Dermatitis Atopik Case

17
DERMATITIS ATOPIK DEFINISI Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan berhubungan dengan atopik. Kata “atopik” pertama kali diperkenalkan oleh coca ( 1928 ) yaitu istilah untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, minsalnya asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis atopik dan konjungtiva alergik. SINONIM Dermatitis atopik dikenal juga dengan nama eksim konstitusional, eksim fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo besnier. EPIDEMIOLOGI Prevalensi dermatitis atopik semakin meningkat dinegara industri. Di amerika serikat, jepang, Australia dan Negara industri lainnya prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 10 – 20% sedangkan pada dewasa 1 – 3%. Dinegara agraris prevalensi dermatitis atopik lebih rendah. Wanita lebih banyak dikenai dari pada pria dengan rasio 1,3:1. Berbagai faktor yang ikut mempengaruhi prevalensi dermatitis atopik: 1. Jumlah keluarga kecil 2. Pendidikan ibu yang makin meninggi 3. Peningkatan penghasilan 4. Migrasi dari desa ke kota 5. Meningkatnya penggunaan antibiotic 1

Transcript of Dermatitis Atopik Case

Page 1: Dermatitis Atopik Case

DERMATITIS ATOPIK

DEFINISI

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan

berhubungan dengan atopik. Kata “atopik” pertama kali diperkenalkan oleh coca ( 1928 ) yaitu istilah

untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya,

minsalnya asma bronkial, rinitis alergika, dermatitis atopik dan konjungtiva alergik.

SINONIM

Dermatitis atopik dikenal juga dengan nama eksim konstitusional, eksim fleksural,

neurodermatitis diseminata, prurigo besnier.

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi dermatitis atopik semakin meningkat dinegara industri. Di amerika serikat, jepang,

Australia dan Negara industri lainnya prevalensi dermatitis atopik pada anak mencapai 10 – 20%

sedangkan pada dewasa 1 – 3%. Dinegara agraris prevalensi dermatitis atopik lebih rendah. Wanita lebih

banyak dikenai dari pada pria dengan rasio 1,3:1. Berbagai faktor yang ikut mempengaruhi prevalensi

dermatitis atopik:

1. Jumlah keluarga kecil

2. Pendidikan ibu yang makin meninggi

3. Peningkatan penghasilan

4. Migrasi dari desa ke kota

5. Meningkatnya penggunaan antibiotic

Dermatitis atopik cenderung diturunkan secara genetik. Lebih dari seperempat anak dari seorang

ibu yang menderita atopik akan mengalami dermatitis atopik pada masa 3 bulan pertama kehidupan.

Table 1. hubungan atopik pada anak dan orang tua

Atopik keluarga Resiko ( % )

1. Kedua orang tua

2. Satu orang tua

3. Saudara kandung

4. Tidak ada atopik keluarga

50 – 75 %

25 – 30 %

20 – 25 %

10 – 15 %

1

Page 2: Dermatitis Atopik Case

ETIOPATOGENESIS

Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis dermatitis atopik minsalnya faktor genetik,

lingkungan, sawar kulit, farmakologik dan imunologik. Konsep dasar terjadinya dermatitis atopik adalah

melalui reaksi imunologik. Sel – sel yang sangat berperan dalam pathogenesis dermatitis atopik ini adalah

sel eosinofil, sel langerhans dan sel limfosit T.

Apabila suatu antigen menempel pada kulit orang dengan kecenderungan atopik, maka antigen

tersebut akan mengalami proses dimana ditangkapnya faktor pencetus oleh molekul IgE yang ada pada

mastosit epidermis atau akan ditangkap oleh sel langerhans. Apabila ditangkap IgE yang ada pada

mastosit maka akan memicu respon type I yang klasik, dilanjutkan dengan respon fase lambat dan akan

timbul suatu jejas yang secara histopatologik menunjukkan tanda reaksi tipe I dengan sebukan sel

eosinofil.

Sedangkan apabila antigen tersebut ditangkap oleh sel langerhans kemudian akan dipresentasikan

kepada sel T maka akan menimbulkan respon type IV tetapi dengan perantara IgE yang ada pada

membran sel langerhans.

Berbagai bahan yang dapat bertindak sebagai antigen pad dermatitis atopik adalah:

1. Makanan ( telur ,susu, gandum, kedele, kacang tanah ). Biasanya pada dermatitis atopik pada

anak.

2. Tungau debu rumah.

3. Infeksi virus, bakteri dan jamur.

4. Kuman S.aureus yang dapat bertindak sebagai superantigen.

GAMBARAN KLINIS

Gejala utama dermatitis atopik adalah pruritus yang makin hebat di malam hari. Akibat garukan

biasanya akan timbul bermacam – macam kelainan kulit seperti likenifikasi, erosi, ekskoriasi, eksudasi

dan krusta.

Dermatitis atopik dapat dibagi 3 fase yaitu:

1. Fase infantil ( 2 bulan – 2 tahun )

Lesi awal biasanya muncul setelah usia 2 bulan. Biasanya akut atau subakut. Predileksi

pada kedua pipi dan dahi. Namun juga dapat meluas ketempat yang lain yaitu scalp, leher,

2

Page 3: Dermatitis Atopik Case

pergelangan tangan, lengan dan tungkai. Lutut ( pada anak yang sudah bisa merangkak ) bahkan

dapat menjadi generalisata. Rasa gatal biasanya menyebabkan anak susah tidur, gelisah dan

sering menangis. Pada usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi. Sebagian besar sembuh setelah

usia 2 tahun namun dapat juga berlanjut menjadi bentuk dermatitis atopik pada anak.

2. Fase anak ( 2 – 10 tahun )

Sebagian besar kasus (86%) muncul sebelum umur 5 tahun, dapat merupakan lanjutan

fase infantile namun dapat juga timbul sendiri. Predileksi pada lipat siku, lipat lutut, pergelangan

tangan bagian fleksor, leher bagian lateral dan anterior.

Lesi biasanya lebih kering, tidak begitu eksudatif, lebih banyak papul, likenifikasi dan sedikit

skuama. Akibat garukan terjadi erosi, ekskoriasi, likenifikasi dan dapat terjadi infeksi sekunder.

Akibat garukan, kulit menjadi menebal dan terjadi perubahan lain yang memicu gatal sehingga

lingkaran setan siklus gatal garuk

3. Fase remaja dan dewasa

Predileksi biasanya pada lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata dan

ekstensor punggung kaki. Akibat garukan berulang dan perjalan penyakit yang kronis umumnya

lesi cenderung kronik ditandai dengan hiperpigmentasi, hyperkeratosis dan likenifikasi. Lesi

dangat gatal terutama di malam hari atau jika berkeringat dan penyakit biasanya kambuh bila

mengalami stress. Penyakit cenderung menurun atau membaik setelah usia 30 tahun, hanya

sebagian kasus yang berlanjut sampai usia tua. Penderita DA berisiko menderita dermatitis tangan

kira-kira 70%.

DIAGNOSIS

Beberapa kriteria dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis DA. Diantaranya adalah kriteria

Hanifin dan Rajka. Diagnosis DA menurut kriteria Hanifin dan Rajka harus memenuhi kriteria tiga

kriteria mayor dan tiga kriteria minor.

Kriteria mayor Kriteria minor

1. Pruritus

2. Morfologi dan distribusi yang khas

3. Dermatitis yang kronis dan residif

4. Riwayat atopi pada individu/ keluarga

1. Xerosis

2. Infeksi kulit (S. aureus dan herpes simplek)

3. Dermatitis nonspesifik pada tangan dan

kaki

4. Iktiosis/hiperliniaris Palmaris/keratosis

pilaris

5. Pitiriasis alba

3

Page 4: Dermatitis Atopik Case

6. Dermatitis di papilla mammae

7. White dermatografism dan delayed blanch

respon

8. Keilitis

9. Lipatan infraorbital Dennie-Morgan

10. Konjungtivitis berulang

11. Keratokonus

12. Katarak subkapsular anterior

13. Darkening orbita

14. Muka pucat atau eritem

15. Gatal bila berkeringat

16. Intoleran terhadap wol atau pelarut lemak

17. Aksentuasi perifolikular

18. Hipersensitif terhadap makanan

19. Perjalanan penyakit dipengaruhi faktor

lingkungan dan emosi

20. Tes alergi kulit tipe dadakan positif

21. Kadar IgE serum meningkat

22. Awitan pada usia dini

Untuk bayi, kriteria dimodifikasi yaitu :

Tiga kriteria mayor (riwayat atopi keluraga, dermatitis di muka atau ekstensor, pruritus)

Ditambah tiga kriteria minor (xerosis/iktiosis/hiperlinearis Palmaris, aksentuasi perifolikular,

fisura belakang telinga, skuama di scalp yang kronis)

DIAGNOSIS BANDING

1. Dermatitis seboroik

2. Dermatitis numularis

3. Dermatitis kontak

4. Scabies

5. Iktiosis

6. Psoriasis

7. Dermatitis herpetiformis

4

Page 5: Dermatitis Atopik Case

8. Neurodermatitis

9. Sendrom Sezary

10. Penyakit Lettere Siwe

PENATALAKSANAAN UMUM

Mengidentifikasi dan menyingkirkan faktor yang memperberat siklus garuk gatal seperti kontak

dengan bahan kimia, deterjen, feses atau urine (pada bayi), pakaian bahan tertentu, pajanan panas atau

dingin yang ekstrim serta stress fisik dan emosiaonal, dll.

Pengobatan topikal

1. Hidrasi kulit

Mandi rendam (2-3 kali sehari) dengan air hangat yang diberi sedikit minyak diikuti

segera dengan pemberian emolien dapat mengatasi kekeringan klit. Emolien yang dapat diberikan

adalah urea 10% atau petrolatum, namun petrolatum ini kadang-kadang dapat menimbulkan

kemerahan pada kulit. Emolien dipakai beberapa kali dalam sehari karena lama kerja maksimum

hanya 6 jam.

2. Kortikosteroid topikal

Pada bayi digunakan KS potensi rendah seperti hidrokortison 1,5-2,5%. Pada dewasa

dipakai KS potensi menengah seperti triamsinolon kecuali untuk daerah kulit wajah, genitalia dan

intertriginosa. Bila penyakit telah dapat dikontrol, KS dipakai secara intermitten misalnya 2x

seminggu potensi rendah mencegah penyakit tidak kambuh.

3. Imunomodulator topikal

Terdiri dari takrolimus dan pimekrolimus. Preparat ini ama digunakan jangka panjang

dan pada area kulit wajah dan intertriginosa, todak menyebabkan atrofi kulit. Takrolimus 0,03%

untuk usia 2-15 tahun dan 0,03% atau 0,1% untuk dewasa. Pimekrolimus tersedia dalam

konsentrasi 1%. Pemakaian diberikan 2 kali sehari. Obat ini tidak dianjurkan untuk usia < 5 tahun

4. Preparat ter

Mempunyai efek anti pruritus dan antiinflamasi. Dipakai untuk lesi kronis dalam bentuk

salep hidrofilik misalnya yang mengandung likuor karbonis deterjen 5-10% atau crude cool tar

1-5%

5. Antihistamin

Antihistamin topikal tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan sensitisasi

5

Page 6: Dermatitis Atopik Case

Pengobatan sistemik

1. Kortikosteroid

Hanya untuk mengendalikan eksaserbasi akut, dipakai jangka pendek dengan dosis

rendah dan pemakaian berselang seling atau diturunkan bertahap kemudian segera diganti

dengan KS topikal

2. Antihistamin

Sebaiknya digunakan antihistamin dengan efek sedative agar dapat membantu

mengurangi rasa gatal yang hebat pada malam hari seperti difenhidramin

3. Anti infeksi

Eritromisin dan azitromisin atau klaritromisin dapat digunakan untuk menekan koloni S.

Aureus. Asiklovir diberikan jika terinfeksi dengan virus herpes simpleks

4. Interferon

Interferon dapat menekan respon IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi Th2

5. Siklosporin

Diberikan untuk kasus DA yang berat dan rekalsitran. Dosis pemberian oral 5

mg/KgBB/hari

Terapi sinar

Untuk kasus yang berat dapat diberikan UVB, kombinasi UVA dan UVB, PUVA

PROGNOSIS

Faktor yang mempengaruhi prognosis

1. Luas penyakit pada DA anak

2. Menderita rhinitis alergika atau asma bronchial

3. Riwayat DA pada orang tua atau saudara sekandung

4. Awitan DA pada usia dini

5. Anak tunggal

6. Kadar IgE serum tinggi

6

Page 7: Dermatitis Atopik Case

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN :

Nama : Tn. M

Umur : 23 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jln. Tuanku Nan Renceh, Bukittinggi

Status : Belum Menikah

Negeri asal : Jakarta

Tanggal pemeriksaan : 6 Mei 2009

ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Bercak merah kecoklatan yang terasa gatal pada lutut kiri sejak 2 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang:

Bercak merah kecoklatan yang terasa gatal pada lutut kiri sejak 2 bulan yang lalu

Bercak awalnya berukuran sebesar gigitan nyamuk dan terasa gatal. Lama kelamaan bercak

tersebut semakin membesar.

Bercak terasa gatal dan sering digaruk terutama saat berkeringat dan gatal dirasakan bertambah

saat malam hari.

Gatal juga dirasakan saat mengalami banyak masalah (stress)

Nyeri tidak dirasakan pada bercak dan tidak ada riwayat kontak dengan bahan iritan

Kulit terasa kering dirasakan sejak 10 tahun yang lalu dan ada penggunaan pelembab tertentu

untuk mengatasinya

Riwayat bersin – bersin pagi dan mata merah berair ada dirasakan sejak 10 tahun yang lalu

Riwayat alergi dengan tungau debu ada dirasakan sejak 10 tahun yang lalu

Riwayat penyakit dahulu:

Penyakit seperti ini sudah sering dialami namun dibiarkan sembuh sendiri tanpa pengobatan

Riwayat penyakit keluarga:

7

Page 8: Dermatitis Atopik Case

Ibu pasien alergi terhadap tungau debu

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Composmentis cooperatif

Status gizi : Baik

Pemeriksaan thorak : Diharapkan tidak ditemukan kelainan

Pemeriksaan abdomen : Diharapkan tidak ditemukan kelainan

Status dermatologikus

Lokasi : lutut kiri

Distribusi : terlokalisir

Bentuk : tidak khas

Susunan : tidak khas

Batas : tidak tegas

Ukuran : plakat

Effloresensi : plak hiperpigmentasi, papul eritema, skuama putih kasar,

likenifikasi

STATUS VENEREOLOGIKUS

Tidak ditemukan kelainan

8

Page 9: Dermatitis Atopik Case

KELAINAN SELAPUT

Tidak ditemukan kelainan

KELAINAN KUKU

Tidak ditemukan kelainan

KELAINAN RAMBUT

Tidak ditemukan kelainan

KELAINAN KELENJAR LIMFE

Tidak ditemukan pembesaran KGB

DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis atopik

DIAGNOSIS BANDING

1. Dermatitis numularis

2. Dermatitis kontak iritan

3. Neurodermatitis

PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil

9

Page 10: Dermatitis Atopik Case

PENATALAKSANAAN

Terapi umum

Penjelasan / penyuluhan kepada orang tua pasien:

Penyakit bersifat kronik berulang dan penyembuhan sempurna jarang terjadi sehingga pengobatan

ditujukan untuk mengurangi gatal dan mengatasi kelainan kulit.

Selain obat perlu dilakukan usaha lain untuk mencegah kekambuhan :

o Pakaian sebaiknya tipis, ringan mudah menyerap keringat

o Udara dan lingkungan cukup berventilasi dan sejuk.

o Jangan memakai sabun yang mengandung sulfur (belerang)

o Hindari faktor-faktor pencetus, misalnya: iritan, debu, dsb

Terapi khusus

Sistemik

Cefirizin 100 mg 1x1 selama 10 hari

Topikal

Inerson salf 2x1 setiap selesai mandi

Urea 10% cream 3x1

PROGNOSIS

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad vitam : bonam

Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

Quo ad functionam : bonam

10

Page 11: Dermatitis Atopik Case

DISKUSI

Seorang pasien laki – laki 23 tahun datang berobat ke poliklinik RSUD achmad muchtar

bukittinggi pada tanggal 6 mei 2009 dengan diagnosis kerja dermatitis atopi. Diagnosis dikerjakan

berdasarkan anamnesis didapatkan bercak merah yang gatal pada lutut kiri sejak 2 bulan yang lalu.

Didapatkan riwayat atopi dalam keluarga. Sifat penyakit ini kronik residif disetai dengan kulit kering.

Gatal dirasakan bertambah saat berkeringat dan malan hari.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya plak hiperpigmentasi disertai skuama putih kasar,

papul eritema, krusta hitam dan likenifikasi yang sangat khas untuk dermatitis atopi.

Terapi umum yang diberikan adalah dengan menghindari rangsangan mekanik pada kulit secara

berlebih seperti digaruk yang kuat. Hindari faktor pencetus. Terapi khusus adalah dengan cefirizin 1 x

100 mg selama 10 hari dan inerson salf 2x1 setiap selesai mandi.

Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam. Hal ini dikarenakan penyakit ini berjalan secara kronik

residif yang dapat berulang kembali.

11