, pendarahan usus, mata ikan, herpes, terkilir, sinusitis, ingus berbau tak sedap

    (Kusuma, 2004).

    Manfaat utama anggrek adalah sebagai tanamana hias karena bunga anggrek

    memiliki keindahan bentuk dan warnanya. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai

    ramuan obat-obatan, bahan campuran minyak wangi atau minyak rambut

    (Kartikaningrum et al., 2004).

    2.5 Struktur dan Komposisi

    Struktur merupakan lapisan vertikal dan horizontal dari suatu komunitas

    tumbuhan di dalam hutan. Struktur horizontal digambarkan dengan kerapatan,

    frekuensi, luas bidang dasar dan struktur kanopi, sedangkan secara vertikal dilukiskan

    dengan diagram profil maupun stratifikasi tegakan. Dalam komunitas selalu terjadi

    kehidupan bersama yang selalu menguntungkan sehingga dikenal adanya lapisan-

    lapisan bentuk kehidupan (Syahbudin, 1987). Selanjutnya Anwar et al., (1994),

    9

    Universitas Sumatera Utara

  • menyatakan struktur atau tegakan atau hutan menunjukkan sebaran umur atau kelas

    diameter dan kelas tajuk.

    Komposisi hutan merupakan penyusun suatu tegakan atau hutan yang meliputi

    jumlah jenis spesies ataupun banyaknya individu dari suatu jenis tumbuhan

    (Wirakusuma, 1980). Komposisi hutan sangat ditentukan oleh faktor-faktor

    kebetulan, terutama waktu-waktu pemencaran buah dan berkembangnya bibit. Pada

    daerah tertentu komposisi hutan berkaitan erat dengan ciri habitat dan topografi

    (Damanik et al., 1992). Selanjutnya Resisiedarmo et al., (1989), menyatakan adanya

    perbedaan komposisi jenis pada hutan disebabkan oleh proses suksesi, di mana pada

    komunitas tersebut terjadi pergantian jenis.

    2.6 Faktor Faktor Fisik Kimia

    Faktor faktor fisika-kimia tumbuhan anggrek adalah :

    1. Cahaya

    Cahaya berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Menurut Fitter &

    Hay, (1981), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh terhadap anggrek baik

    langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yaitu pada proses

    fotosintesis dan pengaruh secara tidak langsung yaitu terhadap pertumbuhan,

    perkecambahan dan pembungaan.

    Persentase Kebutuhan cahaya matahari untuk jenis anggrek berbeda-beda.

    Anggrek Epifit umumnya membutuhkan intensitas cahaya matahari rendah yakni

    sekitar 25 50 % . Anggrek Teresterial membutuhkannya dalam jumlah lebih

    tinggi yakni sekitar 60 75% (Iswanto, 2002).

    2. Temperatur atau Suhu Menurut Iswanto, (2002), umumnya tanaman anggrek membutuhkan suhu

    maksimum sekitar 28oC dan suhu minimum sekitar 15oC. Namun beberapa jenis

    anggrek alam yang tumbuh di pegunungan hidup dan berkembang pada suhu

    10

    Universitas Sumatera Utara

  • rendah yakni sekitar 5 10o

    C .Anggrek tanah atau Teresterial umumnya lebih

    tahan panas daripada anggrek epifit. Bukan berarti semua jenis anggrek tanah

    toleran terhadap suhu tinggi sebab suhu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi

    (kehilangan cairan) sehingga menghambat pertumbuhan tanaman anggrek.

    3. Kelembaban Udara Tanaman anggrek umumnya membutuhkan kelembaban yang tinggi yang

    disertai dengan kelancaran sirkulasi udara. Kelembaban nisbi (RH) yang

    dibutuhkan tanaman anggrek sekitar 60 80%. Fungsi kelembaban yang tinggi

    ini antara lain untuk menghindari proses respirasi atau penguapan yang

    berlebihan. Kelembapan yang terlalu tinggi juga dapat mengakibatkan akar

    tanaman anggrek membusuk (Iswanto, 2002).

    4. pH Menurut (Gunawan, 2007), penyebaran anggrek pada umumnya terdapat pada

    kisaran pH pada kisaran 4-7, dimana idealnya adalah 5,5 5,6. Sedangkan kisaran

    pH optimum anggrek menurut (Hanafiah, 2005), adalah 4,0 5,0 dan pH idealnya

    adalah 6,5. Angka kemasaman tanah kadang kadang di pengaruhi oleh

    kelembapan tanah. Tanah yang basah cenderung menunjukkan pH yang rendah,

    sedangkan tanah yang kering pH nya agak tinggi. Selain itu kemasaman tanah

    juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik, mineral, dan kapur yang terkandung

    di dalamnya (LIPI, 2003).

    5. Kandungan bahan organik Menurut Gunawan, (2007) anggrek membutuhkan unsur-unsur karbon (C),

    hidrogen (H) dan oksigen (O) yang berperan menyusun zat-zat makanan yang

    dibutuhkan oleh tumbuhan anggrek. Unsur-unsur esensial yang dibutuhkan oleh

    tumbuhan anggrek itu terdiri dari nitrogen (N), fosfor(P), kalium (K), magnesium

    (Mg) dan sulfur (S).

    11

    Universitas Sumatera Utara

  • Adapun fungsi dari unsur-unsur makro tersebut menurut Gunawan, (2007) adalah :

    a. Nitrogen (N), adalah unsur utama pendorong pertumbuhan. nitrogen konstituen

    protein, asam nukleat dan beberapa subtansi lainnya.

    b. Fospor (P), berfungsi sebagai aktivator atau pengatur enzim dalam proses

    fisiologi.

    c. Kalium (K), berperan penting dalam katalisator yang merubah protein menjadi

    asam amino.

    d. Magnesium (Mg) dan kalsium (Ca), berperan dalam produksi cadangan bersama,

    menghilangkan daya racun dan mempengaruhi daya reabsorpsi makanan.

    12

    Universitas Sumatera Utara