Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

27
REFLEKSI KASUS DERMATITIS SEBOROIK Disusun untuk melaksanakan tugas Kepanitraan Klinik Muda SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSD. dr Soebandi Jember Oleh : Reza Kurniawan 092011101078 Pembimbing: dr. Rosmarini, M.Sc, Sp.KK 1

description

ppt

Transcript of Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

Page 1: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

REFLEKSI KASUS

DERMATITIS SEBOROIK

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepanitraan Klinik Muda

SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

RSD. dr Soebandi Jember

Oleh :

Reza Kurniawan092011101078

Pembimbing:

dr. Rosmarini, M.Sc, Sp.KK

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSD dr. SOEBANDI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

1

Page 2: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

BAB 1. PENDAHULUAN

Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kulit yang biasanya dimulai

pada kulit kepala, dan kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan. Istilah

dermatitis seboroik (D.S.) dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh

faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik. Dermatitis

termasuk dalam golongan dermatosis eritoskuamosa, umumnya ditandai dengan

adanya eritema yang ditutupi skuama tipis berminyak. Penyakit ini biasanya

mempunyai lesi yang simetris, bersifat kronik dan rekuren.

Area Seboroik adalah bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea

(kelenjar minyak) yaitu: daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, saluran

telinga, kulit dibelakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata, glabella, lipatan

nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah preseternum, daerah interskapula, areolla

mammae), dan daerah lipatan (ketiak, lipatan dibawah mammae, umbilicus, lipatan

paha, daerah anogenital dan lipatan pantat).

Dermatitis seboroik sering dikacaukan dengan psoriasis yang juga termasuk

dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa. Penyebab dermatitis seboroik masih

belum diketahui dengan pasti. Prevalensi penyakit ini lebih tinggi pada Odha, orang

dengan gangguan neurologis dan penyakit kronis. Faktor predisposisinya ialah

kelainan konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya

diturunkan, bagaimana caranya belum diketahui.

Dermatitis seboroik disebut juga eczema flannellaire, hal ini berasal dari ide

bahwa terdapat retensi pada permukaan kulit oleh sumbatan dengan katun (flanel),

wol, atau pakaian dalam sintetik.

2

Page 3: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. DEFINISI

Dermatitis seboroik (DS) atau Seborrheic eczema adalah peradangan kulit

yang kronis yang ditandai dengan kemerahan dan skuama dan terjadi pada daerah

yang banyak mengandung kelenjar sebasea seperti wajah dan kulit kepala,

presternal dada, dan pada lipatan kulit.

Dermatitis seboroik infantil merupakan erupsi eritematosa, berskuama atau

krusta, utamanya pada area seboroik (area yang mengandung banyak kelenjar

sebasea). Pada bayi biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik kembali secara

spontan usia 8-12 bulan.

Area Seboroik adalah bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea

(kelenjar minyak) yaitu: daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, saluran

telinga, kulit dibelakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata, glabella, lipatan

nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah preseternum, daerah interskapula,

areolla mammae), dan daerah lipatan (ketiak, lipatan dibawah mammae,

umbilicus, lipatan paha, daerah anogenital dan lipatan pantat).

1.2. EPIDEMIOLOGI

Dermatitis seboroik merupakan salah satu penyakit kulit yang sering

ditemui. Insidensinya antara 2% - 5% dari populasi. Dermatitis Seboroik pada

bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada usia sebelum

akil balik dan insidennya mencapai puncak pada umur 18—40 tahun, kadang pada

umur tua. Prevalensi tertinggi pada anak usia tiga bulan, semakin bertambah umur

anaknya prevalensinya semakin berkurang. Prevalensi semakin berkurang pada setahun

berikutnya dan sedikit menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien

(72%) terserang minimal atau dermatitis seboroik ringan.

Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.

Prevalensi pada pasien AIDS lebih tinggi, terutama pada pasien dengan jumlah

CD4 dibawah 400 sel/mm3 dan dapat turun dengan terapi antiretroviral yang

adekwat. Dermaitis seboroik dilaporkan berkaitan dengan gangguan sistem saraf

1

Page 4: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

pusat seperti parkinson, familial amyloidosis dengan polineuropati dan trisomi 21

namun data tersebut masih diragukan.

1.3. ETIOLOGI

Penyebab pasti Dermatitis Seboroik belum diketahui, walaupun banyak

faktor dianggap berperan, termasuk faktor hormonal, genetik dan lingkungan. Ada

yang berpendapat bahwa kesembuhan tipe awal dari dermatitis seboroik infantil

ini disebabkan oleh menurunnya produksi kelenjar sebasea pada bayi berusia

enam bulan.

Selain itu, DS juga dapat dipengaruhi faktor predisposisi. Beberapa diantaranya

yaitu:

a. Glandula sebasea

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keadaan glandula sebasea.

Glandula tersebut aktif saat bayi baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama

9-12 tahunakibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti.

b. Jamur Pityrosporum ovale

Penelitian menunjukkan bahwa Pityrosporum ovale (Malassezia ovale),

jamur lipofilik, banyak jumlahnya pada penderita dermatitis seboroik.

Pityrosporum ovale merupakan flora normal pada kulit orang dewasa, namun

jarang pada anak-anak. Pada anak yang mengalami dermatitis seboroik,

Pityrosporum ovale jumlahnya meningkat pada beberapa bagian tubuh.

c. Perbandingan komposisi lipid di kulit berubah, jumlah kolesterol, trigliserida,

paraffin meningkat dan kadar squelen, asam lemak bebas dan wax ester menurun.

d. Iklim

e. Genetik status seboroik (seborohoic state) yang diturunkan

f. Lingkungan

h. Neurologik (stress).

1.4 PATOFISIOLOGI

2

Page 5: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini

dengan infeksi oleh bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal

kulit manusia. Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi

inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis

maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel

Langerhans. Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis

yang meningkat seperti psoariasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi

dengan sitostatik dapat memperbaikinya. Status seboroik sering berasosiasi

dengan meningginya sukseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak

terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang menyebabkan dermatitis seboroik.

Penyakit ini berhubungan dengan kulit berminyak (seborrhea) meskipun

peningkatan produksi sebum tidak selalu terdeteksi pada pasien. Seborrhea

merupakan faktor predisposisi pada dermatitis seboroik namun dermatitis

seboroik bukan sebuah penyakit kelenjar sebasea. Insidensi tinggi dermatitis

seboroik pada bayi berbanding lurus dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea

pada umur ini. Pada bayi didapatkan kelenjar sebasea yang besar dengan rasio

sekresi sebum yang tinggi. Namun pada orang dewasa ini tidak terjadi karena

aktivitas kelenjar sebasea mencapai puncak awal pubertas dan dermatitis seboroik

dapat terjadi bertahun-tahun kemudian.

Dermatitis seboroik dikaitkan dengan nilai normal Malassezia furfur

namun respon imun abnormal. Ditemukan adanya penurunan sel T helper,

phytohemagglutinin dan stimulasi concanavalin, dan titer antibodi dibandingkan

dengan subyek kontrol.Kontribusi spesies Malassezia dapat berasal dari aktivitas

lipase yang melepaskan inflamasi bebas asam dan dari kemampuannya untuk

mengaktifkan jalur komplemen alternatif.

Faktor resiko terjadinya dermatitis seboroik adalah stress, kelelahan,

makanan berminyak, alkohol, cuaca yang terlalu ekstrem, jarang mencuci rambut

atau mandi, pemakaian lotion yang mengandung alkohol, penyakit kulit (misalnya

jerawat) dan obesitas.

Pasien dengan gangguan saraf pusat (Parkinson’s disease, cranial nerve

palsies, major truncal paralyses) mempunyai resiko tinggi terkena dermatitis

3

Page 6: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

seboroik. Seboroik dermatitis pada pasien tersebut merupakan hasil dari

peningkatan pengumpulan sebum akibat dari imobilitas. Pengumpulan sebum ini

merupakan media untuk pertumbuhan P. Ovale sehingga menyebabkan terjadinya

dermatitis seboroik.

1.5. MANIFESTASI KLINIS

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak

kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Pada bayi, skuama-skuama yang

kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala

disebut cradle cap. Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat terlihat

di alis mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak

skuama kekuningan.

Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa

skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai

seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelainan

tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak

disebut pitiriasis stetoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang

tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di

bagian verteks dan frontal.

Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama

dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela,

telinga postaurikular, dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya lebih

cembung. Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-

krusta yang kotor, dan berbau tidak sedap.

Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pada bayi (usia 2 - 10 minggu)

Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada

verteks kulit kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi

sebagaimana pada anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat

dermatitis akut (dengan dicirikan oleh oozing dan weeping). Skuama dapat

4

Page 7: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik pada bayi dan berkembang

pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran.

Gambar 1. Craddle Cap

Dermatitis dapat menjadi general. Dermatitis seboroik general pada bayi

dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan dengan defisiensi

sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang menderita dermatitis

seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiner’s

disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi

sistem imunnya.

2. Pada remaja dan dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40 tahun,

dapat pada usia tua)

Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa umumnya gatal, Pada area

seboroik berupa macula atau plakat, folikular, perifolikular atau papulae,

kemerahan atau kekuningan dengan derajat ringan sampai berat, inflamasi,

skuama dan krusta tipis samapai tebal yang kering, basah atau berminyak.

Dermatitis seboroik pada dewasa bersifat kronis dan mudah kambuh, sering

berkaitan dengan kelelahan, stress atau paparan sinar matahari.

1.8. DIAGNOSIS BANDING

Gambaran klinis yang khas pada DS adalah skuama yang berminyak dan

kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat seboroik. Terutama distribusinya pada

kulit kepala dan lipatan kulit bagian atas dan tidak gatal. Namun ini belum cukup

untuk menegakkan diagnosis.

5

Page 8: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

Diagnosis pada dermatitis seboroik dapat ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan gejala klinis. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan

penunjanguntuk diagnosis banding.

Pemeriksaan histo PA

Pada Dermatitis seboroik didapatkan gambaran dermatitis kronis dan

spongiosis yang lebuh jelas

Pemeriksaan KOH 10-20%

Pada Dermatitis seboroik dapat tampak spora/blastokonidia, tidak ada

hifa.

Pemeriksaan Lampu Wood

Pada Dermatitis seboroik fluoresen negative (warna violet)

Pada Eritrasma : fluoresen merah bata atau merah tembaga.

Diagnosis banding dapat ditegakkan berdasarkan keluhan dan gejala

klinis, umur, dan ras. Kondisi yang membingungkan atau mirip dengan dermatitis

seboroik adalah psoriasis, dermatitis atopi dan tinea kapitis pada anak-anak.

1. Psoriasis

Terdapat skuama-skuama yang tebal, kasar, berlapis-lapis, putih seperti mutiara,

dan tidak berminyak disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat predileksinya

di kulit kepala hingga perbatasan daerah tersebut dengan muka, umbilicus, daerah

ekstensor terutama lutut dan siku, punggung, telapak tangan dan telapak kaki.

2. Dermatitis atopik bentuk infantil (dapat menyerupai dermatitis seboroik

muka)

Dermatitis atopi adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif disertai gatal.

Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak. Skuama kering dan difus, berbeda

dengan DS yang skuamanya berminyak dan kekuningan. Selain itu pada

dermatitis atopic dapat terjadi likenifikasi.

3. Tinea capitis

Tampak eritem dengan tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah dan rasa gatal

juga nyeri. Pada tinea kapitis juga dapat ditemukan hifa pada pemeriksaan

sitologik dengan potassium hydroksida (KOH).

6

Page 9: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Walaupun temuan dermatopatologi tidak spesifik, pemeriksaan KOH 10-

20% bisa digunakan untuk menyingkirkan tinea kapitis

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah

pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada

penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran

histopatologi tergantung dari stadium penyakit. Pada bagian epidermis dijumpai

parakeratosis dan akantosis. Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan

sebukan perivaskuler. Pada DS akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik,

terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler

superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan,

ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama

dan krusta yang mengandung netrofil pada ostium folikuler. Gambaran ini

merupakan gambaran yang khas. Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan

ringan limfohistiosit perivaskular. Pada DS kronik, terjadi dilatasi kapiler dan

vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah disebutkan di atas

yang hampir sama dengan gambaran psoriasis.

Gambar 2. Histopatologi: dermatitis seboroik

1.9. PENATALAKSANAAN

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar

disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat dikontrol. Faktor predisposisi

hendaknya diperhatikan, misalnya stres emosional dan kurang tidur. Mengenai

diet, dianjurkan rendah lemak.

7

Page 10: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

1. Tindakan Umum. Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini berlangsung

kronik dan sering kambuh. Harus dihindari faktor pencetus, seperti stres

emosional dan makanan berlemak, tidur cukup.

2. Pengobatan topikal. Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2—3 kali scalp

dikeramasi selama 5—15 menit, misalnya dengan selenium sulfida (selsun).

Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%. Obat

lain yang dapat dipakai untuk DS ialah:

- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2—5% atau krim pragmatar®

- Resorsin 1—3%

- Sulfur praesipitatum 4—20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3—6%

- Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison. Pada kasus dengan inflamasi

yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya

betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena efek

sampingnya.

- Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung

terdapat banyak P ovale.

Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.

3. Pengobatan sistemik.

a. Kortikosteroid: digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednison 20—30

mg sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau

disertai infeksi sekunderi diberi antibiotik.

b. Isotretinoin: dapat dignakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya

mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat

dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi sebum.

Dosisnya 0.1—0.3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah

4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5—10 mg per hari

selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.

c. Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow band

UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 kali

seminggu semalam 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami

perbaikan.

8

Page 11: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

d. Bila pada sediaan langsung terdapat P ovale yang banyak, dapat diberika

ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.

1.10. PROGNOSIS

Baik bila faktor-faktor pencetus dapat dihilangkan. Namun pada sebagian

kasus yang mempunyai faktor kontitusi, penyakit ini agak sukar untuk

disembuhkan, meskipun terkontrol.

9

Page 12: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

BAB III. REFLEKSI KASUS

3.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. J

Umur : 31 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Sumberjambe-Jember

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status : Menikah

3.2. ANAMNESA

Keluhan Utama : Rasa gatal pada daerah kepala.

Keluhan Tambahan : -

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSD dr.Soebandi, dengan keluhan

merasa gatal pada daerah kepala, dan belakang telinga. Rasa gatal ini

sudah dirasakan pasien sejak ± 1 minggu sebelum datang ke RSD dr.

Soebandi. Pasien mengaku pada awalnya hanya timbul bercak kemerahan

pada bagian kepala dan terasa sangat gatal terutama bila berkeringat,

disertai rambut rontok. Rasa gatal terasa berkurang bila digaruk dan

biasanya mengeluarkan air dan sedikit berminyak. Pasien juga mengaku

tidak ada demam, tidak terasa nyeri dan tidak ada riwayat kontak dengan

bahan yang kosmetik. Pasien juga mengaku tidak punya alergi dengan obat

ataupun bahan makanan apapun. Pasien sering mengalami kejadian seperti

ini terutama pada rambut, menurut pasien keluhan ini sering muncul jika

10

Page 13: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

pasien kelelahan setelah bekerja, pasien pernah berobat kedokter untuk

mengatasi keluhan ini, keluhan gatal yang dirasakan oleh pasien dapat

hilang jika pasien minum obat dari dokter (menurut pasien obat terebut

bernama ketoconazole dan dextrim), namun keluhan muncul lagi setelah

obat habis atau saat pasien kelelahan dan sedang banyak pikiran, sehingga

keluhan ini dirasakan hilang timbul, sejak ± 1 tahun lalu.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengaku sering mengalami penyakit seperti ini. Pasien tidak

memiliki riwayat alergi, penyakit asma, hipertensi dan diabetes mellitus.

Riwayat penyakit keluarga

Terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti ini, yaitu nenek pasien.

Riwayat pengobatan

Pernah berobat namun gejala muncul lagi setelah obat habis atau saat

pasien kelelahan dan sedang banyak pikiran.

3.3. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Satus gizi : Baik

Vital Sign

TD : 120/90 mmHg

Nadi : 72x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,5 C

11

Page 14: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

Berat Badan : 58 kg

Tinggi Badan : 155 cm

Thorax : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

KGB : dalam batas normal

3.4. STATUS DERMATOLOGIS/ VENEROLOGIS

Lokasi :

o Scalp : kulit kepala tampak makula eritema, batas tidak tegas, tepi ireguler,

pada lesi tampak skuama halus dan skuama kasar, krusta kekuningan dan

agak berminyak. (pitiriais sika dan pitiriasis steatoides).

12

Page 15: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

Lokasi :

o Post auricular dextra : tampak makula eritematosa, berbatas tegas,

dengan skuama halus.

o Auricula dan Meatus acusticus externus : tampak eritem dengan batas

tidak tegas dan terdapat skuama halus.

13

Page 16: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

Lokasi :

o Regio facialis : pada lipatan nasolabial dan pada atas alis terdapat eritem

dan skuama halus.

3.5. LABORATORIUM

-

3.6. RESUME

Pasien perempuan 31 tahun, Menikah, datang ke poli kulit dan kelamin

RSD. Dr.Soebandi dengan keluhan merasa gatal pada daerah kepala,

belakang telinga. Rasa gatal ini sudah dirasakan pasien sejak ± 1 minggu

sebelum datang ke RSD.dr.Soebandi. Pasien mengaku pada awalnya hanya

timbul bercak kemerahan pada bagian kepala dan terasa sangat gatal

terutama bila timbul keringat disertai rambut rontok. Pasien mengaku tidak

ada riwayat kontak dengan bahan yang kosmetik, sabun pembersih

ataupun shampo. Pasien juga mengaku tidak punya alergi dengan obat

ataupun bahan makanan apapun. Pasien sering mengalami kejadian seperti

ini terutama pada rambut, menurut pasien keluhan ini sering muncul jika 14

Page 17: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

pasien kelelahan setelah bekerja, pasien pernah berobat kedokter untuk

mengatasi keluhan ini, keluhan gatal yang dirasakan oleh pasien dapat

hilang jika pasien minum obat dari dokter (menurut pasien obat tersebut

bernama ketoconazole dan dextrim), namun keluhan muncul lagi setelah

obat habis atau saat pasien kelelahan dan sedang banyak pikiran.

Pada keluarga terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti

ini, yaitu nenek pasien.

Berdasarkan status dermatologi, lesi berada di lokasi : regio scalp, regio

post auricular dextra, regio auricular, dan regio facialis. Dengan

efloresensi tampak makula eriematosa, batas tidak tegas, skuama halus dan

skuama kasar, krusta kekuningan dan agak berminyak. (pitiriais sika dan

pitiriasis steatoides). .Test laboratorium tidak dilakukan.

3.7. DIAGNOSA BANDING

Dermatitis Seboroik

Psoriasis

Tinea Kapitis

3.8. DIAGNOSA KERJA

Dermatitis Seboroik

3.9. PENATALAKSANAAN

Umum:

• Penjelasan tentang kekambuhan dan penyakit ini sukar disembuhkan

• patuh pengobatan15

Page 18: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

• Menjaga kebersihan diri dan lingkungan (higiene)

• Istirahat yang cukup (menghindari stress emosional)

• Diet nutrisi yang cukup (menghindari makanan yang berlemak)

• menggaruk pada bagian lesi yang terinfeksi

Khusus :

1. Topical

Emolien (krim urea 10%)

Krim ketokonazole 2% 1 – 2x sehari

krim Hidrokortison 2,5 % 1-2x sehari

2. Antihistamin (Cetiryzine 1x10 mg)

3. Shampoo (selenium sulfida 2 – 3x dalam seminggu (dikeramasi selama

5–15menit )

3.10. PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan KOH 10%

3.11. PROGNOSA

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad funcionam : ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam

16

Page 19: Dermatitis Seboroik Bismillah Reza

DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Djuanda, 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Penerbit:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal: 189—203.

2. Jansen, GPT. 2003. Seborrheic Dermatitis. Fitzpatrick’s Dermatology in

General Medicine. 6th edition. Chapter 124. McGraw-Hill Professional.

3. Manriquez J.J dan Uribe P. 2007. Seborrheic Dermatitis. America Family

Physician. 1375-1376.

4. Siregar, RS. 1996. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Penerbit: Buku

Kedokteran EGC, Jakarta. Hal: 119—121.

5. Selden, Samuel. 2007. Seborrheic Dermatitis. www.emedicine.com.mht

6. Stefanaki I. dan Katsambas A., 2010. Theurapeutic Update on Seborrheic

Dermatitis. Skin Therapy Letter Volume 15 Number 5.

7. Shimizu Hiroshi. 2007. Eczema and Dermatitis in Shimizu’s Textbook of

Dermatology. Hokkaido. P:101-102

8. Holden C.A dan Berth-Jones J.,2004. Eczema, Lichenification, Pririgo and

Erythroderma. Rook’s Textboook of Dermatology 7th. Chapter 17.

9. Mansjoer A dkk. 2000.Dermatitis Seboroik. Kapita Selekta Kedokteran Edisi

Ketiga Jilid ke dua. Penerbit Media Aesculapius., Jakarta. Hal 122-123.

10. Marwali Harahap, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit: Hipokrates, Jakarta.

Hal: 14—16.

17