Desa Bengkala Di Bali

4

Click here to load reader

Transcript of Desa Bengkala Di Bali

Page 1: Desa Bengkala Di Bali

Desa Bengkala di Bali : Kampung Bisu Tuli Yang Potensial

Desa Bengkala di Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali. Desa itu berada di jalur utama Singaraja-Kintamani, puluhan warganya menderita bisu tuli yang disebut Kolok oleh kalangan mereka.

Menurut Kepala Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng, Singaraja, Made Astika, asal usul orang Kolok ini berawal dari tahun 1940 an, dimana di desanya muncul seorang kolok. Warga setempat sendiri percaya, orang kolok tersebut merupakan titisan makhluk halus dan diperkirakan di Desa Bengkala ini jumlah orang Kolok mencapai 40 jiwa dari 2275 jiwa di desa tersebut.

Orang Kolok sendiri umumnya berprofesi sebagai petani, kuli bangunan dan penari. Perkimpoian antara orang Kolok sendiri kerap terjadi di desa ini, dimana keturunannya akan mengalami cacat, bisu dan tuli.

Sebagaimana mata pencaharian warga Bengkala pada umumnya, antara lain sebagai petani, kuli bangunan serta penjaga keamanan, dan karena keterbatasannya, Orang Kolok dari kecil hingga dewasa tidak mengenyam pendidikan formal.

Dalam komunikasi sehari-hari, Orang Kolok menggunakan bahasa isyarat, dan menurut keterangan Kepala Desa Bengkala, I Made Astika, seluruh warga Bengkala menguasai bahasa isyarat, terlepas apakah mereka bisu tuli atau tidak, uniknya, mereka yang bukan Orang Kolok, meskipun fasih berbicara, lebih suka menggunakan bahasa isyarat.

Berbeda dengan bahasa isyarat standar internasional dalam komunikasi bagi penderita tuna rungu dan tuna wicara, bahasa isyarat Orang Kolok jauh lebih sederhana dan dapat dipelajari dalam waktu yang relatif singkat.

Sebagai contoh, bahasa isyarat Orang Kolok untuk makan adalah mengarahkan jemari tangan ke arah perut dan memegang perut jika lapar, selain itu, menggerakkan ujung telunjuk sebagai arti laki-laki dan menautkan ujung telunjuk dengan ujung jari tengah membentuk lingkaran untuk perempuan, atau, mengaitkan telunjuk kanan dengan telunjuk kiri sebagai simbol perkimpoian (atau persetubuhan).

Page 2: Desa Bengkala Di Bali

Bahkan, ada beberapa yang pintar menari. Ada kelompok warga bisu-tuli yang piawai menari janger. Tari janger kolok hampir sama dengan tari janger yang biasanya dipentaskan, namun pada tari janger ini ditarikan oleh orang – orang penderita kolok dan hanya diiringi oleh alat musik kendang sebagai pengatur irama. Disebutkan bahwa tarian ini terlahir ketika masyarakat setempat telah merasa bosan dengan hiburan – hiburan rakyat yang biasa dipentaskan seperti misalnya joged maupun hiburan rakyat lainnya, sehingga muncul ide untuk membuat suatu hiburan yang lain daripada yang lain dan terbentuklah sanggar tari janger kolok ini yang ternyata cukup di kenal sampai ke manca negara.

Kelompok mereka punya jadwal berlatih dan diberi nama grup tari Janger Kolok. Semua personel grup itu mengalami bisu-tuli. Yang menarik, karena semua penarinya bisu-tuli, mereka tak bisa mendengar suara musik yang ditabuh untuk mengiringi tariannya. Agar gerakannya sesuai dengan alunan musik, mereka melihat aba-aba tangan dari penabuh gendang. Meski demikian, dengan segala keterbatasan tersebut, mereka tak bisa dianggap remeh. Hingga kini, mereka sering diundang untuk tampil di pesta hotel-hotel berbintang lima di Bali. 

"Ada peneliti dari Amerika Serikat datang di desa kami melakukan penelitian selama tiga bulan untuk mengetahui penyebab pasti merebaknya penyakit kolok di sini. Bahkan, mereka juga membawa peralatan canggih. Tapi, nihil. Tidak ada yang tahu apa penyebabnya," paparnya.Apakah penyebabnya adalah sering terjadi perkawinan sedarah di desa itu" Salah seorang tokoh masyarakat di Desa Bengkala Made Arpana menyatakan tidak tahu secara pasti. "Soal itu (perkawinan sedarah) juga sulit dibuktikan," tutur Arpana.

Page 3: Desa Bengkala Di Bali

"Ada yang satu keluarga tidak menderita kolok, tapi pada akhirnya melahirkan anak kolok,"  katanya. Ada juga keluarga yang mayoritas anggotanya mengidap bisu-tuli, tapi pada akhirnya melahirkan anak yang normal.

Para pengidap bisu-tuli di Desa Bengkala, kata Arpana, juga berbeda dengan kebanyakan pengidap kelainan itu. "Jika di tempat lain, orang bisu terkadang bisa mendengar meski sedikit-sedikit. Atau, tuli, tapi bisa berbicara. Di desa ini, selain bisu, sama sekali tak bisa mendengar," paparnya.

"Pernah ada peneliti yang membawa alat untuk mengetahui seberapa besar pendengaran warga kolok ini yang masih berfungsi. Hasilnya, sampai habis kekuatan alat tersebut digunakan, ternyata penderita kolok di sini sama sekali tidak bisa mendengar," tutur Arpana.

Kasus warga bisu-tuli di Bengkala itu pernah dimuat di Science, sebuah jurnal ilmiah, pada 1998. Tulisan di jurnal tersebut berdasar hasil riset di desa itu yang dipimpin Thomas B. Friedman, seorang pakar genetika dari the National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (Institut Nasional Ketulian dan Kesulitan Komunikasi) diBethesda, Amerika Serikat.

Ikut dalam tim penelitian itu Prof I Nyoman Arhya, pakar biokimia dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali. Menurut Arhya, semula muncul dugaan bahwa kasus di Bengkala itu merupakan perwujudan dari sebuah sindrom yang disebabkan kekurangan yodium. Tapi, belakangan diketahui bahwa dugaan itu tak sesuai. Sindrom yang disebabkan kekurangan yodium biasa disertai dengan gejala keterbelakangan mental. Itu sangat berbeda dengan yang dialami warga bisu-tuli di Bengkala. Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang cekatan dalam bekerja.

Ada satu hal yang mungkin bisa dipetik dari para penderita kolok ini, bukan dari keunikan desanya, namun kita bisa belajar dari kreativitas yang bisa terlahir dari orang – orang yang mempunyai keterbatasan fisik namun mampu menghasilkan karya yang tidak kalah hebat dengan orang – orang normal.

Tak heran bila dalam pelaksanaan program Pilot Kesehatan dalam PNPM Mandiri Perdesaan 2006-2007 (kala itu PPK, red) desa ini menjadi salah satu yang terbaik kinerjanya, seperti dikutip Majalah Tempo Bahasa Inggris Edisi 23 Juni 2008.

http://cintailahindonesia.wordpress.com