Depresi.docx

19
Pendahuluan Gangguan suasana perasaan ( gangguan mood) merupakan sekelompok penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yang meningkat) pasien dengan mood yang meninggi menunjukkan sikap yang meluap luap, gagasan yang meloncat loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi,hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian dan bunuh diri. Secara sederhana, depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan dan perasaan tidak ada harapan lagi. Pada saat ini, depresi menjadi gangguan kejiwaan yang sangat mempengaruhi kehidupan, baik hubungan dengan orang lain maupun dalam pekerjaan. WHO memprediksikan pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami masyarakat dunia. Pikiran adalah hasil dari pola perangsangan berbagai bagian sistem saraf pada saat yang bersamaan, terutama melibatkan korteks serebri,talamus,sistem limbik dan bagian atas formatio retikularis batang otak. Proses ini disebut teori holistik pikiran. Daerah sistem limbik,talamus da formatio retikularis batang otak yang terangsang diduga menentukan sifat-sifat umum dari pikiran, sehingga menimbulkan beberapa sifat seperti rasa senang,rasa tak senang,rasa sakit,rasa tak enak,model sensasi yang sederhana,lokalisasi dari sebagian besar daerah tubuh, dan sifat- sifat umum lainnya. Namun, area korteks serebri yang terangsang secara spesifik menentukan sifat-sifat khusus dari pikiran, seperti lokalisasi sensasi yang spesifik pada permukaan tubuh dan benda- benda yang ada dalam lapang penglihatan dan sifat-sifat individual yang terutama memerlukan kesiagaan penuh. Bagian sistem saraf yang mengatur kebanyakan fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri,motilitas gastrointestinal,sekresi gastrointestinal,pengosongan kandung kemih,berkeringat,suhu tubuh, dan banyak aktivitas lainnya. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis,batang otak, dan hipotalamus.Juga, bagian korteks serebri, khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan sinyal ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga dengan demikian memengaruhi pengaturan otonom. Penjalaran sinyal otonomik eferen ke berbagai organ di seluruh tubuh dapat dibagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, yang sifat-sifat dan fungsinya berhubungan dengan respon stres. Skenario

Transcript of Depresi.docx

PendahuluanGangguan suasana perasaan ( gangguan mood) merupakan sekelompok penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yang meningkat) pasien dengan mood yang meninggi menunjukkan sikap yang meluap luap, gagasan yang meloncat loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi,hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian dan bunuh diri. Secara sederhana, depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan dan perasaan tidakada harapan lagi. Pada saat ini, depresi menjadi gangguan kejiwaan yang sangat mempengaruhi kehidupan, baik hubungan dengan orang lain maupun dalam pekerjaan. WHO memprediksikanpada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami masyarakat dunia. Pikiran adalah hasil dari pola perangsangan berbagai bagian sistem saraf pada saat yang bersamaan, terutama melibatkan korteks serebri,talamus,sistem limbik dan bagian atas formatio retikularis batang otak. Proses ini disebut teori holistik pikiran. Daerah sistem limbik,talamus da formatio retikularis batang otak yang terangsang diduga menentukan sifat-sifat umum dari pikiran, sehingga menimbulkan beberapa sifat seperti rasa senang,rasa tak senang,rasa sakit,rasa tak enak,model sensasi yang sederhana,lokalisasi dari sebagian besar daerah tubuh, dan sifat-sifat umum lainnya. Namun, area korteks serebri yang terangsang secara spesifik menentukan sifat-sifat khusus dari pikiran, seperti lokalisasi sensasi yang spesifik pada permukaan tubuh dan benda-benda yang ada dalam lapang penglihatan dan sifat-sifat individual yang terutama memerlukan kesiagaan penuh. Bagian sistem saraf yang mengatur kebanyakan fungsi viseral tubuh disebut sistem saraf otonom. Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri,motilitas gastrointestinal,sekresi gastrointestinal,pengosongan kandung kemih,berkeringat,suhu tubuh, dan banyak aktivitas lainnya. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak di medula spinalis,batang otak, dan hipotalamus.Juga, bagian korteks serebri, khususnya korteks limbik, dapat menghantarkan sinyal ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga dengan demikian memengaruhi pengaturan otonom. Penjalaran sinyal otonomik eferen ke berbagai organ di seluruh tubuh dapat dibagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, yang sifat-sifat dan fungsinya berhubungan dengan respon stres.Skenario Seorang ibu datang membawa anaknya perempuan usia 17 tahun. Ibunya mengeluh anaknya sudah hampir sebulan terakhir sering melamun. Ibu juga mengakui bahwa anaknya baru diputus hubungannya oleh pacarnya. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan menyampaikan bahwa anak tersebut sehat fisiknya namun menderita depresi.

Sistem Saraf OtonomSistem saraf, salah satu dari dua sistem kontrol utama pada tubuh, terdiri dari sistem saraf pusat (SSP), yang dibentuk oleh otak dan korda spinalis, dan sistem saraf perifer, yang dibentuk oleh serat-serat aferen dan eferen yang menyalurkan sinyal antara SSP dan perifer (bagian tubuh lain). Sistem Saraf Pusat (SSP) mengontrol organ-organ efektor (otot dan kelenjar) dengan menyalurkan sinyal dari Sistem Saraf Pusat ke organ-organ tersebut melalui divisi eferen sistem saraf perifer. Sebagian besar keluaran eferen ini ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.

Divisi eferen sistem saraf perifer adalah penghubung komunikasi dengan susunan saraf pusat yang mengontrol aktivitas otot dan kelenjar. SSP mengatur organ-organ efektor ini dengan menimbulkan potensial aksi di badan-badan sel neuron eferen yang akson-aksonnya berakhir di organ-organ tersebut. Otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar eksokrin, dan sebagian kelenjar endokrin dipersarafi oleh sistem saraf otonom, yang dianggap merupakan cabang involunter divisi eferen perifer. Otot-otot rangka dipersarafi oleh sistem saraf somatik,yaitu cabang volunter divisi eferen perifer. Untuk menimbulkan berbagai respons pada hampir semua organ efektor yang dikontrol, hanya memiliki dua neurotransmitter yaitu asetilkolin dan norepinefrin. Dengan bekerja secara independen, keduanya menyebabkan timbulnya berbagai efek, misalnya sekresi air liur,kontraksi kandung kemih, dan gerakan motorik volunter.Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu rantai yang terdiri dari dua neuron. Badan sel neuron pertama di rantai tersebut terletak di SSP. Aksonnya, serat praganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang terdapat di dalam suatu ganglion di luar SSP. Akson neuron kedua, serat pascaganglion, mempersarafi organ-organ efektor. Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi yaitu sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat praganglion simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglion di dalam ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis (symphatetic trunk) yang terletak di kedua sisi korda spinalis. Serat pascaganglion yang panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ efektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak sekitar separuh jalan antara SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya.Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah kranial dan sakral SSP (Sebagian saraf kranialis mengandung serat parasimpatis).Serat-serat ini berukuran lebih panjang dibandingkan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam atau dekat organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang bersangkutan itu sendiri. Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama, yaitu asetilkolin (Ach), tetapi ujung-ujung pascaganglion kedua sistem ini mengeluarkan neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Serat-serat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu, bersama dengan semua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik. Sebaliknya, sebagian besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergik, karena mengeluarkan noradrenalin, lebih umum dikenal sebagai norepinefrin. Baik asetilkolin maupun norepinefrin juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnya. Serat-serat otonom pascaganglion tidak berakhir di sebuah tonjolan seperti kepala sinaps, namun cabang-cabang terminal dari serat otonom mengandung banyak tonjolan, yang secara simultan mengeluarkan neurotransmitter ke daerah luas pada organ yang dipersarafi dan bukan ke sebuah sel. Pelepasan neurotransmitter yang bersifat difus ini, disertai kenyataan bahwa di otot polos dan jantung setiap perubahan aktivitas listrik akan disebarkan melalui gap junction, memiliki arti bahwa keseluruhan organ dipengaruhi aktivitas otonom, bukan sel satu per satu. Sistem simpatis meningkatkan respons-respons yang mempersiapkan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh stres atau darurat, misalnya ancaman fisik dari lingkungan luar. Respon semacam ini biasanya disebut sebagai fight or flight response karena sistem simpatis mempersiap tubuh untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman. Jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat karena konstriksi umum pembuluh darah,saluran pernafasan terbuka lebar untuk memungkinkan aliran udara maksimal, glikogen (simpanan gula) dan simpanan lemak dipecahkan untuk menghasilkan bahan bakar tambahan dalam darah, dan pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi otot-otot rangka berdilatasi (terbuka lebih lebar). Fenomena ini disebut pelepasan impuls masal akibat hipotalamus diaktivasi oleh timbulnya rasa takut atau cemas atau mengalami rasa nyeri yang berat. Akibat yang timbul merupkan reaksi yang menyebar ke seluruh tubuh, disebut respon stres atau tanda bahaya (alarm). Sistem simpatis terutama teraktivasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi. Contohnya, pada keadaan marah,yang lebih ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus, sinyal-sinyalnya dijalarkan ke bawah melalui formatio retikularis otak dan masuk ke medula spinalis untuk menyebabkan pelepasan impuls simpatis yang masif. Sistem parasimpatis, di pihak lain, mendominasi pada situasi yang tenang dan rileks. Pada keadaan-keadaan yang tidak mengancam tubuh dapat lebih memusatkan diri pada aktivitas rumah tangga umum-nya sendiri, misalnya pencernaan dan pengosongan kandung kemih. Sistem parasimpatis mendorong fungsi-fungsi tubuh seperti ini, sementara memperlambat aktivitas-aktivitas yang ditingkatkan oleh sistem simpatis.

Peranan utama komponen simpatik dan parasimpatik sistem saraf otonom pada divisi motoris/eferen dalam mengatur fungsi tubuh bagian internal. Saraf parasimpatik sistem saraf otonom berasal dari bagian otak bawah dan wilayah sakral sumsum tulang belakang. Saraf simpatik berasal dari wilayah tengah (toraks dan lumbar) sumsum tulang belakang. Sebagian besar jalur otonom terdiri atas seutas rantai yang terdiri atas dua neuron. Sinapsis di antara kedua neuron tersebut berada di dalam ganglion dalam sistem saraf tepi. Pada masing-masing pasangan neuron yang mengirimkan sinyal dari sistem saraf pusat ke ganglion disebut neuron praganglionik yang membebaskan asetilkolin pada sinapsis. Neuron yang mengirimkan sinyal dari ganglion ke organ target disebut neuron pascaganglionik. Perhatikan pada diagram di samping bahwa beberapa jalur simpatik meliputi suatu sinapsis ganglia simpatik yang menonjol dekat dengan sumsum tulang belakang. Sedangkan ganglia lain kurang menonjol; ganglion neuron parasimpatik terletak di dekat atau di dalam organ target. Sebagian besar akson simpatik membebaskan neurotransmitter norepinefrin pada organ targetnya. Neuron parasimpatik membebaskan asetilkolin.Pengaturan Batang Otak dan Hipotalamus pada Sistem Saraf Otonom

Banyak area neuron dalam subtansia retikular batang otak dan sepanjang traktur solitarius medula,pons dan mesensefalon, seperti halnya pada banyak nukeli khusus ,mengatur berbagai fungsi otonom, seperti tekanan arteri, frekuensi denyut jantung, sekresi kelenjar di traktus gastrointestinal, gerakan peristaltik gastrointestinal, dan kuatnya kontraksi kandung kemih. Yang sangat berkaitan dengan pusat pengaturan kardiovaskular pada batang otak adalah pusat medula dan pontin untuk mengatur pernafasan. Selain itu, sinyal-sinyal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Oleh karena itu, pada beberapa keadaan, pusat-pusat otonom di batang otak bekerja sebagai stasiun pemancar untuk mengatur aktivitas yang dimulai pada tingkat otak yang lebih tinggi, terutam di hipotalamus. Sebagian besar respons perilaku kita dijalarkan melalui hipotalamus,area retikularis batang otak dan sistem saraf otonom.Fungsi Sinaps dari NeuronTerdapat dua macam sinaps yaitu sinaps kimia dan sinaps listrik. Hampir semua sinaps yang dipakai untuk menjalarkan sinyal pada sistem saraf pusat manusia adalah sinaps kimia. Pada sinaps kimia ini, neuron pertama menyekresikan pada sinaps ujung sarafnya suatu bahan kimia yang disebut neurotransmitter, dan neurotransmitter ini sebaliknya bekerja pada protein reseptor dalam membran neuron berikutnya sehingga neuron tersebut akan terangsang,menghambatnya, atau mengubah sensitivitasnya dalam berbagai cara.Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 40 subtansi transmitter penting. Beberapa diantaranya adalah asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, histamin, asam gamma-aminobutirat (GABA), glisin,serotonin dan glutamat. Sebaliknya sinaps listrik ditandai oleh adanya kanal cairan terbuka langsung menjalankan aliran listrik dari satu sel ke sel berikutnya. Kebanyakan saluran ini terdiri atas struktur tubular protein kecil yang disebut gap junctions yang memudahkan pergerakan ion-ion secara bebas dari bagian dalam suatu sel ke bagian dalam sel berikutnya. Sinaps kimia mempunyai sifat yang penting sehingga sangat disukai untuk menjalarkan banyak sinyal sistem saraf. Sinaps ini selalu menjalarkan sinyal dalam satu arah yakni, dari neuron yang menyekresi bahan transmitter yang disebut neuron presinaps, ke neuron tempat bahan transmitter yang disebut neuron postsinaps. Hal ini dikenal sebagai prinsip konduksi satu arah pada sinaps kimia. Pada neuron motorik anterior medula spinalis terdapat 3 bagian utama yaitu: soma yang merupakan badan utama dari neuron;akson tunggal yang memanjang dari soma ke dalam sistem saraf perifer yang meninggalkan medula spinalis; dan dendrit yang merupakan sejumlah besar penonjolan tipis dari soma yang memanjang keluar sepanjang 1mm ke daerah sekitar medula spinalis. Di permukaan dendrit dan soma neuron motorik terdapat sebanyak 10.000 sampai 200.000 tombol sinaps kecil yang disebut ujung presinaps (80% pada dendrit,20% pada soma). Ujung presinapsini merupakan ujung dari serabut-serabut fibril yang berasal dari banyak neuron lain. Nanti akan menjadi jelas bahwa sebagian besar ujung presinaps ini bersifat mudah dirangsang yang artinya, menyekresikan neurotransmitter yang merangsang neuron postsinaps. Namun ujung presinaps lainnya bersifat menghambat neuron postsinaps dengan menyekresikan suatu neurotransmitter yang dapat menghambat. Neuron-neuron yang terdapat pada bagian lain medula spinalis dan otak berbeda dengan neuron motorik anterior, yakni dalam hal 1)ukuran badan sel;2)panjang,ukuran dan jumlah dendrit;3)panjang dan besar akson dan 4)jumlah ujung presinaps. Perbedaan-perbedaan ini membuat neuron di bagian berbeda sistem saraf bereaksi secara berbeda terhadap sinyal sinaps yang masuk sehingga melakukan banyak fungsi yang berbeda. Beberapa reseptor postsinaps, bila diaktivsi, menyebabkan eksitasi neuron postsinaps dan yang lainnya menyebabkan inhibisi. Hal ini penting bahwa reseptor-reseptor ini memberi dimensi tambahan terhadap fungsi saraf, memungkinkan pengendalian kerja saraf dan juga perangsangannya. Eksitasi dapat terjadi apabila:1)kanal natrium yang terbuka yang memungkinkan pelepasan listrik bermuatan positif dalam jumlah besar (meningkatkan potensial membran dalah arah positif);2)Penekanan hantaran (menurunkan difusi) melalui kanal klorida atau kalium, atau keduanya (membuat potensial membran menjadi lebih positif dari normal);3)meningkatkan jumlah reseptor membran eksitasi dengan berbagai perubahan metabolisme internal neuron postsinaps. Inhibisi dapat terjadi apabila:1)Pembukaan kanal ion klorida melalui membran postsinaps (meningkatkan negativitas di bagian dalam);2)Meningkatkan hantaran ion kalium yang keluar dari neuron (meningkatkan keelektronegatifan di dalam neuron;3)Aktivasi enzim reseptor yang meningkatkan jumlah reseptor sinap inhibisi.Sistem Pendorong Aktivitas OtakTanpa adanya penjalaran sinyal saraf yang terus menerus dari otak rendah ke cerebrum, cerebrum menjadi tidak bermanfaat. Sinyal-sinyal saraf pada batang otak mengaktifkan bagian serebral otak melalui dua:1)dengan merangsang aktivitas neuron pada daerah otak yang luas secara langsung dan 2)dengan mengaktifkan sistem neurohormonal yang melepaskan subtansi neurotransmitter menyerupai hormon, subtansi ini memberi pengaruh fasilitasi atau inhibisi spesifik ke dalam daerah terpilih pada otak. Komponen pusat pendorong dari sistem ini adalah area eksitatorik yang terletak di subtansia retikular pons dan mesensefalon. Area ini juga dikenal dengan nama area fasilitasi bulboretikularis. Area ini menjalarkan sinyal-sinyal fasilitasi ke arah bawah menuju medula spinalis untuk memelihara tonus otot-otot antigravitasi dan tingkat refleks medula spinalis. Selain sinyal-sinyal yang turun kebawah tersebut, area ini juga mengirimkan banyak sinyal ke arah atas. Area lain yang penting dalam mengendalikan aktivitas otak yaitu area inhibitorik retikular,yang terletak di sebelah medial dan sebelah ventral medula. Area ini dapat menghambat area fasilitasi retikular pada batang otak bagian atas, dan dengan demikian menurunkan aktivitas otak di bagian superior otak juga. Salah satu mekanisme untuk hal itu adalah mekanisme untuk merangsang neuron-neuron serotonergik, yang kemudian menyekresikan serotonin neurohormon inhibitor pada titik-titik yang penting pada otak.

Kebanyakan sinaps area eksitatorik dari sinyal ini pertama-pertama pergi ke talamus, tempat sinaps tersebut merangsang berbagai susunan neuron yang menjalarkan sinyal saraf ke seluruh regio korteks serebri dan berbagai area subkortikal. Sinyal umpan balik juga kembali dari korteks serebri ke arah yang sama. Hal ini merupakan mekanisme umpan balik positif yang membantu mempertahankan tingkat eksitasi pada korteks serebri dan memungkinkan setiap aktivitas yang bermula di korteks serebri tetap dapat mendukung aktivitas lainnya, dengan demikian menghasilkan pikiran waspada. Kerja korteks berkaitan erat dengan talamus dan secara anatomik dan fungsional hampir merupakan satu kesatuan dengan talamus (sistem talamokortikal). Hampir semua jaras dari reseptor sensorik dan organ sensorik yang menuju korteks melewati talamus, dengan pengecualian utama terhadap beberapa jaras sensorik penghidu. Ada dua jenis sinyal yang berjalan ke talamus. Jenis yang pertama menjalarkan potensial aksi lebih cepat yaitu dari badan sel neuronal besar yang terletak di seluruh area retikularis batang otak. Ujung-ujung sarafnya melepaskan subtansi neurotransmitter asetilkolin, sebagai suatu bahan eksitasi. Sinyal jenis kedua menjalarkan potensial aksi lebih lambat atau progresif (tingkat eksitabilitas jangka panjang) melalui serabut-serabut kecil yang terutama bersinaps di nuklei intralaminar pada talamus dan nuklei retikular pada seluruh permukaan talamus.

Pengaturan Neurohormonal pada Aktivitas OtakSelain pengaturan aktivitas otak secara langsung oleh penjalaran sinyal saraf yang spesifik dari area otak bagian bawah ke regio kortikal otak, masih terdapat mekanisme fisiologis lain yang sering digunakan untuk mengatur aktivitas otak. Mekanisme ini adalah melepaskan bahan-bahan hormonal neurotransmitter inhibisi atau eksitasi ke dalam subtansi otak. Neurohormon ini seringkali menetap selama beberapa menit atau beberapa jam, dan dengan demikian menghasilkan masa pengendalian yang panjang, tidak hanya eksitasi atau inhibisi yang sekejap. Beberapa fungsi spesifik dari keempat sistem neurohormonal yang telah dipetakan secara rinci dalam otak:1)Lokus seruleus dan sistem norepinefrin adalah area kecil yang terleta bilateral dan di sebelah posterior pada sambungan antara pons dan mesensefalon. Serabut-serabut saraf area ini menyebar ke seluruh otak dan menyekresikan norepinefrin. Norepinefrin umumnya merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas. Namun, norepinefrin memiliki efek inhibisi pada beberapa area otak akibat adanya reseptor-reseptor inhibitor pada sinaps neuronal tertentu. Berperan penting dalam menyebabkan mimpi, menghasilkan tipe tidur rapid eye movement;2)Subtansia nigra dan sistem dopamin terletak di sebelah anterior pada mesensefalon superior, dan neuron-neuronnya terutama mengirimkan ujung-ujung saraf ke nukleus kaudatus dan putamen serebrum, tempat nukleus kaudatus dan putamen tersebut menyekresi dopamin. Neuron-neuron lain yang terletak pada regio yang berdekatan juga menyekresi dopamin, tetapi neuron tersebut mengirimkan ujung-ujung sarafnya ke area yang lebih ventral terhadap otak, terutama ke hipotalamus dan sistem limbik. Dopamin diduga bekerja sebagai transmiter inhibitor di ganglia basalis, tetapi pada beberapa otak yang lain, kemungkinan malah mengeksitasi;3)Nuklei rafe dan sistem serotonin terdapat di bagian tengah pons dan medula oblongata. Kebanyakan neuron pada nuklei rafe menyekresi serotonin. Neuron itu mengirimkan serabut-serabut ke diensefalon dan sedikit serabut ke korteks serebri, dan serabut yang lain lagi turun ke medula spinalis. Serotonin yang diekskresikan pada ujung serabut medula memiliki kemampuan untuk menekan rasa nyeri. Serotonin yang dilepaskan dalam diensefalon dan serebrum hampir pasti berperan sebagai inhibitor penting untuk membantu menghasilkan tidur yang normal;4)Neuron gigantoseluler pada area eksitatorik retikular dan sistem asetilkolin. Pada kebanyakan tempat, asetilkolin berfungsi sebagai neurotransmiter eksitasi.(hub dgn sinaps kimia &aktivasi otak) Aktivasi neuron asetilkolin ini menghasilkan kewaspadaan pikiran dan terangsangnya sistem saraf. Serta neurohormonal lainnya yang berfungsi pada sinaps tertentu atau melepas ke dalam cairan otak.

Dari banyak bukti yang telah dikumpulkan, terlihat bahwa psikosis dengan depresi mental, yang mengenai sekitar 8 juta orang di Amerika serikat, mungkin disebabkan oleh berkurangnya pembentukan norepinefrin atau serotonin atau keduanya di otak. Pasien depresi mengalami gejala-gejala rasa sedih, tidak bahagia, putus asa, dan sengsara. Selain itu, pasien tersebut kehilangan nafsu makan dan dorongan seksual serta mengalami insomnia yang berat. Ada anggapan bahwa sistem norepinefrin dan serotonin normalnya menimbulkan dorongan bagi area limbik dalam otak untuk memperkuat rasa nyaman seseorang, menciptakan rasa bahagia,rasa puas,nafsu makan yang baik,dorongan seksual yang sesuai dan keseimbangan psikomotor. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa pusat-pusat ganjaran dan kepuasan di hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin.Sistem LimbikSistem limbik adalah keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional. Bagian sistem limbik adalah hipotalamus, dengan struktur-strukturnya yang berkaitan. Selain perannya dalam mengatur perilaku, area ini mengatur banyak kondisi internal dari tubuh, seperti suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan untuk makan dan minum serta pengaturan berat badan. Fungsi internal ini secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak, dan pengaturannya berkaitan erat dengan perilaku.

Secara skematis posisi kunci hipotalamus dalam sistem limbik ini dan tampak di sekeliling hipotalamus struktur subkortikal lain dari sistem limbik,yang meliputi septum, area paraolfaktoria, epitalamus, nuklei anterior talamus, bagian ganglia basalis,hipokampus dan amigdala. Di sekeliling area subkortikal limbik terdapat korteks limbik, yang terdiri atas sebuah cincin korteks serebri pada setiap belahan otak yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus subkalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kalosum ke bagian medial hemisferum serebri dalam girus singulata dan akhirnya berjalandi belakang korpus kalosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus temporalis ke girus parahipokampus dan unkus. Lalu, pada permukaan medial dan ventral dari setiap hemisferum serebri ada sebuah cincin terutama paleokorteks, yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang sangat berkaitan dengan perilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks limbik ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur limbih yang lebih rendah. Banyak fungsi perilaku yang dicetuskan dari hipotalamus dan struktur-struktur limbik lainnya juga dijalarkan melalui nuklei retikular di batang otak dan nuklei asosiasinya. Jalur komunikasi yang penting antara sistem limbik dan batang otak adalah berkas otak depan bagian medial, yang menyebar dari regio septal dan orbitofrontal korteks serebri ke bawah melalui bagian tengah hipotalamus ke formasio retikularis batang otak. Berkas ini membawa serabut-serabut ke dalam dua arah, membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur komunikasi yang kedua adalah melalui jaras pendek yang melewati formasio retikularis batak otak, talamus, hipotalamus dan sebagian besar area lainya yang berhubungan dengan bagian basal otak.

Hipotalamus, Daerah Pengatur Utama Sistem LimbikHipotalamus mewakili kurang dari 1 persen massa otak, namun merupakan bagian pangin penting dari jaras pengaturan sistem limbik. Bagian ini mengatur sebagian besar fungsi vegetatif (pengaturan kardiovaskular,suhu tubuh,cairan tubuh,kontraktilitas uterus,pengeluaran air susu oleh payudara,gastrointestinal dan hasrat makan) dan fungsi endokrin. Hipotalamus mempunyai jaras komunikasi dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat sistem limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur-struktur yang berkaitan dengannya mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah:1)ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutam ke areah retikular mesensefalon,pons, dan medula, dan dari area tersebut ke saraf perifer sistem saraf otonom;2)ke atas menuju sebagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan serebrum, khususnya bagian anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri dan 3) ke infudibulum hipotalamus untuk mengatur secara sebagian dari fungsi sekretorik pada bagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis

Selain fungsi vegetatif dan fungsi endokrin hipotalamus, perangsangan atau adanya lesi pada hipotalamus seringkali memberi efek yang menyeluruh pada perilaku emosional seekor hewan dan manusia. Beberapa efek perilaku akibat perangsangan adalah sebagai berikut:1)Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu makan, tetapi juga meningkatkan besarnya aktivitas umum yang kadangkala menyebabkan timbul rasa marah;2)perangsangan pada nukleus ventromedial dan area di sekelilingnya menimbulkan rasa kenyang, menurunnya nafsu makan dan menjadi tenang;3)Perangsangan pada zona tipis dari nuklei paraventrikular, yang terletak berdekatan dengan ventrikel tertius, bila disertai dengan perangsangan pada area kelabu di bagian tengah mesensefalon, biasanya menimbulkan rasa takut dan reaksi terhukum;4)Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalmus, khususnya anterior dan posterior hipotalamus.Fungsi Ganjaran dan Fungsi Hukuman dari Sistem LimbikSelain sifat afektif dari sensasi sensorik, sistem limbik juga berhubungan dengan sensai yang menyenangkan atau yang tak menyenangkan. Kualitas afektif ini juga disebut ganjaran atau hukuman, kepuasan atau antipati. Hampir segala sesuatu yang kita lakukan berkaitan dengan rasa ganjaran dan rasa terhukum. Bila melakukan tindakan yang ternyata mendapat ganjaran, kita akan meneruskan tindakan tersebut, namun bila ternyata menyebabkan kita terhukum, kita akan menghentikan tindakan tersebut. Oleh karena itu, pusat ganjaran dan pusat hukuman merupakan hal terpenting pada seluruh alat pengatur aktivitas tubuh,hasrat,rasa enggan,dan motivasi kita. Perangsangan listrik pada area limbik tertentu menimbulkan rasa senang atau rasa puas, sedangkan perangsangan listrik pada regio lainnya malah menimbulkan rasa panik, rasa nyeri, rasa takut, usaha mempertahankan diri, reaksi menghindar, dan elemen-elemen hukuman lainnya. Pusat ganjaran utama terletak di sepanjang rangkaian berkas bagian medial otak depan, khususnya pada nuklei lateral dan nuklei ventromedial hipotalamus. Namun bila diberi perangsangan yang kuat akan menimbulkan rasa marah. Pusat hukuman dan kecendrungan untuk menghindar, yaitu terdapat di area kelabu sentral di sekeliling akuaduktus Sylvius dalam mesensefalon dan yang menyebar ke atas ke zona periventrikular hipotalamus dan talamus. Perangsangan pusat rasa terhukum ini seringkali dapat menghambat pusat-pusat ganjaran dan pusat rasa senang secara sempurna. Penelitan telah menunjukan bahwa semua pengalaman sensorik yang menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum hampir tidak dapat diingat sama sekali. Rekaman listrik dari otak memperlihatkan bahwa stimulus sensorik yang baru saja dirasakan hampir selalu merangsang beragam area pada korteks serebri. Namun, bila pengalaman sensorik tidak menimbulkan rasa ganjaran atau rasa hukuman,pengulangan stimulus yang terus-menerus cenderung memadamkan seluruh respons kortikal serebri. Yaitu, hewan tersebut menjadi terhabituasi terhadap stimulus sensorik spesifik tersebut,dan selanjutnya mengabaikannya. Bila stimulus ternyata menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum, dengan rangsangan berulang-ulang, respons kortikal serebri justru menjadi lebih kuat. Lalu timbul jejak ingatan yang kuat terhadap sensasi ganjaran atau sensasi terhukum, namun,sebaliknya, membentuk rasa terbiasa terhadap berbagai stimulus sensorik. Hipokampus merupakan salah satu dari sekian banyak jaras keluar yang penting berasal dari area ganjaran dan hukuman pada sistem limbik. Hipokampus berfungsi untuk menyimpan ingatan tipe verbal dan simbolik (ingatan deklaratif) dalam ingatan jangka panjang maupun ingatan intermedia yang berlangsung lebih dari beberapa menit. Ingatan deklaratif merupakan ingatan suatu pengalaman penting yang meliputi keadaan akan sekeliling,hubungan waktu,penyebab pengalaman yang dialami,makna pengalaman yang dialami, serta ingatan akan kesimpulan seseorang.Proses Konsolidasi IngatanJika ingatan jangka pendek diubah menjadi ingatan jangka panjang, dan dapat dipanggil kembali beberapa minggu atau beberapa tahun kemudian, maka ingatan tersebut harus mengalami konsolidasi.Artinya, ingatan jangka pendek jika diaktifkan berulang-ulang akan menimbulkan perubahan kimia,fisik, dan anatomis pada sinaps-sinaps yang bertanggung jawab untuk ingatan tipe jangka panjang. Perubahan kimia yaitu adanya stimulus yang merangsang terminal fasiitator dan terminal sensorik pada saat yang sama, sehingga menyebabkan jaras ingatan menjadi terfasilitasi selama beberapa minggu, walaupun telah terjadi habituasi. Habituasi adalah fenomena dimana neuron kehilangan respon terhadap peristiwa berulang yang tak berarti, yaitu bila hanya terminal sensorik yang dirangsang secara berulang-ulang. Mekanisme fasilitasi menyebabkan pelepasan serotonin ke permukaan terminal sensorik(presinaptik), kemudian serotonin mengaktifkan enzim yang menyebabkan berkurangnya penjalaran kalium keluar dari terminal sensorik(presinaptik) tersebut. Sehingga terjadi potensial aksi yang semakin lama, yang menyebabkan banyak ion kalsium masuk ke dalam terminal sensorik. Ion kalsium ini selanjutnya menyebabkan peningkata pelepasan transmitter oleh sinaps-sinaps, sehingga menyebabkan fasilitasi penjalaran sinaps secara bermakna ke neuron selanjutnya. Perubahan struktur fisik yang terjadi adalah:1)Peningkatan jumlah dan tempat-tempat pelepasan vesikel untuk menyekresikan neurotransmitter;2)Peningkatan jumlah terminal presinaptik;3)Perubahan pada struktur spina dendritik yang membolehkan terjadinya transmisi sinyal yang lebih kuat.

Proses ini memerlukan waktu 5 sampai 10 menit untuk konsolidasi minimal dan satu jam atau lebih untuk konsolidasi maksimal. Penelitian menunjukkan bahwa latihan atau pengulangan informasi bekali-kali ke dalam pikiran,dapat mempercepat dan memperkuat tingkat pengalihan ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang, dengan demikian mempercepat dan meningkatkan konsolidasi. Otak mempunyai kencendrungan untuk mengulang informasi yang baru diterima, terutama informasi yang menyita perhatian pikiran. Oleh karena itu, sesudah melewati satu periode waktu, gambaran penting mengenai pengalaman sensorik menjadi terfiksasi secara progresif dalam gudang ingatan. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang dapat mengingat lebih baik sedikit informasi yang dipelajari secara mendalam daripada banyak informasi yang hanya dipelajari secara superfisial. Keadaan ini juga menjelaskan mengapa orang yang dalam keadaan segar dapat mengonsolidasikan ingatannya secara jauh lebih baik daripada keadaan kelelahan mental. Salah satu gambar terpenting konsolidasi bahwa ingatan baru disusun menjadi bermacam-macam golongan informasi. Selama proses ini berlangsung, jenis informasi yang serupa ditarik kembali dari tempat penyimpanan ingatan dan digunakan untuk membantu proses informasi yang baru. Perbedaan dan kesamaan informasi baru dan yang lama kemudian dibandingkan, dan sebagian proses penyimpanan ini lebih banyak dipakai untuk menyimpan kesamaan dan perbedaan informasi baru yang tidak diproses. Jadi, selama konsolidasi, ingatan yang baru tidak disimpan secara acak tapi langsung bersamaan dengan ingatan lain yang macamnya sama. Hal ini diperlukan agar kelak orang tersebut mampu mencari informasi yang dibutuhkannya dari gudang ingatan.

http://apbrwww5.apsu.edu/thompsonj/Anatomy%20&%20Physiology/2010/2010%20Exam%20Reviews/Exam%204%20Review/CH%2012%20Functional%20Areas%20of%20the%20Cerebral%20Cortex.htm

Campbell N A,Reece J B,Mitchell LG. Biologi. Erlangga. Jakarta 2004

Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2.EGC. Jakarta 2001http://antranik.org/peripheral-nervous-system-cranial-nerves/Putz R, Pabst R.Sobotta:atlas anatomi manusia.Ed 22.Jakarta: EGC,2006Guyton A C, Hall J E. Buku ajar fisiologi kedokteran.Ed 11.EGC.Jakarta 2007Craig Freudenrich, Ph.D. how antidepressants work.http://science.howstuffworks.com/life/antidepressant1.htmhttp://www.baileybio.com/plogger/?level=picture&id=406. Feb 4 ,2008