Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

14
DESAIN PELATIHAN KONSELOR SEBAYA (PEER COUNSELOR) Dosen Pengampu : Dr. Imam Mawardi, M. Ag Oleh : Anis Fahmi Basewed, S. Psi 20121010027 A. PENDAHULUAN Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental,emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja merupakan suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Masa remaja merupakan waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir. Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. 1

Transcript of Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

Page 1: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

DESAIN PELATIHAN KONSELOR SEBAYA (PEER COUNSELOR)

Dosen Pengampu : Dr. Imam Mawardi, M. Ag

Oleh :

Anis Fahmi Basewed, S. Psi

20121010027

A. PENDAHULUAN

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental,emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja merupakan suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Masa remaja merupakan waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.

Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989).

Dari seluruh definisi remaja yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja termasuk dalam kategori usia 12 tahun sampai 22 tahun, berada pada masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengalami fase perkembangan menuju kematangan secara mental, emosi, fisik, dan sosial.

Dalam masa transisi tersebut, remaja sarat dengan goncangan-goncangan psikologis berkaitan dengan perubahan drastis yang dialaminya. Pada periode inilah, remaja kerap mengalami konflikkk dengggan orang-orang deeewasa dddi sekelilinnngnyaaa termasssukkk guru dan orang tuanya akibat terjadinya konflik antar generasi. Konflik

1

Page 2: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

tersebut disebabkan remaja ingin dianggap dewasa oleh orang dewasa di sekelilingnya namun orang dewasa di sekelilingnya masih menganggap mereka sebagai ‘anak kecil’. Kondisi semacam itulah yang kerap menyebabkan remaja merasa lebih dekat dengan teman sebaya mereka dibandingkan dengan orang dewasa di sekelilingnya (orang tua dan guru) sehingga nasihat dan bimbingan dari orang tua dan guru yang mereka terima kerap dipersepsikan sebagai omelan, ceramah dan bahkan amarah. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan remaja merasa lebih ‘plong’ untuk ‘curhat’ dengan teman sendiri dibandingkan dengan orang tua atau guru.

Saat ini, remaja secara umum merupakan siswa dari beberapa sekolah formal setingkat SMP dan yang sederajat serta SMA dan yang sederajat. Mereka bersekolah dalam suasana yang sarat dengan dinamika baik dinamika pergaulan antar teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat secara umum.

Salah satunya adalah para siswa di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (MMMY), mereka adalah remaja yang bergerak dari usia 12 hingga 18 tahun. Secara ideal, tentunya MMMY sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pesantren (boarding school) mampu menghasilkan remaja-remaja yang aktif, kreatif, berprestasi dan berperforma tinggi. Sebagai sekolah yang menekankan pendidikan karakter kekaderan, yaitu mencetak kader pemimpin, pendidik, ulama dan kader bangsa, seharusnya para siswa di MMMY memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi yang dapat dilihat dari kepuasan mereka bersekolah di sana.

Namun kenyataannya, dengan sistem pendidikan 6 tahun yang diselenggarakan oleh MMMY, para remaja di sana hidup dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari yang penuh tekanan. Tekanan yang dimaksud seperti : jumlah pelajaran yang sangat banyak dan kompleks sehingga mereka harus pandai dalam mengatur waktu, tata tertib yang ketat dan mengikat serta pola pembinaan yang kaku, pola pergaulan teman sebaya yang penuh kekerasan baik fisik maupun psikologis, dan sebagainya. . Dinamika kehidupan pesantren semacam itu kerap menimbulkan ketegangan psikis bagi para remaja di MMMY dan tentunya juga menyebabkan tingkat stress yang tinggi.

Kondisi semacam itu apabila tidak segera ditangani, maka dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana, seperti, tingginya angka pengunduran diri siswa sebagai reaksi kejenuhan dan ketidakbetahan mereka, perilaku melanggar aturan, rendahnya prestasi belajar yang efeknya juga menggangu performa mereka di sekolah.

Sementara itu, guru dan para pembimbing di asrama pun merasa tidak mampu untuk mendampingi mereka secara terus menerus mengingat jumlah siswa yang cukup banyak ditambah keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para pembimbing.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sarana untuk membantu para pembimbing dengan metode yang lebih praktis namun memiliki dampak positif yang tepat sasaran. Mengingat remaja adalah periode di mana mereka memiliki ikatan yang kuat dengan teman sebaya mereka, maka sangatlah perlu membentuk komunitas konselor di tingkat teman sebaya yang

2

Page 3: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

mana nantinya diharapkan para siswa dapat memiliki akses yang mudah dan nyaman dalam mengentaskan masalah-masalah mereka sehari-hari.

Langkah yang perlu dilakukan adalah melatih para siswa yang memiliki minat membantu orang lain untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan konseling. Harappannya, keterampilan tersebut nantinya akan dapat diterapkan para konselor sebaya dalam membantu sesama teman mereka di kalangan sebaya sehingga masalah-masalah yang mungkin dihadapi para remaja baik di sekolah, di asrama maupun di masyarakat akan dapat terentaskan dengan segera ditingkat teman sebaya sedangkan fungsi yang lainnya adalah konselor sebaya dapat menjadi agen dalam mereferralkan teman sebayanya sekiranya mereka membutuhkan bantuan dari ahli yang sesungguhnya (konselor sekolah).. Langkah ini merupakan langkah efektif karena telah teruji dalam beberapa penelitian dewasa ini.

Peer Counselor atau konselor sebaya adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan terselesaikannya permasalahan-permasalahan siswa di tingkat teman sebaya. Diadopsi dari negara asalnya (Filipina), metode ini digunakan dan dikembangkan oleh para ahli psikologi dan pendidik di berbagai negara termasuk Indonesia. Sebagai agent of change, konselor sebaya mampu merubah keadaan sosial yang gawat seperti kenakalan remaja, NAFZA dan seks bebas.

Konselor sebaya menunaikan tugasnya dengan baik apabila mereka dibekali dengan kemampuan-kemampuan dasar konseling, kepekaan dan kepedulian sosial dan jiwa penolong yang siap membantu siapapun yang disekelilingnya dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi, sosial, belajar maupun karir.

Demikian pula halnya di lingkungan MMMY. Keberadaan konselor sebaya akan sangat membantu siswa dalam meredakan (mereduksi) masalah- masalah yang mungkin timbul baik di asrama, sekolah, keluarga maupun di masyarakat. Dengan bekal yang dimilikinya, yakni kemampuan komunikasi yang baik, kesedian mendengar, dan berbagi penguasaan teknik-teknik dasar konseling serta kemampuan untuk me-referral-kan kepada yang lebih ahli (Konselor Sekolah). Maka diharapkan konselor sebaya akan mampu untuk :

1. Menjadi Agent of Change di lingkungannya ke arah yang lebih baik lagi2. Menjadi model profil siswa yang ideal bagi rekan-rekan sebayanya3. Membantu meringankan masalah-masalah yang mungkin dihadapi oleh rekan-rekan

sebayanya.4. Mendekatkan (mereferalkan) teman-temanya untuk mendapatkan dan memanfaatkan

jasa layanan konselor sekolah (guru Bimbingan dan Konseling) dalam upaya pengembangan diri,baik pribadi, sosial, belajar maupun karirnya

Guna merealisasikan konsep tersebut, maka diperlukan adanya rekruitmen, pelatihan, bimbingan dan pendampingan terhadap siswa-siswa yang ”berpotensi” untuk menjadi Peer Counselor di lingkungan MMMY.

3

Page 4: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

B. NAMA KEGIATAN

Kegiatan ini dinamakan “Pelatihan Konselor Sebaya”.

C. TUJUAN KEGIATAN

Kegiatan pelatihan ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Peserta membentuk kelompok teman sebaya yang memiliki komitmen bersama dalam mengembangkan PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) di MMMY.

2. Peserta memiliki wawasan keilmuan dan keterampilan dalam bidang konseling secara sederhana meliputi :a. Penguasaan Keterampilan Dasar Komunikasib. Membangun Kepekaan Sosial, danc. Mengetahui dan mempraktekkan Keterampilan Dasar Konseling

3. Peserta memahami dan mampu mensosialisasikan peran konselor sekolah kepada teman-teman sebayanya sehingga memungkinkan berperannya fungsi refferal konselor sebaya kepada konselor sekolah bila diperlukan.

D. SASARAN DAN OBJEK KEGIATAN

Kegiatan pelatihan ini diperuntukkan bagi siswa Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang duduk di kelas VIII. Kegiatan ini bersifat sukarela, artinya setiap siswa di kelas VIII yang berminat dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan ini. Mengingat keterbatasan waktu dan biaya, maka kuota yang diberikan hanya berjumlah 25 peserta saja.

E. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Pelatihan konselor sebaya ini akan dilaksanakan pada tangga 28-29 Januari 2014 pukul 15.00 s.d 11.30 keesokan harinya sehingga waktu yang dibutuhkan secara efektif berjumlah 10 jam. Sedangkan tempat pelatihan nyang digunakan adalah kompleks Pondok Pesantren Darul ‘Ulum yang berlokasi di Potorono Banguntapan Bantul DIY.

F. ORGANISASI KEGIATAN

1. TIME

Rancangan pelatihan secara rinci adalah sebagai berikut :

TUJUAN ISI MATERI EVALUASIPeserta membentuk kelompok teman sebaya yang memiliki komitmen bersama dalam

Pembentukan kelompok

Permainan dinamika kelompok pada fase pembentukan kelompok. Peserta difasilitasi untuk

Pre-test dan Post-test berupa work sheet berisi rancangan program kerja PIK-R MTs

4

Page 5: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

mengembangkan PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) di MMMY.

membentuk ikatan tean work di antara mereka.

dalam satu tahun ke depan.

Peserta memiliki wawasan keilmuan dan keterampilan dalam bidang konseling secara sederhana

Penguasaan Keterampilan Dasar Komunikasi

Keterampilan dasar komunikasi dengan metode presentasi dan diskusi.

Post-test berupa work sheet

Membangun Kepekaan Sosial

Keterampilan Sosial melalui metode outdoor activity yaitu praktek sosialisasi dengan masyarakat sekitas tempat pelatihan.

Post-test berupa work sheet

Mengetahui dan mempraktekkan Keterampilan Dasar Konseling

Dasar-dasar Konseling Individual memalui metode presentasi dan praktek konseling antar sebaya.

Observasi hasil praktek konseling (observation check list).

Peserta memahami dan mampu mensosialisasikan peran konselor sekolah kepada teman-teman sebayanya sehingga memungkinkan berperannya fungsi refferal konselor sebaya kepada konselor sekolah bila diperlukan

Keterampilan peserta dalam edukasi kepada teman sebayanya perihal peran dan fungsi konselor sekolah

Kode etik Bimbingan dan Konseling di sekolah dengan metode presentasi dan diskusi (tanya jawab)

Post-test berupa daftar pertanyaan.

2. PERLENGKAPAN

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelatihan Peer Counselor adalah:

a. Administrasi dan kesekretariatan(1) Kertas HVS 1 Rim(2) Alat Tulis Kantor(3) Lembar Pre-test dan Post-test (qork sheet)

b. Sarana dan Prasarana

5

Page 6: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

(1) Sound System(2) Wirrelesss(3) HT 6 Buah(4) Laptop(5) Perlengkapan P3K(6) LCD(7) Mega Phone (8) Layar (screen)

c. In door/Outdoor

(1) Bambu(2) Karung(3) Botol Aqua Gelas(4) Balon(5) Tali Rafia(6) Pipa Pralon(7) Karet Gelang

d. Konsumsi

(1) Minuman air mineral 2 Dus(2) Makan (3 x 50 Peserta)(3) Snack 3 x 50 peserta

6

Page 7: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

TIME SCHEDULE PELATIHAN KONSELOR SEBAYA

MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

Selasa, 28 Januari 2014

No Jam Acara PemateriPenanggung

Jawab1. 13.30 - 14.00 Kumpul di depan Masjid

Jami’ -Hani Saiin, S.Psi/A.Ikhsan W

2. 14.00 Pemberangkatan menuju lokasi -

Hani Saiin, S.Psi/A.Ikhsan W

3. 15.00 Tiba di lokasi kegiatan-

Hani Saiin, S.Psi

4. 15.00 – 15.30 Penempatan dan pengkondisian peserta & Sholat Ashar

-Ahmad Priyanto/ Sunarto

5. 15.30 - 16.00Pembukaan & Orientasi Kegiatan

Pimpinan Madrasah

Ahmad Ikhsan Widodo, S.Psi

6. 16.00 - 17.30 Materi I : Keterampilan Dasar Komunikasi

Anis Fahmi Basewed, S.Psi

Farkhan Hasani, S.Psi

7. 17.30 - 18.30 ISHOMA - A.Ikhsan W8 18.30 – 20.00 Materi II : Kepekaan Sosial

Sunarto, S.PsiAhmad Priyanto

9. 20.00 – 20.15Coffe Break

-.Ahmad Priyanto

10 20.15 - 21.45Materi III : Teknik – Teknik Dasar Konseling

Muh. Widyo Wardhono, S.Pd

Hani Saiin, S.Psi

11. 22.00 - 04.00 Istirahat - Team BK

Rabu, 29 Januari 2014

No Jam Acara PemateriPenanggung

Jawab

1. 04.00 - 05.00Sholat Subuh & Kuliah Subuh

Ahmad Ikhsan W, S.Psi

Team BK

2. 05.30 - 07.00 Olah Raga (rekreasi fisik) -Hani Saiin, S.Psi

3. 07.00 - 08.30 Sarapan Pagi -Ahmad Priyanto

7

Page 8: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

4. 08.30 - 11.00Outbond “ Team Building & Problem Solving

Team BK Mu’alliminFarkhan Hasani, S.Psi

5. 11.00 - 11.15 Pemaknaan - Sunarto, S.Psi

6. 11.15 - 12.00 Persiapan Sholat Dhuhur -Ahmad Priyanto/ Hanis

7. 12.00 - 12.45 Sholat Dhuhur Takmir Masjid Takmir Masjid

8. 12.45 - 13.30 Makan Siang -Ahmad Priyanto/Hanis

9. 13.30 - 14.00 Penutupan & Sayonara Sunarto, S.PsiFarhan Hasani, S.Psi

8

Page 9: Desain Kurikulum Pelatihan Konselor Sebaya

3. IDEALITAS

Arah idealitas dalam kepanitiaan ini adalah tanggung jawab kerja yang diamanatkan kepada setiap bidang yang ada dalam kepanitiaan. Tanggung jawab kerja ini berbentuk job deskripsi sebagai berikut:

a. Penanggung JawabBertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan kegiatan konselor sebaya

b. Pengarah(1) Memberikan arahan-arahan dalam pelaksanaan kegiatan konselor sebaya(2) Menyusun personalia tim kegiatan konselor sebayac. Ketua(1) Bertanggungjawab terlaksananya seluruh kegiatan(2) Memimpin dan mengkoordinir seluruh jalannya kegiatan(3) Menentukan dan memutuskan kebijakan tim(4) Mengkomunikasikan dan bertanggungjawab dengan pihak eksternal yang terkaitd. Sekretaris (1) Bertanggungjawab atas terlaksanya semua tugas sekretaris(2) Bertangungjawab urusan surat menyurat dan kearsipan(3) Membuat LPJ(4) Menyediakan sertifikat peserta dan time. Bendahara (1) Bertanggungjawab atas terlaksanya semua tugas bendahara(2) Mengelola pemasukan dan pengeluaran sesuai kebutuhan(3) Mengelola keuangan untuk belanja kebutuhan tim dan membayarkan maisyah

tim(4) Membuat LPJ f. Seksi Acara(1) Bertanggungjawab atas terlaksananya semua acara dalam kegiatan (2) Mengatur jalannya acara(3) Membuat Jadwal acara / manual acarag. Seksi Dokumentasi dan Transportasi(1) Bertanggungjawab atas terlaksanya semua tugas seksi Dokumentasi dan

transportasi(2) Mendokumentasikan jalannya acara Konselor Sebaya(3) Bertanggung jawab transportasi kegiatan Konselor Sebayah. Seksi perlengkapan(1) Bertanggungjawab atas terlaksanya semua tugas seksi perlengkapan(2) Menyediakan LCD, viewer, laptop, sound system dll (3) Menyiapkan perlengkapan pelatihan Konselor Sebaya

9