DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS...
Transcript of DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS...
![Page 1: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/1.jpg)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO
BANDUNG
Laporan Kasus : Tatalaksana Ulkus Kornea Jamur Dematiaceae dengan
Hipopion
Penyaji : Liani Mulasari Gunawan
Pembimbing : dr. Arief Akhdestira Mustaram, SpM
Telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing Unit Infeksi dan Imunologi
dr. Arief Akhdestira Mustaram, Sp.M
Kamis, 10 September 2020
![Page 2: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/2.jpg)
1
MANAGEMENT OF PATIENTS WITH DEMATIACEOUS FUNGAL
CORNEAL ULCER WITH HYPOPION
ABSTRACT Introduction : In tropical countries, fungal infection is a common cause of corneal ulcer, in which brownish plaque is a diagnostic clue for Dematiaceous infection. Fungal corneal ulcer with hypopion is a serious corneal infection which can lead to blindness. Management of corneal ulcer in fungal keratitis with hypopion includes pharmacological and surgical treatment. Purpose : To report a case and management of patients with dematiaceous fungal corneal ulcer with hypopion. Case Report : A 59 years old male patients came to Cicendo National Eye Hospital with red eye and brownish plaque in the right eye since two weeks. There is a history of attacked by unknown insect on right eye. He was attacked by an ophthalmologist with levofloxacin, cyclopentolate 1% and artificial tears. Visual acuity of right eye was hand movement and left eye was 1.0. Slitlamp examination brownish plaque ulcer 6x6mm surrounded by infiltrate. This patient was diagnosed as dematiaceous fungal corneal ulcer with hypopion and treated with natamycin eye drop hourly, gatifloxacin hemihydrate every 3 hour, cyclopentolate 1% eye drop three times a day, artificial tears every 3 hour, and ketoconazole 300mg tablet twice a day. Two weeks after treatment in slitlamp examination the dense infiltrate remained with hypopion. Therefore, debridement + anterior chamber wash out + Fluconazole injection intracameral intrastromal OD. Conclusion: Management of corneal ulcer in fungal with hypopion is pharmacology and surgical procedure. Therapy is combining topical, systemic and surgical procedure including debridement, anterior chamber wash out and fluconazole injection intracameral or intrastromal. Keywords: Corneal ulcer, Dematiaceous fungal, Hypopion, Management
I. PENDAHULUAN
Penyakit okular mikrobial merupakan penyebab yang sering dari morbiditas dan
kebutaan pada 2 juta kasus ulkus kornea. Ulkus kornea adalah luka terbuka pada
lapisan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, dan
acanthamoeba. Jamur merupakan penyebab ulkus kornea terbanyak setelah bakteri.
Faktor risiko utama ulkus kornea jamur adalah trauma akibat tumbuh-tumbuhan,
tanah, penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan lensa kontak, dan
imunosupresan. Kasus ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan dengan gejala yang lebih ringan pada periode awal dibandingkan
dengan bakteri. Dari penelitian Niu Lingzhi dkk. melaporkan di beberapa negara
![Page 3: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/3.jpg)
2
berkembang laki-laki yang bekerja di pertanian memiliki risiko yang lebih tinggi
terkena infeksi trauma mata.1-3,5,13
Penelitian sebelumnya dari India melaporkan bahwa 34% – 44% dari semua
keratitis disebabkan oleh jamur. Keratitis jamur memiliki frekuensi dan tingkat
kebutaan yang tinggi di negara berkembang. Di negara tropis 8% – 17% disebabkan
oleh jamur Dematiaceous. Jamur dematiaceous ditemukan pada tanah dan bahan
tanaman, dengan warna gelap yang khas dari spora dan hifa karena adanya melanin
pada dinding selnya. Pigmentasi makroskopis dan mikroskopis dari infiltrat kornea
dalam bentuk plak yang menonjol adalah karakteristik dari jamur dematiaceous.
Manifestasi klinis pada infeksi jamur dematiaceous meliputi ulkus kornea yang
berat dan dalam akan menunjukan adanya lesi satelit dan hipopion berbentuk padat
berwarna putih keabuan.1-3
Tatalaksana ulkus kornea jamur dapat dilakukan dengan medikamentosa dan
pembedahan. Obat-obatan yang dapat diberikan adalah antifungal topikal, oral, dan
atau injeksi intraokular baik intrastromal maupun intrakameral. Tindakan
pembedahan dapat dilakukan dengan debridement, pembilasan bilik mata depan,
tindakan penambalan, transplantasi membran amnion, atau keratoplasti.
Keratoplasti dilakukan pada ulkus kornea jamur yang dalam atau tidak memberikan
respon terhadap obat-obatan.1,4
Laporan kasus ini membahas tentang tatalaksana ulkus kornea jamur
dematiaceous dengan hipopion. Tujuan penulisan kasus ini adalah untuk
melaporkan kasus dan memahami tatalaksana ulkus kornea jamur dematiaceous
dengan hipopion dalam praktik klinis sehari-hari untuk diagnosis, tatalaksana, dan
mencegah komplikasi.
II. LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki 59 tahun datang ke Poliklinik Infeksi dan Imunologi Pusat
Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 3 Agustus 2020 dengan
keluhan adanya mata merah pada mata kanan sejak 2 minggu SMRS. Mata kanan
dirasakan terdapat plak putih yang semakin meluas dan menjadi kehitaman disertai
adanya rasa nyeri dan buram yang dirasakan 1 minggu terakhir. Pasien bekerja
![Page 4: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/4.jpg)
3
sebagai petani dan terdapat riwayat terkena serangga pada saat pulang bekerja di
sawah. Pasien kemudian berobat ke klinik di Cirebon dan diberikan obat tetes
levofloksasin 6xOD, siklopentolat 1% 3xOD dan air mata buatan 6xOD. Keluhan
dirasakan tidak membaik, lalu pasien dirujuk ke Pusat Mata Nasional Rumah Sakit
Mata Cicendo
Riwayat mata merah berulang, demam, batuk, pilek, terkena dedaunan, terkena
air, penggunaan kacamata sebelumnya, kebiasaan meminum jamu, riwayat operasi
pada mata, riwayat diabetes, dan hipertensi disangkal. Riwayat penggunaan obat
dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk pengobatan paru.
Pemeriksaan keadaan umum dan tanda vital dalam batas normal. Gerak bola
mata baik ke segala arah. Pemeriksaan oftalmologis didapatkan visus mata kanan
1/300 dan mata kiri 1.0 (angka). Tekanan intraokular palpasi pada kedua mata
normal. Pada mata kanan palpebral tampak blefarospasme. Konjungtiva tampak
injeksi siliar. Kornea tampak infiltrat berwarna putih dengan pigmen coklat dan
terdapat ulkus dengan ukuran 6 mm x 6 mm. Bilik mata depan dengan kedalaman
Van Herick grade III, flare dan sel sulit dinilai. Pupil bulat dan iris tidak terdapat
sinekia. Lensa kesan jernih. Pemeriksaan segmen anterior mata kiri dalam batas
normal.
Gambar 2.1 Foto klinis mata kanan Tn. I/ 59thn pada tanggal 3 Agustus 2020
Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo
Pada pasien dilakukan debridement dan apus tepi luka pada mata kanan.
Kerokan kornea mata kanan dilakukan dengan hasil pewarnaan gram didapatkan
hasil temuan bakteri gram (+) coccus susunan satu-satu 1-2/LPB dengan jumlah
leukosit >25/LPB dan jumlah epitel < 5/LPB. Hasil pemeriksaan KOH 10%
![Page 5: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/5.jpg)
4
ditemukan hifa jamur bersepta dan berspora. Hasil Acanthamoeba (Giemsa) tidak
ditemukan. Pasien didiagnosis dengan ulkus kornea OD et. causa suspek jamur
dematiaceae. Pasien diberikan natamicin perjam OD, gatifloksasin hemihidrate
8xOD, siklopentolat 1% 3xOD, tetes air mata buatan 8xOD, dan ketoconazol
2x300mg. Pasien dianjurkan kontrol ke Poliklinik Infeksi dan Imunologi satu
minggu yang akan datang.
Gambar 2.2 Hasil pemeriksaan apus tepi luka pada tanggal 3 Agustus 2020
Dikutip dari: Laboratorium Patologi Klinik PMN RS Mata Cicendo
Pasien kontrol pada tanggal 10 Agustus 2020 ke Poliklinik Infeksi dan
Imunologi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo dengan mengeluhkan
penglihatan buram disertai nyeri dan rasa mengganjal yang berkurang pada mata
kanan. Pemeriksaan oftalmologis pada mata kanan dan kiri didapatkan masih sama
seperti pemeriksaan sebelumnya. Pasien dianjurkan untuk melanjutkan terapi
medikamentosa dan dilakukan debridement dengan pemeriksaan apus tepi luka
pewarnaan jamur dengan KOH 10% dan ditemukan hifa jamur lonjong memanjang
bersepta dan berspora. Hifa bertumpuk perlapang pandang. Pasien dianjurkan
kontrol satu minggu yang akan datang dengan perencanaan pemeriksaan kultur,
USG pada mata kanan, dan pertimbangan tindakan pembedahan dengan
debridement ± AMG ± injeksi flukonazol intrakameral atau intrastromal OD.
Pasien kontrol pada tanggal 14 Agustus 2020 ke Poliklinik Infeksi dan
Imunologi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo dengan mengeluhkan
penglihatan mata kanan terasa nyeri disertai buram. Pemeriksaan oftalmologis
![Page 6: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/6.jpg)
5
didapatkan visus mata kanan 1/300 dengan tekanan intra okular palpasi kedua mata
normal. Palpebra tampak blefarospasme. Konjungtiva tampak injeksi siliar. Kornea
tampak ulkus dengan ukuran 6 mm x 6 mm. Bilik mata depan tampak plak hipopion
Van Herick grade III, flare dan sel sulit dinilai. Pupil bulat dan iris tidak terdapat
sinekia. Lensa kesan jernih.
Gambar 2.4 Foto klinis mata kanan Tn. I/ 59thn pada tanggal 14 Agustus 2020
Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo Pasien datang membawa pemeriksaan USG mata kanan dengan hasil dalam
batas normal. Dilakukan perencanaan tindakan pembedahan dengan pemeriksaan
laboratorium, EKG, dan pemeriksaan rontgen thorax. Pasien direncanakan untuk
dilakukan tindakan pembedahan pada tanggal 18 Agustus 2020 dengan rencana
debridement ± AMG ± pembilasan bilik mata depan + injeksi flukonazol
intrastromal atau intrakameral OD dalam narkose umum.
Gambar 2.3 Foto USG mata kanan Tn. I/ 59thn pada tanggal 10 Agustus 2020
Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo
![Page 7: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/7.jpg)
6
Berdasarkan pengamatan makroskopis dan mikroskopis didapatkan hasil
pemeriksaan kultur yang dievaluasi pada hari ke 3 dan hari ke 7, ditemukan jamur
curvularis sp. yang memiliki karakteristik koloni berwarna coklat kehitaman,
permukaan koloni seperti beludru atau kapas, koloni tumbuh rata dan tebal,
sementara tepi koloni tidak rata dan berwarna putih.
Gambar 2.2 Pemeriksaan kultur hari ke 3 dan ke 7 pada tanggal 14 agustus 2020
Dikutip dari: Laboratorium Patologi Klinik PMN RS Mata Cicendo
Pada tanggal 18 Agustus 2020 pasien dilakukan tindakan pembedahan
debridement + pembilasan bilik mata depan + injeksi flukonazole intrakameral dan
intrastromal OD dalam narkose umum, dengan pemberian obat natamicin perjam
OD, gatifloksasin hemihidrat 8xOD, siklopentolat 1% 3xOD, tetes air mata buatan
8xOD, ketokonazol 2x300mg, asam mefenamat 3x500mg, dan amlodipin 1x10mg.
Pemeriksaan pasca tindakan operasi pada tanggal 19 Agustus 2020 pasien
mengeluhkan nyeri dan buram, didapatkan visus mata kanan 1/300 dan visus mata
kiri 1.0. Tekanan intra okular palpasi kedua mata normal. Pemeriksaan pada mata
kanan palpebra tampak blefarospasme. Konjungtiva tampak injeksi siliar. Kornea
tampak ulkus dengan ukuran 6.3 mm x 6 mm, pigmen (+). Bilik mata depan tampak
plak hipopion ± 0.2mm, Van Herick grade III, flare dan sel +4/+4. Pupil bulat dan
iris tidak terdapat sinekia. Lensa agak keruh. Pasien dianjurkan untuk rawat jalan
dan kontrol 1minggu yang akan datang.
Pada tanggal 27 Agustus 2020 pasien datang ke Poliklinik Infeksi dan Imunologi
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo kontrol 1 minggu pasca
pembedahan dengan keluhan nyeri yang berkurang. Pemeriksaan oftalmologis
![Page 8: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/8.jpg)
7
didapatkan visus mata kanan 1/300 dan visus mata kiri 1.0. Tekanan intra okular
palpasi kedua mata normal. Pemeriksaan pada mata kanan palpebra tampak
blefarospasme. Konjungtiva tampak injeksi siliar. Kornea tampak ulkus dengan
ukuran 6 mm x 6 mm, pigmen (+). Bilik mata depan tampak plak hipopion ± 2mm,
Van Herick grade III, flare dan sel +4/+4. Pupil bulat dan iris tidak terdapat sinekia.
Lensa sulit dinilai. Pasien diberikan terapi yang sama dengan sebelumnya dan
disarankan kontrol 2 minggu kemudian. Prognosis pasien quo ad vitam adalah
bonam, quo ad functionam adalah dubia, dan quo ad sanationam adalah dubia.
Gambar 2.4 Foto klinis mata kanan Tn. I/ 59thn pada tanggal 27 Agustus 2020
Dikutip dari: PMN RS Mata Cicendo
III. DISKUSI
Ulkus kornea adalah penyakit inflamasi kornea yang melibatkan lapisan epitel
bersama dengan keterlibatan stroma menjadi salah satu penyebab utama kebutaan
monokuler di beberapa negara berkembang. Ulkus kornea dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan acanthamoeba. Jamur merupakan penyebab ulkus kornea
kedua terbanyak setelah bakteri. Menurut Joshi dkk. klasifikasi jamur yang
menyebabkan infeksi okular adalah hyaline filamentous, dematiaceous, yeast dan
zygomycetes, thermally dimorphic fungi dan fungi of uncertain classification.
Jamur yang disebabkan oleh dematiaceous jarang terjadi tetapi merupakan
penyebab penting pada beberapa penyakit pada ulkus kornea. Lebih dari 100
spesies jamur dematiaceous di antaranya Alternaria sp, Bipolaris sp, Curvularia
sp, Exophiala sp, Madurella sp, dan Wangiella dermatitidis adalah jenis jamur
![Page 9: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/9.jpg)
8
berpigmen yang paling umum menyebabkan infeksi. Sebanyak 20% kasus infeksi
jamur dematiaceous paling sering disebabkan oleh Curvularia dan Alternaria
sp.2,3,11-13,17 Pasien memiliki riwayat terkena serangga 2 minggu SMRS saat bekerja
dan menjadi faktor risiko dengan lesi khas berbentuk plak yang menonjol adalah
karakteristik dari jamur dematiaceous.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
ulkus kornea jamur dapat menggunakan spesimen yang berasal dari kerokan
kornea, biopsi kornea, maupun cairan hipopion. Spesimen diwarnai dengan KOH
10%, pewarnaan gram, dan giemsa. Kultur spesimen dilakukan pada blood agar dan
Sabouraud dextroese agar. Diagnosis keratitis jamur dematiaceous ditegakan pada
pemeriksaan mikrobiologi dan temuan klinis seperti defek epitel kornea, infiltrat
stroma, dan adanya peningkatan plak yang berpigmen.2,3,7,13 Pada kasus ini
dilakukan pemeriksaan apus tepi luka dengan KOH 10% dengan hasil hifa jamur
bersepta dan berspora. Pasien juga dilakukan pemeriksaan dengan kultur
Sabouraud dextrose agar dengan hasil pemeriksaan kultur jamur curvularia sp.
Tatalaksana ulkus kornea jamur adalah dengan pemberian antifungal dan
debridement. Antifungal digolongkan menjadi polyenes, azoles, dan fluorinated
pyrimidines. Polyenes bekerja dengan cara mengikat ergosterol yang terdapat pada
membran sel jamur dan mengubah permeabilitas membrane sel jamur. Natamisin
5% merupakan terapi pilihan untuk jamur filamentous seperti fusarium sp. dan
aspergilus sp. Amfoterisin B efektif terhadap jamur yeast seperti candida sp.
Penggunaan jangka panjang amfoterisin B bersifat toksik terhadap sel epitel kornea.
Golongan azole bekerja untuk menghambat sintesis ergosterol, pada konsentrasi
tinggi derivat azoles dapat menyebabkan kerusakan langsung pada dinding sel
jamur. Antifungal golongan azole meliputi ketoconazol, imidazol, mikonazol,
flukonazol, dan itrakonazol. Penyerapan ketoconazol di lambung lebih baik
dibandingkan derivat azol lainnya. Ketoconazol tersedia dalam bentuk oral dan
topikal. Keberhasilan terapi fungal memerlukan frekuensi pemberian obat yang
sering dan dalam jangka waktu lebih dari 12 minggu.3,5,7-10 Pada kasus ini obat yang
diberikan adalah golongan polyenes yaitu natamisin perjam OD dan golongan azol
yaitu ketoconazol 2x300mg yang telah diberikan selama ± 3 minggu.
![Page 10: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/10.jpg)
9
Menurut Wang dkk, pengobatan dengan medikamentosa lebih sering dilakukan
pada ulkus kornea jamur, tetapi sekitar 31% tidak responsif terhadap agen anti
jamur. Ulkus kornea jamur dalam prosesnya akan menjadi lebih parah dan akhirnya
membutuhkan tindakan pembedahan. Ulkus kornea yang tidak memberikan respon
dengan terapi medikamentosa dapat dipertimbangkan untuk dilakukan intervensi
pembedahan. Pertimbangan intervensi pembedahan diperlukan apabila dalam
empat minggu setelah terapi belum menunjukan respon yang adekuat terhadap
terapi antifungal untuk mengurangi proliferasi infeksi.5-7,9-11 Pada kasus ini 2
minggu sebelum pasien datang ke Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo, pasien
sudah diberikan terapi medikamentosa di Cirebon, dan setelah 2 minggu
pengobatan di Pusat Mata Nasional RS Mata Cicendo belum terdapat perbaikan
sehingga dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan.
Pada kasus ini dilakukan tindakan pembedahan debridement + pembilasan bilik
mata depan + injeksi flukonazol intrakameral intrastromal OD. Pada saat kunjungan
pertama pasien dilakukan debridement dengan cara mengangkat jaringan nekrotik
superfisial untuk meningkatkan penetrasi obat topikal pada kornea pasien dan
mengurangi microbial load. Pada kasus sebelum dilakukan tindakan pembedahan
ditemukan hipopion yang merupakan tanda inflamasi yang melibatkan lapisan
stroma kornea dan menunjukkan hifa yang menginvasi bilik mata depan sehingga
dipertimbangkan untuk dilakukan pembilasan bilik mata depan. Injeksi flukonazol
intrakameral dan intrastromal dilakukan untuk mempertahankan dosis antifungal
dalam konsentrasi tinggi dan langsung menuju pada lokasi infeksi. Flukonazol
adalah antifungal yang stabil, larut air, memiliki biovailabilitas yang tinggi dan
toksisitas yang rendah sehingga baik untuk digunakan.6-8,13-16
Keratoplasti dapat dilakukan pada fase akut untuk pasien yang menunjukkan
respon buruk terhadap terapi farmakologis. Alternatif dari keratoplasti dapat
dilakukan amnion membrane graft (AMG). Penggunaan AMG dapat dapat
mempercepat penyembuhan luka, mengurangi inflamasi, anti sikatriks, dan
antiangiogenik. Dalam keadaan tertentu infeksi jamur dapat berulang setelah
dilakukan keratoplasti. Resistensi terhadap preparat antifungal, infeksi berlebih,
dan kepatuhan dalam penggunaan antimikosis dapat menjadi penyebab infeksi.
![Page 11: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/11.jpg)
10
Ulkus kornea jamur adalah infeksi dengan progresifitas lambat dan memiliki
prognosis yang buruk tidak hanya karena kurangnya obat dan metode pengobatan
yang efektif, tetapi juga karena jamur berbeda dari pathogen lain dalam
patogenesisnya. Diagnosis dan pengobatan yang tepat diperlukan untuk mencegah
komplikasi dari ulkus kornea jamur.3,5,1-13
IV. SIMPULAN
Ulkus kornea jamur adalah penyebab yang sering ditemukan setelah bakteri.
Infeksi yang disebabkan oleh ulkus kornea jamur memiliki progresifitas lambat.
Manifestasi klinis pada jamur dematiaceae tampak sebagai plak berpigmen sebagai
kolonisasi filament jamur pada permukaan kornea. Pemeriksaan mikroskopik dapat
dilakukan untuk mengetahui etiologi dengan cepat, sehingga pemberian obat anti
jamur dapat segera diberikan. Natamisin topikal merupakan lini pertama yang dapat
diberikan. Pemberian obat oral seperti ketoconazol dapat diberikan pada kasus
kornea jamur yang melibatkan stroma. Tindakan pembedahan dapat
dipertimbangkan pada kondisi ulkus kornea yang luas atau tidak adanya respon
dengan medikamentosa.
![Page 12: DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS …perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/09/... · 2020. 9. 8. · dalam jangka panjang saat usia 25 tahun selama 12 bulan untuk](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022060813/6091c47bb861760c0e7bce5b/html5/thumbnails/12.jpg)
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Araiza Javier, Sanches Andres Tirado,Bonifaz Alexandro. Mycotic Keratitis Section 3: Mycotic Keratitis Caused by Dematiaceous Fungi. CRC Press, A Science Publishers Book: Brazil; 2019 hal. 33-40
2. Kumar Ajit, Khurana Ashi, Sharma Mohit, Chauhan Lokesh. Causative fungi and treatment outcome of dematiaceous fungal keratitis in North India. Indian Journal of Ophthalmology. 2019;67(7):1054-5.
3. Weisenthal RW, Daly MK, Freitas Denise. Basic and Clinical Science Course Section 8 External Disease and Cornea. American Academy of Opthalmology: San Fransisco; 2019-2020. hal. 294-200.
4. Sahay Pranita, Singhal Deepali, Nagpal Ritu et al. Pharmacologic therapy of mycotic keratitis. Survey of Ophthalmology. 2019; 64(3): 380-400.
5. Sharma N, Sahay P, Maharana KP, et al. Management Algorithm for Fungal Keratitis: The TST (Topical, Systemic,and Targeted Therapy) Protocol. Cornea. 2019; 38(2)141-5.
6. Wang JY, Wang DQ, Qi XL, Cheng J, Xie LX. Modified ulcer debridement in the treatment of the superficial fungal infection of the cornea. International journal of ophthalmology. 2018;11(2):223.
7. Anuja J, Dudeja L, Babu M, Dudeja I. Keratomycosis Caused by Pigmented Fungi. International Journal of Scientific Research;2018. hal: 11-12.
8. Austin A, Lietman T, Ross-nussbaumer J. Update on the Management of Infectious Keratitis. American Academy of Ophthalmology; 2017. hal. 1678-89.
9. Matoba A, Divatia M, Arguello R, Chevez-barrios P. Clinically Significant Enhancement of Voriconazole Efficacy by Moxifloxacin and Gentamicin in Fungal Keratitis. Cornea. 2018; 37(5):651-4.
10. Patil A, Lakhani P, Majumdar S. Current perspectives on natamycin in ocular fungal infections. Journal of Drug Delivery Science and Technology. Elsevier; 2017 Oct 1; 41:206-12.
11. Mazinani NH, Nejabat M, Bazargani A, et al. A study on the most Prevalent Bacterial cause of Corneal ulcer and their Susceptibility to five common types of Ophthalmic Antibiotics. Trends in Pharmaceutical 2020: 6(2):121-130.
12. Radhakrishnan N, Panigrahi AK, Balasubramanium A,et al. Colonization of therapeutic contact lens by dematiaceous fungi. Contact Lens and Anterior Eye. Elsevier; 2019; 42: 470-472
13. Arora R. Commentary: Dematiaceous fungal keratitis: Is it different?. Indian journal of ophthalmology. 2019; 67(7):1054-5.
14. Niu Lingzhi, Liu Xin, Ma Zhiming, et al. Fungal keratitis: pathogenesis, diagnosis and prevention. Microbial Pathogenesis. 2020;138:103802
15. Kuo MT, Hsu BW, Yin YK, et al. A deep learning approach in diagnosing fungal keratitis based on corneal photographs. Scientific Reports. 2020;10(1):1-8.
16. Montgomery ML and Fuller KK. Experimental Models for Fungal Keratitis: An Overview of Principles and Protocols. Cells. 2020;9(7):1713.
17. Joshi SA, et al. Deep anterior lamellar keratoplasty in dematiaceous keratomycosis. Journal of clinical ophthalmology and research; Agustus; 2016:95-97.