GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52...

30
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA DESA MELALUI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan desa di Provinsi Bali, perlu memberikan bantuan kepada pemerintah desa dari perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2013; b. bahwa pemberian bantuan kepada pemerintah desa di Provinsi Bali dapat berdayaguna dan berhasilguna, perlu dibuatkan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Khusus Kepada Desa di Provinsi Bali Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) di Provinsi Bali; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1654); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

Transcript of GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 52...

GUBERNUR BALI

PERATURAN GUBERNUR BALI

NOMOR 52 TAHUN 2013

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA

DESA MELALUI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN

DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI PROVINSI BALI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan desa di Provinsi Bali, perlu memberikan bantuan kepada pemerintah desa dari

perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali Tahun Anggaran 2013;

b. bahwa pemberian bantuan kepada pemerintah desa di

Provinsi Bali dapat berdayaguna dan berhasilguna, perlu

dibuatkan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Khusus Kepada Desa di Provinsi Bali Tahun 2013;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

Peraturan Gubernur tentang Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Desa melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang

Sadu Mandara) di Provinsi Bali;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1654);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembar Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indoenesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 582 Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang

Desa (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembar Negara Republik

Indonesia Nomor 4587); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007

tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis

Masyarakat;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007

tentang Pendataan Program Pembangunan Desa;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011

tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2011

Nomor 450) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun

2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 540);

15. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2009

Nomor 12, Tambah Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 12);

16. Peraturan Gubernur Bali Nomor 69 Tahun 2012 tentang

Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2013 (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2012 Nomor 69), sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 46 Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Gubernur Bali Nomor 69 Tahun 2012 tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2013 Nomor 46);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK TEKNIS

BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA DESA MELALUI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI

PROVINSI BALI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 2. Gubernur adalah Gubernur Bali. 3. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah

Kabupaten/Kota se-Bali. 4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se-Bali.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali yang merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

6. Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

8. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala Desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.

9. Bantuan keuangan khusus kepada Pemerintah Desa adalah bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi Bali kepada Pemerintah Desa yang berwujud uang.

10. Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu strategi yang diinginkan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

11. Pemberdayaan masyarakat Desa adalah upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat Desa dan Kelurahan yang meliputi aspek ekonomi, sosial budaya, politik dan lingkungan hidup melalui penguatan Pemerintahan Desa, lembaga kemasyarakatan dan upaya dalam penguatan kapasitas masyarakat.

12. Pembangunan Partisipatif adalah pembangunan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan serta pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan, dengan peran serta seluruh lapisan masyarakat.

13. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan.

14. Swadaya masyarakat adalah bantuan atau sumbangan dari masyarakat baik dalam bentuk uang, material dan non fisik dalam bentuk tenaga dan pemikiran dalam kegiatan pembangunan.

15. Partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan, pemanfataan, pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan.

16. Musyawarah perencanaan pembangunan di Desa dan Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan stakeholders desa untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya.

17. Pendamping adalah orang/lembaga yang menjalin relasi sosial dengan masyarakat dalam rangka memperkuat dukungan, memotivasi, memfasilitasi dan menjembatani kebutuhan dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di dePendampingan adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara pendamping dengan dampingannya dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa.

18. BUMDes merupakan lembaga usaha masyarakat yang kedudukannya berada diluar struktur Organisasi Pemerintah Desa.

19. Belanja Subsidi adalah belanja yang dianggarkan dalam APBD digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada Perusahaan/Lembaga tertentu dengan

maksud agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

20. Belanja Hibah adalah belanja yang dianggarkan dalam APBD diberikan kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi

swasta/organisasi kemasyarakatan dan/atau kelompok masyarakat/perorangan serta perusahaan daerah, yang bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan fungsi

pemerintahan daerah dan layanan dasar umum serta peningkatan partisipasi dalam penyelenggaraan

pembangunan daerah. 21. Belanja Bantuan Sosial adalah belanja yang

dianggarkan dalam APBD digunakan untuk pemberian

bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada penerima bantuan yang bertujuan untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat. 22. Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumberdayakan

masyarakat desa, yang dibentuk di desa dalam rangka

mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.

23. Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa

Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) adalah salah satu Kegiatan/Program Pemerintah Provinsi Bali

untuk mendukung percepatan pembangunan di Desa dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Penyusunan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan

Khusus Kepada Pemerintahan Desa Melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa

Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) bermaksud

agar pembangunan sistem manajemen terpadu dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

secara efektif dan efisien khususnya dalam penanggulangan kemiskinan dan mengatasi kesenjangan antar wilayah perdesaan.

(2) Penetapan Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Khusus

Kepada Desa Melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) bertujuan:

a. menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam pemanfaatan potensi dan sumber daya alam yang ada secara optimal, lestari, dan berkelanjutan, serta

meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa agar secara bertahap mampu membangun diri dan

lingkungannya secara mandiri; b. menyediakan prasarana dan Sarana dasar yang

mendukung peningkatan usaha ekonomi dan

pendapatan masyarakat perdesaan; c. meningkatkan dan mengembangkan Usaha Ekonomi

Mikro sesuai potensi dan sumberdaya lokal dan

pengurangan pengangguran; dan d. meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat

dalam proses pembangunan infrastruktur dan sosial ekonomi melalui rangkaian musyawarah pembangunan dari tingkat dusun hingga ke tingkat

desa.

BAB III

SISTEMATIKA

Pasal 3

(1) Sistematika Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan

Khusus Kepada Desa Melalui Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) meliputi :

a. BAB I : PENDAHULUAN; b. BAB II : PERAN PELAKU – PELAKU; c. BAB III : PELAKSANAAN KEGIATAN;

d. BAB IV : PENGENDALIAN; dan e. BAB V : PENUTUP

(2) Sistematika Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan

Kepada Desa Melalui Program/Kegiatan Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 4

(1) Desa Penerima Program/Kegiatan Gerakan

Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) diberikan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) sebesar Rp. 1.020.000.000,00 (Satu milyar dua puluh

juta rupiah).

(2) Desa Penerima Program/Kegiatan Gerakan

Pembangunan Desa Terpadu Mandara (Gerbang Sadu Mandara) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Pasal 5

Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Peraturan Gubernur ini dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bali

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 6

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 1 Nopember 2013.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali.

Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 19 Nopember 2013

GUBERNUR BALI,

MADE MANGKU PASTIKA

Diundangkan di Denpasar pada tanggal 19 Nopember 2013

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

COKORDA NGURAH PEMAYUN

BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013 NOMOR 52

LAMPIRAN

PERATURAN GUBERNUR BALI

TANGGAL 19 NOPEMBER 2013 NOMOR 52 TAHUN 2013

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS KEPADA

DESA MELALUI PROGRAM/KEGIATAN GERAKAN PEMBANGUNAN

DESA TERPADU MANDARA (GERBANG SADU MANDARA) DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN

1 LATAR BELAKANG.

Kemiskinan adalah kondisi serba kekurangan dalam pemenuhan

kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan-kebutuhan akan sandang pangan-

papan, kebutuhan akan hidup yang sehat, dan kebutuhan akan pendidikan dasar

bagi anak-anak. Penduduk miskin ”tidak berdaya” dalam memenuhi

kebutuhannnya, karena mereka tidak memiliki aset sebagai sumber pendapatan,

dan struktur sosial-ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik tidak membuka

peluang orang miskin keluar dari lingkaran kemiskinan.

Provinsi Bali secara signifikan telah mencapai kemajuan terkait dengan

upaya pengurangan kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir ini, namun dari

banyak keberhasilan tersebut masih memerlukan penguatan lebih lanjut untuk

mengupayakan penurunan jumlah angka penduduk dibawah garis kemiskinan.

Pemerintah Provinsi Bali telah melakukan beberapa upaya melalui strategi dan

kebijakan dalam peningkatan kesejahteraan dan pengurangan kemiskinan

sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) 2013-2018 dan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(DSPKD).

Sejalan dengan kebijakan di atas, maka mulai Tahun 2012 Pemerintah

Provinsi Bali mengembangkan Program/Kegiatan Gerakan Pembangunan Desa

Terpadu Mandara/Gerbang Sadu Mandara (GSM) menjadi wadah bersama

masyarakat Perdesaan dalam membangun diri dan lingkungannya secara mandiri,

yang mencakup Pembangunan Sarana dan Prasarana serta Sosial Ekonomi

Perdesaan, menjadi salah satu program Inti dalam percepatan penanggulangan

kemiskinan di Provinsi Bali.

Gerbang Sadu Mandara (GSM) merupakan program/kegiatan yang

menempatkan upaya penanggulangan kemiskinan dan pengangguran serta

pengurangan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Prioritas utama kegiatan

ini adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, hasil yang ingin

dicapai adalah :

a. Menurunnya jumlah penduduk miskin dan terciptanya lapangan kerja yang

mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka;

b. Meningkatnya peran desa sebagai basis pertumbuhan ekonomi;

c. Meningkatnya pembangunan pada desa sasaran;

d. Meningkatnya kualitas manusia secara menyeluruh tercermin dari

membaiknya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatnya

pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama;

e. Membaiknya mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang

mengarah pada pengarusutamaan prinsip pembangunan berkelanjutan di

seluruh sektor dan bidang pembangunan Perdesaan.

f. Membaiknya infrastruktur yang ditujukan oleh meningkatnya kuantitas dan

kualitas berbagai sarana penunjang pembangunan.

Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara/Gerbang Sadu Mandara

(GSM) berupaya mendorong pembangunan desa yang berbasis pada sosial

ekonomi masyarakat. Lebih lanjut Gerbang Sadu Mandara diharapkan dapat

mendorong kemandirian masyarakat desa dalam membangun diri dan

lingkungannya secara mandiri melalui peningkatan pendapatan, dan dapat

mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor

72 Tahun 2005 Tentang Desa.

Diharapkan Petunjuk Teknis ini dapat bermanfaat bagi pelaku Gerbang

Sadu Mandara diseluruh tingkatan pelaksanaan, khususnya Pengelola dan

Pengendali kegiatan di Desa untuk memastikan keberhasilan dan pencapaian

tujuan Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara/Gerbang Sadu Mandara

(GSM).

2 DASAR HUKUM

1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2) Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah;

3) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah diubah dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 tahun 2007 Tentang Perencanaan

Pembangunan Desa;

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 tahun 2007 Tentang Pendataan

Program Pembangunan Desa dan kelurahan;

8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 tahun 2007 Tentang

Pembangunan Kawasan Perdesaan berbasis Masyarakat;

9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 2007 Tentang Pedoman

Penataan Lembaga Kemasyarakatan;

10) Perarturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2007 Tentang Kader

Pemberdayaan Masyarakat (KPM);

11) Perarturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2008 tentang pedoman tata

cara pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa;

12) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 46 tahun 1994 Tentang

Pemasyarakatan Pola Tata Desa;

13) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pokok – pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah; dan

14) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Provinsi Bali Tahun 2013.

3 TUJUAN

a. Tujuan Umum

Mempercepat Pembangunan infra struktur dan sosial ekonomi masyarakat

diperdesaan dengan berbasis pada sumber daya lokal untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat Desa, mengurangi kesenjangan antar wilayah,

pengentasan kemiskinan, dan memperbaiki pengelolaan pemerintahan Desa

serta penguatan institusi lokal ditingkat Desa.

3.2 Tujuan Khusus

a Menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam pemanfaatan potensi dan

sumber daya alam yang ada secara optimal, lestari, dan berkelanjutan,

serta meningkatkan pendapatan masyarakat Desa agar secara bertahap

mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri;

b Menyediakan prasarana dan sarana dasar yang mendukung peningkatan

usaha ekonomi dan pendapatan masyarakat perdesaan;

c Meningkatkan dan mengembangkan usaha ekonomi mikro sesuai dengan

potensi dan sumberdaya lokal serta pengurangan pengangguran;

d Meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam proses

pembangunan infrastruktur dan sosial ekonomi melalui rangkaian

musyawarah pembangunan dari tingkat dusun hingga ke tingkat Desa.

4 SASARAN

1) Terbangunnya infrastruktur dasar yang mendukung pengembangan sosial

ekonomi masyarakat pedesaan, meliputi pembangunan infrastruktur

(prasarana) pada 6 (enam) kategori yaitu: (i) transportasi, (ii) produksi

pertanian, (iii) pemasaran, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi)

kesehatan;

2) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat khususnya masyarakat miskin

dan kelompok perempuan dalam pengembangan usaha ekonomi di perdesaan;

3) Meningkatnya kemampuan Lembaga Kemasyarakatan Desa seperti Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK) menjalankan fungsinya mengelola pembangunan partisipatif

dalam pelaksanaan manajemen Gerbang Sadu Mandara;

4) Meningkatnya kapasitas Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) sebagai Pembina, pendamping, dan pengawas pengembangan

sistem manajemen Gerbang Sadu Mandara;

5) Meningkatnya Kapasitas Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)

menjalankan perannya dalam menggerakkan partisipasi, swadaya dan gotong

royong masyarakat dalam pembangunan desa.

5 KOMPONEN GERBANG SADU MANDARA

5.1 Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan dalam Skala Kecil

Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan skala kecil yang dimaksud di

atas 6 (enam) kategori sebagai berikut:

1 Infrastruktur Transportasi

Termasuk didalamnya adalah jalan, jembatan, tambatan perahu, dan

komponen terkait;

2 Peningkatan Produksi Pertanian

Termasuk didalamnya adalam irigasi tersier diluar inventaris Dinas PU;

3 Peningkatan Pemasaran

Termasuk didalamnya adalah Pasar, Gudang Produksi, dan lantai jemur;

4 Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan

Untuk Air Bersih, termasuk di dalamnya adalah perpipaan, bak

penampungan air bersih, sumur pompa tangan, dan hidran umum;

sedangkan untuk Sanitasi, termasuk di dalamnya adalam kamar mandi

umum ( prasarana mandi, cuci, dan kakus /MCK) dan drainase;

5 Pendidikan

Termasuk di dalamnya adalah Penyediaan sarana ruang belajar

masyarakat (RBM) dan Teknologi Tepat Guna;

6 Kesehatan

a) Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes);

b) Pengadaan Sarana Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

5.2 Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat Perdesaan

Komponen pengembangan usaha ekonomi masyarakat perdesaan dikelola

oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Dana BKK yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

hanya dapat dipergunakan untuk kegiatan usaha ekonomi

masyarakat dan tidak diperkenankan untuk dipergunakan pada

keperluan-keperluan konsumtif;

2. Dalam menentukan calon debitur BUMDes harus dilakukan

melalui analisa dari Tim Verifikasi Desa dan Fasilitator Desa;

3. Dana yang dikelola oleh BUMDes diutamakan untuk

pengembangan usaha ekonomi Penduduk Miskin/RTS dengan

bunga 1 % atau sesuai dengan kesepakatan masyarakat dalam

musyawarah desa, sedangkan bunga yang dikenakan pada

penduduk lainnya ditetapkan sesuai kesepakatan masyarakat

melalui musyawarah desa;

4. Mengenai jenis usaha yang akan dilaksanakan oleh Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Desa

(Perdes) tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa;

5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berperan juga sebagai

penyedia bahan baku produksi yang dibutuhkan oleh masyarakat

serta menampung dan memasarkan hasil produksi masyarakat;

6. Peraturan Desa tentang Pembentukan BUMDes harus tetap

berpedoman pada prinsip-prinsip Gerbang Sadu Mandara. Dalam

proses penyusunan Peraturan Desa tersebut wajib dibimbing dan

dipandu oleh Tim Koordinasi Provinsi agar Jenis Usaha BUMDes

benar-benar sesuai dengan potensi masyarakat dan potensi

sumber daya lokal;

7. Pedoman Pembentukan dan Operasional BUMDes Gerbang Sadu

Mandara akan dibuat secara tersendiri.

6 PRINSIP DASAR GERBANG SADU MANDARA

Gerbang Sadu Mandara mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu

menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun

tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan dan nilai-nilai

tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya Bali Maju, Aman, Damai, dan

Sejahtera (Mandara), meliputi:

1) Bertumpu pada pembangunan manusia sesuai kearifan lokal. Pengertian

pembangunan manusia berdasarkan kearifan lokal adalah masyarakat

hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya

pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata dan menjamin

kegiatan yang akan dilaksanakan tidak bertentangan dengan kearifan lokal

(adat dan sosial budaya) yang sudah ada di masyarakat;

2) Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan

kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa

intervensi negative dari luar;

3) Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang

yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan sektoral dan

kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai

dengan kapasitas masyarakat;

4) Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian berorientasi pada

masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada

peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat miskin;

5) Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara

aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari

tahap sosialisasi, perencanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan

sumbangan tenaga,pikiran, atau dalam bentuk materil;

6) Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan keadilan

gender adalah masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mempunyai

kesetaraan dalam berperan pada setiap tahapan program dan dalam

menikmati manfaat kegiatan pembangunan. Kesetaraan juga dalam pengertian

kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik;

7) Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil

keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat;

8) Transparansi dan Akuntabel. Pengertian transparansi dan Akuntabel adalah

masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan

keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka

dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun

administratif;

9) Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan

yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan

kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan; dan

10) Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam setiap

keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah

mempertimbangkan sistem pelestariannya.

7 ALOKASI SASARAN GERBANG SADU MANDARA.

7.1. Lokasi Sasaran

Lokasi sasaran Gerbang Sadu Mandara difokuskan pada Desa yang terdapat

di 7 (tujuh) Kabupaten meliputi; Kabupaten Buleleng, Karangasem,

Klungkung, Bangli, Gianyar, Badung dan Tabanan.

7.2. Desa sebagaimana tersebut di atas wajib:

a Ditingkat Desa, Kepala Desa membentuk Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) selanjutnya bertindak sebagai Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)

Gerbang Sadu Mandara dalam bidang pengembangan usaha

perekonomian masyarakat perdesaan.

b Ditingkat Desa menetapkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

sebagai Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dalam bidang Pembangunan

Prasarana dan Sarana dasar Perdesaan.

7.3. Kelompok Sasaran.

a. Kelompok atau perseorangan masyarakat miskin.

b. Kelembagaan Masyarakat di Perdesaan.

c. Kelembagaan Pemerintahan Desa

8 PENDANAAN

Kegiatan Gerbang Sadu Mandara merupakan Program Pemerintah Provinsi, yang

direncanakan, dilaksanakan dan didanai dari APBD Perubahan Provinsi Bali

Tahun Anggaran 2013, melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK) GERBANG

SADU MANDARA ke Desa sebesar Rp. 1.020.000.000,- (satu milyar dua puluh

juta rupiah) untuk masing-masing desa, akan menyasar sebanyak 49 desa. Dana

GSM dikelola/dipergunakan untuk : membiayai Kegiatan Pembangunan

Prasarana dan Sarana Dasar Perdesaan maksimal sebanyak Rp. 200.000.000,-

(20%) dan Pengembangan Usaha Perekonomian Masyarakat Perdesaan khususnya

penduduk miskin sebesar Rp. 800.000.000,- (80%) dan dana Rp 20.000.000,-

(dua puluh juta rupiah) untuk masing-masing desa dipergunakan untuk dana

operasional pelaksanaan kegiatan GSM.

9.1 Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Pemberian Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dimaksudkan agar

pembangunan sistem manajemen terpadu dapat mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien khususnya dalam

penanggulangan kemiskinan dan mengatasi kesenjangan antar wilayah

perdesaan.

b. Bantuan Keuangan bertujuan untuk:

a) Mendorong masyarakat menerapkan sistem manajemen Pembangunan

Desa Terpadu berbasis masyarakat melalui Gerakan Pembangunan

Desa Terpadu Mandara;

b) Mendorong dan menggerakan partisipasi dan swadaya gotong royong

masyarakat dalam pembangunan desa;

c) Menumbuhkan kreativitas masyarakat dalam pemanfaatan potensi dan

sumber daya alam yang ada secara optimal, lestari dan berkelanjutan

untuk peningkatan kesejahteraan;

d) Memperkuat kapasitas Pemerintah Desa dalam menjalankan tugas

dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Mendorong perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) serta Lembaga Kemasyarakatan (PKK, LPM, Karang Taruna,

dan Lembaga Adat) meningkatkan kemampuan sebagai Pembina,

pendamping, dan pengawas pengembangan sistem manajemen

Gerbang Sadu Mandara secara optimal;

e) Mendorong Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)

menjalankan perannya dalam menggerakkan partisipasi, swadaya dan

gotong royong masyarakat dalam pembangunan desa;

f) Mengembangkan kerjasama dan keswadayaan masyarakat dan

pemerintahan desa dalam menata lingkungan desa yang

berkesinambungan; dan

g) Mendorong terciptanya stabilitas perekonomian masyarakat desa.

9.2 Mekanisme Penyaluran

Dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) disalurkan langsung ke Rekening

Desa setelah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a Setelah melalui tahapan pembinaan, sosialisasi dan pemeriksaan kesiapan

lapangan oleh Tim Koordinasi Gerbang Sadu Provinsi Bali, SKPD

penanggung jawab kegiatan dalam hal ini BPMPD Provinsi Bali

mengajukan penetapan Surat Keputusan Gubernur Bali tentang Desa

penerima Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Gerbang Sadu Mandara.

b Tim Koordinasi mempersiapkan konsep Memorandum Of Understanding

(MOU) tentang kesiapan Desa yang bersangkutan melaksanakan Program

Gerbang Sadu Mandara. MOU ditandatangani langsung oleh Gubernur

dengan masing-masing Bupati penerima BKK.

9.3 Pencairan dana di Provinsi.

Pengajuan SPP Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dilakukan oleh BPMPD

Provinsi Bali dengan melampirkan :

a Surat Keputusan Gubernur Bali tentang penetapan Desa penerima BKK

Gerbang Sadu Mandara;

b Ditingkat Desa, melampirkan Surat Keputusan Kepala Desa tentang

susunan kepengurusan Tim Pengelola Kegiatan di Tingkat Desa yaitu

Kepengurusan BUMDes dan LPM Desa disertai dengan Peraturan Desa

tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan proposal

GSM yang telah disetujui oleh Kepala Desa dan diketahui oleh Bappeda

Kabupaten masing-masing; dan

9 Pemanfaatan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) di Desa

Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Gerbang Sadu Mandara pada tahun pertama

dimanfaatkan untuk kegiatan Pembangunan Desa, dengan rincian sebagai

berikut :

a Pemanfaatan dana sebesar 20 % dipergunakan untuk Pembangunan

Prasarana dan Sarana Dasar Perdesaan / Kelurahan sebagaimana tersebut

pada point 5.1 Komponen Gerbang Sadu Mandara dikelola oleh Tim

Pelaksana Kegiatan (TPK); dan

b Pemanfaatan dana sebesar 80 % dipergunakan untuk peningkatan usaha

ekonomi perdesaan dan kelurahan sebagaimana tercantum pada point 5.2

yang dikelola oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dalam hal ini Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes).

10 Pencairan Dana di Desa .

Pencairan dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) di Desa dapat dilakukan

dengan ketentuan sebagai berikut :

10.1 Dana peningkatan dan pengembangan usaha perekonomian masyarakat

80 % dicairkan langsung dari rekening desa ke rekening Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes) dan 20 % dicairkan ke rekening Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM).

10.2 Proses pencairan dana dari rekening Desa ke rekening BUMDes dan LPM

dilakukan secepatnya dan diketahui serta ditanda tangani bersama Ketua

BPD dan Bendahara Desa.

10.3 Dana pembangunan prasarana dan sarana perdesaan dicairkan secara

bertahap sesuai dengan rencana penggunaan atau berdasarkan usulan

masyarakat yang ditetapkan melalui hasil musyawarah desa.

11 Tindak lanjut Pengelolaan dan Pemanfaatan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) di

Tingkat Desa

Tindak lanjut Pengelolaan dan pemanfaatan Bantuan Keuangan Khusus (BKK)

Gerbang Sadu Mandara yang dikelola oleh LPM dan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) di tingkat Desa dan Tim Pelaksana Kegiatan, diatur lebih lanjut dalam

Peraturan Desa dan Peraturan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan

tetap mendasari nilai-nilai prinsip dasar Gerbang Sadu Mandara dan hasil

musyawarah masyarakat desa yang disepakati. Dalam penyusunan Peraturan

Desa dan Peraturan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) tersebut dipandu

oleh Tim Koordinasi Kabupaten dan Provinsi.

12 SANKSI

Sanksi adalah salah satu bentuk pemberlakuan kondisi dikarenakan adanya

pelanggaran atas peraturan dan tata cara yang telah ditetapkan di dalam Gerbang

Sadu Mandara. Sanksi bertujuan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab

berbagai pihak terkait dalam pengelolaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara.

Sanksi dapat berupa:

1) Sanksi masyarakat, yaitu sanksi yang ditetapkan melalui kesepakatan dalam

musyawarah masyarakat. Semua kesepakatan sanksi dituangkan secara

tertulis dan dicantumkan dalam Peraturan Desa tentang pelaksanaan

Bantuan Keuangan Khusus Gerbang Sadu Mandara dan dalam berita acara

pertemuan antara TPK dengan kelompok atau pribadi pengguna/pemanfaat

kegiatan;

2) Sanksi hukum, yaitu sanksi yang diberikan sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku;

3) Sanksi program/kegiatan.

a Kelompok masyarakat atau perseorangan pengguna/pemanfaat

Kelompok masyarakat atau perseorangan pengguna/pemanfaat tidak dapat

mengelola Gerbang Sadu Mandara dengan baik, seperti menyalahi prinsip-

prinsip, menyalahgunakan dana dan penyimpangan prosedur, hasil kegiatan

tidak terpelihara atau hasil kegiatan tidak dapat dimanfaatkan, maka bantuan

diberhentikan untuk satu dusun/banjar/lingkungan dimana kelompok atau

perseorangan berdomisili. Bantuan dapat diberikan kembali apabila segala

prinsip-prinsip dan kerugian dikembalikan oleh kelompok masyarakat atau

perseorangan pengguna/pemanfaat kegiatan Gerbang Sadu Mandara.

b Sanksi kepada Tim Pelaksanan Kegiatan (TPK)

Apabila terdapat anggota TPK yang menyalahgunakan dana atau

kewenangan dan atau penyimpangan prosedur, diberhentikan dari

kepengurusan Gerbang Sadu Mandara dan wajib mengembalikan kerugian

yang diakibatkan oleh tindakan yang bersangkutan atau TPK.

BAB II

PERAN PELAKU-PELAKU

Masyarakat adalah pelaku utama Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara

(Gerbang Sadu Mandara) pada tahapan perencanaan, pelaksanaan dan

pelestarian. Sedangkan pelaku-pelaku lainnya di desa, berfungsi sebagai

pelaksana, fasilitator, pembimbing dan Pembina agar tujuan, prinsip dan

mekanisme Gerbang Sadu Mandara tercapai dan dilaksanakan secara benar dan

konsisten.

1. PELAKU DI PROVINSI

Pelaku di Provinsi adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dalam

pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara disebut Tim Koordinasi Gerbang Sadu

Mandara Tingkat Provinsi yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur. Pelaku di Provinsi meliputi :

1) Gubernur dan Setda Provinsi Bali sebagai Penasihat dan Asisten

Administrasi Umum Setda Provinsi Bali sebagai Penanggung Jawab dalam

pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara.

2) Tim Koordinasi Provinsi berperan dalam melakukan pembinaan

administrasi dan peran serta masyarakat, verifikasi dan monitoring lokasi

dan kegiatan di Desa , serta melakukan dukungan pelayanan dalam

proses administrasi di Tingkat Provinsi. Tim Koordinasi Provinsi

beranggotakan :

1. Kepala BPMPD Provinsi Bali

2. Inspektur Provinsi Bali

3. Kepala Bappeda Provinsi Bali

4. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi Bali

5. Kepala Dinas PU Provinsi Bali

6. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali

7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali

8. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali

9. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali

10. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali

11. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali

12. Kepala Dinas Sosial Provinsi Bali

13. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali

14. Kepala Dinas Koperasi UMUKM Provinsi Bali

15. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali

16. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali

17. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali

18. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali

19. Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi Bali

20. Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Bali

21. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Bali

22. Kepala Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali

23. Staf Ahli Gubernur Bali

24. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Provinsi Bali

25. Ketua LPPM Perguruan Tinggi se-Bali

3) Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah seorang Pejabat

dilingkungan BPMPD atau pejabat lain yang mempunyai tugas pokok

sejenis di Provinsi yang berperan sebagai pelaksana kegiatan Gerbang

Sadu Mandara.

2. PELAKU DI DESA

Pelaku di desa adalah pelaku-pelaku yang berkedudukan dan berperan

dalam pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara. Pelaku di Desa meliputi :

Pelaku Ditingkat Desa :

1) Kepala Desa/Perbekel

Peran Kepala Desa/Perbekel adalah sebagai Pembina/Penasehat dan

pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan Program

Gerbang Sadu Mandara di Desa. Bersama Badan Permusyawaratan

Desa (BPD), menyusun peraturan desa yang relevan dan mendukung

terjadinya proses pelembagaan, prinsip dan prosedur Gerbang Sadu

Mandara sebagai pola pembangunan partisipatif, serta pengembangan

dan pelestarian aset.

2) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Dalam pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara BPD berperan sebagai

lembaga yang mengawasi proses setiap tahapan, termasuk sosialisasi,

perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa. Selain itu juga

berperan dalam melegalisasi dan mengesahkan peraturan desa yang

berkaitan dengan pelembagaan dan pelestarian Gerbang Sadu

Mandara.

3) Tim Pengelola Kegiatan (TPK)

a. TPK dalam Bidang Pembangunan Prasaran dan Sarana Dasar

Perdesaan dilaksanakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(LPM) Desa. TPK berperan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan

kegiatan, mengelola administrasi, dan keuangan Gerbang Sadu

Mandara bidang Pembangunan Infrastruktur.

b. TPK dalam Bidang Pengembangan Usaha Perekonomian Masyarakat

Perdesaan dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

BUMDes dibentuk berdasarkan Peraturan Desa, dan

kepengurusannya dipilih melalui musyawarah masyarakat desa serta

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa.

c. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)

KPMD adalah warga desa yang terpilih untuk melaksanakan tugas

memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam

mengikuti/melaksanakan tahapan Gerbang Sadu Mandara di

desa/kelompok masyarakat pada tahap perencanaan, pelaksanaan,

maupun pemeliharaan. Sebagai kader masyarakat yang bertugas

membantu pengelolaan pembangunan di desa, diharapkan tidak

terikat oleh waktu. Jumlah KPMD disesuaikan dengan kebutuhan

desa dengan mempertimbangkan keterlibatan atau peran serta kaum

perempuan, kemampuan teknik, serta kualifikasi pendampingan

kelompok ekonomi dan sebagainya. Sekurang-kurangnya dua orang

laki-laki dan perempuan dengan memanfaatkan KPMD yang sudah

ada di desa. KPMD berfungsi menyiapkan dan menyusun gagasan-

gagasan kegiatan dari tingkat dusun/banjar dalam musyawarah desa

dan musyawarah khusus perempuan.

d. Tim Verifikasi Desa

Anggota Tim Verifikasi Desa dipilih dari anggota masyarakat melalui

musyawarah Desa, bertugas melakukan verifikasi terhadap seluruh

kegiatan Gerbang Sadu Mandara baik yang menyangkut

pembangunan prasarana dan sarana perdesaan maupun peningkatan

dan pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin.

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara meliputi; (1) Persiapan Pelaksanaan; (2)

Perencanaan Kegiatan Desa; (3) Pelaksanaan Kegiatan; (4) Penyaluran Dana; (5)

Penyelesaian Kegiatan; dan (6) Pelestarian Kegiatan.

1. Persiapan Pelaksanaan

A. Tingkat Provinsi

1) Rapat Koordinasi Awal di Provinsi

Rapat Koordinasi difasilitasi oleh Ketua/Wakil Ketua Tim Koordinasi

Provinsi dan hasil yang diharapkan:

a. Adanya kesepakatan tentang mekanisme Koordinasi dan rapat-rapat

selama periode pelaksanaan kegiatan.

b. Adanya kesamaan persepsi dan langkah dari seluruh unsur yang ada

terhadap pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara, termasuk dalam hal

sosialisasi, verifikasi lokasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

c. Adanya kesepakatan tentang mekanisme pembahasan dalam

menyelesaikan Permasalahan dan kendala yang muncul.

d. Terjadinya tukar pendapat dan pemberian saran terhadap

penyempurnaan pelaksanaan Gerbang Sadu Mandara.

2) Sosialisasi dan Pembinaan Gerbang Sadu Mandara

Sosialisasi dan pembinaan dilakukan oleh seluruh anggota Tim Koordinasi

untuk menjelaskan tujuan, sasaran, pelaksanaan dan manfaat kegiatan

Gerbang Sadu Mandara ke Tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa.

3) Pemeriksaan kesiapan lapangan

Pemeriksaan kesiapan lapangan dilakukan oleh seluruh anggota Tim

Koordinasi Provinsi setelah tahap sosialisasi dan pembinaan dilakukan.

Pemeriksaan dilakukan untuk menilai kesiapan masyarakat dalam

melaksanakan kegiatan Gerbang Sadu Mandara.

B. Tingkat Desa

Pengurus TPK bersama Kepala Desa secepatnya mengadakan rapat persiapan

pelaksanaan di desa sebelum memulai pelaksanaan kegiatan. Rapat persiapan

di Desa difasilitasi oleh Fasilitator dan KPM Desa. Hasil rapat persiapan

pelaksanaan menjadi acuan langkah kerja selanjutnya.

Hasil yang diharapkan:

1) Adanya kesepakatan dan kesepahaman tentang peran, fungsi dan

pembagian tugas tiap pengurus TPK dalam pelaksanaan Gerbang Sadu

Mandara di Desa;

2) Tersusunnya Rencana Kerja detail termasuk jadwal, seperti rencana

penggunaan tenaga kerja, pengadaan bahan dan alat, kelompok masyarakat

pelaksana/pengguna dan pemanfaat serta lokasi sasaran kegiatan; dan

3) Adanya kesepakatan jadwal, tata cara, dan sanksi-sanksi pertemuan rutin

mingguan atau bulanan TPK untuk evaluasi pelaksanaan.

2. Perencanaan Kegiatan Desa

Perencanaan kegiatan dimulai dari tahap:

2.1 Sosialisasi

Hasil yang diharapkan melalui sosialisasi adalah:

a. Adanya pemahaman tentang informasi pokok kegiatan Gerbang Sadu

Mandara oleh masyarakat meliputi tujuan, prinsip, kebijakan, pendanaan,

organisasi, proses, dan prosedur.

b. Adanya pemahaman tentang cara pengambilan keputusan mulai dari

tingkat dusun hingga tingkat desa terutama menyangkut pemilihan

kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan/kebutuhan masyarakat

miskin, keputusan pendanaan, dan mekanisme penyaluran dana kegiatan

yang akan dilaksanakan.

2.2 Peserta Sosialisasi Dalam Musyawarah Desa.

Kepala Desa.

BPD.

LPMD, PKK dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

Wakil/Masyarakat miskin dari setiap dusun/banjar.

Wakil perempuan dari setiap dusun/banjar.

Tokoh masyarakat, tokoh agama dari setiap dusun/banjar.

Anggota masyarakat lainnya.

Sosialisasi kegiatan dalam musyawarah Desa terbuka untuk masyarakat.

Sebagai narasumber adalah Tim Koordinasi Provinsi atau PPTK Gerbang Sadu

Mandara. Fasilitator pertemuan adalah Fasilitator Desa, Kader Pemberdayaan

Masyarakat Desa (KPMD).

2.3 Penggalian Gagasan

Penggalian gagasan adalah proses untuk menggali gagasan-gagasan atau

kebutuhan masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kemiskinan

yang dihadapi dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Tahap

awal dari proses penggalian gagasan adalah mengadakan pertemuan di

dusun/banjar untuk membuat peta sosial kemiskinan bersama-sama dengan

warga dusun/banjar setempat. Metode atau teknik yang digunakan dalam

pembuatan peta sosial dalam pertemuan dusun/banjar sebagai berikut:

a Penentuan Klasifikasi Kesejahteraan dan Pemetaan Sosial

Tujuan penentuan klasifikasi kesejahteraan adalah mengelompokkan

rumah tangga miskin di desa dalam kategori masyarakat kaya, menengah

dan miskin menurut kriteria dan istilah setempat. Dalam proses ini

fasilitator harus mendokumentasikan kriteria dan daftar rumah tangga

miskin.

Langkah-langkah penentuan klasifikasi kesejahteraan sebagi berikut:

i. Masyarakat yang hadir diminta untuk mengungkapkan bagaimana

tingkat kesejahteraan yang ada dalam masyarakat selama ini, atau

bagaimana mereka membedakan rumah tangga dalam komunitas desa

mereka, misalnya ada rumah tangga kaya, menengah atau miskin. Jenis

tingkatan yang disebut masyarakat dicatat.

ii. Masyarakat yang hadir dibagi menjadi 3 kelompok diskusi, kelompok

diskusi tentang rumah tangga kaya, menengah dan miskin.

iii. Masing-masing kelompok diminta membuat sebuah gambar yang

menjelaskan tentang tingkat kesejahteraan sesuai topik bahasannya.

(gambar mengacu pada realitas yang ada di masyarakat)

iv. Pemetaan Penduduk Miskin/RTS partisipatif; Pengertian pemetaan

Penduduk Miskin/RTS partisipatif adalah merumuskan kriteria dan

mengidentifikasi nama kepala keluarga, jumlah, dan lokasi Penduduk

Miskin/RTS. Tujuan dari pemetaan adalah mendapatkan kriteria

baseline data Penduduk Miskin/RTS yang mendekati kenyataan tentang

kelompok sasaran program. Masyarakat diminta untuk melakukan

pemetaan Penduduk Miskin partisipatif untuk lebih menjabarkan

kategori miskin dan sangat miskin. Pemetaan ini juga bermanfaat untuk

digunakan sebagai aspek yang dominan dalam menentukan kelayakan

satu usulan oleh tim verifikasi usulan. Kegiatan ini disusun dan

difasilitasi oleh KPM Desa serta Fasilitator. Adapun tahapannya:

menggunakan alat penentuan kriteria dan kategori Penduduk

Miskin/RTS dan sangat miskin, dan melakukan pemetaan berdasarkan

kriteria dan kategori. Setelah membuat klasifikasi tingkatan

kesejahteraan, peserta pertemuan dusun/banjar/lingkungan difasilitasi

untuk membuat peta sosial, penyusunan peta sosial dilakukan dengan

menggambarkan dalam sebuah sketsa peta dusun/banjar/lingkungan

tentang:

Kondisi geografis, sumber daya alam, fasilitas umum, potensi desa,

termasuk yang ada di luar batas desa tetapi berpengaruh terhadap

sosial ekonomi desa, seperti hutan, tambang, kebun, pabrik, pasar, dan

alur transportasi.

Kegunaan Peta Sosial sebagai alat bantu dalam:

Menggali gagasan masyarakat dalam menentukan kegiatan-kegiatan

apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan dan berguna bagi

mayoritas Penduduk Miskin/RTS.

Melaksanakan dan memantau tahapan Gerbang Sadu Mandara,

seperti penulisan usulan, verifikasi, dan musyawarah desa .

2.4 Musyawarah Penggalian Gagasan

Musyawarah penggalian gagasan adalah pertemuan kelompok-kelompok di

dusun/banjar/lingkungan untuk menentukan gagasan-gagasan sesuai

kebutuhan masyarakat terutama Penduduk Miskin/RTS. Musyawarah

penggalian gagasan dilakukan dengan memanfaatkan pertemuan rutin di

dusun/banjar. Bahan yang diperlukan adalah peta sosial dusun/banjar,

daftar penduduk miskin/RTS dan sangat miskin di dusun/banjar berikut

kriterianya, serta lembar diagram kelembagaan.

Hasil yang diharapkan dari musyawarah penggalian gagasan adalah

Adanya pemahaman tentang informasi kegiatan Gerbang Sadu Mandara

oleh masyarakat meliputi tujuan, prinsip, kebijakan, pendanaan,

organisasi, proses, dan prosedur.

Adanya pemahaman tentang gagasan-gagasan atau visi dari masyarakat

untuk mengatasi permasalahan dan penyebab kemiskinan, berdasarkan

potensi dan sumber daya lokal yang dimiliki.

Dokumen yang dihasilkan:

- Berita Acara Keputusan Hasil Musyawarah.

- Daftar Gagasan.

Peserta Musyawarah Penggalian Gagasan

- Kelompok informal yang ada di dusun/banjar.

- Penduduk Miskin/RTS.

2.5 Perencanaan dalam Musyawarah Desa (Musdes)

Perencanaan dalam musdes merupakan pertemuan masyarakat di desa yang

bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses

penggalian gagasan di kelompok-kelompok dusun/banjar. Bahan-bahan yang

harus disiapkan adalah peta desa hasil penggabungan semua peta

dusun/banjar, rekap data Penduduk Miskin/RTS dusun/banjar, diagram

kelembagaan, rekap gagasan semua dusun/banjar, rekap masalah semua

dusun/banjar, dan usulan kelompok perempuan.

Peserta dari perencanaan dalam musdes meliputi:

a Kepala Desa/Perbekel dan aparat desa;

b Badan Permusyawaratan Desa (BPD);

c Lembaga Pemberayaan Masyarakat (LPM) dan Lembaga Kemasyarakatan

Desa lainnya;

d Wakil Penduduk Miskin/RTS dusun/banjar;

e Wakil Perempuan;

f LSM/Ormas;

g Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama; dan

h Anggota masyarakat lainnya yang berminat untuk hadir.

Proses ini difasilitasi oleh Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan

Fasilitator Desa. Perencanaan dalam musdes diadakan perengkingan usulan-

usulan masing-masing dusun/banjar baik untuk pembangunan prasarana

dan sarana dasar Perdesaan dan Kelurahan maupun peningkatan dan

pengembangan usaha ekonomi masyarakat khususnya penduduk

miskin/RTS. Perencanaan kegiatan Gerbang Sadu Mandara tetap mengacu

pada RPJM Desa serta Perencanaan dalam musdes/muskel dapat juga

membahas usulan-usulan Kegiatan Desa yang akan diajukan pendanaannya

melalui sumber dana lainnya (swadaya, pendapatan Desa , PNPM-MP dan

APBD Kabupaten).

Hasil yang diharapkan dari perencanaan dalam musdes adalah:

Ditetapkannya usulan-usulan prioritas kegiatan pembangunan prasarana dan

sarana dasar Perdesaan yang mendukung pengembangan usaha

perekonomian masyarakat yang berkaitan langsung dengan penanggulangan

kemiskinan.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah

disepakati dalam musdes. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan hal-

hal sebagai berikut:

a. Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan pelaksanaan dan

tanggung jawab ada pada masyarakat.

b. Masyarakat desa mendapat prioritas untuk turut serta bekerja dalam

pelaksanaan kegiatan, terutama bagi masyarakat miskin atau anggota

keluarganya.

c. Apabila ada bagian yang tidak dapat dikerjakan oleh masyarakat dapat

mendatangkan tenaga terampil atau ahli dari luar sepanjang disepakati dalam

musyawarah desa, dan kebutuhan tersebut di atas sudah masuk dalam RAB

kegiatan.

d. Pengguna dana sesuai dengan rencana kegiatan agar mencapai hasil yang

diharapkan dan selesai tepat waktu.

4. Penyaluran Dana

Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening Desa ke rekening Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes). Selanjutnya disalurkan kepada kelompok masyarakat

atau perseorangan dengan persetujuan dari Tim Verifikasi Desa. Setiap penarikan

dana dari Bank yang ditunjuk untuk Desa wajib diketahui dan ditanda tangani

oleh: Ketua BUMDes, Kepala Desa/Perbekel, Ketua LPM Desa dan Ketua BPD.

5. Penyelesaian Kegiatan

Penyelesaian kegiatan adalah penyelesaian dari tiap kegiatan yang telah

dilaksanakan sebagai bagian dari pertanggungjawaban TPK di Desa. Adapun

prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan.

Laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan (LP2K) memuat pernyataan bahwa

seluruh jenis kegiatan telah selesai dilaksanakan 100 %.

b. Realisasi Kegiatan dan Biaya

Realisasi kegiatan dan biaya adalah rincian kegiatan dan penggunaan dana

yang telah dilaksanakan di Desa. TPK bersama KPM Desa dan KPM Kelurahan

yang dibantu oleh Pendamping/Fasilitator membuat rincian realisasi kegiatan

dan biaya beserta rekapitulasinya dan secara berkala (setiap bulan) dilaporkan

kepada Kepala BPMPD Provinsi Bali.

6. Pelestarian Kegiatan

Pelestarian kegiatan Gerbang Sadu Mandara adalah proses keberlanjutan

(sustainable) program yang dapat memberi dampak positif dan bermanfaat bagi

masyarakat khususnya masyarakat miskin di Desa.

BAB IV

PENGENDALIAN

Pengendalian Gerbang Sadu Mandara adalah kegiatan pemantauan, pengawasan,

evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak lanjutnya.

Pengendalian terhadap pelaksanaan seluruh proses dan kegiatan Gerbang Sadu

Mandara bertujuan:

a Menjaga setiap proses Gerbang Sadu Mandara selalu sesuai dengan aturan,

prinsip, dan kebijakan Gerbang Sadu Mandara.

b Menjaga bahwa hasil-hasil dalam seluruh tahapan kegiatan diperoleh melalui

proses dan mekanisme yang benar.

c Mengendalikan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan.

d Menjaga kualitas dari setiap kegiatan yang dilaksanakan agar memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan.

e Mengendalikan pemanfaatan dana Gerbang Sadu Mandara agar sesuai dengan

yang direncanakan dan dikelola secara transparan.

f Mengendalikan agar setiap pelaku Gerbang Sadu Mandara dapat menjalankan

tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Strategi dasar dalam pengendalian Gerbang Sadu Mandara adalah:

a Semua pihak terkait melakukan pemantauan secara obyektif dan mampu

memberikan masukan terhadap setiap proses dan kegiatan yang dilaksanakan,

b Pelaku Gerbang Sadu Mandara di semua tingkatan menjalankan mekanisme

pelaporan baik formal maupun informal dengan disiplin, akurat, dan efektif.

c Harus ada pemeriksaan yang detail dan akurat sesuai dengan mekanisme yang

ditetapkan terhadap setiap proses dan tahapan kegiatan yang dilaksanakan.

d Pengawasan yang ketat dan tegas terhadap setiap proses dan kegiatan pada setiap

tahapan yang dilaksanakan.

e Setiap saat dilakukan evaluasi untuk meningkatkan kinerja serta menegakkan

aturan dengan pemberian sanksi.

Pemantauan dan pengawasan dapat dilakukan oleh; (1) Pemantauan dan Pengawasan

oleh Pemerintah, (2) Pemantauan dan Pengawasan Partisipatif oleh Masyarakat, (3)

Audit dan Pemeriksaan Keuangan, (4) Evaluasi, dan (5) Pelaporan

4.1 Pemantauan dan Pengawasan Partisipatif oleh Masyarakat

Adalah Pemantauan dan Pengawasan terhadap pelaksanaan program yang

dilakukan oleh masyarakat.

4.2 Pemantauan dan Pengawasan oleh Pemerintah.

Dana Gerbang Sadu Mandara bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Provinsi. Pemerintah berkewajiban untuk memantau dan

mengawasi pelaksanaan Kegiatan Gerbang Sadu Mandara berjalan sesuai dengan

petunjuk teknis kegiatan.

4.3 Audit dan Pemeriksaan Keuangan

Audit dan Pemeriksaan akan dilaksanakan oleh BPKP, BPK dan Inspektorat,

sesuai petunjuk pemeriksaan terhadap Bantuan Keuangan Khusus (BKK) ke

Desa.

4.4 Evaluasi

Evaluasi dalam Gerbang Sadu Mandara dilakukan secara berkala terhadap

seluruh kegiatan Gerbang Sadu Mandara di Desa. Kegiatan evaluasi termasuk

melakukan evaluasi perkembangan pengelolaan kegiatan, kualitas kegiatan, dan

menilai hasil pelaksanaan usaha ekonomi masyarakat serta perkembangan

BUMDes.

4.5 Pelaporan

Pelaporan merupakan proses penyampaian laporan kegiatan Gerbang Sadu

Mandara oleh pelaksana kegiatan di Desa. Isi laporan menyangkut data atau

informasi mengenai perkembangan/kemajuan tahapan pelaksanaan

program/kegiatan, kendala/permasalahan yang terjadi, pencapaian sasaran atau

tujuan Gerbang Sadu Mandara.

Mekanisme pelaporan dilakukan melalui jalur struktural dan fungsional, sebagai

upaya untuk mempercepat proses penyampaian data atau informasi dari desa ke

tingkat Kabupaten dan Provinsi.

Materi laporan meliputi:

a Kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan;

b Pencapaian sasaran dan atau target dari kegiatan yang sedang dilaksanakan;

c Gambaran kemajuan pelaksanaan kegiatan;

d Target realisasi biaya kegiatan yang sedang dilaksanakan;

e Kendala dan permasalahan yang dihadapi, termasuk tindak lanjutnya; dan

f Tingkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program/kegiatan.

Pelaporan BUMDes meliputi:

a Jumlah dana yang disalurkan;

b Jumlah peminjam kredit di BUMDes;

c Kegiatan-kegiatan usaha ekonomi yang dilaksanakan oleh masyarakat;

d Tingkat kemajuan keuangan BUMdes; dan

e Tingkatan kelancaran pengembalian pinjaman dari masyarakat.

BAB V

PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis ini menjadi dasar arahan Pelaksanaan

Kegiatan/Program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu Mandara / Gerbang Sadu

Mandara (GSM) Anggaran Perubahan Tahun 2013 di Provinsi Bali, segala penggunaan

dan pemanfaatan bantuan keuangan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

dalam petunjuk teknis ini.

GUBERNUR BALI,

MADE MANGKU PASTIKA