demam bedarah

7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Indonesia. Cepatnya perkembangan dalam era globalisasi serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

description

demam bedarah

Transcript of demam bedarah

Page 1: demam bedarah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan

masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam

lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal

diseluruh wilayah Indonesia.

Cepatnya perkembangan dalam era globalisasi serta adanya transisi

demografi dan epidemiologi penyakit, masalah penyakit akibat perilaku dan

perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

cenderung semakin kompleks. Pemerintah melalui Departemen Kesehatan

mengeluarkan suatu program yaitu Program Peningkatan Perilaku Hidup Bersih

danSehat (PHBS) yang diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat khususnya yang

berkaitan dengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Republik

Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang

tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya peningkatan perilaku

Page 2: demam bedarah

2

hidup bersih dan sehat atau disingkat PHBS di seluruh Indonesia dengan mengacu

kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap pengkajian, perencanaan,dan

pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Upaya tersebut dilakukan untuk

memberdayakan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut

aktif dalam meningkatkan status kesehatannya. Kita menyadari bahwa upaya

tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena upaya tersebut berkaitan sangat

erat dengan masalah perilaku sedangkan masalah perilaku merupakan masalah

yang khas dan kompleks.

Hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah

mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%.

Oleh sebab itu, Rencana strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-

2014 menetapkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS pada

tahun 2014. Persentase rumah tangga Ber-PHBS memang merupakan salah satu

Indikator Kinerja Utama (IKU) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI,

2012).

Jawa barat menempati urutan terendah peringkat provinsi yang

menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di Pulau Jawa. Prevalensi

PHBS Jabar sebesar 37,4%, dibawah nilai standar nasional yang mencapai 38,7%

secara nasional.(dinkes jabar 2008)

Page 3: demam bedarah

3

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat diharapkan dapat

mendukung upaya mencapai program Indonesia Sehat 2010. Salah satu indikator

dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya cuci tangan pakai sabun untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit

serta meningkatkankemampuan masyarakat untuk mencuci tangan secara baik dan

benar.

Hasil pelaksanaan program PHBS tentang mencuci tangan, menurut studi

WHO tahun 2007 menyatakan, kejadian diare menurun 45% dengan perilaku

mencuci tangan pakai sabun, 32% dengan meningkatkan akses masyarakat

terhadap sanitasi dasar, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang di rumah

tangga, dengan upaya tersebut kejadian diare menurun sebesar 94% (Depkes RI,

2007).

Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain

cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya umur. Prevalensi perokok

dalam rumah lebih banyak pada laki-laki (76,8%) ketika bersama anggota keluarga

yang lain (Balitbangkes, 2010).

Berdasarkan hasil survey yang saya lakukan, didapatkan 108 rumah yang

PHBS mengenai merokok dalam rumah dan di dapatkan 115 kepala kelurga yang

mencuci tangan tidak memakai sabun di RW 01 Kelurahan Cibunigeulis.

Page 4: demam bedarah

4

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil survey mawas diri yang dilakukan dari tanggal 9 febuari 2015,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengatasi PHBS Merokok

dalam rumah dan Cuci tangan pakai sabun yang masih rendah di RW 01

Kelurahan Cibunigeulis.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui permasalahan apa yang mempengaruhi

rendahnya pengetahuan masyarakat tentang merokok di dalam rumah

dan cuci tangan tidak memakai sabun di RW 01 Kelurahan Cibunigeulis

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang

merokok dalam rumah dan cuci tangan tidak memakai sabun di

RW 01 Kelurahan Cibunigeulis.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan mengapa

masyarakat merokok dalam rumah dan cuci tangan tidak

memakai sabun di RW 01 Kelurahan Cibunigeulis.

Page 5: demam bedarah

5

1.4 Manfaat

1. Hasil Survey Mawas Diri ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai gambaran masyarakat mengenai PHBS merokok dalam rumah

dan cuci tangan yang tidak memakai sabun di RW 01 Kelurahan

Cibunigeulis.

2. Dari hasil SMD yang telah diperoleh, dapat menjadi acuan bagi penulis

khususnya dan bagi instansi terkait untuk memerikan intervensi terhadap

permasalahan program PHBS di RW 01 Kelurahan Cibunigeulis.