Dekrit Presiden

24
Dekrit Presiden & Demokrasi Tepimpin

Transcript of Dekrit Presiden

Page 1: Dekrit Presiden

Dekrit Presiden & Demokrasi Tepimpin

Page 2: Dekrit Presiden

Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Page 3: Dekrit Presiden

Sistem Demokrasi Liberal ternyata

membawa akibat yang kurang menguntungkan

bagi stabilitas politik. Berbagai konflik muncul ke

permukaan. Misalnya konflik ideologis, konflik

antarkelompok dan daerah, konflik kepentingan

antarpartai politik. Hal ini mendorong Presiden

Soekarno untuk mengemukakan Konsepsi

Presiden pada tanggal 21 Februari 1957.

Situasi Politik

Page 4: Dekrit Presiden

Isi Konsepsi Presiden

21 Februari 1957 :

a. Penerapan sistem Demokrasi Parlementer

tidak cocok dengan kepribadian bangsa

Indonesia, sehingga harus diganti dengan

Demokrasi Terpimpin.

b. Pembentukan Kabinet Gotong Royong.

c. Segera dibentuk Dewan Nasional.

Page 5: Dekrit Presiden

Dari pemilu tahun 1955 terbentuk

Dewan Kostituante. Badan ini bertugas

menyusun UUD yang baru. Anggota

Konstituante terbagi dalam 2 kelompok,

yaitu kelompok Islam dan nasionalis. Kedua

kelompok ini sulit mencapai kata sepakat

dalam pembahasan isi UUD.

Sidang Konstituante

Page 6: Dekrit Presiden

Dalam sidang sering terjadi perpecahan pendapat.

Akhirnya gagal menghasilkan UUD. Hal in mendorong

presiden menganjurkan konstuante untuk kembali

menggunakan UUD 1945. Untuk mewujudkan anjuran

tersebut, maka diadakan pemungutan suara sampai 3

kali. Akan tetapi hasilnya belum mencapai batas

quorum, 2/3 suara. Akibatnya, Dewan Konstituante gagal

mengambil keputusan. Untuk mengatasi masalah

tersebut, presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5

Juli 1955.

Page 7: Dekrit Presiden

Isi Dekrit Presiden

5 Juli 1959 Pembubaran konstituante

Berlakunya kembali UUD 1945, dan tidak berlakunya lagi

UUDS 1950.

Akan di bentuk MPRS dan DPAS.

Keluarnya Dekrit Presiden menandakan berakhirnya

Demokrasi Liberal & dimulainya Demokrasi Terpimpin.

Page 8: Dekrit Presiden

a) Pembentukan Kabinet Kerja, programnya yang disebut Tri Program:

1. Memperlengkapi sandang pangan rakyat

2. Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara.

3. Melanjutkan perjuangan menentang imperialisme untuk

mengembalikan Irian Barat.

b) Penetapan DPR hasil pemilu 1955 menjadi DPR tgl 23 Juli 1959.

c) Pembentukan MPRS dan DPAS.

Tugas MPRS adalah menetapkan GBHN.

Tugas DPAS yaitu sebagai penasihat / pemberi pertimbangan pada

presiden.

Tindak lanjut

Page 9: Dekrit Presiden

d) Dibentuk BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan MA (Mahkamah

Agung).

Tugas BPK memeriksa keuangan negara.

Tugas MA yaitu sebagai lembaga tinggi negara.

e) Pembentukan DPR-GR.

Tahun 1960, Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu karena

penolakan DPR terhadap usulan APBN yang diajukan presiden. Selanjutnya

24 Juni 1960, Presiden Soekarno membentuk DPR-GR (DPR Gotong Royong).

f) Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Front

Nasional. Tugas Depernas yaitu menyusun rancangan pembangunan

semesta yang berpola 8 tahun.

Tugas Front Nasional yaitu mengerahkan massa.

Page 10: Dekrit Presiden

g) Penetapan GBHN

Manifesto Politik (Manipol) merupakan sebutan pidato presiden

dalam peringanatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17

Agustus 1959. Pidato tersebut aslinya bejudul “Penemuan

Kembali Revolusi Kita”.

Oleh DPAS dalam sidangnya tanggal 23-25 September 1959,

diusulkan agar Manipol ditetapkan sebagai GBHN. Manipol itu

mencangkup USDEK yang tediri dari UUD 1945, Sosialisme

Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan

Kepribadian Indonesia. Manipol dan USDEK sering disebut

Manipol USDEK.

Page 11: Dekrit Presiden

Dalam Tap MPRS

juga diputuskan bahwa pidato presiden

“Jalannya Revolusi Kita” dan

“To Build the World a New”

(Membangun Dunia Kembali)

menjadi pedoman pelaksanaan

Manifesto Politik

Page 12: Dekrit Presiden

1. Terbentuknya lembaga baru yang sesuai dengan tuntutan UUD

1945, misalnya MPRS dan DPAS.

2. Bangsa Indonesia terhindar dari konflik yang berkepanjangan

yang sangat membahayakan persatuan dan kesatuan.

3. Kekuatan militer semakin aktif dan memegang peranan penting

dalam percaturan politik di Indonesia.

4. Presiden Soekarno menerapkan Demokrasi Terpimpin.

5. Memberi kemampuan kekuasaan yang besar kepada presiden,

MPR maupun lembaga tinggi negara lainnya.

Dampak Lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Page 13: Dekrit Presiden

Demokrasi Terpimpin

Page 14: Dekrit Presiden

Demokrasi Terpimpin yang menggantikan

sistem Demokrasi Liberal, berlaku tahun

1959 – 1965. Pada masa Demokrasi

Terpimpin kekuasaan presiden sangat besar

sehingga cenderung ke arah otoriter.

Akibatnya sering terjadi penyimpangan

terhadap UUD 1945.

Kondisi Pokok

Page 15: Dekrit Presiden

Penyimpangan semasa

Demokrasi Terpimpin:

1. Pembentukan MPRS melalui Penetapan Presiden no.2/1959.

2. Anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden.

3. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu tahun1955.

4. GBHN yang bersumber pada pidato presiden tanggal 17

Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan kemnali Revolusi

Kita” ditetapkan oleh DPA, bukan MPRS.

5. Pengangkatan presiden seumur hidup.

Page 16: Dekrit Presiden

Dalam periode Demokrasi Terpimpin, Partai

Komunis Indonesia (PKI) berusaha

menempatkan dirinya sebagai golongan yang

Pancasilais. Kekuatan politik pada Demokrasi

Terpimpin terpusat di tangan Presiden

Soekarno dengan TNI-AD dan PKI di

sampingnya

Page 17: Dekrit Presiden

Ajaran Nasakom (Nasionalis-Agama-Komunis)

ciptaan Presiden Soekarno sangat menguntungkan

PKI. Ajaran Nasakom menempatkan PKI sebagai

unsur yang sah dalam konstelasi politik Indonesia.

Dengan demikian kedudukan PKI semakin kuat. PKI

semakin meningkatkan kegiatannya

denganberbagai isu yang memberi citra sebagai

partai yang paling manipolis dan pendukung Bung

Karno yang paling setia.

Page 18: Dekrit Presiden

Selama masa Demokrasi Terpimpin, PKI harus

melaksanakan programnya secara

revolusioner. Bahkan mampu menguasai

konstelasi politik. Puncak kegiatan PKI adalah

melakukan kudeta terhadap pemerintahan

yang sah pada tanggal 30 September 1965.

Page 19: Dekrit Presiden

Politik luar negeri masa Demokrasi Terpimpin

lebih condong ke blok Timur. Indonesia

banyak melakukan kerja sama dengan

negara-negara blok komunis, seperti Uni

Soviat, RRC, Kamboja, maupun Vietnam.

Politik Luar Negeri

Page 20: Dekrit Presiden

Oldefo (The Old Established Forces)

= Dunia lama yang sudah mapan ekonominya.

Nefo (The New Emerging Forces)

= Negara-negara baru.

Indonesia menjauhkan diri dari blok kapitalis (oldefo) dan

menjalin kerja sama dengan negara blok komunis (nefo). Hal

in terlihatnya dengan terbentuknya Poros Jakarta – Peking &

Poros Jakarta – Pnom Penh – Hanoi – Peking - Pyongyang

Oldefo dan Nefo

Page 21: Dekrit Presiden

Pada tahun 1961 muncul rencana pembentukan negara

Federasi Malaysia yang terdiri dari Persekutuan Tanah

Melayu, Singapura, Serawak, Brunei, dan Sabah. Rencana

tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno karena

dianggapsebagai proyek neokolonialisme dan dapat

membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai.

Keberatan atas pembentukan Federasi Malaysia juga muncul

dari Filiphina yang mengklaim daerah Sabah sebagai wilayah

negaranya.

Konfrontasi dengan Malaysia

Page 22: Dekrit Presiden

Pada tanggal 9 Juli 1963 Perdana Menteri

Tengku Abdul Rahman menandatangani

dokumen tentang pembentukan Federasi

Malaysia. Kemudian, tanggal 16 September

1963 hubungan diplomatik antara 2 negara

putus. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1964

Presiden Soekarno mengeluarka Dwi

Komando Rakyat

Page 23: Dekrit Presiden

Isi Dwi Komando Rakyat

(Dwikora)

1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia.

2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat

Malaya, Singapura, Serawak, Sabah, dan

Brunei untuk memerdekakan diri dan

mengagalkan negara boneka Malaysia.

Page 24: Dekrit Presiden

Di tengah situasi konflik Indonesia – Malaysia,

Malaysia dicalonkan sebagai anggota tidak

tetap Dewan Keamanan PBB. Masalah ini

mendapat reaksi keras dari Presiden

Soekarno. Namun akhirnya Malaysia tetap

terpilih. Terpilihnya Malaysia tersebut

mendorong Indonesia keluar dari PBB. Secara

resmi Indonesia keluar dari PBB tanggal 7

Januari 1965.