Dermatitis Atopik - Kelar!!

download Dermatitis Atopik - Kelar!!

of 18

description

hghf

Transcript of Dermatitis Atopik - Kelar!!

DERMATITIS ATOPIKDisusun untuk melengkapi tugas terstruktur mata kuliah Pediatric Nursing II

Anggota kelompok:

Acik Wijayantai(0610720001)

Wahyu P

(0610720052)Inayatul Afiya

(0610720017)

Wulida Nurul

(0610720053)Luluk Maria

(0610720045)

Astriana Soeharyanti(0610723003)Miftah

(0610720029)

Citra Setya

(0610723008)Nanang Ilham

(0610720032)

Dhiar W

(0610723009)Nurul Khotimah(0610720037)

Florenta H

(0610723011)Rimas M

(0610720041)

Luthfia Dyta

(0610723017)Roswita Maria

(0610720045)

Reny Nova

(0610723023)Siti Muthoh H

(0610720050)

Ria Dharma W(0610723024)

Unsyyatul U

(0610720051)

Yunita Eka

(0610723028)DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2009-2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul dermatitis atopik ini tepat pada waktunya. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pediatric Nursing II.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Yati Sri Hayati. Selaku dosen pembimbing kami yang banyak membantu dan memberikan saran dalam penyelesaian makalah ini, serta kepada teman-teman JIK 2006 atas segala dukungan yang telah diberikan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu dengan besar hati kami akan menerima segala kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada mahasiswa JIK Universitas Brawijaya pada khususnya dan masyarakat di seluruh Indonesia pada umumnya.

Malang, 04 Maret 2009

Penyusun

BAB IPENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang

Dermatitis merupakan penyakit kulit yang banyak menjangkiti penduduk Indonesia. Dermatitis sendiri terdiri atas beberapa jenis, salah satunya adalah dermatitis atopic yang menjangkiti anak-anak. Walaupun penyakit ini tidak menular, namun sifat dari penyakit ini yang dapat berlangsung lama (kronis) dapat membawa masalah lanjutan. Hal ini terkait dengan rasa gatal berlebih yang dapat membuat penderita susah tidur, sedangkan kita tahu bahwa pada masa anak-anak, individu memerlukan banyak waktu istirahat. Selain itu, penyakit yang juga biasa disebut eksim ini dapat mengurangi rasa percaya diri penderita karena dapat menetap sampai pertengahan usia 20-an atau 30-an, sehingga dapat mengurangi intensitas dan efektifitas kegiatan sosialisasinya.Oleh karena itu, kami akan mencoba menyusun pembahasan mengenai dermatitis atopic, termasuk di antaranya definisi, prevalensi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan cara pencegahan, serta penatalaksanaannya.

I. 2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan kami bahas pada makalah ini adalah:

1. Apa definisi Dermatitis Atopik?

2. Bagaiamanakah prevalensi Dermatitis Atopik?

3. Apa etiologi Dermatitis Atopik?

4. Bagaimana patofisiologi Dermatitis Atopik?

5. Bagaimana manifestasi klinis Dermatitis Atopik?

6. Bagaimana pencegahan Dermatitis Atopik?

7. Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis Atopik?

I. 3 Tujuan

Sedangkan tujuan penyusunan makalah ini antara lain:

1. Untuk menjelaskan definisi Dermatitis Atopik

2. Untuk menjelaskan prevalensi Dermatitis Atopik

3. Untuk menguraikan etiologi Dermatitis Atopik

4. Untuk menjabarkan patofisiologi Dermatitis Atopik

5. Untuk menguraikan manifestasi klinis Dermatitis Atopik

6. Untuk menjelaskan langkah-langkah pencegahan Dermatitis Atopik

7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan Dermatitis Atopik

I. 4 Manfaat

I. 4. 1 Bagi Mahasiswa

Memberikan tambahan pengetahuan mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pencegahan, dan pengobatan Dermatitis Atopik sehingga diharapkan dapat mejadi bekal dalam menjalani profesi keperawatan yang professional.I. 4. 2 Bagi Masyarakat

Memberi pengetahuan tentang Dermatitis Atopik sehingga dapat membantu perawatan mandiri untuk Dermatitis Atopik dan memperbaiki prognosis penderita Dermatitis Atopik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Definisi Dermatitis AtopikDermatitis Atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Eksema tidak menular. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan keluarganya (Nurul Itqiyah H, 2007, Dermatitis Atopi (Eksema)).

II. 2. Prevalensi Dermatitis AtopikPrevalensi semua jenis Dermatitis sebesar 4,66%. Sedangkan prevalensi berdasarkan jenisnya, sebagai berikut: Dermatitis Atopik sebesar 0,69%, eksema numuler sebesar 0,17%, Dermatitis Soborak sebesar 2,82%. Dermatitis Atopik merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada anak.Sekitar 3% anak-anak terkena Dermatitis Atopik dengan kriteria diagnosis bervariasi. Anak laki-laki lebih sering terkena Dermatitis Atopik dibandingkan dengan anak perempuan. Sejumlah 2-3% anak terkena dengan gejala pruritus sebesar 70% diwariskan pada orang dengan riwayat asma, hay fever.

Meskipun 70% kasus dimulai sebelum enam bulan, dapat muncul pula pada usia 20 tahun. Sekali muncul, penyakit ini akan menjadi penyakit kronis, menetap sampai pertengehan usia 20an atau 30an. 50% kasus terlokalisasi sampai usia lanjut. 30% akan menderita asma, 30% lain akan menderita hay fever.

II. 3 Etiologi Dermatitis Atopik

Penyebab eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih anggota keluarga mengalami eksema, asma, atau rinitis alergika, maka seorang anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami eksema dibanding populasi umum. Sebagian anak dengan eksema juga mengalami asma atau rinitis alergika. Selain itu, terdapat pula teori yang dapat dikaitkan dengan etiologi Dermatitis Atopik, yakni faktor herediter. Riwayat keluarga ditemukan sekitar 70% pada semua kasus. Pada kondisi atopi kontrol dari produksi IgE di bawah pengaruh suatu gen dominan pada kromosom 11q13 dapat menjadi berlebihan.

Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:

1. Keringnya kulit

2. Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain

3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dengan pakaian berlapis-lapis

4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu

5. Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan

6. Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda7. Stres emosional8. Perubahan suhu atau kelembaban udara 9. Infeksi kulit oleh bakteri atau virus10. Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol).II. 4 Patofisiologi Dermatitis AtopikDermatitis atopik adalah suatu gangguan kulit kronik herediter yang sering terjadi pada anak-anak dan melibatkan perangsan berlebihan limfosit T dan sel mast. Dengan kata lain merupakan kelainan hipersensitivitas segera / Tipe I (Immediete Hypersensitivity). Reaksi ini merupakan reaksi yang diperantarai oleh antibodi IgE.

Antigen, di mana pejamu telah peka terhadapnya, terikat ke antibodi IgE. Akibat ikatan tersebut terjadi degranulasi sel mast dan pelepasan histamin serta mediator peradangan lainnya. Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi perifer dan pembengkakan ruang intersisiel. Efek klinisnya spesifik bergantung di mana respon alergi tersebut berlangsung. Pada dermatitis atopik, histamin dari sel mast menyebabakan timbul gejala-gejala klinis:

Eritema disertai lesi berkrusta dan basah. Pada bayi, lesi sering muncul pada wajah dan bokong. Pada anak yang lebih tua dan remaja, lesi lebih sering muncul pada tangan dan kaki, di belakang lutut, dan di lipat siku.

Pruritis hebat yang dapat menyebabkan berulangnya siklus peradangan dan pembetulan lesi.

II. 5 Manifestasi Klinis Dermatitis Atopik

Manifestasi klinis dari Dermatitis Atopik adalah adanya perasaan gatal, adanya makula eritematosa, papel, atau papulovesikel, daerah eksematous yang berkrusta, likenifikasi (penebalan kulit dan bertambah jelasnya garis-garis normal kulit), dan eksoriasi (terkelupasnya lapisan atas kulit.Berdasarkan gambaran klinis dan umur penderita, Dermatitis Atopik terbagi dalam 3 type, yaitu :1. Tipe Bayi (Infantil)Biasanya timbul pada usia 2 bulan - 2 tahun. Umumnya diawali sebagai suatu plak eritematous yang cukup gatal pada pipi disertai dengan berkembangnya vesikel-vesikel intraepidermal yang kemudian ruptur dan pecah menghasilkan lesi kulit basah dengan daerah berkrusta.Predileksinya biasa terdapat pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair.2. Tipe Anak-anak (Childhood)Biasanya timbul pada usia 4-10 tahun. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut. Lesi biasanya kurang eksudatif atau tidak basah dan dimulai dengan eritem yang cukup gatal, papel infiltrat dengan sedikit bersisik (skuama). Bila proses berlangsung kronis sering terlihat adanya likenifikasi awal serta hiperpigmentasi.3. Tipe Dewasa (Adult)Merupakan tipe lanjutan infantil, ataupun dapat timbul pertama kali. Bentuk lesi dari tipe ini selalu kering, diawali dengan lak eritem, vesikel atau papel, bersisik (squama) disertai gatal hebat dan adanya likenifikasi (penebalan kulit dan bertambah jelasnya garis-garis normal kulit).Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal-gatal terutama jika berkeringat. Berbagai kelainan yang dapat menyeratainya ialah xerotis kutis, iktiosis, hiperlinearis palmaris et plantaris, pomfoliks, pitiriasis alba, keratosis pilaris (berupa papul-papul miliar, ditengahnya terdapat lekukan), dan lain-lain Predileksi kulit secara klasik ditemukan pada daerah fossa cubiti dan poplitea, leher depan dan belakang, dahi serta daerah sekitar mata.II. 6 Pencegahan Dermatitis Atopik

Munculnya eksim dapat dihindari dengan melakukan beberapa tips pencegahan dibawah ini:1. Jaga kelembaban kulit2. Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak3. Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan4. Kurangi Stress5. Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk/kasar, seperti wool dan lain lain6. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya7. Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain lain. Mengenali tumbuh-tumbuhan yang berbahaya dan tidak berbahaya di sekitar kawasan rumah, jangan menanam tumbuh-tumbuhan yang diketahui beracun sebagai tanaman hias di rumah, mengajar anak-anak tentang tumbuh-tumbuhan beracun yang terdapat di sekitar rumah, dan melarang mereka bermain dengan tumbuh-tumbuhan pencetus alergi tersebut, serta tidak membakar tumbuh-tumbuhan beracun kerana asapnya mungkin berbahaya. Tumbuh-tumbuhan beracun di negara kita, di antaranya ialah Cempaka Hutan, Beridin, Dokong Anak, Jarak, Kechubong, Hempedu Bumi dan sebagainya. Tumbuh-tumbuhan beracun ini mampu memberi kesan keracunan melalui sentuhan, terhidu atau termakan.8. Hati hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi. 9. Menghindari bahan iritan dan faktor pencetus, mengatasi rasa gatal dan kekeringan kulit serta mengatasi reaksi peradangan dan infeksi sekunder. 10. Menghindari udara yang terlalu panas dan kering serta mengurangi pengeluaran keringat.

11. Menghindari garukan.

12. Cara hidup dan pola makan yang baik

13. Tindakan pencegahan dini sewaktu bayi masih dalam kandungan, juga banyak dilakukan bagi mereka yang memiliki keturunan bakat alergi/atopik.

14. Pemberian ASI eksklusif dilaporkan dapat mencegah terjadinya alergi dikemudian hari. Jika anak tidak mendapat ASI, dapat diberikan susu formula yang hipoalergenik. Selain itu, pemberian susu kedelai juga dapat meningkatkan kesehatan anak dalam jangka panjang.

15. Pendekatan moderen secara nutrisi misalnya dengan pemberian fraksi peptida dari protein spesifik yang ditoleransi usus misalnya pemberian formula susu hipoalergenik atau penggunaan komponen spesifik makanan sehari-hari seperti asam lemak dan antioksidan untuk mencegah terjadinya sensitisasi pada anak yang mempunyai risiko alergi. Pemberian probiotik dapat diberikan sebagai imunomodulator untuk merangsang sel limfosit Th1 pada anak yang mempunyai bakat alergi.Secara umum, ada 3 tahap pencegahan:

1. Pencegahan primer (sebelum terjadi sensitisasi), dilakukan dengan diet penghindaran makanan hiperalergenik sejak trimester kehamilan. Sayangnya pada pencegahan primer ini belum ada cara yang tepat untuk menilai keberhasilannya.

2. Pencegahan sekunder (sudah terjadi sensitisasi tetapi belum terjadi penyakit alergi), dilakukan dengan penentuan dan penghindaran jenis makanan yang menyebabkan penyakit alergi.

3. Pencegahan tersier (sudah terjadi penyakit alergi misalnya dermatitis, tetapi belum terjadi penyakit alergi lain misalnya asma), biasanya ditambah dengan penggunaan obat seperti misalnya pemberian setirizin pada dermatitis atopik untuk mencegah terjadinya asma di kemudian hari.II. 7 Pentalaksanaan Dermatitis Atopik

Saat ini Dermatitis Atopik tidak dapat disembuhkan. Kondisi ini membutuhkan rencana manajemen termasuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu luar, memelihara kulit dan menggunakan beberapa pilihan terapetik untuk mengurangi gejala. Tetapi harus secara individual dan pendekatan secara multipronged harus dilakukan. Tujuan dari terapi Dermatitis Atopik adalah untuk mengurangi gejala, mengatasi kekeringan kulit, mengatasi inflamasi, mengurangi pruritus dan mengidentifikasi faktor pencetus serta terapi alternatif atau fototerapi, mencegah flares-ups dan meningkatkan kualtas hidup tanpa penyakit atau tanpa komplikasi pengobatan. Sedangkan sasaran terapi Dermatitis Atopik adalah menghilangkan gejala Dermatitis Atopik.

Strategi terapi DA dapat dilakukan baik secara non farmakologis maupun farmakologis.

Terapi nonfarmakologi

Menghindari kontak dengan parfum, sabun berwarna dan detergen.

Menggunakan cara 2 kali bilas untuk cucian

Menghindari fluktuasi temperatur yang ekstrim

Tabir surya harus digunakan pada pasien dengan Dermatitis Atopik, tapi penggunaan agen nonkimia seperti tabir surya, titanium atau zinc oxide mungkin bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut atau kontak dermatitis.

Menghindari kontak dengan bulu hewan

Menggunakan moisturizer atau bath oil untuk mandi

Menghindari kondisi yang terlalu hangat untuk anak

Selalu memotong pendek kuku anak, untuk mengurangi kerusakan kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi Jika gatal sangat berat, kompres dingin dan teknik balut basah dapat digunakan untuk membantu anak tidur

Terapi farmakologis DA dapat dilakukan dengan menggunakan :

Kortikosteroid topical

Kortikosteroid topikal merupakan obat yang biasa digunakan dalam menangani inflamasi dan pruritus yang disebabkan oleh Dermatitis Atopik. Kortikosteroid topikal digunakan untuk pengobatan reaktif dalam jangka pendek untuk flare-ups akut. Penggunaan kortikosteroid topikal harus ditambah dengan emollients. Adapun obat-obat yang termasuk golongan kortikosteroid yaitu hidrokortison, prednisolon, derivat 9--fluor (triamcinolon, deksametason, betametason), derivat 6--fluor, derivat difluor (flutikason, flumitason), derivat klor (beklometason, mometason), derivat klor-fluor (klobetasol, fluklorolon).

Triamcinolon merupakan kortikosteroid sintetik poten yang digunakan untuk mengobati sejumlah autoimun dan kondisi alergi. Triamcinolon acetonide merupakan kortikosteroid terhalogenasi pertama yang digunakan secara topikal dengan luas dan ketika dikenalkan pertama kali ditemukan secara dramatis lebih efektif daripada beberapa dermatitis topikal sebelumnya. Triamcinolon merupakan kortikosteroid topikal pertama yang mempunyai efek terapeutik pada psoriasis. Krim atau salep KorticosteroidDengan menggunakan salep bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal. Krim corticosteroid yang dioleskan pada daerah yang luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebakan masalah kesehatan yang serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah. Jika krim atau salep sudah tidak efektif lagi, maka digantikan oleh jeli minyak selama 1 minggu atau lebih. Mengoleskan jeli minyak atau minyak sayur bisa membantu menjaga kehalusan dan kelembaban kulit. Jika digunakan kembali setelah pemakaiannya dihentikan sesaat, corticosteroid menjadi efetif kembali. Pada beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah mereka mandi, bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan penggosokan dengan handuk bisa menyebabkan iritasi. Karena itu dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak terlau kuat mengusap-usap kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak atau pelumas yang tidak berbau (misalnya krim pelembab kulit).

Antihistamin

Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek sedatifnya.Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.

Pada dewasa bisa dilakukan terapi dengan sinar ultraviolet ditambah psoralen dosis oral.Terapi ini jarang dilakukan pada anak-anak karena efeks samping jangka panjang yang berbahaya, yaitu kanker kulit dan katarak. Krim tar untuk likenifikasi

Antibiotik atau antiviral jika ada infeksi sekunder

Teknik balut basah, dalam 2 hari setelah kortikosteroid topikal diberikan jika eksema belum membaik

Kompres dingin untuk mengatasi gatal

Intervensi psikoterapi dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung spesifisitas tiap kasus, dapat dilakukan dengan terapi individu (psikoterapi suportif individual), psikoterapi kelompok, medifikasi lingkungan serta terapi perilaku. Terapi individu dapat dilakukan dengan prinsip dinamik. Target atau tujuan terapi individu adalah menolong penderita untuk meningkatkan tilikan ke dalam, pengertian mengapa dan bagaimana faktor psikologis dapat menyebabkan eksaserbasi, gejala fisik serta mengenali konflik di bawah sadar serta mekanisme secondari gain. Yang dimaksud dengan secondary gain atau keuntungan sekunder adalah karena sakitnya penderita memperoleh perhatian dari lingkungannya atau terbebas dari menjalankan tugas yang tidak menyenangkan atau menimbulkan stres. Terapi kelompok menyediakan dukungan dari kelompok dan forum sebagai wadah untuk memperbaiki keterampilan bersosialisasi dan berinteraksi di dalam kelompok. Kelompok itu dapat mengeksplorasi masing-masing ketergantungan yang hebat, proteksi berlebihan dari orang tua atau keluarga, menggunakan gejala sebagai alat manipulsi, menyetujui dan menerima terapi medis yang diberikan serta menanamkan kebutuhan untuk kontrol kembali. Bagi penderita yang mengalami kesulitan dalam bersosialisasi (pendiam, tertutup, pemalu serta sulit bergaul) terapi kelompok merupakan pilihan utama. Menjauhkan penderita dari situasi atau lingkungan yang menimbulkan stres merupakan salah satu cara modifikasi lingkungan, misalnya modifikasi lingkungan banyak digunakan untuk penyakit-penyakit alergi (dermatitis dan asma bronchiale). Penderita ini harus berada di lingkungan yang bebas dari segala hal yang dapat menimbulkan eksaserbasi atau serangan, misalnya untuk penderita asma, rumah harus selalu bersih bebas debu, cukup ventilasi dan mendapat sinar matahari. Untuk penderita dermatitis, hindari zat-zat atau kosmetik yang yang dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau menghindari situasi dan makanan yang dapat menyebabkan eksaserbasi. Cara lain adalah dengan terapi keluarga (family therapy). Keluarga diharapkan dapat mengerti pola interaksi di dalam suasana keluarga tersebut, sehingga keluarga dapat menolong untuk menciptakan model interaksi yang lebih sehat yang dapat membebaskan penderita dari sikap mempertahankan penyakit. Selain itu bila ditemukan ada konflik dalam perkawinan (bermasalah), dianjurkan untuk menjalani konsultasi perkawinan dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan perkawinan dan memperkuat ikatan perkawinan serta memelihara ikatan antara tiap generasi.Terapi perilaku merupakan komponen penting. Banyak penderita gangguan psikosomatik termasuk dermatitis adalah seorang dengan kepribadian pemalu, pasrah dan kurang punya rasa percaya diri. Salah satu tujuan dari terapi perilaku adalah meningkatkan rasa percaya diri dan belajar, bagaimana mengekspresikan penderitaannya secara Sesuai.Menghilangkan secondary gain dari gejala yang dialami adalah sangat sulit. Dengan memberikan imbalan terhadap usaha dan hasil yang dicapai dalam mengatasi dan mengontrol gejala (dengan token therapy) lama-kelamaan perilaku yang diinginkan tersebut akan menjadi kebiasaan (conditioning). Mengajarkan penderita mengenal patofisiologis bagaimana terjadinya kecemasan serta hubungannya dengan gejala-gejala Dermatitis Atopik, dapat membantu penderita dalam mempersiapkan diri untuk mengatasi kecemasan dan gejala-gejala Dermatitis Atopik tersebut.

BAB III

PENUTUPIII. 1 Kesimpulan

Dermatitis Atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Angka kejadian Dermatitis Atopik sebesar 0,69%, di mana anak laki-laki lebih sering terjangkit penyakit ini dibaningkan dengan anak perempuan. Etiologi eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih anggota keluarga mengalami eksema, asma, atau rinitis alergika, maka seorang anak memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami eksema dibanding populasi umum. Dermatitis Atopik merupakan kelainan hipersensitivitas segera / Tipe I (Immediete Hypersensitivity), yang mana merupakan reaksi yang diperantarai oleh antibodi IgE. Manifestasi klinis dari Dermatitis Atopik adalah adanya perasaan gatal, adanya makula eritematosa, papel, atau papulovesikel, daerah eksematous yang berkrusta, likenifikasi, dan eksoriasi. Karena Dermatitis Atopik sering timbul karena reaksi alergi, maka pencegahan dititikberatkan pada terjadinya kontak dengan allergen. Penatalaksanaan ditegakkan dengan tiga macam cara, yakni terapi nonfarmakologis, terapi farmakologis, dan terapi psikologis.III. 2 Saran

Dermatitis Atopik merupakan jenis penyakit yang mudah kambuh karena masing-masing individu dapat mengalami kontak dengan allergen yang menjadi pencetus Dermatitis Atopik ini. Namun dengan penanganan yang tepat, maka manifestasi klinisnya dapat kita minimalkan.

Sebagai tenaga kesehatan, kita harus cepat tanggap dalam menghadapi klien yang tengah terjangkit penyakit ini. Dengan demikian, klien bisa terbebas dari efek-efek buruk yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini. Selain itu, dapat pula kita lakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai Dermatitis Atopik agar masyarakat dapat melaksanakan penatalaksanaan mandiri dengan cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC

Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit Kulit. Jakarta: EGC.

Landow, Kenneth R (alih bahasa: dr. Petrus Adriantro). 1984. Kapita Selekta. Terapi Dermatologik. Jakarta: EGC.Rook, et., al. 1992. Textbook of Dermatitis 5th Edition. London: Blackwell Scientific Publication.Anonimous. Dermatitis Akibat Kerja. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15DermatitisAkibatKerja107.pdf/15DermatitisAkibatKerja107.html. Diakses pada Rabu, 4 Februari 2009 pukul 11.42Anonimous. Dermatitis Atopik. http://www.indonesiaindonesia.com/f/13360-dermatitis-atopik/. Diakses pada Rabu, 4 Februari 2009 pukul 11.37Anonimous. Penyakit Kulit. http://www.indo.medhex.com/penyakit-kulit-eksim-atopic-dermatitis/. Diakses pada Rabu, 4 Februari 2009 pukul 11.06Itqiyah, Nurul. 2007. Dermatitis Atopi (Eksema). http://www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=16. Diakses pada Rabu, 4 Februari 2009 pukul 12.39.