Dermatitis Seboroik

13
2.1 Dermatitis Seboroik 2.1.1 Definisi Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala, telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, inframma dan aksila).1-5 2.1.2 Epidemiologi Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umum menyerang sekitar 1-3% populasi umum di Amerika Serikat, di mana 3-5% pasien terdiri dari orang dewasa muda.1,4,5,7,15,16 Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002 menunjukkan insidensi rata – rata dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah kunjungan dan rasio pria dibandingkan wanita 1,5 : 1.3 Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir hingga usia tiga bulan, dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60 tahun.

description

gb rn yi aaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaa aa aaaa aaaaa a a aaaa aa a aa a aaaaaaaa a a a a a aaaa aa a a

Transcript of Dermatitis Seboroik

Page 1: Dermatitis Seboroik

2.1 Dermatitis Seboroik

2.1.1 Definisi

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang

menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan

konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala,

telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, inframma dan aksila).1-5

2.1.2 Epidemiologi

Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umum

menyerang sekitar 1-3% populasi umum di Amerika Serikat, di mana 3-5% pasien

terdiri dari orang dewasa muda.1,4,5,7,15,16 Data di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002 menunjukkan insidensi rata – rata

dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah kunjungan dan rasio pria

dibandingkan wanita 1,5 : 1.3

Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir

hingga usia tiga bulan, dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60

tahun.

11-14 Pria lebih sering terserang daripada wanita pada semua kelompok umur

dan dapat mengenai semua ras.

Taksiran prevalensi dermatitis seborik dibatasi oleh ketiadaan kriteria

diagnostik yang sah dan juga skala penentuan grade keparahan.

1,4,5,7,15,16

14 Dermatitis

seboroik merupakan salah satu penyakit kulit paling umum, kondisi ini

mempengaruhi sekitar 11,6% populasi umum dan sampai 70% bayi pada tiga

Page 2: Dermatitis Seboroik

bulan pertama kehidupan.14

Universitas Sumatera Utara

Pada orang dewasa, kejadian puncak pada dekade ketiga dan keempat

kehidupan.1,3,11,14,19,20

Prevalensi dermatitis seboroik pada individu positip-HIV berkisar dari 20-

83%.

.

4,7,10 Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit

Parkinson juga menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi, dan

pasien Parkinson yang diobati dengan levodopa mengalami perbaikan dalam

dermatitis seboroik.

1,6,16,21

Prevalensi dermatitis seboroik yang lebih tinggi juga ditemukan dalamm

kasus kraniosinostosi, pada polineuropati amiloidotik familial, pada cedera otak

traumatik, cedera spinal cord traumatik, cerebrovascular accidents (CVA),

epilepsi dan pada paralisis saraf wajah.

Pada tahun 1996, Ercis et al. melaporkan bahwa 30,9% pasien penderita

sindrom Down mengalami dermatitis seboroik, akan tetapi, Daneshpazhooh et al.

melaporkan prevalensinya hanya 3%.

1,7,14

Penyakit sistemik lainnya di mana kejadian dermatitis seboroik lebih

tinggi meliputi infark otot jantung akut, pankreatitis alkoholik dan kecanduan

alkohol.

6,20

Page 3: Dermatitis Seboroik

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

7,14,21-23

Patogenesis yang pasti dari dermatitis seboroik belum dimengerti

sepenuhnya, tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malassezia,

kelainan immunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentanan

pasien.1-12 Spesies Malassezia dan Propionibacterium acne juga memiliki

aktivitas lipase yang menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam asam lemak

bebas.1,4,14 Ketujuh spesies Malassezia adalah lipofilik kecuali spesies zoofilik,

Universitas Sumatera Utara

Malassezia pachydermatis.

6,7,11,12 Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif

yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang merubah flora kulit

normal.1,4,7,15 Sebagian penulis meyakini bahwa gangguan dalam flora, aktivitas

lipase dan radikal oksigen bebas akan berhubungan erat dengan dermatitis

seboroik dibandingkan dengan perubahan respon kekebalan.

Hormon dan lipid kulit, pasien dengan dermatitis seboroik

memeperlihatkan kadar lipid permukaan kulit yang tinggi trigliserida dan

kolesterol, tetapi level yang rendah dari asam lemak bebas dan squalene.

7,12

1,4,9,11

Penderita dermatitis seboroik biasanya mempunyai kulit kaya sebum dan

berminyak. Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk

proliferasi Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi sehingga

menciptakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan dermatitis seboroik.

Page 4: Dermatitis Seboroik

10-15

Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada bagian-bagian kulit yang kaya

kelenjar sebum.

Dermatitis seboroik paling umum terjadi pada masa pubertas dan remaja,

selama periode ini produksi sebum paling tinggi, hal ini berhubungan dengan

hormonal yang meningkat pada masa pubertas, oleh karena itu dermatitis

seboroik lebih umum pada laki-laki daripada perempuan, yang menunjukkan

pengaruh androgen pada unit pilosebum.

15-22

Dermatitis seboroik merupakan kondisi inflamasi, yang sebagian besar

disertai dengan keberadaan jamur Malassezia dan diduga bahwa reaksi kekebalan

yang tidak tepat bisa memberi kontribusi kepada patogenesis dermatitis

seboroik.

6,10,12-16

11,12,14,18 Walaupun mekanisme imunopatogenik yang terlibat dalam

perkembangan dermatitis seboroik belum diketahui dengan jelas.4,6,9,10

Universitas Sumatera Utara

Studi yang dilaksanakan Bergbrant et al. menunjukkan secara langsung

gangguan fungsi sel-sel T dan peningkatan sel-sel NK (natural killer) dalam darah

perifer pasien dermatitis seboroik dibandingkan dengan kelompok

kontrol.5,6,11,12,18

Studi yang sama menunjukkan peningkatan konsentrasi total antibodi IgA

dan IgG serum pada pasien penderita dermatitis seboroik, yang juga ditegaskan

oleh beberapa studi lainnya, peningkatan produksi imunoglobulin terjadi sebagai

reaksi terhadap toksin jamur dan aktivitas lipase.

Page 5: Dermatitis Seboroik

6,11,12,18

Faergemann et al. menemukan infiltrasi sel-sel NK (natural killer) dan

makrofag pada bagian-bagian kulit yang terpengaruh , dengan aktivasi lokal yang

bersamaan dari komplemen dan pemicuan sitokin proinflamasi, yang semuanya

bisa menyebabkan kerusakan pada epidermal.

5,6,11,12,16,18

Berdasarkan hasil penelitian Gupta AK pada tahun 2004 menunjukkan

adanya imunodefisiensi sebagai faktor penyebab prevalensi dermatitis seboroik

lebih tinggi secara signifikan (34%-83%) .

10 Valia RG menyatakan pasien positipHIV,

dermatitis seboroik yang terjadi gambaran klinisnya lebih berat (bahkan

sering mempengaruhi anggota gerak).

1,7,10

Faktor-faktor neurogenik, kejadian dermatitis seboroik pada pasien

penderita penyakit parkinson sudah lama diamati secara klinik, terutama pada

pasien penderita dermatitis seboroik yang sudah lama dan berat, menciptakan

kondisi yang sesuai terhadap proliferasi Malassezia.

1,7,8

Dermatitis seboroik dapat terjadi pada pasien dengan parkinson, tampak

perubahan dalam konsentrasi sebum yang dipicu secara endokrinologik bukan

secara neurologik.

Page 6: Dermatitis Seboroik

6,12 Hal ini didukung oleh temuan-temuan tentang peningkatan

Universitas Sumatera Utara

konsentrasi hormon α Melanocyte Stimulating Hormon (α-MSH) plasma pada

pasien penderita penyakit parkinson, mungkin disebabkan ketiadaan faktor

penghambat-MSH sebagai akibat dari aktivitas neuronal dopaminergik yang tidak

cukup.6,12

Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk pada tahun 2012 dijumpai

pengobatan dengan L-dopa berhasil memulihkan sintesa faktor penghambat-MSH

dan mengurangi sekresi sebum pada pasien penderita penyakit parkinson.

12 Efek

sebostatik dari L-dopa ini terbatas hanya pada pasien penderita penyakit

parkinson, sementara pada kondisi seborea lainnya seperti jerawat, L-dopa tidak

mempunyai efek pada produksi sebum.12 Lebih jauh lagi, immobilitas wajah

pasien penderita penyakit parkinson (wajah seperti-masker) bisa secara sekunder

menyebabkan peningkatan akumulasi sebum, yang dengan demikian memberi

kontribusi tambahan kepada kecenderungan perkembangan dermatitis seboroik.

12

Beberapa laporan menyatakan faktor fisik seperti perawatan PUVA

(Psoralen Ultraviolet A) pada wajah juga dapat memicu dermatitis seboroik.

1

Efek mikrobial, patogenesis dermatitis seboroik masih kontroversial sejak

dahulu, kehadiran atau ketidakseimbangan flora berperan dalam penyakit ini,

Page 7: Dermatitis Seboroik

meskipun beberapa pasien memiliki kultur yang menunjukkan Candida albicans,

Staphylococcus aureus, Propionobacterium acnes dan bakteri aerob lainnya,

tetapi tidak berhubungan dengan patogenesis dermatitis seboroik.

Beberapa obat yang dikenal dapat memicu dermatitis seboroik dari laporan

beberapa penelitian seperti laporan dari Picardo M dan Cameli N pada tahun 2008

seperti griseofulvin, simetidin, lithium, metildopa, arsenik, emas, auranofin,

1,18,20

Universitas Sumatera Utara

aurothioglukose, buspiron, klorpromazin, etionamid, baklofen, interferon

fenotiasin, stanozolol, thiothixene, psoralen, methoxsalen, dan trioxsalen.

Gangguan proliferasi epidermis, pasien dengan dermatitis seboroik

menunjukkan hiperproliferasi epidermis atau diskeratinisasi yang terkait dengan

peningkatan aktivitas kalmodulin, yang juga terlihat pada psoriasis. Ini

menjelaskan mengapa pasien dengan dermatitis seboroik yang diterapi dengan

sejumlah obat sitostatik menunjukkan perbaikan.

4

1

Faktor genetik, riwayat keluarga dari dermatitis seboroik seringkali telah

dilaporkan, tetapi hanya beberapa tahun terakhir yang memiliki mutasi (ZNF750)

yang menguraikan protein finger zinc (C2H2) yang telah dijelaskan dan

mengakibatkan terjadinya dermatosis menyerupai dermatitis seboroik.

1

Beberapa laporan juga menyatakan stres oksidatif yang muncul sebagai

akibat dari over produksi oksigen radikal atau mekanisme pertahanan antioksidan

Page 8: Dermatitis Seboroik

tidak memadai dapat memicu dermatitis seboroik.

1

Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk Faktor-faktor lainnya yang dapat

mencetuskan dermatitis seboroik yaitu aspek musiman; kekambuhan penyakit

lebih umum pada musim gugur dan musim dingin.1 Kondisi ini dipicu oleh stres

emosional dan dahulu dijumpai angka kejadian dermatitis seboroik yang tinggi

dilaporkan pada pasukan perang di masa perang.1,12

Dari beberapa penelitian kejadian dermatitis seboroik juga sering diamati

pada penyakit depresi dan down syndrome, tetapi ini bisa terkait dengan

kecenderungan pasien penderita depresi tetap berada di ruangan tertutup, dan

higiene yang buruk.

6,11

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik

Faktor Resiko Deskripsi

Lipid dan hormon Penyebaran lesi pada tubuh berhubungan dengan

penyebaran kelenjar sebaseus, dengan sebum yang

berlebihan dijumpai pada skalp, lipatan nasolabial, dada,

alismata dan telinga Sering dijumpai pada remaja dan

dewasa muda (ketika kelenjar sebaseus lebih aktif).

Penyakit penyerta Penyakit parkinson

Kelumpuhan saraf kranial

Paralisis batang tubuh

Page 9: Dermatitis Seboroik

Gangguan emosional

HIV / AIDS

Kanker

Pankreatitis alkoholik

Down syndrome

Faktor imunologi Penurunan sel T helper

Penurunan phytohemagglutinin stimulasi concanavalin A

Penurunan titer antibodi

Gaya hidup Nutrisi yang buruk

Higiene yang buruk

Dikutip sesuai Kepustakaan No. 13