Desa siaga
-
Upload
juwita-ayu-antateliz -
Category
Documents
-
view
3.319 -
download
6
Transcript of Desa siaga
A. Desa Siaga
1. Pengertian
Desa Siaga adalah Desa/Kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Keputusan Menteri
Kesehatan RI, 2006:3).
Menurut Syarifudin dan Hamidah (2009:195) pengertian SIAGA adalah :
SI (siap) yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap
menjadi donor darah, siap memberi bantuan untuk rujukan kesehatan, siap membantu
pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar) yaitu warga desa, bidan wilayah dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap
mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan
gawatdarurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah melahirkan serta menjaga bayi yang
baru dilahirkan.
2. Tujuan
Menurut Sulistyorini at all. (2010:81) tujuan desa siaga yaitu :
a. Tujuan Umum
Tewujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap
maalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan kesehatan) di desanya.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan pelaksanaan kegiatan PHBS ( Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat).
2) Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan.
3) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah
penyakit, dan sebagainya)
4) Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
3. Sasaran Desa Siaga
Menurut Syarifudin dan Hamidah (2009:196) Sasaran pengembangan desa siaga
adalah mempermudah intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan di wilayah desanya
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader, serta petugas kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain seperti kepala desa, camat , pejabat
terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
4. Ciri-ciri pokok Desa Siaga
Adapun ciri-ciri pokok Desa Siaga menurut Syarifudin dan Hamidah (2009:195) yaitu :
a. Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberikan pelayanan dasar.
b. Memiliki sistem gawat-darurat yang berbasis masyarakat
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat
5. Kriteria Desa Siaga
Menurut Sulistyorini at all.( 2010:81 ) kriteria Desa Siaga terdiri dari :
a. Memiliki Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
POSKESDES merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dasar bagi desa
yang tidak memiliki akses ke puskesmas/pustu dalam rangka menyediakan/mendekatkan
pelayanan kesehatan daar bagi masyarakat desa. POSKESDES yang harus dimilki oleh
desa. Pelayanannya meliputi upaya-upaya pomotf, preventif, dan kuratif yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan, perawat, tenaga gizi dan sanitarian) dengan
melibatkan kader dan sukarela lainnya.
Kegiatan dari POSKEDES diantaranya :
1) Melakukan pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi Kejadian Luasr Biasa (KLB) serta faktor-faktor resikonya.
2) Melakukan penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB
serta kekurangan gizi.
3) Melakukan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
4) Melakukan pelayanan kesehatan dasar, sesuai kompetensinya.
b. Memiliki berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) merupakan wahana
pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola
oleh, dari, dan untuk bersama masyarakat, dengan bimbingan petugas Puskemas, lintas
ektor dan lembaga terkait lainnya. Bentuk dari UKBM diantaranya:
1) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM guna memberikan kemudahan
kepada masyarakat, utamnya dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB).
2) Posyandu Usila/Lansia
Posyandu Usila/Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut
(usila). Titik berat pelayanannya pada upaya promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehadilitatif.
3) Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes adalah salah satu UKBM yang dibentuk dalam upaya mendekatkan
dan memudahkan masyarakat memperoleh pelayanan professional Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB), yang dikelola oleh Bidan Di Desa
(BDD) dan pamong desa.
4) Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
POD atau WOD adalah wahana edukasi dalam rangka alih pengetahuan dan
keterampilan tentang obat dan pengobatan sederhana dari petugas kepada kader dan
dari kader kepada masyarakat, guna memberikan kemudahan dalam memperoleh
obat yang bermutu dan terjangkau.
5) Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja
diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang
sama dalam meningkatkan produktivitas kerja.
6) Sakha Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dan keterampilan di
bidang kesehatan bagi generasi muda, khususnya anggota Gerakan Pramuka, untuk
membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitar.
7) Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Poskestren adalah wahan dalam mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat pondok pesantren dengan prinsip dari, oleh, dan untuk warga pondok
pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
c. Memilki sistem pengamatan (surveilans) penyakit dan faktor-faktor risiko yang berbasis
masyarakat.
Surveilans berbasis masyarakat adalah pemantauan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap masalah-masalah kesehatan dan faktor-faktor risiko yang mempengaruhi atau
menyebabkan masalah tersebut.
1) Tujuan Umum
Terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah-masalah kesehatan yang akan
mengancam dan merugikan masyarakat yang bersangkutan.
2) Tujuan Khusus
a) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbul penyakit atau
masalah-masalah kesehatan lain, dan melaporkannya kepada petugas kesehatan.
b) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbulnya masalah
lingkungan diwilayahnya sebagai faktor risiko.
c) Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbulnya masalah gizi
sebagai factor risiko.
d) Masyarakat mengetahui secara dini berkembangnya perilaku hidup di kalangan
warga yang merugikan kesehatan, baik perorangan, keluarga maupun masyarakat,
sebagai faktor risiko.
d. Memiliki sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
berbasis masyarakat.
Kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis
masyarakat adalah upaya yang dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya
kegawatdaruratan sehari-hari dan bencana, melalui langkah-langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Titik berat dari konsep kesiapsiagaan masyarakat adalah kegiatan
pencegahan dan promosi kesehatan.
e. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.
1) Dana Masyarakat yang Bersifat Aktif
Dana masyarakat yang bersifat aktif adalah dana yang secara khusus digali atau
dikumpulkan oleh masyarakat yang digunakan untuk membiayai upaya kesehatan.
Sering disebut Dana Sehat.
Dana masyarakat yang bersifat aktif dapat dikumpulkan dengan berbagai cara
diantaranya :
a) Iuran, yaitu pengumpulan sejumlah uang atau benda dari masyarakat secara
berkala atas dasar kesepakatan masyarakat.
b) Sumbangan, yaitu berupa pemberian sukarela dari perorangan, kelompok,
lembaga masyarakat, badan social, dan perusahaan yang berbentuk uang atau
modal, benda tak bergerak (tanah, bangunan) atau saranan yang dibutuhkan.
c) Jimpitan, yaitu pengumpulan bahan makanan pokok (biasanya beras) dari
masyarakat dalam jumlah tertentu biasanya diambil secara harian.
d) Arisan, yaitu pengumpulan sejumlah uang atau barang untuk upaya kesehatan
oleh peserta arisan secara berkala sesuai dengan kesepakatan.
e) Penyisihan hasil usaha, yaitu pengumpulan sejumlah uang hasil usaha atau hasil
pertanian/perternakan
2) Dana Masyarakat Yang Berifat Pasif
Dana Masyarakat Yang Berifat Pasif adalah pemanfaatan dan yang sudah ada di
masyarakat untuk membiayai upaya kesehatan. Salah satu dana pasif adalah dana
sosial keagamaan dan dana social kemasyarakatan.
f. Memiliki lingkungan yang sehat
Aspek-aspek yang perlu dicukupi dalam pengembangan lingkungan sehat adalah
sebagai berikut :
1) Perumahan
Mengupayakan terciptanya rumah-rumah penduduk yang sehat (rumah sehat)
dengan lingkungan pemukiman yang nyaman, aman, dan sehat.
2) Udara
Menjaga agar udara tetap segar dan bersih, bebas dari polusi udara.
3) Air
Menjaga agar mata air, air sungai dan sumber air lain bersih dan bebas dari
polusi.dan mengupayakan adanya penyediaan air bersih yang layak minum bagi
penduduk desa.
4) Limbah Padat dan Cair
Mengupayakan agar pembuangan sampah rumah tangga dan limbah cair dari
rumah tangga dikelola dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan.
5) Tempat Umum
Mengupayakan agar tempat-tempat umum memenuhi syarat-syarat kesehatan
serta dikelola dengan baik dan benar.
g. Masyarakat Sadar Gizi
Pengembangan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah pengembangan keluarga yang
berperilaku gizi seimbang, serta mampu mengenali dan mengatasi masalah gizi anggota
keluarganya. Sedangkan perilaku gizi seimbang adalah perilaku yang dilandasi
pengetahuan dan sikap yang sesuai, meliputi perilaku mengkonsumsi makanan seimbang
serta perilaku hidup bersih dsn sehat.
Tujuan pengembangan kadarzi adalah
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap dann perilaku keluarga tentang gizi seimbang.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengenali dan memanfaatkan sumber
daya yang ada.
3) Meningkatkan keadaan gizi keluarga.
4) Kegiatan dapat memobilisasin masyarakat untuk memperbaiki keadaan gizi dan
kesehatan.
h. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan di masyarakat.
PHBS terbagi dalam beberapa kelompok diantaranya :
1) Kelompok PHBS bidang obat dan farmasi, yaitu misalnya : tidak menyalahgunakan
NAPZA, memelihara taman obat keluarga, dan lain-lain.
2) Kelompok PHBS bidang KIA dan secara KB, yaitu misalnya : meminta
memeriksakan kehamilan teratur, pertolongan tenaga kesehatan untuk persalinan,
menjadi akseptor KB, dan lain-lain.
3) Kelompok PHBS bidang penyakit dan Kesehatan Lingkungan, yaitu misalnya :
memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif dalam UKBM, memanfaatkan
Puskesmas, dan lain-lain.
4) Kelompok PHBS bidang Pemeliharaan Kesehatan, yaitu misalnya : memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan, aktif dalam UKBM, memanfaatkan Puskesmas, dan lain-
lain.
PHBS merupakan tujuan yang akan dicapai oleh Promosi Kesehatan.
6. Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan upaya pengembangan desa siaga dapat dilihat dari empat kelompok
indikatornya menurut syarifudin dan Hamidah (2009:200) yaitu indikator masukan,
indikator proses, indikator keluaran, dan indikator dampak. Adapun uraian untuk masing-
masing indikator adalah sebagai berikut :
a. Indikator masukan. Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa
besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan desa siaga.
b. Indikator masukan terdiri dari hal-hal sebagai berikut :
1) Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa.
2) Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta perlengkapan atau peralatannya.
3) Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4) Ada/tidaknya tenaga kesehatan(minimal bidan)
5) Ada/tidaknya kader aktif
6) Ada/tidaknya sarana bangunan/poskesdes sebagai pusat pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
7) Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat yang
dimanfaatkan untuk mendukung penggerakkan surveilans berbasi masyarakat
(mis., kentongan, bedug, dll.
c. Indikator proses. Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif
upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga.
Indikator proses meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
2) Berfungsi/tidaknya UKBM poskesdes.
3) Ada/tidaknya pembinaan dari puskesmas PONED.
4) Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada
5) Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penangguangan
kegawatdaruratan dan bencana.
6) Berfungsi/tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
7) Ada/tidakny Berfungsi/tidaknya a kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS.
8) Ada/tidaknya deteksi dini gangguan jiwa di tingkat rumah tangga.
d. Indikator keluaran. Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa
besar hasil kegiatan yang di capai dari suatu desa dalam rangka pengembangan desa
siaga. Indikator keluaran terdiri dari hal-hal berikut :
1) Cakupan pelayanan dasar (utamanya KIA)
2) Cakupan pelayanan UKBM lainnya.
3) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan.
4) Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan oleh kadarzi dan PHBS
5) Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon tepat.
e. Indikator dampak. Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
dampak dari kegiatan desa dalam rangka pengembangan desa siaga. Indikator desa
terdiri dari hal-hal berikut :
1) Jumlah penduduk yang menderita sakit.
2) Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
3) Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
4) Jumlah balita dengan gizi buruk
5) Tidak terjadinya KLB.
6) Respon cepat masalah kesehatan