desain penelitian
-
Upload
rahma-nelti -
Category
Documents
-
view
67 -
download
3
description
Transcript of desain penelitian
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Menurut Parsons (dalam Nazir, 2005, p. 13), penelitian adalah pencarian atas
sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan
terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan. Penelitian menurut Woody
(dalam Nazir, 2005, p.13) adalah sebuah metode untuk menemukan kebenaran
yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis. Penelitian meliputi pemberian definisi
dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban
sementara, membuat kesimpulan, dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian
yang hati-hati atas semua kesimpulan menguji hipotesis. Dari definisi penelitian di
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian adalah suatu proses mencari
sesuatu secara sistematis dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode
ilmiah serta aturan–aturan yang berlaku.
Untuk menerapkan metode ilmiah dalam transkrip penelitian, maka diperlukan
suatu desain penelitian, yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan penelitian
yang akan dikerjakan. Desain penelitian harus mengikuti metode penelitian. Desain
penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan penelitian, mengenai pengumpulan, analisis data, dan sebagainya.
(Nazir, 2005, p. 84).
Jenis penelitian yang menjadi pilihan peneliti adalah jenis penelitian kuantitatif.
Seniati, Yulianto, dan Setiadi (2008) mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah
20
penelitian yang datanya diperoleh berupa angka yang kemudian akan dianalisis
secara statistik.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif
adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan
atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah
bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan
yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
hubungan-hubungan kuantitatif .
Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional, yaitu penelitian yang
bertujuan menentukan apakah terdapat asosiasi atau hubungan antara dua variable
atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada di antara variabel yang diteliti
(Kuncoro, 2003).
Selain itu, penelitian ini adalah penelitian non-experimental atau Ex Post Facto
dikarenakan tidak adanya manipulasi variabel. Peneliti menggunakan metode
kuantitatif korelasional dan non-experimental atau Ex Post Facto dikarenakan ingin
mengetahui apakah terdapat hubungan antara aktivitas facebook terhadap
kecemburuan dalam percintaan pada mahasiswa/ i Universitas “X” di Jakarta.
3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.2.1 Definisi Operasional
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat keaktifan
responden di Facebook dan tingkat kecemburuan dalam percintaan mahasiswa/ i
Universitas “X” di Jakarta. Facebook adalah salah satu situs jejaring sosial. Tingkat
keaktifan diperoleh berdasarkan data olahan kuesioner, yaitu dengan menanyakan
21
frekuensi berapa hari responden mengakses Facebook dalam seminggu, frekuensi
berapa jam responden mengakses Facebook dalam sehari, dan aktivitas apa saja
yang dilakukan responden tersebut. Aktivitas Facebook ini meliputi dari mulai log in
nya pengguna Facebook, pengecekan notifikasi miliknya, melihat beranda (home),
merespon penambahan teman baru, turut aktif dalam berkomentar di akun sendiri
atau temannya, memperbaharui status, mengunggah foto, dan aktivitas lainnya
yang bisa dilakukan.
Kecemburuan yang dimaksud yaitu kecemburuan romatis adalah fenomena
kompleks yang dapat didefinisikan sebagai persepsi ancaman akan kehilangan nilai-
nilai dalam suatu hubungan yang disebabkan saingan nyata ataupun imajinasi yang
meliputi afektif, kognitif, dan perilaku (Mullen dalam Marizitti, 2010, p. 53).
Menurut Marazzitti, dkk (2010) membagi kecemburuan dalam 5 dimensi, yaitu:
1. Kecemburuan yang obsesif (obsessionality), ditandai dengan perasaan
cemburu tanpa sadar yang mana individu itu pada akhirnya menyadari
rasa tersebut terlalu berlebihan dan tidak realistis tetapi tetap
diperjuangkan dengan banyak penekanan terhadap pasangannya.
2. Kecemburuan yang depresif (self-esteem), ditandai dengan rasa
ketidakcukupan dan rendah diri dibandingkan dengan pasangannya
sehingga ia tidak mempercayai kesetiaan pasangannya dan akhirnya
pasangannya berpotensi menjalin hubungan jarak jauh dengan
saingannya.
3. Kecemburuan perpisahan atau takut kehilangan (separation anxiety-
related jealousy/ fear of loss), ditandai dengan tidak mampu menerima
kehilangan pasangan di masa datang, sehingga membuat hubungan
22
menjadi ketergantungan, dan individu selalu ingin didekat pasangan dan
menunjukan tanda-tanda tertekan jika berpisah.
4. Kecemburuan paranoid (suspisciousness), ditandai dengan kecurigaan
ekstrim, seperti menginterpretasikan dan mengendalikan tingkah laku
pasangan. Tidak memberikan kepercayaan terhadap pasangan meskipun
pasangannya ini setia.
5. Kecemburuan sensitivitas (interpersonal sensitivity), ditandai dengan
sensitivitas yang berlebihan terhadap pasangan dengan stimulus dan
situasi eksternal, segalanya dianggap berpotensi agresif terhadap dirinya
baik orang atau sesuatu yang tidak dikenal.
3.2.2 Uji Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama
ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda, atau
dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, atau dalam kondisi
pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 2007, p 94).
Teknik yang digunakan dalam pengukuran reliabilitas adalah dengan Cronbach’s
Alpha . Teknik ini merupakan salah satu formula untuk menghitung koefisien
reliabilitas alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya
satu sekali saja pada sekelompok responden (single trial administration). Dengan
menyajikan satu skala hanya satu kali, maka problem yang mungkin timbul pada
pendekatan reliabilitas ulang dapat dihindari. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien
reliabilitas (rxx) dan angkanya dalam rentang 0 sampai dengan 1,000. Semakin
tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati angka 1,000 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 maka
23
semakin rendah pula reliabilitasnya. Menurut Guilford (dalam Paramita, 2004),
penggolongan reliabilitas adalah sebagai berikut:
a. Jika 0,00-0,19 hubungan sangat kecil dan bisa diabaikan
b. Jika 0,20-0,39 hubungan kecil (reliabilitas rendah)
c. Jika 0,40-0,69 hubungan cukup erat (reliabilitas sedang)
d. Jika 0,70-0,89 hubungan erat (reliabilitas tinggi)
e. Jika 0,900-1.00 hubungan sangat erat (reliabilitas tinggi sekali)
Dalam menguji reliabilitas alat ukur, peneliti menggunakan bantuan komputer
yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0 for windows dan dari
hasil perhitungan reliabilitas alat ukur, didapatkan koefisien alpha untuk keseluruhan
item sebesar 0,912 atau 91,2 % (reliabilitas tinggi sekali). Menurut Nunnally (dalam
Widhiarso, 2010), koefisien tersebut dapat diaplikasikan ke dalam penelitian. Berikut
reliabilitas setiap dimensi kecemburuan:
a. Reliabilitas dimensi kecemburuan obsesif (K.O)
Tabel 3.1 Reliability Statistics K.O
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.790 .775 12 Sumber: Hasil perhitungan program SPSS 16.0
Berdasarkan tabel 3.1, dapat peneliti simpulkan bahwa dari 12 item yang
dianalisis diperoleh estimasi reliabilitas untuk item kecemburuan obsesif dengan
metode Cronbach’s Alpha sebesar 0,790 atau 79 %. Dengan demikian,
menunjukkan bahwa item-item kecemburuan obsesif memiliki reliabilitas yang tinggi.
24
b. Reliabilitas dimensi kecemburuan depresif (K.D)
Tabel 3.2 Reliability Statistics K.D
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.645 .643 7 Sumber: Hasil perhitungan program SPSS 16.0
Berdasarkan tabel 3.2, dapat peneliti simpulkan bahwa dari 7 item yang dianalisis
diperoleh estimasi reliabilitas untuk item kecemburuan depresif dengan metode
Cronbach’s Alpha sebesar 0,645 atau 64,5%. Dengan demikian, menunjukkan
bahwa item-item kecemburuan depresif memiliki reliabilitas yang sedang.
c. Reliabilitas dimensi kecemburuan takut kehilangan (K.TK)
Tabel 3.3 Reliability Statistics K.TK
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.637 .690 10 Sumber: Hasil perhitungan program SPSS 16.0
Berdasarkan tabel 3.3, dapat peneliti simpulkan bahwa dari 10 item yang
dianalisis diperoleh estimasi reliabilitas untuk item kecemburuan takut kehilangan
dengan metode Cronbach’s Alpha sebesar 0,637 atau 63,7 %. Dengan demikian,
menunjukkan bahwa item-item kecemburuan takut kehilangan memiliki reliabilitas
yang sedang.
25
d. Reliabilitas dimensi kecemburuan paranoid (K.P)
Tabel 3.4 Reliability Statistics K.P
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.741 .750 12 Sumber: Hasil perhitungan program SPSS 16.0
Berdasarkan tabel 3.4, dapat peneliti simpulkan bahwa dari 12 item yang
dianalisis diperoleh estimasi reliabilitas untuk item kecemburuan paranoid dengan
metode Cronbach’s Alpha sebesar 0,741 atau 74,1 %. Dengan demikian,
menunjukkan bahwa item-item kecemburuan paranoid memiliki reliabilitas yang
tinggi.
e. Reliabilitas dimensi kecemburuan sensitivitas (K.S)
Tabel 3.5 Reliability Statistics K.S
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.630 .571 10 Sumber: Hasil perhitungan program SPSS 16.0
Berdasarkan tabel 3.5, dapat peneliti simpulkan bahwa dari 10 item yang
dianalisis diperoleh estimasi reliabilitas untuk item kecemburuan sensitivitas dengan
metode Cronbach’s Alpha sebesar 0,630 atau 63 %. Dengan demikian,
menunjukkan bahwa item-item kecemburuan sensitivitas memiliki reliabilitas yang
sedang.
Hasil lengkap olahan reliabilitas oleh SPSS bisa dilihat di lampiran L1.
26
3.2.3 Uji Validitas Alat Ukur
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep
yang diukur sehingga benar–benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan & Kuncoro (2008,
p 216) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu alat ukuran yang menunjukan
tingkat keandalan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Untuk mengukur validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari nilai
korelasi antara bagian–bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan total skor yang merupakan jumlah
skor tiap butir
Validitas alat ukur ini bersifat validitas konstruk, yaitu alat ukur yang digunakan
adalah skala yang disusun berdasarkan teori. Dalam pengujian validitas alat ukur,
peneliti menggunakan SPSS 16.0.
Menurut kriteria Guilford (dalam Paramita, 2004), terdapat 5 penggolongan
validitas berdasarkan nilai korelasi antara item dengan total skor, yaitu:
a. Jika 0,00-0.19, item dibuang (tidak valid)
b. Jika 0,20-0,39, item direvisi (korelasi rendah)
c. Jika 0,40-0,69, item dipakai (korelasi sedang)
d. Jika 0,70-0,89, item dipakai (korelasi tinggi)
e. Jika 0,90-1,00, item dipakai (korelasi tinggi sekali)
Berikut hasil pengujian validitas setelah diuji coba pada 41 responden:
27
a. Domain Kecemburuan Obsesif (Domain 1)
Tabel 3.6 Tabel Hasil Uji Validitas Domain 1
Korelasi Antara Item X dengan Total
Nilai Korelasi (Pearson
Corellation)
Probabilitas Korelasi
[sig.(2-tailed)] Kesimpulan
Item No.1 0,722 0,000 Valid Item No.2 0,457 0,003 Valid Item No.3 0,622 0,000 Valid Item No.4 0,716 0,000 Valid Item No.5 0,686 0,000 Valid Item No.6 0,272 0,085 Direvisi Item No.7 0,684 0,000 Valid Item No.8 0,227 0,154 Direvisi Item No.9 0,587 0,000 Valid Item No.10 0,653 0,000 Valid Item No.11 0,230 0,147 Direvisi Item No.12 0,552 0,000 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa dari 12 item pada
domain 1, hanya 9 nomor yang dinyatakan valid atau bisa dipakai pada uji field,
yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, dan 12, sedangkan 3 item, yaitu no.6, 8,
dan 11 harus direvisi terlebih dahulu untuk menaikkan korelasi antar item
dengan total skor.
b. Domain Kecemburuan Depresif (Domain 2)
Tabel 3.7 Tabel Hasil Uji Validitas Domain 2
Korelasi Antara Item X dengan Total
Nilai Korelasi (Pearson
Corellation)
Probabilitas Korelasi
[sig.(2-tailed)] Kesimpulan
Item No.13 0,178 0,265 Tidak Valid Item No.14 0,686 0,000 Valid Item No.15 0,415 0,007 Valid
28
Item No.16 0,542 0,000 Valid Item No.17 0,439 0,004 Valid Item No.18 -0,093 0,562 Tidak Valid Item No.19 0,118 0,462 Tidak Valid Item No.20 0,296 0,060 Direvisi Item No.21 0,670 0,000 Valid Item No.22 0,592 0,000 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa dari 10 item pada
domain 2, hanya 6 nomor yang dinyatakan valid, yaitu 14, 15, 16, 17, 21, dan
22, 1 item harus direvisi, dan 3 item harus dibuang karena tidak valid.
c. Domain Kecemburuan Takut Kehilangan ( Domain 3)
Tabel 3.8 Tabel Hasil Uji Validitas Domain 3
Korelasi Antara Item X dengan Total
Nilai Korelasi (Pearson
Corellation)
Probabilitas Korelasi
[sig.(2-tailed)] Kesimpulan
Item No.23 0,667 0,000 Valid Item No.24 0,703 0,000 Valid Item No.25 0,688 0,000 Valid Item No.26 0,290 0,066 Direvisi Item No.27 0,631 0,000 Valid Item No.28 0,209 0,189 Direvisi Item No.29 0,493 0,001 Valid Item No.30 0,335 0,032 Direvisi Item No.31 0,528 0,000 Valid Item No.32 0,529 0,000 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa dari 10 item pada
domain 3, hanya 7 item yang dinyatakan valid, yaitu nomor 23, 24, 25, 27, 29,
31,dan 32, sedangkan 3 item lain harus direvisi terlebih dahulu.
29
d. Domain Kecemburuan Paranoid (Domain 4)
Tabel 3.9 Tabel Hasil Uji Validitas Domain 4
Korelasi Antara Item X dengan Total
Nilai Korelasi (Pearson
Corellation)
Probabilitas Korelasi
[sig.(2-tailed)] Kesimpulan
Item No.33 0,497 0,001 Valid Item No.34 0,324 0,039 Direvisi Item No.35 0,488 0,001 Valid Item No.36 0,583 0,000 Valid Item No.37 0,769 0,000 Valid Item No.38 0,403 0,009 Valid Item No.39 0,699 0,000 Valid Item No.40 0,548 0,000 Valid Item No.41 0,516 0,001 Valid Item No.42 0,610 0,000 Valid Item No.43 0,267 0,091 Direvisi Item No.44 0,474 0,002 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa dari 12 item pada
domain 4, hanya 10 item yang dinyatakan valid, yaitu 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40,
41, 42, dan 44, sedangkan 2 item harus direvisi terlebih dahulu.
e. Domain Kecemburuan Sensitivitas (Domain 5)
Tabel 3.10 Tabel Hasil Uji Validitas Domain 5
Korelasi Antara Item X dengan Total
Nilai Korelasi (Pearson
Corellation)
Probabilitas Korelasi
[sig.(2-tailed)] Kesimpulan
Item No.45 0,337 0,031 Direvisi Item No.46 0,433 0,005 Valid Item No.47 0,597 0,007 Valid Item No.48 0,692 0,000 Valid Item No.49 0,536 0,004 Valid Item No.50 0,341 0,029 Direvisi
30
Item No.51 0,236 0,137 Direvisi Item No.52 0,808 0,060 Valid Item No.53 0,492 0,001 Valid Item No.54 0,307 0,051 Direvisi Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari hasil pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa dari 10 item pada
domain 5, hanya 6 item yang dinyatakan valid, yaitu 46, 47, 48, 49, 52, dan 53,
sedangkan 4 item harus direvisi terlebih dahulu.
Jadi, kesimpulan keseluruhan dari pengujian validitas dari 54 item yang diuji-
cobakan pada 41 orang responden, 3 item dinyatakan tidak valid atau harus
dibuang, 13 item dinyatakan harus direvisi terlebih dahulu, dan 38 item dinyatakan
valid. Item yang valid dan item yang sudah direvisi akan digunakan pada sampel
sebenarnya. Hasil lengkap olahan validitas oleh SPSS dapat dilihat pada lampiran
L2.
3.3 Uji Hipotesis
Kountur (2005, pp 109-111) mengatakan bahwa hipotesis pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol atau dikenal pula dengan istilah null hypothesis yang diberi simbol
Ho adalah penyataan hipotesis yang menunjukan tidak adanya perubahan
sedangkan hipotesis alternatif atau dikenal pula dengan istilah alternative hypothesis
yang diberi simbol Ha adalah penyataan hipotesis yang menunjukan hasil yang
diharapkan. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang diharapkan peneliti
dinyatakan dalam bentuk hipotesis alternatif. Itu sebabnya, hipotesis alternatif
kadang – kadang disebut pula research hypothesis yang diberi simbol H1.
31
Kegunaan dari hipotesis itu perlu dinyatakan dalam dua bentuk sekaligus, yaitu
dalam bentuk hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Yang akan diuji oleh statistik
adalah hipotesis nol sedangkan yang diharapkan oleh peneliti adalah hipotesis
alternatif. Itu sebabnya keduanya harus dinyatakan.
Hipotesis diuji dengan teknik statistik, apabila hasil pengujian statistik
menunjukan bahwa hipotesis ditolak, maka yang dimaksud ditolak disini adalah
hipotesis nolnya. Jika hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis alternatif secara otomatis
diterima dan sebaliknya. Jika hipotesis nol diterima maka hipotesis alternatif ditolak.
Tentu yang diharapkan peneliti adalah supaya hipotesis nol ditolak, dengan
demikian hipotesis alternatif yang merupakan dugaan peneliti bisa diterima. Namun,
tidak harus dipaksakan hipotesis nol ditolak. Jika memang setelah diuji dengan
statistik ternyata harus diterima, maka hipotesis nolnya harus diterima.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat keaktifan responden di Facebook
dengan tingkat kecemburuan.
Ha: Ada hubungan antara tingkat keaktifan responden di Facebook dengan
tingkat kecemburuan.
• Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat keaktifan responden di Facebook
dengan jenis kelamin.
Ha: Ada hubungan antara tingkat keaktifan responden di Facebook dengan jenis
kelamin.
• Ho: Tidak ada hubungan antara tingkat kecemburuan dengan jenis kelamin.
Ha: Ada hubungan antara tingkat kecemburuan dengan jenis kelamin.
32
3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Menurut Indriantoro & Supomo (2002, pp 145-146) membagi 3 jenis data, yaitu:
a. Data subyek: jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman,
atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi
subyek penelitian (responden). Data subyek ini dilaporkan sendiri oleh
respondennya (self-report data). Bentuk respon dari data ini adalah lisan,
tulisan, atau ekspresi. Respon lisan didapat dari tanggapan yang diajukan
peneliti. Respon tertulis dari tanggapan atas pertanyaan tertulis (kuesioner),
sedangkan ekspresi dari proses observasi.
b. Data fisik: jenis data penelitian yang berupa obyek atau benda fisik. Data fisik
merupakan benda berwujud yang menjadi bukti suatu keberadaan atau
kejadian pada masa lalu.
c. Data dokumenter: data ini memuat apa dan kapan suatu kejadian, serta
siapa yang teribat di suatu kejadian. Data dokumenter ini dapat dijadikan
bahan analisis data yang kompleks yang dikumpulkan melalui metode
observasi dan analisis dokumen yang dikenal dengan content anlysis.
Sumber data terbagi 2 kategori (Indriantoro & Supomo, 2002, pp 146-147), yaitu:
a. Data primer: sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ada 2 metode dalam
mengumpulkan data primer ini, yaitu: (1) metode survei dan (2) metode
obeservasi.
b. Data sekunder: data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
(melalui perantara). Umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis
33
yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data subyek dalam bentuk
tulisan dari penilaian sendiri dari kuesioner yang diberikan dan sumber data yang
digunakan adalah data primer dengan metode survei.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner
atau angket. Kuesioner atau angket adalah suatu metode untuk mendapatkan data,
dengan data yang berisi sejumlah pertanyan secara tertulis yang dibagikan kepada
subyek atau sampel yang kita teliti dengan tujuan untuk mengungkapkan kondisi
dalam diri subyek yang ingin diketahui (Sutrisno, 2000, p 25). Data diperoleh dengan
menggunakan uji kuesioner yang diberikan kepada responden yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. Mahasiswa yang tergolong dewasa muda 20-22 tahun di Universitas “X”
di Jakarta.
2. Memiliki akun aktif di Facebook.
3. Berstatus sedang menjalin hubungan percintaan minimal 1 tahun.
Pada penelitian ini, jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup
atau kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan
jawabannya. Jawaban kuesioner disusun untuk mengetahui kecocokan responden
dengan indikator-indikator yang sudah disusun (skala Likert). Kuisioner ini terdiri
dari 4 pilihan jawaban yang masing-masing diberi skor. Item kuesioner ada yang
bersifat positif (favourable) dan negatif (unfavourable). Item positif artinya
34
mendukung teori sedangkan item negatif tidak mendukung teori. Adapaun
pemberian skor jika item favourable maupun unfavourable:
Tabel 3.11 Tabel Skor Pernyataan Favourable dan Unfavourable
Pernyataan Favourable Unfavourable
SS ( Sangat Sesuai) 4 1
S (Sesuai) 3 2
KS (Kurang Sesuai) 2 3
TS (Tidak Sesuai) 1 4
Sebelumnya kuesioner diuji-cobakan (try out) kepada 41 responden yang memenuhi
kriteria sampel. Uji try out ini dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari
kuesioner. Setelah diuji validitas dan reliabilitasnya, maka akan diketahui pernyataan
yang valid, harus direvisi, dan tidak valid. Pernyataan valid akan digunakan untuk uji
ke lapangan (field) sedangkan yang tidak valid akan dibuang. Rincian kisi-kisi
kuesioner sebanyak 54 nomor yang digunakan pada uji try out bisa dilihat pada
lampiran L3.
Hasil dari pengujian try out ini dari 41 responden didapatkan bahwa 54 item yang
diuji-cobakan pada 41 orang responden, 3 item dinyatakan tidak valid atau harus
dibuang, 13 item dinyatakan harus direvisi terlebih dahulu, dan 38 item dinyatakan
valid. Item yang valid dan item yang sudah direvisi akan digunakan pada sampel
sebenarnya. Berikut rincian kisi-kisi kuesioner yang akan diujikan ke field:
35
Tabel 3.12 Tabel kisi-kisi alat ukur kecemburuan untuk field
Domain Indikator Favourable Unfavourable Total
Kecemburuan
Obsesif
mempunyai keinginan
yang tidak realistis
terhadap pacar 1, 6, 16 11
4
bersikap terlalu berlebihan terhadap pacarnya
21, 26, 36 31 4
banyak tuntutan 40,48, 50 44 4
Kecemburuan
Depresif
merasa rendah diri atas kelebihan pacar
2, 7, 12, 17 - 4
tidak percaya
kesetiaan pasangan
22, 27,32 - 3
Kecemburuan
Takut Kehilangan
terlalu bergantung dengan pasangan
3, 8, 13, 23 18 5
selalu ingin
berdekatan dengan
pacar
28, 33, 41, 45 37 5
Kecemburuan
Paranoid
mengendalikan
tingkah laku pacar 4, 9 14 3
tidak memberikan
kepercayaan kepada
pacar
24, 29 19 3
curiga ekstrim
terhadap perilaku
pacar
34, 42 38 3
mengambil kesimpulan sendiri tentang perilaku pacar
46, 51 49 3
36
Pada pengujian kuesioner ke field akan digunakan 51 item yang dinyatakan valid
dan telah direvisi sebelumnya.
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Kumar (1999, p 148) menjelaskan pengambilan sampel adalah sebuah proses
menyeleksi sebagian kecil contoh dari kelompok besar untuk mengestimasi atau
memprediksi fakta, situasi, atau sesuatu berdasarkan kelompok besar tersebut.
Masih menurut Kumar (1999, p 148) sampel adalah sub kelompok dari populasi
yang ingin diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil teknik pengambilan sampel jenis
judgemental atau purposive sampling, yaitu pengambilan sampel hanya kepada
responden dikehendaki berdasarkan kriteria peneliti. Responden yang diteliti adalah
mahasiswa di Universitas “X” di Jakarta dengan lingkup usia 20-22 tahun, yaitu
umumnya semester 5 sampai semester 7 dengan total populasi 10.903 mahasiswa
(data diperoleh dari Universitas “X” per 1 September 2010). Karena tidak diketahui
jumlah populasi mahasiswa yang sedang berpacaran minimal 1 tahun dan memiliki
akun aktif FB, maka peneliti melakukan asumsi dasar untuk mendapatkan
persentase dari jumlah populasi tersebut, yaitu dengan cara mendata 100
Kecemburuan
Sensitivitas
Memiliki sensitivitas berlebihan terhadap pacar dan stimulus dari luar dirinya
5, 10, 15, 20
25 5
Menganggap pacar atau orang lain akan bertindak agresif terhadap dirinya
30, 39, 43, 47 35 5
37
mahasiswa semester 5 dan 7 yang dipilih secara acak. Mahasiswa tersebut didata
berdasarkan usianya, status percintaanya (lajang atau sedang berpacaran), berapa
usia hubungan tersebut, dan apakah memiliki akun aktif di FB (dalam seminggu
minimal 3 hari Log in).
Dari hasil pendataan awal tersebut, didapatkan bahwa 48 orang lajang, 31
orang sedang berpacaran kurang dari 1 tahun, 2 orang sedang berpacaran lebih dari
1 tahun, dan tidak memiliki akun aktif FB, dan hanya 19 orang yang sedang
berpacaran lebih dari 1 tahun dan memiliki akun aktif FB. Dari hasil tersebut
didapatkan persentase kriteria populasi yang akan ditarik lagi sebagai sampel
adalah sebanyak 19% dari total mahasiswa Universitas “X” semester 5 dan 7, yaitu
10.903 mahasiswa adalah 2072 orang.
Menurut Riduwan & Kuncoro (2008, p 44), apabila jumlah populasinya sudah
diketahui, maka salah satu cara menentukan ukuran sampel yang dapat dilakukan
dengan rumus Taro Yamane.
Rumus Taro Yamane:
1
Dimana: n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = derajat kebebasan Pada penelitian ini, digunakan tingkat ketepatan 90% atau persentase
kesalahan yang diterima sebesar 10%, sehingga jumlah sampel yang perlu diambil
adalah:
n = 2072
2072(0,1) 2 +1
38
= 95,39 ≈ 96 orang
Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel minimal adalah 96 orang. Jadi,
sampel yang akan diambil untuk penelitian ini berjumlah 100 orang mahasiswa
semester 5 dan 7 Universitas ‘X’ di Jakarta yang diambil secara purposive sampling.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner berupa bilangan ordinal yang
dapat digunakan untuk membedakan karakteristik. Data yang didapat dari penelitian
ini akan diolah dengan menggunakan tabulasi silang, chi square, dan uji analisis
korelasi Spearman rank.
Tabulasi silang digunakan untuk data nominal atau ordinal. Pembuatan tabulasi
silang disertai dengan perhitungan tingkat keeratan hubungan antar variabel dalam
tabulasi silang. Alat statistik yang sering digunakan untuk mengukur hubungan pada
tabulasi silang adalah chi square. Chi square digunakan untuk menguji ada tidaknya
hubungan antara baris dan kolom dari tabulasi silang.
Korelasi Spearman rank bisa digunakan untuk pengukuran korelasi pada
statistik non-parametrik dan data berskala pengukuran ordinal.
Korelasi Spearman dilambangkan dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 ≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r=0
artinya tidak ada korelasi; dan r=1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti
harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
39
Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Sumber: Riduwan & Kuncoro (2008, p 62) Selain itu, informasi mengenai profil responden dipaparkan dalam bentuk
distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini pengolahan data diolah menggunakan
program SPSS 16.0.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80 – 1,0000,60 - 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199
Sangat KuatKuat
Cukup Kuat Rendah
Sangat Rendah