GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52...
Transcript of GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52...
GUBERNUR BALI
PERATURAN GUBERNUR BALI
NOMOR 52 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA
DESA MELALUI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN
DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI PROVINSI BALI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan desa di Provinsi Bali, perlu memberikan bantuan kepada pemerintah desa dari
perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2013;
b. bahwa pemberian bantuan kepada pemerintah desa di
Provinsi Bali dapat berdayaguna dan berhasilguna, perlu
dibuatkan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Khusus Kepada Desa di Provinsi Bali Tahun 2013;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang
Sadu Mandara) di Provinsi Bali;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1654);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indoenesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 582 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang
Desa (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembar Negara Republik
Indonesia Nomor 4587); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007
tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis
Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007
tentang Pendataan Program Pembangunan Desa;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011
tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2011
Nomor 450) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 540);
15. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009
Nomor 12, Tambah Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 12);
16. Peraturan Gubernur Bali Nomor 69 Tahun 2012 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2013 (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2012 Nomor 69), sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 46 Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Gubernur Bali Nomor 69 Tahun 2012 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2013 Nomor 46);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK TEKNIS
BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA DESA MELALUI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI
PROVINSI BALI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 2. Gubernur adalah Gubernur Bali. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah
Kabupaten/Kota se-Bali. 4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se-Bali.
5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali yang merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
6. Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala Desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.
9. Bantuan keuangan khusus kepada Pemerintah Desa adalah bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi Bali kepada Pemerintah Desa yang berwujud uang.
10. Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu strategi yang diinginkan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
11. Pemberdayaan masyarakat Desa adalah upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat Desa dan Kelurahan yang meliputi aspek ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan hidup melalui penguatan Pemerintahan Desa, lembaga kemasyarakatan dan upaya dalam penguatan kapasitas masyarakat.
12. Pembangunan Partisipatif adalah pembangunan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan, dengan peran serta seluruh lapisan masyarakat.
13. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan.
14. Swadaya masyarakat adalah bantuan atau sumbangan dari masyarakat baik dalam bentuk uang, material dan non fisik dalam bentuk tenaga dan pemikiran dalam kegiatan pembangunan.
15. Partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, pemanfataan, pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan.
16. Musyawarah perencanaan pembangunan di Desa dan Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan stakeholders desa untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya.
17. Pendamping adalah orang/lembaga yang menjalin relasi sosial dengan masyarakat dalam rangka memperkuat dukungan, memotivasi, memfasilitasi dan menjembatani kebutuhan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di dePendampingan adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara pendamping dengan dampingannya dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa.
18. BUMDes merupakan lembaga usaha masyarakat yang kedudukannya berada diluar struktur Organisasi Pemerintah Desa.
19. Belanja Subsidi adalah belanja yang dianggarkan dalam APBD digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada Perusahaan/Lembaga tertentu dengan
maksud agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
20. Belanja Hibah adalah belanja yang dianggarkan dalam APBD diberikan kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi
swasta/organisasi kemasyarakatan dan/atau kelompok masyarakat/perorangan serta perusahaan daerah, yang bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan daerah dan layanan dasar umum serta peningkatan partisipasi dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah. 21. Belanja Bantuan Sosial adalah belanja yang
dianggarkan dalam APBD digunakan untuk pemberian
bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada penerima bantuan yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. 22. Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumberdayakan
masyarakat desa, yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
23. Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa
Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) adalah salah satu Kegiatan/Program Pemerintah Provinsi Bali
untuk mendukung percepatan pembangunan di Desa dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Penyusunan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan
Khusus Kepada Pemerintahan Desa Melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa
Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) bermaksud
agar pembangunan sistem manajemen terpadu dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien khususnya dalam penanggulangan kemiskinan dan mengatasi kesenjangan antar wilayah perdesaan.
(2) Penetapan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Khusus
Kepada Desa Melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) bertujuan:
a. menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam pemanfaatan potensi dan sumber daya alam yang ada secara optimal, lestari, dan berkelanjutan, serta
meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa agar secara bertahap mampu membangun diri dan
lingkungannya secara mandiri; b. menyediakan prasarana dan Sarana dasar yang
mendukung peningkatan usaha ekonomi dan
pendapatan masyarakat perdesaan; c. meningkatkan dan mengembangkan Usaha Ekonomi
Mikro sesuai potensi dan sumberdaya lokal dan
pengurangan pengangguran; dan d. meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat
dalam proses pembangunan infrastruktur dan sosial ekonomi melalui rangkaian musyawarah pembangunan dari tingkat dusun hingga ke tingkat
desa.
BAB III
SISTEMATIKA
Pasal 3
(1) Sistematika Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan
Khusus Kepada Desa Melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) meliputi :
a. BAB I : PENDAHULUAN; b. BAB II : PERAN PELAKU – PELAKU; c. BAB III : PELAKSANAAN KEGIATAN;
d. BAB IV : PENGENDALIAN; dan e. BAB V : PENUTUP
(2) Sistematika Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan
Kepada Desa Melalui Program/Kegiatan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
(1) Desa Penerima Program/Kegiatan Gerakan
Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) diberikan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) sebesar Rp. 1.020.000.000,00 (Satu milyar dua puluh
juta rupiah).
(2) Desa Penerima Program/Kegiatan Gerakan
Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 5
Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Peraturan Gubernur ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 1 Nopember 2013.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali.
Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 19 Nopember 2013
GUBERNUR BALI,
MADE MANGKU PASTIKA
Diundangkan di Denpasar pada tanggal 19 Nopember 2013
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,
COKORDA NGURAH PEMAYUN
BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013 NOMOR 52
LAMPIRAN
PERATURAN GUBERNUR BALI
TANGGAL 19 NOPEMBER 2013 NOMOR 52 TAHUN 2013
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA
DESA MELALUI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN
DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI PROVINSI BALI
BAB I PENDAHULUAN
1 LATAR BELAKANG.
Kemiskinan adalah kondisi serba kekurangan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan-kebutuhan akan sandang pangan-
papan, kebutuhan akan hidup yang sehat, dan kebutuhan akan pendidikan dasar
bagi anak-anak. Penduduk miskin ”tidak berdaya” dalam memenuhi
kebutuhannnya, karena mereka tidak memiliki aset sebagai sumber pendapatan,
dan struktur sosial-ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik tidak membuka
peluang orang miskin keluar dari lingkaran kemiskinan.
Provinsi Bali secara signifikan telah mencapai kemajuan terkait dengan
upaya pengurangan kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir ini, namun dari
banyak keberhasilan tersebut masih memerlukan penguatan lebih lanjut untuk
mengupayakan penurunan jumlah angka penduduk dibawah garis kemiskinan.
Pemerintah Provinsi Bali telah melakukan beberapa upaya melalui strategi dan
kebijakan dalam peningkatan kesejahteraan dan pengurangan kemiskinan
sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2013-2018 dan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(DSPKD).
Sejalan dengan kebijakan di atas, maka mulai Tahun 2012 Pemerintah
Provinsi Bali mengembangkan Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa
Terpadu Mandara/Gerbang Sadu Mandara (GSM) menjadi wadah bersama
masyarakat Perdesaan dalam membangun diri dan lingkungannya secara mandiri,
yang mencakup Pembangunan Sarana dan Prasarana serta Sosial Ekonomi
Perdesaan, menjadi salah satu program Inti dalam percepatan penanggulangan
kemiskinan di Provinsi Bali.
Gerbang Sadu Mandara (GSM) merupakan program/kegiatan yang
menempatkan upaya penanggulangan kemiskinan dan pengangguran serta
pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Prioritas utama kegiatan
ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, hasil yang ingin
dicapai adalah :
a. Menurunnya jumlah penduduk miskin dan terciptanya lapangan kerja yang
mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka;
b. Meningkatnya peran desa sebagai basis pertumbuhan ekonomi;
c. Meningkatnya pembangunan pada desa sasaran;
d. Meningkatnya kualitas manusia secara menyeluruh tercermin dari
membaiknya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatnya
pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama;
e. Membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang
mengarah pada pengarusutamaan prinsip pembangunan berkelanjutan di
seluruh sektor dan bidang pembangunan Perdesaan.
f. Membaiknya infrastruktur yang ditujukan oleh meningkatnya kuantitas dan
kualitas berbagai sarana penunjang pembangunan.
Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara/Gerbang Sadu Mandara
(GSM) berupaya mendorong pembangunan desa yang berbasis pada sosial
ekonomi masyarakat. Lebih lanjut Gerbang Sadu Mandara diharapkan dapat
mendorong kemandirian masyarakat desa dalam membangun diri dan
lingkungannya secara mandiri melalui peningkatan pendapatan, dan dapat
mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 Tentang Desa.
Diharapkan Petunjuk Teknis ini dapat bermanfaat bagi pelaku Gerbang
Sadu Mandara diseluruh tingkatan pelaksanaan, khususnya Pengelola dan
Pengendali kegiatan di Desa untuk memastikan keberhasilan dan pencapaian
tujuan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara/Gerbang Sadu Mandara
(GSM).
2 DASAR HUKUM
1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tahun 2007 Tentang Perencanaan
Pembangunan Desa;
7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 tahun 2007 Tentang Pendataan
Program Pembangunan Desa dan kelurahan;
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 tahun 2007 Tentang
Pembangunan Kawasan Perdesaan berbasis Masyarakat;
9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 2007 Tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
10) Perarturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2007 Tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat (KPM);
11) Perarturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2008 tentang pedoman tata
cara pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa;
12) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 46 tahun 1994 Tentang
Pemasyarakatan Pola Tata Desa;
13) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pokok – pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah; dan
14) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bali Tahun 2013.
3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mempercepat Pembangunan infra struktur dan sosial ekonomi masyarakat
diperdesaan dengan berbasis pada sumber daya lokal untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat Desa, mengurangi kesenjangan antar wilayah,
pengentasan kemiskinan, dan memperbaiki pengelolaan pemerintahan Desa
serta penguatan institusi lokal ditingkat Desa.
3.2 Tujuan Khusus
a Menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam pemanfaatan potensi dan
sumber daya alam yang ada secara optimal, lestari, dan berkelanjutan,
serta meningkatkan pendapatan masyarakat Desa agar secara bertahap
mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri;
b Menyediakan prasarana dan sarana dasar yang mendukung peningkatan
usaha ekonomi dan pendapatan masyarakat perdesaan;
c Meningkatkan dan mengembangkan usaha ekonomi mikro sesuai dengan
potensi dan sumberdaya lokal serta pengurangan pengangguran;
d Meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan infrastruktur dan sosial ekonomi melalui rangkaian
musyawarah pembangunan dari tingkat dusun hingga ke tingkat Desa.
4 SASARAN
1) Terbangunnya infrastruktur dasar yang mendukung pengembangan sosial
ekonomi masyarakat pedesaan, meliputi pembangunan infrastruktur
(prasarana) pada 6 (enam) kategori yaitu: (i) transportasi, (ii) produksi
pertanian, (iii) pemasaran, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi)
kesehatan;
2) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat khususnya masyarakat miskin
dan kelompok perempuan dalam pengembangan usaha ekonomi di perdesaan;
3) Meningkatnya kemampuan Lembaga Kemasyarakatan Desa seperti Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) menjalankan fungsinya mengelola pembangunan partisipatif
dalam pelaksanaan manajemen Gerbang Sadu Mandara;
4) Meningkatnya kapasitas Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) sebagai Pembina, pendamping, dan pengawas pengembangan
sistem manajemen Gerbang Sadu Mandara;
5) Meningkatnya Kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)
menjalankan perannya dalam menggerakkan partisipasi, swadaya dan gotong
royong masyarakat dalam pembangunan desa.
5 KOMPONEN GERBANG SADU MANDARA
5.1 Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan dalam Skala Kecil
Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan skala kecil yang dimaksud di
atas 6 (enam) kategori sebagai berikut:
1 Infrastruktur Transportasi
Termasuk didalamnya adalah jalan, jembatan, tambatan perahu, dan
komponen terkait;
2 Peningkatan Produksi Pertanian
Termasuk didalamnya adalam irigasi tersier diluar inventaris Dinas PU;
3 Peningkatan Pemasaran
Termasuk didalamnya adalah Pasar, Gudang Produksi, dan lantai jemur;
4 Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan
Untuk Air Bersih, termasuk di dalamnya adalah perpipaan, bak
penampungan air bersih, sumur pompa tangan, dan hidran umum;
sedangkan untuk Sanitasi, termasuk di dalamnya adalam kamar mandi
umum ( prasarana mandi, cuci, dan kakus /MCK) dan drainase;
5 Pendidikan
Termasuk di dalamnya adalah Penyediaan sarana ruang belajar
masyarakat (RBM) dan Teknologi Tepat Guna;
6 Kesehatan
a) Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes);
b) Pengadaan Sarana Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
5.2 Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Perdesaan
Komponen pengembangan usaha ekonomi masyarakat perdesaan dikelola
oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Dana BKK yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
hanya dapat dipergunakan untuk kegiatan usaha ekonomi
masyarakat dan tidak diperkenankan untuk dipergunakan pada
keperluan-keperluan konsumtif;
2. Dalam menentukan calon debitur BUMDes harus dilakukan
melalui analisa dari Tim Verifikasi Desa dan Fasilitator Desa;
3. Dana yang dikelola oleh BUMDes diutamakan untuk
pengembangan usaha ekonomi Penduduk Miskin/RTS dengan
bunga 1 % atau sesuai dengan kesepakatan masyarakat dalam
musyawarah desa, sedangkan bunga yang dikenakan pada
penduduk lainnya ditetapkan sesuai kesepakatan masyarakat
melalui musyawarah desa;
4. Mengenai jenis usaha yang akan dilaksanakan oleh Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Desa
(Perdes) tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa;
5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berperan juga sebagai
penyedia bahan baku produksi yang dibutuhkan oleh masyarakat
serta menampung dan memasarkan hasil produksi masyarakat;
6. Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes harus tetap
berpedoman pada prinsip-prinsip Gerbang Sadu Mandara. Dalam
proses penyusunan Peraturan Desa tersebut wajib dibimbing dan
dipandu oleh Tim Koordinasi Provinsi agar Jenis Usaha BUMDes
benar-benar sesuai dengan potensi masyarakat dan potensi
sumber daya lokal;
7. Pedoman Pembentukan dan Operasional BUMDes Gerbang Sadu
Mandara akan dibuat secara tersendiri.
6 PRINSIP DASAR GERBANG SADU MANDARA
Gerbang Sadu Mandara mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu
menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan dan nilai-nilai
tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya Bali Maju, Aman, Damai, dan
Sejahtera (Mandara), meliputi:
1) Bertumpu pada pembangunan manusia sesuai kearifan lokal. Pengertian
pembangunan manusia berdasarkan kearifan lokal adalah masyarakat
hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya
pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata dan menjamin
kegiatan yang akan dilaksanakan tidak bertentangan dengan kearifan lokal
(adat dan sosial budaya) yang sudah ada di masyarakat;
2) Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan
kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa
intervensi negative dari luar;
3) Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang
yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan sektoral dan
kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kapasitas masyarakat;
4) Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian berorientasi pada
masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat miskin;
5) Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara
aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari
tahap sosialisasi, perencanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan
sumbangan tenaga,pikiran, atau dalam bentuk materil;
6) Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan
gender adalah masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
kesetaraan dalam berperan pada setiap tahapan program dan dalam
menikmati manfaat kegiatan pembangunan. Kesetaraan juga dalam pengertian
kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik;
7) Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil
keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat;
8) Transparansi dan Akuntabel. Pengertian transparansi dan Akuntabel adalah
masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan
keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka
dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun
administratif;
9) Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan
yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan
kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan; dan
10) Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap
keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah
mempertimbangkan sistem pelestariannya.
7 ALOKASI SASARAN GERBANG SADU MANDARA.
7.1. Lokasi Sasaran
Lokasi sasaran Gerbang Sadu Mandara difokuskan pada Desa yang terdapat
di 7 (tujuh) Kabupaten meliputi; Kabupaten Buleleng, Karangasem,
Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung dan Tabanan.
7.2. Desa sebagaimana tersebut di atas wajib:
a Ditingkat Desa, Kepala Desa membentuk Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) selanjutnya bertindak sebagai Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)
Gerbang Sadu Mandara dalam bidang pengembangan usaha
perekonomian masyarakat perdesaan.
b Ditingkat Desa menetapkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
sebagai Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dalam bidang Pembangunan
Prasarana dan Sarana dasar Perdesaan.
7.3. Kelompok Sasaran.
a. Kelompok atau perseorangan masyarakat miskin.
b. Kelembagaan Masyarakat di Perdesaan.
c. Kelembagaan Pemerintahan Desa
8 PENDANAAN
Kegiatan Gerbang Sadu Mandara merupakan Program Pemerintah Provinsi, yang
direncanakan, dilaksanakan dan didanai dari APBD Perubahan Provinsi Bali
Tahun Anggaran 2013, melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK) GERBANG
SADU MANDARA ke Desa sebesar Rp. 1.020.000.000,- (satu milyar dua puluh
juta rupiah) untuk masing-masing desa, akan menyasar sebanyak 49 desa. Dana
GSM dikelola/dipergunakan untuk : membiayai Kegiatan Pembangunan
Prasarana dan Sarana Dasar Perdesaan maksimal sebanyak Rp. 200.000.000,-
(20%) dan Pengembangan Usaha Perekonomian Masyarakat Perdesaan khususnya
penduduk miskin sebesar Rp. 800.000.000,- (80%) dan dana Rp 20.000.000,-
(dua puluh juta rupiah) untuk masing-masing desa dipergunakan untuk dana
operasional pelaksanaan kegiatan GSM.
9.1 Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Pemberian Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dimaksudkan agar
pembangunan sistem manajemen terpadu dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien khususnya dalam
penanggulangan kemiskinan dan mengatasi kesenjangan antar wilayah
perdesaan.
b. Bantuan Keuangan bertujuan untuk:
a) Mendorong masyarakat menerapkan sistem manajemen Pembangunan
Desa Terpadu berbasis masyarakat melalui Gerakan Pembangunan
Desa Terpadu Mandara;
b) Mendorong dan menggerakan partisipasi dan swadaya gotong royong
masyarakat dalam pembangunan desa;
c) Menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam pemanfaatan potensi dan
sumber daya alam yang ada secara optimal, lestari dan berkelanjutan
untuk peningkatan kesejahteraan;
d) Memperkuat kapasitas Pemerintah Desa dalam menjalankan tugas
dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Mendorong perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) serta Lembaga Kemasyarakatan (PKK, LPM, Karang Taruna,
dan Lembaga Adat) meningkatkan kemampuan sebagai Pembina,
pendamping, dan pengawas pengembangan sistem manajemen
Gerbang Sadu Mandara secara optimal;
e) Mendorong Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)
menjalankan perannya dalam menggerakkan partisipasi, swadaya dan
gotong royong masyarakat dalam pembangunan desa;
f) Mengembangkan kerjasama dan keswadayaan masyarakat dan
pemerintahan desa dalam menata lingkungan desa yang
berkesinambungan; dan
g) Mendorong terciptanya stabilitas perekonomian masyarakat desa.
9.2 Mekanisme Penyaluran
Dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) disalurkan langsung ke Rekening
Desa setelah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a Setelah melalui tahapan pembinaan, sosialisasi dan pemeriksaan kesiapan
lapangan oleh Tim Koordinasi Gerbang Sadu Provinsi Bali, SKPD
penanggung jawab kegiatan dalam hal ini BPMPD Provinsi Bali
mengajukan penetapan Surat Keputusan Gubernur Bali tentang Desa
penerima Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Gerbang Sadu Mandara.
b Tim Koordinasi mempersiapkan konsep Memorandum Of Understanding
(MOU) tentang kesiapan Desa yang bersangkutan melaksanakan Program
Gerbang Sadu Mandara. MOU ditandatangani langsung oleh Gubernur
dengan masing-masing Bupati penerima BKK.
9.3 Pencairan dana di Provinsi.
Pengajuan SPP Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dilakukan oleh BPMPD
Provinsi Bali dengan melampirkan :
a Surat Keputusan Gubernur Bali tentang penetapan Desa penerima BKK
Gerbang Sadu Mandara;
b Ditingkat Desa, melampirkan Surat Keputusan Kepala Desa tentang
susunan kepengurusan Tim Pengelola Kegiatan di Tingkat Desa yaitu
Kepengurusan BUMDes dan LPM Desa disertai dengan Peraturan Desa
tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan proposal
GSM yang telah disetujui oleh Kepala Desa dan diketahui oleh Bappeda
Kabupaten masing-masing; dan
9 Pemanfaatan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) di Desa
Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Gerbang Sadu Mandara pada tahun pertama
dimanfaatkan untuk kegiatan Pembangunan Desa, dengan rincian sebagai
berikut :
a Pemanfaatan dana sebesar 20 % dipergunakan untuk Pembangunan
Prasarana dan Sarana Dasar Perdesaan / Kelurahan sebagaimana tersebut
pada point 5.1 Komponen Gerbang Sadu Mandara dikelola oleh Tim
Pelaksana Kegiatan (TPK); dan
b Pemanfaatan dana sebesar 80 % dipergunakan untuk peningkatan usaha
ekonomi perdesaan dan kelurahan sebagaimana tercantum pada point 5.2
yang dikelola oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dalam hal ini Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes).
10 Pencairan Dana di Desa .
Pencairan dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) di Desa dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
10.1 Dana peningkatan dan pengembangan usaha perekonomian masyarakat
80 % dicairkan langsung dari rekening desa ke rekening Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) dan 20 % dicairkan ke rekening Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM).
10.2 Proses pencairan dana dari rekening Desa ke rekening BUMDes dan LPM
dilakukan secepatnya dan diketahui serta ditanda tangani bersama Ketua
BPD dan Bendahara Desa.
10.3 Dana pembangunan prasarana dan sarana perdesaan dicairkan secara
bertahap sesuai dengan rencana penggunaan atau berdasarkan usulan
masyarakat yang ditetapkan melalui hasil musyawarah desa.
11 Tindak lanjut Pengelolaan dan Pemanfaatan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) di
Tingkat Desa
Tindak lanjut Pengelolaan dan pemanfaatan Bantuan Keuangan Khusus (BKK)
Gerbang Sadu Mandara yang dikelola oleh LPM dan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) di tingkat Desa dan Tim Pelaksana Kegiatan, diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Desa dan Peraturan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan
tetap mendasari nilai-nilai prinsip dasar Gerbang Sadu Mandara dan hasil
musyawarah masyarakat desa yang disepakati. Dalam penyusunan Peraturan
Desa dan Peraturan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) tersebut dipandu
oleh Tim Koordinasi Kabupaten dan Provinsi.
12 SANKSI
Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi dikarenakan adanya
pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam Gerbang
Sadu Mandara. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab
berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara.
Sanksi dapat berupa:
1) Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam
musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara
tertulis dan dicantumkan dalam Peraturan Desa tentang pelaksanaan
Bantuan Keuangan Khusus Gerbang Sadu Mandara dan dalam berita acara
pertemuan antara TPK dengan kelompok atau pribadi pengguna/pemanfaat
kegiatan;
2) Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku;
3) Sanksi program/kegiatan.
a Kelompok masyarakat atau perseorangan pengguna/pemanfaat
Kelompok masyarakat atau perseorangan pengguna/pemanfaat tidak dapat
mengelola Gerbang Sadu Mandara dengan baik, seperti menyalahi prinsip-
prinsip, menyalahgunakan dana dan penyimpangan prosedur, hasil kegiatan
tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan, maka bantuan
diberhentikan untuk satu dusun/banjar/lingkungan dimana kelompok atau
perseorangan berdomisili. Bantuan dapat diberikan kembali apabila segala
prinsip-prinsip dan kerugian dikembalikan oleh kelompok masyarakat atau
perseorangan pengguna/pemanfaat kegiatan Gerbang Sadu Mandara.
b Sanksi kepada Tim Pelaksanan Kegiatan (TPK)
Apabila terdapat anggota TPK yang menyalahgunakan dana atau
kewenangan dan atau penyimpangan prosedur, diberhentikan dari
kepengurusan Gerbang Sadu Mandara dan wajib mengembalikan kerugian
yang diakibatkan oleh tindakan yang bersangkutan atau TPK.
BAB II
PERAN PELAKU-PELAKU
Masyarakat adalah pelaku utama Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara
(Gerbang Sadu Mandara) pada tahapan perencanaan, pelaksanaan dan
pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya di desa, berfungsi sebagai
pelaksana, fasilitator, pembimbing dan Pembina agar tujuan, prinsip dan
mekanisme Gerbang Sadu Mandara tercapai dan dilaksanakan secara benar dan
konsisten.
1. PELAKU DI PROVINSI
Pelaku di Provinsi adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dalam
pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara disebut Tim Koordinasi Gerbang Sadu
Mandara Tingkat Provinsi yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur. Pelaku di Provinsi meliputi :
1) Gubernur dan Setda Provinsi Bali sebagai Penasihat dan Asisten
Administrasi Umum Setda Provinsi Bali sebagai Penanggung Jawab dalam
pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara.
2) Tim Koordinasi Provinsi berperan dalam melakukan pembinaan
administrasi dan peran serta masyarakat, verifikasi dan monitoring lokasi
dan kegiatan di Desa , serta melakukan dukungan pelayanan dalam
proses administrasi di Tingkat Provinsi. Tim Koordinasi Provinsi
beranggotakan :
1. Kepala BPMPD Provinsi Bali
2. Inspektur Provinsi Bali
3. Kepala Bappeda Provinsi Bali
4. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi Bali
5. Kepala Dinas PU Provinsi Bali
6. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali
7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali
8. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali
9. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali
10. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali
11. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali
12. Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali
13. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali
14. Kepala Dinas Koperasi UMUKM Provinsi Bali
15. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali
16. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali
17. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali
18. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali
19. Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi Bali
20. Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Bali
21. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Bali
22. Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali
23. Staf Ahli Gubernur Bali
24. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Provinsi Bali
25. Ketua LPPM Perguruan Tinggi se-Bali
3) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah seorang Pejabat
dilingkungan BPMPD atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok
sejenis di Provinsi yang berperan sebagai pelaksana kegiatan Gerbang
Sadu Mandara.
2. PELAKU DI DESA
Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan
dalam pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara. Pelaku di Desa meliputi :
Pelaku Ditingkat Desa :
1) Kepala Desa/Perbekel
Peran Kepala Desa/Perbekel adalah sebagai Pembina/Penasehat dan
pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan Program
Gerbang Sadu Mandara di Desa. Bersama Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung
terjadinya proses pelembagaan, prinsip dan prosedur Gerbang Sadu
Mandara sebagai pola pembangunan partisipatif, serta pengembangan
dan pelestarian aset.
2) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Dalam pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara BPD berperan sebagai
lembaga yang mengawasi proses setiap tahapan, termasuk sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa. Selain itu juga
berperan dalam melegalisasi dan mengesahkan peraturan desa yang
berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian Gerbang Sadu
Mandara.
3) Tim Pengelola Kegiatan (TPK)
a. TPK dalam Bidang Pembangunan Prasaran dan Sarana Dasar
Perdesaan dilaksanakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) Desa. TPK berperan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan, mengelola administrasi, dan keuangan Gerbang Sadu
Mandara bidang Pembangunan Infrastruktur.
b. TPK dalam Bidang Pengembangan Usaha Perekonomian Masyarakat
Perdesaan dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
BUMDes dibentuk berdasarkan Peraturan Desa, dan
kepengurusannya dipilih melalui musyawarah masyarakat desa serta
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa.
c. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)
KPMD adalah warga desa yang terpilih untuk melaksanakan tugas
memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam
mengikuti/melaksanakan tahapan Gerbang Sadu Mandara di
desa/kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan,
maupun pemeliharaan. Sebagai kader masyarakat yang bertugas
membantu pengelolaan pembangunan di desa, diharapkan tidak
terikat oleh waktu. Jumlah KPMD disesuaikan dengan kebutuhan
desa dengan mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum
perempuan, kemampuan teknik, serta kualifikasi pendampingan
kelompok ekonomi dan sebagainya. Sekurang-kurangnya dua orang
laki-laki dan perempuan dengan memanfaatkan KPMD yang sudah
ada di desa. KPMD berfungsi menyiapkan dan menyusun gagasan-
gagasan kegiatan dari tingkat dusun/banjar dalam musyawarah desa
dan musyawarah khusus perempuan.
d. Tim Verifikasi Desa
Anggota Tim Verifikasi Desa dipilih dari anggota masyarakat melalui
musyawarah Desa, bertugas melakukan verifikasi terhadap seluruh
kegiatan Gerbang Sadu Mandara baik yang menyangkut
pembangunan prasarana dan sarana perdesaan maupun peningkatan
dan pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara meliputi; (1) Persiapan Pelaksanaan; (2)
Perencanaan Kegiatan Desa; (3) Pelaksanaan Kegiatan; (4) Penyaluran Dana; (5)
Penyelesaian Kegiatan; dan (6) Pelestarian Kegiatan.
1. Persiapan Pelaksanaan
A. Tingkat Provinsi
1) Rapat Koordinasi Awal di Provinsi
Rapat Koordinasi difasilitasi oleh Ketua/Wakil Ketua Tim Koordinasi
Provinsi dan hasil yang diharapkan:
a. Adanya kesepakatan tentang mekanisme Koordinasi dan rapat-rapat
selama periode pelaksanaan kegiatan.
b. Adanya kesamaan persepsi dan langkah dari seluruh unsur yang ada
terhadap pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara, termasuk dalam hal
sosialisasi, verifikasi lokasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
c. Adanya kesepakatan tentang mekanisme pembahasan dalam
menyelesaikan Permasalahan dan kendala yang muncul.
d. Terjadinya tukar pendapat dan pemberian saran terhadap
penyempurnaan pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara.
2) Sosialisasi dan Pembinaan Gerbang Sadu Mandara
Sosialisasi dan pembinaan dilakukan oleh seluruh anggota Tim Koordinasi
untuk menjelaskan tujuan, sasaran, pelaksanaan dan manfaat kegiatan
Gerbang Sadu Mandara ke Tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.
3) Pemeriksaan kesiapan lapangan
Pemeriksaan kesiapan lapangan dilakukan oleh seluruh anggota Tim
Koordinasi Provinsi setelah tahap sosialisasi dan pembinaan dilakukan.
Pemeriksaan dilakukan untuk menilai kesiapan masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan Gerbang Sadu Mandara.
B. Tingkat Desa
Pengurus TPK bersama Kepala Desa secepatnya mengadakan rapat persiapan
pelaksanaan di desa sebelum memulai pelaksanaan kegiatan. Rapat persiapan
di Desa difasilitasi oleh Fasilitator dan KPM Desa. Hasil rapat persiapan
pelaksanaan menjadi acuan langkah kerja selanjutnya.
Hasil yang diharapkan:
1) Adanya kesepakatan dan kesepahaman tentang peran, fungsi dan
pembagian tugas tiap pengurus TPK dalam pelaksanaan Gerbang Sadu
Mandara di Desa;
2) Tersusunnya Rencana Kerja detail termasuk jadwal, seperti rencana
penggunaan tenaga kerja, pengadaan bahan dan alat, kelompok masyarakat
pelaksana/pengguna dan pemanfaat serta lokasi sasaran kegiatan; dan
3) Adanya kesepakatan jadwal, tata cara, dan sanksi-sanksi pertemuan rutin
mingguan atau bulanan TPK untuk evaluasi pelaksanaan.
2. Perencanaan Kegiatan Desa
Perencanaan kegiatan dimulai dari tahap:
2.1 Sosialisasi
Hasil yang diharapkan melalui sosialisasi adalah:
a. Adanya pemahaman tentang informasi pokok kegiatan Gerbang Sadu
Mandara oleh masyarakat meliputi tujuan, prinsip, kebijakan, pendanaan,
organisasi, proses, dan prosedur.
b. Adanya pemahaman tentang cara pengambilan keputusan mulai dari
tingkat dusun hingga tingkat desa terutama menyangkut pemilihan
kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan/kebutuhan masyarakat
miskin, keputusan pendanaan, dan mekanisme penyaluran dana kegiatan
yang akan dilaksanakan.
2.2 Peserta Sosialisasi Dalam Musyawarah Desa.
Kepala Desa.
BPD.
LPMD, PKK dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
Wakil/Masyarakat miskin dari setiap dusun/banjar.
Wakil perempuan dari setiap dusun/banjar.
Tokoh masyarakat, tokoh agama dari setiap dusun/banjar.
Anggota masyarakat lainnya.
Sosialisasi kegiatan dalam musyawarah Desa terbuka untuk masyarakat.
Sebagai narasumber adalah Tim Koordinasi Provinsi atau PPTK Gerbang Sadu
Mandara. Fasilitator pertemuan adalah Fasilitator Desa, Kader Pemberdayaan
Masyarakat Desa (KPMD).
2.3 Penggalian Gagasan
Penggalian gagasan adalah proses untuk menggali gagasan-gagasan atau
kebutuhan masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kemiskinan
yang dihadapi dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Tahap
awal dari proses penggalian gagasan adalah mengadakan pertemuan di
dusun/banjar untuk membuat peta sosial kemiskinan bersama-sama dengan
warga dusun/banjar setempat. Metode atau teknik yang digunakan dalam
pembuatan peta sosial dalam pertemuan dusun/banjar sebagai berikut:
a Penentuan Klasifikasi Kesejahteraan dan Pemetaan Sosial
Tujuan penentuan klasifikasi kesejahteraan adalah mengelompokkan
rumah tangga miskin di desa dalam kategori masyarakat kaya, menengah
dan miskin menurut kriteria dan istilah setempat. Dalam proses ini
fasilitator harus mendokumentasikan kriteria dan daftar rumah tangga
miskin.
Langkah-langkah penentuan klasifikasi kesejahteraan sebagi berikut:
i. Masyarakat yang hadir diminta untuk mengungkapkan bagaimana
tingkat kesejahteraan yang ada dalam masyarakat selama ini, atau
bagaimana mereka membedakan rumah tangga dalam komunitas desa
mereka, misalnya ada rumah tangga kaya, menengah atau miskin. Jenis
tingkatan yang disebut masyarakat dicatat.
ii. Masyarakat yang hadir dibagi menjadi 3 kelompok diskusi, kelompok
diskusi tentang rumah tangga kaya, menengah dan miskin.
iii. Masing-masing kelompok diminta membuat sebuah gambar yang
menjelaskan tentang tingkat kesejahteraan sesuai topik bahasannya.
(gambar mengacu pada realitas yang ada di masyarakat)
iv. Pemetaan Penduduk Miskin/RTS partisipatif; Pengertian pemetaan
Penduduk Miskin/RTS partisipatif adalah merumuskan kriteria dan
mengidentifikasi nama kepala keluarga, jumlah, dan lokasi Penduduk
Miskin/RTS. Tujuan dari pemetaan adalah mendapatkan kriteria
baseline data Penduduk Miskin/RTS yang mendekati kenyataan tentang
kelompok sasaran program. Masyarakat diminta untuk melakukan
pemetaan Penduduk Miskin partisipatif untuk lebih menjabarkan
kategori miskin dan sangat miskin. Pemetaan ini juga bermanfaat untuk
digunakan sebagai aspek yang dominan dalam menentukan kelayakan
satu usulan oleh tim verifikasi usulan. Kegiatan ini disusun dan
difasilitasi oleh KPM Desa serta Fasilitator. Adapun tahapannya:
menggunakan alat penentuan kriteria dan kategori Penduduk
Miskin/RTS dan sangat miskin, dan melakukan pemetaan berdasarkan
kriteria dan kategori. Setelah membuat klasifikasi tingkatan
kesejahteraan, peserta pertemuan dusun/banjar/lingkungan difasilitasi
untuk membuat peta sosial, penyusunan peta sosial dilakukan dengan
menggambarkan dalam sebuah sketsa peta dusun/banjar/lingkungan
tentang:
Kondisi geografis, sumber daya alam, fasilitas umum, potensi desa,
termasuk yang ada di luar batas desa tetapi berpengaruh terhadap
sosial ekonomi desa, seperti hutan, tambang, kebun, pabrik, pasar, dan
alur transportasi.
Kegunaan Peta Sosial sebagai alat bantu dalam:
Menggali gagasan masyarakat dalam menentukan kegiatan-kegiatan
apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan dan berguna bagi
mayoritas Penduduk Miskin/RTS.
Melaksanakan dan memantau tahapan Gerbang Sadu Mandara,
seperti penulisan usulan, verifikasi, dan musyawarah desa .
2.4 Musyawarah Penggalian Gagasan
Musyawarah penggalian gagasan adalah pertemuan kelompok-kelompok di
dusun/banjar/lingkungan untuk menentukan gagasan-gagasan sesuai
kebutuhan masyarakat terutama Penduduk Miskin/RTS. Musyawarah
penggalian gagasan dilakukan dengan memanfaatkan pertemuan rutin di
dusun/banjar. Bahan yang diperlukan adalah peta sosial dusun/banjar,
daftar penduduk miskin/RTS dan sangat miskin di dusun/banjar berikut
kriterianya, serta lembar diagram kelembagaan.
Hasil yang diharapkan dari musyawarah penggalian gagasan adalah
Adanya pemahaman tentang informasi kegiatan Gerbang Sadu Mandara
oleh masyarakat meliputi tujuan, prinsip, kebijakan, pendanaan,
organisasi, proses, dan prosedur.
Adanya pemahaman tentang gagasan-gagasan atau visi dari masyarakat
untuk mengatasi permasalahan dan penyebab kemiskinan, berdasarkan
potensi dan sumber daya lokal yang dimiliki.
Dokumen yang dihasilkan:
- Berita Acara Keputusan Hasil Musyawarah.
- Daftar Gagasan.
Peserta Musyawarah Penggalian Gagasan
- Kelompok informal yang ada di dusun/banjar.
- Penduduk Miskin/RTS.
2.5 Perencanaan dalam Musyawarah Desa (Musdes)
Perencanaan dalam musdes merupakan pertemuan masyarakat di desa yang
bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses
penggalian gagasan di kelompok-kelompok dusun/banjar. Bahan-bahan yang
harus disiapkan adalah peta desa hasil penggabungan semua peta
dusun/banjar, rekap data Penduduk Miskin/RTS dusun/banjar, diagram
kelembagaan, rekap gagasan semua dusun/banjar, rekap masalah semua
dusun/banjar, dan usulan kelompok perempuan.
Peserta dari perencanaan dalam musdes meliputi:
a Kepala Desa/Perbekel dan aparat desa;
b Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
c Lembaga Pemberayaan Masyarakat (LPM) dan Lembaga Kemasyarakatan
Desa lainnya;
d Wakil Penduduk Miskin/RTS dusun/banjar;
e Wakil Perempuan;
f LSM/Ormas;
g Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama; dan
h Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.
Proses ini difasilitasi oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan
Fasilitator Desa. Perencanaan dalam musdes diadakan perengkingan usulan-
usulan masing-masing dusun/banjar baik untuk pembangunan prasarana
dan sarana dasar Perdesaan dan Kelurahan maupun peningkatan dan
pengembangan usaha ekonomi masyarakat khususnya penduduk
miskin/RTS. Perencanaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara tetap mengacu
pada RPJM Desa serta Perencanaan dalam musdes/muskel dapat juga
membahas usulan-usulan Kegiatan Desa yang akan diajukan pendanaannya
melalui sumber dana lainnya (swadaya, pendapatan Desa , PNPM-MP dan
APBD Kabupaten).
Hasil yang diharapkan dari perencanaan dalam musdes adalah:
Ditetapkannya usulan-usulan prioritas kegiatan pembangunan prasarana dan
sarana dasar Perdesaan yang mendukung pengembangan usaha
perekonomian masyarakat yang berkaitan langsung dengan penanggulangan
kemiskinan.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah
disepakati dalam musdes. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan pelaksanaan dan
tanggung jawab ada pada masyarakat.
b. Masyarakat desa mendapat prioritas untuk turut serta bekerja dalam
pelaksanaan kegiatan, terutama bagi masyarakat miskin atau anggota
keluarganya.
c. Apabila ada bagian yang tidak dapat dikerjakan oleh masyarakat dapat
mendatangkan tenaga terampil atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam
musyawarah desa, dan kebutuhan tersebut di atas sudah masuk dalam RAB
kegiatan.
d. Pengguna dana sesuai dengan rencana kegiatan agar mencapai hasil yang
diharapkan dan selesai tepat waktu.
4. Penyaluran Dana
Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening Desa ke rekening Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). Selanjutnya disalurkan kepada kelompok masyarakat
atau perseorangan dengan persetujuan dari Tim Verifikasi Desa. Setiap penarikan
dana dari Bank yang ditunjuk untuk Desa wajib diketahui dan ditanda tangani
oleh: Ketua BUMDes, Kepala Desa/Perbekel, Ketua LPM Desa dan Ketua BPD.
5. Penyelesaian Kegiatan
Penyelesaian kegiatan adalah penyelesaian dari tiap kegiatan yang telah
dilaksanakan sebagai bagian dari pertanggungjawaban TPK di Desa. Adapun
prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan.
Laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan (LP2K) memuat pernyataan bahwa
seluruh jenis kegiatan telah selesai dilaksanakan 100 %.
b. Realisasi Kegiatan dan Biaya
Realisasi kegiatan dan biaya adalah rincian kegiatan dan penggunaan dana
yang telah dilaksanakan di Desa. TPK bersama KPM Desa dan KPM Kelurahan
yang dibantu oleh Pendamping/Fasilitator membuat rincian realisasi kegiatan
dan biaya beserta rekapitulasinya dan secara berkala (setiap bulan) dilaporkan
kepada Kepala BPMPD Provinsi Bali.
6. Pelestarian Kegiatan
Pelestarian kegiatan Gerbang Sadu Mandara adalah proses keberlanjutan
(sustainable) program yang dapat memberi dampak positif dan bermanfaat bagi
masyarakat khususnya masyarakat miskin di Desa.
BAB IV
PENGENDALIAN
Pengendalian Gerbang Sadu Mandara adalah kegiatan pemantauan, pengawasan,
evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak lanjutnya.
Pengendalian terhadap pelaksanaan seluruh proses dan kegiatan Gerbang Sadu
Mandara bertujuan:
a Menjaga setiap proses Gerbang Sadu Mandara selalu sesuai dengan aturan,
prinsip, dan kebijakan Gerbang Sadu Mandara.
b Menjaga bahwa hasil-hasil dalam seluruh tahapan kegiatan diperoleh melalui
proses dan mekanisme yang benar.
c Mengendalikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.
d Menjaga kualitas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan agar memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan.
e Mengendalikan pemanfaatan dana Gerbang Sadu Mandara agar sesuai dengan
yang direncanakan dan dikelola secara transparan.
f Mengendalikan agar setiap pelaku Gerbang Sadu Mandara dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Strategi dasar dalam pengendalian Gerbang Sadu Mandara adalah:
a Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu
memberikan masukan terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,
b Pelaku Gerbang Sadu Mandara di semua tingkatan menjalankan mekanisme
pelaporan baik formal maupun informal dengan disiplin, akurat, dan efektif.
c Harus ada pemeriksaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang
ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan.
d Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada setiap
tahapan yang dilaksanakan.
e Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan
aturan dengan pemberian sanksi.
Pemantauan dan pengawasan dapat dilakukan oleh; (1) Pemantauan dan Pengawasan
oleh Pemerintah, (2) Pemantauan dan Pengawasan Partisipatif oleh Masyarakat, (3)
Audit dan Pemeriksaan Keuangan, (4) Evaluasi, dan (5) Pelaporan
4.1 Pemantauan dan Pengawasan Partisipatif oleh Masyarakat
Adalah Pemantauan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan program yang
dilakukan oleh masyarakat.
4.2 Pemantauan dan Pengawasan oleh Pemerintah.
Dana Gerbang Sadu Mandara bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Provinsi. Pemerintah berkewajiban untuk memantau dan
mengawasi pelaksanaan Kegiatan Gerbang Sadu Mandara berjalan sesuai dengan
petunjuk teknis kegiatan.
4.3 Audit dan Pemeriksaan Keuangan
Audit dan Pemeriksaan akan dilaksanakan oleh BPKP, BPK dan Inspektorat,
sesuai petunjuk pemeriksaan terhadap Bantuan Keuangan Khusus (BKK) ke
Desa.
4.4 Evaluasi
Evaluasi dalam Gerbang Sadu Mandara dilakukan secara berkala terhadap
seluruh kegiatan Gerbang Sadu Mandara di Desa. Kegiatan evaluasi termasuk
melakukan evaluasi perkembangan pengelolaan kegiatan, kualitas kegiatan, dan
menilai hasil pelaksanaan usaha ekonomi masyarakat serta perkembangan
BUMDes.
4.5 Pelaporan
Pelaporan merupakan proses penyampaian laporan kegiatan Gerbang Sadu
Mandara oleh pelaksana kegiatan di Desa. Isi laporan menyangkut data atau
informasi mengenai perkembangan/kemajuan tahapan pelaksanaan
program/kegiatan, kendala/permasalahan yang terjadi, pencapaian sasaran atau
tujuan Gerbang Sadu Mandara.
Mekanisme pelaporan dilakukan melalui jalur struktural dan fungsional, sebagai
upaya untuk mempercepat proses penyampaian data atau informasi dari desa ke
tingkat Kabupaten dan Provinsi.
Materi laporan meliputi:
a Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan;
b Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan;
c Gambaran kemajuan pelaksanaan kegiatan;
d Target realisasi biaya kegiatan yang sedang dilaksanakan;
e Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya; dan
f Tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program/kegiatan.
Pelaporan BUMDes meliputi:
a Jumlah dana yang disalurkan;
b Jumlah peminjam kredit di BUMDes;
c Kegiatan-kegiatan usaha ekonomi yang dilaksanakan oleh masyarakat;
d Tingkat kemajuan keuangan BUMdes; dan
e Tingkatan kelancaran pengembalian pinjaman dari masyarakat.
BAB V
PENUTUP
Demikian Petunjuk Teknis ini menjadi dasar arahan Pelaksanaan
Kegiatan/Program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara / Gerbang Sadu
Mandara (GSM) Anggaran Perubahan Tahun 2013 di Provinsi Bali, segala penggunaan
dan pemanfaatan bantuan keuangan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dalam petunjuk teknis ini.
GUBERNUR BALI,
MADE MANGKU PASTIKA